• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktek Oseanografi Pulau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Praktek Oseanografi Pulau"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1. Latar Belakang

Dalam upaya mengelola sumberdaya pesisir dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan, diperlukan pengetahuan yang baik tentang potensi sumberdaya alam (hayati dan non hayati), kondisi lingkungan, keadaan social ekonomi budaya dan jenis budaya yang terdapat di kawasan yang akan di kelola. Salah satu aspek lingkungan yang penting untuk diketahui agar pengelolaan sumberdaya dapat dilaksanakan dengan tepat adalah dinamika dari perairan tersebut. Hal ini disebabkan karena perairan berupa fluida tidak mengenal batas administrasi atau ekologi, sehingga jika perairan di suatu lokasi tercemar, maka dampaknya akan tersebar ke kawasan di sekitarnya. Dampak tersebut dapat dibatasi atai dapat dicegah dengan pola gerakan massa airnya. Dinamika perairan tersebut dapat diketahui dengan mengetahui parameter-parameter oseanografi perairan yang dimaksud.

Perairan Teluk Ambon Bagian dalam merupakan salah satu contoh daerah yang wilayah pesisirnya digunakan untuk berbagai kegiatan seperti perikanan tangkap, budidaya, pelayaran, pelabuhan, dan pemukiman. Berbagai kegiatan ini menghasilkan berbagai limbah yang akan menurunkan kondisi dan mencemarkan perairan teluk. Pencemaran yang dihasilkan oleh salah satu kegiatan akan menyebar ke kawasan oleh gerakan massa air yang pada gilirannya akan menimbulkan adampak negative terhadap kegiatan di teluk Ambon. Dengan dasar pemikiran tersebut, perlu untuk mengetahui kondisi oseanografi perairan pesisir Teluk Ambon Bagian Dalam untuk keperluan perencanaan pen gelolaan sumberdaya wilayah pesisir Teluk Ambon Bagian Dalam.

Praktikum ini sebagai suatu latihan mengukur dan menganalisis data oseanografi pesisir terutama di Teluk Ambon Bagian Dalam, dimana dapat diimplementasikan dalam penelitian-penelitian yang sebenarnya di waktu yang akan datang.

2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah :

(2)

- Mengetahui variasi suhu permukaan berdasarkan sudut elevasi matahari

- Mengetahui variasi densitas permukaan laut berdasarkan sudut elevasi matahari - Mengetahui karakteristik gelombang dan arus di perairan pantai Teluk Ambon - Mengetahui tipe pasang surut di perairan pantai Teluk Ambon

Sedangkan manfaat yang hendak dicapai dalam praktikum ini adalah :

- Dapat mengenali dan memahami secara baik teknik pengukuran, penggambaran dan analisis variasi suhu, densitas dan kejernihan air laut berdasarkan sudut elevasi matahari.

- Dapat memahami teknik pengukuran gelombang dan arus di perairan pantai Teluk Ambon

- Dapat mengenali dan memahami secara baikteknik pengukuran dan cara penentuan tipe pasang surut di suatu perairan.

3. Waktu dan Lokasi penelitian

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 22 Maret 2004 dan berlokasi di perairan pantai Teluk Ambon Bagian Dalam (Gambar 1.)

[image:2.612.118.471.423.655.2]

(3)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Karakteristik Air laut

a. Suhu

Laut tropik memiliki massa air permukaan hangat yang disebabkan oleh adanya pemanasan yang terjadi secara terus-menerus sepanjang tahun. Pemanasan tersebut mengakibatkan terbentuknya stratifikasi di dalam kolom perairan yang disebabkan oleh adanya gradien suhu. Berdasarkan gradien suhu secara vertikal di dalam kolom perairan, Wyrtki (1961) membagi perairan menjadi 3 (tiga) lapisan, yaitu: a) lapisan homogen pada permukaan perairan atau disebut juga lapisan permukaan tercampur; b) lapisan diskontinuitas atau biasa disebut lapisan termoklin; c) lapisan di bawah termoklin dengan kondisi yang hampir homogen, dimana suhu berkurang secara perlahan-lahan ke arah dasar perairan.

