• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi, Sikap, dan Partisipasi Masyarakat Sekitar terhadap Pengelolaan Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat menurut Perspektif Gender

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi, Sikap, dan Partisipasi Masyarakat Sekitar terhadap Pengelolaan Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat menurut Perspektif Gender"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI, SIKAP, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

SEKITAR TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN KOTA

SRENGSENG, JAKARTA BARAT MENURUT PERSPEKTIF

GENDER

TRI SULISTYO SAPUTRO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi, Sikap, dan Partisipasi Masyarakat Sekitar terhadap Pengelolaan Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat menurut Perspektif Gender adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2013

Tri Sulistyo Saputro

(3)

ABSTRAK

TRI SULISTYO SAPUTRO. E14090026. Persepsi, Sikap, dan Partisipasi Masyarakat Sekitar terhadap Pengelolaan Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat Menurut Perspektif Gender. Dibawah bimbingan LETI SUNDAWATI

Hutan Kota Srengseng (HKS) sebagai salah satu bentuk kawasan hutan di Jakarta saat ini dalam kondisi cukup baik, namun terdapat beberapa kerusakan pada vegetasi maupun fasilitas yang disebabkan oleh perilaku masyarakat sekitar serta pengunjung yang kurang bertanggung jawab. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tingkat persepsi, sikap, dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HKS. Penelitian dilakukan di Kelurahan Srengseng terhadap 100 orang responden dengan komposisi responden laki-laki dan perempuan sebesar 52:48. Dari hasil penelitian diketahui tingkat persepsi laki-laki dan perempuan termasuk dalam kategori sedang, Faktor pekerjaan dan pendidikan mempengaruhi pembentukan persepsi perempuan secara signifikan, sedangkan untuk laki-laki tidak ada faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi secara signifikan. Tingkat sikap masyarakat laki-laki maupun perempuan termasuk kategori sangat tinggi, usia mempengaruhi pembentukan sikap perempuan dan laki-laki secara signifikan. Tingkat partisipasi masyarakat laki-laki dan perempuan termasuk kategori sangat rendah, Faktor penyuluhan dan pendidikan mempengaruhi tingkat partisipasi laki-laki secara signifikan, sedangkan untuk perempuan tidak ada faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi secara signifikan.

Kata Kunci: hutan kota, masyarakat, laki-laki, perempuan

ABSTRACT

TRI SULISTYO SAPUTRO. E14090026. Perception, Attitude, and Participation of The Community Around About Srengseng Urban Forest Management in Gender Perspective. Supervised by LETI SUNDAWATI

(4)

PERSEPSI, SIKAP, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

SEKITAR TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN KOTA

SRENGSENG, JAKARTA BARAT MENURUT PERSPEKTIF

GENDER

TRI SULISTYO SAPUTRO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Persepsi, Sikap, dan Partisipasi Masyarakat Sekitar terhadap Pengelolaan Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat menurut Perspektif Gender

Nama : Tri Sulistyo Saputro

NIM : E14090026

Disetujui oleh

Dr Ir Leti Sundawati, M.Sc NIP. 19640830 199003 2 001

Diketahui oleh

Ketua Departemen Manajemen Hutan IPB

Dr Ir Didik Suharjito, MS NIP. 19630401 199403 1 001

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah perspektif gender dalam pengelolaan hutan, dengan Persepsi, Sikap, dan Partisipasi Masyarakat Sekitar terhadap Pengelolaan Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Leti Sundawati, M.Sc selaku pembimbing, serta pihak lain yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2013

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Kerangka Pikir 2

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

METODE 4

Alat dan Bahan 4

Pemilihan Daerah Contoh dan Jumlah Responden 4

Jenis Data yang Dikumpulkan 4

Uji Validitas dan Reabilitas 5

Pengolahan dan Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Kegiatan Pengelolaan HKS 9

Karakteristik Responden 11

Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 12

Persepsi Masyarakat terhadap HKS dan Faktor yang Mempengaruhinya 13 Sikap Masyarakat terhadap HKS dan Faktor yang Mempengaruhinya 15 Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan HKS dan Faktor yang

Mempengaruhinya 17

Partisipasi Masyarakat Menurut Perspektif Gender 19

SIMPULAN DAN SARAN 22

Simpulan 22

Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 23

(8)

DAFTAR TABEL

1 Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach 5

2 Skor pertanyaan pada persepsi 5

3 Skor pertanyaan pada sikap 6

4 Skor partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan 7

5 Data dan pengolahan karakteristik responden 7

6 Distribusi responden berdasarkan umur 11

7 Distribusi responden berdasarkan pendidikan 11

8 Distribusi responden berdasarkan jumlah keluarga 12

9 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan 12

10 Distribusi responden berdasarkan lama tinggal 12

11 Kategori tingkat persepsi 13

12 Persepsi masyarakat terhadap HKS menurut jenis kelamin 13 13 Rata-rata tingkat persepsi masyarakat terhadap HKS 13

14 Faktor yang mempengaruhi persepsi 14

15 Kategori tingkat sikap 15

16 Sikap masyarakat terhadap HKS menurut jenis kelamin 15

17 Rata-rata tingkat sikap masyarakat terhadap HKS 16

18 Faktor yang mempengaruhi sikap 16

19 Kategori tingkat partisipasi 17

20 Partisipasi masyarakat terhadap HKS menurut jenis kelamin 17 21 Rata-rata tingkat partisipasi masyarakat terhadap HKS 17

22 Faktor yang mempengaruhi partisipasi 18

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 2

2 Fasilitas yang terdapat di HKS 9

3 Grafik perbandingan tenaga kerja HKS laki-laki dan perempuan 19 4 Bentuk kerusakan di HKS akibat perilaku masyarakat 20

DAFTAR LAMPIRAN

5 Riwayat hidup penulis 25

6 Sketsa kawasan HKS 26

7 Jenis-jenis pohon di HKS 27

8 Uji validitas dan reabilitas kuesioner 29

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan suatu bentuk kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang didominasi oleh tumbuhan berkayu. Hutan dapat memberikan manfaat bagi manusia secara langsung maupun tak langsung, diantaranya sebagai fungsi ekologi, produksi, dan sosial ekonomi masyarakat. Guna menjaga fungsi hutan tetap optimal, suatu kawasan hutan perlu dikelola secara lestari. Salah satu bentuk kawasan hutan yang perlu dikelola secara lestari ialah kawasan Hutan Kota (HK). Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P71/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan HK, HK merupakan suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai HK oleh pejabat yang berwenang.

