KAJIAN PENETAPAN INTERVAL TITIK DALAM METODE
PEMANTAUAN TERUMBU KARANG
POINT INTERCEPT
TRANSECT
(PIT)
ARDYANSYAH
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Penetapan Interval Titik dalam Metode Pemantauan Terumbu Karang Point Intercept Transect (PIT) adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada Perguruan Tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
ABSTRAK
ARDYANSYAH. Kajian Penetapan Interval Titik dalam Metode Pemantauan Terumbu Karang Point Intercept Transect (PIT). Dibimbing oleh BEGINER SUBHAN dan ADRIANI.
Metode point intercept transect (PIT) digunakan untuk mengukur tutupan karang dan substrat bentik secara cepat dan efisien. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penetapan interval titik pengamatan pada metode point intercept transect (PIT). Metode pengolahan data berupa perhitungan akurasi data dan uji analisis ragam satu arah untuk melihat perbedaan secara nyata pada metode yang dibandingkan. Akurasi data PIT tertinggi terdapat pada interval titik 0.1 meter. Hal ini disebabkan oleh kerapatan titik pengambilan data mendekati pengambilan data kontinyu pada metode LIT. Interval titik0.9 meter dan 1 meter menunjukkan akurasi terendah karena kekosongan data yang lebar pada transek garis. Seluruh nilai pada tiap kondisi, komponen dan lifeform pada metode LIT dan metode PIT interval point 0.1 m sampai 1 meter tidak memiliki perbedaan secara nyata.
kata kunci : interval titik, LIT, PIT, terumbu karang, substrat bentik
ABSTRACT
ARDYANSYAH. Study of Point Interval Determination in Coral Reef Monitoring Point Intercept Transect. Supervised by BEGINER SUBHAN and ADRIANI
Point intercept transect method (PIT) is used to measure coral cover and benthic substrates quickly and efficiently. This study aimed to evaluate the establishment of an observation point at the interval point intercept transects method (PIT). Method of processing data in the form of calculation accuracy of data and one-way analysis of variance accuracy of PIT data contained test to see real differences in the methods compared. Highest in 0.1 meter interval point. This is caused by the density of data collection points closer to taking continuous data on methods LIT Interval point 0.9 meter and 1 meter showed the lowest accuracy since vacancy data width on the transect line. The whole value of each condition, components and lifeform on LIT methods and methods PIT point interval of 0.1 m to 1 meter does not have any real difference.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
KAJIAN PENETAPAN INTERVAL TITIK DALAM METODE
PEMANTAUAN TERUMBU KARANG
POINT INTERCEPT
TRANSECT
(PIT)
ARDYANSYAH
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari hingga bulan April 2015 ini ialah Kajian Penetapan Interval Titik dalam Metode Pemantauan Terumbu Karang Point Intercept Transect (PIT). Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Beginer Subhan, SPi, MSi dan Ibu Adriani, SPi, MSi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr Sudirman Saad, SH, MHum dari Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir, dan Pulau – Pulau Kecil (Ditjen KP3K), Bapak Dondy Arafat, SPi, MSi, Bapak Hollanda, SIk, Bapak Muhammad Iqbal, SIk, beserta staf Labaoraturium Selam Ilmiah Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papa Syahril, SE, mama Nurhayani, Dewa Adhyatma, serta seluruh keluarga besar ITK 48 atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
Pengolahan Data Point Intercept Transect (PIT) 4
Analisis Data 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Akurasi Data Hasil Point Intercept Transect (PIT) dengan Interval Point
0.1 meter sampai 1 meter 8
Perbandingan Data pada Metode Line Intercept Transect (LIT) dengan
Metode Point Intercept Transect (PIT) Berdasarkan Kondisi 10
Perbandingan Data Metode Line Intercept Transect (LIT) dengan Metode Point Intercept Transect (PIT) Interval Point 0.1 meter sampai 1 meter
Berdasarkan Komponen 11
DAFTAR TABEL
1 Kondisi tutupan terumbu karang 4
2 Bagian komponen dan lifeform 5
3 Uji analisis ragam data dari metode LIT dan metode PIT (0.1 sampai
1 m) berdasarkan kondisi 11
4 Uji analisis ragam data dari metode LIT dan metode PIT (0.1 sampai
1 m) berdasarkan komponen 12
5 Uji analisis ragam data dari metode LIT dan metode PIT (0.1 sampai
1 m) berdasarkan lifeform 16
DAFTAR GAMBAR
1 Sebaran lokasi data terumbu karang yang digunakan dalam penelitian 3 2 Ekstraksi data LIT menjadi PIT dengan Interval 0.1 sampai 1 meter 7 3 Perhitungan akurasi persentase tutupan terumbu karang metode point
intercept transect interval point 0.1 meter sampai 1 meter 8 4.a Akurasi nilai tutupan komponen bentik terumbu dengan metode point
intercept transect 9
4.b Akurasi nilai tutupan lifeform bentik terumbu dengan metode point
intercept transect 9
5 Perbandingan nilai tutupan karang keras hidup untuk tiap kondisi 10 6 Perbandingan nilai tutupan pada komponen semua stasiun 12 7 Perbandingan nilai tutupan lifeform pada komponen karang keras
hidup semua stasiun 13
8 Perbandingan nilai tutupan lifeform pada komponen karang mati
