PEMANTAUAN DAN KAJIAN KEBERADAAN
KUMBANG KHAPRA, Trogoderma granarium
Everts.,
(COLEOPTERA: DERMESTIDAE) DAN HAMA GUDANG
LAINNYA DI WILAYAH DKI JAKARTA,
BEKASI, SERANG, DAN CILEGON
MORISA PURBA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : ”Pemantauan dan Kajian Keberadaan Kumbang Khapra, Trogoderma granarium Everts., (Coleoptera: Dermestidae) dan Hama Gudang Lainnya di Wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Pebruari 2009
RINGKASAN
MORISA PURBA. Pemantauan dan Kajian Keberadaan Kumbang Khapra, Trogoderma granarium Everts., (Coleoptera: Dermestidae) dan Hama Gudang Lainnya di Wilayah Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon. Dibimbing oleh: UTOMO KARTOSUWONDO dan IDHAM SAKTI HARAHAP.
Trogoderma granarium Everts. merupakan hama gudang penting yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang tinggi. Hama ini juga merupakan salah satu Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang pada saat ini digolongkan dalam status OPTK A2 di pulau Jawa. Pemantauan ini bertujuan untuk memantau, mempelajari, dan menelusuri keberadaan T. granarium di wilayah Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon, serta mengkaji status keberadaan
T. granarium sebagai serangga hama yang digolongkan pada OPTK A2.
Pemantauan dilaksanakan dari bulan Agustus sampai Desember 2008 di gudang penyimpanan beras dan pakan ternak yaitu: gudang beras Bulog, gudang swasta, gudang perorangan pasar induk Cipinang untuk mendapatkan data primer, sedangkan data sekunder diperoleh dari Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok. Metode penelitian menggunakan pengambilan contoh langsung dengan alat spear sampler (colokan), pengambilan contoh dengan perangkap menggunakan yellow trap, cartoon trap, bait trap.
Hasil dari pemantauan menunjukkan tidak ditemukan hama gudang
T. granarium pada gudang penyimpanan beras dan penyimpanan pakan ternak. Tidak terdapat perbedaan hasil antara gudang pemerintah, gudang swasta, dan gudang perorangan, pada gudang tersebut tidak ditemukan T. granarium. Hasil intersepsi Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok dari Laporan Tahunan 2006-2007 menunjukkan hal yang sama, tidak pernah ditemukan T. granarium
pada pemeriksaan komoditas beras dan pakan ternak impor maupun antar area. Hama gudang lain yang ditemukan adalah Sitophilus oryzae, Tribolium castaneum, Cryptolestes ferrugineus, Liposcelis entomophilus, and Oryzaephilus surinamensis. Semua jenis hama gudang tersebut juga ditemukan pada komoditas impor dan lokal.
ABSTRACT
MORISA PURBA. Monitoring and Assessment of The Presence of Khapra Beetle, Trogoderma granarium Everts., (Coleoptera: Dermestidae) and Other Stored-Product Pests in Jakarta, Bekasi, Serang, and Cilegon. Advisors:
UTOMO KARTOSUWONDO andIDHAM SAKTI HARAHAP.
Trogoderma granarium Everts. is the most important stored-product pest which could cause high economic losses. This pest is also one of the quarantine pest, labelled as A2, only found in Java Island. This monitoring was conducted to detect the presence of T. granarium in Jakarta, Bekasi, Serang, Cilegon and to review secondary data obtained from Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok. Survey was carried out in warehouses owned by government (Bulog), private company, and personal bussinessman from August to December 2008. The results revealled that none of those warehouses were infested by T. granarium. The same result was also obtained from secondary data (2006 and 2007). The other stored-prodoct pests found were Sitophilus oryzae, Tribolium castaneum, Cryptolestes ferrugineus, Liposcelis entomophilus, and Oryzaephilus surinamensis. Those stored-product pests were found both in local or imported commodities stored in the surveyed warehouses.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
PEMANTAUAN DAN KAJIAN KEBERADAAN
KUMBANG KHAPRA, Trogoderma granarium
Everts.,
(COLEOPTERA: DERMESTIDAE) DAN HAMA GUDANG
LAINNYA DI WILAYAH DKI JAKARTA,
BEKASI, SERANG, DAN CILEGON
MORISA PURBA
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Entomologi/Fitopatologi
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Pemantauan dan Kajian Keberadaan Kumbang Khapra,
Trogoderma granarium Everts., (Coleoptera: Dermestidae) dan Hama Gudang Lain di Wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon
Nama Mahasiswa : Morisa Purba Nomor Pokok : A451064044
Program Studi : Entomologi/Fitopatologi
Disetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Utomo Kartosuwondo, MS Ketua
Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MSi Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Entomologi-Fitopatologi
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, MSc.PProf. Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro, MS
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Pemantauan dan Kajian Keberadaan Kumbang Khapra, Trogoderma granariumEverts., (Coleoptera: Dermestidae) di Wilayah Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon yang bertujuan untuk memantau, mengkaji, dan menelusuri keberadaan kumbang Khapra (T. granarium) di wilayah Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon apakah masih berstatus OPTK A2 atau sudah berubah status.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Utomo Kartosuwondo, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing, Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala bimbingan dan arahan selama penelitian sampai penulisan tesis. Terima kasih disampaikan pula untuk Ketua Program Studi Entomologi/Fitopatologi serta staf pengajar Sekolah Pasca Sarjana IPB yang telah memberikan ilmu selama penulis mengikuti pendidikan sehingga dapat dijadikan sebagai bekal penulisan tesis. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Badan Karantina Pertanian yang telah memberikan beasiswa Program Khusus Karantina pada Sekolah Pascasarjana IPB, gudang beras Bulog Divre DKI Jakarta, pedagang beras pasar Cipinang, gudang perusahaan swasta, Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok, dan Balai Karantina Pertanian Kelas I Cilegon. Selain itu terima kasih kepada teman-teman satu angkatan (2007-2008) atas bantuan dan dukungannya.
Rasa hormat dan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan kepada ibu dan (alm) bapak tercinta, suami, dan adik-adik atas cinta, doa dan dukungannya kepada penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkannya.
Bogor, Pebruari 2009
RIWAYAT HIDUP
Morisa Purba dilahirkan di Padang Sidempuan pada tanggal 23 Pebruari 1975, sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Ir. Ronly Purba (alm) dan Ibu Dra. Lasmaida Simanungkalit.
Penulis menamatkan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas pada SMA Negeri 5 Medan pada tahun 1993. Pada tahun 1994, penulis melanjutkan pendidikan pada Fakultas Pertanian, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT), Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dan berhasil meraih gelar Sarjana Pertanian pada tahun 2000.
