PENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN
POS PELAYANAN TERPADU
DALAM PELAYANAN SOSIAL BAG1 LANJUT USIA
(Kasus di RW 10 Kelurahan Cempaka Baru, Jakarta Pusat)EDY SANTOSO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir "Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pos Pelayanan Terpadu Dalam Pelayanan Sosial Bagi Lanjut Usia: Kasus di RW 10 Kelurahan Cempaka Baru Jakarta Pusat" adalah benar hasil karya saya sendiri dan belurn pemah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalarn Dafiar Pustaka tugas akhir ini.
Bogor, Nopember 2006
ABSTRAK
EDY SANTOSO, Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pos Pelayanan Terpadu Dalam Pelayanan Sosial Bagi Lanjut Usia. Dibimbing oleh DJUARA P. LUBIS dan SOERYO ADIWIBOWO.
Bertambahnya jumlah lanjut usia di Indonesia disebabkan karena usia harapan hidup terus meningkat. Jurnlah lanjut usia yang terus bertambah dari waktu ke waktu berimplikasi timbulnya permasalahan sosial lanjut usia. Indikasi permasalahan sosial lanjut usia antara lain pertama, banyaknya jumlah lanjut usia terlantar Kedua, kecenderungan perubahan nilai pola kehidupan keluarga yang mengarah pada bentuk keluarga kecil. Ketiga, akibat proses menjadi .tua menimbulkan masalah baik fisik, mental maupun sosial psikologis.
Mengantisipasi permasalahan sosial lanjut usia yang semakin kompleks menjadi tanggungjawab pemerintah dan masyarakat dalam mengatasinya. Upaya yang dilakukan antara lain memberikan pelayanan sosial dalam pemenuhan kebutuhan hidup lanjut usia. Pelayanan sosial dapat dilakukan melalui sistem pelayanan di panti dan di luar panti. Tanggung jawab masyarakat di RW 10 Kelurahan Cempaka Baru Jakarta Pusat dalam mengatasi permasalahan sosial lanjut usia yaitu dengan menyelenggarakan pelayanan melalui pos pelayanan terpadu (posyandu).
Pelayanan sosial yang dilaksanakan posyandu temyata belurn memenuhi kebutuhan lanjut usia. Berdasarkan latar belakang permasalahan maka tujuan kajian ini adalah (1) Menganalisis kineja Posyandu dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (2) Menganalisis kapasitas posyandu dalam kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia. (3) Menggali potensi yang ada di komunitas dalam mendukung kegiatan pelayanan sosial lanjut usia. (4) Menyusun strategi dan program peningkatan kapasitas posyandu dalam memberikan pelayanan sosial bagi lanjut usia. Hasil analisis kajian diperoleh data dan informasi mengenai penyebab kurang berkembangnya posyandu dalam pelayanan sosial bagi lanjut usia yaitu rendahnya kapasitas posyandu, kwangnya dukungan dari masyarakat serta belum adanya jaringan ke rjasama dengan pihak terkait (stukeholder).
Berdasarkan analisis permasalahan, potensi dan kebutuhan maka disusun rancangan strategi dan program peningkatan kapasitas posyandu dalam meningkatkan pelayanan sosial bagi lanjut usia. Metode yang digunakan dalam menyusun program pengembangan masyarakat adalah Participatory Rural Appraisal (PRA), yaitu melibatkan unsur masyarakat dalam keseluruhan kegiatan, meliputi penentuan prioritas masalah, penyusunan rancangan, dan pelaksanaan kegiatan.
ABSTRACT
EDY SANTOSO, Reinforcement of Capacities of Inwrought Service Post Institute In Social Services For the old Age. Guided by DJUARA P. LUBlS And SOERYO ADIWIBOWO.
Increasing of it amount the old age in Indonesia caused by life of expectation somebody increasing. Sum up the old age non-stoped increase from time to time have implication to incidence of social problems the old age. Social problems indication the old age for example first, to the number of amount the old age unemployed. Second, change tendency assess the pattern of family life instructing at small family form. Third, effect of process to become old is problem of physical, bouncing and also psychological social.
Anticipating social problems the old age which complex progressively hence governmental responsibility and society to overcome it. Strive taken by giving social services in requirement accomplishment live to the old age. Social services for the old age can be done by through service system in Panti and outside Panti. Society responsibility in RW 10 Chief Of Village Cempaka Baru of Jakarta Pusat in overcoming social problems the old age that is by carrying out social services executed by through inwrought service post ( Posyandu)
Social services given by Posyandu in the reality not yet earned to fulfill the requirement felt by all the old age. Pursuant to the problems background hence this study target is (1) Analysing performance Posyandu in the plan, execution and evaluate. (2) Analysing capacities posyandu in activity of social services for the old age. (3) Diging potency of exist in community in supporting activity of social services the old age. (4) Compiling program the make-up of capacities Posyandu in giving social services for the old age
Result of study analysis obtained by data and information of concerning cause less expand it service Posyandu in executing activity of social services for the old age. Less expand it social services for the old age caused by lowering of capacities Posyandu in the case of knowledge, cooperation, motivate, medium tools, membership and find source. Still the lack of family support, the old age as potency in society and also not yet the existence of cooperation network with the related parties.
Pursuant to problems analysis, potency and requirement is hence compiled by a device program the make-up of capacities Posyandu in improving social services for the old age. Method used in compiling program of society development is Participatory Rural Appraisal (PRA) that is method of compilation approach program by entangling society element in all activity, covering determination of problem priority, device compilation, and activity execution.
O Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006 Hak cipta dilindungi
PENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN
POS PELAYANAN TERPADU
DALAM PELAYANAN SOSIAL BAG1 LANJUT USIA
(Kasus di RW 10 Kelurahan Cernpaka Baru, Jakarta Pusat)EDY SANTOSO
Tugas Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada
Program Studi Pengembangan Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tugas Akhir : Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pos Pelayanan Terpadu dalam Pelayanan Sosial Bagi Lanjut Usia
Nama : EDY SANTOSO
NRP : A154050195
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. IP. Soervo Adiwibowo, MS
Ketua &iZ30ta
Diketahui
Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat
:kan Sekolah Pascasatjana A
$7 --l__l.--
Dr. 1Yhfl Lubia, MS
\
-
' % ~ ~ ~ ~ ~ ~ $ k h a i r i l A.--
- -.- - .-G --t
-
&.a".. - '
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga tugas akhir dengan judul Penguatan Kapasitas
Kelembagaan Pos Pelayanan Terpadu dalarn Pelayanan Sosial Bagi Lanjut Usia di RW 10 Kelurahan Cempaka Baru Jakarta Pusat berhasil diselesaikan. sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Magister Profesional Pengembangan
Masyarakat Sekolah Pascasajana Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat.
2. Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing
3. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS selaku Dekan Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
4. Ir. Sanvititi S. Agung, MS selaku dosen penguji dari luar, serta kepada seluruh
dosen yang telah memberikan mata kuliah pada Program Studi Pengembangan
Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
5. Dr. Marjuki, M.Sc selaku Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian
Departemen Sosial RI.
6. Dra. Neni Kusumawardhani, MS selaku Ketua Sekolah Tinggi Kesejahteraan
Sosial (STKS) Bandung.
7. Ananda Rifqi Fakhriatdy Ramadhan dan Rafi Geraldy Krisnugraha serta istri
tercinta dan seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moril dan materil kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan pascasarjana
.
8. Rekan-rekan Angkatan I11 Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan seluruh pihak yang telah
mendukung dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Akhirnya, hanya kepada Allah semua kebaikan penulis kembalikan untuk
mendapat ridho dan karunia-Nya.
Bogor, Nopember 2006
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Selong pada tanggal 20 Maret 1971 sebagai anak ke
lima dari pasangan Moch. Inwar dan Baiq Suenah. Pada bulan Maret 2001,
penulis menikah dengan Maryati, S.Pd dan dikaruniai dua orang putra Rifqi
Fakhriatdy Ramadhan dan Rafi Geraldy Krisnugraha
Pendidikan yang ditempuh oleh penulis yaitu SD Negeri 2 Tanjung
Karang Ampenan tarnat tahun 1984. SMP Negeri I Mataram tamat tahun 1987.
SMA Negeri Ampenan tarnat tahun 1990. Pada tahun 1993 penulis diterima di
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung dan menyelesaikan
pendidikan pada tahun 1997.
Pada tahun 1999 penulis diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS) dan ditugaskan di Dinas Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Perempuan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada tahun 2005 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan
pascasarjana di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Pengembangan
DAFTAR IS1
Halarnan
...
