ABSTRACT
ANALYSIS OF DIFFERENCES IN THE ECONOMIC STRUCTURE OF BANDAR LAMPUNG CITY DAN METRO CITY
By
HADI FEBRIANTO
Economic development is basically the process of economic development potential into a specialized economic power through various activities,one of which is the improvement of the economic structure. Transformation of traditional society to a modern society characterized by a shift of economic activities from the primary sector to the secondary and tertiary sectors. GDP data from years 2002 – 2011 in Bandar Lampung city and Metro city seen that the contribution of the primary sector has declined. This study will observe differences in the
economic structure towards forming the two cities and see the differences in the performance of each sector. It is used to shift-share analysis, regional divergence Krugman index and location quotient analysis (LQ).Seen from the shift-share analysis and regional divergence Krugman index that the economic structure of the Bandar Lampung city and Metro city is the same, is shown in economic activity is dominated by the tertiary sector. Whereas the LQ analysis found that most sectors of Bandar Lampung city is base on the transport and communication sector, whereas in the Metro city is the service sector.
ABSTRAK
ANALISIS PERBEDAAN STRUKTUR PEREKONOMIAN KOTA BANDAR LAMPUNG DAN KOTA METRO
Oleh
HADI FEBRIANTO
Pembangunan ekonomi pada dasarnya adalah proses pengembangan ekonomi potensial menjadi sebuah kekuatan ekonomi yang terspesialisasi melalui berbagai kegiatan salah satunya adalah perbaikan struktur ekonomi. Transformasi masyarakat tradisional ke masyarakat maju ditandai dengan pergeserannya
kegiatan ekonomi masyarakat dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dari data PDRB ADHK tahun 2002 - 2011 pada Kota Bandar Lampung dan Kota Metro terlihat bahwa kontribusi sektor pertanian primer semakin menurun. Penelitian ini akan mengamati perbedaan arah pembentuk struktur ekonomi pada dua kota tersebut dan melihat perbedaan kinerja persektornya. Untuk itu
digunakan analisis shift-share, indeks divergensi regional Krugman dan analisis Location Quotient (LQ). Dilihat dari analisis shift-share dan indeks divergensi regional Krugman bahwa struktur perekonomian Kota Bandar Lampung dan Kota Metro adalah sama, yaitu diperlihatkan dengan kegiatan perekonomian
didominasi oleh sektor-sektor tersier. Sedangkan pada analisis LQ didapat bahwa sektor terbasis pada Kota Bandar Lampung adalah sektor pengangkutan &
komunikasi, sedangkan pada Kota Metro adalah sektor Jasa-jasa.
ANALISIS PERBEDAAN STRUKTUR PEREKONOMIAN KOTA BANDAR LAMPUNG DAN KOTA METRO
(Skripsi)
Oleh
HADI FEBRIANTO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pemikiran ... 14 2. PDRB Provinsi Lampung atas dasar harga konstan
(juta) ... 47 3. Rata-rata distribusi PDRB Provinsi Lampung
Tahun 2002 – 2011 menurut lapangan usaha atas
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Kerangka Penelitian ... 12
F. Sistematika Penulisan ... 15
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 16
A. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto ... 16
1. Pendekatan Produksi ... 16
2. Pendekatan Pendapatan ... 17
3. Pendekatan Pengeluaran... 17
4. Metode Alokasi ... 17
B. Pengertian Pembangunan Ekonomi ... 19
1. Teori Pembangunan Ekonomi ... 20
2. Teori dan Model Pertumbuhan Ekonomi ... 20
ii
C. Pengertian Daerah dan Pembangunan Daerah ... 22
1. Pembangunan Daerah Melalui Pengembangan Wilayah ... 23
2. Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Regional ... 23
3. Teori Perkembangan Kota... 24
D. Keseimbangan Pertumbuhan Ekonomi ... 25
1. Teori Seimbang Menurut Rosenstein-Rodan Dan Nurkse... 25
2. Teori Keseimbangan Menurut Scitovsky Dan Lewis ... 26
3. Teori Pembangunan Tidak Seimbang Menurut Hirschman dan Streeten ... 27
E. Pengertian Basis Ekonomi ... 27
1. Teori Basis Ekonomi ... 28
F. Transformasi Struktural ... 29
1. Faktor Penyebab Transformasi Struktural ... 30
G. Penelitian Terdahulu ... 31
III. METODE PENELITIAN ... 36
A. Jenis dan Sumber Data ... 36
B. Profil Wilayah Penelitian ... 36
1. Provinsi Lampung ... 36
2. Kota Bandar Lampung ... 37
3. Kota Metro ... 38
C. Definisi Operasional Variabel ... 38
D. Metode Analisis Data ... 39
1. Analisis Shift-Share ... 39
2. Analisis Indeks Divergensi Regional Krugman ... 41
iii
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Gambaran Perekonomian Provinsi Lampung ... 46
B. Struktur Perekonomian Kota Bandar Lampung ... 48
C. Struktur Perekonomian Kota Metro ... 50
D. Analisis Shift-Share ... 53
1. Analisis Shift-Share Kota Bandar Lampung ... 54
2. Analisis Shift-Share Kota Metro ... 56
E. Analisis Indeks Divergensi Regional Krugman ... 59
F. Analisis Location Quotient (LQ) ... 60
1. Analisis LQ Kota Bandar Lampung ... 60
2. Analisis LQ Kota Metro ... 61
G. Analisis Deskriptif Perbedaan Pembentukan Struktur Perekonomian Kota Bandar Lampung dan Kota Metro ... 62
1. Variabel Pengaruh Perttumbuhan Ekonomi Provinsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandar Lampung dan Kota Metro (Nij) ... 62
2. Variabel Pertumbuhan Proposional Kota Bandar Lampung dan Kota Metro (Mij) ... 64
3. Variabel Pengaruh Keunggulan Kompetitif (Cij) sektor Perekonomian di Kota Bandar Lampung dan Kota Metro ... 66
4. Variabel Perubahan Seluruh Variabel Regional (Dij) Kota Bandar Lampung dan Kota Metro ... 67
5. Variabel Pergeseran Bersih (PB) Persektor di Kota Bandar Lampung dan Kota Metro ... 69
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 tahun 2002 –
2011 (jt.rupiah) ... .... L1 2. Produk Domestik Regional Bruto Bandar Lampung Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 tahun 2002 –
2011 (jt.rupiah) ... .... L2 3. Produk Domestik Regional Bruto Metro Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan 2000 tahun 2002 – 2011 (jt.rupiah) ... .... L3 4. Perhitungan Indeks Divergensi Regional Krugman Antara Kota
Bandar Lampung dan Kota Metro Tahun 2002 ... .... L4 5. Perhitungan Indeks Divergensi Regional Krugman Antara Kota Bandar
Lampung dan Kota Metro Tahun 2011 ... .... L5
6. Analisis Shift-Share Kota Bandar Lampung Tahun 2002 – 2011 ... .... L6
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Distribusi PDRB Provinsi Lampung atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha tahun
2007 – 2011 (persen) ... 5 2. Rata-rata distribusi PDRB Kota Bandar Lampung
dan Metro tahun 2007 – 2011 menurut lapangan
usaha atas dasar harga konstan (persen)... 8 3. Penelitian dalam negeri ... 31 4. Penelitian luar negeri... 33 5. Distribusi PDRB Kota Bandar Lampung menurut
lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun
2002 – 2006 (persen) ... 48 6. Distribusi PDRB Kota Bandar Lampung menurut
lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun
2007 – 2011 (persen) ... 48 7. Distribusi PDRB Kota Metro menurut lapangan
usaha atas dasar harga konstan tahun 2002 – 2006
(persen) ... 50 8. Distribusi PDRB Kota Metro menurut lapangan
usaha atas dasar harga konstan tahun 2007 – 2011
(persen) ... 51 9. Rasio PDRB Kota Bandar Lampung dan PDRB
Provinsi Lampung 2002 – 2011 ... 53 10.Hasil analisis shift-share Kota Bandar Lampung
2002 – 2011 (juta) ... 54 11.Rasio PDRB Kota Metro dan PDRB
v
12.Hasil analisis shift-share Kota Metro 2002-2011
(juta) ... 57 13.Perhitungan indeks divergensi regional Krugman
antara Kota Bandar Lampung dan Kota Metro
tahun 2002 dan 2011 ... 59 14.Nilai LQ persektor Kota Bandar Lampung
tahun 2002 – 2011 ... 60 15.Nilai LQ persektor Kota Metro tahun 2002 -2011 ... 61 16.Nilai perhitungan variabel Nij berdasarkan urutan
nilai terbesar ... 62 17.Nilai perhitungan variabel Mij berdasarkan urutan
nilai terbesar ... 64 18.Nilai perhitungan variabel Cij berdasarkan urutan
nilai terbesar ... 66 19.Nilai perhitungan variabel Dij berdasarkan urutan
nilai terbesar ... 67 20.Nilai perhitungan variabel PB berdasarkan urutan
MOTO
“Barang siapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah
untuk dirinya sendiri”
(QS. Al-Ankabut 29:6)
“If you wish to be a success in the world, promise everything, deliver nothing” (Napoleon Bonaparte)
“Hidup bukan sekedar menunggu pelangi sehabis hujan di sore hari, tapi hidup juga tentang menari dibawah curah hujan yang tinggi”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Ibunda tercinta dengan kesempurnaan cinta dan kasih sayangnya yang mengantarkanku mencapai segala cita-cita serta ikhlasnya do’a hingga semua perjalanan hidup, cita, cinta, keinginan aku dapatkan sampai hari ini dan kelak untuk hari-hari selanjutnya.