semua stasiun 14
9 Perbandingan nilai tutupan lifeform pada komponen abiotik semua
stasiun 15
10 Perbandingan nilai tutupan lifeform pada komponen biotik semua
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data tutupan karang keras hidup (%) untuk kondisi terumbu karang buruk 19 2 Data tutupan karang keras hidup (%) untuk kondisi terumbu karang sedang 19 3 Data tutupan karang keras hidup (%) untuk kondisi terumbu karang baik 20 4 Data tutupan karang keras hidup (%) untuk kondisi terumbu karang baik
sekali 20
5 Data tutupan komponen karang keras hidup (%) dari seluruh stasiun
pengamatan 21
6 Data tutupan komponen karang mati (%) dari seluruh stasiun pengamatan 22 7 Data tutupan komponen abiotik (%) dari seluruh stasiun pengamatan 23 8 Data tutupan komponen biotik (%) dari seluruh stasiun pengamatan 24 9 Data tutupan lifeform Acropora branching (ACB) (%) dari seluruh
19 Data tutupan lifeform rubble (R) (%)dari seluruh stasiun pengamatan 35 20 Data tutupan lifeform sand (S) (%)dari seluruh stasiun pengamatan 36 21 Data tutupan lifeform macroalgae (MA) (%) dari seluruh stasiun
pengamatan 37
22 Data tutupan lifeform others (OT)(%)dari seluruh stasiun pengamatan 38 23 Data tutupan lifeform soft coral (SC) (%) dari seluruh stasiun
pengamatan 39
24 Data tutupan lifeform sponge (SP) (%)dari seluruh stasiun pengamatan 40 25 Waktu yang dibutuhkan dalam pengambilan data dari metode line
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem perairan tropis yang memiliki produktivitas yang tinggi. Komponen yang penting dalam menyusun ekosistem ini adalah karang batu. Biota lain seperti ikan, moluska, ekinodermata dan rumput laut memanfaatkan lingkungan terumbu karang sebagai tempat hidup, membesarkan diri, melahirkan keturunan serta mencari makan. Daerah atau wilayah yang memiliki terumbu yang baik tentu saja akan ramai dikunjungi wisatawan hal ini berdampak ekonomis bagi masyarakat pesisir.
Mengingat begitu pentingnya fungsi terumbu karang baik secara ekologis dan ekonomis, maka kondisinya pada saat sekarang maupun perkembangannya dari waktu ke waktu perlu selalu dipantau. Pemantauan terhadap terumbu karang harus senantiasa dilakukan secara benar dan tepat untuk dapat diambil kesimpulan yang diperlukan dalam mengambil kebijakan dan langkah-langkah strategis terutama bagi pengelola dan pihak terkait lainnya.
Pemantauan terumbu karang merupakan kegiatan pengambilan data dan informasi pada ekosistem terumbu karang atau pada manusia yang memanfaatkan sumberdaya terumbu karang tersebut. Idealnya, seorang pengelola terumbu karang harus menguasai dasar-dasar pemantauan yang terdiri dari berbagai macam parameter yang dapat atau tidak berubah sepanjang waktu. Parameter ekologi yang pada umumnya diukur pada ekosistem terumbu karang adalah persentase tutupan karang, komposisi genus dan spesies.
Dalam kegiatan pemantauan terumbu karang diperlukan sebuah metode dalam pengambilan data. Metode pemantauan terumbu karang antara lain: metode manta tow, metode point intercept transect (PIT), metode line intercept transect (LIT) (Subhan et al. 2008), metode transek kuadrat dan transek sabuk (Rudi dan Yusri 2011). Menurut Leujak dan Ormond (2007) terdapat 5 metode survei terumbu karang, diantaranya transek kuadrat (mapped quadrats), line intercept transect (LIT), point intercept transect (PIT), video, dan foto kuadrat.
Menurut Prayudha dan Salatalohi (2008) metode pemantauan dengan line intercept transect (LIT) dianggap kurang efisien dan cepat. Menurut Souhoka dan Picasauw (2008) metode PIT lebih sederhana tapi terukur, karena dapat menghasilkan persentase tutupan kehadiran karang hidup dalam waktu yang singkat dan efisien.
Semua metode (transek kuadrat, LIT, PIT, video, dan foto kuadrat) pernah diuji secara statistik (Leujak dan Ormond, 2007). Namun, penelitian ini hanya menguji 2 metode : LIT dan PIT. Metode PIT digunakan interval titik 0.1 meter sampai 1 meter sehingga terlihat perbedaan setiap intervalnya. Interval titik yang pernah digunakan antara lain 0.1 meter (Leujak dan Ormond, 2007), 0.2 meter (Weinberg, 1981), 0.5 meter (Jokiel et al. 2005).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penetapan interval titik pengamatan titik pengamatan substrat bentik terumbu karang dari metode point intercept transect (PIT).
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat lunak yang digunakan adalah ArcGIS 10 dan Microsoft Excel, sedangkan perangkat keras yang digunakan adalah laptop yang sudah dilengkapi dengan perangkat lunak untuk membuat peta dan mengolah data.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data persentase tutupan terumbu karang menggunakan metode line lntercept transect (LIT) dengan panjang semua transek 50 meter yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil (Ditjen KP3K).
Prosedur Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan pendekatan analisa data, yaitu pengolahan data dan analisis data. Data diperoleh dari Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil (Ditjen KP3K).
