LIGA SUPER
YULITA DWI FATMASARI A44070062
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
YULITA DWI FATMASARI. Evaluasi Kualitas Fungsional dan Visual Lapangan Bola yang Dipakai Untuk Kompetisi Liga Super. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.
Liga Super merupakan salah satu kompetisi olahraga sepakbola di Indonesia. Kompetisi ini dilakukan di berbagai lapangan yang terletak di daerah Indonesia seperti dilakukan pada Stadion Singaperbangsa Karawang, Stadion Siliwangi Bandung, dan Stadion Haji Agus Salim Padang. Lapangan sepakbola yang ada, harus sesuai dengan standar FIFA dan mampu digunakan dalam berbagai kondisi. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah kualitas rumput. Kualitas rumput ditentukan oleh media, drainase, dan pemeliharaan yang baik terhadap lapangan. Buruknya kualitas lapangan yang digunakan saat pertandingan sangat merugikan pemain. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi mengenai kualitas fungsional dan visual lapangan bola sebagai rujukan bagi perbaikan kualitas rumput yang baik, estetik, dan berkelanjutan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kualitas fungsional dan visual lapangan, mengidentifikasi permasalahan yang terjadi, dan memberikan usulan pemeliharaan lapangan bola yang digunakan pada ketiga lapangan yang digunakan dalam Kompetisi Liga Super dan dalam hal ini yang menjadi studi kasus yaitu Stadion Singaperbangsa, Siliwangi, dan Haji Agus Salim.
dilakukan pihak pengelola lapangan bola sudah memenuhi standar pelaksanaan. Parameter kualitas fungsional yang diamati adalah ketinggian pangkas, berat kering pucuk, berat kering akar, panjang akar (akar terpanjang), dan elastisitas rumput yang dilihat dari gelinding bola. Parameter kualitas visual yang diamati adalah kepadatan rumput, warna, keseragaman warna, tekstur, keberadaan partikel di permukaan, dan kemurnian jenis rumput. Parameter pengelolaan yang diamati adalah pemupukan, penyiraman, pemangkasan, penyiangan dan pengendalian gulma, penggilingan, penyulaman, pengendalian hama dan penyakit.
Dari hasil analisis regresi linier terhadap parameter kualitas fungsional yang dilakukan, pada Stadion Singaperbangsa diketahui bahwa ada beberapa indikator yang berkorelasi nyata pada taraf α = 10%. Korelasi nyata terjadi antara berat kering akar dengan panjang akar dan berat kering akar dengan lebar daun selain itu tidak terjadi korelasi nyata antar peubah yang ada. Pada Stadion Siliwangi diketahui bahwa ada satu indikator yang berkorelasi nyata pada taraf α = 5% dan satu indikator yang berkorelasi nyata pada taraf α = 10%. Korelasi nyata pada taraf α = 10% terjadi antara berat kering pucuk dan berat kering akar. Korelasi nyata pada taraf α = 5% terjadi antara panjang akar dan luncuran bola. Selain itu tidak terjadi korelasi yang nyata antar peubah yang ada. Pada Stadion Haji Agus Salim diketahui bahwa ada satu indikator yang berkorelasi nyata pada taraf α = 10%. Korelasi nyata pada taraf α = 10% terjadi antara panjang akar dan lebar daun selain itu tidak terjadi korelasi yang nyata antar peubah yang ada.
menjadi salah satu masalah sehingga lapangan yang ada kurang baik. Pada Stadion Haji Agus Salim terdapat 6 indikator yang memenuhi dari 11 indikator penilaian kualitas fungsional dan visual. Indikator tersebut yaitu tekstur rumput, keberadaan partikel dipermukaan, ketinggian pangkas, berat kering pucuk, berat kering akar, dan panjang akar.
Masalah yang terjadi pada Stadion Singaperbangsa yaitu tanah yang digunakan kurang subur, untungnya diimbangi dengan penambahan pupuk kandang pada lapisan media tanam lapangan sehingga kesuburan rumput dapat meningkat. Masalah pada Stadion Siliwangi yaitu penggunaan lapangan yang cenderung tinggi menyebabkan lapanngan mengalami kebotakan. Selain itu, masalah pemeliharaan pada ketiga stadion masih memerlukan perbaikan. Maka dihasilkan rencana pemeliharaan bagi ketiga stadion tersebut untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kualitas lapangan.
Pemeliharaan yang sesuai pada waktunya dan sesuai syarat pelaksanaan harus lebih diperhatikan agar kualitas fungsional maupun visual yang diinginkan dapat tercipta dengan baik. Dengan begitu diharapkan mampu menjadikan lapangan yang lebih baik secara visual dan fungsional sehingga sejajar dengan lapangan-lapangan bola yang ada di dunia dan sesuai standar FIFA sehingga dapat digunakan dalam kompetisi tingkat nasional maupun internasional.
LIGA SUPER
YULITA DWI FATMASARI A44070062
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Evaluasi Kualitas Fungsional dan Visual Lapangan Bola yang Dipakai Untuk Kompetisi Liga Super” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi, baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini.
Bogor, Oktober 2011
© Hak cipta milik IPB, tahun 2011
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya diizinkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.
Judul : Evaluasi Kualitas Fungsional dan Visual Lapangan Bola yang Dipakai Untuk Kompetisi Liga Super
Nama : Yulita Dwi Fatmasari
NRP : A44070062
Departemen : Arsitektur Lanskap
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr NIP 19620118 198601 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP 19480912 197412 2 001
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 18 Juli 1990. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Toto Marwoto dan Ibu Dahli Wartini.
Penulis mengawali jenjang pendidikannya di Taman Kanak-Kanak (TK) Al-Iman pada tahun 1995-1996. Pada tahun 1996-2001 penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Percontohan (SDNP) Komplek IKIP Jakarta dan mengikuti kelas akselerasi pada saat kelas tiga. Kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 115 Jakarta. Selanjutnya, pada tahun 2007 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 71 Jakarta.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2007 melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian.
Bismillahirrahmanirrahim,
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Kualitas Fungsional dan Visual Lapangan Bola yang dipakai untuk Kompetisi Liga Super” berdasarkan hasil kegiatan penelitian penulis.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya, memberikan masukan berupa saran serta bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Ir. Qodarian Pramukanto, MSi dan Ibu Fitriyah Nurul Hidayati Utami, ST, MT selaku dosen penguji yang berkenan memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini, dan juga seluruh staf pengajar dan staf administrasi Departemen Arsitektur Lanskap.
3. Bapak Rachmat dari KONI Karawang yang membantu pengambilan data di Karawang, Bapak Dudi pihak KODAM III/Siliwangi yang membantu pengambilan data di Bandung, Bapak Tanjung dan Bapak Nov yang membantu pengambilan data di Padang.
4. Keluarga di Jakarta (mama, papa, kakak, dan adik) dan keluarga di Bogor (mama ani, bunda, mas bambang, dan zalfa) yang tak lelah memberikan semangat. Terutama untuk mama dan papa yang tidak henti-hentinya mengingatkan, memotivasi, dan mendoakan.
7. Bina dan Naya, sahabat sejak SMP yang selalu setia mengingatkan dan memberi motivasi, Sarah yang setia membantu selama penelitian di Bandung.
8. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada, juga semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang berkepentingan.
