• Tidak ada hasil yang ditemukan

Observasi dan Interpretasi

Dalam dokumen Model DAN Pembelajaran Problem Solving (Halaman 33-51)

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disusun. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan model pembelajaran problem solving

yang diterapkan. Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, selama observasi berlangsung penelitian memantau aktivitas guru dalam

penerapan model pembelajaran problem solving serta aktiivtas siswa dalam pembelajaran sejarah. Pengukuran aktivitas guru dan siswa dengan menggunakan rentang skala sebagai berikut : a) skor 1 untuk kriteria tidak baik, b) skor 2 untuk kriteria cukup, c) skor 3 untuk kriteria baik dan d) skor 4 untuk kriteria sangat baik. Hasil observasi terhadap aktivitas guru Sejarah di Kelas XIIPS SMA Negeri 1 Ladongi, penulisa sajikan pada Tabel berikut :

Tabel 16. Pengamatan Aktivitas Guru pada Pertemuan I Siklus II No

.

Aspek Yang Diamati Penelitian Nilai Kriteria Kegiatan Pendahuluan

1. Guru mengucakan salam pembuka untuk memulai

pelajaran 3 Baik

2. Guru mengecek kesiapan siswa 4 Sangat Baik 3. Guru mengapresiasi materi pelajaran 3 Baik 4. Guru memberikan penjelasan tentang model

pembelajaran problem solving 3 Baik 5. Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan

materi yang akan disampaikan.

3 Baik Kegiatan Inti

6. Guru menyajikan materi dengan singkat 3 Baik 7. Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan 3 Baik 8. Guru menjelaskan aktivitas siswa dengan pasangan

belajarnya 2 Cukup

9. Guru membagi materi dalam bentuk LKS 3 Baik 10. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar dalam

bentuk berpasangan

3 Baik 11. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memecahkan masalah yang dihadapi 2 Cukup 12. Guru meminta siswa untuk berdiskusi 3 Baik 13. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil

diskusi. 2 Cukup

Kegiatan Penutup

14. Guru melakukan evaluasi 3 Baik 15. Guru bersama siswa menyimpulan materi pelajaran yang

diajarkan 3 Baik

16. Guru memberikan penghargaan kepada setiap siswa 3 Baik 17. Guru memberitahu materi dan masalah yang akan dibahas

pada pertemuan berikutnya 2 Cukup

Total 48

Persentase (%) 70,59

Tabel 16 menunjukkan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam aktivitas guru sebanyak 17 item yang bagi dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Skor yang diperoleh adalah 48 dengan tingkat persentase ketuntasan 70,59% (48/68) berada di bawah 90%, yang berarti aktivitas guru pada pertemuan I pada siklus II ini, aktivitas guru belum mencapai 90%. Aktivitas guru yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimum menunjukkan bahwa guru belum menerapkan model pembelajaran dengan baik. Hasil pengamatan terhadap Aktivitas guru pada pertemuan I siklus II membutuhkan peningkatan pada kegiatan pendahuluan, kegiatan inti maupun kegiatan penutup. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru tidak memberikan perubahan kepada model Problem Solving dan masih menggunakan pengalaman-pengalaman mengajar saja.

Hasil dari aktivitas guru yang diperoleh guru dalam pertemuan 1 Siklus II, mengindikasikan ketidakpamahan guru terhadap model pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran Sejarah di kelas XI IPS1 sehingga model yang digunakan pada pertemuan 1 ini adalah mulai memahami dam menggunakan model pembelajaran problem solving didasarkan kompetensi guru dalam menggunakan model pembelajaran kooepratif yang menunjang proses belajar mengajar sejarah di sekolah.

