• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Sikap Pemimpin Menurut Perspektif Al-Qur’an Dalam Konsep Pengawasan dan Evaluasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Sikap Pemimpin Menurut Perspektif Al-Qur’an Dalam Konsep Pengawasan dan Evaluasi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

27

PENERAPAN SIKAP PEMIMPIN MENURUT PERSPEKTIF

AL-QUR’AN DALAM KONSEP PENGAWASAN DAN

EVALUASI

Andhika Sakti

Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Email: saktiandhika.as@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to find out in depth about how should the application of a good and correct leader attitude in accordance with the Qur'an, especially in the aspects of supervision and evaluation. The methodology used in this study is the maudhu'I (thematic) interpretation method, from QS. Al-Baqarah verses 30-31 and Al-Qur'an surah Al-Ahzab verse 21. The results of the study found that the characteristics of a good leader that must be applied by a leader in life that is, first the leader must have sufficient knowledge and ability to control the institution or organization, the two leaders must be able to become role models for their members. In Islam there are three concepts of supervision, the first of which humans report testimony upon themselves, the second God directly supervises, the third God sends angels to watch over his people. And there are three concepts of evaluation in the Qur'an, namely Al-Inba, Al-Hisab, Al-Bala.

Keywords: Application of Leader Attitudes, Concepts of Monitoring and

Evaluation

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam tentang bagaimana seharusnya penerapan sikap pemimpin yang baik dan benar sesuai Al-Qur’an khususnya pada aspek pengawasan dan evaluasi. Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode tafsir maudhu’I ( tematik ), dari QS. Al-Baqarah ayat 30-31 dan Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21. Hasil penelitian menemukan bahwa ciri-ciri pemimpin yang baik yang harus bisa diterapkan oleh seorang pemimpin didalam kehidupan yaitu, pertama pemimpin harus memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk mengendalikan lembaga atau organisasinya, kedua pempin harus dapat menjadi suri tauladan bagi para anggotanya. Dalam islam ada tiga konsep pengawasan, yang pertama manusia melaporkan kesaksian atas dirinya, kedua Allah mengawasai secara langsung, ketiga Allah mengutus para malaikat untuk mengawasi umatnya. Dan ada tiga konsep Evaluasi dalam Al-Qur’an yaitu Al-Inba’, Al-Hisab, Al-Bala.

Kata Kunci: Penerapan Sikap Pemimpin, Konsep Pengawasan dan Evaluasi

PENDAHULUAN

Dalam sebuah lembaga pendidikan Islam, sosok pemimpin merupakan aspek yang sangat mempengaruhi gerak dan hasil kerja personalnya. Untuk menyiasati agar pimpinan lembaga pendidikan Islam dapat melakukan perannya secara maksimal, maka peningkatan dalam manajemen merupakan salah satu

(2)

28

pilihan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Apabila tidak dilaksanakan, maka tujuan pendidikan (termasuk di dalamnya pembelajaran) tidak mungkin dapat dilaksanakan secara efektif.

Dalam meningkatkan manajemen lembaga pendidikan islam agar lebih efektif, diperlukan pemimpin atau manajer yang bukan hanya paham tentang konsep menejerial secara konseptual saja, akan tetapi lebih dari itu. Pemimpin lembaga pendidikan islam juga harus paham bagaimana pengawasan dan evaluasi dalam perspektif Al-Qur‟an, sehinga dapat terciptanya lembaga pendidikan yang islami sesuai ajaran-ajaran islam.

Dalam islam, konsep kepemimpinan diyakini mempunyai nilai yang khas dari sekedar kepengikutan bawahan dan pencapaian tujuan lembaga. Ada nilai-nilai transcendental yang diperjuangkan dalam kepemimpinan islami dalam organisasi apapun. Nilai-nilai tersebut menjadi pijakan dalam melakukan aktifitas kepemimpinan. Kepemimpinan islami dipandang sebagai sesuatu yang bukan diinginkan secara pribadi, tetapi lebih dipandang sebagai kebutuhan tatanan sosial. Al-Quran telah menjelaskan bahwa definisi kepemimpinan bukan sebagai sesuatu yang sembarang atau sekedar senda gurau, tetapi lebih sebagai kewenangan yang dilaksanakan oleh pribadi yang amat dekat dengan prinsip-prinsip yang digariskan Al-Quran dan al- Sunnah.1

