• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penggunaan Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah

Analisis ekonomi dalam usahatani selalu berbicara tentang biaya produksi. Besarnya biaya produksi di pengaruhi oleh komponen input produksi dan harga dari input produksi tersebut. Berikut diperlihatkan rata-rata komponen biaya produksi usahatani padi sawah sebelum dan sesudah adanya rumah kompos di Desa Sei Buluh.

Saprodi

Saprodi ataupun sarana produksi merupakan komponen terpenting dari usahatani. Faktor produksi usahatani yang juga sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produksi usahatani padi sawah adalah benih. Kebutuhan jumlah benih sangat dipengaruhi oleh luas lahan dan kerapatan tanam yang diinginkan. Adapun rata-rata kebutuhan jumlah benih yang digunakan sebelum dan setelah adanya rumah kompos di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 8

Tabel 8. Jumlah Biaya Benih Padi Sawah Sebelum dan Sesudah Adanya Rumah Kompos Di Desa Sei Buluh

Sumber : Data diolah dari lampiran 2

Berdasarkan Tabel 8. dapat dilihat bahwa jumlah bibit yang di pakai sebelum dan sesudah adanya rumah kompos per hektar adalah sama, yaitu rata-rata 45,69 kg dengan rentang 33-50 kg. Kemudian rata-rata-rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan bibit per hektar juga tidak mengalami perubahan No Uraian Satuan

Sebelum Sesudah

Range Rata-rata Range Rata-rata

1 Benih Kg 5 – 65 20,77 5-56 20,77

2 Biaya Rp 12.500 –

156.500 51.916,67

12.500 –

yaitu sebesar Rp. 114.236,11. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan rumah kompos di daerah tersebut tidak mempengaruhi akan jumlah dan harga benih.

Pupuk

Pupuk merupakan input produksi yang berfungsi untuk menunjang pertumbuhan tanaman sehingga dihasilkan output yang optimum. Petani padi sawah di Desa Sei Buluh menggunakan dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Adapun Jenis dan rata-rata penggunaan pupuk pada usahatani padi sawah di Desa Sei Buluh dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jenis dan Rata-Rata Jumlah Pupuk Yang Digunakan Sebelum dan Sesudah Adanya Rumah Kompos Di Desa Sei Buluh

Sumber : Data diolah dari lampiran 3 dan 4

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa penggunan pupuk anorganik setelah adanya rumah kompos semakin berkurang, karena petani mulai menggunakan pupuk kompos yang persentasenya lebih besar dari pupuk anorganik. Namun petani tetap menggunakan pupuk anorganik, hanya saja jumlahnya yang dikurangi. Karena petani menggunakan dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik dan anorganik, maka biaya yang dikeluarkan lebih besar.

No Jenis Pupuk

Sebelum Sesudah

Jumlah (Kg) Biaya (Rp) Jumlah (Kg) Biaya (Rp)

1 Urea 59,77 101.603,33 26,83 45.616,7 2 SP-36 37,87 75.733,33 18,47 36.933,3 3 NPK 38,80 97.000,00 20,10 50.250 4 ZA 16,83 26.933,33 11,27 18.026,7 5 Kompos 0 0 721,67 505.166,7 Jumlah 177,33 348.016,7 798,34 655.993,3

Pestisida

Pestisida sangat perlu untuk menjaga tanaman dari hama dan penyakit yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman yang pada akhirnya akan menurunkan produksi. Adapun rata-rata penggunaan pestisida sebelum dan sesudah adanya rumah kompos di Desa Sei Buluh dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Jenis dan Rata-Rata Jumlah Pestisida Yang Digunakan Sebelum dan Sesudah Adanya Rumah Kompos di Desa Sei Buluh

Sumber : Data diolah dari lampiran 5

Dari Tabel 10 dapat terlihat bahwa keberadaan rumah kompos tidak mempengaruhi kebutuhan pestisida dalam usahatani padi sawah di Desa Sei Buluh. Kebutuhan pestisida sebelum dan sesudah adanya rumah kompos tetap sama baik dari segi jumlah maupun biaya.