Bogor, Oktober 2011
DAFTAR TABEL ...xv
DAFTAR GAMBAR ...xvii
DAFTAR LAMPIRAN... ..xix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Tujuan dan Manfaat...3
1.3 Kerangka Pikir ...4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput 5 2.2 Jenis Rumput ………7
2.2.1 Rumput Manila (Zoysia Matrella [L.] Merr. ) ………7
2.2.2 Rumput Paitan (Axonopus compressus [Swartz] Beauv.) ……….8
2.3 Lingkungan Tumbuh Rumput ……….8
2.4 Kriteria Rumput Lapangan Olahraga ………10
2.5 Kualitas Visual dan Fungsional Rumput ………...11
2.6 Pemeliharaan Rumput Lapangan Olahraga ………14
2.7 Lapangan Sepakbola ……….15
2.8 Liga Super Indonesia ……….17
BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu ………....19
3.2 Metode Penelitian ………...20
3.3 Batasan Penelitian ………..29
BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak ………..30
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Media Tanam Lapangan……….36
5.2 Jenis Rumput ……….37
5.3 Konstruksi Lapangan ……….38
5.4 Kualitas Fungsional 5.4.1 Ketinggian Pangkas………41
5.4.2 Berat Kering Pucuk ………42
5.4.3 Berat Kering Akar ………..44
5.4.4 Panjang Akar (Akar Terpanjang) ………...45
5.4.5 Elastisitas Rumput ……….46
5.5 Kualitas Visual 5.5.1 Kepadatan Rumput……….48
5.5.2 Warna ……….50
5.5.3 Keseragaman Warna ………..53
5.5.4 Tekstur Rumput………..53
5.5.5 Keberadaan Partikel di Permukaan……….54
5.5.6 Kemurnian Jenis Rumput ………...56
5.6 Pengelolaan 5.6.1 Pemupukan ……….57
5.6.2 Penyiraman……….58
5.6.3 Pemangkasan………..59
5.6.4 Penyiangan dan Pengendalian Gulma ………60
5.6.5 Penggilingan..……… 61
5.6.6 Penyulaman……… 61
5.6.7 Pengendalian Hama dan Penyakit ………..62
5.7 Korelasi Antar Peubah 5.7.1 Stadion Singaperbangsa ……….63
5.7.2 Stadion Siliwangi. ………..66
5.8.2 Stadion Siliwangi ………73
5.8.3 Stadion Haji Agus Salim ………74
5.8.4 Rencana Pemeliharaan ………...75
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan………..78
6.2 Saran………79
DAFTAR PUSTAKA ...80
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sembilan Tim teratas dari Divisi Utama Liga Indonesia ……….17
Tabel 2 Jenis Data yang Dikumpulkan ………21
Tabel 3 Skor, Warna, dan Notasi Rumput Lapangan Sepakbola ………24
Tabel 4 Standar Penilaian Rumput Axonopus compressus Pada Lapangan Sepakbola ……….26
Tabel 5 Standar Penampilan Rumput Lapangan Sepakbola ………27
Tabel 6 Standar Umum Pelaksanaan Kerja Pemeliharaan Lapangan Sepakbola ..27
Tabel 7 Kondisi Iklim Bulanan Pada Tahun 2009 di Ketiga Kota ………32
Tabel 8 Daya Tampung dan Penggunaan Ketiga Stadion ………33
Tabel 9 Media Tanam Lapangan ……….36
Tabel 10 Susunan Konstruksi Lapangan Stadion Singaperbangsa, Karawang ….38 Tabel 11 Susunan Konstruksi Lapangan Stadion Siliwangi, Bandung …………39
Tabel 12 Susunan Konstruksi Lapangan Stadion Haji Agus Salim, Padang ……40
Tabel 13 Tabel Ketinggian Pangkas Pada Ketiga Stadion ………42
Tabel 14 Tabel Berat Kering Pucuk Pada Ketiga Stadion ………42
Tabel 15 Tabel Berat Kering Akar dan Panjang Akar Pada Ketiga Stadion ……44
Tabel 16 Tabel Jarak Gelinding Bola Pada Ketiga Stadion ………46
Tabel 17 Tabel Kepadatan Rumput dan Kualitas Warna Pada Ketiga Stadion …48 Tabel 18 Tabel Keseragaman Warna Rumput Pada Ketiga Stadion ……….53
Tabel 19 Tabel Tekstur Rumput Pada Ketiga Stadion ………54
Tabel 20 Tabel Keberadaan Partikel Lain di Permukaan Pada Ketiga Stadion …55 Tabel 21 Tabel Kemurnian Jenis Rumput Pada Ketiga Stadion ...………56
Tabel 22 Tabel Intensitas Pemupukan Pada Ketiga Stadion ……..………57
Tabel 23 Tabel Intensitas Penyiraman Pada Ketiga Stadion ………58
Tabel 24 Tabel Intensitas Pemangkasan Pada Ketiga Stadion ………59
Tabel 25 Tabel Intensitas Penyiangan dan Pengendalian Gulma Ketiga Stadion..60
Tabel 28 Tabel Intensitas Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Ketiga
Stadion ………..62
Tabel 29 Korelasi Antar Peubah Pada Stadion Singaperbangsa ………63
Tabel 30 Korelasi Antar Peubah Pada Stadion Siliwangi ………66
Tabel 31 Korelasi Antar Peubah Pada Stadion Haji Agus Salim ………69
Tabel 32 Perbandingan Kualitas Rumput Ketiga Stadion ………72
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian ………4
Gambar 2 Tipe Pertumbuhan Rumput ………6
Gambar 3 Morfologi Rumput Manila ………7
Gambar 4 Morfologi Rumput Paitan ………8
Gambar 5 Kualitas Tekstur Rumput yang Baik dan Buruk ………12
Gambar 6 Kualitas Densitas Rumput yang Baik dan Buruk ………12
Gambar 7 Kualitas Keseragaman Rumput yang Baik dan Buruk ………13
Gambar 8 Lapangan Sepakbola ………16
Gambar 9 Detail Ukuran Lapangan Sepakbola ………16
Gambar 10 Peta Lokasi Penelitian ………19
Gambar 11 Dasar Penentuan Titik Pengambilan Data ………22
Gambar 12 Ilustrasi Penentuan Grid ………24
Gambar 13 Peta Lokasi Stadion Singaperbangsa ………30
Gambar 14 Peta Lokasi Stadion Siliwangi ………31
Gambar 15 Peta Lokasi Stadion Haji Agus Salim ………31
Gambar 16 Tribun Utama Stadion Singaperbangsa ………33
Gambar 17 Tribun Utama Stadion Siliwangi ………34
Gambar 18 Tribun Stadion Haji Agus Salim………34
Gambar 19 Ilustrasi Konstruksi Lapangan Stadion Singaperbangsa, Karawang ..38
Gambar 20 Ilustrasi Konstruksi Lapangan Stadion Siliwangi, Bandung ………39
Gambar 21 Ilustrasi Konstruksi Lapangan Stadion H. Agus Salim, Padang …….40
Gambar 22 Grafik Kepadatan Pucuk Pada Ketiga Stadion ………49
Gambar 23 Grafik Perbandingan Warna Rumput Pada Ketiga Stadion …………51
Gambar 24 Warna Rumput Pada Stadion Singaperbangsa ………51
Gambar 25 Warna Rumput Pada Stadion Siliwangi ………52
Gambar 26 Warna Rumput Pada Stadion Haji Agus Salim ………52
Gambar 27 Grafik Perbandingan Keberadaan Partikel Lain Pada 3 Stadion ……55
Gambar 29 Grafik Hubungan Antar Peubah Pada Stadion Singaperbangsa …….65
Gambar 30 Grafik Hubungan Antar Peubah Pada Stadion Siliwangi …………...68
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel P-Value antar peubah pada ketiga stadion ……….82
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang digemari semua
kelompok umur hampir di seluruh dunia. Sebagai olahraga yang banyak diminati,
demam sepakbola telah menjadi suatu fenomena tersendiri. Pada
perkembangannya, sepakbola telah menjelma sebagai suatu industri yang mampu
memenuhi kebutuhan fisik manusia. Oleh karena itu, industri sepakbola harus
dapat dikelola secara profesional agar mampu mendatangkan keuntungan
ekonomi dan kepuasan penggunanya.
Sepakbola telah tumbuh dan berkembang secara pesat dan matang.
Perkembangan sepakbola diiringi dengan lahirnya lembaga yang mengurusinya
seperti PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) yang menjadi induk
organisasi sepakbola di Indonesia. Pada tahun 2007 dimulai beberapa kompetisi
yang rutin digelar PSSI salah satunya yaitu Liga Super Indonesia. Liga Super
Indonesia merupakan kompetisi sepakbola antar klub profesional di Liga
Indonesia. LSI diselenggarakan oleh PT Liga Indonesia (dahulu BLI) yang
dimiliki oleh PSSI dan merupakan pertandingan antar klub-klub sepakbola yang
ada di Indonesia. Lokasi pertandingan Kompetisi Liga Super ini terdapat di
berbagai daerah yang tersebar di Indonesia, dalam penelitian ini diambil studi
kasus yaitu tiga lapangan yang berada pada Stadion Singaperbangsa Karawang,
Stadion Siliwangi Bandung, dan Stadion Haji Agus Salim Padang.
Penelitian kali ini mengambil studi kasus tiga lapangan bola yang
digunakan dalam Kompetisi Liga Super. Tiga lapangan ini yaitu Stadion
Singaperbangsa Kabupaten Karawang, Stadion Siliwangi Kota Bandung, dan
Stadion Haji Agus Salim Kota Padang. Stadion Singaperbangsa, Karawang
merupakan Stadion yang menjadi tempat latihan dari Klub Pelita Jaya. Stadion
Siliwangi Bandung merupakan Stadion yang menjadi tempat latihan dari Klub
PERSIB. Untuk Stadion Haji Agus Salim merupakan Stadion yang menjadi
Keberadaan lapangan sepakbola merupakan sarana paling penting untuk
menunjang kegiatan olahraga ini. Sebagai suatu arena berolahraga, lapangan
sepakbola harus dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi penonton
maupun pemain. Lapangan yang ada harus sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan FIFA dan dapat digunakan dalam berbagai kondisi mengingat
Indonesia sebagai negara beriklim tropis dan memiliki dua musim yaitu musim
hujan dan musim kemarau. Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam
sebuah lapangan sepakbola adalah kualitas rumput yang digunakan dalam
lapangan bola tersebut baik pada musim hujan dan kemarau.