Menurut Lukas and Lindstrom (1991), kedalaman setiap lapisan di dalam kolom perairan dapat diketahui dengan melihat perubahan gradien suhu dari permukaan sampai lapisan dalam. Lapisan permukaan tercampur merupakan lapisan dengan gradien suhu tidak lebih dari 0,03 oC/m (Wyrtki, 1961), sedangkan kedalaman lapisan termoklin dalam suatu perairan didefinisikan sebagai suatu kedalaman atau posisi dimana gradien suhu lebih dari 0,1 oC/m (Ross, 1970).

Suhu permukaan laut tergantung pada beberapa faktor, seperti presipitasi, evaporasi, kecepatan angin, intensitas cahaya matahari, dan faktor-faktor fisika yang terjadi di dalam kolom perairan. Presipitasi terjadi di laut melalui curah hujan yang dapat menurunkan suhu permukaan laut, sedangkan evaporasi dapat meningkatkan suhu permukaan akibat adanya aliran bahang dari udara ke lapisan permukaan perairan. Menurut McPhaden and Hayes (1991), evaporasi dapat meningkatkan suhu kira-kira sebesar 0,1 oC pada lapisan permukaan hingga kedalaman 10 m dan hanya kira-kira 0,12 o

(4)

serta kandungan bahangnya. Menurut McPhaden and Hayes (1991), adveksi vertikal dan entrainment dapat mengakibatkan perubahan terhadap kandungan bahang dan suhu pada lapisan permukaan. Kedua faktor tersebut bila dikombinasi dengan faktor angin yang bekerja pada suatu periode tertentu dapat mengakibatkan terjadinya upwelling. Upwelling menyebabkan suhu lapisan permukaan tercampur menjadi lebih rendah. Pada umumnya pergerakan massa air disebabkan oleh angin. Angin yang berhembus dengan kencang dapat mengakibatkan terjadinya percampuran massa air pada lapisan atas yang mengakibatkan sebaran suhu menjadi homogen.

b. Salinitas

Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai. Perairan dengan tingkat curah hujan tinggi dan dipengaruhi oleh aliran sungai memiliki salinitas yang rendah sedangkan perairan yang memiliki penguapan yang tinggi, salinitas perairannya tinggi. Selain itu pola sirkulasi juga berperan dalam penyebaran salinitas di suatu perairan.

Secara vertikal nilai salinitas air laut akan semakin besar dengan bertambahnya kedalaman. Di perairan laut lepas, angin sangat menentukan penyebaran salinitas secara vertikal. Pengadukan di dalam lapisan permukaan memungkinkan salinitas menjadi homogen. Terjadinya upwelling yang mengangkat massa air bersalinitas tinggi di lapisan dalam juga mengakibatkan meningkatnya salinitas permukaan perairan.

(5)

muson terhadap sebaran salinitas pada beberapa bagian dari perairan Indonesia telah dikemukakan oleh Wyrtki (1961). Pada Musim Timur terjadi penaikan massa air lapisan dalam (upwelling) yang bersalinitas tinggi ke permukaan di Laut Banda bagian timur dan menpengaruhi sebaran salinitas perairan. Selain itu juga di pengaruhi oleh arus yang membawa massa air yang bersalinitas tinggi dari Lautan Pasifik yang masuk melalui Laut Halmahera dan Selat Torres. Di Laut Flores, salinitas perairan rendah pada Musim Barat sebagai akibat dari pengaruh masuknya massa air Laut Jawa, sedangkan pada Musim Timur, tingginya salinitas dari Laut Banda yang masuk ke Laut Flores mengakibatkan meningkatnya salinitas Laut Flores. Laut Jawa memiliki massa air dengan salinitas rendah yang diakibatkan oleh adanya run-off dari sungai-sungai besar di P. Sumatra, P. Kalimantan, dan P. Jawa.

2. Gelombang Laut.

Aksi gelombang laut yang ditimbulkan oleh angin (wind waves) terutama di perairan dangkal dapat menimbulkan gangguan yang cukup berarti pada instalasi pembuangan tailing. Daerah yang dipilih untuk pembuangan tailing harus aman dari gangguan aksi gelombang. Survey yang mendetail tentang iklim gelombang (wave climate) dan prediksi tinggi serta perioda ulang (return period) dari gelombang besar atau

gelombang badai yang mungkin datang ke lokasi tempat pemasangan pipa pembuang tailing perlu dilakukan dengan presisi tinggi untuk dapat menentukan design wave. Gelombang internal (internal wave) tidak senyata gelombang permukan yang

ditimbulkan oleh angin namun dampaknya terhadap instalasi (pipa-pipa) bawah laut dapat sangat membahayakan.

