TAMANSARI KECAMATAN BANDUNG WETAN KOTA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Disusun Oleh
LUPY DWI SEPTA SATRIA 0901187
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
0901187
PEMIMPIN PELOPOR SEBAGAI FAKTOR PENGGERAK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANK SAMPAH DI RW. 14 KELURAHAN
TAMANSARI KECAMATAN BANDUNG WETAN KOTA BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
PEMBIMBING I
Drs. NunuHeryanto, M.Si. NIP. 19560810 198101 1 001
PEMBIMBING II
Dr. IipSaripah, M.Pd. NIP. 19701210 199802 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul "Pemimpin Pelopor Sebagai Faktor Penggerak Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah Di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung" ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Januari 2014
Yang membuat pernyataan,
Lupy Dwi Septa Satria
Ii
ABSTRAK
Lupy Dwi Septa Satria (2009), Pemimpin Pelopor Sebagai Faktor Penggerak Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah di Rw. 14 Kelurahan
Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung
Permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pemimpin pelopor dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh data mengenai : 1) Gambaran/profil pemimpin pelopor dalam program bank sampah; 2) Strategi yang dilakukan pemimpin pelopor dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah; 3) Hasil penyelenggaraan program bank sampah; dan 4) Social Benefit program bank sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung.
Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsep kepemimpinan, konsep partisipasi masyarakat, konsep pembangunan masyarakat, dan konsep bank sampah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, triangulasi dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah tiga pemimpin pelopor, sedangkan informan penelitiannya adalah dua pengurus program bank sampah, dan dua nasabah dari program bank sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung.
Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan, maka diperoleh (1) gambaran/profil pemimpin pelopor, yaitu dari ketiga pemimpin pelopor memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas terutama mengenai pemanfaatan sampah dan lingkungan, aktif dalam kegiatan peduli lingkungan, dan mudah bersosialisasi dengan masyarakat, sehingga dipercaya sebagai guru bagi masyarakat. (2) strategi yang dilakukan pemimpin pelopor dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah, diantaranya: melakukan musyarawarah dalam berbagai hal, membelajarkan orang lain, mempraktekan cara pemanfaatan sampah dan memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. (3) hasil penyelenggaraan program bank sampah, diantaranya: kemampuan mengenal jenis sampah, memahami pemanfaatan sampah seperti takakura dan biopori, percaya diri dan disiplin dalam menjalankan pola hidup bersih, serta menerapkan pola hidup bersih dalam keluarga. (4) social
benefit dari program bank sampah, diantaranya masyarakat mampu menjual hasil
pengolahan sampah melalui takakura, biopori dan kerajinan tangan untuk menambah pendapatan keluarga, serta mampu membelajarkan orang lain.
Ii
ABSTRAK
Lupy Dwi Septa Satria (2009), Leaders Of The Pioneers As The Mobilization Factor Of Community Participation in Program Bank Sampah at Rw. 14
Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung
The problem in this study is to know the role of pioneer leader to mobilize community participation in program bank sampah at Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung. The purpose of this study is to obtain data on: 1) description / profile leader of pioneer in program bank sampah; 2) Strategies conducted a leader of pioneer in moving community participation in program bank sampah; and 3) The results of the implementation of program bank sampah; and 4) Social Benefit in program bank sampah at Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung.
The study of theory used in this research is the concept of leadership, the concept of community participation, the concept of community development, and the concept of bank sampah.
This study used a qualitative approach with descriptive methods. Data collection techniques used were interviews, observation, triangulation and documentation. The subjects were three leaders of the pioneers, while the research informants are two officer of program bank sampah, and two customers of program bank sampah in Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung.
Based on the data processing and discussion, it is obtained (1) a description / profile pioneer leader, which of the three pioneer leaders have extensive experience and knowledge, especially regarding the use of waste and the environment, active in the care environment, and easy to socialize with people, so it is believed to be teachers for the community. (2) strategies conducted a pioneer leader in mobilizing community participation in program bank sampah, including: conduct these meetings in a variety of ways, to teach the others, practice how to use the trash and give a good example to the community. (3) the results of the administration of program bank sampah, among others: the ability to know the type of waste, such as utilization of garbage understand Takakura and biopori, confidence and discipline in running a clean lifestyle, as well as implementing a clean life in the family. (4) the social benefits of program bank sampah, such communities are able to sell their waste through Takakura, biopori and crafts to supplement the family income, and able to teaching the others.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMAKASIH ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR BAGAN ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Struktur Organisasi Skripsi ...
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Kepemimpinan ... 1. Definisi Kepemimpinan ... 2. Syarat Pemimpin ... 3. Pemimpin Pelopor ... 4. Tipe-tipe Kepemimpinan ... 5. Gaya Kepemimpinan ... 6. Keterampilan Kepemimpinan ... 7. Sifat dan Ciri Pemimpin dalam Melakukan Kepemimpinan B. Konsep Partisipasi Masyarakat ...
1. Definisi Partisipasi Masyarakat ... 2. Lingkup dan Bentuk-bentuk Partisipasi ... 3. Tingkatan Partisipasi ... 4. Derajat Kesukarelaan dan Jenis Partisipasi ... 5. Syarat Tumbuhnya Partisipasi Masyarakat ... C. Konsep Pembangunan Masyarakat ... D. Konsep Bank Sampah ...
1. Pengertian Bank Sampah ... 2. Tujuan dan Manfaat Bank Sampah ... 3. Cara Kerja ...
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian ... B. Desain Penelitian ... C. Metode Penelitian dan Justifikasi ... D. Definisi Operasional ... E. Instrumen Penelitian ...
F. Proses Pengembangan Instrumen ... G. Teknik Pengumpulan Data ... H. Teknik Analisis Data ...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian ... 1. Lokasi dan Kondisi Administratif Rw 14 Kelurahan
Tamansari ... 2. Sejarah Singkat Program Bank Sampah ... 3. Kepemimpinan di Rw. 14 Kelurahan Tamansari
Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung ... B. Identitas Informan Penelitian ... C. Deskripsi Hasil Penelitian ... B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 1. Gambaran/Profil Kepemimpinan Pelopor ... 2. Strategi yang dilakukan kepemimpinan pelopor dalam
menggerakkan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah ... 3. Hasil Penyelenggaraan Program Bank Sampah ... 4. Social Benefit Program Bank Sampah ...
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... B. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ... RIWAYAT HIDUP ...
72 73 74
75
75 79
81 82 86 118 119
126 141 147
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Masyarakat merupakan satu kesatuan individu yang hidup dalam satu
wilayah tertentu yang beragam baik dari jenis kelamin, usia, status sosial
ekonomi, adat istiadat, agama, dan lain sebagainya. Masyarakat dapat juga
dikatakan sebagai tiap-tiap individu yang hidup di suatu daerah atau wilayah
tertentu yang memiliki perbedaan usia, baik mulai dari bayi atau balita,
anak-anak, remaja, orang dewasa hingga manula atau manusia lanjut usia serta
perbedaan dari segi status sosial ekonominya. Setiap masyarakat memiliki ciri
khas yang berbeda-beda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang
lainnya baik dilihat dari wilayahnya, adat istiadatnya maupun kebutuhannya.