Pengolahan Data Point Intercept Transect (PIT)
Persentase tutupan karang menggunakan metode PIT dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
% Tutupan Komponen = ah e
T a e
�
%
Sumber : Manuputty dan Djuwariah (2009)
Kondisi tutupan terumbu karang dapat ditentukan berdasarkan hasil perhitungan dari persentase tutupan karang hidup. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (2001) penetapan kondisi terumbu karang mengacu nilai tutupan karang hidup (Tabel 1). diekstraksi menjadi 10 bagian ke metode PIT yang dibagi menjadi interval 0.1 m, 0.2 m, 0.3 m, 0.4 m, 0.5 m, 0.6 m, 0.7 m, 0.8 m, 0.9 m, dan 1 m. Setelah dikelompokkan pada masing – masing titik, maka jumlah data PIT yang dimiliki berjumlah 470 data, yang terdiri dari 150 data kondisi buruk, 150 data kondisi sedang, 150 data kondisi baik, dan 20 data kondisi baik sekali. Data dari metode LIT dan PIT terdiri dari komponen dan lifeform.
5
Karang keras hidup (KKH) Acropora branching (ACB) Coral branching (CB) diekstraksi menjadi 10 bagian ke metode PIT yang dibagi menjadi interval 0.1 m, 0.2 m, 0.3 m, 0.4 m, 0.5 m, 0.6 m, 0.7 m, 0.8 m, 0.9 m, dan 1 m. Setelah dikelompokkan pada masing – masing titik, maka jumlah data PIT yang dimiliki berjumlah 470 data, yang terdiri dari 150 data kondisi buruk, 150 data kondisi sedang, 150 data kondisi baik, dan 20 data kondisi baik sekali.
Gambar 2 Ekstraksi data LIT menjadi PIT dengan Interval 0.1 sampai 1 meter
Perhitungan Akurasi Persentase Tutupan Terumbu Karang Metode Point
Intercept Transect Interval Point 0.1 meter sampai 1 meter
Perhitungan persentase tutupan terumbu karang metode point intercept transect dihitung selisihnya tiap interval titik 0.1 meter sampai 1 meter dengan metode Line Intercept Transect. Setiap interval titik adalah hasil perhitungan dengan menghitung rata-rata nilai persentase tutupan terumbu karang pada semua kondisi, komponen dan lifeform.
a = X
LIT– XPIT (1)a = akurasi
X
LIT = nilai persentase tutupan karang menggunakan metode LIT XPIT = nilai persentase tutupan karang menggunakan metode PIT7
Perhitungan dilakukan dengan cara, data persentase tutupan terumbu karang metode LIT (semua kondisi, komponen dan lifeform) dikurangi data persentase tutupan terumbu karang metode PIT tiap interval titik0.1 meter sampai 1 meter. Jadi hasil selisih perhitungan data LIT dan PIT merupakan hasil rata-rata semua komponen dan lifeform kemudian dihitung rata-rata untuk semua lokasi.
Semua rata-rata nilai dihitung standar deviasi, menurut Walpole (1972) standar deviasi merupakan metode pengukuran variabilitas terbaik. Semakin kecil standar deviasi maka distribusi nilai berkumpul di sekitar nilai rata-rata. Standar deviasi yang besar menandakan bahwa kisaran nilai tinggi. Berikut persamaan 2 menunjukkan teknik menghitung rataan
Berikut persamaan 3 menunjukkan perhitungan standar deviasi pada populasi (Lam et al. 2005).
1. Uji Statistik (uji F)
2. Aturan pengambilan keputusan yaitu jika Fhitung < Ftabel, maka gagal tolak H0 dan jika Fhitung > Ftabel, maka tolak H0.
3. Hasil uji ANOVA yang tolak H0 atau berbeda nyata dapat dilakukan uji lanjut dengan uji Tukey Multiple Range. Uji Tukey digunakan untuk membandingkan seluruh pasangan rata-rata perlakuan setelah uji analisis ragam dilakukan.
Lakukan analisis pada masing-masing kondisi, komponen dan lifeform. Intepretasikan data setelah proses analisis dilakukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Akurasi Data Hasil Point Intercept Transect (PIT) dengan Interval
Titik0.1 meter sampai 1 meter
Hasil perhitungan data dari metode LIT dan PIT menunjukkan perbedaan nilai yang tidak signifikan. Pada komponenselisih terkecil ditunjukan pada selisih interval titik 0.1 meter dengan metode LIT. Kondisi buruk pada perhitungan selisih metode PIT (0.1 m) dengan metode LIT sebesar 0.5%, kondisi sedang sebesar 0.4%, kondisi baik sebesar 0.4%, kondisi baik sekali sebesar 0.3% dengan nilai rata-rata semua kondisi adalah 0.4%. Selisih terbesar ditunjukan pada selisih interval titik 1 meter dengan metode LIT. Kondisi buruk pada perhitungan selisih metode PIT (0.9 m) dengan metode LIT sebesar 2.7%, kondisi sedang 2.9%, kondisi baik 2.7%, dan kondisi baik sekali 1.7% dengan nilai rata-rata semua kondisi sebesar 2.5%.
Pada lifeform selisih terkecil ditunjukan pada selisih interval titik 0.1 meter dengan metode LIT. Kondisi buruk pada perhitungan selisih metode PIT (0.1 m) dengan metode LIT sebesar 0.2%, kondisi sedang sebesar 0.3%, kondisi baik sebesar 0.3%, dan kondisi baik sekali sebesar 0.4%. Selisih terbesar ditunjukan pada selisih interval titik 0.9 meter dengan metode LIT. Kondisi buruk pada perhitungan selisih metode PIT (0.9 m) dengan metode LIT sebesar 1.4%, kondisi sedang 1.6%, kondisi baik 1.6%, dan kondisi baik sekali 2.1%. Nilai akurasi dari komponen dan lifeform ditunjukan pada Gambar 4 (a) dan (b).