2. Kakak-kakakku uwo Ita, ngah Mery dan kak Fitri yang tanpa mereka sadari bahwa mereka adalah inspirasi terbesar dalam hidupku untuk terus mencapai segala cita dan kebahagiaan.
3. Among, Ajong, Alak, Pak ngah, Mak ngah, Pak cik, Mak cik, Mamak Rasyid, tante Rosi dan seluruh sepupuku tercinta yang menjadikan segala kebahagiaanku menjadi sempurna atas segala kehadiran dan dukungan yang mereka berikan.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Provinsi Lampung pada tanggal 20 Februari 1992, sebagai anak keempat dari empat bersaudara, dari Bapak Drs.Amizan Wardi (alm) dan Ibu Zulyati,S.Pdi.
Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) AL Fajar Bandar Lampung diselesaikan tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD AL Azhar Way Halim, Bandar Lampung tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 4 Bandar Lampung pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 2 Bandar Lampung pada tahun 2010.
SANWACANA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi berjudul “Analisis Perbedaan Struktur Perekonomian Kota Bandar
Lampung dan Kota Metro” ini merupakan syarat yang harus ditempuh untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si selaku Ketua Jurusan dan Ibu Asih Murwati, S.E., M.E selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Bapak Dr.I Wayan Suparta, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak memberikan saran, perhatian, dan bimbingannya hingga skripsi ini selesai dan selaku pembimbing akademik.
5. Bapak Dr.H.Toto Gunarto, S.E.,M.Si sebagai penguji utama atas masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini. 6. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang
telah memberikan ilmunya selama masa perkuliahan.
7. Seluruh pegawai jurusan Ekonomi Pembangunan (Mas Kuswara, Ibu Mardiana, Ibu Yati, Pak Ikhman, Pakde, dll) serta para pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
8. Emak tercinta, Wo Ita, Ngah Mery, Kak Fitri, Odo Thamrin, Bang Jon, Farrel, Raffa, Faris dan Nufail yang telah memberikan dukungan selama penulisan skripsi ini.
9. Sepupu-sepupu tercinta Bang Dedy, Bang Alan, Bang Okta, Monica, Winda, Mira, Wahyu, Adit, Fajar, Sheila, Agung, Dendi, Rafid, Fika, Riyon dan Rendi, untuk semangat kebersamaannya.
10. Sahabat-sahabat Ekonomi Pembangunan 2010. Cepew, Hasti, Ata, Citra, Emak Gege, Astri, Deni, Bram Akang, Andhika, Irfan, Angga, Amin dan Dinasty. Semoga kesuksesan selalu menyertai kita semua.
11. Sahabat-sahabat sepermainanVega Sarlita, Ecan, Baim, Ucen, Sofuan, Riza, Poni, Robe, Doni, Wawan, Thorn, Tommy, Reza dan Wahyu untuk semua keceriaannya yang telah diberikan.
13. Keluarga „KKN Sukaraja Nuban’.Sandi, Willy, Akim, Ahdan, Vega, Gina, Uning, Intan dan Apri. Terima kasih untuk semua pengalaman dan pelajaran hidupnya.
14. Keluarga besar XII IPA 6 Smanda 2010 yang telah memberikan dukungannya. 15.Dan pihak-pihak lain yang turut membantu dukungan maupun doa sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan kebaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam
struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus
menerus. Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses perubahan struktur yang
ditandai dengan peningkatan sumbangan sektor industri, manufaktur dan jasa-jasa
dalam pembentukan Produk Domestik Bruto di suatu pihak dan menurunnya pangsa
(share) sektor pertanian dalam pembentukan Produk Domestik Bruto di pihak
lain(Arsyad:1999).
Pembangunan ekonomi pada dasarnya ialah proses pengembangan ekonomi potensial menjadi sebuah kekuatan ekonomi yang terspesialisasi melalui berbagai kegiatan seperti peningkatan modal, perbaikan struktur ekonomi, peralihan teknologi dan lain sebagainya. Pembangunan ekonomi secara garis besar
bertujuan untuk peningkatan taraf hidup, perluasan kesempatan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, peningkatan hubungan ekonomi regional dan pergeseran ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.
2
(4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat dari agraris menjadi masyarakat industri ( Kariyasa : 2001).
Dalam sebuah pembangunan nasional terdapat peran dari peningkatan
pertumbuhan ekonomi daerah yang dapat dilihat dari PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) suatu daerah yang menjadi bagian dari suatu negara, oleh karena itu pertumbuhan ekonomi nasional memiliki pengaruh terhadap perekonomian daerah, Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari beberapa Provinsi yang pada masing-masing Provinsi memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, karena sebuah pembangunan nasional meliputi perencanaan nasional maupun dalam ruang lingkup regionalnya. Peningkatan pendapatan nasional terjadi karena adanya pertumbuhan ekonomi yang positif diukur dengan produk domestik bruto, pertumbuhan PDB menjadi suatu hal yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi.
Perubahan wilayah terhadap kondisi yang lebih makmur tergantung pada usaha-usaha di daerah tersebut dalam menghasilkan barang dan jasa, serta usaha-usaha-usaha-usaha pembangunan yang diperlukan. Oleh sebab itu maka kegiatan basis mempunyai peranan penggerak utama (prime moverrole) dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dimana setiap perubahan mempunyai efek multiplier terhadap
perekonomian regional (Glasson,1990).
