• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMIMPIN PELOPOR SEBAGAI FAKTOR PENGGERAK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANK SAMPAH DI RW. 14 KELURAHAN TAMANSARI KECAMATAN BANDUNG WETAN KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMIMPIN PELOPOR SEBAGAI FAKTOR PENGGERAK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANK SAMPAH DI RW. 14 KELURAHAN TAMANSARI KECAMATAN BANDUNG WETAN KOTA BANDUNG."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

TAMANSARI KECAMATAN BANDUNG WETAN KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Disusun Oleh

LUPY DWI SEPTA SATRIA 0901187

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

0901187

PEMIMPIN PELOPOR SEBAGAI FAKTOR PENGGERAK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANK SAMPAH DI RW. 14 KELURAHAN

TAMANSARI KECAMATAN BANDUNG WETAN KOTA BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

PEMBIMBING I

Drs. NunuHeryanto, M.Si. NIP. 19560810 198101 1 001

PEMBIMBING II

Dr. IipSaripah, M.Pd. NIP. 19701210 199802 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

(3)

Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul "Pemimpin Pelopor Sebagai Faktor Penggerak Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah Di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung" ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2014

Yang membuat pernyataan,

Lupy Dwi Septa Satria

(4)

Ii

ABSTRAK

Lupy Dwi Septa Satria (2009), Pemimpin Pelopor Sebagai Faktor Penggerak Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah di Rw. 14 Kelurahan

Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung

Permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pemimpin pelopor dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh data mengenai : 1) Gambaran/profil pemimpin pelopor dalam program bank sampah; 2) Strategi yang dilakukan pemimpin pelopor dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah; 3) Hasil penyelenggaraan program bank sampah; dan 4) Social Benefit program bank sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung.

Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsep kepemimpinan, konsep partisipasi masyarakat, konsep pembangunan masyarakat, dan konsep bank sampah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, triangulasi dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah tiga pemimpin pelopor, sedangkan informan penelitiannya adalah dua pengurus program bank sampah, dan dua nasabah dari program bank sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung.

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan, maka diperoleh (1) gambaran/profil pemimpin pelopor, yaitu dari ketiga pemimpin pelopor memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas terutama mengenai pemanfaatan sampah dan lingkungan, aktif dalam kegiatan peduli lingkungan, dan mudah bersosialisasi dengan masyarakat, sehingga dipercaya sebagai guru bagi masyarakat. (2) strategi yang dilakukan pemimpin pelopor dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah, diantaranya: melakukan musyarawarah dalam berbagai hal, membelajarkan orang lain, mempraktekan cara pemanfaatan sampah dan memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. (3) hasil penyelenggaraan program bank sampah, diantaranya: kemampuan mengenal jenis sampah, memahami pemanfaatan sampah seperti takakura dan biopori, percaya diri dan disiplin dalam menjalankan pola hidup bersih, serta menerapkan pola hidup bersih dalam keluarga. (4) social

benefit dari program bank sampah, diantaranya masyarakat mampu menjual hasil

pengolahan sampah melalui takakura, biopori dan kerajinan tangan untuk menambah pendapatan keluarga, serta mampu membelajarkan orang lain.

(5)

Ii

ABSTRAK

Lupy Dwi Septa Satria (2009), Leaders Of The Pioneers As The Mobilization Factor Of Community Participation in Program Bank Sampah at Rw. 14

Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung

The problem in this study is to know the role of pioneer leader to mobilize community participation in program bank sampah at Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung. The purpose of this study is to obtain data on: 1) description / profile leader of pioneer in program bank sampah; 2) Strategies conducted a leader of pioneer in moving community participation in program bank sampah; and 3) The results of the implementation of program bank sampah; and 4) Social Benefit in program bank sampah at Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung.

The study of theory used in this research is the concept of leadership, the concept of community participation, the concept of community development, and the concept of bank sampah.

This study used a qualitative approach with descriptive methods. Data collection techniques used were interviews, observation, triangulation and documentation. The subjects were three leaders of the pioneers, while the research informants are two officer of program bank sampah, and two customers of program bank sampah in Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung.

Based on the data processing and discussion, it is obtained (1) a description / profile pioneer leader, which of the three pioneer leaders have extensive experience and knowledge, especially regarding the use of waste and the environment, active in the care environment, and easy to socialize with people, so it is believed to be teachers for the community. (2) strategies conducted a pioneer leader in mobilizing community participation in program bank sampah, including: conduct these meetings in a variety of ways, to teach the others, practice how to use the trash and give a good example to the community. (3) the results of the administration of program bank sampah, among others: the ability to know the type of waste, such as utilization of garbage understand Takakura and biopori, confidence and discipline in running a clean lifestyle, as well as implementing a clean life in the family. (4) the social benefits of program bank sampah, such communities are able to sell their waste through Takakura, biopori and crafts to supplement the family income, and able to teaching the others.

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMAKASIH ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR BAGAN ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Struktur Organisasi Skripsi ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Kepemimpinan ... 1. Definisi Kepemimpinan ... 2. Syarat Pemimpin ... 3. Pemimpin Pelopor ... 4. Tipe-tipe Kepemimpinan ... 5. Gaya Kepemimpinan ... 6. Keterampilan Kepemimpinan ... 7. Sifat dan Ciri Pemimpin dalam Melakukan Kepemimpinan B. Konsep Partisipasi Masyarakat ...

1. Definisi Partisipasi Masyarakat ... 2. Lingkup dan Bentuk-bentuk Partisipasi ... 3. Tingkatan Partisipasi ... 4. Derajat Kesukarelaan dan Jenis Partisipasi ... 5. Syarat Tumbuhnya Partisipasi Masyarakat ... C. Konsep Pembangunan Masyarakat ... D. Konsep Bank Sampah ...

1. Pengertian Bank Sampah ... 2. Tujuan dan Manfaat Bank Sampah ... 3. Cara Kerja ...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian ... B. Desain Penelitian ... C. Metode Penelitian dan Justifikasi ... D. Definisi Operasional ... E. Instrumen Penelitian ...

(7)

F. Proses Pengembangan Instrumen ... G. Teknik Pengumpulan Data ... H. Teknik Analisis Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian ... 1. Lokasi dan Kondisi Administratif Rw 14 Kelurahan

Tamansari ... 2. Sejarah Singkat Program Bank Sampah ... 3. Kepemimpinan di Rw. 14 Kelurahan Tamansari

Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung ... B. Identitas Informan Penelitian ... C. Deskripsi Hasil Penelitian ... B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 1. Gambaran/Profil Kepemimpinan Pelopor ... 2. Strategi yang dilakukan kepemimpinan pelopor dalam

menggerakkan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah ... 3. Hasil Penyelenggaraan Program Bank Sampah ... 4. Social Benefit Program Bank Sampah ...

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ... RIWAYAT HIDUP ...

72 73 74

75

75 79

81 82 86 118 119

126 141 147

(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masyarakat merupakan satu kesatuan individu yang hidup dalam satu

wilayah tertentu yang beragam baik dari jenis kelamin, usia, status sosial

ekonomi, adat istiadat, agama, dan lain sebagainya. Masyarakat dapat juga

dikatakan sebagai tiap-tiap individu yang hidup di suatu daerah atau wilayah

tertentu yang memiliki perbedaan usia, baik mulai dari bayi atau balita,

anak-anak, remaja, orang dewasa hingga manula atau manusia lanjut usia serta

perbedaan dari segi status sosial ekonominya. Setiap masyarakat memiliki ciri

khas yang berbeda-beda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang

lainnya baik dilihat dari wilayahnya, adat istiadatnya maupun kebutuhannya.

