• Tidak ada hasil yang ditemukan

Comparison of Hierarchical Token Bucket and Class Based Queuing for Bandwidth Limitation

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Comparison of Hierarchical Token Bucket and Class Based Queuing for Bandwidth Limitation"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN HIERARCHICAL TOKEN BUCKET DAN

CLASS BASED QUEUING UNTUK PEMBATASAN BANDWIDTH

JOKO PURWANTO

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERBANDINGAN HIERARCHICAL TOKEN BUCKET DAN

CLASS BASED QUEUING UNTUK PEMBATASAN BANDWIDTH

JOKO PURWANTO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komputer pada Departemen Ilmu Komputer

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

ABSTRACT

JOKO PURWANTO. Comparison of Hierarchical Token Bucket and Class Based Queuing for Bandwidth Limitation. Supervised by AHMAD RIDHA.

The increased number of users is one of the factors that cause performance decrease in a network. A mechanism of bandwidth arrangement is needed to guarantee network performance level to user. There are few methods of Linux base bandwidth limitation that can be used such as Hierarchical Token Bucket (HTB) and Class Based Queuing (CBQ). The goal of this research is to discover which method is better. The metrics to compare both methods are throughput, jitter, and packet loss. From the experiment, it was discovered that CBQ resulted is higher bandwidth leakage than HTB. Also, the jitter and packet loss produced by CBQ is higher than HTB. We conclude that HTB has a better performance than CBQ.

(4)

Penguji:

1 Ir. Sri Wahjuni, MT

(5)

Judul : Perbandingan Hierarchical Token Bucket dan Class Based Queuing untuk Pembatasan Bandwidth

Nama : Joko Purwanto NRP : G64076036

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ahmad Ridha, S.Kom, MS. NIP. 198005072005011001

Mengetahui,

Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Buono, M.Si., M.Kom. NIP. 196607021993021001

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena dengan segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini, dengan judul Perbandingan Hierarchical Token Bucket dan Class Based Queuing untuk Pembatasan Bandwidth. Karya ilmiah ini dilaksanakan sejak bulan Juni 2009 sampai dengan bulan November 2012.

Penulis berterima kasih kepada Bapak Ahmad Ridha, S.Kom, MS. selaku pembimbing yang telah memberikan saran dan bimbingan selama pengerjaan karya ilmiah ini. Selanjutnya, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1 Istri dan anak tercinta serta keluarga besar penulis atas do’a, bimbingan, serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

2 Andi Pramurjadi, Decky Prayoga, Ahmad Za’faroni, Fauzi Siswoyo, Muhamad Lutfi S, Fitra Yuda dan seluruh rekan mahasiswa Program Alih Jenis Ilkom Angkatan 2 atas dukungan, bantuan serta kebersamaannya selama ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama penyelesaian karya ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi para pembacanya.

 

Bogor, Desember 2012

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 2 Februari 1983, dari pasangan Bapak Subardo dan Ibu Darodjah. Penulis adalah putra ketiga dari tiga bersaudara.

Pada tahun 2000 penulis lulus dari SMU Negeri I Ciampea, dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Diploma 3 di Program Studi Teknik Instrumentasi dan Kontrol, Institut Pertanian Bogor, dan lulus pada tahun 2003.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

Ruang Lingkup ... 1

TINJAUAN PUSTAKA Quality of Service ... 1

User Datagram Protocol... 1

Bandwidth Limiter ... 2

Class Based Queuing ... 2

Hierarchical Token Bucket ... 2

Deficit Round Robin ... 3

Token Bucket Filter ... 3

METODE PENELITIAN Studi Pustaka ... 4

Persiapan Alat dan Bahan Penelitian ... 4

Implementasi Bandwidth Limiter ... 4

Pengujian dan Pengambilan Data ... 5

Analisis Kinerja ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan Menggunakan Skenario 1 ... 6

Hasil Percobaan Menggunakan Skenario 2 ... 7

Analisis Kinerja ... 9

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 11

Saran ... 11

DAFTAR PUSTAKA ... 11

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Hasil pengukuran throughput menggunakan Skenario 1 ... 6

2 Hasil pengukuran jitter menggunakan Skenario 1 ... 6

3 Hasil pengukuran packet loss menggunakan Skenario 1 ... 7

4 Simpangan baku antar-client ... 7

5 Hasil pengukuran throughput menggunakan Skenario 2 ... 8

6 Hasil pengukuran jitter menggunakan Skenario 2 ... 8

7 Hasil pengukuran packet loss menggunakan Skenario 2 ... 9

8 Simpangan baku antar-client ... 9

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Struktur header UDP ... 2

2 Komponen Class Based Queuing (CBQ) ... 2

3 Penjadwalan Weight Round Robin (WRR) ... 2

4 Komponen Hierarchical Token Bucket (HTB) ... 3

5 Penjadwalan Deficit Round Robin (DRR) ... 3

6 Diagram proses penelitian ... 3

7 Rancangan topologi jaringan komputer ... 4

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Hasil percobaan pengiriman paket UDP dengan Skenario 1 ... 13

2 Hasil percobaan pengiriman paket UDP dengan Skenario 2 ... 19

3 Langkah implementasi pembatasan bandwidth menggunakan HTB ... 25

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan jaringan internet yang semakin pesat memberikan banyak manfaat bagi penyebaran informasi. Hal ini berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah pengguna jaringan internet untuk mendapatkan informasi secara cepat. Untuk menghemat biaya, seringkali jaringan internet digunakan secara massal. Penggunaan jaringan internet secara massal merupakan faktor penyebab menurunnya kinerja jaringan. Oleh karena itu, diperlukan suatu mekanisme untuk mengatasi hal tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi penurunan kinerja jaringan tanpa menambah kapasitas bandwidth ialah dengan menerapkan bandwidth limiter.

Bandwidth limiter merupakan salah satu metode untuk memberikan jaminan kualitas suatu layanan jaringan (Quality of Serivces). Adapun parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat kualitas suatu layanan jaringan di antaranya throughput, jitter, dan packet loss.

Dalam bandwidth limitation dikenal istilah queuing discipline yaitu teknik antrian suatu data yang dikirimkan melalui jaringan. Ada beberapa teknik antrian dalam bandwidth limitation di antaranya CBQ dan HTB, keduanya dapat dijalankan di atas platform sistem operasi Linux.

Pada penelitian ini diimplementasikan serta dibandingkan dua teknik antrian CBQ dan HTB berdasarkan parameter throughput, jitter, dan packet loss. Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh Pangera (2004) yang membandingkan kedua teknik antrian tersebut dengan menggunakan dua kelas, sedangkan pada penelitian ini jumlah kelas yang digunakan adalah empat kelas dan ukuran paket yang dikirim berbeda-beda.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kinerja HTB dan CBQ dalam pembatasan bandwidth berdasarkan parameter throughput, jitter, dan packet loss.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah: 1 Penelitian dilakukan pada jaringan lokal,

karena relatif lebih stabil.

2 Penelitian ini dibatasi pada penjadwalan paket yang dikirim dari servermenuju client.

3 Perbandingan kualitas layanan jaringan dibatasi hanya tiga parameter yaitu throughput,jitter, dan packet loss.

4 Semua kelas diberikan alokasi bandwidth dan prioritas yang sama.

TINJAUAN PUSTAKA

QoS (Quality of Service)

Menurut International Telecommunication Union (ITU) (2002) Quality of Service adalah suatu kemampuan untuk menyediakan pelayanan dalam suatu jaringan. Beberapa parameter pendukung QoS yang diperlukan dari suatu jaringan komputer, di antaranya:

1 Throughput

Menurut Brownlee & Loosley (2001) throughput adalah laju data yang dikirim melalui jaringan, biasa diekspresikan dalam satuan bits per second (bps), byte per second (Bps)atau packets per second (pps).

2 Jitter

Jitter adalah variasi waktu kedatangan paket. Sebagai contoh, diasumsikan beberapa paket membutuhkan waktu pengiriman 20 ms dan paket-paket yang lain membutuhkan waktu 30 ms, hal ini akan memberikan kualitas yang berbeda untuk audio atau video (Tanenbaum 2003).

3 Packet Loss

Packet loss didefinisikan sebagai suatu bagian paket data yang hilang dari keseluruhan paket data yang dikirim selama proses pengiriman dari client menuju server dan kembali lagi ke client selama rentang waktu tertentu. Packet loss diekspresikan sebagai persentase dari semua paket data yang dikirim selama rentang waktu tersebut (Brownlee & Loosley 2001).

User Datagram Protocol (UDP)

(11)

2

UDP Source Port UDP Destination Port UDP Messange Length UDP Checksum

15 16 31

Data ….

Gambar 1 Struktur header UDP(Comer 2000). Menurut Comer (2000) header UDP terdiri atas empat field yaitu:

1 Source port, digunakan untuk

mengidentifikasi sumber protokol lapisan aplikasi yang mengirimkan pesan UDP.

2 Destination port, digunakan untuk mengidentifikasikan tujuan protokol lapisan aplikasi yang menjadi tujuan pesan UDP yang bersangkutan.

3 UDP length, digunakan untuk

mengindikasikan panjang pesan UDP (dalam satuan byte).

4 UDP checksum, berisi informasi pengecekan integritas dari pesan UDP yang dikirimkan.

Bandwidth Limiter

Pembatasan bandwidth atau sering disebut dengan traffic control adalah pengendalian lalu lintas yang meliputi mekanisme serta operasi pengaturan antrian paket yang dikirim atau diterima pada interface jaringan. Operasinya antara lain enqueuing, policing, classifying, scheduling, shaping, dan dropping (Brown 2006).