HK di daerah Jakarta yang telah ditetapkan melalui SK Gubernur menurut Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta (2010) saat ini berjumlah 149.18 ha dengan luas daratan Jakarta sekitar 66152 ha, menjadikan Jakarta menjadi kota terpadat di Indonesia atau urutan keenam dunia. Kawasan hutan dan HK merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang mempunyai fungsi dan manfaat cukup strategis terhadap perbaikan kualitas lingkungan dan kenyamanan kota Jakarta, sehingga keberadaannya menjadi perhatian dan tanggung jawab bersama seluruh warga Jakarta. Kondisi suatu hutan disamping dipengaruhi oleh faktor alam juga sangat tergantung pada kondisi sosial ekonomi masyarakat disekitarnya. Persepsi, sikap, dan perilaku masyarakat sekitar sangat menetukan kondisi suatu kawasan hutan kini dan kedepannya.

Salah satu bentuk HK di Jakarta yaitu Hutan Kota Srengseng (HKS) yang berada di kelurahan Srengseng, Jakarta Barat. HKS berlokasi dan berbatasan langsung dengan pemukiman warga kelurahan Srengseng. Letak HKS yang berada di tengah kawasan pemukiman padat penduduk menyebabkan terjadinya interaksi masyarakat dengan kawasan HKS.

Kondisi HKS saat ini cukup baik, namun terdapat beberapa fasilitas di HKS yang mengalami kerusakan seperti pada sarana bermain anak, tembok pembatas HKS, dan pepohonan. Selain itu di tepi HKS yang berbatasan langsung dengan rumah warga banyak ditemukan sampah rumah tangga yang tertimbun dan menimbulkan bau tidak sedap. Berbagai hal tersebut terjadi akibat perilaku pengunjung serta warga sekitar HKS yang kurang bertanggungjawab. Apabila hal tersebut dibiarkan dan tidak dicari solusi dari akar permasalahan yang tepat maka kondisi HKS akan semakin buruk dan tidak terawat, yang kemudian dapat berimbas negatif kepada kondisi lingkungan sosial serta ekologi Jakarta secara keseluruhan. Salah satu upaya untuk mengurangi perilaku merusak serta menumbuhkan rasa memiliki masyarakat terhadap HKS dapat dilakukan dengan melakukan suatu analisis kebijakan pengelolaan HKS yang partisipatif.

(10)

partisipatif yang tepat sasaran diperlukan data mengenai persepsi dan sikap masyarakat baik laki-laki maupun perempuan di wilayah tersebut. Ketersediaan data terpilah jenis kelamin dapat membantu para penentu kebijakan dalam menentukan peran-peran apa saja yang dapat dilakukan oleh laki-laki dan perempuan (gender division of labor) dalam masyarakat. Persepsi dan sikap masyarakat yang baik terhadap HKS dapat dijadikan dasar untuk ikut melibatkan masyarakat laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan HKS sehingga kondisi HKS dapat lebih baik lagi kedepannya serta dapat terwujud keadilan gender dalam pengelolaan hutan.

Kerangka Pikir

Dalam kegiatan pengelolaan HK diperlukan peran serta masyarakat sekitar untuk menjaga kelestarian HK tersebut. Peranan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan HK perlu dilihat menurut perspektif gender demi terwujudnya pembangunan kehutanan yang berkeadilan gender, baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfatan.

Persepsi, sikap dan partisipasi laki-laki serta perempuan dibandingkan berdasarkan faktor internal berupa umur, tingkat pendidikan, jumlah keluarga, dan pekerjaan, serta faktor eksternal berupa penyuluhan. dari pemikiran tersebut dapat dibentuk kerangka pemikiran secara sederhana yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Masyarakat sekitar Hutan Kota

Jumlah Keluarga Jumlah Keluarga

Pendapatan Pendapatan

Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan

Persepsi Laki-Laki Persepsi Perempuan

Sikap Laki-Laki Sikap Perempuan

Partisipasi Laki-Laki Partisipasi Perempuan

Kebijakan Pengelolaan Hutan Kota Responsif Gender Keadilan Gender dalam Sektor Kehutanan

(11)

Perumusan Masalah

Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat dirinci beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut :

1. Peranan HKS dalam kehidupan masyarakat sekitar.

2. Tingkat persepsi, sikap, dan partisipasi laki-laki serta perempuan terhadap pengelolaan HKS.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat persepsi, sikap, dan partisipasi laki-laki serta perempuan terhadap pengelolaan HKS.

Tujuan Penelitian

Mengukur tingkat persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat sekitar terhadap HKS menurut perspektif gender, dan menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan HKS, Jakarta Barat.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dalam mengembangkan program HKS.

2. Menyediakan data terpilah jenis kelamin sebagai acuan untuk menyusun program kebijakan partisipatif pengelolaan HK yang responsif gender.

3. Memberikan gambaran tindakan yang dapat diambil dalam pengembangan HK yang berwawasan gender.

4. Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kepedulian terhadap isu gender serta pengarusutamaan gender dalam berbagai sektor pembangunan khususnya sektor kehutanan.

(12)

METODE

Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner sebagai interview guide disertai alat tulis dan alat rekam untuk wawancara di lapangan. Kamera untuk keperluan dokumentasi. Kalkulator, laptop, IBM SPSS (Statistical Program for Social Science) Statistics 20, Microsoft Excel dan

Microsoft Word untuk pengolahan data.

