• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kualitas Visual dan Fungsional Lapangan Golf Senayan National Golf Club

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Kualitas Visual dan Fungsional Lapangan Golf Senayan National Golf Club"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

i

EVALUASI KUALITAS VISUAL DAN FUNGSIONAL

LAPANGAN GOLF SENAYAN NATIONAL GOLF CLUB

MARISKA NADYA RAMADANI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Kualitas Visual dan Fungsional Lapangan Golf Senayan National Golf Club adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya ilmiah saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

(4)

2

ABSTRAK

MARISKA NADYA RAMADANI. Evaluasi Kualitas Visual dan Fungsional Lapangan Golf Senayan National Golf Club. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.

Senayan National Golf Club ialah salah satu lapangan golf terkenal dan tertua di Jakarta. Sejak dibawah pengelolaan Ancora Group di tahun 2011, SNGC melakukan renovasi ulang dengan tema Reborn dan Konsep Botanical Herritage. Melihat kondisi SNGC yang baru melakukan renovasi tersebut menjadikan SNGC lokasi yang tepat dilaksanakannya magang untuk mempelajari kualitas visual dan fungsional lapangan golf dan pemeliharaan rumput. Kegiatan ini juga mengevaluasi kualitas visual dan fungsional dari rumput dan mengobservasi keseluruhan dari prosedur pemeliharaan. Hasil akhir dari kegiatan magang ini ialah rencana pemeliharaan rumput. Metode dari magang ini ialah partisipasi aktif dan pasif pada area lapangan. Hasil dari evaluasi pada lapangan ialah area Tee Box dan Fairway telah memenuhi 8 indikator dari 10 indikator standar kualitas baik (80%) dan area Green memenuhi 9 indikator dari 11 indikator standar kualitas baik (81%), sehingga kualitas visual dan fungsional lapangan golf SNGC sudah tergolong baik karena telah memenuhi 80% dari indikator standar kualitas baik. Kualitas yang baik dari ketiga area ini ditunjang oleh pemeliharaan yang intensif pada ketiga area tersebut.

Kata kunci: kualitas fungsional, lapangan golf, rencana pemeliharaan, kualitas visual

ABSTRACT

MARISKA NADYA RAMADANI. Visual and Functional Quality Evaluation of Senayan National Golf Course. Supervised by NIZAR NASRULLAH.

Senayan National Golf Club (SNGC) is one of the famous and the oldest golf course in Jakarta. Since SNGCunder the management ofAncoraGroup in 2011, it has been renovated on the theme of Reborn and adopted the concept of Botanical Herritage. These makes SNGC a great place for internship to studyvisualand functionalqualities ofthe golf course and turfgrass management. The methods of this internship is active and passive participation in the field. It was also evaluated about visual dan functional qualities of turfgrass and observed all maintenance procedure. Output of this internship is maintenance plan of turfgrass. The result of the evaluation are both Tee Box and Fairway area comply 8 indicators from 10 standard indicators of good quality (80%) and Green area comply 9 indicators from 11 standard indicators of good quality (81%), so that the visual and functional quality of SNGC already quite good because it has comply 80% of the standard indicators of good quality. The good qualities of Green, Tee Box, and Fairway due to the regular intensive maintenance.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

EVALUASI KUALITAS VISUAL DAN FUNGSIONAL

LAPANGAN GOLF SENAYAN NATIONAL GOLF CLUB

MARISKA NADYA RAMADANI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Evaluasi Kualitas Visual dan Fungsional Lapangan Golf Senayan National Golf Club

Nama : Mariska Nadya Ramadani NIM : A44090015

Disetujui oleh

Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah swt atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Kualitas Visual dan Fungsional Lapangan Golf Senayan National Golf Club. Salawat serta salam tercurah kepada Nabi Besar Muhammad Saw, keluarganya, sahabatnya, serta umatnya.

Karya ilmiah ini merupakan tugas akhir yang menjadi syarat memperoleh gelar sarjana pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan dukungan, doa, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penghargaan yang tulus serta ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik yang bermanfaat untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan masukan dan saran selama penulis menempuh perkuliahan.

3. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr dan Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.Sc. selaku dosen penguji sidang yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik yang bermanfaat untuk perbaikan tugas akhir ini selanjutnya.

4. Orangtua tercinta Ridwan Usman, SE dan Lies Maniar, Spd juga Kakak tercinta Skotia Fitriastri Putri, S.si yang telah memberikan dukungan, semangat, dan doanya.

5. Bagian Pemeliharaan Senayan National Golf Club, Ibu Yeti, Pak Kamal, Pak Imron, Pak Hendra, Mbak Resti, Mbak Indah, Pak Joko, Pak Yayan, Pak Pendi, Pak Jumhadi, Pak Dion, Pak Tarma, dan yang lainnya, terima kasih telah menerima penulis dengan sangat baik, ilmu yang sangat

7. Sahabat dari SMP, Karina Indah Pertiwi dan Muhammad Umar Alfaruqi, terima kasih atas kebersamaan dan kesetiaannya selalu.

8. Keluarga Arsitektur Lanskap angkatan 46, terima kasih atas canda tawa, suka duka, bantuan, dan semangatnya selama tiga tahun terakhir ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat kedepannya.

Bogor, Juli 2013

(10)

DAFTAR ISI

Media Tanam dan Sistem Utilitas Lapangan golf 5

Faktor Pertumbuhan Rumput Lapangan Golf 5

Pemeliharaan Lapangan Golf 6

Kualitas Visual dan Fungsional 7

METODOLOGI 8

Lokasi dan Waktu Pelaksanaan 8

Batasan Studi 8

Metode Pelaksanaan Magang 8

Persiapan 9

Pengenalan Perusahaan 9

Pengambilan Data 9

Evaluasi Aspek Kualitas Visual dan Fungsional 12 Analisis Aspek Kualitas Visual dan Fungsional 14

Rekomendasi Alternatif 15

HASIL DAN PEMBAHASAN 15

Sejarah Perusahaan 15

Konsep Dasar 16

Letak Geografis dan Aksesibilitas 16

(11)

Ketenagakerjaan 18

Iklim 19

Hidologi 19

Vegetasi dan Tata Hijau 20

Fasilitas dan Utilitas 23

Desain dan Konstruksi Lapangan 28

Kualitas Visual 33

Kualitas Fungsional 39

Pelaksanaan Pemeliharaan 43

Korelasi Antar Kualitas 57

Rekomendasi Peningkatan Kualitas 60

Rencana Pemeliharaan 61

SIMPULAN DAN SARAN 65

Simpulan 65

Saran 65

DAFTAR PUSTAKA 66

DAFTAR TABEL

1. Standar jarak par 5

2. Jadwal pelaksanaan magang 9

3. Jenis data, sumber, dan cara pengambilan 9

4. Skor warna rumput berdasarkan Munsell Colour Chart for Plant 11

5. Kategori kecepatan bola area Green 12

6. Parameter penilaian aspek kualitas visual 13

7. Parameter penilaian aspek kualitas fungsional 13

8. Pembobotan penilaian akhir evaluasi 14

9. Standar umum pelaksanaan pemeliharaan lapangan golf 14

10.Komposisi tenaga kerja SNGC 18

11.Daftar vegetasi pada SNGC 21

12.Par per hole 28

(12)

