• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemantauan dan kajian keberadaan kumbang khapra, trogoderma granarium everts., (Coleoptera: Dermestidae) dan hama gudang lain di wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemantauan dan kajian keberadaan kumbang khapra, trogoderma granarium everts., (Coleoptera: Dermestidae) dan hama gudang lain di wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANTAUAN DAN KAJIAN KEBERADAAN

KUMBANG KHAPRA, Trogoderma granarium

Everts.,

(COLEOPTERA: DERMESTIDAE) DAN HAMA GUDANG

LAINNYA DI WILAYAH DKI JAKARTA,

BEKASI, SERANG, DAN CILEGON

MORISA PURBA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : ”Pemantauan dan Kajian Keberadaan Kumbang Khapra, Trogoderma granarium Everts., (Coleoptera: Dermestidae) dan Hama Gudang Lainnya di Wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Pebruari 2009

(3)

RINGKASAN

MORISA PURBA. Pemantauan dan Kajian Keberadaan Kumbang Khapra, Trogoderma granarium Everts., (Coleoptera: Dermestidae) dan Hama Gudang Lainnya di Wilayah Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon. Dibimbing oleh: UTOMO KARTOSUWONDO dan IDHAM SAKTI HARAHAP.

Trogoderma granarium Everts. merupakan hama gudang penting yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang tinggi. Hama ini juga merupakan salah satu Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang pada saat ini digolongkan dalam status OPTK A2 di pulau Jawa. Pemantauan ini bertujuan untuk memantau, mempelajari, dan menelusuri keberadaan T. granarium di wilayah Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon, serta mengkaji status keberadaan

T. granarium sebagai serangga hama yang digolongkan pada OPTK A2.

Pemantauan dilaksanakan dari bulan Agustus sampai Desember 2008 di gudang penyimpanan beras dan pakan ternak yaitu: gudang beras Bulog, gudang swasta, gudang perorangan pasar induk Cipinang untuk mendapatkan data primer, sedangkan data sekunder diperoleh dari Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok. Metode penelitian menggunakan pengambilan contoh langsung dengan alat spear sampler (colokan), pengambilan contoh dengan perangkap menggunakan yellow trap, cartoon trap, bait trap.

Hasil dari pemantauan menunjukkan tidak ditemukan hama gudang

T. granarium pada gudang penyimpanan beras dan penyimpanan pakan ternak. Tidak terdapat perbedaan hasil antara gudang pemerintah, gudang swasta, dan gudang perorangan, pada gudang tersebut tidak ditemukan T. granarium. Hasil intersepsi Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok dari Laporan Tahunan 2006-2007 menunjukkan hal yang sama, tidak pernah ditemukan T. granarium

pada pemeriksaan komoditas beras dan pakan ternak impor maupun antar area. Hama gudang lain yang ditemukan adalah Sitophilus oryzae, Tribolium castaneum, Cryptolestes ferrugineus, Liposcelis entomophilus, and Oryzaephilus surinamensis. Semua jenis hama gudang tersebut juga ditemukan pada komoditas impor dan lokal.

(4)

ABSTRACT

MORISA PURBA. Monitoring and Assessment of The Presence of Khapra Beetle, Trogoderma granarium Everts., (Coleoptera: Dermestidae) and Other Stored-Product Pests in Jakarta, Bekasi, Serang, and Cilegon. Advisors:

UTOMO KARTOSUWONDO andIDHAM SAKTI HARAHAP.

Trogoderma granarium Everts. is the most important stored-product pest which could cause high economic losses. This pest is also one of the quarantine pest, labelled as A2, only found in Java Island. This monitoring was conducted to detect the presence of T. granarium in Jakarta, Bekasi, Serang, Cilegon and to review secondary data obtained from Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok. Survey was carried out in warehouses owned by government (Bulog), private company, and personal bussinessman from August to December 2008. The results revealled that none of those warehouses were infested by T. granarium. The same result was also obtained from secondary data (2006 and 2007). The other stored-prodoct pests found were Sitophilus oryzae, Tribolium castaneum, Cryptolestes ferrugineus, Liposcelis entomophilus, and Oryzaephilus surinamensis. Those stored-product pests were found both in local or imported commodities stored in the surveyed warehouses.

(5)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(6)

PEMANTAUAN DAN KAJIAN KEBERADAAN

KUMBANG KHAPRA, Trogoderma granarium

Everts.,

(COLEOPTERA: DERMESTIDAE) DAN HAMA GUDANG

LAINNYA DI WILAYAH DKI JAKARTA,

BEKASI, SERANG, DAN CILEGON

MORISA PURBA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Entomologi/Fitopatologi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Tesis : Pemantauan dan Kajian Keberadaan Kumbang Khapra,

Trogoderma granarium Everts., (Coleoptera: Dermestidae) dan Hama Gudang Lain di Wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon

Nama Mahasiswa : Morisa Purba Nomor Pokok : A451064044

Program Studi : Entomologi/Fitopatologi

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Utomo Kartosuwondo, MS Ketua

Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MSi Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Entomologi-Fitopatologi

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, MSc.PProf. Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro, MS

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Pemantauan dan Kajian Keberadaan Kumbang Khapra, Trogoderma granariumEverts., (Coleoptera: Dermestidae) di Wilayah Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon yang bertujuan untuk memantau, mengkaji, dan menelusuri keberadaan kumbang Khapra (T. granarium) di wilayah Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon apakah masih berstatus OPTK A2 atau sudah berubah status.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Utomo Kartosuwondo, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing, Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala bimbingan dan arahan selama penelitian sampai penulisan tesis. Terima kasih disampaikan pula untuk Ketua Program Studi Entomologi/Fitopatologi serta staf pengajar Sekolah Pasca Sarjana IPB yang telah memberikan ilmu selama penulis mengikuti pendidikan sehingga dapat dijadikan sebagai bekal penulisan tesis. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Badan Karantina Pertanian yang telah memberikan beasiswa Program Khusus Karantina pada Sekolah Pascasarjana IPB, gudang beras Bulog Divre DKI Jakarta, pedagang beras pasar Cipinang, gudang perusahaan swasta, Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok, dan Balai Karantina Pertanian Kelas I Cilegon. Selain itu terima kasih kepada teman-teman satu angkatan (2007-2008) atas bantuan dan dukungannya.

Rasa hormat dan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan kepada ibu dan (alm) bapak tercinta, suami, dan adik-adik atas cinta, doa dan dukungannya kepada penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkannya.

Bogor, Pebruari 2009

(9)

RIWAYAT HIDUP

Morisa Purba dilahirkan di Padang Sidempuan pada tanggal 23 Pebruari 1975, sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Ir. Ronly Purba (alm) dan Ibu Dra. Lasmaida Simanungkalit.

Penulis menamatkan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas pada SMA Negeri 5 Medan pada tahun 1993. Pada tahun 1994, penulis melanjutkan pendidikan pada Fakultas Pertanian, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT), Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dan berhasil meraih gelar Sarjana Pertanian pada tahun 2000.

Penulis diterima sebagai pegawai negeri sipil pada Badan Karantina Pertanian tahun 2003 sampai sekarang, ditempatkan di Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta. Tahun 2007 penulis mendapat beasiswa dari Badan Karantina Pertanian pada Program Magíster Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

(10)
(11)

PEMANTAUAN DAN KAJIAN KEBERADAAN

KUMBANG KHAPRA, Trogoderma granarium

Everts.,

(COLEOPTERA: DERMESTIDAE) DAN HAMA GUDANG

LAINNYA DI WILAYAH DKI JAKARTA,

BEKASI, SERANG, DAN CILEGON

MORISA PURBA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : ”Pemantauan dan Kajian Keberadaan Kumbang Khapra, Trogoderma granarium Everts., (Coleoptera: Dermestidae) dan Hama Gudang Lainnya di Wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Pebruari 2009

(13)

RINGKASAN

MORISA PURBA. Pemantauan dan Kajian Keberadaan Kumbang Khapra, Trogoderma granarium Everts., (Coleoptera: Dermestidae) dan Hama Gudang Lainnya di Wilayah Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon. Dibimbing oleh: UTOMO KARTOSUWONDO dan IDHAM SAKTI HARAHAP.

