• Tidak ada hasil yang ditemukan

Feminisme Liberal dalam Wacana Fenomena Koruptor Perempuan pada Rubrik Topik Kita di Majalah Noor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Feminisme Liberal dalam Wacana Fenomena Koruptor Perempuan pada Rubrik Topik Kita di Majalah Noor"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

MAJALAH NOOR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Aulia Rahmi NIM. 1110051100055

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Denganinisayamenyatakanbahwa:

1. Skripsiinimerupakanhasilkaryasaya yang

diajukanuntukmemenuhisalahsatupersyaratanmemperolehgelarStara 1 (S1)

UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

2. Semuasumber yang sayagunakandalampenulisanini,

telahsayacantumkansesuaidenganketentuan yang belaku di UIN

SyarifHidayatullah Jakarta.

3. Jikakemudianhariterbuktibahwakaryainihasilplagiatatauhasiljiplakankarya

orang lain, makasayabersediamenerimasanksi yang berlaku di UIN

SyarifHidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 Desember 2014

(5)

ABSTRAK Aulia Rahmi

Feminisme Liberal DalamWacana Fenomena Koruptor Perempuan Pada Rubrik Topik Kita di Majalah Noor.

Majalah merupakan salah satu media komunikasi massa dalam menyampaikan pesan kepada khalayak dengan sangat terperinci karena memiliki karkteristik yang berbeda dari media cetak lainnya. Pemberitaan di majalah dihadirkan dalam bentuk yang menarik dan isinya yang lebih imajinatif. Salah satu pemberitaan yang menjadi topik hangat di media cetak beberapa waktu lalu adalah kasus korupsi yang melibatkan banyak pejabat perempuan. Namun, diantara beberapa media, baik media elektronik maupun media cetak yang memuat berita mengenai fenomena koruptor perempuan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana teks yang dibangun oleh majalah Noor mengenai fenomena koruptor perempuan ?Bagaimana kognisi sosial yang melatar belakangi wacana yang dibentuk pada rubrik topik kita di majalah Noor? Bagaimana pula kontekssosial yang melatar belakangi wacana dalam pemberitaan mengenai fenomena koruptor perempuan pada rubrik topik kita di majalah Noor?

Teori yang digunakan dalam instrument penelitian ini adalah teori feminisme liberal yang diuraikan dalam buku Feminist Thought karya Rosmarie Putnam Tong, dimana penganut aliran feminisme liberal menekankan bahwa keadilan gender menuntut kita untuk membuat aturan permainan yang adil, yang didalamnya perempuan dapat merasakan hak yang sama dengan laki-laki baik dalam memperoleh pendidikan dan bermanfaat di ruang publik. Karena itu, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif untuk menjelaskan keterikatan antara teori feminisme liberal dengan permasalahan mengenai koruptor perempuan menggunakan pisau analisis wacana kritis milik Teun. A. Van Dijk.

Metodologi penelitian ini menggunakan paradigm kritis dengan pendekatan kualitatif. Paradigma kritis bersumber pada bagaimana berita tersebut diproduksi dan bagaimana kedudukan wartawan dan media bersangkutan dalam keseluruhan proses produksi berita. Metode ini menekankan pada level teks, kognisi sosial, dan konteks sosial yang berhubungan dengan berita yang ditampilkan pada rubrik topic kita di majalah Noor agar menjadi sebuah pembelajaran untuk dapat menyampaikan pesan komunikasi dengan baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada berita terdapat makna teks yang meliputi enam struktur teks. Selain itu terdapat kognisi sosial yang meliputi empat skema berupa skema person, skema diri, skema peran, dan skema peristiwa. Pemberitaan tersebut juga dilatarbelakangi oleh konteks sosial berupa praktik kekuasaan dan akses yang mempengaruhi wacana di dalamnya.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’aalamiin. Segala puji bagi Allah SWT ., Tuhan

semesta alam yang senantiasa melimpahkan nikmat, karunia, dan ridhoNya .

Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada baginda Rasulullah

Muhammad SAW, beserta para sahabat dan keluarganya, yang telah menjadi

panutan yang baik bagi umat Muslim di seluruh dunia. Serta hidayah dan

inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Selama kurang lebih enam bulan lamanya, akhirnya peneliti dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Wacana Kritis Citra Koruptor

Perempuan Pada Rubrik Topik Kita di Majalah Noor”, yang disusun guna

memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Strata 1 (S1) pada

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Program Studi Jurnalistik, Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Terselesaikannya skripsi ini juga berkat doa, bantuan, dan dukungan dari

berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu peneliti bermaksud untuk

mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang telah berjasa dalam

penyelesaian skripsi ini. Mereka adalah:

1.

Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, M.A. Wakil Dekan I

Bidang Akademik, Dr. Suparto, M. Ed, Ph.D. Wakil Dekan II Bidang

Administrasi Umum, Drs. Jumroni, M.Si, serta Wakil Dekan III

(7)

2.

Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si. serta Sekretaris

Konsentrasi Jurnalistik, Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. yang telah

meluangkan waktunya untuk sekedar berkonsultasi dan meminta

bantuan dalam hal perkuliahan. Tak lupa penulis haturkan terima

kasih kepada Ketua dan Sekretaris terdahulu, Rubiyanah, MA. dan

Ade Rina Farida, serta Dosen Pembimbing Akademik Dr. Rully

Nasrullah, atas bantuan dan petuahnya kepada peneliti selama ini.

3.

Dosen Pembimbing, Wati Nilamsari, M. Si., yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan,

memberikan banyak pelajaran, baik dari segi keilmuan maupun

tulisan, dan selalu memotivasi peneliti agar dapat menyelesaikan

skripsi dengan baik. Semoga Ibu selalu dilimpahkan karunia dan

nikmat serta senantiasa selalu mendapat perlindungan dari Allah

SWT.

4.

Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi yang telah memberikan ilmu-ilmu yang sangat

bermanfaat bagi penulis, .

5.

Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi yang telah menyediakan buku serta fasilitas lainnya

sehingga penulis mendapat banyak referensi dalam penelitian ini.

6.

Narasumber Penelitian, Pemimpin Redaksi Majalah Noor, Jetti R.

(8)

Majalah Noor, Riri atas bantuannya guna melengkapi syarat

penelitian ini.

7.

Orangtua tercinta, Ayahanda Drs. Gustiri MAK dan Ibunda Ende Juju

Julaeha serta keluarga besar yang tiada henti menyemangati peneliti

agar dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu, serta memberikan

dukungan berupa doa, moril, dan materil yang tak terhingga

jumlahnya. Semoga Allah senantiasa memberikan mereka nikmat

sehat dan umur panjang agar bisa menjadi saksi hingga anaknya

menjadi pribadi yang sukses serta berguna bagi nusa dan bangsa.

8.

Fajar Febrianto, yang senantiasa membantu peneliti dalam hal

apapun, termasuk dalam doa, semangat, serta tidak pernah lelah

mengingatkan peneliti agar menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan

bermanfaat. Terima kasih atas segala perhatian yang telah diberikan.

Semoga Allah membalas budi baikmu.

9.

Sahabat terbaikku yang senantiasa menjadi pelipur lara, Norma

Gustiany, Athifa Rahmah, Dea Nuva, Bella Stevany, Ira Wati,

Latifah, Ika Suci Agustin, Revalia Ayunda, Alica, Faradilla Nurul

Rahma, Vera. Terima kasih kalian selalu berhasil membuat saya

tertawa bahagia.

10.

Teman-teman seperjuangan Konsentrasi Jurnalistik 2010, Jurnalistik

A, Septinia, Tezar Aditya, beserta teman Najua lainnya, teman-teman

Jurnalistik C, dan khususnya Jurnalistik B, Ntep, Diyah, Damar, Tyo,

Damar, Bunbun, Nissa, Sri, Fauziah dan teman-teman JB lainnya

(9)

kenangan selama empat tahun lamanya, dalam belajar, berkarya,

berimajinasi, dan belajar bersama menjadi calon Jurnalis yang baik

11.