Dalam setiap masyarakat pasti kita semua mengenal dengan adanya

pemimpin, seperti ketua rukun warga, ketua rukun tetangga, dan tokoh

masyarakat lainnya. Masyarakat identik dengan adanya interaksi sosial antara

masing-masing anggota masyarakat maupun anggota masyarakat dengan

pemimpin dalam masyarakat itu sendiri. Dalam setiap masyarakat tentu perlu

adanya tokoh masyarakat atau agen perubah sosial sehingga mampu membuat

masyarakat menjadi maju dan berkembang. Menurut Soekanto (2007:272),

Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang

diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang

hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang

menghendaki perubahan dinamakan Agent of change, yaitu seseorang atau

sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin

satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Dengan kata lain, tokoh

masyarakat dapat juga dikatakan sebagai agen perubahan sosial yang telah

memiliki pengalaman dan memiliki kepercayaan oleh setiap anggota masyarakat.

Kebutuhan merupakan sesuatu hal yang harus dipenuhi dalam hidup dan

kehidupan baik individu maupun kelompok. Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa

(9)

kebutuhan dari masing-masing individu, akan tetapi adapula kebutuhan yang

dirasakan oleh bersama masyarakat. Kebutuhan yang dirasakan bersama terjadi

manakala ada permasalahan yang timbul dan dirasakan bersama oleh setiap

individu dalam masyarakat. Permasalahan dapat mengacu ke dalam berbagai

aspek, seperti permasalahan ekonomi, lingkungan, sosial, agama dan sebagainya

sesuai dengan apa yang dirasakan oleh masyarakat tersebut. Semakin

berkembangnya kehidupan, maka kebutuhan masyarakat pun semakin kompleks.

Semakin berkembanganya IPTEKS (Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni)

dalam kehidupan masyarakat, maka semakin tinggi pula permasalahan yang

terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Melalui permasalahan itulah,

mereka butuh untuk menyelesaikan dan mencari solusinya secara bersama-sama,

sehingga dengan mudah mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul dan

dirasakan bersama. Kebutuhan yang timbul karena adanya permasalahan yang

dialami bersama disebut sebagai kebutuhan kelompok atau kebutuhan bersama.

Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha yang dilakukan oleh berbagai

pihak dan secara bersama-sama dalam membelajarkan peserta didik sehingga

mereka (peserta didik) memiliki potensi akademik maupun non akademik dalam

kehidupannya. Pendidikan seyogianya merangkul semua lapisan masyarakat.

Pendidikan pada hakikatnya tidak perlu dilakukan didalam kelas, akan tetapi

makna dari pendidikan itu sendiri ialah menyampaikan informasi yang bersifat

mendidik (interaksi edukatif) dari seseorang kepada seseorang demi terjadinya

perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan dan dilakukan kapanpun,

dimanapun dan oleh siapapun. Makna arti pendidikan diatas merupakan makna

dari pendidikan luar sekolah. Berdasarkan UU SISDIKNAS pendidikan non

formal no. 20 Tahun 2003, yakni :

“Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik” (pasal 26 ayat 3)

Pendidikan luar sekolah memberikan layanan yang bersifat mendidik,

membangun, dan memberdayakan masyarakat berdasarkan kebutuhan dan

(10)

sesuai dengan pernyataan Kamil dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Non Formal” (2009:48) yang menyatakan bahwa :

Masyarakat sebagai sasaran pendidikan non formal terdiri dari dua yaitu masyarakat sebagai sumberdaya pembelajaran dan masyarakat sebagai sasaran pembelajaran. Sebagai sumberdaya pembelajaran, peran masyarakat dapat dilihat dari daya dukung terhadap implementasi dan pengelolaan program, serta pengembangan program di masa depan. Sedangkan peran masyarakat sebagai sasaran, dapat dilihat dari tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai program yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan, keterampilan dan kualitas diri.

Dalam memberikan pelayanan pendidikannya, tenaga pendidikan luar

sekolah harus menganalisis kebutuhan yang diinginkan oleh setiap individu atau

kelompok. Berdasarkan hal diatas maka para penyusun kebijakan membuat

program yang disesuaikan dengan kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat,

karena pada hakikatnya program-program yang diselenggarakan sesuai dengan

kebutuhan dan/atau permasalahan yang ada merupakan program-program yang

sifatnya memberdayakan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat bukan hanya ditujukan pada sekelompok orang,

namun mencakup semua lapisan masyarakat dari berbagai kalangan masyarakat

yang berangkat atas ketidakadilan dari faktor kekuasaan dan kebijakan (regulasi).

Fahrudin (2005:19) menyatakan bahwa :

Model pemberdayaan mencakup tiga hal yakni strategi atau pendekatan Mikro (individu) melalui bimbingan konseling, strategi atau pendekatan Mezzo (kelompok atau Peer Group) melalui pendidikan pelatihan dan dinamika kelompok, serta strategi atau pendekatan Makro (komunitas dan masyarakat) melalui Pengorganisasian masyarakat, aksi sosial, kebijakan sosial dan sebagainya.

Pemberdayaan merupakan salah satu upaya yang mampu meningkatkan

kemandirian masyarakat guna meningkatkan perekonomian masyarakat yang

dapat dilakukan melalui berbagai bentuk atau cara (strategi) pemberdayaan. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan Deliveri (2004a) mengenai proses

pemberdayaan, bahwa proses pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses

yang bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan

taraf hidupnya sendiri dengan menggunakan dan mengakses sumberdaya setempat

(11)

Pada hakikatnya pemberdayaan memiliki dua definisi, yaitu pemberdayaan

yang dilakukan melalui pemberian fasilitas atau bantuan, sehingga masyarakat

menjadi berdaya seperti yang dilakukan oleh pemerintah, maupun pemberdayaan

yang dilakukan melalui proses yang bertahap untuk mendorong dan memotivasi

tiap individu atau kelompok sehingga mereka memiliki minat dan kemauan dalam

belajar dan bekerja. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Priyono dan Pranakan

(Fahrudin, Adi, 2005:48), bahwa proses pemberdayaan mengandung dua

kecenderungan, yaitu kecendurangan primer dan sekunder. Kecenderungan primer

berarti proses pemberdayaan menekankan proses memberikan atau mengalihkan

sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu

menjadi lebih berdaya. Sedangkan kecenderungan sekunder melihat

pemberdayaan sebagai proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu

agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang

menjadi pilihannya. Pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya dilakukan oleh

masyarakat, untuk masyarakat, oleh masyarakat dan dalam masyarakat itu sendiri

yang terdiri atas masing-masing individu yang memiliki kebutuhan yang sama dan

permasahan yang sama sehingga diharapkan mampu membangun masyarakat atau

memajukan masyarakat itu sendiri dengan kata lain memberikan kesejahteraan

hidup bagi masyarakat. Mengutip dari pernyataan diatas, pemberdayaan

masyarakat erat hubungannya dengan pembangunan masyarakat.

Pembangunan masyarakat merupakan satu upaya aksi sosial yang dilakukan

oleh seluruh anggota masyarakat untuk ikut serta dalam proses membangun

masyarakat itu sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada sehingga

hasilnya dapat dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup masyarakat.

Pembangunan masyarakat bertujuan untuk memberdayakan masyarakat, konteks

pembangunan masyarakat lebih luas, artinya subjek pemberdayaannya bukanlah

individu melainkan segenap masyarakat ikut andil dalam proses pemberdayaan.

Seperti apa yang telah dikutip dalam blog Pengembangan Masyarakat Islam

(Anshori, 2009:01), mengatakan bahwa :

Community Development, memberikan penekanan pada prinsip kemandirian. Artinya partisipasi aktif dalam bentuk aksi bersama (gruop

(12)

kebutuhan-kebutuhannya dilakukan berdasarkan potensi potensi yang dimiliki masyarakat.

Merujuk atas pernyataan diatas, dapat dikatakan bahwa pembangunan

masyarakat tidak lepas dengan adanya partisipasi dari masyarakat itu sendiri.

