Peranan Legislatif dalam
Mendukung Perwujudan
Ketahanan Pangan
Oleh :
Dr. Ir. H. E. Herman Khaeron, M.Si Pimpinan Komisi IV DPR RI
DINAMIKA GLOBAL Kenaikan Penduduk
Kemajuan IPTEK
Global Climate Change
Multipolar World
INDONESIA SAAT INI
• PDB/Kapita = $ 4.200Kapasitas
• Teknologi = Kelas – 3
• Koefisien Gini = 0,42
• IPM = Rendah
• LH = Buruk – Sedang
INDONESIA MAJU, ADIL, MAKMUR DAN BERDAULAT • PDB/Kapita >$ 11,750 • KapasitasTeknologi = Kelas – 1 • Koefisien Gini < 0,3 • IPM = Tinggi • Kualitas LH = Baik-Sangat Baik D. LINGKUNGAN • RTRW • Pengendalian pencemaran • Konservasi biodiversity • Mitigasi
& Adaptasi Bencana Alam
B. SOSBUD
• Kesehatan & Gizi • Pendidikan • Revolusi Mental • IMTAQ A. EKONOMI • Pertumbuhan > 7%/Tahun • Pemerataan income • Daya Saing • Kedaulatan
Pangan dan Energi • Infrastuktur • Moneter & fiskal
C. POLHUKAM • Good Governance • Masyarakat Meritokrasi •Berdaulat politik POTENSI PEMBANGUNAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN Gambar. Pendekatan Sistem Dalam Menuju Indonesia Yang Maju, Adil-Makmur, dan Berdaulat
INDIKATOR MAKRO PERTANIAN TAHUN 2011-2017
Indikator Makro 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 *)
Pertumbuhan PDB
Pertanian (%) 3,47 4,58 3,85 3,85 3,31 3,25 3,25
Penyerapan Tenaga
Kerja (juta orang) 39,1 39,6 39,22 38,97 37,75 37,77 37,77 Nilai Tukar Petani 104,58 105,24 104,95 102,04 102,83 101,40 99,80
Neraca Perdagangan Pertanian (US$ miliar) 22,77 17,66 15,84 15,16 13,58 6,09 10,92 Investasi PMDN (Rp miliar) 9.614,5 9.728,9 6.949,2 13.357,9 12.366,4 21.464,6 21.464,6 PMA (US$ juta) 1.243,6 1.621,7 1.616,6 2.237,5 2.147,1 1.638,1 1.638,1
Keterangan :
*) PDB = BPS, 2017
TK = SAKERNAS, Agustus 2016 NTP Bulan Maret 2017
Neraca Perdagangan Data diolah Pusdatin, Desember 2016 Investasi BKPM 2016
• Indonesia negara ARCHIPELAGO, luas daratan sekitar 1.890.739 km2 & lautan 6.315.222 km2 (BIG,2016) karakteristik beragam
• Tantangan yang dihadapi adalah pemenuhan kebutuhan pangan untuk
255
juta jiwa
dengan pertumbuhan1,49%/th,
sementara GAP antara konversi lahan dengan pencetakan lahan baru semakin besar• Indeks kelaparan Indonesia (Global Hunger Index) 2016, masuk katagori “Serius” dengan skor 21,9 jauh dibawah malaysia dengan skor 9,7
• 7,6% dari populasi Indonesia mengalami kekurangan gizi, dan 36,4% dari populasi anak usia balita mengalami kuntet/stunted growth (world bank, 2017)
Analisis Situasional Pangan Nasional
DEMAND
LAHAN Konversi lahan
meningkat
Kualitas lahan turun
SUPPLY KELEMBAGAAN Permodalan Organisasi petani Institusi pendukung TEKNOLOGI Diversifikasi Konsumsi pangan lambat Pertumbuhan penduduk meningkat Harga fluktuatif SARPRAS Penyediaan sarpras yg kurang
FOOD, FUEL, FEED
PASAR INTERNASIONAL
Penguasaan pasar internasional oleh sekelompok korporasi
Pendapatan masyarakat
meningkat PASAR
LUAS BAKU LAHAN PERTANIAN
62,50 Jt Ha
Sawah
Luas: 8.11 Jt HaLahan Tidur
Luas: 11.68 Jt HaHuma/Ladang
Luas: 5.02 Jt Ha 1x Tanam Perlu embungRegulasi tanah terlantar PP 11/2010 psl 9-13 Perlu embung Sawah Irigasi Luas
4,1
Jt ha 2x Tanam Perlu normalisasi Non Irigasi Luas4,0
Jt ha 1x Tanam 0x TanamSumber: BPS (2014) & Kementan (2017)
Uraian Baku Jt Ha Realisasi Jt Ha Target Jt Ha Sawah 8.11 15.50 24.33 Tegal/ Kebun 12.01 0 12.01 Ladang/H uma 5.02 5.02 10.04 Lahan Tidur 11.68 0 35.16 Lahan Perkebun an 23.48 23.48 38.01 Ladang Pengemb alaan 2.19 2.19 3.19 Total 62.50 46.19 114.74 Ladang Pengembalaan Luas 2,19 Jt Ha
………..……...…2016 : 2,1 jt ton 2015 : 1,9 jt ton 18,10% 4,97% 9,95% Padi Jagung 5,74% Bawang Cabai ………..……...… 2016 : 79,1 jt ton ………...……..…… 2016 : 1,3 jt ton ………..………...2016 : 23,2 jt ton -8,06%
2015 : 75,4 jt ton 2015 : 1,2 jt ton 2015 : 19,6 jt ton
7
3,92%
3,7% 3,93%
