• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Semen Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus Atlas (Lepidoptera: Saturniidae).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil Semen Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus Atlas (Lepidoptera: Saturniidae)."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL SEMEN IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR

Attacus atlas

(LEPIDOPTERA: SATURNIIDAE)

FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Semen Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Firdauzi Akbar Wicaksono

(4)

ABSTRAK

FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO. Profil Semen Imago Jantan Ulat Sutera Liar

Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Dibimbing oleh R IIS ARIFIANTINI dan DAMIANA RITA EKASTUTI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil semen imago jantan ulat sutera liar Attacus atlas dengan dua perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama dilakukan dengan mengoleksi semen imago jantan setiap dua jam sejak imago keluar dari kokon hingga tidak mengeluarkan semen. Perlakuan kedua dilakukan dengan mengoleksi semen secara terus menerus setelah imago ditunggu empat jam sejak keluar dari kokon. Semen yang telah dikoleksi dilakukan evaluasi secara makroskopis dan mikroskopis. Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan pertama, rerata volume semen terbanyak adalah pada dua jam pertama yaitu 0.69±0.61 mL dengan kisaran 0.25−1.75 mL. Nilai rerata motilitas dan konsentrasi spermatozoa tertinggi adalah pada dua jam kedua yaitu 72±10.85% dengan kisaran 50−85% dan 6675±7228×106/ mL dengan kisaran 1025−23625×106/ mL. Nilai rerata volume semen, motilitas, dan konsentrasi spermatozoa tertinggi pada perlakuan kedua didapat pada koleksi pertama yaitu 0.87±0.30 mL dengan kisaran 0.4±1.5 mL, 65±12% dengan kisaran 30−75% dan 4370±2923×106/ mL dengan kisaran 1450−10725×106/ mL.

Kata kunci: Attacus atlas, imago jantan, profil reproduksi, spermatozoa

ABSTRACT

FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO. Male Imago Semen Profile Wild Silkworm

Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Supervised by R IIS ARIFIANTINI and DAMIANA RITA EKASTUTI.

The purpose of this study was to determine the semen profile of wild silkworm Attacus atlas in two different treatments. The first treatment was collecting semen continuously in every two hours after it hatched from cocoon until semen production stopped. The second treatment was performed by collecting semen continuously after four hours imago hatched from the cocoon. Collected semen were evaluated by macroscopic and microscopic. The results indicated that in the first treatment, the average volume of semen that can be collected is the highest on the first two hours with average volume of 0.69±0.61 mL with a range 0.25−1.75 mL. The average motility value and the highest concentration of spermatozoa on the second period which was 72±10.85% with interval of 50−85% for motility and 6675±7228×106/ mL with interval between 1025−23625×106/ mL for the concentration. The highest average value of the semen volume, motility, and concentration of spermatozoa on the second treatment was obtained from the first collection which was 0.87±0.30 mL with interval of 0.4±1.5 mL, 65±12% with interval between 30−75% and 4370±2923×106/ mL with interval of 1450−10725×106/ mL.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PROFIL SEMEN IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR

Attacus atlas

(LEPIDOPTERA: SATURNIIDAE)

FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Banyak ilmu, pelajaran, dan masukan yang bermanfaat dirasakan oleh penulis selama menyelesaikan karya ilmiah ini, sehingga pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih, kepada:

1. Ibu Prof Dr Dra R Iis Arifiantini, MSi dan Ibu Dr Drh Damiana Rita Ekastuti, MS AIF selaku pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan, saran, serta masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

2. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB atas segala ilmu bermanfaat yang telah diberikan.

3. Karya ini penulis persembahkan untuk ayah, ibu, dan keluarga yang ada di kampung, untuk bapak Bambang dan Ibu Dian serta kedua adik penulis. 4 Fitria Senja Murtiningrum, terima kasih banyakuntuk waktunya, kesabaran,

dan semangatnya yang telah diberikan selama penulisan.

5. Bapak Bondan, Mbak Seli, dan Bapak Suganda Rais yang membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis saat melakukan penelitian di URR FKH IPB.