Al-Qur‟an memberikan konsepsi yang tegas tentang kewenangan pengawasan dan evaluasi agar hal yang bersifat merugikan tidak terjadi. Tekanan al-Qur‟an lebih dahulu pada introspeksi, kontrol diri pribadi sebagai pimpinan apakah sudah sejalan dengan pola dan tingkah berdasarkan planning dan program yang telah dirumuskan semula. Setidak-tidaknya menunjukkan sikap yang simpatik dalam menjalankan tugas, selanjutnya mengadakan pengecekan atau memeriksa kerja anggotanya.2 Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW yang berbunyi : ”Periksalah dirimu sebelum memeriksa orang lain. Lihatlah terlebih dahulu atas kerjamu sebelum melihat atas kerja orang lain”

Sikap pemimpinan islam harus dilandasi ajaran Al-Quran dan Sunnah, yang acuan utamanya adalah meneladani Rasulullah SAW. Dan

khulafaurrasyidin. kepemimpinan yang dibangun oleh Rasulullah SAW. berlandaskan pada dasar-dasar yang kokoh yang pada prinsipnya untuk menegakkan kalimah Allah SWT. Para pimpinan lembaga pendidikan islam mutlak memerlukan sikap yang sesuai dengan ajaran Al-Qur‟an dalam menjalankan kepemimpinannya dan salah satu peranan utamanya ialah melakukan

1

Rahmat Hidayat dan H. Candra Wijaya.( 2017 ). Ayat-Ayat Alquran Tentang Manajemen Pendidikan Islam. Medan: LPPPI

2Samsirin. ( 2015 ). Konsep Manajemen Pengawasan dalam Pendidikan Islam. Jurnal At-Ta‟dib Vol.10. No. 2. Hlm. 342-360

(3)

29

pengawasan dan evaluasi. Sehingga sebagai seorang pemimpin ia mampu memberikan inspirasi, membangun kelompok kerja yang kompak, menjadi teladan dan memperoleh penerimaan dari para pegawainya. Dengan demikian, dirasa penting adanya pengetahuan mendalam tentang bagaimana seharusnya sikap pemimpin yang baik dan benar sesuai Al-Qur‟an khususnya pada aspek pengawasan dan evaluasi.

METODE

Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode tafsir maudhu‟I ( tematik ) menurut al farmawi tafsir maudhu‟i ialah upaya menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an mengenai suatu term tertentu, dengan mengumpulkam semua ayat atau sejumlah ayat yang dapat mewakili dan menjelaskannya sebagai suatu kesatuan untuk memperoleh jawaban atau pandangan Al-Qur‟an tentang term tertentu, dengan memperhatikan tertib turunnya masing-masing ayat dan sesuai dengan asbabun nuzul kalau perlu.3 prosedur kerja metode ini adalah mengambil berbagai ayat-ayat yang representatif dari seluruh Al-Qur‟an yang berhubungan dengan sikap seorang pemimpin dalam islam.

HASIL PENELITIAN

Penerapan sikap kepemimipinan menurut perspektif Al-Qur’an

Kepemimpinan dalam bahasa Inggris disebut leadership yang berarti being a leader power of leading; the qualities of leader.4 Yang berarti kekuatan atau kualitas seseorang dalam memimpin dan mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Indonesia pemimpin disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya.5 Kata pemimpin mempunyai arti memberikan bimbingan, menuntun, mengarahkan, dan berjalan di depan (presede).6 Dalam bahasa Arab, kepemimpinan sering diterjemahkan dengan al-riâyah, al-imârah, al-qiyâdah, atau al-za’âmah. Akan tetapi, untuk menyebut kepemimpinan pendidikan, para ahli menggunakan istilah qiyâdah tarbawiyah.7 Kata al-ri’âyah atau râ’in diambil dari hadits Nabi: kullukum râ’in wa kullukum

3Farmawi al, Abd al-Hayy, AI-Bidayah

.fi al-Tafsir al-Maudhu’i, Matba‟ah Hadarah al-`Arabiyah, Kairo, 1977, hal. 62.