Daging Sapi/kerbau Telur Unggas Daging Unggas
5,02% Daging Kambing/Domba 2016 : 1,91 jt ton ……...………..…… ……… ……… 2016 : 0,56 jt ton ………..……...… ……… 2016 : 2,14 jt ton ………...………..…… ………..………...2016 : 0,11 jt ton 2015 : 0,54 jt ton 2015 : 1,84 jt ton 2015 : 2,06 jt ton 2015 : 0,10 jt ton
Capaian PPH Konsumsi 2010-2014
• Secara umum, capaian PPH masih belum mencapai target Renstra 2014, namun sudah melebihi target Roadmap Diversifikasi Pangan 2010-2015.
• Target Renstra menggunakan capaian PPH 95 pada tahun 2015,
sedangkan Roadmap Diversifikasi pangan menggunakan capaian PPH 95 pada tahun 2025.
Capaian PPH Konsumsi 2012-2016
• Secara umum, capaian PPH masih belum mencapai target Renstra 2014, namun sudah melebihi target Roadmap Diversifikasi Pangan 2010-2015.
• Target Renstra menggunakan capaian PPH 95 pada tahun 2015,
sedangkan Roadmap Diversifikasi pangan menggunakan capaian PPH 95 pada tahun 2025.
Uraian
2012
2013
2014
2015
2016
T
R
T
R
T
R
T
R
T
R
Skor Pola Pangan
Harapan (PPH)
89.8
83.5
91.5
81.4
82.5
83.4
84.1
85.2
86.2
86.0
Sumber: Susenas 2012-2016 BPS. diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran
oleh BKP
Perkembangan Penduduk Rawan Pangan
Sumber data : Susenas BPS, Kementan (2017) diolah Secara umum, persentase penduduk rawan pangan relatif tetap, namun
demikian persentase penduduk tahan pangan cenderung menurun. Hal ini diduga karena pendapatan/peningkatan pendapatan masyarakat tidak
FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT
TERWUJUDNYA
KETAHANAN PANGAN
Ketergantungan padabahan pangan tertentu; sebaran produksi pangan tidak merata
Konversi lahan pertanian yang masih
tinggi Lahan pertanian semakin menyempit; fragmentasi lahan; degradasi lahan Keterbatasan akses permodalan dan pembiayaan; teknologi informasi Kapasitas SDM yang masih harus ditingkatkan
Adopsi inovasi teknologi masih relatif rendah
Sarana dan prasarana produksi pertanian masih perlu ditingkatkan
Penerapan teknologi pengolahan dan pascapanen masih
konvensional
Perlu dukungan dan pengawalan Pemasaran
dan distirbusi produk pertanian
PERAN DPR RI : FUNGSI PENGAWASAN,FUNGSI ANGGARAN, FUNGSI LEGISLASI SDA SDM MODAL TEKNOLOGI KELEMBA GAAN KEBIJAKAN NASIONAL PELAYANAN & FASILITAS SISTEM AGRIBISNIS Pertanian
HULU FARMON HILIR
LINGKUNGAN STRATEGIS PASAR GLOBAL PERSAINGAN KOMODITAS OTONOMI DAERAH PENGUATAN
KELEMBAGAAN DAN PEMBIAYAAN
PERLUASAN AREAL TANAM
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
Langkah Pokok Pembangunan Pertanian
PENGAMANAN PRODUKSI
EKSTENSIFIKASI, INTENSIFIKASI, DIVERSIFIKASI
Lahan AIr
Perbenihan dan
Pembibitan Pupuk Manajemen Tanam Infrastruktur Sarpras Kelembagan, SDM FASILITASI PROGRAM KEGIATAN: APBN Subsidi APBD Kredit Swasta Swadaya K E T A H A N A N P A N G A N 1 2 3 4
[P. 13]
KEWAJIBAN PEMERINTAH
Mengelola stabilisasi pasokan dan harga pangan pokok
Mengelola cadangan pangan pokok pemerintah
Mengelola distribusi pangan pokok
Peranan Komisi IV DPR RI Bidang Legislasi [1]
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (UU SBT)
Mengatur mengenai tata budidaya tanaman pertanian yang baik dari penanaman hingga pengolahan pascapanen agar menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dan efisien
Undang-Undang No 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Mengatur mengenai fungsi dan tugas tenaga penyluh dalam meningkatkan kapasitas petani, pekebun, peternak, nelayan, pembudidaya ikan dan masyarakat sekitar hutan
Undang-Undang No 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Mengatur mengenai sistem dan proses dalam merencanakan dan menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan membina,
mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian pangan dan kawasannya secara berkelanjutan.