14.Skor warna rumput pada SNGC 35

15.Keseragaman warna rumput pada SNGC 36

16.Tekstur rumput pada SNGC 36

17.Kemurnian jenis pada lapangan SNGC 37

18.Keberadaan partikel lain pada lapangan SNGC 38

19.Ketinggian pangkas rumput pada SNGC 39

20.Berat kering pucuk pada SNGC 40

21.Berat kering akar pada SNGC 41

22.Panjang akar pada SNGC 41

23.Elastisitas rumput pada SNGC 42

24.Jenis dan waktu pemakaian 43

25.Obat-obatan yang digunakan beserta kegunaannya 48

26.Pelaksanaan penyiraman pada SNGC 49

27.Pelaksaanaan pemangkasan pada SNGC 51

28.Jadwal Pola Pemangkasan 51

29.Pelaksaanaan kultivasi pada SNGC 53

30.Korelasi antar aspek pada ketiga area SNGC 57

31.Rekapitulasi penilaian pencapaian kualitas 60

32.Rencana kegiatan pemeliharaan pada SNGC 62

33.Rencana pemeliharaan rumput 62

DAFTAR GAMBAR

1. Bagan kerangka pikir magang 3

2. Lokasi magang 8

3. Penghitungan kepadatan rumput dengan stik eskrim 10

4. Perataan kontur dan penggelindingan bola 12

5. Struktur organisasi KSO Senayan 16

6. Struktur organisasi PT Power Tech Prima 17

7. Pemakaian paranet pada Air Mata Pengantin 23

8. Jenis Kembang Sepatu Bangkok 23

(13)

10.Nursery 24

20.Jaringan drainase Green hole 14 dan Tee hole 15 30 21.Pembangunan drainase sirip ikan dan pipa catchment 30

22. Penempatan Tee Marker 31

23.Konstruksi lapangan SNGC area Tee Box dan Fairway 31

24. Konstruksi lapangan SNGC area Green 32

25.Konstruksi lapangan SNGC area Rough 33

26.Kepadatan rumput yang buruk pada lapangan 34

27.Warna rumput di Green dan Tee Box 35

28.Keseragaman warna Tee Box hole 3 akibat arah pemotongan 36 29.Keberadaan partikel yang rendah dan tinggi 38 30.Keberadaan partikel yang tinggi pada Tee Box 39 31.Pelaksanaan peniupan sampah dan alat penyedot sampah 39

32.Penggunaan Spyker Spreaders dan Lely 46

33. Pengerjaan weeding dan Rumput Teki 47

34.Mesin penyemprotan dan pengerjaan penyemprotan 47

35.Kondisi lapangan yang terkena Fairy Ring 48

36.Wall to wall sprinkler dan alat pengaturan 49

37.Barscreen untuk pengangkutan sampah 50

38. Arah pemangkasan rumput 51

39. Rol, Reel, dan Bend Map pada mesin pemotong 52

40. Reel Mower dan Rotary Mower 52

(14)

42. Pelaksanaan Top Dressing 54 43.Pelaksanaan Aerating dan alat Redexim Vertidrain 7007 55

44.Pelaksanaan Slicing dan pelaksanaan rol 55

45.Pelaksanaan Verticut pada Rough dan rumput hasil Verticut 56

46. Pelaksanaan Sodding 56

47.Proses Pelaksanaan Plugging 57

(15)

8

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan magang dilaksanakan di Senayan National Golf Club milik PT Ancora Group yang terletak di Jalan Asia Afrika Pintu IX, Senayan, Jakarta Pusat 10270 (Gambar 2). Kegiatan magang berlangsung selama empat bulan dimulai pada 12 Februari 2013 hingga 30 Mei 2013.

Gambar 2 Lokasi magang

Sumber : (a)http://asiamaya.com, (b) http://earth.google.com

Batasan Studi

Pengambilan data hanya terbatas pada area permainan yaitu lapangan golf, tidak mencakup area non permainan berupa fasilitas-fasilitas yang ada di Senayan National Golf Club. Pemilihan sebagai lokasi magang karena telah melakukan renovasi dari keadaan sebelumnya, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan pembelajaran yang baik.

Metode Pelaksanaan Magang

Kegiatan magang dilakukan dengan partisipasi aktif maupun pasif di lapang pada aspek pemeliharaan lanskap pada area permainan berdasarkan jadwal magang pada Tabel 2.

(16)

10

Tabel 3 (lanjutan)

No Jenis Data Sumber Cara Pengambilan

Aspek Sosial

1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Wawancara

2 Tenaga Kerja Perusahaan Wawancara

3 Struktur Organisasi Perusahaan Wawancara Aspek Pengelolaan

1 Kondisi Lapangan Lapangan, Perusahaan 3 Kualitas Visual Lapangan, Literatur Observasi, Studi

Pustaka

4 Kualitas Fungsional Lapangan, Literatur Observasi, Studi Pustaka

Untuk data kualitas visual dan fungsional, dilakukan pengambilan sampel 9 hole secara acak diambil di tiga pengulangan masing-masing hole di tiga bagian penting yang mendukung permainan pada lapangan golf yaitu, Tee Box, Fairway, dan Green, sehingga terdapat 81 titik yang akan diamati.

Parameter aspek kualitas visual yang diamati dalam menentukan kualitas rumput lapangan golf, yaitu:

1. Kepadatan (densitas)

Parameter aspek kualitas diamati dengan menghitung jumlah pucuk dalam luasan sampel 10 cm x 10 cm dengan menggunakan stik es krim pada 27 titik yang tersebar pada area Tee Box, Fairway, dan Green seperti pada Gambar 3.

Gambar 3 Penghitungan kepadatan rumput dengan stik es krim 2. Warna hamparan rumput

(17)

11 Tabel 4 Skor warna rumput berdasarkan munsell colour chart for plant

Skor Warna Notasi Munsell

Kualitas keseragaman warna dinilai dengan menggunakan metode grid yaitu melakukan pemotretan pada 27 titik untuk Green, Fairway, dan Tee Box yang kemudian dilakukan penggunaan grid pada Adobe Photoshop. Setelah dilakukan metode tersebut, dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut,

4. Tekstur rumput

Aspek tekstur rumput diamati dengan menghitung lebar rata-rata daun rumput yang diambil. Sampel diambil secara acak pada 3 titik diantara 9 hole yang tersebar pada tiga bagian penting yang mempengaruhi permainan pada lapangan golf. Pengukuran menggunakan jangka sorong.

5. Keberadaan partikel di permukaan

Aspek keberadaan partikel diamati dengan melihat apakah terdapat sampah ataupun partikel lain selain rumput yang ada pada lapangan tersebut. Pengolahan data menggunakan metode grid dengan rumus,

6. Kemurnian jenis rumput

Didapatkan dengan melihat apakah rumput yang digunakan dalam lapangan memiliki jenis yang sama. Pengamatan dilakukan dengan metode sisir yaitu setiap 10 cm dicatat jenis rumput yang dilakukan pemakuan tersebut.

Kemudian, parameter aspek kualitas fungsional yang diamati dalam menentukan kualitas rumput lapangan golf, yaitu:

1. Ketinggian pangkas

Ketinggian pangkas diamati untuk mendapatkan tinggi rumput yang paling baik untuk lapangan golf. Ketinggian rumput diukur mulai dari permukaan tanah. Ketinggian pangkas diambil pada 27 titik yang tersebar di daerah Tee Box, Fairway, dan Green. Pengukuran dapat menggunakan jangka sorong atau mistar besi.

2. Berat kering pucuk

(18)

12

Rumput diambil menggunakan plug cutter dikeringkan dengan oven selama 24 jam dengan suhu 100C dan kemudian ditimbang. Sampel diambil secara acak pada 27 titik diantara 9 hole yang tersebar pada tiga bagian penting yang mendukung permainan pada lapangan golf.

