• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Subsektor Perikanan terhadap Peningkatan Perekonomian Kota Bitung Periode 2000-2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi Subsektor Perikanan terhadap Peningkatan Perekonomian Kota Bitung Periode 2000-2007"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KOTA BITUNG

PERIODE 2000-2007

OLEH WINANTI APSARI

H14094012

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

   

RINGKASAN

WINANTI APSARI. Kontribusi Subsektor Perikanan terhadap Perkembangan Perekonomian Kota Bitung Periode 2000-2007. di bawah bimbingan SRI MULATSIH.

Kota Bitung sebagai kota satelit dari Kota Manado yang merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Utara, selama ini sering dijuluki Kota Cakalang, Kota Pelabuhan, serta Kota Industri. Julukan-julukan tersebut wajar karena Kota Bitung merupakan kota pelabuhan di Provinsi Sulawesi Utara, yang sekaligus merupakan penghasil ikan terbesar pemasok pemenuhan konsumsi ikan di provinsi Sulawesi Utara, dan sebagian lainnya diekspor dalam bentuk ikan beku, maupun ikan dalam kaleng. Di kota ini banyak dijumpai pabrik industri. Sekitar 70 persen aktivitas industri di Sulawesi Utara terkosentrasi di Kota Bitung, yang sebagian besarnya merupakan industri pengolahan ikan yang berorientasi ekspor.

Pelabuhan Bitung bahkan kini dalam pengembangan menjadi pelabuhan bertaraf internasional sebagai CCC (Cargo Consolidation Center) meliputi Pelabuhan Samedera, Pelabuhan Feri, Pelabuhan Perikanan dan Pelabuhan Peti Kemas. Sesuai julukan sebagai Kota Cakalang Bitung merupakan sentra produksi serta industri pengolahan ikan besar terutama Cakalang dan Tuna.

Tahun 2000 produksi perikanan laut mencapai 125.815,20 ton dengan nilai produksi Rp 408,56 milyar, dan produksi perikanan darat mencapat 71,4 ton dengan nilai produksi Rp. 775 juta. Pada tahun 2007 volume produksi mencapai 135.272,1 ton dengan nilai total produksi mencapi Rp 843,341 milyar, dan produksi perikanan darat mencapai 56 ton dengan nilai produksi Rp. 778,8 juta.

(3)

   

KONTRIBUSI SUBSEKTOR PERIKANAN TERHADAP

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KOTA BITUNG

PERIODE 2000-2007

OLEH WINANTI APSARI

H14094012

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(4)

   

Judul Skripsi : Kontribusi Subsektor Perikanan terhadap Peningkatan Perekonomian Kota Bitung

Periode 2000-2007 Nama Mahasiswa : Winanti Apsari

Nomor Register Pokok : H14094012

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Sri Mulatsih,M.Sc

NIP. 19640529 198903 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dedi Budiman Hakim,Ph.D

NIP. 19641022 198903 2 003

(5)

   

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Oktober 2009

Winanti Apsari

(6)

   

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Winanti Apsari lahir pada tanggal 1 April 1980 di Tanjung Duren, Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta. Penulis adalah putri pertama dari enam bersaudara dari pasangan Paulus Ngadinu dan Agustina Ni Ketut Sumarti.

Riwayat pendidikan dimulai dari pendidikan TK ST. Kristoforus, Jakarta Barat, kemudian dilanjutkan ke pendidikan SD ST. Kristoforus, Jakarta Barat dan lulus pada tahun 1992. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya ke SMP Bunda Hati Kudus dan lulus pada tahun 1995. Setelah lulus SMP, penulis melanjutkan pendidikannya ke SMU Bunda Hati Kudus dan lulus pada tahun 1998. Setelah menyelesaikan bangku SMU, penulis melanjutkan ke jenjang sekolah tinggi di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) di Jakarta Timur. Penulis lulus dari STIS pada tahun 2002 dan mendapatkan gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST.).

(7)

   

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Bapa di Surga karena dengan Rahmat dan BerkatNya, penyusunan skripsi yang berjudul “Kontribusi Subsektor Perikanan terhadap Perkembangan Perkonomian Kota Bitung” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis pada waktu persiapan, penelitian maupun penyusunan skripsi sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik yang telah memberikan beasiswa dan menyediakan data pendukung untuk proses penelitian yang dilakukan dalam penyusunan skripsi ini. Begitu juga tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penulis selama proses penelitian serta kritik dan saran yang diberikan oleh pembahas pada Seminar Hasil Penelitian Skripsi.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga atas doa, dukungan dan kesabaran yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Oktober 2009

(8)

   

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur yang tiada henti kehadirat Bapa di surgaatas segala rahmat, karunia dan

berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi ini. Penulis

berkewajiban mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan

moral-spritual dan material kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Dr. Rusman Heriawan, M.S, sebagai Kepala BPS beserta staf dan jajarannya yang telah

memberikan kesempatan sangat berharga kepada penulis melanjutkan studi ke IPB.

2. Kepala Pusdiklat BPS beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan kepercayaan

kepada penulis guna melanjutkan studi ke IPB.

3. Dedi Budiman Hakim, Ph.D, sebagai Ketua Departemen Ekonomi Fakultas Ekonomi dan

Manajemen Institut Pertanian Bogor beserta staf dan jajarannya atas semua

keramahtamahannya menerima penulis sebagai peserta didiknya.

4. Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc, selaku dosen pembimbing, semoga Tuhan senantiasa memberikan

Berkat Melimpah atas kesabaran, ketelatenan dan kesungguhan dalam mendampingi penulis

menyusun skripsi ini.

5. Dr. Muhammad Findi Alexandi, selaku dosen penguji dalam sidang skripsi.Terima kasih atas

lontaran pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan dan kritik yang diberikan menjadi justifikasi

ilmiah atas skripsi ini.

6. Bapak Ngadinu tercinta yang dengan cucuran keringat dan sentuhan kasih, serta doa tiada

pernah terputus yang bisa membuat penulis berada di sini. Yang senantiasa menyemangati

dan mendukung dengan tak pernah bosan-bosannya. Mbak Win Love You Dad...

7. Keluarga keduaku: Mami Liana, Ocha, Opank dan dua bayi yang selalu bikin kangen saat

(9)

   

8. Adik-adik di rumah Tanjung Duren; Ratri, Ari n Chesia, Luq, dan Mpi. Serasa menjadi

bidadari senior saat berada di tengah-tengah kalian.

9. Yang penuh perhatian, kasih dan kesetiaan selalu memberi motivasi dan menyemangatiku,

Eko Pujo Santoso, Thank you so much mas...

10. Dosen dan staf pengajar selama matrikulasi; Pak Parulian, Pak Alla, Bu Wid, Firdaus, Pak

Toni, Bu Rina, Bu Tantri, Bu Sri, Pak Fahmi, Bu Wiwiek, Bu Fifi, Mbak Dian, mas Ade

Kholis, Mbak Dian sekre dan Teh Win, juga Kang Iwan dan pasukannya, membuat IPB

nyaman dan berasa di rumah sendiri.

11. Penghuni jalan riau no 10.a; Budhe depe ajah, Bulik Titin, Teh Dini, Deska, dan Lustry; dan

d’masiv dengan ’jangan menyerahnya’ yang menemani malam-malam penulisan skripsi ini.

12. Teman-teman seperjuangan bps09_s2ipb, Krismanti, mas Baruddin, Tituk, Dwi, kepala gank

Sobari; Canda dan ceria antar kita, menjadikan badai UTS dan UAS yang datang silih

berganti semakin menyejukkan dan mempersatukan hati kita. When we hold on together,

everything will be allright guys.

13. Rekan, keluarga dan sahabat yang senantiasa meneguhkan hati dan semangatku dengan sapaan-sapaan jarak jauh lewat sms dan telephonenya: Pak anwar, Opa Didi, Mami Ine, Om

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Batasan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Perencanaan dan Pembangunan Wilayah ... 7

2.2. Pengertian Sumberdaya Alam ... 8

2.3. Definisi Perikanan dan Keterkaitan Sub Sektor Perikanan ... 9

2.3.1. Jenis Usaha Perikanan ... 10

2.3.2. Sumberdaya Manusia Bidang Perikanan dan Produktifitasnya.. 11

2.3.3. Produksi Perikanan Laut... 11

2.3.4. Perikanan Laut sebagai Sumberdaya.…………... 12

2.4. Produk Domestik Regional Bruto.………...…………. 13

2.5. Analisis Linear Quotient (LQ)... 14

2.6. Teori Ekonomi Basis... 16

2.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu... 19

2.8. Alur Kerangka Pemikiran... 20

2.9. Definisi Pengukuran Variabel Operasional ... 23

III. METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 25

3.2. Jenis dan Sumber Data Yang Digunakan ... 26

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 26

(11)

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KOTA BITUNG

PERIODE 2000-2007

OLEH WINANTI APSARI

H14094012

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

   

RINGKASAN

WINANTI APSARI. Kontribusi Subsektor Perikanan terhadap Perkembangan Perekonomian Kota Bitung Periode 2000-2007. di bawah bimbingan SRI MULATSIH.