Kualitas rumput mampu mempengaruhi permainan dari pemain sepakbola.
Kualitas rumput dapat ditentukan melalui kualitas fungsional dan visual (Turgeon,
2002). Kualitas fungsional meliputi rigiditas, elastisitas, kemampuan menahan
beban, yield, verdure, perakaran, dan kemampuan memulihkan diri sedangkan
kualitas visual terdiri atas densitas, tekstur, keseragaman warna, tipe
pertumbuhan, dan kehalusan (Turgeon, 2002). Apabila kualitas rumput yang ada
di lapangan memiliki kondisi yang buruk, menyebabkan permainan terganggu dan
terkadang membahayakan keselamatan pemain. Rumput juga menyediakan
permukaan yang dapat mengurangi resiko cedera ketika jatuh (Hopkins, 2000).
Kualitas rumput yang digunakan harus mengikuti standar yang telah ditetapkan,
tetapi pada kenyataannya masih banyak lapangan sepakbola yang tidak memenuhi
standar rumput yang memadai bagi permainan ini.
Menurut Turgeon (2002), kualitas visual yang baik untuk rumput adalah
yang memiliki densitas yang rapat antar pucuk rumput, memiliki tekstur yang
halus dilihat dari lebar helai daunnya, memiliki keseragaman rumput yang tinggi
terlihat dari warna dan jenis yang ada di lapangan, dan memiliki kehalusan rumput
yang baik karena mampu mempengaruhi pergerakan gelindingnya bola. Kualitas
fungsional yang baik adalah memiliki rigiditas yang baik sehingga dapat menahan
bola, memiliki elastisitas yang baik sehingga rumput dapat kembali ke bentuk
semula setelah diinjak, kemampuan menahan beban yang baik, perakaran yang
dalam, dan dapat memulihkan diri dengan baik dari kerusakan.
Salah satu masalah terjadi pada Stadion Siliwangi. Setelah digunakan
banyak rumput yang mati akibat terinjak-injak ribuan orang. Kondisi Stadion
Siliwangi yang rusak sempat menyulitkan panitia pelaksana pertandingan Persib
menjamu Arema pada Juli 2010 lalu. Lapangan yang rusak tidak layak untuk
menggelar suatu pertandingan bertaraf nasional (Pikiran Rakyat, 2010).
Dalam suatu pertandingan, disadari atau tidak kualitas lapangan
menentukan kualitas dari permainan sepakbola. Kualitas ini ditentukan oleh
kondisi rumput, drainase, dan pengelolaan yang baik terhadap lapangan. Pemain
akan mampu memainkan bola seperti gelinding, pantulan, dan dribbling dengan
baik di lapangan rumput yang memiliki kualitas baik. Demikian juga pemain
dapat melakukan gerakan dengan baik tanpa harus khawatir cedera. Sebaliknya,
seberapa hebatnya pun keterampilan pemain, permainannya akan menjadi buruk
apabila lapangan rumputnya buruk, misalnya becek, botak, bergelombang, atau
ketinggian rumput tidak seragam. Buruknya kualitas lapangan yang digunakan
saat pertandingan sangat merugikan pemain. Berdasarkan hal tersebut, maka
diperlukan suatu evaluasi mengenai kualitas fungsional dan kualitas visual dari
lapangan bola (Gambar 1). Dari evaluasi ini diharapkan mampu menghasilkan
rekomendasi untuk memperbaiki kualitas tiga lapangan yang menjadi studi kasus
yang dapat mendukung aktivitas olahraga sepakbola dan dapat menciptakan
lanskap lapangan sepakbola yang berfungsi baik, estetik, dan berkelanjutan.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. mengevaluasi kualitas fungsional dan visual tiga lapangan bola yang dipakai
dalam Kompetisi Liga Super,
2. mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada tiga lapangan bola yang
dipakai dalam Kompetisi Liga Super,
3. memberikan usulan pemeliharaan tiga lapangan bola yang dipakai dalam
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. memberikan informasi mengenai kualitas tiga lapangan sepakbola yang
dipakai dalam Kompetisi Liga Super,
2. menambah pengetahuan mengenai kualitas rumput yang dipakai dalam
Kompetisi Liga Super,
3. sebagai rujukan dalam melakukan pemeliharaan dan peningkatan kualitas
ketiga lapangan bola yang menjadi lokasi penelitian.
1.3 Kerangka Pikir
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian
Kualitas Fungsional
Kualitas Lapangan Sepakbola Saat Ini (Identifikasi Masalah)
Kualitas Visual
Parameter yang diukur : - Kepadatan (Densitas) - Warna hamparan rumput - Keseragaman warna
rumput
- Tekstur rumput
- Kemurnian jenis rumput - Keberadaan partikel
dipermukaan Parameter yang diukur :
- Ketinggian pangkas - Berat kering pucuk - Berat kering akar - Panjang akar (akar
terpanjang) - Elastisitas rumput
Kompetisi Liga Super
Rekomendasi Untuk Meningkatkan Kualitas Lapangan Sepakbola
Lapangan Sepakbola yang Berfungsi Baik, Estetik, dan Berkelanjutan
Pengelolaan Pemeliharaan
Parameter yang didata : - Pemupukkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumput
Rumput merupakan tanaman yang termasuk dalam kelompok tanaman
monokotil. Hal ini dikarenakan rumput memiliki satu buah kotiledon pada bijinya
(Christians, 2001). Menurut Turgeon (2002), rumput termasuk dalam famili
Poaceae, yang biasanya disebut Graminae. Rumput mempunyai bagian atas yang terdiri atas batang, daun dan organ reproduktif serta bagian bawah yang berupa
akar ( Munandar dan Hardjosuwignyo, 1990 ). Daun rumput ini terbagi menjadi
dua, untuk bagian atas disebut sebagai blade dan untuk bagian bawah disebut
sebagai sheath. Kedua bagian tersebut terhubung oleh sebuah meristem. Dari
jaringan meristem inilah awal dari pertumbuhan dari sehelai rumput. Jaringan
meristem pada tanaman biasa terletak pada pucuk, tetapi untuk rumput jaringan
ini berada dibawah pucuk. Hal ini yang memungkinkan rumput memiliki toleransi
tinggi terhadap pemangkasan dan tekanan. Selain itu, rumput memiliki bagian
yang disebut crown yang merupakan pusat aktivitas dari rumput, apabila bagian
ini mati maka rumput pun ikut mati (Christians, 2001).
Rumput dapat diperbanyak secara generatif yaitu dengan benih dan
vegetatif yaitu dengan stolon, rhizome dan lempengan (Sulistyantara, 1992).
Dalam tipe pertumbuhan, rumput memiliki tiga tipe yaitu Bunch-type,
Rhizoma-type, dan Stoloniferous (Gambar 2). Bunch-type adalah pertumbuhan yang dipengaruhi oleh kualitas biji, dimana apabila kualitas bijinya tinggi maka akan
menghasilkan rumput yang seragam. Sebaliknya, jika kualitas biji yang rendah
akan menghasilkan rumput yang tidak seragam. Setelah musim tumbuh, beberapa
anakan akan berkembang menjadi kelompok yang rapat mengelilingi crown. Pada
beberapa rumput, perkembangan tunas mungkin juga muncul secara lateral dan
menembus tanaman induk. Apabila batang lateral tersebut menembus tanaman
induk berlangsung pada permukaan tanah, batang tersebut biasa disebut stolon dan
apabila berada di dalam tanah maka disebut rhizome. Jadi, Rhizoma-type adalah
tipe rumput yang perbanyakannya melalui akar bawah tanah yang biasa disebut
dihasilkannya akan seragam. Sedangkan Stoloniferous adalah tipe rumput yang
perbanyakannya melalui akar atas tanah yang disebut stolon. (Christians, 2001).
Gambar 2 Tipe Pertumbuhan Rumput (Christians,2001)
Rumput memiliki fungsi penting dalam lanskap. Rumput mampu menjadi
pembentuk estetika maupun menjadi tanaman konservasi. Rumput mampu
membentuk pola aktivitas ruang terbuka yang diinginkan. Sebagai contoh, rumput
ditanam untuk membentuk sirkulasi, tempat olahraga, tempat bermain, maupun
tempat parkir mobil. Dalam hal fungsinya sebagai konservasi tanah, rumput
mampu menjadi penahan erosi yang mengurangi jumlah serta kecepatan aliran
permukaan tanah (run-off).