Keikutsertaan masyarakat sangatlah mempengaruhi keberlangsungan

pemberdayaan dan pembangunan masyarakat di suatu masyarakat itu sendiri.

Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu strategi dalam membangun

masyarakat. Pembangunan masyarakat erat hubungannya dengan partisipasi

masyarakat maupun pembangunan yang bersifat partisipatif. Hal ini sesuai dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 Tentang Kader Pemberdayaan

Masyarakat, yang mengatakan bahwa :

Pembangunan Partisipatif adalah pembangunan yang dilaksanakan dari, oleh dan untuk masyarakat meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan serta pengembangan tindak lanjut hasil pembangunan, dengan peranserta seluruh lapisan masyarakat (Pasal 1 ayat 10).

Berdasarkan peraturan menteri, dapat disimpulkan bahwa partisipasi

masyarakat merupakan strategi yang dapat dilakukan untuk memberdayakan dan

membangun masyarakat, sehingga masyarakat ikut berperan aktif dalam proses

perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan dalam pembangunan masyarakat

yang dilakukannya secara bersama-sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kamil

(2009:56) yang menyatakan bahwa salah satu karakteristik pendekatan dalam

proses pemberdayaan masyarakat adalah pendekatan partisipatif. Pendekatan

partisipatif, yaitu pendekatan yang menekankan pada keterlibatan setiap anggota

(warga belajar) dalam keseluruhan kegiatan, perlunya melibatkan para pemimpin

serta tenaga-tenaga ahli setempat.

Partisipasi masyarakat merupakan langkah awal yang dapat dilakukan untuk

mengikutsertakan setiap anggota masyarakat untuk ikut serta dalam proses

pembangunan masyarakat dengan tujuan untuk memberdayakan masyarakat itu

sendiri. Partisipasi masyarakat merujuk pada berbagai aspek, seperti partisipasi

masyarakat dalam hal sosial, ekonomi, maupun lingkungan dan sebagainya.

(13)

yang lebih positif dan mampu memandirikan masyarakat sehingga masyarkat

mampu menciptakan dan memecahakan masalah yang dihadapinya di dalam

masyarakat. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007

Tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat pasal 1 ayat 14 mengatakan bahwa

Partisipasi masyarakat adalah peran aktif masyarakat dalam proses perencanaan,

pelaksanaan, pembiayaan, pemanfaatan, pemeliharaan dan pengembangan hasil

pembangunan. Merujuk pada pernyataan peraturan tersebut memberikan arti

bahwa partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan langsung yang bersifat

aktif oleh masyarakat itu sendiri selama proses pengelolaan program (manajemen

program) dalam hal ini manajemen program pendidikan luar sekolah, dari

masyarakat dan hasil yang didapatkan atau diperoleh tersebut sudah tentu untuk

masyarakat dan dilakukan di dalam masyarakat. Partisipasi masyarakat merujuk

pada implementasi kegiatan pemberdayaan yang dicanangkan guna memajukan

kesejahteraan masyarakat itu sendiri, sedangkan indikator atau indikasi dari

kesejahteraan sangatlah luas, seperti sosial, kesehatan, lingkungan, ekonomi dan

sebagainya sesuai dengan apa yang ingin dicapai diawal kegiatan pemberdayaan

berlangsung. Menurut Rahardjo Adisasmita dalam bukunya yang berjudul “Membangun Desa Partisipatif” (2006:34), mengatakan bahwa partisipasi masyarakat adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi

kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek

pembangunan yang dikerjakan di dalam masyarakat lokal. Oleh karenanya,

konsep DUOM (Dari, Untuk, Oleh Masyarakat) dalam pemberdayaan, serta

implementasi manajemen pendidikan luar sekolah berkaitan erat dengan

partisipasi masyarakat sebagai objek formal dari kegiatan pemberdayaan dan

pembangunan masyarakat.

Dalam menjalankan suatu kegiatan atau program yang berhubungan erat

dengan partisipasi antar anggota maka perlu sosok pemimpin yang mampu

mengarahkan dan menjadi contoh sehingga semua anggota terangkul dan kegiatan

berjalan baik dan lancar yang kemudian manfaat yang dihasilkan dapat dirasakan

secara bersama-sama. Melalui pernyataan tersebut partisipasi masyarakat

(14)

yang memberikan pengaruh kepada anggotanya. Kepemimpinan dapat dilakukan

dalam sebuah kelompok dapat pula dilakukan pada suatu masyarakat tertentu di

suatu daerah. Kepemimpinan kelompok merupakan salah satu indikator dari

partisipasi masyarakat. Partisipasi tidak akan berhasil apabila tidak ada stimulus

yang diberikan oleh seorang pemimpin yang baik dan arif. Hal ini sesuai dengan

pernyataan yang disampaikan oleh Drs. Nunu, dkk. dalam handout-nya yang

berjudul Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan (2004:13) yang menyatakan

bahwa pembinaan kelompok akan berhasil apabila semua anggota berpartisipasi.

Berbicara mengenai kepemimpinan maka berbicara mengenai upaya dan gaya

seorang pemimpin dalam memberikan pengaruhnya kepada anggotanya sehingga

dapat ditiru dan dilakukan demi kelangsungan hidup bersama. Makna

kepemimpinan menurut Copeland (1942), seperti yang dikupas dalam handout

Drs. Nunu yang berjudul Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan (2004:53),

kepemimpinan adalah seni berhubungan dengan orang lain, merupakan seni

mempengaruhi orang melalui persuasi dan contoh konkrit. Partisipasi masyarakat

juga dapat dilakukan dalam hal yang berkaitan dengan lingkungan seperti kasus

pengelolaan bank sampah yang terjadi di RW. 14 Kelurahan Tamansari Kota

Bandung. Teori kepemimpinan merupakan salah satu teori yang dapat digunakan

dan diintegrasikan dengan teori-teori lainnya yang salah satunya adalah teori

lingkungan. Menurut Mumford dalam handout Drs. Nunu yang berjudul

Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan (2004:54), bahwa kepemimpinan

muncul oleh kemampuan dan keterampilan yang memungkinkan dia memecahkan

masalah sosial dalam keadaan tertekan perubahan dan adaptasi.

Upaya anggota masyarakat dalam mendayagunakan lingkungannya seperti

memanfaatkan sampah sebagai sumber dana yang mempunyai nilai ekonomis dan

dapat di manfaatkan. Pemanfataan sampah yang bernilai ekonomis misalnya dapat

dijadikan kompos dan pakan ternak maupun kerajinan tangan. Adapun prinsip

utama yang digunakan dalam mengelola sampah adalah mencegah timbulnya

sampah, menggunakan ulang sampah serta mendaur ulang. Jika prinsip ini

dijalankan dengan benar dan konsisten, maka akan mendatangkan hasil akhir yang

(15)

mendatangkan manfaat ekonomi dan menjadikan lingkungan bersih. Jika

lingkungan bersih otomatis kesehatan masyarakat juga terjaga.

Namun merubah kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah seperti

prinsip diatas tidaklah mudah. Masyarakat kita secara kultural sudah terbiasa

membuang sampah langsung ke tempat pembuangan sampah. Bahkan banyak

ditemui, kebiasaan masyarakat kita yang seenaknya membuang sampah tidak pada

tempatnya. Beberapa masyarakat yang sadar lingkungan biasanya telah memilah

jenis sampah. Sampah basah dipisahkan dari sampah kering. Tetapi oleh petugas

pengangkut sampah, biasanya malah mencampur kembali sampah yang telah

dipilah tersebut. Hal ini terjadi, karena kebanyakan gerobak pengangkut sampah

tidak memiliki fasilitas pemisah sampah tersebut. Adapula warga masyarakat

yang mengumpulkan sampah kering untuk dijual, tetapi kegiatan ini belum

maksimal karena masih dilakukan secara individu dan tidak terkoordinir secara

terpadu.