Hasil dari pertemuan 1 Siklus II tersebut mengisyaratkan untuk dilakukan perbaikan pada pertermuan ke 2 dengan harapan adanya perubahan aktivitas mengajar guru. Dengan indikator pengamatan yang pada pertemuan 2, hasil pengamatannya penulis sajikan pada Tabel berikut :

Tabel 17. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Kelas pada Pertemuan II Siklus II

No

. Aspek Yang Diamati NilaiPenelitianKriteria Kegiatan Pendahuluan

1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam

3 Baik

2. Guru mengabsen kehadiran siswa 3 Baik 3. Guru mengapresiasi materi pelajaran 4 Sangat Baik 4. Guru mengingatkan kembali secara singkat

tahapan model pembelajaran problem solving 3 Baik 5. Guru mengingatkan kembali materi yang telah

dibahas secara singkat 3 Baik

Kegiatan Inti

6. Guru memberikan soal/permasalahan yang akan

dibahas 4 Baik

7. Guru membentuk kelompok belajar sebanyak 4

kelompok 4 Baik

8. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar 3 Cukup 9. Guru membagi topik permasalahan yang akan

didiskusikan oleh kelompok belajar

3 Baik

10. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar

dalam kelompok 3 Baik

11. Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk memecahkan masalah yang dihadapi

3 Baik

12. Guru meminta siswa untuk berdiskusi 3 Baik 13. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil

diskusi. 3 Baik

Kegiatan Penutup

14. Guru melakukan evaluasi hasil kelompok 3 Baik 15. Guru bersama siswa menyimpulan materi pelajaran

yang diajarkan 3 Baik

16. Guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok

3 Cukup

17. Guru memberi tugas/PR dan menyampaikan materi untuk pertemuan berikutnya

4 Baik

Total 56

Persentase (%) 82,35

Sumber : Data diolah (2014)

Tabel 17 menunjukkan bahwa hasil dari tindakan pertemuan II dalam siklus II mencapai 82,35%, namun demikian hasil ini masih di bawah 90 % yang mengindikasikan belum tercapai, karena itu perlu dilanjutkan pada pertemuan

III siklus II dengan aspek pengamatan yang sama . Hasil pengamatan, penulis sajikan pada Tabel berikut :

Tabel 18. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Kelas pada Pertemuan III Siklus II

No

. Aspek Yang Diamati Nilai PenelitianKriteria Kegiatan Pendahuluan

1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam 4 Sangat Baik 2. Guru mengabsen kehadiran siswa 4 Baik 3. Guru mengapresiasi materi pelajaran 3 Baik 4. Guru mengingatkan kembali secara singkat tahapan

model pembelajaran problem solving 4 Sangat Baik 5. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dibahas

secara singkat 4 Sangat Baik

Kegiatan Inti

6. Guru mempersiapakan siswa untuk ulangan 4 Baik 7. Guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan buku yang

berhubungan dengan materi pelajaran sejarag di depan kelas

4 Baik

8. Guru melaksanakan kegiatan ulangan dengan

membagikan soal kuis kepada masing-masing siswa 3 Sangat Baik 9. Guru mengawasi kegiatan ulangan dengan ketat 4 Baik 10. Guru menginginkan siswa untuk tidak menyontek 4 Sangat Baik 11. Guru mengharapkan siswa untuk mengerjakan soal

dengan rapi dan benar 4 Baik

12. Guru meminta siswa mengerjakan soal sampai selesai 3 Baik 13. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil

ulangan dengan tidak bolah ramai 3 Baik Kegiatan Penutup

14. Guru mengulas jawaban kuis yang baru dilaksanakan 4 Sangat Baik 15. Guru mengumumkan hasil ulangan dengan memberikan

nilai 4 Baik

16. Guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok 4 Sangat Baik 17. Guru memberitahu materi dan masalah yang akan

dibahas pada pertemuan berikutnya

4 Baik

Total 64

Persentase (%) 94,12

Sumber : Data diolah (2014)

Data pada Tabel 18 memperlihatkan tindakan kelas pada pertemuan III dalam siklus II aspek yang diamati dari aktivitas guru mencapai 94,12% dan lebih besar dari 90%. Artinya kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa dalam penerapan model pembelajaran problem solving telah berhasil lebih dari 94,12%

dan tuntas yang mengindikasikan bahwa guru sejarah telah menerapkan model pembelajaran problem solving di kelas XIIPS-1 SMA Negeri 1 Ladongi dengan tuntas pada pertemuan III dalam siklus II yang berarti penelitian tindakan kelas tercapai pada siklus II.