Tenaga kerja

Dalam melaksanakan usahataninya para petani menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan juga tenaga kerja luar keluarga. Adapun biaya tenaga kerja yang dikeluarkan pada setiap tahapan kerja dapat dilihat pada tabel 11.

No Jenis Pestisida Sebelum Sesudah Jumlah (ltr) Biaya (Rp) Jumlah (ltr) Biaya (Rp) 1 Fungisida 0,58 40.576,67 0,58 40.576,67 2 Insektisida 0,69 69.033,33 0,69 69.033,33 Jumlah 1,27 105.910,00 1,27 105.910,00

Tabel 11. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah Sebelum dan Sesudah Rumah Kompos 2010 di Desa Sei Buluh

No Tahapan

Rata-rata biaya tenaga kerja (Rp) Sebelum dan Sesudah

1 Pengolahan lahan 100.500,00 2 Penyemaian 53.666,67 3 Penanaman 66.000,00 4 Penyiangan 58.333,33 5 Pemupukan 61.666,67 6 Penyemprotan 43.833,33 7 Panen 120.500,00 Total 504.500,00 Sumber : Lampiran 8

Dari Tabel 11 dapat terlihat bahwa keberadaan rumah kompos tidak mempengaruhi biaya tenaga kerja dalam usahatani padi sawah di Desa Sei Buluh. Biaya tenaga kerja sebelum dan sesudah adanya rumah kompos tetap sama pada setiap tahapan kerjanya.

Biaya PBB

Adapun rata-rata biaya pajak yang dikenakan kepada petani dapat terlihat pada tabel berikut.

Tabel 12 Biaya PBB Sebelum Dan Sesudah ada Rumah Kompos

Rata-rata biaya PBB (Rp)

Sebelum Sesudah

11.083,33 11.083,33

Data diolah dari lampiran 9

Dari Tabel 12 dapat dikemukakan bahwa rata-rata biaya PBB yang dikeluarkan petani sampel Rp. 11.08,33. Dalam hal ini biaya PBB sebelum dan sesudah ada rumah kompos yang dikeluarkan petani adalah sama.

P3A

Adapun rata-rata biaya pajak yang dikenakan kepada petani dapat terlihat pada tabel berikut .

Tabel 13 Biaya P3A Sebelum Dan Sesudah ada Rumah Kompos

Rata-rata biaya PBB (Rp)

Sebelum Sesudah

44.333,33 44.333,33

Sumber: Data diolah dari lampiran 10

Dari Tabel 13 dapat dikemukakan bahwa rata-rata biaya P3A yang dikeluarkan petani sampel Rp. 44.333,33. Dalam hal ini biaya P3A sebelum dan sesudah ada rumah kompos yang dikeluarkan petani adalah sama.

Penyusutan

Adapun rata-rata penyusutan alat yang digunakan dapat kita lihat pada tabel 14.

Tabel 14 Biaya Rata Rata Penyusutan Alat Sebelum dan Sesudah Rumah Kompos

No Jenis alat Jumlah

(Unit) Harga (Rp) Umur ekonomis (Tahun) Penyusutan (Rp) 1 Cangkul 1,33 73.333,33 3 24.444,4

2 Sabit 2 26.900 3 8.996,7

3 Babat 1 29.166,7 3 9.722,2

Jumlah 4,33 9 43.133,3

Sumber : Data diolah dari lampiran 6

Dari Tabel 14 diatas dapat kita lihat bahwa tidak ada perbedaan biaya penyusutan yang terjadi baik sebelum maupun sesudah adanya rumah kompos.

