• Tidak ada hasil yang ditemukan

Blood Triglyceride and Cholesterol Profile and Physiological Responses of Wistar Rats with Diets Containing Beef Curry and Offal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Blood Triglyceride and Cholesterol Profile and Physiological Responses of Wistar Rats with Diets Containing Beef Curry and Offal"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS WISTAR YANG DIBERI

RANSUM MENGANDUNG GULAI DAGING SAPI DAN JEROAN

SKRIPSI AUMA IRAMA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

AUMA IRAMA. D14204002. 2009. Profil Trigliserida, Kolesterol Darah dan Respon Fisiologis Tikus Wistar yang Diberi Ransum Mengandung Gulai Daging Sapi dan Jeroan. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Tuti Suryati, S.Pt., M.Si. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si.

Konsumsi daging bagi sebagian masyarakat cenderung dikaitkan dengan peningkatan kolesterol tubuh yang dapat memicu munculnya penyakit degeneratif, yaitu penyakit yang diakibatkan oleh penurunan kondisi metabolisme tubuh karena faktor pertambahan usia (umur), seperti: penyakit jantung koroner, stroke, atherosklerosis dan pembuluh darah. Kondisi ini dapat memunculkan opini negatif masyarakat untuk takut (fobia) terhadap kolesterol yang berasal dari daging merah, sehingga hal ini akan berdampak terhadap perkembangan subsektor peternakan umumnya dan terhadap ternak ruminansia khususnya (daging sapi dan jeroan). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsumsi gulai daging sapi berlemak yang ditambah jeroan terhadap profil lemak dan kolesterol darah tikus serta kaitannya sebagai pemicu penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah.

Penelitian ini dilakukan di Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, sebagai tempat persiapan perlakuan dan pemeliharaan hewan percobaan; analisis proksimat dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor; dan analisis profil lemak darah dan kolesterol hewan percobaan dilakukan di Laboratorium Klinik Prodia Bogor. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu dari bulan Nopember 2007 sampai Januari 2008.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) untuk analisis profil lemak dan kolesterol darah dan RAL subsampling untuk pengukuran respon fisiologis. Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur LMR-wistar umur 28 hari. Tikus tersebut dibagi menjadi 2 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri atas 7 ekor tikus percobaan. Kelompok pertama (P0) yaitu kelompok yang diberi ransum mengandung protein kasein, sedangkan kelompok kedua (P1) merupakan kelompok yang diberi ransum mengandung gulai daging sapi dan jeroan. Sebelum penelitian dilakukan seluruh tikus diadaptasikan selama 5 hari yang diberi ransum basal mengandung protein kasein. Masa perlakuan dilakukan selama 20 hari dan air minum diberikan ad libitum. Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah kadar kolesterol total, kolesterol high density lipoprotein (HDL), kolesterol low density lipoprotein (LDL), indeks atherogenik dan kadar trigliserida darah, serta respon fisiologis (laju pernafasan, detak jantung, dan suhu tubuh). Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Minitab 14 dan program komputer Microsoft Excel. . Hasil penelitian terhadap tikus sebanyak 14 ekor menunjukkan bahwa tikus yang diberi konsumsi gulai daging sapi dan jeroan tidak menunjukkan kadar kolesterol, trigliserida, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan indeks atherogenik darah, serta respon fisiologis yang meliputi laju pernafasan, detak jantung, dan suhu tubuh yang berbeda dengan tikus yang diberi kasein sebagai sumber protein.

(3)

ABSTRACT

Blood Triglyceride and Cholesterol Profile and Physiological Responses of Wistar Rats with Diets Containing Beef Curry and Offal

Irama, A., T. Suryati and H. Nuraini

The objective of this research was to study the effect of diet containing beef curry and offal on profile triglyceride, blood cholesterol and physiological responses of wistar rats. Fourteen male LMR-wistar rats, 50-65 grams of body weight age 28 days and 5 weeks of age were used in this research. The rats divided into two groups. First group (P0) consisted of seven rats fed with casein diet and second (P1) consisted of seven rats fed with beef curry and offal. Before this research began, rats were adapted for 5 days and fed basal diet that consisted of casein, and treatment would take 20 days. Feed and water diet were given ad libitum. The experimental design that used in this research was complete randomized design for the blood analysis and subsampling on complete randomized design for physiological responses. The result of this study showed that diet treatment cause no significant effect to blood cholesterol of level, high density lipoprotein-cholesterol (HDL-cholesterol), low density lipoprotein-cholesterol (LDL-cholesterol), triglyceride, atherogenic index (AI); and also physiological responses of breath rate (respiration), heart rate, and body temperature.

Keywords : cholesterol, triglyceride, physiological responses, beef curry and offal

(4)

PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS WISTAR YANG DIBERI

RANSUM MENGANDUNG GULAI DAGING SAPI DAN JEROAN

AUMA IRAMA D14204002

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS WISTAR YANG DIBERI

RANSUM MENGANDUNG GULAI DAGING SAPI DAN JEROAN

Oleh AUMA IRAMA

D14204002

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 3 Desember 2008

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Tuti Suryati, S.Pt., M.Si. Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si.

NIP. 132 159 706 NIP. 131 845 347

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada 10 Oktober 1985 di Naggroe Aceh Darussalam. Lahir dari pasangan Muhammad Khalidin dan Umi Selamah di sebuah desa kecil Gantung Geluni, Blangkejeren, Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam. Pendidikan dasar diselesaikan di SD Muhammadiyah No. 12 Blangkejeran pada tahun 1998, pendidikan menengah pertama diselesaikan di SLTP Negeri 1 Blangkejeren tahun 2001, pendidikan atas di SMA Negeri 1 Blangkejeren, Gayo Lues, NAD pada tahun 2004 dan pada tahun yang sama penulis diterima pada program studi Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.

(7)

KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahim.

Alhamdulillah, itulah kata yang pantas penulis ucapkan sebagai bentuk puji syukur penulis kepada Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Profil Trigliserida, Kolesterol Darah dan Respon Fisiologis Tikus Wistar yang Diberi Ransum Mengandung Gulai Daging Sapi dan Jeroan”. Skripsi ini ditulis sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan sejak bulan Nopember 2007 sampai dengan Januari 2008 di Laboratorium Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Klinik Prodia Bogor, dan Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.

Gulai daging sapi berlemak yang ditambah jeroan merupakan produk populer yang sering dikonsumsi oleh masarakat dalam bentuk olahan berupa gulai karena rasanya yang khas. Masyarakat sebagai konsumen yang mengkonsumsi daging sapi dan jeroan terutama dalam bentuk olahan gulai terkadang cenderung menganggap produk olahan tersebut sebagai pemicu timbulnya penyakit jantung, sroke, dan pembuluh darah (kardiovaskuler) yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, kadar kolesterol darah dan terjadinya penyumbatan (plaque) dan pengerasan pembuluh darah (atherosklerosis).

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan mengevaluasi pengaruh konsumsi gulai daging sapi berlemak yang ditambah jeroan terhadap kadar kolesterol, kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida darah, indeks atherogenik serta respon fisiologis yang meliputi laju pernafasan, suhu tubuh dan detak jantung. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran terhadap konsumsi produk hasil ternak (gulai daging sapi berlemek yang ditambah jeroan) serta pengaruhnya terhadap pemicu penyakit jantung dan pembuluh darah. Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan, namun penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca, baik kalangan akademisi, maupun masyarakat.

Bogor, Januari 2009

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Definisi Daging ... 3

Komposisi Kimiawi Daging Sapi ... 3

Air ... 3

Protein ... 3

Lemak ... 4

Abu ... 4

Kalori ... 4

Jeroan Sapi ... 4

Lipida dan Kolesterol ... 5

Trigliserida ... 5

Kolesterol ... 7

Lipoprotein ... 8

Peranan High Density Lipoprotein (HDL) dan Low Density Lipoprotein (LDL) terhadap Kolesterol Darah ... 9

Atherosklerosis dan Proses Pembentukannya ... 10

Penyakit Degeneratif ... 13

Transpor Lemak ... 13

Jalur Eksogen ... 13

Jalur Endogen ... 14

Kadar Kolesterol Otot ... 14

Indeks Atherogenik ... 16

Tikus sebagai Hewan Percobaan ... 16

Respon Fisiologis ... 17

Sistem Homeostatis ... 18

Laju Pernafasan ... 18

Denyut Jantung ... 18

(9)

Pengambilan Sampel Darah Tikus ... 19

Plasma dan Serum Darah ... 19

Bumbu Gulai ... 20

Garam ... 20

Bumbu Masakan Siap Saji ... 20

Santan Kelapa ... 21

Kunyit ... 21

Bawang Putih ... 22

Bawang Merah ... 22

METODE ... 23

Lokasi dan Waktu ... 23

Materi ... 23

Produk Olahan Daging ... 23

Percobaan in Vivo dan Analisis Darah Tikus ... 23

Prosedur ... 24

Pembuatan Gulai Daging Sapi dan Jeroan ... 25

Penyusunan dan Pembuatan Ransum Hewan Percobaan ... 26

Percobaan in Vivo Ransum Perlakuan ... 27

Pengambilan Sampel Darah ... 27

Rancangan Percobaan dan Analisis Data ... 27

Peubah yang Diamati ... 29

Kadar Air ... 29

Kadar Protein ... 29

Kadar Lemak ... 30

Kadar Abu ... 30

Kadar Kolesterol (Metode Lieberman – Buchards) ... 30

Pengamatan Respon Fisiologis ... 31

Analisis Profil Lemak dan Kolesterol Darah ... 31

Kadar Kolesterol Total (Rodriguez et al., 2000). ... 32

Kadar Trigliserida (Rodriguez et al., 2000). ... 32

Kadar Kolesterol HDL (Rodriguez et al., 2000). ... 32

Kadar Kolesterol LDL (Matsubara et al., 2002) ... 33

Indeks Atherogenik (Matsubara et al., 2002) ... 33

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

Konsumsi Ransum dan Pertumbuhan Tikus Wistar selama Percobaan ... 34

Respon Fisiologis Tikus Wistar (Laju Pernafasan, Denyut Jantung dan Suhu Tubuh) ... 35