Hasil pengukuran aktivitas guru Sejarah di kelas XIIPS-1 SMA Negeri 1 Ladongi pada siklus I belum mencapai kriteria ketuntasan minimum. Hasil tersebut penulisan rekap pada Tabel berikut :

Tabel 19 Rekapitulasi Hasil Pengalamat Aktivitas Guru pada Siklus II

No . Kegiatan Persentase (%) Persentase Ideal (%) Belum Tercapai 1. Pertemuan I 70,59 90 19,41 2. Pertemuan II 82,35 90 7,62 3. Pertemuan III 94,12 90 -

Sumber : Data Diolah (2014)

Hasil pada Tabel 19 memperlihatkan upaya guru untuk mencapai persentase ideal yang ditetapkan dalam penerapan model pembelajaran Problem Solving. Pada pertemuan pertama, yang tercapai sebesar 70,59%, dan terus ditingkapkan pada pertemuan kedua dan ketiga. Pada pertemuan ketiga, persentase ketuntasan yang tercapai sebesar 94,12 % yang mengindikasikan penerapan model pembelajaran Problem Solving pada pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Ladongi sudah tuntas . Hal ini dapat diperlihatkan pada gambar berikut :

Gambar 5. Persentase Capaian Aktivitas Guru

Gambar 5 menunjukkan bahwa dalam setiap pertemuan yang dilakukan guru untuk menerapkan model pembelajaran problem solving, terdapat persentase kenaikan 94,12% yang mengindikasikan aktivitas belajar mengajar guru sejarah di kelas XIIPS SMA Negeri 1 Ladongi telah berhasil mencapai 90%.

Pada penelitian ini, dilakukan pengamatan (Observasi) terhadap aktivitas siswa yang diamati dalam kelompok belajar yang dibentuk oleh guru terhadap 32 orang siswa dan dibagi 4 (empat) kelompok dengan kode A, B, C, dan D, memberikan skor terhadap aspek yang diamati dengan kriteria dan skor sebagai berikut : a) Sangat Baik = 4, b) Baik= 3, c) Cukup =2, dan d) Tidak Baik =1

Hasil pengamatan kepada aktivitas siswa dilakukan sesuai aspek-aspek yang ditetapkan sebagai berikut; a) Siswa memperhatikan penjelasan singkat dari guru, b) Siswa aktif dalam proses belajar, c) Siswa saling berdiskusi dalam kelompoknya, d) Siswa saling membantu dan bekerja sama dengan pasangannya, e) Siswa dapat menyimpulkan hasil diskusi, dan f) Siswa dapat

mempresentasikan hasil belajar. Hasil pemberikan skor yang dilakukan oleh masing-masing pasangan yang ditetapkan oleh guru di kelas disajikan pada Tabel berikut :

Tabel 20. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Pertemuan I Siklus II.

No Aspek Yang Diamati Kelompok belajar dan Skor

A B C D

1 Siswa memperhatikan penjelasan singkat dari guru.

3 3 3 3

2 Siswa aktif dalam proses belajar 3 3 4 3

3 Siswa saling berdiskusi dalam kelompok.

2 2 3 3

4 Siswa saling membantu dan bekerja sama dalam kelompok.

3 3 3 2

5 Siswan dapat menyimpulkan hasil

diskusi dalam kelompok. 3 2 2 2

6 Siswa dapat mempresentasikan hasil

belajar dalam kelompok. 2 2 2 2

Skor Aktivitas Siswa 16 15 17 15

Rata-Rata 2,7 2,5 2,8 2,5

Persetase Capaian (%) 66,67 62,50 70,83 62,50

Sumber (Data Diolah, 2014)

Data pada Tabel 20 memperlihatkan bahwa aktivitas siswa dalam kelompok belajar yang dibentuk guru di kelas sebanyak 4 kelompok untuk memecahkan masalah dalam pelajaran sejarah pada pertemuan I siklus II diperoleh bahwa persentase capaian kelompok A sebesar 66,67%, kelompok B sebesar 62,50%, kelompok C sebesar 70,83% dan kelompok D sebesar 62,50%. Hasil ini menunjukan bahwa aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran problem solving masih belum berhasil mencapai 90 %. Hasil capaian ini menjadi bahan rekomendai untuk melakukan pengalamatan pada pertemuan II dengan indikator pengamatan yang sama pada aktivitas siswa yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pada pertemuan II dalam siklus II, masing-masing kelompok belajar bersama untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan oleh guru dalam kegiatan inti yang diukur dengan skor yang disajikan sebagai berikut :

Tabel 21. Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran pada Pertemuan II Siklus II.