Kondisi ini juga diperparah oleh belum adanya lembaga yang menangani

pengelolaan sampah dari hulu ke hilir atau secara keseluruhan/komprehensif yang

berkesinambungan dan yang mempunyai nilai tambah pada aspek sosial,

ekomomi, kesehatan dan lingkungan. Bila kurangnya lembaga yang menangani

pengelolaan sampah, rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat akan

kebersihan lingkungan, serta masih adanya sikap acuh oleh setiap tokoh

masyarakat, tidak adanya jiwa memimpin masyarakatnya sendiri untuk membuat

masyarakatnya peduli terhadap lingkungan niscaya lingkungan yang padat

penduduk terasa menjadi kumuh bila masalah lingkungan tidak segera teratasi,

bukan hanya itu, akibat masalah lingkungan seperti sampah yang tersebar di jalan-

jalan bahkan kurangnya penghijauan, dapat menganggu dan mengahambat aliran

air dan kurangnya daerah resapan air, sehingga mampu memicu timbulnya

bencana banjir pada musim penghujan, dan mungkin dapat di perparah oleh

tumbuhnya sarang penyakit yang mampu menjadi wadah penyakit bagi

masyarakat. Partisipasi masyarakat melalui pengelolaan bank sampah merupakan

salah satu upaya pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Rw. 14

(16)

seperti menabung di bank. Pada bank sampah, masyarakat menabung dalam

bentuk sampah yang sudah dikelompokkan sesuai jenisnya. Mereka juga

mendapatkan sejenis nomor rekening dan buku tabungan. Pada buku tabungan

mereka tertera nilai Rupiah dari sampah yang sudah mereka tabung dan memang

bisa ditarik dalam bentuk uang. Jadi tidak menabung sampah lalu menarik

sampah. Bank sampah nantinya akan bekerjasama dengan pihak yang

memerlukan sampah tersebut. Misalnya para pengepul barang-barang plastik,

kardus dan lain-lain. Demikian pula kerjasama dilakukan dengan pengolah pupuk

organik untuk menyalurkan sampah organik yang sudah ditabung. Pengelolaan

program bank sampah ini dilakukan pada tahun 2009 lalu dan berdiri pada tahun

2011 hingga saat ini.

Pada umumnya, masyarakat di wilayah perkotaan yang padat penduduk

masih membuang sampah sembarangan. Masyarakat tidak sadar akan kebersihan

lingkungannya. Hal tersebut berbeda dengan masyarakat yang tinggal di Rw. 14

Kelurahan Tamansari Kota Bandung. Mereka mampu secara rutin memisahkan

sampah yang organik dan non organik, maupun sampah yang berpotensi untuk

dibuat menjadi kerajinan tangan yang memiliki nilai jual, sampah yang mampu di

jual di bank sampah, serta kebersihan lingkungan seperti pembuatan biopori, dan

klenceng sampah di masing-masing rumah mereka. Tentu hal tersebut tidak

terlepas dengan adanya seorang pemimpin yang mampu memimpin mereka.

Seorang pemimpin dikatakan berhasil apabila adanya daya dukung dari partisipasi

masyarakatnya dan begitu pula sebaliknya. Seorang pemimpin bukan hanya

seorang tokoh masyarakat akan tetapi bisa seorang tokoh masyarakat atau dapat

pula seorang yang memiliki pengaruh tinggi atau keterampilan dan pengalaman

yang dimiliki. Lingkungan di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kota Bandung terlihat

sangat bersih dan rapih, walau lingkungan padat penduduk tersebut berada di

tengah kota dan tidak jauh dengan pusat perbelanjaan maupun persekolahan. Pada

mula berdirinya bank sampah yang terdapat di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kota

Bandung, masyarakat di RW itu melakukan kegiatan rutin selama 2 (dua) kali

dalam seminggu yakni setiap hari selasa dan jumat, akan tetapi saat ini

(17)

dalam menabung sampah pada hari selasa di pos yang telah ada di tempat

tersebut. Bila setiap daerah mampu membangun masyarakatnya untuk cinta akan

lingkungan baik seorang pemimpin yang mampu memimpin masyarakatnya

maupun masyarakat yang dengan sadar ikut berpartisipasi dalam memelihara

kebersihan lingkungan mampu memberikan dampak yang positif baik bagi

masyarakat maupun lingkungan dimana mereka tinggal. Pemimpin dalam hal ini

merupakan pihak yang mampu mengajak anggota masyarakat untuk andil dan ikut

serta menjaga dan melestarikan lingkungan melalui pemanfaatan sampah sehingga

dampak yang dihasilkan dapat dirasakan oleh anggota masyarakat itu sendiri

maupun lingkungan tempat tinggal mereka.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mencoba

meneliti bagaimana pemimpin pelopor mampu menggerakan partisipasi

masyarakat dalam program bank sampah di Rw. 14 kelurahan tamansari

kecamatan bandung wetan kota bandung.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan fakta yang terdapat di lapangan maka peneliti dapat

mengidentifikasi beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan, yaitu :

1. Masyarakat Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kota Bandung ini telah

mengetahui jenis-jenis sampah yang dapat dimanfaatkan kembali dan

sampah yang harus dikelola ke bank sampah, mereka juga secara

terjadwal dan secara sadar mengikuti kegiatan bank sampah yang secara

rutin seminggu sekali;

2. Program bank sampah yang dilakukan terhitung dari tahun 2009 dan

berdiri pada tahun 2011 hingga saat ini, serta kegiatan bank sampah

telah rutin pada hari dan waktu yang telah ditentukan;

3. Kegiatan menabung sampah dalam program bank sampah dilakukan

pada setiap hari selasa, sedangkan kegiatan menjual sampah ke pengepul

sampah dilakukan pada hari jumat; dan

4. Adanya seorang pemimpin yang dipercaya oleh masyarakat di Rw. 14

(18)

lingkungan pada umumnya, dan mengenai sampah pada khususnya yang

mampu menggerakan masyarakat.

Berdasarkan identifikasi dan uraian yang dipaparkan peneliti diatas maka

rumusan masalah yang akan ditentukan ialah “Apakah benar pemimpin pelopor

mampu menggerakkan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung ?”

Dalam memperjelas ruang lingkup penelitian, maka peneliti mengajukan

pertanyaan penelitian, meliputi :

1. Bagaimana gambaran/profil pemimpin pelopor dalam program bank

sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kota Bandung?

2. Bagaimana strategi yang dilakukan pemimpin pelopor dalam

menggerakkan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah di

Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung?

3. Bagaimana hasil penyelenggaraan program bank sampah di Rw. 14

Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung?

4. Bagaiamana social benefit dari program bank sampah di Rw. 14

Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Memperoleh gambaran mengenai gambaran/profil pemimpin pelopor

dalam program bank sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kota

Bandung

2. Memperoleh gambaran mengenai strategi yang dilakukan pemimpin

pelopor dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dalam program

bank sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung

Wetan Kota Bandung

3. Memperoleh gambaran mengenai hasil penyelenggaraan program bank

sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan

(19)

4. Memperoleh gambaran mengenai social benefit yang dihasilkan dalam

program bank sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan

Bandung Wetan Kota Bandung.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang akan diteliti oleh peneliti dalam hal ini,

meliputi :

1. Manfaat/Signifikansi dari Segi Teori

Melalui penelitian ini, mampu memperkuat teori dan/atau konsep baik

kepemimpinan dan/atau partisipasi masyarakat bagi peneliti dan praktikan

pendidikan luar sekolah terutama dalam hal memberdayakan dan

membangun masyarakat

2. Manfaat/Signifikansi dari Segi Kebijakan

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kebijakan bahwa

partisipasi dan kepemimpinan seseorang sangat berpengaruh dalam

pemeliharaan lingkungan, sehingga terciptanya lingkungan yang bukan

sekedar bersih akan tetapi sehat dan indah, dan apabila tidak diperhatikan

maka akan berdampak merugikan masyarakat itu sendiri

3. Manfaat/Signifikansi dari Segi Praktik

Melalui penelitian ini, diharapkan para praktik pendidikan terutama

pendidikan luar sekolah mampu memiliki jiwa kepemimipnan sehingga

mampu membangun keikutsertaan masyarakat dalam hal pendidikan

maupun pemberdayaan.