Kota Bitung sebagai kota satelit dari Kota Manado yang merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Utara, selama ini sering dijuluki Kota Cakalang, Kota Pelabuhan, serta Kota Industri. Julukan-julukan tersebut wajar karena Kota Bitung merupakan kota pelabuhan di Provinsi Sulawesi Utara, yang sekaligus merupakan penghasil ikan terbesar pemasok pemenuhan konsumsi ikan di provinsi Sulawesi Utara, dan sebagian lainnya diekspor dalam bentuk ikan beku, maupun ikan dalam kaleng. Di kota ini banyak dijumpai pabrik industri. Sekitar 70 persen aktivitas industri di Sulawesi Utara terkosentrasi di Kota Bitung, yang sebagian besarnya merupakan industri pengolahan ikan yang berorientasi ekspor.

Pelabuhan Bitung bahkan kini dalam pengembangan menjadi pelabuhan bertaraf internasional sebagai CCC (Cargo Consolidation Center) meliputi Pelabuhan Samedera, Pelabuhan Feri, Pelabuhan Perikanan dan Pelabuhan Peti Kemas. Sesuai julukan sebagai Kota Cakalang Bitung merupakan sentra produksi serta industri pengolahan ikan besar terutama Cakalang dan Tuna.

Tahun 2000 produksi perikanan laut mencapai 125.815,20 ton dengan nilai produksi Rp 408,56 milyar, dan produksi perikanan darat mencapat 71,4 ton dengan nilai produksi Rp. 775 juta. Pada tahun 2007 volume produksi mencapai 135.272,1 ton dengan nilai total produksi mencapi Rp 843,341 milyar, dan produksi perikanan darat mencapai 56 ton dengan nilai produksi Rp. 778,8 juta.

(13)

   

KONTRIBUSI SUBSEKTOR PERIKANAN TERHADAP

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KOTA BITUNG

PERIODE 2000-2007

OLEH WINANTI APSARI

H14094012

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(14)

   

Judul Skripsi : Kontribusi Subsektor Perikanan terhadap Peningkatan Perekonomian Kota Bitung

Periode 2000-2007 Nama Mahasiswa : Winanti Apsari

Nomor Register Pokok : H14094012

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Sri Mulatsih,M.Sc

NIP. 19640529 198903 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dedi Budiman Hakim,Ph.D

NIP. 19641022 198903 2 003

(15)

   

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Oktober 2009

Winanti Apsari

(16)

   

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Winanti Apsari lahir pada tanggal 1 April 1980 di Tanjung Duren, Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta. Penulis adalah putri pertama dari enam bersaudara dari pasangan Paulus Ngadinu dan Agustina Ni Ketut Sumarti.

Riwayat pendidikan dimulai dari pendidikan TK ST. Kristoforus, Jakarta Barat, kemudian dilanjutkan ke pendidikan SD ST. Kristoforus, Jakarta Barat dan lulus pada tahun 1992. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya ke SMP Bunda Hati Kudus dan lulus pada tahun 1995. Setelah lulus SMP, penulis melanjutkan pendidikannya ke SMU Bunda Hati Kudus dan lulus pada tahun 1998. Setelah menyelesaikan bangku SMU, penulis melanjutkan ke jenjang sekolah tinggi di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) di Jakarta Timur. Penulis lulus dari STIS pada tahun 2002 dan mendapatkan gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST.).

(17)

   

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Bapa di Surga karena dengan Rahmat dan BerkatNya, penyusunan skripsi yang berjudul “Kontribusi Subsektor Perikanan terhadap Perkembangan Perkonomian Kota Bitung” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis pada waktu persiapan, penelitian maupun penyusunan skripsi sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik yang telah memberikan beasiswa dan menyediakan data pendukung untuk proses penelitian yang dilakukan dalam penyusunan skripsi ini. Begitu juga tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penulis selama proses penelitian serta kritik dan saran yang diberikan oleh pembahas pada Seminar Hasil Penelitian Skripsi.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga atas doa, dukungan dan kesabaran yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Oktober 2009

(18)

   

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur yang tiada henti kehadirat Bapa di surgaatas segala rahmat, karunia dan

berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi ini. Penulis

berkewajiban mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan

moral-spritual dan material kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Dr. Rusman Heriawan, M.S, sebagai Kepala BPS beserta staf dan jajarannya yang telah

memberikan kesempatan sangat berharga kepada penulis melanjutkan studi ke IPB.

2. Kepala Pusdiklat BPS beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan kepercayaan

kepada penulis guna melanjutkan studi ke IPB.

3. Dedi Budiman Hakim, Ph.D, sebagai Ketua Departemen Ekonomi Fakultas Ekonomi dan

Manajemen Institut Pertanian Bogor beserta staf dan jajarannya atas semua

keramahtamahannya menerima penulis sebagai peserta didiknya.

4. Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc, selaku dosen pembimbing, semoga Tuhan senantiasa memberikan

Berkat Melimpah atas kesabaran, ketelatenan dan kesungguhan dalam mendampingi penulis

menyusun skripsi ini.

5. Dr. Muhammad Findi Alexandi, selaku dosen penguji dalam sidang skripsi.Terima kasih atas

lontaran pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan dan kritik yang diberikan menjadi justifikasi

ilmiah atas skripsi ini.

6. Bapak Ngadinu tercinta yang dengan cucuran keringat dan sentuhan kasih, serta doa tiada

pernah terputus yang bisa membuat penulis berada di sini. Yang senantiasa menyemangati

dan mendukung dengan tak pernah bosan-bosannya. Mbak Win Love You Dad...

7. Keluarga keduaku: Mami Liana, Ocha, Opank dan dua bayi yang selalu bikin kangen saat

(19)

   

8. Adik-adik di rumah Tanjung Duren; Ratri, Ari n Chesia, Luq, dan Mpi. Serasa menjadi

bidadari senior saat berada di tengah-tengah kalian.

9. Yang penuh perhatian, kasih dan kesetiaan selalu memberi motivasi dan menyemangatiku,

Eko Pujo Santoso, Thank you so much mas...

10. Dosen dan staf pengajar selama matrikulasi; Pak Parulian, Pak Alla, Bu Wid, Firdaus, Pak

Toni, Bu Rina, Bu Tantri, Bu Sri, Pak Fahmi, Bu Wiwiek, Bu Fifi, Mbak Dian, mas Ade

Kholis, Mbak Dian sekre dan Teh Win, juga Kang Iwan dan pasukannya, membuat IPB

nyaman dan berasa di rumah sendiri.

11. Penghuni jalan riau no 10.a; Budhe depe ajah, Bulik Titin, Teh Dini, Deska, dan Lustry; dan

d’masiv dengan ’jangan menyerahnya’ yang menemani malam-malam penulisan skripsi ini.

12. Teman-teman seperjuangan bps09_s2ipb, Krismanti, mas Baruddin, Tituk, Dwi, kepala gank

Sobari; Canda dan ceria antar kita, menjadikan badai UTS dan UAS yang datang silih

berganti semakin menyejukkan dan mempersatukan hati kita. When we hold on together,

everything will be allright guys.

13. Rekan, keluarga dan sahabat yang senantiasa meneguhkan hati dan semangatku dengan sapaan-sapaan jarak jauh lewat sms dan telephonenya: Pak anwar, Opa Didi, Mami Ine, Om

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Batasan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Perencanaan dan Pembangunan Wilayah ... 7

2.2. Pengertian Sumberdaya Alam ... 8

2.3. Definisi Perikanan dan Keterkaitan Sub Sektor Perikanan ... 9

2.3.1. Jenis Usaha Perikanan ... 10

2.3.2. Sumberdaya Manusia Bidang Perikanan dan Produktifitasnya.. 11

2.3.3. Produksi Perikanan Laut... 11

2.3.4. Perikanan Laut sebagai Sumberdaya.…………... 12

2.4. Produk Domestik Regional Bruto.………...…………. 13

2.5. Analisis Linear Quotient (LQ)... 14

2.6. Teori Ekonomi Basis... 16

2.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu... 19

2.8. Alur Kerangka Pemikiran... 20

2.9. Definisi Pengukuran Variabel Operasional ... 23

III. METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 25

3.2. Jenis dan Sumber Data Yang Digunakan ... 26

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 26

(21)

3.4.1. Analisis Sektor Ekonomi Potensial ... 27

3.4.2. Kontribusi Sektor Perikanan terhadap PDRB Kota Bitung ... 28

3.4.3. Kontribusi terhadap Ekspor ... 28

3.4.4. Kontribusi terhadap Pendapatan Daerah ... 28

3.4.5. Kemampuan Penyerapan Tenaga Kerja ... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1. Gambaran Umum Kota Bitung ... 29

