• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Guru Ekonomi Terhadap Urgensi Media Pembelajaran Di Kelas : Study Kasus di Yayasan Pendidikan Dua Mei Ciputat Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Guru Ekonomi Terhadap Urgensi Media Pembelajaran Di Kelas : Study Kasus di Yayasan Pendidikan Dua Mei Ciputat Tangerang"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Guna Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh: FAISAL

NIM.104015000582

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Guna Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh: FAISAL

NIM: 104015000582

Di Bawah Bimbingan,

5/r

Yudhi Munadi, M. Ag

NIP. 150 289 434

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIY AH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SY ARIF HIDA YATULLAH

JAKARTA

(3)

11111

II

I

Oleh: FAISAL

NIM.104015000582

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

Skripsi ini berjudul "Persepsi Guru Ekonomi Terhadap Urgensi Media Pembelajaran di Kelas (Study Kasus di Yayasan Pendidikan Dua Mei Ciputat Tangerang)". Disusun oleh Faisal dengan nomor induk mahasiswa 104015000582. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) konsentrasi Ekonomi, telah melalui bimbingan dan dinyatakan syah sebagai suatu karya ilmiah untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Fakultas.

Yang mengesahkan Pembimbing,

Yudhi Munadi, M. Ag

NIP. 150 289 434

(5)

Pembelajaran di Kelas (Stndy Kasus di Yayasan Pendidikan Dua Mei Ciputat Tangerang)" diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada, 15 Januari 2009 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S 1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS).

Jakarta, 02 Maret 2009

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Study) Tanggal セ。Gセv@ , J

Drs, H. Nurochim, MM

NNRセNqNNNN@

. ....

r...:.'::\J

NIP. 050 046 643

Penguji I

Drs. H. Nurochim, MM

NIP. 050 046 643

Penguji II

Abdul Rozak, M. Si

NIP. 150 277 689

...

....:..-.-

...

){:1..

t. ...

'-!'

Meugetahui: Dekan,

Fakultas limn Tarbiyah dan Keguruan

|セ@

I
(6)

berjudul: "Persepsi Guru Ekonomi Terhadap Urgensi Media pembelajaran di Kelas (Study Kasus di Y ayasan Pendidikan Dua Mei Ciputat

Tangerang)". Yang disusun oleh Faisal dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 104015000582 Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) Konsentrasi Ekonomi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UlN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah diuji kebenarannya oleh Dasen Pembimbing skripsi.

Jakruia, 22 Desember 2008 Pembimbing

Yudhi Munadi, M. Ag

(7)

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama

NIM

Jurusan Fakultas Judul

Faisal

104015000582

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.lPS) Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Persepsi Guru Ekonomi Terhadap Urgensi Media Pembelajaran di Kelas (Study Kasus di Yayasan Pendidikan Dua Mei Ciputat Tangerang)

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya penulis sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di UIN Syarif Hidayatullah. Sepanjang pengetahuan penulis dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain atau suatu lembaga, kecuali bagian-bagian tertentu yang secara tertulis disajikan sebagai sumber acuan dalam skripsi ini dan disebutkan dalam footnote dan daftar pustaka.

Demikian pernyataan ini dibuat, apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak tidak benar, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Jakarta, 22 Desember 2008

'<..•

FAISAL

(8)

mengembangkan ide dan pengetahuan. Dalam dunia komunikasi juga sering terjadi penyimpangan-penyimpangan, salah satunya adalah verbalisme atau "tahu kata tetapi tidak tahu arti".

Verbalisme bukan untuk menambah kemampuan berfikir siswa melainkan menghalangi proses berfikir siswa. Untuk menghindari dan menekan seminimal mungkin verbalisme dan penyimpangan lain dalam komunikasi, maka diajukanlah pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran secara efektif dan efisien.

Media pembelajaran sering sekali digunakan secara bergantian dengan istilah alat bantu belajar, media komunikasi, media pendidikan, dan lain-lain. Jadi, media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dan disediakan oleh tenaga pengajar untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang fikiran, perasaan dan perhatian siswa dalam kelas untuk memudahkan mencapai tujuan instruksional secara optimal.

Untuk mengefektifkan dan mengefisienkan proses belajar mengajar, maka para guru dituntut utuk menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. Namun ada kalanya para guru tersebut absen bahkan mengabaikan tuntutan tersebut, bahkan tidak jarang para guru enggan untuk menggunakan media pembelajaran selama berlangsungnya proses belajar mengajar baik di kelas maupun di luar kelas.

Hal inilah yang menjadi daya tarik minat penulis untuk melakukan penelitian dan menulis skripsi ini. Penulis tertarik untuk meneliti bagaimana "Persepsi Guru Ekonomi Terhadap Urgensi Media Pembelajaran di Kelas (Study Kasus di Yayasan Pendidikan Dua Mei Ciputat Tangerang)" yang diteliti pada enam guru ekonomi sebagai responden.

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian study kasus kualitatif yaitu suat proses menemukan pengetahuan dengan menggunakan data berupa hasil observasi dan wawancara, kemudian dideskripsikan dan dianalisa untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian.

(9)

Segala puji hanya milik Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya. Kepada-Nya semua makhluk tunduk atas keperkasaan kekuasaan-Nya, dan semua hamba shaleh mengabdikan diri dihadapan keagungan kehendak-Nya. Shalawat bertahtakan salam semoga terus tercurahkan bagi baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta para keluarga, segenap sahabat dan semua pengikutnya yang setia.

Dengan rahmat dan inayah-Nya, akhimya penulisan skripsi ini dapat dirampungkan dan terselesaikan juga. Meski dalam tahap pengerjaannya penulis mengalami berbagai kendala serta menempuh jalan yang begitu panjang, kadang menikung dan mendaki, bahkan tidak jarang berbalik arah dan berhenti.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihat. Karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dari lubuk hati yang paling dalam kepada semua pihak yang telah menanamkan jasa dan kebaikan budi kepada penulis, di antaranya :

1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA. sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis berharap: Semoga di era "Pak Komar" ini, UIN Jakarta semakin maju dan semakin menemukanjati dirinya.

2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta staf-stafnya yang telah membantu penulis dalam masalah administrasi dan pengarahannya.

3. Drs. H. Nurochim, MM., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan IPS beserta staf-stafnya yang selalu memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh perhatian serta kesabaran dan keikhlasan dalam penulisan skripsi ini.

(10)

yang bijak. Penulis berdo' a : "Semoga pendidikan budi pekerti yang beliau tanamkan kepada penulis sejak kecil hingga dewasa akan berbalas rahmat Allah SWT di sisi-Nya kelak''.

6. Ucapan cinta dan terima kasih yang terdalam penulis haturkan kepada Almarhumah Adinda tercinta Zahara Fauna, yang selalu memberikan semangat kepada penulis. Walaupun Adinda tidak bisa menyaksikan dan menghadiri acara wisuda penulis, tetapi penulis selalu memanjatkan do'a kepada Tuhan YME : "Semoga semua amal shaleh dan ibadah Adinda dapat diterima di sisi Allah SWT".

7. Ucapan terima kasih yang sangat pribadi, penulis sampaikan kepada Kakanda tercinta Safrina beserta suami Kakanda Putra Irawan, terima kasih atas dukungan dan semangat yang tidak henti-hentinya Kakanda berikan kepada penulis, "Semoga selalu menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah ".

8. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kakanda Fakhrizal beserta istri Kakanda Herawati Usman, dan buah hatinya si kembar Riyath Izaldy Thayyib dan Faiyath Izaldy Thayyib (maafya ... namanya Oom pake dalam penulisan skripsi ini).