4 AS. Hornby, Oxford Edvanced Dictionary of English, (London: Oxford University

Press, 1990), h. 481. 5

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka,1984), h. 754-755

6 Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoretik dan

Permasalahanya,

(Jakarta: Rajawali Pres, 2010), h. 104. 7

(4)

30

masûlun ‘an ra’iyyatihi (setiap orang di antara kamu adalah pemimpin (yang bertugas memelihara) dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya).8

Dari berbagai definisi kepemimpinan diatas dapat diketahui betapa pentingnya pemimpin dan kepemimpinan ini perlu dipahami dan dihayati oleh setiap umat Islam di negeri yang mayoritas warganya beragama Islam ini, meskipun Indonesia bukanlah negara Islam. Allah Swt. telah memberi tahu kepada manusia, tentang pentingnya kepemimpinan dalam Islam, sebagaimana dalam Alquran ditemukan banyak ayat yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan. Diantaranya Firman Allah Swt. dalam QS. Al Baqarah/2: 30-31 yang berbunyi:

ِةَنِئَلاََْيِى َلُّبَر َهبَق ْذِإ َو

ٍَِ بَهْيِف ُوَعْجَتَأ اْىُىبَق ًةَفْيِيَخ ِضْرَ ْلْا يِف ٌوِعبَج ْيِِّّإ

ُدِسْفُي

ُلِفْسَيَو بَهْيِف

َو َكِدََْحِب ُحِّبَسُّ ُِْحَّ َو َءبٍَِّدىا

َُ ْىََُيْعَت َلا بٍَ ٌَُيْعَأ ْيِِّّإ َهبَق َلَى ُسِّدَقُّ

ٌَُّث بَهَّيُم َءبََْسَ ْلْا ًََدآ ٌََّيَع َو

ِءَلاُؤَه ِءبََْسَأِب ْيِّْىُئِبَّْأ َهبَقَف ِةَنِئَلاََْىا ىَيَع ٌُْهَضَرَع

ُِْإ

َِْيِقِدبَص ٌُْتُْْم

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “sebutkanlah kepadaku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar”.

Ayat ini mengisyaratkan bahwa khalifah (pemimpin) adalah pemegang mandat Allah SWT. untuk mengemban amanah dan kepemimpinana langit di muka bumi.Berkenaan dengan asbabunnuzul ayat tersebut, para mufasir memberikan komentar yang beragam. Dalam tafsir al-Jami‟ li Ahkamil Qur‟an disebutkan: “Sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada para malaikat-Nya, bahwa jika Dia menjadikan ciptaan di muka bumi maka mereka akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah.

Kita melihat bagaimana para mufasir berijtihad untuk menyingkap hakikat, lalu Allah SWT menyingkapkan kedalaman dari Al-Qur‟an pada masing-masing dari mereka. Kedalaman Al-Qur‟an sangat mengagumkan. Kisah tersebut disampaikan dalam gaya dialogis, suatu gaya yang memiliki pengaruh yang kuat. Pada ayat-ayat selanjutnya dijelaskan bahwa Adam menyadari akan kebebasan di

8

Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta:Rajawali Pers, 2009), h. 6.

(5)

31

alam wujud adalah merupakan karunia yang Allah SWT berikan kepada makhluk-Nya. Dari penjelasan diatas jelas kiranya bahwa sasaran ayat ini adalah untuk manusia yang Allah percayai untuk menjadi khalifah atau pemimpin di muka bumi ini, karena Allah telah memberi kemampuan lebih kepada manusia yaitu kemampuan mengelola segala sesuatu yang ada di muka bumi.

Untuk mampu mengelola segala sesuatu yang ada di bumi tentunya diperlukan seorang pemimpin atau teladan yang baik, Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur‟an surat Al-Ahzab ayat 21 :

لا ِلوُسَر يِف ْمُكَل َناَك ْدَقَل

اًريِثَك َه لا َرَكَذَو َرِخ ْلْا َمْوَ يْلاَو َه لا وُجْرَ ي َناَك ْنَمِل ٌةَنَسَح ٌةَوْسُأ ِه

Terjemahannya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” Ayat ini turun semasa perang ahzab ketika ada anggota pasukan Islam yang yang takut,goncang, dan hilang keberaniannya pada perang Ahzab. Dinamakan Perang Ahzab karena dalam perang ini kaum musyrik/kafir bersekutu (ahzab) dengan kaum Yahudi untuk menyerang kaum muslimin di Madinah. Allah menyuruh orang demikian meneladani Nabi Saw dalam kesabaran dan keteguhan membela agama Allah. Untuk itu, Allah Ta‟ala menurunkan ayat ini berfirman kepada orang-orang yang tergoncang jiwanya, gelisah, gusar dan bimbang dalam perkara mereka pada hari Ahzaab. Intinya, umat Islam harus meneladani Rasul termasuk dalam keadaan takut atau menghadapi ujian.