Pertumbuhan ekonomi daerah pada dasarnya dipengaruhi oleh keunggulan
3
dalam melaksanakan pembangunan ekonomi daerah secara berkelanjutan
( Arsyad, 1999 ). Pertumbuhan ekonomi pada negara-negara maju pada awalnya memperlihatkan peran perubahan dari tingkat struktural dan sektoral yang mempengaruhi dalam proses pembangunan ekonomi.
Transformasi struktural merupakan proses perubahan struktur perekonomian dari sektorpertanian ke sektor industri atau jasa, dimana setiap perekonomian akan mengalami transformasi yang berbeda-beda. Pada umumnya transformasi yang terjadi di negara sedang berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri. Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan serta penanggulangan kemiskinan, sekaligus
pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri (Todaro, 1999).
Perubahan struktur atau transformasi ekonomi dari tradisional menjadi modern secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam ekonomi yang berkaitan dengan komposisi penyerapan tenaga kerja, produksi, perdagangan, dan faktor – faktor lain yang diperlukan secara terus menerus untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial melalui peningkatan pendapatan perkapita (Tambunan, 2001).
4
a) Sektor primer, yang terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan dan penggalian.
b) Sektor sekunder, terdiri dari industri pengolahan, listrik, gas & air bersih dan bangunan.
c) Sektor tersier, terdiri dari perdagangan, hotel & restoran,
pengangkutan & komunikasi, keuangan, persewaan & jasa perusahaan, jasa-jasa lain (termasuk pemerintahan).
Pada umumnya, transformasi yang terjadi di negara berkembang adalah
transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri, atau terjadinya transformasi dari sektor primer kepada sektor non primer (sekunder dan tersier).
Struktur perekonomian adalah besar share lapangan usaha terhadap total PDRB baik atas dasar harga yang berlaku maupun harga konstan. Dengan mengetahui struktur perekonomian maka dapat diketahui konsentrasi lapangan usaha yang sangat dominan pada suatu daerah. Seiring berjalannya waktu akan
mengakibatkan perubahan struktur perekonomian yang ditandai dengan pergeseran struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri.
Kemakmuran suatu wilayah berbeda dengan wilayah lainnya, perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan pada struktur ekonomi.
5
dijadikan acuan untuk merencanakan upaya perbaikan struktur, maupun penciptaan struktur ekonomi wilayah yang ideal dalam jangka panjang.
Di Provinsi Lampung dalam penyumbang pembentukan PDRB didominasi oleh sektor pertanian selama periode 2007 – 2011 yang memberikan kontribusi
tertinggi dibandingkan dengan sektor – sektor lain, berikut adalah data kontribusi berdasarkan lapangan usaha dalam pembentukan nilai PDRB Provinsi Lampung:
Tabel 1.Distribusi PDRB Provinsi Lampung Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha tahun 2007 – 2011 (Persen)
No Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-Rata
1 Pertanian 42,55 41,57 40,53 38,72 38,28 40,33
2 Pertambangan dan Penggalian 2,52 2,36 2,04 1,86 1,82 2,12
3 Industri Pengolahan 13,24 13,38 13,46 13,49 13,3 13,37
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,36 0,37 0,36 0,37 0,38 0,36
5 Bangunan 4,92 4,89 4,88 4,78 4,84 4,86
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 15,5 15,74 16,09 15,93 15,84 15,82
7 Pengangkutan dan Komunikasi 6,12 6,33 6,7 7,3 7,77 6,84
8 Keuangan dan persewaan 7,23 7,82 8,38 9,99 10,1 8,70
9 Jasa-Jasa 7,54 7,55 7,57 7,55 7,68 7,57
PDRB Dengan Migas 100 100 100 100 100 100
Sumber: BPS Provinsi Lampung (data diolah)
Berdasarkan data distribusi PDRB Provinsi Lampung yang disajikan oleh Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa telah terjadi transformasi struktural di Provinsi
6
menurunnya kontribusi sektor pertanian dan pertambangan yang merupakan sektor primer dalam pembentukan nilai PDRB dari kurun waktu 2007 hingga 2011, walaupun sektor pertanian masih menjadi penyumbang terbesar dalam pembentukan nilai PDRB tetapi kontribusinya menurun dari tahun ke tahun, ditunjukan dari kontribusi sektor pertanian tahun 2007 sebesar 42,55%, tahun 2008 sebesar 41,57%, tahun 2009 sebesar 40,53%, tahun 2010 sebesar 38,72%, dan tahun 2011 sebesar 38,28%. Penurunan kontribusi juga dialami pada sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 2,52% pada tahun 2007 dan terus menurun dari tahun ke tahun hingga 1,82% pada tahun 2011.
Sedangkan pada sektor sekunder dan tersier terjadi peningkatan kontribusi yang terlihat pada sektor industri pengolahan yaitu sebesar 13,24% pada tahun 2007, mengalami peningkatan selama tiga tahun yaitu sebesar 13,38% tahun 2008, sebesar 13,46% tahun 2009, dan sebesar 13,49% tahun 2010, meski mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 13,30%. Peningkatan juga ditunjukan oleh sektor keuangan dan persewaan yaitu sebesar 7,23% pada tahun 2007 dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2011 sebesar 10,1%.
Begitu pula dengan sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik gas dan air bersih dan sektor jasa-jasa, yang mengalami peningkatan selama periode 2007 – 2011.
7
rata-rata terbesar selama periode tahun 2007 – 2011 adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Dapat disimpulkan bahwa sampai dengan tahun 2011 struktur perekonomian di Provinsi Lampung didominasi oleh sektor pertanian tertinggi dengan rata-rata sebesar 40,33%, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,82% dan sektor industri pengolahan sebesar 13,37%.
Di Provinsi Lampung sektor pertanian menjadi kontribusi terbesar dalam
pembentukan nilai PDRB, tetapi untuk di Kota Bandar Lampung dan Kota Metro memiliki kontribusi yang kecil dari sektor primer dan menjadikan sektor sekunder dan tersier sebagai pembentuk perekonomiannya.Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung dan penelitian ini akan menganalisis struktur pembentuk perekonomiannya, sebagai pembanding akan dilakukan analisis perbedaan struktur dengan Kota Metro.
Pemilihan Kota Metro sebagai pembanding karena Kota Metro memiliki karakteristik yang hampir sama dan merupakan wilayah yang berstatus Kota Madya selain Kota Bandar Lampung di Provinsi Lampung. Kesamaan lainnya dengan Kota Bandar Lampung yaitu lebih besarnya kontribusi sektor sekunder dan tersier dibandingkan dengan sektor primer dalam pembentukan PDRB wilayah masing-masing.
8
didirikan memang untuk menjadi Ibukota Provinsi, namun Kota Metro merupakan Kota pemekaran yang pada mulanya hanya menjadi Ibukota Lampung Tengah.
Berikut rata-rata kontribusi per sektor yang ada di dua Kota Madya tersebut periode 2007 -2011.