Dalam setiap masyarakat pasti kita semua mengenal dengan adanya
pemimpin, seperti ketua rukun warga, ketua rukun tetangga, dan tokoh
masyarakat lainnya. Masyarakat identik dengan adanya interaksi sosial antara
masing-masing anggota masyarakat maupun anggota masyarakat dengan
pemimpin dalam masyarakat itu sendiri. Dalam setiap masyarakat tentu perlu
adanya tokoh masyarakat atau agen perubah sosial sehingga mampu membuat
masyarakat menjadi maju dan berkembang. Menurut Soekanto (2007:272),
Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang
diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang
hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang
menghendaki perubahan dinamakan Agent of change, yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin
satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Dengan kata lain, tokoh
masyarakat dapat juga dikatakan sebagai agen perubahan sosial yang telah
memiliki pengalaman dan memiliki kepercayaan oleh setiap anggota masyarakat.
Kebutuhan merupakan sesuatu hal yang harus dipenuhi dalam hidup dan
kehidupan baik individu maupun kelompok. Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
kebutuhan dari masing-masing individu, akan tetapi adapula kebutuhan yang
dirasakan oleh bersama masyarakat. Kebutuhan yang dirasakan bersama terjadi
manakala ada permasalahan yang timbul dan dirasakan bersama oleh setiap
individu dalam masyarakat. Permasalahan dapat mengacu ke dalam berbagai
aspek, seperti permasalahan ekonomi, lingkungan, sosial, agama dan sebagainya
sesuai dengan apa yang dirasakan oleh masyarakat tersebut. Semakin
berkembangnya kehidupan, maka kebutuhan masyarakat pun semakin kompleks.
Semakin berkembanganya IPTEKS (Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni)
dalam kehidupan masyarakat, maka semakin tinggi pula permasalahan yang
terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Melalui permasalahan itulah,
mereka butuh untuk menyelesaikan dan mencari solusinya secara bersama-sama,
sehingga dengan mudah mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul dan
dirasakan bersama. Kebutuhan yang timbul karena adanya permasalahan yang
dialami bersama disebut sebagai kebutuhan kelompok atau kebutuhan bersama.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha yang dilakukan oleh berbagai
pihak dan secara bersama-sama dalam membelajarkan peserta didik sehingga
mereka (peserta didik) memiliki potensi akademik maupun non akademik dalam
kehidupannya. Pendidikan seyogianya merangkul semua lapisan masyarakat.
Pendidikan pada hakikatnya tidak perlu dilakukan didalam kelas, akan tetapi
makna dari pendidikan itu sendiri ialah menyampaikan informasi yang bersifat
mendidik (interaksi edukatif) dari seseorang kepada seseorang demi terjadinya
perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan dan dilakukan kapanpun,
dimanapun dan oleh siapapun. Makna arti pendidikan diatas merupakan makna
dari pendidikan luar sekolah. Berdasarkan UU SISDIKNAS pendidikan non
formal no. 20 Tahun 2003, yakni :
“Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik” (pasal 26 ayat 3)
Pendidikan luar sekolah memberikan layanan yang bersifat mendidik,
membangun, dan memberdayakan masyarakat berdasarkan kebutuhan dan
sesuai dengan pernyataan Kamil dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Non Formal” (2009:48) yang menyatakan bahwa :
Masyarakat sebagai sasaran pendidikan non formal terdiri dari dua yaitu masyarakat sebagai sumberdaya pembelajaran dan masyarakat sebagai sasaran pembelajaran. Sebagai sumberdaya pembelajaran, peran masyarakat dapat dilihat dari daya dukung terhadap implementasi dan pengelolaan program, serta pengembangan program di masa depan. Sedangkan peran masyarakat sebagai sasaran, dapat dilihat dari tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai program yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan, keterampilan dan kualitas diri.
Dalam memberikan pelayanan pendidikannya, tenaga pendidikan luar
sekolah harus menganalisis kebutuhan yang diinginkan oleh setiap individu atau
kelompok. Berdasarkan hal diatas maka para penyusun kebijakan membuat
program yang disesuaikan dengan kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat,
karena pada hakikatnya program-program yang diselenggarakan sesuai dengan
kebutuhan dan/atau permasalahan yang ada merupakan program-program yang
sifatnya memberdayakan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat bukan hanya ditujukan pada sekelompok orang,
namun mencakup semua lapisan masyarakat dari berbagai kalangan masyarakat
yang berangkat atas ketidakadilan dari faktor kekuasaan dan kebijakan (regulasi).
Fahrudin (2005:19) menyatakan bahwa :
Model pemberdayaan mencakup tiga hal yakni strategi atau pendekatan Mikro (individu) melalui bimbingan konseling, strategi atau pendekatan Mezzo (kelompok atau Peer Group) melalui pendidikan pelatihan dan dinamika kelompok, serta strategi atau pendekatan Makro (komunitas dan masyarakat) melalui Pengorganisasian masyarakat, aksi sosial, kebijakan sosial dan sebagainya.
Pemberdayaan merupakan salah satu upaya yang mampu meningkatkan
kemandirian masyarakat guna meningkatkan perekonomian masyarakat yang
dapat dilakukan melalui berbagai bentuk atau cara (strategi) pemberdayaan. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Deliveri (2004a) mengenai proses
pemberdayaan, bahwa proses pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses
yang bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan
taraf hidupnya sendiri dengan menggunakan dan mengakses sumberdaya setempat
Pada hakikatnya pemberdayaan memiliki dua definisi, yaitu pemberdayaan
yang dilakukan melalui pemberian fasilitas atau bantuan, sehingga masyarakat
menjadi berdaya seperti yang dilakukan oleh pemerintah, maupun pemberdayaan
yang dilakukan melalui proses yang bertahap untuk mendorong dan memotivasi
tiap individu atau kelompok sehingga mereka memiliki minat dan kemauan dalam
belajar dan bekerja. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Priyono dan Pranakan
(Fahrudin, Adi, 2005:48), bahwa proses pemberdayaan mengandung dua
kecenderungan, yaitu kecendurangan primer dan sekunder. Kecenderungan primer
berarti proses pemberdayaan menekankan proses memberikan atau mengalihkan
sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu
menjadi lebih berdaya. Sedangkan kecenderungan sekunder melihat
pemberdayaan sebagai proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu
agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang
menjadi pilihannya. Pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya dilakukan oleh
masyarakat, untuk masyarakat, oleh masyarakat dan dalam masyarakat itu sendiri
yang terdiri atas masing-masing individu yang memiliki kebutuhan yang sama dan
permasahan yang sama sehingga diharapkan mampu membangun masyarakat atau
memajukan masyarakat itu sendiri dengan kata lain memberikan kesejahteraan
hidup bagi masyarakat. Mengutip dari pernyataan diatas, pemberdayaan
masyarakat erat hubungannya dengan pembangunan masyarakat.
Pembangunan masyarakat merupakan satu upaya aksi sosial yang dilakukan
oleh seluruh anggota masyarakat untuk ikut serta dalam proses membangun
masyarakat itu sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada sehingga
hasilnya dapat dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup masyarakat.
Pembangunan masyarakat bertujuan untuk memberdayakan masyarakat, konteks
pembangunan masyarakat lebih luas, artinya subjek pemberdayaannya bukanlah
individu melainkan segenap masyarakat ikut andil dalam proses pemberdayaan.
Seperti apa yang telah dikutip dalam blog Pengembangan Masyarakat Islam
(Anshori, 2009:01), mengatakan bahwa :
Community Development, memberikan penekanan pada prinsip kemandirian. Artinya partisipasi aktif dalam bentuk aksi bersama (gruop
kebutuhan-kebutuhannya dilakukan berdasarkan potensi potensi yang dimiliki masyarakat.
Merujuk atas pernyataan diatas, dapat dikatakan bahwa pembangunan
masyarakat tidak lepas dengan adanya partisipasi dari masyarakat itu sendiri.