DAFTAR TABEL xi
...
DAFTAR GAMBAR xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang ... 1 Rumusan Masalah ... 5
.
.
Tujuan dan Kegunaan Kajian
...
5TINJAUAN PUSTAKA 6
Permasalahan dan Kebutuhan Lanjut Usia
...
6 Kebijakan dan Program Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia ... 9 Pelayanan Sosial Lanjut Usia Sistem Panti ... 12...
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Sistem Luar Panti 13
...
Kelembagaan 15
...
Pengembangan Masyarakat 17
Kerangka Pemikiran
...
20METODOLOGI 22
...
Tempat dan Waktu 22
...
Teknik Pengumpulan Data 23
...
Teknik Analisa Data 25
...
Metode Analisis Masalah 25
Metode Penyusunan Program
...
26PETA SOSIAL KOMUNITAS 2 7
...
Keadaan Wilayah 27
Demografi dan Kependudukan
...
28 Mata Pencaharian...
31...
Struktur Komunitas 33
Pelapisan Sosial
...
33...
Jejaring Sosial dalam Komunitas 34
ANALISIS PELAYANAN SOSIAL BAG1 LANJUT USIA 38
Keadaan Umum Posyandu
...
Kegiatan Posyandu...
Pelayanan Bagi Lanjut Usia...
Pemberian makanan tambahan bergizi...
Kegiatan senarn jantung sehat...
Kegiatan pengajian melalui kelompok majelis ta'lim...
Kegiatan bantuan sosial...
Kondisi dan Permasalahan Lanjut Usia...
Tujuan Pelayanan Lanjut Usia...
...
Kapasitas Pengurus...
Pengetahuan...
Ke rj asarn a...
MotivasiKapasitas Lembaga
...
Sarana dan Prasarana...
...
KeanggotaanSumber Dana
...
Analisis Potensi...
Nilai Keluarga
...
Partisipasi Lanjut Usia...
Program Pemerintah...
Kine rja Posyandu Lanjut Usia...
...
Perencanaan...
PelaksanaanPROGRAM PENINGKATAN PELAYANAN LANJUT USIA
Identifikasi Potensi. Permasalahan dan Kebutuhan
...
Identifikasi Potensi ... Identifikasi Masalah ...Identifikasi Kebutuhan
...
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
...
...
Kesimpulan...
Rekomendasi
DAFTAR TABEL
Halaman
Jadual Rencana Pelaksanaan Kaj ian
...
22Kebutuhan data, sumber data dan cara pengumpulan data ... 24
Jumlah penduduk RW 10 Kelurahan Cempaka Baru berdasarkan 2 8 umur dan jenis kelamin Tahun 2005
...
Jumlah penduduk RW 10 Kelurahan Cempaka Baru berdasarkan 30
pendidikan Tahun 2005
...
Jumlah penduduk RW 10 Kelurahan Cempaka Baru berdasarkan 3 1 mata pencaharian
...
Kondisi kesehatan lanjut usia di RW 10 Kelurahan Cempaka 47 Baru Tahun 2005
...
Jumlah lanjut usia di RW 10 Kelurahan Cempaka Baru 49 berdasarkan status pekerjaan Tahun 2005 ...
Matriks analisis tujuan kegiatan dalam meningkatkan pelayanan 74 kesejahteraan sosial lanjut usia
...
Matriks analisis pihak terkait dalam peningkatan pelayanan 76 sosial bagi lanjut usia ...
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1 Bagan kerangka pemikiran
...
2 12 Piramida penduduk RW 10
...
293 Analisis pennasalahan dalam rangka peningkatan pelayanan 72 sosial bagi lanjut usia ...
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Populution ageing telah menjadi isu demografi yang sangat penting pada masa modem sekarang ini. Populasi lanjut usia di Indonesia mengalami
peningkatan yang sangat cepat dan menduduki peringkat keempat setelah RRC,
India, dan Amerika. Pada tahun 1980 jurnlah lanjut usia sebanyak 11,4 juta jiwa
atau 7,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia dengan usia harapan hidup 55,3
tahun. Pada tahun 1990 jumlah lanjut usia bertambah menjadi 16 juta jiwa atau
8,7 persen dengan usia harapan hidup 6 1,12 tahun. Pada tahun 2000 jumlah lanjut
usia bertambah menjadi 22,2 juta jiwa atau 10 persen dari jumlah total penduduk
Indonesia dengan usia harapan hidup 65 sampai 70 tahun, dan diperkirakan pada
tahun 2020 jumlah lanjut usia akan mencapai 29,12 juta jiwa atau 11,09 persen
dari total jumlah penduduk Indonesia dengan usia harapan hidup mencapai 70
sampai 75 tahun ( Darmojo, dikutip oleh Nugroho, 1999).
Bertarnbahnya jumlah lanjut usia dari waktu ke waktu memberi dampak pada kecenderungan berkembangnya permasalahan yang lebih kompleks karena
(a) Sistem pensiun atau tunjangan hari tua dan tunjangan kesehatan yang memadai
masih belum dipikirkan secara mendasar, sedangkan angka sakit dan angka
kemiskinan pada lanjut usia mengalami peningkatan. (b) Kecenderungan di
masyarakat yaitu pada saat ini setiap keluarga rata-rata memiliki dua anak. Para lanjut usia akan dihadapkan pada kondisi di mana semua anak mereka harus
beke j a dan berkarier, sehingga dipertanyakan siapa yang dapat diharapkan ketika
para lanjut usia membutuhkan perawatan fisik maupun psikis ketika mereka
mengalami ketidakberdayaan. (c) Era globalisasi menuntut perkembangan pada keluarga yang tadinya berintikan nilai tradisional atau keluarga guyub beralih dan
cenderung berkembang menjadi keluarga individual atau patembayan. Norma
masyarakat juga akan bergeser, mengarah pada kehidupan yang egosentris
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 2005).
Secara m u m pelayanan sosial bagi lanjut usia sangat perlu dilakukan
karena, pertarna, masih besarnya jumlah lanjut usia yang berada di bawah garis
usia rawan terlantar. Kedua, melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota
keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati,
berhubung terjadi perkembangan perubahan nilai pola kehidupan keluarga yang
secara fisik Iebih mengarah pada bentuk keluarga kecil. Ketigu, masih rendahnya
kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia dan masih
terbatasnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi lanjut usia. Keempat,
belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lanjut
usia (Depsos RI, 2003).
Depsos RI (1998), menjelaskan pentingnya pelayanan sosial bagi lanjut usia dilaksanakan yaitu, pertama, akibat proses menjadi tua mengakibatkan
permasalahan bai k secara fisik, mental maupun sosial psi kologis. Keduu,
berkurangnya integrasi sosial lanjut usia akibat produktivitas dan kegiatan
menuun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi sosial psikologis lanjut usia
yang merasa tidak diperlukan lagi oleh masyarakat lingkungan sekitarnya. Ketiga,
rendahnya produktivitas k e j a lanjut usia menyebabkan mereka tidak dapat
mengisi lowongan kerja yang ada, dan terpaksa menganggur. Keempat;
banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga memerlukan
bantuan. Kelirna. berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada
tatanan masyarakat individualistik, sehingga lanjut usia kurang dihargai dan
dihormati serta mereka tersisih dari kehidupan masyarakat.
Nugroho (1999), menjelaskan permasalahan umum yang dihadapi oleh
lanjut usia yaitu :(I) secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan
berbagai masalah baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran kemampuan
fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal
ini mengakibatkan timbulnya gangguan di dalam mencukupi kebutuhan hidup, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang
lain. (2) Lanjut usia tidak saja ditandai dengan kemunduran fisik, tetapi dapat pula
berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut usia seseorang, kesibukan
bekerja tetapi permasalahannya adalah bagaimana memhgsikan tenaga dan
kemampuan mereka tersebut di dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja. (4)
Adanya lanjut usia &lam keadaan terlantar, selain tidak mempunyai bekal hidup
dan pekerjaan, mereka juga tidak mempunyai keluarga. (5) Pada masyarakat tradisional, lanjut usia masih dihargai dan dihormati sehingga berguna bayi masyarakat tetapi nilai-nilai tersebut cenderung berkurang. (6) Lanjut usia
memerlukan tempat tinggal atau fasilitas penunahan yang khusus.