9. Bpk. Saptono, S. Pd sebagai Guru Pamong dan pembimbing penulis dalam Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) di Yayasan Pendidikan Dua Mei Ciputat Tangerang.

10. Bpk. Ahmad Mustarsidin, sebagai staf bagian Tata Usaha SMP Dua Mei Ciputat Tangerang. Terima kasih atas segala bantuannya terhadap penulis dalam pengambilan data pada penelitian ini.

(11)

Ilmu Pengetahuan Sosial (P .IPS).

13. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, Perpustakaan Jurusan Pendidikan IPS, beserta Perpustakaan Fakultas Psikologi yang telah meminjarnkan berbagai referensi yang penulis butuhkan demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

14. Juga tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Angkatan 2004 Jurusan Pendidikan IPS : Ade, Adi, Agus, Fadhil, Bambang, Dede, Dwi, Hardi, Iman, Hasanah, Lukman, Mahfud, Haris, Ipay, Sarah, Uci, Choink, Sainan, Siam, Euis, Maryam, Reni, Umay, Zahra, Yuli, Gilang, Topan, Suharto, dan teman-teman lain yang belum sempat penulis sebutkan namanya karena keterbatasan kesempatan. Semoga Allah SWT meridhai semua niat baik teman-teman. Amin.

Akhirnya, kepada Allah SWT jualah penulis serahkan segala urusan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menjadi sumbangan penulis bagi khazanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam memberikan kontribusi terhadap pengembangan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

Penulis juga sangat mengharapkan saran, kritikan beserta masukan atas segala kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini. Akhirul kalam wa billahi taufik wal hidayah, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam takzim penulis,

(12)

KATA PENGANTAR ... ii

DAFT AR ISi ... v

DAFT AR TABEL ... vii

'BABI: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... ... 9

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian . ... ... ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II : LANDASAN TEORI A. Persepsi Guru Ekonomi... 12

I. Pengertian Persepsi ... ... ... .. ... ... 12

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 16

3. Prinsip-prinsip Persepsi ... 18

4. Fungsi-fungsi Persepsi ... 19

5. Pengertian Guru ... 19

6. Tanggung Jawab Guru ... 20

7. Persyaratan Menjadi Guru ... 21

8. Peranan-peranan Guru ... ... ... ... ... ... ... .. ... ... 22

9. Kompetensi-kompetensi Guru ... 25

10. Pengertian Ekonomi ... 27

B. Pengertian Media ... 28

C. Pengertian Pembelajaran . ... ... ... ... ... ... .. 30

D. Pengertian Media Pembelajaran ... 33

(13)

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Operasional Penelitian ... ... ... ... ... ... ... 4 3

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

C. Metode Penelitian ... ... 44

D. Subjek Penelitian ... 45

E. Teknik Pengumpulan Data ... 47

F. lnstrumen Penelitian ... ... ... 48

G. Proses Pelaksanaan Penelitian ... 48

H. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Subjek Penelitian ... 51

B. Pengetahuan Guru Tentang Media Pembelajaran ... 54

C. Kapan Guru Menggunakan Media Pembelajaran ... 57

D. Alasan Guru Tidak Menggunakan Media Pembelajaran ... 60

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan . ... ... ... ... ... ... .. ... 63

B. Saran-saran ... 64

(14)
[image:14.595.89.436.192.534.2]
(15)

A. LATAR BELAKANG MASALAH

• Belajar merupakan suatu proses yang komplek yang terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu belajar bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Salah satu tanda bahwa seseorang itu belajar adalah dengan adanya perubahan pada tingkah laku yang disebabkan oleh adanya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Belajar merupakan key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya Pendidikan Ilmu Pengetahuan Soslal (P JPS) dan lebih spesifik lagi adalah Ilmu Ekonomi.

(16)

Mengajar menurut pengertian yang mutakhir merupakan suatu perbuatan yang kompleks dengan menggunakan sejumlah komponen-komponen yang terkandung dalam proses mengajar secara integratif untuk menyampaikan pesan-pesan pengajaran. Dalam proses mengajar yang terpenting adalah harus di usahakan terciptanya sistem lingkungan yang mendukung atau memungkinkannya terjadi proses belajar. Sehingga kedudukan guru di sini tidak hanya sebagai penguasa kelas atau sekolah saja, tetapi lebih kepada manager of learning

(pengelola belajar) yang perlu senantiasa siap membimbing dan membantu para siswa dalam menempuh perjalanan menuju kedewasaan mereka sendiri yang utuh dan menyeluruh.2

Sedangkan mengajar adalah suatu proses pentransferan atau pemindahan ilmu dari tenaga pengajar (guru) kepada peserta didik (siswa). Pada hakikatnya proses belajar mengajar merupakan suatu proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri di mana seorang guru dan peserta didik (siswa) bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengetahuan. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan tidak efisien, penyimpangan-penyimpangan tersebut antara lain disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketidakpastian siswa, kurangnya minat dan gairah siswa, dan sebagainya.

Untuk menghindari dan menekan seminimal mungkin peny1mpangan-penyimpangan dalam komunikasi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar, maka seorang guru haruslah profesional.

Profesionalisme seorang guru yang penulis maksudkan di dalam skripsi ini adalah kompetensi atau kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai seorang guru. Artinya guru

2

(17)

bukan saja harus pintar, tetapi juga harus pandai dalam mentransfer ilmunya kepada peserta didik (siswa).

Menurut Muhibbin Syah, ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam upayanya untuk meningkatkan keberhasilan belajar mengajar, yaitu : menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media dan sumber belajar, menguasai landasan-landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, meningkatkan prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran, mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna keperluan pengajaran.3

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang guru yang baik dan profesional tidaklah semudah yang bisa di bayangkan. Dari uraian di atas juga disebutkan pada point keempat ( 4) bahwa salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi atau kemampuan untuk menggunakan media atau sumber belajar. Artinya seorang guru dituntut untuk lebih aktif dan kreatif dalam mengajarkan ilmu-ilmu yang dimilikinya kepada peserta didik atau siswa dengan memanfaatkan lingkungan di sekitarnya untuk digunakan menjadi media atau sumber belajar sebagai perantara. Pendapat Muhibbin Syah tersebut di atas juga didukung oleh pendapat Oemar Hamalik dan Sardiman A.M dalam bukunya masing-masing, yaitu sebagai berikut : Dalam lokakarya kurikulum pendidikan guru yang diselenggarakan oleh P3G, telah dirurnuskan sejumlah kemampuan dasar seorang calon guru lulusan sistem multistrata, yang terdiri dari dua belas (12) kemamapuan dasar. Di antaranya pada point keempat yang menyatakan bahwa salah satu kemampuan dasar guru adalah kemampuan untuk menggunakan media yakni memilih dan menggunakan media, membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana, menggunakan

3

Muhibbin Syah, Psiko/ogi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

(18)

dan mengelola laboratorium, mengembangkan laboratorium, serta menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.4

Dalam pendidikan guru dikenal adanya "Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi". Mengenai kompetensi guru ini ada berbagai model cara mengklasifikasikan. Untuk program Sl salah satunya dikenal dengan "Sepuluh Kompetensi Guru" yang merupakan profil kemampuan dasar dari seorang guru. Di antaranya pada point keempat disebutkan kemampuan menggunakan media/sumber yang terdiri dari beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menggunakan media, yaitu:

I. Mengenal, mernilih dan menggunakan suatu media. 2. Membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana.

3. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar.

4. Menggunakan buku pegangan atau buku sumber.

5. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.