Laju Pernafasan ... 36

Denyut Jantung ... 37

Suhu Tubuh ... 38

Profil Lemak dan Kolesterol Darah (Trigliserida, Kolesterol Total, Kolesterol HDL dan Kolesterol LDL) ... 39

Kadar Kolesterol Total Tikus Percobaan ... 40

Kadar Trigliserida ... 42

(10)

Kadar Kolesterol Low Density Lipoprotein (k-LDL) ... 44

Indeks Atherogenik ... 45

KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

Kesimpulan ... 46

Saran... ... 46

UCAPAN TERIMAKASIH ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN ... 53

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perbandingan Asam Lemak Ternak Sapi dengan Ternak Lainnya ... 4 2. Komposisi Jeroan Daging Sapi ... 5 3. Perbandingan Kadar Kalori, Lemak, dan Kolesterol pada Daging Sapi dengan Daging Ternak Lainnya dalam 100 g Bahan ... 12 4. Kadar Kolesterol Otot dari Musculus longissimi thoracis et lumborum 15 5. Kandungan Kolesterol dalam Daging Lean dan Offal ... 15 6. Data Fisiologis Tikus Percobaan yang Direkomendasikan ... 17 7. Kandungan Nutrisi Ransum Kontrol Sumber Protein Kasein ... 26 8. Kandungan Nutrisi Ransum Perlakuan Sumber Protein

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Struktur Kimia Kolesterol ... 7

2. Pembentukan Plaque pada Arteri ... 10

3. Tahapan Pembentukan Atherosklerosis ... 11

4. Tahapan Penelitian ... 19

5. Tahapan Proses Pembuatan gulai Daging Sapi dan Jeroan ... 31

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Analisis Proksimat Ransum ... 54

2. Hasil Analisis Proksimat Kasein Ransum ... 54

3. Hasil Analisis Proksimat Gulai Daging Sapi Berlemak yang ... Ditambah Jeroan ... 54

4. Komposisi Analisis Kolesterol Padatan ... 55

5. Komposisi Bahan Makanan ... 55

6. Hasil Analisis Komponen Darah ... 55

7. Analisis Kruskal-Wallis Bobot Akhir Tikus Percobaan ... 56

8. Analisis Kruskal-Wallis Konsumsi Ransum Tikus Percobaan ... 56

9. Analisis Kruskal-Wallis Kadar Kolesterol Darah Tikus Percobaan ... 56

10. Analisis Kruskal-Wallis Kadar LDL darah Tikus Percobaan ... 56

11. Analisis Kruskal-Wallis Kadar HDL Darah Tikus Percobaan ... 56

12. Analisis Kruskal-Wallis Kadar Trigliserida Darah Tikus Percobaan .... 57

13. Analisis Kruskal-Wallis Indeks Atherogenik ... 57

14. Analisis Ragam Respon Denyut Jantung Tikus Percobaan ... 57

15. Analisis Ragam Respon Laju Pernafasan Tikus Percobaan ... 57

16. Analisis Ragam Respon Suhu Tubuh Tikus Percobaan ... 58

17. Formula Komposisi Ransum Tikus Percobaan ... 58

(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Daging merupakan pangan yang sangat populer dan sudah sangat dikenal di kalangan masyarakat luas. Daging memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan merupakan salah satu produk yang berkontribusi bagi pemenuhan gizi masyarakat karena daging merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral terutama Fe. Kebutuhan masyarakat akan daging yang mengandung protein hewani semakin meningkat, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan penduduk serta bertambahnya pengetahuan masyarakat akan peranan gizi seimbang.

Konsumsi daging bagi sebagian masyarakat cenderung dikaitkan dengan peningkatan kolesterol tubuh yang dapat memicu munculnya penyakit degeneratif yaitu penyakit jantung koroner, atherosklerosis dan pembuluh darah. Kondisi ini dapat memunculkan opini negatif masyarakat untuk takut atau fobia terhadap kolesterol, yang akan berdampak terhadap perkembangan subsektor peternakan umumnya dan terhadap ternak ruminansia khususnya (daging sapi dan jeroan).

Lemak dan kolesterol merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kolesterol berfungsi untuk transpor lemak dalam darah dan sebagai penyusun membran sel jaringan tubuh juga berkontribusi sebagai sumber energi bagi tubuh. Kolesterol yang kita butuhkan tersebut, secara normal diproduksi sendiri oleh tubuh dalam jumlah yang tepat. Sel hati akan memproduksi kolesterol apabila asupannya tidak mencukupi. Komponen tersebut dapat meningkat jumlahnya oleh asupan makanan yang berasal dari lemak hewani, telur dan lain sebagainya.

(15)

seringkali dijadikan sebagai indikator tingkat resiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Resiko semakin tinggi apabila kadar kolsterol LDL lebih tinggi dibandingkan kolesterol HDL dalam darah.

Mekanisme timbulnya penyakit jantung dan penyakit akibat pola konsumsi daging masih memerlukan pembuktian dan penelitian untuk memastikan apakah konsumsi lemak dan jeroan merupakan salah satu pemicu timbulnya penyakit jantung dan penyempitan pembuluh darah melalui penggunaan tikus percobaan sebagai hewan laboratorium. Penelitian ini berupaya mencari pembuktian dan untuk memastikan apakah konsumsi daging sapi dan jeroan merupakan salah satu pemicu timbulnya penyakit jantung dan penyempitan pembuluh darah, melalui pengukuran kadar koleterol darah, kadar trigliserida darah, kolesterol high density lipoprotein (HDL-kolesterol), kolesterol low density lipoprotein (LDL-kolesterol), indeks athorogenik, dan pengukuran respon fisiologis yang meliputi : laju pernafasan, denyut jantung dan suhu tubuh. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti yang dapat menjelaskan tentang persepsi negatif masyarakat dalam mengkonsumsi daging merah.

Tujuan

(16)

TINJAUAN PUSTAKA Definisi Daging

Daging menurut Badan Standardisasi Nasional (1998) didefinisikan sebagai urat daging yang melekat pada kerangka kecuali urat daging dari bagian bibir, hidung, dan telinga yang berasal dari hewan ternak yang sehat waktu dipotong (SNI 01-3947-1995). Bahar (2003) menjelaskan, bahwa daging terdiri atas jaringan otot. Jaringan otot terdiri dari 3 macam, yaitu jaringan otot rangka, jaringan otot jantung (cardiac), dan jaringan otot halus. Jaringan otot rangka adalah jaringan otot yang menempel secara langsung atau tidak langsung pada tulang, yang menimbulkan suatu gerakan, dan atau memberikan bentuk pada tubuh. Secara ekonomis, jaringan otot rangka merupakan bagian yang terpenting dan utama dari karkas.

Selain mengandung nutrisi yang baik bagi pertumbuhan seperti protein yang tinggi serta asam-asam amino essensial yang cukup dan berimbang, daging ternak pun berkontribusi dalam memberikan sumber energi berupa lemak. Komponen utama lemak hewan adalah palmitat, stearat dan oleat dengan sejumlah linoleat dan sangat sedikit asam arakidonat (Poedjiadi, 1994).

Komposisi Kimiawi Daging Sapi

Daging memiliki beberapa komposisi kimiawi berdasarkan proksimat diantaranya kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar abu, serta kandungan kalori.

Air

Komposisi kimiawi terbesar dari daging sapi adalah air, berdasarkan potongan komersial yaitu sebesar 66,6 % pada bagian round; 60,8 % pada bagian chuck; 47,2 % pada bagian rib; 56,5 % pada bagian rump; dan 55,7 % pada bagian sirloin (Price dan Schweigert, 1971).

Protein

Komposisi kimiawi daging sapi lainnya yaitu protein, berdasarkan potongan komersial, yaitu sebesar 20,2 % pada bagian round; 18,7 % pada bagian chuck; 14,8 % pada bagian rib; 17,4 % pada bagian rump; dan 16,9 % pada bagian sirloin (Price dan Schweigert, 1971). Protein daging dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok besar, yaitu miofibril, stroma, dan sarkoplasma (Lawrie, 1995). Masing masing protein memiliki fungsi yang berbeda serta memberikan kontribusi pada daging.

(17)

Lemak

Komposisi lemak daging sapi berdasarkan potongan komersial yaitu sebesar 12,3 % pada bagian round; 19,6 % pada bagian chuck; 37,4 % pada bagian rib; 25,3 % pada bagian rump; dan 26,7 % pada bagian sirloin (Price dan Schweigert, 1971). Keragaman nyata dalam komposisi lemak atau lipida terdapat antara jenis ternak memamah biak dan ternak tidak memamah biak karena adanya hidrogenasi yang disebabkan oleh mikroflora di dalam rumen. Tabel 1 di bawah ini membandingkan asam lemak yang terdapat pada daging sapi dengan daging lainnya.

