• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanganan Masalah Heteroskedasitas dengan Model ARCH-GARCH dan Model Black-Scholes.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penanganan Masalah Heteroskedasitas dengan Model ARCH-GARCH dan Model Black-Scholes."

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

PENANGANAN MASALAH HETEROSKEDASITAS DENGAN

MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL BLACK-SCHOLES

MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis PENANGANAN MASALAH

HETEROSKEDASITAS DENGAN MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL

BLACK-SCHOLES adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing

dan belum pernah diajukan kepada perguruan tinggi manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2009

Moses Alfian Simanjuntak

(3)

ABSTRACT

MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK. The Conditional Heteroscedasticity

Handling with ARCH-GARCH Model and Black-Scholes Model. Supervised

by MUHAMMAD NUR AIDI and I MADE SUMERTAJAYA.

An important class of time series models is the family of AutoRegressive

Integrated Moving Average (ARIMA) models that involving three steps:

identification, estimation and diagnostic checking was first developed by Box and

Jenkins (1976). The variance of residuals (step-3) are assumed to have a constant

(homoskedasticity). On the other hand, this condition was termed

heteroscedasticity. The ARCH model process was first developed by Engle (1982)

and GARCH model by Bollerslev (1986) in order to accommodate

heteroscedasticity. The ARCH-GARCH model process involving three steps that

refer to ARIMA steps. Black-Scholes model need just two assumptions: that both

the risk-free interest rate and stock return volatility are constant. The conditional

heteroscedasticity is directly dependent on conditional higher variance, kurtosis

(> 6) and skewness (Yan, 2005). This research consider to: indicate

heteroscedasticity, compare both models in MSE of NYSE returns, and forecast of

NYSE returns. In this research find that (i) Plot of Reuter Holdings daily stock is

not constant in volatility and have higher kurtosis of stock return=6,06 so that

from both informations have result ARCH-GARCH model, (ii) Time series model

always perform better because this model with the lowest MSE value (iii) The

best forecasting model is time series model because this model with the lowest

MAPE value but both MAPE values approximately to be equal. In some special

cases, if time series model can not be used to forecast then can be guided by

Black-Scholes model as the alternative model.

(4)

RINGKASAN

MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK. Penanganan Masalah Heteroskedasitas

dengan Model ARCH-GARCH dan Model Black-Scholes. Dibimbing oleh

MUHAMMAD NUR AIDI dan I MADE SUMERTAJAYA.

Data deret waktu dapat dimodelkan dengan menggunakan model deret

waktu (ARIMA dan ARCH-GARCH), model Black-Scholes, model MIMIC

(Multiple Indicators and Multiple Causes), model Markov Switching, dan model

Time Varying Coefficient. Dalam penulisan ini, model yang digunakan adalah

model deret waktu (ARIMA dan ARCH-GARCH) dan model Black-Scholes.

Model deret waktu yang menggunakan persamaan rataan (ARIMA)

membutuhkan 3 tahapan, yaitu: spesifikasi model, pendugaan parameter dan

pemeriksaan diagnostik (Brooks, 2002). Pada pemeriksaan diagnostik, ragam

sisaan diasumsikan konstan, pelanggaran terhadap asumsi ini sering disebut

heteroskedasitas. Pendeteksian masalah heteroskedasitas dapat dilakukan dengan

uji-LM dan menganalisis volatilitas (pola ragam) data. Masalah heteroskedasitas

ini dapat mengakibatkan ragam sisaan dari penduga berbias. Penanganan masalah

heteroskedasitas diatasi dengan persamaan ragam (ARCH-GARCH) yang

memodelkan sisaan tersebut menjadi konstan. Langkah lain untuk menangani

masalah heteroskedasitas adalah dengan melakukan transformasi data. Seperti

halnya persamaan rataan, persamaan ragam membutuhkan 3 tahapan, yaitu:

pendugaan parameter, pemeriksaan diagnostik dan uji keberadaan ARCH

(Brooks, 2002).

Model Black-Scholes merupakan pemodelan data dengan asumsi utama

adalah suku bunga dan ragam dari harga saham adalah konstan (Bodie et al.,

1999). Model Black-Scholes yang diperkenalkan oleh Fischer Black, Myron

Scholes dan Robert Merton telah mendapat hadiah Nobel di bidang ekonomi pada

tahun 1997.

Model deret waktu merupakan model yang sangat baik, namun memiliki

(5)

seakan-akan model sesuai dengan data. Untuk menangani penentuan orde, dapat

dilakukan dengan pemodelan ragam dan pemodelan Scholes. Model

Black-Scholes merupakan model yang sederhana, namun model ini memiliki kelemahan

yaitu tidak memodelkan pengaruh sisaan yang dihasilkan dan tidak dapat

menangani masalah seasonal. Oleh karena itu, perlu diuji kedekatan model

Black-Scholes terhadap model deret waktu secara berarti. Jika suatu penelitian dalam

memprediksi data menggunakan model deret waktu mengalami kendala yang

diakibatkan tidak terpenuhinya sebagian langkah, maka dapat digunakan model

Black-Scholes sebagai model alternatif untuk memprediksi data.

Dalam penelitian yang menggunakan data deret waktu, sering ditemukan data

yang memiliki volatilitas (pola ragam) yang berbeda di sepanjang periode waktu.

Volatilitas data yang berbeda di sepanjang periode waktu ini akan menghasilkan

ragam sisaan yang tidak konstan. Oleh karena itu, diduga bahwa ada hubungan

ragam sisaan yang tidak konstan dengan bentuk distribusi data. Bentuk distribusi

yang dimaksud berhubungan dengan parameter ragam, kurtosis dan skewness.

Sebagai studi kasus, data yang digunakan adalah data harga saham harian dari

5 perusahaan yang terdaftar di bursa saham NYSE (New York Stock Exchange),

yaitu: General Motor, Minnesota Mining, Reuters Holdings, Time Warner dan

Washington Mutual. Data dari 5 perusahaan tersebut dipilih dengan dua alasan

yaitu: pertama, sudah mewakili berbagai perusahaan yang bergerak di bidang

bisnis jasa dan produksi di NYSE; kedua, data relatif sangat berfluktuatif (relatif

tidak stabil). Pemodelan data deret waktu menggunakan 9 kategori periode tahun,

yaitu: 2000, 2001, 2002, 2003, 2004, 2000-2001, 2000-2002, 2000-2003 dan

2000-2004. Ke-9 kategori periode tahun dipilih untuk melihat perubahan data,

perubahan model dan perubahan MSE (Mean Square Error).

Penelitian ini menghasilkan tiga hasil, yaitu: pertama, dengan membandingkan

uji-LM, simpangan baku, skewness dan kurtosis dari data 5 perusahaan, didapat

bahwa adannya kecenderungan menghasilkan kondisi heteroskedasitas, sehingga

model deret waktu membutuhkan persamaan ARCH-GARCH. Data-data

perusahaan yang tidak memiliki masalah heteroskedasitas menghasilkan

(6)

ARCH(1)-GARCH(1), ARCH(2)-GARCH(1), ARCH(1)-GARCH(2), dan

ARCH(2)-GARCH(1). Model ARIMA yang dihasilkan adalah: ARIMA(0,1,1),

ARIMA(1,1,1), ARIMA(1,1,2), dan ARIMA(2,1,1); kedua, berdasarkan analisis

dengan menggunakan boxplot, didapat bahwa model deret waktu lebih baik

dibandingkan model Black-Scholes karena memiliki rataan MSE dan simpangan

baku MSE yang lebih kecil. Model Black-Scholes lebih baik dibandingkan model

deret waktu dalam hal penyebaran data MSE yang kekar (robust); ketiga, jika

peramalan data deret waktu mengakibatkan tidak adanya model deret waktu, maka

dapat digunakan model Black-Scholes sebagai alternatif pemilihan model karena

nilai MAPE kedua model tadi tidak berbeda secara berarti.

(7)

@Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

(8)

PENANGANAN MASALAH HETEROSKEDASITAS DENGAN

MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL BLACK-SCHOLES

MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Statistika

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis :Penanganan Masalah Heteroskedasitas dengan Model

ARCH-GARCH dan Model Black-Scholes.