3. Berat kering akar

Akar diambil dengan menggunakan metode plug cutter dengan diameter 5 cm dengan kedalaman 8 cm. Kemudian, akar dipisahkan dari stolon dengan pengguntingan. Prosedur selanjutnya mirip dengan pengamatan berat kering pucuk.

4. Panjang akar

Pengamatan panjang akar menggunakan metode plug cutter. Sampel akar diambil 3 pengulangan pada 9 hole dan diukur panjang akar yang terpanjang dengan menggunakan penggaris atau jangka sorong.

5. Elastisitas rumput

Pengamatan dilakukan dengan mengukur jarak luncuran bola dari titik jatuh bola dengan stimpmeter sepanjang 3 feet tegak lurus permukaan rumput. Pengukuran jarak luncuran dilakukan pada 9 hole pada bagian terpenting di lapangan golf yang merupakan landing area bola yaitu area green seperti pada Gambar 4.

Gambar 4 Perataan kontur (a) dan pegelindingan bola (b)

Pengujian penggelindingan ini diuji hingga tiga kali pengulangan. Setelah itu, dibandingkan dengan pengkategorian kecepatan bola pada lapangan (Tabel 5).

Tabel 5 Kategori kecepatan bola pada area Green menurut Beard (1982) Relative Green Speed Average Length of Roll

Regular Play (inch) Tournament Play (inch)

Fast 97 121

Medium Fast 85 109

Medium 73 97

Medium Slow 61 85

Slow 49 73

Evaluasi Aspek Kualitas Visual dan Fungsional

Tahap Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara kualitas visual dan fungsional pada kondisi lapangan golf dengan literatur secara kuantitatif dan

(19)

17

Gambar 5 Bagan struktur KSO Senayan Sumber : GA & HR Manager SNGC (2013)

Kemudian, untuk pemeliharaan lapangan golf SNGC dilaksanakan oleh Golf Course Superintendant langsung bertanggung jawab pada PT Power Tech Prima sebagai Kontraktor Pemelihara Lapangan Golf SNGC. Bagan struktur organisasi PT Power Tech Prima SNGC dapat diperlihatkan melalui Gambar 6.

(20)

23

Gambar 7 Pemakaian paranet pada Air Mata Pengantin

Selain itu, Air Mata Pengantin juga digunakan untuk menutupi tembok di sekitar terowongan, sehingga memberikan kesan lembut pada tembok. Selain itu, Lantana Ungu juga digunakan untuk menutupi kesan kaku dari tembok sungai. Selain Air Mata Pengantin dan Lantana Ungu, Thunbergia juga digunakan sebagai tanaman atap merambat di Club House.

Bambu Jepang banyak digunakan sebagai pagar hidup disekeliling SNGC. Selain itu, Tanaman Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) merupakan vocal point dari lapangan ini. Kembang Sepatu ini banyak menjadi pagar tanaman apabila sering dilakukan pemangkasan. Kembang Sepatu ini ada dua varietas hasil persilangan yaitu, jenis Bangkok dan Brazil seperti pada gambar 8.

Gambar 8 Jenis Kembang Sepatu varietas Bangkok yang ditemukan Bunga Kembang Sepatu ini sering mekar walaupun dalam kondisi cuaca yang kurang baik, berbeda keadaanya dengan Bougenvill dan Melati Costa yang keadaannya kurang baik. Pada area Tee Box dilakukan penanaman semak yang tidak boleh menghalangi pandangan ke Green. Selain itu, pemangkasan pohon juga sering dilakukan pada lapangan terutama pada area Green. Hal ini untuk menghindari keadaan teduh atau sinar matahari yang terhalang pada lapangan.

Fasilitas dan Utilitas

(21)

24

Club House

Club House merupakan bangunan besar yang merupakan bangunan utama pada kawasan padang golf. Club House memiliki bagian-bagian ruangan dengan fungsi masing-masing. Pada Club House terdapat Meeting Room yang terdiri dari delapan ruangan. Ruang Meeting Room ini dapat dikategorikan dalam ruang VIP.

Selain Meeting Room, pada Club House juga terdapat dua restoran. Satu Restoran bernama Takumi yang menyajikan makanan Jepang. Restoran kedua bernama Terace yang menyajikan makanan Eropa dan Indonesia. Selain kedua restoran tersebut, Pada Club House juga terdapat sebuah kafe bernama Cafe Dujour yang menyajikan kopi dan makanan ringan.

Selain ketiga tempat tersebut, pada Club House juga terdapat Pro Shop yang menjual keperluan pemain golf untuk bermain golf. Kemudian, pada Club House juga terdapat Reflexiologi bernama Kenji. Pada Kenji Reflexiologi ini tersedia Loker room, Jakusi, dan Sauna. Club House ini dapat diperlihatkan melalui Gambar 9.

Gambar 9 Club House pada SNGC

Nursery

Nursery SNGC merupakan tempat pembimbitan untuk rumput golf dan lanskap. Nursery ini berada di dekat kantor maintenance. Nursery untuk rumputini digunakan untuk memperbanyak jenis Rumput Tifeagle dan Rumput Seashore Paspalum yang belum boleh diperjualbelikan secara bebas di Indonesia. Rumput ini digunakan untuk memperbaiki rumput di area lapangan pada SNGC.

Selain untuk pembibitan rumput, Nursery ini juga digunakan untuk pembimbitan tanaman lanskap. Tanaman ini berfungsi sebagai penyedia tanaman untuk desain dan redesain lanskap. Perbanyakan yang sering dilakukan ialah stek, biji, dan anakan. Tenaga kerja yang bertanggung jawab untuk Nursery ini berjumlah 2 orang dan berasal dari bagian landscape. Nursery ini dapat diperlihatkan melalui Gambar 10.

(22)

25 Putting Green

Putting Green merupakan area yang digunakan untuk melakukan jarak pendek/pukulan lunak. Area ini merupakan area percobaan bagi pemain sebelum melakukan permainan golf pada lapangan, sehingga ketinggian Putting Green ini sesuai dengan ketinggian Green pada lapangan. Area ini memiliki 9 hole. Putting Green ini terletak di depan Club House. Putting Green ini juga merupakan area pengecekan kecepatan bola oleh pemain, sehingga bisa memperkirakan pukulan yang akan diberikan nantinya ketika bermain di lapangan. Area Putting Green ini dapat diperlihatkan melalui Gambar 11.

Gambar 11 Putting Green pada SNGC

Cabana

Cabana merupakan rumah singgah yang disewakan untuk pemain. Cabana ini dapat dikategorikan pada kelas VVIP. Cabana ini terdiri dari meja meeting beserta kursi, dapur, dan kamar mandi. Cabana ini berada di hole 3 dengan penataan lanskap yang baik untuk mendukung keistimewaan tempat tersebut. Cabanadapat diperlihatkan pada Gambar 12.

Gambar 12 Cabana pada hole 3 Helipad

(23)

26

Gambar 13 Helipad pada hole 2

Menara Pengintai

Menara pengintai ini ialah tempat untuk mengawasi lapangan golf secara keseluruhan dari atas. Terdapat dua menara pengintai pada lapangan yaitu pada hole 2 dan hole 18. Menara pengintai ini memiliki tinggi 27 m. Menara Pengintai dapat diperlihatkan pada Gambar 14.