Penerimaan usahatani padi sawah

Penerimaan merupakan nilai yang diperoleh dari hasil perkalian seluruh produksi dengan harga jual produk. Sedangkan produksi merupakan jumlah atau hasil yang diperoleh dari proses usahatani. Adapun penerimaan yang diperoleh sebelum dan sesudah adanya rumah kompos di Desa Sei Buluh dapat di lihat pada tabel 15.

Tabel 15. Rata-Rata Penerimaan Sebelum dan Sesudah Adanya Rumah Kompos di Desa Sei Buluh

Sebelum Adanya Rumah Kompos

Produksi Per Petani Harga Penerimaan Per Petani

1.794,33 3.000 5.383.000,00

Produksi Per Ha Harga Penerimaan Per Ha

3.990,00 3.000 11.968.820,51

Setelah Adanya Rumah Kompos

Produksi Per Petani Harga Penerimaan Per Petani

3.040,00 3.000 9.120.000,00

Produksi Per Ha Harga Penerimaan Per Ha

6.920,00 3.000 20.760.000,00

Sumber : Data diolah dari lampiran 15 dan 16

Dari Tabel 15 diatas dapat terlihat bahwa produksi padi mengalami peningkatan yang tinggi setelah adanya rumah kompos dari 3.616,67 Kg/Ha

menjadi 3.840 Kg/Ha. Rata-rata penerimaan usahataninya juga meningkat dari Rp. 10.850.000 menjadi Rp. 11.520.000.

Pendapatan usahatani padi sawah

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi yang di gunakan. Pendapatan petani sebelum dan sesudah adanya rumah kompos dapat dilihat pada Tabel 16 :

Tabel 16. Rata-rata Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Rumah Kompos di Desa Sei Buluh

Sumber : Data diolah dari lampiran 19 dan 20

Dari Tabel 16 menunjukkan bahwa pendapatan bersih petani sebelum dan sesudah adanya Rumah kompos berbeda dimana pendapatan bersih sesudah adanya rumah kompos lebih tinggi daripada sebelum adanya rumah kompos dengan perbedaan rata-rata Rp7.782.891,98 Hal ini mengindikasikan adanya perubahan pendapatan sebelum dan sesudah adanya rumah kompos disebabkan pengaruh perbedaan produksi dan juga biaya produksi. Berdasarkan rincian-rincian yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan petani padi sawah di Desa Sei Buluh mengalami peningkatan setelah adanya rumah kompos.

Analisis Dampak Keberadaan Rumah Kompos Terhadap Faktor Sosial

Petani Padi Sawah Di Daerah Penelitian

No Uraian Sebelum Adanya

Rumah Kompos

Sesudah Adanya Rumah Kompos 1 Penerimaan Per Petani (Rp)

Penerimaan Per Ha (Rp)

5.383.000,00 11.968.820,51

9.120.000,00 20.760.000,00

2 Total Biaya Per Petani (Rp) Total Biaya Per Ha (Rp)

968.735,56 2.328.506,02

1.323.458,89 3.336.793,52

3 Pendapatan Per Petani (Rp) Pendapatan Per Ha (Rp)

4.414.264,44 9.640.314,50

7.796.541,11 17.423.206,48

Faktor sosial adalah sebuah kegitan petani seperti frekuensi penyuluhan ,gotong royong dimana apa bila kegitan tersebut dilaksanakan maka setatus sosial di masyarakat dapat berjalan dengan baik. Faktor sosial yang diteliti dalam penelitian ini adalah frekuensi petani dalam mengikuti penyuluhan dan frekuensi gotong royong yang dilakukan oleh petani di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai.

Dampak Rumah Kompos Terhadap Frekuensi Mengikuti Penyuluhan

Keberadaan rumah kompos di daerah penelitian, cukup mempengaruhi petani dalam mengikuti penyuluhan. Sebelum adanya rumah kompos, biasanya kegiatan penyuluhan dilakukan sebanyak 4 kali dalam dua bulan. Namun, setelah adanya rumah kompos intensitas penyuluhan meningkat menjadi 8 kali dalam dua bulan, dan 48 kali dalam satu tahun. Frekuensi mengikuti penyuluhan sebelum dan sesudah adanya rumah kompos dapat dilihat pada lampiran 21 dan 22.