Tabel 2. Rata - Rata Distribusi PDRB Kota Bandar Lampung dan Metro Tahun 2007 - 2011 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Persen)
No Lapangan Usaha Bandar
Lampung Metro
1 Pertanian 4,10 13,36
2 Pertambangan dan Penggalian 1,30 0,00
3 Industri Pengolahan 18,46 4,88
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,65 0,86
5 Bangunan 7,39 4,15
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 17,33 18,28
7 Pengangkutan dan Komunikasi 15,52 11,17
8 Keuangan dan persewaan 20,91 23,11
9 Jasa-Jasa 14,16 24,18
PDRB Dengan Migas 100 100
Sumber: BPS Provinsi Lampung (data diolah)
9
PDRB Kota Bandar Lampung pada periode 2007 - 2011 sebesar 20,91%, lalu diikuti sektor industri pengolahan sebesar 18,46%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 17,33% serta sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 15,52%. Keempat sektor tersebut merupakan pemberi kontribusi terbesar untuk PDRB Kota Bandar Lampung dan menjadi penggerak perekonomian. Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor yang memberikan kontribusi terkecil dengan rata-rata sebesar 0,65% pada periode tersebut.
10
Dalam penelitian ini akan mengidentifikasi struktur perekonomian dan sektor yang menjadi basis perekonomian di Kota Bandar Lampung dan Kota Metro, serta akan diidentifikasi perbedaan struktur perekonomian kedua Kota tersebut menurut spesialisasi regionalnya.
Penelitian tentang struktur perekonomian telah banyak dilakukan, salah satunya dilakukan oleh Hidayat (2013) dengan hasil penelitiannya diperoleh dari sektor ekonomi unggulan pada periode tahun 2001-2002 dengan periode tahun 2009-2010 diketahuiterjadi perubahan struktur ekonomi di Kota Manado, dimana terjadi peningkatan dan perubahan pada struktur ekonomi Kota Manado dilihat dari sisi sektor ekonomi yaitu dari empat sektor ekonomi unggulan meningkat menjadi lima sektor ekonomi unggulan bertambah dengan adanya sektor pengangkutan dan komunikasi.
Perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah lokasi, waktu, mengidentifikasi sektor yang menjadi basis perekonomian di dua Kota tersebut dan menganalisis struktur perekonomiannya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul “ANALISIS PERBEDAAN STRUKTUR PEREKONOMIAN
KOTA BANDAR LAMPUNG DAN KOTA METRO”
B. Rumusan Masalah
11
1. Bagaimana perbandingan pembentukan struktur perekonomian antaraKota Bandar Lampung dan Kota Metro ?
2. Bagaimana perbedaan struktur perekonomian di Kota Bandar Lampung dan Kota Metro ?
3. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor basis dalam perekonomian di Kota Bandar Lampung dan Kota Metro ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah Sebagai Berikut :
1. Untuk menganalisis dan membandingkan secara
deskriptifpembentukanstruktur perekonomian antaraKota Bandar Lampung dan Kota Metro
2. Untuk menganalisis perbedaanstruktur perekonomian di Kota Bandar Lampung dan Kota Metro menggunakan metode analisis shift - sharedan analisis indeks divergensi regional Krugman
3. Untuk mengetahui sektor basis dalam perekonomian di Kota Bandar Lampung dan Kota Metro
D. Manfaat Penelitian
12
E. Kerangka Pemikiran
Pembangunan ekonominasional telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang ditandai dengan perubahan struktur perekonomian. Proses
perubahan struktur perekonomian ditandai denganturunnyapangsa sektor primer, meningkatnya pangsa sektor sekunder, dan pangsa sektor tersier kurang lebih konstan, namun kontribusinya akan meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi.
Tujuan pembangunan ekonomi diarahkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan mewujudkan landasan pembangunan berkelanjutan yang berdasarkan
ekonomi kerakyatan. Pembangunan ekonomi berusaha untuk mengatasi krisis ekonomi beserta dampak yang ditimbulkan, mengatasi pengangguran yang semakin meningkat, kesenjangan ekonomi antarpelaku ekonomi dan antara pusat dan daerah, serta pemerataan pendapatan, dan masalah ekonomi lainnya.
Perekonomian Provinsi Lampung secara langsung akan memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi nasional, perekonomian di Provinsi Lampung terbentuk melalui struktur perekonomian, dimana dalam pementukan nilai PDRB terdapat sembilan sektor yang memberikan kontribusi dalam pembentukan PDRB.
Transformasi struktural di Provinsi Lampung terlihat dari pergeseran kontribusi sektor primer ke sektor sekunder dan tersier, dibuktikan dengan menurunnya kontribusi sektor primer dan meningkatnya kontribusi sektor sekunder dan tersierdalam pembentukan nilai PDRB pada periode tahun 2007 – 2011.
13
Kota Metro merupakan Kota Madya lainnya yang struktur ekonominya terbentuk dari sektor sekunder dan tersier. Oleh karena itu Kota Metro dijadikan
pembanding dalam penelitian ini.
Untuk menganalisis struktur perekonomian Kota Bandar Lampung dan Metro digunakan metode analisis shift-share dengan tujuan mengetahui seberapa besar perubahan keseluruhan suatu variabel regional di daerah penelitian, pengaruh pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung terhadap perekonomian Kota Bandar Lampung dan Metro, pertumbuhan proposional salah satu sektor di Kota Bandar Lampung dan Metro, dan pengaruh keunggulan kompetitif salah satu sektor di Kota Bandar Lampung dan Metro. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan perubahan antara dua Kota tersebut akan dilakukan analisis deskriptif dari hasil olah data pada wilayah masing-masing.
Kemudian untuk melihat sejauh mana perbedaan struktur perekonomian Kota Bandar Lampung dan Metro menurut spesialisasi regional digunakan metode indeks divergensi regional Krugman
Dari struktur perekonomian di Kota Bandar Lampung dan Metro akan ditelusuri sektor mana saja basis dan non basis perekonomian yang membentuk struktur ekonomi wilayah tersebut menggunakan analisis Location Quotient (LQ). Analisis sektor yang menjadi unggulan perekonomian daerah sangat berguna untuk
14
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
PEMBANGUNAN EKONOMI
PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG
STRUKTUR PEREKONOMIAN BANDAR LAMPUNG
SHIFT SHARE
STRUKTUR PEREKONOMIAN
METRO SHIFT SHARE
SEKTOR BASIS
LQ
ANALISIS PERBEDAAN STRUKTUR EKONOMI
15
F. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari :
Bab I : Pendahuluan yang meliputi, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan pustaka yang berisi landasan teori, tujuan teoritis dan tinjauan empiris yang relevan dalam penulisan penelitian ini.
Bab III : Metode penelitian yang terdiri dari tahapan penelitian, sumber data, batasan perubah variabel dan metode analisis.
Bab IV : Hasil dan pembahasan yang memuat hasil olah data serta pembahasan dari hasil hitung statistik
Bab V : Kesimpulan dan saran, yang memuat kesimpulan dari seluruh kegiatan penelitian serta saran yang untuk pengembangan hasil penelitian
DAFTAR PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto
PDRB adalah jumlah keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari semua kegiatan perekonomian diseluruh wilayah dalam periode tahun tertentu yang pada umumnya dalam waktu satu tahun.
Pada perhitungan PDRB dapat menggunakan dua harga yaitu PDRB harga berlaku dan PDRB harga konstan, yang dimana PDRB harga berlaku merupakan nilai suatu barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun tersebut, dan PDRB harga konstan adalah nilai suatu barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu yang dijadikan sebagai tahun acuan atau tahun dasar.