No Aspek Yang Diamati Kelompok Belajar dan Skor

A B C D

1 Siswa memperhatikan penjelasan singkat dari guru.

3 3 3 3

2 Siswa aktif dalam proses belajar 3 2 3 3

3 Siswa saling berdiskusi dalam kelompok.

4 3 3 4

4 Siswa saling membantu dan bekerja sama dalam kelompok.

4 3 4 3

5 Siswan dapat menyimpulkan hasil diskusi dalam kelompok.

3 4 3 3

6 Siswa dapat mempresentasikan hasil belajar dalam kelompok.

4 3 3 4

Jumlah 21 18 19 20

Rata-rata 3,5 3,0 3,2 3,3

Persentase Capaian (%) 87,50 75,00 79,17 83,33

Sumber (Data Diolah, 2014)

Data pada Tabel 21 memperlihatkan bahwa aktivitas siswa dalam kelompok belajar yang dibentuk guru di kelas sebanyak 4 kelompok untuk memecahkan masalah dalam pelajaran sejarah pada pertemuan II siklus II diperoleh bahwa persentase capaian kelompok A sebesar 87,50%, kelompok B sebesar 75%, kelompok C sebesar 79,17% dan kelompok D sebesar 79,17%. Hasil ini menunjukan bahwa aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran problem solving masih belum berhasil mencapai 90 %. Ketidaktuntasan ini disebabkan karena daya serap siswa belum membaik tentang model pembelajaran problem solving yang diterapkan dalam pelajaran sejarah walaupun terdapat peningkatan aktivitas belajar melalui kelompok-kelompok

belajar yang dibentuk oleh guru di kelas XIIPS-1. Hasil capaian ini menjadi bahan rekomendasi untuk melakukan pengalamatan pada pertemuan III dengan indikator pengamatan yang sama pada aktivitas siswa yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pada pertemuan III dalam siklus II, aktivitas siswa dalam kelaompok belajar diamati pada kemampuan menyelesaikan soal dan memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Aktivitas siswa dalam kelompok yang dibentuk dengan skor yang disajikan sebagai berikut :

Tabel 22. Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran pada Pertemuan III Siklus II

No Aspek Yang Diamati Kelompok Belajar dan Skor

A B C D

1 Siswa memperhatikan penjelasan singkat dari guru.

4 4 4 4

2 Siswa aktif dalam kelompok belajar 4 3 2 3

3 Siswa saling berdiskusi membahas masalah. 4 4 3 3

4 Siswa saling membantu dan bekerja sama

dalam kelompok.

4 4 4 4

5 Siswan dapat menjawab soal kuis yang

diberikan guru. 4 4 4 3

6 Siswa menjawab soal tanpa melihat buku catatan.

3 2 3 4

Jumlah 23 21 20 21

Rata-rata 3,8 3,5 3,3 3,5

Persentase Capaian (%) 95,83 87,50 83,33 87,50

Sumber (Data Diolah, 2014)

Data pada Tabel 22 memperlihatkan bahwa aktivitas siswa dalam kelompok belajar yang dibentuk guru di kelas sebanyak 4 kelompok untuk menjawab soal dan memecahkan masalah dalam pelajaran sejarah pada pertemuan III siklus II diperoleh bahwa persentase capaian kelompok A sebesar 95,83%, berarti bahwa telah berhasil mencapai 90%, kelompok B sebesar 87,50%, kelompok C sebesar 83,33% dan kelompok D sebesar 87,50%. Hasil ini

menunjukan bahwa aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran

problem solving telah berhasil mencapai 90 % oleh kelompok A yakni 95,83% dan terdapat peningkatan dalam penerapannya kepada siswa kelas XI IPS-1