Gelombang internal terbentuk dan merambat pada bidang antara (interface) yang memisahkan dua lapisan air laut yang densitasnya berbeda, periodanya bervariasi dari perioda pasut (tides) hingga beberapa menit.

(6)

interaksi gerakan pasut dengan dasar laut yang kasar (rough) misalnya dengan “sill” di dasar laut.

Gelombang internal ini dapat mentransmisikan energi dan momentum keseluruh bagian laut, tidak saja secara horizontal tetapi juga secara vertikal. Gelombang internal ini dapat mentransmisikan energi dari permukaan sampai keseluruh kedalaman. Ini dapat membahayakan instalasi bawah laut misalnya pipa pembuangan tailing. Gerakan vertikal dari partikel air yang diakibatkan oleh gelombang internal dapat membawa partikel-partikel tailing ke lapisan permukaan menembus lapisan thermocline yang stabil. Identifikasi dari ada tidaknya gelombang internal di lokasi yang dipilih sebagai tempat pembuangan tailing menjadi sangat krusial. Keberadaan gelombang internal dapat ditentukan dengan data arus yang diperoleh dari mooring current meter dan dari studi fluktuasi isotherm yang diperoleh dari data time series suhu di beberapa lokasi dan kedalaman.

3. Arus Laut.

Arus laut termasuk arus pasut merupakan faktor penggerak partikel-partikel padat yang melayang didalam air laut. Partikel-partikel tailing dapat dipindahkan dari tempat pembuangannya ke tempat-tempat lain yang jauh dari sumbernya. Pemahaman yang benar tentang pola arus tiga dimensi di lokasi tempat pembuangan tailing sangat penting sekali untuk mengetahui kemana arah pergerakan tailing bila ia terbawa oleh gerakan arus laut. Pola arus diperairan Indonesia sangat dipengaruhi oleh musim. Oleh karena itu studi tentang pola arus di lokasi pembuangan tailing harus dilakukan secara seksama untuk empat musim seperti disebutkan dimuka.

(7)

BAB III. METODE PRAKTIKUM

1. Alat dan bahan a. Fisik fisik air laut

Alat dan bahan yang digunakan antara lain : thermometer, refraktometer, secchi disk, jam tangan, stopwatch, table pasut, kertas kalkir, kertas millimeter blok, peta bathimetri, alat tulis menulis, checklist dan documenter.

b. Gelombang dan arus

Alat dan bahan yang digunakan adalah tide pole, stopwatch, current cross, floating material (balon kosong), table pasut, peta bathimetri, kertas kalkir, kertas millimeter blok, peta bathimetri, alat tulis menulis, checklist dan documenter.

c. Pasang Surut

Alat dan bahan yang digunakan adalah tide pole, jam digital, peta bathimetri, senter, table pasut, kertas kalkir, kertas millimeter blok, peta bathimetri, alat tulis menulis, checklist dan documenter.

2. Prosedur/cara kerja

2.1. Pengukuran Suhu dan salinitas air laut

- Gunakan termometer, untuk mengukur suhu permukaan laut dan suhu udara dan gunakan refraktometer untuk mengukura salinitas air laut dalam waktu bersamaan setiap interval 15 menit di beberapa lokasi pengamatan.

- Catat angka pembacaan suhu air, suhu udara dan salinitas air laut, waktu pengukuran dan kondisi cuaca pada checklist yang tersedia.

2.2. Kedalaman visibility

- Gunakan secchi disk, turunkan sampai kedalaman dimana piringan tidak tampak pada beberapa lokasi (titik pengamatan)

- Catat kedalaman secchi, waktu pengukuran dan kondisi cuaca saat itu.

(8)

- Buat ulangan pengukuran di tiap lokasi beberapa kali dalam interval 15 – 30 menit.

2.3. Pengukuran gelombang

- Amati seri gelombang yang berada di luar zona surf sampai tiba di pantai dan deskripsi ciri gelombang tersebut pada tiap zona (di luar zone surf, pada zone surf dan pada zona breaker ketika ia pecah)

- Tentukan arah datang gelombang tersebut terhadap garis pantai (dalam derajat) - Catat periode gelombang tersebut (detik) menggunakan stopwatch

- Tentukan sudut datang gelombang () ketika ia pecah di pantai

- Tentukan sudut kemiringan lereng pantai () di mana gelombang pecah - Kenali tipe gelombang di perairan itu

- Lakukan pengamatan selama 15 menit.