Nama : Moses Alfian Simanjuntak

NIM : G151040091

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Muhammad Nur Aidi, MS Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Statistika Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Aji Hamim Wigena, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

(10)
(11)

PENANGANAN MASALAH HETEROSKEDASITAS DENGAN

MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL BLACK-SCHOLES

MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis PENANGANAN MASALAH

HETEROSKEDASITAS DENGAN MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL

BLACK-SCHOLES adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing

dan belum pernah diajukan kepada perguruan tinggi manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2009

Moses Alfian Simanjuntak

(13)

ABSTRACT

MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK. The Conditional Heteroscedasticity

Handling with ARCH-GARCH Model and Black-Scholes Model. Supervised

by MUHAMMAD NUR AIDI and I MADE SUMERTAJAYA.

An important class of time series models is the family of AutoRegressive

Integrated Moving Average (ARIMA) models that involving three steps:

identification, estimation and diagnostic checking was first developed by Box and

Jenkins (1976). The variance of residuals (step-3) are assumed to have a constant

(homoskedasticity). On the other hand, this condition was termed

heteroscedasticity. The ARCH model process was first developed by Engle (1982)

and GARCH model by Bollerslev (1986) in order to accommodate

heteroscedasticity. The ARCH-GARCH model process involving three steps that

refer to ARIMA steps. Black-Scholes model need just two assumptions: that both

the risk-free interest rate and stock return volatility are constant. The conditional

heteroscedasticity is directly dependent on conditional higher variance, kurtosis

(> 6) and skewness (Yan, 2005). This research consider to: indicate

heteroscedasticity, compare both models in MSE of NYSE returns, and forecast of

NYSE returns. In this research find that (i) Plot of Reuter Holdings daily stock is

not constant in volatility and have higher kurtosis of stock return=6,06 so that

from both informations have result ARCH-GARCH model, (ii) Time series model

always perform better because this model with the lowest MSE value (iii) The

best forecasting model is time series model because this model with the lowest

MAPE value but both MAPE values approximately to be equal. In some special

cases, if time series model can not be used to forecast then can be guided by

Black-Scholes model as the alternative model.

(14)

RINGKASAN

MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK. Penanganan Masalah Heteroskedasitas

dengan Model ARCH-GARCH dan Model Black-Scholes. Dibimbing oleh

MUHAMMAD NUR AIDI dan I MADE SUMERTAJAYA.

Data deret waktu dapat dimodelkan dengan menggunakan model deret

waktu (ARIMA dan ARCH-GARCH), model Black-Scholes, model MIMIC

(Multiple Indicators and Multiple Causes), model Markov Switching, dan model

Time Varying Coefficient. Dalam penulisan ini, model yang digunakan adalah

model deret waktu (ARIMA dan ARCH-GARCH) dan model Black-Scholes.

Model deret waktu yang menggunakan persamaan rataan (ARIMA)

membutuhkan 3 tahapan, yaitu: spesifikasi model, pendugaan parameter dan

pemeriksaan diagnostik (Brooks, 2002). Pada pemeriksaan diagnostik, ragam

sisaan diasumsikan konstan, pelanggaran terhadap asumsi ini sering disebut

heteroskedasitas. Pendeteksian masalah heteroskedasitas dapat dilakukan dengan

uji-LM dan menganalisis volatilitas (pola ragam) data. Masalah heteroskedasitas

ini dapat mengakibatkan ragam sisaan dari penduga berbias. Penanganan masalah

heteroskedasitas diatasi dengan persamaan ragam (ARCH-GARCH) yang

memodelkan sisaan tersebut menjadi konstan. Langkah lain untuk menangani

masalah heteroskedasitas adalah dengan melakukan transformasi data. Seperti

halnya persamaan rataan, persamaan ragam membutuhkan 3 tahapan, yaitu:

pendugaan parameter, pemeriksaan diagnostik dan uji keberadaan ARCH

(Brooks, 2002).

Model Black-Scholes merupakan pemodelan data dengan asumsi utama

adalah suku bunga dan ragam dari harga saham adalah konstan (Bodie et al.,

1999). Model Black-Scholes yang diperkenalkan oleh Fischer Black, Myron

Scholes dan Robert Merton telah mendapat hadiah Nobel di bidang ekonomi pada

tahun 1997.

Model deret waktu merupakan model yang sangat baik, namun memiliki

(15)

seakan-akan model sesuai dengan data. Untuk menangani penentuan orde, dapat

dilakukan dengan pemodelan ragam dan pemodelan Scholes. Model

Black-Scholes merupakan model yang sederhana, namun model ini memiliki kelemahan

yaitu tidak memodelkan pengaruh sisaan yang dihasilkan dan tidak dapat

menangani masalah seasonal. Oleh karena itu, perlu diuji kedekatan model

Black-Scholes terhadap model deret waktu secara berarti. Jika suatu penelitian dalam

memprediksi data menggunakan model deret waktu mengalami kendala yang

diakibatkan tidak terpenuhinya sebagian langkah, maka dapat digunakan model

Black-Scholes sebagai model alternatif untuk memprediksi data.

Dalam penelitian yang menggunakan data deret waktu, sering ditemukan data

yang memiliki volatilitas (pola ragam) yang berbeda di sepanjang periode waktu.

Volatilitas data yang berbeda di sepanjang periode waktu ini akan menghasilkan

ragam sisaan yang tidak konstan. Oleh karena itu, diduga bahwa ada hubungan

ragam sisaan yang tidak konstan dengan bentuk distribusi data. Bentuk distribusi

yang dimaksud berhubungan dengan parameter ragam, kurtosis dan skewness.

Sebagai studi kasus, data yang digunakan adalah data harga saham harian dari

5 perusahaan yang terdaftar di bursa saham NYSE (New York Stock Exchange),

yaitu: General Motor, Minnesota Mining, Reuters Holdings, Time Warner dan

Washington Mutual. Data dari 5 perusahaan tersebut dipilih dengan dua alasan

yaitu: pertama, sudah mewakili berbagai perusahaan yang bergerak di bidang

bisnis jasa dan produksi di NYSE; kedua, data relatif sangat berfluktuatif (relatif

tidak stabil). Pemodelan data deret waktu menggunakan 9 kategori periode tahun,

yaitu: 2000, 2001, 2002, 2003, 2004, 2000-2001, 2000-2002, 2000-2003 dan

2000-2004. Ke-9 kategori periode tahun dipilih untuk melihat perubahan data,

perubahan model dan perubahan MSE (Mean Square Error).

Penelitian ini menghasilkan tiga hasil, yaitu: pertama, dengan membandingkan

uji-LM, simpangan baku, skewness dan kurtosis dari data 5 perusahaan, didapat

bahwa adannya kecenderungan menghasilkan kondisi heteroskedasitas, sehingga

model deret waktu membutuhkan persamaan ARCH-GARCH. Data-data

perusahaan yang tidak memiliki masalah heteroskedasitas menghasilkan

(16)

ARCH(1)-GARCH(1), ARCH(2)-GARCH(1), ARCH(1)-GARCH(2), dan

ARCH(2)-GARCH(1). Model ARIMA yang dihasilkan adalah: ARIMA(0,1,1),

ARIMA(1,1,1), ARIMA(1,1,2), dan ARIMA(2,1,1); kedua, berdasarkan analisis

dengan menggunakan boxplot, didapat bahwa model deret waktu lebih baik

dibandingkan model Black-Scholes karena memiliki rataan MSE dan simpangan

baku MSE yang lebih kecil. Model Black-Scholes lebih baik dibandingkan model

deret waktu dalam hal penyebaran data MSE yang kekar (robust); ketiga, jika

peramalan data deret waktu mengakibatkan tidak adanya model deret waktu, maka

dapat digunakan model Black-Scholes sebagai alternatif pemilihan model karena

nilai MAPE kedua model tadi tidak berbeda secara berarti.

(17)

@Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

(18)

PENANGANAN MASALAH HETEROSKEDASITAS DENGAN

MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL BLACK-SCHOLES

MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Statistika

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(19)

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis :Penanganan Masalah Heteroskedasitas dengan Model

ARCH-GARCH dan Model Black-Scholes.