Keikutsertaan masyarakat sangatlah mempengaruhi keberlangsungan
pemberdayaan dan pembangunan masyarakat di suatu masyarakat itu sendiri.
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu strategi dalam membangun
masyarakat. Pembangunan masyarakat erat hubungannya dengan partisipasi
masyarakat maupun pembangunan yang bersifat partisipatif. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 Tentang Kader Pemberdayaan
Masyarakat, yang mengatakan bahwa :
Pembangunan Partisipatif adalah pembangunan yang dilaksanakan dari, oleh dan untuk masyarakat meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan serta pengembangan tindak lanjut hasil pembangunan, dengan peranserta seluruh lapisan masyarakat (Pasal 1 ayat 10).
Berdasarkan peraturan menteri, dapat disimpulkan bahwa partisipasi
masyarakat merupakan strategi yang dapat dilakukan untuk memberdayakan dan
membangun masyarakat, sehingga masyarakat ikut berperan aktif dalam proses
perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan dalam pembangunan masyarakat
yang dilakukannya secara bersama-sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kamil
(2009:56) yang menyatakan bahwa salah satu karakteristik pendekatan dalam
proses pemberdayaan masyarakat adalah pendekatan partisipatif. Pendekatan
partisipatif, yaitu pendekatan yang menekankan pada keterlibatan setiap anggota
(warga belajar) dalam keseluruhan kegiatan, perlunya melibatkan para pemimpin
serta tenaga-tenaga ahli setempat.
Partisipasi masyarakat merupakan langkah awal yang dapat dilakukan untuk
mengikutsertakan setiap anggota masyarakat untuk ikut serta dalam proses
pembangunan masyarakat dengan tujuan untuk memberdayakan masyarakat itu
sendiri. Partisipasi masyarakat merujuk pada berbagai aspek, seperti partisipasi
masyarakat dalam hal sosial, ekonomi, maupun lingkungan dan sebagainya.
yang lebih positif dan mampu memandirikan masyarakat sehingga masyarkat
mampu menciptakan dan memecahakan masalah yang dihadapinya di dalam
masyarakat. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007
Tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat pasal 1 ayat 14 mengatakan bahwa
Partisipasi masyarakat adalah peran aktif masyarakat dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, pembiayaan, pemanfaatan, pemeliharaan dan pengembangan hasil
pembangunan. Merujuk pada pernyataan peraturan tersebut memberikan arti
bahwa partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan langsung yang bersifat
aktif oleh masyarakat itu sendiri selama proses pengelolaan program (manajemen
program) dalam hal ini manajemen program pendidikan luar sekolah, dari
masyarakat dan hasil yang didapatkan atau diperoleh tersebut sudah tentu untuk
masyarakat dan dilakukan di dalam masyarakat. Partisipasi masyarakat merujuk
pada implementasi kegiatan pemberdayaan yang dicanangkan guna memajukan
kesejahteraan masyarakat itu sendiri, sedangkan indikator atau indikasi dari
kesejahteraan sangatlah luas, seperti sosial, kesehatan, lingkungan, ekonomi dan
sebagainya sesuai dengan apa yang ingin dicapai diawal kegiatan pemberdayaan
berlangsung. Menurut Rahardjo Adisasmita dalam bukunya yang berjudul “Membangun Desa Partisipatif” (2006:34), mengatakan bahwa partisipasi masyarakat adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi
kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek
pembangunan yang dikerjakan di dalam masyarakat lokal. Oleh karenanya,
konsep DUOM (Dari, Untuk, Oleh Masyarakat) dalam pemberdayaan, serta
implementasi manajemen pendidikan luar sekolah berkaitan erat dengan
partisipasi masyarakat sebagai objek formal dari kegiatan pemberdayaan dan
pembangunan masyarakat.
Dalam menjalankan suatu kegiatan atau program yang berhubungan erat
dengan partisipasi antar anggota maka perlu sosok pemimpin yang mampu
mengarahkan dan menjadi contoh sehingga semua anggota terangkul dan kegiatan
berjalan baik dan lancar yang kemudian manfaat yang dihasilkan dapat dirasakan
secara bersama-sama. Melalui pernyataan tersebut partisipasi masyarakat
yang memberikan pengaruh kepada anggotanya. Kepemimpinan dapat dilakukan
dalam sebuah kelompok dapat pula dilakukan pada suatu masyarakat tertentu di
suatu daerah. Kepemimpinan kelompok merupakan salah satu indikator dari
partisipasi masyarakat. Partisipasi tidak akan berhasil apabila tidak ada stimulus
yang diberikan oleh seorang pemimpin yang baik dan arif. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang disampaikan oleh Drs. Nunu, dkk. dalam handout-nya yang
berjudul Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan (2004:13) yang menyatakan
bahwa pembinaan kelompok akan berhasil apabila semua anggota berpartisipasi.
Berbicara mengenai kepemimpinan maka berbicara mengenai upaya dan gaya
seorang pemimpin dalam memberikan pengaruhnya kepada anggotanya sehingga
dapat ditiru dan dilakukan demi kelangsungan hidup bersama. Makna
kepemimpinan menurut Copeland (1942), seperti yang dikupas dalam handout
Drs. Nunu yang berjudul Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan (2004:53),
kepemimpinan adalah seni berhubungan dengan orang lain, merupakan seni
mempengaruhi orang melalui persuasi dan contoh konkrit. Partisipasi masyarakat
juga dapat dilakukan dalam hal yang berkaitan dengan lingkungan seperti kasus
pengelolaan bank sampah yang terjadi di RW. 14 Kelurahan Tamansari Kota
Bandung. Teori kepemimpinan merupakan salah satu teori yang dapat digunakan
dan diintegrasikan dengan teori-teori lainnya yang salah satunya adalah teori
lingkungan. Menurut Mumford dalam handout Drs. Nunu yang berjudul
Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan (2004:54), bahwa kepemimpinan
muncul oleh kemampuan dan keterampilan yang memungkinkan dia memecahkan
masalah sosial dalam keadaan tertekan perubahan dan adaptasi.
Upaya anggota masyarakat dalam mendayagunakan lingkungannya seperti
memanfaatkan sampah sebagai sumber dana yang mempunyai nilai ekonomis dan
dapat di manfaatkan. Pemanfataan sampah yang bernilai ekonomis misalnya dapat
dijadikan kompos dan pakan ternak maupun kerajinan tangan. Adapun prinsip
utama yang digunakan dalam mengelola sampah adalah mencegah timbulnya
sampah, menggunakan ulang sampah serta mendaur ulang. Jika prinsip ini
dijalankan dengan benar dan konsisten, maka akan mendatangkan hasil akhir yang
mendatangkan manfaat ekonomi dan menjadikan lingkungan bersih. Jika
lingkungan bersih otomatis kesehatan masyarakat juga terjaga.
Namun merubah kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah seperti
prinsip diatas tidaklah mudah. Masyarakat kita secara kultural sudah terbiasa
membuang sampah langsung ke tempat pembuangan sampah. Bahkan banyak
ditemui, kebiasaan masyarakat kita yang seenaknya membuang sampah tidak pada
tempatnya. Beberapa masyarakat yang sadar lingkungan biasanya telah memilah
jenis sampah. Sampah basah dipisahkan dari sampah kering. Tetapi oleh petugas
pengangkut sampah, biasanya malah mencampur kembali sampah yang telah
dipilah tersebut. Hal ini terjadi, karena kebanyakan gerobak pengangkut sampah
tidak memiliki fasilitas pemisah sampah tersebut. Adapula warga masyarakat
yang mengumpulkan sampah kering untuk dijual, tetapi kegiatan ini belum
maksimal karena masih dilakukan secara individu dan tidak terkoordinir secara
terpadu.