Gambar 14 Menara pengintai pada hole 2 (a) dan hole 18 (b)

Golf Cart

Golf Cart merupakan kendaraan khusus berkanopi dengan tenaga baterai untuk pemain pada lapangan Golf. Kendaraan ini dikemudikan dengan setir, pedal gas, pedal rem, dan tombol pengatur arah maju dan mundur. Golf Cart pada SNGC terdiri dari 50 unit dengan dua tempat duduk. Selain untuk pemain, Golf Cart ini juga disediakan satu buah untuk Marshall dan Starter dalam melakukan pengawasan lapangan. Selain untuk Marshall dan Starter, Golf Cart juga disediakan dua buah untuk keperluan maintenance lapangan. Selain Golf Cart dengan ukuran tersebut, terdapat juga Golf Cart Foods and Beverages Mobile yang digunakan untuk menjajakan makanan dan minuman kepada pemain yang berada di lapangan. Golf Cart ini dapat diperlihatkan melalui Gambar 15.

(24)

27

Gambar 15 Golf Cart (a) dan Golf Cart Food and Beverages (b)

Pool Out dan Round About

Pool Out dan Round About ialah tempat memarkirkan Golf Cart pemain pada lapangan. Penggunaan Pool Out dan Round About ini untuk mencegah kerusakan rumput akibat ban. Selain itu, penggunaan Pool Out dan Round About untuk mencegah dan menanggulangi keadaan pinggir lapangan yang mengalami penggenangan air. Pool Out dan Round About ini dapat diperlihatkan pada Gambar 16.

Gambar 16 Pool Out pada hole 17

Halfway House

Halfway House merupakan shelter untuk tempat istirahat pemain pada lapangan. Halfway House ini berada pada hole 12. Halfway House ini juga menjajakan makanan dan minuman ringan yang bisa dibeli pemain pada lapangan. Pada Halfway House ini juga terdapat meja dan kursi untuk beristirahat. Halfway House ini dapat diperlihatkan pada Gambar 17.

Gambar 17 Halfway House pada hole 12

(25)

28

Desain dan Konstruksi Lapangan

Menurut Chiara dan Koppelman (1990), Tipe rancangan lapangan golf SNGC dengan penelaahan topografi termasuk 18 hole jalur ganda 9 balikan. Menurut Muirhead dan Rando (1994), keuntungan tipe lapangan ini memerlukan perawatan yang rendah karena antara Green dan Tee berdekatan satu sama lain. Selain itu, tipe lapangan ini cocok untuk area yang sempit dan dapat mengedepankan pemandangan, sehingga baik diterapkan pada SNGC yang memiliki lahan sempit dan ingin mengedepankan lanskap pada lapangan. Landscape Plan lapangan SNGC dapat diperlihatkan melalui Gambar 19. Lapangan Golf SNGC memiliki 69 par, sehingga tidak cocok untuk digunakan

Keseluruhan area lapangan menggunakan media tanam pasir. Menurut Beard (1982), media tanam pasir banyak digunakan pada sebagian besar pada lapangan olahraga terutama golf karena, permeabilitas pasir tinggi, sehingga dapat mencegah pemadatan dan memiliki aerasi, infiltrasi, dan perkolasi yang sama, sehingga baik untuk digunakan sebagai media untuk zona perakaran pada lapangan golf. Selain itu, pada bagian bawah media pasir menggunakan Batu Split dan Batu Skreening dengan antara Batu Split diberi geotekstil untuk mengurangi penyumbatan pada pipa drainase. Batu Skreening dan Split dapat diperlihatkan pada Gambar 18

Gambar 18 Batu Split (a) dan Batu Skreening (b) sebagai media tanam

(26)

29

Gambar 19 Landscape Plan SNGC Sumber: PT. Power Tech Prima (2013)

16

15 17

18

1

11

2

3 4

10

8

12 13

14

5

6

(27)

30

Kemudian, Untuk drainase lapangan digunakan tipe drainase sirip ikan (herringbone) dengan penggunaan pipa paralon. Penggunaan Pipa paralon karena pipa paralon tidak terjadi penyumbatan apabila terdapat beban berat. Berbeda dengan Drain coil yang akan mengalami penyumbatan apabila beban semakin berat. Area SNGC menggunakan dua tipe saluran yaitu, pipa makro dan pipa mikro dengan diameter 4 inch. Pipa makro merupakan saluran pembuangan air ke kali atau danau, sedangkan pipa mikro merupakan pipa resapan untuk mencegah genangan air. Kedua pipa tersebut akan mengalirkan air ke sungai melalui catchment area dengan pipa berdiameter 6 inch seperti pada Gambar 20.

Gambar 20 Jaringan drainase Green pada hole 14 (a) dan Tee hole 15 (b) Lokasi SNGC dilalui Kali Grogol yang sangat berguna sebagai sumber irigasi. Namun, Kali Grogol ini sering meluap apabila terjadi hujan deras, sehingga menyebabkan banjir. Apabila hal ini terjadi maka dilakukan dok yaitu, penutupan pipa keluar dari kali pada hole 17. Kemudian, pada sumur digunakan Pompa Submersible untuk dilakukan penyedotan dan penyerapan air. Selain menggunakan Pompa Submersible secara otomatis juga dapat digunakan Pompa Alkon secara manual untuk area-area yang drainase yang lambat turun terutama untuk area Fairway. Proses pembangunan pipa drainase dapat diperlihatkan pada Gambar 21.

Gambar 21 Pembangunan drainase sirip ikan (a) dan pipa catchment (b)

a b

(28)

31 Tee Box dan Fairway

Tee Box adalah tempat memulai permainan golf atau suatu area permainan golf yang khusus disiapkan untuk pemukulan pertama pada setiap hole. Luas Tee Box SNGC secara keseluruhan ialah 1 ha. Bentuk Tee box di SNGC pada umumnya berbentuk persegi. Tee box memiliki sepasang tee marker dan pukulan dilakukan diantara atau dibelakang garis yang terbentuk oleh tee marker. Tee marker ini dilaksanakan pemindahan setiap minggunya untuk menjaga rumput agar tidak rusak. Minggu pertama berada di sebelah landscape dan minggu kedua akan berada di sebelah carpart. Tee Box paling atas ialah memiliki tee marker berwarna hitam yang digunakan untuk turnamen/ kejuaraan profesional. Tee Box yang kedua berwarna biru digunakan untuk pemain laki-laki terampil yang memiliki handicap rendah. Tee Box yang ketiga berwarna putih untuk pemain laki-laki yang kurang terampil. Tee Box yang paling depan atau dekat dengan area fairway disebut forward tees dengan warna merah untuk wanita. Antara tee markerbiru dan putih sering dilakukan penggabungan saat dilakukan turnamen dengan metode penghitungan langkah juga seperti pada Gambar 22.

Gambar 22 Penempatan tee marker

Di bawah Tee Box, terdapat Fairway yang merupakan area rumput antara tee dan green untuk jatuhnya bola sebelum masuk ke green dan atau sesudah memukul dari Tee. Luas Fairway SNGC secara keseluruhan ialah 21 ha. Konstruksi Tee Box dan Fairway pada SNGC menggunakan Pasir Tulang Bawang/ Bangka dengan daya serap yang baik dibawah Pasir Galunggung. Konstruksi untuk Tee Box dan Fairway mempunyai kesamaan seperti pada Gambar 23.

(29)

34

yang sangat baik pada areal lapangan dan penyegeraan dilakukannya penyulaman apabila terdapat rumput yang rusak. Kepadatan rumput dapat diperlihatkan melalui Tabel 13.