Pemilihan Daerah Contoh dan Jumlah Responden

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 di Jakarta Barat. Pemilihan responden dilakukan secara Purpossive Sampling yaitu pengambilan contoh secara sengaja dengan keadaan yang kita kehendaki. Sasaran penelitian ini yaitu masyarakat yang tinggal berbatasan langsung dengan wilayah HKS, tepatnya warga Kelurahan Srengseng yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, Jumlah responden yang diteliti secara keseluruhan dihitung berdasarkan metode Slovin dengan rumus:

N Keterangan:

n

= n : Jumlah sample

1+ Ne2 N : Jumlah populasi

e : batas toleransi kesalahan (10%)

berdasarkan rumus tersebut dengan populasi laki-laki dan perempuan keseluruhan (N) sebesar 42608 jiwa maka diperoleh nilai n sebesar 99.76 atau 100 orang untuk keseluruhan laki-laki dan perempuan. Jumlah responden laki-laki (n1)

dan perempuan (n2) ditentukan berdasarkan perbandingan komposisi laki-laki dan

perempuan (14 : 13) di wilayah tersebut dan didapatkan nilai n1 sebesar 52 orang

dan n2 sebesar 48 orang. Selain itu, pada pihak pengelola juga diambil data

mengenai proses kegiatan pengelolaan Hutan Kota Srengseng.

Jenis Data yang Dikumpulkan

Data yang diambil untuk mengetahui tingkat persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat sekitar terhadap pengelolaan HKS terdiri dari :

1. Data primer menggunakan kuesioner, terdiri dari data identitas responden seperti nama, umur, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anggota keluarga. Data wawancara dari responden laki-laki dan perempuan serta pihak-pihak yang berkaitan tentang pengelolaan Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat.

(13)

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas dilakukan untuk menentukan keabsahan dari pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini. Instrumen valid apabila nilai korelasi (Spearman correlation) adalah positif dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < 0,05 (selang kepercayaan 95%). Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing–masing pertanyaan dengan skor total menggunakan IBM SPSS Statistics 20 dan Microsoft Excel.

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika kuesioner tersebut dapat digunakan berulang-ulang kepada kelompok yang sama dan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas menggunakan metode koefisien

Alpha Cronbach pada software SPSS 17.0 (Sarwono 2006). Jika

r

i positif dan

nilainya mendekati 1 (mempunyai alpha cronbach lebih dari 0,6) maka pengukuran yang digunakan reliabel (Tabel 1)

Tabel 1 Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach

Alpha Tingkat Reabilitas

Pengolahan data dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan menjadi beberapa tahapan yaitu :

1. Kegiatan pengelolaan HKS

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabulasi dan gambar untuk mendapatkan gambaran mengenai sistem pengelolaan dan kegiatan di HKS, Jakarta Barat.

2. Persepsi masyarakat menurut perspektif gender.

Persepsi masyarakat laki-laki dan perempuan terhadap HKS diukur berdasarkan jumlah skor dari pertanyaan dalam kuesioner dengan menggunakan skala likert. Masing-masing pertanyaan memiliki skor seperti tertera pada Tabel 2. Persepsi yang diukur menyangkut pandangan mereka mengenai fungsi HKS terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.

Tabel 2 Skor pertanyaan pada persepsi

No Kategori Skor

1 Setuju 3

2 Ragu-Ragu 2

(14)

3. Sikap masyarakat menurut perspektif gender.

Sikap masyarakat laki-laki dan perempuan terhadap HKS diukur berdasarkan jumlah skor dari pertanyaan dalam kuesioner dengan menggunakan skala likert. Masing-masing pertanyaan memiliki skor seperti pada Tabel 3. Sikap yang diukur menyangkut pada afektif serta kesiapan untuk berperilaku masyarakat laki-laki dan perempuan terhadap HKS. Selengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran 5.

Tabel 3 Skor pertanyaan pada sikap

No Kategori skor

1 Setuju 3

2 Ragu-Ragu 2

3 Tidak Setuju 1

4. Partisipasi masyarakat laki-laki dan perempuan terhadap pengelolaan HK. Partisipasi masyarakat diukur berdasarkan jumlah skor dari pertanyaan mengenai partisipasi dalam kegiatan pengelolaan HK seperti tercantum dalam Tabel 4. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P71/Menhut-II/2009, bentuk pengelolaan HK meliputi lima tahapan kegiatan yaitu:

1. Penyusunan rencana pengelolaan. a. Penetapan tujuan pengelolaan.

b. Penetapan program jangka pendek dan jangka panjang. c. Penetapan kegiatan dan kelembagaan.

d. Penetapan sistem monitoring dan evaluasi. 2. Pemeliharaan.

a. Optimalisasi ruang tumbuh. b. Diversifikasi tanaman.

c. Peningkatan kualitas tempat tumbuh. 3. Perlindungan dan pengamanan.

a. Pencegahan dan penanggulangan kerusakan lahan.

b. Pencegahan dan penanggulangan pencurian fauna dan flora. c. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

d. Pencegahan dan penanggulangan hama dan penyakit. 4. Pemanfaatan.

a. Pengembangan pendidikan. b. Pariwisata dan rekreasi alam. c. Budidaya hasil hutan.

5. Pemantauan dan evaluasi. a. Pemantauan.

b. Evaluasi

(15)

Tabel 4 Skor partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

Faktor internal dan faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat laki-laki dan perempuan dalam membentuk persepsi, sikap dan memutuskan untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan HKS yang diukur dengan menggunakan skala likert seperti tercantum dalam tabel 5.

Tabel 5 Data dan pengolahan karakteristik responden

(16)

6. Uji Korelasi dan Hubungan antar Peubah

Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan metode integratif yaitu metode penelitian yang menggunakan gabungan metode kuantitatif deskriptif dan metode kualitatif. Untuk analisis kuantitatif digunakan uji korelasi peringkat

(17)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan Pengelolaan HKS

Kawasan HKS ditetapkan berdasarkan SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 Tahun 1995, dalam SK tersebut difungsikan sebagai kawasan pelestarian plasma nutfah, wilayah resapan air, dan pusat aktivitas masyarakat. HKS berlokasi di Jalan Haji Kelik, Kelurahan Srengseng, dengan luas sekitar 15 ha. Sisi utara dan selatan berbatasan langsung dengan sungai Pesanggrahan dan sisi lainnya berbatasan dengan kawasan pemukiman terutama dari kelompok sosial menengah dan penduduk asli. Sketsa kawasan HKS dapat dilihat pada Lampiran 2. Fasilitas yang terdapat di HKS dapat dilihat pada Gambar 2.