6. Teman–teman ganglion yang selalu kompak memberikan semangat untuk kelancaran dan kesuksesan penulisan karya ilmiah ini.

7. Serta semua pihak yang tidak tertuliskan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Pada akhirnya ijinkan penulis memohon maaf kepada semua pihak yang terkait apabila dalam penulisan karya ilmiah ini terdapat kelalaian. Semua saran dan kritik sangat membangun bagi karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin

Bogor, September 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Taksonomi Ulat Sutera Liar Attacus atlas 2

Siklus Hidup Ulat Sutera Attacus atlas 2

Koleksi dan Evaluasi Semen 3

METODE 4

Waktu dan Tempat 4

Alat dan Bahan 4

Metodologi 4

Pengambilan Kokon dan Sexing 4

Penghitungan Bobot Pupa dan Imago 5

Koleksi dan Evaluasi Semen 5

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

SIMPULAN DAN SARAN 10

Simpulan 10

Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 10

(10)

DAFTAR TABEL

1 Bobot badan awal imago jantan pada perlakuan pertama dan kedua 6 2 Volume semen A. atlas, volume semen tiap koleksi dibanding volume

total, motilitas dan konsentrasi spermatozoa pada imago yang dikoleksi

tiap dua jam (Rerata±SD). 7

3 Volume semen A. atlas, warna semen, konsistensi semen, motilitas dan konsentrasi spermatozoa pada imago yang dikoleksi terus menerus

(Rerata±SD). 9

4 Jumlah semen terhadap bobot awal imago pada perlakuan pertama dan

kedua (Rerata±SD). 9

DAFTAR GAMBAR

1 Bakal antena pupa betina dan jantan 5

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah negara tropis yang memiliki berbagai jenis plasma nutfah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi komoditas unggulan. Melalui suatu proses budidaya dan pengolahan yang baik, sumber hayati unggulan dapat dikembangkan menjadi produk yang memiliki nilai jual di pasar nasional maupun internasional. Ulat sutera liar Attacus atlas (A. atlas) merupakan salah satu plasma nutfah asli Indonesia yang dapat menghasilkan benang sutera.

Permintaan pasar terhadap benang sutera sangat tinggi. Menurut data yang dikeluarkan oleh International Silk Association, China merupakan konsumen terbesar sutera. China membutuhkan kokon dan benang sutera mentah mencapai 37.441 ton, diikuti India dan Nepal yang masing-masing membutuhkan kokon dan sutera mentah sebanyak 1.529 ton dan 2 ton setiap tahun (ISA 2000). Menurut Ekastuti (2014) harga benang sutera A. atlas sangat mahal, pada tahun 2009 satu kg benang dihargai Rp 1.600.000,00 dan sekarang semakin sulit diperoleh. Tingginya permintaan pasar dan harga tiap kilogramnya menyebabkan masyarakat melakukan pengambilan kokon yang ada di alam secara besar−besaran. Pengambilan besar−besaran ini dapat menyebabkan punahnya plasma nutfah asli Indonesia.

Menurut Ekastuti (2012) keberhasilan reproduksi A. atlas masih sangat rendah akibat keberhasilan hidup di alam hanya 11%. Rendahnya keberhasilan hidup ini tidak hanya disebabkan karena faktor parasitasi dan predasi, tetapi juga karena tingginya stres dan faktor alam. Faktor lain yang berpengaruh adalah waktu keluar imago jantan lebih cepat dari betina sehingga hanya sedikit jantan yang dapat melakukan perkawinan (Awan 2007). Penyebab lain dari rendahnya keberhasilan reproduksi adalah jantan dan betina yang bertemu belum tentu melakukan perkawinan (Nugroho et al. 2014). Permasalahan ini dapat diatasi dengan pengembangan teknologi reproduksi yaitu inseminasi buatan (IB) (Arifiantini et al. 2013).