Mengantisipasi masalah lanjut usia yang semakin kompleks, maka perlu
ada upaya penanggulangan
untuk
mengatasi meluasnya permasalahan yaitumeningkatkan peran serta masyarakat beke rja sama dengan pemerintah dalam
kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia. Peran serta masyarakat selain sebagai
sebuah keharusan juga merupakan unsur yang menentukan serta menjadi
parameter pembangunan kesejahteraan sosial. Beberapa alasan mendasar yang
dapat dijadikan acuan betapa pentingnya peran serta masyarakat. Pertarnu; adanya
keterbatasan kemampuan pemerintah dalam memberikan pelayanan sosial
terhadap lanjut usia. Kedua, adanya pergeseran paradigma pembangunan dari sentralistik menjadi desentralistik. Ketiga, adanya tuntutan untuk melaksanakan
otonomi daerah (Depsos
RI.
2002).Undang-undang Nomor 13 tahun 1998, menjelaskan bahwa masyarakat
mempunyai hak dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan dalam upaya
peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia. Peran serta masyarakat dapat
dilakukan secara perseorangan, keluarga, kelompok, masyarakat, organisasi
sosial, dan atau organisasi kemasyarakatan. Artinya keikutsertaan masyarakat
dalam kegiatan pelayanan sosial adalah cukup penting dalam mengatasi permasalahan lanjut usia. Menurnbuh kembangkan peran serta masyarakat kearah
yang lebih konstruktif dan kondusif dalarn usaha kesejahteraan sosial sehingga menjadi kekuatan yang dapat menopang dan lebih menggiatkan pelaksanaan
pelayanan sosial bagi lanjut usia.
Bentuk peran serta yang dilaksanakan oleh masyarakat antara lain kegiatan
pelayanan sosial melalui keluarga yaitu dengan memanfaatkan lingkungan
keluarga sebagai basis utarna dalarn mengatasi permasalahan lanjut usia, misalnya
di tingkat kelurahan sebagai lembaga yang memberikan pelayanan kepada lanjut
usia kurang mampu secara ekonomi berupa bantuan stimulan paket usaha
produktif dan bantuan jaminan makan tetapi tidak ditarnpung di dalam Panti
Sosial Tresna Werdha. Lembaga lainnya yaitu "karang lansia" sebagai wadah bagi
para lanjut usia untuk berinteraksi sosial dengan sesamanya dan berbagai kegiatan
sosial lainnya dalam memenuhi kebutuhannya. Lembaga tersebut dibentuk oleh
para lanjut usia sebagai wadah perhimpunan para lanjut usia di wilayah RT/RW.
Dari hasil Praktek Lapangan I (pemetaan sosial) dan Praktek Lapangan I1
(evaluasi program pengembangan masyarakat), pengkaji tertarik untuk melakukan
penelitian tentang kegiatan pelayanan sosial lanjut usia yang dilaksanakan oleh
kelompok Posyandu di RW 10 Kelurahan Cempaka Baru Dilaksanakannya
kegiatan pelayanan bagi lanjut usia melalui Posyandu merupakan tindaklanjut dari
program kegiatan Posyandu yang semula hanya melayani balita.
Dari data jurnlah penduduk, tercatat jurnlah lanjut usia (berurnur di atas 60
tahun) sebanyak 156 orang sebagai sasaran pelayanan Posyandu. Kegiatan
pelayanan bagi lanjut usia disesuaikan dengan kondisi permasalahan lanjut usia di
RW 10. Berbagai permasalahan yang dihadapi lanjut usia antara lain berkaitan
dengan masalah kondisi fisik, ekonomi dan sosial psikologis. Kegiatan pelayanan
bagi lanjut usia yang telah dilaksanakan oleh Posyandu "Mawar Merah" antara
lain :1) Memberi makanan tambahan bergizi kepada lanjut usia miskin terlantar,
2) Kegiatan senarn jantung sehat, 3) Bantuan sosial berupa materi untuk lanjut usia terlantar, 4) Pengajian dan ceramah agarna.
Mengatasi permasalahan Posyandu dalam pelayanan bagi lanjut usia maka
kapasitas lembaga perlu ditingkatkan. Potensi masyarakat yang dapat mendukung kegiatan posyandu antara lain keluarga lanjut usia, dukungan program pemerintah
dan pihak swasta. Berdasarkan latar belakang masalah maka peneliti melakukan
kajian pengembangan masyarakat dengan judul "Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pos Pelayanan Terpadu dalam Pelayanan Sosial Bagi Lanjut Usia" dengan pertanyaan kajian adalah "Bagaimana meningkatkan kapasitas
kelembagaan pos pelayanan terpadu (Posyandu) dalam memberikan pelayanan
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan maka rumusan masalah kajian
ini adalah :
1. Bagaimana kinerja Posyandu dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi 2. Bagaimana kapasitas Posyandu dalam melaksanakan kegiatan pelayanan
sosial bagi lanjut usia ?
3. Bagaimana potensi di masyarakat dalam memberi dukungan terhadap kegiatan
pelayanan sosial bagi lanjut usia?
4. Bagaimana menyusun program peningkatan kapasitas Posyandu dalam
pelayanan sosial bagi lanjut usia?
Tujuan dan Kegunaan Kajian
Tujuan Kajian
Tujuan kajian ini adalah :
1. Menganalisis kinerja Posyandu dalam aspek perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
. Menganalisis kapasitas Posyandu dalam kegiatan pelayanan sosial bagi lanj ut
usia.
3. Menganalisis potensi di masyarakat yang mendukung kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia.
4. Menyusun program bersama masyarakat dalam meningkatkan pelayanan
sosial bagi lanjut usia.
Kegunaan Kajian
1) Memberi masukan kepada pengurus Posyandu dalam melaksanakan kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia
.
TINJAUAN PUSTAKA
Permasalahan dan Kebutuhan Lanjut Usia
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Nations) mengklasifikasi
lanjut usia berdasarkan batasan kelompok umur yaitu usia pertengahan (middle
age) kelompok usia 45 sarnpai 59 tahun, lanjut usia (elderly) memiliki umur
antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia antara 75 dan 90 tahun, usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun. Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia menyatakan pengertian lanjut usia adalah:
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun (enam puluh) tahun ke atas.
Depsos
RI
(2003), mengidentifikasi pernasalahan yang dihadapi lanjut usia antara lain :1. Masalah kesehatan dan gizi bahwa secara alamiah lanjut usia akan
mengalarni penurunan kemampuan fisik akibat penyakit degeneratif,
sehingga hngsi-fungsi organ tubuhnya menurun.
2. Kesulitan atau ketiadaan perumahan bahwa banyak lanjut usia tidak
memiliki rumah sehingga tinggal bersama keluarga atau anak-anaknya. 3. Masalah emosional bahwa seiring dengan pertambahan usia dan karena
faktor perubahan fisik, mental dan sosial menjadi lebih sensitif.
4. Pandangan sebagian masyarakat yang salah terhadap lanjut usia yaitu
sebagian masyarakat menganggap lanjut usia sebagai orang yang lemah,
tidak berdaya dan tidak berguna.
5. Berkurang intensitas hubungan bahwa lanjut usia mengalarni penurunan intensitas hubungan atau komunikasi dengan anggota keluarga dan teman
serta lingkungan sosialnya.
6. Masalah mental spiritual bahwa adanya rasa ketakutan atau kekhawatiran
menjalani sisa hidup.
7. Penghasilan bahwa dengan berakhirnya masa produktif pada Ianjut usia
menyebabkan penghasilan yang tidak memadai atau bahkan hilang
8. Perlakukan salah dan tindak kekerasan bahwa beberapa lanjut usia mengalami tindak kekerasan dan perlakukan yang salah dari keluarganya
sendiri maupun dari lingkungan.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar yang sarna akan tetapi ada
kebutuhan yang khusus bagi setiap orang berdasarkan rentang usia kehidupannya,
adapun kebutuhan lanjut usia menurut Lowy (1 979), adalah :
1. Pendapatan yang memadai
2. Kesehatan fisik dan mental yang baik
3. Perurnahan dan lingkungan yang baik 4. Makanan yang bergizi
5. Relajar keterampilan yang baru
6. Peranan dan kegiatan-kegiatan sesudah berhenti beke rja
7. Sarana Transportasi
8. Pelayanan kesehatan
Depsos RI (2004), mengelompokan kebutuhan-kebutuhan lanjut usia terdiri dari :
1. Kebutuhan fisik antara lain :
a. Rumah tempat tinggal yaitu membutuhkan tempat tinggal atau rumah
sesuai dengan kondisi fisiknya misal tidak banyak tangga lantai tidak
licin. tempat tidur yang tidak terlalu tinggi atau pendek dan
memungkinkan lanjut usia bergerak lebih bebas dan nyaman.
b. Kesehatan dan permakanan yang meliputi : pemeriksaaan kesehatan,
pemeliharaan kesehatan melalui oleh raga, makanan yang memenuhi
standar bagi lanjut usia
c. Pakaian yaitu yang dapat melindungi dari perubahan cuaca dan sesuai
dengan kondisinya.
d. Alat-alat bantu seperti tongkat penyangga, kursi roda, alat bantu
pendengaran dan pengelihatan bagi lanjut usia yang sudah tidak potensial.
e. Pemakarnan yaitu pelayanan bagi lanjut usia yang meninggal untuk
dimakamkan secara layak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
2. Kebutuhan psikis :
Berkaitan dengan masalah-masalah emosional diantaranya kebutuhan rasa
aman dan damai, kebutuhan berinteraksi dan mendapatkan dukungan dari
orang lain, berprestasi dan berekspresi serta memperoleh penerimaan dan
pengakuan.