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Keterangan a : Gapura c : Pulau buatan e : Stadium

(18)

HKS termasuk kedalam kategori Ruang Terbuka Hijau (RTH) berbentuk areal (group) yang berfungsi sebagai fasilitas umum sekaligus areal konservasi. Menurut Dinas Kelautan dan Pertanian (2010) RTH bidang kehutanan di DKI Jakarta terdiri dari Kawasan Hijau Lindung (HL) dan Binaan. Kawasan Hijau Lindung adalah bagian dari kawasan hijau yang memiliki karakteristik alamiah yang perlu dilestarikan untuk tujuan perlindungan habitat setempat serta wilayah lebih luas. Sedangkan Kawasan Hijau Binaan adalah bagian dari kawasan hijau diluar Kawasan Hijau Lindung untuk tujuan penghijauan yang dibina melalui penanaman, pemeliharaan, pengembangan, serta pemulihan vegetasi. RTH mempunyai beberapa fungsi antara lain ekologi kota, sosial ekonomi masyarakat, dan estetika.

Jenis-jenis pohon yang tumbuh di HKS sangat beragam. HKS memiliki sekitar 64 jenis pohon yang tumbuh di dalam kawasan hutannya. Jenis pohon yang terdapat di HKS lengkapnya terdapat pada lampiran 3.

Kegiatan pengelolaan HKS dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta Sub Bidang Kehutanan. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan penyusunan rencana pengelolaan, pemeliharaan, perlindungan dan pengamanan, pemanfaatan, serta pemantauan dan evaluasi. Kegiatan penyusunan rencana pengelolaan dilakukan untuk menentukan program kegiatan yang akan dilakukan, kegiatan tersebut dilakukan oleh pihak pemerintah daerah beserta dinas terkait. Salah satu bentuk kegiatan rutin yang dilakukan di HKS yaitu perayaan Hari Ulang Tahun Kota Jakarta, dimana di HKS diselenggarakan kegiatan festival, bazar, penanaman bibit pohon, pelepasan bibit ikan, dsb.

Kegiatan pemeliharaan HKS dilakukan dengan membersihkan sampah daun di areal HKS yang dilakukan oleh petugas kebersihan. Jumlah tenaga petugas kebersihan HKS berjumlah 5 orang, dimana kesemuanya laki-laki. Selain pembersihan areal HKS dari sampah, kegiatan pemeliharaan lainnya yaitu penanaman dan penyulaman. Pada tahun 2010 dilakukan penanaman baru dan penyulaman sebanyak 500 bibit matoa, buni, kepel, gayam, dan menteng (DKP 2010).

Kegiatan perlindungan dan pengamanan HKS dilakukan melalui kegiatan patroli petugas keamanan HKS. Kegiatan perlindungan dan pengamanan HKS dilakukan guna menjaga fungsi hutan tetap optimal serta untuk mengurangi dan menghindari perilaku negatif masyarakat seperti merusak pohon, merusak fasilitas, membuang sampah pada areal hutan, pencurian kayu, serta tindak asusila di dalam kawasan HKS. Tenaga keamanan HKS berjumlah 4 orang dan kesemuanya laki-laki.

(19)

dan Pertanian Sub Bidang Kehutanan DKI Jakarta, kedepannya kegiatan pemanfaatan HKS masih akan terus dikembangkan, diantaranya dengan pengembangan kegiatan pemanfaatan danau agar berfungsi maksimal baik untuk jasa air maupun rekreasi. Kegiatan pengembangan pemanfaatan HKS tersebut diakukan tanpa mengurangi fungsi HKS sebagai areal konservasi.

Pihak pengelola HKS juga melakukan kegiatan pembinaan masyarakat sekitar HKS. Kegiatan tersebut diantaranya penyuluhan guna meningkatan kesadaran akan pentingnya melestarikan alam. Kegiatan tersebut dilakukan di kawasan HKS kepada masyarakat sekitar dan siswa sekolah.

Karakteristik Responden

Umur

Responden laki-laki dan perempuan di Kelurahan Srengseng terdiri dari berbagai tingkatan umur. Responden laki-laki dan perempuan didominasi oleh kelompok umur kurang dari 37 tahun yaitu sebanyak 44.3% dan 52.1%. Distribusi responden berdasarkan umur tertera pada Tabel 6.

Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan umur

Kelompok umur Responden

Pendidikan responden di Kelurahan Srengseng, baik laki-laki maupun perempuan didominasi oleh responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMP-SMA, masing-masing sebesar 63.5% untuk laki-laki dan 68.8% untuk perempuan. Perbandingan persentase responden laki-laki dan perempuan menurut tingkat pendidikan terakhir tertera pada Tabel 7.

Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan pendidikan

Kelompok Responden

(20)

Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga

Responden laki-laki dan perempuan di Kelurahan Srengseng memiliki perbedaan dalam hal pekerjaan utamanya. Responden laki-laki didominasi oleh jenis pekerjaan non pegawai (wirausaha) sebesar 55.8%, sedangkan responden perempuan didominasi pada jenis pekerjaan domestik atau ibu rumah tangga sebesar 81.3%. Perbandingan persentase responden menurut jenis pekerjaannya tertera pada tabel 9.