Tabel 13 Kepadatan pada area SNGC Area Kepadatan (pucuk/100cm2)

Green 251

Tee Box 220

Fairway 212

Untuk area Green memiliki kepadatan (densitas) rumput yang baik dibandingkan areal yang lainnya, karena, area Green memiliki pengutamaan dalam pemeliharaan dibandingkan dengan areal lainnya. Selain itu, dilakukannya teknik repair slongsong rumput pada tiap areal Green apabila terjadi boalmark dan Lumutjuga turut mempengaruhi kepadatan rumput yang tinggi.

Area Tee Box dan Fairway memiliki kepadatan (densitas) rumput yang lebih rendah dibandingkan Green karena, sering dilakukan pemukulan bola dengan keras oleh pemain untuk mendapatkan pelambungan bola yang tinggi dibandingkan pada area Green, sehingga sering terjadi kerusakan pada rumput akibat gesekan dengan stik golf yang tinggi. Selain itu, kepadatan rendah tersebut juga dapat diakibatkan karena dilakukannya Weeding rumput liar yang tidak sesuai seperti pada Gambar 26.

Gambar 26 Kepadatan rumput yang buruk pada area lapangan

Warna

Menurut Turgeon (1991), Warna merupakan ukuran cahaya yang direfleksikan oleh rumput. Warna dapat menjadi indikator kondisi tanaman seperti defisiensi hara, penyakit, dan faktor tumbuh lainnya. Warna kuning atau klorosis dapat mengindikasikan kekurangan gizi, atau beberapa faktor yang tidak menguntungkan yang mempengaruhi pertumbuhan, sehingga warna rumput merupakan salah satu indikator kondisi umum rumput tersebut tumbuh sehat.

(30)

35 selanjutnya berada pada area Green dan yang terakhir pada area Tee Box. Skor warna rumput dapat diperlihatkan melalui Tabel 14.

Tabel 14 Skor warna rumput pada SNGC

Tee Box Green Fairway mendekati 4 untuk area Tee Box dan 4,8 atau mendekati skor 5 untuk area Green yang diperlihatkan pada Gambar 27.

Gambar 27 Warna rumput di Green hole 15 (a) dan Tee Box hole 17 (b) Pada area Tee Box dan Green tidak memiliki skor warna tinggi, sehingga belum tergolong warna hijau tua. Hal ini dapat disebabkan intensitas penggunaan yang cukup tinggi pada kedua area tersebut, sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengalami pemulihan.

Penangkapan nutrisi yang kurang dan hama juga dapat mempengaruhi warna pada rumput. Penangkapan nutrisi ini dipengaruhi salah satunya oleh penangkapan cahaya matahari oleh rumput terutama pada area Green. Area Green hole 14 merupakan area Green dengan skor warna lebih rendah dibanding area

(31)

36

Green lain. Hal ini dikarenakan penangkapan cahaya matahari yang rendah karena terhalang oleh bangunan tinggi disekitar SNGC.

Keseragaman Warna Rumput

Keseragaman warna rumput ini dapat dipengaruhi adanya gulma, tekstur rumput yang tidak seragam, dan arah pemotongan yang berbeda. Data hasil pengolahan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Keseragaman warna rumput pada SNGC Area Keseragaman Warna Rumput (%)

Tee Box 86

Fairway 88

Green 91

Pada area Green memiliki keseragaman warna rumput yang lebih baik karena pengendalian gulma dan pemeliharaan yang intensif pada Green yang merupakan area utama permainan, sehingga warna rumput seragam. Area Tee Box memiliki keseragaman warna rumput terendah karena, terjadinya arah pemotongan yang berbeda seperti pada Gambar 28.

Gambar 28 Keseragaman warna Tee Box hole 3 akibat arah pemotongan

Tekstur Rumput

Tekstur rumput merupakan lebar helai suatu rumput. Tekstur rumput dapat dipengaruhi oleh pemangkasan rumput. Tekstur rumput ini juga turut mempengaruhi elastisitas rumput di lapangan. Tekstur rumput yang semakin kecil akan mempengaruhi elastisitas rumput yang tinggi. Tekstur rumput di lapangan dapat diperlihatkan melalui Tabel 15.

Tabel 16 Tekstur rumput pada lapangan SNGC

Area Rata-Rata Lebar Daun (mm) Lebar Standar Literatur (mm)

Green 1.1 12

Tee Box 1.7 12

(32)

38

Tabel 18 Keberadaan partikel lain pada Lapangan SNGC

Area Green Area Fairway Area Tee Box

Hole tinggi. Hal ini dikarenakan banyaknya sampah daun yang berguguran dari sekitar pohon area lapangan. Area Green menempati keberadaan partikel terbaik yaitu 0%. Hal ini dikarenakan pemeliharaan intensif dari Area Green yang merupakan area utama lapangan yang dapat diperlihatkan melalui Gambar 29.

Gambar 29 Keberadaan partikel yang rendah (a) dan tinggi (b)

Selain itu, jenis rumput Tifeagle yang tidak tahan naungan menjadikan pohon disekitar Area Green rutin dilakukan pemangkasan, sehingga penutupan lapangan oleh tajuk pohon tidak terjadi dan gugurnya daun dapat dicegah.

Area Tee Box hole 18 dan hole 16 memiliki keberadaan partikel yang tinggi dibandingkan area Tee Box yang lain karena kedua Tee Box ini cukup rindang dan cukup banyak dikelilingi oleh pohon dan semak, sehingga gugurnya pohon dan semak tersebut memenuhi lapangan pada kedua Tee Box tersebut. Kondisi ini dapat diperlihatkan melalui Gambar 30.

(33)

39

Gambar 30 Keberadaan Partikel yang tinggi pada Tee Box hole 18 (a) dan hole 15 (b)

Untuk kebersihan lapangan agar terjaga dari sampah, terutama sampah organik seperti batang atau daun pohon yang sering gugur, Lapangan secara rutin dibersihkan dengan terlebih dahulu dilakukan peniupan dengan mesin blower yaitu, John Deere 4230 kemudian, dilakukan penyedotan dengan menggunakan Leaf and Debris Collector 4420 seperti pada Gambar 31.

Gambar 31 Pelaksanaan peniupan sampah dengan John Deere 4230 (a) dan Leaf and Debris Collector 4420 untuk penyedotan sampah (b)

Kualitas Fungsional

Ketinggian Pangkas

Ketinggian pangkas mempengaruhi elastisitas rumput yang terdapat pada lapangan terutama untuk area Green. Semakin tinggi ketinggian pangkas rumput maka elastisitas rumput semakin rendah. Hal inilah yang kurang disukai pemain. Selain itu, ketinggian pangkas juga mempengaruhi kepadatan rumput, tekstur rumput, warna rumput, kedalaman akar, toleransi udara dingin, penggunaan air, dan populasi gulma. Ketinggian pangkas area SNGC dapat diperlihatkan pada Tabel 19.

Tabel 19 Ketinggian pangkas rumput pada lapangan SNGC No. Area Ketinggian Pangkas (mm) Standar (mm)

1 Green 3.2–3.5 ≤ 3.2

2 Tee Box 11.6–11.8 9.512.5

3 Fairway 10.811.4 9.512.5

Menurut Sole dan Weyandt (2007), Pemangkasan yang direkomendasikan untuk Rumput Seashore Paspalum ialah antara 9.5–12.5 mm, sehingga

a b

(34)

46

Gipsum juga dilakukan untuk penyerapan air apabila ada area-area tertentu yang mengalami penggenangan air terutama pada area Fairway.