Berdasarkan Gambar 4 (a) dan (b) menujukkan bahwa akurasi data metode PIT tertinggi pada komponen dan lifeform terletak di interval titik 0.1 m, sedangkan akurasi data terendah pada komponen dan lifeform terletak di interval titik 1 m dan 0.9 m. Hal ini disebabkan oleh pengambilan data metode LIT kontinyu. Jika dihubungkan dengan metode PIT (diskret), semakin kecil rentang interval pengambilan data maka mendekati nilai yang kontinyu (LIT).
Parameter waktu diukur dengan melakukan penyelaman sepanjang transek 50 meter. Lokasi dipilih secara acak dan didapatkan lokasi yang memiliki kondisi terumbu karang dengan kategori buruk. Pencatatan waktu dimulai dari titik 0 m sampai dengan titik ke 50 m.
9
lebih lama karena jarak antar titik pengambilan data yang lebih dekat (Lampiran 25). Waktu tercepat dalam pengambilan data terumbu karang menggunakan metode PIT terletak pada interval titik 1 m. Hal ini disebabkan jumlah titik yang dicatat lebih sedikit dengan jumlah titik sebanyak 50 titik. Interval titik 0.1 m membutuhkan waktu pengamatan terlama, karena jumlah titik yang harus diamati terbanyak yaitu berjumlah 500 titik.
(a)
(b)
Perbandingan Data pada Metode Line Intercept Transect (LIT) dengan
Metode Point Intercept Transect (PIT) Berdasarkan Kondisi
Data tiap komponen dihasilkan menggunakan metode LIT dan PIT kemudian dikelompokkan dalam 4 kondisi : buruk, sedang, baik, dan baik sekali. Komponen yang dikelompokkan meliputi KKH (karang keras hidup), KM (karang mati), abiotik, dan biotik.
Pengelompokkan kondisi dilakukan pada komponen untuk melihat secara umum perbedaan data dari LIT dan PIT. Selain itu, komponen mewakili lifeform sehingga tutupan terumbu karang dapat dilihat hanya pada komponen. Nilai persentase tutupan terumbu karang dibuat rata-rata dalam kondisi tertentu pada tiap komponen. Nilai standar deviasi juga dihitung untuk melihat variasi data.
Hasil pengelompokkan kondisi komponen KKH menunjukkan bahwa kondisi buruk hingga baik memiliki variasi data namun tidak signifikan. Berdasarkan Gambar 5 nilai tutupan terumbu karang metode LIT pada kondisi buruk 14.8 ± 5.5%, kondisi sedang 36.7 ± 7.6%, kondisi baik 61.7 ± 7.2% dan kondisi baik sekali 79.6 ± 0.3%.
Data dari metode PIT memiliki nilai tutupan terumbu karang tertinggi kondisi buruk pada interval titik0.7 m 15.4 ± 7.4%, kondisi sedang pada interval titik0.7 m 37 ± 7.3% dan 0.9 m 37 ± 8.6%, kondisi baik pada interval titik0.6 m 62.8 ± 9.1%, dan kondisi baik sekali pada interval titik 1 m 81± 1.4%.
Data dari metode PIT memiliki nilai tutupan terumbu karang terendah kondisi buruk terjadi di interval titik 0.8 m 13.7 ± 7%, kondisi sedang pada interval titik0.8 m 34 ± 7.3%, kondisi baik pada interval titik 0.5 m 61.5 ± 8.9%, dan kondisi baik sekali pada interval titik0.6 m 75.9 ± 5.1%.
11
Berikut Tabel 3 menunjukkan nilai Fhitung dan Ftabel. Nilai Fhitung dan Ftabel dibandingkan. Jika nilai Fhitung kurang dari Ftabel maka gagal tolak H0 (tidak ada perbedaan nyata) dan tidak perlu diuji lanjut. Jika nilai Fhitung lebih dari Ftabel maka tolak H0 (ada perbedaan nyata) dan perlu diuji lanjut untuk mengetahui letak perbedaan data.
Tabel 3 Uji analisis ragam data metode LIT dan metode PIT (0.1 sampai 1 m) berdasarkan kondisi
Kondisi Fhitung Ftabel Keterangan
Karang Keras Hidup
Buruk 0.106 5.964 LIT = PIT
Sedang 0.237 5.964 LIT = PIT
Baik 0.045 5.964 LIT = PIT
Baik sekali 0.944 2.853 LIT = PIT
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai Fhitung dari semua kondisi tiap komponen lebih kecil dari nilai Ftabel maka tidak ada perbedaan secara nyata dari data metode LIT dengan metode PIT interval titik 0.1 meter sampai 1 meter. Menurut Leujak dan Ormond (2007) menyatakan bahwa data LIT dan PIT interval 0.1 m tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbandingan Data Metode Line Intercept Transect (LIT) dengan
Metode Point Intercept Transect (PIT) Interval Titik0.1 meter sampai 1
meter Berdasarkan Komponen
Hasil perbandingan data metode LIT dengan metode PIT interval titik 0.1 meter sampai 1 meter dilakukan per komponen dan lifeform. Data komponen dan lifeform adalah hasil rata-rata dari semua nilai kondisi. Data dari metode LIT dan metode PIT interval titik 0.1 meter sampai 1 meter pada komponen menunjukkan perbedaan nilai yang tidak signifikan. Berdasarkan Gambar 6 nilai tutupan KKH (Karang Keras Hidup) adalah 39.5 ± 21.5%, diikuti dengan KM (Karang Mati) sebesar 23.9 ± 15.5%, diikuti abiotik 28 ± 24.6%, dan biotik 8.5 ± 9.8%.