Tabel 9 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan utama

Kelompok Responden

Responden di Kelurahan Srengseng baik laki-laki maupun perempuan didominasi oleh mereka yang sudah tinggal di daerah tersebut selama 23 hingga 46 tahun. Sebanyak 44.2% responden laki-laki dan 47.9% responden perempuan sudah menetap di Kelurahan Srengseng selama 23 hingga 46 tahun. Distribusi responden berdasarkan lama tinggal di Kelurahan Srengseng dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10 Distribusi responden berdasarkan lama tinggal di Kelurahan Srengseng

Lama tinggal Responden (Statistical Program for Social Science) Statistics 20, diketahui jumlah pertanyaan valid untuk mengukur persepsi sebanyak 7 pertanyaan dengan nilai reabilitas

(21)

pertanyaan valid sebanyak 4 pertanyaan dengan nilai reabilitas sebesar 0.232 serta dapat disimpulkan bahwa pertanyaan penduga sikap tersebut valid dan agak reliabel. Sedangkan jumlah pertanyaan valid untuk mengukur partisipasi sebanyak 5 pertanyaan dengan nilai reabilitas sebesar 0.395 sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan penduga partisipasi tersebut valid dan agak reliabel. Nilai validitas dan reabilitas kuesioner tertera pada Lampiran 4.

Persepsi Masyarakat terhadap HKS dan Faktor yang Mempengaruhinya

Mulyana (2010) mendefinisikan persepsi sebagai proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi meliputi pengindraan (sensasi) melalui alat-alat indra, organisasi, dan interpretasi. Organisasi melekat pada interpretasi, yang dapat didefinisikan sebagai meletakkan suatu rangsangan bersama rangsangan lainnya sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermakna.

pengukuran tingkat persepsi masyarakat terhadap HKS diukur berdasarkan skala likert dari skor total terhadap 7 pertanyaan valid penduga persepsi seperti

Berdasarkan hasil penjumlahan skor pertanyaan untuk persepsi didapatkan hasil tingkat persepsi masyarakat sekitar terhadap HKS tercantum dalam Tabel 12. Rata-rata tingkat persepsi masyarakat tertera dalam Tabel 13.

Tabel 12 Tingkat persepsi masyarakat terhadap HKS menurut jenis kelamin Kategori Skor Laki-laki Perempuan Total

Tabel 13 Rata-rata tingkat persepsi masyarakat terhadap HKS No Responden Skor rata-rata Tingkat persepsi

1 Laki-laki 15.0 Sedang

2 Perempuan 15.3 Sedang

(22)

Persepsi masyarakat keseluruhan terhadap HKS termasuk dalam kategori sedang dengan skor rata-rata 15.2, sedangkan persepsi masyarakat dilihat menurut jenis kelamin memiliki skor rata-rata yang berbeda dimana nilai persepsi perempuan lebih tinggi dibanding nilai persepsi laki-laki namun masih berada pada level persepsi yang sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan dalam hal tingkat persepsinya terhadap HKS. Hal ini bertentangan dengan simpulan Baskoro (2010) dalam penelitiannya mengenai persepsi masyarakat terhadap fungsi hutan sebagai pengendali banjir, yang menyatakan faktor karakteristik responden yang mempengaruhi terhadap persepsi adalah jenis kelamin. Responden wanita memiliki persepsi lebih baik karena mereka menanggapi lebih sensitif terhadap kejadian banjir yang menimpa dirinya dan keluarga sehingga responden wanita memiliki penilaian yang lebih baik sedangkan responden pria kurang. Perbedaan simpulan ini dapat dikarenakan oleh adanya perbedaan dalam objek yang diteliti dan perbedaan karakteristik individu laki-laki maupun perempuan, baik dalam hal pengalaman, sifat, maupun budaya seperti uraian Fakih (1996) yang menyatakan sifat dan ciri laki-laki dan perempuan dapat berubah dari waktu ke waktu serta berbeda dari tempat ke tempat lainnya, maupun berbeda dari suatu kelas ke kelas yang lain.

Masyarakat sekitar HKS umumnya sudah memiliki persepsi yang benar terhadap HKS dan berpendapat bahwa keberadaan HKS dapat meningkatkan kualitas lingkungan sekitar baik dari segi udara, iklim, dan kebisingan, serta mereka cukup mengetahui fungsi dibangunnya HKS, diantaranya sebagai daerah resapan air, daerah penghijauan, dan sarana rekreasi.

Tabel 14 Faktor yang mempengaruhi persepsi Faktor Internal Persepsi

dan Eksternal Laki-Laki Perempuan

Koefisien Koefisien

** korelasi signifikan pada taraf nyata 0,01 (2-tailed) * Korelasi signifikan pada taraf nyata 0,05 (2-tailed)

(23)

memiliki perbedaan dalam membentuk persepsinya terhadap HKS, hal ini disebabkan oleh jam kerja yang berbeda antar pekerjaan tersebut dimana perempuan ibu rumah tangga dan pegawai memiliki waktu luang yang berbeda untuk melakukan aktifitas di HKS. Perempuan yang bekerja sebagai pegawai memiliki waktu luang yang lebih sedikit dibandingkan ibu rumah tangga sehingga perempuan ibu rumah tangga memiliki waktu lebih banyak untuk berinteraksi dan melakukan aktifitas di HKS dan persepsi yang dibentuk pun cenderung lebih baik dibanding perempuan yang bekerja sebagai pegawai. Selain itu perempuan yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung memiliki persepsi yang lebih baik terhadap HKS, hal ini disebabkan karena mereka sudah mengetahui fungsi lain HKS selain sarana rekreasi, diantaranya sebagai fungsi pendidikan dan sosial masyarakat.

Sikap Masyarakat terhadap HKS dan Faktor yang Mempengaruhinya

Sears et al. (1985) menyatakan, sikap terhadap objek, gagasan atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen-komponen kognitif, afektif, dan perilaku. Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu, fakta, pengetahuan, dan keyakinan tentang objek. Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama penilaian. Komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek. Dalam mengukur tingkat sikap masyarakat terhadap HKS diukur menggunakan skala likert dari skor total terhadap 4 pertanyaan valid penduga sikap seperti tercantum dalam Tabel 15.

Tabel 15 Kategori tingkat sikap

No Kategori Skor

Berdasarkan hasil dari penjumlahan skor pertanyaan untuk sikap didapatkan hasil tingkat sikap masyarakat terhadap HKS seperti tertera pada tabel 16. Rata-rata tingkat sikap masyarakat tertera dalam Tabel 17.