4.2. Kondisi Kependudukan Kota Bitung ... 31

4.3. Kondisi Sosial Ekonomi Kota Bitung ... 32

4.4. Prasarana Perikanan ... 37

4.5. Perkembangan Produksi Perikanan ... 38

4.6. Sektor Basis di Kota Bitung ... 41

4.7. Kontribusi Subsektor Perikanan Terhadap Peningkatan Perekonomian di Kota Bitung ... 43

4.8. Kontribusi terhadap Ekspor ... 46

4.9. Kontribusi terhadap Pendapatan Daerah ... 48

4.10.Deskripsi Kemampuan Penyerapan Tenaga Kerja ... 50

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1. Kesimpulan ... 52

5.2. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

4.1. Kepadatan Penduduk Kota Bitung menurut Kecamatan, Tahun 2007.. 31 4.2. Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi Yang

Ditamatkan di Kota Bitung Tahun 2007 ... 33 4.3. Perkembangan Pendapatan Per Kapita dan PDRB Per Kapita Kota

Bitung Tahun 2003-2007 (Rp) ... 34 4.4. Banyaknya Produksi Perikanan Laut di Kota Bitung Tahun

2003-2007 (ton) ... 35 4.5. Banyaknya Nilai Produksi Perikanan Laut di Kota Bitung Tahun

2003-2007 (000 Rp) ... 36

4.6. Banyaknya Produksi Perikanan Darat di Kota Bitung Tahun

2003-2007 (ton) ... 37

4.7. Nilai Produksi Perikanan Darat di Kota Bitung Tahun 2003-2007 (000 Rp) ... 38

4.8. LQ Sektor-sektor Ekonomi Kota Bitung Terhadap Propinsi Sulut

tahun 2003-2007 ... 39

4.9. LQ Sub Sektor pada sektor pertanian di Kota Bitung Terhadap

Propinsi Sulut tahun 2003-2007 ... 40

4.10. Kontribusi Perikanan Terhadap PDRB Kota Bitung, 2000-2007 ... 41 4.11. Kontribusi Perikanan Terhadap Ekspor Kota Bitung 2000-2007 ... 42

(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1 Alur Kerangka Pemikiran ... 22

4.1 Peta Wilayah per Kecamatan di Kota Bitung ... 30 4.2 Grafik Perkembangan penduduk Kota Bitung Tahun 2000–2007 ... 32

4.3 Grafik Perkembangan Kontribusi terhadap PDRB Kota Bitung Tahun 2000 - 2007 ... 45

4.4 Grafik Perkembangan Kontribusi terhadap Ekspor Kota Bitung Tahun 2000 - 2007 ... 48

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Lapangan Usaha Kota Bitung Tahun 2003 – 2007 (Juta Rupiah) ... 58 2 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut

Lapangan Usaha Kota Bitung Tahun 2000 – 2007 (Juta Rupiah) ... 60 3 Distribusi Persentase PDRB Kota Bitung Tahun 2000-2007 ... 62 4 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Lapangan Usaha Propinsi Sulawesi Utara Tahun 2000 – 2007 (Juta Rupiah) ... 63 5 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut

Lapangan Usaha Propinsi Sulawesi Utara Tahun 2000 – 2007 (Juta Rupiah) ... 65 6 LQ Sektor-sektor Ekonomi Kota Bitung terhadap Prop Sulut Tahun

2003-2007 ... 67 7 Banyaknya Produksi, Nilai Perikanan laut Menurut Jenis Ikan di Kota

Bitung Tahun 2007 ... 68 8 Jumlah Kapal yang Masuk Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kota

(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengembangan ekonomi harus selalu mengarah kepada mantapnya sistem

ekonomi nasional berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

disusun untuk mewujudkan demokrasi ekonomi. Pada hakekatnya pembangunan

ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, yang

kemudian dapat menghapuskan kemiskinan.

Pemerintah daerah dan masyarakat perlu mengelola sumberdaya alam dan

sumberdaya manusia untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru yang akan

merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) di daerah

itu sendiri. Dalam rangka penanggulangan krisis maupun pemulihan ekonomi

pasca krisis, tampaknya telah menjadi kesepakatan nasional untuk melakukan

pengembangan sektor ekonomi yang memiliki keunggulan komparatif dan

kompetitif termasuk dalam menghadapi pasar global, sehingga perlu

dikembangkannya sektor ekonomi yang ‘resource based industrialization”,

terutama yang berbasiskan sumberdaya alam pertanian. Dengan demikian

pengembangan agrobisnis dan agroindustri harus menjadi leading sector atau

core dalam proses pembangunan, terlebih lagi kaitannya dengan pemberdayaan

ekonomi rakyat (Damanhuri,2000)

Dalam menghadapi era globalisasi Pemerintah Republik Indonesia telah

(26)

   

 

2

tersebut adalah mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai

dengan kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif

berdasarkan keunggulan komperatif sebagai negara maritim dan agraris sesuai

kompetensi dari produk unggulan di setiap daerah, terutama pertanian dalam arti

luas, kelautan, kehutanan, pertambangan, pariwisata, serta industri kecil dan

kerajinan rakyat (GBHN,2001: 64)

Sejalan dengan kebijakan desentralisasi atau otonomi daerah yang tertuang

dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan

kemudian telah ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonomi yang

lebih luas kepada provinsi dan kabupaten/kota dalam melaksanakan pembangunan

di daerah masing-masing, termasuk mengelola sumberdaya kelautan di

wilayahnya. Dalam pasal 3 UU No. 22 tahun 1999 dinyatakan bahwa wilayah daerah provinsi terdiri atas wilayah darat dan wilayah laut sejauh 12 mil laut yang

diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan.

Selain itu pada pasal 10 disebutkan bahwa kewenangan daerah kabupaten/kota

dalam mengelola laut adalah sejauh sepertiga dari batas laut daerah provinsi,

sehingga dengan dasar Undang-undang tersebut, maka masing-masing daerah

dapat mengembangkan sumberdaya yang ada seoptimal mungkin. Setelah

otonomi daerah, masing-masing daerah sudah lebih bebas dalam menetapkan

sektor/ komoditi yang diprioritaskan pengembangannya. Kemampuan pemerintah

daerah untuk melihat sektor mana yang memiliki keunggulan/kelemahan di

(27)

   

 

3

memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat

mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang (Tarigan, 2005)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan tolakukur

pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Indikator PDRB berguna untuk menelaah

struktur perekonomian, apakah suatu daerah itu merupakan daerah industri,

pertanian, atau daerah jasa dengan membandingkan dari waktu ke waktu. Selain

itu perekonomian dapat dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan

apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari pada apa yang telah dicapai

sebelumnya.

Menurut Kelompok Lapangan Usaha Indonesia (KLUI), perikanan

merupakan subsektor yang masuk dalam sektor pertanian. Karena Indonesia

merupakan negara yang mempunyai wilayah laut yang luas, perikanan merupakan

subsektor yang penting. Namun di Indonesia subsektor ini belum dikelola dengan

baik sehingga hasilnya belum maksimal .

Kota Bitung dengan segala potensi yang ada, juga berusaha untuk memacu

perekonomian dengan memanfaatkan secara optimal potensi yang telah ada.

Dengan karakter baharinya aktivitas ekonomi di Kota Bitung didominasi oleh

aktivitas yang berhubungan dengan kelautan. Sehingga dapat dikatakan

keberadaan laut di Bitung merupakan potensi yang berharga bagi perekonomian

Kota Bitung.

Sektor industri yang juga dominan pun masih berkaitan dengan sektor

perikanan, karena banyak industri di Bitung yang memanfaatkan bahan baku ikan

(28)

   

 

4

kecil (industri rumah tangga). Begitu juga dengan sektor transportasi, juga masih

terkait dengan sektor perikanan khususnya pengangkutan produksi hasil

perikanan.

Perikanan yang tangguh akan sangat menunjang peningkatan ekonomi yang

pada gilirannya akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap bahan

pangan serta terpenuhinya bahan mentah untuk industri. Disamping itu juga dapat

meningkatkan kualitas Sumberdaya Manusia. Karena Kota Bitung diuntungkan

dengan posisinya yang berada di lintas jalur migrasi ikan dari samudera pasifik

sehingga potensi ikan melimpah. Selain itu secara geografis wilayah daratan

Bitung sangat strategis sebagai area pengembangan industri. Apalagi industri yang

memanfaatkan bahan baku ikan yang tersedia. Maka aktivitas penangkapan ikan

juga akan berkembang.