3. Kebutuhan mental spiritual
Berkaitan dengan aspek keagamaan dan kepercayaan dalam kehidupan
termasuk persiapan dalam menghadapi kematian.
4. Kebutuhan ekonomi
Berkaitan dengan ketidakrnampuan dalam penghasilan baik yang dialami oleh
lanjut usia yang potensial ataupun lanjut usia yang tidak potensial, sehingga
perlu dibantu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya melalui pelatihan
keterampilan untuk memperoleh penghasilan, menyediakan pekerjaan penuhu atau paruh waktu, memberikan bantuan keuanganl modal usaha.
Selanjutnya Lalenoh (1993), memberi pendapat mengenai kebutuhan lanjut usia yaitu:
1. Kebutuhan-kebutuhan primer atau utarna, yaitu :
a. Kebutuhan biologis yang menyangkut kebutuhan akan makanan bergizi,
kebutuhan akan perumahan dan kebutuhan akan pakaian.
b. Kebutuhan ekonomi yang menyangkut kebutuhan akan pendapatan dan
penghasilan yang memadai.
c. Kebutuhan kesehatan meliputi kesehatan fisik, mental dan perawatan
kearnanan.
d. Kebutuhan Psikologis meliputi kebutuhan akan kasih sayang, tanggapan
dari orang lain, ketentraman, merasa berguna, memiliki jati diri dan status
yang jelas.
e. Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan akan peranan dan hubungan dengan
orang lain terutama keluarga, teman sebaya, masyarakat dan organisasi
Arah kebijakan yang dikemukakan oleh pemerintah ditujukan untuk memenuhi berbagai kebutuhan bagi lanjut usia. Program yang telah dinunuskan
pemerintah tersebut akan berhasil apabila terjalin kerjasama antara pihak
pemerintah, masyarakat dan swasta yang peduli terhadap permasalahan sosial
yang dialarni oleh lanjut usia.
Dalam konteks Indonesia pendekatan kebijakan terhadap lanjut usia lebih
menekankan pada pendekatan yang terpadu antara perpaduan dukungan formal
dan informal melalui kombinasi dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah
maupun kemandirian dari lanjut usia sendiri. Pengembangan dukungan secara informal melalui dukungan keluarga dapat dilakukan dengan berbagai alternatif,
antara lain dengan rnernpcrkuat atau memelihara berbagai ikatan kekeluargaan
yaitu dengan cara mengakomodasi orang tua (lanjut usia) untuk tetap tinggal
bersama anak atau keluarganya, sehingga kebutuhan materil maupun spiritual
dapat terpenuhi, contohnya Pusaka (Pusat santunan keluarga). Pengembangan
dukungan informal melalui dukungan masyarakat dapat dilakukan dengan
pelibatan individu dan institusi yang berkembang di dalam masyarakat, seperti
pemberian bantuan dari individu atau pengusaha, keterlibatan kelembagaan
keagamaan, yayasan sosial dan organisasi kemasyarakatan dalam penyediaan
jarninan sosial, dll.
Pengembangan dukungan formal oleh pemerintah dapat dilakukan dengan
berbagai bentuk strategi dan program yaitu memberikan dukungan politis dan
operasional seperti membuat landasan hukum, peraturan dan pedoman yang jelas
terutarna dikaitkan dengan kebijakan dan program dalam upaya peningkatan
pelayanan kesehatan, pelayanan sosial dan peningkatan sistem perlindungan jaminan sosial. Keterbatasan akan dukungan formal dan informal baik dari
pemerintah, masyarakat ataupun keluarga yang diberikan kepada lanjut usia, maka
kepada lanjut usia perlu adanya kemandirian terhadap dirinya, misalnya kesiapan
akan mental dan fisik, kebiasaan untuk berperilaku sehat, dan mempersiapkan diri
sejak dini untuk mengikuti program jarninan sosial seperti asuransi pensiun dan
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia, seperti dikemukakan oleh Nugroho (1999), adalah :
1. Meningkatkan dan memperkuat peran keluarga dan masyarakat dalam
penyelenggaraan kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia.
2. Meningkatkan koordinasi intra dan inter sektoral, antar berbagai
instansi pemerintah terkait di pusat dan daerah serta masyarakatl orsos
termasuk dunia usaha untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan
sosial bagi lanjut usia.
3. Meningkatkan profesionalisme pelayanan sosial lanjut usia
4. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sosial lanjut usia
5. Membangun dan mengembangkan sistem jaminan dan perlindungan sosial bagi lanjut usia.
6. Mengembangkan dan memantapkan peran kelembagaan lanjut usia
untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Pelayanan sosial bagi lanjut usia bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial lanjut usia secara fisik, ekonomi, dan sosial psikologis.
Kondisi tersebut akan terwujud apabila ada upaya yang dilakukan terhadap
penanganan masalah lanjut usia seperti meningkatkan peran keluarga dalam
memelihara dan merawat lanjut usianya, tercipta ke rja sama dan koordinasi antara
intra dan inter sektoral, peningkatan profesionalisme tenaga pelayanan.
Program peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia dapat dikembangkan
melalui : ( Depsos RI, 2003)
1. Program pelayanan sosial lanjut usia yaitu proses bantuan pertolongan, perlindungan, bimbingan, santunan dan perawatan.
2. Program Pemberdayaan lanjut usia yaitu proses kegiatan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia khususnya yang
potensial berupa usaha-usaha antara lain : pengembangan usaha ekonomi produktif, pengembangan pusat-pusat pelayanan sosial lanjut
usia, pembentukan dan pengembangan organisasi pelayanan sosial
lanjut usia.
peran serta keluarga dan masyarakat dalarn rangka melestarikan nilai-
nilai sosial budaya yang menempatkan lanjut usia pada kedudukan
yang terhormat.
4. Program jaminan dan perlindungan sosial lanjut usia yaitu
memberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial
agar dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.
5. Program pengembangan kelembagaan lanjut usia yaitu seperangkat
pranata Iinstitusi sosial yang bergerak dibidang pelayanan sosial lanjut
usia dengan tujuan untuk memperkuat sistem pelayanan sosial lanjut usia berbasis masyarakat, memantapkan mekanisme kerja sama dan
koordinasi antar lembaga pelayanan sosial lanjut usia, meningkatkan
jumlah lanjut usia yang dilayani melalui kelembagaanl masyarakat.
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Sistem Panti
Pelayanan sosial bagi lanjut usia melalui panti (Panti Sosial Tresna
Werdha) baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta merupakan
sistem pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dilaksanakan dengan menempatkan
lanjut usia tinggal di dalam panti. Jenis pelayanan melalui lembaga panti yaitu
berupa pengasramaan, jaminan hidup seperti makan dan pakaian, pemeliharaan
kesehatan, pengisian waktu luang dan rekreasi, bimbingan sosial, mental serta agarna, sehingga mereka dapat menikrnati hari tuanya dengan meliputi
ketentraman lahir dan bathin (Depsos RI, 2002).
Tujuan peningkatan kesejahteraan lanjut usia melalui PSTW dimaksudkan agar meluasnya penyediaan sarana, jasa serta pemberian kemudahan bagi
terselengaranya pelayanan kepada lanjut usia. Kegiatan pelayanan sosial yang
dilaksanakan di dalam panti adalah memberikan kesejahteraan bagi lanjut usia
dalam bentuk :
a. Memberikan penarnpungan dan jaminan makan dengan pengaturan menu
b. Melaksanakan pemeliharaan kesejahteraan dan kebersihan dengan mengadakan pemeriksaan kesehatan secara rutin, pengobatan bagi yang
menderita sakt serta memelihara lingkungan yang bersih dan teratur.
c. Bimbingan mental, keagamaan dan kemasyarakatan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sena memupuk rasa tanggung jawab terhadap din dan lingkungan.
d. Pengisian waktu luang dengan melaksanakan kegiatan yang bermanfaat.