2.4. Pengukuranpengukuran arus di sepanjang pantai dan beach drifting

- Gunakan floating material atau current cross untuk deteksi pergerakan arus sepanjang apnatai ketika gelombang pecah

- Catat arah dan kecepatan arus dan gambarkan pola pergerakannya pada lokasi pengamatan anda

- Ulangi pengamatan tiap interval waktu 10 -15 menit

- Ketika surut, amati profil pantai dan deskripsi zona abrasi atau deposisi jika ada 2.5. Pengukuran pasut

2.5.1. Pengukuran di lapangan

- Pasang tide pole pada lokasi yang sesuai

- Amati tinggi air pada palem tiap interval waktu 30 menit selama 1 hari pasut - Catat hasil pembacaan pada checklist anda

2.5.2. Penggunaan tabel pasut

- Siakan tabel pasut tahun 2003 sesuai lokasi yang diinginkan (minimal 3 lokasi) - Gambarkan profil tinggi air pada kertas milimeter blok data tanggal 1-3, 14-16,

(9)

BAB IV. HASIL PENGAMATAN

1. Suhu dan Salinitas

Lokasi Teluk Ambon Bagian Dalam Kondisi cuaca Cerah, sedikit awan Tgl/bln/thn 22 Maret 2004 Pengamat Bruri L

Waktu

pengamatan Suhu air

Suhu

udara Salinitas

Densitas (Sigma_t)

Kondisi Cuaca

11.30 31.0 28 32 1023 Cerah

11.45 31.0 28 32 1023 Cerah

12.00 31.2 28.4 32 1023 Cerah

12.15 31.3 28.6 32 1023 Cerah

12.30 31.5 28.9 32 1023 Cerah

2. Gelombang pantai

Lokasi Teluk Ambon Bagian Dalam Kecepatan angin > 1 m/det Tgl/bln/thn 22 Maret 2004 Arah gelombang 2700

Arah angin Barat laut – Utara barat laut Pengamat Bruri, Vera, Udin

Gelombang yang diamati termasuk tipe gelombang pantai yakni tipe spilling dengan arah gelomang dari 2700.

3. Arus sepanjang pantai (ASP)

Lokasi Teluk Ambon Bagian Dalam Kecepatan angin 3 - 5 m/det Tgl/bln/thn 22 Maret 2004 Arah gelombang 2700

(10)

Waktu pengam atan FM1 (det) FM2 (det) Kecepatan ASP FM1 (m/det) Kecepatan ASP FM2 (m/det) Rata-Rata Kecepatan ASP

11.30 55 66 5.5 6.6 6.05

11.45 67 67 6.7 6.7 6.70

12.00 61.3 72 6.13 7.2 6.67

12.15 79.2 94.2 7.92 9.42 8.67

12.30 81.3 84.5 8.13 8.45 8.29

Catatan : FM = Floating Material ASP = Angin Sepanjang Pantai Panjang tali pengukur 10 m

4. Pasang Surut

Lokasi Teluk Ambon Bagian Dalam Kecepatan angin 3 - 5 m/det Tgl/bln/thn 22 Maret 2004 Bentuk Pantai Datar, agak landai Arah angin Barat laut – Utara barat laut Pengamat Bruri, Vera, Udin

Data pengamatan pasut di lapangan diperoleh secara kebetulan sudah ada pole tide, akan tetai pengamatannya hanya dilakukan 3 kali.

Waktu pengamatan

Tanggi Air (dm)

11.30 60

12.00 63

(11)

BAB V. PEMBAHASAN

Kedalaman perairan di teluk Ambon bagian dalam antara 11 – 41 m. Kedalaman perairan makin besar dengan menuju ke arah barat laut, dimana kedalaman mencapai 41 m (Profil teluk Ambon, 2002). Kondisi ini mencirikan bahwa perairan teluk Ambon Bagian Dalam lebih dipengaruhi oleh perairan Teluk Ambon Bagian Luar.