Nama : Moses Alfian Simanjuntak

NIM : G151040091

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Muhammad Nur Aidi, MS Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Statistika Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Aji Hamim Wigena, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

(20)
(21)

PRAKATA

Terima kasih kepada semua pihak yang mendukung penulisan penelitian

ini dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam proses pembuatan tesis ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai

pihak diantaranya keluarga, dosen, rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana program

studi Statistika IPB. Dengan segala keterbatasan, akhirnya tesis yang berjudul

“PENANGANAN MASALAH HETEROSKEDASITAS DENGAN MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL BLACK-SCHOLES” dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayah, Ibu dan adik-adik tercinta yang telah memberikan segala bantuan dan

juga doa sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan hingga jenjang

Magister.

2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Nur Aidi, MS. dan Bapak Dr. Ir. I Made

Sumertajaya, M.Si. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing.

3. Bapak Dr. Ir. Aji Hamim Wigena, M.Sc. dan Ibu Dr. Ir. Erfiani, MS. yang

banyak membantu saya untuk menyelesaikan studi.

4. Rekan-rekan STK 2004 yang telah memberikan bantuan, saran, dan dukungan

dalam penulisan ini.

Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mohon maaf jika masih terdapat

banyak kekurangan pada tesis ini, semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Bogor, Februari 2009

(22)

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak pertama dari pasangan Bapak Simanjuntak dan Ibu

Aritonang, lahir di Banjarmasin tanggal 7 Oktober 1971. Penulis menyelesaikan

pendidikan SD hingga SMA di Medan, kemudian melanjutkan studinya di Institut

Teknologi Bandung jurusan Matematika lulus tahun 1998.

Lulus dari perguruan tinggi, penulis sempat bekerja di Bank BNI46 dan

PT I3 Networking. Akhirnya, penulis tertarik dengan dunia pendidikan maka pada

tahun 2004 melanjutkan pendidikan di Sekolah Pascasarjana IPB jurusan

(23)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

1. PENDAHULUAN………..….…. 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan Penelitian... 2

2. TINJAUAN PUSTAKA... 3

2.1 Model ARIMA dan model ARCH-GARCH... 3

2.1.1 Model ARIMA... 3

2.1.2 Model ARCH-GARCH... 10

2.2 Kriteria pemilihan model deret waktu berdasarkan kriteria informasi... 13

2.3 Model Black-Scholes... 14

2.4 Perbandingan antar model berdasarkan nilai MSE... 16

2.5 Kriteria pemilihan model berdasarkan hasil peramalan... 17

3. METODOLOGI... 18

3.1 Data………... 18

3.2 Metode ………... 18

4. HASIL DAN PEMBAHASAN... 21

4.1 Deskriptif data………... 21

4.2 Perbandingan metode pendeteksian heteroskedasitas………. 25

4.3 Pemodelan deret waktu... 27

4.4 Pemodelan Black-Scholes... 30

4.5 Perbandingan kedua model berdasarkan boxplot MSE... 33

4.6 Peramalan dan interpretasi hasil... 34

5. SIMPULAN DAN SARAN... 36

5.1 Simpulan... 36

5.2 Saran... 37

DAFTAR PUSTAKA... ………... 38

(24)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Statistik deskriptif data return St periode Januari 2000 s.d

Desember 2004 untuk lima perusahaan di sembilan kategori tahun...23

Tabel 2. Uji keberadaan heteroskedasitas

(Ho: Sisaan konstan; H1: Sisaan tidak konstan) untuk lima

perusahaan pada sembilan kategori tahun………..26 Tabel 3. Model deret waktu dari lima perusahaan pada sembilan

kategori tahun……….…29

Tabel 4. Data masukkan model Black-Scholes dari lima perusahaan pada

sembilan kategori tahun………..31

Tabel 5. Nilai MSE dari model deret waktu dan model

Black-Scholes untuk lima perusahaan pada sembilan kategori tahun…32

Tabel 6. Perbandingan nilai MAPE dariharga saham pada model

(25)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Harga saham harian periode Januari 2000 s.d Desember 2004 dari

lima perusahaan...21

Gambar 2. Data return St periode Januari 2000 s.d Desember 2004 dari

lima perusahaan...22

Gambar 3. Boxplot MSE dari model deret waktu dan model Black-Scholes

(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Proses pembentukan model ARIMA dan ARCH-GARCH

untuk data harga saham harian perusahaan Reuters Holding

pada tahun 2002...40

Lampiran 2. Uji Augmented Dickey-Fuller (ADF) untuk lima perusahaan

pada sembilan kategori tahun...44

Lampiran 3. SBIC dari model deret waktu untuk lima perusahaan pada

(27)

1

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Data deret waktu dapat dimodelkan dengan menggunakan model deret

waktu (ARIMA dan ARCH-GARCH), model Black-Scholes, model MIMIC

(Multiple Indicators and Multiple Causes), model Markov Switching, dan model

Time Varying Coefficient. Dalam penulisan ini, model yang digunakan adalah

model deret waktu (ARIMA dan ARCH-GARCH) dan model Black-Scholes.

Model deret waktu yang menggunakan persamaan rataan (ARIMA)

membutuhkan 3 tahapan, yaitu: spesifikasi model, pendugaan parameter dan

pemeriksaan diagnostik (Brooks, 2002). Pada pemeriksaan diagnostik, ragam

sisaan diasumsikan konstan, pelanggaran terhadap asumsi ini sering disebut

heteroskedasitas. Pendeteksian masalah heteroskedasitas dapat dilakukan dengan

uji-LM dan menganalisis volatilitas (pola ragam) data. Masalah heteroskedasitas

ini dapat mengakibatkan ragam sisaan dari penduga berbias. Penanganan masalah

heteroskedasitas dapat diatasi dengan persamaan ragam (ARCH-GARCH) yang

memodelkan sisaan tersebut menjadi konstan. Langkah lain untuk menangani

masalah heteroskedasitas adalah dengan melakukan transformasi data. Seperti

halnya persamaan rataan, persamaan ragam membutuhkan 3 tahapan, yaitu:

pendugaan parameter, pemeriksaan diagnostik dan uji LM-ARCH (Brooks, 2002).

Model Black-Scholes merupakan pemodelan data dengan asumsi utama

adalah suku bunga dan ragam dari harga saham adalah konstan (Bodie et al.,

1999). Model Black-Scholes yang diperkenalkan oleh Fischer Black, Myron

Scholes dan Robert Merton telah mendapat hadiah Nobel di bidang ekonomi pada

tahun 1997.

Model deret waktu merupakan model yang sangat baik, namun memiliki

kelemahan dalam penentuan orde. Penentuan orde yang tidak sesuai berakibat

seakan-akan model sesuai dengan data. Untuk menentukan orde dalam model

deret waktu dibutuhkan data yang benar-benar stasioner baik rataan maupun

ragam. Apabila kestasioneran rataan tidak dipenuhi dapat ditangani dengan proses

(28)

2 ditangani dengan transformasi, pemodelan ragam atau pemodelan Black-Scholes.

Model Black-Scholes merupakan model yang sederhana, namun model ini

memiliki kelemahan yaitu tidak memodelkan pengaruh sisaan yang dihasilkan dan

tidak dapat menangani masalah seasonal. Oleh karena itu, perlu diuji kedekatan

model Black-Scholes terhadap model deret waktu secara berarti. Jika suatu

penelitian dalam memprediksi data menggunakan model deret waktu mengalami

kendala yang diakibatkan tidak terpenuhinya sebagian langkah, maka dapat

digunakan model Black-Scholes sebagai model alternatif untuk memprediksi data.

Dalam penelitian yang menggunakan data deret waktu, sering ditemukan data

yang memiliki volatilitas (pola ragam) yang berbeda di sepanjang periode waktu.

Volatilitas data yang berbeda di sepanjang periode waktu ini akan menghasilkan

ragam sisaan yang tidak konstan. Oleh karena itu, diduga bahwa ada hubungan

ragam sisaan yang tidak konstan dengan bentuk distribusi data. Bentuk distribusi

yang dimaksud berhubungan dengan parameter ragam, kurtosis dan skewness.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Identifikasi heteroskedasitas pada data deret waktu dan penanganannya.