Termasuk didalarnnya kegiatan yang bersifat rekreatif serta olah raga ringan
sesuai dengan kemampuan dan kemauan.
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Sistem Luar Panti
Sistem pelayanan sosial lanjut usia luar panti merupakan kegiatan
pelayanan sosial yang dilaksanakan oleh masyarakat baik perorangan, keluarga,
kelompok, lembagal organisasi sosial/yayasan. dunia usaha dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan lanjut usia tetapi tidak menempatkan lanjut usia di dalam
asrama (Depsos RI, 2004).
Ada beberapa model pelayanan sosial lanjut usia sistem luar panti yang
dapat dikembangkan yaitu :
a. Pelayanan sosial di keluarga sendiri (home care service) yaitu bentuk pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dilakukan di rumah atau di dalam keluarga sendiri. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk membantu
mengatasi permasalahan lanjut usia sekaligus memberi kesempatan kepada
lanjut usia untuk tetap tinggal dalam keluarga. Bantuan yang diberikan dapat berupa pemberian makanan, bantuan akti fitas sehari-hari, bantuan kebersihan
dan perawatan kesehatan, pendampingan rekreasi, konseling dan rujukan. Pelayanan diberikan secara kontinyu setiap hari, setiap minggu, setiap bulan,
sepanjang lanjut usia atau keluarganya membutuhkan. Pelayanan dapat
bersifat sukarela, dan atas dasar kemanusiaan dan keagamaan, dapat juga
bersi fat komersilfbalas jasa.
tinggal bersama keluarga pengganti karena keluarganya tidak dapat
memberikan pelayanan yang dibutuhkannya atau dalam kondisi terlantar.
Bantuan yang diberikan dapat berupa bantuan permakanan, bantuan aktifitas
sehari-hari. bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan, pendarnpingan
rekreasi, konseling dan rujukan. Pelayanan diberikan secara kontinyu setiap
hari. setiap minggu, setiap bulan, sepanjang lanjut usia atau keluarganya
membutuhkan. Pelayanan dapat bersifat sukarela, dan atas dasar kemanusiaan
dan keagamaan, dapat juga bersi fat komersiI/balas jasa.
Kegiatan pelayanan lanjut usia yang dilaksanakan melalui posyandu
merupakan kegiatan pelayanan sosial sistem luar panti. Bentuk pelayanan yang
diberikan hanya berupa pelayanan langsung tetapi tidak menyediakan sarana
asrama untuk ternpat tinggal. Sedangkan model pelayanan yang digunakan adalah
pelayanan rnelalui keluarga sendiri dan keluarga pengganti disesuaikan dengan
kebutuhan permasalahan lanjut usia. Lembaga Posyandu sebagai wadah yang
berperan dalam rnenggerakan partisipasi masyarakat dalarn menyediakan
pelayanan sosial bagi lanjut usia terhadap pemenuhan kebutuhan pelayanan
kesehatan fisik, ekonomi dan sosial psikologis.
Model pelayanan sosial bagi lanjut usia dengan sistern luar panti yang
sudah dikembangkan di masyarakat antara lain kegiatan pelayanan sosial bagi
lanjut usia yang dilaksanakan oleh suatu kelompok masyarakat dikenal dengan
narna "Pusaka" (pusat santunan keluarga). Pusaka adalah suatu lembaga
pelayanan bagi lanjut usia yang kegiatannya antara lain memberikan kebutuhan
makanan bagi lanjut usia miskin terlantar yang ada di lingkungan RTIRW.
Lembaga pusaka merupakan kegiatan yang dikembangkan oleh Depsos RI sebagai
suatu program untuk menggerakan masyarakat berpartisipasi dalarn kegiatan
usaha kesejahteraan sosial seperti pelayanan sosial bagi lanjut usia.
Program kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pelayanan sosial bagi
lanjut usia sistem luar panti adalah dibentuknya "karang lansia" di RTIRW.
Lembaga ini merupakan perkumpulan bagi para lanjut usia untuk saling bertemu
muka dan mengadakan berbagai kegiatan yang dikernbangkan oleh para lanjut
usia tersebut. Tujuan kegiatan adalah menumbuhkan semangat dan rasa percaya
Kelembagaan
Kelembagaan sosial merupakan terjemahan langsung dari istilah "social institution", tetapi ada pula yang menggunakan istilah pranata sosial yang menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku warga masyarakat. Koentjaraningrat (1997) menyatakan bahwa kelembagaan sosial adalah suatu
sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk
memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
Uphoff (1 993) juga menegaskan bahwa institutions, whether organizations or not, are complexs of norms and behaviors that persist by serving collecrively valued purposed. Sedangkan organisasi adalah strlicrures of recognized and accepted roles. Meskipun kedua batasan tersebut berbeda, namun keduanya merupakan suatu yang stabil, mantap dan berpola serta berfungsi untuk tujuan-
tujuan tertentu dalam masyarakat.
Syahyuti (2003), menyatakan bahwa kelembagaan memiliki dua perspe kt i f :
1) Perspektif Kelembagaan, yaitu perspektif yang memandang kelembagaan sebagai suatu konsepsi dan bukan sesuatu yang kongkrit; kelembagaan
sebagai kompleks peraturan, norma dan nilai. Dikatakan bahwa
kelembagaan merupakan tata abstraksi yang lebih tinggi dari grup,
organisasi dan sistem sosial lainnya.
2) Perspektif Keorganisasian, yaitu persepektif yang memandang baik
kelembagaan maupun asosiasi sebagai bentuk organisasi sosial, yaitu sebagai kelompok-kelompok. Kelembagaan bersifat lebih universal d m
penting, sedangkan asosiasi berjifat kurang penting d m bertujuan lebih
spesifik.
Selanjutnya menurut Syahyuti (2003), ada empat dimensi dalam
memahami suatu kelembagaan yaitu:
a. kondisi lingkungan eksternal yaitu kondisi politik dan pemerintahan,
Sosiokultural, teknologi, kondisi perekonomian, berbagai bentuk
b. Motivasi kelembagaan berkaitan dengan sejarah kelembagaan, misi
yang diemban, kultur yang menjadi pegangan dalam bersikap dan berperilaku anggotanya, serta pola penghargaan yang dianut.
c. Kapasitas kelembagaan yaitu bagaimana kemampuan kelembagaan
untuk mencapai tujuan-tujuannya sendiri. Ukuran kemampuan
berkaitan dengan strategi kepemimpinan, perencanaan program,
manajemen dan pelaksanaannya, alokasi surnberdaya yang dimiliki
dan hubungan dengan pihak luar yaitu individu-individu, mitrakerja,
kebijakan pemerintah dan donor pihak luar.
d. Kinerja kelembagaan meliputi keefektifan kelembagaan dalam
pencapaian tujuan, efisiensi penggunaan sumber d a y a dan
keberlanjutan.
Menurut Israel (1 992), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan kelembagaan adalah :
a. Faktor-faktor eksogen : faktor-faktor yang mempengaruhi seluruh
negara, wilayah atau sektor untuk periode tertentu, misalnya banjir,
kekeringan peperangan, krisis ekonomi, perubahan-perubahan penting
dalam kebijakan ekonomi.
b. Kepemimpinan individu-individu yang menonjol
c. Manajemen yang baik mulai dari perencanaan,pengorganisasian,
pelaksanaan serta pengawasan
d. Komitmen
Menurut Nurdin (1 989), kelembagaan (institusi) merupakan wadah bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Masyarakat akan berpartisipasi manakala
Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat adalah suatu gerakan yang dirancang untuk
meningkatkan taraf hidup keseluruhan Masyarakat melalui partisipasi aktif. dan jika memungkinkan berdasarkan pada inisiatif masyarakat (Adi, 2001).