Data dari metode PIT memiliki nilai tutupan KKH (Karang Keras Hidup) tertinggi pada interval titik 0.7 m 39.7 ± 21.3%, nilai tutupan KM (Karang Mati) tertinggi pada interval titik 0.8 m 24.1 ± 16.6%, nilai abiotik tertinggi pada interval titik0.6 m 28.5 ± 24.9% dan nilai biotik tertinggi pada interval titik0.8 m 9.3 ± 11.4% dan titik0.9 m 9.3 ± 11.1%.
Gambar 6 Perbandingan nilai tutupan pada komponen semua stasiun
Secara umum metode LIT dan metode PIT memiliki data yang berbeda. namun perlu dilakukan uji statistik melalui perhitungan uji analisis ragam (anova). Tabel 4 Uji analisis ragam data dari metode LIT dan metode PIT (0.1 sampai 1 m) berdasarkan komponen
Komponen Fhitung Ftabel Keterangan
Karang Keras Hidup 0.019 2.106 LIT = PIT
Karang Mati 0.916 2.106 LIT = PIT
Abiotik 0.004 2.106 LIT = PIT
Biotik 0.046 2.106 LIT = PIT
Berdasarkan Tabel 4 bahwa nilai Fhitung pada semua komponen lebih kecil dari nilai Ftabel. Maka data metode LIT dan PIT interval 0.1 meter sampai 1 meter tidak memiliki perbedaan secara nyata.
Perbandingan Data Metode Line Intercept Transect (LIT) dengan Metode
Point Intercept Transect (PIT) Interval Titik0.1 meter sampai 1 meter
Berdasarkan Lifeform
Data dari metode LIT dan metode PIT interval titik 0.1 meter sampai 1 meter pada lifeform menunjukkan perbedaan nilai yang tidak signifikan. Berdasarkan Gambar 7 nilai tutupan ACB (Acropora Branching) adalah 4.4 ± 9.9%, diikuti dengan CB (Coral Branching) sebesar 5.6 ± 9.8%, kemudian nilai tutupan CE (Coral Encrusting) sebesar 2.2 ± 2.7%, lalu nilai tutupan CF (Coral Foliose) sebesar 6.7 ± 8.2%, diikuti dengan CM (Coral Massive) sebesar 10.3 ± 9.7%, lalu nilai tutupan CME (Coral Millepora) sebesar 0.9 ± 1.3%, kemudian nilai tutupan CMR (Coral Mushroom) sebesar 1.2 ± 2%, lalu nilai tutupan CS (Coral Submassive) sebesar 6 ± 5.9% pada komponen karang keras hidup
Keterangan:
KKH ( Karang Keras Hidup)
13
Data dari metode PIT memiliki nilai tutupan ACB tertinggi pada interval titik 0.7 m 4.6 ± 10.6%, diikuti dengan nilai tutupan CB tertinggi pada interval titik 0.5 m 6.1 ± 10%, nilai tutupan CE tertinggi pada interval titik 0.6 m 3.5 ± 6%, diikuti dengan nilai tutupan CF tertinggi pada interval titik0.6 m 7.3 ± 8.9%, nilai tutupan CM tertinggi pada interval titik0.6 m 10.7 ± 10.3%, kemudian nilai tutupan CME tertinggi pada interval titik0.9 m 1 ± 1.7%, lalu nilai tutupan CMR tertinggi pada interval titik 0.3 m 1.3 ± 2%, serta nilai tutupan CS tertinggi pada interval titik0.1 m (5.9% dan standar deviasi 6), interval titik 0.2 m 5.9 ± 5.9%, interval titik0.4 m 5.9 ± 6.1%, interval titik 0.5 m 5.9 ± 6.6, interval titik1 m 5.9 ± 7.1%.
Data dari metode PIT memiliki nilai tutupan ACB terendah pada interval titik 0.9 m 4.1 ± 9.4%, diikuti dengan nilai tutupan CB terendah pada interval titik0.6 m 5.2 ± 9.2%, kemudian nilai tutupan CE terendah pada interval titik1 m 2 ± 2.8%, lalu nilai tutupan CF terendah pada interval titik 1 m 6.7 ± 8.7%, diikuti dengan nilai tutupan CM terendah pada interval titik 0.8 m 9.5 ± 10.1%, kemudian nilai tutupan CME terendah pada interval titik 0.7 m dan 1 m 0.7 ± 1.3%, lalu nilai tutupan CMR terendah pada interval titik 0.6 m 0.9 ± 1.4% dan titik 1 m 0.9 ± 1.8%, serta nilai tutupan CS terendah pada interval titik0.6 m 5.4 ± 5.9%, interval titik 0.8 m 5.4 ± 6.3%.