Keluarga besar Radio Dakwah dan Komunikasi (RDK FM), yang

telah memberikan banyak pelajaran berharga. Terima kasih telah

memberikan pengalaman yang terbaik bagi peneliti untuk terus

belajar dan belajar.

12.

Keluarga besar Unity Agency, khususnya Terry Sintawati Latif yang

telah banyak memberikan peneliti waktu untuk dapat menyelesaikan

skripsi dengan baik. Terima kasih atas motivasi dan pelajaran yang

selalu diberikan.

13.

Teman-teman KKN SIMFONI 2013 Tanjakan Mekar. Terima kasih

atas pengalaman hidup selama satu bulan, dan canda tawa yang kita

lalui bersama dengan penuh rasa kekeluargaan.

Pada penulisan skripsi ini, peneliti sadar masih banyak kekurangan dan

masih jauh dari kata sempurna. Namun, peneliti telah semaksimal mungkin

berupaya agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga skripsi ini

menjadi manfaat bagi yang membacanya. Aamiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, 12 Desember 2014

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR………....…...i

DAFTAR ISI………....…..…v

DAFTAR TABEL……….…...viii

DAFTAR GAMBAR………...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………..………...6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………...7

D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian……….…..…8

2. Pendekatan Penelitian………...…9

3. Metode Penelitian……….…...11

4. Teknik Pengumpulan Data………….…………....11

5. Teknik Analisis Data………...…14

6. Subjek dan Objek Penelitian…………...15

(11)

E. Tinjauan Pustaka……….…..…...15

F. Sistematika Penulisan………..………..…..17

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teori 1. Feminisme……….19

a. Feminisme Liberal………...23

2. Analisis Wacana………....25

a. Analisis Wacana Kritis Van Dijk………...28

B. Kerangka Konseptual 1. Korupsi a. Pengertian Korupsi……….……….…35

b. Korupsi di Indonesia……….……..38

2. Perempuan dalam Perspektif Islam………..40

3. Media Massa a. Pengertian Media Massa………..….…..45

b. Fungsi Sosial Media Massa………....48

c. Media Cetak………..….49

BAB III GAMBARAN UMUM MAJALAH NOOR A. Gambaran Umum Majalah Noor………...…...53

1. Visi dan Misi Majalah Noor………...…56

2. Logo Majalah Noor………...57

(12)

B. Gambaran Umum Rubrik Topik Kita

1. Rubrik Topik Kita………..……..…...59

2. Karakteristik Pembaca Majalah Noor…...…...60

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Struktur Teks Berita……….………62

1. Analisis Teks Berita “Agar Perempuan Tak Rentan”……...63

2. Analisis Teks Berita “Peta Identitas Perempuan: Menyikapi Fenomena Koruptor Perempuan (31/12/2013)….…...74

B. Analisis Level Kognisi Sosial………...…88

C. Analisis Level Konteks Sosial………....93

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………97

B. Saran………...99

DAFTAR PUSTAKA………100

(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

Tabel 1: Struktur Teks Analisis Wacana Van Dijk………...31

Tabel 2: Elemen Teks pada Wacana Teun A. Van Dijk………...32

Tabel 3: Skema pada Level Kognisi Sosial………..33

Tabel 4: Struktur Redaksi Majalah Noor………...………..58

Tabel 5: Analisis Level Teks Berita Berjudul “Agar Perempuan Tak Rentan”....70

(14)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Realitas dunia tidak bisa hanya diamati melalui mata dan telinga

saja, perlu pihak ketiga yaitu media massa.1 Media massa memiliki peran penting dalam komunikasi. Media massa itu sendiri sebagai alat yang

berfungsi untuk menyampaikan pesan kepada khalayak. Media massa

adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran

informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal.2 Sedangkan komunikasi massa merupakan komunikasi melalui media

massa (media cetak dan elektronik). Pada awal perkembangannya,

komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass

communication (media komuniksi massa) yang dihasilkan oleh teknologi

modern.3

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, teknologi komunikasi

media massa mengalami kemajuan yang pesat. Kemajuan teknologi

tersebut telah mengantarkan masyarakat agar semakin mudah dalam

berhubungan antara satu dengan lainnya. Seiring berkembangnya ilmu

pengetahuan dan teknologi, beredar surat kabar sebagai sumber informasi

media cetak pertama kali. Media cetak adalah berita-berita yang disiarkan

1

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h.2.

2

Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi (Jakarta: Kencana, 2008), h.72.

(16)

melalui benda cetak.4 Keberadaan surat kabar sebagai media cetak pertama kali dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann Gutenberg di

Jerman. Sedangkan keberadaan surat kabar di Indonesia ditandai dengan

perjalanan panjang melalui lima periode, yakni masa penjajahan Belanda,

masa penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan dan awal kemerdekaan,

serta zaman orde lama dan orde baru.

Setelah beredarnya surat kabar di Indonesia, munculah komunikasi

berupa tulisan yang lebih beragam konten beserta isinya, yaitu majalah.

Majalah merupkan salah satu media komunikasi massa dalam

menyampaikan pesan kepada khalayak dengan sangat terperinci karena

memiliki karakteristik yang berbeda dari media cetak lainnya.

Karakteristik dari majalah dapat dilihat dari isi pesan yang disajikan.

Dalam penyajian pesannya, majalah menyajikan pesan lebih banyak serta

memiliki cover/sampul sebagai daya tarik.

Majalah terbit secara berkala dan isinya meliputi beragam liputan

jurnalistik, pandangan tertentu, topik aktual yang layak diketahui

konsumen pembaca, artikel, dan sastra. Penerbitan majalah dibedakan atas

majalah mingguan, bulanan, dan sebagainya. Menurut pengkhususan

isinya, majalah dibedakan atas majalah wanita, berita, remaja, olahraga,

sastra, dan ilmu pengetahuan tertentu. Dan segmentasi pembacanya pun

berbeda-beda. Salah satu majalah wanita yang ada di Indonesia yaitu

majalah Noor.

(17)

Majalah Noor adalah majalah wanita yang terbit bulanan, dimana

di dalam majalah ini terdapat beberapa rubrik yang dapat menjadi inspirasi

bagi para pembacanya seperti info kesehatan, perjalanan, karier,

kecantikan dan berbagai hal menarik di dalamnya. Majalah yang

mempunyai tagline “Yakin Cerdas Bergaya” ini merupakan majalah yang bernafaskan Islam. Konten yang terdapat didalamnya terdiri dari 11 rubrik.

Salah satu rubrik yang menarik dan membedakan majalah Noor dengan

majalah lainnya adalah rubrik Topik Kita. Rubrik topik kita merupakan

rubrik tentang pengetahuan yang didalamnya terdapat pandangan Islam.

Rubrik topik kita hadir di setiap edisi majalah Noor dengan ulasan tema

yang berbeda-beda setiap bulannya.

Salah satu tema yang dihadirkan dalam rubrik topik kita yaitu

tentang fenomena koruptor perempuan pada majalah Noor edisi Vol X th.

XI/2013. Dalam rubrik edisi tersebut membahas tentang persoalan politik

yang kian ramai diperbincangkan. Dan tidak hanya dituliskan tentang

fenomena yang sedang terjadi, tetapi dijelaskan juga mengenai pandangan

dalam Islam terhadap perempuan.