Pemilihan jenis rumput dalam suattu perencanaan lanskap adalah salah
satu faktor penting karena berhubungan dengan kesesuaian dan tujuan
perencanaan desain tersebut. Peruntukan rumput lanskap berbeda-beda,
tergantung pada area yang direncanakan. Jenis rumput yang biasa digunakan
untuk lapangan olahraga yaitu Rumput Golf Bermuda, Rumput Gajah, Rumput
2.2. Jenis Rumput
2.2.1. Rumput manila (Zoysia matrella [L.] Merr. )
Rumput Zoysia (Gambar 3) merupakan rumput yang berasal dari Asia
Tenggara, Cina dan Jepang. Rumput ini merupakan rumput yang lambat
pertumbuhannya, merambat, dan tahan terhadap panas. Rumput ini memiliki
tekstur, warna dan kualitas yang mirip dengan Rumput Bermuda. Rumput ini
merupakan rumput dengan kualitas dan pemeliharan tinggi karena
pertumbuhannnya lambat. Rumput Manila juga sangat rentan terhadap nematoda
yang memiliki tekstur halus dan dapat tumbuh dengan baik di daerah yang hangat.
Mempunyai toleransi yang rendah terhadap suhu dingin dan tumbuh lebih lambat
dibandingkan Rumput Jepang (Munandar dan Hardosuwignyo,1990).
Rumput Manila memiliki stolon dan rhizome yang kuat dan bercabang ke
segala arah. Rumput ini memiliki panjang ruas stolon yang seragam. Biasanya,
ujung daun Rumput Manila selalu menggulung ke dalam. Helaian daun halus dan
berwarna hijau tua ataupun hijau kebiruan. Rumput ini memiliki bunga yang
membentuk sebuah bulir (Christians, 2001).
Gambar 3 Morfologi Rumput Manila (Christians,2001)
Rumput Manila tumbuh baik pada tanah berpasir, tanah liat berpasir, atau
tanah yang banyak mengandung garam. Pertumbuhan rumput ini dipengaruhi oleh
keadaan lingkungannya. Misalnya, di tempat yang lembab dan agak ternaungi,
daunnya lebih halus dan panjang dibandingkan rumput yang tumbuh di tempat
terbuka. Rumput ini sering digunakan untuk penutup tanah lapangan olahraga,
2.2.2. Rumput Paitan ( Axonopus Compressus [Swartz.] Beauv.)
Menurut Munandar dan Hardosuwignyo (1990), Rumput Paitan (Gambar
4) atau rumput karpet berasal dari India dan Amerika Tengah bagian selatan.
Rumput ini merupakan rumput daerah tropis yang dapat beradaptasi dengan
kekeringan. Rumput Paitan memiliki lebar helai daun berkisar 4 – 8 mm, tidak
berbulu atau berbulu jarang pada pangkal daun. Rumput Paitan dapat membentuk
hamparan yang lebat dengan warna hijau muda. Sistem perakarannya lebat tetapi
dangkal. Rumput Paitan dapat tumbuh pada pH tanah 4,5 – 5,5.
Gambar 4 Morfologi Rumput Paitan (Christians,2001)
Menurut Emmons (2000), Rumput Paitan memiliki daun lebar, berstolon
dan membentuk lapisan rumput yang padat. Rumput paitan merupakan rumput
dengan tingkat pertumbuhan yang lambat dan biasanya ditanam dengan benih.
Rumput ini memiliki toleransi terhadap garam yang rendah dan suhu dingin,
sehingga sangat sesuai untuk area dengan pemeliharaan minimum dan basah serta
drainase yang buruk. Rumput Paitan biasa digunakan di pinggir jalan atau di
daerah yang miring sebagai tanaman pengontrol erosi. Spesies ini juga dapat
tumbuh di area dengan tingkat pemeliharaan rendah dengan sedikit tekanan.
2.3 Lingkungan Tumbuh Rumput
Menurut Rodney (2004), pertumbuhan rumput memiliki banyak kaitan
dengan seluruh elemen pada lingkungan. Lingkungan tumbuh rumput terdiri atas
dari faktor-faktor ini adalah indikator bagaimana rumput dapat bertahan hidup
dalam suatu area.
Suhu adalah faktor lain untuk mengukur pertumbuhan rumput yang baik.
Ada suhu minimum, optimum, dan maksimum untuk setiap spesies rumput. Suhu
minimum adalah suhu paling rendah dimana rumput dapat bertahan hidup ketika
musim dingin atau periode suhu sangat dingin. Suhu optimum adalah suhu dimana
rumput dapat tumbuh dengan subur. Suhu maksimum dimana suhu ketika itu
menjadi terlalu panas bagi rumput untuk tumbuh. Terkadang suhu maksimum
akan mendorong sebagian spesies rumput melakukan dormansi dan sebagian
lainnya akan menimbulkan kematian. Rumput mempunyai kisaran suhu tertentu
untuk pertumbuhan optimum dan suhu optimum untuk perkecambahan biji. Biji
dari setiap spesies rumput biasanya berkecambah dalam satu kisaran suhu tertentu
meskipun dapat tumbuh baik dalam kisaran suhu lebih lebar (Rodney, 2004).
Kelembaban adalah kondisi yang paling penting bagi kelangsungan hidup
rumput. Rumput terdiri dari 90 % air. Fungsi dari air adalah menjaga turgiditas,
menyalurkan nutrisi, membantu proses kimiawi dan membantu rumput dalam
menghadapi fluktuasi suhu yang lebar (Rodney,2004).
Angin biasanya tidak dianggap sebagai faktor lingkungan yang
mempengaruhi secara langsung terhadap pertumbuhan rumput. Tekanan angin
pada hamparan rumput tertentu berhubungan langsung pola cuaca secara
keseluruhan yang terjadi saat itu. Topografi dan lokasi geografis juga
mempengaruhi efek langsung terhadap pertumbuhan rumput. Hembusan angin
juga dapat menyebabkan biji rumput atau hama potensial ke dalam area tertentu.
Polutan dan patogen juga dapat dibawa oleh angin (Rodney,2004).
Semua tanaman membutuhkan cahaya untuk melakukan proses
fotosintesis. Rumput membutuhkan jumlah cahaya tertentu untuk bertahan hidup
namun tidak semua species rumput membutuhkan jumlah cahaya tertentu untuk
bertahan hidup, namun tidak semua spesies rumput membutuhkan cahaya dalam
jumlah banyak dalam mencapai pertumbuhan optimum (Rodney,2004).
Faktor manusia adalah efek yang dilakukan manusia terhadap
perkembangan dan pertumbuhan rumput. Kegiatan yang dilakukan manusia di
tidak terkecuali. Rumput yang sedang tumbuh tidak akan tumbuh dengan baik jika
di atasnya dilakukan lalu lintas baik oleh manusia maupun oleh kendaraan atau
apapun yang akan merusak pertumbuhan bibit. Oleh karena itu, faktor manusia
adalah faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan ketika akan menanam
rumput (Rodney,2004).
2.4. Kriteria Rumput Lapangan Olahraga
Menurut Munandar dan Hardjosuwignyo (1990), rumput untuk lapangan
olahraga mampu menghadapi berbagai tekanan, yang utama berupa aktivitas lalu
lintas dengan frekuensi tinggi di atas padang rumput. Secara biologi, rumput
untuk lapangan olahraga harus mempunyai kemampuan tumbuh yang baik.
Rumput harus memiliki penutupan yang luas dan kemampuan tumbuh yang baik.
Rumput juga harus memiliki kemampuan jelajah yang tinggi, daya regenerasi
tinggi, serta ketebalan penutupan karena stolon, rhizoma maupun cabang-cabang
lateral cukup tebal sehingga menjamin elastisitas yang baik. Selain itu, rumput
juga harus memiliki daya adaptasi terhadap air dan suhu yang baik. Tiap rumput
memiliki toleransi yang berbeda-beda. Rumput juga harus memiliki daya adaptasi
yang baik terhadap tanah. Rumput Zoysia dan Bermuda adalah rumput yang
beradaptasi dengan baik terhadap kondisi tanah yang kurang menguntungkan
seperti kondisi topsoil yang relatif tipis pada kebanyakan lapangan olahraga.
Standar rumput yang digunakan untuk lapangan bola dalam Football Stadiums
Book menurut FIFA (2010) diantaranya adalah :
lapangan memiliki tinggi rumput yang sama / rata,
harus dalam kondisi yang paling baik,
memiliki rumput yang seragam,
rumput mampu meredam laju bola,
rumput menutupi seluruh lapangan bola,
bertekstur halus lembut,
memiliki perakaran kuat dan saling menjalin,
arah tumbuh ke atas,
rumput yang ada tidak menghambat pergerakan pemain,
media tumbuh rumput menggunakan pasir bukan tanah. Media pasir
mampu membuat air cepat terserap.