Gambar 7 Perbandingan nilai tutupan lifeform pada komponen karang keras hidup semua stasiun
Berdasarkan Gambar 8 nilai tutupan DC (Dead Coral) adalah 6.9 ± 9.1% dan nilai tutupan DCA (Dead Coral with Algae) adalah 16.9 ± 15.4%. Nilai tutupan DC tertinggi terdapat pada interval titik 1 m sebesar 7.2 ± 9.8% dan nilai tutupan DCA tertinggi terdapat pada interval titik 0.8 m sebesar 17.2 ± 16.2% pada data dari metode PIT. Nilai tutupan DC terendah terdapat pada interval titik 0.4 m sebesar 6.7 ± 9.1 dan titik 0.7 m 6.7 ± 7% dan nilai tutupan DCA terendah terdapat pada interval titik0.7 m 16.1 ± 15.9% pada data dari metode PIT.
Gambar 8 Perbandingan nilai tutupan lifeform pada komponen karang mati semua stasiun
Berdasarkan Gambar 9 data dari metode LIT memiliki nilai tutupan R (rubble) 7.9 ± 7.3% dan nilai tutupan S (sand) sebesar 2.7 ± 5.8%. Pengambilan data tutupan bentik terumbu ini menggunakan metode LIT tidak jauh berbeda nilai hasil tutupannya dengan menggunakan metode PIT. Interval titik 0.8 m menghasilkan nilai tutupan R (rubble) tertinggi dengan nilai 8.2 ± 7.7%, sedangkan nilai terendah yaitu 7.2 ± 7.8% terletak pada interval titik 0.7 m. Nilai tutupan S (sand) dengan hasil tertinggi menggunakan metode PIT terletak pada interval titik 0.6 m (2.8 ± 6%) dan 0.8 m (2.8 ± 5.7%). Terdapat empat nilai tutupan S (sand) dengan nilai terendah yang sama yaitu pada interval titik 0.1 m (2.6 ± 5.8%), interval titik 0.3 m (2.6 ± 5.6%), interval titik 0.7 m (2.6 ± 5.7%) dan interval titik0.9 m (2.6 ± 5.4%).
Gambar 9 Perbandingan nilai tutupan lifeform pada komponen abiotik semua stasiun
Keterangan:
DC = Dead Coral
DCA = Dead Coral with Algae
Keterangan:
R = Rubble
15
Berdasarkan Gambar 10 nilai tutupan MA (makroalga) adalah 4.4 ± 9.9%, diikuti dengan OT (other) sebesar 0.5 ± 0.9%, lalu SC (soft coral) sebesar 2.4 ± 3%, dan SP (sponge) sebesar 2.7 ± 2.5%. Data dari metode PIT memiliki nilai tutupan MA tertinggi pada interval titik 0.8 m sebesar 0.7 ± 1.3%, nilai tutupan OT tertinggi pada interval titik 0.8 m sebesar 0.6 ± 0.9%, nilai SC tertinggi pada interval titik 0.9 m sebesar 3 ± 4%, nilai tutupan SP tertinggi pada interval titik 0.8 m sebesar 3.1 ± 3.3%.
Nilai tutupan MA terendah pada interval titik0.5 m sebesar 0.3 ± 1%, titik 0.6 m 0.3 ± 0.9%, titik 1 m 0.3 ± 1.1%, nilai tutupan OT terendah pada interval titik0.4 m sebesar 0.4 ± 0.8%, titik0.6 m 0.4 ± 0.7%,titik0.7 m 0.4 ± 1.2%, titik 0.9 m 0.4 ± 0.9%, nilai tutupan SC terendah pada interval titik0.6 m sebesar 2.2 ± 2.7 dan titik0.8 m 2.2 ± 2.7%, nilai tutupan SP terendah pada interval titik 0.7 m sebesar 2.2 ± 2.4%.
Gambar 10 Perbandingan nilai tutupan lifeform pada komponen biotik semua stasiun
Standar deviasi tutupan lifeform pada komponen karang keras hidup memiliki nilai yang besar. Hal ini disebabkan oleh nilai tutupan lifeform pada stasiun pengamatan memiliki rentang nilai yang tinggi (0–100%), sehingga menghasilkan keragaman data yang besar pada masing-masing tutupan lifeform. Secara umum metode LIT dan metode PIT memiliki data yang berbeda.
Pengambilan data tutupan pada lifeform terumbu karang dan bentik terumbu menggunakan metode point intercept transect interval titik 0.1–1 m dan metode line intercept transect menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda antara masing-masing metode tersebut.
Keterangan:
MA = Macroalgae
OT = Others
SC = Soft coral
Tabel 5 Uji analisis ragam data dari metode LIT dan metode PIT (0.1 sampai 1 m) berdasarkan lifeform
Lifeform Fhitung Ftabel Keterangan
Karang Keras Hidup
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai Fhitung pada semua lifeform pada komponen karang keras hidup, karang mati, abiotik, dan biotik lebih kecil dari nilai Ftabel. Maka data metode LIT dan metode PIT interval 0.1 meter sampai 1 meter tidak memiliki perbedaan secara nyata.
Metode point intercept transect (PIT) interval titik 0.5 m memiliki waktu yang lebih efisien dalam pengambilan data serta memiliki nilai akurasi yang lebih tinggi, sehingga metode ini dapat dipilih sebagai acuan dalam pemantauan ekosisetem terumbu karang.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
17
Saran
Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan dua metode yaitu point intercept transect dan line intercept transect dengan menggunakan 15 set data pada kondisi buruk, sedang, baik, sedangkan untuk kondisi baik sekali hanya didasarkan 2 set data. Perlu dilakukan evaluasi dengan set data kondisi terumbu karang baik sekali yang lebih banyak (lebih dari 2 lokasi).