Trogoderma granarium Everts. merupakan hama gudang penting yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang tinggi. Hama ini juga merupakan salah satu Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang pada saat ini digolongkan dalam status OPTK A2 di pulau Jawa. Pemantauan ini bertujuan untuk memantau, mempelajari, dan menelusuri keberadaan T. granarium di wilayah Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon, serta mengkaji status keberadaan

T. granarium sebagai serangga hama yang digolongkan pada OPTK A2.

Pemantauan dilaksanakan dari bulan Agustus sampai Desember 2008 di gudang penyimpanan beras dan pakan ternak yaitu: gudang beras Bulog, gudang swasta, gudang perorangan pasar induk Cipinang untuk mendapatkan data primer, sedangkan data sekunder diperoleh dari Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok. Metode penelitian menggunakan pengambilan contoh langsung dengan alat spear sampler (colokan), pengambilan contoh dengan perangkap menggunakan yellow trap, cartoon trap, bait trap.

Hasil dari pemantauan menunjukkan tidak ditemukan hama gudang

T. granarium pada gudang penyimpanan beras dan penyimpanan pakan ternak. Tidak terdapat perbedaan hasil antara gudang pemerintah, gudang swasta, dan gudang perorangan, pada gudang tersebut tidak ditemukan T. granarium. Hasil intersepsi Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok dari Laporan Tahunan 2006-2007 menunjukkan hal yang sama, tidak pernah ditemukan T. granarium

pada pemeriksaan komoditas beras dan pakan ternak impor maupun antar area. Hama gudang lain yang ditemukan adalah Sitophilus oryzae, Tribolium castaneum, Cryptolestes ferrugineus, Liposcelis entomophilus, and Oryzaephilus surinamensis. Semua jenis hama gudang tersebut juga ditemukan pada komoditas impor dan lokal.

(14)

ABSTRACT

MORISA PURBA. Monitoring and Assessment of The Presence of Khapra Beetle, Trogoderma granarium Everts., (Coleoptera: Dermestidae) and Other Stored-Product Pests in Jakarta, Bekasi, Serang, and Cilegon. Advisors:

UTOMO KARTOSUWONDO andIDHAM SAKTI HARAHAP.

Trogoderma granarium Everts. is the most important stored-product pest which could cause high economic losses. This pest is also one of the quarantine pest, labelled as A2, only found in Java Island. This monitoring was conducted to detect the presence of T. granarium in Jakarta, Bekasi, Serang, Cilegon and to review secondary data obtained from Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok. Survey was carried out in warehouses owned by government (Bulog), private company, and personal bussinessman from August to December 2008. The results revealled that none of those warehouses were infested by T. granarium. The same result was also obtained from secondary data (2006 and 2007). The other stored-prodoct pests found were Sitophilus oryzae, Tribolium castaneum, Cryptolestes ferrugineus, Liposcelis entomophilus, and Oryzaephilus surinamensis. Those stored-product pests were found both in local or imported commodities stored in the surveyed warehouses.

(15)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(16)

PEMANTAUAN DAN KAJIAN KEBERADAAN

KUMBANG KHAPRA, Trogoderma granarium

Everts.,

(COLEOPTERA: DERMESTIDAE) DAN HAMA GUDANG

LAINNYA DI WILAYAH DKI JAKARTA,

BEKASI, SERANG, DAN CILEGON

MORISA PURBA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Entomologi/Fitopatologi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(17)

Judul Tesis : Pemantauan dan Kajian Keberadaan Kumbang Khapra,

Trogoderma granarium Everts., (Coleoptera: Dermestidae) dan Hama Gudang Lain di Wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon

Nama Mahasiswa : Morisa Purba Nomor Pokok : A451064044

Program Studi : Entomologi/Fitopatologi

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Utomo Kartosuwondo, MS Ketua

Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MSi Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Entomologi-Fitopatologi

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, MSc.PProf. Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro, MS

(18)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Pemantauan dan Kajian Keberadaan Kumbang Khapra, Trogoderma granariumEverts., (Coleoptera: Dermestidae) di Wilayah Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon yang bertujuan untuk memantau, mengkaji, dan menelusuri keberadaan kumbang Khapra (T. granarium) di wilayah Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon apakah masih berstatus OPTK A2 atau sudah berubah status.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Utomo Kartosuwondo, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing, Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala bimbingan dan arahan selama penelitian sampai penulisan tesis. Terima kasih disampaikan pula untuk Ketua Program Studi Entomologi/Fitopatologi serta staf pengajar Sekolah Pasca Sarjana IPB yang telah memberikan ilmu selama penulis mengikuti pendidikan sehingga dapat dijadikan sebagai bekal penulisan tesis. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Badan Karantina Pertanian yang telah memberikan beasiswa Program Khusus Karantina pada Sekolah Pascasarjana IPB, gudang beras Bulog Divre DKI Jakarta, pedagang beras pasar Cipinang, gudang perusahaan swasta, Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok, dan Balai Karantina Pertanian Kelas I Cilegon. Selain itu terima kasih kepada teman-teman satu angkatan (2007-2008) atas bantuan dan dukungannya.

Rasa hormat dan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan kepada ibu dan (alm) bapak tercinta, suami, dan adik-adik atas cinta, doa dan dukungannya kepada penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkannya.

Bogor, Pebruari 2009

(19)

RIWAYAT HIDUP

Morisa Purba dilahirkan di Padang Sidempuan pada tanggal 23 Pebruari 1975, sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Ir. Ronly Purba (alm) dan Ibu Dra. Lasmaida Simanungkalit.

Penulis menamatkan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas pada SMA Negeri 5 Medan pada tahun 1993. Pada tahun 1994, penulis melanjutkan pendidikan pada Fakultas Pertanian, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT), Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dan berhasil meraih gelar Sarjana Pertanian pada tahun 2000.

Penulis diterima sebagai pegawai negeri sipil pada Badan Karantina Pertanian tahun 2003 sampai sekarang, ditempatkan di Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta. Tahun 2007 penulis mendapat beasiswa dari Badan Karantina Pertanian pada Program Magíster Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

(20)
(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Kumbang Khapra ... 5

Biologi dan Morfologi Kumbang Khapra ... 7

Telur ... 7

Larva ... 7

Pupa... 8

Imago... 9

Cara Hidup Kumbang Khapra... 9

Komoditas Yang Diserang ... 10

BAHAN DAN METODE ... 11

Waktu dan Tempat ... 11

Metode Penelitian... 11

Pengambilan Contoh ... 11

Pengambilan Contoh Langsung ... 11

Spear sampleratau probe(colokan) ... 11

Pengambilan Contoh Dengan Perangkap... 12

Yellow trap... 12

Cartoon trap... 13

Bait trap... 14

Pembagian Jenis Komoditas ... 14

(22)

Identifikasi Serangga... 16

Parameter Pengamatan ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN... 17

Gudang Beras Bulog ... 17

Gudang Beras Perorangan Cipinang ... 20

Gudang Beras Swasta... 22

Gudang Pakan Ternak ... 24

Pelabuhan Tanjung Priok ... 26

Pelabuhan Cilegon... 28

Analisis Karakteristik Gudang ... 29

Karakteristik Gudang Menurut Jenis Komoditas... 29

Karakteristik Gudang Menurut Status Kepemilikan ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN... 33

Kesimpulan ... 33

Saran... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

LAMPIRAN... 37

(23)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Larva instar terakhir Trogoderma granarium... 7

2. Siklus hidup Trogoderma granarium... 8

3. Imago Trogoderma granarium... 9

4. Contoh beras yang diambil langsung dengan menggunakan colokan . 12

5. Yellow trapyang digunakan di gudang penyimpanan ... 13

6. Cartoon trapyang digunakan di gudang penyimpanan ... 13

7. Bait trapyang digunakan di gudang penyimpanan... 14

8. Jenis hama gudang yang ditemukan pada bulan Oktober sampai

Desember 2008 pada gudang Bulog ... 18

9. Imago Liposcelis entomophilus... 19

10. Imago gudang Cryptolestes ferrugineus... 21

11. Imago Tribolium castaneum... 23

12. Imago Oryzaephilus surinamensis... 25

13. Imago Sitophilus oryzae... 25

(24)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Penyebaran kumbang khapra, Trogoderma granarium, di benua