Pada tafsir jalalain dijelaskan Pada ayat ini Allah SWT memperingatkan orang-orang munafik. bahwa sebenarnya mereka dapat memperoleh teladan yang baik dari Nabi Saw. Rasulullah Saw adalah seorang yang kuat imannya, berani, sabar, tabah menghadapi segala macam cobaan, percaya dengan sepenuhnya kepada segala ketentuan-ketentuan Allah dan beliaupun mempunyai akhlak yang mulia. Jika mereka bercita-cita ingin menjadi manusia yang baik, berbahagia hidup di dunia dan di akhirat, tentulah mereka akan mencontoh dan mengikuti Nabi. Tetapi perbuatan dan tingkah laku mereka menunjukkan bahwa mereka tidak mengharapkan keridaan Allah dan segala macam bentuk kebahagiaan hakiki itu.Jelas bahwa sasaran ayat ini adalah untuk seorang pemimpin, bahwa Rasullulah adalah satu-satunya teladan yang baik dalam memimpin segala sesuatu yang ada di bumi ini.

Dari penjelasan diatas tentang QS. Al-Baqarah ayat 30 dan Al-Qur‟an surat Al-Ahzab ayat 21 dapat diambil kesimpulan tentang ciri-ciri pemimpin yang baik yang harus bisa diterapkan oleh seorang pemimpin dalam kehidupan yaitu:

(6)

32

a. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk

mengendalikan lembaga atau organisasinya (QS. Al-Baqarah ayat 30-31 ) Dalam Al-Qur‟an ayat : 30-32 dijelaskan tentang kemampuan mutlak yang hanya dimiliki Adam tidak dimiliki oleh malaikat, yaitu adam telah disediakan alat untuk bisa meraih dan mengembangkan kemampuan secara sempurna dibidang ilmu pengetahuan, lebih jauh jangkauannya dibanding malaikat. Allah mengarahkan evaluasi kepada Adam untuk menyebutkan nama benda-benda yang ada di bumi untuk menguji kemampuannya terhadap ilmu yang telah diajarkan kepadanya, dan ternyata Adam dapat menjawab dan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan itu dengan lancar.

Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan sesuai dengan lembaga atau organisasi yang dia pimpin, tapi faktanya masih banyak pemimpin yang tidak mempunyai kapasitas sesuai dengan bidangnya. Contohnya dalam yayasan lembaga pendidikan islam, mayoritas pimpinan yayasan merupakan anak dari pemiliki atau pendiri yayasan tersebut yang bukan merupakan ahli dalam pengelolaan pendidikan. Sehingga diperlukan adanya pengawasan dan evaluasi oleh pihak pemerintah dalam membuat regulasi untuk para pemimpin lembaga pendidikan islam, agar terciptanya lembaga pendidikan yang baik dan kompeten sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

b. Dapat menjadi suri tauladan bagi para anggotanya ( Al-Ahzab ayat 21 ) Dalam QS Al-Ahzab ayat 21 telah dijelaskan bahwa Rasulullah adalah seorang suri tauladan yang baik, Rasulullah Saw adalah seorang yang kuat imannya, berani, sabar, tabah menghadapi segala macam cobaan, percaya dengan sepenuhnya kepada segala ketentuan-ketentuan Allah dan beliaupun mempunyai akhlak yang mulia. Maka jika kita bercita-cita ingin menjadi manusia yang baik, berbahagia hidup di dunia dan di akhirat, tentulah harus mencontoh dan mengikuti Nabi.

Dalam aspek kepemimpinan tidak diragukan lagi bahwa Rasullah adalah sosok pempin umat yang sangat baik dalam segala hal. Maka penting bagi para pemimpin untuk menerapkan sikap keteladanan bagi para anggotanya, karena anggota yang baik lahir dari seorang pemimpin yang baik.

Akan tetapi faktanya masih banyak pemimpin yang belum bisa menjadi suri tauladan yang baik bagi para anggotanya, maka penting adanya pengawasan dan evaluasi bagi para pemimpin agar terciptanya iklim atau budaya keteladanan yang baik.