DAFTAR PUSTAKA
English S, Wilkinson C dan Baker V. 1994. Survey manual for tropical marine resources. ASEAN-Australia Marine Science Project: Living Coastal Resources.
Hill, J. And C. Wilkinson, 2004. Methods for Ecological Monitoring of Coral Reefs. A Resources for Managers. Australia : Australian Institute of Marine Science
Jokiel P L, Rodgers K S, Brown E K, Kenyon J C, Aeby G, Smith W R, Farrell F. 2005. NOAA/NOS NWHI Coral Reef Ecosystem Reserve. Report from research by DOI, NOAA, National Ocean Service MOA 2005-008/6882 Lam K, Paul K S, Shin, Bradbeer R, Randall D, Kenneth K K, Ku, Hodgson P,
Cheung S G. 2005. A comparison of video and point intercept transect methods for monitoring subtropical coral communities. Journal of Experimental Marine Biology ana Ecology 333 (p.115 – 128)
Leujak W dan Ormond R F G. 2007. Comparative accuracy and efficiency of six coral community survey methods. Journal of Experimental Marine Biology ana Ecology 351 (p.168 – 187)
Manuputty AEW, Djuwariah. 2009. Point Intercept Transect (PIT) untuk Masyarakat. Jakarta (ID) : COREMAP II – LIPI.
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2001. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : 4 Tahun 2001, Tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup.
Prayudha B, Salatalohi A. 2008. Studi Baseline Terumbu Karang di Lokasi DPL Kabupaten Buton. Jakarta (ID): COREMAP II – LIPI.
Rudi E, Yusri S. 2011. Metode Pemantauan Terumbu Karang [internet]. Diunduh pada 21 Maret 2015. www.terangi.or.id
Sjafrie N D M. 2009. Kondisi Terumbu Karang dan Biota Lainnya di Perairan Kecamatan Selat Nasik Kabupaten Belitung Tahung 2007 – 2008. Jurnal Perikanan ISSN : 0853-6384 hal.150-156.
Souhoka J. 2009. Kondisi dan Keanekaragaman Jenis Karang Batu di Pulau NusaLaut Tengah. Jurnal Perikanan ISSN : 0853-6384 hal.54-65
Souhoka J dan Picasauw J. 2008. Studi Baseline Terumbu Karang Di Lokasi DPL Kabupaten Selayar Tahun 2008. Jakarta (ID) : COREMAP – LIPI.
Bidang Pemanfaatan Sumberdaya Perairan; 2008 Nopember 8; Malang, Indonesia. Malang (ID) : Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas Brawijaya. hlm 185 – 189.
Walpole R E. 1972. Introduction to Statistics. New York : The Macmillan Company
Weinberg S. 1981. A comparison of coral reef survey methods. Bijdragen tot de dierkunde, 51 (2) : p.199-218
19
Rata2 14.8 14.6 14.8 14.7 14.0 14.9 14.3 15.4 13.7 14.1 14.1
SD 5.5 5.6 5.6 5.7 6.0 5.9 5.5 7.4 7.0 6.7 5.6
stasiun persentase tutupan karang keras hidup dari LIT
persentase tutupan karang keras hidup dari PIT
Rata2 36.7 36.7 36.4 36.4 35.5 36.6 35.7 37.0 34.0 37.0 34.8
SD 7.6 7.1 7.5 7.3 7.6 7.6 8.3 7.3 7.3 8.6 8.8
Lampiran 3 Data tutupan karang keras hidup (%) untuk kondisi terumbu karang baik
Lampiran 4 Data tutupan karang keras hidup (%) untuk kondisi terumbu karang baik sekali
0.1 m 0.2 m 0.3 m 0.4 m 0.5 m 0.6 m 0.7 m 0.8 m 0.9 m 1 m
1 68.9 69.4 70.8 68.1 71.2 70.0 71.1 67.6 67.7 70.9 70.0
2 54.7 54.8 55.2 54.8 54.4 56.0 53.0 56.3 51.6 56.4 50.0
3 70.5 70.6 71.2 72.9 69.6 71.0 74.7 71.8 77.4 74.5 74.0
4 54.1 55.2 55.2 54.8 55.2 59.0 48.2 50.7 53.2 52.7 60.0
5 59.0 59.2 60.0 60.2 58.4 58.0 55.4 57.7 53.2 54.5 62.0
6 60.4 60.4 61.2 59.0 63.2 61.0 61.4 59.2 67.7 61.8 62.0
7 63.4 65.4 65.6 65.1 64.8 68.0 71.1 67.6 59.7 65.5 66.0
8 52.9 52.8 53.6 52.4 52.8 55.0 51.8 54.9 50.0 49.1 58.0
9 67.0 67.4 66.4 67.5 68.8 69.0 71.1 67.6 64.5 65.5 70.0
10 72.4 72.8 71.6 72.3 72.8 70.0 69.9 71.8 79.0 74.5 64.0
11 50.0 49.6 48.8 51.8 50.4 43.0 55.4 49.3 51.6 49.1 42.0
12 71.0 71.0 70.8 69.9 71.2 74.0 74.7 74.6 71.0 72.7 72.0