4. Manfaat/Signifikansi dari Segi Isu serta Aksi Sosial

Melalui penelitian ini, diharapkan mampu menggerakan hati masyarakat

untuk peduli lingkungan serta menggugah para organisasi masyarakat

untuk dapat melakukan aksi positif yang berhubungan dengan

pemeliharaan lingkungan, seperti penghijauan lingkungan, satu sampah

(20)

E. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam mempermudah penyusunan penulisan dan memperjelaskan

bagian-bagian atau sub-sub bab yang akan dibahas, maka penulis menyebutkan

sistematikan penulisannya sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Penelitian, Identifikasi

dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan

Sistematika Organisasi Skripsi.

BAB II Kajian Teoritis Menjelaskan mengenai Konsep Kepemimpinan,

Konsep Partisipasi Masyarakat, Konsep Pembangunan Masyarakat dan

Konsep Bank Sampah.

BAB III Metode Penelitian terdiri atas Lokasi dan Subjek Populasi

Penelitian, Desain Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian,

Teknik Pengumpulan Data dan Alasan Rasionalnya dan Analisis Data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Menjelaskan mengenai

Kondisi Objektif Masyarakat Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan

Bandung Wetan Kota Bandung, Identitas Informan, Deskripsi Hasil Penelitian

dan Pembahasan Hasil Penelitian.

BAB V Simpulan dan Saran terdiri dari Kesimpulan dari penelitian yang

menjawab pertanyaan penelitian, dan Saran atau Rekomendasi kepada para

pemimpin pelopor, masyarakat di rw. 14 yang bersangkutan dan peneliti

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini berlokasikan di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan

Bandung Wetan Kota Bandung. Alasan pemilihan lokasi telah diperjelas dalam

latar belakang maupun identifikasi masalah yang dapat disimpulkan bahwa lokasi

ini merupakan lokasi yang memiliki keunggulan dalam hal perubahan aspek

perilaku, sikap dan keterampilan anggota masyarakatnya dalam mengelolah

sampah, sehingga untuk mencapai prosesnya dan berjalan hingga sekarang

sebagai pemeliharaan dan kegiatan rutinnya disebut sebagai bank sampah.

Penelitian yang berjudul “Pemimpin Pelopor Sebagai Faktor Penggerak Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah Di Rw. 14 Kelurahan

Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung” ini merupakan penelitian

yang bersifat kualitatif deskriptif yang dilihat dari tujuan penelitiannya

menggambarkan atau mendeskripsikan gambaran/profil pemimpin pelopor,

strategi yang dilakukan pemimpin pelopor dalam menggerakan partisipasi

masyarakat, hasil penyelenggaraan program bank sampah di Rw. 14 Kelurahan

Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung serta social benefit yang

dihasilkan dari program bank sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan

Bandung Wetan Kota Bandung. Penelitian ini menggunankan metode kualitatif

dengan pengambilan sampel menggunakan purposive sample, yang dimaksud

dengan purposive sample (Sugiyono, 2012:300) adalah

Teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Maksud pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti

Selain itu, teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik

pengumpulan data yaitu pedoman wawancara, observasi, dokumentasi dan

(22)

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Subjek penelitian dalam

penelitian ini ialah pemimpin pelopor atau pihak-pihak yang berpengaruh,

memberikan contoh dan membelajarkan masyarakat dalam hal pelestarian

lingkungan melalui bank sampah dan pemanfaatannya seperti, P1 yang

merupakan mantan sekertaris Rw. pada saat itu yang merupakan individu yang

mengerti akan pengelolaan dan pemanfaatan sampah, P2 yang mampu

menggerakkan ibu-ibu di Rw. tersebut, P3 sebagai individu yang memiliki jabatan

secara formal atau pemerintahan sebagai ketua Rw. pada saat itu yang

menggerakan anggota masyarakat untuk ikut andil dalam kegiatan bank sampah,

sedangkan informan penelitian dalam penelitian ini adalah R1 dan R2 yang

merupakan anggota masyarakat yang terstruktur dalam pengelolaan bank sampah

dan M1 dan M2 yang merupakan anggota masyarakat yang selalu ikut serta dalam

kegiatan bank sampah. Hal tersebut (pemilihan subjek penelitian) didukung oleh

pernyataan Spradley dalam Basrowi (2008: 188) mengenai pemilihan subjek

penelitian yang baik harus memperhatikan setidaknya tiga syarat, yaitu:

1. Mereka sudah cukup lama dan intensif menyatu dalam kegiatan atau

bidang kajian yang dijadikan penelitian,

2. Mereka terlibat penuh dengan kegiatan atau bidang tersebut, dan

3. Mereka memiliki cukup waktu untuk dimintai informasi.

Berdasarkan apa yang dipaparkan oleh Basrowi sesuai dengan pemilihan

subjek yang telah ditetapkan oleh peneliti dengan bantuan pihak setempat. Teknik

yang dilakukan peneliti dalam memilih dan mengetahui siapa yang pemimpin dan

siapa yang hanya anggota masyarakat yang mengikuti ialah melalui teknik

sosiometrik dan pemilihan subjek penelitian dilatarbelakangi oleh hasil

wawancara awal kepada anggota masyarakat dan bapak Rw. Jumlah informan

secara keseluruhan berjumlah 7 (tujuh) orang, dengan kriteria pemilihan :

1. P1 yang merupakan sekertaris Rw. pada saat itu yang merupakan individu

yang mengerti akan bagaimana proses pemanfaatan sampah dan

berpengaruh dalam mengajak warga untuk ikut menuju proses bank

(23)

2. P2 yang mampu menggerakkan ibu-ibu di Rw. tersebut sehingga para ibu

mampu mempelajari dan memanfaatkan sampah dapur melalui takakura

sehingga berdampah pada kesehatan lingkungan sekitar pula;

3. P3 merupakan individu yang memiliki jabatan secara pemerintahan yang

mampu mempengaruhi dan mengajak anggota masyarakat dalam kegiatan

serta kondisi masyarakat dan lingkungan sebelum dan sesudah adanya

program bank sampah karena secara jabatan beliau memiliki peran;

4. R1 yang merupakan anggota pengurus dari struktur kepengurusan

program bank sampah yang mengetahui segala hal yang berhubungan

dengan pengelolaan bank sampah;

5. R2 sebagai salah satu pengurus kegiatan bank sampah yang aktif

mengikuti kegiatan bank sampah;

6. M1 dan M2 yang merupakan anggota masyarakat yang aktif dan

mengikuti kegiatan bank sampah dari awal hingga akhir yang mengetahui

kinerja dari pemimpin pelopor dan angota masyarakat ini haruslah

seorang ibu-ibu karena ibu rumah tangga merupakan kunci utama yang

paling mengetahui dan berada di rumah (paling rajin) memilah dan

memilih sampah.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini memiliki desain penelitian yang dapat dijelaskan ke dalam

beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan,

yang akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan ini merupakan tahap awal dalam proses penelitian.