(24)

Tabel 17 Rata-rata skor tingkat sikap masyarakat terhadap HKS No Responden Skor rata-rata Tingkat persepsi

1 Laki-laki 11.65 Sangat Tinggi

2 Perempuan 11.88 Sangat Tinggi

3 Total 11.76 Sangat Tinggi

Sikap masyarakat keseluruhan terhadap HKS berada pada tingkat sangat tinggi. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, tingkat sikap laki-laki dan perempuan termasuk kedalam kategori yang sama yaitu sangat tinggi sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan tingkat sikap antara laki-laki dan perempuan, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Saragih (2007) yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan sikap masyarakat terhadap Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok.

Masyarakat sekitar HKS umumnya memiliki sikap menyetujui dan senang dengan keberadaan HKS. Selain itu masyarakat baik laki-laki maupun perempuan juga bersikap mendukung adanya rencana pengembangan HKS kedepannya.

Tabel 18 Faktor yang mempengaruhi sikap Faktor Internal Sikap

dan Eksternal Laki-Laki Perempuan

Koefisien Koefisien ** korelasi signifikan pada taraf nyata 0,01 (2-tailed)

* Korelasi signifikan pada taraf nyata 0,05 (2-tailed)

(25)

Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan HKS dan Faktor yang Mempengaruhinya

Partisipasi merupakan bentuk kegiatan ikut serta menyumbangkan sesuatu yang dimiliki sebagai respon terhadap sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Sebenarnya definisi partisipasi sangat beragam. Menurut Nasdian (2003) dalam

Budiarti (2011) partisipasi diartikan sebagai proses aktif dimana inisiatif diambil oleh masyarakat sendiri, dibimbing oleh cara berpikir sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat melakukan kontrol efektif. Definisi ini memberikan pengertian bahwa masyarakat diberi kemampuan untuk mengelola potensi yang dimiliki secara mandiri. Pengukuran tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HKS diukur berdasarkan skala likert dari skor total terhadap partisipasi masyarakat dalam 5 tahapan kegiatan pengelolaan hutan kota seperti tercantum dalam Tabel 19.

Tabel 19 Kategori tingkat partisipasi

No Kategori Skor

Berdasarkan penjumlahan skor partisipasi masyarakat dalam 5 tahapan kegiatan pengelolaan HKS didapatkan hasil tingkat partisipasi masyarakat sekitar terhadap kegiatan pengelolaan HKS seperti tercantum pada Tabel 20. Rata-rata tingkat partisipasi masyarakat tertera dalam Tabel 21.

Tabel 20 Tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan HKS menurut jenis kelamin Tabel 21 Rata-rata skor tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

HKS

No Responden Skor rata-rata Tingkat partisipasi

1 Laki-laki 6.04 Sangat Rendah

2 Perempuan 5.62 Sangat Rendah

3 Total 5.84 Sangat Rendah

(26)

Berdasarkan tangga tingkatan partisipasi menurut Arnstein (1969) dalam

Ramadyanti (2009) maka tingkat partisipasi masyarakat sekitar HKS terhadap pengelolaan HKS masuk kedalam kategori Konsultasi (Consultation). Dimana pada tangga partisipasi ini komunikasi telah bersifat dua arah, tapi masih bersifat partisipasi yang ritual. Sudah ada penjaringan aspirasi, telah ada aturan pengajuan usulan, telah ada harapan bahwa aspirasi masyarakat akan didengarkan, tapi belum ada jaminan apakah aspirasi tersebut akan dilaksanakan ataupun perubahan akan terjadi. Peran serta pada jenjang ini memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk menghasilkan perubahan dalam masyarakat.

Dalam kegiatan pengelolaan HKS masyarakat kurang dilibatkan baik dalam tahapan kegiatan perencanaan program, pemeliharaan, perlindungan, dan pemantauan. Partisipasi masyarakat sekitar lebih didominasi pada partisipasi dalam kegiatan pemanfaatan HKS. Kegiatan partisipasi perempuan dalam pemanfaatan HKS lebih sedikit dibanding laki-laki. Masyarakat laki-laki umumnya memanfaatkan HKS untuk berolahraga, memancing, dan berekreasi dengan anak, sedangkan perempuan umumnya memanfaatkan HKS untuk berekreasi dengan anak dan berolahraga di akhir pekan. Namun keduanya memiliki akses yang sama dalam menikmati manfaat dari HKS tersebut.

Tabel 22 Faktor yang mempengaruhi partisipasi Faktor Internal Persepsi

dan Eksternal Laki-Laki Perempuan

Koefisien Koefisien

** korelasi signifikan pada taraf nyata 0,01 (2-tailed) * Korelasi signifikan pada taraf nyata 0,05 (2-tailed)

(27)

HKS. Faktor pendidikan berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan HKS dengan arah hubungan yang negatif, hal ini dikarenakan laki-laki yang memiliki pendidikan lebih tinggi enggan untuk berpartisipasi langsung dalam pegelolaan HKS dan cenderung memilih untuk berpartisipasi secara tidak langsung berupa pemberian masukan dan saran saja terhadap pengelolaan HKS.

Partisipasi masyarakat sekitar sebagai tenaga pemelihara dan pelindung HKS hanya dilakukan oleh masyarakat sekitar yang bekerja sebagai tenaga kebersihan, keamanan, dan petani tanaman hias di HKS dengan keseluruhannya berjumlah 20 orang laki-laki. Grafik tenaga kerja di HKS berdasarkan jenis kelamin terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Grafik tenaga kerja HKS menurut jenis kelamin

Partisipasi Masyarakat menurut Perspektif Gender

Kondisi HKS saat ini masih cukup baik, namun terdapat beberapa kerusakan pada fasilitas dan vegetasi di HKS seperti terlihat pada Gambar 4. Perilaku membuang sampah rumah tangga di dalam kawasan HKS dilakukan oleh warga dikarenakan kurangnya rasa memiliki dan rasa tanggungjawab terhadap HKS. HKS dianggap sebagai public property bagi sebagian masyarakat sehingga memunculkan perilaku sewenang-wenang tanpa berpikir akan akibat perbuatan mereka kedepannya. Sebagian warga menyatakan lebih memilih membuang sampah rumah tangga di areal HKS karena tidak memakan biaya sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk iuran kebersihan di wilayahnya. Perilaku kurang bertanggungjawab masyarakat terhadap HKS bertolak belakang dengan sikapnya terhadap HKS, hal ini disebabkan karena situasi, kondisi ekonomi, serta kurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak perilaku mereka nantinya.