Tabel 1. Perbandingan Asam Lemak Ternak Sapi dengan Ternak Lainnya

Asam-Asam Lemak

Persentase Asam Lemak dari Lipida (%)

Sapi Domba Babi

Miristat (14 : 0) 2 1 3

Palmitat (16 : 0) 29 25 28

Stearat (18 : 0) 20 25 13

Oleat (18 : 1) 42 39 46

Linoleat (18 : 2) 2 4 10

Linolena (18 : 3) 0.5 0.5 0.7

Sumber : Buckle et al., 1987

Abu

Kadar abu daging sapi berdasarkan potongan komersial yaitu sebesar 0,9 % pada bagian round; 0,9 % pada bagian chuck; 0,6 % pada bagian rib; 0,8 % pada bagian rump; dan 0,8 % pada bagian sirloin (Price dan Schweigert, 1971).

Kalori

Kandungan kalori daging sapi berdasarkan potongan komersial (per 100 gram) yaitu sebesar 197 kalori pada bagian round; 257 kalori pada bagian chuck; 401 kalori pada bagian rib; 303 kalori pada bagian rump; dan 313 kalori pada bagian sirloin (Price dan Schweigert, 1971).

Jeroan Sapi

(18)

enak atau khas dan masih memiliki kandungan gizi tinggi disamping harganya yang terjangkau. Menurut Kiernat et al. (1964) bahwa kandungan nutrisi yang terkandung dalam hati dan paru-paru dalam 100 g dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Jeroan Daging Sapi

Sumber : Kiernat et al. , 1964

Lipida dan Kolesterol

Lemak adalah sekelompok senyawa organik yang terdiri atas elemen-elemen yang sama dengan karbohidrat, yaitu karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) tetapi jumlahnya berbeda. Lemak terdiri atas asam lemak dan gliserol (gliserin). Asam lemak dibagi menjadi dua golongan, yaitu asam lemak tak jenuh yang harus didatangkan dari luar tubuh, dan asam lemak jenuh yang merupakan senyawa lemak yang dapat disenyawakan sendiri dalam tubuh (Soehardi, 2004). Lemak sebagai bahan-bahan yang dapat larut dalam eter, kloroform, tetapi tidak larut dalam air. Lemak merupakan ikatan gliserol yang bersifat trihidrik dengan asam-asam lemak yang bersifat monobasik, sehingga pada hidrolisa lemak terpecah menjadi tiga buah molekul asam lemak dan satu molekul gliserol (Nicholl, 1976).

Ada tiga bentuk lemak utama yang didapatkan dalam diet manusia dan hewan, yaitu: (1) gliserida, terutama trigliserida (triasilgliserol); (2) fosfolipida, dan (3) sterol. Struktur lipida ditandai dengan relatif kurang mengandung oksigen. Lemak hampir semua terdiri dari karbon (C) dan hidrogen (H) yang dapat menyebabkan hidrofobik dan hampir semuanya tidak dapat bergabung dengan air (Linder, 1992).

Trigliserida

Definisi trigliserida menurut Soehardi (2004) adalah lemak netral suatu ester gliserol yang terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka dinamakan monogliserida. Fungsi utama trigliserida adalah sebagai zat energi. Lemak disimpan di dalam tubuh dalam bentuk Bagian

Jeroan Sapi

Kandungan Gizi (%)

Protein Air Lipida Karbohidrat Kalori Abu

Hati 19,9 69,7 3,8 5,3 140 1,3

Paru-paru 18,5 77,2 3,7 0 107 1,0

(19)

trigliserida. Enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak serta melepasnya ke dalam pembuluh darah apabila sel membutuhkan energi. Trigliserida tidak hanya berasal dari lemak makanan (asam lemak jenuh dan tidak jenuh), tetapi juga berasal dari makanan yang mengandung karbohidrat (sederhana dan kompleks).

Lipida di dalam hati ada yang dioksidasi untuk menghasilkan energi dan ada yang disimpan untuk cadangan. Mekanisme penyerapan trigliserida dari makanan antara lain, senyawa trigliserida dalam makanan dicerna oleh enzim lipase usus dan selanjutnya kembali diesterifikasi oleh cairan mukosa usus (Hawab et al., 1989). Selama absorbsi lemak, trigliserida yang ada dalam epitel usus akan diekskresikan ke organ limfa dalam bentuk kilomikron dan dalam bentuk inilah lemak ditransfer ke jaringan-jaringan di seluruh tubuh (Azain, 2004). Butiran lemak yang disebut kilomikron tersebut masuk ke dalam darah melalui sistem limfatik. Kilomikron memiliki diameter 0.1-1µm dan terdiri atas beberapa jenis kolesterol, lipoprotein kulit, dan trigliserida sebagai komponen utama (Hawab et al., 1989).

Prawirokusumo (1994) menjelaskan bahwa lemak atau lipida disimpan di dalam tubuh dalam bentuk trigliserida, yang dikenal sebagai proses lipogenesis (deposisi lemak) yang terjadi akibat masukan energi melebihi keluaran energi. Proses lipogenesis mendeposisikan lemak di dalam tubuh dalam bentuk trigliserida yang merupakan hasil sintesa dari asam-asam lemak dan gliserol yang dibantu dengan hormon insulin (Prawirokusumo, 1994). Selain lemak, kandungan karbohidrat juga merupakan bahan untuk terjadinya lipogenesis yang menghasilkan asam-asam lemak dan gliserol (Pilliang dan Djojosoebagio, 1990). Pendapat serupa dinyatakan Soehardi (2004) bahwa trigliserida tidak hanya berasal dari lemak makanan (asam lemak jenuh dan tidak jenuh), tetapi juga berasal dari makanan yang mengandung karbohidrat (sederhana dan kompleks).

(20)

dan masuk ke saluran darah, dan setelah sampai di jaringan lemak atau otot akan diubah menjadi trigliserida sebagai cadangan energi.

Kolesterol

Kolesterol adalah senyawa (zat) kimia yang tergolong dalam kelompok pelarut organik (compound organic) yang dikenal sebagai lipida yang tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam eter dan pelarut organik (solvent organic) lainnya. Kolesterol berfungsi sebagai bahan baku pembentuk hormon steroid yang menjadi bagian dari mekanisme pertahanan tubuh melawan infeksi yang dibutuhkan untuk memproduksi hormon korteks adrenal, hormon seks pada pria dan wanita, hormon kelenjar anak ginjal dan untuk memproduksi garam empedu. Kolesterol dalam tubuh berikatan dengan sejenis protein membentuk lipoprotein. Lipoprotein ini terbagi menjadi low density lipoprotein (LDL) dan high density lipoprotein (HDL) (Soehardi, 2004). Kolesterol seperti yang ditambahkan Mayers (1996) merupakan kelompok steroid, suatu zat yang termasuk golongan lipida dengan rumus molekul C27H45OH dan dapat dinyatakan sebagai 3 hidroksi-5,6 kolesten. Hal ini karena kolesterol mempunyai satu gugus hidroksil pada atom C3 dan ikatan rangkap pada C5 dan C6 serta percabangan pada C10, C13 dan C17. Struktur kimia kolesterol dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Kimia Kolesterol Sumber: Mayes, 1996

Kolesterol menurut Jae (2003) merupakan salah satu komponen lemak. Lemak merupakan salah satu zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh kita disamping zat gizi lain seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Lemak merupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi. Lemak disamping sebagai salah satu sumber energi, sebenarnya atau khususnya kolesterol

(21)

memang merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita terutama untuk membentuk dinding sel-sel dalam tubuh.

Lipoprotein

Lipoprotein darah terdiri atas beberapa fraksi yaitu kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL), intermediate density lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL). Ikatan lipoprotein tersebut yang paling perlu diketahui adalah LDL atau lipoprotein densitas rendah dan HDL atau lipoprotein densitas tinggi. Kedua jenis LDL dan HDL mempunyai fungsi yang berlawanan. Jenis LDL bersifat efek aterogenik dan disebut juga dengan kolesterol jahat karena mudah melekat pada pembuluh darah dan menyebabkan penumpukan lemak yang lambat laun akan mengeras (membentuk flak) dan menyumbat pembuluh darah yang disebut dengan aterosklerosis (penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri). Proses aterosklerosis yang terjadi di pembuluh darah jantung dapat memicu terjadinya jantung koroner, apabila terjadi di pembuluh darah otak dapat menyebabkan terjadinya stroke. Jenis HDL disebut juga dengan kolesterol baik karena mempunyai efek antiaterogenik yaitu mengangkut kolesterol bebas dari pembuluh darah dan jaringan lain menuju hati selanjutnya dikeluarkan lewat empedu (Assmann et al., 2004).

Kilomikron. Disintesis dalam mukosa usus, terutama mengandung trigliserida, dan kurang lebih 98% dari berat keringnya berupa lipida. Kilomikron berfungsi utama dalam pengangkutan lemak diet ke dalam tubuh. Selain itu, mengangkut pula kolesterol yang sebelumnya diubah menjadi ester kolesterol sebelum bergabung dengan kilomikron (Montgomery et al., 1993).