Rumput harus memiliki fleksibilitas dan resistensi untuk mengakomodasi
aktivitas-aktivitas lari, melompat dan menginjak-injak dalam olahraga. Aktivitas
menginjak-injak dalam derajat ringan akan memperpendek stolon dan ukuran
batang, mengurangi ketebalan dan meningkatkan jumlah anakan atau tunas, stolon
dan helaian daun. Akan tetapi jika berlebihan, aktivitas tersebut akan merobohkan
rumput, mengubah warna pangkal-pangkal daun menjadi lebih putih dan pucat,
menyobek helaian daun, memadatkan tanah dan meluruhkan pelapah-pelapah
daun. Rumput yang baik untuk olahraga hingga batas tertentu mempunyai
fleksibilitas dan toleransi yang baik terhadap kerusakan-kerusakan tersebut
sehingga padang rumput (turf) tampak selalu hijau (Munandar dan
Hardjosuwignyo, 1990).
2.5 Kualitas Visual dan Fungsional Rumput
Menurut Emmons (2000), rumput merupakan penutup tanah yang sangat
baik untuk lapangan olahraga dan tempat rekreasi. Rumput dapat membuat
permukaan yang kuat dan tahan injakan. Ketika luka, rumput mempunyai
kemampuan menyembuhkan diri yang baik. Rumput juga dapat menyediakan
permukaan yang baik untuk pijakan atlet dan permukaan yang lembut untuk
menahan atlet ketika jatuh.
Menurut Turgeon (2002), kualitas rumput ditentukan melalui dua hal yaitu
kualitas visual dan kualitas fungsional. Kualitas visual rumput dapat diukur
melalui empat karakter yaitu warna, tekstur, densitas, dan keseragaman (Turgeon,
2002).
a. Warna merupakan ukuran cahaya yang direfleksikan oleh rumput. Pada
umumnya, semakin hijau rumput semakin menarik untuk dipandang.
Kebanyakan orang lebih menyukai warna hijau yang gelap. Warna hijau
yang buruk biasanya disebabkan oleh faktor kekurangan nitrogen,
kekeringan atau stres suhu, penyakit, hama atau hal lain. Normal saja bagi
beberapa spesies memiliki warna hijau terang. Kurangnya warna hijau
b. Tekstur menandakan ukuran dari daun rumput. Rumput yang memilki
ukuran lebar daun yang lebih kecil dianggap lebih menarik. Pemangkasan
yang sering dan semakin tinggi densitasnya mampu membuat ukuran daun
menjadi lebih kecil. Kehalusan adalah tampilan permukaan rumput yang
berpengaruh pada kualitas visual dan kualitas permainan. Kecepatan dan
durasi perputaran bola akan berkurang apabila rumput tidak halus dan
tidak seragam. Ilustrasi mengenai perbandingan tekstur rumput yang baik
dan buruk dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Kualitas Tekstur Rumput yang Baik dan Buruk (Christians,2001)
c. Indikator yang paling penting adalah densitas. Densitas adalah banyaknya
tunas rumput dalam sebuah area. Densitas juga merupakan ukuran dari
kemampuan rumput dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Rumput
dalam sebuah lapangan sepakbola akan menjadi jarang jika pertumbuhan
rumputnya buruk. Ilustrasi mengenai perbandingan kualitas densitas
rumput yang baik dan buruk dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Kualitas Densitas Rumput yang Baik dan Buruk (Christians,2001)
d. Keseragaman merupakan kombinasi dari ketiga karakter yang telah
konsisten. Apabila warna, tekstur, dan densitasnya sama dalam satu
hamparan rumput, hamparan tersebut dapat dikatakan seragam. Gulma,
penyakit, perbedaan tekstur, dan warna rumput dapat merusak
keseragaman rumput. Ilustrasi mengenai perbandingan keseragaman
rumput yang baik dan buruk dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Kualitas Keseragaman Rumput yang Baik dan Buruk (Christians,2001)
Kualitas fungsional dari rumput meliputi rigiditas, elastisitas, kemampuan
menahan beban, yield, verdure, perakaran, dan kemampuan memulihkan diri.
Dan istilah-istilah tersebut memiliki pengertian sebagai berikut :
a. Rigiditas adalah ketahanan daun rumput terhadap tekanan dan
berhubungan dengan katahanan tanaman rumput. Hal ini dipengaruhi oleh
komposisi kimiawi dari jaringan tanaman, kandungan air, suhu, ukuran
tanaman, dan densitas.
b. Elastisitas adalah kemampuan rumput untuk kembali tegak setelah tekanan
diatasnya berpindah. Elastisitas rumput akan berkurang secara dramatis
apabila rumput membeku.
c. Kemampuan menahan beban adalah kemampuan rumput dalam menyerap
beban tanpa merubah karakteristik permukaannya. Pada beberapa kasus,
ketahanan ini dipengaruhi oleh daun rumput dan akar. Pada lapangan golf,
ketahanan ini dapat menahan bola secara baik sehingga dapat dibidikkan
sesuai target. Pada lapangan sepakbola, ketahanan ini membantu dalam
mengurangi potensi cedera pada pemain.
d. Yield adalah ukuran jumlah sisa potongan rumput yang telah dipangkas. Hal ini merupakan indikasi pertumbuhan rumput terhadap pemupukan,
mengindikasi penggunaan pupuk yang berlebihan, terutama nitrogen dan
indikasi lainnya seperti perakaran lemah, toleransi terhadap stres, dan
ketahanan terhadap penyakit.
e. Verdure adalah jumlah rumpun rumput yang masih tertanam setelah
pemotongan. Pada beberapa genotip rumput tertentu, peningkatan verdure
berhubungan dengan peningkatan rigiditas dan kemampuan menahan
beban.
f. Perakaran adalah jumlah pertumbuhan akar dalam suatu masa tanam. Hal
ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah akar yang berwarna putih dan dari
kedalamannya. Semakin banyak jumlah dan semakin dalam perakarannya,
maka semakin baik kualitas rumputnya.
g. Kemampuan memulihkan diri adalah kemampuan rumput dalam
memulihkan diri setelah terserang hama penyakit, penggunaan diatasnya,
dan sebagainya. Kemampuan memulihkan diri sangat bervariasi
bergantung pada genotip rumput dan sangat dipengaruhi oleh kondisi alam
maupun buatan. Faktor-faktor yang mengurangi kemampuan memulihkan
diri adalah kepadatan tanah yang kurang baik, pemupukan yang berlebihan
ataupun kurang, kelembaban, suhu yang kurang baik, penyinaran yang
kurang baik, tanah yang masih menyimpan residu racun dan penyakit.
Kedua aspek diatas harus diperhatikan untuk mencapai kualitas rumput
yang baik, karena apabila kedua aspek tersebut diabaikan, selain dapat
mempengaruhi penampilan dan pertumbuhan rumput, juga dapat mempengaruhi
kualitas permainan.
2.6 Pemeliharaan Rumput Lapangan Olahraga
Menurut Emmons (2000), memelihara kualitas rumput lapangan olahraga
dapat menjadi sulit karena efek yang merusak dari aktifitas olahraga yang
dilakukan diatasnya. Rugby, sepakbola, baseball, lacrosse, dan hoki lapangan
adalah olahraga yang biasanya dilakukan diatas hamparan rumput. Permasalahan
utama pada lapangan olahraga yaitu pemadatan dan kualitas rumput yang buruk.
Permasalahan ini dapat diatasi dengan konstruksi lapangan yang baik dan
lapangan olahraga yang baik adalah dengan menyediakan zona akar yang cukup.
Drainase dan irigasi yang baik sangat diperlukan untuk menjaga rumput agar tetap
padat dan subur.
Lapangan dengan media pasir memerlukan irigasi yang hati-hati karena
zona perakaran sangat mudah kehilangan air. Penyiraman sebaiknya tidak
dilakukan sehari sebelum lapangan digunakan agar lapangan tidak digenangi air.
Penyiraman segera setelah lapangan digunakan sangat disarankan untuk
mempercepat pemulihan rumput. Lapangan yang menggunakan tanah liat akan
mengeras jika tidak disiram secara regular. Coring untuk mengurangi kepadatan
sangat penting. Coring adalah pembuatan lubang pada tanah untuk menjaga agar
tanah menjadi gembur, terjaga porositasnya, terjaga kestabilan oksigen dalam
tanah, dan mengurangi kepadatan tanah (Emmons, 2000).
Rumput dapat mengalami kerusakan yang parah sehingga harus diganti
maupun ditambal. Kegiatan penggantian ini dilakukan dengan sodding. Rumput
harus dipupuk dengan baik untuk menghasilkan hamparan rumput yang padat,
tingkat pemulihan diri yang baik dan sehat. Pemupukan beberapa minggu sebelum
lapangan digunakan sangat diperlukan (Emmons, 2000).