Pada penelitian ini metode bandwidth limiter HTB dan CBQ diimplementasikan pada jaringan LAN yang terdiri atas 1 sampai 4 client dan 1 server. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kinerja kedua metode tersebut berdasarkan parameter throughput, jitter, dan packet loss.

Class Based Queuing (CBQ)

Class Based Queuing merupakan mekanisme penjadwalan paket yang mendukung link-sharing antar-kelas dan jaminan bandwidth. Penyediaan link-sharing antar-kelas untuk mendistribusikan kelebihan bandwidth menggunakan prinsip struktur hierarki (Floyd 1995).

Gambar 2 Komponen Class Based Queuing (Kenjiro 1998).

CBQ terdiri atas beberapa komponen yakni classifier, packet scheduler, link-sharing, dan estimator seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

Menurut Michalas (2003), prinsip kerja CBQ adalah sebagai berikut:

1 Classifier, bekerja dengan cara mengklasifikasikan paket-paket ke dalam kelas-kelas yang sesuai berdasarkan informasi yang ada di packet header.

2 General Scheduler, merupakan mekanisme penjadwalan yang bertujuan membagi bandwidth saat seluruh kelas memiliki antrian paket. Algoritme yang digunakan pada general scheduler CBQ adalah Weighted Round Robin (WRR). WRR merupakan algoritme penjadwalan yang berdasarkan static weight. Sebuah algoritme WRR dapat dilihat pada Gambar 3.

Cla

Gambar 3 Penjadwalan Weighted Round Robin (Al-Howaide 2011).

3 Link sharing, bertugas membagi bandwidth yang tidak terpakai untuk didistribusikan ke kelas lain sesuai dengan alokasinya masing-masing.

4 Estimator, komponen umpan balik bagi mekanisme CBQ, bertugas untuk menghitung throughput dari tiap kelas dengan cara menandai masing-masing kelas sebagai underlimit jika link pengiriman lebih rendah dibandingkan dengan link yang telah dialokasikan, at-limit bila link pengiriman sesuai dengan link yang telah dialokasikan atau overlimit apabila melebihi link yang telah ditentukan.

Hierarchical Token Bucket (HTB)

Hierarchical Token Bucket adalah disiplin antrian yang bersifat classfull, konfigurasi lebih sederhana dibandingkan dengan CBQ. Secara konseptual, HTB adalah sejumlah token bucket yang disusun dalam suatu hierarki (Brown 2006).

(12)

Gambar 4 Diagram HTB (Brown 2006). Kelas root terletak pada tingkat yang paling atas dalam hierarki, dan semua traffic akan melalui kelas ini. Pada inner class terdapat father dan daughter class. Yang terakhir adalah leaf class. Leaf class tidak memiliki daughter class, melainkan hanya memiliki fatherclass.

Komponen HTB hampir sama dengan CBQ, perbedaan hanya terletak pada metode general scheduler dan estimator yang digunakan. General scheduler HTB menggunakan mekanisme Deficit Round Robin (DRR), sedangkan CBQ menggunakan mekanisme Weighted Round Robin (WRR), dan estimator pada HTB menggunakan Token Bucket Filter (TBF) sedangkan CBQ menggunakan Eksponensial Weighted Moving Average (Devera 2002).

Deficit Round Robin

DRR merupakan hasil pengembangan dari WRR. Dalam menangani antrian paket, DRR tidak perlu mengetahui rata-rata ukuran paket yang terkirim sebelumnya (Goleniewski 2007). Gambar 5 merupakan contoh dari cara kerja penjadwalan DRR.

Gambar 5 Ilustrasi Penjadwalan Deficit Round Robin (Goleniewski 2007).

Pada saat permulaan tiap putaran (round), Quantum ditambahkan ke Deficit Counter. Kemudian jika paket Head-of-Line (HoL) di antrian tersebut berukuran lebih kecil atau sama dengan Deficit Counter, paket HoL tersebut akan dikirimkan dan Deficit Counter akan berkurang, dikurangi oleh ukuran paket HoL.

Jika tidak, paket HoL tidak akan dikirim pada putaran tersebut dan Deficit Counter-nya berukuran sama dengan nilai Quantum di masing-masing antrian. Bila di dalam antrian tidak ada paket yang akan dikirimkan, Deficit Counter akan dikembalikan ke nilai 0.

Token Bucket Filter

Menurut Hubert (2002) Token Bucket Filter (TBF) merupakan queue discipline (qdisc) yang sederhana, qdisc ini hanya meneruskan paket yang datang pada sebuah rate yang tidak melebihi ketentuan rate yang diberikan.

Token Bucket Filter bekerja berdasarkan dua aliran, yaitu token dan data. Terdapat tiga kemungkinan skenario yang mungkin terjadi pada token bucket filter yaitu:

1 Paket data datang dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan token, sehingga paket data yang datang memiliki token yang sesuai akan melewati antrian tanpa delay. 2 Paket data datang dengan kecepatan yang

lebih kecil daripada kecepatan token. Hanya sebagian dari token yang dihapus pada keluaran saat menampung paket data keluar dari antrian, sehingga sisa token yang ada terakumulasi memenuhi bucket.

3 Paket data datang dengan kecepatan yang lebih besar daripada kecepatan token. Hal ini berarti bucket akan segera kehabisan token yang menyebabkan token bucket filter memperlambat lajunya untuk sementara waktu. Jika paket data terus datang dengan kecepatan yang sama, paket data akan di-drop dari antrian.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menjalankan beberapa tahapan seperti terlihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Diagram proses penelitian. Persiapan alat dan bahan penelitian

Implementasi bandwidth limiter

Pengujian dan pengambilan data

(13)

4

Studi Pustaka

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan informasi mengenai metode bandwidth limitation serta berbagai hal terkait dengan mekanisme bandwidth limitation. Sumber pustaka berupa buku tentang quality of service, jurnal, makalah maupun artikel dari internet.

Persiapan Alat dan Bahan Penelitian

Tahap berikutnya yaitu mempersiapkan alat-alat yang digunakan untuk penelitian. Sistem uji akan dibangun dengan menggunakan enam unit komputer yang salah satunya berperan sebagai bandwidth limiter. Berikut adalah spesifikasi keenam komputer tersebut:

1 Bandwidth limiter

 ProsesorIntel Pentium DualCore 2.8 GHz  RAM DDR 1GB

 Hardisk 250 GB

 LAN card Intel PRO/100 VE  Sistem operasi Linux CentOS 5.5 2 Lima unit komputer

 ProsesorIntel Pentium 4 3 GHz  RAMDDR 512 MB

 Hardisk 80 GB  LAN cardBroadcom

 Sistem operasi Microsoft Windows XP 3 Switch TP-Link 5 port

Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1 HTB-Tools versi 0.3.0a

HTB-Tools adalah sekumpulan program yang digunakan untuk mempermudah konfigurasi mekanisme pembagian bandwidth baik download maupun upload menggunakan fasilitas kernel Linux HTB. Beberapa parameter yang harus dikonfigurasi sebelum dilakukan pengujian antara lain:

 Bandwidth, besarnya garansi bandwidth minimum yang dialokasikan untuk suatu kelas.

 Limit, besarnya bandwidth maksimum yang akan didapat oleh suatu kelas.

 Burst, banyaknya bit yang dapat dikirimkan oleh kelas dalam satu waktu. Dalam penelitian ini nilai burst diset = 0, dengan demikian HTB akan menghitung nilai burst-nya secara otomatis.

 Priority, prioritas yang diberikan untuk suatu kelas, dalam penelitian ini semua kelas diberikan prioritas yang sama.

2 CBQ.init versi 0.7.3

Sama halnya dengan HTB-Tools, CBQ.init adalah sekumpulan program yang digunakan

untuk mempermudah konfigurasi bandwidth limiter CBQ di mesin Linux. Parameter yang perlu dikonfigurasi sebelum dilakukan pengujian antara lain:

 Device (ifname, bandwidth, weight)

- Ifname: nama interface yang akan dikontrol.

- Bandwidth: jenis interface yang digunakan. Dalam penelitian ini Ethernet yang digunakan yaitu 100Mbps.

- Weight: parameter tuning, harus proporsional dengan bandwidth. Biasanya digunakan aturan <weight> = <bandwidth> / 10

 Rate, besarnya bandwidth yang

dialokasikan untuk suatu kelas.

 Weigth: parameter tuning, harus

proporsional dengan <RATE>. Aturannya <WEIGHT> = <RATE> / 10

 Prio, prioritas yang diberikan untuk suatu kelas, dalam penelitian ini semua kelas diberikan prioritas yang sama.

 Rule, alamat ip dan port dari komputer target.

Untuk lebih jelasnya, konfigurasi masing-masing teknik antrian dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4.

3 Iperf versi 1.7.0

Tools iperf merupakan aplikasi client-server berbasis console yang digunakan untuk membangkitkan traffic UDP dan TCP.

Implementasi Bandwidth Limiter

Percobaan dilakukan pada jaringan lokal dengan tujuan memperkecil kemungkinan terjadinya gangguan jaringan. Skenario jaringan yang digunakan untuk menerapkan bandwidth limiter CBQ dan HTB dapat dilihat pada Gambar 7 yang menunjukkan jaringan dengan 6 unit komputer.

(14)

Dari Gambar 7 terlihat bahwa sistem uji terdiri atas 6 unit komputer. Dua komputer difungsikan sebagai server dan bandwidth limiter, kemudian komputer yang lain difungsikan sebagai client yang akan menerima paket UDP.