Karakteristik pengembangan masyarakat menurut Glen (1993) seperti dikutip oleh
Adi (2001), menjelaskan bahwa ada tiga unsur dasar yang menjadi ciri khas
pengembangan masyarakat yaitu :
1. Tujuan dari pengembangan masyarakat adalah memampukan
masyarakat untuk mendefinisikan dan memenuhi kebutuhan mereka
atau dengan kata lain tujuan utama dari pengembangan masyarakat
adalah mengembangkan kemandirian dan memantapkan rasa
kebersamaan sebagai suatu Masyarakat berdasarkan pada kebutuhan
yang dirasakan oleh masyarakat. Dalarn ha1 masalah pengurnpulan
dana untuk pelaksanaan kegiatan tidak selalu mengandalkan dana dari
sumber dana lokal saja, tetapi bagaimana masyarakat itu mampu
mendapatkan dana dari sumber lain.
2. Proses pelaksanaannya melibatkan kreatifitas dan ke jasama
masyarakat ataupun kelompok-kelompok dalam masyarakat tersebut.
Dalam ha1 ini ke jasarna dan kreatifitas merupakan dasar dalam proses pengembangan masyarakat. Konflik yang terjadi dalam Masyarakat
hams dianggap sebagai tantangan utama dalam meningkatkan
keterlibatan masyarakat.
3. Peran pengembang masyarakat lebih banyak difokuskan pada peran sebagai pemercepat perubahan, pembangkit semangat dan pendidik.
Pengembangan masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa tahapan
sebagai berikut : (Adi, 200 1)
a. Tahap persiapan yaitu tahap ini antara lain menyiapkan petugas
lapangan, penyiapan lapangan yang akan dijadikan sasaran.
b. Tahap penilaian yaitu dilakukan dengan mengidentifikasi masalah
(kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang dimiliki
c. Tahap perencanaan alternatif kegiatan yaitu mengajak masyarakat
untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana
cara mengatasinya serta dapat menciptakan perencanaan kegiatan yang dapat mereka lakukan dalarn mengatasi masalah.
d. Tahap pemformulasian rencana aksi yaitu mengajak masyarakat untuk
dapat merurnuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang
akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada, ha1 ini
terjadi jika ada beberapa alternatif kegiatan yang diciptakan oleh
masyarakat.
e. Tahap pelaksanaan (implementasi) kegiatan yaitu merupakan salah
satu tahap yang paling penting dalam pengembangan masyarakat.
karena sesuatu yang telah direncanakan oleh masyarakat dapat
menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan.
f. Tahap evaluasi yaitu dilakukan dengan melibatkan masyarakat untuk
mengukur sejauhrnana keberhasilan atau bahkan kegagaian yang
terjadi.
Selanjutnya menurut Batten dikutip oleh Adi (2001), menjelaskan
prasyarat suatu pengembangan masyarakat yang harus dipenuhi adalah :
1. Adanya sejurnlah orang yang tidak puas terhadap keadaan mereka dan
sepakat tentang apa sebenarnya yang menjadi kebutuhan khas mereka.
2. Orang-orang ini menyadari bahwa kebutuhan tersebut hanya akan
terpenuhi bila mereka mau berusaha untuk memenuhi kebutuhan diri
mereka sendiri.
3. Mereka memiliki atau dapat dihubungkan dengan surnberdaya yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini termasuk :
a. Mempunyai cukup pengetahuan yang dapat membantu mereka
mengambil keputusan yang bijaksana mengenai apa yang hams
mereka lakukan dan bagaimana cara yang terbaik untuk
mencapainya.
b. Mempunyai surnberdaya yang terkait dengan pengetahuan,
c. Mempunyai insentif (baik intrinsik maupun ekstrinsik ) yang memadai guna menyatukan mereka dalam melaksanakan
keputusan yang telah ditetapkan bersama.
Menurut Gunardi, dkk (2004) bahwa pengembangan masyarakat adalah
pembangunan alternatif yang komprehensif dan berbasis masyarakat.
Pengembangan masyarakat bertujuan mengembangkan tingkat kehidupan dan
mempunyai cakupan seluruh masyarakat. Dunham (1970) yang dikutip oleh
Gunardi,dkk (2004), menyatakan bahwa pengembangan masyarakat diartikan
sebagai upaya-upaya terorganisir untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dan kemarnpuan orang untuk berpartisipasi, mengatur sendiri dan
mengintegrasikan kegiatan dalam urusan-urusan masyarakat.
Menwutnya pengembangan masyarakat mencakup lima elemen yaitu : (a)
fokusnya pada seluruh kebutuhan masyarakat, (b) dorongan swadaya sebagai
dasar dari keseluruhan program, (c) bantuan teknis dari pemerintah atau organisasi
laimya berupa tenaga petugas, perlengkapan atau keuangan, (d) memadukan
berbagai keahlian demi kepentingan masyarakat, (e) perencanaan dan penyusunan
program berdasarkan pada kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat.
Suharto (2002), menjelaskan bahwa pengembangan masyarakat meliputi
berbagai pelayanan sosial yang berbasis masyarakat mulai dari pelayanan
preventif untuk mencegah anak-anak terlantar atau diperlakukan salah (abused)
sampai pelayanan kuratif dan pengembangan untuk keluarga yang berpendapatan
rendah agar mereka mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Menurut Cary (1970), pengembangan masyarakat merupakan : 1) usaha yang disengaja dan dilakukan bersarna-sama oleh orang-orang dalam masyarakat,
2) mengarahkan masa depan masyarakat dan membangun serangkaian teknik yang
diakui dan didukung masyarakat, 3) ditujukan untuk mencapai kehidupan sosial
yang lebih baik dimasa depan.
Menurut Korten ((1 984), pengembangan masyarakat adalah suatu aktivitas
pembangunan yang berorientasi pada kerakyatan, dengan syarat menyentuh
aspek-aspek keadilan, keseimbangan sumberdaya dam dan partisipasi
Kerangka Pemikiran
Usia harapan hidup penduduk Indonesia yang terus meningkat berdampak
pada semakin bertambahnya populasi jumlah penduduk lanjut usia dari waktu ke
waktu. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lanjut usia akan meningkat menjadi 28,8 juta jiwa dengan angka harapan hidup mencapai umur 70 sampai 75 tahun
(BPS, 2002). Bertambahnya jumlah lanjut usia menimbulkan dampak
permasalahan bagi individu, keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Peran serta masyarakat mengatasi permasalahan lanjut usia yaitu
menyelenggarakan pelayanan sosial dalam memenuhi kebutuhan fisik, ekonomi,
sosial psikologis. Kegiatan pelayanan sosial lanjut usia yang dilaksanakan oleh
masyarakat antara lain melalui keluarga, kelompok masyarakat. dan organisasi
sosial. Posyandu adalah salah satu lembaga lokal yang menyelenggarakan
pelayanan sosial bagi lanjut usia yang ada di RW 10 Kelurahan Cempaka Baru Jakarta Pusat.
Kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dilaksanakan Posyandu
mengalami hambatan-hambatan dan kegiatan kurang memenuhi kebutuhan lanjut
usia. Harnbatan yang dihadapi Posyandu karena kurangnya kapasitas pengurus
dari aspek pengetahuan, motivasi, kerjasama dan kapasitas lembaga dalam sarana
dan prasarana, keanggotaan serta sumber dana. Belum dimanfaatkannya potensi yang ada di masyarakat seperti keluarga dan partisipasi lanjut usia, serta belum
ada pengembangan jejaring dengan pemerintah terkait dan swasta.
Berbagai faktor penyebab di atas mengakibatkan kapasitas Posyandu
dalarn menyelenggarakan pelayanan sosial bagi lanjut usia berpengaruh pada peforma Posyandu dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Mengatasi
permasalahan tersebut, maka perlu upaya penguatan kapasitas kelembagaan
Posyandu sehingga peforma Posyandu dalarn perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi menjadi lebih baik. Langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan Posyandu dalam pelayanan sosial lanjut
usia tersebut, yaitu dengan menyusun rancangan program pengembangan
Kerangka Pemikiran
[image:34.550.74.498.92.766.2]Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pos PelayananTerpadu dalam Pelayanan Sosial bagi Lanjut Usia
Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran
Program peningkatan
pelayanan Posyandu
dalam kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia Kapasitas
Pengurus: Pengetahuan Ke rjasarna Motivasi Kapasitas Lembaga :
Sarana &
-
PrasaranaKeanggotaan Sumber dana
k
Kinerja Posyandu Lansia:
Potensi : Masyarakat :
Keluarga lanjut usia
Partisipasi lanjut usia
Pemerintah : Program/kebijak
_I
Meningkatnya
Evaluasi
an
Swasta :
Pengusaha, LSM
kapasitas Posyandu dalam pelayanan sosial bagi lanjut usia
-
' PerencanaanMETODOLOGI
Tempat dan Waktu
Kajian pengembangan masyarakat dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu
(1) Praktek Lapangan I dilaksanakan pada tanggal 1 sarnpai dengan 15 Nopember
2005, (2) Praktek Lapangan I1 dilaksanakan pada tanggal 17 sarnpai dengan 28
Februari 2006, dan (3) Tahap Kajian. Ketiga tahapan tersebut sebagai suatu
rangkaian kegiatan dalam melakukan kajian pengembangan masyarakat yang
dilaksanakan di RW 10 Kelurahan Cempaka Baru Jakarta Pusat.