Pengendalian gulma dan hama penyakit yang dapat mengancam kesuburan
rumput harus dikontrol. Gulma adalah permasalahan yang biasa terjadi jika
terdapat titik kebotakan yang tidak segera ditambal. Olahraga yang cukup keras
dapat membuat kerusakan yang cukup sering pada rumput. Penelitian
menunjukkan bahwa lapangan dengan tingkat pemeliharaan yang rendah memiliki
tingkat kerusakan yang lebih tinggi. Lapangan dengan media pasir adalah
lapangan yang paling aman karena lebih mudah dalam memelihara kepadatan
rumput dan merupakan permukaan yang tidak padat (Emmons, 2000).
2.7 Lapangan Sepakbola
Sepakbola merupakan salah satu olahraga yang menggunakan lapangan
sebagai area bermainnya. Lapangan yang digunakan biasanya adalah lapangan
rumput yang berbentuk persegi panjang dengan panjang 105 meter dan lebar 68
meter (FIFA,2010). Dimensi ini merupakan dimensi wajib yang digunakan dalam
maupun luar negeri. Peraturan permainan memang menggunakan rentang panjang
100-110 meter dan lebar 64-75 meter, namun sangat direkomendasikan untuk
lapangan baru menggunakan ukuran 105x68meter (FIFA,2010). Ilustrasi lapangan
dan ukurannya dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9.
Pada area permukaan rumput, dapat diperpanjang bukan hanya pada area
bermain saja, tetapi mencapai area papan iklan yaitu sekitar 5 meter dari batas
lapangan itu sendiri. Bahan yang digunakan bisa menggunakan bahan yang sama
yaitu rumput atau dapat pula menggunakan beton yang mampu memfasilitasi
pergerakan dari ambulans maupun keamanan. Setiap bagian tambahan yang
digunakan sebagai area pemanasan, harus memiliki material permukaan yang
sama dengan area permainan (FIFA,2010).
Gambar 8 Lapangan Sepakbola (FIFA,2010)
2.8 Liga Super Indonesia
Liga Super Indonesia (LSI) atau Indonesia Super League (ISL) adalah
kompetisi sepakbola antar klub profesional level tertinggi di Liga Indonesia. LSI
diselenggarakan oleh PT Liga Indonesia (dahulu BLI) yang dimiliki oleh PSSI.
LSI dikuti 18 tim terbaik yang akan saling bertanding satu putaran penuh
kompetisi 34 pertandingan, kandang dan tandang. Musim kompetisi tidak
menentu dan disesuaikan dengan kondisi atau suasana yang terjadi di Indonesia.
Sponsor utama LSI adalah Perusahaan Rokok Djarum, oleh karena itu LSI secara
resmi dikenal sebagai Djarum Indonesia Super League. Ide dari pelaksanaan
sistem liga ini telah dikemukakan sejak tahun 2007 sebagai upaya mewujudkan
profesionalisme dalam persepakbolaan nasional.
Tabel 1 Sembilan Tim Teratas dari Divisi Utama Liga Indonesia 2007
Wilayah Barat:
1. Sriwijaya FC Palembang
2. Persija Jakarta
3. PSMS Medan
4. Persik Kediri
5. Persib Bandung
6. Persela Lamongan
7. Persitara Jakarta Utara
8. Pelita Jaya Purwakarta
9. Persita Tangerang
LSI pertama kali diselenggarakan pada tahun 2008. Kompetisi ini
dilaksanakan untuk mengikuti persyaratan FIFA yang menyatakan bahwa liga
teratas dari suatu negara harus diikuti oleh paling sedikit 18 klub dan setiap klub
diharapkan merupakan klub profesional tanpa dibantu dana subsidi Pemerintah
APBD.
Pada awal LSI 2008 diadakan dengan menyeleksi sembilan tim teratas dari
Divisi Utama Liga Indonesia 2007. Tim-tim tersebut dipaparkan dalam Tabel 1.
Tetapi setelah diverifikasi, beberapa klub mengundurkan diri dengan alasan
Indonesia 2007 dengan syarat menempati posisi klasemen tepat dibawah klub
yang digantikan kemudian diverikasi kembali.
Format kompetisi memakai satu wilayah dan tidak ada lagi format dua
wilayah. Pemenang akan ditentukan dari jumlah poin paling banyak selama 34
pertandingan. Juara akan mewakili Indonesia di Liga Champions AFC. Runner-up
akan mewakili Indonesia di Piala AFC dan Liga Champions AFC dengan play-off.
Tiga tim penghuni terbawah klasemen akan langsung terdegradasi. Sementara
satu tim (peringkat ke-15) akan melakukan play-off melawan peringkat ke-4
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian mengenai ini dilakukan di tiga lokasi lapangan bola yang
dipakai dalam Kompetisi Liga Super (Gambar 10) yaitu Stadion Singaperbangsa
yang terletak di daerah Karawang, Stadion Siliwangi yang terletak di daerah
Bandung, dan Stadion Haji Agus Salim yang terletak di daerah Padang. Pemilihan
lokasi ini dipertimbangkan karena kesesuaian penggunaan lapangan pada saat
penelitian berlangsung dan untuk perbandingan lebih lanjut dalam penilaian
kualitas fungsional dan visual lapangan tersebut.
(a)
(b) (c)
Gambar 10 Peta Lokasi Penelitian (a) Stadion Singaperbangsa , (b) Stadion Haji
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survei dengan analisis
deskriptif. Kegiatan observasi lapang dilakukan untuk mengamati kondisi umum
lokasi yang meliputi keadaan fisik lapangan terutama rumput, iklim, jenis
penggunaan stadion, dan pemeliharaan. Selain itu obeservasi lapang dimaksudkan
untuk pengambilan sampel rumput pada ketiga stadion. Terdapat empat tahapan
yang dilakukan pada penelitian ini yaitu :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penentuan lokasi penelitian, penetapan tujuan dan
pembuatan usulan penelitian, permohonan izin serta persiapan survai diantaranya
kegiatan persiapan alat dan penyusunan jadwal pengambilan data.
2. Tahap Pengambilan Data
Tahap ini dilakukan dengan beberapa cara. Data yang dikumpulkan berupa
data-data primer dan sekunder (Tabel 2). Studi literatur juga dilakukan dengan
cara mencari standar lapangan yang sesuai FIFA. Selain itu dilakukan wawancara
dengan pihak terkait, khususnya pihak pengelola Stadion Singaperbangsa, Stadion
Siliwangi, dan Stadion Haji Agus Salim untuk mendapatkan data bio-fisik
maupun data pengelolaan yang biasa dilakukan untuk masing-masing lapangan.
Terakhir dengan mengadakan observasi langsung ke lapangan yang menjadi studi
kasus untuk mengetahui kondisi lapangan serta permasalahan yang terjadi. Data
primer berupa gambaran umum lokasi secara visual berupa foto dan data rumput
yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapang. Selain itu, dilakukan pula
pengambilan sampel rumput sedalam 15cm untuk mendapatkan kualitas
Tabel 2 Jenis Data yang Dikumpulkan
N
o Jenis Data Variabel Pengamatan Unit Sumber
Kegunaan Analisis Aspek Fisik dan Bio-Fisik
1 Kondisi umum Letak dan batas Konstruksi lapangan - Survei /
Pengelola Curah Hujan mm/hr Pengelola Temperatur C Pengelola Kelemababan relative %RH Pengelola Visual - Survei Fungsional - Survei Aspek Sosial-Budaya
3 Aktivitas Pemakaian lapangan - Survei dan wawancara
4 Pengelolaan Fasilitas, sarana, prasarana yang sudah
5. Parameter karakter fungsional yang diamati adalah :
- Ketinggian pangkas
- Berat kering pucuk
- Berat kering akar
- Panjang akar (akar terpanjang)
- Elastisitas rumput
6. Parameter karakter visual yang diamati adalah :
- Kepadatan (densitas)
- Keseragaman warna rumput
- Tekstur rumput
- Keberadaan partikel dipermukaan
- Kemurnian jenis rumput
Dalam pengambilan data, titik pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Dasar Penentuan Titik Pengambilan Data
Lapangan dibagi menjadi 28 titik yang tersebar pada bagian pinggir
lapangan, tengah, dan daerah sekitar gawang. Angka-angka yang terdapat dalam
gambar adalah urutan pengambilan data pada lapangan sepakbola. Angka-angka
tersebut dibagi berdasarkan peletakan pemain yang terbagi menjadi 3 yaitu area
gawang, back, dan striker. Angka 1,2,3,4,5,24,25,26,27, dan 28 merupakan
angka-angka yang terletak pada bagian gawang. Angka 6,7,8,9,10,11,12,17,18,19,
20,21,22, dan 23 adalah angka-angka yang terletak pada bagian sekitar back.