1.2. Perumusan Masalah

Melihat kondisi alam di Kota Bitung yang dikelilingi oleh laut dengan

potensi sumberdaya perikanan yang sangat besar, subsektor perikanan dapat

dijadikan sebagai sektor andalan untuk memacu pertumbuhan ekonomi di Kota

Bitung. Pengembangan sektor perikanan dapat menyerap tenaga kerja, sehingga

dapat meningkatkan pendapatan penduduk untuk mewujudkan masyarakat yang

sejahtera.

Dari latar belakang penelitian ini maka penulis mengemukakan permasalahan

“Apakah subsektor perikanan merupakan sektor basis bagi perekonomian kota

(29)

   

 

5

Bitung, terhadap ekspor dan pendapatan daerah, serta kemampuan penyerapan

tenaga kerja”.

1.3. Tujuan Penelitian

Bedasarkan latar belakang dan perumusan masalah, penelitian ini secara

umum bertujuan untuk:

1) Menganalisis apakah subsektor perikanan merupakan sektor basis bagi

perekonomian Kota Bitung dibandingkan dengan provinsi Sulawesi Utara.

2) Menganalisis kontribusi subsektor perikanan terhadap PDRB, terhadap

ekspor Kota Bitung, terhadap pendapatan daerah Kota Bitung, dan terhadap

kemampuan penyerapan tenaga kerja di Kota Bitung.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua

pihak yang terkait antara lain:

1) Instansi terkait, sebagai acuan awal dalam mengambil kebijakan-kebijakan

perekonomian kota Bitung terutama yang menyangkut subsektor perikanan.

2) Pengusaha di subsektor perikanan dalam mengembangkan usahanya.

3) Investor yang ingin berinvestasi pada subsektor perikanan di Kota Bitung.

4) Bagi penulis mampu menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan

yang telah diperoleh selama ini.

5) Bagi peneliti dan pemerhati yang akan melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai perikanan di Kota Bitung dan hal lain yang masih berhubungan

(30)

   

 

6

1.5. Batasan Penelitian

Penelitian ini menganalisis beberapa faktor yang dianggap dominan

berdasarkan landasan teori dan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan dan

juga berdasarkan ketersediaan data. Alat analisis yang digunakan pada penelitian

ini adalah analisis LQ, dan analisis deskriftif dengan bantuan perangkat lunak

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Perencanaan dan Pembangunan Wilayah

Pengertian pembangunan dalam sejarah dan strateginya telah mengalami

evolusi perubahan, mulai dari strategi pembangunan yang menekankan kepada

pertumbuhan ekonomi, kemudian pertumbuhan dan kesempatan kerja,

pertumbuhan dan pemerataan, penekanan pada kebutuhan dasar, pertumbuhan dan

lingkungan hidup dan yang terakhir pembangunan berkelanjutan. Perubahan

evolutif dari pengertian di atas didasarkan oleh banyaknya kekecewaan dan

merupakan umpan balik atas pelaksanaan pembangunan yang tidak mencapai

sasaran yang diinginkan serta kekurangan informasi dalam memahami

persoalan-persoalan yang timbul sebelumnya tidak dapat diramalkan serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya (Anwar, 2005 dalam Sinaga, 2009)

Secara umum dapat dikemukakan bahwa pembangunan ekonomi merupakan

suatu proses yang melibatkan berbagai perubahan dalam banyak aspek kehidupan

manusia yang bertujuan dan memberi harapan kepada perbaikan tingkat

kesejahteraan masyarakat yang lebih baik dan merata dalam jangka panjang agar

dapat berlangsung secara berkelanjutan. Pada dasarnya dalam pembangunan

tersebut memperhatikan bagaimana pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang

berkaitan dengannya seperti perubahan tekhnologi, institusi, dan nilai-nilai sosial

dapat diakomodasikan ke dalam kebijakan dalam situasi yang terus menerus

berubah. Banyak upaya yang dilakukan dalam mencapai tujuan pembangunan

(32)

8  

kemerataan serta keberlanjutan dalam memberi panduan kepada alokasi

sumber-sumberdaya baik pada tingkatan nasional, regional dan lokal.

Sampai saat ini indikator keberhasilan pembangunan yang dilakukan suatu

negara, daerah ataupun wilayah adalah besarnya pendapatan perkapita. Berkaitan

dengan hal tersebut, maka setiap negara di dunia ini menitikberatkan

pembangunan nasionalnya pada bidang ekonomi, walaupun tidak mengabaikan

pembangunan lainnya. Berdasarkan kenyataan inilah maka pembangunan

dikatakan berhasil apabila terdapat kenaikan pendapatan perkapita pada periode

tertentu, sebab dengan kenaikan tersebut akan menyebabkan efek berantai pada

kegiatan ekonomi lainnya. Makin tinggi pendapatan perkapita maka makin tinggi

pula kemampuan ekonomi dan sosial bagi masyarakat. Pembangunan dikatakan

berhasil bila telah mengatasi tiga masalah pokok yaitu kemiskinan, ketimpangan,

dan pengangguran.

2.2. Pengertian Sumberdaya Alam

Sumberdaya alam adalah sumber-sumber yang tersedia oleh alam yang

terdiri dari sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources), dan yang

terbatas/ tidak dapat diperbaharui (non-renewable/exhaustible resoures)

(Akyuwen,2000). Sumberdaya alam berupa daratan, menurut Woworoentoe

(1992) dikatakan bahwa lingkungan daratan menunjukkan suatu keadaan yang

relatif diam dan stabil, oleh karena itu batas atau lokasi lebih mudah ditentukan

secara eksak. Hal yang sama dikatakan oleh Dahuri, dkk (1996) bahwa karena

sumberdaya alam perikanan sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan, sehingga

(33)

9  

bagi densitas (kelimpahan maupun persebaran), dan ekonomis bagi kegiatan

usaha perikanan tangkap (capture fishery) dan perikanan budidaya (aquaculture).

Dari dimensi penguasaan, sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya

milik umum (common property), dimana kepemilikannya akan lebih jelas jika

sudah ditangkap atau dikuasai seorang atau badan (Suparmoko,1997).

Besarnya potensi sumberdaya perikanan memberikan peluang bagi bidang

perikanan dan kelautan untuk menjadi sektor andalan nasional, Kota Bitung

khususnya. Kekayaan sumberdaya alam hayati, kondisi lingkungan perairan serta

iklim tropik Indonesia merupakan keunggulan komparatif yang dapat digunakan

sebagai modal dasar bagi pengembangan subsektor perikanan dan kelautan agar

sektor tersebut mampu menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan ekonomi.

2.3. Definisi Perikanan dan Keterkaitan Subsektor Perikanan.

Menurut UU Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan, perikanan adalah

semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan, mulai dari pra

produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan

dalam suatu sistem bisnis perikanan. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk

memperoleh ikan diperairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat

atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,

mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan

mengawetkannya. Dalam penelitian ini, yang dicakup oleh subsektor perikanan

adalah mengacu sesuai ruang lingkup acuan penghitungan data PDRB oleh Badan

(34)

10  

jenis ikan dan binatang air (kerang, siput dan udang), baik di air tawar maupun di

air asin. Sedangkan nilai tambah pada kegiatan mengolah dan mengawetkannya

dihitung pada sektor industri pengolahan.

2.3.1. Jenis Usaha Perikanan

Usaha perikanan dibedakan menurut jenisnya sebagai berikut :

a.Perikanan Laut

a) Penangkapan

Penangkapan ikan yakni pengelolaan sumberdaya laut dengan cara

memburu dan menagkap ikan, dengan menggunakan sarana penagkapan

yang dilakukan nelayan atau perusahaan penangkapan ikan.

Wilayah penangkapan perikanan laut meliputi perairan 12 mil laut,

termasuk perairan pantai yang di dominasi oleh perikanan rakyat dan

perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.

b) Budidaya

Budidaya yakni pemanfaatan wilayah pesisir pantai yang tenang dan

terlindung (seperti daerah teluk) untuk memelihara komoditi perikanan

laut yang bernilai ekonomis penting seperti ikan, karang, mutiara, rumput

laut dengan menggunakan teknologi budidaya tertentu. Kegiatan ini

(35)

11  

b.Perikanan Darat

a) Penangkapan di perairan umum

Penangkapan di perairan umum yakni pemanfaatan perairan umum seperti

sungai, waduk, danau dan rawa dengan cara memburu atau menangkap

ikan dengan menggunakan alat penangkapan.

b). Budidaya

Proses budidaya dilakukan di tambak atau di kolam.

2.3.2. Sumberdaya Manusia Bidang Perikanan dan Produktifitasnya

Kualitas sumberdaya manusia di bidang subsektor perikanan pada umumnya

memang masih belum berkembang sesuai dengan tuntutan perkembangan

teknologi perikanan. Tingkat pendidikan dan keterampilan para nelayan dan

petani ikan masih relatif rendah, kemampuan manajemennya masih lemah dan

pola hidup yang masih kurang sehat, sehingga kurang mampu memanfaatkan

sumberdaya yang tersedia untuk meningkatkan kualitas hidup dan

kesejahteraannya.