Penulis diterima sebagai pegawai negeri sipil pada Badan Karantina Pertanian tahun 2003 sampai sekarang, ditempatkan di Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta. Tahun 2007 penulis mendapat beasiswa dari Badan Karantina Pertanian pada Program Magíster Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Kumbang Khapra ... 5
Biologi dan Morfologi Kumbang Khapra ... 7
Telur ... 7
Larva ... 7
Pupa... 8
Imago... 9
Cara Hidup Kumbang Khapra... 9
Komoditas Yang Diserang ... 10
BAHAN DAN METODE ... 11
Waktu dan Tempat ... 11
Metode Penelitian... 11
Pengambilan Contoh ... 11
Pengambilan Contoh Langsung ... 11
Spear sampleratau probe(colokan) ... 11
Pengambilan Contoh Dengan Perangkap... 12
Yellow trap... 12
Cartoon trap... 13
Bait trap... 14
Pembagian Jenis Komoditas ... 14
Identifikasi Serangga... 16
Parameter Pengamatan ... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN... 17
Gudang Beras Bulog ... 17
Gudang Beras Perorangan Cipinang ... 20
Gudang Beras Swasta... 22
Gudang Pakan Ternak ... 24
Pelabuhan Tanjung Priok ... 26
Pelabuhan Cilegon... 28
Analisis Karakteristik Gudang ... 29
Karakteristik Gudang Menurut Jenis Komoditas... 29
Karakteristik Gudang Menurut Status Kepemilikan ... 31
KESIMPULAN DAN SARAN... 33
Kesimpulan ... 33
Saran... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
LAMPIRAN... 37
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Larva instar terakhir Trogoderma granarium... 7
2. Siklus hidup Trogoderma granarium... 8
3. Imago Trogoderma granarium... 9
4. Contoh beras yang diambil langsung dengan menggunakan colokan . 12 5. Yellow trapyang digunakan di gudang penyimpanan ... 13
6. Cartoon trapyang digunakan di gudang penyimpanan ... 13
7. Bait trapyang digunakan di gudang penyimpanan... 14
8. Jenis hama gudang yang ditemukan pada bulan Oktober sampai Desember 2008 pada gudang Bulog ... 18
9. Imago Liposcelis entomophilus... 19
10. Imago gudang Cryptolestes ferrugineus... 21
11. Imago Tribolium castaneum... 23
12. Imago Oryzaephilus surinamensis... 25
13. Imago Sitophilus oryzae... 25
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Penyebaran kumbang khapra, Trogoderma granarium, di benua
Eropa, Asia, dan Afrika... 6
2. Hasil pemantauan di gudang beras Bulog divisi regional DKI Jakarta ... 17
3. Hasil pemantauan di gudang beras perorangan pasar induk Cipinang... 21
4. Hasil pemantauan di gudang beras swasta ... 23
5. Hasil pemantauan di gudang pakan ternak swasta ... 24
6. Rekapitulasi data impor beras dan hasil intersepsi tahun 2007... 26
7. Rekapitulasi data impor soybean meal(pakan ternak) dan hasil intersepsi tahun 2007 ... 27
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Hasil pemantauan gudang beras Bulog divre DKI Jakarta ... 37
2a. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2006 laporan tahunan
Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Priok. ... 38
2b. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2007 laporan tahunan
Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Priok. ... 39
3a. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2006 laporan tahunan
Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Mas ... 40
3b. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2007 laporan tahunan
Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Mas. ... 41
4a. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2006 laporan tahunan
Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Perak. ... 42
4b. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2007 laporan tahunan
Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Perak. ... 43
5a. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2006 laporan tahunan
Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Belawan. ... 44
5b. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2007 laporan tahunan
Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Belawan. ... 45
6a. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2006 laporan tahunan
Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Makassar... 46
6b. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2007 laporan tahunan
Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Makassar... 47
7. Kuisioner ... 48
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebijakan penyimpanan suatu komoditas tertentu di gudang mempunyai
beberapa tujuan diantaranya untuk cadangan/stok nasional jika terjadi
musibah/bencana seperti gempa bumi dan banjir baik yang terjadi secara lokal
maupun nasional dan sebagai penstabil harga di pasar (Dadang 2006). Kegiatan
penyimpanan, menurut Sidik (1997), paling banyak mengakibatkan kerusakan
yang nyata pada beberapa komoditas simpanan. Menurut data yang disajikan oleh
Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 1977 kehilangan hasil yang
diakibatkan oleh adanya infestasi hama gudang pada biji-bijian dan sereal lainnya
mencapai 9,6% di tempat penyimpanan, bahkan infestasi tersebut dapat mencapai
20,2% selama penyimpanan di gudang.
Secara prinsip terdapat tiga faktor yang mempengaruhi komoditas yang
disimpan, yaitu keadaan komoditas/bahan simpan, kondisi gudang (lantai,
dinding, atap, dan peralatan), dan lingkungan (fisik dan biologi) baik lingkungan
di dalam gudang maupun di sekitar gudang yang mempengaruhi laju kerusakan
komoditas yang disimpan (Dadang 2006). Untuk mengatasi kehilangan hasil
menurut Champ (1992 dalam Sidik 2000) perlu dilakukan sistem pengendalian
hama gudang terpadu (PHGT) yaitu dengan memadukan unsur pertimbangan
biaya yang efisien, aman, dan tidak menimbulkan dampak negatif pada
lingkungan. Upaya untuk menekan kehilangan hasil tersebut dapat dilakukan
dengan melakukan pemantauan terhadap serangga gudang yang berpotensi
menjadi hama pasca panen pada gudang-gudang penyimpanan. Metode yang
digunakan berdasarkan pemantauan komoditas dan pemantauan hama secara
tersistem, pengendalian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi, dan
tidak berdampak negatif pada lingkungan melalui model perkiraan dan sistem
evaluasi yang terus menerus. Pemantauan merupakan salah satu kegiatan yang
baik untuk mencegah terjadinya infestasi dan serangan hama di gudang pada suatu
waktu tertentu, sehingga dapat diperkirakan terjadinya suatu kerusakan yang akan
dengan pengetahuan tentang keberadaan dan penyebaran serangga hama di
gudang penyimpanan (Mc Farlane 1989 dalam Sidik 2000).
Berbagai jenis serangga telah dilaporkan dapat menginfestasi dan tersebar
pada komoditas yang disimpan di gudang. Serangga-serangga hama tersebut
biasanya ditemukan di gudang penyimpanan biji-bijian atau kacang-kacangan,
misalnya kumbang Lasioderma serricorne, Stegobium paniceum, Araerus
fasculatus, Rhyzopertha dominica, Sitophilus oryzae, Sitophilus zeamays,
Tribolium castaneum, Corcyra cephalonica, dan Ephestia cautellla
(Surahmat et al. 2006).
Salah satu hama gudang yang pernah dilaporkan sering ditemukan dan
menyebabkan kerusakan pada biji-bijian dan serelia lainnya adalah kumbang
Khapra, Trogoderma granarium, (Coleoptera: Dermestidae). Selain menyerang
serealia, serangga ini juga dapat menginfestasi rempah-rempah dan beras
(Surahmat et al. 2006). Kumbang Khapra saat ini dilaporkan telah tersebar di
beberapa negara Asia, termasuk Asia Tenggara, negara-negara Afrika, Australia
dan USA (Morales & Rejesus 2001). Kumbang ini dilaporkan oleh Lowe et al.
(2000) merupakan satu dari seratus serangga hama gudang yang paling merusak
di dunia. Kumbang T. granarium dapat terbawa pada saat pengiriman komoditas
yang terinfestasi, peralatan yang digunakan, dan melalui alat angkut (Banks
1994).
Di Indonesia T. granarium pertama kali ditemukan pada tahun 1970 dalam
gudang beras impor yang berasal dari Amerika dan telah beberapa bulan lamanya
disimpan di dalam gudang pelabuhan Semarang. Kerusakan yang yang
diakibatkannya cukup besar, sebagian dari beras impor dari Amerika tersebut
menjadi tepung. Pada bulan Agustus 1972 seorang ahli hama gudang FAO
menemukan T. granariumpada toko pakan ternak di daerah Jatinegara, kemudian
pada tahun yang sama petugas karantina tumbuhan Tanjung Priok kembali
menemukan hama gudang ini, ketika melakukan pemeriksaan komoditas beras di
dalam kapal, sehingga dilakukan penahanan untuk fumigasi di dalam kapal (Dano
1977). Selanjutnya hama gudang T. granarium ini berturut-turut ditemukan
serangannya pada beras yang diimpor dari Vietnam, India, dan Pakistan.
pemerintah daerah setempat untuk mengeradikasi hama gudang
T. granarium. Pada tahun 1991 Balai Karantina Pertanian Jakarta kembali
melakukan pemantauan yang dilakukan secara bersamaan di beberapa daerah
yang pernah terinfestasi hama gudang ini. Pada pemantauan ini menunjukkan
bahwa T. granarium masih ditemukan di wilayah Jakarta dan Tangerang pada
komoditas beras dan pakan ternak (SKTSH 1991). Kemudian tahun 2001
Stasiun Karantina Kelas I Soekarno-Hatta melakukan pemantauan di wilayah
Jakarta dan Tangerang, dengan hasil yang berbeda, yakni tidak ditemukan hama
gudang T. granarium (SKTSH 2001).