6. Menggunakan unit microteaching dalam proses pengalaman lapangan.5

Untuk itulah dalam skripsi ini penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang media pembelajaran atau sumber belajar, terutama yang berhubungan dengan persepsi guru Ekonomi terhadap urgensi media pembelajaran di kelas. Karena, salah satu upaya untuk mengatasi atau mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan komunikasi dalam proses belajar mengajar yang melibatkan guru dan peserta didik (siswa) adalah dengan menggunakan media pembelajaran atau sumber belajar secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar.

Karena salah satu fungsi media dalam kegiatan belajar mengajar adalah disamping sebagai penyaji stimulus informasi, stimulus sikap dan lain-lain, juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi.

Demi berjalannya proses belajar mengajar dengan baik dan seperti yang diharapkan yaitu tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Maka

4

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2006), Cet. 4, h. 44-45

5

(19)

para guru hams memiliki berbagai upaya dalam memanfaatkan lingkungan di sekitarnya sebagai media dalam proses belajar mengajar.

Seorang guru yang baik selalu mengupayakan bagaimana mengatur kegiatan pembelajaran setiap kali akan memulai kegiatan belajar mengajar. Hal ini dilakukan agar pembelajaran menjadi sistematis, relevan dengan tujuan, menarik, bervariasi dan dapat dikuasai dengan baik oleh peserta didiknya. Bagi seorang guru kemampuan memulai, menyajikan, dan menutup pelajaran menjadi model dalam merencanakan kegiatan pembelajaran secara sistematis.

Oleh karena itu cliperlukan berbagai upaya maupun strategi pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam memahami pelajaran yang diberikan. Dalam strategi pembelajaran terdapat kegiatan-kegiatan pembelajaran yang telah dipilih dan juga perencanaan media pembelajaran yang akan digunakan. Perencanaan-perencanaan tersebut dipilih dan ditentukan sebelum proses belajar mengajar berlangsung, di mana perencanaan pembelajaran tersebut dapat membantu memudahkan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Dalam ha! ini penulis lebih lanjut akan membicarakan atau mencoba untuk membahas tentang masalah persepsi guru Ekonomi terhadap urgensi media pembelajaran di kelas. Urgensi media pembelajaran yang penulis maksudkan di sini adalah meliputi pemilihan media, keefektifan dan keefisienan media tersebut, kerelevanan antara media pembelajaran dengan kondisi anak didik, serta keselarasan antara media dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

(20)

Media pembelajaran sangatlah diperlukan dalam proses belajar mengajar, karena fungsi utamanya adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut memperbaharui iklim, kondisi serta lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Penggunaan media pembelajaran tersebut haruslah sesuai dengan pedoman kurikulum yang ada dan media pembelajaran yang digunakan pun jangan terlalu banyak atau berlebihan, karena bila berlebihan akan membingungkan siswa dan tidak memperjelas konsep yang diajarkan.

Hendaknya guru dapat menggunakan peralatan yang lebih ekonomis, efisien, dan mampu dimiliki oleh sekolah seta tidak menolak digunakannya peralatan teknologi modern yang relevan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman. Permasalahan pokok yang cukup mendasar adalah sejauh manakah kesiapan guru-guru dalam mengkreasikan media pembelajaran di sekolah sehingga tercapai pembelajaran yang optimal sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

Sering kali terjadi salah tafsir bahwa penggunaan media pembelajaran untuk menjadikan pekerjaan guru dan materi yang disampaikan seorang guru lebih efisien sehingga para guru dan para calon guru diwajibkan mempelajari media pembelajaran atau alat-alat pengajaran atau alat perantara pada lembaga-lembaga pendidikan. Padahal sebenarnya alat bantu pengajaran atau media pembelajaran harus lebih banyak berguna membantu siswa dalam belajar ketimbang membantu guru mengajar.

Oleh karena itu dalam mempelajari masalah media pembelajaran tidak bisa asal-asalan. Penggunaan media terpusat kepada siswa, sebab berfungsi untuk membantu siswa belajar agar lebih berhasil.

(21)

menerangkan pelajaran hanya menggunakan kata-kata atau secara lisan saja. Disini yang aktif hanya guru, sedangkan peserta didik atau siswa lebih banyak bersifat pasif, serta komunikasi bersifat satu arah.

Dengan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi dan tepat, maka siswa akan menjadi lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Dan bukan tidak mungkin dengan adanya penggunaan media dalam proses belajar mengajar juga dapat meningkatkan dan menarik minat belajar peserta didik atau siswa. Keadaan yang demikianlah yang menjadi dasar disarankannya penggunaan alat-alat pengajaran atau media pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

Adapun yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang media pembelajaran adalah karena alasan pribadi, berdasarkan pengalaman pribadi penulis pada saat perkuliahan dan pada saat melaksanakan kegiatan Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT). Pada saat perkuliahan banyak dosen yang jarang menggunakan media sebagai alat bantu pembelajaran mahasiswa, sehingga banyak mahasiswa yang kurang berminat atau kurang antusias dengan kegiatan perkuliahan yang dilaksanakan.

Begitu juga pada saat melaksanakan kegiatan PPKT, penulis melakukan observasi pada kegiatan mengajar penulis sendiri dengan membandingkan kegiatan belajar mengajar yang menggunakan media pembelajaran dengan kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan media pembelajaran. Temyata pada kegiatan belajar mengajar yang menggunakan media pembelajaran kondisi siswa sangatlah aktif, siswa terlihat antusias untuk bertanya atau menjawab pertanyaan baik yang diajukan oleh guru maupun yang diajukan siswa lain, siswa juga lebih mudah memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

Sedangkan pada kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan media pembelajaran kondisi siswa justru sebaliknya. Siswa terlihat acuh tak acuh, siswa juga kurang berminat untuk belajar, banyak siswa yang ribut dan berbicara dengan teman-temannya, dan ada juga siswa yang mengantuk. Berdasarkan pengalaman pribadi inilah penulis bertekad untuk menulis skripsi ini.

(22)

proses belajar mengajar yang kondusif. Karena media pembelajaran mempunyai manfaat yang sangat besar dalam penyampaian dan penyajian pelajaran, media juga dapat menarik perhatian dan minat peserta didik dalam belajar. Manfaat media pembelajaran yang seperti inilah yang hendaknya guru ketahui, akan tetapi pada kenyataannya masih dijumpai keengganan guru dalam menggunakan media pembelajaran selama berlangsungnya proses belajar mengajar baik di kelas maupun di luar kelas. Menurut Yudhi Munadi, keengganan penggunaan media pembelajaran oleh guru disebabkan oleh dua faktor, yaitu:

I. Faktor intern (potensi guru) antara lain telah membudi daya DDCH (duduk, dengar, catat, dan hafal), dedikasi dan loyalitas profesi kurang serta kemampuan guru itu sendiri yang kurang memadai. Hal inilah yang menyebabkan guru kurang berperan dalam menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan serta siswa kurang aktif. 2. Faktor ekstern antara lain tidak dan kurang tersedianya media

pembelajaran di sekolah, kurang diadakan pelatihan-pelatihan tentang media pembelajaran, kurang tersedianya literatur mengenai media pembelajaran dan literatur petunjuk praktis pembuatan dan penggunaan media pembelajaran yang memadai. 6

Pendidikan Ekonomi merupakan salah satu mata pelajaran di lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dan sangat strategis dalam pembinaan kompetensi peserta didik. Pendidikan Ekonomi dapat didefinisikan sebagai proses mengarahkan dan membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar agar dapat mengarungi kehidupan sosial dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan suatu penelitian dan menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berupa sebuah skripsi dengan judul: "PERSEPSI GURU EKONOMI TERHADAP URGENSI MEDIA PEMBELAJARAN DI

KELAS (Study Kasus di Yayasan Pendidikan Dua Mei Ciputat Tangerang)".