Sebagian besar dari semua perikanan skala kecil (perikanan rakyat) masih

menghadapi kenyataan produktifitas rendah dengan penghasilan rata-rata

tergolong rendah. Pelaku perikanan rakyat berikut sumberdaya lingkungannya

sangat peka terhadap intervensi modal dan teknologi, umumnya mereka mudah

tergusur.

2.3.3. Produksi Perikanan Laut

Latuconsina, dkk (1992) menyatakan bahwa perikanan dapat dikelola

(36)

12  

serius dalam jumlah stok untuk jenis-jenis tertentu, apabila tingkat penangkapan

jauh melebihi tingkat pertumbuhan populasi itu sendiri. Koesbiono (1978)

mengatakan bahwa produksi di bidang perikanan laut mempunyai sifat-sifat

khusus yang tidak terdapat pada usaha tani di darat, karena faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan operasi ikan selain dipengaruhi oleh kecepatan kapal,

ukuran kapal yang dignakan, serta jumlah nelayan, juga sangat ditetukan oleh

keadaan musim ikan, arus dan suhu.

2.3.4. Perikanan Laut sebagai Sumberdaya

Sumberdaya alam kelautan sebagai salah satu komponen sumberdaya alam

wilayah memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan sumberdaya alam

daratan. Sebagai sumberdaya alam yang bergerak, dan pergerakannya sangat

dipengaruhi oleh fisik perairan (arus dan suhu), mengakibatkan keberadaan

sumberdaya kelautan ini dalam pengelolaannya sangat tergantung pada waktu dan

musim, oleh karena itu tidak dapat diprediksi seperti halnya sumberdaya lainnya.

Ikan laut termasuk sumberdaya alam yang dapat diperbaharui tetapi juga

berpotensi habis karena setiap sistem lingkungan terdapat ambang batas ukuran

populasi. Jika ukuran populasi atau stock turun di bawah batas ini, maka populasi

akan menjadi musnah. Untuk membatasi terjadinya eksploitasi tanpa batas perlu

adanya pengaturan atau pengendalian melalui pajak. Selain itu perikanan laut itu

sendiri merupakan salah satu sumberdaya untuk kegiatan produksi, serta

sumberdaya alam yang bermanfaat memberikan protein, menyumbang devisa, dan

(37)

13  

2.4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah total nilai barang

dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai sektor di suatu daerah dalam jangka

waktu tertentu.

Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) tahun 2005,

Sektor-sektor tersebut yang dulunya terdapat sebelas Sektor-sektor yaitu: (1) Pertanian yang

terdiri dari subsektor tanaman bahan makanan, subsektor peternakan, subsektor

perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan.

(2) Pertambangan dan penggalian. (3) Industri pengolahan. (4) Listrik, gas dan air.

(5) Konstruksi. (6) Perdagangan, restoran dan perhotelan. (7) Transportasi dan

Komunikasi. (8) Bank dan lembaga keuangan lain. (9) Sewa rumah. (10)

Pemerintahan Hankam. (11) Jasa-jasa, sekarang telah dikelompokkan menjadi 9

(Sembilan) sektor yaitu :

a.Sektor Pertanian : Tanaman Bahan Makanan, Perkebunan, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan,

b.Sektor Pertambangandan Penggalian,

c.Sektor Industri Pengolahan

d.Sektor Listrik, Gas dan Air,

e.Sektor Konstruksi

f.Sektor Perdagangan, Restoran dan Perhotelan,

g.Sektor Transportasi dan Komunikasi

(38)

14  

i. Sektor Pemerintah dan Jasa Swasta (Jasa Sosial, Hiburan dan Perorangan).

Dari sebelas sektor diperkecil menjadi sembilan sektor antara lain sektor

yang digabungkan menjadi satu adalah sektor kedelapan dan kesembilan menjadi

sektor Keuangan, Persewaan bangunan dan Jasa perusahaan (h). kemudian sektor

kesepuluh dan kesebelas menjadi sektor Jasa-jasa (i). dengan demikian dari

sebelas sektor telah menjadi sembilan sektor.

Semakin tinggi PDRB setiap sektor, berarti pendapatan daerah semakin

besar pula. Peningkatan PDRB akan menyebabkan peningkatan perekonomian

daerah, sehingga pengembangan di daerah itu tersebut dapat mencapai sasaran

yangdiharapkan.

Kegunaan dari data PDRB yakni :

1. Sebagai petunjuk awal tingkat kemekmuran ekonomi masyarakat,

2. Dapat digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan ekonomi,

3. Dapat digunakan untuk mengetahui struktur ekonomi masyarakat,

4. Untuk mengetahui atau mengkaji pola pengeluaran masyarakat.

2.5. Analisis Location Quotient (LQ)

Location Quotient (LQ) didapatkan dengan cara membandingkan

masing-masing sektor pada wilayah penelitian dengan sektor yang sama pada wilayah

yang lebih luas. Hasil perbandingan ini kembali dibandingkan kembali dengan

total PDRB yang lebih besar.

(39)

15  

1.LQ > 1 artinya di daerah yang bersangkutan merupakan sektor basis, yaitu

mempunyai kecenderungan lebih besar dari daerah yang lebih luas, dan

cenderung untuk mengekspor.

2.LQ = 1 artinya di daerah yang bersangkutan dan daerah yang lebih luas

adalah sama.

3.LQ < 1 artinya di daerah yang bersangkutan lebih rendah dibandingkan

dengan daerah yang lebih luas, cenderung mengimpor.

Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu daerah terbagi menjadi dua

golongan yaitu :

a.Kegiatan ekonomi atau industri yang melayani pasar di daerah itu sendiri

maupun di luar daerah yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan

industry basic.

b.Kegiatan ekonomi atau industri yang melayani pasar di daerah tersebut saja,

jenis ini dinamakan industry non basic atau industri lokal.

Dasar pemikiran teknik ini adalah teori economic base yang intinya adalah :

karena menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar di daerah maupun di

luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan ke luar daerah akan menghasilkan

pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah ini

menyebabkan kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut, dan pada

gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru.

Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan terhadap

industri basic, tetapi juga menaikkan permintaan akan industri non basic atau

(40)

16  

yang bersangkutan sehingga investasi modal dalam produksi lokal merupakan

investasi yang didorong sebagai akibat dari industry basic. Oleh Karena itu,

industry basiclah yang patut dikembangkan disuatu daerah.

2.6. Teori Ekonomi Basis

Sektor basis adalah sektor yang memiliki LQ satu atau lebih. Teori ekonomi

memendang bahwa kegiatan ekonomi regional terdiri dari kegiatan basis dan

kegiatan nonbasis. Dengan demikian kegiatan basis ditambah dengan kegiatan

nonbasis sama dengan seluruh kegiatan ekonomi untuk suatu daerah.

Inti dari model ekonomi basis adalah arah dan pertumbuhan suatu wilayah

ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Ekspor tersebut dapat berupa

barang-barang dan jasa, termasuk tenaga kerja. Pendapatan pada sektor basis adalah

fungsi dari permintaan dari luar (exogenous), yaitu permintaan dari luar yang

mengakibatkan terjadinya ekspor dari wilayah tersebut (Budiharsono,2001).

Teori ekonomi basis dikembangkan oleh Tiebout (1962) dan Pfouts (1960)

dalam Budiharsono (2001). Berdasarkan teori ini ekonomi perkotaan memiliki

dua bagian utama yaitu (1) aktivitas basis yang menghasilkan barang dan jasa

untuk diekspor dan (2) aktivitas basis yang menghasilkan barang dan jasa untuk

dikonsumsi lokal. Teori ekonomi basis menyatakan bahwa faktor penentu utama

pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berkaitan langsung dengan permintaan

barang dan jasa dari luar daerah.

Model ekonomi basis dikembangkan oleh Tiebout tahun 1962 dalam

Budiharsono(2001). Dalam model ekonomi basis Tiebout ini alat ukur yang

(41)

17  

tenaga kerja mempunyai banyak kelemahan seperti konversi pekerja paruh waktu,

dan pekerja musiman menjadi pekerja penuh tahunan. Sehingga penggunaan

tenaga kerja relatif kurang peka untuk mengukur perubahan terutama dalam

jangka pendek.

Kelebihan pendapatan sebagai alat ukur terutama apabila model digunakan

untuk mengukur dampak potensial sebagai pasar dan mengetahui peran suatu

perekonomian. Kelemahan dengan menggunakan pendapatan adalah masalah

ketersediaan dan tingkat kepercayaan data.

