• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model DAN Pembelajaran Problem Solving

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Model DAN Pembelajaran Problem Solving"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Ladongi yang dibangun pada tahun 2004, berlokasi di Jalan Diklat No. 1 Kelurahan Ladongi Kecamatan Ladongi dengan luas lahan 35.770 m2. SMA Negeri 1 Ladongi terus meningkatkan kegiatan pembelajarannya dengan menerapkan model-model pembelajaran yang dikuasai oleh para guru di sekolah tersebut. Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan adalah model Problem Solving yaitu model pemecahan masalah. Model ini digunakan untuk berbagai mata pelajaran, salah satunya adalah Sejarah yang diterapkan pada kelas XII dengan jumlah siswa mencapai 32 orang. Penelitian ini mengkaji pembelajaran Sejarah dengan materi mempersiapkan kemerdekaan. Materi ini berhubungan dengan sejarah persiapan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Guru sejarah yang ditempatkan pada SMA Negeri 1 Ladongi berjumlah 3 (tiga) orang yang masing-masing berkewajiban mengajari pada kelas XI, XII dan XIII dan dibagi lagi berdasarkan konsentrasi IPA dan IPS dengan jadwal pembelajaran yang ditentukan oleh sekolah. Alokasi waktu untuk mata pelajaraan sejarah sama seperti mata pelajaran lainnya yakni 45 menit untuk satu kali pertemuan.

(2)

kemerdekaan dilakukan sebanyak 6 kali masing-masing pada siklus 1 sebanyak tiga kali pertemuan dan pada siklus 2 sebanyak tiga kali.

1. Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Ladongi

Pelajaran sejarah dilaksanakan untuk menyajikan materi-materi yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran sejarah tersebut yang dilaksanakan secara menyeluruh terhadap pembentuk karakter siswa di kelas XI sebagai warga negara yang cerdas dan baik. Pembelajaran Sejarah adalah program pendidikan yang secara programatik prosedural berupaya memanusiawi dan membudayakan serta memberdayakan masyarakat menjadi warga yang dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diawali dari jenjang pendidikan di sekolah.

Topik pembahasan dari materi ini adalah memberi pemahaman tentang persiapan kemerdekaan Indonesia. Materi ini memuat semua kegiatan yang dilakukan oleh para pejuang bangsa Indonesia untuk merintis kemerdekaan Indonesia. Permasalahannya adalah nilai-nilai kemerdekaan bangsa Indonesia saat ini dialihkan sebagai simbol dan untuk memperingati sejarah perjuangan bangsa, dilakukan secara simbolik.

(3)

beban kerja bagi guru untuk terus menerus mencari solusi agar siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik.

Hasil penelitian diperoleh bahwa nilai ulangan siswa kelas XII SMA Negeri 1 Ladongi rata-rata sebesar 65,53 dari 32 orang siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai sejarah tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan sebesar 75%.

Di dalam pelaksanaan pembelajaran setiap guru bebas menentukan model pembelajaran yang diinginkan. Belajar sejarah dengan model problem solving lebih cenderung mengarah kepada masalah-masalah yang terjadi dalam sejarah perkembangan bangsa Indonesia. Proses pembelajaran sejarah pada setiap materi pelajaran memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda seperti materi tentang persiapan kemerdekaan Indonesia. Hasil penelitian diperoleh bahwa nilai ulangan siswa pada materi persiapan kemerdekaan Indonesia rata-rata 65,53 dan yang tuntas hanya 4 orang sedangkan sisanya 28 orang belum tuntas. Artinya pembelajaran sejarah belum tuntas di Kelas XII IPS SMA Negeri 1 Ladongi.

(4)

Upaya untuk meningkatkan aktivitas mengajar guru pada mata pelajaran sejarah dilakukan dengan menggunakam model pembelajaran Problem Solving yang merupakan model pembelajaran kooperatif. Model ini dikembangkan untuk pemecahan masalah dalam materi pelajaran sejarah. Pembelajaran mata pelajaran Sejarah yang diajarkan pada Kelas XII SMA Negeri 1 Ladongi. Pembelajaran kooperatif tipe Problem Solving difokuskan kepada aktivitas guru dan siswa di kelas dan meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Peranan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Keaktifan Guru dan Siswa

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan proses pembelajaran sebelum diterapkan model pembelajaran Problem Solving terdapat beberapa permasalahan. Permasalahan yang muncul tersebut adalah kurangnya partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas dan pencapaian prestasi belajar yang kurang optimal. Kegiatan siswa di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan menjawab pertanyaan guru apabila ditunjuk. Selamakegiatan belajar mengajar, siswa cenderung pasif dan hanya terdapat beberapa siswa yang bertanya kepada guru dan umumnya siswa tersebut adalah siswa yang pandai.

(5)

gagasan, ide atau mengembangkan penyelesaian masalah yang dihadapinya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Pemecahan masalah atau problem solving merupakan proses untuk menemukan suatu masalah yang dihadapi berupa aturan-aturan baru yang tarafnya lebih tinggi. Setiap kali suatu masalah dapat dipecahkan berarti mempelajari sesuatu yang baru dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang baru. Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam mencari informasi yanng berkaitan dengan materi.

Model pembelajaran problem solving memiliki beberapa kelebihan Pertama, optimalisasi partisipasi siswa karena memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain Kedua, model ini mengajarkan kepada siswa untuk lebih mandiri dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan sehingga dapat membangkitkan rasa percaya diri siswa. Ketiga, adanya diskusi dalam bentuk kelompok-kelompok kecil sehingga sangat efektif untuk memudahkan siswa dalam memahami materi dan memecahkan suatu permasalahan.

Temuan peneliti dalam kegiatan belajar mengajar sebelum diterapkan model pembelajaran problem solving antara lain :

a. Pembelajaran dikelas masih didominasi kegiatan mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

b. Media pembelajaran yang digunakan hanya pada buku paket saja

(6)

Berdasarkan data awal prestasi siswa yang diperoleh dari guru menunjukkan bahwa ketercapaian prestasi siswa masih kurang optimal. Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut observasi awal, untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa, peneliti menerapkan model pembelajaran problem solving.

3. Penelitian Siklus I

Penelitian tindakan kelas dengan menggunakan siklus tindakan kelas pada siklus I diawali dengan permasalahan yang dihadapi pada pelajaran Sejarah, kemudian dilakukan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasil, evaluasi, refleksi dan penyajikan hasil siklus 1.

1) Pemasalahan

(7)

pembelajaran yang efektif dan salah satunya yang digunakan adalah model pembelajaran Problem Solving.

2) Perencanaan Tindakan

a. Penyiapan Perangkat Pembelajaran

Peneliti dibantu guru menyiapkan silabus mata pelajaran sejarah kelas XII IPS, kemudian peneliti menyusun Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP) yang lengkap dengan skenario pembelajaran. Setelah itu, peneliti mendiskusikannya dengan guru selaku pengajaryang akan menerapkan model pembelajaran problem solving.

Siklus I direncanakan akan dilaksanakan dalam 3 (tiga) kali pertemuan. Skenario pembelajaran yang direncanakan adalahsebagai berikut.:

Tabel 3 Perencanaan Tindakan Kelas Pertemuan Waktu

(Menit )

Tanggal Kegiatan

I. 2 XI

45

5 Mei 2014 a) Salam pembuka, mengabsen siswa dan mengapresiasi. b) Sosilisasi mode

pembelajaran problem solving.

c) Pengulangan sedikit materi yang terdahulu.

(8)

Pertemuan Waktu observasi mengenai model pembelajaran problem solving untuk mencatat hasil pengamatan kegiatan siswa dari awal sampai akhir pembelajaran ( lihat lampiran).

c. Menyiapkan materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

(9)

e. Mendesain alat evaluasi berupa soal kuis untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa setelah adanya pelaksanaan model pembelajaran problem solving.

3) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, seperti yang telah direncanakan, yaitu tanggal 5 sampai 26 Mei 2014 di ruang kelas XII IPS SMA Negeri 1 Ladongi. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2XI 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah persiapan kemerdekaan Indonesia. Pada pertemuan pertama, guru menjelaskan materi tentang kegiatan yang dilakukan tokoh-tokoh nasional menjelang kemerdekaan. Pertemuan kedua, siswa diminta untuk melaksanakan diskusi dan presentasi dengan model pembelajara probem solving. Pertemuan ketiga diisi dengan evaluasi belajar siswa dari siklus I. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagaiberikut :

Pertemuan ke-1 (Siklus I), Senin, 5 Mei 2014

a) Pada awal pelaksanaan tindakan, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengabsen siswa dan apersepsi.

b) Guru memberikan penjelasan tentang model pembelajaran problem solving, hal ini bertujuan agar siswa tidak mengalami kebingungan selama proses pembelajaran yaitu diskusi dan presentasi.

(10)

d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti serta melakukan tanya jawab dengan siswa.

e) Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan diskusi tentang materi yang telah dibahas dengan model pembelajaran problem solving, siswa disuruh belajar dan mempersiapkan diri.

f) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah dibahas. g) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

Pertemuan ke-2 (Siklus I), Kamis, 8 Mei 2014

a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengabsen siswa dan mengingatkan kembali secara singkat mengenai proses pelaksanaan model pembelajaran problem solving.

b) Guru memberikan soal/ permasalahan kepada setiap kelompok untuk didiskusikan.

c) Guru memberikan bimbingan kepada masing masing kelompok

d) Setelah selesai berdiskusi, guru mengarahkan kelompok-kelompok tadi untuk melakukan presentasi di depan kelas diselingitanya jawab dengan siswa, demikian seterusnya sampai setiap kelompok telah melakukan presentasi.

e) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah dibahas.

f) Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diadakan kuis individu sehingga siswa disuruh agar giat belajar.

(11)

Pertemuan ke-3 (Siklus I), Senin, 12 Mei 2014.

a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam serta mengabsen siswa.

b) Guru menyuruh siswa agar mengeluarkan segala buku yang berhubungan dengan materi pelajaran untuk dikumpulkan di depan agar mereka bisa mengerjakan sesuai dengan kemampuan mereka sendiri.

c) Guru membagikan soal kuis kepada siswa dan menyuruh siswa untuk segera mengerjakannya.

d) Guru memperingatkan siswa bahwa jangan ada kerjasama dan ramai serta mengerjakan soal dengan rapi.

e) Setelah waktu habis, jawaban segera dikumpulkan dengan tertib.

f) Guru mengulas jawaban dari soal tadi agar siswa mengetahui letak kesalahannya.

g) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

4) Observasi dan Interpretasi

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disusun. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan model pembelajaran problem solving

(12)

menggunakan rentang skala sebagai berikut : a) skor 1 untuk kriteria tidak baik, b) skor 2 untuk kriteria cukup, c) skor 3 untuk kriteria baik dan d) skor 4 untuk kriteria sangat baik. Hasil observasi terhadap aktivitas guru Sejarah di Kelas XII IPS SMA Negeri 1 Ladongi, penulisa sajikan pada Tabel berikut :

Tabel 4. Pengamatan Aktivitas Guru Pada Pertemuan I Siklus I No

. Aspek Yang Diamati NilaiPenelitianKriteria Kegiatan Pendahuluan

1. Guru mengucakan salam pembuka untuk memulai pelajaran

3 Baik

2. Guru mengecek kesiapan siswa 2 Cukup 3. Guru mengapresiasi materi pelajaran 2 Cukup 4. Guru memberikan penjelasan tentang model

pembelajaran problem solving 2 Cukup 5. Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan

dengan materi yang akan disampaikan. 2 Cukup Kegiatan Inti

6. Guru menyajikan materi dengan singkat 2 Cukup 7. Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan 2 Cukup 8. Guru menjelaskan aktivitas siswa dengan pasangan

belajarnya 2 Cukup

9. Guru membagi materi dalam bentuk LKS 2 Cukup 10. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar

dalam bentuk berpasangan 2 Cukup 11. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memecahkan masalah yang dihadapi 2 Cukup 12. Guru meminta siswa untuk berdiskusi 2 Cukup 13. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil

diskusi.

2 Cukup

Kegiatan Penutup

14. Guru melakukan evaluasi 2 Cukup 15. Guru bersama siswa menyimpulan materi pelajaran

yang diajarkan 2 Cukup

16. Guru memberikan penghargaan kepada setiap siswa 2 Cukup 17. Guru memberi tugas/RP dan menyampaikan materi

untuk pertemuan berikutnya

2 Cukup

Total 35

Persentase (%) 51,47

Sumber : Data diolah (2014)

(13)

ketuntasan 51,47% (35/68) berada di bawah 75%, yang berarti aktivitas guru pada pertemuan I pada siklus I ini, aktivitas guru belum mencapai 75%. Aktivitas guru yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimum menunjukkan bahwa guru belum menerapkan model pembelajaran dengan baik. Hasil pengamatan terhadap Aktivitas guru pada pertemuan I siklus I lebih banyak pada kriteria cukup dengan skor 2 baik pada kegiatan pendahuluan, kegiatan inti maupun kegiatan penutup. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru tidak memberikan perubahan kepada model Problem Solving dan masih menggunakan pengalaman-pengalaman mengajar saja.

Hasil dari aktivitas guru yang diperoleh guru dalam pertemuan 1, mengindikasikan ketidakpamahan guru terhadap model pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran Sejarah di kelas XII sehingga model yang digunakan pada pertemuan 1 ini adalah gaya mengajar konvensional yang didasarkan pada pengalaman guru tersebut dan akibatnya hasil yang diperoleh hanya 51,47% dari 75% yang diharapkan.

(14)

Tabel 5. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru di Kelas Pada Pertemuan II Siklus I No

. Aspek Yang Diamati NilaiPenelitianKriteria Kegiatan Pendahuluan

1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan

salam 3 Baik

2. Guru mengabsen kehadiran siswa 2 Cukup 3. Guru mengapresiasi materi pelajaran 2 Cukup 4. Guru mengingatkan kembali secara singkat

tahapan model pembelajaran problem solving 3 Baik 5. Guru mengingatkan kembali materi yang telah

dibahas secara singkat

3 Baik

Kegiatan Inti

6. Guru memberikan soal/permasalahan yang akan dibahas

2 Cukup

7. Guru membentuk kelompok belajar sebanyak 4

kelompok 2 Cukup

8. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar 2 Cukup 9. Guru membagi topik permasalahan yang akan

didiskusikan oleh kelompok belajar 2 Cukup 10. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar

dalam kelompok

3 Baik

11. Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk memecahkan masalah yang dihadapi

2 Cukup

12. Guru meminta siswa untuk berdiskusi 2 Cukup 13. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil

diskusi.

2 Cukup

Kegiatan Penutup

14. Guru melakukan evaluasi hasil kelompok 2 Cukup 15. Guru bersama siswa menyimpulan materi pelajaran

yang diajarkan

2 Cukup

16. Guru memberikan penghargaan kepada setiap

kelompok 3 Baik

17. Guru memberi tugas/PR dan menyampaikan materi

untuk pertemuan berikutnya 2 Cukup

Total 39

Persentase (%) 57,35

Sumber : Data diolah (2014)

(15)

menerapkan model pembelajaran problem solving masih diikuti dengan kebiasaan-kebiasaan mengajar yang konfensional dengan aktivitas guru masih belum mencapai kriteria ketuntasan minimum dan hal ini dilanjutkan pada pertemuan III dengan aspek pengamatan yang sama . Hasil pengamatan, penulis sajikan pada Tabel berikut :

Tabel 6. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru di Kelas Pada Pertemuan III Siklus I No

.