Dari penulisan penelitian skripsi tersebut diharapkan penulis dapat menemukan jawaban terhadap permasalahan di atas dan dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap kemajuan pendidikan nasional pada umumnya.

6

(23)

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah penulis paparkan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalahnya. Di antaranya :

I. Persepsi guru ekonomi terhadap urgensi media pembelajaran di kelas (Study kasus di Yayasan Pendidikan Dua Mei Ciputat Tangerang).

2. Pemahaman guru terhadap penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar di Yayasan Pendidikan Dua Mei Ciputat Tangerang.

3. Frekwensi guru menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

4. Alasan para guru tidak menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

C. PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, untuk lebih memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam pembahasan skripsi ini, maka diberikan batasan yang berkaitan dan sesuai dengan judul yang ada.

Penulis hanya akan membahas mengenai "Persepsi Guru Ekonomi Terhadap Urgensi Media Pembelajaran di Kelas (Study Kasus di Yayasan Pendidikan Dua Mei'r=iputat Tangerang)".

D. PERUMUSAN MASALAH

Agar dalam penulisan skripsi ini tidak terjadi penyimpangan, maka perlu adanya perumusan masalah. Adapun perumusan masalah pada skripsi ini adalah sebagai berikut : "Bagaimana Persepsi Guru Ekonomi Terhadap Urgensi Media Pembelajaran di Kelas (Study Kasus di Yayasan Pendidikan Dua Mei Ciputat Tangerang)". Untuk memudahkan dalam mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut maka dapat dirumuskan Minor Research Question sebagai berikut:

I. Bagaimana pemahaman guru terhadap penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar?

(24)

3. Apakah alasan para guru tidak menggunakan media pembelajaran dalarn proses belajar mengajar?

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka adapun beberapa tujuan dari penelitian skripsi yang penulis lakukan ini adalah sebagai berikut:

I. Untuk mengetahui secara lebih jelas dan terperinci tentang bagaimanakah "Persepsi guru ekonomi terhadap urgensi media pembelajaran di kelas (Study kasus di Yayasan Pendidikan Dua Mei Ciputat Tangerang)".

2. Untuk mengetahui sejauh manakah pemaharnan para guru tentang media pembelajaran di Yayasan Pendidikan Dua Mei Ciputat Tangerang.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dalarn pemanfaatan atau penggunaan media pembelajaran terhadap proses belajar mengajar serta upaya penerimaan siswa terhadap pelajaran.

4. Untuk mengetahui seberapa sering frekwensi penggunaan atau pemanfaatan media pembelajaran yang dilakukan oleh para guru di Yayasan Pendidikan Dua Mei Ciputat Tangerang.

E. KEGUNAAN PENELITIAN

Setelah penelitian berlangsung, diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat bagi dunia pendidikan di antaranya :

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk kepentingan pengetahuan tentang pendidikan, khususnya pada bidang pendidikan IPS (Ekonomi).

2. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran khususnya bagi para guru dan para tenaga kependidikan pada umumnya. 3. Bagi para guru, diharapkan untuk lebih meningkatkan profesionalitasnya

(25)

4. Bagi kepala sekolah, memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan dalam usaha meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan, khususnya dalam masalah pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran.

(26)

A. PERSEPSI GURU EKONOMI

1. Pengertian Persepsi

Berbicara masalab persepsi tidak bisa terlepas dari ilmu psikologi atau ilmu jiwa. Hal ini terbukti karena penulis banyak sekali menemukan pembabasan-pembabasan tentang persepsi di dalam buku-buku psikologi.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar, urgensi, sifat-sifat dan ciri-ciri yang dimiliki oleh media pembelajaran tidak terlepas dari perhatian guru-guru sehingga masing-masing guru memiliki persepsi pribadi tentang media pembelajaran. Di bawab ini penulis akan mengemukakan beberapa pengertian tentang persepsi. Persepsi secara sederhana dapat diartikan dengan tanggapan terhadap sesuatu ha!.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, "persepsi diartikan dengan I) tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau bisa juga diartikan dengan serapan, 2) proses seseorang mengetahui beberapa ha! melalui panca indranya".1

Menurut Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib A. Wabab, "persepsi adalab proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat

1

(27)

menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri".2 Sedangkan menurut Jalaluddin Rakhman "persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus inderawi (sensory stimuli)".3

Berdasarkan ketiga pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, persepsi dalam arti sempit adalah pengamatan, penglihatan, pengalaman atau bagaimana cara seseorang melihat dan memahami sesuatu yang ada di sekelilingnya dengan menggunakan alat-alat indera. Sedangkan persepsi dalam arti luas adalah suatu proses atau aktivitas untuk mengorganisasikan, menginterpretasikan, mengartikan, menggabungkan, memfokuskan, dan yang terakhir menyimpulkan pola-pola stimulus atau rangsangan-rangsangan yang di terima oleh alat-alat untuk di kembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat memahami, mengenali dan mengartikan rangsangan-rangsangan yang terdapat di sekeliling (lingkungan) kita, termasuk di dalarnnya memahami dan mengenali diri kita sendiri.

Definisi lain tentang persepsi dikemukakanjuga oleh Harold J. Leavitt yaitu "persepsi (perception) dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian, yaitu bagaiman seseorang memandang atau mengartikan sesuatu". 4

Menurut Rita L. Atkinson dkk, "persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus ini dalam lingkungan".5 M.Alisuf Sabri juga ikut menyumbangkan pendapatnya tentang pengertian "persepsi atau pengamatan adalah aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia

2

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib A. Wahab, Psikologi Suatu Pengantar (Dalam

Perspektf Islam), (Jakarta: Kencana, 2004), Cet. 1, h. 88

Jalaluddin Rakhman, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. 15, h. 51

4

Harold J. Leavitt, Psikologi Manajemen (Suatu pengantar bagi individu dan kelompok

didalam organisasi), (Jakarta: Erlangga, 1997), Ed. 4, Cet. 3, h. 27

5

(28)

mengenali objek-objek, fakta-fakta objektif dan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya malalui alat-alat indera".6

Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap sesuatu benda ataupun sesuatu kejadian yang dialami. Di samping itu, perseps1 JUga adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, dan memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsang. Dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek. Atau dengan kata Jain persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan penginderaan.

Berbeda dengan pendapat di atas menurut James P. Chaplin, "persepsi (perception) adalah: I) proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera, 2) kesadaran dari proses-proses organis, 3) (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu, 4) variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisme untuk melakukan pembedaan di antara perangsang-perangsang, 5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu". 7 Jadi persepsi dapat di artikan sebagai suatu pengamatan melalui alat-alat indera terhadap sesuatu obyek yang berupa pesan atau informasi yang masuk melalui otak manusia di mana individu dapat menggali, membedakan dan memberi tanggapan terhadap obyek yang dilihat.

Persepsi juga merupakan suatu proses penafsiran seseorang terhadap sesuatu yang dilihatnya dengan menginterpretasikan kesan-kesan sensorinya dalam usaha memberikan makna tertentu kepada lingkungannya. Sehingga persepsi menjadi proses pengenalan terhadap sesuatu yang ada dan terjadi di sekitar kita. Persepsi selalu dipengaruhi oleh kemampuan dan kematangan serta pengalaman seseorang. Jadi setiap persepsi guru akan berbeda satu sama lainnya terhadap obyek yang sama. Pribadi seseorang berbeda dari pribadi

6

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psiko/ogi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya, 1993), Cet. I, h. 45-46 7

James P.Chaplin, Dictionary of Psychology, (terj: Kartino Kartono), (Jakarta: PT Raja

(29)

yang lain, sebagai bukti keunikan manusia sehingga faktor pribadi m1

mengakibatkan perbedaan persepsi terhadap rangsangan yang sama.