Kondisi ini juga diperparah oleh belum adanya lembaga yang menangani
pengelolaan sampah dari hulu ke hilir atau secara keseluruhan/komprehensif yang
berkesinambungan dan yang mempunyai nilai tambah pada aspek sosial,
ekomomi, kesehatan dan lingkungan. Bila kurangnya lembaga yang menangani
pengelolaan sampah, rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat akan
kebersihan lingkungan, serta masih adanya sikap acuh oleh setiap tokoh
masyarakat, tidak adanya jiwa memimpin masyarakatnya sendiri untuk membuat
masyarakatnya peduli terhadap lingkungan niscaya lingkungan yang padat
penduduk terasa menjadi kumuh bila masalah lingkungan tidak segera teratasi,
bukan hanya itu, akibat masalah lingkungan seperti sampah yang tersebar di jalan-
jalan bahkan kurangnya penghijauan, dapat menganggu dan mengahambat aliran
air dan kurangnya daerah resapan air, sehingga mampu memicu timbulnya
bencana banjir pada musim penghujan, dan mungkin dapat di perparah oleh
tumbuhnya sarang penyakit yang mampu menjadi wadah penyakit bagi
masyarakat. Partisipasi masyarakat melalui pengelolaan bank sampah merupakan
salah satu upaya pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Rw. 14
seperti menabung di bank. Pada bank sampah, masyarakat menabung dalam
bentuk sampah yang sudah dikelompokkan sesuai jenisnya. Mereka juga
mendapatkan sejenis nomor rekening dan buku tabungan. Pada buku tabungan
mereka tertera nilai Rupiah dari sampah yang sudah mereka tabung dan memang
bisa ditarik dalam bentuk uang. Jadi tidak menabung sampah lalu menarik
sampah. Bank sampah nantinya akan bekerjasama dengan pihak yang
memerlukan sampah tersebut. Misalnya para pengepul barang-barang plastik,
kardus dan lain-lain. Demikian pula kerjasama dilakukan dengan pengolah pupuk
organik untuk menyalurkan sampah organik yang sudah ditabung. Pengelolaan
program bank sampah ini dilakukan pada tahun 2009 lalu dan berdiri pada tahun
2011 hingga saat ini.
Pada umumnya, masyarakat di wilayah perkotaan yang padat penduduk
masih membuang sampah sembarangan. Masyarakat tidak sadar akan kebersihan
lingkungannya. Hal tersebut berbeda dengan masyarakat yang tinggal di Rw. 14
Kelurahan Tamansari Kota Bandung. Mereka mampu secara rutin memisahkan
sampah yang organik dan non organik, maupun sampah yang berpotensi untuk
dibuat menjadi kerajinan tangan yang memiliki nilai jual, sampah yang mampu di
jual di bank sampah, serta kebersihan lingkungan seperti pembuatan biopori, dan
klenceng sampah di masing-masing rumah mereka. Tentu hal tersebut tidak
terlepas dengan adanya seorang pemimpin yang mampu memimpin mereka.
Seorang pemimpin dikatakan berhasil apabila adanya daya dukung dari partisipasi
masyarakatnya dan begitu pula sebaliknya. Seorang pemimpin bukan hanya
seorang tokoh masyarakat akan tetapi bisa seorang tokoh masyarakat atau dapat
pula seorang yang memiliki pengaruh tinggi atau keterampilan dan pengalaman
yang dimiliki. Lingkungan di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kota Bandung terlihat
sangat bersih dan rapih, walau lingkungan padat penduduk tersebut berada di
tengah kota dan tidak jauh dengan pusat perbelanjaan maupun persekolahan. Pada
mula berdirinya bank sampah yang terdapat di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kota
Bandung, masyarakat di RW itu melakukan kegiatan rutin selama 2 (dua) kali
dalam seminggu yakni setiap hari selasa dan jumat, akan tetapi saat ini
dalam menabung sampah pada hari selasa di pos yang telah ada di tempat
tersebut. Bila setiap daerah mampu membangun masyarakatnya untuk cinta akan
lingkungan baik seorang pemimpin yang mampu memimpin masyarakatnya
maupun masyarakat yang dengan sadar ikut berpartisipasi dalam memelihara
kebersihan lingkungan mampu memberikan dampak yang positif baik bagi
masyarakat maupun lingkungan dimana mereka tinggal. Pemimpin dalam hal ini
merupakan pihak yang mampu mengajak anggota masyarakat untuk andil dan ikut
serta menjaga dan melestarikan lingkungan melalui pemanfaatan sampah sehingga
dampak yang dihasilkan dapat dirasakan oleh anggota masyarakat itu sendiri
maupun lingkungan tempat tinggal mereka.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mencoba
meneliti bagaimana pemimpin pelopor mampu menggerakan partisipasi
masyarakat dalam program bank sampah di Rw. 14 kelurahan tamansari
kecamatan bandung wetan kota bandung.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan fakta yang terdapat di lapangan maka peneliti dapat
mengidentifikasi beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan, yaitu :
1. Masyarakat Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kota Bandung ini telah
mengetahui jenis-jenis sampah yang dapat dimanfaatkan kembali dan
sampah yang harus dikelola ke bank sampah, mereka juga secara
terjadwal dan secara sadar mengikuti kegiatan bank sampah yang secara
rutin seminggu sekali;
2. Program bank sampah yang dilakukan terhitung dari tahun 2009 dan
berdiri pada tahun 2011 hingga saat ini, serta kegiatan bank sampah
telah rutin pada hari dan waktu yang telah ditentukan;
3. Kegiatan menabung sampah dalam program bank sampah dilakukan
pada setiap hari selasa, sedangkan kegiatan menjual sampah ke pengepul
sampah dilakukan pada hari jumat; dan
4. Adanya seorang pemimpin yang dipercaya oleh masyarakat di Rw. 14
lingkungan pada umumnya, dan mengenai sampah pada khususnya yang
mampu menggerakan masyarakat.
Berdasarkan identifikasi dan uraian yang dipaparkan peneliti diatas maka
rumusan masalah yang akan ditentukan ialah “Apakah benar pemimpin pelopor
mampu menggerakkan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung ?”
Dalam memperjelas ruang lingkup penelitian, maka peneliti mengajukan
pertanyaan penelitian, meliputi :
1. Bagaimana gambaran/profil pemimpin pelopor dalam program bank
sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kota Bandung?
2. Bagaimana strategi yang dilakukan pemimpin pelopor dalam
menggerakkan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah di
Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung?
3. Bagaimana hasil penyelenggaraan program bank sampah di Rw. 14
Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung?
4. Bagaiamana social benefit dari program bank sampah di Rw. 14
Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Memperoleh gambaran mengenai gambaran/profil pemimpin pelopor
dalam program bank sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kota
Bandung
2. Memperoleh gambaran mengenai strategi yang dilakukan pemimpin
pelopor dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dalam program
bank sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung
Wetan Kota Bandung
3. Memperoleh gambaran mengenai hasil penyelenggaraan program bank
sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan
4. Memperoleh gambaran mengenai social benefit yang dihasilkan dalam
program bank sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan
Bandung Wetan Kota Bandung.