Pengujian dan Pengambilan Data

Pada tahap ini dijelaskan bagaimana cara pengujian disiplin antrian pada kedua teknik antrian HTB dan CBQ. Hasil pengujian akan dibandingkan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya.

Penelitian ini hanya mengamati lalu lintas data yang dikirim dari server menuju client, tidak untuk sebaliknya. Dengan demikian interface yang diamati yaitu interface ethernet 1 dengan ip address 192.168.1.1/24.

Pengujian dilakukan dengan 2 skenario, yaitu: 1 Kedua bandwidth limiter diset bounded,

artinya antar-client tidak diizinkan saling meminjam bandwidth.

2 Kedua bandwidth limiter diset unbounded, artinya antar-client diizinkan saling meminjam bandwidth.

Bandwidth maksimum atau nilai ceil dibatasi sebesar 512 kbps. Masing-masing kelas dialokasikan sebesar 128 Kbps. Pada saat link hanya digunakan oleh satu kelas, bandwidth yang akan didapatkan kelas tersebut yaitu bandwidth maksimum atau sebesar 512 kbps (untuk unbounded). Namun, pada saat bandwidth limiter diset bounded, kelas akan tetap mendapatkan 128 kbps walaupun kelas lain dalam keadaan idle.

Pengukuran throughput, jitter, dan packet loss dilakukan dengan cara mengirimkan paket UDP dari komputer server ke client dengan beberapa ukuran paket yang telah ditentukan. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh ukuran paket UDP yang dikirimkan terhadap parameter-parameter tersebut. Ukuran paket UDP yang dikirim bervariasi yaitu sebesar 128 kbit, 256 kbit, dan 512 kbit. Pengujian dilakukan sebanyak sepuluh kali untuk setiap variasi kemudian diambil rata-ratanya.

Di samping ukuran paket yang bervariasi, banyaknya client yang menerima paket juga bervariasi yaitu dari 1 client sampai 4 client secara bersamaan. Pengujian dilakukan dengan bantuan tools iperf yang dijalankan bersamaan pada komputer client dan server. Berikut adalah sintaks yang digunakan dalam melakukan pengujian ini.

Komputer server:

C:\>iperf –c <alamat IP client>

-u –l <ukuran paket UDP>

Komputer client:

C:\>iperf –s –u

Keterangan:

-s: Mode server. Server akan menerima aliran data hasil pengetesan.

-c: Mode client. Diikuti dengan alamat IP

server, client akan mengirimkan aliran data tes.

-u: Jenis paket yang dikirimkan, yaitu UDP.

-l: Buffer length. Digunakan untuk

menentukan ukuran paket yang dikirim.

Analisis Kinerja

Tahap terakhir dari penelitian ini adalah analisis kinerja. Data yang didapat dari percobaan yang menggunakan metode CBQ dan HTB dibandingkan untuk mengetahui keunggulannya masing-masing. Dengan demikian diharapkan penggunaan yang tepat akan membuat bandwidth limiter bekerja secara optimal.

Parameter Kinerja Bandwidth Limiter

Pada penelitian ini digunakan 3 parameter untuk mengevaluasi kinerja bandwidth limiter. Parameter-parameter tersebut adalah throughput, jitter, dan packet loss.

Untuk mengetahui kemampuan bandwidth limiter dalam membagi bandwidth serta tingkat kestabilan dalam menangani paket, simpangan baku dari masing-masing parameter dihitung untuk setiap percobaan.

Setelah didapat nilai simpangan baku dari setiap parameter kemudian diamati. Jika nilainya kecil, tingkat kestablilan dari metode bandwidth limiter untuk parameter tersebut cukup baik. Oleh karena itu, semakin stabil nilai yang dihasilkan pada parameter tersebut maka semakin baik pula kinerja bandwidth limiter.

Di samping itu, simpangan baku antar-client pada saat paket dikirimkan ke empat client secara bersamaan dihitung untuk mengetahui kemampuan teknik antrian dalam membagi bandwidth.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(15)

6

Hasil Percobaan Menggunakan Skenario 1 (Bounded)

Pada percobaan dengan skenario 1, nilai rate dari masing-masing kelas diset sama dengan nilai batas maksimum yaitu 128 kbps. Dengan demikian kelas tidak diizinkan untuk saling meminjam bandwidth. Hasil dari percobaan menggunakan skenario 1 disajikan dalam Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3 berikut penjelasannya masing-masing.

a Pengukuran throughput

Pengambilan data throughput dilakukan menggunakan tools iperf. Protokol yang digunakan yaitu UDP, paket datagram dikirimkan dari PC server ke PC client, dimulai dari 1 client, 2 client, 3 client, dan 4 client secara bersamaan.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, besar paket yang dikirimkan bervariasi yaitu 128 kbit, 256 kbit, dan 512 kbit. Pengambilan data dilakukan sebanyak sepuluh kali kemudian hasilnya dirata-ratakan. Hasil pengukuran throughput dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil pengukuran rata-rata throughput (kbps)

Jumlah

Client

Ukuran paket UDP 128Kbit 256Kbit 512Kbit HTB CBQ HTB CBQ HTB CBQ

1 128.0 128.0 124.9 124.7 127.5 128.6

2 127.4 128.0 125.3 124.4 109.1 125.0 126.9 128.0 126.7 121.1 105.2 124.4

3

128.0 128.1 125.3 125.0 121.2 123.7 127.1 128.7 123.4 121.1 121.9 122.6 127.2 128.4 125.1 121.1 121.1 123.2

4

126.2 128.6 124.6 115.4 109.9 119.9 125.2 128.5 123.8 112.1 106.5 115.5 126.2 129.3 122.0 110.2 109.6 120.3 123.5 126.2 125.8 117.5 104.8 116.3

Tabel 1 merupakan tabel perbandingan rata-rata throughput antara HTB dengan CBQ dalam satuan Kbps. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada saat paket datagram sebesar 128 kbit dikirimkan ke 1 client, throughput yang didapat antara HTB dan CBQ besarnya sama yaitu 128 kbps. Tetapi perbedaan terjadi pada saat paket datagram dikirimkan ke 2, 3 dan 4 client secara bersamaan, nilai throughput yang dihasilkan CBQ lebih besar dibandingkan dengan HTB.

Pada saat paket datagram ditingkatkan menjadi 256 kbit dan 512 kbit, throughput yang dihasilkan CBQ masih lebih besar dibandingkan dengan HTB. Hasil tersebut bukan berarti CBQ

lebih baik dibandingkan HTB karena banyak terjadi kebocoran. Lain halnya dengan HTB, meskipun throughput-nya lebih kecil dari CBQ, tidak terlihat adanya data yang melebihi ketentuan yaitu sebesar 128 kbps. Jika dilihat dari data hasil percobaan, throughput yang dihasilkan HTB lebih stabil dibandingkan dengan CBQ.

Nilai simpangan baku setiap percobaan yang menggunakan HTB lebih kecil dibandingkan dengan CBQ, artinya HTB lebih stabil dibandingkan CBQ dari segi pembagian bandwidth. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

bPengukuran jitter

Data jitter diambil dengan mekanisme yang sama seperti data throughput. Rata-rata jitter hasil percobaan dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan bahwa semakin besar ukuran paket yang dikirimkan maka semakin besar pula nilai jitter yang dihasilkan.

Tabel 2 Hasil pengukuran rata-rata jitter (ms)

Jumlah

Client

Ukuran paket UDP 128Kbit 256Kbit 512Kbit HTB CBQ HTB CBQ HTB CBQ

1 0.09 0.19 0.46 0.30 6.45 8.29

2 0.47 1.03 6.74 8.33 11.63 22.59 0.54 1.00 7.46 9.31 11.66 20.25

3

1.77 2.10 11.65 15.31 24.35 31.44 1.69 0.49 13.90 13.69 24.45 31.24 1.35 1.98 14.36 13.76 24.41 32.23

4

7.27 11.19 17.60 21.69 34.01 49.25 6.53 11.52 17.05 23.31 36.54 46.04 6.50 16.08 17.50 22.02 38.51 40.64 8.63 18.42 16.14 24.55 32.46 37.56

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada saat paket datagram sebesar 128 kbit dikirimkan ke 1 client, jitter yang dihasilkan baik HTB maupun CBQ hampir mendekati 0. Hal ini berarti perbedaan waktu tiba antara paket yang satu dengan paket yang lain sangat kecil.

Pada saat jumlah penerima paket ditingkatkan, nilai jitter yang dihasilkan baik HTB maupun CBQ semakin besar, perbedaan mulai terlihat jelas pada saat paket dikirimkan ke 4 client, nilai rata-rata jitter yang dihasilkan HTB berkisar antara 6-8 ms, sedangkan pada CBQ berkisar antara 11-18 ms.

(16)

Perbedaan mulai terlihat signifikan pada saat paket dikirimkan ke 4 client secara bersamaan. Nilai jitter yang dihasilkan HTB berkisar 16-17 ms sedangkan CBQ berkisar 21-24 ms.

Pada saat paket datagram sebesar 512 kbit dikiriman ke 1 client, nilai jitter yang dihasilkan HTB dan CBQ tidak terlalu besar yaitu masing-masing 6.452 dan 8.295 ms. Tetapi, pada saat dikirimkan ke 4 client secara bersamaan, nilai rata-rata jitter yang dihasilkan HTB maupun CBQ meningkat secara signifikan. Untuk HTB berkisar antara 32-38 ms sedangkan untuk CBQ berkisar antara 37-49 ms.