Eropa, Asia, dan Afrika... 6

2. Hasil pemantauan di gudang beras Bulog divisi regional

DKI Jakarta ... 17

3. Hasil pemantauan di gudang beras perorangan

pasar induk Cipinang... 21

4. Hasil pemantauan di gudang beras swasta ... 23

5. Hasil pemantauan di gudang pakan ternak swasta ... 24

6. Rekapitulasi data impor beras dan hasil intersepsi tahun 2007... 26

7. Rekapitulasi data impor soybean meal(pakan ternak)

dan hasil intersepsi tahun 2007 ... 27

9. Hasil pemantauan di gudang pengumpulan pakan ternak

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Hasil pemantauan gudang beras Bulog divre DKI Jakarta ... 37

2a. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2006 laporan tahunan

Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Priok. ... 38

2b. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2007 laporan tahunan

Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Priok. ... 39

3a. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2006 laporan tahunan

Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Mas ... 40

3b. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2007 laporan tahunan

Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Mas. ... 41

4a. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2006 laporan tahunan

Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Perak. ... 42

4b. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2007 laporan tahunan

Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Perak. ... 43

5a. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2006 laporan tahunan

Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Belawan. ... 44

5b. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2007 laporan tahunan

Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Belawan. ... 45

6a. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2006 laporan tahunan

Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Makassar... 46

6b. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2007 laporan tahunan

Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Makassar... 47

7. Kuisioner ... 48

(26)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebijakan penyimpanan suatu komoditas tertentu di gudang mempunyai

beberapa tujuan diantaranya untuk cadangan/stok nasional jika terjadi

musibah/bencana seperti gempa bumi dan banjir baik yang terjadi secara lokal

maupun nasional dan sebagai penstabil harga di pasar (Dadang 2006). Kegiatan

penyimpanan, menurut Sidik (1997), paling banyak mengakibatkan kerusakan

yang nyata pada beberapa komoditas simpanan. Menurut data yang disajikan oleh

Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 1977 kehilangan hasil yang

diakibatkan oleh adanya infestasi hama gudang pada biji-bijian dan sereal lainnya

mencapai 9,6% di tempat penyimpanan, bahkan infestasi tersebut dapat mencapai

20,2% selama penyimpanan di gudang.

Secara prinsip terdapat tiga faktor yang mempengaruhi komoditas yang

disimpan, yaitu keadaan komoditas/bahan simpan, kondisi gudang (lantai,

dinding, atap, dan peralatan), dan lingkungan (fisik dan biologi) baik lingkungan

di dalam gudang maupun di sekitar gudang yang mempengaruhi laju kerusakan

komoditas yang disimpan (Dadang 2006). Untuk mengatasi kehilangan hasil

menurut Champ (1992 dalam Sidik 2000) perlu dilakukan sistem pengendalian

hama gudang terpadu (PHGT) yaitu dengan memadukan unsur pertimbangan

biaya yang efisien, aman, dan tidak menimbulkan dampak negatif pada

lingkungan. Upaya untuk menekan kehilangan hasil tersebut dapat dilakukan

dengan melakukan pemantauan terhadap serangga gudang yang berpotensi

menjadi hama pasca panen pada gudang-gudang penyimpanan. Metode yang

digunakan berdasarkan pemantauan komoditas dan pemantauan hama secara

tersistem, pengendalian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi, dan

tidak berdampak negatif pada lingkungan melalui model perkiraan dan sistem

evaluasi yang terus menerus. Pemantauan merupakan salah satu kegiatan yang

baik untuk mencegah terjadinya infestasi dan serangan hama di gudang pada suatu

waktu tertentu, sehingga dapat diperkirakan terjadinya suatu kerusakan yang akan

(27)

dengan pengetahuan tentang keberadaan dan penyebaran serangga hama di

gudang penyimpanan (Mc Farlane 1989 dalam Sidik 2000).

Berbagai jenis serangga telah dilaporkan dapat menginfestasi dan tersebar

pada komoditas yang disimpan di gudang. Serangga-serangga hama tersebut

biasanya ditemukan di gudang penyimpanan biji-bijian atau kacang-kacangan,

misalnya kumbang Lasioderma serricorne, Stegobium paniceum, Araerus

fasculatus, Rhyzopertha dominica, Sitophilus oryzae, Sitophilus zeamays,

Tribolium castaneum, Corcyra cephalonica, dan Ephestia cautellla

(Surahmat et al. 2006).

Salah satu hama gudang yang pernah dilaporkan sering ditemukan dan

menyebabkan kerusakan pada biji-bijian dan serelia lainnya adalah kumbang

Khapra, Trogoderma granarium, (Coleoptera: Dermestidae). Selain menyerang

serealia, serangga ini juga dapat menginfestasi rempah-rempah dan beras

(Surahmat et al. 2006). Kumbang Khapra saat ini dilaporkan telah tersebar di

beberapa negara Asia, termasuk Asia Tenggara, negara-negara Afrika, Australia

dan USA (Morales & Rejesus 2001). Kumbang ini dilaporkan oleh Lowe et al.

(2000) merupakan satu dari seratus serangga hama gudang yang paling merusak

di dunia. Kumbang T. granarium dapat terbawa pada saat pengiriman komoditas

yang terinfestasi, peralatan yang digunakan, dan melalui alat angkut (Banks

1994).

Di Indonesia T. granarium pertama kali ditemukan pada tahun 1970 dalam

gudang beras impor yang berasal dari Amerika dan telah beberapa bulan lamanya

disimpan di dalam gudang pelabuhan Semarang. Kerusakan yang yang

diakibatkannya cukup besar, sebagian dari beras impor dari Amerika tersebut

menjadi tepung. Pada bulan Agustus 1972 seorang ahli hama gudang FAO

menemukan T. granariumpada toko pakan ternak di daerah Jatinegara, kemudian

pada tahun yang sama petugas karantina tumbuhan Tanjung Priok kembali

menemukan hama gudang ini, ketika melakukan pemeriksaan komoditas beras di

dalam kapal, sehingga dilakukan penahanan untuk fumigasi di dalam kapal (Dano

1977). Selanjutnya hama gudang T. granarium ini berturut-turut ditemukan

serangannya pada beras yang diimpor dari Vietnam, India, dan Pakistan.

(28)

pemerintah daerah setempat untuk mengeradikasi hama gudang

T. granarium. Pada tahun 1991 Balai Karantina Pertanian Jakarta kembali

melakukan pemantauan yang dilakukan secara bersamaan di beberapa daerah

yang pernah terinfestasi hama gudang ini. Pada pemantauan ini menunjukkan

bahwa T. granarium masih ditemukan di wilayah Jakarta dan Tangerang pada

komoditas beras dan pakan ternak (SKTSH 1991). Kemudian tahun 2001

Stasiun Karantina Kelas I Soekarno-Hatta melakukan pemantauan di wilayah

Jakarta dan Tangerang, dengan hasil yang berbeda, yakni tidak ditemukan hama

gudang T. granarium (SKTSH 2001).

Tahun 2006 Menteri Pertanian Republik Indonesia mengeluarkan Surat

Keputusan Menteri Pertanian No.38/Kpts/HK.060/1/2006 yang menyatakan

bahwa T. granarium ditetapkan sebagai Organisame Pengganggu Tumbuhan

Karantina (OPTK) kategori A2 di wilayah Jawa (Deptan 2006). Perlu diketahui

bahwa Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina dibagi atas dua kategori

yaitu : (1) OPTK A1, adalah Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang

belum ada di wilayah Negara Republik Indonesia, yang dicegah pemasukannya ke

dalam wilayah Negara Republik Indonesia ; (2) OPTK A2, adalah Organisme

Pengganggu Tumbuhan Karantina yang keberadaannya sudah ada di beberapa

area di wilayah Negara Republik Indonesia, yang penyebarannya dicegah ke area

lainnya di wilayah Negara Republik Indonesia, dapat dibebaskan dari media

pembawanya dengan perlakuan (Deptan 2002). Upaya pengendalian yang dapat

dilakukan untuk kumbang Khapra adalah dengan menggunakan feromon. Cara ini

juga bermanfaat dalam memantau keberadaan serangga tersebut (Plarre dan

Vanderwel 1999). Selain itu, insektisida dari jenis piretroit sintetik dapat

digunakan untuk mengendalikan hama ini sehingga tidak berkembang biak.

Selanjutnya dikemukakan oleh Rejesus (2001) bahwa saat ini fosfin dan methyl

bromide banyak digunakan sebagai fumigan untuk pengendalian hama kumbang

khapra.