Angka 13,14,15, dan 16 adalah angka-angka yang terletak pada bagian tengah
lapangan atau striker dimana pada bagian ini biasanya terjadi aktivitas tinggi yang
dilakukan oleh banyak orang atau hampir sebagian besar dari pemain sepakbola
Parameter karakter fungsional yang diamati dalam menentukan kualitas
rumput lapangan sepakbola adalah :
- Ketinggian pangkas
Ketinggian pangkas dari masing-masing lapangan dibandingkan untuk
mendapatkan tinggi rumput yang paling baik untuk permainan sepakbola. Tinggi
rumput diukur mulai dari permukaan tanah.
- Berat kering pucuk
Diukur dengan mengambil sampel rumput seluas 10 cm x 10 cm. Sampel
rumput diambil dengan cara menggunting permukaan rumput pada luasan sampel.
Rumput dipangkas setinggi 3 cm dan hasil pangkasan dikeringkan dengan oven
selama 24 jam dengan suhu 100 oC dan kemudian ditimbang. Terdapat 3 titik
yang telah ditentukan secara acak.
- Berat kering akar
Akar diambil dengan menggunakan hole sampler dengan diameter 10 cm
dengan kedalaman 10-15 cm. Akar dipisahkan dari stolon dengan cara
pengguntingan. Akar kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 100 oC
selama 24 jam, kemudian ditimbang berat keringnya.
- Panjang akar
Sampel panjang akar diambil dengan hole sampler. Sampel akar diambil
tiga kali dan diukur panjang akar yang terpanjang dengan menggunakan
penggaris.
- Elastisitas rumput
Didapatkan dengan mengukur jarak luncuran bola dari titik jatuh bola
dengan papan sepanjang 1 m dari ketinggian 1 m tegak lurus permukaan rumput.
Pengukuran jarak luncuran dilakukan pada 3 kali dari 3 titik yang telah ditentukan
yang mewakili area gawang, back, dan striker. Lapangan yang memiliki
kepegasan terbaik adalah lapangan yang memiliki jarak luncuran bola terpendek.
Parameter karakter visual yang diamati dalam menentukan kualitas rumput
lapangan sepakbola adalah :
- Kepadatan (densitas)
Didapatkan dengan menghitung jumlah pucuk dalam luasan sampel 10 cm
- Warna
Kualitas penampakan warna dinilai dari warna rumput sesuai dengan
warna-warna pada Munsell Color Chart for Marketing and Merchandising dengan
berbagai tingkatan skor dan notasinya (Tabel 3). Terdapat 28 titik pengambilan
data yang tersebar pada area gawang, back, dan striker.
Tabel 3 Skor, Warna, dan Notasi Rumput Lapangan Sepakbola
Skor Warna Warna Notasi
1 Kuning 2.5 Y L1
2 Hijau kuning 2.5 GY DL4
3 Hijau muda 5 GY DL4
4 Hijau 2.5 G DL1
5 Hijau tua 2.5 G DL2
6 Hijau gelap 2.5 G DK1
- Keseragaman
Keseragaman diamati dengan menggunakan plastik transparan
bergaris-garis dengan ukuran 100 cm x 25 cm berbentuk grid dengan ukuran 5 cm x 5 cm.
pengamatan menggunakan plastik bergrid tersebut digunakan dari jarak ± 35 m
dari lapangan bola dengan ketinggian 4 m sehingga seluruh lapangan sepakbola
dapat tercakup didalamnya. Ilustrasi penentuan grid dapat dilihat pada Gambar 12.
X X
X X X
X X
X X X
X X
Gambar 12 Ilustrasi Penentuan Grid
Tanda X dalam kotak adalah warna rumput yang belang pada lapangan
sepakbola. Untuk menghitung persentase keseragaman rumput dapat dihitung
- Tekstur
Didapatkan dengan menghitung lebar rata-rata daun rumput. Sampel yang
diambil dengan jumlah jenis rumput yang digunakan. Untuk setiap jenis rumput
diambil 3 sampel secara acak.
- Keberadaan partikel dipermukaan
Didapatkan dengan melihat apakah terdapat sampah ataupun partikel lain
selain rumput yang ada di lapangan tersebut.
- Kemurnian jenis rumput
Didapatkan dengan melihat apakah rumput yang digunakan dalam
lapangan tersebut memiliki jenis yang sama. Penilaian dilakukan dengan metode
sisir yaitu setiap 10 cm dilakukan pemakuan terhadap rumput kemudian dicatat
jenis rumput yang dilakukan pemakuan tersebut.
Parameter pengelolaan pemeliharaan yang diamati dalam menentukan
kualitas rumput lapangan sepakbola adalah :
- Pemupukan
- Penyiraman
- Pemangkasan
- Penyiangan dan Pengendalian Gulma
- Penggilingan
- Penyulaman
- Pengendalian Hama dan Penyakit
Metode pengambilan data yang dilakukan untuk parameter ini adalah
dengan wawancara langsung dengan pihak pengelola sehingga diketahui frekuensi
3. Tahap Analisis
Tahap selanjutnya yang akan dilakukan adalah tahap analisis. Tahap ini
dilakukan untuk menganalisis dan menilai kondisi tapak serta karakter visual dan
fungsional yang terbentuk. Penilaian dilakukan baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan dalam mendeskripsikan lokasi dan
kondisi lanskap lapangan bola tersebut, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan
dengan menggunakan software minitab 14 dengan analisis regresi linier untuk
mengetahui hubungan antar peubah. Selain itu, dilakukan penilaian rumput
dengan standar yang didapat dari berbagai sumber (Tabel 4) terhadap kondisi
lanskap tapak untuk memperoleh kesimpulan dari hasil pengamatan lapang yang
dilakukan.
Tabel 4 Standar Penilaian Rumput Axonopus compressus Pada Lapangan
Sepakbola
No Parameter Penilaian Baik Sumber
1 Kepadatan (Densitas) per 100cm2 >30 pucuk Ayuningtyas (2007)
2 Warna hamparan rumput Hijau muda Ariyanti (1987)
3 Keseragaman warna rumput (%) >85 -
4 Tekstur rumput (mm) 8-14 Ariyanti (1987)
5 Keberadaan partikel dipermukaan (%) <20 FIFA (2011)
6 Kemurnian jenis rumput (%) >85 FIFA (2011)
7 Ketinggian pangkas (cm) 2-5 Emmons (2000)
8 Berat kering pucuk (gr/100cm2) >1,5 -
9 Berat kering akar (gr/100cm2) >1,5 -
10 Panjang akar (akar terpanjang) (cm) 4-15 Christians (2004)
11 Elastisitas rumput (dilihat dari jarak
gelinding bola) (m)
<3 Turgeon (2000)
Analisis dari segi pengelolaan dilakukan dengan cara deskriptif
membandingkan standar pelaksanaan pemeliharaan rumput dengan hasil
wawancara dengan pihak pengelola sehingga didapat apakah yang telah dilakukan
Menurut berbagai sumber, standar penampilan rumput dalam sebuah lapangan
sepakbola tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5 Standar Penampilan Rumput Lapangan Sepakbola
No Standar Penampilan
Rumput
Syarat-syarat Umum Pelaksanaan Perawatan dan
Kebersihan
1 Hijau, halus, dan rapat Disiram minimal sehari sekali dan pemupukan N
secara berkala untuk memperbaiki warna daun
(Turgeon, 2002)
2 Sejenis (tidak ada
tanaman liar )
Bebas dari rumput lain dan tanaman liar,
pencabutan dilakukan setiap setelah dipakai (FIFA,
2010)
3 Tidak botak Penyulaman dilakukan setiap sebelum, isirahat
pertandingan, dan setelah pertandingan
(FIFA,2010)
4 Tidak tergenang air Kemiringan ke arah saluran air disesuaikan dengan
keadaan di lapangan, drainase baik (Turgeon, 2002)
5 Ketinggian Axonopus Compressus dengan ketinggian 2-5 cm (Ariyanti, 1987)
Menurut berbagai sumber, pada Tabel 6 akan disajikan standar umum
pelaksanaan pemeliharaan lapangan sepakbola.
Tabel 6 Standar umum pelaksanaan pemeliharaan lapangan sepakbola
No Item Pekerjaan Alat dan Bahan
Standar umum Pelaksanaan Pemeliharaan
1 Pemangkasan
dengan ketinggian pangkasan yang dibutuhkan
(FIFA, 2010)
- Pengujian ketajaman alat agar tidak merusak
kualitas rumput (FIFA, 2010)
2 Coring Garpu tanah,
pasir
- Dilakukan untuk memperbaiki pemadatan tanah
bila tanah sudah mulai terjadi pemadatan (FIFA,
Tabel 6 (Lanjutan)
No Item Pekerjaan Alat dan Bahan
Standar umum Pelaksanaan Pemeliharaan
Lanjutan
coring..