Dalam menghitung PDRB dapat dilakukan dengan empat pendekatan antara lain :
1. Pendekatan Produksi
Pendekatan ini sering disebut juga pendekatan nilai tambah dimana nilai tambah bruto dengan cara mengurangkan nilai out put yang dihasulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan biaya antara lain dari masing – masing nilai produksi bruto dari setiap sektor ekonomi, nilai tambah ini merupaan nilai yang
17
input antara, nilai yang ditambahkan sama dengan balas jasa faktor produksi atas keikutsertaannya dalam proses produksi.
2. Pendekatan Pendapatan
Pendekatan ini merupakan nilai tambah dari kegiatan – kegiatan ekonomi dihitung dengan cara menjymlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Pada sektor pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak mencari keuntungan, surplus usaha seperti bunga neto, sewa tanah dan keuntungan tidak diperhitungkan.
3. Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan pengeluaran digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa yang digunakan oleh berbagai kelompok dalam masyarakat untuk kepentingan
konsumsi rumah tangga, pemerintah dan yayasan sosial, pembentukan modal dan ekspor, nilai barang dan jasa hanya berasal dari produksi domestik, total
pengeluaran dari komponen – komponen tersebut harus dikurangi nilai impor sehingga nilai ekspor yang dimaksud adalah ekspor neto, penjumlahan seluruh komponen pengeluaran akhir ini disebut PDRB atas dasar harga pasar.
4. Metode Alokasi
18
Untuk menghitung produk domestik regional bruto (PDRB) dapat digunakan salah satu dari penghitungan pendapatan nasional yaitu dengan pendekatan pengeluaran. pendekatan pengeluaran digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa yang dikeluarkan oleh berbagai golongan dalam masyarakat, dengan persamaan sebagai berikut:
PDRB = C + I + G + (x - m)
Dimana C adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga, I adalah pembentukan modal, G adalah pengeluaran pemerintah, dan (x - m) adalah selisih nilai ekspor dan impor. perlu disepakati bahwa I (investasi) dalam bidang produktif,
sebenarnya terdiri dari investasi swasta (ip) dan investasi pemerintah (ig). G adalah pengeluaran pemerintah pada umumnya yaitu pengeluaran rutin pemerintah dan pengeluaran pembangunan di luar bidang produktif.
Untuk mengukur pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah dapat diketahui melalui pendekatan model pertumbuhan neo klasik dengan memusatkan perhatian pada fungsi produksi cobb-douglas.
Menurut Arsyad (1999) fungsi produksi cobb-douglas tersebut dapat dituliskan dengan cara berikut:
Y = ALα Kβ
Dimana Y = total produksi, L = tenaga kerja, k = modal, A = produktivitas faktor total, α dan β adalah elastisitas output dari tenaga kerja dan modal, masing
19
Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan usaha dikelompokkan menjadi sembilan sektor ekonomi. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) ditingkat nasional. Pembagian ini sesuai dengan System of National Accounts (SNA). Hal ini juga memudahkan para analis untuk membandingkan PDRB antar provinsi dan antara PDRB dengan PDB.
B. Pengertian Pembangunan Ekonomi
Berikut beberapa batasan dari para ahli yang dapat menggambarkan bahwa pengertian pembangunan ternyata banyak diambil dari sudut pandang yang berlainan antara lain :
Pengertian pembangunan ekonomi (economic development) dan pertumbuhan ekonomi (economic growth) adalah sebagai kenaikan dalam produk domestik bruto (PDB) yang dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 1985).
Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan perobahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga nasional termasuk pula percepatan (akselerasi) pertumbuhan ekonomi, pengurangan, ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan absolut (Todaro 1999).
20
menyimpulkan bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting, yaitu: a) Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus, b) Usaha untuk menaikkan pendapatan per kapita, dan c) Kenaikan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang (Arsyad:1999).
Pembangunan ekonomi adalah suatu usaha memperbesar pendapatan perkapita dan menekan produktivitas perkapita dengan jalan menambah peralatan modal dan menambah skill, atau pembangunan ekonomi adalah menambah skill agar satu sama lainnya membawa pendapatan perkapita yang lebih tinggi.
(Djojohadikusumo:1994).
1. Teori Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf Hidup suatu bangsa yang sering kali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan rill perkapita (Irwan dan Soeparmoko, 2001).
Pembangunan bukanlah semata fenomena ekonomi, pembangunan harus dipahami sebagi salah satu proses yang berdimensi jarak yaitu melibatkan
perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, seluruh rakyat dan kelembagaan nasional serta percepatan pembangunan ekonomi, pengangguran ketidakmerataan, kemiskinan absolute (Todaro 1999).
2. Teori dan Model Pertumbuhan Ekonomi
Adam Smith mengemukakan tentang proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka
21
dipahami, maka dibedakan dua aspek utama yaitu pertumbuhan output total dan
pertumbuhan penduduk.
Menurut Sumitro Djojohadikusumo (1994) pertumbuhan ekonomi berpokok pada
proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi bersangkutpaut dengan proses peningkatan produksi
barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dapat dikatakan bahwa
pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur
dengan meningkatkan hasil produksi dan pendapatan.Pertumbuhan ekonomi
berkaitan dengan kenaikan output perkapita. Dalam hal ini berkaitan dengan
output total (GDP) dan jumlah penduduk, karena output perkapita adalah output
total dibagi dengan jumlah penduduk. Jadi, kenaikan output perkapita harus
dianalisis dengan melihat apa yang terjadi dengan output total di satu pihak, dan
jumlah penduduk di pihak lain, pertumbuhan ekonomi mencakup GDP total dan
pertumbuhan penduduk.
3. Model Pertumbuhan Harrot-Domar
Teori ini menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural.Selain kuantitas faktor produksi tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi karena tabungan atau investasi yang diperlukan untuk memelihara tingkat laju pertumbuhan
ekonomi natural yaitu; angka laju pertumbuhan ekonomi natural dikalikan dengan nisbah kapital-output.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam
melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu
22
perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu
periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas ekonomi adalah suatu proses
penggunaan faktor – faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini
pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor
produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi
maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga
akan meningkat
C. Pengertian Daerah dan Pembangunan Daerah
Untuk mempelajari lebih dalam, langkah pertama perlu dijelaskan pengertian daerah (regional). Arsyad (1999) menyatakan bahwa pengertian daerah berbeda bergantung pada aspek tinjauannya. Dari aspekekonomi, Daerah mempunyai 2 pengertian yaitu:
a) Suatu daerah dianggap sebagai ruang dimana kegiatan ekonomi terjadi dan didalam pelosok tersebutterdapat sifat-sifat yang sama. Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan perkapita,sosial budayanya, Geografisnya dan sebagainya.
b) Daerah dalam pengertian ini disebut daerah homogen.Suatu daerah dianggap dianggap sebagai ekonomiruang yang dikuasai oleh salah satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Daerah dalampengertian ini disebut daerah modal.
23
adalah pemecahan ekonomi nasional menjadi ekonomi-ekonomi daerah.
pemerintah daerah tidak akan membiarkan dinamika pertumbuhan ekonomi pasar terlalu bebas bekerja diwilayahnya. pemerintah daerah akan terus bertindak secara aktif untuk meraih dan menarik dinamika pertumbuhan ekonomi dan modal ke wilayahnya dengan menyediakan infrastruktur yang lengkap.
1. Pembangunan daerah melalui pengembangan wilayah
Perencanaan pembangunan wilayah ditujukan untuk mengupayakan keserasian dankeseimbangan pembangunan antar daerah sesuai dengan potensi alamnya dan memanfaatkan potensi tersebut secara efisien, tertib dan aman.