Perhitungan Manual

Dari data pada lampiran 25 dapat dihitung rata-rata frekuensi penyuluhan sebelum adanya rumah kompos x₁ = 2,8, simpangan baku s₁ = 1,03, dan varians s₁² = 1,06. Rata-rata frekuensi penyuluhan setelah adanya rumah kompos x₂ = 5,8, simpangan baku s₂ = 1,86 dan varians s₂² = 3,45.

Korelasi antara nilai sebelum adanya rumah kompos dan sesudah adanya rumah kompos:

Dimana : x = X₁-x₁

y = X₂-x₂

Harga-harga tersebut kemudian dimasukkan dalam rumus :

Harga t tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel dengan dk=n₁+n₂-2 =60-2=58. Dengan dk = 58, dan bila taraf kesalahan ditetapkan sebesar 5%, maka t tabel =2,002.

Harga t hitung lebih kecil dari t tabel, (-8,8 > 2,002) sehingga H₁

diterima dan H฀ ditolak. Jadi terdapat perbedan secara signifikan, nilai frekuensi penyuluhan sebelum adanya rumah kompos dan sesudah adanya rumah kompos.

Perhitungan SPSS

Pada lampiran 26, tabel Paired Samples Statistics, bahwa rata-rata kegiatan penyuluhan sebelum adanya rumah kompos adalah 2,8, sedangkan

rata-rata kegiatan penyuluhan setelah adanya rumah kompos adalah 5,8. Hasil korelasi antara kedua variabel, yang menghasilkan angka 0,27 dengan nilai probabilitas 0,149 di atas 0,05 berarti bahwa korelasi antara kedua variabel lemah dan tidak signifikan. Dari hasil uji t tersebut terlihat bahwa nilai signifikansinya adalah 0,000. Karena nilai ini lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak.

Dampak Rumah Kompos Terhadap Frekuensi Kegiatan Gotong Royong

Gotong royong adalah kegiatan yang sering dilakukan petani dalam hal kebersihan saluran irigasi, jalan, membersikan sarana rumah kompos, dan lain. Sebelum adanya rumah kompos, gotong royong yang dilkukan petani paling banyak 2 kali dalam dua sebulan. Namun, setelah adanya rumah kompos, frekuensi gotong royong menjadi 4 kali dalam dua sebulan. Frekuensi petani mengikuti gotong royong sebelum dan sesudah adanya rumah kompos dapat dilihat pada lampiran 23 dan 24.

Perhitungan Manual

Dari data pada lampiran 27 dapat dihitung rata-rata frekuensi kegiatan gotong royong sebelum adanya rumah kompos x₁ = 1,4, simpangan baku s₁ = 0,49, dan varians s₁² = 0,42. Rata-rata frekuensi kegiatan gotong royong setelah adanya rumah kompos x₂ = 3,3, simpangan baku s₂ = 0,48 dan varians s₂² = 0,23.

Korelasi antara nilai frekuensi kegiatan gotong royong sebelum adanya rumah kompos dan sesudah adanya rumah kompos:

Dimana : x = X₁-x₁ y = X₂-x₂

Harga-harga tersebut kemudian dimasukkan dalam rumus :

Harga t tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel dengan dk=n₁+n₂-2 =60-2=58. Dengan dk = 58, dan bila taraf kesalahan ditetapkan sebesar 5%, maka t tabel =2,002.

Harga t hitung lebih kecil dari t tabel, (-14,07 < 2,002) sehingga H₁

diterima dan H฀ ditolak. Jadi terdapat perbedan secara signifikan, nilai frekuensi kegiatan gotong royong sebelum adanya rumah kompos dan sesudah adanya rumah kompos.