D. Manfaat/Signifikansi Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang akan diteliti oleh peneliti dalam hal ini,
meliputi :
1. Manfaat/Signifikansi dari Segi Teori
Melalui penelitian ini, mampu memperkuat teori dan/atau konsep baik
kepemimpinan dan/atau partisipasi masyarakat bagi peneliti dan praktikan
pendidikan luar sekolah terutama dalam hal memberdayakan dan
membangun masyarakat
2. Manfaat/Signifikansi dari Segi Kebijakan
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kebijakan bahwa
partisipasi dan kepemimpinan seseorang sangat berpengaruh dalam
pemeliharaan lingkungan, sehingga terciptanya lingkungan yang bukan
sekedar bersih akan tetapi sehat dan indah, dan apabila tidak diperhatikan
maka akan berdampak merugikan masyarakat itu sendiri
3. Manfaat/Signifikansi dari Segi Praktik
Melalui penelitian ini, diharapkan para praktik pendidikan terutama
pendidikan luar sekolah mampu memiliki jiwa kepemimipnan sehingga
mampu membangun keikutsertaan masyarakat dalam hal pendidikan
maupun pemberdayaan.
4. Manfaat/Signifikansi dari Segi Isu serta Aksi Sosial
Melalui penelitian ini, diharapkan mampu menggerakan hati masyarakat
untuk peduli lingkungan serta menggugah para organisasi masyarakat
untuk dapat melakukan aksi positif yang berhubungan dengan
pemeliharaan lingkungan, seperti penghijauan lingkungan, satu sampah
E. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam mempermudah penyusunan penulisan dan memperjelaskan
bagian-bagian atau sub-sub bab yang akan dibahas, maka penulis menyebutkan
sistematikan penulisannya sebagai berikut.
BAB I Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Penelitian, Identifikasi
dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan
Sistematika Organisasi Skripsi.
BAB II Kajian Teoritis Menjelaskan mengenai Konsep Kepemimpinan,
Konsep Partisipasi Masyarakat, Konsep Pembangunan Masyarakat dan
Konsep Bank Sampah.
BAB III Metode Penelitian terdiri atas Lokasi dan Subjek Populasi
Penelitian, Desain Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian,
Teknik Pengumpulan Data dan Alasan Rasionalnya dan Analisis Data.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Menjelaskan mengenai
Kondisi Objektif Masyarakat Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan
Bandung Wetan Kota Bandung, Identitas Informan, Deskripsi Hasil Penelitian
dan Pembahasan Hasil Penelitian.
BAB V Simpulan dan Saran terdiri dari Kesimpulan dari penelitian yang
menjawab pertanyaan penelitian, dan Saran atau Rekomendasi kepada para
pemimpin pelopor, masyarakat di rw. 14 yang bersangkutan dan peneliti
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini berlokasikan di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan
Bandung Wetan Kota Bandung. Alasan pemilihan lokasi telah diperjelas dalam
latar belakang maupun identifikasi masalah yang dapat disimpulkan bahwa lokasi
ini merupakan lokasi yang memiliki keunggulan dalam hal perubahan aspek
perilaku, sikap dan keterampilan anggota masyarakatnya dalam mengelolah
sampah, sehingga untuk mencapai prosesnya dan berjalan hingga sekarang
sebagai pemeliharaan dan kegiatan rutinnya disebut sebagai bank sampah.
Penelitian yang berjudul “Pemimpin Pelopor Sebagai Faktor Penggerak Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah Di Rw. 14 Kelurahan
Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung” ini merupakan penelitian
yang bersifat kualitatif deskriptif yang dilihat dari tujuan penelitiannya
menggambarkan atau mendeskripsikan gambaran/profil pemimpin pelopor,
strategi yang dilakukan pemimpin pelopor dalam menggerakan partisipasi
masyarakat, hasil penyelenggaraan program bank sampah di Rw. 14 Kelurahan
Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung serta social benefit yang
dihasilkan dari program bank sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan
Bandung Wetan Kota Bandung. Penelitian ini menggunankan metode kualitatif
dengan pengambilan sampel menggunakan purposive sample, yang dimaksud
dengan purposive sample (Sugiyono, 2012:300) adalah
Teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Maksud pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti
Selain itu, teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yaitu pedoman wawancara, observasi, dokumentasi dan
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Subjek penelitian dalam
penelitian ini ialah pemimpin pelopor atau pihak-pihak yang berpengaruh,
memberikan contoh dan membelajarkan masyarakat dalam hal pelestarian
lingkungan melalui bank sampah dan pemanfaatannya seperti, P1 yang
merupakan mantan sekertaris Rw. pada saat itu yang merupakan individu yang
mengerti akan pengelolaan dan pemanfaatan sampah, P2 yang mampu
menggerakkan ibu-ibu di Rw. tersebut, P3 sebagai individu yang memiliki jabatan
secara formal atau pemerintahan sebagai ketua Rw. pada saat itu yang
menggerakan anggota masyarakat untuk ikut andil dalam kegiatan bank sampah,
sedangkan informan penelitian dalam penelitian ini adalah R1 dan R2 yang
merupakan anggota masyarakat yang terstruktur dalam pengelolaan bank sampah
dan M1 dan M2 yang merupakan anggota masyarakat yang selalu ikut serta dalam
kegiatan bank sampah. Hal tersebut (pemilihan subjek penelitian) didukung oleh
pernyataan Spradley dalam Basrowi (2008: 188) mengenai pemilihan subjek
penelitian yang baik harus memperhatikan setidaknya tiga syarat, yaitu:
1. Mereka sudah cukup lama dan intensif menyatu dalam kegiatan atau
bidang kajian yang dijadikan penelitian,
2. Mereka terlibat penuh dengan kegiatan atau bidang tersebut, dan
3. Mereka memiliki cukup waktu untuk dimintai informasi.
Berdasarkan apa yang dipaparkan oleh Basrowi sesuai dengan pemilihan
subjek yang telah ditetapkan oleh peneliti dengan bantuan pihak setempat. Teknik
yang dilakukan peneliti dalam memilih dan mengetahui siapa yang pemimpin dan
siapa yang hanya anggota masyarakat yang mengikuti ialah melalui teknik
sosiometrik dan pemilihan subjek penelitian dilatarbelakangi oleh hasil
wawancara awal kepada anggota masyarakat dan bapak Rw. Jumlah informan
secara keseluruhan berjumlah 7 (tujuh) orang, dengan kriteria pemilihan :
1. P1 yang merupakan sekertaris Rw. pada saat itu yang merupakan individu
yang mengerti akan bagaimana proses pemanfaatan sampah dan
berpengaruh dalam mengajak warga untuk ikut menuju proses bank
2. P2 yang mampu menggerakkan ibu-ibu di Rw. tersebut sehingga para ibu
mampu mempelajari dan memanfaatkan sampah dapur melalui takakura
sehingga berdampah pada kesehatan lingkungan sekitar pula;
3. P3 merupakan individu yang memiliki jabatan secara pemerintahan yang
mampu mempengaruhi dan mengajak anggota masyarakat dalam kegiatan
serta kondisi masyarakat dan lingkungan sebelum dan sesudah adanya
program bank sampah karena secara jabatan beliau memiliki peran;
4. R1 yang merupakan anggota pengurus dari struktur kepengurusan
program bank sampah yang mengetahui segala hal yang berhubungan
dengan pengelolaan bank sampah;
5. R2 sebagai salah satu pengurus kegiatan bank sampah yang aktif
mengikuti kegiatan bank sampah;
6. M1 dan M2 yang merupakan anggota masyarakat yang aktif dan
mengikuti kegiatan bank sampah dari awal hingga akhir yang mengetahui
kinerja dari pemimpin pelopor dan angota masyarakat ini haruslah
seorang ibu-ibu karena ibu rumah tangga merupakan kunci utama yang
paling mengetahui dan berada di rumah (paling rajin) memilah dan
memilih sampah.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini memiliki desain penelitian yang dapat dijelaskan ke dalam
beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan,
yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini merupakan tahap awal dalam proses penelitian.