Tahun 2006 Menteri Pertanian Republik Indonesia mengeluarkan Surat
Keputusan Menteri Pertanian No.38/Kpts/HK.060/1/2006 yang menyatakan
bahwa T. granarium ditetapkan sebagai Organisame Pengganggu Tumbuhan
Karantina (OPTK) kategori A2 di wilayah Jawa (Deptan 2006). Perlu diketahui
bahwa Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina dibagi atas dua kategori
yaitu : (1) OPTK A1, adalah Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang
belum ada di wilayah Negara Republik Indonesia, yang dicegah pemasukannya ke
dalam wilayah Negara Republik Indonesia ; (2) OPTK A2, adalah Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina yang keberadaannya sudah ada di beberapa
area di wilayah Negara Republik Indonesia, yang penyebarannya dicegah ke area
lainnya di wilayah Negara Republik Indonesia, dapat dibebaskan dari media
pembawanya dengan perlakuan (Deptan 2002). Upaya pengendalian yang dapat
dilakukan untuk kumbang Khapra adalah dengan menggunakan feromon. Cara ini
juga bermanfaat dalam memantau keberadaan serangga tersebut (Plarre dan
Vanderwel 1999). Selain itu, insektisida dari jenis piretroit sintetik dapat
digunakan untuk mengendalikan hama ini sehingga tidak berkembang biak.
Selanjutnya dikemukakan oleh Rejesus (2001) bahwa saat ini fosfin dan methyl
bromide banyak digunakan sebagai fumigan untuk pengendalian hama kumbang
khapra.
Namun untuk mengantisipasi terjadinya infestasi dan penyebaran serangga
hama ini secara meluas di wilayah Jakarta atau perpindahan ke daeah lain melalui
pengiriman komoditas maka dipandang perlu melakukan suatu kegiatan
dilakukan dengan menggunakan metode survei ke beberapa gudang penyimpanan
di wilayah Jakarta. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi
status kumbang khapra di wilayah itu sebelum melakukan tindakan pengendalian
atau tindakan karantina lainnya agar serangga hama tidak meluas ke wilayah lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu penelitian untuk
mempelajari keberadaan dan kerusakan yang diakibatkan kumbang khapra serta
hama gudang lainnya di gudang-gudang penyimpanan di wilayah Jakarta. Hasil
pemantauan diharapkan akan menjadi sumber informasi penting dalam melakukan
pemetaan dan penyebaran kumbang khapra. Informasi yang didapatkan dari hasil
penelitian ini akan menjadi dasar untuk upaya tindakan karantina terhadap
serangga hama tersebut.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memantau, mempelajari, dan menelusuri
keberadaan T. granarium dan hama gudang lainnya di wilayah DKI Jakarta,
Bekasi, Serang, dan Cilegon serta mengkaji status keberadaan T. granarium
TINJAUAN PUSTAKA
Kumbang Khapra
Kumbang khapra dengan nama spesies Trogoderma granarium Everts
mempunyai nama sinonim Trogoderma affrum Priesner, termasuk dalam ordo
Coleoptera, famili Dermestidae (Hinton 1975).
Kumbang khapra pertama kali dilaporkan keberadaannya di India namun
saat ini telah ditemukan juga di beberapa negara di Asia, Australia, Eropa dan
Amerika (Rejesus & Rejesus 2001). Di Amerika Serikat kumbang ini pertama kali
ditemukan tahun 1953 di negara bagian California. Diperkirakan kumbang ini
masuk ke California awal tahun 1946 pada gudang penyimpanan di Fresno,
California (Beal 1956). Kumbang ini sebelumnya telah menyebar di Arizona,
New Meksiko, Texas dan dilakukan eradikasi pada area yang pernah terinfestasi,
namun pada tahun 1968 kumbang ini kembali di temukan di New Jersey, dan
terulang kembali pada tahun 1980. Akhirnya dilakukan pengisolasian terhadap
kumbang ini dari tahun 1980–1983 di California, Maryland, Michigan, New
Jersey dan Texas (Anonim 2006). Menurut USDA-APHIS diperkirakan 67%
iklim Amerika Serikat sesuai untuk perkembangan T.granarium (Rench &
Venette 2005). Pada bulan Oktober 1970 ditemukan di Indonesia dalam beras
impor yang disimpan dalam gudang selama beberapa bulan di Semarang, dan
mengalami kerusakan berat dan telah menjadi tepung (Dano 1977).
Secara alami kemampuan memencar kumbang ini hanya dalam jarak
pendek dan terbatas karena imagonya tidak dapat terbang (Lindgren et al. 1995).
Menurut Pruthi dan Singh (1950) imago dan larva hama ini tersebar dengan
bantuan angin dan dapat meluas dengan bantuan material yang terinfestasi serta
alat transportasi. Larva dan imago menyenangi retakan atau celah material untuk
tempat persembunyiannya, pembungkus material, dinding gudang, dan alat
transportasi.
EPPO (1997) memberikan daftar benua dan negara–negara yang telah
Penemuan dapat berupa hasil intersepsi yaitu deteksi berdasarkan
pemeriksaan dan pengujian terhadap barang impor, penemuan dapat berupa
imago, larva, exuvia, ataupun penemuan gejala serangan kumbang khapra.
Biologi dan Morfologi Kumbang Khapra
Telur
Telur berbentuk silindris dengan satu pusat yang melingkar berwarna putih
susu, kemudian berubah menjadi kuning pucat, dan berukuran panjang 0.7 mm
dan lebar 0.25 mm, bentuk silindris (Lindgren et al. 1955). Menurut Partida dan
Strong (1975) telur serangga tersebut berukuran panjang 0.2 mm. Telur memiliki
sedikit rambut dan akan berubah warna dari warna kemerahan atau kuning
kecoklatan pada saat telur semakin matang.
Larva
Larva instar pertama berwarna kuning kecoklatan, dan berubah menjadi
kemerahan pada instar berikutnya dan berukuran panjang 6 mm pada larva instar
terakhir. Tubuh larva ditutupi rambut rambut yang panjang pada ruas abdomen,
sedangkan bagian posterior, rambut-rambutnya menyerupai ekor (Beal 1956).
Gambar 1 Larva instar terakhir Trogoderma granarium
Larva yang masih muda tidak dapat memakan biji-bijian yang utuh dan
tergantung pada kerusakan bijian atau produk makanan yang terbuat dari
biji-bijian. Pada biji-bijian yang rusak selalu ditemukan larva muda. Larva dewasa
dapat memakan biji-bijian yang utuh. Ketersediaan dan jumlah makanan
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, tetapi larva dapat bertahan hidup tanpa
Fase dormansi larva lebih kurang 3 minggu dan diikuti periode makan yang
teratur. Proses tersebut memberikan hasil produksi sekitar 41% dari produksi
telur yang normal. Proses kelaparan tidak mempengaruhi lama proses
pembentukan pupa dari larva dorman (Beal 1956).
Pupa
Setelah selesai ecdysis, larva berganti kulit, tetapi pupa tetap tinggal dalam
kulit yang tersisa selama hidupnya. Pupa memiliki tipe exarate. Calon imago
jantan lebih kecil dari pada calon imago betina. Rata-rata calon imago jantan dan
betina berturut-turut panjangnya berturut-turut 3.5 mm dan 5 mm (Hinton 1945).