Perempuan merupakan makhluk yang sangat dimuliakan. Hal

tersebut yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, dimana beliau

sangat menghormati ibunya. Pada hakikatnya, perempuan tercipta untuk

menjadi makmum (orang yang berdiri di belakang imam), tetapi seiring

berkembangnya zaman, perempuan tidak hanya menjadi seorang pengikut

(18)

Dalam fikih siyasah (politik) maupun fikih munakahah

(pernikahan), kaum perempuan dipandang tak berhak menjadi pemimpin

sebagai kepala pemerintahan maupun kepala keluarga.5 Realitanya, banyak kaum perempuan yang didaulat sebagai seorang pemimpin. Dimulai dari

hal kecil, kedudukan ketua kelas yang semula hanya dipimpin oleh kaum

lelaki, sekarang perempuan pun bisa menjadi seorang ketua kelas. Dalam

sejarah politik Indonesia, tercatat Indonesia pernah memiliki seorang

pemimpin Negara dari kaum perempuan yaitu Megawati Soekarno Putri.

Dan kini semakin marak perempuan yang mencalonkan dirinya sebagai

pemimpin penyalur aspirasi rakyat Indonesia.

Menjadi seorang pemimpin bukan hal yang mudah karena

bertanggung jawab atas banyak jiwa. Tetapi banyak diantara pemimpin

wanita yang mencalonkan dirinya untuk menunggang popularitas saja.

Dalam suatu Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan: “Dari Ibnu

Umar ra., ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:

“Kalian adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas

kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarga, dan akan dimintai

pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Isteri adalah pemimpin di

rumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas

kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam mengelola harta

tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.

Oleh karena itu, kalian sebagai pemimpin akan dimintai

5

(19)

pertanggungjawaban kalian atas kepemimpinannya.”6 Dalil tersebut menjelaskan bahwa apabila sudah diberi amanat berupa jabatan yang baik

lalu tidak dapat mempertanggungjawabkannya dengan baik seperti berbuat

curang yaitu dengan melakukan tindak pidana korupsi, maka Allah akan

meminta pertanggungjawabannya kelak di akhirat.

Meskipun tindak korupsi merupakan tindakan terlarang baik secara

hukum maupun agama, tidak sedikit pemimpin yang melakukannya.

Fenomena koruptor di Indonesia kian merajalela, dan pelakunya bukan

hanya dari kalangan pria, tetapi juga wanita. Wanita yang terdaftar sebagai

koruptor di Indonesia, beberapa diantaranya ialah Angelina Sondakh,

Miranda Goeltom, Nunun Nurbaeti, Siti Hartati Murdaya,dan Gubernur

Banten Ratu Atut Chosiyah.

Menurut survey yang dilakukan oleh pihak Transparency

International Indonesia (TII), Indonesia menempati urutan ke-118 dalam

urutan Negara terkorup. Pihak TII juga melansir Indonesia berada di empat

Negara terbawah dalam urutan tingkat korupsi dengan kondisi yang

semakin memburuk.7 Kondisi tersebut membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap institusi-institusi Negara dalam upaya pemberantasan

korupsi menurun.

Melihat realitas yang ada, menimbulkan ketertarikan bagi penulis

untuk meneliti fenomena koruptor perempuan di Indonesia dalam rubrik

6 Imam Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin Jilid Satu, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), h.

604.

7

(20)

topik kita di majalah Noor yang akan diteliti dengan cara mencari makna

tersembunyi (latent) pada suatu teks di media yang menjadi rujukan utama

dalam penelitian. Untuk menganalisis sebuah makna yang terkandung

dalam sebuah teks dapat diteliti melalui sebuah studi analisis data

kualitatif, berupa analisis wacana.

Penelitian ini difokuskan pada pemberitaan mengenai koruptor

perempuan tentang Fenomena Koruptor Perempuan dan Agar Perempuan

Tak Rentan edisi Desember 2013, karena melihat pada bulan tersebut isu

ini sedang ramai diperbincangkan. Maka Penelitian ini mengangkat judul

Feminisme Liberal dalam Wacana Fenomena Koruptor Perempuan

Pada Rubrik “Topik Kita” di Majalah Noor.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar lebih fokus dalam penelitian ini, maka penulis membatasi

masalah Analisis wacana pada fenomena koruptor perempuan pada

majalah Noor yaitu dalam rubrik Topik kita di majalah Noor edisi Vol X

th. XI/2013.

Terdapat kurang lebih tiga berita mengenai hal ini dalam majalah

Noor pada bulan Desember 2013. Namun, peneliti fokus pada dua berita.

Dari pembatasan masalah tersebut perumusan masalah penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana teks yang dibangun oleh majalah Noor mengenai fenomena

(21)

2. Bagaimana kognisi sosial yang melatarbelakangi wacana yang

dibentuk majalah Noor mengenai fenomena koruptor perempuan?

3. Bagaimana konteks sosial yang melatarbelakangi wacana dalam

pemberitaan fenomena koruptor perempuan di majalah Noor?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang tertulis di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui makna teks yang terdapat pada rubrik topik kita di

majalah Noor tentang fenomena koruptor perempuan di Indonesia.

2. Untuk mengetahui kognisi sosial ditinjau dari analisis wacana terhadap

majalah Noor mengenai fenomena koruptor perempuan dalam rubrik

topik kita.

3. Untuk mengetahui konteks sosial ditinjau dari analisis wacana

terhadap majalah Noor mengenai fenomena koruptor perempuan dalam

rubrik topik kita

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

positif bagi pengembangan wacana keilmuan tentang gejala sosial yang

tengah terjadi di masyarakat. Seperti hal-hal yang enggan dan dianggap

tabu untuk diberitakan, sama halnya dengan apa yang terjadi ditengah

(22)

2. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif

khususnya pada bidang ilmu komunikasi, terutama dalam konteks analisis

wacana, serta rubrik yang terkait dengan bidang sosial, ekonomi dan

politik.

3. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi peneliti,

praktisi komunikasi, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tim

redaksi majalah, dan berbagai konten masyarakat lainnya bahwa dalam

produksi suatu berita, teks tidak berdiri secara netral. Namun, banyak

aspek yang ikut mempengaruhi di dalam memproduksi sebuah berita.

Termasuk kondisi kognisi wartawan dan pandangan masyarakat dalam

melihat suatu isu yang ditampilkan oleh suatu media. Penelitian ini juga

guna menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam mempelajari

praktik karya jurnalistik.

E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma

kritis. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap

media dan teks berita yang dihasilkan. Paradigma kritis bersumber pada

(23)

dan media bersangkutan dalam keseluruhan proses produksi berita.8 Dalam pandangan kritis, realitas merupakan kenyataan semu yang telah terbentuk

oleh proses kekuatan sosial, politik, dan ekonomi.

Analisis wacana dalam pandangan kritis menekankan pada

konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi

makna.9 Analisis wacana kritis tidak dipusatkan pada benar atau tidaknya struktur tata bahasa atau proses penafsiran seperti pada analisis

konstruktivisme, karena pada paradigma kritis kelompok dominan sangat

berperan dan terlihat ingin menunjukan diri mereka dengan mengemas

sebuah wacana untuk selanjutnya dilemparkan ke publik sehingga

dianggap sebagai nilai yang dapat diterima bersama oleh khalayak.

2. Pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum

yang mendasari suatu perwujudan makna dari gejala-gejala sosial di

masyarakat.10 Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode pengumpulan data dan analisis yang bersifat non-kuantitatif.

Karena dalam melakukan penelitian kualitatif adalah dengan

menggunakan instrumen wawancara mendalam dan pengamatan.

Dalam melakukan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif,

terdapat beberapa kriteria, diantaranya ialah kredibilitas yang digunakan

8 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.

31.

9

Eriyanto, Analisis Wacana, h.48

(24)

untuk mendeskripsikan/memahami fenomena yang menarik perhatian dari

suatu sudut pandang. Kedua, transferabilitas yang merujuk pada tingkat

kemampuan hasil penelitian kualitatif yang dapat masuk akal. Ketiga,

dependabilitas yang secara esensial berhubungan dengan kemungkinan

memperoleh hasil yang sama sesuai dengan pengamatan yang dilakukan.