Persepsi akan selalu melibatkan evaluasi dan interpretasi, karena itu guru dengan pengalaman yang berbeda akan memiliki persepsi yang berbeda pula. Karena persepsi merupakan proses pengenalan terhadap sesuatu yang ada dan terjadi di sekitarnya.

B.S. Bloom dalam klasifikasi tujuan instruksional (educational

objectives) tentang taksonomi belajar, mengelompokkan persepsi kedalam

ranah psikomotorik (psychomotoric domain). Persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua rangsangan atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadimya rangsangan (stimulasi) dan perbedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada. 8

Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi mempunyai kemampuan internal untuk menafsirkan rangsangan, peka terhadap rangsangan, dan mendiskriminasikan. Sedangkan kata kerja operasionalnya adalah memilih, membedakan, mempersiapkan, menyisihkan, menunjukkan, mengdentifikasikan, dan menghubungkan.

Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa persepsi merupakan pengungkapan pengalaman seseorang melalui penglihatan untuk menilai obyek dan memberikan makna stimulus inderawi. Bentuk pengungkapan pendapat dari seseorang sangat ditentukan oleh tingkat pemahaman yang ia miliki, pemahaman tersebut berkaitan erat dengan persepsi.

Dalam memahami sebuah gejala, persepsi setiap orang akan berbeda-beda, perbedaan tersebut dikarenakan oleh daya terima, seleksi dan pengorganisasian seluruh pengalaman yang didapatkan seseorang dari

8

(30)

lingkungan untuk kemudian diinterpretasikan JUga dengan berbagai perbedaannya.

2. Faktor-faktor yang mempengarnhi Persepsi

Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri atau terjadi begitu saja, akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam (internal) maupun yang berasal dari luar dirinya

(eksternal). Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap objek

yang sama dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi di antaranya akan dikemukakan oleh beberapa ahli berikut.

Menurut Akyas Azhari menyatakan bahwa setidaknya terdapat enam faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan persepsi, yaitu:

1. Perhatian, biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitar kita secara sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian pada sat atau dua objek saja.

2. Set, adalah harapan seseorang tentang rangsangan yang akan timbul. Misalnya, pada pertandingan sepak bola yang para pemainnya sudah bersiap terhadap satu set bahwa akan terdengan bunyi peluit di saat mereka harus menendang bola.

3. Kebutuhan, kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang mempengaruhi persepsi orang tersebut.

4. Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi.

5. Ciri kepribadian juga mempengaruhi persepsi. Misalnya Adan B bekerja disuatu kantor yang sama dibawah pengawasan satu orang atasan. A yang pemalu dan penakut mempersepsikan atasannya sebagai tokoh yang menakutkan dan perlu dijauhi, sedangkan B yang mempunyai lebih kepercayaan diri akan menganggap atasannya sebagai tokoh yang bisa diajak bergaul seperti orang biasa lainnya.

6. Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi.9

Menurut Chaplin, dalam psikologi kontemporer persepsi secara umum diperlakukan sebagai satu variabel campur tangan yang bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar, perangkat, keadaan jiwa atau suasana

9

(31)

hati, dan faktor-faktor motivasional. Maka, arti suatu objek atau suatu kejadian objektif ditentukan baik oleh kondisi perangsang maupun oleh faktor-faktor organisme. Proses konseptual dimulai dengan perhatian, yaitu merupakan proses pengamatan selektif. Faktor-faktor perangsang yang penting dalam perbuatan memperhatikan ini adalah perubahan, intensitas, ulangan, kontras, dan gerak. Sedangkan faktor-faktor organisme yang penting adalah minat, kepentingan dan kebiasaan memperhatikan yang telah dipelajari.10

Menurut Bimo Walgito, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang antara lain:

1. Stimulus yang culmp kuat, stimulus hams melampaui ambang stimulus, yaitu kekuatan yang minimal tetapi sudah dapat menimbulkan kesadaran, sudah dapat dipersepsikan oleh individu.

2. Fisiologis dan Psikologis, jika sistem fisiologis terganggu maka ha! tersebut akan berpengaruh dalam persepsi seseorang, sedangkan psikologis antara lain mengenaipengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, kerangka acuan, motivasi akan berpengaruh paa seseorang dalam mengadakan persepsi.

3. Lingkungan, atau situasi khusus yang melatarbelakangi stimulus juga akan berpengaruh dalam persepsi.11

Dalam menentukan persepsi seseorang tidak terlepas dari pengaruh kondisi dalam diri orang tersebut, karena kondisi mempunyai pengaruh besar dalam diri seseorang dalam mempersepsikan sesuatu. Apabila keadaan dan kondisi orang tersebut baik, maka hasil persepsi atau kemampuan berfikir seseorang dalam mempersepsi juga akan baik pula.

Persepsi setiap individu atas suatu benda atau objek berbeda-beda. Hal ini karena ada faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek atau benda terebut.

IO James P. Chaplin, Dictionary of Psychology, (terj. Kartino Kartono), (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2000), Ed. I, Cet. 6, h. 338

(32)

-Berdasarkan pemaparan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, dapat disimpulkan bahwa persepsi itu banyak dipengaruhi oleh beberapa ha! yang telah disebutkan di atas. Sebab diyakini bahwa persepsi seseorang sangat berpengaruh pada perilakunya dan perilaku tersebut akan berpengaruh pada motivasinya.

3. Prinsip-prinsip Persepsi

Persepsi masing-masing individu timbul dan berkembang sejalan dengan waktu berlangsungnya proses interaksi. Ha ini merupakan sarana bagi individu untuk memberlakukan prinsip-prinsip persepsi dengan baik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh W. S. Winkel, prinsip-prinsip persepsi antara lain:

I. Prinsip Proksimatis, artinya persepsi hanya berlangsung bila individu saling dekat atau ada keterdekatan dalam hubungan, atau dengan istilah lain individu telah saling kenal satu sama lain.

2. Prinsip Similaritas, artinya persepsi terhadap seseorang individu dapat diterapkan pada individu lain, apabila individu lain tersebut memiliki kesamaan kepribadian dan tingkah laku dengan individu pertama.

3. Prinsip Kontinuisi, artinya persepsi yang telah terbentuk tidak begitu saja hilang, akan tetapi persepsi tersebut harus tahan lama dalam fikiran individu. 12

Sedangkan menurut Zikri N. Iska, beberapa prinsip-prinsip pengorganisasian persepsi adalah sebagai berikut:

I. Wujud dan Latar. Obyek-obyek yang diamati di sekitar kita selalu muncul sebagai wujud (figure) dengan hal-hal lainnya sebagai latar (ground). Misalnya: jika kita mendengarkan lagu, maka suara penyanyinya akan tampil sebagai wujud dan iringan musik sebagai latar.