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap persetase capaian aktivitas siswa dari kelompok belajar terhadap aktivitas guru, diperoleh skor capaian tertinggi pada tiap-tiap pengamatan dan skor ideal yang disajikan pada Tabel Berikut : Tabel 23 Rekapitulasi Persetase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus II

Kelompok Persentase Aktivitas Siswa Persentase

Rata-Rata Kriteria Pert. I Pert. II Pert. III

A 66,7 87,50 95,83 83,33 Tinggi

B 62,5 75,00 87,50 75,00 Sedang

C 70,8 79,17 83,33 77,78 Sedang

D 62,5 83,33 87,50 77,78 Sedang

Sumber : Data diolah (2014)

Hasil pada Tabel 23 menunjukkan bahwa aktivitas siswa di dalam kelompok belajar. Jumlah skor yang dicapai pada pertemuan I, II dan III tidak terdapat perubahan yang signifikan karena tingkat aktivitas siswa di kelas masih rendah hingga sedang dengan persentase rata-rata 83,33% - 95,83% . Hasil ini menunjukkan siswa mampu meningkatkan mental activities. seperti memecahkan soal, menganalisa, mengambil masalah. Tingginya Oral activities,

seperti merumuskan, bertanya, mengeluarkan pendapat, memberi saran, dan tingginya listening activities, seperti melakukan mendengarkan uraian materi, mendengarkan pendapat teman. Hal ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Solving pada kelas XIIPS-1 SMA Negeri 1 Ladongi

mencapai kriteria ketuntasan dengan persetase pada setiap pertemuan selama siklus II dilakukan. Hal ini disajikan pada gambar berikut :

A B C D 70.00 72.00 74.00 76.00 78.00 80.00 82.00 84.00

Gambar 6. Persentase Aktivitas Siswa Kelas XIIPS-1 dalam Pembelajaran Sejarah Gambar 5 menunjukkan bahwa aktivitas siswa kelas XI IPS-1dalam belajar sejarah mencapai 83,33% pada Kelompok A dengan memperlihatkan kemampuan tinggi dalam menyerap model pembelajaran problem solving yang berada di bawah 90%. Hal ini menggambarkan siswa mampu meningkatkan

mental activities. seperti memecahkan soal, menganalisa, mengambil masalah. Tingginya Oral activities, seperti merumuskan, bertanya, mengeluarkan pendapat, memberi saran, dan tingginya listening activities, seperti melakukan mendengarkan uraian materi, mendengarkan pendapat teman.

Hasil observasi terhadap ulangan tes yang dilakukan oleh guru, penulis sajikan sebagai berikut :

Tabel 24. Hasil Belajar Siswa pada Pertemuan 1 Siklus II

No. Nomor Siswa Skor/Nilai Keterangan

1 1 75 Tuntas 2 2 75 Tuntas 3 3 70 Tidak Tuntas 4 4 69 Tidak Tuntas 5 5 77 Tuntas 6 6 65 Tidak Tuntas 7 7 76 Tuntas 8 8 75 Tuntas 9 9 65 Tidak Tuntas 10 10 69 Tidak Tuntas 11 11 74 Tidak Tuntas 12 12 70 Tidak Tuntas 13 13 80 Tuntas 14 14 80 Tuntas 15 15 85 Tuntas 16 16 83 Tuntas 17 17 81 Tuntas 18 18 78 Tuntas 19 19 79 Tuntas 20 20 79 Tuntas 21 21 75 Tuntas 22 22 69 Tidak Tuntas 23 23 76 Tuntas 24 24 68 Tidak Tuntas 25 25 69 Tidak Tuntas 26 26 67 Tidak Tuntas 27 27 64 Tidak Tuntas 28 28 80 Tuntas 29 29 78 Tuntas 30 30 75 Tuntas 31 31 70 Tidak Tuntas 32 32 73 Tidak Tuntas Jumlah 2.369 Rat-rata 74,03 Tuntas 18,0 Ketuntasan (%) 56,3 Tidak Tuntas 14,0 Ketidaktuntasan (%) 43,8