Namun untuk mengantisipasi terjadinya infestasi dan penyebaran serangga

hama ini secara meluas di wilayah Jakarta atau perpindahan ke daeah lain melalui

pengiriman komoditas maka dipandang perlu melakukan suatu kegiatan

(29)

dilakukan dengan menggunakan metode survei ke beberapa gudang penyimpanan

di wilayah Jakarta. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi

status kumbang khapra di wilayah itu sebelum melakukan tindakan pengendalian

atau tindakan karantina lainnya agar serangga hama tidak meluas ke wilayah lain.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu penelitian untuk

mempelajari keberadaan dan kerusakan yang diakibatkan kumbang khapra serta

hama gudang lainnya di gudang-gudang penyimpanan di wilayah Jakarta. Hasil

pemantauan diharapkan akan menjadi sumber informasi penting dalam melakukan

pemetaan dan penyebaran kumbang khapra. Informasi yang didapatkan dari hasil

penelitian ini akan menjadi dasar untuk upaya tindakan karantina terhadap

serangga hama tersebut.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk memantau, mempelajari, dan menelusuri

keberadaan T. granarium dan hama gudang lainnya di wilayah DKI Jakarta,

Bekasi, Serang, dan Cilegon serta mengkaji status keberadaan T. granarium

(30)

TINJAUAN PUSTAKA

Kumbang Khapra

Kumbang khapra dengan nama spesies Trogoderma granarium Everts

mempunyai nama sinonim Trogoderma affrum Priesner, termasuk dalam ordo

Coleoptera, famili Dermestidae (Hinton 1975).

Kumbang khapra pertama kali dilaporkan keberadaannya di India namun

saat ini telah ditemukan juga di beberapa negara di Asia, Australia, Eropa dan

Amerika (Rejesus & Rejesus 2001). Di Amerika Serikat kumbang ini pertama kali

ditemukan tahun 1953 di negara bagian California. Diperkirakan kumbang ini

masuk ke California awal tahun 1946 pada gudang penyimpanan di Fresno,

California (Beal 1956). Kumbang ini sebelumnya telah menyebar di Arizona,

New Meksiko, Texas dan dilakukan eradikasi pada area yang pernah terinfestasi,

namun pada tahun 1968 kumbang ini kembali di temukan di New Jersey, dan

terulang kembali pada tahun 1980. Akhirnya dilakukan pengisolasian terhadap

kumbang ini dari tahun 1980–1983 di California, Maryland, Michigan, New

Jersey dan Texas (Anonim 2006). Menurut USDA-APHIS diperkirakan 67%

iklim Amerika Serikat sesuai untuk perkembangan T.granarium (Rench &

Venette 2005). Pada bulan Oktober 1970 ditemukan di Indonesia dalam beras

impor yang disimpan dalam gudang selama beberapa bulan di Semarang, dan

mengalami kerusakan berat dan telah menjadi tepung (Dano 1977).

Secara alami kemampuan memencar kumbang ini hanya dalam jarak

pendek dan terbatas karena imagonya tidak dapat terbang (Lindgren et al. 1995).

Menurut Pruthi dan Singh (1950) imago dan larva hama ini tersebar dengan

bantuan angin dan dapat meluas dengan bantuan material yang terinfestasi serta

alat transportasi. Larva dan imago menyenangi retakan atau celah material untuk

tempat persembunyiannya, pembungkus material, dinding gudang, dan alat

transportasi.

EPPO (1997) memberikan daftar benua dan negara–negara yang telah

(31)

Penemuan dapat berupa hasil intersepsi yaitu deteksi berdasarkan

pemeriksaan dan pengujian terhadap barang impor, penemuan dapat berupa

[image:31.595.112.513.210.700.2]

imago, larva, exuvia, ataupun penemuan gejala serangan kumbang khapra.

Tabel 1 Penyebaran kumbang Khapra, Trogoderma granarium, di benua Eropa, Asia, dan Afrika

No. Benua Nama negara Keterangan

1. Eropa dan Mediteranean

Austria, Ciprus, Yunani, Jerman

Ditemukan setelah dilakukan perlindungan lingkungan, dan tidak lagi menetap

Israel, Lebanon, Libya, Maroko, Spayol, Swiss, Siria, Tunisia, Turki, Inggris Belgia, Denmark, Irlandia, Luxembourg, Belanda, Rusia

Tidak ditemukan lagi

Hungaria dan Italia Hanya intersepsi 2. Asia Afganistan,

Bangladesh, India, Indonesia

Ditemukan tapi tidak menetap

Irak, Iran, Israel, Japan

Menyebar di beberapa daerah

3. Afrika Aljajair, Burkina, Faso, Yunani, Kenya

Ditemukan tetapi tidak menetap

Libya, Mali,

Maritania, Maroko, Nigeria

Terutama dibagian utara

Sinegal, Sierra-Leone (hanya intersepsi), Hanya intersepsi Somalia, Afrika Selatan

Ditemukan tetapi tidak menetap

Sudan, Tanzania,

Tunisia, Zambia,

Zimbabwe

Ditemukan tetapi tidak

(32)

Biologi dan Morfologi Kumbang Khapra

Telur

Telur berbentuk silindris dengan satu pusat yang melingkar berwarna putih

susu, kemudian berubah menjadi kuning pucat, dan berukuran panjang 0.7 mm

dan lebar 0.25 mm, bentuk silindris (Lindgren et al. 1955). Menurut Partida dan

Strong (1975) telur serangga tersebut berukuran panjang 0.2 mm. Telur memiliki

sedikit rambut dan akan berubah warna dari warna kemerahan atau kuning

kecoklatan pada saat telur semakin matang.

Larva

Larva instar pertama berwarna kuning kecoklatan, dan berubah menjadi

kemerahan pada instar berikutnya dan berukuran panjang 6 mm pada larva instar

terakhir. Tubuh larva ditutupi rambut rambut yang panjang pada ruas abdomen,

[image:32.595.207.415.426.534.2]

sedangkan bagian posterior, rambut-rambutnya menyerupai ekor (Beal 1956).

Gambar 1 Larva instar terakhir Trogoderma granarium

Larva yang masih muda tidak dapat memakan biji-bijian yang utuh dan

tergantung pada kerusakan bijian atau produk makanan yang terbuat dari

biji-bijian. Pada biji-bijian yang rusak selalu ditemukan larva muda. Larva dewasa

dapat memakan biji-bijian yang utuh. Ketersediaan dan jumlah makanan

mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, tetapi larva dapat bertahan hidup tanpa

(33)

Fase dormansi larva lebih kurang 3 minggu dan diikuti periode makan yang

teratur. Proses tersebut memberikan hasil produksi sekitar 41% dari produksi

telur yang normal. Proses kelaparan tidak mempengaruhi lama proses

pembentukan pupa dari larva dorman (Beal 1956).

Pupa

Setelah selesai ecdysis, larva berganti kulit, tetapi pupa tetap tinggal dalam

kulit yang tersisa selama hidupnya. Pupa memiliki tipe exarate. Calon imago

jantan lebih kecil dari pada calon imago betina. Rata-rata calon imago jantan dan

[image:33.595.110.494.319.690.2]

betina berturut-turut panjangnya berturut-turut 3.5 mm dan 5 mm (Hinton 1945).

Gambar 2 Siklus hidup Trogoderma granarium

Imago kawin setelah berumur 5 hari Imago betina dapat menghasilkan 66-500 butir telur

Telur tersebar pada permukaan dan celah-celah material selama 3-14 hari

Larva umumnya ditemukan pada material

(34)

Imago

Tubuh imago T.granarium dewasa berbentuk oval memanjang, berukuran

1.6–3.0 mm, lebar 0.9–1.7 mm. Imago jantan berwarna coklat sampai kehitaman

dengan bercak-bercak coklat kemerahan pada elitra. Imago betina lebih besar dan

ramping dan warnanya lebih terang. Kepala yang relatif kecil, memiliki antena

yang pendek yang terdiri dari 11 ruas. Pada ruas ketiga sampai kelima dari antena

berbentuk seperti gada dan bagian permukaan bagian atasnya ditutupi oleh rambut

dan kelihatan mengkilat (Hinton 1945). Imago memiliki waktu hidup yang

singkat, apabila imago betina kawin hanya hidup 4-7 hari, sedangkan bila tidak

melakukan perkawinan 20-30 hari. Imago jantan dapat hidup 7–12 hari. Imago

tidak dapat terbang dan memiliki tungkai yang pendek. Perkawinan terjadi setelah

serangga berumur 5 hari. Kumbang ini dapat menghasilkan telur dengan

sempurna pada perkawinan pertama. Pada perkawinan pertama imago betina

menghasilkan telur sekitar 66 butir, sedangkan pada perkawinan kedua imago

dapat mencapai lebih dari 500 butir telur. Apabila terjadi penundaan perkawinan

selama 15-20 hari maka kemampuan menghasilkan telur serangga ini akan

[image:34.595.266.359.480.602.2]

menurun sebesar 25% (Hinton 1945).