Gambar 2 Siklus hidup Trogoderma granarium
Imago kawin setelah berumur 5 hari Imago betina dapat menghasilkan 66-500 butir telur
Telur tersebar pada permukaan dan celah-celah material selama 3-14 hari
Larva umumnya ditemukan pada material
Imago
Tubuh imago T.granarium dewasa berbentuk oval memanjang, berukuran
1.6–3.0 mm, lebar 0.9–1.7 mm. Imago jantan berwarna coklat sampai kehitaman
dengan bercak-bercak coklat kemerahan pada elitra. Imago betina lebih besar dan
ramping dan warnanya lebih terang. Kepala yang relatif kecil, memiliki antena
yang pendek yang terdiri dari 11 ruas. Pada ruas ketiga sampai kelima dari antena
berbentuk seperti gada dan bagian permukaan bagian atasnya ditutupi oleh rambut
dan kelihatan mengkilat (Hinton 1945). Imago memiliki waktu hidup yang
singkat, apabila imago betina kawin hanya hidup 4-7 hari, sedangkan bila tidak
melakukan perkawinan 20-30 hari. Imago jantan dapat hidup 7–12 hari. Imago
tidak dapat terbang dan memiliki tungkai yang pendek. Perkawinan terjadi setelah
serangga berumur 5 hari. Kumbang ini dapat menghasilkan telur dengan
sempurna pada perkawinan pertama. Pada perkawinan pertama imago betina
menghasilkan telur sekitar 66 butir, sedangkan pada perkawinan kedua imago
dapat mencapai lebih dari 500 butir telur. Apabila terjadi penundaan perkawinan
selama 15-20 hari maka kemampuan menghasilkan telur serangga ini akan
menurun sebesar 25% (Hinton 1945).
Gambar 3 Imago Trogiderma granarium
Cara Hidup Kumbang Khapra
Siklus hidup dari kumbang khapra mulai dari telur sampai serangga dewasa
rata-rata 7 bulan pada suhu 21oC. Suhu untuk pertumbuhan normal serangga ini
berkisar antara 21oC-40oC. Lama hidup imago berkisar antara 39 – 45 hari pada
hidupnya dapat mencapai 26 hari. Kumbang khapra dapat bertahan hidup pada
kondisi lingkungan yang ekstrim, baik pada kondisi suhu yang rendah ataupun
pada suhu yang sangat tinggi. Namun pada saat fase larva dengan suhu di bawah
25oC larva akan bergerombol, dan berdiapause selama 6 tahun (Burges 1962).
Larva dapat bertahan pada suhu –8oC dalam kondisi tidak aktif. Pertumbuhan
dapat terjadi pada kelembaban 2%. Pada kelembaban relatif yang tinggi dapat
menjadi faktor pembatas kumbang khapra untuk dapat bertahan hidup, sehingga
keadaan yang lembab mengakibatkan kompetisi antar spesies tidak dapat berjalan
dengan baik (Burges 1962).
Komoditas Yang Diserang
Kumbang khapra menginfestasi hampir seluruh hasil tanaman kering,
bahan yang berasal dari hewan, tetapi lebih menyukai biji-bijian seperti gandum,
barley, oats, jagung, rye, dan produk olahan seperti tepung, malt, dan mie.
Kumbang ini dapat memakan bahan produk dengan kadar air 2% (Hinton 1945),
dan juga dapat berkembang pada material hewan seperti tikus mati, darah kering,
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Pemantauan dilaksanakan dari bulan Agustus sampai Desember 2008 di
gudang penyimpanan beras dan pakan ternak yaitu : gudang beras Bulog, gudang
swasta, gudang perorangan pasar induk Cipinang, dan gudang penampungan
pakan ternak Cilegon. Wilayah pemantauan keberadaan kumbang khapra adalah
wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon untuk mendapatkan data
primer, sedangkan data sekunder diperoleh dari Balai Besar Karantina Pertanian
Tanjung Priok.
Metode Penelitian
Pengambilan Contoh
Pemantauan menggunakan dua cara yaitu : pengambilan contoh langsung
dengan menggunakan spear sampler atau probe (colokan) dan perangkap dengan
menggunakan yellow trap, cartoon trap, bait trap.
Pengambilan Contoh Langsung
Spear sampler atau probe (colokan). Spear sampler digunakan untuk
pengambilan contoh secara langsung pada penyimpanan yang menggunakan
karung. Penggunaan dengan alat ini merupakan cara praktis untuk memantau
populasi serangga hama, selain itu sekaligus dapat digunakan untuk memantau
kualitas komoditas yang disimpan. Setiap staple (tumpukan karung) yang
ditetapkan menjadi contoh, dilakukan tiga kali pengambilan contoh dengan
colokan yaitu : bagian dasar, bagian tengah, bagian atas, setiap contoh komoditas
Gambar 4 Contoh beras yang diambil dengan menggunakan colokan
Jumlah pengambilan contoh disesuaikan dengan jumlah dan bentuk karung
dalam gudang penyimpanan (Sidik 1991)
Jumlah karung contoh per tumpukan
Jumlah karung Jumlah contoh
7 – 270
271 – 630
631 – 1140
1141 – 1800
1801 – 2610
2611
5
10
15
20
25
30
Pengambilan Contoh Dengan Perangkap
Yellow trap. Yellow trap adalah perangkap yang terbuat dari kertas
atau plastik kuning dengan ukuran 8cmx15cm, permukaannya dilapisi Vaseline.
Perangkap digantungkan di gudang penyimpanan setinggi 2m (Gambar 5). Yellow
trap digantungkan pada lorong tumpukan karung, setiap lorong dibuat tiga
perangkap. Jumlah perangkap disetiap gudang tidak sama, karena setiap gudang
memiliki jumlah lorong yang berbeda. Yellow trapdipasang setiap tiga hari, pada
hari yang ketiga perangkap lama diganti dengan perangkap yang baru, karena
ini agar hama gudang yang terbang menabrak yellow trap dan melekat, tujuannya
untuk memerangkap serangga hama yang bisa terbang.
Gambar 5 Yellow trapyang digunakan di gudang penyimpanan
Cartoon trap. Cartoon trapadalah perangkap yang terbuat dari karton
bergelombang dengan ukuran 5cm x 15cm. Karton diletakkan diantara dua
karung. Tujuan dari penggunaan perangkap ini untuk menampung ngengat
hingga berpupa pada celah-celah karton (Gambar 6). Jumlah cartoon trap yang
digunakan tergantung jumlah karung di setiap gudang. Setiap baris vertial karung
pada tumpukan stapel diletakan tiga cartoon trap, sedangkan baris horizontal
lima cartoon trap. Perangkap lama diganti pada hari yang ketiga dengan
perangkap yang baru.
Bait trap. Bait trap adalah perangkap umpan terbuat dari kantung
nilon berlubang-lubang yang diisi dengan beras pecah kulit sehingga akan
menarik kedatangan serangga hama pada kantung-kantung yang diletakkan pada
celah-celah di antara karung dalam suatu tumpukan. Keuntungan perangkap ini
dapat diletakkan pada beberapa tempat selama 3 hari, mudah dalam pengambilan
serangga yang terperangkap (Gambar 7). Jumlah bait trap yang digunakan
tergantung jumlah karung di setiap gudang. Setiap baris vertial karung pada
tumpukan stapel diletakan tiga bait trap, sedangkan baris horizontal lima bait
trap. Perangkap lama diganti pada hari yang ketiga dengan perangkap yang baru.
Gambar 7 Bait trapyang digunakan di gudang penyimpanan
Pembagian Jenis Komoditas
Komoditas yang diamati adalah komoditas yang umumnya diserang oleh
T. granarium, yaitu: beras dan pakan ternak. Kedua komoditas ini merupakan
makanan yang sangat disenangi oleh T. granarium. Pada gudang penyimpanan,
sering di temukan T. granarium pada bungkil kacang (Kalshoven 1981). Dano
(1977) menyatakan kerusakan besar yang diakibatkan hama gudang ini di
Indonesia adalah pada komoditas beras dan pakan ternak.