2. Perbandingan antara model deret waktu dan model Black-Scholes

3. Peramalan data dengan menggunakan model deret waktu dan model

(29)

3

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model ARIMA dan model ARCH-GARCH

Model deret waktu satu peubah adalah suatu spesifikasi model yang

digunakan untuk memprediksi peubah tersebut di masa yang akan datang dengan

menggunakan informasi dirinya sendiri dan pola sisaan dari periode waktu

sebelumnya. Seperti yang sudah dijelaskan di bagian pendahuluan, model deret

waktu satu peubah terdiri dari dua model, yaitu: model ARIMA dan model

ARCH-GARCH. Model ARIMA membutuhkan 3 tahapan, yaitu: spesifikasi

model, pendugaan parameter dan pemeriksaan diagnostik. Model ARCH-GARCH

membutuhkan 3 tahapan, yaitu: pendugaan parameter, pemeriksaan diagnostik

dan uji keberadaan heteroskedasitas. Model ARCH-GARCH dibutuhkan jika

syarat ragam sisaan pada model ARIMA tidak konstan.

2.1.1 Model ARIMA

Metode Box dan Jenkins (1976) digunakan untuk membangun model ARIMA.

Model ARIMA melalui tiga langkah dalam pembentukannya (Brooks, 2002),

yaitu:

1. Spesifikasi model

2. Pendugaan parameter.

3. Pemeriksaan model secara diagnostik.

Spesifikasi model

Spesifikasi model adalah pemilihan suatu model yang mengikuti bentuk

dinamika data. Penelitian empiris biasanya merupakan proses yang saling

berinteraksi. Suatu proses yang dimulai dengan spesifikasi model berhubungan

langsung dengan pendugaan parameter. Suatu proses pemilihan spesifikasi model

biasanya melibatkan beberapa pilihan, yaitu: peubah yang harus dimasukkan

kedalam model, fungsi tertentu yang berhubungan dengan peubah, dan

menganalisis struktur dinamik dari peubah-peubah yang saling berhubungan.

Sebelum melakukan spesifikasi model, data peubah harus terlebih dahulu

(30)

4 Misalkan Yt adalah peubah acak yang mewakili data deret waktu pada periode

ke-t, t = 1,2,3,... dan Yt disebut stasioner jika memiliki rataan konstan, ragam

konstan dan struktur autokoragam konstan. Ketiga parameter tersebut dinyatakan

sebagai berikut:

1. Rataan konstan,  )... ( )

2 ( ) 1

(y E y E yt

E

2. Ragam konstan, )2 ... ( )2 2

2 ( 2 ) 1

(y   E y   E yt  

E

3. Autokoragam konstan, E[ytE(yt)][ytsE(yts)]

s s,t0,1,2,...

Data yang stasioner sangat kuat mempengaruhi perilaku pembentukan model.

Di sisi lain, jika data tidak stasioner berakibat model menjadi semu cocok dengan

data (Brooks, 2002).

Alat ukur untuk mengetahui apakah data sudah memenuhi asumsi

kestasioneran adalah dengan menganalisis plot ACF (Autocorrelation Function)

dan plot PACF (Partial Autocorrelation Function). Data stasioner dapat diketahui

dari 3 kemungkinan pola plot dari ACF dan PACF, yaitu:

1. Plot ACF mengalami perilaku menurun perlahan, sedangkan plot PACF

mengalami penurunan drastis pada suatu lag.

2. Plot ACF mengalami penurunan drastis pada suatu lag, sedangkan plot PACF

mengalami perilaku menurun perlahan.

3. Plot ACF maupun plot PACF mengalami perilaku menurun perlahan secara

bersamaan.

Plot ACF

Koefisien Autocorrelation antara Yt dan Yt-1 (saat lag-1) adalah 1 dan dinyatakan sebagai berikut

          n t Y t Y n t Y t Y Y t Y 1 2 ) _ ( 2 ) _ 1 )( _ ( 0 1 1   
(31)

5

           n t Y t Y n k t Y k t Y Y t Y k k 1 2 ) _ ( 1 ) _ )( _ ( 0    dengan

n adalah banyaknya data selama waktu t.

k = 0,1,…,K

Plot antara k dan k menghasilkan suatu grafik yang dikenal dengan nama ACF. Pada umumnya, contoh autocorrelation diambil dengan: Kn/4 (Montgomery et al. 1990). Data stasioner jika pada lag-1 atau lag-2 akan drastis

turun ke nol (Makridakis et al.,1983).

Plot PACF

PACF yang dinotasikan kk adalah alat ukur korelasi antara data lag-k dan yt, setelah mengkondisikan data tertentu sebelum lag-k.

Bentuk umum persamaan PACF, yaitu:

2 ), 1 1 0 , 1 1 (        

k

k i i y i y k i i k y i k y

kk   

Pada lag-1, nilai ACF dan nilai PACF adalah sama, dengan nilai PACF = 11 = 1

 . Nilai PACF juga didefinisikan sebagai koefisien terakhir dari model AR(p). Untuk data yang memiliki nilai ragam relatif tidak konstan, dilakukan

transformasi, misalkan dengan transformasi logaritma natural. Transformasi

logaritma natural juga dapat menghilangkan pengaruh satuan dengan persamaan

t t t t y y y S ln ,

1

    

 adalah data peubah. Dalam ilmu keuangan, transformasi ini

dikenal dengan nama continuously compounding return. Untuk data yang

memiliki nilai rataan relatif tidak konstan, dilakukan selisih atau diferensiasi

ordo-d (Integrated), yaitu:

t d t

(32)

6 dimana BdStStd dan d adalah ordo selisih dengan nilai 1,2,3....

Pengujian data stasioner dengan menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller

(ADF)

Ho: Data tidak stasioner, ytut (a unit root)

H1: Data stasioner, yt yt1tut(no unit root)

dengan

ytadalah peubah tak bebas pada saat t.

ytytyt1

 adalah parameter model adalah parameter model (drift)

tadalah parameter model pada saat t (time trend) ut adalah sisaan pada saat t.

Statistik uji-t =

)

ˆ

(

ˆ  

SE

Model AR (Autoregressive)

Pada model ini peubah tak bebas dipengaruhi oleh pengamatan itu sendiri

pada periode waktu sebelumnya. Data pengamatan pada saat awal sampai dengan

pada saat p tidak bebas, namun setelah waktu p bebas. AR (p) dengan ordo-p,

memiliki persamaan

t

p

i

i t i

t Y u

Y  

 

1 

 (2.1)

dengan

Yt adalah peubah tak bebas pada saat t.

dan i adalah parameter model

p adalah banyaknya ordo yang dibutuhkan pada model AR

(33)

7 Model MA (Moving Average)

Pada model ini peubah tak bebas merupakan nilai sisaan pada periode waktu

sebelumnya. Data pengamatan pada saat awal sampai dengan pada saat q tidak

bebas, namun setelah waktu q bebas. MA (q) dengan ordo-q, memiliki persamaan

t q j j t j

t u u

Y  

1 

 (2.2)

dengan

Yt adalah peubah tak bebas pada saat t.

dan j adalah parameter modelMA

q adalah banyaknya ordo yang dibutuhkan pada model MA

ut adalah sisaan pada saat t.

Model ARMA (Autoregressive Moving Average)

Model ini merupakan campuran antara AR(p) dan MA(q). ARMA(p,q) dengan

ordo-p dan ordo-q, memiliki persamaan

t q j j t j p i i t i

t Y u u

Y  

 

 

1  1

 (2.3)

dengan

Yt adalah peubah tak bebas pada saat t.

,idan jadalah parameter modelARMA

p dan q adalah banyaknya ordo yang dibutuhkan pada model ARMA

ut adalah sisaan pada saat t.

Model ARIMA (p,d,q) pada model deret waktu adalah

t q j j t j p i i t i

t dY u u

Y

d

 

1  1

 (2.4)

dengan dst. 2, -ordo selisih adalah 1 -ordo selisih adalah 1 2 1           t t t t t t Y Y Y Y Y Y

Yt adalah peubah tak bebas pada saat t.

(34)

8 p dan q adalah banyaknya ordo yang dibutuhkan pada model ARIMA

d adalah banyaknya selisih ordo yang dibutuhkan pada model ARIMA

ut adalah sisaan pada saat t.