Sektor ekonomi basis atau nonbasis dapat diketahui dengan menggunakan

beberapa metode yaitu pengukuran langsung dan metode pengukuran tidak

langsung. Metode pengukuran langsung dapat dilakukan dengan survei langsung

untuk mengidentifikasi sektor mana yang merupakan sektor basis. Metode ini

dapat digunakan untuk menentukan sektor basis dengan tepat, akan tetapi

memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

Metode kedua adalah metode pengukuran tidak langsung yaitu (1) metode

melalui pendekatan asumsi, (2) metode location quotient (LQ), (3) kombinasi

metode (1) dan (2), dan (4) metode kebutuhan minimum. Dari keempat metode

diatas, Glason dalam Anapaku (2002) menyarankan menggunakan metode

Location Quotient (LQ) dalam penentuan sektor basis. Model ekonomi basis akan

sangat baik digunakan untuk daerah yang belum berkembang, kecil, dan tertutup.

Location Quotient merupakan teknik analisis yang tergolong sederhana

dalam menentukan kegiatan ekonomi yang dapat dikembangkan dalam suatu

(42)

18  

yang kecil dengan wilayah yang lebih luas. Kebutuhan lokal masyarakat akan

dipenuhi terlebih dahulu dari hasil daerah namun jika berlebih maka dapat

diekspor atau dijual ke daerah lain. (Budiharsono 2001).

Penyebab mundurnya sektor basis adalah transportasi dan komunikasi yang

terus berkembang, pendapatan dan penerimaan daerah terus meningkat,

tekhnologi yang berkembang serta prasarana ekonomi sosial yang memadai.

Kemunduran di sektor basis disebabkan oleh permintaan yang berubah di luar

daerah, cadangan sumberdaya alam habis, dan kemajuan teknologi yang merubah

komposisi input.

Salah satu indikator yang digunakan dalam analisis perencanaan

pegembangan ekonomi wilayah ialah pendekatan analisis yang didasarkan pada

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Kegiatan atau sektor basis yakni

kegiatan yang mampu mengekspor barang dan jasa ketempat di luar batas-batas

perekonomian masyarakat yang bersangkutan atau yang memasarkan barang dan

jasa mereka kepada orang-orang yang datang dari luar perbatasan perekonomian

masyarakat yang bersangkutan.

Kegiatan Nonbasis yakni kegiatan yang menyediakan barang barang dan

jasa yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam

batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Implisit di dalam pembagian

dua kegiatan tersebut terdapat hubungan sebab akibat yang membentuk teori basis

ekonomi.

Bertambah banyaknya kegiatan sektor basis di suatu daerah, akan

(43)

19  

permintaan terhadap barang dan jasa di dalamnya serta menaikkan volume

kegiatan nonbasis. sebaliknya berkuranya kegiatan basis akan mengakibatkan

berkurangnya pendapatan yang mengalir masuk kedalam daerah tersebut, dan

turunnya permintaan terhadap produk dari kegiatan nonbasis. Dengan demikian

kegiatan atau sektor basis mempunyai peranan sebagai penggerak utama dimana

setiap perubahan mempunyai efek terhadap perekonomian.

Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan

ekonomi suatu daerah yakni berhubungan langsung dengan permintaan akan

barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang

menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk di

ekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan menciptakan peluang kerja.

2.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan topik

penelitian ini, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan di Indonesia maupun

di luar negeri. Berbagai pendekatan dan alat analisis telah banyak pula digunakan

oleh para peneliti dalam rangka penelitian tersebut.

Pomeroy dan Trinidad (1996) melakukan penelitian mengenai aspek sosial

ekonomi perikanan rakyat di asia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

perikanan rakyat di berbagai negara di Asia memberikan kontribusi 1-5 persen

dari Produk Domestik Bruto (PDB). Usaha perikanan rakyat di Malaysia

memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 1,8 persen dan 4,4 persen di

Philipina.

(44)

20  

unggulan untuk mendukung perencanaan pembangunan ekonomi Kabupaten

Cianjur menunjukkan bahwa laju pertumbuhan dan struktur ekonomi di

Kabupaten Cianjur selama periode 2000-2007 dipengaruhi oleh besarnya nilai

tambah dari sektor-sektor ekonomi yang didominasi sektor peternakan.

Perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian terdahulu tersebut

adalah lokasi penelitian dan periode waktu yang berbeda. Analisis kajian

didasarkan pada kontribusi kegiatan perikanan terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). Pada penelitian ini akan dianalisis Kontribusi Subsektor

Perikanan terhadap Perkembangan Perekonomian Kota Bitung dari tahun 2000

sampai dengan tahun 2007. Perangkat lunak yang digunakan dalam proses analisis

ini adalah “Microsoft Office Excel 2003”.

2.8. Alur Kerangka Pemikiran

Kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam melakukan pemekaran wilayah

di seluruh Indonesia merupakan salah satu peluang yang sangat baik bagi daerah

untuk dapat berkembang. Daerah dapat terus berusaha untuk meningkatkan

perekonomian dengan memanfaatkan potensi yang ada.

Pemerintah Kota Bitung melalui Dinas Perikanan dan Kelautan memiliki

program dan kebijakan untuk menjadikan subsektor perikanan sebagai salah satu

penggerak ekonomi terutama bagi pertanian, menjadi lumbung penghasil

perikanan bagi provinsi Sulawesi Utara dan menyediakan pangan asal perikanan

dengan jumlah memadai dan berkualitas serta meningkatkan laju pertumbuhan

(45)

21  

ekonomi yang rendah dan laju pertumbuhan Pendapatan Daerah Regional Bruto

subsektor perikanan yang mengalami penurunan cukup besar.

Pembangunan subsektor perikanan dapat menjadi sektor yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik dari penyerapan tenaga kerja dan

peningkatan pendapatan. Melihat fenomena ini, diperlukan suatu rencana yang

strategis untuk pengembangan subsektor perikanan sehingga dapat memberikan

peranan nyata terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian

daerah.

Peran subsektor perikanan dilakukan dengan menelaah PDRB Kota Bitung

dan PDRB Provinsi Sulawesi Utara dan menilai pertumbuhan subsektor

Perikanan. Analisis Location Quotient dilakukan untuk menilai apakah subsektor

perikanan berperan menjadi sektor basis di suatu wilayah dalam periode tertentu

dengan mengukur konsentrasi sektor tersebut di wilayah yang bersangkutan dan

membandingkan pada wilayah pembanding yang lebih luas. Analisis Identifikasi

sektor basis dan nonbasis akan menggambarkan ekonomi Kota Bitung secara

sektoral dan regional yang bermanfaat bagi perencanaan pembangunan

selanjutnya.

Pengembangan subsektor perikanan tidak hanya ditentukan oleh Dinas

Perikanan dan Kelautan saja, banyak lembaga-lembaga lain yang dapat

menunjang atau mendukung percepatan pengembangan subsektor perikanan di

(46)

22  

Gambar 1.1 Alur Kerangka Pemikiran Pembangunan Kota Bitung

Pertanian Industri

Deskripsi • Menjadi Penggerak Ekonomi

• Menjadi Penghasil Perikanan Terbesar di Sulawesi Utara

• Penyedia pangan asal perikanan dan tenaga kerja

• Peningkatan Pendapatan dan Investasi

• Pertumbuhan Ekonomi yang lemah

• Laju Pertumbuhan perikanan yang rendah Perhubungan

Laut

Listrik,Gas dan Air

Bersih Perikanan

Analisis Potensi Subsektor Perikanan

•Geografi

•Demografi

•Perkembangan perekonomian

•Perkembangan Perikanan

Analisis Peran Subsektor Perikanan • Analisis Kontribusi Subsektor

Perikanan Terhadap PDRB, ekspor, pendapatan daerah Kota Bitung, dan terhadap kemampuan penyerapan tenaga kerja di Kota Bitung.

• Analisis Location Quotien

(47)

  23

2.9 Definisi Pengukuran Variabel Operasional.

Menghindari terjadinya penafsiran yang keliru terhadap variabel yang

digunakan dalam penelitian ini, perlu diberi batasan definisi operasional sebagai

berikut:

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000

adalah jumlah produksi dari barang dan jasa yang dihasilkan dari

kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah Domestik suatu daerah tanpa

memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh

penduduk daerah tersebut. Produk Regional adalah produk domestik

ditambah dengan pendapatan yang dibayarkan keluar daerah tersebut.