Pemupukan dengan pupuk cair tersebut juga baik digunakan pada rumput terutama area Green. Pada umumnya pemupukan di SNGC menggunakan penambahan pupuk cair Xtra Iron. Pupuk cair ini memiliki dosis Fe lebih tinggi yaitu 9%. Menurut Brosnan dan Deputy (2007), aplikasi penggunaan Fe dapat memperbaiki warna rumput tanpa menyebabkan pertumbuhan rumput yang berlebihan, sehingga hal ini baik digunakan di SNGC dan dapat memperbaiki warna rumput pada area Green. Selain itu, menurut Sole dan Weyandth (2007), Unsur Iron yang rendah dapat disebabkan kadar pH air yang tinggi (>7.0), sehingga pemupukan Xtra Iron ini baik dilakukan karena dapat memperbaiki pH air irigasi menjadi normal.

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan Spyker Spreaders untuk area Tee Box dan Green. Selain itu, pemupukan juga dapat menggunakan Lely Spreaders 1250. Mesin pemupukan ini digunakan untuk pemupukan di area yang luas. Alat ini ialah jenis Rotary Spreader yang dapat mengkontrol dengan baik bentuk pupuk yang tidak seragam (Turgeon 1991). Mesin ini dapat diperlihatkan seperti pada Gambar 32.

Gambar 32 Penggunaan Spyker Spreaders di area Green (a) dan Lely Spreaders 1250 pada Fairway (b)

Penyiangan dan Pengendalian Gulma

Penyiangan atau pengendalian gulma di SNGC dilakukan untuk menghilangkan atau memberantas gulma pada lapangan. Gulma yang tumbuh merupakan rumput liar dengan batang kaku dan daun kasar. Gulma yang sering tumbuh di area lapangan ialah Rumput Teki (Cyperus rotundus).

Menurut Leihner dan Doll (1984), Rumput Teki mudah beradaptasi dengan lingkungan dan kondisi yang beragam dan sulit dikontrol. Selain itu, rumput ini dapat bertahan dibawah kondisi yang ekstrim yaitu, suhu yang tinggi, kekeringan, banjir, dan aerasi yang buruk. Akar dari rumput teki ini mampu menjalar dengan cepat dan memproduksi anakan baru, sehingga diperlukan pencabutan hingga ke akarnya untuk memutus anakan tersebut. Penyiangan Rumput Teki ini dilakukan dengan weeding. Weeding merupakan pemberantasan gulma secara manual dengan cara mencabut gulma sampai ke akarnya. Pelaksanaan Weeding ini dilakukan pada jam kerja shift kedua dengan keseluruhan tenaga kerja wanita. Weeding dilaksanakan dengan intensitas rutin seperti pada Gambar 33.

(35)

47

Gambar 33 Pengerjaan weeding (a) dan Rumput Teki ditemukan di lapangan (b) Selain itu, pelaksanaan Weeding juga dilakukan untuk menghilangkan rumput yang tidak seharusnya ada di suatu area seperti Rumput Tifeagle yang sering terdapat pada area Fairway. Selain dengan Weeding, pembasmian Rumput Teki dapat menggunakan herbisida yaitu, Ally Plus 77 WP, Gramoxone 80 EC, dan Round Up 486 SL.

Gulma lain yang sering terdapat pada area Green ialah Lumut. Menurut Christians (1998), Lumut akan muncul pada rumput yang ternaungi dan basah. Lumut akan menjadi masalah yang serius untuk area Green akibat naungan matahari yang disebabkan bangunan tinggi disekitar SNGC, sehingga pemberantasan lumut ini dapat dilakukan dengan cara aerating dan top dress. Pengendalian gulma ini juga dapat menggunakan pupuk cair.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit merupakan salah satu kegiatan yang penting dilaksanakan di lapangan Golf. Intensitas yang dilakukan tergantung pada kondisi di lapangan (insidental). Apabila terdapat gejala atau serangan oleh penyakit dan hama tertentu akan langsung dilaksanakan pengendalian secara manual. Pada SNGC terdapat dua alat penyemprotan hama dan penyakit yaitu, Professional SPS1 untuk area yang tidak luas dan John Deere HD 200 untuk area yang cukup luas. Pada John Deere HD 200, penyemprotan tergantung pada area yang akan dilakukan penyemprotan seperti pada gambar 34.

Gambar 34 Mesin penyemprot pestisida John Deere HD 200 (a) dan pengerjaan penyemprotan pestisida (b)

Obat-obatan digunakan untuk membasmi serangga (insektisida), jamur (fungisida), dan cacing (nematisida). Obat-obatan yang digunakan bisa diperlihatkan berdasarkan Tabel 25.

a b

(36)

48

Tabel 25 Obat-obatan yang digunakan beserta kegunaannya

No. Nama Obat Kegunaan Hama/Penyakit

1 Dursban 200 EC Insektisida Army Worms

2 Diazinon 10 GR Sod Webworms

9 Tri Cure Aqua Dynamics Wetting Agent Fairy ring

10 Amistartop 325 SC Fungisida Fairy ring

11 Dithane M-45 80 WP Fungisida Dollar spot 12 Antracol 70 WP

Jenis insektisida yang sering digunakan ialah Dursban200 EC, Akodan 35 EC, dan Decis25 EC. Decis merupakan insektisida paling bagus yang digunakan. Fungisida yang paling sering digunakan ialah Dithane M-45 80 WP. DithaneM-45 80 WP dapat dilakukan dengan percampuran dengan obat lain dan paling sering digunakan pada area Green.

Penyakit yang sering terdapat pada rumput pada area Tee Box, Fairway, dan Rough ialah Dollar Spot. Menurut Christians (1998), Dollar Spot disebabkan oleh fungi Sclerotinia bomeocarpa. Dollar Spot ini bentuk pertahanan rumput dari stress akibat embun dan kelebihan rumput liar. Daya pemulihan rumput dari infeksi terhadap Dollar Spot ini cukup lama. Dollar Spot dapat menyebar melalui sepatu, mesin pemotong rumput, dan alat lainnya. Pembasmian hama ini dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida.

Selain lumut, Fairy Ring juga sering terdapat pada area Green. Menurut Fidanza (2009), penyakit ini disebabkan oleh fungi Armillaria sp. Gejala dari penyakit ini ialah jamur yang membentuk cincin dan menghambat air menyentuh akar, sehingga akan membuat rumput mati. Fairy ring ini pada lapangan dapat diperlihatkan pada Gambar 35.

Gambar 35 Kondisi lapangan yang terkena Fairy Ring

(37)

49 mengendalikan Fairy Ring (Fidanza 2009). Selain itu, Fairy ring juga dapat dikontrol dengan aerating dan disiram dengan Tri Cure Aqua Dynamics. Tri Cure Aqua Dynamics ini merupakan jenis Wetting agents berbentuk liquid. Menurut Brosnan dan Deputy (2007), Penggunaan Wetting agents ini untuk meningkatkan air infiltrasi ke dalam akar. Kelebihan dari Wetting agents ini ialah tidak mengurangi pemadatan atau menambah ruang pori, sehingga obat ini baik untuk digunakan dalam penanggulangan Fairy ring.

Irigasi dan Pengolahan Air

Menurut Deputy dan Brosnan (2007), Irigasi dibutuhkan untuk memperbaiki toleransi rumput untuk hidup pada lapangan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan rumput terdiri dari lebih dari 75 persen dari berat air. Penyiraman dilakukan menggunakan sprinkler yang dikendalikan secara otomatis dengan satelit kontrol yang dapat diatur waktunya. Menurut Deputy dan Brosnan (2007), sistem sprinkler otomatis paling baik digunakan untuk mengairi seluruh jenis Rumput pada lapangan. Sistem sprinkler dan satelit kontrol ini dapat diperlihatkan seperti Gambar 36.