Seperti terlihat pada Lampiran 1 bahwa nilai simpangan baku dari HTB lebih kecil dari CBQ yang artinya HTB lebih stabil dibandingkan CBQ dari segi waktu pengiriman paket.

c Pengukuran packet loss

Data pada Tabel 3 adalah rata-rata packet loss dari percobaan yang dilakukan sebanyak sepuluh kali. Nampak terlihat perbedaan besarnya packet loss yang dihasilkan antara HTB dan CBQ.

Tabel 3 Hasil pengukuran packet loss (%)

Jumlah

Client

Ukuran paket UDP 128Kbit 256Kbit 512Kbit HTB CBQ HTB CBQ HTB CBQ

1 0.00 0.00 0.00 1.40 6.59 8.90

2 0.00 0.00 2.40 2.70 34.20 44.20 0.00 0.00 2.80 3.10 33.00 42.30

3

0.00 0.00 18.30 22.40 45.00 56.20 0.00 0.00 19.20 20.70 44.30 53.30 0.00 0.00 19.70 22.40 40.00 59.00

4

0.67 0.84 29.10 37.00 71.00 71.50 1.52 4.18 30.00 34.20 70.10 74.90 1.95 1.99 29.60 31.60 56.80 71.60 2.14 1.01 28.70 31.80 61.30 70.00

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada saat pengiriman paket datagram sebesar 128 kbit ke 1 sampai 3 client secara bersamaan, baik HTB maupun CBQ tidak terdapat adanya packet loss. Hal ini dikarenakan jalur yang ada masih memadai untuk dilewati paket datagram sebesar 128 kbit sehingga tidak menimbulkan antrian paket yang panjang. Adanya packet loss mulai terjadi pada saat paket dikirimkan ke 4 client secara bersamaan. Namun besar packet loss hanya berkisar 0.67% – 4.18%.

Ketika besar paket datagram yang dikirimkan ditingkatkan menjadi 256 kbit, packet loss yang dihasilkan baik HTB maupun CBQ semakin besar. Dapat dilihat perbandingannya pada saat dikirimkan ke 3

client secara bersamaan, besar rata-rata packet loss yang dihasilkan CBQ selalu lebih besar dibandingkan dengan HTB.

Seperti yang terlihat pada Lampiran 1 bahwa nilai simpangan baku dari HTB lebih kecil dari CBQ yang artinya HTB lebih stabil dibandingkan CBQ.

dSimpangan baku antar-client

Tabel 4 menunjukkan simpangan baku antar-client dari masing-masing parameter. Dengan mengamati data simpangan baku ini dapat diketahui seberapa adil bandwidth limiter dalam membagi bandwidth ke setiap client. Tabel 4 Simpangan baku antar-client

Besar

Dapat dilihat pada Tabel 4 bahwa secara umum nilai simpangan baku antar-client HTB lebih kecil dari CBQ. Walaupun tidak terlihat signifikan, namun hal ini menunjukkan bahwa HTB lebih baik dalam membagi bandwidth ke setiap client-nya dibandingkan dengan CBQ.

Hasil Percobaan Menggunakan Skenario 2 (Unbounded)

Pada percobaan dengan skenario 2, nilai rate dari masing-masing kelas diset sebesar 128 kbps sedangkan nilai maksimum diset sebesar 512 kbps. Artinya, suatu kelas diizinkan untuk meminjam bandwidth dari kelas lain pada saat kelas lain tidak menggunakannya. Hasil dari percobaan menggunakan skenario 2 disajikan dalam Tabel 5, Tabel 6, Tabel 7, dan Tabel 8 berikut penjelasannya.

a Pengukuran throughput

(17)

8

Dengan demikian, suatu kelas bisa mendapatkan bandwidth lebih dari yang telah dialokasikan jika terdapat sisa bandwidth dari kelas lain. Hal ini mempengaruhi throughput yang dihasilkan, seperti ditunjukkan pada Tabel 5 bahwa nilai throughput dari suatu kelas dapat melebihi nilai bandwidth yang dialokasikan.

Tabel 5 Hasil pengukuran rata-rata throughput (kbps)

Jumlah

Client

Ukuran paket UDP 128Kbit 256Kbit 512Kbit HTB CBQ HTB CBQ HTB CBQ

1 128.0 128.0 255.6 256.0 501.6 504.0

2 128.0 128.0 253.1 254.9 267.4 279.3 128.0 128.0 248.6 252.1 237.4 230.2

3

127.2 128.0 170.6 173.1 171.2 167.9 127.1 128.4 171.2 156.9 161.6 170.8 126.9 127.5 176.9 176.7 173.4 162.4

4

126.2 126.3 127.0 128.3 122.2 141.7 126.0 128.4 128.3 156.2 127.8 120.1 124.9 129.2 118.6 126.2 123.9 115.6 123.2 126.2 125.4 103.0 123.2 137.7

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada saat paket datagram sebesar 128 kbit dikirimkan ke 1 client, nilai rata-rata throughput yang dihasilkan HTB dan CBQ sama besar yaitu 128 kbps. Begitupun pada saat dikirimkan ke 2 client secara bersamaan.

Perbedaan mulai terlihat ketika paket dikirimkan ke 3 client secara bersamaan, nilai rata-rata throughput yang dihasilkan CBQ lebih besar dibandingkan dengan HTB. Namun perbedaannya tidak terlalu signifikan, hanya selisih 1-2 kbps.

Pada saat ukuran paket ditingkatkan menjadi 256 kbit, nampak terjadi peminjaman bandwidth dari kelas lain yang sedang idle. Rata-rata throughput yang dihasilkan HTB dan CBQ berada di antara nilai rate dan ceil, hal ini dikarenakan kelas diizinkan untuk saling meminjam bandwidth. Ketika paket datagram dikirimkan ke 3 dan 4 client secara bersamaan, rata-rata throughput yang dihasilkan HTB nampak terlihat lebih stabil dibandingkan dengan CBQ.

Demikian halnya ketika paket sebesar 512 kbit dikirimkan ke 4 client secara bersamaan, nilai rata-rata throughput yang dihasilkan HTB nampak lebih stabil dibandingkan dengan CBQ. Walaupun throughput-nya lebih besar CBQ namun jika dilihat dari tingkat kestabilan, HTB masih lebih stabil dibandingkan CBQ. Hal ini dibuktikan dengan nilai simpangan baku setiap percobaan yang dihasilkan HTB lebih kecil

dibandingkan dengan CBQ. Seperti yang terlihat pada Lampiran 2, simpangan baku CBQ untuk salah satu client mencapai 30.33 sedangkan HTB hanya 7.66.

Yang menjadi salah satu faktor penyebab HTB berkeja lebih baik dibandingkan CBQ yaitu karena nilai ceil pada HTB dapat ditentukan di setiap client. Dengan demikian throughput yang dihasilkan tidak akan melebihi nilai maksimum yang sudah ditentukan. Hal ini tidak terjadi pada CBQ, untuk menentukan suatu class dapat meminjam bandwidth dari kelas lain atau tidak, hanya bisa ditentukan di root-nya, tidak di masing-masing client sehingga akan memungkinkan terjadinya fluktuasi nilai throughput pada saat paket dikirimkan.

bPengukuran jitter

Pengukuran data jitter dengan mekanisme unbounded dilakukan sama seperti pada saat percobaan menggunakan mekanisme bounded. Hasilnya pun hampir sama seperti pada saat menggunakan mekanisme bounded.

Tabel 6 menunjukkan hasil pengukuran jitter yang dilakukan bersamaan dengan pengambilan data throughput dan packet loss. Mekanisme pengambilannya sama dengan mekanisme saat menggunakan skenario 1. Tabel 6 Hasil pengukuran rata-rata jitter (ms)

Jumlah

Client

Ukuran paket UDP 128Kbit 256Kbit 512Kbit HTB CBQ HTB CBQ HTB CBQ

1 0.65 0.95 2.87 4.19 7.99 8.85

2 4.52 4.55 10.98 12.25 18.94 24.31 2.85 3.89 9.95 10.90 21.68 28.88

3

4.36 5.19 9.90 20.81 30.23 32.90 4.35 3.66 12.40 13.69 26.80 25.00 4.89 6.92 13.77 23.27 36.44 38.72

4

10.19 14.37 25.70 29.93 42.22 46.64 10.15 12.29 23.40 21.10 23.04 40.82 11.77 13.43 21.49 22.02 21.04 41.58 9.24 14.08 22.12 35.08 44.77 46.55 Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa pada saat paket sebesar 128 kbit dikirimkan ke 1 client, nilai rata-rata jitter yang dihasilkan HTB dan CBQ berturut-turut hanya 0.65 ms dan 0.95 ms. Tetapi, nilai jitter meningkat secara signifikan ketika dikirimkan ke 2 client secara bersamaan. Saat paket dikirimkan ke 3 client nampak bahwa nilai jitter yang dihasilkan HTB lebih stabil dibandingkan dengan CBQ.

(18)

HTB dan CBQ semakin besar hingga mencapai 46 ms.