(menurut BPS Kota Bitung)

b. Pendapatan Perkapita adalah pendapatan daerah dibagi dengan jumlah

penduduk daerah yang tinggal / mendiami daerah tersebut.

c. Kontribusi Subsektor perikanan terhadap PDRB adalah besarnya sumbangan

subsektor perikanan terhadap pembentukan atau total Produk Domestik

Bruto. Nilai Tambah Bruto subsektor perikanan diperoleh dengan jalan

mengeluarkan biaya antara dari nilai produksi subsektor perikanan.

d. Nilai ekspor Kota Bitung adalah realisasi nilai penjualan seluruh barang

yang diekspor ke luar negeri dengan dasar mata uang dollar Amerika Serikat,

serta yang terdata oleh Kantor Perdagangan dan Perindustrian Kota Bitung.

e. Nilai ekspor ikan adalah realisasi nilai penjualan ikan yang diekspor ke luar

negeri dengan dasar mata uang Amerika Serikat, serta yang terdata di Kantor

(48)

  24

f. Bagian retribusi TPI untuk Pemerintah Kota Bitung adalah bagian yang

diterima oleh Pemerintah Kota Bitung dari hasil pemungutan retribusi

pemakaian tempat pelelangan ikan di Kota Bitung beserta sarana dan

prasarana yang disediakan oleh pemerintah. Dasar hukum pungutan retribusi

pelelangan di TPI dari tahun 2000-2008 menggunakan Peraturan Daerah

Provinsi Dati I Sulawesi Utara Nomor 1 Tahun 1984 tentang Tempat

Pelelangan Ikan, untuk bagian Pemerintah Kota Bitung sebesar 1 persen. Pada

periode Januari 1999-Maret 2000 dengan menggunakan dasar hukum

Peraturan Daerah Provinsi Dati I Sulawesi Utara Nomor 3 tahun 1999, adapun

kontribusi bagian untuk pemerintah Kota Bitung sebesar 0,40 persen, serta

mulai bulan april 2007 bagian untuk pemerintah Kota Bitung adalah terlihat

besar 0,95 persen dengan diberlakukannya Peraturan Daerah Provinsi

Sulawesi Utara Nomor 3 Tahun 2007.

g. Bagian hasil pajak/bukan pajak adalah bagian pendapatan yang diperoleh

dari pajak/ bukan pajak daerah atasan yang dikelola/dipungut oleh

Pemerintah Kota Bitung.

h. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah Pasar grosir ikan laut di mana

kapal-kapal ikan berlabuh untuk membongkar hasil tangkapannya dan dilelang

kepada bakul ikan.

i. Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja pada

kegiatan usaha subsektor perikanan baik tenaga tetap maupun tenaga

(49)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan ruang lingkup lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Bitung,

dengan melihat keterbandingannya dalam ruang lingkup Provinsi Sulawesi Utara.

Yang menjadi objek penelitian adalah subsektor Perikanan yang merupakan

subsektor ekonomi potensial. Disamping itu juga dikaji mengenai pola dan

struktur pertumbuhan ekonomi Kota Bitung dibandingkan dengan kondisi di

seluruh Provinsi Sulawesi Utara. Objek penelitian diamati selama delapan tahun,

yaitu dari tahun 2000 hingga tahun 2007. Kurun waktu selama 8 (delapan) tahun

ini dilandasi oleh tersedianya data hasil perhitungan PDRB Kota Bitung dan data

PDRB Provinsi Sulawesi Utara dari tahun 2000 hingga tahun 2007.

Pada bab ini dijelaskan gambaran tentang fokus penelitian bahan atau materi

penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, serta definisi operasional

variable-variabel yang diteliti, adapun data dari masing-masing variabel dihimpun

dalam rentang waktu selama delapan tahun yaitu mulai dari tahun 2000-2007.

Penelitian ini dilakukan pada instansi pemerintah yang berkaitan dengan usaha

perikanan di Kota Bitung antara lain: Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas

Pendapatan Daerah, Badan Perencanaan Pembangunan dan Penanaman Modal

(BP3M), Bagian Keuangan pada kantor Setda Kota Bitung, Badan Pusat Statistik

Kota Bitung, Tempat Pelelangan Ikan serta pihak-pihak lain yang berkaitan

dengan usaha perikanan laut. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bitung, Provinsi

(50)

  26

subsektor perikanan dalam rangka menunjang perekonomian daerah. Hasil

penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kinerja

perekonomian daerah khususnya kontribusi subsektor perikanan.

3.2. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk runtun

waktu (time series) selama 8 tahun mulai tahun 2000-2007, penggunaan data

sampai tahun 2007 karena data yang tersedia secara lengkap hanya tersedia

sampai tahun tersebut, yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota

Bitung dan BPS Provinsi Sulawesi Utara, Dinas Perikanan dan Kelautan Kota

Bitung dan literatur lainnya tentang Perikanan. Data yang diperoleh antara lain

PDRB Provinsi Sulawesi Utara dan PDRB Kota Bitung Atas Dasar Harga Berlaku

selama tahun 2000 – 2007, dan atas Dasar Harga Konstan dengan tahun dasar

tahun 2000, banyaknya produksi ikan di Kota Bitung, dan data-data dari Bitung

Dalam Angka, data realisasi Pendapatan Daerah Kota Bitung, data jumlah tenaga

kerja yang dapat diserap oleh usaha perikanan, serta data pendukung lainnya.

 3.3. Metode Pengumpulan Data

Untuk melengkapi penulisan hasil penelitian, penulis dalam

pengumpulan data dilakukan melalui :

a.Library research adalah suatu metode untuk mendapatkan informasi dari

teori / konsep dengan cara mempelajari serta mencatat dari buku

literature yang berhubungan dengan materi yang di bahas.

b.Field research adalah suatu metode pengumpulan data secara langsung

(51)

  27

3.4. Metode Analisis

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan dalam

penelitian ini maka metode analisis yang dilakukan yaitu analisis sektor dan

subsektor ekonomi potensial untuk menjawab permasalahan pertama serta analisis

kontribusi subsektor perikanan terhadap PDRB Kota Bitung, ekspor Kota Bitung,

Pendapatan Daerah Kota Bitung, dan kemampuan penyerapan tenaga kerja.

3.4.1. Analisis Sektor Ekonomi Potensial

Secara garis besar, analisis sektor dan subsektor ekonomi potensial dalam

penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi sektor dan subsektor ekonomi

potensial dari sisi kontribusi PDRB (aspek keunggulan komparatif) melalui alat

analisis location quotient (LQ).

LQ dihitung dengan formula sebagai berikut:

Nj Ni

Sj Si LQ

/ / =

Dimana:

LQ= Besarnya kuosien lokasi subsektor perikanan di Kota Bitung.

Si= Jumlah PDRB subsektor perikanan Kota Bitung.

Sj= Jumlah total PDRB Kota Bitung.

Ni= Jumlah PDRB subsektor perikanan Provinsi Sulawesi Utara.

(52)

3.4.2. Kontribusi Sub Sektor Perikanan Terhadap PDRB Kota Bitung.

Analisis ini didasarkan pada pangsa (share) perikanan terhadap Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bitung yang dapat dinyatakan dengan

rumus:

%

100

x

Bitung

kota

PDRB

perikanan

subsektor

Bruto

Tambah

Nilai

3.4.3. Kontribusi Terhadap Ekspor.

Analisis ini didasarkan pada pangsa (share) nilai ekspor perikanan laut

terhadap nilai ekspor Kota Bitung yang dapat dinyatakan dengan rumus:

x

100

%

Bitung

kota

Ekspor

Nilai

Perikanan

Ekspor

Nilai

3.4.4. Kontribusi Terhadap Pendapatan Daerah (PAD) Kota Bitung.

Analisis ini didasarkan pada pangsa (share) penerimaan yang bersumber

dari kegiatan perikanan laut (Retribusi Lelang di TPI) terhadap penerimaan daerah

pemerintah Kota Bitung yang dapat dinyatakan dengan rumus:

%

100

Pajak

n

Pajak/Buka

Hasil

Bagi

Bagian

Bitung

Kota

Pemerintah

untuk

TPI

Retribusi

Bagian

x

3.4.5. Kemampuan Penyerapan Tenaga Kerja.

Untuk melihat kemampuan penyerapan tenaga kerja dilihat share

(peranannya) dalam menyerap tenaga kerja berdasarkan data susenas tahun

2000-2007, dan membandingkannya dengan total angkatan kerja yang bekerja di Kota

(53)

   

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kota Bitung

Kota Bitung merupakan daerah otonom yang berbentuk kota yang

dikepalai oleh seorang walikota. Berdiri secara definitif pada tanggal 10 Oktober

1990 berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1990 dengan luas wilayah

313,50 km2, dan terletak pada posisi geografis 1023’23” - 1035’39” LU dan

12501’43” - 125018’13” BT.

Kota Bitung berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Likupang (Kabupaten Minahasa

Utara) dan Laut Maluku,

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Laut Maluku,

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Laut Maluku,

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan. Kauditan (Kabupaten Minahasa

Utara).