Pakan ternak yang diamati berupa bahan dasar pakan ternak seperti
bungkil kacang kedelei, bungkil jagung, biasanya masih dalam bentuk curah, dan
Lokasi Pemantauan
Pemantauan dilaksanakan pada gudang pemerintah, swasta, perorangan dan
gudang penampungan di wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon.
a. Gudang pemerintah (DKI Jakarta), yaitu :
GBB II : Gudang Beras Bulog II
GBB III : Gudang Beras Bulog III
GBB IV : Gudang Beras Bulog IV
GBB V : Gudang Beras Bulog V
GBB VI : Gudang Beras Bulog VI
GBB VII : Gudang Beras Bulog VII
GBB XII : Gudang Beras Bulog XII
GBB XIII : Gudang Beras Bulog XIII
GBB XIV : Gudang Beras Bulog XIV
GBB XV : Gudang Beras Bulog XV
b. Gudang swasta (Bekasi dan Serang, ), yaitu :
GS I : Gudang Swasta I
GS II : Gudang Swasta II
GS III : Gudang Swasta III
GS IV : Gudang Swasta IV
GS V : Gudang Swasta V
c. Gudang perorangan (DKI Jakarta), yaitu :
GPC I : Gudang Perorangan Cipinang I
GPC II : Gudang Perorangan Cipinang II
GPC III : Gudang Perorangan Cipinang III
GPC IV : Gudang Perorangan Cipinang IV
GPC V : Gudang Perorangan Cipinang V
Data sekunder diperoleh dari data intersepsi laporan tahunan 2006 dan 2007
dari Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok, data sekunder di luar DKI
Identifikasi Serangga
Serangga yang diperoleh dengan cara pengambilan contoh langsung dan
cara pengambilan contoh dengan perangkap, dihitung jumlahnya. Serangga
dibawa ke laboratorium untuk identifikasi dengan bantuan mikroskop dan buku
identifikasi Banks 1994.
Parameter Pengamatan
Pengamatan hama gudang dilakukan dengan menghitung padat populasi
T. granarium yang ditemukan pada masing-masing contoh, dan menghitung padat
populasi hama gudang lainnya yang ditemukan pada masing-masing contoh.
Selain itu dilakukan pengamatan terhadap sistem manajemen gudang seperti:
jalur masuk pada komoditas ke gudang, lama penyimpanan, asal bahan simpan,
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gudang Beras Bulog
Selama pemantauan di gudang beras Bulog Divisi Regional DKI Jakarta
tidak ditemukan hama gudang sasaran T. granarium. Hama gudang ini biasanya
ditemukan pada permukaan karung dalam bentuk larva, atau pada gudang dengan
cahaya yang kurang baik. Keberadaan hama ini juga dapat dilakukan dengan
melihat gejala serangan pada komoditas yang diperiksa, dapat berupa exuvia yang
tertinggal pada komoditas bahan simpan, namun selama pemantauan di gudang
beras bulog tanda-tanda tersebut tidak dapat ditemukan. Hama gudang lain yang
ditemukan hanya hama gudang yang umum (Tabel 2)
Tabel 2 Hasil pemantauan di gudang beras Bulog divisi regional DKI Jakarta
No Serangga yang ditemukan Asal komoditas Suhu (oC)
suboptimum untuk hama gudang kosmopolit seperti Sitophilus oryzae
(Coleoptera: Curculionidae), Liposcelis entomphilus (Psocoptera: Liposcelidae),
Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) , Cryptolestes ferrugineus
(Coleoptera: Cucujidae). Suhu merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
biologi serangga termasuk hama gudang, semakin tinggi suhu, pertumbuhan
Selama pemantauan bulan Oktober sampai Desember 2008. Hama gudang
L. entomophilus sangat tinggi populasinya pada bulan Desember, sedangkan pada
bulan Oktober populasinya paling rendah (Gambar 8) Hal ini disebabkan pada
bulan Desember curah hujan tinggi dan suhu berkisar antara 30-33oC, keadaan
ini sangat sesuai untuk perkembangan imago L. entomophilus dengan kondisi
optimum 30oC (Gambar 9)
Jumlah rata-rata populasi hama gudang yang ditemukan dengan
menggunakan perangkap pada bulan Oktober adalah C. ferrugineus sejumlah 125
ekor, selanjutnya T. castaneum sejumlah 120 ekor, S. oryzae sejumlah 90 ekor,
dan paling sedikit adalah L. entomophilus sejumlah 20 ekor. Pada bulan
Nopember jumlah populasi C. ferrugineus sejumlah 90 ekor, T. castaneum
sejumlah 83 ekor, S. oryzae sejumlah 56 ekor, dan L. entomophilus 42 ekor.
Bulan Desember L. entomophilus sejumlah 362 ekor, C. ferrugineus sejumlah 42
ekor, T. castaneumsejumlah 35 ekor, S. oryzae 26 ekor.
Gambar 9 Imago Liposcelis entomophilus
Jumlah populasi hama gudang yang ditemukan dengan dengan
pengambilan contoh langsung dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tidak ditemukannya T. granariumdapat disebabkan penanganan gudang
beras Bulog pada saat ini mengikuti pengelolaan hama gudang terpadu (PHGT)
yaitu dimulai dengan identifikasi organisme pengganggu komoditas (OPK) di
gudang penyimpanan, organisme yang potensial menjadi OPK, dan faktor
penyebab berkembangnya OPK (Hidayat & Halid 2006). Pencegahan merupakan
faktor utama dari penanganan hama gudang terpadu yang dilaksanakan oleh
Bulog, yang melibatkan kebersihan gudang, kesehatan komoditas yang disimpan,
kebersihan gudang penyimpanan, penghilangan tempat-tempat yang menjadi
sumber atau sarang OPK. Penanganan yang dilakukan oleh Bulog secara dini
terhadap hama gudang merupakan salah satu penyebab T. granarium tidak
ditemukan pada gudang beras Bulog. Tujuan penyimpanan gudang Bulog adalah
untuk penyimpanan/cadangan beras nasional, bila sewaktu-waktu terjadi bencana,
dan bertujuan agar harga di pasaran stabil. Lama penyimpanan di gudang Bulog
umumnya berkisar 6 – 12 bulan, tetapi Bulog menjalan kan manajemen stok yang
diterapkan dengan baik yaitu dengan rotasi stok komoditas sistem first in first out
(FIFO) (Hidayat & Halid 2006). Dengan sistem FIFO komoditas yang telah
masuk terlebih dahulu ke dalam gudang akan dikeluarkan terlebih dahulu. Sistem
sehingga siklus hidup hama gudang akan terputus. Dengan demikian populasi
hama gudang diharapkan tidak bertambah, bahkan berkurang. Pengemasan
komoditas pada gudang Bulog menggunakan bahan plastik, berat setiap kemasan
rata-rata 15-20 kilogram. Menurut Harahap (2006) jenis kemasan yang
teksturnya rapat seperti kantung plastik dapat mencegah masuknya serangga tetapi
sistem aerasinya tidak sebaik kemasan yang teksturnya tidak rapat seperti karung
goni. Sistem aerasi yang tidak baik dapat menyebabkan naiknya temperatur dan
kadar air yang dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme. Jenis kemasan
goni yang berbahan dasar organik dari serat yute merupakan salah satu material
yang disenangi oleh T. granarium, hal ini menjadi salah satu faktor yang
mengakibatkan kumbang ini tidak lagi berkembang pada gudang penyimpanan
yang memakai jenis kemasan plastik.
Asal komoditas di gudang penyimpanan Bulog umumnya dari daerah yang
panennya berlebih. Komoditas bahan simpan di Bulog 90% adalah beras lokal,
Bulog hanya mengimpor sebanyak 10% beras dari jumlah beras yang di konsumsi
di Indonesia. Hal ini berhubungan dengan peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah tentang ketentuan ekspor-impor Permendag
No.12/M-DAG/PER/4/2008 (Depdag 2008). Impor beras juga tidak berasal dari negara
asal T. granarium seperti India, beras diimpor umumnya dari Thailand dan
Vietnam.
Gudang Bulog melakukan penyemprotan setiap bulan sebagai usaha
pencegahan meningkatnya populasi hama gudang, dan fumigasi apabila serangan
hama telah melewati ambang batas ekonomi.
Gudang Beras Perorangan Cipinang
Gudang beras perorangan merupakan salah satu gudang penyimpanan yang
pernah dilaporkan diinfestasi T. granarium. Pada tahun 1972 seorang peneliti
FAO menemukan T. granarium pada gudang perorangan (Dano 1977). Hal ini
menjadi dasar memilih gudang perorangan di pasar induk Cipinang, tetapi selama
pemantauan di gudang perorangan Cipinang T. granarium juga tidak ditemukan.