(28)

(a) (b)

(c) (d)

Keterangan a : Kerusakan tembok pembatas c : Kerusakan vegetasi b : Timbunan sampah d : Kerusakan fasilitas Gambar 4 Bentuk kerusakan di HKS akibat perilaku masyarakat

(29)

Peran serta masyarakat dalam mengembangkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di DKI Jakarta sudah ada yang terlihat berhasil, yaitu pengembangan kawasan Situ Babakan di Jakarta Selatan oleh masyarakat. Kawasan Situ Babakan memiliki keunggulan dengan adanya danau yang dapat digunakan untuk kegiatan rekreasi serta hutan kota seluas 8,9 Ha yang letaknya berdampingan dengan kebun masyarakat. Bentuk partisipasi masyarakat di kawasan Situ Babakan berupa kegiatan aktif yang diikuti masyarakat sepeti rapat rutin, melakukan kegiatan-kegiatan rutin maupun berkala seperti kegiatan-kegiatan agrowisata, pameran seni dan budaya di kawasan Situ Babakan, dan sebagainya (Rusliansyah 2005).

(30)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Tingkat persepsi masyarakat terhadap HKS baik laki-laki maupun perempuan termasuk kategori sedang. Faktor pekerjaan dan pendidikan mempengaruhi pembentukan persepsi perempuan secara signifikan, sedangkan untuk laki-laki tidak ada faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsinya terhadap HKS secara signifikan. Sikap masyarakat laki-laki maupun perempuan terhadap HKS termasuk kategori sangat tinggi. Faktor usia mempengaruhi pembentukan sikap perempuan dan laki-laki secara signifikan. Adapun tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HKS baik laki-laki maupun perempuan termasuk kategori sangat rendah. Faktor penyuluhan dan pendidikan mempengaruhi tingkat partisipasi laki-laki secara signifikan, sedangkan untuk perempuan tidak ada faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasinya secara signifikan. Selain itu masyarakat sekitar, baik laki-laki maupun perempuan setuju dengan adanya partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan HKS dan bersedia untuk dilibatkan dalam kegiatan pengelolaan HKS guna menumbuhkan rasa tanggungjawab dan rasa memiliki.

Saran

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti H. 2011. Persepsi dan sikap pengunjung Kebun Raya Bogor terhadap koleksi tumbuhan obat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Baskoro T. 2010. Persepsi dan sikap masyarakat Kota Jakarta terhadap fungsi

hutan di daerah hulu dalam pengendalian banjir. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Budiarti S. 2011. Persepsi dan partisipasi masyarakat desa sekitar hutan terhadap sistem PHBM di Perum Perhutani (kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani unit III, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[DKP DKI Jakarta]. 2010. Informasi Kehutanan Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta. Jakarta: DKP.

Djatmiko HT. 2008. Persepsi masyarakat perkotaan terhadap hutan kota (studi kasus di rw.013, rw.002 dan rw.020 Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fakih M. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta (ID):

Pustaka Pelajar.

Handayani T, Sugiarti. 2008. Konsep dan Teknik Penelitian Gender: Edisi Revisi. Malang (ID): UMM Press.

Hubeis AVS. 2012. Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa. Bogor (ID): IPB Press

Irwan ZD. 2008. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara.

Ramadyanti, M N. 2009. Tingkat partisipasi masyarakat dalam program

Corporate Social Responcibility (CSR) PT. Unilever Indonesia (studi kasus program Jakarta Green and Clean (JGC) 2007) [Skripsi]. Bogor (ID): InstitutPertanian Bogor.

Rusliansyah E. 2005. Kajian peluang pelibatan masyarakat dalam pengembangan hutan kota sengseng Jakarta Barat [Tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Sarwono J. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13. Bandung (ID): Andi Media.

Saragih GS. 2007. Sikap masyarakat Kelurahan Pancoran Mas terhadap taman hutan raya Pancoran Mas, Depok [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sears DO, Freedman JL, Peplau LA. 1985. Psikologi Sosial Jilid I. Jakarta (ID): Eralngga.

Sears DO, Freedman JL, Peplau LA. 1985. Psikologi Sosial Jilid II. Jakarta (ID): Eralngga.

(32)
(33)

Lampiran 1. Riwayat hidup penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tangga 15 Agustus 1991 dari ayah Ramedi dan ibu Supini. Penulis adalah putra ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA 1 Kota Tangerang Selatan dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi kartunis koran kampus IPB pada tahun 2009, koordinator kartunis koran kampus IPB pada tahun 2010, pengurus IFSA IPB pada tahun 2010-2012, dan pengurus FMSC pada tahun 2012. Selain itu penulis juga pernah melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Pangandaran-Gunung Sawal, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di KPH Banyumas Timur.