-Penebaranpasir pada lapisan atas tanah (FIFA,
2010).
tidak merusak dan mematikan tanaman (Arifin,
2002)
- Jumlah air sesuai kebutuhan, merata dan basah
sampai ke perakaran bawah agar tanaman dapat
tumbuh secara optimum (Arifin, 2002)
4 Pemupukan Pupuk,
sarung
tangan,
air
- Memberikan nutrisi yang cukup untuk rumput
agar pulih dari stress dan membantu memperbaiki
zona perakaran. (FIFA,2010)
- Unsur penting bagi pertumbuhan rumput hadir
dalam jumlah yang tepat untuk pertumbuhan yang
optimal (FIFA,2010).
- Penyiraman dilakukan setelah pemupukan.
(Arifin, 2002).
- Melakukan pencegahan hama dan penyakit
dengan perusahaan yang telah terdaftar (FIFA,
2010).
- Dilakukan proses budidaya sebagai pendekatan
pencegahan hama dan penyakit (FIFA, 2010).
- Penyemprotan dilakukan sore hari dan
memperhatikan arah dan kecepatan angin (Arifin,
2002).
tanaman utama (FIFA, 2010).
- Gulma dicabut sampai seluruh akarnya secara
rutin setiap hari (Arifin, 2002).
4. Tahap Sintesis
Tahap sintesis merupakan tahap penyusunan dalam mencari alternatif
pengembangan potensi dan pemecahan masalah untuk mendapatkan hasil yang
sesuai dengan tujuan. Hasil sintesis berupa rekomendasi terhadap pengelolaan
lapangan sebagai upaya perbaikan kualitas lapangan. Selain itu, pada tahap ini
dihasilkan rekomendasi pengelolaan terhadap lapangan agar lapangan tersebut
dapat terus dikembangkan dan sesuai dengan kualitas yang dianjurkan oleh FIFA.
3.3 Batasan Penelitian
Area penelitian yang dimaksud terbatas pada lapangan permainan
sepakbola, tidak termasuk fasilitas yang ada di dalamnya. Pemilihan lapangan
sebagai studi kasus berdasarkan penggunaan lapangan selama penelitian dan
BAB IV KONDISI UMUM
4.1 Letak
Stadion Singaperbangsa terletak di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Stadion ini berada pada pusat kota dan berdekatan dengan kantor-kantor
pemerintahan Kabupaten Karawang. Stadion ini merupakan kandang dari klub
Pelita Jaya. Secara geografis, stadion ini terletak pada 6°18'9.26" LS dan
107°18'20.55" BT (Gambar 13) dengan batas wilayah Utara, Barat, dan Timur
yaitu Jalan Suratin, batas Selatan berbatasan dengan Jalan Jendral Ahmad Yani.
Gambar 13 Peta Lokasi Stadion Singaperbangsa ( Sumber : http://maps.google.com 14 Mei 2011 )
Stadion Siliwangi terletak di Kota Bandung, Jawa Barat. Stadion ini
dibangun di atas tanah milik KODAM III/Siliwangi. Stadion ini merupakan lokasi
latihan dari klub Persib. Secara geografis, stadion ini ada pada 6°18'13.35" LS dan
107°18'22.95" (Gambar 14) BT dengan batas wilayah Utara yaitu Jalan Lombok,
Barat berbatasan dengan Jalan Sumbawa, Timur berbatasan dengan Jalan Bangka,
Gambar 14 Peta Lokasi Stadion Siliwangi ( Sumber : http://maps.google.com 14 Mei 2011 )
Stadion Haji Agus Salim terletak di Kota Padang, Sumatera Barat. Stadion
ini berada pada pusat kota dan terletak berdekatan dengan perumahan elit pejabat
Sumatera Barat. Stadion ini dibangun pada tahun 1985 dan baru saja direnovasi
pada tahun 2010. Stadion ini merupakan kandang dari klub PS Semen Padang dan
PSP Padang. Secara geografis, stadion ini terletak pada 0°55'45.30" LS dan
100°21'27.29" (Gambar 15) BT dengan batas wilayah Utara yaitu Gedung
Olahraga, bagian Selatan dan Barat berbatasan dengan Jalan Rimbo Kaluang, dan
bagian timur berbatasan dengan Jalan Batang Pasaman.
4.2 Iklim
Berdasarkan data iklim tahun 2009 yang didapat, ketiga lokasi penelitian
ini tidak memiliki perbedaan iklim yang terlalu mencolok. Kondisi iklim ini
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pengelolaan rumput seperti praktek
penyiraman. Dengan curah hujan Karawang yang sedikit, membutuhkan
penyiraman yang lebih intensif dibandingkan dua stadion lainnya. Pada kota
Bandung yang memiliki rata-rata curah hujan lebih besar dibandingkan
Karawang, sehingga penyiraman yang dilakukan tidak perlu seintensif yang
dilakukan di Karawang. Dengan rata-rata curah hujan Kota Padang yang paling
besar, maka praktek penyiraman yang dilakukan di lapang tidak perlu seintensif
kedua lokasi lainnya. Curah hujan yang tinggi ini pula mempercepat pertumbuhan
rumput pada lapangan dan meyuburkan kondisi rumput itu sendiri. Berikut data
selengkapnya mengenai iklim yang berada pada ketiga kota tersaji pada Tabel 7
dibawah ini.
Tabel 7 Kondisi Iklim Bulanan Pada Tahun 2009 di Ketiga Kota
Kondisi iklim bulanan Karawang1) Bandung2) Padang2) Suhu udara (○C) Maksimum 30 31 31,7
Minimum 24 18,3 22
Rata-rata 27 29 25,2
Curah Hujan (mm/bln) Maksimum 280 365,7 561
Minimum 83 0,5 133
Rata-rata 154 174,8 301,6
Kelembaban nisbi (%) Rata-rata 80 79 84
Sumber data : 1. Karawang dalam angka, 2010
2. Badan Meteorologi dan Geofisika,2011
4.3 Daya Tampung dan Penggunaan
Daya tampung merupakan kemampuan suatu stadion menampung
sejumlah orang di dalamnya agar tetap nyaman. Daya tampung tiap stadion
berbeda-beda. Selain itu, penggunaan lapangan mempengaruhi kualitas rumput
yang ada. Pada ketiga stadion yang menjadi lokasi penelitian didapat data daya
Tabel 8 Daya Tampung dan Penggunaan Ketiga Stadion
No Stadion Daya Tampung Penggunaan Intensitas
1 Singaperbangsa 25.000 penonton Latihan tim Pelita Jaya
Pertandingan Liga Super
2 kali/bulan
3 kali/bulan
2 Siliwangi 25.000 penonton Latihan PERSIB
Latihan fisik tentara
Pertandingan Liga Super
8 kali/bulan
Setiap hari
1 kali/bulan
3 Agus Salim 28.000 penonton Latihan Semen Padang
Pertandingan Liga Super
2 kali/bulan
2-3 kali/bulan
Sumber : Hasil Wawancara dengan Pihak Pengelola
Gambar 16 Tribun Utama Stadion Singaperbangsa
Stadion Singaperbangsa, Karawang (Gambar 16) memiliki daya tampung
sebanyak 25.000 penonton dengan 12 lantai tribun. Lapangan stadion yang
menjadi kebanggan warga Karawang ini biasa dipakai untuk latihan rutin Tim
Pelita Jaya dua kali sebelum pertandingan selama 1 jam maupun pertandingan
Liga Super yang biasa diselenggarakan dua hingga tiga kali dalam satu bulan.
Penggunaan stadion ini termasuk tinggi walaupun hanya untuk pertandingan
sepakbola dan latihan rutin Tim Pelita Jaya. Selain untuk penggunaan tersebut,
tidak diperkenankan penggunaan lapangan stadion ini. Ukuran lapangan dalam
Gambar 17 Tribun Utama Stadion Siliwangi
Pada Stadion Siliwangi (Gambar 17), memiliki daya tampung penonton
mencapai 25.000 penonton dengan 15 lantai tribun. Lapangan dalam stadion ini
biasa digunakan latihan oleh PERSIB setiap minggu sebanyak 2 kali,
pertandingan Liga Super sebanyak 1 kali dalam sebulan, dan juga digunakan
untuk latihan fisik para tentara KODAM III/Siliwangi. Karena dibangun diatas
tanah milik KODAM III/Siliwangi stadion ini bukan milik Pemerintah Provinsi
Jawa Barat atau Pemerintah Kota Bandung. Dengan kondisi rumput yang sudah
tidak baik karena memang merupakan stadion lama, maka dilakukan beberapa
perbaikan untuk peningkatan kualitas lapangan. Ukuran lapangan dalam Stadion
Siliwangi ini yaitu 105 m x 70 m.