Hal ini dapat disebabkan beras yang disimpan di gudang penyimpanan relatif
yang dipasok pada gudang perorangan lebih kurang 20 ton per hari dan
mengeluarkan beras 10 ton per hari. Perputaran stok beras yang begitu cepat,
menyebabkan siklus hidup hama terputus pada gudang penyimpanan. Hasil
pemantauan di gudang perorangan Cipinang hanya menemukan hama gudang
umum (Tabel 3)
Hama gudang Cryptolestes ferrugineus (Coleoptera: Cucujidae) (Gambar
10). Serangga ini bersifat kosmopolit dan banyak ditemukan di daerah tropika,
termasuk hama sekunder, umumnya menyerang serelia, produk biji-bijian yang
berminyak , kacang tanah, tepung gaplek.
Hama gudang ini hanya ditemukan 2 sampai 6 ekor setiap kali
pemantauan, relatif sangat sedikit. Kondisi beras yang bersih dari segi fisik beras
utuh 80%-90%, menjadi penyebab hama gudang sekunder ini tidak berkembang
begitu banyak pada gudang penyimpanan Cipinang.
Gudang Beras Swasta
Gudang beras swasta diwakili oleh importir beras, berdasarkan sejarah,
T. granarium masuk ke di Indonesia melalui beras impor dari India, Vietnam, dan
Pakistan. Selama pemantauan pada gudang beras impor ternyata tidak ditemukan
lagi hama gudang T. granarium. Hal ini dapat disebabkan oleh perlakuan
fumigasi pada daerah asal komoditas sebelum ekspor sudah benar-benar
terlaksana dengan baik, penyertaan Phitosanitary certificate sebagai salah satu
syarat utama untuk ekspor menjadi pembatas masuknya T. granarium ke
Indonesia. Penanganan gudang oleh pihak swasta juga sudah sangat baik,
berdasarkan kuisioner yang dibuat (Lampiran 7), umumnya gudang penyimpanan
terbuat dari dinding permanen, lantai semen, sanitasi baik, sirkulasi udara lancar,
ini merupakan salah satu faktor pembatas berkembangnya hama gudang ini pada
gudang swasta. Perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah tentang
pembatasan impor beras, juga salah satu pembatas masuknya T. granarium ke
Indonesia. Dengan volume beras impor yang tidak begitu tinggi maka pengawasan
terhadap OPTK A1 maupun A2 dapat lebih maksimal dilaksanakan oleh petugas
karantina, terkait dengan pengawasan di pelabuhan import.
Jumlah rata-rata populasi hama gudang yang ditemukan setiap bulannya
pada gudang swasta dengan pengambilan contoh langsung hanya berkisar 4-10
ekor (Tabel 4). Tidak disetiap pengambilan sampel ditemukan hama gudang,
Tabel 4 Hasil pemantauan di gudang beras swasta
gudang umum yaitu Cryptolestes ferrugineus (Coleoptera: Cucujidae) dan
Tribolium castaneum(Coleoptera: Tenebrionidae) (Gambar 11).
Gambar 11 Imago Tribolium castaneum, (a) tampak atas, (b) ciri khas pada bagian mata, (c) antena
a
b )
Gudang Pakan Ternak
Manajemen gudang pada tempat penyimpanan pakan ternak sudah baik, hal
ini dapat dilihat selama pemantauan. Manajemen meliputi sanitasi gudang,
pembatasan masuknya material dan orang, dari luar ke dalam gudang, serta
kebersihan gudang. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan
kontaminasi pakan ternak dari hama dan penyakit. Selama pemantauan hama
gudang yang ditemukan, hanya hama gudang yang umum saja (Tabel 5).
Tabel 5 Hasil pemantauan di gudang pakan ternak swasta
No Asal
kumbang T. granarium yaitu India, sedangkan Brazil dan Argentina juga negara
yang pernah tercatat diserang hama gudang ini, tetapi selama pemantauan tidak
ditemukan T. granarium. Suhu gudang pakan ternak yang dipantau berkisar
32 -36 oC , keadaan ini sangat sesuai untuk perkembangan T. granarium yang
memiliki suhu optimum 35oC (Burges 1962).
Tidak adanya kumbang khapra berhubungan dengan penanganan gudang
yang sangat ketat, perlakuan tidak hanya dilakukan pada komoditas dan kemasan
komoditas impor, tetapi perlakuan juga diberikan pada orang atau material yang
masuk ke dalam gudang, untuk menghindari penyebaran hama gudang ini. Hama
yang ditemukan hanya Oryzaephilus surinamensis (Coleoptera: Silvanidae),
Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae), Alphitobius diaperinus
Gambar 12 Imago Oryzaephilus surinamensis
Gambar 13 Imago Sitophilus oryzae, (a) tampak atas, (b) tampak samping, (c) empat bercak coklat berbentuk bulat kemerahan pada elytra, (d) bentuk antena
a b
Gambar 14 Imago Alphitobius diaperinus, (a) tampak dari atas, (b) mata yang khas (membelah), (c) antenna.
Pelabuhan Tanjung Priok
Pemantauan dilakukan pada pelabuhan tempat masuknya kapal luar dan
kapal lokal yang hendak bongkar muat di pelabuhan Tanjung Priok. Sebelum
kapal sandar biasanya sudah ada laporan pada Balai Besar Karantina Pertanian
komoditas apa saja yang akan masuk. Sebelum muatan bongkar terlebih dahulu
petugas karantina melakukan pemeriksaan OPTK di dalam kapal, apabila
ditemukan OPTK maka akan dilakukan tindakan perlakuan atau penolakan.
Besarnya frekuensi masuknya komoditas beras impor melalui pelabuhan Tanjung
Priok dapat dilihat dari dari data intersepsi tahun 2007 (Tabel 6).
Tabel 6 Rekapitulasi data impor beras dan hasil intersepsi tahun 2007
No Asal komoditas Frekuensi Intersepsi Serangga yang ditemukan
Sumber : Laporan tahunan BBKT Tanjung Priok Tahun Anggaran 2007
a b
Hasil intersepsi terhadap impor beras melalui pelabuhan Tanjung Priok
selama tahun 2007 dengan frekuensi pemasukan 148 kali dengan jumlah 963 ton,
tidak ditemukan hama gudang sasaran T. granarium. Hasil intersepsi hanya
menunjukkan penemuan hama gudang T. castaneum dengan asal komoditas
Amerika Serikat.
Pemasukan komoditas impor pakan ternak soybean meal melalui
pelabuhan Tanjung Priok, juga dilakukan sistem pemeriksaan OPTK sebelum
pakan ternak tersebut diturunkan dari kapal. Apabila ditemukan OPTK A2 pada
komoditas yang dibawa oleh kapal, maka kapal tidak dapat sandar, harus
diberikan perlakuan di dalam kapal. Selama lima tahun terakhir Balai Besar
Karantina Pertanian tidak pernah melakukan fumigasi pada pelabuhan bongkar
terhadap komoditas beras dan pakan ternak yang diimpor. Ini menunjukkan
bahwa T. granarium tidak lagi ditemukan selama lima tahun terakhir ini. Data
intersepsi pemeriksaan hama gudang pada tahun 2007 Balai Besar Karantina
Pertanian dapat dilihat di Tabel 7.
Tabel 7 Rekapitulasi data impor soybean meal (pakan ternak) dan hasil intersepsi tahun 2007
No Asal komoditas Frekuensi Intersepsi Serangga yang ditemukan
Sumber : Laporan tahunan BBKP Tanjung Priok Tahun Anggaran 2007
Hasil intersepsi dari pemasukan soybean meal (bahan pakan ternak)
selama tahun 2007, tidak pernah ditemukan hama gudang T. granarium, serangga
yang ditemukan hama gudang umum T. castaneum.
Pemasukan bahan pakan ternak melalui Balai Besar Karantina Pertanian
Tanjung Priok Tahun Anggaran 2007 sejumlah 156,18 ton dengan frekuensi
pemasukan 348 kali.