Data pada Tabel 24 menunjukkan hasil belajar siswa pada pertemuan I dalam siklus II. Nilai rata-rata dari hasil ulangan yang dilakuan guru adalah sebesar 74,03 dari 32 orang siswa. Didapati sebanyak 18 orang atau sebanyak

56,3%yang tuntas, sedangkan 14 orang atau 43,8% siswa tidak tuntas dengan nilai dibawah 75. Hasil ini menunjukkan bahwa Writing activities, seperti membuat laporan hasil diskusi dan menjawab soal/kuis yang diberikan oleh guru sejarah dalam kegiatan ulangan harian masih rendah sehingga perlu dilakukan perbaikan pada ulangan berikutnya.

Kegiatan ulangan yang dilakukan oleh guru di kelas XIIIPS dengan soal yang sama pada pertemuan II. Banyak siswa yang secara mandiri belum memiliki kemampuan untuk menjawab soal atau memecahkan masalah yang dirumuskan oleh guru di kelas. Observasi terhadap hasil belajar siswa pada pertemuan II dalam siklus I ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kemampuan siswa terhadap penerapan model pembelajaran problem solving

Permasalahan pelajaran sejarah yang dibahas dengan model pembelajaran problem solving. Kemudian dilakukan pengujian dengan kegiatan ulangan harian seperti pada pertemuan I menunjukkan bahwa guru berupaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pencapaian hasil belajar siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimum, bukan berarti siswa tidak mampu melakukan perbaikan atau perubahan terhadap hasil belajarnya. Untuk penulis melakukan pengamatan pada pertemuan II siklus I dalam kegiatan ulangan harian pada pelajaran sejarah. Hasil belajar siswa yang dicapai dalam ulangan tersebut, penulis sajikan pada Tabel berikut :

Tabel 25. Hasil Belajar Siswa Pada Pertemuan II Siklus II

No. Nomor Siswa Skor/Nilai Keterangan

1 1 87 Tuntas 2 2 85 Tuntas 3 3 70 Tidak Tuntas 4 4 69 Tidak Tuntas 5 5 77 Tuntas 6 6 80 Tuntas 7 7 76 Tuntas 8 8 75 Tuntas 9 9 75 Tuntas 10 10 80 Tuntas 11 11 45 Tidak Tuntas 12 12 75 Tuntas 13 13 69 Tidak Tuntas 14 14 76 Tuntas 15 15 70 Tidak Tuntas 16 16 74 Tidak Tuntas 17 17 74 Tidak Tuntas 18 18 76 Tuntas 19 19 78 Tuntas 20 20 79 Tuntas 21 21 80 Tuntas 22 22 80 Tuntas 23 23 68 Tidak Tuntas 24 24 69 Tidak Tuntas 25 25 69 Tidak Tuntas 26 26 75 Tuntas 27 27 80 Tuntas 28 28 78 Tuntas 29 29 70 Tidak Tuntas 30 30 70 Tidak Tuntas 31 31 75 Tuntas 32 32 79 Tuntas Jumlah 2.383 Rat-rata 74,47 Tuntas 20,0 Ketuntasan (%) 62,5 Tidak Tuntas 12,0 Ketidaktuntasan (%) 37,5

Data pada Tabel 25 menunjukkan hasil belajar siswa pada pertemuan II dalam siklus II. Nilai rata-rata dari hasil ulangan yang dilakuan guru adalah sebesar 74,47 dari 32 orang siswa. Didapati sebanyak 20 orang atau sebanyak

62,5% yang tuntas, sedangkan 12 orang atau 37,5% siswa tidak tuntas. Hasil ini mengindikasikan bahwa siswa belum tuntas dalam belajar dan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. Hasil belajar pada pertemuan III dalam siklus II disajikan pada Tabel berikut :