Data yang tidak stasioner dalam rataan dapat diatasi dengan mengambil

selisih orde-1 atau orde-2 saja (Box & Jenkins, 1976). Jika diambil selisih dengan

orde yang lebih besar lagi, akan berakibat kesulitan dalam menginterpretasi plot

autocorrelation dan ragamnya juga akan membesar. Ini menunjukkan bahwa

proses selisih tidak ada gunanya (Abraham & Ledolter, 1983). Model ARMA(p,q)

yang datanya diperlakukan dengan selisih ordo-d disebut model ARIMA(p,d,q).

Untuk nilai d = 0 maka model ARIMA(p,d,q) sama dengan ARMA(p,q).

Spesifikasi model ARIMA didasarkan pada rekomendasi hasil analisis

terhadap plot ACF dan plot PACF, yaitu:

1. Model AR(p) mengalami perilaku menurun perlahan pada plot ACF dan

menurun drastis pada lag ke-p untuk plot PACF.

2. Model MA(q) mengalami perilaku menurun drastis pada lag ke-q untuk plot

ACF dan menurun perlahan pada plot PACF.

3. Model ARMA(p,q) mengalami perilaku menurun perlahan pada plot ACF

maupun plot PACF.

Dalam penelitian yang menggunakan data deret waktu, plot ACF dan plot

PACF belum tentu sama dengan hasil rekomendasi. Hal ini dikarenakan oleh

karakteristik dan pola suatu data dapat berbeda dengan data yang lain, misalkan

data saham berbeda dengan data nilai tukar kurs. Oleh karena itu, model deret

waktu dalam pembentukannya tidak hanya memperhatikan plot ACF dan plot

PACF pada rekomendasi saja, dan pemilihan ordo-p dan ordo-q dapat dilakukan

dengan mengambil kombinasi ordo-1 dan ordo-2. Software statistik seperti

E-views yang digunakan untuk membentuk model deret waktu sudah dilengkapi

dengan proses pendeteksian kestasioneran data (testing for no unit root).

Pendugaan parameter model

Pendugaan parameter yang nyata berhubungan langsung dengan

spesifikasi model. Pendugaan parameter model menggunakan Metode Kuadrat

(35)

9 Dari berbagai model alternatif, dipilih suatu model yang memiliki parameter yang

nyata.

Diagnostik model

Pemeriksaan diagnostik melibatkan pemeriksaan model seperti apakah suatu

model sudah memenuhi spesifikasi dan pendugaan parameter. Diagnostik model

dilakukan untuk menganalisis apakah model sudah layak dengan data. Dalam hal

ini, Box dan Jenkins (1976) menyarankan dua metode yaitu: diagnostik sisaan dan

kecocokan model.

Diagnostik sisaan terdiri dari 2 syarat, yaitu: kebebasan antar sisaan dan sisaan

berdistribusi normal dengan rataan nol serta ragam konstan. Diagnostik sisaan

dilakukan dengan 3 metode, yaitu: uji statistik Box-Pierce, korelasi plot ACF dan

PACF, dan uji statistik Ljung-Box dan uji statistik Jarque-Bera.

Salah satu alat menguji kelayakan model adalah uji statistik Box-Pierce atau

uji Port Manteau (Cryer, 1986):

  k i i k Q 1 2 

Sisaan, ut ~ N(0,

2

) dan saling bebas jika 2

q p k Q

diinginkan yang lag maksimum adalah k i -ke lag pada sisaan si autokorela adalah dengan 2 i 

p dan q adalah lag pada ARIMA

Kelayakan model dapat dilihat dari korelasi plot ACF dan plot PACF. Model

layak jika tidak ada korelasi plot tadi secara nyata (Bowerman & O’Connell, 1987).

Uji statistik Ljung-Box berguna untuk menguji sisaan saling bebas,

sedangkan uji statistik Jarque Bera berguna untuk menguji kenormalan sisaan.

Sisaan saling bebas, E(ut,us) = 0, ts

Statistik uji Ljung-Box diformulasikan sebagai

  

k

(36)

10 ARIM A pada lag adalah q dan p pengamatan banyaknya adalah n diinginkan yang lag maksimum adalah k i -ke lag pada sisaan si autokorela adalah 2 dengan 1994) (Hamilton, 2 q -p -k Q jika bebas saling Sisaan i   

Uji kenormalan sisaan

Statistik uji Jarque Bera diformulasikan sebagai

JB = 1/6(n-K)(S2+1/4(p-3)2)

Sisaan berdistribusi normal jika 2 2

 

JB (Tagliafichi, 2003)

dengan

S adalah parameter kemenjuluran

K adalah parameter keruncingan

p adalah banyaknya parameter model

n adalah banyaknya pengamatan

Jika persamaan rataan sudah memenuhi persyarat yang ditentukan, maka

langkah terakhir adalah kecocokan model. Kecocokan model dilakukan dengan

proses overfitting, yaitu: melakukan analisis respon data terhadap model dan

mengevaluasi dampak dari grafik model terhadap data, kemudian hasilnya

digunakan untuk melihat faktor-faktor mana saja yang dapat dikurangi.

2.1.2 Model ARCH-GARCH

Asumsi dari ragam sisaan model ARIMA haruslah konstan. Jika kondisi ini

tidak dipenuhi maka ragam sisaan akan berubah ubah setiap waktu, sehingga

model ARIMA mengalami kendala dalam memprediksi data. Kondisi yang

demikian memenuhi E(ut2)2 dengan t 1,2,...,T. Ragam sisaan yang tidak konstan mengakibatkan model pendugaan tidak lagi efisien digunakan. Kondisi

ini dikenal dengan heteroskedasitas, untuk mengakomodasinya digunakan model

ARCH (Watsham & Parramore, 1997). Uji keberadaan heteroskedasitas

menggunakan statistik uji LM (Lagrange Multiplier) yang diformulasikan sebagai

(37)

11 LM = n.R2

Model memenuhi E(ut2)2 dengan t 1,2,...,T jika LM  a2 (Tagliafichi, 2003).

dengan

n adalah banyaknya data selama waktu ke-t.

           n i i n i i y y y y R 1 2 1 2 ^ 2

adalah besarnya kontribusi keragaman yang dapat

dijelaskan data deret waktu sebelumnya.

yi

^

adalah data model

y adalah rataan data aktual

yi adalah data aktual

a adalah banyaknya waktu sebelumnya yang mempengaruhi data sekarang.

Ada dua alasan utama mengapa harus memodelkan volatilitas (pola ragam).

Pertama, kebutuhan akan menganalisis resiko dalam memegang aset. Kedua,

selang kepercayaan dari suatu parameter dapat berubah jika periode waktu

berubah, sehingga pemodelan volatilitas dibutuhkan agar penaksiran lebih efisien

(Eviews 5 User’s Guide). Model ARCH merupakan suatu model yang secara

spesifik dirancang untuk meramalkan berbagai kondisi ragam. Model ARCH

pertama sekali diperkenalkan oleh Engle pada tahun 1982. Selanjutnya, melalui

model ARCH ini, Engle mendapatkan hadiah Nobel bidang ekonomi pada tahun

2003. Model ARCH sangat luas dipakai dalam ilmu ekonometrik, terutama dalam

analisis keuangan deret waktu. Modifikasi model AR(p) dengan mentransformasi

sisaan menjadi bentuk sisaan kuadrat menghasilkan model ARCH. Persamaan

model ARCH adalah:

1. ARCH (1): t2 Var(ut |ut1,ut2,...)E(ut2 |ut1,ut2,...)0 1ut21 Data sisaan (ut) didapat dari sisaan model ARIMA, sehingga

t t u t v

(38)

12

2. ARCH(c):

    c i i t i t u 1 2 0

2  

 (2.5)

Pada tahun 1986, Bollerslev dan Taylor membuat bentuk umum dari ARCH

dengan maksud menghindarkan struktur lag ragam sisaan yang panjang pada

model ARCH yang dibuat Engle. Model ini dikenal dengan GARCH(c,d) dengan

persamaan:

       d j j t j c i i t i t u 1 2 1 2 0

2    

 (2.6)

dengan

t2adalah fungsi dari sisaan kuadrat pada saat t. 0,idan j adalah parameter model

ut2i adalah sisaan kuadrat pada saat t-i.

c dan d adalah banyaknya ordo yang dibutuhkan pada model ARCH-

GARCH.