Sejak tahun 2001 Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok tidak
Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) A2 T. granarium pada komoditas
impor pelabuhan Tanjung Priok. Pemantauan yang dilakukan setiap tahunnya
juga tidak pernah menemukan OPTK A2 T. granarium(BKTTP 2001).
Pelabuhan Cilegon
Pemantauan di pelabuhan Cilegon juga dilakukan, mengingat pelabuhan
ini merupakan salah satu alternatif pemasukan komoditas beras dan pakan ternak
dari negara lain ke Indonesia, atau masuknya komoditas dari pulau lain ke pulau
Jawa. Pemantauan pada gudang penampungan pakan ternak dalam bentuk curah
di pelabuhan Cilegon hanya menemukan hama gudang yang umum saja
(Tabel 8)
Tabel 8 Hasil pemantauan di gudang pengumpulan pakan ternak Cilegon
No Asal
Pemantauan yang dilakukan di Gudang pengumpulan pakan ternak yang
baru turun dari kapal di Cilegon tidak menemukan hama gudang sasaran
T. granarium. Pakan ternak berupa soybean meal dalam bentuk curah turun dari
kapal, masuk ke gudang – gudang di kawasan pelabuhan Cilegon. Gudang swasta
menampung pakan ternak tersebut, dikemas di gudang penampungan lalu di bawa
ke gudang swasta. Sebelum pakan ternak turun ke kapal pegawai Balai Karantina
Pertanian Kelas I Cilegon melakukan pemeriksaan terlebih dahulu ke dalam kapal,
untuk memeriksa OPTK yang memungkinkan masuk dari luar negeri ke dalam
wilayah negara Republik Indonesia. Selama tahun tahun 2007 dan 2008 Balai
Karantina Pertanian Kelas I Cilegon tidak pernah melakukan fumigasi terhadap
selama tahun 2007 dan 2008 petugas karantina tidak menemukan OPTK A2 T.
granariumpada saat pemasukan soybean meal(bahan pakan ternak) ke Indonesia.
Analisis Karakteristik Gudang
Karakteristik gudang dilihat dari jenis komoditas gudang, status
kepemilikan gudang. Gudang-gudang yang dipantau dikategorikan menjadi
gudang pemerintah, perorangan dan swasta berdasarkan kuisioner (Lampiran 7)
Karakteristik Gudang Menurut Jenis Komoditas
Gudang beras lebih banyak menggunakan komoditas lokal dibandingkan
gudang pakan ternak. Gudang beras hanya menyimpan komoditas impor
(13.80%) sedangkan gudang pakan ternak sebaliknya, sebagian besar gudang
pakan ternak menyimpan komoditas impor sebesar (66.67%). Berdasarkan
analisis ini kemungkinan pakan ternak terinfestasi T. granarium dari negara luar
lebih besar dibandingkan komoditi beras lokal. Tetapi dari hasil pemantauan
keberadaan T. granarium sama-sama tidak ditemukan pada pakan ternak maupun
pada komoditi beras.
Ada perbedaan yang signifikan antara gudang beras dengan gudang pakan
ternak terkait tujuan penyimpanan komoditi. Semua komoditi yang disimpan
dalam gudang pakan ternak dutujukan untuk konsumsi, sedangkan pada gudang
beras, selain untuk konsumsi, sekitar 45% gudang beras menyimpan komoditi
untuk tujuan stok. Dilihat dari kandungan kadar air komoditi yang disimpan
digudang, ada perbedaan yang cukup signifikan antara gudang beras dengan
gudang pakan ternak. Pada gudang pakan ternak semua gudang menyimpan
komoditi dengan kadar air lebih dari 16%, sedangkan pada gudang beras hanya
50% yang menyimpan komoditi dengan kadar air 16%, selebihnya kurang dari
16% hingga 14%. Perbedaan ini juga dapat dilihat dari hasil uji khi-kuadrat yang
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis gudang dengan
kadar air komoditi yang disimpan (Lampiran 8). Komoditi yang disimpan pada
gudang beras dan pakan ternak umumnya disimpan dalam bentuk kemasan.
Sedangkan pada gudang pakan ternak selain dengan kemasan (66.57%) ada juga
digunakan, semua kemasan pada gudang beras mengunakan bahan dari plastik.
Dari gudang yang menyimpan komoditi dalam kemasan, ada perbedaan yang
cukup signifikan antara gudang beras dengan gudang pakan ternak terkait ukuran
kemasan yang digunakan. Pada gudang beras, sebagian besar komoditi yang
disimpan menggunakan kemasan berukuran antara 15 sampai 20 kg (60%),
sedangkan pada gudang pakan ternak, sebagian besar menggunakan kemasan 50
kg (66.67%). Karena beras merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat, maka
separuh dari gudang beras menyatakan bahwa lama penyimpanan komoditi ini
kurang dari sebulan sedangkan sisanya menyimpan lebih dari sebulan (sebagai
stok). Sedangkan pada gudang pakan ternak, sebagian besar gudang (66.67%)
menyimpan komoditi selama satu hingga enam bulan. Waktu penyimpanan
komoditi biasanya berpengaruh terhadap warna komoditi. Secara umum tidak ada
hubungan antara warna komoditi dengan jenis gudang. Secara umum 88,57%
gudang menyimpan komoditi warna komoditi tersebut dalam kondisi baik.
Kondisi gudang akan berpengaruh pada mutu komoditi yang disimpan. Dilihat
dari kebersihan gudang, tidak ada hubungan yang signifikan antara gudang beras
dan pakan ternak. Kedua jenis gudang tersebut umumnya cukup bersih. Demikian
juga halnya dengan pencahayaan gudang. Namun tidak demikian dengan sirkulasi
udara dalam gudang. Gudang pakan ternak umumnya lebih baik dari gudang
beras. Berdasarkan kondisi fisik gudang, secara umum tidak ada hubungan yang
signifikan antara jenis gudang dengan kondisi fisik gudang seperti ada tidaknya
keretakan lantai, jenis lantai dan dinding gudang. Keadaan lantai kedua jenis
gudang sebagian besar hanya sedikit atau tidak ada keretakan, sementara jenis
lantai yang digunakan lebih dari 95% berupa lantai semen, sedangkan dinding
gedung lebih dari 85% gedung dindingnya bersifat permanen. Kondisi gudang
yang relative sama juga tercermin dari suhu ruangan dalam gudang. Tidak ada
perbedaan yang signifikan antara suhu udara pada gudang beras dan pakan ternak.
Suhu udara pada kedua gudang umumnya lebih dari 33o C.
Intensitas komoditi dalam gudang terhadap ukuran gudang cenderung
seimbang. Kondisi ini dijumpai pada kedua jenis gudang meskipun ada beberapa
Untuk tujuan tertentu, pengelola gudang biasanya melakukan
penyemprotan. Ada hubungan yang signifikan antara jenis gudang dengan
frekuensi dilakukannya spraying. Penyemprotan pestisida umumnya dilakukan
secara rutin setiap bulan pada gudang beras (55%), meskipun beberapa pengelola
gudang yang lain baru melakukan spraying jika terjadi serangan (20%) bahkan
ada juga yang tidak pernah melakukannya (25%). Lain halnya dengan pengelola
gudang pakan ternak, sebagian besar gudang tidak pernah disemprot (66,67%).
Hanya 33,33% gudang yang melakukan penyemprotan pestisida setiap bulan.
Selain melakukan penyemprotan insektisida, pengelola gudang juga melakukan
fumigasi. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kegiatan fumigasi antara
jenis gudang dengan perlakuan fumigasi. Pada umumnya pengelola gudang
melakukan fumigasi jika terjadi serangan. Hanya 20% gudang tidak melakukan
fumigasi meskipun ada serangan.