Aspek Yang Diamati Penelitian Nilai Kriteria Kegiatan Pendahuluan

1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam 3 Baik 2. Guru mengabsen kehadiran siswa 2 Cukup 3. Guru mengapresiasi materi pelajaran 2 Cukup 4. Guru mengingatkan kembali secara singkat tahapan

model pembelajaran problem solving 3 Baik 5. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dibahas

secara singkat 3 Baik

Kegiatan Inti

6. Guru mempersiapakan siswa untuk ulangan 2 Cukup 7. Guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan buku yang

berhubungan dengan materi pelajaran sejarag di depan kelas

3 Baik

8. Guru melaksanakan kegiatan ulangan dengan

membagikan soal kuis kepada masing-masing siswa 3 Baik 9. Guru mengawasi kegiatan ulangan dengan ketat 2 Cukup 10. Guru menginginkan siswa untuk tidak menyontek 3 Baik 11. Guru mengharapkan siswa untuk mengerjakan soal

dengan rapi dan benar 2 Cukup

12. Guru meminta siswa mengerjakan soal sampai selesai 2 Cukup 13. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil

ulangan dengan tidak bolah ramai 2 Cukup Kegiatan Penutup

14. Guru mengulas jawaban kuis yang baru dilaksanakan 3 Baik 15. Guru mengumumkan hasil ulangan dengan memberikan

nilai 2 Cukup

16. Guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok 3 Baik 17. Guru memberitahu materi dan masalah yang akan

dibahas pada pertemuan berikutnya 2 Cukup

Total 42

Persentase (%) 61,76

Sumber : Data diolah (2014)

(16)

guru mencapai 61,76% dan masih rendah di bawah 75%. Namun demikian terlihat bahwa ada peningkatan dari pertemuan I, II dan III, artinya walaupun belum mencaapai 75%, guru sejarah terus melakukan tindakan-tindakan untuk menerapkan model pembelajaran problem solving di kelas XIIPS SMA Negeri 1 Ladongi.

Hasil pengukuran aktivitas guru Sejarah di kelas XI SMA Negeri 1 Ladongi pada siklus I belum mencapai kriteria ketuntasan minimum. Hasil tersebut penulisan rekap pada Tabel berikut :

Tabel 7 Rekapitulasi Hasil Pengalamat Aktivitas Guru Pada Siklus I

No

. Kegiatan Persentase(%) PersentaseIdeal (%) TercapaiBelum

1. Pertemuan I 51,47 90 38,83

2. Pertemuan II 57,35 90 32,65

3. Pertemuan III 61,76 90 28,24

Sumber : Data Diolah (2014)

(17)

Gambar 3. Persentase Capaian Aktivitas Guru

Gambar 3 menunjukkan bahwa dalam 3 (tiga) pertemuan pada siklus I, aktivtas guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sejarah di kelas XI-IPS1 menghasilkan kinerja yang kurang dari 90%. Hal ini mengindikasikan bahwa perlunya dilakukan peningkatan aktivitas belajar mengajar guru sejarah di Kelas XI IPS1 SMA Negeri 1 Ladongi.

Pada penelitian ini, dilakukan pengamatan (Observasi) terhadap aktivitas siswa yang diamati dalam kelompok belajar yang dibentuk oleh guru terhadap 32 orang siswa dan dibagi 4 (empat) kelompok dengan kode A, B, C, dan D, memberikan skor terhadap aspek yang diamati dengan kriteria dan skor sebagai berikut : a) Sangat Baik = 4, b) Baik= 3, c) Cukup =2, dan d) Tidak Baik =1

(18)

pasangannya, e) Siswa dapat menyimpulkan hasil diskusi, dan f) Siswa dapat mempresentasikan hasil belajar. Hasil pemberikan skor yang dilakukan oleh masing-masing pasangan yang ditetapkan oleh guru di kelas disajikan pada Tabel berikut :

Tabel 8. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan I Siklus I.

No Aspek Yang Diamati Kelompok Belajar dan Skor

A B C D

1 Siswa memperhatikan penjelasan singkat dari guru.

2 2 2 2

2 Siswa aktif dalam proses belajar 2 1 1 1

3 Siswa saling berdiskusi dalam kelompok.

2 2 2 2

4 Siswa saling membantu dan bekerja sama dalam kelompok.

2 1 2 1

5 Siswan dapat menyimpulkan hasil diskusi dalam kelompok.

2 1 1 1

6 Siswa dapat mempresentasikan hasil

belajar dalam kelompok. 1 1 1 1

Skor Aktivitas Siswa 11 8 9 8

Rata-Rata 1,8 1,3 1,5 1,3

Persetase Capaian (%) 45,83 33,33 37,50 33,33

Sumber (Data Diolah, 2014)

Data pada Tabel 8 memperlihatkan bahwa aktivitas siswa dalam kelompok belajar yang dibentuk guru di kelas sebanyak 4 kelompok untuk memecahkan masalah dalam pelajaran sejarah pada pertemuan I siklus I diperoleh bahwa persentase capaian kelompok A sebesar 45,83%, kelompok B sebesar 33,33%, kelompok C sebesar 37,50% dan kelompok D sebesar 33,33%. Hasil ini menunjukan bahwa aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran

(19)

diterapkan dalam pelajaran sejarah terutama dalam belajar mandiri untuk memecahkan permasalahan dalam materi pelajaran sejarah dengan referensi yang terbatas pada buku cetak sejarah yang digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Hasil capaian ini menjadi bahan rekomendai untuk melakukan pengalamatan pada pertemuan II dengan indikator pengamatan yang sama pada aktivitas siswa yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pada pertemuan II dalam siklus I, masing-masing kelompok belajar bersama untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan oleh guru dalam kegiatan inti yang diukur dengan skor yang disajikan sebagai berikut :

Tabel 9. Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan II Siklus I.

No Aspek Yang Diamati Kelompok Belajar dan Skor

A B C D

1 Siswa memperhatikan penjelasan singkat dari guru.

3 2 2 2

2 Siswa aktif dalam proses belajar 2 2 2 2

3 Siswa saling berdiskusi dalam kelompok.

2 2 2 3

4 Siswa saling membantu dan bekerja sama dalam kelompok.

2 1 1 1

5 Siswan dapat menyimpulkan hasil diskusi dalam kelompok.

Persentase Capaian (%) 58,33 45,83 45,83 50,00

Sumber (Data Diolah, 2014)

(20)

sebesar 45,83%, kelompok C sebesar 45,83% dan kelompok D sebesar 50%. Hasil ini menunjukan bahwa aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran problem solving masih belum mencapai indiaktor keberhasilan 75%. Ketidaktuntasan ini disebabkan karena daya serap siswa belum membaik tentang model pembelajaran problem solving yang diterapkan dalam pelajaran sejarah walaupun terdapat peningkatan aktivitas belajar melalui kelompok-kelompok belajar yang dibentuk oleh guru di kelas XIIIPS. Hasil capaian ini menjadi bahan rekomendai untuk melakukan pengalamatan pada pertemuan III dengan indikator pengamatan yang sama pada aktivitas siswa yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pada pertemuan III dalam siklus I, aktivitas siswa dalam kelaompok belajar diamati pada kemampuan menyelesaikan soal dan memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Aktivitas siswa dalam kelompok yang dibentuk dengan skor yang disajikan sebagai berikut :

Tabel 10. Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan III Siklus I

No Aspek Yang Diamati Kelompok Belajar dan Skor

A B C D

1 Siswa memperhatikan penjelasan singkat dari guru.

3 2 2 2

2 Siswa aktif dalam kelompok belajar 2 2 2 2

3 Siswa saling berdiskusi membahas masalah. 2 2 2 2

4 Siswa saling membantu dan bekerja sama

dalam kelompok.