Kota Bitung yang terbagi dalam 8 (delapan) wilayah kecamatan serta 69

kelurahan. Pembagian wilayah administrasi ke dalam delapan kecamatan yaitu

Kecamatan Ranowulu memiliki 12 kelurahan, Kecamatan Matuari memiliki 8

kelutahan, Kecamatan Girian memiliki 7 kelurahan, Kecamatan Madidir memiliki

8 kelurahan, Kecamatan Maesa memiliki 8 kelurahan, Kecamatan Aertembaga

memiliki 10 kelurahan, Kecamatan Lembeh Utara memiliki 10 kelurahan dan

Kecamatan Lembeh Selatan memiliki 8 kelurahan. Seperti kebanyakan iklim di

Indonesia, iklim Kota Bitung terdiri atas iklim tropis dan basah. Pada Bulan Juni

(54)

30  

 

banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau di Kota

Bitung. Sebaliknya pada Bulan Desember sampai dengan Maret, angin pada

umumnya bertiup dari Asia dan Samudera Pasifik, yang melewati beberapa

lautan, sehingga banyak mengandung uap air, dan mengakibatkan terjadinya

musim penghujan. Sepanjang tahun 2007, suhu udara rata-rata pada siang hari di

[image:54.612.128.512.257.478.2]

Kota Bitung berkisar antara 220C - 310C.

Gambar 4.1 : Peta Wilayah per Kecamatan di Kota Bitung

Keterangan :

Seperti yang kita lihat pada gambar 2, wilayah Kota Bitung dikelilingi

oleh lautan yang sangat luas. Hal tersebut menjadi alasan terkuat sehingga 011 Kec. Matuari

012 Kec. Girian 010 Kec. Madidir

021 Kec. Lembeh Selatan 022 Kec. Lembeh Utara 030 Kec. Aertembaga 031 Kec. Maesa 040 Kec. Ranowulu

LAUT MALUKU

(55)

31  

 

cukup banyak masyarakat di Kota Bitung yang menggantungkan hidupnya dari

subsektor perikanan, khususnya perikanan laut. Sebagian besar diantaranya

merupakan nelayan tradisional yang mencari ikan dengan perahu kecil dan

peralatan seadanya, dan sebagian lainnya bekerja pada kapal-kapal besar

penangkap ikan milik perusahaan penangkapan lokal maupun asing.

4.2. Kondisi Kependudukan Kota Bitung

Penduduk Kota Bitung berkembang pesat dari 140.270 jiwa pada tahun

2000 menjadi 174.003 pada tahun 2007. Dengan kata lain pertumbuhan

[image:55.612.134.507.366.565.2]

rata-rata penduduk pada periode tahun 2000-2007 tersebut 3,08 persen per tahun.

Tabel 4.1 Kepadatan Penduduk Kota Bitung Menurut Kecamatan Tahun 2007

Kecamatan Penduduk Luas Area ( Km2 )

Kepadatan Penduduk (Per Km2) ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) 1.Matuari 2.Girian 3.Ranowulu 4.Madidir 5.Maesa 6.Aertembaga 7.Lembeh Utara 8.Lembeh Selatan 22.649 24.914 15.416 32.456 35.450 25.123 8.720 9.275 33,96 5,17 157,57 20,83 9,70 33,09 27,66 25,53 666,93 4.823,15 97,84 1.558,14 3.654,64 759,16 315,26 363,30

(56)

32  

[image:56.612.142.518.114.326.2]

 

Gambar 4.2. Grafik Perkembangan penduduk Kota Bitung Tahun 2000 - 2007

Kepadatan penduduk tahun 2007 mencapai 555 jiwa /km2,dimana

Kecamatan Girian merupakan kecamatan dengan kepadatan tertinggi yakni

mencapai 4.823 jiwa /km2, sedangkan kecamatan ranowulu merupakan kecamatan

dengan kepadatan terendah yakni hanya 98 jiwa /km2.

Peningkatan jumlah penduduk yang ditunjang dengan peningkatan

pendapatan perkapita merupakan peluang dalam usaha perikanan. Semakin

meningkatnya jumlah penduduk, maka akan semakin meningkatkan jumlah

konsumsi terhadap hasil-hasil perikanan.

4.3. Kondisi Sosial Ekonomi Kota Bitung

Sebagai kota multi dimensi, penduduk Kota Bitung dapat dikatakan

memiliki kualitas latar belakang pendidikan yang cukup memadai, yang

menjadikan Kota Bitung memiliki potensi Sumberdaya Manusia yang merupakan

asset cukup besar yang dapat mendukung perkembangan dan pembangunan 174.003

169.562 169.776

167.625 161.421

149.385 144.000

140.270

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

(57)

33  

 

ekonomi di Kota Bitung bila dapat diberdayakan secara maksimal dan dapat

[image:57.612.135.507.193.392.2]

ditingkatkan.

Tabel 4.2. Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Di Kota Bitung Tahun 2007

Sumber : BPS Kota Bitung, 2007.

Dari tabel 4.2 terlihat penduduk yang tamat pendidikan SLTP ke atas

mencapai 57,57 persen sedangkan sisanya 42,43 persen tamat SD dan tidak/belum

sekolah dan tamat SD. Penduduk Kota Bitung memiliki pendapatan per kapita

tertinggi di Sulawesi Utara dibandingkan dengan 14 kabupaten/kota lainnya di

Provinsi Sulawesi Utara, yakni mencapai Rp. 12.439.108 (tabel 4.3). Meskipun

pendapatan per kapita yang tinggi belum menggambarkan tingkat daya beli

masyarakat yang tinggi pula, namun setidaknya sudah dapat menggambarkan

tingginya dinamika aktivitas ekonomi makro di Kota Bitung.

Pendidikan Terakhir Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentase (%)

( 1 ) ( 2 ) ( 3) ( 4 ) (5)

Blm/Tdk Tamat Sklh SD/Sederajat

SLTP/Sederajat SMU/Aliyah SM Kejuruan DI/II

DIII / Akademi S1 / Sarjana atau lebih

13.629 14.399 15.484 16.310 3.283 231 763 2.905 12.957 15.792 15.792 14.490 3.129 826 462 3.353 26.586 30.191 31.276 30.800 6.412 1.057 1.225 6.258 19,87 22,56 23,37 23,02 4,79 0,79 0,92 4,68

(58)

34  

[image:58.612.134.507.147.339.2]

 

Tabel 4.3. Perkembangan Pendapatan Per Kapita Kota Bitung Tahun 2000 – 2007 dan pertumbuhannya

Tahun Pendapatan Perkapita (Rp) Pertumbuhan (%)

( 1 ) ( 2 ) ( 3)

2000 8.636.941 7,40 2001 9.276.323 6,20 2002 9.851.821 0,05 2003 9.856.889 6,06 2004 10.454.702 4,94 2005 10.971.627 9,24 2006 11.985.053 3,79 2007 12.439.108 7,40 Rata-rata 10.434.058 5,38 Sumber: BPS Kota Bitung, 2000-2007.

Dari tabel 4.3 dapat kita lihat bahwa pendapatan perkapita di Kota Bitung

terus naik secara riil dari tahun ke tahun, atau dapat dikatakan selalu mengalami

pertumbuhan yang positif, meskipun pertumbuhannya masih berfluktuasi dari

tahun ke tahun. Pertumbuhan p

Gambar

Gambar 4.1 : Peta Wilayah per Kecamatan di Kota Bitung
Tabel 4.1 Kepadatan Penduduk Kota Bitung Menurut Kecamatan Tahun 2007
Gambar 4.2.  Grafik Perkembangan penduduk Kota Bitung Tahun 2000 - 2007
Tabel 4.2.  Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Di Kota Bitung Tahun 2007
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melihat seberapa besar pengaruh dari tiap sektor tersebut terhadap laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah dan mencari sektor-sektor basis atau unggulan tiap 15 Kota/Kabupaten di Jawa

pertumbuhan dan kontribusi tertinggi dalam pembentukan nilai PDRB adalah sektor Jasa-jasa. Pergeseran telah terjadi pada subsektor tersier di Kota Bandar Lampung dari

pertumbuhan dan kontribusi tertinggi dalam pembentukan nilai PDRB adalah sektor Jasa-jasa. Pergeseran telah terjadi pada subsektor tersier di Kota Bandar Lampung dari

pengusaha perikanan tangkap di Kota Bitung. Mengetahui pengaruh jenis kapal terhadap pendapatan yang diperoleh. pengusaha perikanan tangkap di Kota Bitung.

Pemilihan subsektor jasa unggulan didasarkan pada besarnya kontribusi dan laju pertumbuhan subsektor jasa di dalam PDRB kota Bandung, nilai LQ subsektor jasa, nilai proportional shift

Dalam penelitian ini Industri pengolahan perikanan berpengaruh signifikan terhadap kesempatan kerja di kota Bitung dengan nilai probabilitas dari industri

Untuk mengetahui seberapa besar peranan subsektor perikanan laut dan budidaya dalam meningkatkan perekonomian Provinsi Riau maka analisa data yang digunakan adalah

Penelitian bertujuan; (1) untuk melihat perkembangan kegiatan perikanan selama lima tahun terakhir, (2) untuk mengetahui peranan subsektor perikanan di sektor