Untuk itu, berdasarkan UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang telah disusun Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 1997 sebagai acuan perencanaan pembangunan nasional. RTRWN berfungsi sebagai pedoman untuk :
a. Perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah nasional b. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah serta keserasian antar sektor pembangunan
c. Pengarahan lokasi investasi yang dilaksanakan oleh pemerintah dan ataumasyarakat
d. Penataan ruang wilayah propinsi dan kabupaten/kota.
2. Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Regional
24
sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999 : 108).
b. Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh
nilai tambah (value added) yang terjadi (Tarigan 2004).
c. Pertumbuhan ekonomi dapat dinilai sebagai dampak kebijaksanaan pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan sebagai indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan(Sirojuzilam, 2008).
3. Teori Perkembangan Kota
Perkembangan kota di Indonesia diawali dengan munculnya kota dekat sungai dan mengadakan kontak dengan wilayah pedalaman. Berdasarkan ketentuan dari BPS ada tiga kriteria suatu daerah dijadikan sebagai daerah perkotaan yaitu: a).
Kepadatan penduduk sebanyak 5000 orang atau lebih setiap km persegi jumlah, b). rumah tangga pertanian di daerah perkotaan paling besar 25% , c). memiliki delapan atau lebih jenis fasilitas perkantoran.
25
berdasarkan penduduknyadapat dilihat dari penyebaran penduduk antar kota, kepadatan penduduk dan pembagianpenduduk menurut jenis kelamin, umur maupun pekerjaannya. Adanya revolusi industri menyebabkan kehidupan kota mengalami perubahan, kesempatan kerja menjadi terbuka di kota terutama di sektor industri. Dampak dari revolusi industri menyebabkan produktivitas meningkat dan terjadinya konsentrasi penduduk di daerah pekotaan.
Perkembangan kota berkelanjutan dapat dibagi dalam beberapa tahap: a). Natural stockcapital, segala sesuatu yang disediakan alam b). Human made capital stock
antara lain investasi dan tehnologi c). Human capital stock : berupa sumber daya manusia dengan segenap kemampuan, keterampilan dan perilakunya d). Sosial stock capitalberupa organisasi sosial, kelembagaan dan institusi (Sri
Kusreni:2009).
D. Keseimbangan Pertumbuhan Ekonomi
Keseimbangan pertumbuhan ekonomi adalah pemerataan pertumbuhan ekonomi di antara wilayah dalam suatu negara kesatuan, pertumbuhan ekonomi dapat dilihat melalui peningkatan PDRB perkapita antar wilayah, terjadinya keseimbangan pertumbuhan ekonomi memiliki hambatan yaitu tidak semua wilayah memiliki faktor-faktor pendukung untuk memajukan wilayahnya sendiri.
1. Teori seimbang menurut Rosenstein-Rodan dan Nurkse
26
oleh rendahnya daya beli masyarakat, sedangkan rendahnya daya beli masyarakat disebabkan oleh rendahnya pendapatan rill masyarakat itu sendiri. Rendahnya pendapatan rill dikarenakan oleh rendahnya produktivitas.
2. Teori keseimbangan menurut Scitovsky dan Lewis
Menurut Scitovsky eksternalisasi dapat dibagi menjadi dua yaitu seperti teori yang terdapat dalam teori keseimbangan (equilibrium theory) dan yang seperti terdapat dalam teori pembangunan. Dalam teori keseimbangan (teori ekonomi
konvensional), ekternalisasi itu dapat diartikan sebagai perbaikan efisiensi yang terjadi pada suatu industri sebagai akibat dari perbaikan teknologi pada industri lain. Selain itu disamping hubungan saling ketergantungan antara berbagai industri bisa pula menciptakan eksternalitas ekonomi yang berkaitan dengan keuangan ( pecunary external economics ) yaitu kenaikan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh tindakan-tindakan perusahaan lain.
Menurut Arthur Lewis pembangunan seimbang lebih menekankan pada
27
3. Teori pembangunan tidak seimbang menurut Hirscmhan dan Streeten
Ketidak seimbangan pembangunan adalah pola pembangunan yang lebih cocok untuk mempercepat proses pembangunan dinegara berkembang. Hirscmhan juga mengamati bahwa proses pembangunan yang terjadi antara dua periode waktu tertentu akan tampak bahwa berbagai sektor kegiatan ekonomi mengalami perkembangan dengan laju yang berbeda, yang berarti pula bahwa pembangunan berjalan dengan tidak seimbang. Perkembangan sektor pemimpin (leading sector) akan merangsang perkembangan sektor lainnya. Begitu pula perkembangan di suatu industri tertentu akan merangsang perkembangan industri-industri lain yang erat kaitan nya dengan industri yang mengalami perkembangan tersebut.
Sementara pembangunan yang tidak seimbang akan menciptakan gangguan-gangguan dan ketidakseimbangan-ketidakseimbangan dalam kegiatan ekonomi. Keadaan tersebut akan menjadi perangsang untuk melakukan investasi yang lebih banyak pada masa yang akan datang. Dengan demikian pembangunan tidak seimbang akan mempercepat pembangunan ekonomi di masa yang akan datang.
E. Pengertian Basis Ekonomi
28
Teori basis ekonomi
Menurut Arsyad (1999 :116) teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Teori basis ekonomi pada intinya membedakan aktivitas sektor basis dan aktivitas sektor non basis. Aktivitas sektor basis adalah pertumbuhan sektor tersebut menentukan pembangunan menyeluruh daerah itu, sedangkan aktivitas sektor non basis
merupakan sektor skunder (city polowing) artinya tergantung perkembangan yang terjadi dari pembangunan yang menyeluruh.
Teori basis ekonomi berupaya untuk menemukan dan mengenali aktivitas basis dari suatu wilayah, kemudian meramalkan aktivitas itu dan menganalisis dampak tambahan dari aktivitas ekspor. Konsep kunci dari teori basis ekonomi adalah bahwa kegiatan ekspor merupakan mesin pertumbuhan. Tumbuh tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh bagaimana kinerja wilayah itu terhadap permintaan akan barang dan jasa dari luar.
Teori basis ekonomi dapat digunakan untuk menentukan sektor dan subsektor potensial berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto. Apabila sektor potensial tersebutdapat dikembangkan dengan baik tentunya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan daerah secara optimal. Menurut teori ini suatu daerah dapat dibedakan menjadi daerah unggulan dan bukan unggulan, yang selanjutnya dimodifikasi menjadi sektor/subsektor ekonomi potensial dan bukan
29
Untuk mengidentifikasi suatu sektor/subsektor ekonomi potensial dan bukan potensial digunakan alat analisis Location Quotient (LQ). Arsyad (1999:315) menjelaskan bahwa teknik Location Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi dua golongan yaitu:
1. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini dinamakan sektor ekonomi potensial (basis)
2. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah tersebut dinamakan sektor tidak potensial (non basis) atau local industry.
Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (Arsyad, 1999).
F. Transformasi Struktural
Pada pertumbuhan ekonomi yang berjalan secara terus menerus akan
menyebabkan perubahan struktur perekonomian. Transformasi struktural adalah pergeseran struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri atau jasa-jasa yang dimana pada setiap sektor terjadi perubahan transformasi yang berbeda-beda.
30
sektor industri manufaktur dalam permintaan konsumen, total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), ekspor dan kesempatan kerja.
