• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Reproduksi Undur-undur Laut Hippa adactyla (Fabricius: 1787) di Pantai Berpasir, Kabupaten Cilacap.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aspek Reproduksi Undur-undur Laut Hippa adactyla (Fabricius: 1787) di Pantai Berpasir, Kabupaten Cilacap."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK REPRODUKSI UNDUR-UNDUR LAUT

Hippa adactyla

(Fabricius 1787)

DI PANTAI BERPASIR, KABUPATEN CILACAP

DEWI MASITOH

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aspek Reproduksi Undur-undur Laut Hippa adactyla (Fabricius 1787) di Pantai Berpasir, Kabupaten Cilacap adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2015

Dewi Masitoh

(4)

ABSTRAK

DEWI MASITOH. Aspek Reproduksi Undur-undur Laut Hippa adactyla

(Fabricius: 1787) di Pantai Berpasir, Kabupaten Cilacap. Dibimbing oleh YUSLI WARDIATNO dan ISDRADJAD SETYOBUDIANDI

Undur-undur laut (Hippa adactyla) merupakan kepiting dari ordo Decapoda yang hidup pada sedimen pasir di perairan pantai yang terpengaruh oleh pasang surut. Undur-undur laut merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang memiliki nilai ekonomis penting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produksi telur, diameter telur, volume telur dan energi reproduksi undur-undur laut Hippa adactyla di pantai berpasir, Kabupaten Cilacap. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari hingga Desember 2013 di pantai berpasir, Kabupaten Cilacap. Hasil jumlah telur total H. adactyla sebanyak 3 200±2 993 butir telur. Diameter telur rata-rata yang dihasilkan yaitu 0,4409±0,0698 mm dan volume telur rata-rata 0,0455±0,0205 mm3. Produksi telur yang dihasilkan oleh H.

adactyla memiliki hubungan yang erat dengan panjang karapas. Energi

reproduksi yang berupa penurunan berat kering tubuh betina yaitu sebesar 0,04%. Kata kunci : Diameter telur, energi reproduksi, Hippa adactyla, produksi telur,

volume telur

ABSTRACT

DEWI MASITOH. Reproduction Aspect of Mole Crabs Hippa adactyla

(Fabricius: 1787) on Sandy Beach, Cilacap. Supervised by YUSLI WARDIATNO and ISDRADJAD SETYOBUDIANDI

Mole crab (Hippa adactyla) is a crab species from ordo Decapoda. It lives on sand coastal water sediment that affect by high and low tide. Mole crab also considered as one of important economic species. The aim of this research is to analyze egg productivity, egg diameter, egg volume and production energy of mole crab H. adactyla on sandy beach, Cilacap. The research was conducted from January to December 2013 on sandy beach, Cilacap. The total egg number

of H. adactyla is 3 200±2 993 eggs. The average of egg diameter is

0,4409±0,0698 mm and the average of volume is 0,0455±0,0205 mm3. Eggs production by H. adactyla has high correlation with carapace length. The production energy in the form of female dry weight reduction is 0,04%.

Keywords: Egg diameter, egg production, egg volume, Hippa adactyla

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

ASPEK REPRODUKSI UNDUR-UNDUR LAUT

Hippa adactyla

(Fabricius 1787)

DI PANTAI BERPASIR, KABUPATEN CILACAP

DEWI MASITOH

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Aspek Reproduksi Undur-undur Laut Hippa adactyla (Fabricius 1787) di Pantai Berpasir, Kabupaten Cilacap” ini dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakutas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1 Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.

2 Beasiswa Bidikmisi yang telah memberikan bantuan dana selama perkuliahan.

3 Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), DIPA IPB Tahun Ajaran 2013, kode Mak: 2013. 089. 521219, Penelitian Dasar untuk Bagian, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitan dan Pengabdian kepada Masyarakat, IPB.

4 Dr Etty Riani, selaku pembimbing akademik yang telah memberi saran selama perkuliahan.

5 Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc dan Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan, saran, arahan serta bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6 Dr Majariana Krisanti, SPi MSi selaku dosen penguji tamu dan Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi MSi selaku perwakilan Komisi Pendidikan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan atas saran dan masukan yang sangat berarti.

7 Papah, Mamah, Kakak, serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa, kasih sayang, dan dukungannya selama ini.

8 Teman-teman MSP 48, APD, Ar-rahmah, tim penelitian di Cilacap keluarga Bapak Sugeng dan Kebumen keluarga Bapak Sarmo, Bapak Ali, Kak Agus, Kak Wahyu, Bang Gentha, Kak Febi, Kak Ayu, Kak Yuyun, Mbak Lella, dan Kak Rurin atas semangat, dukungan, dan bantuannya. Demikian skripsi ini disusun, semoga dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Pengumpulan Data 2

Prosedur Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Hasil 7

Pembahasan 11

KESIMPULAN DAN SARAN 13

Kesimpulan 13

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 17

RIWAYAT HIDUP 21

(10)

DAFTAR TABEL

1 Sidik ragam analisis ragam satu arah 7

2 Energi reproduksi Decapoda 12

3 Panjang karapas, jumlah telur total, dan panjang telur Decapoda 13

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitan 3

2 Alat bantu penangkapan undur-undur laut H. adactyla 3 3 Pengukuran panjang total dan panjang karapas H. adactyla 4

4 Stadia telur H. adactyla 4

5 Jumlah telur rata-rata per bulan H. adactyla 7

6 Hubungan stadia telur dengan jumlah telur rata-rata H. adactyla 8 7 Hubungan panjang karapas dengan jumlah telur total H. adactyla 8

8 Diameter telur rata-rata H. adactyla 9

9 Volume telur rata-rata H. adactyla 10

10 Energi reproduksi rata-rata H. adactyla 10

11 Hubungan stadia telur dengan energi reproduksi rata-rata H.

adactyla 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis varian satu faktor panjang karapas dengan jumlah telur total

H. adactyla 17

2 Hubungan panjang total dengan jumlah telur total H. adactyla 17 3 Hubungan berat kering tanpa telur dengan jumlah telur total H.

adactyla 18

4 Hubungan panjang karapas dengan berat kering tanpa telur H.

adactyla 18

5 Hubungan panjang karapas dengan berat kering individu total H.

adactyla 19

6 Hubungan jumlah telur total dengan berat kering tanpa telur H.

adactyla 19

7 Analisis varian satu faktor stadia telur dengan jumlah telur total H.

(11)

PENDAHULUAN

dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Undur-undur laut dapat ditemukan di daerah swash zone wilayah intertidal. Swash zone merupakan wilayah pasang surut yang bergantian terendam dan terpapar oleh gelombang atau dapat disebut dengan daerah pencucian (McArdle dan McLachlan 1991). Hewan yang hidup di daerah ini beradaptasi dengan meliangkan dirinya untuk bertahan hidup.

Salah satu wilayah penyebaran undur-undur laut di perairan Indonesia, yaitu pantai Cilacap. Undur-undur laut yang ditemukan di Cilacap terdapat tiga jenis yaitu, Emerita emeritus, Hippa adactyla, dan Albunea symmysta. Undur-undur laut dikenal oleh masyarakat sekitar dengan sebutan yutuk. Yutuk biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk dijadikan jajanan khas Cilacap dan juga sebagai umpan untuk memancing. Selain itu, undur-undur laut juga dapat digunakan sebagai indikator pencemaran karena memiliki sifat-sifat seperti, distribusi yang luas, fisiologinya yang resisten serta mudah ditangkap, dan dekat dengan aktivitas manusia (Boere et al. 2011).

Penelitian undur-undur laut di dunia sudah banyak dilakukan, mulai dari komposisi spesies (Boonruang dan Phasuk 1975), kebiasaan makanan (Wenner 1977), pertumbuhan (Fusaro 1977, Sastre 1991), distribusi (Boyko dan Harvey 1999), dinamika populasi (Defeo dan Cardoso 2002), filogenetik molekuler (Haye

et al. 2002), dan reproduksi (Kanagalakshmi 2011). Di Indonesia penelitian

undur-undur laut yang sudah dilakukan, aspek pertumbuhan mole crab (Mashar dan Wardiatno 2013), aspek pertumbuhan H. adactyla (Mashar dan Wardiatno 2013), identifikasi molekuler (Hakim 2014), keanekaragaman sand crab dan pengkajian genetik (Wardiatno et al. 2015), H. adactyla (Ardika et al. 2015), serta rasio panjang-lebar karapas dan faktor kondisi (Muzammil et al. 2015).

(12)

2

Perumusan Masalah

Undur-undur laut merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang memiliki nilai ekonomis penting. Undur-undur laut dapat secara bebas dimanfaatan oleh masyarakat sebagai bahan makanan karena termasuk jenis makanan yang digemari. Hal ini menyebabkan tingginya permintaan undur-undur laut.

Kegiatan penangkapan undur-undur laut di pantai berpasir, Kabupaten Cilacap dilakukan setiap hari. Hasil tangkapan didominasi oleh undur-undur yang dalam kondisi bertelur. Seiring dengan pemanfaatan undur-undur laut yang semakin meningkat menyebabkan berkurangnya jumlah undur-undur laut. Kegiatan penangkapan yang tidak terkendali dapat mengancam keberadaan dan mengganggu fungsi ekologi undur-undur laut. Oleh karena itu, diperlukan studi tentang aspek reproduksi sebagai input dalam rencana pengelolaan sumberdaya undur-undur laut di pantai berpasir, Kabupaten Cilacap.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produksi telur, diameter telur, volume telur, dan energi reproduksi undur-undur laut Hippa adactyla di pantai berpasir, Kabupaten Cilacap.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah pantai berpasir, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Pengambilan contoh dilakukan pada bulan Januari hingga Desember 2013 dengan frekuensi pengambilan contoh yaitu setiap dua minggu sekali. Analisis laboratorium dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2015 di Laboratorium Biologi Perikanan dan Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan serta Laboratorium Nutrisi Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2015. Peta lokasi pengambilan contoh dapat dilihat pada Gambar 1.

Pengumpulan Data Pengambilan contoh

(13)

3 tangkap ini memiliki panjang ±2 meter dan lebar ±1 meter. Pengoperasian alat tersebut yaitu dengan cara di dorong menyusur pasir pantai seperti pengoperasian garuk pada penjemur padi. Contoh undur-undur laut yang diperoleh kemudian diawetkan dengan menggunakan alkohol 96%.

Gambar 1 Peta lokasi penelitan

Gambar 2 Alat bantu penangkapan undur-undur laut H. adactyla

Analisis contoh undur-undur laut

(14)

4

karapas hingga bagian telson. Sedangkan pengukuran panjang karapas dimulai dari bagian anterior karapas hingga bagian posterior karapas (Gambar 3).

Penghitungan jumlah telur dilakukan dengan mengeluarkan seluruh telur pada pleopod yang ada di bawah telson ke dalam cawan petri, kemudian diberi sedikit air untuk memudahkan dalam menghitung. Penghitungan jumlah telur dan berat telur yaitu menggunakan seluruh stadia telur (stadia 1, stadia 2, dan stadia 3). Penghitungan dilakukan dengan membagi egg mass menjadi tiga bagian. Masing-masing bagian dari egg mass diambil 100 telur dan dihitung menggunakan bantuan alat penghitung (counter). Setelah penghitungan selesai, telur ditimbang berat basahnya kemudian dilakukan pengecekan stadia telur. Pengecekan stadia telur dilakukan dengan mengamati menggunakan mikroskop dan mengambil contoh telur sebanyak 20 butir stadia 1 setiap individu untuk diamati panjang dan lebarnya (Gambar 4).

Gambar 3 Pengukuran panjang total dan panjang karapas H. adactyla a-b: panjang karapas, a-c: panjang total (Chan et al. 2010) Stadia telur pada Decapoda dapat dibagi menjadi tiga yaitu stadia 1, stadia 2, dan stadia 3. Stadia 1 ditandai dengan warna telur yang kuning cerah dan masih berbentuk bulat telur (Gambar 4a). Stadia 2 ditandai dengan warna telur yang sudah kecoklatan serta sudah terdapat rongga disekeliling telur (Gambar 4b). Stadia 3 ditandai dengan adanya bintik mata pada telur (Gambar 4c) (Bakir et al. 2009).

Gambar 4 Stadia telur H. adactyla

a= stadia 1, b= stadia 2, c= stadia 3

Pengukuran berat kering dilakukan dengan cara mengeringkan contoh telur semua stadia dan undur-undur laut menggunakan oven. Pengovenan dilakukan selama 48 jam pada suhu 65°C. Setelah itu contoh didinginkan menggunakan desikator dan ditimbang dengan timbangan digital.

(15)

5 Prosedur Analisis Data

Berat telur

Penghitungan berat telur ini menggunakan berat kering. Penghitungan berat telur dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Hernáez et al. 2008):

(1)

Keterangan:

E = Berat telur (mg)

S = Rata-rata berat subcontoh (mg) Jumlah telur total

Penghitungan jumlah telur total yang dihasilkan oleh undur-undur laut yaitu menggunakan rumus sebagai berikut (Hernáez et al. 2008):

N (2)

Penghitungan volume telur dilakukan dengan menggunakan telur stadia 1. Analisis data volume telur menggunakan rumus sebagai berikut (Turner dan Lawrence 1979 in Hernáez et al. 2008):

Energi reproduksi adalah energi yang disumbangkan oleh Decapoda untuk melakukan reproduksi yaitu berupa massa (spesifik berat telur). Analisis energi reproduksi menggunakan berat kering dari undur-undur laut tanpa telur dan egg mass. Penghitungan energi reproduksi menggunakan rumus sebagai berikut (Clarke et al. 1991):

erat kering indi idu tanpa erat kering (4)

Keterangan:

(16)

6

Energi reproduksi juga dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan penurunan berat kering tubuh individu betina. Persen penurunan berat kering betina untuk menghasilkan telur dihitung dengan menggunakan rumus (Morizur et al. 1981, Somerton dan Meyers 1983 in Thessalou-Legaki 1997):

[ ] (5)

Keterangan:

ao = Nilai intersep hubungan panjang karapas dengan berat betina yang dalam kondisi bertelur

an = Nilai intersep hubungan panjang karapas dengan berat betina yang dalam kondisi tidak bertelur

Regresi linier sederhana

Regresi linier sederhana adalah persamaan yang menggambarkan hubungan antara satu peubah bebas (X, independence variable) dan satu peubah tak bebas (Y, dependence variable). Hubungan keduanya dapat digambarkan sebagai suatu garis lurus (Mattjik dan Sumertajaya 2006). Oleh karena itu, dalam menentukan hubungan antara panjang karapas dan panjang total dengan jumlah telur total, hubungan jumlah telur total dengan berat kering tanpa telur, serta hubungan antara panjang karapas dan panjang total dengan berat kering tanpa telur diperlukan pengujian menggunakan regresi linier sederhana. Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini yang menjadi peubah bebas adalah panjang karapas dan panjang total, sedangkan yang menjadi peubah tak bebasnya adalah nilai dari jumlah telur total dan berat kering tanpa telur. Model untuk menentukan hubungan regresi adalah:

y (6)

Keterangan:

y = Peubah tak bebas (jumlah telur total dan berat kering tanpa telur) = Peubah bebas (panjang karapas dan panjang total)

= Intersep atau perpotongan dengan sumbu tegak = Kemiringan atau gradien

Analisis ragam satu arah

Analisis ragam satu arah digunakan untuk mengetahui pengaruh antara faktor (panjang karapas dan stadia telur) yang diberikan terhadap unit uji (jumlah telur total). Tabel 1 merupakan sidik ragam analisis ragam satu arah.

Hipotesis 1

H0: Panjang karapas tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah telur total

H1: Sekurang-kurangnya ada satu panjang karapas yang berpengaruh nyata terhadap jumlah telur total

Hipotesis 2

H0: Stadia telur berpengaruh nyata terhadap jumlah telur total

(17)

7 Tabel 1 Sidik ragam analisis ragam satu arah

Sumber terletak dibawah telson. Pleopod atau tempat menempelnya telur berupa benang-benang halus yang berjumlah 3 pasang. Jumlah telur tersebut dapat mengalami pengurangan dengan bertambahnya stadia. Hasil penghitungan jumlah telur yang dihasilkan oleh H. adactyla pada setiap bulan disajikan dalam Gambar 5.

Gambar 5 Jumlah telur rata-rata per bulan H. adactyla

(18)

8

Gambar 6 Hubungan stadia telur dengan jumlah telur rata-rata H. adactyla

Hasil penghitungan yang disajikan dalam Gambar 6 menunjukkan bahwa jumlah telur rata-rata didominasi oleh stadia 1, namun jumlah telur yang dihasilkan oleh undur-undur laut H. adactyla mengalami penurunan dengan bertambahnya stadia. Berdasarkan hasil penghitungan yang dilakukan, jumlah telur rata-rata dari stadia 1 ke stadia 2 mengalami penurunan sebesar 5,63%. Sedangkan penurunan jumlah telur dari stadia 2 ke stadia 3 sebesar 51,67%. Penurunan jumlah telur total dari stadia 1 ke stadia 3 yaitu sebesar 54,39%.

Hubungan panjang karapas dengan jumlah telur total

Panjang karapas yang dimiliki oleh undur-undur laut dapat mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan. Hasil analisis hubungan panjang karapas dengan jumlah telur total disajikan dalam Gambar 7.

Gambar 7 Hubungan panjang karapas dengan jumlah telur total H. adactyla

(19)

9 tersedia untuk menyimpan telur akan semakin besar sehingga jumlah telur yang dihasilkan akan semakin banyak.

Diameter telur

Diameter telur pada H. adactyla dapat dipengaruhi oleh stadia telur. Semakin bertambah stadia, maka diameter telur akan mengalami perubahan. Hasil analisis diameter telur rata-rata per bulan disajikan dalam Gambar 8.

Gambar 8 Diameter telur rata-rata H. adactyla *tidak ditemukan

Berdasarkan Gambar 8 dapat diketahui bahwa diameter telur stadia 1 ditemukan hampir di setiap bulan. Diameter telur stadia 1 selalu mendominasi dibandingkan stadia 2, dan stadia 3 (Megawati 2012). Diameter telur rata-rata tertinggi adalah bulan September. Hal ini dapat diakibatkan oleh faktor lingkungan seperti, makanan yang tersedia lebih banyak sehingga telur yang dihasilkan juga berukuran lebih besar. Diameter telur rata-rata yang dihasilkan oleh H. adactyla selama satu tahun pengambilan contoh yaitu 0,4409±0,0699 mm. Namun, dengan bertambahnya stadia telur, ukuran diameter telur akan mengalami kenaikan (Kusumawardani 2013).

Volume telur

Volume telur H. adactyla juga dapat dipengaruhi oleh stadia telur. Volume telur rata-rata yang dihasilkan oleh H. adactyla selama satu tahun pengambilan contoh yaitu sebesar 0,0455±0,0205 mm3. Hasil penghitungan volume telur H. adactyla disajikan pada Gambar 9.

(20)

10

Gambar 9 Volume telur rata-rata H. adactyla

*tidak ditemukan

Berdasarkan Gambar 9 dapat diketahui bahwa volume telur rata-rata H.

adactyla tertinggi adalah bulan September dan volume telur terendah adalah bulan

Januari. Volume telur rata-rata yang memiliki variasi paling rendah yaitu pada bulan Januari. Hal ini dapat diakibatkan oleh kondisi lingkungan yang menyebabkan volume telur rata-rata pada Januari itu lebih stabil.

Energi reproduksi

Energi yang digunakan untuk melakukan reproduksi pada setiaporganisme itu berbeda-beda. Energi reproduksi dapat mengalami perbedaan pada setiap bulan. Hasil penghitungan energi reproduksi disajikan dalam Gambar 10.

Gambar 10 Energi reproduksi rata-rata H. adactyla

Berdasarkan Gambar 10 dapat diketahui bahwa energi reproduksi H.

adactyla tertinggi yaitu pada bulan Okober dan terendah pada bulan Juli. Energi

(21)

11 Penurunan energi reproduksi terjadi dengan bertambahnya stadia telur. Hasil penghitungan penurunan energi reproduksi terhadap stadia telur disajikan dalam Gambar 11.

Gambar 11 Hubungan stadia telur dengan energi reproduksi rata-rata H. adactyla

Berdasarkan Gambar 11 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan energi reproduksi setiap stadia telur. Penurunan energi reproduksi dari stadia 1 ke stadia 2 sebesar 17,39% sedangkan penurunan energi reproduksi dari stadia 2 ke stadia 3 sebesar 68,95%. Penurunan total energi reproduksi dari stadia 1 ke stadia 3 yaitu sebesar 74,35%. Energi reproduksi betina H. adactyla untuk produksi telur dalam bentuk penurunan berat kering tubuh yaitu sebesar 0,04% (Lampiran 4 dan Lampiran 5).

Pembahasan

Undur-undur laut atau kepiting pasir (mole crab) yang ditemukan di Pantai Cilacap terdapat tiga jenis. Jenis undur-undur laut tersebut yaitu, Emerita

emeritus, Hippa adactyla, dan Albunea symmysta. Selama satu tahun

pengambilan contoh di pantai berpasir, Kabupaten Cilacap, undur-undur laut H.

adactyla betina yang ditemukan berjumlah 334 individu. Jumlah individu yang

bertelur dari jumlah total betina adalah sebanyak 106 individu.

Keberadaan undur-undur laut ini dapat didukung oleh kondisi perairan yang masih bagus. Kondisi perairan seperti fisika-kimia perairan dengan pH yang sesuai yaitu antara 7,5-8,4. Selain itu salinitas dan suhu yang sesuai menyebabkan undur-undur laut dapat hidup dan berkembang dengan baik. Suhu perairan sebesar 25,5°C dan salinitas 34,4-35,8 ppm merupakan kisaran suhu dan salinitas yang cocok untuk pertumbuhan larva undur-undur laut (Hanson 1965).

Undur-undur laut memiliki daur hidup yang relatif lama karena memiliki 8-11 stadia larva dan selama stadia itu berada di lepas pantai. Daur hidup undur-undur laut yaitu telur-protozoea-zoea-megalopa-juvenil-dewasa. Undur-undur-undur laut yang sudah mengalami stadia larva, maka akan kembali ke pantai dan akan memasuki fase rekruitmen (Hanson 1965).

(22)

12

Individu betina Decapoda menyumbangkan energinya untuk melakukan reproduksi dan biasa disebut dengan energi reproduksi (Pianka 1972). Energi reproduksi yang disumbangkan oleh betina Decapoda ini dapat mencapai 10% dari berat kering tubuhnya (Hines 1991). Energi reproduksi dapat digambarkan dalam bentuk penurunan berat kering tubuh betina. Dalam melakukan reproduksi,

H. adactyla betina menyumbangkan berat kering tubuhnya sebesar 0,04%. Energi

reproduksi H. adactyla ini berbeda dengan Decapoda lainnya yang dapat menyumbang hingga 10% dari berat kering tubuhnya (Tabel 2).

Tabel 2 Energi reproduksi Decapoda

Spesies Energi reproduksi

(%) Sumber

Callichirus seilacheri 14,9 Hernáez et al. 2008

Callianassa tyrrhena 19,6 Legaki dan Kiortsis 1997

Hippa adactyla 0,04 Penelitian ini

Eurypodius latreilli 13 Navarrete et al. 1999

Phachyceles monilifer 2,00 Leone dan Mantelatto 2015

Berdasarkan panjang karapas yang ditemukan selama satu tahun pengambilan contoh untuk H. adactyla betina yang bertelur, didapatkan hasil antara 22-44 mm. Hal ini sesuai dengan undur-undur laut lainnya seperti Emerita

emeritus yang sudah dewasa memiliki panjang karapas lebih dari 12 mm untuk

betina dan jantan dewasa memiliki panjang karapas kurang dari 12 mm (Boonruang dan Phasuk 1975). Panjang karapas memiliki hubungan yang erat dengan jumlah telur total yang dihasilkan. Ketika panjang karapas semakin panjang, maka jumlah telur yang dihasilkan juga akan semakin banyak.

Jumlah telur total undur-undur laut H. adactyla pada penelitian ini berkisar antara 322-10 841 butir telur. Jumlah telur yang dihasilkan berbanding lurus dengan ukuran individu betina. Ketika ukuran betina semakin besar, maka ukuran karapas juga akan semakin besar dan jumlah telur yang dihasilkan juga akan semakin banyak (Lampiran 2). Selain itu juga produksi telur berkaitan dengan ketersediaan makanan yang berada di pantai (Wenner 1977). Selain panjang karapas, panjang total (Lampiran 2), dan berat tubuh juga dapat mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan (Lampiran 3).

Panjang telur yang dihasilkan undur-undur laut H. adactyla berbeda dengan Decapoda lainnya (Tabel 3). Panjang telur ini berkisar antara 0,013-0,025 mm. Ukuran telur yang berbeda-beda dapat disebabkan oleh ukuran tubuh betina (Hines 1982). Hal ini berkaitan dengan abdomen betina dimana terdapat tempat untuk menempelnya telur (Manning dan Felder 1991 in Hernáez et al. 2008).

Variasi jumlah telur yang dihasilkan oleh Decapoda (Tabel 3) menunjukkan bahwa adanya perbedaan strategi dalam melakukan reproduksi. H. adactyla

menghasilkan jumlah telur tertinggi kedua setelah C. Seilacheri. Tingginya jumlah telur yang dihasilkan oleh H. adactyla dipengaruhi oleh panjang karapas betina yang dalam kondisi bertelur dan stadia telur (Lampiran 7).

(23)

13 ditemukan setiap bulan dapat diduga karena pada bulan-bulan tertentu terjadi rekruitmen untuk H. adactyla. Selain itu juga undur-undur laut memiliki masa pertumbuhan telur yang lama sehingga pada bulan Januari-Juni memiliki stadia yang tidak jauh berbeda (Megawati 2012).

Tabel 3 Panjang karapas, jumlah telur total, dan panjang telur Decapoda

*tidak ditemukan

Penurunan jumlah telur pada setiap stadia dapat terlihat dari hasil penelitian (Gambar 6) yang menunjukkan bahwa setiap stadia telur H. adactyla mengalami penurunan jumlah telur yang berbeda. Stadia 1 memiliki jumlah telur rata-rata sebanyak 3 515 butir. Stadia 2 memiliki jumlah telur rata-rata 2 594 butir dan stadia 3 memiliki jumlah telur rata-rata 1 254 butir. Adanya variasi jumlah telur yang terjadi dapat dipengaruhi oleh berat individu yang dalam kondisi bertelur (Lampiran 6). Selain itu, variasi jumlah telur dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti, suhu, salinitas, dan ketersediaan makanan (Subramoniam 1979).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Produksi telur undur-undur laut H. adactyla tertinggi terjadi pada bulan September dan terendah pada bulan Juli, dengan diameter rata-rata 0,4409±0,0698

Spesies Panjang

Callianassa filholi 5,5-14,9 1 985 0,68 Berkenbusch dan Rowden

2000 in Hernáez et al. 2008

Hippa adactyla 22,0-44,0 12 705 0,025 Penelitian ini

(24)

14

mm dan volume rata-rata 0,0455±0,0205 mm3. Energi reproduksi dalam bentuk penurunan berat kering tubuh betina dalam kondisi bertelur adalah sebesar 0,04%.

Saran

Informasi produksi telur perlu dikaji lebih lanjut dengan melihat kandungan lipid yang ada pada individu, sehingga dapat mengetahui energi reproduksi secara lebih detail setiap individu H. adactyla.

DAFTAR PUSTAKA

Ardika PU, Farajallah A, Wardiatno Y. 2015. First record of Hippa adactyla

(Fabricius, 1787) [Crustacea, Anomura, Hippidae] from Indonesian waters.

Tropical Life Sciences Research. 26(2) (In press).

Bakir K, Aydin I, Soykan O, Aydin C. 2009. Fecundity and egg development of four decapoda species (Decapoda, Crustacea) in the aegean sea. Fisheries

and Aquatic Sciences. 26(1):77-80.

Boere V, Cansi ER, Alvarenga ABB, Silva IO. 2011. The burying behavior of the mole crab before and after an accident with urban sewage effluents in Bombinhas Beach, Santa Catarina, Brazil. Applied Science. 6(3):70-76. Boonruang P, Phasuk B. 1975. Species composition and abundance distribution of

anomuran sand crabs and population bionomic of Emerita emeritus (L) along the Indian Ocean Coast of Thailand (Decapoda : Hippidae). Research

buletin. 8:1-17.

Boyko CB, Harvey AW. 1999. Crustacea Decapoda: Albuneidae and Hippidae of the tropical Indo-West Pacific region, in Crosnier A. (ed.), Résultats des Campagnes MUSORSTOM. Mé oir du Mu éu n tion l d’Hi toir

naturelle. 20(180):379-406.

Chan T-Y, Osawa M, Boyko CB, Ahyong ST, Macpherson E. 2010. Crustacean Fauna of Taiwan: Crab-Like Anomurans (Hippoidea, Lithodoidea, and Porcellanidae). National Taiwan Ocean University. Keelung.

Defeo O, Cardoso RS. 2002. Macroecology of population dynamics and life history traits of the mole crab Emerita brasiliensis in Atlantic sandy beaches of South America. Marine Ecology Progress Series. 239:169–179.

Fusaro C. 1977. Growth rate of the sand crab, Emerita analoga, (Hippidae) in two different environments. Fishery Bulletin. 76(2):369-375.

Hakim AA. 2014. Identifikasi molekuler undur-undur laut dari Perairan Pantai Cilacap berdasarkan marka gen Cytochrome oxidase Subunit I (COI). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hanson AJ. 1965. The life history of the sand crab Hippa cubensis saussure living on a small island. [thesis]. University of British Columbia.

(25)

15 Hernáez P, Palma S, Wehrtmann IS. 2008. Egg production of the burrowing shrimp Callichirus seilacheri (Bott 1955) (Decapoda, Callianassidae) in northern Chile. Helgol Marine Resources. 62:351–356.

Hines AH. 1991. Fecundity and reproductive output in nine species of Cancer crabs (Crustacea, Brachyura, Candridae). Fisheries and Aquatic Science. 48:267-275.

Kanagalakshmi K. 2011. Fluctuation of protein level in haemolymph, ovary and hepatopancreas during non-reproductive and reproductive molt cycle of

Albunea symmista. Research in Biology. 2:68-72.

Kusumawardani DA. 2013. Biologi reproduksi undur-undur laut Emerita emeritus

di Kecamatan Buluspesantren Kabupaten Kebumen, jawa tengah. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Leone IC, Mantelatto FL. 2015. Maternal investment in egg production: substrate-and population-speific effects on offspring performace of the symbiotic crab

Pachycheles monilifer (Anomura: Pocellanidae). 464: 18-25

Mashar A, Wardiatno Y. 2013. Aspek pertumbuhan undur-undur laut, Emerita

emeritus dari pantai berpasir, Kabupaten Kebumen. Biologi Tropis.

13(1):28-38.

Mashar A, Wardiatno Y. 2013. Aspek pertumbuhan undur-undur laut, Hippa

adactyla dari pantai berpasir, Kabupaten Kebumen. Biologi Tropis.

13(2):119-127.

Mattjik SA, Sumertajaya MI. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS

dan MINITAB. Bogor (ID): IPB Pr.

McArdle SB, McLachlan A. 1991. Dynamis of the swash zone and effluent line on sandy beaches. Marine Ecology Progress Series. 76:91-99.

Megawati E. 2012. Studi beberapa aspek biologi undur-undur laut di Kecamatan Buluspesantren Kabupaten Kebumen [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Muzammil W, Wardiatno Y, Butet NA. 2015. Rasio panjang-lebar karapas, pola pertumbuhan, faktor kondisi, dan faktor kondisi relatif kepiting pasir (Hippa

adactyla) di pantai berpasir Cilacap dan Kebumen. Ilmu pertanian

Indonesia. 1(20):78-84.