Gambar 3 Imago Trogiderma granarium

Cara Hidup Kumbang Khapra

Siklus hidup dari kumbang khapra mulai dari telur sampai serangga dewasa

rata-rata 7 bulan pada suhu 21oC. Suhu untuk pertumbuhan normal serangga ini

berkisar antara 21oC-40oC. Lama hidup imago berkisar antara 39 – 45 hari pada

(35)

hidupnya dapat mencapai 26 hari. Kumbang khapra dapat bertahan hidup pada

kondisi lingkungan yang ekstrim, baik pada kondisi suhu yang rendah ataupun

pada suhu yang sangat tinggi. Namun pada saat fase larva dengan suhu di bawah

25oC larva akan bergerombol, dan berdiapause selama 6 tahun (Burges 1962).

Larva dapat bertahan pada suhu –8oC dalam kondisi tidak aktif. Pertumbuhan

dapat terjadi pada kelembaban 2%. Pada kelembaban relatif yang tinggi dapat

menjadi faktor pembatas kumbang khapra untuk dapat bertahan hidup, sehingga

keadaan yang lembab mengakibatkan kompetisi antar spesies tidak dapat berjalan

dengan baik (Burges 1962).

Komoditas Yang Diserang

Kumbang khapra menginfestasi hampir seluruh hasil tanaman kering,

bahan yang berasal dari hewan, tetapi lebih menyukai biji-bijian seperti gandum,

barley, oats, jagung, rye, dan produk olahan seperti tepung, malt, dan mie.

Kumbang ini dapat memakan bahan produk dengan kadar air 2% (Hinton 1945),

dan juga dapat berkembang pada material hewan seperti tikus mati, darah kering,

(36)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Pemantauan dilaksanakan dari bulan Agustus sampai Desember 2008 di

gudang penyimpanan beras dan pakan ternak yaitu : gudang beras Bulog, gudang

swasta, gudang perorangan pasar induk Cipinang, dan gudang penampungan

pakan ternak Cilegon. Wilayah pemantauan keberadaan kumbang khapra adalah

wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon untuk mendapatkan data

primer, sedangkan data sekunder diperoleh dari Balai Besar Karantina Pertanian

Tanjung Priok.

Metode Penelitian

Pengambilan Contoh

Pemantauan menggunakan dua cara yaitu : pengambilan contoh langsung

dengan menggunakan spear sampler atau probe (colokan) dan perangkap dengan

menggunakan yellow trap, cartoon trap, bait trap.

Pengambilan Contoh Langsung

Spear sampler atau probe (colokan). Spear sampler digunakan untuk

pengambilan contoh secara langsung pada penyimpanan yang menggunakan

karung. Penggunaan dengan alat ini merupakan cara praktis untuk memantau

populasi serangga hama, selain itu sekaligus dapat digunakan untuk memantau

kualitas komoditas yang disimpan. Setiap staple (tumpukan karung) yang

ditetapkan menjadi contoh, dilakukan tiga kali pengambilan contoh dengan

colokan yaitu : bagian dasar, bagian tengah, bagian atas, setiap contoh komoditas

(37)
[image:37.595.205.421.84.246.2]

Gambar 4 Contoh beras yang diambil dengan menggunakan colokan

Jumlah pengambilan contoh disesuaikan dengan jumlah dan bentuk karung

dalam gudang penyimpanan (Sidik 1991)

Jumlah karung contoh per tumpukan

Jumlah karung Jumlah contoh

7 – 270

271 – 630

631 – 1140

1141 – 1800

1801 – 2610

2611

5

10

15

20

25

30

Pengambilan Contoh Dengan Perangkap

Yellow trap. Yellow trap adalah perangkap yang terbuat dari kertas

atau plastik kuning dengan ukuran 8cmx15cm, permukaannya dilapisi Vaseline.

Perangkap digantungkan di gudang penyimpanan setinggi 2m (Gambar 5). Yellow

trap digantungkan pada lorong tumpukan karung, setiap lorong dibuat tiga

perangkap. Jumlah perangkap disetiap gudang tidak sama, karena setiap gudang

memiliki jumlah lorong yang berbeda. Yellow trapdipasang setiap tiga hari, pada

hari yang ketiga perangkap lama diganti dengan perangkap yang baru, karena

(38)

ini agar hama gudang yang terbang menabrak yellow trap dan melekat, tujuannya

[image:38.595.159.488.165.330.2]

untuk memerangkap serangga hama yang bisa terbang.

Gambar 5 Yellow trapyang digunakan di gudang penyimpanan

Cartoon trap. Cartoon trapadalah perangkap yang terbuat dari karton

bergelombang dengan ukuran 5cm x 15cm. Karton diletakkan diantara dua

karung. Tujuan dari penggunaan perangkap ini untuk menampung ngengat

hingga berpupa pada celah-celah karton (Gambar 6). Jumlah cartoon trap yang

digunakan tergantung jumlah karung di setiap gudang. Setiap baris vertial karung

pada tumpukan stapel diletakan tiga cartoon trap, sedangkan baris horizontal

lima cartoon trap. Perangkap lama diganti pada hari yang ketiga dengan

perangkap yang baru.

[image:38.595.204.420.564.711.2]
(39)

Bait trap. Bait trap adalah perangkap umpan terbuat dari kantung

nilon berlubang-lubang yang diisi dengan beras pecah kulit sehingga akan

menarik kedatangan serangga hama pada kantung-kantung yang diletakkan pada

celah-celah di antara karung dalam suatu tumpukan. Keuntungan perangkap ini

dapat diletakkan pada beberapa tempat selama 3 hari, mudah dalam pengambilan

serangga yang terperangkap (Gambar 7). Jumlah bait trap yang digunakan

tergantung jumlah karung di setiap gudang. Setiap baris vertial karung pada

tumpukan stapel diletakan tiga bait trap, sedangkan baris horizontal lima bait

[image:39.595.212.404.319.463.2]

trap. Perangkap lama diganti pada hari yang ketiga dengan perangkap yang baru.

Gambar 7 Bait trapyang digunakan di gudang penyimpanan

Pembagian Jenis Komoditas

Komoditas yang diamati adalah komoditas yang umumnya diserang oleh

T. granarium, yaitu: beras dan pakan ternak. Kedua komoditas ini merupakan

makanan yang sangat disenangi oleh T. granarium. Pada gudang penyimpanan,

sering di temukan T. granarium pada bungkil kacang (Kalshoven 1981). Dano

(1977) menyatakan kerusakan besar yang diakibatkan hama gudang ini di

Indonesia adalah pada komoditas beras dan pakan ternak.

Pakan ternak yang diamati berupa bahan dasar pakan ternak seperti

bungkil kacang kedelei, bungkil jagung, biasanya masih dalam bentuk curah, dan

(40)

Lokasi Pemantauan

Pemantauan dilaksanakan pada gudang pemerintah, swasta, perorangan dan

gudang penampungan di wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon.

a. Gudang pemerintah (DKI Jakarta), yaitu :

GBB II : Gudang Beras Bulog II

GBB III : Gudang Beras Bulog III

GBB IV : Gudang Beras Bulog IV

GBB V : Gudang Beras Bulog V

GBB VI : Gudang Beras Bulog VI

GBB VII : Gudang Beras Bulog VII

GBB XII : Gudang Beras Bulog XII

GBB XIII : Gudang Beras Bulog XIII

GBB XIV : Gudang Beras Bulog XIV

GBB XV : Gudang Beras Bulog XV

b. Gudang swasta (Bekasi dan Serang, ), yaitu :

GS I : Gudang Swasta I

GS II : Gudang Swasta II

GS III : Gudang Swasta III

GS IV : Gudang Swasta IV

GS V : Gudang Swasta V

c. Gudang perorangan (DKI Jakarta), yaitu :

GPC I : Gudang Perorangan Cipinang I

GPC II : Gudang Perorangan Cipinang II

GPC III : Gudang Perorangan Cipinang III

GPC IV : Gudang Perorangan Cipinang IV

GPC V : Gudang Perorangan Cipinang V

Data sekunder diperoleh dari data intersepsi laporan tahunan 2006 dan 2007

dari Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok, data sekunder di luar DKI

(41)

Identifikasi Serangga

Serangga yang diperoleh dengan cara pengambilan contoh langsung dan

cara pengambilan contoh dengan perangkap, dihitung jumlahnya. Serangga

dibawa ke laboratorium untuk identifikasi dengan bantuan mikroskop dan buku

identifikasi Banks 1994.