Struktur ekonomi yang umum disebut dengan transformasi struktural diartikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam komposisi Agregat Demand, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), Agregat Supply (produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi seperti tenaga
kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.(Chenerydalam Tambunan :2001). Pada pembangunan perekonomian wilayah transformasi merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi. Jika telah terjadi transformasi ekonomi, dapat dikatakan bahwa pada wilayah tersebut telah terjadi pembangunan ekonomi dan perlu mendapatkan perhatian oleh pemerintah dalam upaya pengembangan, tetapi jika tidak terjadi proses transformasi maka pemerintah suatu wilayah perlu
mengadakan perbaikan dalam penyusunan perencanaan wilayahnya, dalam upaya penyempurnaan kebijakan pembangunan yang disusun menjadi lebih terarah agar tujuan pembangunan dapat tercapai.
Faktor Penyebab Transformasi Struktural
Faktor penyebab terjadinya transformasi ekonomi yang pertama adalah
31
berlangsung secara terus–menerus. Proses transformasi struktural akan berjalan cepat jika terjadi pergeseran pola permintaan domestik kearah output industri manufaktur.
[image:51.595.122.518.254.761.2]G. Penelitian Terdahulu
Tabel 3. Penelitian Dalam Negeri
No Peneliti Judul Alat Analisis Hasil
1 Januardy A.J.
Hidayat Analisis Struktur Perekonomian Kota Manado (2013) Location Quitient ( LQ ), Shift Share
Terjadi perubahan struktur ekonomi di Kota Manado, dimana terjadi peningkatan dan perubahan pada struktur ekonomi Kota Manado dilihat dari sisi sektor ekonomi yaitu dari 4 sektor ekonomi unggulan meningkat menjadi 5 sektor ekonomi unggulan bertambah dengan adanya sektor pengangkutan dan komunikasi
2 Hj. Jamaliah
dan Ardian Kurniawan Analisis Srtuktur Ekonomi Serta Basis Ekonomi Di Provinsi Kalimantan Barat (2010) Location Quitient ( LQ ), Shift Share
Kontribusi terbesar ialah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor jasa-jasa dan sektor bangunan. Pergeseran struktur perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat selama periode 1998-2008
3 Diah Setyorini
Gunawan dan Ratna Setyawati Identifikasi Pengembangan Wilayah Kabupaten-Kabupaten Anggota Location Quitient ( LQ ),Connectivity Quotient, Typology Klassen,Indeks
Ditinjau dari tingkat aksesibilitas, Kabupaten Purbalingga memiliki posisi
32
Gunawan Lembaga
Regional Barlingmascakeb (2008) Divergensi Regional Krugman dalam berinteraksi dengan kabupaten-kabupaten anggota BARLINGMASCAKEB lainnya. Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen memiliki tingkat aksesibilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten
Purbalingga, Kabupaten Banyumas, dan
Kabupaten Cilacap
4 Uray Dian
Novita Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Kota Singkawang Dengan Pendekatan Sektor Pembentukan PDRB (2011) Location Quitient ( LQ ), Shift Share, Typology Klassen
Hasil overlay dari analisis gabungan tiga analisis yaitu LQ, Shift Share dan
Tipology Klassen dari semua sektor ternyata didapat bahwa sektor bangunan merupakan sektor unggulan yang memenuhi ketiga kriteria
analisis diatas yaitu semua menunjukkan angka yang positif. Hasil analisis Tipology Klassen menunjukkan bahwa sektor yang tergolong sektor maju dan tumbuh dengan cepat adalah sektor listrik, gas
dan air minum, sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
5 Sri Kusreni Pengaruh
Perubahan Struktur Ekonomi Terhadap Spesialisasi Sektoral dan Wilayah Serta Struktur Structural Equation Model (SEM), SPSS
Pengaruh perubahan struktur ekonomi berpengaruh terhadap fungsi
33 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Untuk Daerah Perkotaan di Jawa Timur (2009)
besar jumlahnya dan setiap tahun selalu meningkat baik karena faktor demografis yaitu bertambahnya penduduk yang masuk dalam usia kerja maupun mobilitas dari luar Jawa
Timur. Jumlah tenaga kerja lebih banyak terserap pada sektor tertier yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sub sektor Transpotasi dan
Komunikasi, sub sektor Keuangan dan
Persewaan, dan sub sektor Jasa, hal ini bisa dimengerti karena kehidupan
[image:53.595.120.515.452.751.2]kota pada umumnya lebih bersifat pelayanan
Tabel 4. Penelitian Luar Negeri
No Peneliti Judul Alat
Analisis
Hasil
1 Wei Chen An application of shift-share model to economic analysis of county (2007)
Shift - Share Hasil akhir dari Yanbian county, ada keragaman dan kompleksitas pertumbuhan belakang tingkat pertumbuhan yang cepat di tingkat daerah, dan itu adalah fenomena umum dalam
perekonomian skala kabupaten
34
yang efektif untuk perekonomian daerah analisis, dan kami berharap kerja gratis dan penyuluhan yang bisa dilakukan untuk membuat metode ini lebih praktis dan akurat
2 James Paul
Quintero
Regional Economic development: An Economic Base Study and Shift Shere Analisis of Hays (2007)
Location Quitient ( LQ ), Shift Share
Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam periode nationalprosperity, Hays daerah telah berkembang dan mengalami pertumbuhan pesat sendiri di anincreasingly diversifikasi ekonomi lokal. Apakah tren akan terus hanya dapat bedetermined oleh observasi yang cermat dan tindakan informasi
3 Roberto Ezcurra,
Carlos Gil, Pedro Pascual Regional Specialization in The european Union (2004) Krugman's index of Regional Divergence Estimasi menyoroti peran penting yang dimainkan oleh dimensi ruang
dalam distribusi spesialisasi daerah dalam konteks Eropa selama periode dipertimbangkan. Specically, semakin jauh dari inti Uni suatu daerah, semakin struktur yang lebih produktif menyimpang dari rata-rata. Selain itu, daerah dengan tinggi tingkat spesialisasi memiliki
35
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun 2002- 2011 dari instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung. Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung atas dasar harga konstan berdasarkan lapangan usaha, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandar Lampung atas dasar harga konstan berdasarkan lapangan usaha dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Metro atas dasar harga konstan berdasarkan lapangn usaha.
B. Profil Wilayah Penelitian
1. Provinsi Lampung
37
a) Batas Utara : Sumatera Selatan dan Bengkulu
b) Batas Selatan : Selat Sunda.
c) Batas Timur : Laut Jawa
d) Batas Barat : Samudra Indonesia
Secara Geografis Provinsi Lampung berada antara: 103o 40' – 105o 50' Bujur Timur, Utara - Selatan berada antara : 6o 45' – 3o 45' Lintang Selatan. Secara administratif Provinsi Lampung dibagi dalam 14 (empat belas) Kabupaten/Kota.
2. Kota Bandar Lampung
Kota Bandar Lampung merupakan kota yang berada di ujung pulau Sumatera. Wilayah Kota Bandar Lampung merupakan daerah perkotaan yang terus berkembang dari daerah tengah ke daerah pinggiran kota.
Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20’-50º30’ LS dan105º28’-105º37’ BT dengan luas wilayah 192.96 km2dengan batas-batas
sebagai berikut :
a) Batas Utara : Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan b) Batas Selatan : Kecamatan Padang Cermin, Ketibung dan Teluk
Lampung, Kabupaten Pesawaran
38
d) Batas Barat : Kecamatan Gedungtataan dan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran
Kota Bandar Lampung dengan luas wilayah 192,96 km2 terdiri dari 13 (tiga belas) kecamatan.