3 2 3 2

5 Siswan dapat menjawab soal kuis yang diberikan guru.

2 3 2 2

6 Siswa menjawab soal tanpa melihat buku catatan.

3 2 3 2

Jumlah 15 13 14 13

Rata-rata 2,5 2,2 2,3 2,2

Persentase Capaian (%) 62,50 54,17 58,33 54,17

(21)

Data pada Tabel 10 memperlihatkan bahwa aktivitas siswa dalam kelompok belajar yang dibentuk guru di kelas sebanyak 4 kelompok untuk menjawab soal dan memecahkan masalah dalam pelajaran sejarah pada pertemuan I siklus I diperoleh bahwa persentase capaian kelompok A sebesar 62,50%, kelompok B sebesar 54,17%, kelompok C sebesar 58,33% dan kelompok D sebesar 54,17%. Hasil ini menunjukan bahwa aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran problem solving masih belum mencapai 90 % tetapi terdapat peningkatan dalam penerapannya kepada siswa kelas XI IPS1 Ketidakberhasilan ini disebabkan karena daya serap siswa belum membaik tentang model pembelajaran problem solving yang diterapkan dalam pelajaran sejarah namun demikian terdapat peningkatan aktivitas belajar melalui kelompok-kelompok belajar yang dibentuk oleh guru di kelas XIIPS pada setiap pertemuan.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap persetase capaian aktivitas siswa dari kelompok belajar terhadap aktivitas guru, diperoleh skor capaian tertinggi pada tiap-tiap pengamatan dan skor ideal yang disajikan pada Tabel Berikut : Tabel 11 Rekapitulasi Persetase Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Siklus I

Kelompo k

Persentase Aktivitas Siswa Persentase Rata-Rata

Kriteria Pert. I Pert. II Pert. III

A 45,8 58,3 62,5 55,6 Sedang

B 33,3 45,8 54,2 44,4 Rendah

C 37,5 45,8 58,3 47,2 Rendah

D 33,3 50,0 54,2 45,8 Rendah

Sumber : Data diolah (2014)

(22)

terdapat perubahan yang signifikan karena tingkat aktivitas siswa di kelas masih rendah hingga sedang dengan persentase rata-rata 44,4% - 55,6% . Hasil ini menunjukkan siswa belum mampu meningkatkan mental activities. seperti memecahkan soal, menganalisa, mengambil masalah. Rendahnya Oral activities, seperti merumuskan, bertanya, mengeluarkan pendapat, memberi saran, dan rendahnya listening activities, seperti mendengarkan uraian materi, mendengarkan pendapat teman. Hal ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Solving pada kelas XIIPS SMA Negeri 1 Ladongi belum mencapai kriteria ketuntasan tetapi terdapat peningkatan persentase pada setiap pertemuan selama siklus I dilakukan. Hal ini disajikan pada gambar berikut :

Gambar 4. Persentase Aktivitas Siswa Kelas XIIPS Dalam Belajar Sejarah

(23)

Hasil observasi terhadap ulangan tes yang dilakukan oleh guru, penulis sajikan sebagai berikut :

Tabel 12. Hasil Belajar Siswa Pada Pertemuan 1 Siklus I

No. Nomor Siswa Skor/Nilai Keterangan

(24)

sebesar 65,53 dari 32 orang siswa. Didapati sebanyak 4 orang atau sebanyak 12,5%yang tuntas dengan nilai 75 dan 76, sedangkan 28 orang atau 87,5% siswa tidak tuntas dengan nilai dibawah 75. Hasil ini menunjukkan bahwa Writing activities, seperti membuat laporan hasil diskusi dan menjawab soal/kuis yang diberikan oleh guru sejarah dalam kegiatan ulangan harian masih rendah sehingga perlu dilakukan perbaikan pada ulangan berikutnya.

Kegiatan ulangan yang dilakukan oleh guru di kelas XIIIPS dengan soal yang sama pada pertemuan II. Banyak siswa yang secara mandiri belum memiliki kemampuan untuk menjawab soal atau memecahkan masalah yang dirumuskan oleh guru di kelas. Observasi terhadap hasil belajar siswa pada pertemuan II dalam siklus I ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kemampuan siswa terhadap penerapan model pembelajaran problem solving

(25)

Tabel 13. Hasil Belajar Siswa Pada Pertemuan II Siklus I

(26)

21,9% yang tuntas, sedangkan 25 orang atau 78,1% siswa tidak tuntas. Hasil ini mengindikasikan bahwa siswa belum tuntas dalam belajar dan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. Hasil belajar pada pertemuan III dalam siklus I disajikan pada Tabel berikut :

Tabel 14. Hasil Belajar Siswa Pada Pertemuan III Siklus I

(27)

Data pada Tabel 14 menunjukkan hasil belajar siswa pada pertemuan III dalam siklus I. Nilai rata-rata dari hasil ulangan yang dilakuan guru adalah sebesar 74,03 dari 32 orang siswa. Didapati sebanyak 18 orang atau sebanyak 56,3% yang tuntas, sedangkan 14 orang atau 43,8% siswa tidak tuntas. Hasil ini mengindikasikan bahwa hasil belajara siswa belum tuntas.

5) Analisis dan Refleksi

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan model problem solving dapat meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar. Hal ini ditunjukkan dari lembar observasi yang menunjukkan bahwa ada ketidaktuntasan yang terjadi dalam penerapan model

problem solving.

Pada siklus I diperoleh hasil aktivitas guru pada pertemuan I, II dan III rata-rata 51,47% - 61,76% kurang dari 75% yang berarti aktivitas guru dalam penerapan model pembelajaran problem solving, tidak tuntas selain itu aktivitas siswa dalam kelompok tetapi apabila dicermati lebih jauh pada grafik perbandingan, memperlihatkan bahwa ketercapaian indikator kinerja mengalami perubahan tetapi belum mencapai ketuntasan yaitu 75% sehingga diperlukan penelitian kembali yaitu siklus II.

(28)

model pembelajaran problem solving. Pada siklus I jumlah siswa yang mencapai nilai masih kurang 75.

Berdasarkan hasil observasi pada siklus I peneliti menemukan beberapa kelemahan dalam penerapan model pembelajaranproblem solving.Kelemahan pada siklus I diantaranya sebagaiberikut:

1. Guru kurang memberi pengarahan dalam mengerjakan soal kasus. 2. Sebagian siswa menjawab pertanyaan kurang sempurna

3. Siswa masih belum berani berpendapat di depan guru,siswa masih cenderung berani berpendapat dengan teman sebaya.

4. Siswa sering berbicara yang tidak berhubungan dengan materi.

Berdasarkan observasi dan analisis di atas, maka tindakan refleksi yang dapat dilakukan adalah :

1. Guru meningkatkan penguasaan kelas untuk meningkatkan disiplin kelas serta lebih tegas lagi menegur siswa yang kurang memperhatikan.

2. Guru meningkatkan pendekatan kepada siswa agar siswa bisa dengan mudah berkomunikasi dengan guru dan lebih berani lagi bertanya serta mengemukakan pendapatnya.

3. Siswa lebih banyak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat.

4. Penelitian Siklus II

(29)

demikian pada siklus II, dilakukan berbagai perubahan yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar.

1) Permasalahan

Dalam penelitian ini permasalahan yang ditemukan pada siklus I dimana aktivitas guru dan aktivitas siswa tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 75. Hasil belajar sejarah dapat diperoleh dari 32 siswa yang ada pada Kelas XI pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 rata-rata kurang daru 75 yang berarti tingkat ketuntasan belajar dibawah 75. Permasalahan ini dapat mengarah pada ketidakberhasilan guru Sejarah dalam penerapan pembelajaran Sejarah di kelas XI. Kemampuan guru melalui penggunaan rencana pelaksanaan pembelajaran tidak cukup untuk mewujudkan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan. Masih ada faktor lain yang mempengaruhi kriteria ketuntasan minimal ketuntasan belajar yakni hasil belajar siswa.

2) Perencanaan Tindakan

a. Penyiapan Perangkat Pembelajaran

(30)

Tabel 15 Perencanaan Tindakan Kelas Pertemuan Waktu

(Menit)

Tanggal Kegiatan

I. 2 XI 45 15 Mei 2014 a) Salam pembuka, mengabsen

siswa dan mengapresiasi.

II. 2 XI 45 19 Mei 2014 i) Salam pembuka, mengabsen siswa dan mengapresiasi.

III. 2 XI 45 22 Mei 2014 g) Salam pembuka, mengabsen siswa dan mengapresiasi.

Peneliti menyiapkan instrument penelitian, yang terdiri dari lembar observasi mengenai model pembelajaran problem solving untuk mencatat hasil pengamatan kegiatan siswa dari awal sampai akhir pembelajaran ( lihat lampiran).