Keempat, konfirmabilitas yang berasumsi bahwa setiap peneliti membawa

perspektif yang unik ke dalam penelitian.11 Selain kriteria, hal yang juga sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah objek analisis.

Objek analisis dalam pendekatan kualitatif ialah makna dari

gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari

masyarakat bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai

kategorisasi tertentu.

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penulis

menyandingkan dengan pisau analisis wacana yang dikemukakan Teun A.

Van Dijk. Analisis wacana diartikan sebagai suatu upaya pengungkapan

maksud tersembunyi dari subjek yang mengemukakan suatu pernyataan.

Terdapat perbedaan antara analisis wacana dengan analisis isi kualitatif

yaitu analisis wacana lebih melihat kepada bagaimana (how) dari suatu

pesan atau teks komunikasi, sedangkan analisis isi lebih menekankan pada

pernyataan apa (what) dalam sebuah teks.12

11 Prof. Dr. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data (Jakarta: Raja Grafindo,

2009), h.

12

(25)

3. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kualitatif model Analisis Wacana Kritis. Dalam penelitian ini,

teori yang digunakan adalah teori milik Teun A. Van Dijk, dimana teks

memiliki ideologi dan kecenderungan tertentu terhadap suatu pemberitaan.

Dalam menganalisis menggunakan Analisis Wacana Kritis model Van

Dijk diperlukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana

tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.13

Analisis wacana berfokus pada pencarian makna terhadap suatu

pesan yang sifatnya tersembunyi (latent). Dalam perangkat wacana milik

Van Dijk, jika ada suatu teks yang memarjinalkan wanita, dibutuhkan

suatu penelitian lebih dalam untuk melihat bagaimana produksi teks itu

bekerja, kenapa teks itu memarjinalkan wanita. Dan penelitian ini sangat

khas Van Dijk karena melibatkan suatu proses yang disebut sebagai

kognisi sosial.14

4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan berbagai cara,

diantaranya adalah sebagai berikut:

13

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001), h. 201

14

(26)

a. Observasi Non Partisipan

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi non

partisipan. Observasi berupa pengamatan langsung dilakukan

kepada teks yang akan diteliti yaitu teks berita mengenai fenomena

koruptor perempuan pada rubrik Topik Kita di Majalah Noor edisi

Desember 2013. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

penelitian non partisipan dimana peneliti mengobservasi tanpa

bantuan dari partisipan.15

b. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah teknis dalam upaya menghimpun data

yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan

masalah tertentu yang sesuai dengan data.16 Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan wawancara mendalam

kepada narasumber terkait yaitu Jetti Rosilla Hadi (Pemimpin

Redaksi Majalah Noor) dan Badriyah Fayumi (Penulis dan

Redaktur rubrik Topik Kita).

Wawancara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu wawancara

terstruktur dan wawancara tak terstruktur (wawancara secara

mendalam). Wawancara terstruktur adalah wawancara yang

pertanyaannya telah ditetapkan sebelumnya dan telah disediakan

pilihan jawabannya, sedangkan wawancara tak terstruktur disebut

15

John W. Creswell, Research Design. (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), h. 268.

16

(27)

sebagai wawancara mendalam (intensif) yang bertujuan untuk

mendapatkan bentuk-bentuk informasi dari semua responden yang

disesuaikan dengan cirri-ciri setiap responden.17

Wawancara dalam penelitian kualitatif berlangsung dari

alur umum ke alur khusus. Wawancara pada tahap pertama

biasanya hanya bertujuan untuk memberikan deskripsi dan

orientasi awal periset perihal masalah dan subjek yang dikaji.

Tema-tema yang muncul kemudian diperdalam, dikonfirmasikan

pada wawancara berikutnya, dan demikian seterusnya hingga

mencapai titik jenuh. Periset kualitatif dalam melakukan

wawancara dapat melakukan loncatan materi wawancara kepada

responden yang secara natural memiliki informasi yang lebih

banyak dan menjadi informan yang lebih penting.18

c. Dokumentasi

Dokumentasi berupa data tertulis yang berisikan keterangan

dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang bersifat

aktual.19 Dokumentasi pada penelitian ini berupa foto, arsip, dokumen, dan catatan-catatan yang terdapat di majalah Noor.

d. Studi Pustaka

17

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda Karya, 2001), h. 103.

18

Agus Salim MS, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 17.

19

(28)

Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data-data

dari beberapa buku, jurnal, kamus, dan artikel media lain yang

berhubungan dengan penelitian.

5. Teknik analisis data

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan analisis

wacana Teun A. Van Dijk. Analisis wacana oleh Van Dijk digambarkan

sebagai analisis yang mempunyai tiga dimensi didalamnya, yaitu: level

teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Kesimpulan dari analisis ini adalah

menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut kedalam satu kesatuan

analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks

dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu.

Pada level kognisi sosial, dipelajari proses produksi teks berita yang

melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga

mempelajari bangunan wacana yang berkembang di masyarakat dalam

suatu masalah.20

Setelah data terkumpul secara rapi dan lengkap, data yang

didapatkan adalah hasil dari wawancara, arsip-arsip serta dokumentasi

majalah Noor yang kemudian dikelompokkan sesuai dengan tujuan

penelitian yaitu dianalisis dan diberikan interpretasi dengan cara

mengklasifikasikannya dengan kerangka teori dan dibuat kesimpulan.

6. Subjek dan objek penelitian

20

(29)

Subjek yang diteliti adalah pihak redaksi majalah Noor, sedangkan

objek penelitiannya adalah teks berita dengan judul “Menyingkap Fenomena Koruptor Perempuan” dan “Agar Perempuan Tak Rentan” pada rubrik topik kita edisi Vol X th. XI/2013 di majalah Noor.

7. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di kantor Majalah Noor yang terletak di Jalan

Karang Pola VI No. 7A, Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540

dan waktu penelitian dilaksanakan pada 07 Mei – 16 Juni 2014.

8. Pedoman Penulisan

Pedoman penulisan ini mengacu pada buku pedoman penulisan

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang

diterbitkan oleh CeQDA (Centre for Quality Development and Assurance)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

9. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis mengdakan tinjauan

pustaka ke perpustakaan yang berada di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi dan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dan dari hasil pencarian, penulis belum menemukan judul yang sama

persis dengan judul yang akan diteliti. Hanya terdapat beberapa judul yang

hampir sama dengan menemukan persamaan dan perbedaan yang terdapat

(30)

a. Analisis Wacana Citra Perempuan dalam Tabloid Nova Edisi

Khusus Kecantikan Tanggal 21-27 November 2011 yang ditulis

oleh Tiara Mustika mahasiswa Jurusan Konsentrasi Jurnalistik

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2012.

Pada skripsi ini terdapat kesamaan yaitu menggunakan analisis

teks yang sama yaitu analisis wacana dengan model analisis

wacana Teun A. Van Djik. Dan perbedaan yang terdapat di

dalamnya adalah teori yang digunakan yaitu teori labeling, dan

skripsi ini menggunakan tabloid Nova sebagai subjek dalam

penelitiannya.

b. Analisis Wacana Karakteristik Islam Rubrik Mutiara Dakwah

pada majalah Ummi Edisi Maret-Juni 2009 yang ditulis oleh

Erma Mulyana mahasiswa Jurusan konsentrasi Jurnalistik

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta angkatan 2004. Pada skripsi ini tidak

dijelaskan paradigma apa yang digunakan penulis, apakah

paradigm positivis, konstruktivisme, ataupun kritis. Selain itu,

media yang digunakan dalam penelitian adalah majalah UMMI

dan lebih menekankan kepada penelitian karakteristik

keislamannya.