(12)

2

Perumusan Masalah

Inseminasi buatan pada ulat sutera liar A. atlas membutuhkan kuantitas dan kualitas semen yang baik. Peningkatan kuantitas dan kualitas semen dapat tercapai jika mengetahui jumlah semen maksimal yang dapat dihasilkan oleh imago jantan serta berapa besar nilai motilitas dan konsentrasi spermatozoa dari setiap koleksi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menilai profil semen (volume semen, warna semen, konsistensi semen, motilitas spermatozoa, dan konsentrasi spermatozoa) ulat sutera liar A. atlas sebagai penunjang keberhasilan IB pada A. atlas.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai profil semen imago jantan A. atlas serta waktu yang tepat untuk melakukan koleksi semen, sehingga dapat mendukung penyediaan bibit yang berkesinambungan melalui pengoptimalan kuantitas dan kualitas semen.

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Ulat Sutera Liar A. atlas

Attacus atlas merupakan serangga dari daerah tropis yang berpotensi untuk dijadikan komoditas unggul karena menghasilkan kokon yang dapat diolah menjadi benang sutera. Taksonomi merupakan cabang biologi yang berkaitan dengan penamaan dan pengelompokan bentuk kehidupan yang beragam (Campbell et al.

2000). Menurut Peigler (1989), A. atlas dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Saturniidae Genus : Attacus

Spesies : Attacus atlas ( Linnaeus )

Siklus Hidup A. atlas

(13)

3 Telur A. atlas memiliki masa inkubasi selama delapan sampai sepuluh hari (Desiana 2008). Telur memiliki cairan pelekat pada bagian bawahnya yang berfungsi untuk melekat pada daun (Dewi 2010). Fase telur akan diakhiri dengan keluarnya larva dari dalam telur. Larva merupakan stadium terlama yaitu 34–47 hari, stadium ini memiliki enam fase instar. Tahap paling lama adalah instar enam. Tahap ini membutuhkan waktu lama karena terdapat fase dimana larva akan berubah menjadi pupa dan akan mengokon (Awan 2007; Mulyani 2008).

Larva akan mengeluarkan cairan sutera dan menjadi serabut kokon ketika cairan tersebut mengering (Dewi 2010). Fungsi kokon adalah menjaga agar kondisi di dalam kokon tetap sesuai dan melindungi pupa dari pengaruh lingkungan luar yang dapat mengganggu perkembangan pupa. Pupa akan mengalami pembentukan sayap, kaki, kepala, dan organ reproduksi di dalam kokon, oleh karena itu kokon harus selalu dijaga agar organogenesis berlangsung dengan sempurna. Tahapan pupa dan pengokonan normal berlangsung selama 20–29 hari. Tahapan ini diakhiri dengan mulai keluarnya imago dari lubang yang terdapat di bagian anterior dari kokon (Awan 2007).

Imago A. atlas akan keluar dari kokon melalui lubang pada bagian anterior di dekat tempat penempelan kokon pada daun. Menurut Awan (2007) imago yang baru keluar dari kokon masih belum bisa terbang dikarenakan sayap imago yang masih basah. Imago jantan memiliki antena dengan ukuran yang lebih lebar dari imago betina. Imago jantan memiliki panjang antena 23–30 mm dan lebar 10–13 mm, sedangkan imago betina memiliki panjang antena 17–21 mm dan lebar 3 mm.

Antena imago jantan lebih panjang dan lebar karena berfungsi untuk mendeteksi feromon yang dikeluarkan oleh imago betina (Mulyani 2008). Menurut Dewi (2010) perkawinan akan berlangsung ketika imago jantan mendatangi imago betina yang mengeluarkan feromon. Perkawinan berlangsung selama satu malam penuh. Beberapa jam kemudian imago betina akan mengeluarkan telur. Menurut Mulyani (2008) imago betina akan mengeluarkan telur selama 2–6 hari setelah perkawinan dengan jumlah telur sebanyak 126–380 butir dalam sekali siklus perkawinan. Umur dari imago jantan sangat pendek yaitu 2–4 hari, sedangkan imago betina dapat bertahan hidup selama 2–10 hari (Awan 2007).