Tahapan ini adapat juga dikatakan sebagai tahap menemukenali kondisi

dan situasi tempat. Dalam tahap ini peneliti harus melakukan observasi

awal atau studi pendahuluan untuk melihat kondisi dan situasi di Rw. 14

Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung ini. atas

rekomendasi seorang rekan, peneliti mendapatkan tempat yang dapat

dikaji atau diteliti sebagai penelitian. Setelah adanya observasi awal,

(24)

membuat proposal penelitian. Proposal penelitian diteliti dan disetujui

oleh dosen pembimbing dan di revisi oleh peneliti. Setelah proses revisi

proposal usai, maka peneliti membuat perijinan yang tentunya

membutuhkan tenaga dan waktu. Proses perijinan dilakukan dengan

membuat Surat Keputusan (SK) yang akan di proses di akademik dan

BAK (Balai Akademik Kemahasiswaan) yang selanjutnya dikirim ke

Balai Kota Bandung ke bagian badan pemberdayaan masyarakat, setelah

dari itu, barulah ke kecamatan bandung wetan dan kelurahan tamansari.

Kemudian setelah alur perijinan usai pada tahap kelurahan, selanjutnya

dikirim ke pihak Rw yang bersangkutan yaitu Rw. 14 dan dapat segera

melakukan penelitian atau kaji lapangan. Peneliti juga mempersiapkan

pedoman intrumen wawancara dan observasi yang tentu sebelumnya telah

dibimbingkan dengan dosen pembimbing untuk mengumpulkan data yang

sebelumnya telah ditetapkan sampel penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap penggalian informasi

sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian (sampel

penelitian). Tahap ini juga dapat disebut sebagai tahap klimaks dari

penelitian karena pada tahap ini peneliti memperoleh dan mengumpulkan

data melalui pedoman wawancara dan observasi yang sebelumnya telah

dipersiapkan pada tahap persiapan dan disetujui oleh dosen pembimbing.

Pedoman wawancara dan observasi berisi pertanyaan dan hal-hal apa

sajakah yang perlu ditanyakan dan diamati sesuai dengan tujuan

penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Bila perolehan data telah

usai baik melalui tahap wawancara maupun observasi maka selanjutnya

menganalisis data, dengan gambaran singkat mendeskripsikan hasil fakta

dilapangan akan pemimpin A lalu bagaimana temuannya sehingga

masyarakat mampu berpartisipasi dalam kegiatan bank sampah, begitu

(25)

3. Tahap Pelaporan

Tahap pelaporan merupakan tahap penyesuaian data dari informan utama

atau kunci yang disesuaikan dengan data dari informan triangulan. Hal

ini dapat dikatakan sebagai sebagai teknik pengolahan data atas

pengumpulan data yang bersifat triangulasi. Tujuan dari penyesuaian

tersebut ialah untuk mengkonfirmasi hasil wawancara atau observasi

yang bukan hanya dari satu pihak dalam penelitian. Dalam tahap ini,

selain melakukan pengolahan data yang bersifat triangulasi, peneliti juga

melakukan bimbingan dan melaporkan hasil temuannya di lapangan

dengan dosen pembimbing. Hasil temuan lapangan berupa hasil

wawancara dan hasil observasi selama proses penelitian berlangsung.

C. Metode Penelitian dan Justifikasi

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan

metode deskriptif karena, dilihat dari tujuan metode deskriptif itu sendiri. Menurut

Nazir (2005:54), metode deskriptif adalah :

Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

Penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan pendekatan

kualitatif, karena peneliti ingin mengetahui penerapan strategi pemimpin pelopor

dalam menumbuhkan keikutsertaan anggota melalui program bank sampah secara

lebih mendalam. Gejala sosial sering tidak dapat dipahami hanya dengan melihat

tindakan atau mendengar ucapan seseorang dan setiapan ucapan dan tindakan

seseorang memliki makna tertentu. Oleh karenanya, penelitian dengan meneliti

aspek gejala sosial yang tampak ini amatlah sesuai dengan menggunakan teknik

atau pendekatan kualitatif. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sugiyono

(2012:35) yang menyatakan beberapa hal karakteristik metode kualitatif yaitu;

untuk memahami makna dibalik data yang tampak, untuk memahami interaksi

(26)

tentunya menggunakan teknik pengumpulan data triangulasi/gabungan karena

data sosial sering sulit dipastikan kebenarannya. Selain itu, untuk melihat

penelitian ini kualitatif dapat dilihat dari variabel yang ditelitinya yaitu antara

pemimpin pelopor dengan partisipasi masyarakat dapat saling mempengaruhi atau

lebih bersifat interaktif. Seorang pemimpin dikatakan berhasil apabila adanya

daya dukung dari partisipasi masyarakatnya begitu pula sebaliknya bahwa

anggota masyarakat akan berpartisipasi apabila adanya pengaruh atau persuasi

dari seorang pemimpin. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh

Sugiyono (2012:19) bahwa dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik dan

lebih menekankan pada proses, maka penelitian kualitatif dalam melihat

hubungan antar variabel pada objek yang diteliti lebih bersifat interaktif yaitu

saling mempengaruhi. Dilihat dari kemungkinan generalisasinya (Sugiyono,

2012:19) yaitu bahwa generalisasi dalam penelitian kualitatif memilki arti hasil

penelitian kualitatif dapat ditransferkan atau diterapkan di tempat lain, manakala

kondisi tempat lain tersebut tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian. Adapun

metode penelitian kualitatif itu sendiri memiliki arti sebagai berikut.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekannkan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2012:15)

Dalam pemilihan sampel, penelitian ini menggunakan teknik sampling,

Nonprobability sampling, atau yang berarti teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2012:122). Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan purposive sample. yang dimaksud dengan purposive

sample (Sugiyono, 2012:300) adalah

(27)

penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti

Adapun alasan menggunakan teknik pengambilan sampel dengan purposive

sample yaitu dengan dapat melihat ciri-ciri khusus purposive sample menurut

Licoln dan Guba (1985) yang dikuti dalam (Sugiyono, 2012:301) yaitu :

1. Emergent sampling design/sementara;

2. Serial selection of sample units/menggelinding seperti bola salju (snow ball);

3. Continuous adjustment or ‘focusing’ of the sample/disesuaikan dengan

kebutuhan; dan

4. Selection to the point of redundancy/dipilih sampai jenuh.

Selain itu, teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik

pengumpulan data yaitu triangulasi. Triangulasi mempunyai arti (Sugiyono,

2012:330) yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari

berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam

pengumpulan datanya, peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara

mendalam dan dokumentasi.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini digunakan untuk menghindari

kesalahpahaman dalam menginterpretasikan istilah-istilah yang digunakan, maka

dari itu, diuraikan dalam bentuk penjelasan sebagai berikut :

1. Menurut Rahardjo (2006:128) dalam bukunya yang berjudul “Membangun

Desa Partisipatif”, beliau mengungkapkan bahwa kepemimpinan

(leadership) adalah kemampuan memimpin, mengorganisasi, atau

menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai sasaran dan

tujuan yang telah ditetapkan. Pemimpin Pelopor dimaksud dalam penelitian

ini merupakan seseorang atau lebih yang mendapatkan kepercayaan dari

masyarakat Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota

Bandung dalam memberikan pengetahuan, mengajak, membelajarkan, serta

memberikan contoh kepada anggota masyarakat di Rw. 14 mengenai

(28)

melalui pemanfaatan sampah sehingga berdampak pada kebersihan dan

kesehatan lingkungan serta mengubah perilaku masyarakat untuk dapat

peduli dan peka terhadap lingkungan.

2. Secara konseptual, menurut Rahardjo Adisasmita dalam bukunya yang

berjudul “Membangun Desa Partisipatif” (2006:34), mengatakan bahwa

partisipasi masyarakat adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam

pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan

(implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan di dalam

masyarakat lokal. Dalam penelitian ini, partisipasi masyarakat yang

dimaksud adalah upaya yang dilakukan bersama-sama oleh setiap anggota

masyarakat dalam hal pembangunan dan pemberdayaan masyarakat itu

sendiri guna memandirikan dan merubah perilaku masyarakat.