Undang-Undang No 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura
Mengatur mengenai pengelolaan usahatani tanaman hortikultura sehingga dapat bersaing dengan produk hortikultura Impor. Serta mengatur batas maksimum investasi PMA bidang hortikultura sebesar 30%
Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang Pangan
Mengatur mengenai pengelolaan dan penyelenggaraan pangan untuk mencapai ketahanan pangan secara mandiri dan berdaulat dengan mengoptimalkan
diversifikasi pangan melalui pangan lokal. Serta mengamanatkan untuk membentuk kelembagaan pangan
Peranan Komisi IV DPR RI Bidang Legislasi [2]
Undang-Undang No 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani
Mengatur mengenai strategi perlindungan dan pemberdayaan petani yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui asuransi
usahatani, unit khusus pertanian di sektor perbankan untuk memberikan akses perbankan serta permodalan, konsolidasi lahan pertanian
Undang-undang No 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Mengatur mengenai perlindungan, pengelolaan, konservasi, rehabilitasi,
memanfaatkan, dan memperkaya Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan dan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.
Peranan Komisi IV DPR RI Bidang Legislasi [3]
Sebagai cetak biru pembangunan kelautan Indonesia
UU No 32Tahun 2014 tentang Kelautan
UU No 41Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
Untuk menjamin ketersediaan produksi hewan ternak dan produk hewan baik segar maupun olahan dengan memperioritaskan produksi lokal
Peranan Komisi IV DPR RI bidang Anggaran
ANGGARAN (Rp 000) 2009 9.820.774.535 2010 8.038.049.108 2011 17.601.456.589 2012 18.843.722.214 2013 17.819.545.212 2014 15.470.610.980 2015 32.797.980.657 2016 31.507.186.127 APBNP 2016 27.635.526.063 APBN 2017 22.107.123.492Program dan Kegiatan Terkait, diantaranya :
UPSUS Pajale dan Siwab
Rastra
Bantuan alsintan
Bantuan benih dan pupuk
Bantuan sarana dan prasarana
Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (toko tani indonesia)
Kawasan Rumah Pangan Lestari
Lembaga Distribusi Pangan
Masyarakat (LDPM)
Kawasan Mandiri Pangan (KMP)
Pengawasan Keamanan dan Mutu
Pangan Segar
Peningkatan kesejahteraan petani kecil
PENUTUP
Ketahanan pangan sebagai landasan mewujudkan masyarakat yang sejahtera
memerlukan kontribusi secara maksimal seluruh stakeholder dan masyarakat, yang sebagai suatu sistem harus diperkuat oleh subsistem-subsistem pendukung melalui sinkronisasi dan pengintegrasian pengamatan dalam mengambil suatu tindakan dan kebijakan.
Perlu merumuskan strategi komprehensif dan integratif yang mampu mengikuti dinamika dalam pembangunan pertanian, dan membentuk kelembagaan pangan yang kuat yang berfungsi sebagai stabilisator harga dan pasokan pangan serta penguatan institusi-institusi pangan lokal di tingkat desa yang dilakukan secara profesional
Pemerintah perlu melakukan pemetaan terhadap potensi hasil pertanian di masing-masing daerah yang akan dikembangkan, dan menetapkan kawasan pertanian berdasarkan kearifan lokal
Merubah paradigma dan kebijakan Pertanian dari fokus kepada ekstensifikasi dan intensifikasi menjadi diversifikasi pangan melalui pengembangan bahan pangan alternatif sesuai karakteristik daerah/wilayah
Memperbaiki tata kelola pertanian, infrastruktur dan sarana prasarana produksi pertanian, serta penguatan kelembagaan petani merupakan titik kritis dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional
Terima kasih
Komisi IV DPR RI
Bidang Pertanian, Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kelautan dan Perikanan , dan Ketahanan Pangan
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Jl. Jend Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 10270