(34)

Lampiran 2. Sketsa kawasan HKS

Keterangan :

1 : Gerbang masuk HKS 5 : Papan larangan 9 : Tanaman hias 2 : Pos jaga dan kantor 6 : Jogging track 10 : Danau

(35)

Lampiran 3. Jenis-jenis pohon di HKS 14 Calophyllum inophyllum Nyamplung 15 Canarium commune Kenari 32 Jacaranda acutifolia Jakaranda

33 Khaya spp Khaya

(36)

No Nama latin Nama lokal 46 Parkia speciosa Petai cina 47 Pinus mercusii Tusam 48 Pithecellobium dulce Asam kranji 49 Plumeria spp Kamboja 50 Polyalthia longifolia Glodokan tiang 51 Pometia pinnata Matoa

52 Pterospernum javanicum Bayur 53 Sallaca edulis Salak

(37)

Lampiran 4. Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner

Uji Validitas dan Reabilitas

Poin Pertanyaan Sig-2 Tailed Cronbach’s Alpha

Persepsi 0.616

pertanyaan 1 0.000

pertanyaan 2 0.072

pertanyaan 3 0.000

pertanyaan 4 0.000

pertanyaan 5 0.000

pertanyaan 6 0.000

pertanyaan 7 0.290

pertanyaan 8 0.112

pertanyaan 9 0.003

pertanyaan 10 0.000

sikap 0.232

pertanyaan 1 0.000

pertanyaan 2 0.000

pertanyaan 3 0.004

pertanyaan 4 0.000

partisipasi 0.395

partisipasi 1 0.035

partisipasi 2 0.001

partisipasi 3 0.000

partisipasi 4 0.000

(38)

Lampiran 5. Kuesioner Valid Penelitian

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Wawancara ini dilakukan hanya untuk kepentingan penelitian sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Jawaban dari hasil wawancara akan dirahasiakan. Terima kasih atas perhatian dan waktu yang telah anda berikan untuk menjawab pertanyaan dari wawancara ini. Semoga apa yang anda berikan dapat bermanfaat.

I. Data Responden

Nama :

Umur :

Agama :

Jenis kelamin :

Jumlah anggota keluarga :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Lama Tinggal :

Peran dalam masyarakat :

Penahkan mendapatkan penyuluhan mengenai Hutan Kota : Ya / Tidak Berapa kali pernah mendapatkan penyuluhan mengenai Hutan Kota : .... kali Bagaimana fasilitas yang terdapat di Hutan Kota : Baik/Cukup/Kurang Pilih satu jawaban dengan memberi tanda silang ( X )

A.Persepsi Masyarakat

1. Bapak/Ibu mengetahui apa itu Hutan Kota Jawaban : 2. Keberadaan Hutan Kota memberikan pengaruh positif bagi kehidupan sosial

(39)
(40)

B. Sikap Masyarakat

(41)

C. Partisipasi Tahap Perencanaan

1. Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan penetapan tujuan pengelolaan Hutan Kota 2. Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan penetapan program jangka

pendek dan jangka panjang pengelolaan Hutan Kota Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?... ( ) Tidak Pernah

Kenapa?... 3. Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan penetapan kelembagaan

Hutan Kota 4. Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan penetapan sistem monitoring

(42)

6. Bapak/Ibu ikut serta dalam kegiatan diversifikasi tanaman dan pemilihan jenis tanaman di Hutan Kota

Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?... ( ) Tidak Pernah

Kenapa?... 7. Bapak/Ibu ikut serta dalam peningkatan kualitas tempat tumbuh tanaman di

Hutan Kota E. Patisipasi Tahap Perlindungan dan Pengamanan

8. Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan pencegahan dan penanggulangan kerusakan lahan di Hutan Kota

Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?... ( ) Tidak Pernah

Kenapa?... 9. Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan pencegahan dan

penanggulangan pencurian fauna dan flora di Hutan Kota Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?... ( ) Tidak Pernah

Kenapa?... 10. Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan pencegahan dan

(43)

11. Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan pencegahan dan penanggulangan hama dan penyakit tanaman di Hutan Kota

Jawaban :

12. Bapak/Ibu pernah memanfaatkan Hutan Kota Srengseng untuk kegiatan pengembangan pendidikan 13. Bapak/Ibu pernah memanfaatkan Hutan kota untuk rekreasi

Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?... ( ) Tidak Pernah

Kenapa?... 14. Bapak/Ibu pernah memanfaatkan Hutan Kota untuk budidaya hasil hutan Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?... ( ) Tidak Pernah

Kenapa?... G. Partisipasi Tahap Monitoring dan Evaluasi

(44)

16. Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan evaluasi program pengelolaan Hutan Kota Srengseng

Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?... ( ) Tidak Pernah

(45)

Pihak Pengelola

A. Aspek Pengenalan Hutan Kota

1. Pernahkah kegiatan penyuluhan mengenai pembangunan dan pengembangan Hutan Kota diadakan ? Jika pernah, kepada siapa kegiatan penyuluhan tersebut dilakukan dan berapa kali kegiatan tersebut pernah dilaksanakan?... ...

B. Aspek Pemanfaatan Hutan Kota

2. Apakah terdapat kegiatan pemanfaatan Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat ? Bagaimana bentuk pemanfaatan yag sudah ada?

... ...

3. Kedepannya apakah ada bentuk pengembangan kegiatan pemanfaatan Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat? Bagaimana bentuk kegiatannya?

... ...

C. Aspek Pengelolaan Hutan Kota

4. Bagaimana pendapat anda, apakah masyarakat perlu dilibatkan dalam pengelolaan dan pemeliharaan Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat kedepannya ? Jika perlu, bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam melakukan hal tersebut ?

... ... ...

5. Menurut pendapat anda, sebaiknya kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan seperti apa yang seharusnya dilakukan terhadap kawasan Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat ? Bagaimana bentuk pengelolaan dan pemeliharaan terkait adanya kerusakan pohon dan sampah kedepannya?

(46)

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 4 Skor  partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
Gambar 2 Fasilitas yang terdapat di HKS
Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum Tanggal Pelunasan Akhir, apabila terdapat perubahan yang material dalam peraturan di bidang perpajakan dan/atau perubahan yang material dalam interpretasi peraturan

per satuan kemasan Vera C Sebagian besar Batang, dahan atau Kehitaman Kurang pedas Maks..

Berdasarkan hal tersebut penulis menggunakan metode deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan dan mengolah data yang diperoleh selama pengumpulan data yang kemudian

Implementasi Pembelajaran Dengan Menggunakan Media Komputer Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak TK.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah apakah Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Berdasarkan hal tersebut maka, dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa LSI yang berbasis semi discrete decomposition (SDD) dapat digunakan untuk menilai

Dapat menambah wawasan bagi penulis dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami masalah utama asam urat. Bagi keluarga

[r]