Z adalah peubah berdistribusi normal baku.

Persamaan ragam membutuhkan 3 tahapan (Eviews 5 User’s Guide), yaitu:

pendugaan parameter, diagnostik sisaan dan pengujian keberadaan ARCH dengan

LM (Lagrange Multiplier)-Test. Pendugaan parameter menggunakan metode

kemungkinan maksimum (maximum likelihood), quasi-maximum likelihood dan

algoritma Gauss-Newton. Maximum likelihood digunakan untuk memprediksi

parameter dengan menggunakan fungsi logaritma natural. Quasi-maximum

likelihood digunakan untuk memprediksi parameter yang konsisten walaupun

tidak terpenuhinya asumsi distribusi data. Algoritma Gauss-Newton mengikuti

metode Newton Raphson dan digunakan untuk permasalahan kuadrat terkecil

dalam bentuk umum non linier. Diagnostik sisaan menggunakan langkah yang

sama seperti prosedur ARIMA. Dari berbagai model deret waktu yang memenuhi

persyaratan, dipilih satu model yang terbaik berdasarkan kriteria pemilihan model

(39)

13

2.2 Kriteria pemilihan model deret waktu berdasarkan kriteria informasi

Analisis deret waktu menggunakan data yang tidak stationer berakibat

menghasilkan plot ACF dan plot PACF yang sulit diinterpretasi sehingga

mengalami kesulitan dalam membuat spesifikasi model untuk data tersebut. Cara

lain untuk mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan kriteria informasi

(information criteria). Kriteria informasi sering digunakan sebagai suatu panduan

dalam memilih model (Grasa, 1989). Nilai kriteria informasi dapat

mengakomodasi pengukuran informasi secara langsung yang membuat

keseimbangan antara pengukuran goodness of fit dan penghematan parameter

model. Ada 3 kriteria informasi yang paling terkenal, yaitu:

1. Akaike’s information criterion, AIC 2(l/T)2(k/T)

l adalah nilai dari algoritma fungsi likelihood.

k adalah parameter harapan yang menggunakan T pengamatan.

AIC cenderung memilih model dengan jumlah parameter yang lebih banyak.

Kelebihan dari AIC adalah lebih efisien, namun memiliki kekurangan yaitu

tidak konsisten. Konsisten adalah suatu kondisi dimana jika terjadi perubahan

besar pada data maka parameter tidak akan berubah. Efisien adalah suatu

kondisi dimana perolehan parameter lebih cepat dengan menggunakan data

yang ada.

2. Schwarz’s Bayesian information criterion, SBIC2(l/T)klog(T)/T

Kelebihan dari SBIC adalah lebih konsisten namun kelemahannya adalah

tidak efisien.

3. Hannan-Quinn information criterion, HQIC2(l/T)2klog(log(T))/T

HQIC merupakan gabungan antara SBIC dan AIC.

Informasi kriteria lain yang dapat dipakai adalah adjusted-R2. Kelebihan dari

adjusted-R2 adalah membesar jika ditambah peubah bebas (hal ini tidak berlaku

untuk R2). Pemilihan model terbaik adalah dengan memilih nilai adjusted-R2

maksimum, namun untuk AIC maupun SBIC adalah minimum dan banyak

pengamatan antar model harus sama.

Persamaan model deret waktu dan model Black-Scholes yaitu memiliki

asumsi data yang stasioner dalam rataan maupun ragam. Perbedaan kedua model

(40)

14 merupakan model perkalian parameter dengan waktu ke-t dan merupakan

keluarga fungsi eksponensial, sedangkan model deret waktu merupakan model

penjumlahan yang memodelkan peubah diri sendiri (AR), sisaan (MA) dan pola

sisaan kuadrat (ARCH/GARCH) dan merupakan keluarga fungsi linier dan fungsi

non linier.

2.3 Model Black-Scholes

Berbagai perusahaan dalam mengembangkan bisnisnya melakukan transaksi

surat-surat berharga di pasar modal. Surat-surat berharga yang ditransaksikan di

pasar modal misalkan saham, obligasi dan opsi.

Opsi adalah salah satu instrumen keuangan yang memberikan hak kepada

pemegangnya untuk membeli atau menjual saham atau komoditi di masa yang

akan datang dengan kesepakatan nilai tertentu. Dalam perkembangan sebelumnya,

belum ada suatu model baku yang dikenal untuk memprediksi opsi secara berarti,

hanya dengan perasaan saja. Model Black-Scholes merupakan suatu pegangan di

awal era derivatif keuangan modern. Model ini digunakan untuk memprediksi

suatu ekuitas seperti opsi secara berarti. Ekuitas adalah kewajiban perusahaan

kepada pihak lain untuk membayar suatu nilai tertentu. Model Black-Scholes yang

diperkenalkan Fischer Black, Myron Scholes dan Robert Merton telah mendapat

hadiah Nobel dibidang ekonomi pada tahun 1997.

Ada beberapa asumsi yang digunakan pada model Black-Scholes (Bodie et al.,

1999), yaitu

1. Dividen saham tidak diberikan selama pemberlakuan opsi.

2. Suku bunga dan ragam dari harga saham adalah konstan selama

pemberlakuan opsi.

3. Data mengalami perubahan setiap saat.

Dari ketiga asumsi ini, yang paling utama adalah asumsi bahwa suku bunga dan

ragam dari harga saham adalah konstan selama pemberlakuan opsi.

Proses dalam pembentukan model Black-Scholes

Data yang dikemukakan oleh model ini mengalami perubahan setiap saat.

Data sebelum dan sesudah periode tertentu akan memiliki dua faktor, yaitu

(41)

15 Faktor/efek naik-tetap n t n t n t e u 2 2

1  

     Faktor/efek turun n t n t n t e d 2 2

1  

      dengan 2

adalah ragam dari data.

t adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pendugaan.

n adalah banyaknya data selama waktu t.

Misalkan dari jam 800 (awal pembukaan transaksi) s/d 1600 (akhir penutupan

transaksi) terdapat 640 data transaksi, maka rata-rata dari data transaksi yang

terkumpul setiap jam sebanyak 80 data (

80 1 640 8 n t jam/data).

Misalkan peubah L berdistribusi binomial dengan n (banyaknya data selama

waktu t) dan p (peluang peubah L akan naik-tetap dari waktu i-1 ke waktu i,

t i

0 ), maka E[L] = np dan Var[L] = np(1-p) dimana

d u d n rt p    1 n t n t n t n rt    2 2 2    4 2 2 1 n t n t r      dengan

r adalah suku bunga

Didefinisikan peubah W1 = L nt

n t

 

(42)

16

E[W1] = E L nt

n

t

 [ ]

2

= np nt

n t   2 = ) 2 1 ( 2 nt p

              4 2 2 n t n t r nt  

 = r )t

2 2 ( 

Var[W1] = ( )

2

2 Var L

n t       

= 42tp(1 p) 2t

Black-Scholes mendefinisikan peubah Wr )tZt

2 2 ( =       0 ln Y Yt

sehingga E[W] = r )t

2 2

(  dan Var[W] = 2t, maka

t Z t r

t

Y

e

Y

 

( 2 )

0 ^

2

(Ross, 1999) (2.7)

dengan

Y0 adalah data awal pada saat t = 0.

r adalah suku bunga

2

adalah ragam dari data.

t adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pendugaan.

Z adalah peubah berdistribusi normal baku

2.4 Perbandingan antar model berdasarkan nilai MSE

Model terbaik yang dipilih berdasarkan nilai MSE (Mean Square Error)

terkecil. Alat ukur ini dapat menjelaskan seberapa besar penyimpangan antara

data yang digunakan dalam pemodelan ragam aktual terhadap dugaan model.

(43)

17 t -ke saat pada dugaan data adalah t -ke saat pada data adalah dengan ) ( ^ 1 2 ^ t t n t t t Y Y n Y Y MSE

  

2.5 Kriteria pemilihan model berdasarkan hasil peramalan

Misalkan peramalan data ke-j = T+1, T+2,...,T+h, dan dinotasikan data

aktual pada saat ke-t adalah yt dan data peramalan pada saat ke-t adalah

t y .