KONSEP PENGAWASAN DAN EVALUASI MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Pengawasan dalam Al-Qur’an

Menurut Fachruddin, tugas utama pemimpin pendidikan adalah “Menjabarkan tujuan pendidikan dalam tujuan sasaran, menyusun rencana kerja,

(7)

33

pengorganisasian dan pendayagunaan personal, pelimpahan wewenang (pembahagian tugas), komunikasi, controlling/supervise serta evaluasi”9

Adapun pengertian pengawasan (controlling) adalah proses memonitor aktivitas untuk memastikan aktivitas-aktivitas tersebut diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan dan memperbaiki setiap deviasi yang signifikan ( Tunggal, 1993 : 343 ). Dengan kata lain apakah aktivitas itu sudah sesuai rencana atau tidak, jika tidak maka perlu adanya suatu revisi.

Al-Qur‟an memberikan konsepsi yang tegas tentang pengawasan agar hal yang bersifat merugikan tidak terjadi. Dalam islam ada tiga konsep pengawasan, yang pertama manusia melaporkan kesaksian atas dirinya, kedua Allah mengawasai secara langsung, ketiga Allah mengutus para malaikat untuk mengawasi umatnya. Tekanan al-Qur‟an lebih dahulu pada introspeksi, kontrol diri pribadi sebagai pimpinan apakah sudah sejalan dengan pola dan tingkah berdasarkan planning dan program yang telah dirumuskan semula. Setidak-tidaknya menunjukkan sikap yang simpatik dalam menjalankan tugas, selanjutnya mengadakan pengecekan atau memeriksa kerja anggotanya. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi SAW ”Terlebih dahulu lihatlah atas kerjamu sebelum melihat atas kerja orang lain”.

Banyak ayat yang membahas tentang konsep pengawasan salah satunya adalah Al-Qur‟an surat Al- Infithaar 10-12 yang membahas tentang konsep Allah memerintahkan malaikat untuk mengawasi umatnya :

َني ِظِف ََٰحَل ْمُكْيَلَع َّنِإ َو

(

٠١

)

َنيِبِت ََٰك اًماَرِك

(

٠٠

)

َنوُلَعْفَت اَم َنوُمَل ْعَي

(

٠١

)

Yang artinya : “ Padahal Sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari „Ikrimah bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Ubay bin Khalaf yang mengingkari hari ba‟ts (dibangkitkan dari kubur). Ayat ini merupakan teguran kepada orang yang tidak percaya kepada ketentuan Allah.

Menurut tafsir ibnu katsir bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hormatilah malaikat-malaikat yang mulia pencatat amal perbuatan, mereka tidak

9 Fachruddin, Kepemimpinan Pendidikan Dalam MBS, (Medan: IAIN Press, 2004),

(8)

34

pernah meninggalkan kalian kecuali dalam salah satu dari dua keadaan, yaitu di saat jinabah dan buang air besar. Maka apabila seseorang dari kalian mandi, hendaklah ia memakai penutup dengan tembok penghalang atau dengan tubuh hewan untanya atau hendaklah saudaranya yang menutupinya.Sedangkan dalam tafsir jalalain tentang juru catat yang mulia adalah segala perbuatan manusia itu akan langsung dicatat, ganjarannya seketika itu juga, dan akan ditulis dalam buku catatan amal dan kemudian dicatat dalam dirinya sendiri. Baik penyakit serius maupun penyakit ringan yang menyebabkan kita menderita adalah akibat langsung dari perbuatan kita.

Kemudian menurut tafsir Al-Azhar artinya mereka itu tahu apa pun yang kamu kerjakan. Sehingga tidaklah kita ini terlepas dari pengawasan dan penjagaan. Maka janganlah kita menyangka ketika kita sedang berada seorang diri bahwa situasi sedang sepi, diri kanan kita ada makhluk yang selalu mengawasi kita dia menjaga semoga kita jangan sampai terjatuh. Sedangkan disamping malaikat ada juga makhluk yang ingin kita terjatuh dalam maksiat yaitu syaitan dan iblis. Maka kepercayaan kepada Allah yang sangat dekat kepada kita lebih dari urat leher kita

Dari penjelasan tafsir diatas terlihat bahwa sasaran ayat ini lebih kepada etika seseorang yang diawasi dan orang yang mengawasi. Sejatinya kita harus selalu menghormati pengawas yang selalu mendampingi disegala kegiatan dengan tujuan agar pekerjaan kita berjalan sebagai mana mestinya. Maka dirasa penting adanya kegiatan pengawasan atau controlling karena salah satu tugasnya adalah mencatat secara langsung baik itu perbuatan baik atau buruk untuk menjadi evaluasi dikemudian hari dan tanamkanlah dalam diri kita walaupun kondisi kita yang sedang sendiri tetaplah maksimal dalam melakukan perbuatan apapun karena bukan hanya malaikat tetapi ada juga syaitan yang ingin kita terjatuh.