(31)

d) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan skenario pembelajaran.

e) Mendesain alat evaluasi berupa soal kuis untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa setelah adanya pelaksanaan model pembelajaran problem solving.

3) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, seperti yang telah direncanakan, yaitu tanggal 5 sampai 22 Mei 2014 di ruang kelas XI IPS-1 SMA Negeri 1 Ladongi. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah persiapan kemerdekaan Indonesia. Pada pertemuan pertama, guru menjelaskan materi tentang kegiatan yang dilakukan tokoh-tokoh nasional menjelang kemerdekaan. Pertemuan kedua, siswa diminta untuk melaksanakan diskusi dan presentasi dengan model pembelajara probem solving. Pertemuan ketiga diisi dengan evaluasi belajar siswa dari siklus I. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagaiberikut :

Pertemuan I (Siklus II), Kamis, 15 Mei 2014

a) Pada awal pelaksanaan tindakan, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengabsen siswa dan apersepsi.

(32)

c) Guru memberikan penjelasan materi tentang kegiatan persiapan menjelang kemerdekaan Indonesia.

d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti serta melakukan tanya jawab dengan siswa.

e) Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan diskusi tentang materi yang telah dibahas dengan model pembelajaran problem solving, siswa disuruh belajar dan mempersiapkan diri.

f) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah dibahas. g) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

Pertemuan II (Siklus II), Senin, 19 Mei 2014

a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengabsen siswa dan mengingatkan kembali secara singkat mengenai proses pelaksanaan model pembelajaran problem solving.

b) Guru memberikan soal/ permasalahan kepada setiap kelompok untuk didiskusikan.

c) Guru memberikan bimbingan kepada masing masing kelompok

d) Setelah selesai berdiskusi, guru mengarahkan kelompok-kelompok tadi untuk melakukan presentasi di depan kelas diselingitanya jawab dengan siswa, demikian seterusnya sampai setiap kelompok telah melakukan presentasi.

e) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah dibahas.

(33)

g) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

Pertemuan III (Siklus II), Kamis, 22 Mei 2014.

a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam serta mengabsen siswa.

b) Guru menyuruh siswa agar mengeluarkan segala buku yang berhubungan dengan materi pelajaran untuk dikumpulkan di depan agar mereka bisa mengerjakan sesuai dengan kemampuan mereka sendiri.

c) Guru membagikan soal kuis kepada siswa dan menyuruh siswa untuk segera mengerjakannya.

d) Guru memperingatkan siswa bahwa jangan ada kerjasama dan ramai serta mengerjakan soal dengan rapi.

e) Setelah waktu habis, jawaban segera dikumpulkan dantidak boleh ramai. f) Guru mengulas jawaban dari soal tadi agar siswa mengetahui letak

kesalahannya.

g) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

4) Observasi dan Interpretasi

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disusun. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan model pembelajaran problem solving

(34)

penerapan model pembelajaran problem solving serta aktiivtas siswa dalam pembelajaran sejarah. Pengukuran aktivitas guru dan siswa dengan menggunakan rentang skala sebagai berikut : a) skor 1 untuk kriteria tidak baik, b) skor 2 untuk kriteria cukup, c) skor 3 untuk kriteria baik dan d) skor 4 untuk kriteria sangat baik. Hasil observasi terhadap aktivitas guru Sejarah di Kelas XIIPS SMA Negeri 1 Ladongi, penulisa sajikan pada Tabel berikut :

Tabel 16. Pengamatan Aktivitas Guru pada Pertemuan I Siklus II No

.

Aspek Yang Diamati Penelitian Nilai Kriteria Kegiatan Pendahuluan

1. Guru mengucakan salam pembuka untuk memulai

pelajaran 3 Baik

2. Guru mengecek kesiapan siswa 4 Sangat Baik 3. Guru mengapresiasi materi pelajaran 3 Baik 4. Guru memberikan penjelasan tentang model

pembelajaran problem solving 3 Baik 5. Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan

materi yang akan disampaikan.

3 Baik

Kegiatan Inti

6. Guru menyajikan materi dengan singkat 3 Baik 7. Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan 3 Baik 8. Guru menjelaskan aktivitas siswa dengan pasangan

belajarnya 2 Cukup

9. Guru membagi materi dalam bentuk LKS 3 Baik 10. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar dalam

bentuk berpasangan

3 Baik

11. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memecahkan masalah yang dihadapi 2 Cukup 12. Guru meminta siswa untuk berdiskusi 3 Baik 13. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil

diskusi. 2 Cukup

Kegiatan Penutup

14. Guru melakukan evaluasi 3 Baik 15. Guru bersama siswa menyimpulan materi pelajaran yang

diajarkan 3 Baik

16. Guru memberikan penghargaan kepada setiap siswa 3 Baik 17. Guru memberitahu materi dan masalah yang akan dibahas

pada pertemuan berikutnya 2 Cukup

Total 48

Persentase (%) 70,59

(35)

Tabel 16 menunjukkan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam aktivitas guru sebanyak 17 item yang bagi dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Skor yang diperoleh adalah 48 dengan tingkat persentase ketuntasan 70,59% (48/68) berada di bawah 90%, yang berarti aktivitas guru pada pertemuan I pada siklus II ini, aktivitas guru belum mencapai 90%. Aktivitas guru yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimum menunjukkan bahwa guru belum menerapkan model pembelajaran dengan baik. Hasil pengamatan terhadap Aktivitas guru pada pertemuan I siklus II membutuhkan peningkatan pada kegiatan pendahuluan, kegiatan inti maupun kegiatan penutup. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru tidak memberikan perubahan kepada model Problem Solving dan masih menggunakan pengalaman-pengalaman mengajar saja.

Hasil dari aktivitas guru yang diperoleh guru dalam pertemuan 1 Siklus II, mengindikasikan ketidakpamahan guru terhadap model pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran Sejarah di kelas XI IPS1 sehingga model yang digunakan pada pertemuan 1 ini adalah mulai memahami dam menggunakan model pembelajaran problem solving didasarkan kompetensi guru dalam menggunakan model pembelajaran kooepratif yang menunjang proses belajar mengajar sejarah di sekolah.

(36)

Tabel 17. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Kelas pada Pertemuan II Siklus II

No

. Aspek Yang Diamati NilaiPenelitianKriteria Kegiatan Pendahuluan

1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam

3 Baik

2. Guru mengabsen kehadiran siswa 3 Baik 3. Guru mengapresiasi materi pelajaran 4 Sangat Baik 4. Guru mengingatkan kembali secara singkat

tahapan model pembelajaran problem solving 3 Baik 5. Guru mengingatkan kembali materi yang telah

dibahas secara singkat 3 Baik

Kegiatan Inti

6. Guru memberikan soal/permasalahan yang akan

dibahas 4 Baik

7. Guru membentuk kelompok belajar sebanyak 4

kelompok 4 Baik

8. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar 3 Cukup 9. Guru membagi topik permasalahan yang akan

didiskusikan oleh kelompok belajar

3 Baik

10. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar

dalam kelompok 3 Baik

11. Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk memecahkan masalah yang dihadapi

3 Baik

12. Guru meminta siswa untuk berdiskusi 3 Baik 13. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil

diskusi. 3 Baik

Kegiatan Penutup

14. Guru melakukan evaluasi hasil kelompok 3 Baik 15. Guru bersama siswa menyimpulan materi pelajaran

yang diajarkan 3 Baik

16. Guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok

3 Cukup

17. Guru memberi tugas/PR dan menyampaikan materi untuk pertemuan berikutnya

4 Baik

Total 56

Persentase (%) 82,35

Sumber : Data diolah (2014)

(37)

III siklus II dengan aspek pengamatan yang sama . Hasil pengamatan, penulis sajikan pada Tabel berikut :

Tabel 18. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Kelas pada Pertemuan III Siklus II