Dari beberapa skripsi tersebut, maka penulis mengambil kesimpulan

bahwa belum ada mahasiswa yang meneliti judul skripsi Analisis Wacana

Teun A. Van Dijk pada rubrik topik kita mengenai fenomena koruptor

(31)

F. Sistematika Penulisan

Agar penelitian skripsi ini lebih sistematis, penulisan ini disusun

dengan lima bab, yang masing-masing terdiri dari beberapa sub bab, yaitu:

BAB I

Penulis akan menjabarkan tentang Latar Belakang Masalah ,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat

Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustka, dan Sistematika

Penulisan.

BAB II

Penulis akan menjelaskan pengertian umum tentang Teori

Feminisme, Feminisme Liberal, Analisis Wacana, Analisis Wacana

Kritis Van Dijk, Korupsi, Media Massa, serta perempuan dalam

pandangan Islam.

BAB III

Menggambarkan secara umum tentang profil majalah Noor,

sekilas tentang rubrik topik kita yang didapat dalam wawancara

dengan tim redaksi.

BAB IV

Bab ini berisi hasil temuan dari hasil penelitian yang diperoleh

(32)

BAB V

Bab ini berisi tentang kesimpulan atas analisis penelitian juga

kritik dan saran dari permasalahan yang diangkat disertai dengan

(33)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teori

1. Feminisme

Feminisme merupakan istilah yang digunakan oleh para kaum feminis

kultural untuk mendeskripsikan ideologi superioritas wanita. Secara umum,

istilah „feminisme‟ merujuk pada pengertian ideologi pembebasan wanita,

karena yang melekat dalam semua pendekatannya ialah bentuk keyakinan

bahwa wanita mengalami ketidakadilan karena jenis kelaminnya.21 Feminisme pada umumnya adalah tentang bagaimana pola relasi laki-laki dan perempuan

dalam masyarakat, serta bagaimana hak, status, dan kedudukan perempuan di

sektor domestik dan publik.

Rosmarie Putnam Tong dalam bukunya yang berjudul Feminist

Thought menyebutkan bahwa teori feminisme terbagi menjadi beberapa jenis,

di antaranya adalah feminisme liberal, feminisme radikal libertarian dan

radikal kultural, feminisme marxis dan sosialis, feminisme psikoanalisis dan

gender, feminisme ektensialis, feminisme postmodern, feminisme

multikultural dan global, serta feminisme ekofeminisme.22

Feminisme radikal menekankan bahwa budaya patriarkal ditandai oleh

adanya kuasa, dominasi, hirarki, dan kompetisi.23 Laki-laki hanya diizinkan untuk menunjukkan karakteristik maskulin, sedangkan perempuan

21

Kasiyan, Manipulasi dan Dehumanisasi Wanita dalam Iklan, (Yogyakarta: T.pn., 2008), h. 73.

22

Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, (Yogyakarta: Jalasutra, 2004), h. 1-10.

(34)

karakteristiknya hanya feminin saja. Maka feminisme radikal-liberal berfokus

pada seks, gender, reproduksi. Seks, gender, dan reproduksi yang dimaksud

Tong disini adalah jenis kelamin, sifat maskulin/feminin, dan apa yang

dihasilkan perempuan dan laki-laki. Seperti, laki-laki tidak bisa melahirkan,

menyusui layaknya seorang perempuan.24

Berbeda dengan Feminisme libertarian, feminisme

radikal-kultural bersifat ekslusifitas seksual di mana laki-laki dan perempuan tidak

bisa dipersatukan. Dalam pandangan Tong, ekslusif seksual adalah perempuan

termasuk dalam golongan yang tidak diizinkan untuk menikah dengan

laki-laki. Bahkan untuk bekerja di ruang publik sekalipun, tidak diperbolehkan.

Hal yang ingin diperjuangkan dalam gerakan feminisme ini adalah

mengembalikan hak-hak kebebasan perempuan yang sangat mendasar.25

Gerakan feminisme marxis dan sosialis terbentuk karena adanya

tuntutan ekonomi sehingga perempuan terpaksa terjun ke ranah publik untuk

menghasilkan uang dan akhirnya hanya menguntungkan pihak laki-laki.

Tujuan dari gerakan feminisme marxis dan sosialis adalah agar ada kesetaraan

antara laki-laki dan perempuan sehingga kepentingan laki-laki tidak terlalu

diutamakan atas kepentingan perempuan.26

Berbeda dengan feminisme marxis dan sosialis, dalam feminisme

psikoanalisis dan gender, laki-laki menganggap bahwa dirinya sebagai

24 Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada

Aliran Utama Pemikiran Feminis, (Yogyakarta: Jalasutra, 2004), h. 3.

25

Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, h. 5.

26

(35)

maskulin dan perempuan menganggap bahwa dirinya sebagai feminin.

Padahal dalam realitanya, laki-laki juga memiliki sifat feminin dalam dirinya,

hal tersebut terbukti dari tingkat emosional yang laki-laki miliki. Sementara

perempuan juga memiliki sifat pemberani dalam dirinya seperti laki-laki.

Tujuan gerakan feminisme ini adalah untuk menuju masyarakat yang

androgini, yaitu perempuan memiliki kedua sifat tersebut, feminin dan

maskulin.27 Contohnya, laki-laki juga bisa menangis saat kehilangan seseorang yang disayang. Sedangkan perempuan single parent yang mampu

menghidupi anak, baik sebagai ibu maupun sebagai seorang ayah, yaitu

mengasuh anak dan mencari nafkah yang seharusnya menjadi tugas suami.

Aliran feminisme yang lain yaitu, feminisme eksistensialis. Menurut

Beauvoir, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan perempuan dalam

mencapai suatu perubahan. Pertama, perempuan bisa bekerja di lingkungan

yang kebanyakan adalah laki-laki. Kedua, perempuan bisa membuat

perubahan dengan cara pandangannya sendiri dalam suatu pekerjaan. Ketiga,

perempuan dapat bekerja untuk mencapai perubahan sosial khususnya di

masyarakat.28

Gerakan selanjutnya yaitu feminisme posmodern yang ditujukan untuk

mencapai kebebasan perempuan dari perbedaan ras, kelas, kecenderungan

seksual, etnisitas, kebudayaan, umur, agama, dan sebagainya. Feminisme

posmodern berkaitan dengan pemikiran posmodernisme yang secara garis

27

Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, (Yogyakarta: Jalasutra, 2004), h. 190.

28

(36)

besar menekankan bahwa perempuan bisa mengeskpresikan dirinya sebagai

perempuan, karena perempuan dan laki-laki berbeda. 29

Sedangkan pada feminisme multikultural dan global cenderung

menekankan pada perbedaan antara perempuan kulit hitam dan perempuan

kulit putih. Beberapa perempuan diuntungkan hanya karena ras dan kelas

mereka. Di mana perempuan kulit hitam hanya boleh berbicara atau

mengemukakan pendapat atas perempuan kulit hitam lainnya, dan begitu pula

dengan perempuan kulit putih. Sedangkan feminisme global menekankan pada

bergantung apakah seorang perempuan dalam menghadapi perannya sebagai

warga negara.30

Aliran feminisme yang selanjutnya adalah ekofeminisme. Ekofeminis

berpendapat ada hubungan konseptual, simbolik, dan linguistik antara feminis

dan isu ekologi. Dalam ekofeminisme, terdapat hubungan antara perempuan

dengan alam. Di mana laki-laki dianggap yang paling dominan dalam merusak

alam, sehingga adanya gerakan ini untuk mencapai kesetaraan baik laki-laki

maupun perempuan dalam memperbaiki lingkungan tanpa adanya dominasi

dari kedua belah pihak.31 Dari berbagai macam aliran feminisme yang ada, aliran feminisme yang digunakan dalam penelitian ini adalah feminism liberal.