Untuk terhindarnya dari godaan syaitan maka pemimpin harus memiliki ”inner control” yang kuat agar bisa jadi teladan yang baik untuk orang lain. untuk

membina diri menjadi orang yang memiliki ”inner control” yang kuat. Puasa

merupakan ibadah yang mudah sekali dibohongi karena tiada orang yang akan tahu apabila kita menyatakan puasa padalah sebenarnya kita telah meminum segelas air, misalnya di kamar mandi, pada saat tidak ada orang yang melihat. Orang yang benar puasanya tidak akan mau dan berani membatalkan puasanya walaupun tanpa melihat atau diketahui orang lain. Disinilah latihan inner control

itu dimantapkan setelah latihan keyakinan lainnya mantap.

Islam mengajarkan agar setiap orang berbuat baik sesuai dengan ajaran Allah dan Rasulnya. Dalam Islam diyakini bahwa setiap manusia didampingi oleh dua malaikat yang bernama ”Raqib dan Atid” yang berfungsi sebagai pencatat segala perbuatan manusia dimanapun ia berada baik dilihat maupun tidak dilihat oleh manusia lain, ditempat terang atau gelap, sendiri atau bersama-sama, siang

(9)

35

ataupun malam. Semua disaksikan dan dicatat oleh Allah (dengan petugas malaikat tadi) dan nanti akan dipersaksikan dan dipertanggungjawabkan oleh setiap manusia di hadapan Allah.10

EVALUASI DALAM AL-QUR’AN

Dalam Alquran, terdapat beberapa ayat yang dapat dikaitkan dalam pengertian pendidikan dan teknik evaluasi yang tersebar dibeberapa surat, seperti

al-inba’, al-hisab, al-bala.11

1) Al-Inba’

terdapat dalam surat Al-Baqarah (2) : 33, Allah berfirman:

ْمِهِئاَمْسَأِب ْمُهْ ئِبْنَأ ُمَدآ اَي َلاَق

ۖ

ا مَلَ ف

ْمُهَأَبْ نَأ

َبْيَغ ُمَلْعَأ يِّنِإ ْمُكَل ْلُقَأ ْمَلَأ َلاَق ْمِهِئاَمْسَأِب

َنوُمُتْكَت ْمُتْنُك اَمَو َنوُدْبُ ت اَم ُمَلْعَأَو ِضْرَْلْاَو ِتاَواَم سلا

Terjemahnya : Dia (Allah) berfirman, “wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!” setelah Adam menyebutkna nama-nama benda maka Allah berfirman: “Bukankah sudah ku katakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?”

Evaluasi pertama ditujukan kepada Malaikat dengan firman Allah: anbiuni bi asmai haulai in kuntum shadiqin, untuk menguji argumentasi yang dikemukakan oleh malaikat yang meragukan eksistensi Adam sebagai khalifah dengan membanggakan keutamaan yang dimilikinya yaitu senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan Allah. Al-Maraghi mengulas ayat ini: Apakah Tuhan hendak menjadikan seseorang yang sifatnya sedemikian itu sebagai khalifah. Sedangkan kami (para malaikat) adalah makhluk-Mu yang ma’shum (terpelihara dari kesalahan). Namun ternyata pengetahuan tasbih, tahmid dan taqdis yang dimiliki Malaikat tidak dapat dikembangkan sebagaimana kemampuan Adam, karena mereka tidak dapat menjabarkan pada keadaan sekitarnya. Sedangkan pada diri manusia telah disediakan alat untuk bisa meraih kemampuan secara sempurna di bidang ilmu pengetahuan, lebih jauh

10 Suyadi, ( 2017 ). Implementasi Manajemen Pengawasan Komprehensif dalam

Perspektif Pendidikan Islam Rahmatan Lil Alamin di Lingkungan Kementrian Agama.