Gambar 36 Wall to wall sprinkler di lapangan (a) dan alat pengaturan sprinkler secara otomatis (b)

Terdapat dua macam sprinkler yang digunakan pada lapangan SNGC yaitu half sprinkler dan full sprinkler. Half Sprinkler ini merupakan sprinkler yang bisa diatur perputarannya sesuai keinginan seperti, setengah atau seperempat putaran. Half sprinkler ini baik digunakan untuk mengatur apabila terdapat area yang tidak akan dilakukan penyiraman, sedangkan Full sprinkler merupakan sprinkler yang melakukan satu putaran penyiraman penuh dan tidak dapat diatur perputarannya sesuai keinginan seperti pada Half sprinkler. Tabel pelaksanaan penyiraman dapat diperlihatkan melalui Tabel 26.

Tabel 26 Pelaksanaan penyiraman pada SNGC

(38)

50

Menurut Murphy (2002), waktu yang paling efisien untuk menyiram ialah antara pukul 22.00 dan pukul 08.00 karena membatasi jumlah jaringan daun tetap lembab dan mengurangi penguapan, sehingga penyiraman yang telah dilaksanakan dapat dikatakan baik untuk dilakukan karena, dilaksanakan antara pukul 24.00 hingga pukul 04.00. Kemudian, menurut Turgeon (1991), kesesuaian volume air irigasi untuk lapangan golf dapat ditentukan dari kedalaman akar rumput menembus tanah dan volume dari perakaran tersebut. Panjang akar yang semakin panjang dapat menjadi indikator kesuburan dan kekuatan rumput karena mampu memegang media dan menyerap unsur hara lebih baik, sehingga volume air irigasi pada SNGC dapat dikatakan sesuai karena, menghasilkan panjang akar yang baik mendekati standar.

Menurut Christians (1998), Ketinggian pangkas yang sangat rendah menyebabkan rumput menjadi stress akibat pertumbuhan akar yang rendah, sehingga rumput dapat mengalami scalping dan dapat membahayakan rumput. Namun, menurut Turgeon (1991), perakaran yang buruk ini dapat diperbaiki dengan irigasi yang baik. Hal inilah yang membuat rumput pada SNGC tetap sehat dan subur walaupun dipangkas dengan ketinggian yang rendah.

Selain pelaksanaan rutin tersebut, penyiraman juga dilakukan setelah pemupukan bentuk Granule. Menurut Turgeon (1991), kegiatan ini sangat baik dilakukan untuk mencegah terbakarnya rumput dan mempercepat penyerapan pupuk pada rumput, sehingga kegiatan ini baik dilakukan di SNGC.

Pengolahan air juga menggunakan barscreen. Barscreen ini merupakan alat untuk mengangkat sampah yang ada pada air sungai yang akan mengalir pada sungai dan danau SNGC. Sampah yang ada diangkat dengan barscreen yang kemudian akan dialirkan ke dalam bak penampungan sampah, sehinggaair yang akan mengalir ke dalam SNGC tidak menimbulkan aroma yang tidak sedap. Barscreen ini dapat diperlihatkan melalui gambar 37.

Gambar 37 Barscreen untuk pengangkutan sampah

Pemangkasan

(39)

52

Gambar 39 Rol (a), Reel (b), dan Bend map (c) pada mesin pemotong rumput Pada Green, pemangkasan menggunakan groomer, sehingga dapat mengangkat rumput dengan penampilan yang baik dan menghasilkan elastisitas rumput yang baik terutama pada area Green. Berbeda dengan jenis mower Toro dan Jacobson, jenis Green mower John Deere E Cut 220 bisa melakukan pemangkasan secara keseluruhan dengan baik dan alat ini merupakan mesin potong yang dioperasikan secara otomatis, sehingga dapat mengefisiensikan waktu dan tenaga. Namun, kekurangan dari mesin pangkas John Deere ini beresiko akar langsung terangkat apabila diputar, sehingga mengakibatkan kerusakan pada rumput. Selain itu, jenis ini mengakibatkan bensin lebih boros. Jenis mesin potong rumput yang lain yang dapat digunakan untuk area Tee Box dan Green ialah Jacobsondengan tingkat kerusakan akar yang lebih rendah namun dioperasikan secara manual. Mesin pemotong Jacobson dan John Deere ini merupakan jenis Reel mower. Menurut Brosnan dan Deputy (2007), Reel Mower memberikan kualitas terbaik pada rumput lapangan. Mesin Reel mower baik digunakan untuk Rumput Bermuda Hibrida seperti Tifeagledibandingkan mesin Rotary Mower yang hanya bisa mempertahankan ketinggian pangkas diatas 1 inch seperti pada Gambar 40.

Gambar 40 Jenis Reel Mower John Deere 7700 Precision Cut (a) dan Jenis Rotary Mower John Deere 7400 Precision Cut (b)

Mesin pangkas John Deere 7200 Precision Cut memiliki jumlah Reel lebih sedikit yaitu tujuh buah. Hal ini berbeda dengan mesin pangkas rumput John Deere 7700 Precision Cut memiliki jumlah Reelsebelas buah, sehinggamenghasilkan rumput yang lebih lembut. Selain itu, Mower Poulan Pro G25 digunakan untuk area Rough yang memiliki slope yang besar, sedangkan pemangkasan untuk area sekitar Bunker dan Tee Box yang memiliki slopedan berkontur menggunakan Hover Mower seperti pada Gambar 41

a b c

(40)

53

Gambar 41 Mower Poulan Pro G25 untuk area Rough (a) dan Hover Mower untuk area Bunker (b)

Menurut Sole dan Weyandt (2007), ketinggian pemangkasan dapat disesuaikan melalui pertimbangan beberapa faktor salah satunya ialah cuaca. Ketinggian pemangkasan pada SNGC pada Green yang tidak sesuai literatur yaitu 3.5 mm dikarenakan disesuaikan kondisi cuaca yang pada saat pengamatan tergolong kategori bulan basah dengan curah hujan yang tinggi. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penggenangan air pada lapangan dan penangkapan sinar matahari oleh rumput. Namun, apabila berada pada musim kering maka, pengaturan pangkas diturunkan menjadi 2.8 hingga 3 mm.

Persentase keseragaman warna rumput area Tee Box dan area Fairway yang lebih rendah dari area Green ini dapat disebabkan arah pemotongan rumput yang berbeda dan pelaksanaan double cut. Hal ini terutama pada area Fairway yang sedang dilaksanakan percobaan pelaksanaan diamond cut.

Kegiatan Kultivasi

Kegiatan kultivasi merupakan kegiatan yang menyempurnakan kegiatan pemeliharaan rumput. Kegiatan kultivasi ini terdiri dari beberapa jenis kegiatan, antara lain Aerating, Top dressing, Slicing dan Verticutting. Tabel pelaksanaan kultivasidapat diperlihatkan melalui Tabel 29.

Tabel 29 Pelaksanaan kultivasi pada SNGC

Kegiatan Kultivasi Waktu Pelaksanaan Jenis Alat Top dressing Seminggu sekali (Green)

Insidental (Tee Box, Fairway) Slicing Insidental (Fairway) Slaser AerWay

Verticutting Insidental Verticutter Classen PR 20 Kegiatan kultivasi yang dilakukan paling utama di SNGC ialah kegiatan Top dressing dan Aerating. Hal ini dikarenakan air irigasi yang buruk, sehingga diperlukan pelaksanaan kegiatan tersebut secara rutin untuk pertumbuhan rumput yang lebih baik dan tidak terdapat lumut.