Proses kegiatan penyusunan laporan kajian pengembangan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 1 :
Tabel 1 : Jadual Rencana Pelaksanaan Kajian.
KEGIATAN
Pengembangan Masyarakat
(Praktek Lap. 11)
6 Pengolahan dan
Analisis Data
[image:35.555.79.489.244.750.2]Teknik Pengumpulan Data
Tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data dan informasi adalah
sebagai berikut :
a. Studi dokumentasi, yaitu untuk memperoleh data dan informasi dengan menganalisis dan mempelajari catatan-catatan, laporan kegiatan Posyandu,
dokurnen laporan kependudukan RW serta dokumen lainnya yang memiliki
relevansi dengan fokus kajian untuk melengkapi data dan informasi yang
dibutuhkan dalam kajian ini.
b. Observasi, adalah teknik pengamatan lapangan yaitu mengamati dan mencatat
berbagai ha1 yang menjadi fokus kajian. Data dan informasi tentang peristiwa
yang diamati adalah kegiatan pelayanan Posyandu, sarana dan prasarana
Posyandu, mengamati kondisi kehidupan keluarga lanjut usia dan lanjut usia
sebagai potensi yang dapat dikembangkan dalam mendukung kegiatan
Posyandu.
c. Wawancara mendalam, yaitu mengajukan pertanyaan secara temu muka
berulang antara pengkaji dengan responden. Bentuk pertanyaan yang diajukan
berstruktur dan difokuskan pada data dan informasi yang terarah pada aspek
permasalahan kajian. Responden pada kajian ini adalah : pengurus Posyandu
meliputi ketua, sekretaris, bendahara, serta pengurus lanjut usia sebanyak
sembilan orang. Lanjut usia sebanyak lima orang, keluarga lanjut usia
sebanyak lima KK, aparat pemerintah terkait sebanyak dua orang, serta tokoh rnasyarakat (ketua RW, pengurus majelis ta'lim, pengurus klub senam jantung sehat) sebanyak tiga orang
.
d. Diskusi Kelompok, yaitu mengadakan diskusi secara sistematis setelah
mengindentifikasi analisis masalah, potensi dan kebutuhan masyarakat
berkaitan dengan peningkatan pelayanan sosial bagi lanjut usia yang
dilaksanakan oleh Posyandu. Diskusi kelompok diikuti oleh pengurus
Posyandu, lanjut usia, keluarga lanjut usia, aparat kelurahan, tokoh masyarakat
(pengurus RTRW, pengurus majelis ta'lim, pengurus senam jantung sehat),
aparat dinas terkait (petugas puskesmas, aparat kecarnatan) membahas strategi
pelayanan sosial bagi lanjut usia. Pada diskusi ini, peneliti berperan sebagai
fasilitator.
Data dan informasi yang dikumpulkan dalam kajian ini secara lebih rinci
dapat dilihat pada Tabel 2:
Tabel 2. Kebutuhan data, sumber data dan cara pengumpulan data.
Rekaman Dokumen Pedoman Wawancara Dokumen Pedoman Wawancara Dokumen Pedoman Wawancara Dokumen Pedoman Diskusi Kelompok Sumber Data Pengurus Posyandu Pengurus Posyandu -keluarga, lanjut usia, aparat kelurahan, kecamatan, Puskesmas dan dinas terkait
-
Swasta(pengusha,
LSM)
-
keluarga,lansia, pengurus posyandu
-
Pengurus RTIR W, - Pemerintahterkait Jenis Data
-
Perencanaan - Pelaksanaan - Evaluasi-
Pengetahuan - Ke jasarna - Motivasi-
Sarana & Prasarana - Keanggotaan - Surnber dana-
Nilai Keluarga - Partisipasilanjut usia - Program/
kebijakan Pemerintah - Peran serta Pengusaha, LSM
- penyusunan program peningkatan pelayan sosial lanjut usia
No
1 2 3 4 Teknik Pengumpulan Data Wawancara mendalam Wawancara mendalam Studi Dokurnentasi Wawancara mendalam Diskusi Kelompok Tujuan Memahami Kine j a Posyandu [image:37.557.80.540.166.735.2]Teknik Analisa Data
Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari wawancara mendalam,
diskusi dan observasi, diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode analisis
isi yang kemudian disajikan secara deskriptif. Sedangkan data kuantitatif yang
diperoleh dari penelusuran data sekunder diolah dan disusun dalam bentuk
matriks, grafik, bagan maupun tabel.
Metode Analisis Masalah
Dalam menganalisis masalah metode yang digunakan adalah Logical
Framework Analysis (LFA). Melalui pendekatan analisis Logical Framework,
pengkaji melakukan pengurnpulan data dan informasi permasalahan kapasitas
Posyandu dan menganalisis potensi di masyarakat yang mendukung kegiatan
pelayanan sosial bagi lanjut usia.
Berdasarkan data dan informasi yang telah dikumpulkan, kemudian
dilakukan analisis masalah, menyusun informasi secara sistemik dan menyusun
rancangan program pengembangan masyarakat. Pendekatan ini dilakukan dengan
melakukan diskusi kelompok bersarna pengurus Posyandu, keluarga lanjut usia,
lanj ut usia, tokoh masyarakat (ketua RTIRW, pengurus maj elis ta' lim, pengurus klub senam jantung sehat), aparat kelurahan, petugas puskesmas dan aparat
kecamatan.
Dalam pertemuan diskusi dikemukakan informasi hasil temuan identifikasi
permasalahan. Kemudian menggali potensi di masyarakat yang dapat mendukung
kegiatan Posyandu dalam meningkatkan pelayanan bagi lanjut usia. Selanjutnya
dari hasil diskusi dipilih mana yang menjadi prioritas permasalahan. Setelah
dilakukan penyusunan prioritas masalah maka dilakukan penentuan alternatif
pemecahan masalah. Berdasarkan hasil masukan yang ditulis oleh peserta diskusi
mengenai identifikasi prioritas masalah dan altematif pemecahannya selanjutnya
pengkaji menuangkannya ke dalam suatu diagram masalah yang menggambarkan
masalah inti, penyebab dan akibatnya serta diagram tujuan atau tindakan yang
Metode Penyusunan Program
Penyusunan program dilakukan bersama unsur masyarakat secara
partisipatif. Melalui pendekatan partisipatif penekanannya pada pemberdayaan
masyarakat sebagai strategi pembangunan yang berpusat pada kepentingan dan
kebutuhan masyarakat yang arahnya menunju kemandirian masyarakat. Melalui
pendekatan partisipatif, masyarakat diajak untuk menentukan sendiri apa
permasalahan yang te rjadi atau dirasakan, potensi-potensi apa yang dimiliki dan
kebutuhan-kebutuhan apa yang sangat mendesak sehingga pola pengembangan
masyarakat yang partisipatif merupakan salah s a t . alternatif yang diutarnakan
dalam pemberdayaan masyarakat (Sumardjo dan Saharuddin, 2003).
Penyusunan program dilakukan setelah analisis potensi, masalah dan
kebutuhan untuk penguatan kapasitas Posyandu dalam meningkatkan
pelayanannya bagi lanjut usia. Penyusunan program dilakukan dengan cara
mengadakan diskusi kelompok bersama pihak-pihak terkait (srukeholder) seperti pengurus Posyandu, tokoh masyarakat, keluarga lanjut usia, lanjut usia, dan aparat
pemerintah terkait. Dalam pertemuan diskusi kelompok tersebut pengkaji
menjelaskan mengenai hasil pertemuan kemudian dibahas bagaimana rencana penyusunan program penguatan kapasitas Posyandu dalam meningkatan
pelayanan sosial bagi lanjut usia. Hasil pertemuan tersebut, pengkaji
menuangkannya ke dalam matriks analisis pihak terkait dan matriks perencanaan
PETA SOSIAL KOMUNITAS
Keadaan Wilayah
Lingkungan RW 10 merupakan wilayah administrasi Kelurahan Cempaka
Baru. Batas-batas lingkungan yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan
Serdang, di sebelah selatan berbatasan dengan RW 09, di sebelah barat berbatasan
dengan Kelurahan Utan Panjang, dan di sebelah timur berbatasan dengan RW 07. Dalam kegiatan pembangunan di Kelurahan Cempaka Baru, RW 10 merupakan lingkungan percontohan. Pada lomba kebersihan lingkungan tingkat kelurahan se-
Kotamadya, RW 10 mendapat Juara I1 dalam lomba kebersihan lingkungan. Kelurahan Cempaka Baru memiliki posisi strategis karena jalur transportasi
menuju berbagai arah di kota Jakarta melintas. Keadaan ini memberi kemudahan
bagi warga sekitar untuk melakukan mobilitas ke berbagai tempat tujuan di kota
Jakarta.