Pada lampiran 28, tabel Paired Samples Statistics, bahwa rata-rata kegiatan gotong royong sebelum adanya rumah kompos adalah 1,4, sedangkan rata-rata kegiatan gotong royong setelah adanya rumah kompos adalah 3,3.Hasil korelasi antara kedua variabel, yang menghasilkan angka -0,14 dengan nilai probabilitas 0,447 di atas 0,05 berarti bahwa korelasi antara kedua variabel lemah dan tidak signifikan. Dari hasil uji t tersebut terlihat bahwa nilai signifikansinya adalah 0,000. Karena nilai ini lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak.

Analisis Dampak Keberadaan Rumah Kompos Terhadap Faktor Ekonomi

Petani Padi Sawah Di Daerah Penelitian

Faktor Ekonomi kegitan manusia yang diberhubungan dengan usahatani, dagang, berkerja baik di luar keluarga atau perusahan swasta, maupun pemerintah sperti pns.

Faktor Ekonomi yang diteliti dalam penelitian ini adalah biaya produksi, pendapatan, dan produksi yang dihasilkan/didapat oleh petani di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Dalam menganalisis data yang didapat dilapangan, penulis menggunakan bantuan SPSS dalam mengolah data tersebut.

Dampak Rumah Kompos Terhadap Biaya Produksi yang Dikeluarkan oleh

Petani

Biaya produksi merupakan korbanan mutlak yang harus dikeluarkan oleh petani untuk melakukan usaha tani. Biaya yang dikorbankan adalah biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Variabel meliputi biaya benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja. Sedangkan biaya tetap meliputi biaya penyusutan, biaya PBB, dan biaya

P3A. Biaya Produksi yang dikeluarkan petani sebelum dan sesudah adanya rumah kompos dapat dilihat pada lampiran 11 dan 12.

Perhitungan Manual

Dari data pada lampiran 29 dapat dihitung rata-rata nilai biaya produksi sebelum adanya rumah kompos x₁ = 2,33, simpangan baku s₁ = 0,32, dan varians s₁² = 0,10. Rata-rata nilai biaya produksi setelah adanya rumah kompos x₂ = 3,34, simpangan baku s₂ = 0,76 dan varians s₂² = 0,57.

Korelasi antara nilai biaya produksi sebelum adanya rumah kompos dan sesudah adanya rumah kompos:

Dimana : x = X₁-x₁ y = X₂-x₂

-9,73

Harga t tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel dengan dk=n₁+n₂-2 =60-2=58. Dengan dk = 58, dan bila taraf kesalahan ditetapkan sebesar 5%, maka t tabel =2,002.

Harga t hitung lebih besar dari t tabel, (-9,73 > 2,002) sehingga H₁

diterima dan H฀ ditolak. Jadi terdapat perbedan secara signifikan, nilai biaya produksi sebelum adanya rumah kompos dan sesudah adanya rumah kompos.

Perhitungan SPSS

Pada lampiran 30, tabel Paired Samples Statistics, bahwa rata-rata biaya produksi sebelum adanya rumah kompos adalah 2,32, sedangkan rata-rata biaya produksi setelah adanya rumah kompos adalah 3,33. Hasil korelasi antara kedua variabel, yang menghasilkan angka 0,74 dengan nilai probabilitas 0,000 di bawah 0,05 berarti bahwa korelasi antara kedua variabel kuat dan signifikan. Dari hasil uji t tersebut terlihat bahwa nilai signifikansinya adalah 0,000. Karena nilai ini lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak.

Dampak Rumah Kompos Terhadap Produksi Padi sawah yang diperoleh

Petani

Produksi padi sawah di daerah penelitian sebelum dan sesudah adanya rumah kompos, sangat jelas perbedaannya. Dimana produksi padi sawah yang di dapat oleh petani setelah ada rumah kompos relative lebih tinggi jika dibandingkan dengan sebelum adanya rumah kompos (Lampiran 14).