HIKMATUNA, Vol.3 No.2.Hlm.303-323

11

Syahril. ( 2007 ). Konsep Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an. Jurnal Hunafa Vol 4, No.4, Desember 2007. Hlm.305-320

(10)

36

jangkauannya dibanding Malaikat.(al-Maraghi, 1985:127) Al-Inba’ adalah evaluasi dalam bentuk dialog atau tes lisan yang membutuhkan pengembangan dalam jawaban. Hal ini dimiliki manusia (Adam) tetapi tidak dimiliki oleh Malaikat. Kemudian Allah mengarahkan evaluasi kepada Adam untuk menguji kemampuannya terhadap ilmu yang telah diajarkan kepadanya dan ternyata Adam dapat menjawab dan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan itu dengan lancar. Karena kemampuan Adam dalam menyelesaikan seluruh pertanyaan dalam evaluasi tersebut, maka Allah memberikan penghargaan kepadanya dengan memerintahkan kepada Malaikat supaya bersujud (memberikan penghormatan) kepada Adam.

Seorang pemimpin juga harus bisa memiliki kemampuan evaluasi dalam bentuk dialog dan lisan, sehingga dari seorang pemimpin lah seharusnya keluar jawaban yang bisa dikembangkan dalam mengatasi permasalahan di lembaga atau organisasi yang dia pimpin

2) Al-Hisab

yang diterjemahkan perhitungan, semakna dengan evaluasi. Di dalam QS. Al-Baqarah (2) : 202 Allah berfirman:

اوُبَسَك ا مِم ٌبيِصَن ْمُهَل َكِئََٰلوُأ

ۖ

ُه للاَو

ُعيِرَس

ِباَسِحْلا

Terjemahnya : “Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungannya.” Allah menganugerahi hasil yang baik yakni hasil evaluasi yang diberikan adalah berdasarkan hasil kerja mereka. Bila pekerjaannya baik maka dia akan memperoleh hasil yang membahagiakan yaitu surga. Namun bila hasil evaluasinya buruk karena pekerjaannya jelek maka dia akan memperoleh hasil yang mengecewakan berupa siksa neraka. Al-hisab adalah prinsip evaluasi yang berlaku umum, mencakup teknik dan prosedur evaluasi Allah terhadap makhluknya. Al-hisab sering diikuti dengan lafal sari’ (cepat). Di akhirat kelak perhitungan hasil evaluasi manusia dilakukan sangat cepat. Lafal al-hisab lebih banyak dipakai pada pengertian yang bersifat teknis seperti: Sari’ul hisab (hisab yang cepat), Su’ul hisab (hisab yang buruk), bi ghairi hisab (tanpa hisab) dsb. Evaluasi yang dilaksanakan oleh Allah terhadap makhluk-Nya pada hari penerimaan hasil evaluasi (pengadilan di akhirat) maka manusia itu sendiri yang disuruh membaca atau memberikan penilaian terhadap hasil perbuatannya di dunia. Sebagaimana firman Allah QS. Al-Isra‟ (17 ):14 “Bacalah kitabmu cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghisab terhadapmu”

Ayat diatas menggambarkan bagaimana seharusnya cara seorang pemimpin islam mengevaluasi anggotanya, yaitu secara objektif bila pekerjaan mereka baik maka evaluasi dan hasilnya pun harus baik, sebaliknya jika pekerjaan mereka buruk maka evaluasinya pun tentu akan buruk. Ayat diatas juga

(11)

37

mengisyaratkan kepada seorang pemimpin harus bertindak cepat dalam mengevaluasi suatu perbuatan.

3. Al-Bala’

Yang diartikan cobaan dan ujian, ibtala’ atau menguji, mencoba banyak digunakan oleh Allah dalam mengungkapkan bentuk ujian yang disebutkan, nama bahan ujiannya atau dengan istilah pendidikan mata kuliah, bidang studi atau mata pelajaran. Sehingga dalam penggunaan kata ini dalam Al-quran selalu menyebutkan nama-nama yang diujikan, di antaranya seperti firman Allah sebagai contoh dalam QS. Al-Baqarah (2): 155:

ِتاَرَمَّثلاَو ِسُفْ نَْلْاَو ِلاَوْمَْلْا َنِم ٍصْقَ نَو ِعوُْلْاَو ِفْوَْلْا َنِم ٍءْيَشِب ْمُكَّنَوُلْ بَنَلَو

ۗ

ِرِّشَبَو

َنيِرِباَّصلا

Terjemahnya :

“Dan sungguh akan Kami berikancobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang sabar.”