Pemukiman penduduk relatif cukup padat dengan jarak rumah saling
berdekatan. Sarana jalan berupa "gang sempit" Cjalan kecil yang bisa dilalui
kendaraan roda dua) dengan saluran got di sisi kiri dan kanan jalan. Lahan
pekarangan rumah cukup sempit bagi warga untuk menanam tanaman hias. Cara
yang digunakan dalam menata pekarangan rurnah dan lingkungan sekitar adalah
melakukan penanaman bunga dengan menggunakan wadah pot sebagai media
tanarn. Pemerintah kelurahan menggerakan masyarakat melalui program
menanam tanama obat keluarga di setiap pekarangan rumah warga.
Luas wilayah RW 10 adalah 10,86 Ha dan sebagian besar lahan (8,56 Ha atau 78,82 persen) digunakan sebagai tempat pemukiman penduduk. Kondisi perurnahanan warga berdasarkan kondisi fisik adalah bentuk rurnah permanen
sebanyak 395 buah dan rumah semi permanen sebanyak 33 buah. Sarana umum yang tersedia antara lain masjid, musholah, lapangan bulu tangkis. Daya dukung
penggunaan lahan yang semakin sempit mengakibatkan harga jual tanah di kota menjadi sangat mahal. Semakin sempit dan mahalnya harga tanah di Jakarta
berimplikasi pada kecenderungan masyarakat mencari alternatif tempat tinggal ke
Demografi dan Kependudukan
Jumlah penduduk RW 10 Cempaka Baru sebanyak 2.346 jiwa yaitu laki- laki sebanyak 1.134 jiwa atau 48,33 porsen dan perempuan sebanyak 1.212 jiwa
atau 5 1,66 persen. Jurnlah kepala keluarga sebanyak 451 KK. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak 78 jiwa atau hanya 0,3 persen dibandingkan dengan
jurnlah penduduk laki-laki.
Berdasarkan karakteristik umur dan jenis kelamin jurnlah penduduk di
[image:41.555.76.473.211.728.2]lingkungan
R W
1 0 dapat dilihat pada Tabel 3:Tabel 3. Jumlah penduduk RW 10 Kelurahan Cempaka Baru berdasarkan umur dan jenis kelamin Tahun 2005.
Pada Tabel 3 terlihat jumlah penduduk kelompok urnur balita (0 sampai 4
tahun) sebanyak 174 jiwa dan penduduk umur produktif (25 sampai 29 tahun)
Jumiah 174 119 154 174 215 23 1 224 22 1 230 192 168 103 95 6 1 2346
sebanyak 23 1 jiwa. Kelompok umur balita dan umur produktif merupakan sasaran Perempuan 73 73 8 1 92 114 118 114 109 119 99 8 8 55 46 3 1 1.212 2005.
pelayanan Posyandu. Kelompok urnur tua 60 tahun keatas sebanyak 156 jiwa Laki-Laki 68 64 73 82 101 113 110 112 11 1 93 80 48 49
3 0
1.134
R W
10 TahunNo 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Sumber Kelompok Umur 0 - 4
5 - 9
10- 14
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+ Jumlah
merupakan penduduk lanjut usia. Selain umur balita, yang termasuk pemanfaat
Posyandu adalah penduduk lanjut usia. Penduduk lanjut usia yang menjadi
sasaran pelayanan psoyandu terdiri dari lanjut usia potensial dan tidak potensial. Permasaiahan yang sering dihadapi oleh para lanjut usia adalah masalah fisik,
ekonomi dan sosial psikologis.
Bila digambarkan bentuk piramida penduduk menurut umur dan jenis
[image:42.555.85.524.244.641.2]kelarnin terlihat pada Gambar 2 :
Gambar 2 : Piramida Penduduk RW 10
Perempuan
Pada Garnbar 2 terlihat bentuk pirarnida penduduk melebar pada kelompok umur 15 sarnpai 54 tahun sebagai kelompok umur usia bekerja. Hal ini
menunjukan jurnlah angkatan kerja cukup tinggi. Kelompok
umur
0 sarnpai 4Sedangkan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dari semua
kelompok umur tidak memiliki perbedaan yang terlalu jauh.
Karakteristik penduduk dapat juga diiihat dari tingkat pendidi kan yang
dimiliki. Melalui tingkat pendidikan dapat diketahui indikator indeks mutu hidup
masyarakat. Bila dilihat dari tingkat pendidikan maka karakteristik penduduk RW
[image:43.559.91.490.226.459.2]10 dapat dilihat pada Tabel 4:
Tabel 4. Jumlah penduduk RW 10 Kelurahan Cempaka Baru berdasarkan pendidikan Tabun 2005.
No
I
Tingkat1
Laki-lakiI
PerempuanI
JumlahI
Berdasarkan pendidikan dapat dilihat jumlah penduduk yang tamat SLTA
adalah sebanyak 756 orang yaitu laki-laki sebanyak 375 orang atau 49 persen dan perempuan sebanyak 38 1 orang atau 5 1 persen. Perbandingan jurnlah penduduk laki-laki dan perempuan yang tarnat pendidikan SLTA hanya selisih enam orang.
Keadaan tersebut menunjukkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
pendidikan bagi laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang sama.
Dilihat dari banyaknya jumlah penduduk yang tarnat pada tingkat SLTP ke
atas sebanyak 1242 jiwa Penduduk yang tarnat SD dan tidak tamat menunjukan
jumlah paling sedikit yaitu sebanyak 269 orang. Penduduk dengan tingkat
pendidikan tinggi sebagai sumber daya manusia yang dapat dimanfaatkan
untuk
menggerakan pembangunan di lingkungannya. 1
2
3
4
5
Sumber : Laporan Kependudukan RW 10 Tahun 2005 Pendidikan
Tidak Tamat SD
Mata Pencaharian
Karakteristik penduduk dapat juga dilihat dari jenis mata pencahariannya.
Berdasarkan jenis peke jaan yang dimiliki maka mata pencaharian penduduk RW
10 dapat dibilang cukup heterogen. Komposisi penduduk berdasarkan mata
pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5 :
Tabel 5. Jumlah penduduk RW 10 Kelurahan Cempaka Baru berdasarkan mata pencaharian Tahun 2005.
Pegawai Negeri Sipil
I
1151
12I
Mata Pencaharian Jumlah
I I
Persen
(%)
TNVPOLRI
I I
Swasta
I I
22
315
1
3 2Buruh
I I
2
129
1
13Tukang Ojek
Pedagang
Pensiunan
Lain-Lain
I
2011
*O
I
56
1
5Supir
67
63
Berdasarkan jenis mata pencaharian sebagian besar penduduk bekerja di
sektor swasta yaitu sebanyak 315 orang atau 32 persen. Banyaknya jumlah
penduduk yang bekerja di sektor swasta karena lapangan pekerjaan di sektor swasta cenderung lebih luas kesempatannya. Pegawai Negeri Sipil sebanyak 115
orang atau 12 persen dan TNIPOLRI sebanyak 22 orang. Penduduk yang mata
pencahariannya sebagai buruh sebanyak 129 orang atau 13 persen. Pekejaan
sebagai buruh merupakan mata pencaharian yang tidak menetap. Tingkat
penghasilan yang diperoleh tergantung pada ada atau tidakn ya borongan
peke jaan.
7
6
2 7
Jumlah
3
Sumber : Laporan Kependudukan RW 10 Tahun 2005
[image:44.557.77.456.151.750.2]Dilihat dari jenis mata pencaharian, bagi lanjut usia yang dulu bekerja
sebagai buruh saat ini mereka sudah tidak berdaya lagi melakukan pekerjaan
buruh sehingga diusia tuanya cenderung hidup dalarn kekurangan ekonomi y