(22)

Intermediate Density lipoprotein (IDL). Lipoprotein berkepadatan sedang terbentuk

dalam plasma selama terjadi perubahan VLDL menjadi LDL. Memiliki dua fungsi utama, yaitu mengeluarkan kelebihan asam lemak dari hati dan mengambil ester kolesterol yang telah terbentuk dalam plasma(Montgomery et al., 1993).

High Density Lipoprotein (HDL). Kolesterol lipoprotein densitas tinggi (k-HDL, high density lipoprotein) dibagi menjadi tiga, yaitu HDL1, HDL2 dan HDL3. Kolesterol lipoprotein densitas tinggi (k-HDL, high density lipoprotein) HDL1 didapatkan pada hewan dan manusia yang mengkonsumsi diet tinggi kolesterol dan pernah dihubungkan dengan induksi atherosklerosis. Komponen HDL adalah 13% kolesterol, kurang dari 5% trigliserida dan 50% protein. Kadar HDL kira-kira sama antara laki-laki dan perempuan sampai pubertas, kemudian menurun pada laki-laki sampai 20% lebih rendah daripada kadar pada perempuan. Individu dengan nilai lipida yang normal, kadar HDL-nya relatif menetap sesudah dewasa (kira-kira 45 mg/dl pada pria dan 54 mg/dl pada wanita) (Suyatna dan Handoko, 2002).

Low Density Lipoprotein (LDL). Lipoprotein densitas rendah (LDL, low density lipoprotein) merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia (70% total). Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10% dan 50% kolesterol (Suyatna dan Handoko, 2002).

Metabolit very low density lipoprotein (VLDL), fungsinya membawa kolesterol ke jaringan perifer (untuk mensintesis membran plasma dan hormon steroid). Kadar LDL plasma tergantung dari banyaknya faktor termasuk kolesterol dalam makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan VLDL. Kolesterol LDL adalah komponen normal plasma dalam keadaan puasa. Plasma mengandung LDL kadar tinggi tetap jernih setelah proses pendinginan karena LDL berukuran relatif kecil (Suyatna dan Handoko, 2002).

Peranan High Density Lipoprotein (HDL) dan Low Density Lipoprotein (LDL) terhadap Kolesterol Darah

Lipoprotein jenis LDL dan HDL memiliki fungsi yang berlawanan (Montgomery et al., 1993). Low density lipoprotein (LDL) bersifat efek atherogenik disebut juga dengan kolesterol jahat karena mudah melekat pada pembuluh darah dan menyebabkan penumpukan lemak yang lambat laun mengeras (membentuk plaque)

(23)

dan menyumbat pembuluh darah yang disebut dengan atherosklerosis (penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri). Proses atherosklerosis yang terjadi di pembuluh darah jantung dapat memicu terjadinya penyakit jantung koroner. Penyumbatan pembuluh darah pada otak dapat menyebabkan terjadinya gejala stroke. Dorfman et al. (2004) menyebutkan, bahwa peningkatan konsentrasi plasma HDL dapat melindungi dinding arteri terhadap pengembangan flak atherosklerotik, yang difasilitasi oleh mekanisme balik transpor kolesterol, dalam mengeluarkan kolesterol pada jaringan periferal menuju hati. Fungsi HDL inilah yang mengasumsikan bahwa HDL disebut juga dengan kolesterol baik karena memiliki efek antiatherogenik yaitu mengangkut kolesterol bebas dari pembuluh darah dan jaringan lain menuju hati kemudian organ hati mengekskresikannya melalui empedu.

Gambar potongan melintang dari arteri serta pembentukan plaque di dalamnya dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar tersebut menjelaskan aliran darah normal serta aliran darah yang terhambat akibat pembentukan plague pada arteri.

Gambar 2. Pembentukan Plaque pada Arteri

Sumber: National Heart Lung and Blood Institute, 2006

Atherosklerosis dan Proses Pembentukannya

(24)

arteri, yang menonjol ke arah lumen dan menyebabkan pengurangan aliran darah dan elastisitas pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya occlusive thrombi (pembekuan) dan dapat menyebabkan infark miokardium dan stroke. Plaque yang kurang menonjol dan kompleks juga ada yang disebut dengan fatty stearaks; terdiri dari proliferasi sel-sel urat daging licin bersama dengan berbagai level lipida intraseluler dan ekstraseluler (Gambar 3-bagian A). Serat-serat jaringan pengikat dalam fibrous plaque, selanjutnya membentuk semacam tutup atau topi di atas lipida ekstraseluler bagian dalam dan puing seluler, membentuk peninggian dan selanjutnya mengganggu lumen (Gambar 3-bagian B). Umumnya, ada hubungan antara umur rata-rata dan terbentuk atau ditemukannya berbagai plaque yang dimulai dangan garis-garis lemak (hanya ditemukan pada anak-anak) yang berkembang ke darah atau menjadi fibrous flaque (sudah dapat ditemukan pada anak-anak remaja) sampai pembentukan compleks raised plaque (Gambar 3-bagian B) sampai terjadinya aterosklerosis dan pecahnya pembuluh darah (Gambar 3-bagian C).

A B C

Gambar 3. Tahapan Pembentukan Atherosklerosis Sumber: Packard dan Libby, 2008

Hasil-hasil utama metabolik kolesterol sebagian besar berupa asam-asam empedu. Ditinjau dari segi kuantitatif, Montgomery et al. (1993) menyebutkan, bahwa produksi asam empedu merupakan jalur katabolik kolesterol paling penting. Perubahan sinambung kolesterol menjadi asam empedu dalam hati mencegah tubuh terlalu dibebani dengan kolesterol. Pengumpulan kolesterol yang berlebih akan merugikan, karena kolesterol tidak dapat dirusak oleh oksidasi menjadi CO2 dan air. Hal ini disebabkan karena jaringan mamalia tidak memiliki enzim yang mampu mengkatabolis inti steroid. Mekanisme pengaturan kolesterol yang tidak berfungsi ini menyebabkan penyakit patologis, yaitu artherosklerosis yang melibatkan pengumpulan kolesterol pada dinding arteri. Fungsi utama kolesterol juga merupakan bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid. Kolesterol dalam tubuh berlebih akan tertimbun di dalam dinding pembuluh darah dan menimbulkan suatu kondisi

(25)

yang disebut aterosklerosis, yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi ini merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung dan stroke. Kolesterol yang kita butuhkan tersebut, secara normal diproduksi sendiri oleh tubuh dalam jumlah yang tepat. Kholesterol tersebut bisa meningkat jumlahnya karena makanan eksternal yang berasal dari lemak hewani, telur dan yang disebut sebagai makanan sisa (junkfood) (Soehardi, 2004). Perbandingan kadar kalori, lemak, dan kolesterol pada daging sapi dengan daging ternak lainnya dalam 100 g bahan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan Kadar Kalori, Lemak dan Kolesterol Daging Sapi dengan Daging Ternak lainnya dalam 100 g Bahan

Nama Daging Kalori (kal.) Lemak (mg) Lemak Jenuh (mg) Kolesterol (mg)

Daging Sapi 207 14,0 5,1 70

Daging Kerbau 84 0,5 * *

Daging

Kambing 154 9,2 3,6 70

Daging Domba 206 14,8 * *

Daging Babi 376 35,0 11,3 70

Daging Ayam 302 25,0 0,9 60

Keterangan: *( tidak ada data)

Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2001

(26)

Penyakit Degeneratif

Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang diakibatkan oleh penurunan kondisi metabolisme tubuh karena faktor pertambahan usia (umur). Penyakit degeneratif timbul karena faktor usia, tidak bisa disembuhkan namun dapat dikendalikan. Penyakit degeneratif disebut juga dengan penyakit yang mengiringi proses penuaan, seperti penyakit jantung koroner, stroke, atherosklerosis dan pembuluh darah. Menjaga kesehatan tubuh merupakan salah satu cara untuk untuk mencegah penyakit degeneratif, yaitu melalui gaya hidup sehat. Diagnosis dini mungkin merupakan cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui resiko penyakit degeneratif yang timbul, sehingga dapat dicegah dengan mengubah pola makanan dan gaya hidup. Diagnosis secara dini disisi lain merupakan satu-satunya cara untuk mengendalikan penyakit kronik yang sangat mahal dan fatal (Rugmono, 2007).

Transport Lemak

Lemak dalam darah sebagaimana yang dijelaskan oleh Poedjiadi (1994) merupakan lemak yang diangkut dalam tiga bentuk yaitu kilomikron, partikel lipoprotein yang sangat kecil, dan bentuk asam lemak yang terikat dalam albumin. Kilomikron menyebabkan darah tampak keruh, terdiri atas lemak 81-82 %, protein 2%, fosfolipid 7% dan kolesterol 9%. Kekeruhan akan hilang dan darah menjadi jernih kembali karena terjadinya proses hidrolisis lemak oleh enzim lipoprotein lipase. Lipoprotein lipase sebagian besar terdapat pada jaringan dan dalam jumlah banyak pada jaringan adipose dan otot jantung. Lemak yang diabsorpsi diangkut ke hati kemudian lemak diubah menjadi fosfolipid yang kemudian diangkut ke organ-organ maupun jaringan-jaringan tubuh. Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara, yaitu jalur eksogen dan jalur endogen (Smaolin dan Grosvenor, 1997).