Tingkat keakuratan hasil peramalan dapat diukur dengan MAPE (Mean Absolute

Percentage Error ), yang dirumuskan sebagai berikut:

MAPE = 100 h

h T

T

t yt t y t y / 1

    

MAPE dapat digunakan untuk membandingkan model dari gugus pengamatan

yang berbeda karena tidak dipengaruhi oleh n data, hal ini tidak dimiliki oleh

(44)

18

3. METODOLOGI

3.1 Data

Data diperoleh langsung dari perusahaan sekuritas Equis International, A

Reuters Company (online system). Penelitian ini menggunakan data deret waktu

harga saham harian periode tahun 2000-2004. Data diperoleh dari 5 perusahaan

yang terdaftar di bursa saham NYSE (New York Stock Exchange), yaitu: General

Motor, Minnesota Mining, Reuters Holdings, Time Warner dan Washington

Mutual. Data dari 5 perusahaan tersebut dipilih dengan dua alasan, yaitu: pertama,

sudah mewakili berbagai perusahaan yang bergerak di bidang bisnis jasa dan

produksi di NYSE; kedua, data relatif sangat berfluktuatif (relatif tidak stabil).

Pemodelan data deret waktu menggunakan 9 kategori periode tahun, yaitu:

2000, 2001, 2002, 2003, 2004, 2000-2001, 2000-2002, 2000-2003 dan 2000-2004.

Pengkategorian tahunan didasarkan adanya laporan keuangan perusahaan setiap

akhir tahun dan progres untuk tahun-tahun berikutnya. Ke-9 kategori periode

tahun dipilih untuk melihat perubahan data, perubahan model dan perubahan

MSE.

3.2 Metode

Metode penelitian membutuhkan 3 tahapan, yaitu: pemodelan deret waktu,

pemodelan Scholes dan perbandingan model deret waktu dan model

Black-Scholes.

Tahapan pertama, pemodelan deret waktu.

1. Kestasioneran data dalam rataan dan ragam.

Data yang digunakan adalah return harga saham harian, yaitu: 

     

1 ln

t t t

Y Y S

dengan Yt adalah data harga saham harian masing-masing perusahaan.

Kestasioneran data dapat dilihat dari plot ACF dan plot PACF yang menurun

perlahan secara geometri. Jika data tidak stasioner maka data harus

ditransformasi. Jika data yang sudah ditransformasi tadi belum stasioner maka

(45)

19 atau ordo-2 atau data dikelompokkan berdasarkan periode waktu yang

berbeda.

2. Pemodelan deret waktu dengan menggunakan persamaan rataan

a. Spesifikasi model

Spesifikasi model ARIMA didasarkan pada rekomendasi hasil analisis

terhadap plot ACF dan plot PACF.

b. Pendugaan parameter.

Pemilihan model berdasarkan parameter model yang nyata

c. Pemeriksaan diagnostik model untuk memeriksa kelayakan model, yang

memenuhi

 Diagnostik sisaan

 Kecocokan model

3. Pemodelan deret waktu dengan menggunakan persamaan ragam

Model ARIMA dan model ARCH-GARCH dipilih secara simultan.

4. Lakukan langkah 1 s/d 3 sehingga dihasilkan beberapa kandidat model deret

waktu, kemudian pilih satu model berdasarkan nilai Schwarz’s Bayesian information criterion (SBIC) minimum.

5. Penghitungan masing-masing nilai MSE dari model dengan menggunakan

data return harga saham harian dari suatu perusahaan untuk satu kategori

periode tahun.

6. Lakukan langkah 1 s/d 5 sehingga menghasilkan nilai MSE pada 9 kategori

periode tahun untuk 5 perusahaan. Tahapan pertama ini menghasilkan 45 nilai

MSE.

Tahapan kedua, pemodelan Black-Scholes.

1. Model return yang digunakan yaitu:

) 1 ( ) 2 2 ( ^ 1

ln     

  

 

r Z t t

t y

t

y

kemudian lakukan pemilihan r = suku bunga, perhitungan nilai ragam return,

(46)

20 2. Penghitungan masing-masing nilai MSE dari model dengan menggunakan

data return harga saham harian dari suatu perusahaan untuk satu kategori

periode tahun.

3. Lakukan langkah 1 s/d 2 sehingga menghasilkan nilai MSE pada 9 kategori

periode tahun untuk 5 perusahaan. Tahapan kedua ini menghasilkan 45 nilai

MSE.

Tahapan ketiga, perbandingan model deret waktu dan model Black-Scholes.

1. Perbandingan kedua model berdasarkan box plot MSE.

(47)

21

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskriptif data

Harga saham harian dari kelima perusahaan selama tahun 2000-2004

dicatat selama 1256 hari. Data harga saham harian secara umum dari kelima

perusahaan sangat berfluktuasi dan bergerak dari batas bawah USD 9,59 sampai

[image:47.595.116.499.258.460.2]

dengan batas atas USD 153,625.

Gambar 1. Harga saham harian periode Januari 2000 s.d Desember 2004 dari

lima perusahaan

Dari Gambar 1 dan Tabel 2 didapat bahwa volatilitas harga saham harian

dari beberapa perusahaan relatif tidak konstan. Data yang digunakan untuk

memperoleh model deret waktu pada Tabel 2, menggunakan data stasioner yaitu

return harga saham harian t

t t

t y

y y S ln ,

1

    

 adalah harga saham harian (Lampiran

2). Ragam dari data harga saham harian untuk perusahaan Reuters Holdings dan

General Motor relatif tidak konstan dan kecenderungan nilai rataan menurun.

Ragam dari data harga saham harian untuk perusahaan Time Warner sebelum hari

ke-700 relatif tidak konstan dan kencenderungan nilai tengah menurun, namun

(48)

22 perusahaan Minnesota Mining dan Washington Mutual memiliki ragam yang

relatif tidak konstan dan kecenderungan nilai rataan menaik.

Dalam pembentukan model deret waktu dibutuhkan data dengan ragam

yang relatif konstan. Data return St merupakan tingkat pengembalian majemuk

(continuously compounding return) harga saham harian dan dapat menghilangkan

pengaruh satuan. Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa data return harga saham

harian dari kelima perusahaan sudah memiliki ragam yang relatif konstan

(Lampiran 2). Tingkat pengembalian majemuk harga saham harian dari kelima

[image:48.595.113.541.272.568.2]

perusahaan bergerak dari batas bawah -0,27 sampai dengan batas atas 0,23.

Gambar 2. Data return St periode Januari 2000 s.d Desember 2004 dari

lima perusahaan

Untuk semua kelompok pengamatan pada Tabel 1, data return St memiliki

nilai rataan yang berada dalam batas selang kepercayaan 95%, artinya tidak

berbeda dengan nol (Lampiran 2). Hal ini berarti bahwa fluktuasi data return St

(49)
[image:49.842.65.736.134.290.2]

Tabel 1. Statistik deskriptif data return St periode Januari 2000 s.d Desember 2004 untuk lima perusahaan di sembilan kategori tahun.

Tahun Banyak Simpangan baku Skewness Kurtosis

data GM MM RH TW WM GM MM RH TW WM GM MM RH TW WM

2000 251 0,03 0,02 0,05 0,04 0,03 -0,10 0,78 1,02 -0,13 0,89 0,90 2,34 3,56 3,03 4,61

2001 247 0,02 0,02 0,03 0,04 0,02 -0,75 0,24 0,06 0,21 -0,65 5,20 1,09 0,44 2,33 3,35

2002 251 0,03 0,02 0,04 0,04 0,02 0,26 0,32 -1,03 -0,21 -0,07 1,51 2,40 8,47 1,65 1,86

2003 251 0,02 0,01 0,03 0,02 0,02 0,06 0,43 -0,20 -1,22 -1,11 1,47 1,11 1,40 7,57 5,67

2004 251 0,01 0,01 0,03 0,01 0,01 -0,37 -0,27 2,10 0,03 0,49 1,60 4,56 14,45 1,22 13,53

2000-2001 498 0,03 0,02 0,04 0,04 0,03 -0,38 0,61 0,83 0,00 0,35 2,52 2,14 3,64 2,78 4,50

2000-2002 749 0,03 0,02 0,04 0,04 0,02 -0,13 0,55 0,21 -0,08 0,30 2,12 2,30 5,37 2,35 4,56