Koleksi dan Evaluasi Semen

Semen merupakan hasil sekresi organ reproduksi ternak jantan yang secara normal diejakulasikan melalui penis ke dalam saluran kelamin betina sewaktu terjadi kopulasi. Semen dapat dikoleksi dengan berbagai cara untuk keperluan inseminasi buatan. Semen mengandung dua unsur utama, yaitu plasma semen dan spermatozoa. Plasma semen merupakan cairan yang sebagian besar disekresikan oleh kelenjar vesikularis dan sedikit disekresikan oleh testis (Toelihere 1981).

(14)

4

Koleksi semen pada imago jantan A. atlas berbeda dengan ruminansia.

Attacus atlas tidak memerlukan vagina buatan. Koleksi semen langsung dengan menggunakan microtube yang diletakkan tepat di bawah kloaka dari imago jantan. Semen akan keluar ketika pangkal sayap dipegang. Evaluasi semen dilakukan setelah koleksi semen. Terdapat dua jenis evaluasi semen yaitu evaluasi makroskopis dan mikroskopis. Evaluasi makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi dan pH, sedangkan evaluasi mikroskopis meliputi gerakan massa, konsentrasi dan motilitas spermatozoa, serta abnormalitas spermatozoa (Arifiantini 2012).

Semen A. atlas memiliki karakteristik yang khas dengan morfologi spermatozoa yang sangat kecil, berbentuk bulat dan tidak memiliki flagela. Karakteristik makroskopis semen A. atlas, yaitu memiliki volume dengan rerata 0.42±0.47 mL dan kisaran 0.03−1.45 mL, nilai rerata pH 6.49±0.27 dengan kisaran 6.20−7.00, derajat kekentalan semen sedang, warna kuning krem dan bau yang sangat khas. Karakteristik mikroskopis semen A. atlas, yaitu morfometri spermatozoa A. atlas sangat kecil dengan ukuran hanya 1 µm, motilitas spermatozoa 80−90% dan konsentrasi spermatozoa sebesar 318.5±206.61× 6/mL (Rabusin et al. 2014).

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 di Laboratorium Metabolisme Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi serta Unit Reproduksi Rehabilitasi Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini, adalah kandang kasa,

microtube, gelas objek dan penutup, pipet tetes, termometer, Neubauer Chamber, mikro pipet, kotak kardus, gunting, mikroskop binokuler (Olympus CH20), kertas label, kapas, tisu, timbangan digital, dan koran. Bahan-bahan yang digunakan adalah 21 ekor imago jantan, alkohol 70%, Formol salin, dan NaCl 0.9%.

Metodologi

Pengambilan Kokon dan Sexing

Kokon ulat sutera A. atlas yang digunakan didapat dari perkebunan teh di daerah Purwakarta, Jawa Barat. Kokon yang digunakan harus hidup dan berkualitas baik agar kualitas semen yang dihasilkan juga baik. Kokon ditempatkan pada kandang kasa berukuran (50×50×50) cm3 dengan posisi tidak bertumpukan, hal ini

(15)

5 dilakukan proses sexing untuk mendapatkan imago jantan dengan cara menggunting kokon melalui celah pada bagian anterior kemudian melihat bentuk calon antena pada fase pupa. Pupa dengan calon antena besar akan menjadi imago jantan, sedangkan pupa yang memiliki antena kecil akan menjadi imago betina. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk mengetahui perkembangan dan kemunculan imago jantan.

Gambar 1 Bakal antena pupa betina (A) dan jantan (B)

Penghitungan Bobot Pupa dan Imago

Pupa yang telah dilakukan sexing kemudian ditimbang bobot badan setiap hari sampai menjadi imago. Imago yang keluar ditimbang dan dikoleksi semennya sesuai perlakuan. Dilakukan juga penimbangan terhadap bobot badan imago setelah semen dikoleksi.

Koleksi dan Evaluasi Semen

Koleksi semen dilakukan dengan cara memegang kedua pangkal sayap imago, kemudian bagian posterior abdomen sedikit dimasukkan ke dalam

microtube dan ditunggu beberapa saat hingga terjadi ejakulasi. Koleksi semen dilakukan dengan dua perlakuan. Perlakuan pertama semen dikoleksi pada sepuluh imago setiap dua jam sejak keluar dari kokon hingga tidak lagi mengeluarkan semen. Perlakuan kedua semen dikoleksi secara terus menerus pada sebelas imago setelah ditunggu empat jam sejak keluar dari kokon hingga tidak dapat mengeluarkan semen. Imago yang tidak dapat ejakulasi disebut dengan imago kering. Setiap perlakuan menggunakan microtube yang berbeda.