Jalur Eksogen

Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas dalam bentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut kilomikron. Trigliserida dalam kilomikron di bawa ke dalam aliran darah dan mengalami penguraian oleh enzim lipoprotein lipase, sehingga terbentuk asam lemak bebas dan kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan menembus jaringan lemak atau sel otot untuk diubah kembali menjadi trigliserida sebagai cadangan energi (Smaolin dan Grosvenor,1997).

(27)

Kilomikron remnan akan dimetabolisme dalam hati sehingga menghasilkan kolesterol bebas. Kolesterol yang mencapai organ hati sebagian diubah menjadi asam empedu, yang akan dikeluarkan melalui usus yang berfungsi seperti detergen dan membantu proses penyerapan lemak dari makanan. Ditambahkan lagi oleh Smaolin dan Grosvenor, 1997), bahwa kolesterol sebagian lagi dikeluarkan melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme menjadi asam empedu kemudian organ hati akan mendistribusikan kolesterol ke jaringan tubuh lainnya melalui jalur endogen.

Jalur Endogen

Trigliserida dibawa melalui aliran darah dalam bentuk very low density lipoprotein (VLDL), yang kemudian akan dimetabolisme oleh enzim lipoprotein lipase menjadi intermediate density lipoprotein (IDL). Pembentukan trigliserida dalam hati akan meningkat apabila makanan sehari-hari mengandung karbohidrat yang berlebihan. Hati mengubah karbohidrat menjadi asam lemak, kemudian membentuk trigliserida. Intermediate density lipoprotein (IDL) melalui beberapa tahap proses akan berubah menjadi low density lipoprotein (LDL) yang kaya akan kolesterol. Kira-kira ¾ dari kolesterol total dalam plasma normal manusia mengandung partikel LDL, yang mana LDL ini berfungsi menghantarkan kolesterol ke dalam tubuh. Kolesterol yang tidak diperlukan akan dilepaskan ke dalam darah, di mana pertama-tama akan berikatan dengan high density lipoprotein (HDL). Aktivitas HDL juga membuang kelebihan kolesterol dari dalam tubuh (Smaolin dan Grosvenor, 1997).

Kadar Kolesterol Otot

(28)

bulan). Kandungan kolesterol terdapat pada Tabel 5 menunjukkan dalam daging lean dan offal dalam 100 g.

Tabel 4. Kadar Kolesterol Otot dari Musculus longissimi thoracis et lumborum

Bangsa Ternak Anak (3-4 bulan) Muda (sekitar 12 bulan) --- mg / 100 g ---

Sapi Bali 1) - 97,87

Kerbau 1) - 98,69

Sapi PO 1) - 92,81

Domba 2) 121,60 92,87

Kambing 2) 118,50 109,48

Keterangan: 1. Komariah, 1997 2. Sakuntal, 1987

Tabel 5. Kandungan Kolesterol dalam Daging Lean dan Offal

Sumber Kolesterol (mg/100 g)

Daging Sapi 59

Daging Domba 79

Daging Babi 69

Ginjal Sapi 400

Ginjal Domba 400

Ginjal Babi 410

Hati Sapi 270

Hati Domba 430

Hati Babi 260

Sumber: Paul dan Squthgate, 1978

Kandungan kolesterol dalam daging lean dan offal (Tabel 5), kandungan kolesterol daging sapi tidak berbeda jauh dengan kolesterol daging kambing, domba, dan babi. Kolesterol yang terdapat pada daging ayam lebih rendah dibandingkan dengan beberapa produk susu dan hasil olahan daging ayam serta makanan asal laut. Daging sapi mengandung kolesterol sebanyak 59 mg persen, ikan dan domba adalah 70 mg persen sedangkan untuk daging kambing 76 mg persen. Kandungan kolesterol daging babi dan ayam adalah 60 mg persen. Hal ini memperlihatkan, bahwa

(29)

kandungan kolesterol setiap otot Musculus longissimi thoracis et lumborum setiap ekor ternak hampir seimbang.

Indeks Atherogenik

Nilai indeks atherogenik ini sangat tergantung dengan kadar HDL. Indeks atherogenik merupakan indikator untuk mengetahui resiko atherosklerosis yang menjadi penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah. Kadar HDL yang semakin tinggi menyebabkan indeks atherogenik semakin rendah sehingga resiko terjadinya atherosklerosis juga semakin kecil. Nilai indeks atherogenik ideal untuk laki-laki adalah di bawah 4,5 dan untuk wanita di bawah 4,0 (Sihombing, 2003).

Tikus sebagai Hewan Percobaan

Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) taksonomi tikus putih diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Klas : Mamalia Sub Klas : Theria Ordo : Rodentia Sub Ordo : Myomorpha Famili : Muridea Sub Famili : Murinae Genus : Rattus

Species : Rattus novergicus

Tikus yang sering digunakan dalam penelitian adalah jenis tikus putih Rattus norvegicus yang berjenis kelamin jantan. Tikus dapat tinggal sendirian dalam kandang, asal dapat mendengar dan melihat tikus lain dan jika dipegang dengan cara yang benar tikus-tikus ini tenang dan mudah ditangani di laboratorium (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

(30)

(4) tidak pernah berhenti tumbuh, walaupun kecepatan pertumbuhannya akan menurun setelah berumur 100 hari (Muchtadi, 1989).

Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) faktor yang mempengaruhi kemampuan tikus mencapai potensi genetik untuk tumbuh, berkembangbiak serta aktifitas hidup sehari-hari adalah kualitas makanan. Makanan tikus tidak berbeda seperti hewan percobaan lainnya yang membutuhkan protein, lemak, energi dan mineral. Makanan yang dikonsumsi tikus perhari setiap ekor berkisar 12-20 g dan konsumsi minum 20-45 ml air. Makanan yang disediakan harus sesuai dengan kebutuhan tikus agar dapat memenuhi nutrisi sesuai kebutuhan tikus.

Respon Fisiologis

[image:30.612.109.513.417.678.2]

Respon fisiologis merupakan perpaduan setiap fungsi dari semua sel dan organ tubuh dalam kesatuan fungsional (Cunningham, 1997). Pengaturan yang terjadi dapat melalui perubahan irama denyut jantung, laju pernafasan maupun suhu tubuh. Peubah respon fisiologis yang meliputi laju pernafasan, denyut jantung, dan suhu tubuh, merupakan suatu parameter fisiologis yang dapat mendukung terciptanya sistem kerja homeostasis yang stabil karena adanya pengaruh lingkungan. Data fisiologis tikus percobaan yang direkomendasikan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 6. Data Fisiologis Tikus Percobaan yang Direkomendasikan

Kriteria Penilaian Nilai

Denyut Jantung

Tekanan Darah Suhu Tubuh Kolesterol Serum Lemak Serum Trigliserida Berat Dewasa Berat Lahir

330-480/menit, turun menjadi 250 dengan anestesi dan naik menjadi 550 dalam stress

90-180 sistol, 60-145 diastol 36-39 oC (rata- rata 37,5oC) 10-54 mg/100ml

70-415 mg/dl 26-145 mg/dl

300-400 g jantan, 250-300 g betina 5-6 g

Sumber: 1. Smith dan Mangkoewidjojo, 1988 2. Malole dan Pramono, 1989

(31)

Sistem Homeostatis

Hewan mamalia yang berdarah panas (homeotermik) dibekali oleh sistem homeostasis yang berfungsi untuk mengendalikan diri sehingga tercapai keseimbangan internal tubuh, baik yang berasal dari lingkungan luar maupun yang berasal dari dalam tubuh (Guyton dan Hall, 1997). Ditambahkan lagi oleh Guyton dan Hall (1997), bahwa sistem homeostasis merupakan suatu sistem pengendalian diri sehingga tercapai keseimbangan di dalam tubuh. Hal ini dapat dijadikan suatu ukuran dalam mempelajari gejala penyakit jantung dan pembuluh darah yang timbul akibat mengkonsumsi bahan pangan. Daging sapi ditambah jeroan merupakan bahan pangan hasil ternak yang dapat mempengaruhi nilai respon fisiologis pengkonsumsinya akibat adanya komponen lemak yang mempengaruhi aktivitas hormon-hormon yang berbahan dasar lemak seperti hormon steroid sehingga dapat memicu paningkatan pompa aliran darah ke seluruh bagian tubuh. Parameter fisiologis mendukung terciptanya sistem homeostasis, yang nilainya meliputi sistem kardiovaskuler, sistem pernafasan dan suhu tubuh.

Laju Pernafasan

Istilah pernafasan yang lazim digunakan mencakup dua proses, yaitu pernafasan luar (eksternal), yaitu penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secara keseluruhan serta pernafasan dalam (internal), yaitu penggunaan O2 dan pembentukan CO2 oleh sel-sel serta pertukaran gas antara sel-sel tubuh dengan media cair sekitarnya (Ganong, 1999). Respirasi atau pernafasan merupakan proses memasukkan O2 ke jaringan tubuh untuk proses metabolisme dan mengeluarkan CO2 hasil dari metabolisme.

Denyut Jantung

(32)

Suhu Tubuh

Suhu tubuh merupakan salah satu kriteria dari penilaian respon fisiologis. Suhu tubuh merupakan suhu jaringan tubuh bagian dalam yang bernilai konstan saat pengukuran dan merupakan energi yang dimetabolisme dari makanan yang masuk atau dari senyawa yang ada dalam tubuh (Ganong, 1999).