Ayat di atas merinci bahan ujian (materi evaluasi) yaitu terdiri dari: ketakutan, kelaparan kekurangan harta, kematian, kurang bahan makanan dan sebagainya. Maka hanya orang-orang yang sabar, yang mampu keluar dari kesulitan dengan tidak menggadaikan imannya tetapi lulus dalam ujian untuk memantapkan imannya. Ciri-cirinya dapat dilihat yakni, dia tidak bergembira berlebih-lebihan dengan kesenangan yang diperolehnya tetapi bersyukur dan mengeluarkan sebagian yang wajib dikeluarkan atau bersadaqah, dan tidak pula bersedih yang menjadikan putus asa karena penderitaan yang dialaminya. Bila dikaitkan dengan pendidikan, maka nilai buruk yang diperolehnya tidak menjadikan dia lengah dan nilai buruk yang diperolehnya, karena dia sabar atau tabah dalam menghadapi kesulitan.

KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan dalam bahasa Inggris disebut leadership yang berarti being a leader power of leading; the qualities of leader. Yang berarti kekuatan atau kualitas seseorang dalam memimpin dan mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan. dari QS. Al-Baqarah ayat 30-31 dan Al-Qur‟an surat Al-Ahzab ayat 21 menjelaskan tentang ciri-ciri pemimpin yang baik yang harus bisa diterapkan oleh seorang pemimpin didalam kehidupan yaitu, pertama pemimpin harus memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk mengendalikan lembaga atau organisasinya, kedua pempin harus dapat menjadi suri tauladan bagi para anggotanya.

Dalam islam ada tiga konsep pengawasan, yang pertama manusia melaporkan kesaksian atas dirinya, kedua Allah mengawasai secara langsung,

(12)

38

ketiga Allah mengutus para malaikat untuk mengawasi umatnya. Dan ada tiga konsep Evaluasi dalam Al-Qur‟an yaitu Al-Inba’, Al-Hisab, Al-Bala.

DAFTAR PUSTAKA

AS. Hornby, Oxford Edvanced Dictionary of English, (London: Oxford University Press, 1990).

Fachruddin, Kepemimpinan Pendidikan Dalam MBS, (Medan: IAIN Press, 2004). Farmawi al, Abd al-Hayy, AI-Bidayah.fi al-Tafsir al-Maudhu’i, Matba‟ah

al-Hadarah al`Arabiyah, Kairo, 1977.

Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2007).

Rahmat Hidayat dan H. Candra Wijaya.( 2017 ). Ayat-Ayat Alquran Tentang Manajemen Pendidikan Islam. Medan: LPPPI

Samsirin. ( 2015 ). Konsep Manajemen Pengawasan dalam Pendidikan Islam. Jurnal At-Ta‟dib Vol.10. No. 2.

Suyadi, ( 2017 ). Implementasi Manajemen Pengawasan Komprehensif Kementerian Agama. HIKMATUNA, Vol.3 No.2.

Syahril. ( 2007 ). Konsep Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an. Jurnal Hunafa Vol 4, No.4, Desember 2007.

Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009).

Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoretik dan Permasalahanya, (Jakarta: Rajawali Pres, 2010).

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka,1984).

Referensi

Dokumen terkait

Data ini juga sangat sinkron dengan data lain yang menyatakan bahwa tujuan utama dari mayoritas responden menggunakan Internet adalah untuk mendapatkan informasi ilmiah..

Untuk peserta Seleksi Tertulis dan Keterampilan Komputer harap mengambil undangan di kantor KPU Kota Jakarta Pusat pada Hari Sabtu tanggal 2 Juli 2016 pukul 01.00 WIB

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan kemudahan yang diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

Aplikasi ini merupakan aplikasi dari analisa yang terjadi di lapangan bagaimana prosedur penyewaan fasilitas yang ada digambarkan ke dalam rancangan sistem

annulicornis, lama hidup imago yang diamati mulai dari proses ganti kulit nimfa instar ke–5 menjadi imago hingga kematiannya sangat singkat, yaitu hanya 48 ± 6 hari untuk

Adapun kekuatan internal yang dimiliki badan KBPMPP yaitu adanya mitrakerja dari berbagai pihak seperti TNI yang ditunjukan melalui kerja sama yang terus terjalin

(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah (2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat

Tidak sekadar memberikan tembahan pengetahuan tentang kesehatan kepada para remaja saja, tetapi output dari program ini adalah adanya remaja yang berdaya, remaja