29

Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, (Yogyakarta: Jalasutra, 2004), h. 283.

30 Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada

Aliran Utama Pemikiran Feminis, h. 309.

31

(37)

a. Feminisme Liberal

Feminisme liberal merupakan aliran yang ada sejak abad ke-18. Akar

feminisme liberal berawal dari pemikiran Alison Jaggar pada abad ke-18 dan

ke-19 yang mengamati pemikiran politis liberal yang mempunyai konsepsi

atas sifat manusia, yang menempatkan keunikan kita sebagi manusia dalam

kapasitas untuk bernalar.32 Pada abad ke-18, pekerjaan produktif (pekerjaan yang menghasilkan pendapatan untuk menghidupi sebuah keluarga) telah

dilakukan di sekitaran rumah, baik perempuan maupun laki-laki. Tetapi

kemudian kekuatan kapitalisme industri mulai menarik tenaga kerja keluar

rumah, dan kemudian memasuki ruang kerja publik.

Pada mulanya, proses ini bergerak perlahan dan tidak teratur, dan

meninggalkan dampaknya yang paling besar pada perempuan borjuis yang

sudah menikah.33 Perempuan kelompok ini tidak intensif bekerja di luar rumah karena rata-rata menikah dengan seorang pengusaha kaya raya. Sedangkan

perempuan kelas menengah juga tidak mempunyai kebebasan, bahkan dalam

hal bernalar sekalipun. Wollstonecraft menegaskan bahwa jika nalar adalah

kapasitas yang membedakan manusia dari binatang, yakni masyarakat wajib

memberikan pendidikan kepada perempuan, seperti halnya juga dengan

laki-laki. Karena setiap manusia berhak mendapat kesempatan yang setara untuk

mengembangkan kapasitas nalar dan moralnya.

32

Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, (Yogyakarta: Jalasutra, 2004), h.15.

33

(38)

Pada abad ke-19, John Stuart Mill dan Hariet Taylor (Mill),

memandang nalar tidak saja secara moral, namun sebagai kapasitas untuk

mengambil keputusan secara otonom, tetapi juga melalui pemikiran yang

hati-hati. Mill dan Taylor mengklaim cara yang dapat memaksimalkan kegunaan

yang total (kebahagiaan/kenikmatan), adalah dengan membiarkan setiap

individu untuk mengejar apa yang mereka inginkan.34 Jika masyarakat ingin mencapai kesetaraan seksual, dan keadilan gender, maka masyarakat harus

membiarkan perempuan hak politik dan kesempatan, seta pendidikan yang

sama dengan laki-laki.

Mill berpendapat bahwa setelah perempuan mendapat pendidikan

penuh dan hak pilih, kebanyakan dari mereka akan memilih untuk tetap berada

di dalam lingkungan ranah pribadi untuk “mempercantik diri” dan bukan

untuk “mendukung” kehidupan. Sebaliknya, Taylor berpendapat dalam tulisan

berjudul Enfranchisment of Women bahwa tugas perempuan dan laki-laki

adalah sama-sama untuk “mendukung” kehidupan.35 Perempuan seharusnya tidak hanya mencari kesempatan untuk membaca buku dan memasukkan suara

dalam pemilu. Mereka juga harus dapat menjadi partner laki-laki dalam

usaha, keuntungan, risiko, dan pendapatan dari industri produktif. Taylor

bersikeras, bahwa secara psikologis, sangatlah penting bagi seorang

perempuan untuk bekerja, tidak masalah apakah pekerjaan yang dilakukan

akan menghasilkan kegunaan atau tidak.

34

Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, h. 23.

35

(39)

Mill juga menyampaikan bahwa salah satu perbedaan yang terdapat

pada perempuan dan laki-laki terdapat pada pencapaian intelektualnya, di

mana laki-laki lebih lengkap menerima pendidikan dibandingkan perempuan,

dan posisi laki-laki yang lebih diuntungkan.

2. Analisis Wacana

Istilah wacana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kontemporer

mencakup tiga hal. Pertama, percakapan, ucapan, dan tutur kata. Kedua,

keseluruhan tutur atau cakapan yang merupakan suatu kesatuan. Ketiga,

satuan bahasa terbesar, terlengkap yang terealisasi pada bentuk karangan yang

utuh seperti novel, buku, dan artikel.36 Ismail Marahimin mengartikan wacana

sebagai “kemampuan untuk maju (dalam pembahasan menurut urut-urutan

yang teratur dan semestinya, serta komunikasi buah pikiran, baik lisan

maupun tulisan yang resmi dan teratur”.37

Menurut Riyono Pratiko, proses berpikir seseorang sangat erat

kaitannya dengan ada tidaknya kesatuan dan koherensi dalam tulisan yang

disajikannya.38 Semakin baik cara atau pola berpikir seseorang, pada umumnya makin terlihat jelas adanya kesatuan dan koherensi itu.

Kajian terhadap wacana tersebut sering disebut sebagai analisis

wacana. Menurut pandangan Littlejohn, terdapat beberapa rangkaian tentang

36

Peter Y Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002), h.1709

37

Ismail Muhaimin, Menulis Secara Populer, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1994), h.26.

38

(40)

analisis wacana. Pertama, seluruhnya tentang analisis wacana disusun, prinsip

yang digunakan oleh komunikator untuk menghasilkan dan memahami

percakapan atau tipe-tipe pesan lainnya. Kedua, wacana dipandang sebagai

aksi, yaitu dengan cara melakukan segala hal, biasanya dengan kata-kata. Ahli

analisis wacana berasumsi bahwa pengguna bahasa mengetahui bukan hanya

aturan tata bahasa kalimat, namun juga aturan-aturan untuk mengetahui unit

yang lebih besar dalam menyelesaikan tujuan-tujuan pragmatic dalam situasi

sosial. Ketiga, analisis wacana adalah suatu pencarian prinsip-prinsip yang

digunakan oleh komunikator aktual melalui perspektif mereka seperti, ia tidak

memedulikan ciri atau sifat psikologis tersembunyi atau fungsi otak, namun

terhadap problema percakapan sehari-hari yang dikelola dan dipecahkan.39

Analisis wacana muncul sebagai suatu reaksi terhadap suatu linguistik

murni yang tidak bisa mengungkap hakikat bahasa yang sempurna. Analisis

wacana mengkaji bahasa secara terpadu, dalam arti tidak terpisah-pisah seperti

unsur bahasa terikat pada konteks pemakaian. Berdasarkan analisisnya, ciri

dan sifat wacana itu dapat dikemukakan antara lain: Analisis wacana

membahas kaidah memakai bahasa di dalam masyarakat, analisis wacana

merupakan usaha memahami makna tuturan dalam konteks, teks, dan situasi,

analisis wacana merupakan suatu pemahaman rangkaian tuturan melalui

interpretasi semantik, analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa

dalam berbahasa, analisis wacana diarahkan kepada masalah memakai bahasa

secara fungsional.40 Dari kelima ciri dan sifat wacana berdasarkan analisisnya,

39

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h.

40

(41)

dapat disimpulkan bahwa analisis wacana berkaitan pada bahasa untuk

mencari makna yang terdapat pada teks.

Dari beragam ciri dan sifatnya, analisis wacana memiliki tiga

pandangan mengenai bahasa. Pandangan pertama diwakili oleh kaum

positivisme-empiris.41 Oleh penganut aliran ini, bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Maksudnya ialah

adanya pemisahan antara pemikiran dan realitas. Dalam kaitannya,

konsekuensi logis dari pemikiran ini adalah orang tidak perlu mengetahui

makna subjektif dari sebuah teks, karena yang terpenting ialah apakah

pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan

semantik. Oleh karena itu, tata bahasa, kebenaran sintaksis merupakan bidang

utama dari aliran positivism-empiris tentang wacana.

Pandangan kedua disebut sebagai pandangan konstrutivisme.