Pengambilan Sampel Darah Tikus

Tikus merupakan salah satu hewan percobaan yang sering digunakan dalam sebuah percobaan di laboratorium. Penelitian yang menggunakan analisis sampel komponen darah perlu mengetahui teknik pengambilan darah dari hewan percobaan. Teknik pengambilan sampel darah menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : memotong ujung ekor (cara ini tidak baik untuk pengambilan darah berulang), dari vena lateralis ekor (cara ini lebih mudah dilakukan pada tikus daripada mencit), cara memperoleh darah dari sinus orbitalis (jarang dipakai dan perlu anestesi), cara pengambilan dari jantung tikus, cara dekapitasi, dan cara pengambilan darah dari vena saphena atau vena jugularis tidak lazim dipakai.

Plasma dan Serum Darah

Unsur seluler darah-darah putih, sel darah merah dan trombosit tersuspensi dalam plasma. Volume darah normal total yang beredar sekitar 8% dsri berat badan seseorang atau sekitar 5600 ml pada orang dengan berat badan 70 kg, yang mencakup 55% komposisinya adalah plasma darah. Bagian cair darah disebut dengan plasma darah. Plasma darah adalah suatu larutan yang yang mengandung komposisi kimia yang lengkap mengandung ion, molekul anorganik dan molekul organik dalam jumlah yang sangat banyak saat disirkulasikan dalam tubuh atau memiliki fungsi sebagai transport zat-zat lainnya dalam tubuh. Volume plasma normal adalah 5% berat badan. Plasma yang berada dalam suhu ruang akan cepat membeku dan akan tetap dalam kondisi cair bila ditambahkan dengan antikoagulan. Darah yang dibiarkan membeku dan sisa bekuan dipisahkan, maka cairan yang tertinggal disebut dengan serum darah. Serum komposisi kimianya hampir sama dengan plasma darah, kecuali fibrinogen dan faktor-faktor pembekuannya (trotrombin, proalelarin, faktor labil, globulin, aselarator, prokonvertin, dan SPCA)

(33)

bila telah dipisahkan, maka serum mengandung lebih tinggi serotonin karena adanya pemecahan trombosit selama pembekuan (Ganong, 1979).

Bumbu Gulai

Bumbu masakan (seasonings) menurut Farrel (1990) merupakan campuran yang terdiri atas satu atau beberapa spices (rempah-rempah) yang ditambahkan pada makanan pada saat pengolahan atau penyiapan, yang berfungsi untuk meningkatkan flavor alami dari makanan, sehingga dapat meningkatkan derajat penerimaan konsumen. Formula bumbu menurut Palupi (1995) dilakukan dengan mencampurkan dua macam atau lebih rempah-rempah, baik berdasarkan resep yang telah banyak dikenal maupun berdasarkan penemuan-penemuan baru secara organoleptis dapat diterima oleh konsumen. Bumbu gulai yang digunakan dalam proses pembuatan gulai adalah garam, bumbu masakan siap saji dan santan kelapa.

Garam

Garam merupakan bumbu yang sering digunakan dalam masakan, umumnya berfungsi sebagai penyedap rasa dan meningkatkan flavor. Garam juga berfungsi sebagai penghambat selektif bagi mikroba pencemar non halofilik (Buckle et al., 1987). Konsentrasi tinggi, garam dapat menurunkan aktivitas air bahan, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Kenaikan asupan garam dalam tubuh berperan dalam meningkatkan tekanan arteri karena garam tidak mudah diekskresikan oleh ginjal (Guyton dan Hall, 1997).

Bumbu Masakan Siap Saji

Bumbu masakan menurut Rokayah (2001) merupakan bumbu masakan (seasoning) yang terdiri atas satu atau lebih rempah-rempah (spices) yang ditambahkan pada makanan pada saat pengolahan atau penyiapan yang berfungsi untuk meningkatkan flavor alami makanan, sehingga dapat meningkatkan derajat penerimaan konsumen. Formula bumbu yang digunakan dengan cara mencampurkan dua macam atau lebih rempah-rempah, baik berdasarkan resep yang telah banyak dikenal maupun berdasarkan penemuan-penemuan baru secara organoleptis dapat diterima oleh para konsumen.

(34)

tersebut harus diperhatikan untuk menghindari hilangnya zat-zat penting dari bahan segar (Hambali et al., 2005).

Santan Kelapa

Santan kelapa (coconut milk) merupakan hasil olahan sari daging kelapa. Santan kelapa (coconut milk) yang dibuat dengan cara mengekstrak parutan kelapa sehingga kandungan air serta lemak nabati yang terkandung di dalamnya akan terekstrak keluar (Winarno, 1992). Mutu santan yang diperoleh diengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis kelapa, tingkat ketuaan atau umur kelapa, ukuran partikel kelapa parut, suhu air untuk pengambilan santan, perbandingan air dan kelapa parut, serta tekanan yang digunakan pada waktu memeras santan (Hambali et al., 2005). Lemak nabati yang terkandung dalam santan kelapa mengandung fitosterol dan lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh, sehingga umumnya berbentuk cair (Winarno, 1992).

Kunyit

Kunyit (Curcuma Domestica Val.) merupakan tanaman obat dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Kunyit merupakan tumbuhan semak yang berumur musiman, tumbuh berumpun-rumpun, tingginya 50-150 cm, berbatang semu terdiri dari kumpulan kelopak atau pelepah daun yang berpautan. Daunnya lemas tidak berbulu, licin tanpa berbintik-bintik dan berwarna hijau muda (Darwis, 1991).

Kurkumin merupakan komponen utama dalam pigmen kunyit. Rumus molekulnya adalah C21H20O6 yang ditemukan oleh Silber dan Ciamician pada tahun 1897 yang kemudian disebut sebagai diferuloil metana oleh Molibedzka dan kawan-kawan pada tahun 1910 (Kloppenburg-Versteegh, 1988). Zat kurkumin yang dikandungnya mempunyai khasiat anti bakteri dan dapat merangsang dinding kantong empedu untuk mengeluarkan cairan empedu supaya kerja pencernaan lebih sempurna. Minyak atsiri yang terkandung dalam kunyit dapat mencegah keluarnya asam lambung yang berlebihan, dengan demikian dapat membantu menyembuhkan penyakit maag dan mengurangi kerja usus yang terlalu berat (Darwis, 1991).

(35)

Bawang Putih

Bawang putih telah lama digunakan sebagai salah satu bumbu masakan oleh masyarakat secara luas (baik masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia) karena aromanya yang khas. Penggunaan bawang putih akhir-akhir ini tidak hanya sebagai bahan penyedap rasa, akan tetapi digunakan juga sebagai salah satu bahan yang dapat memberikan efek kesehatan (Ardiansyah, 2006).

Bumbu dengan penambahan Allium sativum (bawang putih) dapat dimanfaatkan untuk mencegah atherosklerosis dengan menurunkan kadar kolesterol darah (Gunawan, 1988). Bawang putih mempunyai zat antioksidan yang dapat mengikat radikal bebas. Bawang putih juga mengandung senyawa allicin. Senyawa tersebut bereaksi dengan darah merah menghasilkan sulfida hidrogen yang meregangkan saluran darah dan membuat darah mudah mengalir (Gunawan, 1988).

Bawang Merah

(36)

METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor sebagai tempat perlakuan dan pemeliharaan hewan percobaan; analisis proksimat dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor; dan analisis profil lemak darah dan kolesterol hewan percobaan dilakukan di Laboratorium Klinik Prodia Bogor Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu dari bulan Nopember 2007 sampai Januari 2008.

Materi Produk Olahan Daging

Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan gulai daging sapi adalah daging sapi berlemak dan jeroan (paru, hati, limpa, usus) yang berasal dari sapi jenis brahman cross berumur 3 tahun. Daging yang digunakan terdiri atas daging bagian paha belakang bagian knuckle sebanyak 5 kg dan jeroan sebanyak 2,5 kg. Bahan tambahan lain yang diperlukan dalam pembuatan gulai diantaranya yaitu air, bumbu gulai instan (non santan) merk Bamboe dan santan kelapa instan Sun Kara. Alat yang digunakan dalam pembuatan produk olahan daging yaitu diantaranya timbangan digital, pisau, talenan dan peralatan memasak.

Percobaan in Vivo dan Analisis Darah Tikus

(37)

tempat minum dari botol gelas sirop. Alat lain yang digunakan selama pemeliharaan adalah termometer digital yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh tikus, timbangan digital untuk mengukur bobot badan tikus, stop watch, serta alat pendukung lingkungan pemeliharaan seperti RH meter digital dan alat pengatur kelembaban ruangan merk Daisap Swallow. Kandang pemeliharaan dibersihkan setiap hari dan dilakukan penggantian sekam setiap seminggu sekali, namun bila sekam cepat kotor, maka dilakukan penggantian hari itu juga. Alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah antara lain syringe 2,5 ml, vacuum tainer 10 ml yang telah mengandung antikoagulan lithium heparin, toples kaca sebagai tempat pemingsanan hewan percobaan, termos es, dan bahan anestesi. Analisis darah menggunakan Alat yang digunakan untuk analisis darah yaitu automated clinical analyzer TRX – 7010 Version 1.70.