Jika dilihat dari sisi tingkat kestabilan, HTB lebih stabil dibandingkan dengan CBQ dibuktikan dengan nilai simpangan baku HTB yang lebih kecil dibandingkan dengan CBQ seperti yang terlihat di Lampiran 2.

c Pengukuran packet loss

Sama seperti pada percobaan sebelumnya, data packet loss diambil bersamaan dengan data throughput dan jitter. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil pengukuran rata-rata packet loss (%)

Jumlah

Client

Ukuran paket UDP 128Kbit 256Kbit 512Kbit

HTB CBQ HTB CBQ HTB CBQ

1 0.00 0.00 0.00 0.74 1.92 2.61

2 0.00 0.00 1.77 1.30 44.20 45.10 0.00 0.00 1.74 2.08 46.00 53.10

3

0.00 0.00 30.70 32.80 63.60 65.90 0.00 0.00 23.60 24.40 51.60 55.60 0.00 0.00 28.00 29.10 59.10 63.10

4

0.00 1.98 35.40 37.60 66.40 70.00 0.00 2.48 40.30 46.20 69.20 78.40 0.00 2.08 32.50 33.00 57.50 75.30 0.00 2.27 37.10 38.60 59.60 68.40

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa terdapat packet loss pada saat paket sebesar 128 kbit dikirimkan ke 4 client secara bersamaan. Namun hal ini terjadi hanya pada CBQ. Packet loss meningkat secara signifikan pada saat paket sebesar 256 kbit dikirimkan ke 3 client secara bersamaan. Penyebabnya adalah buffer yang tidak mampu lagi menampung antrian paket. Hal ini terjadi pada kedua antrian.

Nilai rata-rata packet loss yang dihasilkan CBQ mencapai angka 78% pada saat paket datagram sebesar 512 kbit dikirimkan ke 4 client secara bersamaan. Namun pada HTB packet loss yang dihasilkan masih di bawah 70%. Dengan demikian packet loss yang dihasilkan HTB lebih kecil dibandingkan dengan CBQ.

Seperti terlihat pada lampiran 2, nilai simpangan baku HTB lebih kecil dari CBQ. Hal ini menunjukkan bahwa HTB lebih stabil dibandingkan CBQ dari segi packet loss yang dihasilkan.

dSimpangan baku antar-client

Tabel 8 menunjukkan tabel simpangan baku antar-client dari masing-masing parameter saat bandwidth limiter diset unbounded. Sama

seperti simpangan baku antar-client pada saat bandwidth limiter diset bounded, simpangan baku HTB saat bandwidth limiter diset unbounded relatif lebih kecil dibandingkan dengan CBQ.

Perbedaan terlihat signifikan pada saat paket sebesar 512 kbit dikirimkan ke dua client secara bersamaan, simpangan baku antar-client untuk parameter throughput dari CBQ tampak jauh lebih besar dibandingkan HTB.

Tabel 8 Simpangan baku antar-client

Besar

Salah satu penyebabnya yaitu karena HTB memiliki nilai ceil yang dapat didefinisikan di masing-masing client sedangkan CBQ tidak. Hal ini juga terbukti dengan nilai simpangan baku setiap percobaan yang dihasilkan HTB relatif lebih kecil dibandingakan CBQ, dapat dilihat pada Lampiran 2. Artinya HTB lebih baik dalam menangani paket yang datang dibandingkan CBQ.

Analisis Kinerja

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kinerja bandwidth limiter dapat dilihat dari beberapa parameter, antara lain throughput, jitter, dan packet loss. Berdasarkan hasil percobaan, HTB memiliki kinerja yang lebih baik dari CBQ dilihat dari 3 parameter tersebut.

(19)

10

Di samping itu, simpangan baku antar-client juga dihitung untuk mengetahui kemampuan bandwidth limiter dalam membagi dan membatasi bandwidth. Sama halnya dengan simpangan baku setiap percobaan, simpangan baku antar-client yang dihasilkan HTB cenderung lebih kecil dibandingkan dengan CBQ yang berarti bahwa nilai dari tiga parameter yang dihasilkan HTB lebih merata di empat client dibandingkan dengan CBQ.

Throughput

Dari keseluruhan percobaan, throughput yang dihasilkan CBQ tampak lebih besar dibandingkan dengan HTB, HTB selalu berada di bawah alokasi yang telah ditentukan dan terlihat konstan/stabil. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1, tidak ditemukan data rata-rata maupun data asli (sebelum dirata-ratakan) throughput dari HTB yang melebihi rate/ceil, nilainya selalu lebih kecil atau sama dengan 128 kbps. Sedangkan pada CBQ terdapat kebocoran/melebihi rate/ceil pada saat paket sebesar 128 kbit dikirimkan ke 3 dan 4 client secara bersamaan. Walaupun nilai kebocorannya tidak terlalu besar yaitu 129.3 kbps dari nilai yang seharusnya yaitu 128 kbps, namun hal ini menunjukkan bahwa CBQ tidak akurat dalam membatasi bandwidth.

Salah satu faktor yang menyebabkan kebocoran bandwidth di setiap kelas pada CBQ yaitu tidak adanya nilai ceil (max limit) yang dapat dikonfigurasi di setiap class. Diizinkan atau tidaknya sharing bandwidth antar-kelas hanya dapat dikonfigurasi di class parent. Berbeda dengan HTB yang memberikan fasilitas pembatasan traffic pada setiap level ataupun klasifikasinya dengan menentukan nilai rate dan ceil di setiap class-nya, sehingga throughput yang didapat akan lebih akurat (tidak melebihi batas/limit yang sudah ditentukan).

Dari hasil penghitungan, simpangan baku untuk data awal throughput yang dihasilkan HTB lebih kecil dibandingkan dengan CBQ. Hal ini menunjukkan bahwa HTB lebih stabil dalam pembagian bandwidth dibandingkan dengan CBQ. Sama halnya dengan simpangan baku antar-client, nilai yang dihasilkan HTB cenderung lebih kecil dibandingkan CBQ. Saat menggunakan HTB, throughput yang didapat masing-masing client lebih seragam dibandingkan CBQ.

Dengan adanya parameter ceil pada HTB yang dapat diset untuk setiap client menjadikan HTB lebih akurat dalam membagi bandwidth. Tidak seperti CBQ yang hanya bisa menentukan nilai ceil di root/parent-nya. Hal ini yang menjadi salah satu kekurangan CBQ.

Jitter

Dari hasil dan pembahasan, dapat dilihat bahwa nilai jitter berbanding lurus dengan besarnya paket yang dikirimkan. Semakin besar paket yang dikirimkan maka semakin besar pula nilai jitter yang dihasilkan. Nilai rata-rata jitter yang dihasilkan CBQ mencapai 49.251 ms pada saat paket sebesar 512 kbit dikirimkan ke 4 client secara bersamaan. Hal ini dikarenakan bandwidth sebesar 128 kbps tidak mencukupi untuk dilalui paket sebesar 512 kbit yang dikirimkan ke 4 client secara bersamaan sehingga menimbulkan antrian yang panjang dan nilai jitter menjadi sangat besar.

Dari keseluruhan hasil percobaan yang dilakukan, rata-rata jitter yang dihasilkan CBQ baik pada saat bandwidth limiter diset bounded maupun unbounded lebih besar dibandingkan dengan HTB. Dengan demikian waktu kedatangan paket yang dihasilkan HTB lebih cepat dibandingkan dengan CBQ.

Simpangan baku data jitter yang dihasilkan HTB cenderung lebih kecil dibandingkan dengan CBQ. Hal ini menunjukkan bahwa HTB lebih stabil dalam menangani antrian paket dibandingkan dengan CBQ.

Packet Loss

Packet loss merupakan parameter yang menggambarkan persentase paket yang hilang selama proses transfer data. Penyebabnya antara lain karena adanya collision atau tabrakan dalam jaringan. Di samping itu, penyebab lain dari adanya packet loss dikarenakan kapasitas buffer yang tidak mencukupi untuk menampung antrian paket atau biasa disebut dengan overflow.

Berdasarkan hasil percobaan, semakin besar paket yang dikirimkan serta semakin banyak jumlah client yang dikirim maka semakin besar pula persentase packet loss yang dihasilkan. Packet loss meningkat secara signifikan ketika paket sebesar 256 kbit dikirimkan ke 3 client secara bersamaan. Rata-rata packet loss yang dihasilkan HTB yaitu 30.70%, namun packet loss pada CBQ lebih besar hingga mencapai 32.80%.

(20)

Sama halnya dengan parameter throughput dan jitter, simpangan baku untuk data packet loss yang dihasilkan CBQ lebih besar dibandingkan dengan HTB. Hal ini menunjukkan bahwa HTB lebih stabil dalam menangani antrian paket dibandingkan dengan CBQ.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini, kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1 HTB memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan CBQ jika dilihat dari parameter throughput, jitter, dan packet loss. 2 Secara keseluruhan simpangan baku

antar-client yang dihasilkan HTB lebih kecil dibandingkan CBQ, menunjukkan HTB lebih stabil dibandingkan CBQ.

3 Untuk aplikasi yang membutuhkan ketepatan alokasi bandwidth dan jitter yang cukup baik, sebaiknya menggunakan HTB.

Saran

Penelitian ini dapat dikembangkan lagi pada penelitian selanjutnya yaitu dengan:

1 Menggunakan jaringan dengan banyak kelas dan terdapat beberapa level di bawahnya. Di samping itu nilai pembatasan bandwidth dibuat lebih bervariasi.

2 Menggunakan protocol TCP untuk mendapatkan parameter delay.

3 Kedua metode bandwidth limiter diuji menggunakan audio/video streaming agar data yang dihasilkan lebih nyata.

4 Membandingkan dengan meteode bandwidth limiter yang lain untuk mendapatkan metode yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Howaide AZ, Doulat AS, Khamayseh YM. 2011. Performance evaluation of different scheduling algorithms in wimax. International Journal Computer Science Engineering and Application 1(5):81-94. Brown MA. Traffic Control Howto. 2006.

http://linux-ip.net/articles/Traffic-Control-HOWTO [24 Juli 2010].

Brownlee N, Loosley C. 2001. Fundamentals of internet measurement. Computer Resource Management 102:1-14.