Tahapan ini adapat juga dikatakan sebagai tahap menemukenali kondisi
dan situasi tempat. Dalam tahap ini peneliti harus melakukan observasi
awal atau studi pendahuluan untuk melihat kondisi dan situasi di Rw. 14
Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung ini. atas
rekomendasi seorang rekan, peneliti mendapatkan tempat yang dapat
dikaji atau diteliti sebagai penelitian. Setelah adanya observasi awal,
membuat proposal penelitian. Proposal penelitian diteliti dan disetujui
oleh dosen pembimbing dan di revisi oleh peneliti. Setelah proses revisi
proposal usai, maka peneliti membuat perijinan yang tentunya
membutuhkan tenaga dan waktu. Proses perijinan dilakukan dengan
membuat Surat Keputusan (SK) yang akan di proses di akademik dan
BAK (Balai Akademik Kemahasiswaan) yang selanjutnya dikirim ke
Balai Kota Bandung ke bagian badan pemberdayaan masyarakat, setelah
dari itu, barulah ke kecamatan bandung wetan dan kelurahan tamansari.
Kemudian setelah alur perijinan usai pada tahap kelurahan, selanjutnya
dikirim ke pihak Rw yang bersangkutan yaitu Rw. 14 dan dapat segera
melakukan penelitian atau kaji lapangan. Peneliti juga mempersiapkan
pedoman intrumen wawancara dan observasi yang tentu sebelumnya telah
dibimbingkan dengan dosen pembimbing untuk mengumpulkan data yang
sebelumnya telah ditetapkan sampel penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap penggalian informasi
sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian (sampel
penelitian). Tahap ini juga dapat disebut sebagai tahap klimaks dari
penelitian karena pada tahap ini peneliti memperoleh dan mengumpulkan
data melalui pedoman wawancara dan observasi yang sebelumnya telah
dipersiapkan pada tahap persiapan dan disetujui oleh dosen pembimbing.
Pedoman wawancara dan observasi berisi pertanyaan dan hal-hal apa
sajakah yang perlu ditanyakan dan diamati sesuai dengan tujuan
penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Bila perolehan data telah
usai baik melalui tahap wawancara maupun observasi maka selanjutnya
menganalisis data, dengan gambaran singkat mendeskripsikan hasil fakta
dilapangan akan pemimpin A lalu bagaimana temuannya sehingga
masyarakat mampu berpartisipasi dalam kegiatan bank sampah, begitu
3. Tahap Pelaporan
Tahap pelaporan merupakan tahap penyesuaian data dari informan utama
atau kunci yang disesuaikan dengan data dari informan triangulan. Hal
ini dapat dikatakan sebagai sebagai teknik pengolahan data atas
pengumpulan data yang bersifat triangulasi. Tujuan dari penyesuaian
tersebut ialah untuk mengkonfirmasi hasil wawancara atau observasi
yang bukan hanya dari satu pihak dalam penelitian. Dalam tahap ini,
selain melakukan pengolahan data yang bersifat triangulasi, peneliti juga
melakukan bimbingan dan melaporkan hasil temuannya di lapangan
dengan dosen pembimbing. Hasil temuan lapangan berupa hasil
wawancara dan hasil observasi selama proses penelitian berlangsung.
C. Metode Penelitian dan Justifikasi
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode deskriptif karena, dilihat dari tujuan metode deskriptif itu sendiri. Menurut
Nazir (2005:54), metode deskriptif adalah :
Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.
Penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif, karena peneliti ingin mengetahui penerapan strategi pemimpin pelopor
dalam menumbuhkan keikutsertaan anggota melalui program bank sampah secara
lebih mendalam. Gejala sosial sering tidak dapat dipahami hanya dengan melihat
tindakan atau mendengar ucapan seseorang dan setiapan ucapan dan tindakan
seseorang memliki makna tertentu. Oleh karenanya, penelitian dengan meneliti
aspek gejala sosial yang tampak ini amatlah sesuai dengan menggunakan teknik
atau pendekatan kualitatif. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sugiyono
(2012:35) yang menyatakan beberapa hal karakteristik metode kualitatif yaitu;
untuk memahami makna dibalik data yang tampak, untuk memahami interaksi
tentunya menggunakan teknik pengumpulan data triangulasi/gabungan karena
data sosial sering sulit dipastikan kebenarannya. Selain itu, untuk melihat
penelitian ini kualitatif dapat dilihat dari variabel yang ditelitinya yaitu antara
pemimpin pelopor dengan partisipasi masyarakat dapat saling mempengaruhi atau
lebih bersifat interaktif. Seorang pemimpin dikatakan berhasil apabila adanya
daya dukung dari partisipasi masyarakatnya begitu pula sebaliknya bahwa
anggota masyarakat akan berpartisipasi apabila adanya pengaruh atau persuasi
dari seorang pemimpin. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh
Sugiyono (2012:19) bahwa dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik dan
lebih menekankan pada proses, maka penelitian kualitatif dalam melihat
hubungan antar variabel pada objek yang diteliti lebih bersifat interaktif yaitu
saling mempengaruhi. Dilihat dari kemungkinan generalisasinya (Sugiyono,
2012:19) yaitu bahwa generalisasi dalam penelitian kualitatif memilki arti hasil
penelitian kualitatif dapat ditransferkan atau diterapkan di tempat lain, manakala
kondisi tempat lain tersebut tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian. Adapun
metode penelitian kualitatif itu sendiri memiliki arti sebagai berikut.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekannkan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2012:15)
Dalam pemilihan sampel, penelitian ini menggunakan teknik sampling,
Nonprobability sampling, atau yang berarti teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2012:122). Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan purposive sample. yang dimaksud dengan purposive
sample (Sugiyono, 2012:300) adalah
penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti
Adapun alasan menggunakan teknik pengambilan sampel dengan purposive
sample yaitu dengan dapat melihat ciri-ciri khusus purposive sample menurut
Licoln dan Guba (1985) yang dikuti dalam (Sugiyono, 2012:301) yaitu :
1. Emergent sampling design/sementara;
2. Serial selection of sample units/menggelinding seperti bola salju (snow ball);
3. Continuous adjustment or ‘focusing’ of the sample/disesuaikan dengan
kebutuhan; dan
4. Selection to the point of redundancy/dipilih sampai jenuh.
Selain itu, teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yaitu triangulasi. Triangulasi mempunyai arti (Sugiyono,
2012:330) yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam
pengumpulan datanya, peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara
mendalam dan dokumentasi.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini digunakan untuk menghindari
kesalahpahaman dalam menginterpretasikan istilah-istilah yang digunakan, maka
dari itu, diuraikan dalam bentuk penjelasan sebagai berikut :
1. Menurut Rahardjo (2006:128) dalam bukunya yang berjudul “Membangun
Desa Partisipatif”, beliau mengungkapkan bahwa kepemimpinan
(leadership) adalah kemampuan memimpin, mengorganisasi, atau
menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan. Pemimpin Pelopor dimaksud dalam penelitian
ini merupakan seseorang atau lebih yang mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota
Bandung dalam memberikan pengetahuan, mengajak, membelajarkan, serta
memberikan contoh kepada anggota masyarakat di Rw. 14 mengenai
melalui pemanfaatan sampah sehingga berdampak pada kebersihan dan
kesehatan lingkungan serta mengubah perilaku masyarakat untuk dapat
peduli dan peka terhadap lingkungan.