No

. Aspek Yang Diamati Nilai PenelitianKriteria Kegiatan Pendahuluan

1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam 4 Sangat Baik 2. Guru mengabsen kehadiran siswa 4 Baik 3. Guru mengapresiasi materi pelajaran 3 Baik 4. Guru mengingatkan kembali secara singkat tahapan

model pembelajaran problem solving 4 Sangat Baik 5. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dibahas

secara singkat 4 Sangat Baik

Kegiatan Inti

6. Guru mempersiapakan siswa untuk ulangan 4 Baik 7. Guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan buku yang

berhubungan dengan materi pelajaran sejarag di depan kelas

4 Baik

8. Guru melaksanakan kegiatan ulangan dengan

membagikan soal kuis kepada masing-masing siswa 3 Sangat Baik 9. Guru mengawasi kegiatan ulangan dengan ketat 4 Baik 10. Guru menginginkan siswa untuk tidak menyontek 4 Sangat Baik 11. Guru mengharapkan siswa untuk mengerjakan soal

dengan rapi dan benar 4 Baik

12. Guru meminta siswa mengerjakan soal sampai selesai 3 Baik 13. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil

ulangan dengan tidak bolah ramai 3 Baik Kegiatan Penutup

14. Guru mengulas jawaban kuis yang baru dilaksanakan 4 Sangat Baik 15. Guru mengumumkan hasil ulangan dengan memberikan

nilai 4 Baik

16. Guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok 4 Sangat Baik 17. Guru memberitahu materi dan masalah yang akan

dibahas pada pertemuan berikutnya

4 Baik

Total 64

Persentase (%) 94,12

Sumber : Data diolah (2014)

(38)

dan tuntas yang mengindikasikan bahwa guru sejarah telah menerapkan model pembelajaran problem solving di kelas XIIPS-1 SMA Negeri 1 Ladongi dengan tuntas pada pertemuan III dalam siklus II yang berarti penelitian tindakan kelas tercapai pada siklus II.

Hasil pengukuran aktivitas guru Sejarah di kelas XIIPS-1 SMA Negeri 1 Ladongi pada siklus I belum mencapai kriteria ketuntasan minimum. Hasil tersebut penulisan rekap pada Tabel berikut :

Tabel 19 Rekapitulasi Hasil Pengalamat Aktivitas Guru pada Siklus II

No

. Kegiatan

Persentase (%)

Persentase Ideal (%)

Belum Tercapai

1. Pertemuan I 70,59 90 19,41

2. Pertemuan II 82,35 90 7,62

3. Pertemuan III 94,12 90 -

Sumber : Data Diolah (2014)

(39)

Gambar 5. Persentase Capaian Aktivitas Guru

Gambar 5 menunjukkan bahwa dalam setiap pertemuan yang dilakukan guru untuk menerapkan model pembelajaran problem solving, terdapat persentase kenaikan 94,12% yang mengindikasikan aktivitas belajar mengajar guru sejarah di kelas XIIPS SMA Negeri 1 Ladongi telah berhasil mencapai 90%.

Pada penelitian ini, dilakukan pengamatan (Observasi) terhadap aktivitas siswa yang diamati dalam kelompok belajar yang dibentuk oleh guru terhadap 32 orang siswa dan dibagi 4 (empat) kelompok dengan kode A, B, C, dan D, memberikan skor terhadap aspek yang diamati dengan kriteria dan skor sebagai berikut : a) Sangat Baik = 4, b) Baik= 3, c) Cukup =2, dan d) Tidak Baik =1

(40)

mempresentasikan hasil belajar. Hasil pemberikan skor yang dilakukan oleh masing-masing pasangan yang ditetapkan oleh guru di kelas disajikan pada Tabel berikut :

Tabel 20. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Pertemuan I Siklus II.

No Aspek Yang Diamati Kelompok belajar dan Skor

A B C D

1 Siswa memperhatikan penjelasan singkat dari guru.

3 3 3 3

2 Siswa aktif dalam proses belajar 3 3 4 3

3 Siswa saling berdiskusi dalam kelompok.

2 2 3 3

4 Siswa saling membantu dan bekerja sama dalam kelompok.

3 3 3 2

5 Siswan dapat menyimpulkan hasil

diskusi dalam kelompok. 3 2 2 2

6 Siswa dapat mempresentasikan hasil

belajar dalam kelompok. 2 2 2 2

Skor Aktivitas Siswa 16 15 17 15

Rata-Rata 2,7 2,5 2,8 2,5

Persetase Capaian (%) 66,67 62,50 70,83 62,50

Sumber (Data Diolah, 2014)

(41)

Pada pertemuan II dalam siklus II, masing-masing kelompok belajar bersama untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan oleh guru dalam kegiatan inti yang diukur dengan skor yang disajikan sebagai berikut :

Tabel 21. Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran pada Pertemuan II Siklus II.

No Aspek Yang Diamati Kelompok Belajar dan Skor

A B C D

1 Siswa memperhatikan penjelasan singkat dari guru.

3 3 3 3

2 Siswa aktif dalam proses belajar 3 2 3 3

3 Siswa saling berdiskusi dalam kelompok.

4 3 3 4

4 Siswa saling membantu dan bekerja sama dalam kelompok.

4 3 4 3

5 Siswan dapat menyimpulkan hasil diskusi dalam kelompok.

Persentase Capaian (%) 87,50 75,00 79,17 83,33

Sumber (Data Diolah, 2014)

(42)

belajar yang dibentuk oleh guru di kelas XIIPS-1. Hasil capaian ini menjadi bahan rekomendasi untuk melakukan pengalamatan pada pertemuan III dengan indikator pengamatan yang sama pada aktivitas siswa yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pada pertemuan III dalam siklus II, aktivitas siswa dalam kelaompok belajar diamati pada kemampuan menyelesaikan soal dan memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Aktivitas siswa dalam kelompok yang dibentuk dengan skor yang disajikan sebagai berikut :

Tabel 22. Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran pada Pertemuan III Siklus II

No Aspek Yang Diamati Kelompok Belajar dan Skor

A B C D

1 Siswa memperhatikan penjelasan singkat dari guru.

4 4 4 4

2 Siswa aktif dalam kelompok belajar 4 3 2 3

3 Siswa saling berdiskusi membahas masalah. 4 4 3 3

4 Siswa saling membantu dan bekerja sama

dalam kelompok.

4 4 4 4

5 Siswan dapat menjawab soal kuis yang

diberikan guru. 4 4 4 3

6 Siswa menjawab soal tanpa melihat buku catatan.

3 2 3 4

Jumlah 23 21 20 21

Rata-rata 3,8 3,5 3,3 3,5

Persentase Capaian (%) 95,83 87,50 83,33 87,50

Sumber (Data Diolah, 2014)

(43)

menunjukan bahwa aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran

problem solving telah berhasil mencapai 90 % oleh kelompok A yakni 95,83% dan terdapat peningkatan dalam penerapannya kepada siswa kelas XI IPS-1

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap persetase capaian aktivitas siswa dari kelompok belajar terhadap aktivitas guru, diperoleh skor capaian tertinggi pada tiap-tiap pengamatan dan skor ideal yang disajikan pada Tabel Berikut : Tabel 23 Rekapitulasi Persetase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus II

Kelompok Persentase Aktivitas Siswa Persentase

Rata-Rata Kriteria Pert. I Pert. II Pert. III

A 66,7 87,50 95,83 83,33 Tinggi

B 62,5 75,00 87,50 75,00 Sedang

C 70,8 79,17 83,33 77,78 Sedang

D 62,5 83,33 87,50 77,78 Sedang

Sumber : Data diolah (2014)

Hasil pada Tabel 23 menunjukkan bahwa aktivitas siswa di dalam kelompok belajar. Jumlah skor yang dicapai pada pertemuan I, II dan III tidak terdapat perubahan yang signifikan karena tingkat aktivitas siswa di kelas masih rendah hingga sedang dengan persentase rata-rata 83,33% - 95,83% . Hasil ini menunjukkan siswa mampu meningkatkan mental activities. seperti memecahkan soal, menganalisa, mengambil masalah. Tingginya Oral activities,

(44)

mencapai kriteria ketuntasan dengan persetase pada setiap pertemuan selama siklus II dilakukan. Hal ini disajikan pada gambar berikut :

A B C D

70.00 72.00 74.00 76.00 78.00 80.00 82.00 84.00

Gambar 6. Persentase Aktivitas Siswa Kelas XIIPS-1 dalam Pembelajaran Sejarah Gambar 5 menunjukkan bahwa aktivitas siswa kelas XI IPS-1dalam belajar sejarah mencapai 83,33% pada Kelompok A dengan memperlihatkan kemampuan tinggi dalam menyerap model pembelajaran problem solving yang berada di bawah 90%. Hal ini menggambarkan siswa mampu meningkatkan

mental activities. seperti memecahkan soal, menganalisa, mengambil masalah. Tingginya Oral activities, seperti merumuskan, bertanya, mengeluarkan pendapat, memberi saran, dan tingginya listening activities, seperti melakukan mendengarkan uraian materi, mendengarkan pendapat teman.