Semen hasil koleksi langsung dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis. Evaluasi makroskopis dilakukan dengan menimbang semen menggunakan timbangan digital, menghitung volume semen dengan melihat pada skala microtube, mengamati konsistensi dengan cara memiringkan microtube dan mengembalikan ke tempat semula kemudian dilihat reaksi pergerakan semen, serta memeriksa warna semen secara visual. Pemeriksaan semen secara mikroskopis menggunakan mikroskop binokuler (Olympus CH20), meliputi gerakan massa, konsentrasi, abnormalitas, dan motilitas spermatozoa, serta spermatozoa hidup (Arifiantini 2012). Namun dalam penelitian ini tidak semua parameter dapat

A

B

A

(16)

6

diperiksa. Parameter yang dapat diamati pada penelitian ini adalah konsentrasi dan motilitas spermatozoa.

Konsentrasi spermatozoa dihitung dengan menggunakan Neubauer Chamber

dan mikroskop dengan perbesaran 400×. Semen yang akan diperiksa diencerkan ke dalam formol salin dengan perbandingan 2 µl semen dan 998 µl larutan formol salin. Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan cara meneteskan satu tetes semen pada gelas objek kemudian diencerkan dengan dua tetes NaCl 0.9% dan dihomogenkan. Mengambil satu tetes dari homogenat kemudian diletakkan pada gelas objek lain dan ditutup dengan gelas penutup selanjutnya dilakukan pemeriksaan di bawah mikroskop binokuler (Olympus CH20) dengan perbesaran 400×.

Analisis Data

Data yang diperoleh diolah secara deskriptif dan diuji secara statistik dengan analisis sidik ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan uji Duncan menggunakan SPSS 16.0. Data disajikan dalam rerata dan standar deviasi (SD).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bobot badan awal pada perlakuan pertama adalah 5.16±0.84 g dengan kisaran 3.6−6.2 g. Perlakuan kedua menunjukkan bobot badan awal sebesar 5.35±0.67 g dengan kisaran 4.1−6.3 g (Tabel 1). Bobot badan hasil penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan Alvianti (2014) yang melaporkan bobot imago awal adalah 3.17±0.36 g. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan palatabilitas A. atlas saat tahap larva dan perbedaan jumlah energi yang dibutuhkan imago untuk keluar dari dalam kokon. Penurunan bobot badan secara drastis terjadi pada koleksi semen pertama pada kedua perlakuan (Tabel 2 dan 3). Hasil ini berbanding lurus dengan jumlah semen yang dihasilkan pada koleksi pertama yang cukup tinggi.

Tabel 1 Bobot badan awal imago jantan pada perlakuan pertama dan kedua

BB awalp1 (g) BB awalp2 (g)

Rerata±SD 5.16±0.84 5.35±0.67b

*P1: Perlakuan pertama, P2: Perlakuan kedua, SD: Standar Deviasi

(17)

7 Persentase volume semen tiap koleksi terhadap volume semen total tertinggi dihasilkan pada koleksi pertama dan kedua yaitu 32±0.20% dengan kisaran 14−69% dan 29±0.12% dengan kisaran 8−51% (Tabel 2). Volume semen pada koleksi jam pertama dan kedua tidak berbeda, namun lebih besar dibandingkan dengan dua jam berikutnya terhadap volume semen total yang dihasilkan pada taraf uji 5%.

Tabel 2 Volume semen A. atlas, volume semen tiap koleksi dibanding volume total, motilitas dan konsentrasi spermatozoa pada imago yang dikoleksi tiap dua jam (Rerata±SD). perbedaan yang nyata (P<0.05) ( uji selang berganda Duncan ).