2. Pola pengelompokan. Kita sering mengelompokkan sesuatu berdasarkan persepsi kita, sehingga bagaimana cara kita mengelompokkan akan menentukan bagaimana kita mengamati sesuatu tersebut. 13

12

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), Ed. Yang

disempurnakan, Cet. 4 13

Zikri N. !ska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi

(33)

-4. Fungsi-fungsi Persepsi

Menurut W. S. Winkel dalam interaksi, persepsi yang akan dilakukan masing-masing individu berfungsi sebagai berik:ut:

I. Persepsi digunakan untuk melakukan prediksi terhadap tingkah laku yang relevan dengan tujuan dalam situasi tertentu.

2. Persepsi digunakan untuk menetapkan dan memantapkan hubungan, persepsi dimaksudkan untuk menyeleksi orang dan menilai kepribadiannya.14

5. Pengertian Guru

Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang di terbitkan oleh Balai Pustaka, pengertian "Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencaharian dan profesinya) mengajar".15

Menurut Depdiknas, "Guru adalah pengelola pembelajaran atau disebut pembelajar. Oleh sebab itu guru harus memiliki keterampilan mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, memanfaatkan metode, menggunakan media dan mengalokasikan waktu ".16 Kelima ha! tersebut merupakan pendekatan guru untuk mengkomunikasikan tindakan mengajarnya, demi tercapainya tujuan pembelajaran.

Secara garis besar guru adalah tenaga pendidikan yang bertugas mengelola kelas dengan tugas utamanya mengajar dalam artian mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik di kelas, guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik. Sehingga dengan ilmu dan keterampilan yang dimilikinya, guru mengkomunikasikan tindakan mengajarnya dan membimbing anak didik dalam mengembangkan potensinya.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Muhibbin Syah, "pengajaran sebagai aktivitas operasional kependidikan dilaksanakan oleh para tenaga pendidikan yang tugas utamanya mengajar. Tenaga pendidikan yang tugas

14

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), Edisi yang

disempurnakan, Cet. 4

15

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2002), Ed. 3, Cet. 2, h. 324

(34)

utamanya mengajar itu adalah guru".17 Sedangkan menurut pendapat Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, "guru adalah tenaga pendidikan yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah".18 Selain memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, guru juga bertugas untuk menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar anak didik tersebut memiliki kepribadian yang paripurna.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, guru adalah merupakan pekerjaan professional dengan tugas utamanya adalah mengajar, mendidik, membimbing, melatih, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi peserta didik dalam kegiatan proses belajar mengajar.

Tetapi penulis lebih tertarik untuk mendefinisikan pengertian guru sebagai seseorang yang dengan tulus dan ikhlas untuk berbagi ilmu pengetahuan dengan anak didiknya atau dengan orang lain, tanpa mengharapkan imbalan danjasa.

Guru juga merupakan komponen pengajaran yang memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada anak didiknya melalui interaksi komunikasi dalam proses belajar mengajar yang dilakukannya. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan anak didiknya, karena ketidakberhasilan atau ketidaklancaran komunikasi membawa dampak atau akibat terhadap pesan yang diberikan guru.

6. Tanggung Jawab Guru

Setiap guru harus memenuhi persyaratan sebagai manus1a yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan. Tanggung jawab guru yang paling besar dan utama adalah sebagai "pengajar" dan sebagai "pendidik".

17

Muhibbin Syah, Psikologi Be/ajar, (Jakarta: Logos, 1999), Cet. l, h. l

18

Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Be/ajar Mengajar (Melalui

(35)

Guru memilik tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai "pengajar" yang transfer of knowledge, tetapi juga sebagai "pendidik" yang transfer of values dan sekaligus sebagai "pembimbing" yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Disini guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks, karena setiap rencana kegiatan guru semata-mata demi kepentingan anak didik dan sesuai dengan profesi dan tanggungjawabnya.19

7. Persyaratan Menjadi Guru

Menjadi seorang guru tidaklah semudah yang bisa dibayangkan, pekerjaan guru itu berat tetapi luhur dan mulia. Tugas guru itu tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Untuk dapat melakukan tugas, peranan dan tanggung jawabnya seorang guru memerlukan syarat-syarat tertentu.

Menurut M. Ngalim Purwanto, syarat-syarat untuk menjadi seorang guru adalah sebagai berikut:

1. Berijazah, yang dapat memberi wewenang untuk menjalankan tugas sebagai guru di suatu sekolah tertentu.

2. Sehat jasmani dan rohani, tidak ada cacat atau penyakit yang dapat menghalanginya dalam menunaikan tugasnya sebagai guru.

3. Takwa kepada Tuhan YME dan berkelakuan baik. 4. Bertanggungjawab.

5 . B .. erJ1Wa nas10na . . 120

Sedangkan menurut Sardiman, syarat-syarat yang hams dimiliki untuk menjadi seorang guru itu dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:

1. Persyaratan administrasi meliputi: soal kewarganegaraan (warga Negara indonesia), umur (sekurang-kurangnya 18 tahun), berkelakuan baik, dan mengajukan permohonan.

19

Sardiman A. M, lnteraksi dan Motivasi Be/ajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2003), Ed. I, Cet. 10, h. 125

(36)

2. Persyaratan teknik meliputi: memiliki ijazah, menguasai cara dan teknik mengajar, terampil mendesain program pengajaran serta memiliki motivasi dan cita-cita memajukan pendidikan atau pengajaran.

3. Persyaratan psikis meliputi: sehat rohani, dewasa dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan emosi, sabar, ramah dan sopan, memiliki jiwa kepemimpinan, konsekuen dan berani bertanggung jawab, berani berkorban dan memiliki jiwa pengabdian.

4. Persyaratan fisik meliputi: berbadan sehat, tidak memiliki cacat tubuh yang memungkinkan mengganggu pekerjaannya, tidak memiliki gejala-gejala penyakit yang menular, menyangkut juga masalah kerapian dan kebersihan, termasuk bagaimana cara berpakaian.21

8. Peranan-Peranan Guru

Proses pembelajaran di sekolah tidak mungkin dapat mencapai hasil yang diharapkan tanpa disertai dengan proses belajar yang memadai dan seimbang. Ini membawa konsekuensi kepada guru agar dapat meningkatkan peranannya dalam pembelajaran. Karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan guru.

Menurut Oemar Hamalik, peranan guru dapat ditinjau dalam arti !uas dan dalam arti yang sempit. Dalam arti luas, guru mengemban peranan-peranan sebagai berikut:

I. Guru sebagai ukuran kognitif, tugas guru pada umumnya adalah mewariskan pengetahuan dan berbagai keterampilan kepada generasi muda. Hal-ha! yang akan diwariskan itu sudah tentu harus sesuai dengan ukuran-ukuran yang telahditentukan oleh masyarakat dan merupakan gambaran tentang keadaan sosial, ekonomi, dan politik masyarakat yang bersangkutan.

2. Guru sebagai agen moral dan politik. Sebagai agen moral masyarakat guru ber:fungsi mendidik warga masyarakat agar melek huruf, pandai

21

(37)

berhitung, dan berbagai keterampilan kognitif lainnya. Sebagai agen politikguru menyampaikan sikap kultur dan tindakan politik masyarakat kepada generas1 muda, kemauan-kemauan politik massyarakat disampaikan dalam proses pengajaran dalam kelas.

3. Guru sebagai innovator. Sebagai innovator, guru bertanggung jawab melaksanakan inovasi di antaranya terletak pada penyelenggaraan pendidikan di sekolab, guru yang memegang peranan utama. Guru bertanggung jawab menyebarluaskan gagasan-gagasan baru, baik terhadap siswa maupun terhadap massyarakat melalui proses pengajaran dalam kelas.