2. Secara konseptual, menurut Rahardjo Adisasmita dalam bukunya yang
berjudul “Membangun Desa Partisipatif” (2006:34), mengatakan bahwa
partisipasi masyarakat adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam
pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan
(implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan di dalam
masyarakat lokal. Dalam penelitian ini, partisipasi masyarakat yang
dimaksud adalah upaya yang dilakukan bersama-sama oleh setiap anggota
masyarakat dalam hal pembangunan dan pemberdayaan masyarakat itu
sendiri guna memandirikan dan merubah perilaku masyarakat.
3. Menurut Sanjaya (2008:293), strategi adalah upaya atau cara yang
digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam
mencapai tujuan. Dalam penelitian ini, strategi yang dimaksud adalah
pendekatan, metode, dan/atau teknik yang dilakukan pemimpin pelopor
dalam menggerakan partisipasi masyarakat (mengikutsertakan masyarakat
dalam kegiatan bank sampah). Karena pada dasarnya pendekatan dan
metode merupakan bagian dari strategi yang menurut Sanjaya (2008:294),
metode dapat digunakan untuk merealisasikan strategi yang ditetapkan.
4. Menurut Sudjana (2006:89), hasil (output) adalah lulusan program
pendidikan luar sekolah yang mencakup perubahan tingkah laku peserta
didik meliputi ranah afeksi, kognisi dan psikomotor. Dalam penelitian ini,
hasil atau output yang diteliti merupakan masyarakat atau nasabah program
bank sampah yang mengikuti kegiatan bank sampah dan telah mendapatkan
ilmu (pengetahuan) dari para pemimpin pelopor yang dilihat dari aspek
kognitif, afektif dan psikomotor, sehingga mampu meningkatkan
pendapatan dan mampu menyebarluaskan pengetahuannya kepada
khalayak umum sebagai hasil akhirmya.
5. Menurut Sudjana (2006:90) pengaruh (outcome atau impact) merupakan
kesejahteraan hidup lulusan yang ditandai dengan perolehan pekerjaan atau
berwirausaha, peningkatan pendapatan, kesehatan, pendidikan dan
penampilan diri, saling membelajarkan pada orang lain dan dirasakan
manfaatnya oleh lulusan dan peningkatan partisipasinya dalam kegiatan
sosial di masyarakat. Social benefit dalam penelitian ini adalah adanya
dampak yang dihasilkan oleh masyarakat Rw. 14 Kelurahan Tamansari
Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung seperti peningkatan pendapatan
dan keinginan untuk membelajarkan orang lain.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, instrumennya adalah orang atau human
instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka
peneliti harus memiliki bekal wawasan dan teori yang luas, sehingga mampu
bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkostruksi situasi sosial yang diteliti
menjadi lebih jelas dan bermakna. Makna instrumen penelitian kualitatif adalah
orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri adalah peneliti harus
mampu menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan
data, dan membuat kesimpulan atas temuannya tersebut.
Dalam memperjelas fokus penelitian, maka instrumen penelitian dalam
penelitian kualitatif harus mampu melengkapi data dan membandingkan data yang
telah ditemukan di lapangan. Data yang ditemukan dilapangan dapat digunakan
melalui pedoman wawancara, observasi maupun dokumentasi. Analisis data yang
dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan
dan kemudian dikonstruksikan menjadi sebuah teori.
F. Proses Pengembangan Instrumen
Adapun proses pengembangan instrumen selama pembuatannya yaitu :
1. Membuat kisi-kisi atas pedoman wawancara maupun observasi;
2. Membuat atau menjabarkan kisi-kisi kedalam pedoman wawancara dan
pedoman observasi;
3. Melaporkan pedoman wawancara dan observasi yang telah dibuat peneliti
4. Bila terdapat perbaikan, maka peneliti harus merevisi kembali; dan
5. Bila revisi pedoman wawancara dan observasi usai dilakukan, maka
kembali dilaporkan kepada dosen pembimbing, begitu pula seterusnya
hingga mendapat persetujuan dosen; dan
6. Turun kelapangan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dengan
menggunakan pedoman wawancara dan observasi yang telah disiapka dan
disetujui sebelumnya.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Wawancara (Interview)
Teknik wawancara dipergunakan karena peneliti ingin lebih secara
mendalam mengetahui hal-hal dari pihak informan. Karena penelitian
berbasis studi deskriptif maka wawancara dilakukan dengan pengambilan
sampel (purposive sample) yaitu dengan subjek penelitiannya adalah
informan P1, P2 dan P3 serta informan penelitiannya adalah R1 dan R2
serta M1 dan M2.
2. Pengamatan (Observation)
Observasi digunakan oleh peneliti dalam teknik pengumpulan data karena
penelitian berkenaan dengan proses kegiatan dalam lembaga yang
dilakukan bersama-sama baik dengan peserta maupun pihak penyelenggara.
Jika melalui wawancara, peneliti hanya dapat mendapatkan informasi
melalui responden, maka melalui teknik observasi, peneliti mampu melihat,
mendengarkan, dan merasakan langsung kegiatan yang sedang dilakukan
dan perilaku yang terjadi sesuai dengan fokus kajian penelitian. Observasi
yang dilakukan oleh peneliti dalam meneliti bagaimana perilaku sehari-hari
masyarakat Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota
Bandung dalam hal menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan serta
keikutsertaannya dalam pengelolaan bank sampah.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan proses pengumpulan dokumen-dokumen,
referensi kajian penelitian dan sebagai bukti telah dilakukannya kegiatan
penelitian. Studi dokumentasi bersifat primer mempunyai arti bahwa
dokumen yang didapatkan berasal langsung diterima dari proses
pengamatan di lapangan, sedangkan studi dokumentasi bersifat sekunder
mempunyai arti yaitu data atau dokumen yang didapatkan berasal dari
lembaga atau satuan tempat penelitian. Dalam hal ini, dokumen bukan
hanya berupaka data, melainkan gambar, poto kegiatan, catatan-catatan dan
hal-hal lainnya yang mampu mendukung berjalannya proses pengumpulan
data dalam penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Setelah data didapatkan dari lapangan maka tugas peneliti ialah
menganalisis data dengan tujuan mengambil hal-hal yang penting dalam
menjawab rumusan masalah. Analisis data meliputi tiga unsur (Sugiyono,
2012:341-345) yaitu :
1. Data reduction (reduksi data), data yang didapatkan dari lapangan
jumlahnya cukup banyak untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci.
Pencatatan hal ini dinamakan dengan reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya dan membuang hal yang tidak perlu,
sehingga mampu memberikan gambaran yang lebih jelas dan terperinci
mempermudah peneliti untuk pengumpulan data selanjutnya.
2. Data display (penyajian data), setelah mereduksi data, maka tahap
selanjutnya ialah menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya, dengan tujuan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
3. Conclusion drawing/verification, merupakan langkah ketiga dalam analisis
data kualitatif. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
1. Gambaran/Profil Pemimpin Pelopor
Gambaran/profil pemimpin pelopor dalam program bank sampah di Rw. 14
Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung yakni :
1) Mereka yang mampu memberikan contoh yang baik kepada masyarakat
khususnya mengenai sampah dan kebersihan lingkungan;
2) Mereka yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas
mengenai sampah dan kebersihan lingkungan;
3) Mereka yang mampu mengajak dan membelajarkan masyarakat
mengenai sampah dan kebersihan lingkungan seperti membelajarkan
takakura, biopori dan membuat aneka kerajinan tangan berbahan dasar
sampah plastik menjadi buah tangan yang unik seperti tas, tempat tisu
dan sebagainya; serta
4) Mereka yang mampu membimbing masyarakat untuk menjaga dan
melestarikan kebersihan lingkungan.