Tabel 26. Hasil Belajar Siswa Pada Pertemuan III Siklus II

No. Nomor Siswa Skor/Nilai Keterangan

1 1 88 Tuntas 2 2 85 Tuntas 3 3 70 Tidak Tuntas 4 4 78 Tuntas 5 5 77 Tuntas 6 6 80 Tuntas 7 7 85 Tuntas 8 8 80 Tuntas 9 9 75 Tuntas 10 10 80 Tuntas 11 11 85 Tuntas 12 12 79 Tuntas 13 13 80 Tuntas 14 14 85 Tuntas 15 15 85 Tuntas 16 16 79 Tuntas 17 17 85 Tuntas 18 18 79 Tuntas 19 19 80 Tuntas 20 20 80 Tuntas 21 21 70 Tidak Tuntas 22 22 79 Tuntas 23 23 80 Tuntas 24 24 72 Tidak Tuntas 25 25 75 Tuntas 26 26 80 Tuntas 27 27 85 Tuntas 28 28 78 Tuntas 29 29 75 Tuntas 30 30 85 Tuntas 31 31 87 Tuntas 32 32 83 Tuntas Jumlah 2.564 Rat-rata 80,13 Tuntas 29,0 Ketuntasan (%) 90,6 Tidak Tuntas 3,0 Ketidaktuntasan (%) 9,4

Data pada Tabel 26 menunjukkan hasil belajar siswa pada pertemuan III dalam siklus II. Nilai rata-rata dari hasil ulangan yang dilakukan guru adalah sebesar 80,13 dari 32 orang siswa. Didapati sebanyak 29 orang atau sebanyak 90,6% yang tuntas, sedangkan 3 orang atau 9,4% siswa belum tuntas. Hasil ini mengindikasikan bahwa hasil belajara siswa tuntas dengan tingkat ketuntasan 90,6% lebih besar kriteria ketuntasan yang ditetapkan di sekolah sebesar 80%.

5) Analisis dan Refleksi

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan model pembelajaran problem solving idapat meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar. Hal ini ditunjukkan dari lembar observasi yang menunjukkan bahwa aktivitas guru dan siswa serta hasil belajar siswa telah tuntas pada siklus II dalam penerapan model problem solving.

Pada siklus II diperoleh keberhasilan aktivitas guru pada pertemuan I, II dan III rata-rata lebih dari 90% yang berarti aktivitas guru dalam penerapan model pembelajaran problem solving, tidak tuntas selain itu aktivitas siswa dalam kelompok tetapi apabila dicermati lebih jauh pada grafik perbandingan, memperlihatkan bahwa ketercapaian indikator kinerja guru yang ditetapkan sebesar 90%.

Penerapan model pembelajaran problem solving juga mampu meningkatan hasil belajar siswa yang terlihat pada hasil ulangan harian pada materi persiapan kemerdekaan Indonesia. Hasil ulangan ini mengindikasikan bahwa siswa belum mampu secara mandiri maupun kelompok memahami

pelajaran sejaran dengan model pembelajaran problem solving. Pada siklus II jumlah siswa yang mencapai nilai lebih dari 90.

Berdasarkan hasil observasi pada siklus I peneliti menemukan pemecahan masalah dalam penerapan model pembelajaranproblem solving. Hasil yang dicapai pada siklus II diantaranya sebagaiberikut:

a. Guru memberi pengarahan dalam mengerjakan soal kasus. b. Sebagian siswa menjawab pertanyaan dengan sempurna

c. Siswa berani berpendapat di depan guru, siswa masih cenderung berani berpendapat dengan teman sebaya.

d. Siswa sering berbicara yang berhubungan dengan materi.

Berdasarkan observasi dan analisis di atas, maka tindakan refleksi yang dapat dilakukan adalah :

1. Guru meningkatkan penguasaan kelas untuk meningkatkan disiplin kelas serta lebih tegas lagi menegur siswa dan memberi perhatian.

2. Guru meningkatkan pendekatan kepada siswa agar siswa bisa dengan mudah berkomunikasi dengan guru dan lebih berani lagi bertanya serta mengemukakan pendapatnya.

5. Siswa lebih banyak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat.

B. Pembahasan

Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa, aktiivtas belajar dan aktivitas mengajar guru dapat meningkat melalui penerpaan model pembelajaran Problem Solving.

1. Aktivitas Pembelajaran yang Dilakukan Guru dalam Penerapan Model

Dalam dokumen Model DAN Pembelajaran Problem Solving (Halaman 33-51)

Dokumen terkait