4. Guru sebagai kooperatif. Dalam melaksanakan tugasnya guru tidak mungkin bekerja sendirian dan mengandalkan kemampuannya secara individual. Karena itu para guru perlu bekerja sama antar sesama guru dan dengan pekerja-pekerja sosial, lembaga-lembaga kemasyarakatan dan

d engan persatuan orang tua mun . "d 22

Masih menurut Oemar Hamalik, dalam arti sempit peranan guru antara lain: 1. Guru sebagai model. Siswa membutuhkan guru sebagai model yang

dapat dicontoh dan dijadikan teladan. Karena itu guru harus memiliki kelebihan, baik pengetabuan, keterampilan dan kepribadian.

2. Guru sebagai perencana. Guru berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi rencana-rencana yang operasional.

3. Guru sebagai peramal atau mendiagnosis kemajuan belajar s1swa. Peranan tersebut erat kaitarmya dengan tugas mengevaluasi kemajuan belajar siswa.

4. Guru sebagai pemimpin. Guru adalab pernimpin dalam kelasnya sekaligus sebagai anggota kelompok-kelompok dari siswa.

22

(38)

5. Guru sebagai petunjuk jalan kepada sumber-sumber. Guru berkewajiban menyediakan berbagai sumber yang memungkinkan akan memperoleh pengalaman yang kaya. 23

Menurut Sardiman, peranan-peranan guru dalam proses belajar mengajar secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Guru sebagai informator. Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, study lapangan dan sumber informasi kegiatan akademis maupun umum.

2. Guru sebagai organisator. Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademis, silabus, workshop, jadwal pelajar dan lain-lain.

3. Guru sebagai motivator. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.

4. Guru sebagai pengarah/director. Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

5. Guru sebagai inisiator. Guru sebagai penetus ide-ide kreatif dalam poses belajar yang dapat dicontoh oleh anak didiknya.

6. Guru sebagai transmitter. Dalam kegiatan belajar guru akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

7. Guru sebagai fasilitator. Guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar, seperti dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang serasi dengan perkembangan siswa sehingga interaksi belajar mengajar menjadi efektif.

8. Guru sebagai mediator. Dapat diartikan guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa. Mediator juga diartikan

23

(39)

sebagai penyedia media, bagaimana cara memakai dan mengorganisasikan penggunaan media.

9. Guru sebagai evaluator. Guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi siswa dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana siswanya berhasil atau tidak.24

9. Kompetensi-Kompetensi Gnru

Selanjutnya dalam melakukan kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki seperangkat kemampuan atau kompetensi yang beraneka ragam. Secara garis besar ada empat kompetensi pokok yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu:

1. Kompetensi pedagogik yakni merupakan kompetensi dengan keilmuan dan kecakapan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi professional yakni kemampuan dasar yang berkaitan langsung dengan jabatan pekerjaan yang dilakukan. Artinya guru harus terlatih dengan baik dan memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. 3. Kompetensi kepribadian yakni merupakan modal dasar bagi guru yang

bersangkutan dalam menjalankan tugas keguruannya secara professional, kompetensi ini menuntut guru memiliki kepribadian yang dewasa, mantap, susila, dinamik dan bertanggungjawab.25

4. Kompetensi sosial yakni kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Harns dapat saling menghargai,

24

Sardiman A. M, lnteraksi dan Motivasi Be/ajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2003), Ed. I, Cet. JO, h. 144-146 25

Tim Revisi Pedoman PPKT 2008, Buku Pedornan PPKT Faku/tas Tarbiyah VIN Syarif

(40)

·-saling tenggang rasa, ·-saling tolong menolong dan mampu membela

k epentmgan ersama. . b 26

Sedangkan menurut Roestiyah NK, bahwa kompetensi dasar guru harus meliputi kemampuan-kemampuan sebagai berikut dan seorang guru harus dapat:

1. Merumuskan tujuan instruksional.

2. Memanfaatkan sumber-sumber materi dan belajar. 3. Mengorganisasi materi pelajaran.

4. Membuat, memilih dan menggunakan media pendidikan dengan tepat. 5. Menguasai, memilih dan melaksanakan metode penyampaian yang tepat

untuk pelajaran tertentu.

6. Mengetahui dan menggunakan assesmen siswa.

7. Memanage interaksi belajara mengajar, sehingga efektif dan tidak membosankan bagi siswa.

8. Mengevaluasi dan pengadministrasiannya.

9. Mengembangkan semua kemampuan yang telah dimilikinya ke tingkat yang lebih berdaya guna dan berhasil guna. 27

Pendapat-pendapat para ahli di atas juga didukung oleh pendapat dari Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, Sardiman AM, dan Oemar Hamalik, seperti yang telah penulis paparkan pada Bab. 1 Pendahuluan bahwa di antara sekian banyak kompetensi atau kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru di antaranya adalah kompetensi atau kemampuan guru dalam membuat, memilih dan menggunakan media pembelajaran dengan tepat dalam kegiatan belajar mengajar.

Secara teoritis semua kompetensi tersebut dapat dipisah-pisahkan satu sama lain, akan tetapi secara praktis sesungguhnya semua kompetensi tersebut tidak mungkin dapat dipisahkan. Karena semua kompetensi tersebut saling menjalin secara terpadu dalam diri guru propfesional.

26

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28

Ayat (3) Butir d

27

(41)

10. Pengertian Ekonomi

Menurut Iskandar Putong, "Ekonomi atau economic dalam banyak literatur ekonomi disebutkan berasal dari bahasa Yunani, yakni kata oikos atau

oiku dan nomos yang berarti peraturan rumah tangga. Dengan kata lain,

pengertian ekonomi adalah semua yang menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan perikehidupan dalam rumah tangga".28

Berdasarkan pendapat P.A. Samuelson, Sadono Sukimo dan Mankiw dalam bahasa yang berbeda, "ilmu ekonomi adalah suatu study ilmu pengetahuan tentang bagaimana caranya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan terbatas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menghasilkan berbagai barang dan jasa serta didistribusikan untuk keperluan konsumsi".29

Menurut Lukman dan Nasarudin, "Ilmu ekonomi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana tingkah laku manusia dalam usaha memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas, dengan mengadakan pemilihan diantara berbagai altematif pemakaian atas alat-alat pemuas kebutuhan yang tersedianya relatif terbatas atau langka (Scarcity)"30 baik secara jumlah maupun macam-macamnya sehingga menjadi masalah bagi manusia.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu ekonomi adalah suatu ilmu atau seni tentang bmanusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak , bervariasi, tidak terbatas dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan/atau distribusi.

Dari pengertian ilmu ekonomi di atas, maka pengertian dari kegiatan ekonomi adalah kegiatan seseorang, masyarakat atau suatu perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa, mengkonsumsi (menggunakan) barang atau jasa, serta mendistribusikan barang atau jasa tersebut.

28

lskandar Putong, Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

2002), Ed. 2, Cet. I, h. 14 29

lskandar Putong, Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

2002), Ed. 2, Cet. 1, h. 15 30

Lukman & Indoyama Nasarudin, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, (Jakarta: Lembaga

(42)

-dibedakan kepada tiga kelompok, yaitu ekonomi diskriptif, ekonomi teori dan

ekonomi terapan

1. Ekonomi Diskriptif (Deskriptive Economics), yaitu ilmu ekonomi yang bersifat mengumpulkan keterangan-keterangan yang faktual yang relevan mengenai sesuatu masalah.

2. Ekonomi Teori (Economic Theory/Economics Analysis), yang terbagi dalam dua cabang, yaitu:

a. Teori Ekonomi Mikro (Micro economics Theory)

b. Teori Ekonomi Makro (Macro Economics Theory)

Yang tugasnya mencoba menerangkan bekerjanya sistem perekonomian tersebut secara teoritis.