Karakteristik Gudang Menurut Status Kepemilikan
Dilihat dari status kepemilikan gudang, ada kecenderungan bahwa gudang
milik perseorangan menyimpan komoditi lokal dan gudang swasta menyimpan
komoditi impor, sedangkan gudang pemerintah komoditi yang disimpan dapat
berasal dari keduanya. Bahan kemasan komoditi gudang perseorangan dan swasta
umumnya memakai kemasan plastik, sedangkan untuk gudang pemerintah selain
menggunakan kemasan plastik pada saat penyimpanan ada juga dalam bentuk
curah. Terdapat perbedaan tujuan penyimpanan antara gudang pemerintah dan
swasta. Penyimpanan di gudang swasta dan perorangan umumnya bertujuan
untuk dikonsumsi, sedangkan gudang pemerintah sebesar (33.3%) untuk tujuan
penyimpanan sebagai cadangan/stok, agar harga di pasaran stabil. Untuk kadar air
komoditi di gudang pemerintah (66.7% ) kurang dari 14%, ini berhubungan
dengan tujuan penyimpanan, gudang pemerintah memberikan standar kadar air
beras 14% untuk penyimpanan, tujuannya agar komoditas lebih tahan lama
disimpan, apabila komoditi mempunyai kadar air yang tinggi maka, penyimpanan
tidak akan bertahan lama. Sedangkan gudang swasta dan perorangan memiliki
Kondisi komoditi dari segi warna tidak ada perbedaan antara semua gudang
semuanya memiliki warna yang baik dan layak untuk dikonsumsi.
Sanitasi gudang, gudang swasta memiliki sanitasi yang baik, diikuti oleh
gudang pemerintah, dan yang terakhir gudang perorangan. Sementara untuk
sirkulasi udara gudang pemerintah lebih baik dibanding gudang lainnya, karena
pengaturan staple yang sudah teratur dan telah memiliki standar operasional.
Pengaturan lorong-lorong diantara staple membuat sirkulasi udara di dalam
gudang lebih baik. Pencahayaan di dalam gudang umumnya sudah mencukupi
baik pada gudang pemerintah, perorangan, dan swasta. Lantai gudang pada
gudang perorangan, pemerintah dan swasta juga sudah baik, dinding umumnya
permanen. Suhu gudang rata-rata diatas 33oC. Pengaturan penumpukan beras
pada gudang perorangan belum teratur, hal ini berhubungan dengan luas gudang
yang kurang memadai dibanding jumlah karung beras yang akan disimpan. Jalur
keluar masuknya komoditi yang relatif cepat, mengakibatkan tidak diperhatikan
penumpukan yang berlebihan, melebihi kapasitas. Pengaturan tumpukan beras di
gudang swasta sudah teratur demikian juga pada gudang pemerintahan.
Dari segi perlakuan gudang pemerintah dan gudang swasta selalu
melakukan penyemprotan secara berkala untuk upaya preventif pada gudang
penyimpanannya, dan fumigasi untuk tindakan pengendalian, sedangkan gudang
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemantauan di wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Serang,
dan Cilegon, serta data sekunder Laporan tahunan 2006 dan 2007 Balai Besar
Karantina Pertanian Tanjung Priok tidak ditemukan Trogoderma granarium.
Hama gudang lain yang ditemukan di wilayah DKI Jakarta, Bekasi,
Serang, dan Cilegon adalah Sitophilus oryzae, Tribolium castaneum, Cryptolestes
ferrugineus, Liposcelis entomophilus, Oryzaephilus surinamensis
Saran
Perlu dipertimbangkan informasi mengenai ketiadaan kumbang khapra di
wilayah yang disebutkan diatas sebagai hama gudang berstatus OPTK A2.
Perlu diperluas wilayah pemantauan di luar wilayah DKI Jakarta, untuk
menelusuri dan mengkaji keberadaan Trogoderma granariumdi pulau Jawa serta
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2006. The kapra beetle (Trogoderma granarium Everts, 1898) (Coleoptera: Dermestidae). California Plant Pest Diagnostic Center.
http://www.cdfa.ca.fov/phpps/ppd/Entomology/Coleoptera/The Khapra Beetle.html(15 Agust 2008).
Armitage HM. 1954. Current insect notes. California Dept. Agri Bull. 43(1):41-43.
Banks HJ. 1994. Ilustrated Identification Keys for Trogoderma granarium, T. glabrum, T. inclusum and T. variabile (Coleoptera:Dermestidae) and other Trogoderma Associated with Stored Product. CSIRO. Australia.
Beal RS. 1960. Description, biology, notes on the identification of some
Trogoderma larvae (Coleoptera: Dermestidae). USDA Tech. Bull. No. 1228, 26pp.
Beal RS . 1956. Synopsis of the economic species of Trogoderma occurring in the United States with description of a new species (Coleoptera: Desmestidae). Annals of Entomological Society of America 49: 559-566
Burges DH. 1962. Diapause, pest status anda control of the khapra beetle, Trogoderma granarium Everts. Ann.Appl. Biol. 50:47:445-462.
[BKTTP] Balai Karantina Tumbuhan Tanjung Priok. 2002. Laporan Tahunan Balai Karantina Tumbuhan Tanjung Priok Tahun 2001. Badan Karantina Pertanian. Jakarta. 1977. Departemen Pertanian. Jakarta.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2002. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan. Departemen Pertanian. Jakarta.
[Depdag] Departemen Perdagangan. 2008. Peraturan Menteri Perdagangan No.12/M-DAG/PER/4/2008 tetang Ketentuan Ekspor Impor. Departemen Perdagangan. Jakarta.
[EPPO] Europe Plant Protection Organization. 1997. Data sheets on quarantine organisms No.12 Methyl bromide fumigation of strored products. Bulletin OePPP/EPPO Bulletin 12, special issue (EPPO recommendations on fumigation standards). 30-31 pp.
French S, Venette RC. 2005. Mini Risk Asessment: Khapra beetle, Trogoderma granarium (Everts) [Coleoptera: Dermestidae]. http://www.aphis.usda. gov/ppg/ep/pestdetection/pra/tgranariumpra.pdf ( 1 Agust 2008).
FAO. 1977. Analysis of an FAO survey of postharvest crop losses in
developing countries (AGPP:MISC/227). Food and Agricultrure Organization of the United Nation. Rome.
Harahap IS. 2006. Ekologi Serangga Hama Gudang. Di dalam: Pengelolaan Hama Gudang Terpadu. KLH, UNINDO, SEAMEO BIOTROP. Jakarta.
Hidayat P, Halid H. 2006. Pengelolaan Hama Gudang Terpadu . Di dalam
Pengelolaan Hama Gudang Terpadu. KLH, UNINDO, SEAMEO BIOTROP. Jakarta.
Hinton HE. 1945. AMonograph of The Beetle Associated with Stored Product. British Mueum (Natural History). London.
Hinton HE. 1975. AMonograph of The Beetle Associated with Stored Product. British Mueum (Natural History). London. product and postharvest insect pests. Philippines Council for Forestry, Agriculture and Natural Resources Research and Development. El Guapo Printing Press. Laguna.
Pruthi HS, Singh M. 1950. Pest of stored grain and their control, third resvised edition, Replaces Indian. J.Agri.Sci 18(4): 1-88 (1948).
Rees DP. 1996. Coleoptera. In Integrated Management of Insect in Stored Product, eds Subramaniam B and Hagstru DW. Marcel Dekker, Inc., New York. 1-39 pp.
Surahmat EC, Milantina M, Arifin S, Sunjaya, Widayanti S. 2006. Buku Panduan Fumigasi Fosfin yang Baik dan Benar. SEAMEO BIOTROP. Bogor.
[SKTSH] Stasiun Karantina Tumbuhan Soekarno-Hatta. 1991. Laporan hasil pemantauan organisme pengganggu tumbuhan karantina lingkup Balai Karantina Pertanian Jakrta Tahun 1990-1991. Balai Karantina Pertanian Jakarta.
[SKTSH] Stasiun Karantina Tumbuhan Soekarno-Hatta. 2001. Laporan hasil pemantauan Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas I Soekarno-Hatta. Jakarta.
Sidik M. 1991. Introduction to postharvest pests problems in South East Asia. Di dalam: Paper Presented at Biotrop Fourth Training Course on Pests of Stored Product. Bogor, 8 Januari-12 Pebruari 1991. Seameao-Biotrop. Bogor.