Waktu koleksi semen tidak memengaruhi besarnya konsentrasi pada taraf uji 5%. Koleksi pertama pada perlakuan pertama memiliki nilai rerata volume lebih tinggi dibanding koleksi kedua, namun memiliki nilai rerata konsentrasi dan motilitas spermatozoa lebih rendah dibanding koleksi kedua. Nilai rerata konsentrasi dan motilitas spermatozoa pada koleksi pertama adalah 3900×106±3520×106/ mL dengan kisaran 250×106−11000×106/ mL dan 63±7.90% dengan kisaran 45−70%. Koleksi kedua memiliki nilai rerata konsentrasi dan motilitas spermatozoa sebesar 6675×106±77280×106/ mL dengan kisaran

1025×106−23625×106/ mL dan 72±10.85% dengan kisaran 50−85% (Tabel 2). Hasil ini menunjukkan bahwa pada koleksi pertama semen mengandung banyak media pembawa dan sedikit spermatozoa. Diduga imago A. atlas belum banyak memproduksi spermatozoa pada dua jam pertama sehingga nilai konsentrasi spermatozoa lebih rendah dibandingkan dengan koleksi yang kedua.

Nilai konsentrasi spermatozoa koleksi jam pertama dan kedua pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh Pramono (2014) dan Rabusin et al. (2014). Pramono (2014) dan Rabusin et al. (2014) melaporkan, nilai konsentrasi spermatozoa sebesar 1141±1608×106/ mL dan 318.50±206.61×106/ mL. Tingginya nilai konsentrasi pada penelitian ini

(18)

8

pada penelitian Pramono (2014) dan Rabusin et. Al. (2014) konsentrasi spermatozoa diamati pada semen kumulatif.

Semen A. atlas pada penelitian ini memiliki warna yang bervariasi mulai dari krem hingga putih keruh. Warna semen ini merupakan warna normal dari semen A. atlas. Menurut Rabusin et al. (2014) A. atlas memiliki warna semen yang bervariasi mulai dari putih, kekuningan, hingga kecoklatan.

Gambar 2 Warna semen A. atlas krem dan putih susu

Konsistensi dari semen A. atlas mulai dari sedang sampai dengan kental. Souhoka et al. (2009) menyatakan bahwa semen segar yang memiliki jumlah spermatozoa banyak akan mengakibatkan semen lebih kental dan warnanya lebih pekat. Penelitian ini menunjukkan semen pada koleksi jam kesembilan berkonsistensi kental dan memiliki konsentrasi lebih rendah dibandingkan dengan koleksi jam kedua yang berkonsistensi cair. Hasil ini karena pada semen jam kesembilan spermatozoa yang tersimpan pada testis semakin berkurang dan hanya menyisakan cairan suspensi saja.

Motilitas spermatozoa merupakan salah satu parameter yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi fertilitas spermatozoa (Sukmawati 2014). Hasil penelitian menunjukkan jam pertama dan kedua memiliki nilai motilitas spermatozoa yang sama, namun pada dua jam berikutnya memiliki nilai motilitas lebih rendah pada taraf uji 5%. Nilai rerata motilitas paling tinggi pada perlakuan pertama adalah koleksi dua jam kedua yaitu 72%±10.85% dengan kisaran 50−85%. Koleksi dua jam pertama memiliki nilai rerata lebih rendah dibandingkan koleksi dua jam kedua yaitu 63±7.91% dengan kisaran 45−70% (Tabel 2). Hasil ini diduga karena proses pembentukan semen yang belum sempurna saat dilakukan koleksi dua jam pertama.

(19)

9 Tabel 3 Volume semen A. atlas, warna semen, konsistensi semen, konsentrasi dan motilitas spermatozoa pada imago yang dikoleksi terus menerus (Rerata±SD).