Pasang surut merupakan proses naik turunnya muka laut yang hampir teratur, dibangkitkan terutama oleh daya tarik bulan dan matahari. Karena posisi bulan dan matahari terhadap bumi selalu berubah secara hampir teratur, maka besarnya kisaran pasut juga berubah mengikuti perubahan posisi-posisi tersebut. Selain itu, pasut terdiri dari berbagai komponen yang dapat dikelompokkan menurut siklusnya, seperti komponen pasut harian (diurnal), tengah harian (semi-diurnal) atau komponen perempat harian (guarternal). Komponen pasut tersebut (terutama diurnal dan semi-diurnal) menentukan tipe pasut disuatu perairan pesisir. Jika perairan tersebut mengalami satu kali pasang dan surut per hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut tunggal. Dan jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari (24 jam), maka pasutnya dikatakan bertipe pasut ganda. Tipe pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan tipe ganda dan dikenal sebagai pasut campuran.

Tipe pasut ini dapat berubah tergantung, terutama pada kondisi perubahan kedalaman perairan pantai tersebut. Di perairan pantai teluk Ambon, tipe pasut yang ditemui mirip dengan yang ditemui tipe pasut di Samudra Pasifik yaitu tipe pasut campuran dengan didominasi pasut ganda (Pariwono, 1985). Pengaruh pasut dari Lautan pasifik ini diperkirakan merambat memasuki perairan teluk Ambon melalui laut Banda. Ini berarti bahwa dalam satu hari perairan pantai teluk Ambon Bagian Dalam mengalami dua kali pasang dan dua kali surut, dimana air pasang atau surut yang satu lebih kuat daripada yang lainnya. Secara kuantitatif, tipe pasut suatu perairan pantai pesisir dapat ditentukan oleh nisbah (perbandingan) antara amplitudo (tinggi gelombang) unsur-unsur pasut tunggal utama dengan amplitudo unsur-unsur pasut ganda utama.

(12)

Dari hasil pengamatan di perairan pantai teluk Ambon bagian dalam, faktor utama yang menimbulkan arus yang relatif kuat adalah akibat hembusan angin dan pengaruh pasang surut. Arus yang disebabkan oleh angin umumnya musiman, dimana satu musim arus mengalir ke satu arah tertentu secara tetap, dan pada musim berikutnya akan berubah arah sesuai dengan perubahan arah angin. Dalam praktek ini arah angin adalah dari barat laut sampai utara barat laut, sehingga arah aruspun adapat diperikirakan dari arah barat laut sampai uatara barat laut pula.

Pasang surut di lain pihak menimbulkan arus yang bersifat harian, sesuai dengan kondisi pasut di perairan teluk Ambon. Pada saat pasang arus pasut umumnya akan mengalir dari laut ke arah tepi pantai, dan akan mengalir kembali ke arah semula pada saat surut. Dengan mengetahui pola sirkulasi arus di perairan teluk Ambon ini, kita akan dengan mudah menentukan arah dan sebaran dari materi yang terkandung (dibawa) oleh badan air yang mengalir bersama arus tersebut. Kecepatan arus di perairan semi tertutup seperti teluk Ambon bagian dalam ini pada umumnya lebih rendah dibandingkan di teluk Ambon bagian luar. Informasi inilah sangat diperlukan dalam upaya pengelolaan wilayah pesisir suatu perairan.

Data gelombang di perairan teluk Ambon bagian dalam ini tidak banyak ditemukan. Untuk perairan ini, hanya bisa dilihat tipe gelombangnya yakni spilling, akan tetapi amplitudo serta perioda tidak dapat diamati. Pada umumnya kondisi gelombang di perairan teluk Ambon bagian dalam ini, diperoleh secara tidak langsung dari data angin yang terjadi di kawasan ini. Hal ini didasari atas kondisi umum yang berlaku di laut yaitu sebagian besar gelombang yang ditemui di laut dibentuk oleh energi yang ditimbulkan oleh tiupan angin. Gelombang jenis ini dikenal dengan gelombang angin. Gelombang ini merupakan fungsi dari tiga faktor utama yakni kecepatan angin, lamanya angin berhembus (duarsi) dan jarak dari tiupan angin pada perairan terbuka. Jika diasumsikan bahwa gelombang yang terjadi di teluk dalam adalah gelombang angin (spilling), maka kita dapat memperkiarakan dari arah mana datangnya gelombang tersebut. Sebagai contoh kita dapat menentukan gelombang yang terjadi di perairan teluk saat pengamatan berasal dari arah 2700 arah barat daya di mana juga adalah arah angin pada saat itu.