(45)

Tabel 24. Hasil Belajar Siswa pada Pertemuan 1 Siklus II

(46)

56,3%yang tuntas, sedangkan 14 orang atau 43,8% siswa tidak tuntas dengan nilai dibawah 75. Hasil ini menunjukkan bahwa Writing activities, seperti membuat laporan hasil diskusi dan menjawab soal/kuis yang diberikan oleh guru sejarah dalam kegiatan ulangan harian masih rendah sehingga perlu dilakukan perbaikan pada ulangan berikutnya.

Kegiatan ulangan yang dilakukan oleh guru di kelas XIIIPS dengan soal yang sama pada pertemuan II. Banyak siswa yang secara mandiri belum memiliki kemampuan untuk menjawab soal atau memecahkan masalah yang dirumuskan oleh guru di kelas. Observasi terhadap hasil belajar siswa pada pertemuan II dalam siklus I ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kemampuan siswa terhadap penerapan model pembelajaran problem solving

(47)

Tabel 25. Hasil Belajar Siswa Pada Pertemuan II Siklus II

(48)

62,5% yang tuntas, sedangkan 12 orang atau 37,5% siswa tidak tuntas. Hasil ini mengindikasikan bahwa siswa belum tuntas dalam belajar dan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. Hasil belajar pada pertemuan III dalam siklus II disajikan pada Tabel berikut :

Tabel 26. Hasil Belajar Siswa Pada Pertemuan III Siklus II

(49)

Data pada Tabel 26 menunjukkan hasil belajar siswa pada pertemuan III dalam siklus II. Nilai rata-rata dari hasil ulangan yang dilakukan guru adalah sebesar 80,13 dari 32 orang siswa. Didapati sebanyak 29 orang atau sebanyak 90,6% yang tuntas, sedangkan 3 orang atau 9,4% siswa belum tuntas. Hasil ini mengindikasikan bahwa hasil belajara siswa tuntas dengan tingkat ketuntasan 90,6% lebih besar kriteria ketuntasan yang ditetapkan di sekolah sebesar 80%.

5) Analisis dan Refleksi

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan model pembelajaran problem solving idapat meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar. Hal ini ditunjukkan dari lembar observasi yang menunjukkan bahwa aktivitas guru dan siswa serta hasil belajar siswa telah tuntas pada siklus II dalam penerapan model problem solving.

Pada siklus II diperoleh keberhasilan aktivitas guru pada pertemuan I, II dan III rata-rata lebih dari 90% yang berarti aktivitas guru dalam penerapan model pembelajaran problem solving, tidak tuntas selain itu aktivitas siswa dalam kelompok tetapi apabila dicermati lebih jauh pada grafik perbandingan, memperlihatkan bahwa ketercapaian indikator kinerja guru yang ditetapkan sebesar 90%.

(50)

pelajaran sejaran dengan model pembelajaran problem solving. Pada siklus II jumlah siswa yang mencapai nilai lebih dari 90.

Berdasarkan hasil observasi pada siklus I peneliti menemukan pemecahan masalah dalam penerapan model pembelajaranproblem solving. Hasil yang dicapai pada siklus II diantaranya sebagaiberikut:

a. Guru memberi pengarahan dalam mengerjakan soal kasus. b. Sebagian siswa menjawab pertanyaan dengan sempurna

c. Siswa berani berpendapat di depan guru, siswa masih cenderung berani berpendapat dengan teman sebaya.

d. Siswa sering berbicara yang berhubungan dengan materi.

Berdasarkan observasi dan analisis di atas, maka tindakan refleksi yang dapat dilakukan adalah :

1. Guru meningkatkan penguasaan kelas untuk meningkatkan disiplin kelas serta lebih tegas lagi menegur siswa dan memberi perhatian.

2. Guru meningkatkan pendekatan kepada siswa agar siswa bisa dengan mudah berkomunikasi dengan guru dan lebih berani lagi bertanya serta mengemukakan pendapatnya.

5. Siswa lebih banyak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat.

B. Pembahasan

(51)

1. Aktivitas Pembelajaran yang Dilakukan Guru dalam Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah merupakan tugas dan tanggung jawab guru untuk menyajikan materi pelajaran kepada siswa di kelas. Aktivitas mengajar guru berlangsung sesuai dengan kurikulum pembelajaran yang ditetapkan pada SMA Negeri 1 Ladongi. Kebiasan belajar mengajar dengan metode konvensional tidak ada perkembangan model pembelajaran bagi guru yang berdampak kepada hasil belajar siswa dimana nilai ulangan rendah karena banyaknya materi pelajaran yang harus dipelajar dan dihafal selain itu pembelajaran Sejarah merupakan pembelajaran yang membutuhkan penghayatan dan pengamalan.

Kemampuan siswa untuk mempelajari pelajaran Sejarah didukung dengan kemampuan belajar mandiri dan aktivitas belajar, selain itu sumber referensi buku pelajaran yang relevan, namun kenyataannya siswa di SMA Negeri 1 Ladongi dihadapkan dengan pembelajaran Sejarah yang sumbernya hanya ada pada guru sehingga materi ajar menjadi terbatas dan siswa harus belajar kelompok untuk belajar bersama di sekolah yang dibentuk oleh guru di kelas masing-masing. Tujuannya adalah untuk memudahkan proses penerapan materi pelajaran dengan model pembelajaran problem solving yang ditetapkan guna meningkatkan hasil belajar.

(52)

(2007) sebesar 75%. Hasil penelitian siklus I dan II menunjukkan adanya upaya untuk meningkatkan kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran

Problem Solving.

Aktivitas guru dalam siklus I menunjukkan tindakan yang cukup dengan nilai skor 2, artinya skor yang diperoleh dari 17 item tindakan yang dilakukan guru dengan tujuan menerapkan model pembelajaran Problem Solving pada pelajaran Sejarah belum tercapai pada kriteria yang ditetapkan. Karena guru Sejarah masih menggunakan kebiasaan-kebiasaan mengajar dengan metode konvensional untuk melaksanakan kegiatan mengajar tanpa memperhatikan langkah-langkah yang sesuai dengan model Problem Solving, selain itu referensi-referensi pendukung untuk menopang model pembelajaran Problem Solving hanya terbatas pada buku paket Sejarah yang dipegang oleh guru.

Ketidaktuntasan tindakan pembelajaran dalam 3 kali pertemuan yang telah dilakukan tersebut menunjukkan ketidakberhasilan guru dalam menerpakan model pembelajaran Problem Solving artinya kegiatan pembelajaran masih harus dikembangkan pada siklus berikutnya dan membutuhkan waktu pembelajaran tambahan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan model pembelajaran yang digunakan dimana hal ini dapat diaplikasikan pada siklus II.

(53)

nilai tindakan dalam setiap pertemuan yang dilakukan guru di kelas XI. Dari hasil yang dicapai tersebut menunjukkan bahwa guru berhasil pada siklus II dengan 3 pertemuan yang dilakukan seperti pada siklus I dan menjadikan model Problem Solving sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran Sejarah.