Warna Konsistensi Konsentrasi spermatozoa

(×106/ mL)

*SD: Standar Deviasi, K: Krem, PS: Putih susu ∆BB: Selisih antara bobot badan awal dikurangi bobot badan setelah ejakulasi dan bobot semen, 0*: Baru keluar kokon

Nilai rerata konsentrasi dan motilitas spermatozoa tertinggi pada perlakuan kedua adalah koleksi pertama yaitu 4370.5±2923×106/ mL dengan kisaran

1450−10725×106 dan 65±12% dengan kisaran 30−75% (Tabel 3). Menurut Setiadi

et al. (2000) motilitas spermatozoa ternak dipengaruhi oleh umur spermatozoa, maturasi spermatozoa, penyimpanan energi (ATP), agen aktif, biofisik dan fisiologik, cairan suspensi dan adanya rangsangan atau hambatan.

Tabel 4 Jumlah volume semen terhadap bobot awal imago pada perlakuan pertama dan kedua (Rerata±SD).

vol. total/ BB awalp1 (%) vol. total/ BB awalp2 (%)

Rerata±SD 38±10.7a 18±8.16b

*P1: Perlakuan 1, P2: Perlakuan kedua, SD: Standar Deviasi. Huruf superskrip dengan notasi berbeda pada kolom yang sama menyatakan perbedaan yang nyata (P<0.05) ( uji selang berganda Duncan ).

(20)

10

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Volume total yang dapat dikoleksi pada imago jantan A. atlas adalah 1.96 mL. Volume koleksi tertinggi didapatkan pada koleksi jam pertama dan kedua yaitu 29−32 %. Warna normal dari semen A. atlas adalah krem sampai dengan putih keruh. Konsistensi dari semen A. atlas adalah cair sampai dengan kental. Konsentrasi spermatozoa tidak dipengaruhi waktu koleksi semen. Motilitas spermatozoa tertinggi didapatkan pada koleksi jam pertama dan kedua. Koleksi semen sebaiknya dilakukan antara dua jam pertama dan kedua.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui proses, pembentukan semen, spermatogenesis imago A. atlas, serta kemampuan fertilisasi melalui aplikasi IB.

DAFTAR PUSTAKA

Allex M, Ekastuti DR, Arifiantini RI. 2014. Karakteristik imago betina ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Di dalam: Herdis, Arifiantni I, Amin MR, Yusuf TL, Setiadi DR, Santoso, editor. Peran Reproduksi dalam Penyelamatan dan Pengembangan Plasma Nutfah Hewan di Indonesia; 2013 November 18-19; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Sinar Jaya

Alvianti W. 2014. Performa reproduksi imago jantan ulat sutera liar Attacus atlas

L. (Lepidoptera: Saturniidae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Arifiantini RI. 2012. Teknik Koleksi dan Evaluasi Semen pada Hewan. Bogor (ID): IPB Pr.

Arifiantini RI, Ekastuti DR, Allex M, Rabusin M, Septiadi R, Walidaini R. 2013. Upaya Teknologi Reproduksi Untuk Mendukung Budidaya Berkelanjutan Ulat Sutera (Attacus atlas). Bogor (ID): Pertamina Foundation

Awan A. 2007. Domestikasi ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) dalam usaha meningkatkan persuteraan nasional [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2000. Biologi. Ed. Ke-5. Jilid 3. Jakarta (ID): Erlangga.

Desiana RR. 2008. Produktivitas dan daya tetas telur ulat sutera liar (Attacus atlas) asal purwakarta pada berbagai jenis kandang pengawinan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(21)

11 Ekastuti DR. 2012. Tinjauan fisiologis domestikasi ulat sutera liar Attacus Atlas

(Lepidoptera: Saturniidae) [a physiological review on domestication of wild silkworm A. atlas (Lepidoptera: Saturniidae)]. Berita Biol [Internet]. [diunduh 2015 Agustus 14]; 11(2):139-147. Tersedia pada: http://e-journal.biologi.lipi.go.id/index.php/berita_biologi/article/viewFile/483/298 Ekastuti DR. 2014. Manajemen reproduksi ulat sutera liar Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae). Di dalam: Herdis, Arifiantini I, Amin MR, Yusuf TL, Setiadi DR, Santoso, editor. Peran Reproduksi dalam Penyelamatan dan Pengembangan Plasma Nutfah Hewan di Indonesia; 2013 November 18-19; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Sinar Jaya. hlm 35-40.