3. Ekonomi Terapan (Applied Economics), yaitu kebijaksanaan ekonomi yang diterapkan dengan menggunakan hasil-hasil pemikiran yang terkumpul dalam teori ekonomi untuk menerapkan fakta-fakta yang dikumpulkan oleh ekonomi diskriptif.31

B. PENGERTIAN MEDIA

Media pembelajaran merupakan perpaduan dari dua kata, yaitu kata "media" dan kata "pembelajaran" yang masing-masing memiliki arti tersendiri. Untuk mengetahui pengertian media pembelajaran maka terlebih dahulu akan dibagi kedalam dua point pembahasan, kemudian baru diuraikan mengenai pengertian kata media dan pengertian kata pembelajaran itu sendiri.

Menurut pendapat Arief S. Sadiman dkk, kata "media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan".32

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, "Media memiliki beberapa arti, yaitu: I) alat, 2) alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster dan spanduk, 3) yang terletak di antara dua pihak (orang, golongan, dsb), 4) perantara, penghubung".33

31

Lukman & Indoyama Nasarudin, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, (Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Jakarta dengan UJN Jakarta Press, 2007), Cet. I, h. 4

32

Arief S. Sadiman ( dkk), Media Pendidikan (pengertian, pengembangan dan

pemanfaatanya), (Jakarta : PT. Raja Grafmdo Persada, 2007), Ed. I, h. 6

(43)

Roestiyah dalam bukunya Masalah-masalah ilmu keguruan mengatakan "media adalah sarana (prasarana) pengajaran/pendidikan yang fungsinya dapat digunakan untuk membantu tercapainya suatu tujuan. Karena itu media pendidikan berarti sarana (prasarana) yang membantu proses pendidikan, sehingga tujuan pendidikan dapat berhasil dengan baik". 34

Istilah media yang merupakan bentuk jamak dari medium secara harfiyah berarti perantara atau pengantar. AECT (Association for Education and Communication Technology) mengartikan media sebagai segala bentuk dan saluran untuk proses transmisi informasi. Sedang Olson mendefinisikan medium sebagai teknologi untuk menyajikan, merekam, membagi, dan mendistribusikan simbol dengan melalui ransangan indera tertentu, disertai penstrukturan informasi. 35

NEA (National Education Association) mendefinisikan "media sebagai benda yang bisa dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional".36 Media dapat memiliki banyak sekali arti yang beragam seperti: sebagai alat, sarana, perantara, penerangan, sumber, fasilitas, informasi, objek, dan lain-lain yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan baik berupa pengetahuan maupun informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik.

Menurut Robert M. Gagne "media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar". Sementara itu Briggs berpendapat "media itu adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar".37

Depdiknas juga punya pendapat sendiri tentang pengertian media, yaitu "media adalah segala sesuatu yang mengantarkan pesan dari sumber kepada

34

Roestiyah NK, Masalah-Masa/ah I/mu Keguruan, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989),

Cet. 3, h. 60

35

Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2005),

Ed. I, Cet. 2, h. 457

36

Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pendidikan, (Jakarta: Ciputat Pers, 2006),

Cet.l,h.11

37

Arief S. Sadiman, Media Pendidikan (pengertian, pengembangan dan

(44)

penerima. Dalam konteks interaksi belajar mengajar guru hams terampil untuk menggunakan atau memanfaatkan baik itu sebagai alat bantu mengajar atau sebagai media pembelajaran".38

Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 39

Dari kesemua pengertian tentang media yang telah penulis paparkan di atas, maka dapat di tarik satu benang merah yaitu bahwa media itu sebagai alat perantara atau alat pengantar pesan dari si pengirim pesan kepada si penerima pesan yang bisa dalam berbagai bentuk dengan satu tujuan yaitu untuk proses penyaluran informasi. Media merupakan semua bentuk bahasa yang dibuat oleh

guru baik yang berbentuk verbal maupun yang berbentuk non-verbal (biasanya dibuat dalam bentuk alat I peraga).

C. PENGERTIAN PEMBELAJARAN

Pembelajaran berasal dari kata belajar, dengan penambahan awalan "pem-" dan akhiran "pem-"-an"pem-". Jadi, sebelum membahas lebih lanjut tentang pembelajaran maka ada baiknya terlebih dahulu dibahas pengertian belajar. Menurut Margaret E. Bell Gredler, "Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap".40

Setiap manusia pasti pemah mengalami proses belajar, karena belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia dan berlangsung terns menerus tanpa terbatas oleh waktu. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila ia mengalami perubahan dalam dirinya sebagai hasil dari proses

38

Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat Tenaga

Kependidikan, Interaksi Be/ajar Mengajar, (Jakarta: 2003), h. 14

39

Asnawir & M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 202),

Cet. I, h. 11

(45)

belajar tersebut. Perubahan tersebut misalnya dari seseorang yang tidak tahu menjadi tahu.

Arifin mengatakan pengertian belajar seperti yang dikemukakan oleh Ramayulis dalam bukunya bahwa, "Belajar adalah suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menanggapi serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh pengajar yang berakhir pada kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan itu".41

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses/kegiatan yang dapat menghasilkan suatu perubahan pada si belajar, baik itu berupa pengetahuan, keterampilan, sikap ataupun tingkah laku oleh si belajar sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Perubahan-perubahan pada si belajar yang diakibatkan karena pengalaman tidak harus bersifat relatif tetap (permanen) sehingga perubahan tersebut tidaklah hanya sementara tetapi berlangsung terus menerus.

Jadi, belajar adalah suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Akan tetapi ada sebagian orang yang berpendapat dan beranggapan bahwa belajar merupakan semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran.

Pembelajaran hampir memiliki makna yang sama dengan membelajarkan, yang dapat diartikan sebagai proses membuat seseorang menjadi belajar. Berarti dalam pembelajaran terdapat aktifitas guru dan peserta didik yang berinteraksi. Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses dalam mengkoordinirkan sejumlah tujuan, bahan, metode, alat/media, dan penilaian/evaluasi.

(46)

D. PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN

Sering sekali kata media pembelajaran digunakan secara bergantian dengan istilah alat bantu belajar, media komunikasi,

Gambar

Tabel I : Karak:teristik Subjek Penelitian . . . . . . . . . .. .. . . . . . . . . .
gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, pster, kartun, komik dan
Tabel 1: Karakteristik Subjek Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Ayunan

1) Nilai Sosial (social) , persepsi pelanggan terhadap kinerja jasa perbankan sesuai dengan harapan pelanggan atau merasa tidak puas. 2) Nilai emosi (emotional), utilitas

Dengan adanya OpenGTS yang sudah dimodifikasi ini, kekhawatiran para pemilik kendaraan bermotor, baik pribadi atau perusahaan, dapat berkurang, karena mereka dapat memonitor dan

menguji signifikasi koefisien korelasi.. Dengan demikian koefisien korelasi sebesar 0,6058 adalah signifikan. Selanjutnya dihitung besarnya kontribusi mengikuti gerakan

Komunikasi transendental masyarakat desa ini dengan Tuhan atau dengan arwah para leluhur atau kekuatan gaib lainnya yang dipercayai oleh masyarakat terjadi saat

Sub Kelompok Kerja Barang II Pengelola Layanan Pengadaan (LP) Barang/Jasa Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, Tahun Anggaran 2016 akan

48 hutan produksi terbatas yaitu jenis sengon, namun apabila pada masa yang akan datang terjadi perubahan kondisi hutan produksi terbatas baik dikarenakan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa program kebijakan pemerintah melalui progam matrikulasi ini bermanfaat bagi para calon mahasiswa untuk kesiapan