3. Menurut Sanjaya (2008:293), strategi adalah upaya atau cara yang

digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam

mencapai tujuan. Dalam penelitian ini, strategi yang dimaksud adalah

pendekatan, metode, dan/atau teknik yang dilakukan pemimpin pelopor

dalam menggerakan partisipasi masyarakat (mengikutsertakan masyarakat

dalam kegiatan bank sampah). Karena pada dasarnya pendekatan dan

metode merupakan bagian dari strategi yang menurut Sanjaya (2008:294),

metode dapat digunakan untuk merealisasikan strategi yang ditetapkan.

4. Menurut Sudjana (2006:89), hasil (output) adalah lulusan program

pendidikan luar sekolah yang mencakup perubahan tingkah laku peserta

didik meliputi ranah afeksi, kognisi dan psikomotor. Dalam penelitian ini,

hasil atau output yang diteliti merupakan masyarakat atau nasabah program

bank sampah yang mengikuti kegiatan bank sampah dan telah mendapatkan

ilmu (pengetahuan) dari para pemimpin pelopor yang dilihat dari aspek

kognitif, afektif dan psikomotor, sehingga mampu meningkatkan

pendapatan dan mampu menyebarluaskan pengetahuannya kepada

khalayak umum sebagai hasil akhirmya.

5. Menurut Sudjana (2006:90) pengaruh (outcome atau impact) merupakan

(29)

kesejahteraan hidup lulusan yang ditandai dengan perolehan pekerjaan atau

berwirausaha, peningkatan pendapatan, kesehatan, pendidikan dan

penampilan diri, saling membelajarkan pada orang lain dan dirasakan

manfaatnya oleh lulusan dan peningkatan partisipasinya dalam kegiatan

sosial di masyarakat. Social benefit dalam penelitian ini adalah adanya

dampak yang dihasilkan oleh masyarakat Rw. 14 Kelurahan Tamansari

Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung seperti peningkatan pendapatan

dan keinginan untuk membelajarkan orang lain.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, instrumennya adalah orang atau human

instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka

peneliti harus memiliki bekal wawasan dan teori yang luas, sehingga mampu

bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkostruksi situasi sosial yang diteliti

menjadi lebih jelas dan bermakna. Makna instrumen penelitian kualitatif adalah

orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri adalah peneliti harus

mampu menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,

melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan

data, dan membuat kesimpulan atas temuannya tersebut.

Dalam memperjelas fokus penelitian, maka instrumen penelitian dalam

penelitian kualitatif harus mampu melengkapi data dan membandingkan data yang

telah ditemukan di lapangan. Data yang ditemukan dilapangan dapat digunakan

melalui pedoman wawancara, observasi maupun dokumentasi. Analisis data yang

dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan

dan kemudian dikonstruksikan menjadi sebuah teori.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Adapun proses pengembangan instrumen selama pembuatannya yaitu :

1. Membuat kisi-kisi atas pedoman wawancara maupun observasi;

2. Membuat atau menjabarkan kisi-kisi kedalam pedoman wawancara dan

pedoman observasi;

3. Melaporkan pedoman wawancara dan observasi yang telah dibuat peneliti

(30)

4. Bila terdapat perbaikan, maka peneliti harus merevisi kembali; dan

5. Bila revisi pedoman wawancara dan observasi usai dilakukan, maka

kembali dilaporkan kepada dosen pembimbing, begitu pula seterusnya

hingga mendapat persetujuan dosen; dan

6. Turun kelapangan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dengan

menggunakan pedoman wawancara dan observasi yang telah disiapka dan

disetujui sebelumnya.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Wawancara (Interview)

Teknik wawancara dipergunakan karena peneliti ingin lebih secara

mendalam mengetahui hal-hal dari pihak informan. Karena penelitian

berbasis studi deskriptif maka wawancara dilakukan dengan pengambilan

sampel (purposive sample) yaitu dengan subjek penelitiannya adalah

informan P1, P2 dan P3 serta informan penelitiannya adalah R1 dan R2

serta M1 dan M2.

2. Pengamatan (Observation)

Observasi digunakan oleh peneliti dalam teknik pengumpulan data karena

penelitian berkenaan dengan proses kegiatan dalam lembaga yang

dilakukan bersama-sama baik dengan peserta maupun pihak penyelenggara.

Jika melalui wawancara, peneliti hanya dapat mendapatkan informasi

melalui responden, maka melalui teknik observasi, peneliti mampu melihat,

mendengarkan, dan merasakan langsung kegiatan yang sedang dilakukan

dan perilaku yang terjadi sesuai dengan fokus kajian penelitian. Observasi

yang dilakukan oleh peneliti dalam meneliti bagaimana perilaku sehari-hari

masyarakat Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota

Bandung dalam hal menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan serta

keikutsertaannya dalam pengelolaan bank sampah.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan proses pengumpulan dokumen-dokumen,

(31)

referensi kajian penelitian dan sebagai bukti telah dilakukannya kegiatan

penelitian. Studi dokumentasi bersifat primer mempunyai arti bahwa

dokumen yang didapatkan berasal langsung diterima dari proses

pengamatan di lapangan, sedangkan studi dokumentasi bersifat sekunder

mempunyai arti yaitu data atau dokumen yang didapatkan berasal dari

lembaga atau satuan tempat penelitian. Dalam hal ini, dokumen bukan

hanya berupaka data, melainkan gambar, poto kegiatan, catatan-catatan dan

hal-hal lainnya yang mampu mendukung berjalannya proses pengumpulan

data dalam penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Setelah data didapatkan dari lapangan maka tugas peneliti ialah

menganalisis data dengan tujuan mengambil hal-hal yang penting dalam

menjawab rumusan masalah. Analisis data meliputi tiga unsur (Sugiyono,

2012:341-345) yaitu :

1. Data reduction (reduksi data), data yang didapatkan dari lapangan

jumlahnya cukup banyak untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci.

Pencatatan hal ini dinamakan dengan reduksi data. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya dan membuang hal yang tidak perlu,

sehingga mampu memberikan gambaran yang lebih jelas dan terperinci

mempermudah peneliti untuk pengumpulan data selanjutnya.

2. Data display (penyajian data), setelah mereduksi data, maka tahap

selanjutnya ialah menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya, dengan tujuan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

3. Conclusion drawing/verification, merupakan langkah ketiga dalam analisis

data kualitatif. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

(32)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

1. Gambaran/Profil Pemimpin Pelopor

Gambaran/profil pemimpin pelopor dalam program bank sampah di Rw. 14

Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung yakni :

1) Mereka yang mampu memberikan contoh yang baik kepada masyarakat

khususnya mengenai sampah dan kebersihan lingkungan;

2) Mereka yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas

mengenai sampah dan kebersihan lingkungan;

3) Mereka yang mampu mengajak dan membelajarkan masyarakat

mengenai sampah dan kebersihan lingkungan seperti membelajarkan

takakura, biopori dan membuat aneka kerajinan tangan berbahan dasar

sampah plastik menjadi buah tangan yang unik seperti tas, tempat tisu

dan sebagainya; serta

4) Mereka yang mampu membimbing masyarakat untuk menjaga dan

melestarikan kebersihan lingkungan.

Sosok pemimpin pelopor dalam program bank sampah di Rw. 14 Kelurahan

Tamansari kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung merupakan sosok guru bagi

masyarakat di Rw. 14, karena dalam prinsip membelajarkannya, sosok para

pemimpin pelopor dalam program bank sampah ini tidak memaksakan, dari

belakang mereka mendorong masyarakat untuk mencintai sampah, dari depan

mereka mengayomi dan memberikan pengetahuan, dan dari samping mereka

mengemong atau membimbing masyarakat Rw. 14. Hal ini sesuai dengan prinsip

pembelajaran Ki Hajar Dewantara yaitu prinsip pendidikan berdasarkan sistem

among atau dikenal dengan istilah Tut Wuri Handayani.