Gullan PJ, Cranston PS. 2000. The Insects An Outline of Entomology. Second Edition. London (GB): Blackwell Sci.

Hafez ESE. 1993. Reproduction in Farm Animals. Sixth Edition. Philadelphia (USA): Lea and Febiger.

[ISA] International Silk Association. 2000. Sericologia (40). Japan International Cooperation Agency.

Mulyani N. 2008. Biologi Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae) dengan pakan daun kaliki (Ricinus communis L.) dan jarak pagar (Jatropha curcas L.) di laboratorium [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nugroho EP, Ekastuti DR, Arifiantini RI. 2014. Preservasi imago jantan ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). JIPI. 19(3):174-178.doi:10.1146/annurev-ento-112408-085356.

Peigler RS. 1989. A Revision of Indo Australian Genus Attacus. The Lepidoptera Research Foundation Inc. California (USA): Beverly Hills.

Pramono D. 2014. Penentuan waktu optimal koleksi dan evaluasi kapasitas semen ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rabusin M, Arifiantini RI, Ekastuti DR. 2014. Karakteristik semen imago Attacus atlas. Di dalam: Herdis, Arifiantni I, Amin MR, Yusuf TL, Setiadi DR, Santoso, editor. Peran Reproduksi dalam Penyelamatan dan Pengembangan Plasma Nutfah Hewan di Indonesia; 2013 November 18-19; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Sinar Jaya.

Septiadi R, Arifiantini RI, Ekastuti DR. 2014. Penggunaan larutan fisiologis mamalia untuk preservasi semen ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Di dalam: Herdis, Arifiantni I, Amin MR, Yusuf TL, Setiadi DR, Santoso, editor. Peran Reproduksi dalam Penyelamatan dan Pengembangan Plasma Nutfah Hewan di Indonesia; 2013 November 18-19; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Sinar Jaya.

Setiadi B, Subandriyo K, Dwiyanto T, Sartika B, Tiesnamurti UD, Yulistiani, Martawidjadja M. 2000. Karakterisasi Sumberdaya Genetik Kambing Lokal sebagai Upaya Pelestarian Secara Ex-situ. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak, Ciawi.

(22)

12

Sukmawati E. 2014. Daya tahan spermatozoa terhadap proses pembekuan pada berbagai jenis sapi pejantan unggul [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Toelihere MR. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung (ID): Angkasa. Walidaini R. 2013. Karekteristik imago jantan ulat sutera liar Attacus atlas

(23)

13

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Tabel 2 Volume semen A. atlas, volume semen tiap koleksi dibanding volume total, motilitas dan konsentrasi spermatozoa pada imago yang dikoleksi tiap dua jam (Rerata±SD)
Gambar 2  Warna semen  A. atlas krem dan putih susu
Tabel 4 Jumlah volume semen terhadap bobot awal imago pada perlakuan pertama dan kedua (Rerata±SD)

Referensi

Dokumen terkait

Dapat dilihat dari pengertian LKM dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Syariah Pasal 1 Ayat (1), 51 tersebut dapat digaris bawahi bahwasanya

kemampuan penalaran dan kretivitas belajar matematika melalui upaya. penerapan teknik pembelajaran Brainstorming siswa kelas

Setelah diadakan observasi awal dan diskusi dengan guru kolaborator, maka di pilih cara pemecahan masalah dengan menerapkan metode student teams achievement division

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat-Nyalah skripsi saya ini yang berjudulEKSISTENSI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DALAM

Untuk memperjelas penelitian, maka dibatasi hanya mengkaji pengaruh dua variabel saja yaitu strategi dengan ilustrasi model pizza dan kemampuan penalaran

Kalau yang dimaksud dengan produk budaya adalah teks/bahasa yang digunakan Allah dalam menyampaikan pesan- pesan-Nya adalah bahasa manusia, sedang bahasa

Di SMA 3 Salatiga, pembelajaran geografi diberikan kepada kelas XI khusus jurusan IPS, dengan durasi waktu 18 jam pelajaran dalam satu semester, dengan harapan siswa