Prosedur

Penelitian profil lemak, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus wistar yang diberi ransum mengandung gulai daging sapi dan jeroan ini dibagi ke dalam lima tahap. Kelima tahap tersebut dilakukan secara dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.

Pemotongan daging dan jeroan daging sapi + pembuatan produk olahan daging (gulai daging sapi dan jeroan)

Analisis komposisi kimia (analisis proksimat dan analisis kadar kolesterol) gulai daging sapi dan jeroan

Penyusunan ransum mengandung gulai daging sapi dan jeroan

Percobaan ransum perlakuan secara in vivo dan pengamatan respon fisiologis tikus percobaan selama masa perlakuan

Pengambilan sampel darah, pengujian kadar kolesterol, trigliserida, kolesterol HDL, dan kolesterol LDL serta indeks atherogenik

(38)

Proses pengolahan tahap pertama ( Gambar 4), yaitu pengolahan daging sapi menjadi gulai daging sapi dan jeroan. Tahap kedua menganalisis komposisi kimia gulai daging sapi melalui metode analisis proksimat serta analisis kadar kolesterol total olahan gulai daging sapi dan jeroan. Tahap ketiga meliputi penyusunan ransum berdasarkan data analisis proksimat gulai daging sapi dan jeroan sebagai sumber protein. Tahap keempat yaitu pengujian secara in vivo ransum yang mengandung gulai daging sapi dan jeroan terhadap tikus sebagai hewan percobaan serta pengamatan respon fisiologis selama masa perlakuan meliputi laju pernafasan, denyut jantung dan suhu tubuh. Tahap kelima yaitu dilakukan pengambilan sampel darah yang dilanjutkan dengan pengujian kadar kolesterol total, kolesterol HDL, trigliserida, dan kolesterol LDL.

Pembuatan Gulai Daging Sapi dan Jeroan

Gulai daging sapi berlemak dan jeroan dipotong sebesar ibu jari, selanjutnya dimasukkan ke dalam panci berisi air mendidih, kemudian direbus di atas kompor hingga volume air menjadi 2/3 bagian. Seluruh bumbu gulai instan dimasukkan bersama ½ bagian santan instan yang diencerkan dengan air hingga mendidih. Santan kental ½ bagian (tidak diencerkan) dimasukkan ke dalam adonan gulai dan dimasak hingga matang sambil diaduk, hingga volume air menjadi 1/8 volume awal. Proses pembuatan gulai daging sapi berlemak ditambah jeroan dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.

Daging sapi berlemak (bagian knuckle) + jeroan (paru, hati, limpa, usus)

dipotong-potong dan dibersihkan dibawah air mengalir

direbus dalam panci/wajan berisi air

volume air rebusan menjadi 2/3 bagian

mendidih

[image:38.612.102.507.494.658.2]

gulai daging sapi berlemak + jeroan (volume air menjadi 1/8 bagian)

Gambar 5. Tahapan Proses Pembuatan Gulai Daging Sapi dan Jeroan Bumbu gulai

instan dan ½

bagian santan

instan yang Santan

kental (½ bagian)

(39)

Penyusunan dan Pembuatan Ransum Hewan Percobaan

Tahap penyusunan dan pembuatan ransum hewan percobaan dapat dilihat pada Lampiran 17. Tahap ini dilakukan setelah komponen kimiawi gulai daging sapi hasil analisis proksimat diketahui. Penyusunan komposisi ransum kontrol maupun perlakuan disesuaikan dengan kebutuhan tikus percobaan berdasarkan kebutuhan harian (Lampiran 17). Komposisi ransum kontrol (ransum kasein sebagai sumber protein) dan ransum kontrol (gulai daging sapi dan jeroan) dapat diketahui setelah melalui analisis komposisi kimia (Lampiran 1). Kandungan nutrisi ransum masing-masing perlakuan yang mengacu pada komposisi bahan makanan (Lampiran 5) dari Departemen Kesehatan RI (2001). Tabel di bawah ini menjelaskan komposisi nutrisi harian tikus kontrol (Tabel 7) dan tikus perlakuan (Tabel 8) berdasarkan kebutuhan nutrisi yang harus terpenuhi dari setiap ekor tikus.

Tabel 7. Kandungan Nutrisi Ransum Kontrol Sumber Protein Kasein Bahan makanan Bahan Kering

(%)

Protein (%)

Lemak (%)

Gross Energy

Kasein 9 7,82 0,18 0,0027 kal

Minyak Nabati 7,77 - 7,77 70,0854 kal

Campuran Mineral 4,48 - - -

Selulosa 1 - - -

Pati Jagung 76,82 4,24 0,077 263,4926 kal

Vitamin 1 - - -

[image:39.612.107.508.345.496.2]

Jumlah 100 12,06 8.03 333,5807 kal

Tabel 8. Kandungan Nutrisi Ransum Perlakuan Sumber Protein Daging Sapi dan Jeroan

Bahan makanan Bahan Kering (%)

Protein (%)

Lemak (%)

Gross Energy

Daging sapi 26 11,91 8,69 53,82 kal

Minyak nabati 7,77 - 7,77 69,454 kal

Campuran mineral 4,48 - - -

Selulosa 1 - - -

Pati Jagung 59,75 0,18 - 204,9425 kal

Vitamin 1 - - -

(40)

Percobaan inVivo Ransum Perlakuan

Tikus sebelum pemberian perlakuan diaklimatisasikan terlebih dahulu yaitu diberi waktu untuk beradaptasi selama 5 hari untuk membiasakan tikus pada lingkungan laboratorium yang digunakan. Selama masa adaptasi, tikus diberi ransum kontrol (sumber protein kasein) dan konsumsi air minum disediakan ad libitum. Langkah selanjutnya adalah penimbangan bobot badan tikus tiap dua hari sekali dan konsumsi ransum setiap hari. Setelah masa adaptasi aklimatisasi diberikan ransum perlakuan selama 20 hari dan air minum juga diberikan ad libitum.

Pengambilan Sampel Darah

Tahap ini dilakukan setelah habis masa perlakuan, tikus percobaan kemudian dipuasakan selama satu hari dan dilakukan pengambilan sampel darah. Tikus sebelumnya dipingsankan dengan pemberian anestesi, kemudian pengambilan darah dilakukan dengan cara menyedot darah langsung dari jantung tikus menggunakan syringe 2,5 ml. Darah diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung vacuum tainer. kapasitas 10 ml yang sudah mengandung antikoagulan lithium heparin. Sampel darah yang telah terkumpul kemudian diletakkan dalam termos es.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan dua rancangan, yaitu rancangan acak lengkap (RAL) untuk peubah analisis darah yang meliputi kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL, dan kolesterol LDL dan indeks atherogenik. Rancangan kedua adalah rancangan acak lengkap dengan metode penarikan anak contoh (subsampling) untuk peubah respon fisiologis, yang meliputi laju pernafasan, denyut jantung dan suhu tubuh. Perlakuan yang diberikan yaitu pemberian ransum dengan sumber protein yang berbeda, antara kasein (kontrol) dan gulai daging sapi dan jeroan. Ulangan yang digunakan yaitu tikus percobaan sebanyak 7 ekor. Model matematika rancangan acak lengkap (RAL) tahap pertama, rancangannya adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1991) :

(41)

Yij = µ + i + ij Keterangan :

Yij = Perubahan respon ulangan ke-j karena pengaruh ransum perlakuan ke-i µ = Rataan umum

i = Pengaruh taraf perlakuan ransum ke-i

ij = Galat percobaan perlakuan ransum ke-i dan ulangan ke-j

Rancangan kedua yaitu menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan penarikan anak contoh (subsampling) untuk menganalisis data pengukuran respon fisiologis. Peubah yang diukur meliputi laju pernafasan, suhu tubuh, dan detak jantung tikus percobaan. Rancangan ini meliputi dua perlakuan yaitu perlakuan ransum kontrol (ransum kasein) dan ransum perlakuan (gulai daging sapi dan jeroan), dengan masing-masing perlakuan memiliki tujuh sampel tikus percobaan, dan delapan kali pengulangan (pengukuran respon fisiologis). Model matematikanya adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1991) :

Yijk = µ + τi + ij + ijk

Keterangan :

Yijk = Perubahan ulangan respon fisiologis ke-k dalam sampel tikus ke-j yang memperoleh perlakuan ransum ke-i

µ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan ransum ke-i

ij = Pengaruh galat sampel tikus ke-j yang memperoleh perlakuan ransum ke-i ijk = Pengaruh galat dari ulangan respon fisiologis ke-k dalam sampel tikus ke-j yang memperoleh perlakuan ransum ke-i

(42)

Peubah yang Diamati

Peubah yang diukur dalam penelitian ini terbagi atas tiga bagian, yaitu : (1) analisis kimia produk olahan daging, terdiri dari kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar abu, dan kadar kolesterol; (2) analisis profil lemak dan kolesterol darah, yang terdiri dari kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan indeks atherogenik; serta peubah (3) meliputi respon fisiologis, yaitu laju pernafasan denyut jantung, dan suhu tubuh.