Menurut Brosnan dan Deputy (2007), Top dressing merupakan kegiatan penaburan lapisan tipis dari material pasir pada permukaan atas rumput. Top dressing dilakukan apabila pertumbuhan rumput kurang di lapangan. Top dressing juga digunakan untuk menanggulangi lumut yang ada di Green. Aplikasi Top

(41)

54

dressing dilakukan dengan menggunakan mesin Top dressing. Aplikasi yang digunakan untuk kegiatan kultivasi ini pelaksanaan aerating yaitu, pembuatan poros pada tanah, sehingga udara dapat masuk ke dalam tanah. Setelah itu, dilakukan Top dress yaitu penaburan pasir diatas rumput. Setelah melakukan Top dress dilakukan penarikan rumput dengan karpet (brusher). Pemakaian karpet pada saat Top dressing berguna untuk kestabilan kontur pada area Green. Kemudian, dilakukan pemotongan rumput pada area tersebut. Pelaksanaan Top dressing dan Rol pada area Green dapat diperlihatkan melalui Gambar 24.

Gambar 42 Pelaksanaan Top Dressing

Pelaksanaan Top dressing secara rutin tiap minggu mennyebabkan kepadatan rumput yang lebih baik daripada dua area lain yaitu 251 pucuk setiap 100 m2, sehingga hal ini juga didukung perakaran yang kuat dan saling menjalin. Hal ini terlihat pada berat kering akar yang lebih baik dibandingkan dua area lainnya.

(42)

55

Gambar 43 Aeratingdengan John Deere Aercore 800 (a) dan Redexim Vertidrain (b)

Pada Lapangan SNGC, aerating sering dilakukan pada area Green terutama untuk membasmi keberadaan lumut. Namun, hal ini belum cukup untuk mengatasi naungan akibat gedung, sehingga penambahan pupuk cair juga dilakukan dalam mengatasi hal tersebut.

Slicing merupakan proses pengudaraan rumput pada lapangan dengan mengiris menggunakan pisau berbentuk V yang membentuk lingkaran, sehingga membentuk bintang sedalam 3 inch. Menurut Turgeon (1991), sistem Slicing ini baik dilakukan karena dapat meminimalkan kerusakan pada rumput dan menstimulasi pertumbuhan pada akar, sehingga baik dilakukan pada SNGC untuk mendukung kesuburan rumput. Sistem Slicing ini hampir mirip aerating pada Green. Setelah dilaksanakan Slicing, dilakukan rol, sehingga tanah yang dilubangi tertutup kembali. Pelaksanaan Slicing ini dapat diperlihatkan pada Gambar 44.

Gambar 44 Pelaksanaan slicing (a) dan Pelaksanaan rol setelahnya (b) Verticutting merupakan kegiatan yang baik untuk menstimulasi pertumbuhan rumput dan dapat dilakukan untuk pengambilan bibit rumput yang akan digunakan di area lain pada lapangan golf. Kegiatan ini sering dilaksanakan pada Rumput Seashore Paspalum karena, rumput ini memiliki pertumbuhan yang cepat. Selain itu, menurut Duncan dan Carrow (1999), ketinggian pangkas dibawah 0.5 inch (12.7 mm) yang diiringi dengan verticutting akan menghasilkan pertumbuhan dan kepadatan yang baik, sehingga ketinggian pangkas yang sesuai tersebut dan diikuti dengan kegiatan verticutting ini baik dilakukan di SNGC karena menghasilkan kepadatan diatas 200 pucuk setiap 100 cm2. Alat yang digunakan ialah vertical mower jenis Classen. Alat ini lebih efektif digunakan karena, rumput yang dipotong lebih dalam dan lebih banyak seperti pada Gambar 45.

a b

(43)

56

Gambar 45 Pelaksanaan Verticut (a) dan rumput hasil Verticut (b)

Penyulaman

Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati dan yang tumbuhnya kurang baik. Penyulaman pada SNGC dilakukan dengan tiga cara yaitu Sprigging, Sodding, Plugging. Metode Sprigging ialah metode penanaman rumput secara vegetatif dengan bibit melalui verticutting. Menurut Duble (2004), Sprigging mudah menumbuhkan semua jenis rumput bermuda, rumput zoysia, dan rumput paspalum. Metode Sprigging ini jarang dilakukan di SNGC. Namun, metode ini dilakukan pada awal penanaman rumput lapangan. Kemudian, metode sodding ialah metode penanaman rumput dengan cara mengambil rumput di lapangan. Metode ini dapat menggunakan lempeng rumput. Metode ini dilakukan untuk menutup rumput yang tumbuh buruk atau rusak. Pelaksanaan sodding dapat secara manual atau dengan menggunakan mesin. Mesin yang digunakan untuk melakukan sodding tersebut ialah Sod Cutter Classen SC-12. Biasanya penggunaan mesin ini dilakukan apabila sodding dilakukan pada skala luas. Pelaksanaan sodding tersebut dapat diperlihatkan pada Gambar 46.

Gambar 46 Pelaksanaan sodding secara manual (a) dan dengan mesin (b) Selain kedua metode tersebut, metode lain yang digunakan ialah metode Plugging menggunakan slongsong rumput. Rumput diambil menggunakan slongsong pipa pada bagian terluar dari suatu area lapangan. Pada SNGC, metode slongsong ini sehari-hari yang paling sering dilakukan. Menurut Duble (2004), Walaupun plugging memerlukan sedikit media tanam daripada sodding, tetapi, pekerja banyak dibutuhkan dibanding sodding. Selain itu, rumput setelah di plugging memerlukan sedikit perhatian setelah tanam karena sistem akar mereka dikembangkan sebelum penanaman. Namun, Penggunaan slongsong ini paling

a b

(44)

57 efektif untuk melakukan penutupan secara cepat akibat boalmark. Proses pelaksanaan metode ini dapat diperlihatkan melalui Gambar 47.

Gambar 47 Pelaksanaan Plugging

Korelasi Antar Kualitas

Pada ketiga area memiliki nilai korelasi yang beragam. Berdasarkan Korelasi Pearson didapat hubungan antar kualitas yang dapat diperlihatkan pada Tabel 30.

Tabel 30 Korelasi antar aspek pada ketiga area SNGC

AK KR BKA BKP PA TR KJ KP KS KW W (KP), Ketinggian Pangkas (KS), Kemurnian Warna (KW), Warna (W), Kemurnian Jenis (KJ);

a signifikan pada α=5%

, b memiliki korelasi yang kuat (nilai Korelasi Pearson mendekati 1)

(45)

58

(46)

59

Gambar 48 Grafik hubungan linier antar aspek kualitas pada SNGC

(47)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di DKI Jakarta pada tanggal 21 Maret 1991. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan H. Ridwan Usman, SE dan Hj. Lies Maniar, Spd.

Penulis memiliki riwayat pendidikan formal pada tahun 1995 di TK Ikal I. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD Muhammadiyah 24, Rawamangun. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 216 Jakarta, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 68 Jakarta dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Arsitektur Lanskap IPB.

Gambar

Gambar 6  Struktur organisasi PT Power Tech Prima pada SNGC
Gambar 8  Jenis Kembang Sepatu varietas Bangkok yang ditemukan
Gambar 11  Putting Green pada SNGC
Gambar 13  Helipad pada hole 2
+7

Referensi

Dokumen terkait