Carrera B. 2010. Iperf Tests http://openmaniak.com/iperf.php [24 Juli 2010].

Comer DE. 2008. Computer Networks and Internets.5thEdition. New Jersey : Prentice Hall.

Devera M. 2002. HTB Manual User http://luxik.cdi.cz/~devik/qos/. [24 Juli 2010].

Floyd S, Jacobson V. 1995. Link-sharing and resource management model for packet networks. IEEE/ACM Transactions on Networking 3:1-22.

Goleniewski L. 2007. Telecommunication Essentials. Boston: Pearson Education. Hubert B. 2002. Linux advance routing and

traffic control how to.

http://tldp.org/HOWTO/pdf/Adv-Routing-HOWTO.pdf [18 Februari 2012].

[ITU]. International Telecommunication Union for Standarization. 2002. Quality of Service and Network performance [24 Juli 2010]. Kenjiro C. 1998. A framework for alternate

queueing: towards traffic management by PC-UNIX based routers. USENIX Annual Technical Conference 98:247-258.

Michalas A. 2003. Proportional delay differentiation employing the cbq service discipline. International Conference of Telecommunication; Zagreb, 11-13 Juni 2003. hlm 483-489.

Pangera AA. 2004. Analisis perbandingan HTB (Hierarchical Token Bucket) dan CBQ (Class Based Queuing) untuk mengatur bandwidth menggunakan Linux [skripsi]. Yogyakarta: STMIK AMIKOM Yogyakarta.

(21)

12

(22)

Lampiran 1 Hasil percobaan pengiriman paket UDP menggunakan Skenario 1

A. Ukuran paket yang dikirim sebesar 128 kbit, menggunakan teknik antrian CBQ

Percobaan 1 Client

T J L

128.0 0 .000 0.00

128.0 0 .000 0.00

128.0 0 .000 0.00

128.0 0 .000 0.00

128.0 0 .327 0.00

128.0 0 .752 0.00

128.0 0 .304 0.00

128.0 0 .521 0.00

128.0 0 .000 0.00

128.0 0 .000 0.00

Rata-rata 128.0 0 .190 0.00

Simpangan Baku 0.000 0 .274 0.00

Percobaan 2 Client

T J L T J L

128.0 1 .513 0.00 128.0 1.616 0.00

128.0 0 .736 0.00 128.0 0.525 0.00

128.0 1 .583 0.00 128.0 1.613 0.00

128.0 0 .622 0.00 128.0 1.412 0.00

128.0 0 .679 0.00 128.0 0.604 0.00

128.0 0 .324 0.00 128.0 0.491 0.00

128.0 1 .466 0.00 128.0 1.562 0.00

128.0 0 .451 0.00 128.0 1.510 0.00

128.0 1 .423 0.00 128.0 0.483 0.00

128.0 1 .523 0.00 128.0 0.206 0.00

Rata-rata 128.0 1 .032 0.00 128.0 1.002 0.00

Simpangan Baku 0.000 0 .510 0.00 0.000 0.581 0.00

Percobaan 3 Client

T J L T J L T J L

128.0 2 .026 0.00 128.0 0.560 0.00 121.0 0.169 0.00

132.0 2 .522 0.00 126.0 0.876 0.00 128.0 1.549 0.00

129.0 1 .521 0.00 128.0 0.771 0.00 127.0 1.713 0.00

126.0 0 .009 0.00 128.0 0.142 0.00 127.0 1.137 0.00

129.0 0 .025 0.00 135.0 0.468 0.00 129.0 3.651 0.00

125.0 3 .928 0.00 129.0 0.282 0.00 132.0 2.981 0.00

131.0 2 .008 0.00 129.0 0.155 0.00 138.0 2.865 0.00

128.0 2 .026 0.00 128.0 0.160 0.00 125.0 1.729 0.00

128.0 3 .411 0.00 128.0 0.776 0.00 129.0 2.750 0.00

125.0 3 .521 0.00 128.0 0.754 0.00 128.0 1.281 0.00

Rata-rata 128.1 2 .100 0.00 128.7 0.494 0.00 128.4 1.983 0.00

Simpangan Baku 2.331 1 .345 0.00 2.359 0.293 0.00 4.427 1.052 0.00

Percobaan 4 Client

T J L T J L T J L T J L

129.0 7 .950 2.30 126.0 12.465 4.00 131.0 1 0.113 1.80 126.0 19.380 1.00

128.0 13 .700 1.50 128.0 10.070 7.00 124.0 8.258 1.30 124.0 13.650 0.80

127.0 8 .210 1.00 129.0 11.580 5.60 125.0 2 3.038 1.60 126.0 12.330 1.00

129.0 13 .250 2.40 130.0 12.152 4.00 135.0 1 8.930 1.22 125.0 13.630 1.00

131.0 14 .380 0.50 126.0 14.080 2.40 134.0 1 7.363 1.60 130.0 17.660 0.44

129.0 10 .620 0.70 129.0 13.050 3.80 129.0 2 1.496 2.70 124.0 15.490 1.70

126.0 10 .800 0.00 126.0 12.267 3.00 133.0 1 8.369 1.90 123.0 16.560 1.50

129.0 11 .080 0.00 128.0 10.170 5.00 123.0 1 2.432 1.30 129.0 23.760 0.70

128.0 9 .330 0.00 133.0 11.380 3.00 125.0 1 0.978 1.70 127.0 25.560 1.00

130.0 12 .610 0.00 130.0 8.059 4.00 134.0 1 9.855 4.80 128.0 26.250 1.00

Rata-rata 128.6 11 .193 0.84 128.5 11.527 4.18 129.3 1 6.083 1.99 126.2 18.427 1.01

Simpangan Baku 1.430 2 .262 0.94 2.224 1.721 1.37 4.692 5.198 1.07 2.300 5.133 0.36

Keterangan: T = Throughput (kbps)

J = Jitter (ms)

(23)

14

Lampiran 1 Lanjutan

B. Ukuran paket yang dikirim sebesar 256 kbit, menggunakan teknik antrian CBQ

Percobaan 1 Client

T J L

125.0 0.000 1.23

135.0 0.100 0.10

110.0 0.230 1.23

104.0 0.253 2.26

127.0 0.210 0.91

125.0 0.610 1.61

138.0 0.430 1.43

129.0 0.477 0.50

129.0 0.429 2.46

125.0 0.290 2.29

Rata-rata 124.7 0.303 1.40

Simpangan Baku 10.382 0.184 0.78

Percobaan 2 Client

T J L T J L

104.0 18.100 3.20 122.0 12.740 4.09

120.0 7.670 2.88 117.0 3.800 2.31

139.0 12.170 2.00 146.0 4.952 2.45

128.0 7.392 1.97 132.0 5.317 3.97

128.0 8.282 2.50 122.0 12.190 3.02

127.0 7.196 2.31 107.0 12.580 2.05

130.0 6.630 3.80 113.0 9.326 3.16

126.0 3.050 2.31 120.0 5.480 4.33

114.0 4.286 2.14 114.0 16.685 2.41

128.0 8.595 3.90 118.0 10.090 3.21

Rata-rata 124.4 8.337 2.70 121.1 9.316 3.10

Simpangan Baku 9.640 4.216 0.72 10.969 4.291 0.81

Percobaan 3 Client

T J L T J L T J L

128.0 9.770 21.00 106.0 21.130 18.00 181.0 14.240 26.00

127.0 10.170 17.00 122.0 10.010 24.00 109.0 12.660 21.00

133.0 18.210 15.00 121.0 13.570 21.00 134.0 13.460 22.00

114.0 17.490 18.00 118.0 15.670 12.00 112.0 15.940 23.00

120.0 18.480 33.00 120.0 13.830 20.00 112.0 8.210 22.00

127.0 17.190 28.00 166.0 14.640 26.00 118.0 11.190 16.00

124.0 12.620 32.00 116.0 11.130 22.00 106.0 24.300 21.00

116.0 18.940 24.00 112.0 10.010 22.00 103.0 15.170 24.00

136.0 10.680 25.00 116.0 16.570 26.00 122.0 11.240 18.00

125.0 19.590 11.00 114.0 10.370 16.00 114.0 11.230 31.00

Rata-rata 125.0 15.314 22.40 121.1 13.693 20.70 121.1 13.764 22.40

Simpangan Baku 6.912 4.000 7.31 16.468 3.546 4.42 22.811 4.340 4.14

Percobaan 4 Client

T J L T J L T J L T J L

112.0 24.290 34.00 117.0 20.860 35.00 96.0 23.374 25.00 127.0 21.810 29.00

116.0 8.510 33.00 109.0 18.212 37.00 99.0 20.458 29.00 106.0 23.620 22.00

118.0 24.380 46.00 104.0 20.117 34.00 113.0 20.069 37.00 115.0 27.560 35.00

114.0 17.790 39.00 113.0 19.253 43.00 101.0 22.063 34.00 111.0 22.860 35.00

114.0 14.340 41.00 109.0 31.280 32.00 112.0 24.450 23.00 134.0 28.440 38.00

117.0 27.170 33.00 102.0 23.259 36.00 126.0 21.559 26.00 129.0 27.670 34.00

121.0 27.870 33.00 113.0 24.917 35.00 103.0 22.033 37.00 122.0 22.880 26.00

103.0 27.360 39.00 113.0 22.343 26.00 134.0 24.690 34.00 115.0 22.150 34.00

119.0 26.550 38.00 112.0 31.640 34.00 123.0 21.463 38.00 94.0 24.060 35.00

120.0 18.730 34.00 129.0 21.259 30.00 95.0 20.079 33.00 122.0 24.470 30.00

Rata-rata 115.4 21.699 37.00 112.1 23.314 34.20 110.2 22.024 31.60 117.5 24.552 31.80