2000-2003 1000 0,02 0,02 0,04 0,04 0,02 -0,15 0,55 0,13 -0,2 0,21 2,47 2,86 5,09 3,15 5,34

2000-2004 1251 0,02 0,02 0,04 0,03 0,02 -0,15 0,51 0,25 -0,24 0,24 3,05 3,27 6,06 4,28 6,40

(50)

24 Simpangan baku adalah penyebaran data terhadap rataan. Penyebaran data

return St terkecil yaitu 0,01 terdapat pada perusahaan General Motor di periode

tahun 2004, perusahaan Minnesota Mining di periode tahun 2003 dan tahun 2004,

perusahaan Time Warner di periode tahun 2004 dan perusahaan Washington

Mutual di periode tahun 2004. Oleh sebab itu, tingkat pengembalian majemuk

harga saham harian pada masing-masing perusahaan tadi relatif tidak berfluktuasi

(relatif stabil) di periode tahun yang sudah disebutkan. Penyebaran data return St

terbesar yaitu 0,05 terdapat pada perusahaan Reuters Holdings di periode tahun

2000. Hal ini berarti bahwa tingkat pengembalian majemuk harga saham harian

pada perusahaan ini relatif berfluktuasi (relatif tidak stabil) selama periode tahun

2000.

Skewness adalah suatu alat ukur ketidaksimetrian distribusi data disekitar

rataan. Nilai skewness terbesar yaitu 2,1 terdapat pada data return St perusahaan

Reuters Holdings di periode tahun 2004. Hal ini berarti bahwa data return St pada

perusahaan ini memiliki distribusi dengan ekor yang menjulur ke kanan. Jadi,

banyak data return St mengelompok di sekitar rataan dan sedikit data return St

yang menjauh dari rataan ke arah sumbu horizontal positif, hal ini akan

mengakibatkan terjadinya perbedaan pola data atau pola sisaan. Untuk nilai

skewness terkecil yaitu -1,22 terdapat pada data return St perusahaan Time

Warner di periode 2003, yang berarti data return St memiliki distribusi dengan

ekor yang menjulur ke kiri. Karena itu, banyak data return St mengelompok di

sekitar rataan dan sedikit data return St yang menjauh dari rataan ke arah sumbu

horizontal negatif. Pada periode 2000-2001, data return St perusahaan Time

Warner memiliki nilai skewness yaitu 0, yang berarti data return St memiliki

distribusi simetri.

Kurtosis adalah suatu alat ukur untuk mengetahui tingkat kepadatan

sebaran (memuncak atau mendatar). Nilai kurtosis terbesar yaitu 14,45 terdapat

pada data return St perusahaan Reuters Holding di periode tahu 2004, yang berarti

tingkat kepadatan sebarannya memuncak (lebih dari 3, berarti puncaknya relatif di

atas puncak distribusi normal). Data return St perusahaan Reuters Holding

memiliki nilai kurtosis terkecil yaitu 0,44 di periode 2001, yang berarti tingkat

(51)

25 puncak distribusi normal). Pada periode 2000, data return St perusahaan Time

Warner memiliki nilai kurtosis sebesar 3,03 yang berarti memiliki tingkat

kepadatan sebarannya mendekati puncak distribusi normal.

4.2 Perbandingan metode pendeteksian heteroskedasitas

Perbandingan metode pendeteksian heteroskedasitas dengan menggunakan

uji-LM (Tabel 2) dan kurtosis (Tabel 1). Uji keberadaan heteroskedasitas (Tabel

2) mula-mula menggunakan model ARIMA yang memiliki ragam sisaan yang

konstan. Jika model ARIMA menghasilkan ragam sisaan yang tidak konstan maka

pemodelan menggunakan model ARIMA-ARCH/GARCH atau Konstan-

ARCH/GARCH .

General Motor pada kategori tahun 2000, 2001, 2004 dan 2000-2001

memiliki ragam sisaan yang konstan (uji-LM) dengan kurtosis terbesar = 5,2 di

keempat kategori periode tahun tersebut. Minnesota Mining pada kategori tahun

2000, 2001, 2003 dan 2004 memilik ragam sisaan yang konstan (uji-LM) dengan

kurtosis terbesar = 4,56 di keempat kategori periode tahun tersebut. Reuters

Holdings tidak memiliki ragam sisaan yang konstan (uji-LM) untuk setiap

kategori tahun dengan kurtosis > 5,2 terjadi pada kategori tahun 2002, 2004,

2002, dan 2004. Time Warner pada kategori tahun 2000, 2001,

2000-2001, 2000-2003 dan 2000-2004 memilik ragam sisaan yang konstan (uji-LM)

dengan kurtosis terbesar = 4,28 di kelima kategori periode tahun tersebut.

Washington Mutual pada kategori tahun 2000 dan 2003 memilik ragam sisaan

yang konstan (uji-LM) dengan kurtosis terbesar = 5,67 di kedua kategori periode

tahun tersebut.

Dengan membandingkan uji-LM dan kurtosis, didapat bahwa keberadaan

heteroskedasitas dengan kurtosis > 5,67. Jika dibandingkan dengan penelitian Yan

(2005) menyatakan bahwa kurtosis > 6 mengidentifikasikan keberadaan

(52)
[image:52.842.90.768.120.297.2]

Tabel 2. Uji keberadaan heteroskedasitas (Ho: Sisaan konstan; H1: Sisaan tidak konstan) untuk lima perusahaan pada sembilan kategori tahun

Tahun Banyak

Nilai-p untuk model ARIMA

Nilai-p untuk model ARIMA-ARCH/GARCH

Nilai-p untuk model Konstan-ARCH/GARCH

data GM MM RH TW WM GM MM RH TW WM GM MM RH TW WM

2000 251 0,81 0,68 - 0,68 0,36 - - - 0,49 - -

2001 247 0,79 0,19 - 0,19 - - - 0,51 - - 0,29 - -

2002 251 - - - 0,38 - 0,06 - - - 0,33 - 0,70 0,49

2003 251 - 0,73 - - 0,86 - - - 0,71 - 0,54 0,63 -

2004 251 0,41 0,65 - - - 0,69 - - - 0,76 - 0,97

2000-2001 498 0,22 - - 0,54 - - 0,11 - - 0,62 - - 0,71 - -

2000-2002 749 - - - 0,48 - - 0,46 0,59 - 0,62 0,84 -

2000-2003 1000 - - - 0,19 - - 0,29 - - 0,31 0,61 - 0,45 - -

2000-2004 1251 - - - 0,15 - 0,77 0,67 - - 0,36 - - 0,64 - -

(53)

27

Gambar

Gambar 1. Harga saham harian periode Januari 2000 s.d Desember 2004 dari
Gambar 2. Data return St periode Januari 2000 s.d Desember 2004 dari
Tabel 1. Statistik deskriptif data return St periode Januari 2000 s.d Desember 2004 untuk lima perusahaan di sembilan kategori tahun
Tabel 2. Uji keberadaan heteroskedasitas (Ho: Sisaan konstan; H1: Sisaan tidak konstan) untuk lima perusahaan pada sembilan kategori tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proxy server adalah aplikasi khusus atau program server yang berjalan pada host firewall; baik pada dual-homed host yang memiliki sebuah interface ke jaringan internal dan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa auditor switching cenderung dipengaruhi oleh pergantian manajemen dan

Pihak sekolah mengalami kendala jika terjadi perubahan jadwal mengajar pada guru yang tidak sesuai dengan jadwal yang telah di buat. Serta kesulitan dalam pemberian informasi

Kepada seluruh teman dan sahabat penulis (maria,sherly,joshephine) yang telah membantu penulis selama ini dengan memberikan ide, saran, dan dukungan semangat mulai dari awal

Konstruksi jendela 2 sayap diubah menjadi jendela kaca nako/ jalusi (di Desa Tonsealama dan Desa Rurukan). 3) Perubahan konstruksi kolong rumah terdapat di Desa Rurukan dan

Koperasi Himpunan Masyarakat Gaharu Indonesia Sejahtera (Himagari Sejahtera) memberanikan diri mendampingi masyarakat untuk mendapat pinjaman Pengayaan/Pembuatan Hutan

DAFTAR ISI