13 60.6 61.8 62.8 61.4 64.0 57.0 66.3 57.7 66.1 61.8 60.0
14 64.2 64.0 65.2 63.9 64.0 63.0 63.9 63.4 61.3 63.6 68.0
15 56.2 55.6 54.8 58.4 56.0 49.0 54.2 57.7 51.6 45.5 46.0
Rata2 61.7 62.0 62.2 62.2 62.5 61.5 62.8 61.9 61.7 61.2 61.6
SD 7.2 7.4 7.4 7.0 7.4 8.9 9.1 7.9 9.7 9.7 9.4
stasiun persentase tutupan karang keras hidup dari LIT persentase tutupan karang keras hidup dari PIT
0.1 m 0.2 m 0.3 m 0.4 m 0.5 m 0.6 m 0.7 m 0.8 m 0.9 m 1 m
1 79.4 79.4 78.0 81.9 76.8 79.0 79.5 74.6 77.4 81.8 82.0 2 79.8 78.6 79.2 77.7 77.6 77.0 72.3 77.5 77.4 76.4 80.0 Rata2 79.6 79.0 78.6 79.8 77.2 78.0 75.9 76.1 77.4 79.1 81.0 SD 0.3 0.6 0.8 3.0 0.6 1.4 5.1 2.0 0.0 3.9 1.4
21
Lampiran 5 Data tutupan komponen karang keras hidup (%) dari seluruh stasiun pengamatan rata2 39.5 39.5 39.5 39.6 39.0 39.4 39.2 39.7 38.2 39.2 38.7 sd 21.5 21.6 21.7 21.7 22.0 21.5 22.2 21.3 22.3 22.1 22.4
Lampiran 6 Data tutupan komponen karang mati (%) dari seluruh stasiun
rata2 23.9 23.8 23.7 23.8 23.8 23.6 23.7 23.9 24.1 23.8 24.0
sd 15.5 15.6 15.7 15.9 15.9 15.5 16.1 15.6 16.6 16.4 16.3
23
Lampiran 7 Data tutupan komponen abiotik (%) dari seluruh stasiun pengamatan 0.1 m 0.2 m 0.3 m 0.4 m 0.5 m 0.6 m 0.7 m 0.8 m 0.9 m 1 m
rata2 28.0 28.1 28.1 28.1 28.4 28.2 28.5 28.1 28.3 27.7 28.4
sd 24.6 24.8 24.8 24.9 25.1 24.5 24.9 24.8 25.4 25.3 24.5
Lampiran 8 Data tutupan komponen biotik (%) dari seluruh stasiun pengamatan
25
Lampiran 9 Data tutupan lifeform acropora branching (ACB)(%)dari seluruh stasiun pengamatan
Lampiran 10 Data tutupan lifeform coral branching (CB) (%)dari seluruh stasiun
27
Lampiran 11 Data tutupan lifeform coral encrusting (CE)(%)dari seluruh stasiun pengamatan
Lampiran 12 Data tutupan lifeform coral foliose (CF) (%) dari seluruh stasiun
29
rata2 10.3 10.3 10.3 10.4 9.9 10.1 10.7 10.3 9.5 10.3 10.5
sd 9.7 9.7 9.7 9.6 9.5 9.7 10.3 10.0 10.1 10.4 10.5
Lampiran 14 Data tutupan lifeform coral millepora (CME)(%)dari seluruh
31
Lampiran 15 Data tutupan lifeform coral mushroom (CMR)(%)dari seluruh stasiun pengamatan
Lampiran 16 Data tutupan lifeform coral submassive (CS)(%)dari seluruh stasiun
33
Lampiran 18 Data tutupan lifeform dead coral with algae (DCA)(%)dari seluruh
RATA2 16.9 16.8 16.8 16.8 17.0 16.5 16.8 16.1 17.2 17.0 16.5
SD 15.4 15.4 15.4 15.6 15.6 15.0 15.9 15.9 16.2 16.0 15.7
35
Lampiran 20 Data tutupan lifeform sand (S) (%) dari seluruh stasiun pengamatan
37
39
Lampiran 24 Data tutupan lifeform sponge (SP) (%) dari seluruh stasiun
41
Metode LIT
Metode PIT
0.1 m 0.2 m 0.3 m 0.4 m 0.5 m 0.6 m 0.7 m 0.8 m 0.9 m 1 m Waktu
(menit) 21.63 27.47 24.27 20.87 18.67 15.38 14.83 13.90 13.50 12.92 11.53
∆� 5.87 2.67 0.73 2.93 6.22 6.77 7.70 8.10 8.68 10.07
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Baturaja, Sumatera Selatan pada tanggal 14 Agustus 1993 sebagai putra pertama dari pasangan Syahril, SE dan Nurhayani. Penulis merupakan lulusan dari Sekolah Menengah Atas Negeri1Pagaralam pada tahun 2011. Pendidikan Sarjana ditempuh di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011-2015.
Semasa kuliah penulis aktif dalam kepanitian, antara lain sebagai ketua pelaksana fieldtrip Oseanografi Umum di Palabuhan Ratu tahun 2013 dan ketua pelaksana fieldtrip Teknik Deteksi Bawah Air di Cirebon tahun 2014, serta sebagai Wakil Ketua pelaksana Have Fun with HIMTEKA tahun 2013. Penulis juga aktif sebagai Asisten mata kuliah Dasar – Dasar Instrumentasi Kelautan tahun 2012-2013, mata kuliah Instrumentasi Kelautan 2013-2014, dan mata kuliah Akustik Kelautan tahun 2013-2014. Penulis juga memiliki sertifikat scuba one star dari Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI).