• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pupuk Hijau terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bayam (Amaranthus Tricolor) Secara Hidroponik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Pupuk Hijau terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bayam (Amaranthus Tricolor) Secara Hidroponik"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

309

PERAN PUPUK HIJAU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

BAYAM (

Amaranthus tricolor

) SECARA HIDROPONIK

Megayani Sri Rahayu* dan Estu Widi Andriani

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680, Indonesia.

Telp.&Faks. 62-251-8629353 *e-mail: megasetiawan23@yahoo.com

ABSTRACT

Nowdays, organic farming have been a lifestyle for a part of society. Demand of organic vegetable particulary spinach will increase. The objective of this study was to investigate the impact of green manure on growth and yield spinach (Amaranthus tricolor) in hydroponics system. The study was conducted at Parung Farm, Bogor and Post Harvest Laboratory in Department of Agronomy and Horticulture IPB from April to August 2013. The experiment used randomized completely block design with one factor. The factor are five level of treatments: full dose recomended AB Mix fertilizer, combination compost Mucuna bracteata and half dose recomended AB Mix fertilizer, combination extract Mucuna bracteata and half dose recomended AB Mix fertilizer, combination compost Imperata cylindrica and half dose recomended AB Mix fertilizer , combination extract Imperata cylindrica and half dose recomended AB Mix fertilizer. The research results indicated that the combination of extract

Imperata cylindrica and half dose AB Mix fertilizer give similiar result with full dose AB Mix fertilizer on growth and yield of spinach.

Keywords: Green Manure, Imperata cylindrica, Leaf Vegetable, Mucuna bracteata, Semi organic.

ABSTRAK

Pertanian organik saat ini sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian masyarakat. Permintaan akan sayuran organik terutama bayam kian meningkat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran pupuk hijau terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bayam (Amaranthus tricolor) secara hidroponik. Penelitian dimulai pada April hingga Agustus 2013 bertempat di Parung Farm dan Departemen Agronomi dan Hortikultura. Penelitian ini menggunakan Rancangan Lengkap Kelompok Teracak (RKLT) satu faktor yang terdiri dari lima taraf perlakuan: pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi, kombinasi kompos Mucuna bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi, kombinasi ekstrak

Mucuna bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi, kombinasi kompos Imperata cylindrica

dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi, kombinasi ekstrak Imperata cylindrica dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi. Hasil penelitian menunjukan kombinasi ekstrak Imperata cylindrica dan pupuk AB Mix 0.5 dosis menghasilkan produksi yang setara dengan pupuk AB Mix rekomendasi.

Kata kunci: Imperata cylindrica, Mucuna bracteata, Pupuk Hijau, Sayuran daun, Semi organik.

PENDAHULUAN

Bayam (Amaranthus sp) merupakan produk hortikultura yang kaya akan nilai gizi. Kandungan gizi yang terdapat pada bayam adalah protein, pro vitamin A, vitamin C, dan serat. Produktivitas bayam pada tahun 2012 mengalami penurunan hingga 1.66%. Salah satu penyebab penurunan produktivitas adalah penurunan areal tanam sebesar 1.83% (Kementrian Pertanian 2013). Tingginya permintaan pasar terhadap komoditi bayam tidak berimbang dengan penurunan produksi. Peningkatan produksi dengan memperluas areal pertanaman merupakan hal yang sangat terbatas. Bercocok tanam dengan sistem hidroponik memiliki banyak keunggulan dibanding bercocok tanam secara konvensional. Beberapa keunggulan sistem hidroponik adalah sterilisasi media yang relatif bersih, sanitasi lingkungan yang terkendali, waktu panen dapat lebih awal, serta kualitas, kuantitas dan kontinuitas hasil terjamin. Sistem hidroponik dapat mengaplikasikan pertanian semi organik. Pupuk hijau merupakan alternatif potensial untuk mengurangi pemakaian pupuk inorganik.

Pupuk hijau adalah pupuk yang berasal dari tanaman hijau. Aplikasi pupuk hijau dapat langsung dibenamkan pada media tanam atau dikomposkan terlebih dahulu. Tujuan pemberian pupuk hijau adalah untuk menambahkan dan menyediakan unsur hara yang relatif cepat diserap oleh tanaman sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman.

(2)

310

Gulma jenis Imperata cylindrica dapat dijadikan alternatif pupuk hijau. Menurut Lubis (1995) kadar hara yang terdapat pada alang-alang adalah 1.97% N, 0.13% P, 1.65% K, 0.27 ppm Ca, 0.19 ppm Mg, 8.74 ppm Cu, dan 30.10 ppm Zn.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk hijau terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bayam (Amaranthus tricolor) serta membandingkan pupuk hijau yang berasal dari famili leguminosae dan famili gramine. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pupuk hijau yang diaplikasikan dengan AB Mix setengah dosis dapat meningkatakan pertumbuhan dan hasil tanaman bayam.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 27 April 2013 sampai dengan 7 Agustus 2013di Parung Farm, dan Laboratorium Pasca Panen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB, Dramaga, Bogor. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat budidaya pertanian seperti tray semai, timbangan analitik, penggaris, alat tulis, gelas plastik berukuran 250 ml sebagai wadah, KIT hidroponik sistem

Deep Flow Technique (DFT), gelas ukur, bagan warna daun (BWD), kertas saring dan blender. Bahan yang digunakan adalah benih bayam varietas Amarant 963 white leaf, media tanam berupa arang sekam, pupuk AB mix dan Pupuk hijau. Dosis pupuk AB mix yang digunakan adalah satu dosis dan setengah dosis.

Pupuk AB Mix terdiri dari perekat A dan perekat B. Perekat A terdiri dari 650 gr kalsium amonium nitrat, 620 g kalium nitrat, 30 g Librel BMX yang dilarutkan dalam 5 liter air. Perekat B terdiri dari 270 g kalium di-hidro fospat, 140 g amonium sulfat, 70 g kalium sulfat dan 820 g magnesium sulfat dilarutkan dalam 5 liter air. Satu dosis rekomendasi pupuk AB Mix merupakan 250 ml perekat A dan 250 ml perekat B yang dilarutkan dalam 50 liter air untuk memupuk 49 tanaman atau satu KIT hidroponik DFT (Sutiyoso Y 12 Mei 2013, komunikasi pribadi).Pupuk hijau yang digunakan adalah

Mucuna bracteata dan Imperata cylindrica. Pupuk hijau mendapat dua perlakuan yaitu perlakuan ekstrak dan perlakuan pengomposan. Masing-masing kompos pupuk hijau diberikan pupuk kandang sebanyak 1.25 kg, gula pasir 37.5 g, urea 0.25 kg, kapur tohor 0.5 kg, air 2.5 liter serta EM4 sebanyak 10 ml. Pengomposan berlangsung selama satu bulan dengan kondisi anaerob. Kompos dibalik dan dilembabkan seminggu sekali Dosis Mucuna bracteata dan Imperata cylindrica yang digunakan masing-masing adalah 5 g berat kompos pupuk hijau (Sugiyanta 2007). Perlakuan ekstrak dilakukan dengan melarutkan 5 g berat basah pupuk hijau dicampur dengan air 50 ml dan diblender. Pupuk hijau yang sudah diblender diambil cairannya (Haryadi 2012).

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan satu faktor. Percobaan terdiri dari 5 taraf percobaan yaitu pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi, Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi + pupuk hijau kompos Mucuna bracteata, Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi + pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata, Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi + pupuk hijau kompos Imperata cylindrica, Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi + pupuk hijau ekstrak

Imperata cylindrica. Perlakuan terdiri dari tiga ulangan sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Tanaman cntoh berjumlah 600 tanaman. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan software SAS 9.1. Uji F dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antar perlakuan. Hasil uji F yang menunjukkan berpengaruh nyata pada taraf alfa 5%, dilakukan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test).

Penelitian dimulai dengan mengambil hijauan yang akan dijadikan pupuk hijau. Pupuk hijau berupa Mucuna bracteata dan Imperata cylindrica. Mucuna bracteata diambil dari Afdeling 3 PTPN VIII Cisangka sebanyak 15 kg berat segar. Imperata cylindrica diambil dari kebun percobaan IPB Cikabayan sebanyak 15 kg berat segar. Pengomposan dan ekstraksi dilakukan setelah pengambilan pupuk hijau. Percobaan dilakukan dengan menyemai benih bayam pada tray semai dengan media arang sekam. Transplan dilakukan pada saat bibit berusia 14 HST ke dalam wadah tanam berupa gelas berukuran 250 ml dengan media dasar arang sekam. Pemupukan dilakukan setelah dilakukan transplanting. Pemupukan terdiri atas 5 taraf yang merupakan perlakuan pada penelitian ini. Pengendalian OPT dilakukan dengan cara eradikasi. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 18 HST setelah transplanting.

(3)

311

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Tanaman Bayam

Tinggi Tanaman

Hasil Uji DMRT menunjukkan perlakuan pupuk hijau yang dikombinasikan dengan pupuk setengah dosis AB Mix berpengaruh sangat nyata pada tinggi tanaman pada 3 dan 4 MST. Data hasil tinggi tanaman dari berbagai taraf pemupukan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk

Perlakuan Tinggi tanaman (MST)

1 2 3 4

...cm... Satu dosis pupuk AB Mix 2.09 2.90 3.66 c 6.78 ab Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+

pupuk hijau kompos Mucuna bracteata 2.03 3.26 3.77 bc 5.56 c Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+

pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata 1.89 3.54 4.25 b 6.21 bc Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+

pupuk hijau kompos Imperata cylindrica 1.63 3.19 4.29 b 5.83 c Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+

pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica

1.81 3.67 5.15 a 7.30 a

Uji F ** **

a

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.

Perlakuan ekstrak pupuk hijau yang dikombinasikan dengan pupuk 0.5 dosis AB Mix mampu meningkatan tinggi tanaman pada 3 dan 4 MST. Tabel 1 menunjukkan perlakuan ekstrak pupuk hijau yang dikombinasikan dengan 0.5 dosis AB Mix mampu membuat bayam tumbuh setara dengan bayam yang dipupuk satu dosis AB Mix.

Perlakuan kombinasi antara ekstrak Imperata cylindrica dan pupuk AB mix satu dosis rekmendasi memberikan hasil yang paling tinggi. Hasil tertinggi diduga karena nitrogen yang terkandung dalam ekstrak Imperata cylindrica lebih banyak dibanding taraf perlakuan yang lain. Rohmawati (2012) menyatakan nitrogen berperan dalam pembentukan dinding sel tanaman berupa kalium pektat, selulosa dan lignin. Kandungan nitrogen alang-alang yang hanya 1.97% (Lubis 1995). Dinding sel alang-alang yang terdiri dari selulosa dan lignin diduga hancur saat diblender, sehingga selulosa dan lignin terdegradasi melepaskan nitrogen dan komponen penyusun lainnya.

Perlakuan pengomposan menunjukkan pertambahan tinggi yang cenderung lebih sedikit dibandingkan perlakuan ekstrak maupun perlakuan kontrol. Metode pengomposan diduga belum benar sehingga menyebabkan suhu disekitar perakaran menjadi tinggi. Suhu tinggi disekitar perakaran akan menyebabkan terhambatnya penyerapan hara dan berakibat pertumbuhan menjadi lebih lambat. Penggunaan kompos alang kurang populer karena proses dekomposisi alang-alang secara praktis sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Basuki (2001) menyatakan bahwa kesulitan dekomposisi bahan alang-alang karena bahan penyusun utamanya adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin. Ketiga bahan tersebut hanya bisa dirombak oleh mikroorganisme selulolitik dan lignolotik seperti Trichoderma sp.

Jumlah Daun

(4)

312

Tabel 2 Jumlah daun tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk

aAngka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata

menurut DMRT 5%.

Jumlah daun pada 3 MST menunjukan hasil tertinggi pada perlakuan ekstrak baik Mucuna bracteata maupun Imperata cylindrica yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis dibandingkan dengan pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi. Pertambahan jumlah daun dapat dikarena hara-hara yang diperlukan untuk pembentukan organ-organ tanaman masih terkandung pada esktrak baik Mucuna bracteata maupun Imperata cylindrica. Jumlah daun pada umur 4 MST tidak terjadi pertambahan di semua taraf kecuali Perlakuan kontrol. Tidak bertambahkan jumlah daun diduga terjadi karena defisiensi hara. Tidak bertambahnya jumlah daun diduga karena tanaman kekurangan N,P dan K. Tanaman pada umumnya menyerap Nitrogen dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Nitrat setelah diserap tanaman tidak langsung digunakan dalam bentuk sintetis asam amino. Kekurangan N dapat dicirikan dengan gugurnya daun dan berkurangnya kemampuan untuk berfotosintesis (Mualim 2012). Fosfor adalah senyawa menyusun energi seperti ATP dan ADP. Defisiensi fosfor menyebabkan ATP yang terbentuk lebih sedikit, karena unsur P diperlukan dalam proses fotosintesis yakni pada fotofosforilasi dan pembentukan ribulosa 1.5-bifosfor (Agustina 2011). Kekurangan kalium menyebabkan terganggunya proses fotosintesis, karena keberadaan K memenuhi kebutuhan ATP (Adenosisn Trifosfat) untuk proses penyerapan N dan sintesis protein (Simaremare 2007).

Maryani (2004) melaporkan terganggunya fotosintesis menyebabkan karbohidrat yang disimpan dalam jaringan tanaman menjadi kecil sehingga tanaman tertekan. Stress tanaman mengakibatkan terhambatnya pembentukan organ-organ tanaman sehingga pertumbuhan titik tumbuh menjadi lambat dan akhirnya menyebabkan tidak bertambahnya jumlah daun.

Produksi Tanaman Bayam

Bobot Basah tanaman

Tabel 3 Hasil produksi tanaman bayam pada berbagai perlakuakan pupuk

Perlakuan Bobot per tanaman (gr)

Total Tajuk Akar

Satu dosis pupuk AB Mix 3.89 a 3.25 a 0.63

Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk

hijau kompos Mucuna bracteata 2.04 c 1.78 b 0.45 Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk

hijau ekstrak Mucuna bracteata 2.85 ab 2.36 ab 0.49 Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk

hijau kompos Imperata cylindraca 1.64 c 1.41 b 0.23 Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk

hijau ekstrak Imperata cylindrica 3.37 a 2.86 a 0.50

Uji F ** ** tn

a

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.

Taraf pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap peubah bobot basah total pertanaman dan bobot basah tajuk pertanaman, namun berpengaruh tidak nyata pada peubah bobot basah akar. Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi tidak berpengaruh

Perlakuan Umur tanaman (MST)

1 2 3 4

. ...helai/tanaman... Satu dosis pupuk AB Mix 2.17 3.60 5.44 ab 7.35 a Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+

pupuk hijau kompos Mucuna bracteata 2.29 3.96 5.06 b 6.37 b

Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+

pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata 2.17 3.78 5.54 a 6.50 b

Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+

pupuk hijau kompos Imperata cylindrica 2.23 3.73 4.47 c 6.00 b

Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+

pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica 2.35 3.85 5.67 a 6.68 b

(5)

313

nyata terhadap perlakuan kombinasi ekstrak Imperata cylindrica dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi dan kombinasi ekstrak Mucuna bracteata dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi. Penurunan hasil produksi bayam terjadi pada perlakuan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan kompos Mucuna bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan kompos Imperata cylindrica.

Ratio Bobot Basah Akar dan Tajuk

Ratio bobot basah menunjukkan bagian sayuran yang dapat dikonsumsi. Semakin besar nilai ratio bobot basah akar berbanding tajuk maka bagian tanaman yang dapat dikonsumsi semakin kecil. Tabel 4 memperlihatkan bahwa ratio bobot basah yang terbesar ditunjukkan pada perlakuan pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi kemudian perlakuan pupuk AB mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan kompos Imperata cylindrica. Pupuk hijau Mucuna bracteata dapat meningkatkan bagian yang dapat dikonsumsi oleh tanaman, hal ini terlihat pada data Tabel 4 dimana perlakuan kombinasi pupuk AB Mix setengah dosis dan pupuk hijau kompos Mucuna bracteata dan ekstrak mempunyai ratio bobot basah paling kecil.

Ratio bobot basah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi dalam tanaman. Jika nutrisi tersedia dalam jumlah yang cukup maka akan terjadi peningkatan plastisitas dinding sel sehingga air dan nutrisi akan lebih mudah memasuki protoplasma (Yusuf et al 2007). Kemudahan air masuk kedalam protoplasma menyebabkan penambahan bobot basah dari komoditas bayam, karena sifat produk hortikultura yang memiliki kandungan air tinggi dan meruah (voluminous).

Tabel 4 Ratio bobot basah akar dan tajuk pada berbagai perlakuan

Perlakuan Ratio bobot basah akar dan tajuk

Satu dosis pupuk AB Mix 0.83 a

Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk

hijau kompos Mucuna bracteata 0.79 b Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk

hijau ekstrak Mucuna bracteata 0.82 ab Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk

hijau kompos Imperata cylindrica 0.84 a

Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk

hijau ekstrak Imperata cylindrica \ 0.82 ab

Uji F **

aAngka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukan perbedaan yang nyata

menurut DMRT 5%.

Biomassa Tanaman

Fotosintat yang dihasilkan tanaman digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang diekspresikan dengan biomassa tanaman. Biomassa tanaman juga menujukan status hara tanaman terutama nitrogen. Aplikasi lima taraf pupuk berpengaruh sangat nyata pada parameter pengamatan biomassa total dan biomassa tajuk, sedangkan untuk biomassa akar tidak berpengaruh nyata. Perlakuan pupuk AB mix satu dosis rekomendasi memberikan hasil yang paling tinggi pada semua parameter pengamat biomassa.

Biomassa terendah terjadi pada perlakuan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan kompos Imperata cylindrica dan perlakuan pupuk AB mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan kompos Mucuna bracteata. Perlakuan ekstrak Imperata cylindrica dan ekstrak Mucuna bracteata yang dikombinasikan dengan pupuk AB mix 0.5 dosis memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan AB Mix satu dosis rekomendasi.

Perlakuan pupuk AB Mix setengah dosis yang dikombinasikan dengan kompos Imperata cylindrica dan Mucuna bracteata menyebabkan penurunan hasil pada bayam. Penurunan hasil diduga karena kompos tidak dapat menyumbang unsur hara bagi tanaman, sehingga hasil fotosintat menjadi lebih sedikit. Fotosintat yang sedikit akan menyebabkan bobot kering menjadi lebih rendah. Bobot kering merupakan parameter untuk menyatakan laju pertumbuhan vegetatif tanaman, karena 90% bahan kering tanaman berasal dari fotosintesis (Alviana dan Susila 2009).

(6)

314 Tabel 5. Biomassa bayam pada berbagai perlakuan pupuk

Perlakuan Biomassa (gr)

Total Tajuk Akar

Satu dosis pupuk AB Mix 0.97a 0.39 a 0.08

Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau kompos Mucuna bracteata

0.82 cd 0.17 c 0.04

Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata

0.88 bc 0.25 bc 0.06

Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+

pupuk hijau kompos Imperata cylindrica 0.81 d 0.15 c 0.03

Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+

pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica 0.92 ab 0.31 ab 0.07

Uji F ** ** tn

aAngka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata

menurut DMRT 5%.

Warna Daun

Tabel 6 Warna daun tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk

Perlakuan Warna daun

Satu dosis pupuk AB Mix 3.01 a

Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk

hijau kompos Mucuna bracteata 2.80 bc Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk

hijau ekstrak Mucuna bracteata 2.59 d Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk

hijau kompos Imperata cylindrica 2.62 cd Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk

hijau ekstrak Imperata cylindrica 2.83 ab

Uji F **

a

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.

Data hasil warna daun pada Tabel 6 menunjukKan bahwa taraf pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap tingkat kehijauan warna daun. Perlakuan pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi memberikan hasil tingkat kehijauan warna daun yang sama dengan kombinasi ekstrak Imperata cylindrica dan pupuk AB Mix 0.5 dosis. Pelakuan kompos Mucuna bracteata dan Imperatacylindrica

yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis memberikan hasil dibawah dari perlakuan pupuk satu dosis pupuk AB mix satu dosis rekomendasi. Warna daun paling pucat terdapat pada perlakuan kombinasi ekstrak Mucuna bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi.

Hermanto (2012) menjelaskan nitrogen ditemukan dalam bentuk organik dan anorganik di dalam tumbuhan, dan bergabung dengan C,H,O untuk membentuk asam amino, enzim-enzim asam amino, asam nukleat, klorofil, alkaloid dan basa purin. Klorofil menyebabkan warna daun menjadi lebih hijau, dengan demikian perlakuan kompos baik Imperata cylindrica dan Mucuna bracteata yang dikombinasikan dengan 0.5 dosis AB Mix serta ekstrak Mucuna bracteata yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix tidak dapat menyediakan hara bagi tanaman sehingga berpengaruh terhadap tingkat kehijauan.

KESIMPULAN

(7)

315

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis berterima kasih kepada PT Perkebunan Nusantara VIII untuk bantuan material penelitian berupa Mucuna bractetata. Penulis juga berterima kasih kepada Bapak Yos Sutiyoso (Parung Farm) sebagai praktisi di bidang hidroponik.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina K. 2011. Fisiologi adaptasi sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) terhadap toksisitas Almunium dan defisiensi Fosfor di tanah masam. [disertasi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Alviana VF, Susila AD. 2009. Optimasi dosis pemupukan pada budidaya cabai (Capsicum annuum L.) menggunakan irigasi tetes dan mulsa polyethylene. J.Agron. 37(1): 28-33

Basuki T. 2001. Pengaruh kompos, pupuk Fosfat dan kapur terhadap perbaikan sifat kimia tanah podzolik merah kuning, serapan Fosfat dan Kalsium serta pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. [tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

[KEMENTAN] Kementrian Pertanian. 2013. Data lima tahun subsektor hortikultura. [internet]. [diacu 2013 Agustus 26]. Tersedia dari: http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/horti/isi_dt5thn_horti.php

Haryadi D. 2012. Senyawa fitokimia dan sitotoksisitas ekstrak daun surian (Toona sininsis) terhadap sel vero dan MCF-7.[skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Hermanto. 2012. Diagnosis status hara dan senyawa bioaktif asiatikosida menggunakan analisis jaringan tanaman untuk menyusun rekomendasi pemupukan serta sistem panen pegagan (Centella asiatica). [disertasi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Lubis R. 1995. Pemanfaatan beberapa jenis hijauan untuk penyubur tanah. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Maryani AT. 2004. Peran penanaman dan cara pengembalian biomassa bengkuang dan sentrosema serta pemupukan N,P,K, Mg pada budidaya lada perdu. [disertasi]. Bogor (ID). Institut Prtanian Bogor.

Mualim L. 2012. Produksi dan Kualitas Kolesom dengan Pemupukan Organik dan Inoganik. [disertasi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Rohmawati I. 2013. Penentuan dosis pemupukan N,P, dan K pada budidaya katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.). [Tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Simaremare J.2007. Penentuan dosis rekomendasi pupuk K spesifik lokasi babakan sawah baru Darmaga Bogor pada tanaman padi sawah (Oryza sativa). [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Sugiyanta. 2007. Peran jerami dan pupuk hijau Crotalaria juncea terhadap efisiensi dan kecukupan hara varietas padi sawah. [disertasi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Yusuf R, Hayati N, Jusman. 2007. Penggunaan pupuk pelengkap cair supra pada tanaman sawi (Brassica juncea L.). J. Agroland. 14(4):265-268.

NOTULENSI

1. 4 minggu, adakah ulangan bulanan?

Gambar

Tabel 1. Tinggi tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Tabel 3 Hasil produksi tanaman bayam pada berbagai perlakuakan pupuk
Tabel 4 Ratio bobot basah akar dan tajuk pada berbagai perlakuan
Tabel 5. Biomassa bayam pada berbagai perlakuan pupuk

Referensi

Dokumen terkait

Toleransi sudah cukup lama diberikan kepada auditor untuk memenuhi Angka Kredit minimal, tetapi kenyataan masih ada 42 orang auditor yang sudah lebih 5 (lima) tahun dalam pangkat dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kesesuaian antara persepsi dan harapan dari pengguna jasa pelayanan

inovasi teknologi perbanyakan anggrek. Salah satu teknologi perbanyakan anggrek yaitu melalui teknologi kultur jaringan tanaman. Kendala yang dihadapi dalam

Keputusan Ketua Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang Banten Nomor 082 Tahun 2016 Tentang Standar Sistem Penjaminan Mutu Internal Sekolah

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis pada salah satu tempat pelaku usaha mikro konveksi yang berada di Kubu Raya, penulis mendapatkan informasi bahwa usaha ini

Untuk itu, dalam memberantas korupsi dalam kaitannya dengan masalah sosial ini perlu dilahirkan sebuah generasi baru yang mengintegrasikan nilai-nilai kebaikan yang tercermin

gracilis memiliki daerah penyebaran yang cukup luas mulai dari pinggir sungai di daerah terbuka dengan lapisan gambut tipis, hingga jauh masuk ke dalam hutan yang umumnya

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak, serta dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat basi alamamater tercinta.. Surabaya, 22