Menurut pendapat Nasution (1997:34) belajar juga merupakan suatu bentuk perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam tingkah laku, bakat, pengalaman, keahlian, keberhasilan, keterampilan dan kesanggupan menghargai perkembangan sikap-sikap sosial, emosional dan pertumbuhan jasmani. Pendapat ini menunjukkan kemampuan seorang guru dalam belajar untuk menyiapkan diri untuk melaksanakan proses pembelajaran dan melakukan perubahan di kelas untuk mewujudkan hasil yang diharapkan.

Pendapat Nasution yang dikemukakan tersebut mengarah kepada guru untuk membangun kompetensi diri dalam menerapkan model pembelajaran Problem Solving. Aktivitas guru didukung dengan tingkah laku, bakat, pengalaman, keahlian, keberhasilan, keterampilan dan kesanggupan menghargai perkembangan sikap-sikap sosial, emosional dan pertumbuhan jasmani. Hal ini yang membuat guru sanggup melakukan perubahan dalam meningkatkan aktivitas mengajar untuk menerapkan model Problem Solving.

(54)

profesional, warga masyarakat, warga negara dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hasil pendidikan diberikan kepada lingkungan dan dierima oleh lingkungan sebagai masuk yang digunakan sesuai dengan kepentingannya. Dapat ditegaskan bahwa belajar adalah perubahan kualitas kemampuyan kognitif, afektif dan psikomotorik untuk meningkatkan tarah hidupnya sebagai pribadi, sebagai masyarakat maupun sebagai Makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Pendapat ahli tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar berada pada kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran problem solving yang sehingga aktivitas mengajar dapat ditingkatkan. Menurut Chaplin bahwa hasil belajar adalah hasil karya akademis yang dinilai oleh guru ataupun melalui tes-tes yang dibakukan maupun kombinasi dari keduanya.

Hasil penelitian Redhana (2009) menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan model pembelajaran Kooepratif Tipe

problem solving. dapat menimbulkan kerja sama dan mengatasi kelemahan siswa dalam memahami pelajaran yang ajarkan guru melalui kegiatan belajar kelompok yang mengutamakan tindakan berpikir, berpasangan dan berbagi dengan rekan siswa dalam kelompok belajar.

(55)

mau berpartisipasi meningkatkan kompetesi guru Sejarah di sekolah-sekolah termasuk di SMA Negeri 1 Ladongi.

2. Aktivitas Belajar Siswa Dalam Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving.

Penelitian yang dilakukan di kelas XI aktivitas dan hasil belajar siswa pada pelajaran Sejarah. Aktivitas siswa dalam pembelajaran Sejarah dengan model

Problem Solving pada siklus I menunjukkan bahwa siswa tidak punya minat belajar Sejarah, tidak dapat bekerja sama, tidak patisipasi, dan daya serap yang rendah terhadap materi Sejarah yang diajarkan sehingga hasil aktivitas dan hasil belajar siswa rendah atau tidak tuntas. Penyebab dari masalah tersebut merupakan kendala-kendala yang dihadapi siswa dan untuk memperbaiki hasil evaluasi, guru melakukan rencanan tindakan pada siklus II dengan 17 tindakan yang sama pada siklus I.

Penelitian yang dilakukan pada SMA Negeri 1 Ladongi diperoleh aktivitas siswa yang mencapai 87,5% lebih besari dari kriteria yang ditetapkan yakni 75%. Hasil ini diperkuat dengan adanya tingkat ketuntasan belajar di atas 75% yang diperoleh siswa pada pembelajaran Sejarah dalam kelompok.

(56)

Berdasarkan temuan tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Solving dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ladongi.

3. Hasil Belajar Siswa Dalam Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving.

Siswa di kelas XI yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 24 orang dengan kemampuan daya serap yang berbeda dan tidak memahami tentang model pembelajaran yang digunakan oleh guru sehingga wajar saja jika aktivitas dan hasil belajar mereka tidak dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimum dengan nilai 75. Atau tingkat keberhasilan 75%. Ketentuan nilai 75 dijadikan sebagai standar minimal nilai yang harus dicapai siswa sebagai nilai paling rendah yang berarti siswa harus memperoleh nilai di atas 75. Buktinya hasil pengamatan yang dilakukan pada setiap pertemuan yang dilakukan guru Sejarah di kelas XI sebanyak 3 kali pada siklus 1 diperoleh daya serap siswa masih rendah yang dilihat dari nilai yang mereka peroleh dalam ulangan harian.

Hasil belajar siswa pada siklus II memperlihatkan adanya perubahan nilai capaian skor dari siswa yang lebih besar dari kriterial ketuntasan belajar 75. Hal ini menggambarkan bahwa belajar berpikir, berpasangan, dan berbagi merupakan model pembelajaran yang memudahkan siswa untuk belajar dan menghasilkan hasil belajar yang baik.

(57)

berusaha memperoleh sesuatu dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Perubahan tingkah laku dalam belajar sudah ditentukan berdasarkan kemampuan siswa.

Hasil belajar juga merupakan prestasi yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi tertentu dan untuk memperolehnya menggunakan standar sebagai pengukuran keberhasilan seseorang. Kriteria hasil belajar pada siswa yang lazim digunakan adalah nilai rata-rata yang didapat melalui belajar dalam peranannya melanjutkan studinya (Suryobroto, 1997:16).

(58)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan aktivitas mengajar guru dalam pembelajaran sejarah SMA Negeri 1 Ladongi. Pada pertemuan III siklus II sebesar 94,12% lebih besar dari 90% dibanding dengan hasil pada pertemuan III siklus I sebesar 61,76%.

2. Penerapan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran sejarah di Kelas XI IPS1 SMA Negeri 1 Ladongi pada siklus II Pertemuan III dengan indikator keberhasilan sebesar 95,83% lebih besar dari 90 dibandingan pada siklus I.

(59)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat disarankan bahwa:

1. Untuk meningkatkan aktivitas guru mengajar, maka perlu ditingkatnya penguasaan dan penerapan model pembelajaran Problem Solving yang lebih fokus pada tujuan pembelajaran sehingga dapat mewujdukan ketuntasan mengajar guru di masa mendatang.

2. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, maka peran guru dan penetapan model pembelajaran Problem Solving perlu dikembangkan sehingga siswa dapat memahami tujuan pembelajaran dengan model tersebut yang nantinya dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas.

Gambar

Tabel 4. Pengamatan Aktivitas Guru Pada Pertemuan I   Siklus I
Tabel 5. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru di Kelas Pada Pertemuan II   Siklus I
Tabel 6. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru di Kelas Pada Pertemuan III   Siklus INoAspek Yang DiamatiPenelitian
Tabel 7 Rekapitulasi Hasil Pengalamat Aktivitas Guru Pada Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain faktor iklim, faktor- faktor yang dapat memicu terjadinya peningkatan populasi penggerek batang adalah terjadinya perubahan biologi hama, dari yang tadinya

Pada proses pemisahan produk hasil reaksi transesterifikasi, katalis ini dapat dipisahkan dengan magnet sehingga katalis ini tidak membutuhkan proses filtrasi

3) Ujian tertutup disertasi atau ujian disertasi dapat dilangsungkan bilamana telah dihadiri oleh ketua penguji dan anggota penguji, yang terdiri atas minimal satu

Hasil yang didapat dalam karya ilmiah akhir ini sejalan dengan riset yang dilakukan oleh Guslinda, Keliat & Widyastuti, (2011) yang menyebutkan bahwa lansia

panggadereng sebagai budaya oleh para legislator sehingga Perda dalam aspek filosofis, sosiologis dan budaya sangat sinkron dengan das sein (harapan) dan das sollen

Tujuan para investor melakukan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan baik untuk masa saat ini maupun masa yang akan datang dengan mempertimbangkan

Metode penelitian merupakan tahapan dalam penelitian yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas, sehingga

Dengan demikian, keinginan masyarakat tentang materi yang perlu disampaikan dalam program penyuluhan adalah pengetahuan tentang Sapi Rambon dan tata cara