Sosok pemimpin pelopor dalam program bank sampah di Rw. 14 Kelurahan
Tamansari kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung merupakan sosok guru bagi
masyarakat di Rw. 14, karena dalam prinsip membelajarkannya, sosok para
pemimpin pelopor dalam program bank sampah ini tidak memaksakan, dari
belakang mereka mendorong masyarakat untuk mencintai sampah, dari depan
mereka mengayomi dan memberikan pengetahuan, dan dari samping mereka
mengemong atau membimbing masyarakat Rw. 14. Hal ini sesuai dengan prinsip
pembelajaran Ki Hajar Dewantara yaitu prinsip pendidikan berdasarkan sistem
among atau dikenal dengan istilah Tut Wuri Handayani.
2. Strategi yang dilakukan pemimpin pelopor dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah
Strategi atau cara yang dilakukan pemimpin pelopor dalam menggerakkan
para pemimpin pelopor ini (P1, P2 dan P3) dalam menggerakkan partisipasi
masyarakat masyarakat menggunakan cara-cara demokratis dan menentukan key
person atau kunci utama sasaran pembelajaran, sehingga secara perlahan
masyarakat memahami mengenai pemanfaatan sampah dan lingkungan.
Jenis partisipasi yang dilakukan masyarakat dalam program bank sampah di
Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung
termasuk jenis partisipasi terinduksi (adanya pengaruh dari pihak lain) maupun
partisipasi spontan (adanya keinginan untuk ikut serta), sehingga bila peneliti
menarik garis benang merahnya maka rumusan penelitian yang peneliti rumuskan
yakni “Apakah benar kepemimpinan pelopor mampu menggerakkan partisipasi
masyarakat dalam program bank sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari
Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung” sudah terjawab dengan benar yaitu
bahwa kepemimpinan pelopor memang benar mampu menggerakkan partisipasi
masyarakat.
3. Hasil Penyelenggaraan Program Bank Sampah
Hasil penyelenggaraan program bank sampah dapat dilihat dari aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik, yang dapat disimpulkan diantaranya, secara
kognitif, masyarakat mengetahui pemanfaatan dan pemilahan sampah, secara
afektif, masyarakat peka terhadap kebersihan lingkungan, selalu mengingatkan
antar tetangga, percaya diri, serta bertanggungjawab dalam menjaga kebersihan
lingkungan tempat tinggalnya dan secara psikomotor, masyarakat sudah mampu
menerapkan perilaku bersih dalam keluarga, menggunakan takakura dan biopori,
serta mendaurulang sampah menjadi kerajinan tangan.
4. Social Benefit Program Bank Sampah
Hasil akhir atau social benefit dari program bank sampah, masyarakat di
Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung setelah
mendapatkan ilmu dari para pemimpin pelopor mengenai pemanfaatan sampah
seperti takakura, biopori, kerajinan tangan, dan hal yang berkaitan dengan
lingkungan, masyarakat mampu menambah pendapatan keluarga dengan menjual
hasil dari pemanfaatan sampah serta percaya diri untuk memberikan informasi
B. Saran
Adapun saran yang dapat peneliti berikan dalam bab ini, sebagai berikut.
1. Bagi Para Pemimpin Pelopor di Rw. 14 Kelurahan Tamansari
Saran ini khusus peneliti berikan bagi para pemimpin pelopor di Rw 14
Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung ini diharapkan
selalu mengawasi warga masyarakatnya untuk selalu menjaga dan mencintai
lingkungan. Selain itu, para pemimpin pelopor dalam program bank sampah ini
juga disarankan mampu mengupayakan cara lain sehingga dapat bekerjasama
dengan pihak luar dan bahkan pemerintah untuk membantu pengembangan sarana
dan prasarana di Rw. 14 ini.
2. Bagi Masyarakat Rw. 14 Kelurahan Tamansari
Saran yang peneliti berikan selanjutnya diperuntukan bagi masyarakat di
Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung ini
diharapkan ilmu yang diperoleh dari para pemimpin pelopor dalam program bank
sampah mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan ditularkan kembali
baik itu kepada keluarga, kerabat, teman baik di dalam lingkungan Rw. 14 itu
sendiri maupun di luar lingkungan Rw. 14, sehingga tidak secara langsung
mampu memberikan nama baik bagi Rw 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan
Bandung Wetan Kota Bandung itu sendiri.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Saran yang peneliti berikan selanjutnya adalah bagi peneliti selanjutnya.
Bagi peneliti berikutnya disarankan untuk mempelajari hal yang sama, kondisi
masyarakat yang sama dengan karakteristik yang sama pula namun dengan
pendekatan yang berbeda, bila dalam penenlitian ini digunakan pendekatan
kualitatif, maka bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Adisasmita, R. (2006). Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta : Graha Ilmu
Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Basrowi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta. Jakarta
Danim, S. (2004). Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta : Rineka Cipta
Daryanto. (2010). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Djohani, R. (2003). Partisipasi Pemberdayaan, dan Demokratisasi Komunitas. Bandung : Studio Driya Media
Fahrudin, Adi dkk. (2005). Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan Kapasitas
Masyarakat. Bandung : Humaniora
Gerungan, (2009). Psikologi Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama
Mardikanto, T., dan Soebiato, P. (2012). Pemberdayaan Masyarakat. Bandung : Alfabeta
Mustofa, K. (2009). Pendidikan Non Formal. Bandung : Alfabeta
Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia
Nazsir, N. (2008). Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan. Bandung : Widya Padjajaran
Pasolong, H. (2008). Kepemimpinan Birokrasi. Bandung : Alfabeta
Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Shochib, Moh. (2010). Pola Asuh Orang Tua. Jakarta : Rineka Cipta
Siagaan, S. (1988). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Rineka Cipta
Soekanto, S. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta
Sumber Lain:
Olim, Ayi. (1998). Kemampuan Membelajarkan Diri Pemuda Pelopor dan
Pengembangannya. Bandung : PLS UPI. Disertasi PLS UPI
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 Tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat
UU SISDIKNAS pendidikan non formal no. 20 Tahun 2003
Sirodjuddin, K., dan Heryanto, N. (2004). Dinamika Kelompok dan
Kepemimpinan. Bandung : Laboratorium PLS FIP UPI
Subejo. (2005). “Kerangka Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan Menuju
Pembangunan yang Berkelanjutan”. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 1, (1),
17-32.
Subrata, K., Sirodjuddin, K., dan Heryanto, N. (1998). Dinamika Kelompok,
Morale Kelompok dan Kepemimpinan Kelompok. Bandung :
Laboratorium PLS FIP UPI
Sumber Internet:
Anshori. (2009). Pengertian Pengembangan Masyarakat (Community
Development). Tersedia :
http://anshorfazafauzan.blogspot.com/2009/06/pengertian-pengembangan-masyarakat.html [27 September 2013]
Itfan. (2012). Apa itu Bank Sampah? Dan apa manfaatnya?. Tersedia : http://itfanweb.blogspot.com/2012/04/apa-itu-bank-sampah-dan-apa-manfaatnya.html [30 November 2013]
Vionicasari. (2011). Gerakan 4R. Tersedia :