2. Strategi yang dilakukan pemimpin pelopor dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah

Strategi atau cara yang dilakukan pemimpin pelopor dalam menggerakkan

(33)

para pemimpin pelopor ini (P1, P2 dan P3) dalam menggerakkan partisipasi

masyarakat masyarakat menggunakan cara-cara demokratis dan menentukan key

person atau kunci utama sasaran pembelajaran, sehingga secara perlahan

masyarakat memahami mengenai pemanfaatan sampah dan lingkungan.

Jenis partisipasi yang dilakukan masyarakat dalam program bank sampah di

Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung

termasuk jenis partisipasi terinduksi (adanya pengaruh dari pihak lain) maupun

partisipasi spontan (adanya keinginan untuk ikut serta), sehingga bila peneliti

menarik garis benang merahnya maka rumusan penelitian yang peneliti rumuskan

yakni “Apakah benar kepemimpinan pelopor mampu menggerakkan partisipasi

masyarakat dalam program bank sampah di Rw. 14 Kelurahan Tamansari

Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung” sudah terjawab dengan benar yaitu

bahwa kepemimpinan pelopor memang benar mampu menggerakkan partisipasi

masyarakat.

3. Hasil Penyelenggaraan Program Bank Sampah

Hasil penyelenggaraan program bank sampah dapat dilihat dari aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik, yang dapat disimpulkan diantaranya, secara

kognitif, masyarakat mengetahui pemanfaatan dan pemilahan sampah, secara

afektif, masyarakat peka terhadap kebersihan lingkungan, selalu mengingatkan

antar tetangga, percaya diri, serta bertanggungjawab dalam menjaga kebersihan

lingkungan tempat tinggalnya dan secara psikomotor, masyarakat sudah mampu

menerapkan perilaku bersih dalam keluarga, menggunakan takakura dan biopori,

serta mendaurulang sampah menjadi kerajinan tangan.

4. Social Benefit Program Bank Sampah

Hasil akhir atau social benefit dari program bank sampah, masyarakat di

Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung setelah

mendapatkan ilmu dari para pemimpin pelopor mengenai pemanfaatan sampah

seperti takakura, biopori, kerajinan tangan, dan hal yang berkaitan dengan

lingkungan, masyarakat mampu menambah pendapatan keluarga dengan menjual

hasil dari pemanfaatan sampah serta percaya diri untuk memberikan informasi

(34)

B. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan dalam bab ini, sebagai berikut.

1. Bagi Para Pemimpin Pelopor di Rw. 14 Kelurahan Tamansari

Saran ini khusus peneliti berikan bagi para pemimpin pelopor di Rw 14

Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung ini diharapkan

selalu mengawasi warga masyarakatnya untuk selalu menjaga dan mencintai

lingkungan. Selain itu, para pemimpin pelopor dalam program bank sampah ini

juga disarankan mampu mengupayakan cara lain sehingga dapat bekerjasama

dengan pihak luar dan bahkan pemerintah untuk membantu pengembangan sarana

dan prasarana di Rw. 14 ini.

2. Bagi Masyarakat Rw. 14 Kelurahan Tamansari

Saran yang peneliti berikan selanjutnya diperuntukan bagi masyarakat di

Rw. 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung ini

diharapkan ilmu yang diperoleh dari para pemimpin pelopor dalam program bank

sampah mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan ditularkan kembali

baik itu kepada keluarga, kerabat, teman baik di dalam lingkungan Rw. 14 itu

sendiri maupun di luar lingkungan Rw. 14, sehingga tidak secara langsung

mampu memberikan nama baik bagi Rw 14 Kelurahan Tamansari Kecamatan

Bandung Wetan Kota Bandung itu sendiri.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Saran yang peneliti berikan selanjutnya adalah bagi peneliti selanjutnya.

Bagi peneliti berikutnya disarankan untuk mempelajari hal yang sama, kondisi

masyarakat yang sama dengan karakteristik yang sama pula namun dengan

pendekatan yang berbeda, bila dalam penenlitian ini digunakan pendekatan

kualitatif, maka bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Adisasmita, R. (2006). Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta : Graha Ilmu

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Basrowi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta. Jakarta

Danim, S. (2004). Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta : Rineka Cipta

Daryanto. (2010). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Djohani, R. (2003). Partisipasi Pemberdayaan, dan Demokratisasi Komunitas. Bandung : Studio Driya Media

Fahrudin, Adi dkk. (2005). Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan Kapasitas

Masyarakat. Bandung : Humaniora

Gerungan, (2009). Psikologi Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama

Mardikanto, T., dan Soebiato, P. (2012). Pemberdayaan Masyarakat. Bandung : Alfabeta

Mustofa, K. (2009). Pendidikan Non Formal. Bandung : Alfabeta

Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia

Nazsir, N. (2008). Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan. Bandung : Widya Padjajaran

Pasolong, H. (2008). Kepemimpinan Birokrasi. Bandung : Alfabeta

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Shochib, Moh. (2010). Pola Asuh Orang Tua. Jakarta : Rineka Cipta

Siagaan, S. (1988). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Rineka Cipta

Soekanto, S. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada

(36)

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta

Sumber Lain:

Olim, Ayi. (1998). Kemampuan Membelajarkan Diri Pemuda Pelopor dan

Pengembangannya. Bandung : PLS UPI. Disertasi PLS UPI

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 Tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat

UU SISDIKNAS pendidikan non formal no. 20 Tahun 2003

Sirodjuddin, K., dan Heryanto, N. (2004). Dinamika Kelompok dan

Kepemimpinan. Bandung : Laboratorium PLS FIP UPI

Subejo. (2005). “Kerangka Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan Menuju

Pembangunan yang Berkelanjutan”. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 1, (1),

17-32.

Subrata, K., Sirodjuddin, K., dan Heryanto, N. (1998). Dinamika Kelompok,

Morale Kelompok dan Kepemimpinan Kelompok. Bandung :

Laboratorium PLS FIP UPI

Sumber Internet:

Anshori. (2009). Pengertian Pengembangan Masyarakat (Community

Development). Tersedia :

http://anshorfazafauzan.blogspot.com/2009/06/pengertian-pengembangan-masyarakat.html [27 September 2013]

Itfan. (2012). Apa itu Bank Sampah? Dan apa manfaatnya?. Tersedia : http://itfanweb.blogspot.com/2012/04/apa-itu-bank-sampah-dan-apa-manfaatnya.html [30 November 2013]

Vionicasari. (2011). Gerakan 4R. Tersedia :

Referensi

Dokumen terkait

method is that the data are transmitted now using a data link control protocol which provides for the benefits of flow and error control that are inherent in a link-control

“Bagaimana dengan anak kita?” ucap Betawol sambil terus mengusap matanya yang basah. “Anak kita tidak mungkin kubawa sebab dunianya berbeda denganku,” Dedari

 Koneksi ke sentral yang lain di dalam jaringan telepon disebut fungsi. Exchange

Maka, sungguh aneh jika para pengusung ide khilafah saat ini menyebut sistem demokrasi Indonesia tidak sesuai dengan yang mereka sebut sebagai aturan Tuhan.. Mereka

Teori Sosial Masalah-masalah Pokok Dalam Sosiologi.. Yogyakarta:

SILIKA GEL DENGAN TEMBAGA(II) KLORIDA SEBAGAI DESIKAN ” belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan

Sedangkan apabila terdapat data timbulan pada akhir pekan lebih kecil dibanding hari biasa bisa disebabkan karena jumlah pengunjung diakhir pekan banyak terdiri

Example of memorized pattern in a network with 30 coupled bistable units (panel a) and convergence to this state (panel c) from random initial configuration (panel b).. White