Parameter Pengamatan

Pengamatan hama gudang dilakukan dengan menghitung padat populasi

T. granarium yang ditemukan pada masing-masing contoh, dan menghitung padat

populasi hama gudang lainnya yang ditemukan pada masing-masing contoh.

Selain itu dilakukan pengamatan terhadap sistem manajemen gudang seperti:

jalur masuk pada komoditas ke gudang, lama penyimpanan, asal bahan simpan,

(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gudang Beras Bulog

Selama pemantauan di gudang beras Bulog Divisi Regional DKI Jakarta

tidak ditemukan hama gudang sasaran T. granarium. Hama gudang ini biasanya

ditemukan pada permukaan karung dalam bentuk larva, atau pada gudang dengan

cahaya yang kurang baik. Keberadaan hama ini juga dapat dilakukan dengan

melihat gejala serangan pada komoditas yang diperiksa, dapat berupa exuvia yang

tertinggal pada komoditas bahan simpan, namun selama pemantauan di gudang

beras bulog tanda-tanda tersebut tidak dapat ditemukan. Hama gudang lain yang

ditemukan hanya hama gudang yang umum (Tabel 2)

Tabel 2 Hasil pemantauan di gudang beras Bulog divisi regional DKI Jakarta

No Serangga yang ditemukan Asal komoditas Suhu (oC)

Kadar air (%) 1 2 3 4

Sitophilus oryzae Liposcelis entomophilus Tribolium castaneum Cryptolestes ferrugineus

Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan

34 – 37 30 – 33 35 – 37 35 – 37

12 – 13 12 – 13 12 – 13 12 – 13

Suhu gudang penyimpanan Bulog berkisar 32-37 oC, suhu ini masih

mendekati kisaran suhu efektif yaitu 25-35 oC, yaitu berada pada zona

suboptimum untuk hama gudang kosmopolit seperti Sitophilus oryzae

(Coleoptera: Curculionidae), Liposcelis entomphilus (Psocoptera: Liposcelidae),

Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) , Cryptolestes ferrugineus

(Coleoptera: Cucujidae). Suhu merupakan faktor yang berpengaruh terhadap

biologi serangga termasuk hama gudang, semakin tinggi suhu, pertumbuhan

[image:42.595.114.508.386.484.2]
(43)

Selama pemantauan bulan Oktober sampai Desember 2008. Hama gudang

L. entomophilus sangat tinggi populasinya pada bulan Desember, sedangkan pada

bulan Oktober populasinya paling rendah (Gambar 8) Hal ini disebabkan pada

bulan Desember curah hujan tinggi dan suhu berkisar antara 30-33oC, keadaan

ini sangat sesuai untuk perkembangan imago L. entomophilus dengan kondisi

optimum 30oC (Gambar 9)

Jumlah rata-rata populasi hama gudang yang ditemukan dengan

menggunakan perangkap pada bulan Oktober adalah C. ferrugineus sejumlah 125

ekor, selanjutnya T. castaneum sejumlah 120 ekor, S. oryzae sejumlah 90 ekor,

dan paling sedikit adalah L. entomophilus sejumlah 20 ekor. Pada bulan

Nopember jumlah populasi C. ferrugineus sejumlah 90 ekor, T. castaneum

sejumlah 83 ekor, S. oryzae sejumlah 56 ekor, dan L. entomophilus 42 ekor.

Bulan Desember L. entomophilus sejumlah 362 ekor, C. ferrugineus sejumlah 42

ekor, T. castaneumsejumlah 35 ekor, S. oryzae 26 ekor.

0 50 100 150 200 250 300 350 400 L ip o s c e li s e n to m o p h il u s C ry p to le s te s fe rr u g in e u s S it o p h il u s o ry z a e T ri b o li u m c a s ta n e u m

Jenis hama gudang

P o p u la s i h a m a g u d a n g ( e k o r) Oktober Nopember Desember

[image:43.595.153.485.448.629.2]
(44)
[image:44.595.231.409.97.280.2]

Gambar 9 Imago Liposcelis entomophilus

Jumlah populasi hama gudang yang ditemukan dengan dengan

pengambilan contoh langsung dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tidak ditemukannya T. granariumdapat disebabkan penanganan gudang

beras Bulog pada saat ini mengikuti pengelolaan hama gudang terpadu (PHGT)

yaitu dimulai dengan identifikasi organisme pengganggu komoditas (OPK) di

gudang penyimpanan, organisme yang potensial menjadi OPK, dan faktor

penyebab berkembangnya OPK (Hidayat & Halid 2006). Pencegahan merupakan

faktor utama dari penanganan hama gudang terpadu yang dilaksanakan oleh

Bulog, yang melibatkan kebersihan gudang, kesehatan komoditas yang disimpan,

kebersihan gudang penyimpanan, penghilangan tempat-tempat yang menjadi

sumber atau sarang OPK. Penanganan yang dilakukan oleh Bulog secara dini

terhadap hama gudang merupakan salah satu penyebab T. granarium tidak

ditemukan pada gudang beras Bulog. Tujuan penyimpanan gudang Bulog adalah

untuk penyimpanan/cadangan beras nasional, bila sewaktu-waktu terjadi bencana,

dan bertujuan agar harga di pasaran stabil. Lama penyimpanan di gudang Bulog

umumnya berkisar 6 – 12 bulan, tetapi Bulog menjalan kan manajemen stok yang

diterapkan dengan baik yaitu dengan rotasi stok komoditas sistem first in first out

(FIFO) (Hidayat & Halid 2006). Dengan sistem FIFO komoditas yang telah

masuk terlebih dahulu ke dalam gudang akan dikeluarkan terlebih dahulu. Sistem

(45)

sehingga siklus hidup hama gudang akan terputus. Dengan demikian populasi

hama gudang diharapkan tidak bertambah, bahkan berkurang. Pengemasan

komoditas pada gudang Bulog menggunakan bahan plastik, berat setiap kemasan

rata-rata 15-20 kilogram. Menurut Harahap (2006) jenis kemasan yang

teksturnya rapat seperti kantung plastik dapat mencegah masuknya serangga tetapi

sistem aerasinya tidak sebaik kemasan yang teksturnya tidak rapat seperti karung

goni. Sistem aerasi yang tidak baik dapat menyebabkan naiknya temperatur dan

kadar air yang dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme. Jenis kemasan

goni yang berbahan dasar organik dari serat yute merupakan salah satu material

yang disenangi oleh T. granarium, hal ini menjadi salah satu faktor yang

mengakibatkan kumbang ini tidak lagi berkembang pada gudang penyimpanan

yang memakai jenis kemasan plastik.

Asal komoditas di gudang penyimpanan Bulog umumnya dari daerah yang

panennya berlebih. Komoditas bahan simpan di Bulog 90% adalah beras lokal,

Bulog hanya mengimpor sebanyak 10% beras dari jumlah beras yang di konsumsi

di Indonesia. Hal ini berhubungan dengan peraturan yang dikeluarkan oleh

pemerintah tentang ketentuan ekspor-impor Permendag

No.12/M-DAG/PER/4/2008 (Depdag 2008). Impor beras juga tidak berasal dari negara

asal T. granarium seperti India, beras diimpor umumnya dari Thailand dan

Vietnam.

Gudang Bulog melakukan penyemprotan setiap bulan sebagai usaha

pencegahan meningkatnya populasi hama gudang, dan fumigasi apabila serangan

hama telah melewati ambang batas ekonomi.

Gudang Beras Perorangan Cipinang

Gudang beras perorangan merupakan salah satu gudang penyimpanan yang

pernah dilaporkan diinfestasi T. granarium. Pada tahun 1972 seorang peneliti

FAO menemukan T. granarium pada gudang perorangan (Dano 1977). Hal ini

menjadi dasar memilih gudang perorangan di pasar induk Cipinang, tetapi selama

pemantauan di gudang perorangan Cipinang T. granarium juga tidak ditemukan.