Simpangan Baku 5.211 6.580 4.37 7.445 4.706 4.47 13.685 1.680 5.46 11.900 2.448 4.94

Keterangan: T = Throughput (kbps)

J = Jitter (ms)

(24)

Lampiran 1 Lanjutan

C. Ukuran paket yang dikirim sebesar 512 kbit, menggunakan teknik antrian CBQ

Percobaan 1 Client

T J L

128.0 10.206 10.80

128.0 9.145 11.30

128.0 5.804 17.10

129.0 7.423 12.70

130.0 9.452 16.10

129.0 8.787 2.19

129.0 12.250 2.09

129.0 7.201 2.10

128.0 5.421 4.22

128.0 7.266 10.40

Rata-rata 128.6 8.296 8.90

Simpangan Baku 0.699 2.084 5.82

Percobaan 2 Client

T J L T J L

128.0 24.100 45.00 105.0 20.410 40.00

138.0 24.210 43.00 125.0 21.420 38.00

114.0 20.190 51.00 126.0 19.500 41.00

127.0 23.120 47.00 115.0 19.260 44.00

128.0 21.380 44.00 125.0 20.180 46.00

122.0 20.420 37.00 132.0 19.470 47.00

122.0 20.290 47.00 130.0 19.530 36.00

114.0 22.780 49.00 126.0 19.130 30.00

133.0 23.330 38.00 135.0 21.170 47.00

124.0 26.140 41.00 125.0 22.440 54.00

Rata-rata 125.0 22.596 44.20 124.4 20.251 42.30

Simpangan Baku 7.572 1.989 4.57 8.644 1.104 6.78

Percobaan 3 Client

T J L T J L T J L

129.0 38.940 52.00 126.0 30.760 52.00 123.0 32.990 52.00

114.0 37.520 47.00 107.0 38.610 45.00 121.0 28.930 46.00

127.0 32.470 60.00 126.0 29.710 50.00 124.0 31.270 44.00

123.0 28.330 58.00 123.0 37.530 48.00 127.0 31.180 57.00

125.0 26.440 58.00 120.0 30.980 52.00 129.0 30.460 63.00

129.0 26.510 49.00 126.0 28.610 63.00 121.0 33.540 64.00

124.0 28.840 60.00 127.0 35.740 62.00 128.0 36.190 59.00

118.0 26.410 61.00 126.0 31.510 65.00 115.0 34.030 71.00

125.0 33.760 55.00 125.0 29.510 49.00 116.0 31.530 67.00

123.0 35.180 62.00 120.0 19.530 47.00 128.0 32.250 67.00

Rata-rata 123.7 31.440 56.20 122.6 31.249 53.30 123.2 32.237 59.00

Simpangan Baku 4.692 4.769 5.25 6.041 5.415 7.27 4.984 2.048 9.19

Percobaan 4 Client

T J L T J L T J L T J L

103.0 51.623 72.00 110.0 45.093 79.00 129.0 38.208 62.00 117.0 30.360 64.00

119.0 44.970 72.00 108.0 65.278 92.00 113.0 47.127 67.00 116.0 35.990 67.00

158.0 52.057 78.00 119.0 41.363 76.00 105.0 43.423 77.00 117.0 38.020 65.00

136.0 56.471 75.00 113.0 44.434 78.00 116.0 66.480 76.00 116.0 39.320 70.00

107.0 51.160 70.00 126.0 48.551 49.00 121.0 36.281 71.00 115.0 34.610 68.00

106.0 41.391 65.00 107.0 34.760 84.00 128.0 37.650 77.00 118.0 36.020 71.00

136.0 43.145 71.00 113.0 45.541 78.00 134.0 27.256 69.00 133.0 38.450 70.00

123.0 60.743 63.00 120.0 41.425 88.00 119.0 37.641 74.00 107.0 34.650 81.00

97.0 39.802 70.00 112.0 47.215 76.00 126.0 42.559 76.00 114.0 45.720 77.00

114.0 51.150 79.00 127.0 46.751 49.00 112.0 29.785 67.00 110.0 42.490 67.00

Rata-rata 119.9 49.251 71.50 115.5 46.041 74.90 120.3 40.641 71.60 116.3 37.563 70.00

Simpangan Baku 18.812 6.763 5.06 7.138 7.835 14.63 9.019 10.858 5.21 6.800 4.331 5.31

Keterangan: T = Throughput (kbps)

J = Jitter (ms)

(25)

16

Lampiran 1 Lanjutan

D. Ukuran paket yang dikirim sebesar 128 kbit, menggunakan teknik antrian HTB

Percobaan 1 Client

T J L

128.0 0 .065 0.00

128.0 0 .076 0.00

128.0 0 .174 0.00

128.0 0 .099 0.00

128.0 0 .134 0.00

128.0 0 .082 0.00

128.0 0 .048 0.00

128.0 0 .142 0.00

128.0 0 .093 0.00

128.0 0 .081 0.00

Rata-rata 128.0 0 .099 0.00

Simpangan Baku 0.000 0 .039 0.00

Percobaan 2 Client

T J L T J L

127.0 0 .276 0.00 128.0 0.577 0.00

127.0 0 .498 0.00 128.0 0.367 0.00

128.0 0 .654 0.00 128.0 0.189 0.00

126.0 0 .899 0.00 124.0 0.425 0.00

128.0 0 .476 0.00 125.0 0.612 0.00

128.0 0 .286 0.00 125.0 0.825 0.00

128.0 0 .275 0.00 128.0 0.711 0.00

126.0 0 .364 0.00 127.0 0.412 0.00

128.0 0 .537 0.00 128.0 0.651 0.00

128.0 0 .479 0.00 128.0 0.661 0.00

Rata-rata 127.4 0 .474 0.00 126.9 0.543 0.00

Simpangan Baku 0.843 0 .195 0.00 1.595 0.191 0.00

Percobaan 3 Client

T J L T J L T J L

128.0 1 .429 0.00 128.0 0.649 0.00 128.0 1.229 0.00

128.0 1 .285 0.00 125.0 1.247 0.00 128.0 1.040 0.00

128.0 1 .392 0.00 127.0 1.330 0.00 128.0 1.336 0.00

128.0 1 .213 0.00 128.0 1.346 0.00 126.0 1.114 0.00

128.0 2 .115 0.00 127.0 2.078 0.00 128.0 1.692 0.00

128.0 3 .743 0.00 128.0 1.172 0.00 126.0 1.427 0.00

128.0 1 .373 0.00 126.0 4.153 0.00 127.0 1.362 0.00

128.0 2 .099 0.00 128.0 1.306 0.00 126.0 1.860 0.00

128.0 1 .535 0.00 126.0 2.478 0.00 128.0 1.339 0.00

128.0 1 .587 0.00 128.0 1.192 0.00 127.0 1.163 0.00

Rata-rata 128.0 1 .777 0.00 127.1 1.695 0.00 127.2 1.356 0.00

Simpangan Baku 0.000 0 .758 0.00 1.101 1.002 0.00 0.919 0.255 0.00

Percobaan 4 Client

T J L T J L T J L T J L

127.0 0 .750 0.00 128.0 4.475 1.80 125.0 6.030 0.00 122.0 9.810 2.80

128.0 5 .770 2.50 128.0 5.950 0.00 124.0 8.110 1.30 126.0 10.522 1.70

126.0 4 .210 0.00 125.0 8.540 3.00 128.0 5.810 2.30 126.0 7.670 2.10

124.0 6 .890 1.60 128.0 5.530 1.20 127.0 4.290 0.00 127.0 13.440 1.60

126.0 6 .420 1.00 116.0 5.710 1.00 123.0 3.010 3.30 120.0 8.253 2.50

127.0 3 .740 1.20 126.0 6.520 0.00 128.0 1 1.130 1.50 126.0 11.361 1.60

127.0 2 .320 0.00 120.0 8.540 0.00 128.0 6.120 1.70 124.0 6.940 2.70

124.0 3 .590 0.20 125.0 5.530 1.60 128.0 9.310 2.30 122.0 3.056 2.40

127.0 3 .310 0.20 128.0 6.710 2.00 128.0 4.190 0.10 126.0 7.420 1.30

126.0 35 .710 0.00 128.0 7.820 4.60 123.0 7.010 7.00 116.0 7.870 2.70

Rata-rata 126.2 7 .271 0.67 125.2 6.533 1.52 126.2 6.501 1.95 123.5 8.634 2.14

Simpangan Baku 1.317 10 .165 0.87 4.104 1.375 1.46 2.201 2.482 2.09 3.504 2.840 0.55

Keterangan: T = Throughput (kbps)

J = Jitter (ms)

(26)