Kadar Air

Penentuan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven (AOAC, 1984). Sebanyak 5 g sampel gulai daging sapi dan jeroan ditimbang dalam cawan logam yang berat keringnya telah diketahui sebelumnya. Cawan beserta isinya dipanaskan dalam oven dengan suhu 105ºC selama 12 jam. Sampel kemudian didinginkan hingga beratnya konstan. Kadar air dihitung dengan persamaan :

Berat cawan a (g) – Berat cawan b (g)

Kadar air % = X 100%

Berat cawan a (g)

Keterangan : (1) berat cawan a = berat cawan + sampel awal

(2) berat cawan b = berat cawan + sampel yang dikeringkan

Kadar Protein

Kadar protein diukur dengan menggunakan metode Kjeldahl (AOAC, 1984). Sampel gulai daging sapi ditambah jeroan sebanyak 0,3 g (X) dimasukkan ke dalam labu Kjehdal, kemudian ditambahkan katalis dan H2SO4 pekat 25 ml. Campuran dipanaskan di atas bunsen, kemudian didekstruksi hingga jernih dan berwarna hijau kekuningan. Labu dekstruksi didinginkan dan larutan dimasukkan dalam labu penyulingan serta diencerkan dengan 300 ml air yang bebas N, kemudian ditambah batu didih dan NaOH 33%. Labu penyuling dipasang dengan sangat cepat pada alat penyuling hingga 2/3 cairan dalam labu penyuling menguap dan ditangkap oleh larutan H2SO4 berindikator dalam labu Erlenmeyer. Kelebihan H2SO4 dalam labu Erlenmeyer dititar dengan NaOH 0,3 N (Z ml) sampai terjadi perubahan warna menjadi biru kehijauan lalu dibandingkan dengan titar blanko (Y ml). Kadar protein dihitung dengan rumus :

(43)

(Y-Z) x 0,014 x titar NaOH x 6,25

Kadar protein kasar = x 100%

X

Kadar Lemak

Kadar lemak ditentukan dengan metode Soxhlet (AOAC, 1984). Labu yang akan digunakan dikeringkan dalam oven, kemudian didinginkan dalam indikator dan ditimbang beratnya. Gulai daging sebanyak 5 g sapi ditambah jeroan dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi Soxhlet. Alat kondenser diletakkan di bawahnya. Pelarut heksana dimasukkan ke dalam labu lemak secukupnya. Pelarut lemak didestilasi dan ditampung kembali. Abu lemak yang berisi hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105ºC hingga beratnya konstan, dan didinginkan dalam desikator. Labu beserta lemaknya ditimbang, kadar lemak dapat dihitung dengan rumus :

Berat lemak (g)

Kadar lemak (% BB) = x 100%

Berat sampel (g)

Kadar Abu

Sampel gulai daging sapi sebanyak 5 g ditempatkan dalam cawan porselin yang telah diketahui beratnya, kemudian diangkat dan dipijarkan pada suhu 600ºC selama 4 jam, hingga beratnya konstan. Kadar abu dihitung dengan persamaan :

Berat abu (g)

Kadar abu (%BB) = x 100%

Berat sampel (g)

Kadar Kolesterol (Metode Lieberman – Buchards)

(44)

25 menit, kemudian dibaca absorbansinya pada 550 nm. Perhitungan kadar kolesterol dilakukan dengan rumus :

Absorbansi contoh

x konsentrasi standar Absorbansi standar

Kadar kolesterol (mg/dl) =

Bobot sampel

Pengamatan Respon Fisiologis

Pengamatan respon fiologis dilakukan setelah hewan percobaan makan atau pada waktu pagi hari. Peubah yang diamati dalam pengamatan respon fisiologis (Gambar 6), meliputi: laju pernafasan, detak jantung, dan suhu tubuh. Pengamatan laju pernafasan dan detak jantung dilakukan dengan menempelkan jari tangan masing-masing pada diafragma dan dada sebelah kiri. Suhu tubuh diukur dengan memasukkan termometer digital pada bagian rektal tikus, angka yang terlihat selanjutnya pada termometer menunjukkan suhu tubuh hewan percobaan.

(a) (b) (c) Keterangan : (a) Pengukuran Laju Pernafasan

(b) Pengukuran Detak Jantung (c) Pengukuran Suhu Tubuh

Gambar 6. Pengamatan Respon Fisiologis Tikus Percobaan

Analisis Profil Lemak dan Kolesterol Darah

Analisis kadar kolesterol, HDL, LDL dan trigliserida darah menggunakan alat automated clinical analyzer TRX-7010. Alat tersebut menganalisis sampel secara otomatis, data analisis akan keluar dalam data print out. Prinsip kerja alat ini yaitu dengan mencampurkan reagen dengan sampel lalu dibaca absorbansinya. Alat ini bekerja mulai dari persiapan sampai akhir perhitungan secara otomatis menggunakan

(45)

program komputer. Prinsip dasar analisis trigliserida, kolesterol, HDL dan LDL darah pada alat automated clinical analyzer TRX-7010 sama seperti yang dilakukan Sihombing (2003). Darah disentrifuse pada 3000 rpm selama 15 menit. Plasma yang terpisah dari serum diambil dengan menggunakan pipet dan dimasukkan kedalam tabung Evendorf lalu ditutup.

Kadar Kolesterol Total (Rodriguez et al., 2000). Metode pengukuran dilakukan dengan cholesterol oxidase phenol amino phenazone (CHOD-PAP). Sebanyak 10 µl sampel plasma darah dimasukkan ke dalam tabung dan ditambahkan 1 ml larutan reagen. Reagen yang digunakan berasal dari cholesterol assay kit, DiaLINE diagnostic systems. Larutan buffer pH 6.7, chloro-4-phenol 5 mmol/l, dan beberapa enzim yang terdiri atas cholesterol oxydase 50 U/l, peroxidase 3 kU/l, cholesterol esterase 200 U/l, dan 4-aminophenazone 0,3 mmol/l. Sebagai blanko juga digunakan 1,00 ml larutan reagen. Larutan campuran lalu divorteks, dan diinkubasi selama 20 menit (20-25 °C) atau 10 menit (37°C). Absorbansi larutan dibaca pada 546 nm. Penghitungan dilakukan melalui rumus dibawah ini:

Konsentrasi (mg/dl) = 900 × A sampel

Kadar Trigliserida (Rodriguez et al., 2000). Metode pengukuran dilakukan dengan enzymatic colorimetric test GPO-PAP. Sebanyak 10 µl sampel plasma dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan 1,00 ml larutan reagen, lalu divorteks. Reagen yang digunakan berasal dari triglycerides assay kit, DiaLINE diagnostic system. Reagen tersebut terdiri dari larutan glycerol phosphate oxidase(GPO), buffer Ph 7.2, 4-chlorophenol 4 mmol/l, enzim glycerol kinase (GK) 9,5 kU/l, peroxidase 2 kU/l, lipoprotein lipase 2 kU/l, dan 4-aminophenazone 0,5 mmol/l. Sebagia blanko digunakan 1,00 ml reagen. Larutan diinkubasi selama 20 menit (20-25 °C) atau 10 menit (37°C). Absorbansi larutan dibaca pada 546 nm. Penghitungan dilakukan melalui rumus dibawah ini:

Konsentrasi (mg/dl) = 1150 × A sampel

(46)

(sulfobutyl)-m-garam toluidine disodium) 0,5 mmol/l, cholesterol oxidase 1,0 IU/l, dan 4-aminoantipyrine 1,0 mmol/l. Sebagian blanko digunakan 1,00 ml reagen. Larutan diinkubasi selama 5 menit (37°C). Absorbansi larutan dibaca pada 600 nm.

Kadar Kolesterol LDL (Matsubara et al., 2002). Kadar kolesterol LDL (k-LDL) dihitung secara langsung menggunakan persamaan Friedwald :

k-LDL (mg/dl) = kolesterol total (mg/dl) – k-HDL (mg/dl) - trigliserida (mg/dl) 5

Indeks Atherogenik (Matsubara et al., 2002). Perhitungan indeks atherogenik (IA) dilakukan dengan menggunakan persamaan :

Indeks Aterogenik (IA) = (Kolesterol Total – Kolesterol HDL) / Kolesterol HDL

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

[image:47.612.1

Gambar

Tabel 1.  Perbandingan Asam Lemak Ternak Sapi dengan Ternak Lainnya
Gambar 2.  Pembentukan Plaque pada Arteri
Tabel 3. Tabel 3. Perbandingan Kadar Kalori, Lemak dan Kolesterol Daging Sapi
Tabel 5. Kandungan Kolesterol dalam Daging Lean dan Offal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif yang baik lebih sedikit dibandingkan dengan pemberian ASI eksklusif yang tidak baik, lebih dari

B bisnis outbound outing mulai kian

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang mengarah kepada parameter populasi berupa rekrutmen yang nantinya diharapkan dapat menjadi sumber informasi

Berdasarkan hasil observasi dan analisis yang dilakukan penulis selama 3 bulan dibagian Food And Beverage Product Department ,D’max Hotel And Convention Lombok

Pada kutipan kapatu di atas, penggunaan kata yang dipersesuaikan bunyinya tampak pada baris pertama, yaitu kata lao dan makalai menunjukkan adanya penyesuaian bunyi la. Kata

México se refieren a él simplemente como SEÑA, pero hacen la diferencia entre el lenguaje de signos usado en México y el lenguaje de signos usado en los Estados Unidos, refiriéndose

Aplikasi Pemesanan Makanan pada Restoran adalah suatu aplikasi yang berguna untuk mempermudah pelayan dalam mencatat pesanan setiap pelanggan yang akan memesan

Stunting yang telah tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth (kejar tumbuh) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, masalah stunting merupakan