Hal ini dapat disebabkan beras yang disimpan di gudang penyimpanan relatif

(46)

yang dipasok pada gudang perorangan lebih kurang 20 ton per hari dan

mengeluarkan beras 10 ton per hari. Perputaran stok beras yang begitu cepat,

menyebabkan siklus hidup hama terputus pada gudang penyimpanan. Hasil

pemantauan di gudang perorangan Cipinang hanya menemukan hama gudang

umum (Tabel 3)

Tabel 3 Hasil pemantauan di gudang beras perorangan pasar induk Cipinang

No Serangga yang ditemukan Asal komoditas

Suhu (oC)

Kadar air (%) Jumlah rata-rata populasi (ekor) 1 2 3 4

Cryptolestes ferrugineus Cryptolestes ferrugineus Cryptolestes ferrugineus Cryptolestes ferrugineus

Bandung Garut Subang Cianjur

32 – 36

32 – 36

32 – 36

14 – 16 14 – 17 14 – 16 14 - 17

4 8 8 10

Hama gudang Cryptolestes ferrugineus (Coleoptera: Cucujidae) (Gambar

10). Serangga ini bersifat kosmopolit dan banyak ditemukan di daerah tropika,

termasuk hama sekunder, umumnya menyerang serelia, produk biji-bijian yang

[image:46.595.118.510.250.378.2]

berminyak , kacang tanah, tepung gaplek.

[image:46.595.217.444.518.691.2]
(47)

Hama gudang ini hanya ditemukan 2 sampai 6 ekor setiap kali

pemantauan, relatif sangat sedikit. Kondisi beras yang bersih dari segi fisik beras

utuh 80%-90%, menjadi penyebab hama gudang sekunder ini tidak berkembang

begitu banyak pada gudang penyimpanan Cipinang.

Gudang Beras Swasta

Gudang beras swasta diwakili oleh importir beras, berdasarkan sejarah,

T. granarium masuk ke di Indonesia melalui beras impor dari India, Vietnam, dan

Pakistan. Selama pemantauan pada gudang beras impor ternyata tidak ditemukan

lagi hama gudang T. granarium. Hal ini dapat disebabkan oleh perlakuan

fumigasi pada daerah asal komoditas sebelum ekspor sudah benar-benar

terlaksana dengan baik, penyertaan Phitosanitary certificate sebagai salah satu

syarat utama untuk ekspor menjadi pembatas masuknya T. granarium ke

Indonesia. Penanganan gudang oleh pihak swasta juga sudah sangat baik,

berdasarkan kuisioner yang dibuat (Lampiran 7), umumnya gudang penyimpanan

terbuat dari dinding permanen, lantai semen, sanitasi baik, sirkulasi udara lancar,

ini merupakan salah satu faktor pembatas berkembangnya hama gudang ini pada

gudang swasta. Perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah tentang

pembatasan impor beras, juga salah satu pembatas masuknya T. granarium ke

Indonesia. Dengan volume beras impor yang tidak begitu tinggi maka pengawasan

terhadap OPTK A1 maupun A2 dapat lebih maksimal dilaksanakan oleh petugas

karantina, terkait dengan pengawasan di pelabuhan import.

Jumlah rata-rata populasi hama gudang yang ditemukan setiap bulannya

pada gudang swasta dengan pengambilan contoh langsung hanya berkisar 4-10

ekor (Tabel 4). Tidak disetiap pengambilan sampel ditemukan hama gudang,

(48)
[image:48.595.112.523.104.247.2]

Tabel 4 Hasil pemantauan di gudang beras swasta No Asal komoditas Kadar air ( % ) Suhu (oC)

Serangga yang ditemukan Jumlah rata-rata populasi (ekor) 1 2 3 4 Vietnam Thailand USA Lokal

14 – 16 14 – 16 14 – 16 14 - 16

32 – 36 32 – 36 32 – 36 32 – 36

-Tribolium castaneum

-Tribolium castaneum Cryptolestes

ferrugineus

4

6 4

Selama pemantauan di gudang beras swasta yang ditemukan hanya hama

gudang umum yaitu Cryptolestes ferrugineus (Coleoptera: Cucujidae) dan

Tribolium castaneum(Coleoptera: Tenebrionidae) (Gambar 11).

Gambar 11 Imago Tribolium castaneum, (a) tampak atas, (b) ciri khas pada bagian mata, (c) antena

a

b )

[image:48.595.179.448.385.663.2]
(49)

Gudang Pakan Ternak

Manajemen gudang pada tempat penyimpanan pakan ternak sudah baik, hal

ini dapat dilihat selama pemantauan. Manajemen meliputi sanitasi gudang,

pembatasan masuknya material dan orang, dari luar ke dalam gudang, serta

kebersihan gudang. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan

kontaminasi pakan ternak dari hama dan penyakit. Selama pemantauan hama

[image:49.595.113.513.277.392.2]

gudang yang ditemukan, hanya hama gudang yang umum saja (Tabel 5).

Tabel 5 Hasil pemantauan di gudang pakan ternak swasta

No Asal komoditas

Kadar air ( % )

Suhu (oC)

Serangga yang ditemukan Jumlah rata-rata populasi (ekor) 1 2 3 India Brazil Argentina

16 - 18 16 - 18 16 - 18

32 – 36 32 – 36 32 – 36

Sitophilus oryzae

Oryzaephilus surinamensis Alphitobius diaperinus

5 2 4

Asal komoditas pakan ternak yang diimpor merupakan negara asal dari

kumbang T. granarium yaitu India, sedangkan Brazil dan Argentina juga negara

yang pernah tercatat diserang hama gudang ini, tetapi selama pemantauan tidak

ditemukan T. granarium. Suhu gudang pakan ternak yang dipantau berkisar

32 -36 oC , keadaan ini sangat sesuai untuk perkembangan T. granarium yang

memiliki suhu optimum 35oC (Burges 1962).

Tidak adanya kumbang khapra berhubungan dengan penanganan gudang

yang sangat ketat, perlakuan tidak hanya dilakukan pada komoditas dan kemasan

komoditas impor, tetapi perlakuan juga diberikan pada orang atau material yang

masuk ke dalam gudang, untuk menghindari penyebaran hama gudang ini. Hama

yang ditemukan hanya Oryzaephilus surinamensis (Coleoptera: Silvanidae),

Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae), Alphitobius diaperinus

(50)

Gambar 12 Imago Oryzaephilus surinamensis

Gambar 13 Imago Sitophilus oryzae, (a) tampak atas, (b) tampak samping, (c) empat bercak coklat berbentuk bulat kemerahan pada elytra, (d) bentuk antena

a b

[image:50.595.214.446.82.317.2]
(51)
[image:51.595.166.457.83.315.2]

Gambar 14 Imago Alphitobius diaperinus, (a) tampak dari atas, (b) mata yang khas (membelah), (c) antenna.

Pelabuhan Tanjung Priok

Pemantauan dilakukan pada pelabuhan tempat masuknya kapal luar dan

kapal lokal yang hendak bongkar muat di pelabuhan Tanjung Priok. Sebelum

kapal sandar biasanya sudah ada laporan pada Balai Besar Karantina Pertanian

komoditas apa saja yang akan masuk. Sebelum muatan bongkar terlebih dahulu

petugas karantina melakukan pemeriksaan OPTK di dalam kapal, apabila

ditemukan OPTK maka akan dilakukan tindakan perlakuan atau penolakan.

Besarnya frekuensi masuknya komoditas beras impor melalui pelabuhan Tanjung

Priok dapat dilihat dari dari data intersepsi tahun 2007 (Tabel 6).

Tabel 6 Rekapitulasi data impor beras dan hasil intersepsi tahun 2007

No Asal komoditas Frekuensi Intersepsi Serangga yang ditemukan

1 2 3 4 5

Thailand Vietnam Taiwan Pakistan

Amerika Serikat

725,04 ton (81 kali) 227,82 ton (40 kali) 7,70 ton (10 kali) 1,85 ton ( 4 kali) 0,26 ton ( 5 kali)

Tribolium castaneum

-Sumber : Laporan tahunan BBKT Tanjung Priok Tahun Anggaran 2007

a b

[image:51.595.112.513.612.710.2]
(52)

Hasil intersepsi terhadap impor beras melalui pelabuhan Tanjung Priok

selama tahun 2007 dengan frekuensi pemasukan 148 kali dengan jumlah 963 ton,

tidak ditemukan hama gudang sasaran T. granarium. Hasil intersepsi hanya

menunjukkan penemuan hama gudang T. castaneum dengan asal komoditas

Amerika Serikat.