Lampiran 1 Lanjutan

E. Ukuran paket yang dikirim sebesar 256 kbit, menggunakan teknik antrian HTB

Percobaan 1 Client

T J L

128.0 0 .447 0.00

126.0 0 .401 0.00

127.0 1 .213 0.00

121.0 0 .387 0.00

126.0 0 .121 0.00

125.0 0 .421 0.00

127.0 0 .610 0.00

118.0 0 .422 0.00

125.0 0 .218 0.00

126.0 0 .420 0.00

Rata-rata 124.9 0 .466 0.00

Simpangan Baku 3.071 0 .294 0.00

Percobaan 2 Client

T J L T J L

125.0 6 .647 3.20 127.0 8.970 2.40

125.0 6 .480 2.30 128.0 7.590 2.00

125.0 6 .240 2.00 126.0 6.280 3.80

124.0 7 .720 3.00 127.0 6.468 2.70

128.0 5 .202 2.00 126.0 6.296 2.00

128.0 6 .741 2.90 123.0 5.172 3.20

120.0 5 .830 2.60 128.0 7.792 3.40

128.0 9 .420 3.00 126.0 8.080 2.40

125.0 7 .710 1.00 128.0 1 0.650 2.90

125.0 5 .420 2.00 128.0 7.350 3.20

Rata-rata 125.3 6 .741 2.40 126.7 7.465 2.80

Simpangan Baku 2.406 1 .263 0.67 1.567 1.562 0.61

Percobaan 3 Client

T J L T J L T J L

123.0 12 .515 11.00 110.0 1 1.384 25.00 128.0 10.670 28.00

117.0 13 .037 18.00 123.0 1 0.055 27.00 126.0 11.750 14.00

128.0 10 .713 18.00 128.0 1 2.612 11.00 127.0 14.560 17.00

126.0 10 .957 19.00 125.0 1 4.999 18.00 126.0 13.780 18.00

128.0 11 .230 17.00 127.0 1 3.684 17.00 128.0 21.200 17.00

128.0 13 .302 21.00 125.0 1 5.335 14.00 122.0 15.340 17.00

122.0 11 .279 23.00 119.0 1 3.955 15.00 128.0 13.120 22.00

125.0 10 .600 19.00 121.0 1 6.384 27.00 125.0 16.510 25.00

128.0 9 .113 23.00 128.0 1 8.055 20.00 116.0 11.950 19.00

128.0 13 .760 14.00 128.0 1 2.612 18.00 125.0 14.780 20.00

Rata-rata 125.3 11 .651 18.30 123.4 1 3.908 19.20 125.1 14.366 19.70

Simpangan Baku 3.683 1 .455 3.74 5.641 2.385 5.53 3.695 2.994 4.22

Percobaan 4 Client

T J L T J L T J L T J L

125.0 24 .710 21.00 125.0 1 9.040 25.00 127.0 12.149 31.00 128.0 16.510 21.00

124.0 26 .120 25.00 119.0 1 6.380 22.00 126.0 16.956 20.00 123.0 19.270 28.00

127.0 18 .320 21.00 118.0 1 4.530 31.00 122.0 19.069 39.00 124.0 14.340 33.00

118.0 19 .450 27.00 126.0 1 3.470 33.00 120.0 12.002 24.00 126.0 16.420 23.00

128.0 12 .140 34.00 125.0 1 8.530 30.00 121.0 20.315 29.00 128.0 18.370 35.00

126.0 14 .740 41.00 122.0 1 2.520 28.00 122.0 16.631 20.00 127.0 16.430 39.00

127.0 16 .630 31.00 127.0 1 3.310 31.00 123.0 17.011 34.00 127.0 14.450 36.00

123.0 12 .690 34.00 126.0 2 0.230 23.00 117.0 17.032 29.00 128.0 11.530 27.00

127.0 12 .390 30.00 123.0 1 9.140 39.00 123.0 19.516 31.00 126.0 14.890 25.00

121.0 18 .830 27.00 127.0 2 3.350 38.00 119.0 24.315 39.00 121.0 19.190 20.00

Rata-rata 124.6 17 .602 29.10 123.8 1 7.050 30.00 122 17.500 29.60 125.8 16.140 28.70

Simpangan Baku 3.169 4 .930 6.24 3.225 3.566 5.75 3.018 3.671 6.80 2.394 2.433 6.68

Keterangan: T = Throughput (kbps)

J = Jitter (ms)

(27)

18

Lampiran 1 Lanjutan

F. Ukuran paket yang dikirim sebesar 512 kbit, menggunakan teknik antrian HTB

Percobaan 1 Client

T J L

128.0 7 .860 5.20

128.0 6 .250 7.00

126.0 5 .660 6.60

128.0 9 .090 6.20

128.0 5 .570 5.30

127.0 9 .360 6.80

128.0 5 .190 7.30

126.0 5 .470 7.90

128.0 4 .350 6.00

128.0 5 .720 7.60

Rata-rata 127.5 6 .452 6.59

Simpangan Baku 0.850 1 .711 0.92

Percobaan 2 Client

T J L T J L

114.0 10 .685 36.00 117.0 5.883 32.00

121.0 8 .194 28.00 98.0 6.257 38.00

102.0 10 .192 28.00 97.0 15.960 30.00

99.0 10 .648 34.00 102.0 12.422 37.00

106.0 16 .239 39.00 105.0 7.408 29.00

102.0 15 .251 39.00 104.0 8.258 35.00

108.0 10 .259 37.00 100.0 16.108 30.00

120.0 17 .161 34.00 117.0 16.290 30.00

104.0 9 .481 32.00 107.0 10.514 37.00

115.0 8 .260 35.00 105.0 17.520 32.00

Rata-rata 109.1 11 .637 34.20 105.2 11.662 33.00

Simpangan Baku 7.880 3 .309 3.94 6.989 4.572 3.43

Percobaan 3 Client

T J L T J L T J L

125.0 23 .456 48.00 121.0 27.393 41.00 119.0 21 .641 31.00

121.0 16 .598 47.00 121.0 26.221 42.00 123.0 23 .963 37.00

121.0 24 .479 42.00 121.0 15.091 44.00 122.0 24 .213 42.00

127.0 21 .971 48.00 124.0 26.726 46.00 118.0 20 .832 45.00

117.0 19 .473 41.00 122.0 27.348 41.00 121.0 22 .556 42.00

124.0 15 .428 36.00 121.0 27.393 42.00 122.0 23 .249 45.00

129.0 26 .066 48.00 120.0 23.201 44.00 118.0 28 .340 42.00

102.0 18 .951 46.00 125.0 27.091 43.00 119.0 27 .215 40.00

123.0 25 .975 53.00 123.0 26.776 54.00 123.0 28 .907 35.00

123.0 51 .160 41.00 121.0 17.348 46.00 126.0 23 .226 41.00

Rata-rata 121.2 24 .356 45.00 121.9 24.459 44.30 121.1 24 .414 40.00

Simpangan Baku 7.525 10 .130 4.92 1.595 4.546 3.86 2.601 2 .797 4.45

Percobaan 4 Client

T J L T J L T J L T J L

108.0 34 .610 67.00 104.0 34.390 65.00 112.0 39 .411 54.00 105.0 39.911 69.00

110.0 43 .220 74.00 109.0 37.520 64.00 110.0 38 .492 79.00 105.0 25.818 69.00

110.0 33 .230 77.00 109.0 33.150 74.00 109.0 40 .461 46.00 107.0 39.206 51.00

108.0 35 .570 69.00 109.0 42.650 71.00 109.0 32 .232 57.00 102.0 30.847 71.00

108.0 33 .360 78.00 109.0 30.680 81.00 109.0 40 .434 43.00 105.0 23.766 46.00

110.0 31 .680 71.00 103.0 37.310 75.00 110.0 41 .253 58.00 105.0 36.654 71.00

109.0 31 .160 74.00 102.0 31.530 74.00 110.0 43 .754 59.00 104.0 37.672 43.00

119.0 32 .930 54.00 102.0 37.590 55.00 109.0 31 .508 57.00 105.0 30.535 56.00

107.0 36 .500 74.00 109.0 38.480 71.00 109.0 42 .479 57.00 105.0 32.860 67.00

110.0 27 .910 72.00 109.0 42.150 71.00 109.0 35 .097 58.00 105.0 27.415 70.00

Rata-rata 109.9 34 .017 71.00 106.5 36.545 70.10 109.6 38 .512 56.80 104.8 32.468 61.30

Simpangan Baku 3.381 4 .038 6.85 3.274 4.093 7.20 0.966 4 .206 9.52 1.229 5.748 11.15

Keterangan: T = Throughput (kbps)

J = Jitter (ms)

Gambar

Gambar 6  Diagram proses penelitian.
Gambar 7 Rancangan  topologi  jaringan
Tabel 2 Hasil pengukuran rata-rata  jitter (ms)
Tabel 4 Simpangan baku antar-client
+3

Referensi

Dokumen terkait

Rancang Sistem Informasi (SI) Menggunakan Metode Prototype. Dalam tahap ini merupakan tahap untuk melakukan perancangan Sistem Informasi terhadap apa yang akan

Hasil penelitian distribusi LOS pasien stroke berdasarkan faktor risiko DM tipe 2 didapatkan jumlah pasien stroke paling banyak adalah pasien stroke tanpa DM tipe 2 dan

Breast Cancer Overview: Risk Factors, Screening, Genetic Testing, and Prevention - Cancer Network.. Cancer Management;

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa genotip Bos taurus pada sapi silangan SIMPO dan LIMPO induk yang dipelihara di dataran rendah bersuhu udara panas,

Konsentrat yang sebagian besar tersusun dari bahan asal limbah dengan sifat– sifat degradasi yang tinggi dalam rumen, berkadar protein rendah dan kandungan serat kasar yang

Artinya dengan kesabaran seseorang akan tetap menahan dirinya untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak terpuji saat mendapatkan masalah, orang yang sabar dapat memahami bahwa

Penelitian lapangan adalah melakukan penelitian dilapangan untuk memperoleh data atau informasi secara langsung dengan mendatangi informan yang berada dilokasi yang

Dimensi kualitas produk menurut David Garvin yang dikutip Vincent Gasperz (1997:12), untuk menentukan dimensi kualitas barang, dapat melalui delapan dimensi sebagai berikut: 1)