Pandangan ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran fenomenologi.42 Aliran ini adalah kebalikan dari aliran positivism-empiris, karena di dalam pandangan

kostruktivisme, subjek dan objek bahasa tidak dapat dipisahkan.

Konstruktivisme menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan

wacana serta hubungan-hubungan sosialnya.

Pandangan ketiga disebut sebagai pandangan kritis. Pandangan ini

mencoba mengoreksi pandangam konstruktivisme yang kurang sensitif pada

proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun

41

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.4.

42

(42)

institusional.43 Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pandangan yang ketiga yaitu

pandngan kritis atau analisis wacana kritis.

a. Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk

Analisis Wacana Kritis dibangun oleh sekelompok pengajar Universitas

East Angelia pada tahun 1970-an. Dalam Analisis Wacana Kritis, wacana

tidak dipahami semata-mata sebagai suatu studi bahasa. Bahasa dianalisis

bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga

menghubungkan dengan konteks yang ada.44 Dalam analisis wacana kritis, bahasa dilihat sebagai suatu faktor yang penting, yakni bagaimana bahasa

digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan yang terjadi dalam suatu

masyarakat.

Terdapat beberapa Analisis Wacana dengan Paradigma kritis,

beberapa diantaranya yaitu Fairclough dan Wodak, serta Teun A. Van Dijk.

Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis menyelidiki bagaimana

melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan

versinya masing-masing.45 Analisis Wacana Kritis milik Fairclough dan Wodak melihat wacana pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan sebagai

43

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 6.

44

Aris Badara, Analisis Wacana; Teori, Metode, dan Penerapannya Pada Wacana Media, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h.27-28.

45

(43)

bentuk dari praktik sosial.46 Praktik sosial dimaksudkan sebagai pihak yang memiliki kekuasaan dalam memaknai suatu teks bahasa.

Dalam Analisis Wacana Kritis, terdapat lima karakteristik diantanya

sebagai berikut:47 Pertama, tindakan, prinsip pertama wacana ditandai sebagai sebuah tindakan, dimana seseorang menulis, berbicara, dan menggunakan

bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Kedua,

konteks, wacana dalam analisis wacana kritis dipandang diproduksi,

dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Ketiga, historis, wacana

baru akan dipahami apabila kita bisa memberikan konteks historis di mana

teks itu diciptakan. Keempat, kekuasaan, dalam analisis wacana kritis terdapat

elemen kekuasaan di dalam analisisnya. Karena di setiap wacana yang muncul

dalam analisis wacana kritis dipandang sebagai sesuatu yang bersifat alamiah,

wajar, dan netral, tetapi juga merupakan bentuk pertarungan kekuasaan.

Kelima, ideologi. Ideologi dalam analisis wacana kritis dibangun oleh

kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegitimasi

dominasi mereka. Pandangan semacam ini, wacana tidak dipahami sebagai

sesuatu yang netral dan berlangsung secara alamiah, karena dalam setiap

wacana selalu terkandung ideologi untuk mendominasi dan berebut pengaruh.

Kekuatan yang dimiliki Analisis Wacana Kritis (AWK) adalah

kemampuannya dalam melihat dan membongkar politik ideologi di dalam

media. Hal tersebut menjadi sangat penting karena dalam wacana yang

bersifat kritis diyakini bahwa teks merupakan bentuk dari praktik ideologi atau

46

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 7.

47

(44)

peencerminan ideologi tertentu.48 Dalam buku “Analisis Wacana Pengantar

Analisis Teks Media” karangan Eriyanto, didalamnya terdapat tokoh-tokoh

yang mengembngkan analisis wacana. Tokoh-tokoh yang terkenal dan

dikemukakan oleh Eriyanto tersebut, di antaranya Roger Fowler dkk (1979),

Norman Fairclough (1998) yaitu mengenai wacana tentang ideologi, Sara

Mills (1992) yang menitikberatkan perhatian kepada wacana mengenai

feminism, Theo Van Leeuwen (1986) adalah analisis yang diperuntukkan

untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang

yang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Dari banyaknya tokoh

yang mengembangkan analisis wacana, model van Dijk adalah model yang

paling sering digunakan dalam berbagai penelitian teks media. Meski pada

umumnya penelitian Van Dijk mengenai rasialisme namun tidak menutup

kemungkinan terhadap objek penelitian atau teks berita lainnya untuk diteliti.

Teun A. Van Dijk memiliki tiga kerangka analisis, diantaranya sebagai

berikut:

1. Dimensi Teks

Dalam melihat suatu teks, Van Dijk memiliki beberapa

struktur/tingkatan masing-masing yang saling mendukung. Tingkatan

tersebut terdiri atas 3 (tiga) bagian, meliputi: struktur makro, superstruktur,

dan struktur mikro. Jika digambarkan maka struktur teks adalah sebagai

berikut:

48

(45)

Tabel 1.49

Struktur Teks Analisis Wacana Van Dijk

Struktur Makro

Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks.

Superstruktur

Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan.

Struktur mikro

Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu

teks.

Dalam dimensi teks ini, teks tidak semata dipahami melalui suatu

teks berita, tetapi juga elemen yang nembentuk teks berita, kata, kalimat,

paragraf, dan proposisi. Sehingga bisa diketahui lebih dalam maknanya,

seperti bagaimana cara media dalam menyampaikan pesan tersebut, dan

retorika seperti apa yang digunakan.50 Dalam pandangannya Van Dijk menilai, bahwa segala teks dapat dianalisis dengan menggunakan elemen

teks ini. Meski terdiri atas berbagai elemen, semua elemen itu merupakan

kesatuan, saling berhubungan, dan mendukung satu sama lainnya.

Terdapat 15 elemen yang mendasari wacana Van Dijk, diantaranya

yaitu tematik, skematik, latar, detil, maksud, koherensi, koherensi

kondisional, koherensi pembeda, pengingkaran, bentuk kalimat, kata ganti,

leksikon, praanggapan, grafis, dan metafora. Semua elemen tersebut

sangat berkaitan dengan struktur wacana khususnya dimensi teks, dimana

49

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001), h. 227.

50

(46)

semuanya adalah bagian dari struktur wacana makro, superstruktur, dan

struktur mikro.

Tabel 2.51

Elemen Teks pada Wacana Teun A. Van Dijk

Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen

Struktur Makro Tematik

Dalam kerangka analisis Van Dijk, dimensi kognisi sosial sangat

penting karena ada peran wartawan di dalamnya. Kesadaran mental

51

(47)

wartawan membentuk makna dari suatu teks tersebut. Setiap teks pada

dasarnya terbentuk lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau

pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa. Peristiwa dipahami berdasarkan

skema atau model. Skema dikonseptualisasikan sebagai struktur mental

yang di dalamnya terdapat cara pandang terhadap manusia, peranan sosial,

dan peristiwa. Beberapa skema atau model yang digunakan dalam analisis

kognisi sosial digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.52

Skema Pada Level Kognisi Sosial

Skema person (Person Schemas)

Skema ini menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain.

Skema Diri (Self Schemas)

Skema ini berhubungan dengan bgaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dan digambarkan oleh seseorang.

Skema Peran (Role Schemas)

Skema ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang

ditempati seseorang dalam masyarakat.

Skema Peristiwa (Event Schemas)

Skema ini merupakan skema yang paling sering digunakan, karena setiap hari selalu ada peristiwa yang terjadi. Dan dari setiap peristiwa tersebut selalu dapat ditafsirkan dan dimaknai

dalam skema tertentu.

Dalam dimensi kognisi sosial dijelaskan bagaimana cara

wartawan dalam mempresentasikan kepercayaan atau prasangka dan

pengetahuan strategi dalam pembentun teks peristiwa yang spesifik dan

(48)

tercermin melalui berita. Dan skema yang tersedia menunjukan bahwa kita

menggunakan struktur mental untuk menyeleksi dan memproses informasi

yang dating dari lingkungan sekitar.