Pemasukan komoditas impor pakan ternak soybean meal melalui

pelabuhan Tanjung Priok, juga dilakukan sistem pemeriksaan OPTK sebelum

pakan ternak tersebut diturunkan dari kapal. Apabila ditemukan OPTK A2 pada

komoditas yang dibawa oleh kapal, maka kapal tidak dapat sandar, harus

diberikan perlakuan di dalam kapal. Selama lima tahun terakhir Balai Besar

Karantina Pertanian tidak pernah melakukan fumigasi pada pelabuhan bongkar

terhadap komoditas beras dan pakan ternak yang diimpor. Ini menunjukkan

bahwa T. granarium tidak lagi ditemukan selama lima tahun terakhir ini. Data

intersepsi pemeriksaan hama gudang pada tahun 2007 Balai Besar Karantina

Pertanian dapat dilihat di Tabel 7.

Tabel 7 Rekapitulasi data impor soybean meal (pakan ternak) dan hasil intersepsi tahun 2007

No Asal komoditas Frekuensi Intersepsi Serangga yang ditemukan 1 2 3 4 5 India Amerika Serikat Uni Emirat Arab Saudi Arabia China

103,65 ton (188 kali) 50,21 ton (149 kali) 1,41 ton (2 kali) 0,71 ton (1 kali) 1,76 ton (5 kali)

-Tribolium castaneum

-Sumber : Laporan tahunan BBKP Tanjung Priok Tahun Anggaran 2007

Hasil intersepsi dari pemasukan soybean meal (bahan pakan ternak)

selama tahun 2007, tidak pernah ditemukan hama gudang T. granarium, serangga

yang ditemukan hama gudang umum T. castaneum.

Pemasukan bahan pakan ternak melalui Balai Besar Karantina Pertanian

Tanjung Priok Tahun Anggaran 2007 sejumlah 156,18 ton dengan frekuensi

pemasukan 348 kali.

Sejak tahun 2001 Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok tidak

[image:52.595.113.519.455.554.2]
(53)

Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) A2 T. granarium pada komoditas

impor pelabuhan Tanjung Priok. Pemantauan yang dilakukan setiap tahunnya

juga tidak pernah menemukan OPTK A2 T. granarium(BKTTP 2001).

Pelabuhan Cilegon

Pemantauan di pelabuhan Cilegon juga dilakukan, mengingat pelabuhan

ini merupakan salah satu alternatif pemasukan komoditas beras dan pakan ternak

dari negara lain ke Indonesia, atau masuknya komoditas dari pulau lain ke pulau

Jawa. Pemantauan pada gudang penampungan pakan ternak dalam bentuk curah

di pelabuhan Cilegon hanya menemukan hama gudang yang umum saja

[image:53.595.116.509.361.502.2]

(Tabel 8)

Tabel 8 Hasil pemantauan di gudang pengumpulan pakan ternak Cilegon

No Asal komoditas Kadar air ( % ) Suhu (oC)

Serangga yang ditemukan Jumlah rata-rata populasi (ekor) 1 2 3 4 India Brazil Argentina Uni Emirat Arab

16 - 18 16 - 18 16 - 18 16 - 18

32 – 37 32 – 37 32 – 37 32 - 37

Sitophilus oryzae

Oryzaephilus surinamensis Tribolium castaneum Tribolium castaneum

15 11 24 14

Pemantauan yang dilakukan di Gudang pengumpulan pakan ternak yang

baru turun dari kapal di Cilegon tidak menemukan hama gudang sasaran

T. granarium. Pakan ternak berupa soybean meal dalam bentuk curah turun dari

kapal, masuk ke gudang – gudang di kawasan pelabuhan Cilegon. Gudang swasta

menampung pakan ternak tersebut, dikemas di gudang penampungan lalu di bawa

ke gudang swasta. Sebelum pakan ternak turun ke kapal pegawai Balai Karantina

Pertanian Kelas I Cilegon melakukan pemeriksaan terlebih dahulu ke dalam kapal,

untuk memeriksa OPTK yang memungkinkan masuk dari luar negeri ke dalam

wilayah negara Republik Indonesia. Selama tahun tahun 2007 dan 2008 Balai

Karantina Pertanian Kelas I Cilegon tidak pernah melakukan fumigasi terhadap

(54)

selama tahun 2007 dan 2008 petugas karantina tidak menemukan OPTK A2 T.

granariumpada saat pemasukan soybean meal(bahan pakan ternak) ke Indonesia.

Analisis Karakteristik Gudang

Karakteristik gudang dilihat dari jenis komoditas gudang, status

kepemilikan gudang. Gudang-gudang yang dipantau dikategorikan menjadi

gudang pemerintah, perorangan dan swasta berdasarkan kuisioner (Lampiran 7)

Karakteristik Gudang Menurut Jenis Komoditas

Gudang beras lebih banyak menggunakan komoditas lokal dibandingkan

gudang pakan ternak. Gudang beras hanya menyimpan komoditas impor

(13.80%) sedangkan gudang pakan ternak sebaliknya, sebagian besar gudang

pakan ternak menyimpan komoditas impor sebesar (66.67%). Berdasarkan

analisis ini kemungkinan pakan ternak terinfestasi T. granarium dari negara luar

lebih besar dibandingkan komoditi beras lokal. Tetapi dari hasil pemantauan

keberadaan T. granarium sama-sama tidak ditemukan pada pakan ternak maupun

pada komoditi beras.

Ada perbedaan yang signifikan antara gudang beras dengan gudang pakan

ternak terkait tujuan penyimpanan komoditi. Semua komoditi yang disimpan

dalam gudang pakan ternak dutujukan untuk konsumsi, sedangkan pada gudang

beras, selain untuk konsumsi, sekitar 45% gudang beras menyimpan komoditi

untuk tujuan stok. Dilihat dari kandungan kadar air komoditi yang disimpan

digudang, ada perbedaan yang cukup signifikan antara gudang beras dengan

gudang pakan ternak. Pada gudang pakan ternak semua gudang menyimpan

komoditi dengan kadar air lebih dari 16%, sedangkan pada gudang beras hanya

50% yang menyimpan komoditi dengan kadar air 16%, selebihnya kurang dari

16% hingga 14%. Perbedaan ini juga dapat dilihat dari hasil uji khi-kuadrat yang

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis gudang dengan

kadar air komoditi yang disimpan (Lampiran 8). Komoditi yang disimpan pada

gudang beras dan pakan ternak umumnya disimpan dalam bentuk kemasan.

Sedangkan pada gudang pakan ternak selain dengan kemasan (66.57%) ada juga

(55)

digunakan, semua kemasan pada gudang beras mengunakan bahan dari plastik.

Dari gudang yang menyimpan komoditi dalam kemasan, ada perbedaan yang

cukup signifikan antara gudang beras dengan gudang pakan ternak terkait ukuran

kemasan yang digunakan. Pada gudang beras, sebagian besar komoditi yang

disimpan menggunakan kemasan berukuran antara 15 sampai 20 kg (60%),

sedangkan pada gudang pakan ternak, sebagian besar menggunakan kemasan 50

kg (66.67%). Karena beras merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat, maka

separuh dari gudang beras menyatakan bahwa lama penyimpanan komoditi ini

kurang dari sebulan sedangkan sisanya menyimpan lebih dari sebulan (sebagai

stok). Sedangkan pada gudang pakan ternak, sebagian besar gudang (66.67%)

menyimpan komoditi selama satu hingga enam bulan. Waktu penyimpanan

komoditi biasanya berpengaruh terhadap warna komoditi. Secara umum tidak ada

hubungan antara warna komoditi dengan jenis gudang. Secara umum 88,57%

gudang menyimpan komoditi warna komoditi tersebut dalam kondisi baik.

Kondisi gudang akan berpengaruh pada mutu komoditi yang disimpan. Dilihat

dari kebersihan gudang, tidak ada hubung

Gambar

Tabel 1  Penyebaran kumbang Khapra, Trogoderma granarium, di benua  Eropa, Asia, dan Afrika
Gambar 1  Larva instar terakhir Trogoderma granarium
Gambar 2  Siklus hidup Trogoderma granarium
Gambar 3  Imago Trogiderma granarium
+7

Referensi

Dokumen terkait