Navarrete N, Soto R, Quiroga E, Vargas M, Wehrtmann IS. 1999. Egg production in Eurypodius latreillii Guerin, 1828 (Decapoda: Majidae) in the straits of magellan, southern chile. Marine Science. 63(1):333-337

Pianka ER. 1972. R and K selection or b and d selection? The American

Naturalist. 106:581-588

Sastre MP. 1991. Sex-specific growth and survival in the mole crab Emerita

portoricensis (Schmitt). Crustacean Biology. 11(1):103-112.

Subramoniam T. 1979. Some aspects of reproductive ecology of a mole crab

Emerita asiatica Milne Edwards. Experimental. Marine Biology and

Ecology. 36:259-268.

Thessalou-Legaki M. 1997. Estimation of the reproductive output of the burrowing shrimp Callianassa tyrrhena: a comparison of three different biometrical approach. Marine Biology. 127:435-442.

(26)

16

(Crustacea, Anomura, Hippidae) and assessment of their phylogenetic relationships. AACL-BIOFLUX. 8(2):224-235.

Wenner AM. 1977. Food supply, feeding habits, and egg production in pacific mole crabs (Hippa pacifica Dana). Pacific Science. 31(1):39-47.

(27)

17

LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis varian satu faktor panjang karapas dengan jumlah telur total

H. adactyla

Hipotesis yang diuji

H0: Panjang karapas tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah telur total

H1: Sekurang-kurangnya ada satu panjang karapas yang berpengaruh nyata terhadap jumlah telur total

Panjang karapas yang berbeda berpengaruh nyata terhadap jumlah telur total H.

adactyla α , 5 .

Lampiran 2 Hubungan panjang total dengan jumlah telur total H. adactyla

(28)

18

Berat kering tanpa telur (mg)

(29)
(30)

20

Lampiran 7 Analisis varian satu faktor stadia telur dengan jumlah telur total H. adactyla

Hipotesis yang diuji

H0: Stadia telur berpengaruh nyata terhadap jumlah telur total

H1: Sekurang-kurangnya ada satu stadia telur yang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah telur total

Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat

tengah F hitung P-value F tabel Faktor 25247321 2 12623660,63 1,267512 0,288724 3,145258

Sisa 617483001 62 9959403,242

Total 642730322 64

Keputusan:

Fhit < Ftab ( gagal tolak H0) Kesimpulan:

Stadia telur yang berbeda berpengaruh nyata terhadap jumlah telur total H.

(31)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Dewi Masitoh lahir di Sri Rejosari pada tanggal 13 Desember 1993, merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Putri dari Abdul Ghofur dan Sri Ngatun. Penulis mulai mengikuti pendidikan sekolah dasar di MIMU Sumberejo dan lulus pada tahun 2005. Melanjutkan di SMPN 1 Way Jepara dan lulus pada tahun 2008 serta dilanjutkan di SMAN 1 Way Jepara dan lulus pada tahun 2011. Penulis lulus seleksi menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan pada tahun 2011 sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Kegiatan akademik di luar perkuliahan yang pernah dilakukan oleh penulis adalah menjadi asisten mata kuliah Ekologi Perairan 2013-2014 dan asisten mata kuliah Ilmu Tumbuhan Air dan Makroalga tahun 2014-2015.

Gambar

Gambar 2 Alat bantu penangkapan undur-undur laut  H. adactyla
Gambar 4 Stadia telur H. adactyla
Tabel 1 Sidik ragam analisis ragam satu arah
Gambar 6 Hubungan stadia telur dengan jumlah telur rata-rata  H. adactyla
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai penegasan Bapak Dirjen Badilag mengenai keharusan pelaksanaan SIADPTA dalam proses pendaftaran dan penyelesaian perkara pada Pengadilan Tingkat banding, maka

Relevan mempunyai makna (1) terdapat kaitan yang erat antara standar untuk pelerjaan tertentu dengan tujuan organisasi, dan (2) terdapat keterkaitan yang jelas

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Analisis

Strategi promosi e-journal perpustakaan Universitas Padjadjaran yaitu mengenal khalayak, target pengguna potensial adalah mahasiswa, menetapkan perilaku yang

Husnan (1994) berpendapat bahwa suatu perusahaan dalam masa pertumbuhan akan membutuhkan dana yang besar. Tingkat pertumbuhan yang makin cepat mengindikasikan bahwa perusahaan

Berdasarkan pemikiran di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana komunikasi antarpribadi antara guru Taman Kanak-kanak dengan murid dalam meningkatkan

Tak dapat dipungkiri, berbagai bentuk pemecahan masalah sangat berhubungan dengan proses kreatif. Individu yang kreatif diharapkan mampu menciptakan gagasan dan

Semua kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan tanaman dan penanganan pasca panen kopi membutuhkan nilai input energi berbeda-beda dari setiap kegiatan yang dilakukan mulai