(13)

ini tidak terlalu menyolok, karena perairan ini tidak berhubungan langsung dengan perairan laut terbuka. Sehingga lebih dipengaruhi oleh suhu yang menyebar di teluk Ambon bagian luar.

(14)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal antara lain : a. Faktor-faktor oseanografi yang sangat berperan dalam mendukung upaya

pengelolaan suatu wilayah perairan pesisir.

b. Secara visual dan pengamatan di lapangan pola atau tipe pasut di peraiarn teluk dalam adalah tipe campuran dengan didominasi pasut ganda.

c. Rata – rata suhu dan salinitas permukaan laut di teluk Ambon pada saat praktikum adalah 28.36 0C dan 32 ppt

d. Tipe gelombang teluk Ambon bagian adalah tipe Spilling yang berasal dari arah 2700 dan arah angin berasal dari barat daya sampau dengan utara barat daya.

2. Saran

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Agawin, N. S. R, C. M. Duarte, dan S. Agusti., 2000. Nutrien and Temperature Control of The Contribution of Picoplankton to Phytoplankton Biomass and Production. J. Limn. and Oceanogr., 45 (3): 591-600.

Anonymous, 2000. Penentuan Potensi Pelagis dan Karakteristik Lingkungan Perairan Maluku dan Maluku Utara. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta.

Bakti, M. Y., 1998. Dinamika Perairan di Selatan Jawa Timur – Bali pada Musim Timur 1990. Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Bengen, D.G. 1999. Analisis Statistik, Multivariabel/Multidimensi. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Brown, J., A. Colling, D. Park, J. Phillips, D. Rothery, J. Wright, 1989. Ocean Chemistry and Deep Sea Sediments. Open University.

Chavez, F. P., and R. T. Barber, 1987. An Estimate of New Production in the Equatorial Pacific. Deep-Sea Res., 34:1229-1243.

Clorboe, T, P. Munk, K. Richardson, V. Christensen, dan H. Paulse., 1988. Plankton Dynamic and Survival in A Frontal Area

Cullen, J. J., M. R. Lewis, C. O. Davis, and R. T. Barber, 1992. Photosynthetic Characteristics and Estimated Growth Rates Incate Grazing is the Proximate Control of Primary Production in the Equatorial Pacific. J. Geophys. Res., 97 (C1): 639 – 654.

Dickson, M. L, dan P. A. Wheeler. 1993. Chlorophyll a Concentration in The North Pacific: Does a Latitudinal Gradient Exist.

Fieux, M., C. Andrie, E. Charriaud, A. G. Ilahude, N. Metzl, R. Molcard, and J. C. Swallow, 1996 a. Hydrological and Chlorofluoromenthane Measurements of the Indonesian Throughflow Entering the Indian Ocean. J. Geophys. Res., 101 (C5): 12,433 – 12,454.

Fieux, M., R. Molcard, and A. G. Ilahude, 1996 b. Geostrophic Transport of the Pacific

– Indian Oceans Througflow. J. Geophys. Res., 101 (C5): 12,421 – 12,432.

(16)
(17)

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Praktikum

Referensi

Dokumen terkait

Selama sakit klien merasa tidak nyaman karena klien sering merasakan rasa nyeri pada kaki kanannya Klien juga mengatakan kaki kanannya terasa panas dan kesemutan.. P :

Aspek yang dinilai Reaksi terhadap soal Skor Memahami masalah a. Tidak memahami soal/tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Siswa menuliskan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan kerak kalsium sulfat dan kalsium karbonat dalam pipa dengan memvariasikan Suhu (30 0 C, 40 0 C)

Dapat mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap pelayanan administrasi akademik di Universitas Indonusa Esa Unggul, sehingga dapat digunakan sebagai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian sebagian ransum komersil dengan tepung wortel memberikan hasil yang tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati yaitu berat

Setelah perintah tersebut muncul, pasang kabel USB ke port di bagian belakang HP All-in-One, kemudian ke salah satu port USB pada komputer.. a Pasang kabel USB ke port di

Hal ini berarti bahwa nilai Perencanaan Pajak yang besar merupakan suatu tanda bahwa pendapatan perusahaan dengan nilai yang besar pula, sehingga untuk menurunkan

Banyak sekali bentuk-bentuk dari ketidakjujuran ditemukan pada lingkungan pendidikan, khususnya kuliah pemrograman. Plagiarisme di kuliah pemrograman ini terjadi ketika