3. Konteks Sosial

Dalam analisis sosial model Van Dijk mengenai masyarakat ini,

ada dua poin yang penting, yaitu: kekuasaan (power), dan akses (access).

Berikut akan dijelaskan beberapa faktor tersebut:

a. Praktik kekuasaan

Teun A. Van Dijk mendefinisikan kekuasaan sebagai kepemilikan

yang dimiliki oleh suatu kelompok untuk mengontrol kelompok dari

kelompok lain. Selain berupa control yang sifatnya langsung dan tidak

langsung, kekuasaan juga dipahami Van Dijk yang berbentuk persuasif

yang secara tidak langsung mengontrol dengan jalan mempengaruhi

kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap, dan pengetahuan.

Analisis wacana memberikan perhatian yang besar terhadap apa

yang disebut dominasi. Dominasi direproduksi oleh pemberian akses yang

khusus pada suatu kelompok dibandingkan kelompok lain (diskriminasi).

b. Akses mempengaruhi wacana

Dalam buku milik Eriyanto dijelaskan bahwa Van dijk

mendefinisikan kekuasaan sebagai alat kontrol yang bersifat langsung dan

fisik, serta berbentuk persuasif, yaitu kepercayaan, sikap, dan

(49)

kelompok dalam suatu masyarakat. Pada umumnya, kelompok elit

memiliki akses yang lebih besar dibandingakan kelompok yang tidak

berkuasa.53 Oleh karena itu, kelompok elit mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam mempengaruhi khalayak melalui akses media yang

dimiliki.

Struktur teks, kognisi sosial, maupun konteks sosial adalah bagian

yang integral dalam kerangka analisis wacana milik Van Dijk. Dan akses

yang lebih besar bukan hanya memberi kesempatan untuk mengontrol

kesadaran khalayak lebih besar, tetapi juga menentukan topik apa dan isi

wacana apa yang dapat disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak.54

B. Kerangka Konseptual 1. Korupsi

a. Pengertian Korupsi

Korupsi merupakan permasalahan serius di banyak negara Asia.

Perkembangan korupsi mengakibatkan terancamnya stabilitas dan

keamanan masyarakat nasional dan internasional, melemahkan institusi

dan nilai-nilai demokrasi dan keadilan serta membahayakan pembangunan

berkelanjutan dan penegakan hukum. Di Indonesia, dari waktu ke waktu

tindak pidana korupsi sudah begitu meluas dalam masyarakat. Perluasan

itu tidak hanya dalam jumlah kerugian keuangan negara dan kualitas

tindak pidana yang dilakukan, tetapi korupsi semakin sistematis dan

meluas sehingga menimbulkan bencana terhadap perekonomian nasional

53

Eriyanto, Analisis Wacana, h. 272-273.

54

(50)

dan juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak

ekonomi masyarakat.

DR. Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul Patologi Sosial

menyatakan bahwa korupsi adalah tingkah laku yang menggunakan

wewenang dan jabatan guna mendapat keuntungan pribadi yang

merugikan kepentingan umum dan negara.55 Dan semakin hari tingkat praktik korupsi semakin meningkat.

Praktik korupsi sudah banyak meruak di Indonesia. Melihat kondisi

tersebut, dalam tiga tahun terakhir lembaga riset Political and Economic

Risk Consultancy (PERC) selalu menempatkan Indonesia sebagai juara

korupsi di Asia. Predikat tersebut juga datang dari Transparency

International yang selalu menempatkan Indonesia sebagai salah satu

Negara terkorup di dunia.56 Akibatnya negara Indonesia yang seharusnya dapat menjadi negara yang bersih dari praktik korupsi masih menjadi

wacana yang hingga kini belum terealisasikan karena banyaknya peluang

di pemerintahan untuk para pejabat melakukan tindak pidana korupsi.

Korupsi dapat terjadi jika ada peluang, keinginan, dan bobroknya

system pengawasan dalam waktu bersamaan. Korupsi dapat dimulai dari

mana saja: suap ditawarkan pada seorang pejabat, atau sebaliknya seorang

pejabat meminta (atau bahkan dengan cara memaksa) dengan uang

pelican. Orang menawarkan sesuatu karena ingin memperebutkan apa

yang bukan haknya (uang rakyat). Namun kasus korupsi yang terjadi tidak

55

DR. Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2003), h. 80.

56

(51)

pandang dia laki-laki ataupun perempuan. Semakin banyaknya kasus

korupsi di Indonesia yang melibatkan perempuan di dalamnya membuat

Indonesia membenah diri dengan sistem hukumnya.

Sistem hukum yang wajib dibenahi dan dikaji lebih dalam lagi,

dimaksudkan agar Indonesia tidak kehilangan peran hukum di dalamnya.

Hilangnya peran hukum yang adil dalam kehidupan sosial politik di

berbagai Negara modern mengakibatkan perjalanan bangsanya terganggu,

tidak terarah, dan menimbulkan korupsi dengan berbagai corak dan

variasinya.57 Korupsi politik tidak hanya terjadi di negara Asia, tetapi juga di Timur Tengah, Afrika, Eropa, Amerika Latin, maupun Amerika Utara.

Korupsi di dunia politik tidak terlepas dari faktor kekuasaan, struktur

sosial politik yang tidak adil dan lemahnya kontrol sosial, kontrol politik,

dan kontrol hukum.

Sedangkan terjadinya korupsi disebabkan oleh beberapa hal

diantaranya ialah sebagai berikut58:

1. Adanya nafsu politik untuk mempertahankan dan

memperluas kekuasaan, karena kekuasaan adalah

kewenangan untuk mengatur kehidupan kewarganegaraan.

Terutama kewenangan dalam mendistribusikan ekonomi

dan sumber daya alam, serta kekuasaan untuk

melaksanakan kebijakan politik.

57

Artidjo Alkostar, Korupsi Politik di Negara Modern, Yogyakarta: FH UII Press, 2008, hal.382.

58

(52)

2. Tersedianya sarana dan prasarana ekonomi dan politik yang

steril dari budaya dialogis.

3. Tidak adanya kontrol yang efektif dari rakyat.

4. Faktor iklim sosial dan politik yang krisis akan keteladanan

dan kevakuman moral.

5. Faktor iklim penegakan hukum yang tragikomis, dimana

kredibilitas penegak hukum merosot, karena adanya krisis

institusi dan mental dari aparat penegak hukum itu sendiri.

b. Korupsi di Indonesia

Pada 29 November 2002, terbentuklah RUU mengenai

pembentukan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) yang

terdiri atas 12 bab dan 17 pasal didalamnya dan telah disetujui oleh DPR.59 Terbentuknya RUU mengenai pembetukan KPK cukup membantu dalam

pemberantasan korupsi di Indonesia yang dinilai sebagai salah satu negara

terkorup di dunia. Korupsi di Indonesia semakin menjadi saat negeri ini

beranjak menuju demokratisasi. Pasca lengsernya rezim otoriter Soeharto,

kasus korupsi merebak dimana-mana, dan dilakukan oleh berbagai

kalangan. Semua lembaga pemerintah yang dibentuk untuk kepentingan

publik terjangkiti korupsi.60 Padahal, pembahasan mengenai korupsi sudah dilakukan juga oleh semua kalangan.

59

Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP) Muhammadiyah, Membasmi Kanker Korupsi (Jakarta Pusat: T.pn., 2004), h. 211.

60

Gambar

Tabel 5: Analisis Level Teks Berita Berjudul “Agar Perempuan Tak Rentan”....70
Gambar 1: Logo Majalah Noor………………………………………………….32
Tabel 1.49
Tabel 2.51
+7

Referensi

Dokumen terkait