Perhitungan Manual

Dari lampiran 31 dapat dihitung rata-rata nilai produksi sebelum adanya rumah kompos x₁ = 3,99, simpangan baku s₁ = 0,53, dan varians s₁² = 0,28. Rata-rata nilai produksi setelah adanya rumah kompos x₂ = 6,92, simpangan baku s₂ = 0,46 dan varians s₂² = 0,21.

Korelasi antara nilai produksi sebelum adanya rumah kompos dan sesudah adanya rumah kompos:

Dimana : x = X₁-x₁ y = X₂-x₂

Harga-harga tersebut kemudian dimasukkan dalam rumus :

Harga t tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel dengan dk=n₁+n₂-2 =60-2=58. Dengan dk = 58, dan bila taraf kesalahan ditetapkan sebesar 5%, maka t tabel =2,002.

Harga t hitung lebih kecil dari t tabel, (-20,12 > 2,002) sehingga H₁

diterima dan H฀ ditolak. Jadi terdapat perbedan secara signifikan, nilai produksi sebelum adanya rumah kompos dan sesudah adanya rumah kompos.

Perhitungan SPSS

Pada lampiran 32, tabel Paired Samples Statistics, bahwa rata-rata produksi sebelum adanya rumah kompos adalah 3,99, sedangkan rata-rata produksi setelah adanya rumah kompos adalah 6,92. Hasil korelasi antara kedua variabel, yang menghasilkan angka 0,27 dengan nilai probabilitas 0,14 di atas 0,05 berarti bahwa korelasi antara kedua variabel lemah dan tidak signifikan. Dari hasil uji t tersebut terlihat bahwa nilai signifikansinya adalah 0,000. Karena nilai ini lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak.

Dampak Rumah Kompos Terhadap Pendapatan yang Didapat oleh Petani

Pendapatan petani padi sawah diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual padi sawah dikurangi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan. Dengan perhitungan lain, pendapatan merupakan hasil pengurangan antara penerimaan dengan biaya produksi.

Perhitungan Manual

Dari lampiran 33 dapat dihitung rata-rata nilai pendapatan sebelum adanya rumah kompos x₁ = 9,64, simpangan baku s₁ = 1,61, dan varians s₁² = 2,61. Rata-rata nilai pendapatan setelah adanya rumah kompos x₂ = 17,42, simpangan baku s₂ = 1,50 dan varians s₂² = 2,25.

Korelasi antara nilai pendapatan sebelum adanya rumah kompos dan sesudah adanya rumah kompos:

Dimana : x = X₁-x₁ y = X₂-x₂

Harga-harga tersebut kemudian dimasukkan dalam rumus :

Harga t tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel dengan dk=n₁+n₂-2 =60-2=58. Dengan dk = 58, dan bila taraf kesalahan ditetapkan sebesar 5%, maka t tabel =2,002.

Harga t hitung lebih kecil dari t tabel, (-17,93 < 2,002) sehingga H฀

dit0lak dan H₁ diterima. Jadi terdapat perbedan secara signifikan, nilai

pendapatan sebelum adanya rumah kompos dan sesudah adanya rumah kompos.

Perhitungan SPSS

Pada lampiran 34, tabel Paired Samples Statistics, bahwa pendapatan sebelum adanya rumah kompos adalah 9,64, sedangkan rata-rata pendapatan setelah adanya rumah kompos adalah 17,42. Hasil korelasi antara kedua variabel, yang menghasilkan angka 0,159 dengan nilai probabilitas 0,4 di atas 0,05 berarti bahwa korelasi antara kedua variabel lemah dan tidak signifikan. Dari hasil uji t tersebut terlihat bahwa nilai signifikansinya adalah 0,000. Karena nilai ini lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis nol dtiolak.

Dokumen terkait