3. Kota Metro
Kota Metro merupakan pemekaran dari Kabupaten Lampung Tengah pada 20 April 1999. Kota Metro dengan luas wilayah 61,79 km2terdiri dari 5 (lima) kecamatan. Secara geografis wilayah KotaMetro memiliki batas-batas sebagai berikut :
a) Batas Utara : KabupatenLampung Tengah danKabupaten Lampung Timur
b) Batas Selatan : KabupatenLampung Timur c) Batas Timur : KabupatenLampung Timur d) Batas Barat : KabupatenLampung Tengah
C. Definisi Variabel Operasional
39
PDRB atas dasar harga konstan merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau daerah. Pertumbuhan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya infrastruktur ekonomi.
D. Metode Analisis Data
Untuk menganalisis perbandingan pembentukan pada struktur ekonomi di dua Kota tersebut akan menggunakan analisis deskriptif dari hasil olah data menggunakan metode analisisshift-share pada masing-masing wilayah dan metode indeks divergensi regional Krugman.
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Analisis Shift-Share
Analisis Shift Share merupakan teknik yang digunakan dalam
menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan
perekonomian nasional. Kegunaan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar ( regional dan nasional ).
40
a) Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan menganalisis perubahan kesempatan kerja agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan dalam penelitian.
b) Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan
perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan dalam penelitian. c) Pergeseran diferensial (differential shift) membantu dalam menentukan
seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan dalam penelitian.
Bentuk umum dari persamaan shift-share adalah sebagai berikut:
Dij = Nij + Mij + Cij
Nij = Eij x Ra
Mij = Eij (Ri -Ra)
Cij = Eij (ri-Ra)
Keterangan :
Dij = Perubahan suatu variabel regional sektor (i) di Kabupaten/Kota dalam kurun waktu tertentu.
41
Mij = Pertumbuhan proporsional atau pengaruh bauran industri sektor i di Kabupaten/Kota.
Cij = Pengaruh keunggulan kompetitif sektor i di Kabupaten/Kota. Eij = PDRB sektor (i) Kabupaten/Kota pada awal tahun periode. Ra = Selisih antara PDRB Provinsi tahun akhir dengan PDRB Provinsi
tahun awal pada periode dibagi dengan PDRB Provinsi pada tahun awal periode.
Ri = Selisih antara PDRB Provinsi sektor i tahun akhir dengan PDRB Provinsi sektor i pada tahun awal periode dibagi dengan PDRB Provinsi sektor i pada tahun awal periode.
ri = Selisih antara PDRB sektor i di Kabupaten/Kota tahun akhir periodedengan PDRB sektor i di Kabupaten/Kota tahun awal periode dibagi dengan PDRB sektor i di Kabupaten/Kota tahun awal periode.
Dalam penelitian ini juga akan menghitung nilai pergeseran bersih (PB), dengan nilai perhitungan yang didapat dari jumlah antara variabel Cij dan variabel Mij dimana jika perhitungan > 0 maka sektor tersebut masuk dalam golongan sektor maju (progresif) dan jika perhitungan < 0 maka sektor tersebut masuk dalam kategori sektor lambat berkembang.
2. Analisis Indeks Divergensi Regional Krugman
42
menggunakan metode Indeks divergensi regional Krugman, yang digunakan untukmenghitung perbedaan struktur ekonomi, dan karenanya spesialisasi regional.Krugman (dalam Kuncoro, 2002: 189‐190) mendefinisikan indeks tersebut sebagai berikut:
Keterangan :
Eij : PDRB dalam sektor i untuk wilayah Kota Bandar Lampung Ej : Total PDRB untuk wilayah Kota Bandar Lampung
Eik : PDRB dalam sektor i untuk wilayah Kota Metro Ek : Total PDRB untuk wilayah Kota Metro
n : Rata-rata nilai tambah persektor dalam PDRB
i : 1, …, n.
Dari hasil metode perhitungan Indeks divergensi regional Krugman akan menghasilkan nilai rasio sebagai berikut :
Jika indeks = 0 – 1 Maka keduawilayah kota tersebut
mempunyaistruktur ekonomi yang sama.
Jika indeks = 1 – 2 Maka wilayah kotatersebut terspesialisasi secara penuh.
3. Analisis Location Quotient (LQ)
43
adalah untuk mengetahui spesialisasi yang dimiliki oleh daerah dibandingkan dengan daerah yang tingkatannya lebih tinggi (provinsi atau nasional) atau sektor lain yang memiliki kategori yang sama. Dengan kata lain analisis location
quotient (LQ) diformulasikan sebagai perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diamati dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas.
Selain itu, menurut Arsyad (2010) analisis LQ merupakan suatu pendekatan tidak langsung yang digunakan untuk mengukur kinerja basis ekonomi suatu daerah, artinya bahwa analisis ini digunakan untuk melakukan pengujian sektor-sektor ekonomi yang termasuk dalam kategori sektor unggulan.
Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi ke dalam dua golongan, yaitu :
a) Kegiatan industri yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan industri basis. b) Kegiatan ekonomi atau industri yang hanya melayani pasar di daerah
tersebut, jenis industri ini dinamakan industri non basis atau industri lokal.
Hasil perhitungan LQ akan menghasilkan rasio yang dapat di artikan sebagai berikut :
a. Jika LQ >I artinya sektor tersebut adalah sektor basis. Sektor tersebut tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri namun juga
44
b. Jika LQ<1 artinyasektor tersebut merupakan non basis dan memerlukan impor produk dari luar daerah karena sektor ini kurang berpotensi untuk dikembangkan.
c. Jika LQ = 1artinyasektor tersebut hanya cukup memenuhi kebutuhan di daerahnya sendiri.
Menurut Arsyad (2010), ada tiga asumsi yang digunakan dalam teknik LQ yaitu: 1) Semua penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama
dengan pola permintaan pada tingkat nasional (pola pengeluaran secara geografis sama).
2) Produktivitas tenaga kerja sama antara daerah dan nasional.
3) Setiap industri menghasilkan barang yang homogen pada setiap sektor.
Perhitungan LQ dibagi menjadi dua yaitu LQ statis (Static Location Quotient, SLQ) dan LQ dinamis (Dynamic Location Quotient, DLQ). Dalam penelitian ini yang digunakan hanya LQ statis.
Static Location Quotient (SLQ)
45
Dimana:
Vik = Nilai output (PDRB) sektor i daerah studi k (Kabupaten/Kota) dalam pembentukan produk domestik regional riil (PDRB) daerah studi k.
Vk = PDRB total semua sektor di daerah studi k.
Vip = Nilai output (PDRB) sektor i daerah refrensi p (Provinsi misalnya) dalam pembentukan PDRB daerah p.
Vp = PDRB total di semua sektor daerah refrensi p.
Nilai SLQ yang diperoleh adalah:
SLQ > 1 = Artinya daerah studi (Kabupaten/Kota) memiliki
spesialisasi disektor i dibandingkan sektor yang sama di tingkat daerah referensi (Provinsi).
SLQ < 1 = Artinya sektor i bukan merupakan spesialisasi daerah studi (Kabupaten/Kota) dibandingkan sektor yang sama di tingkat daerah referensi (Provinsi).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dilihat dari kinerja perekonomian dalam pembentukan nilai PDRB pada Kota Bandar Lampung tahun 2002 – 2011 sektor yang memiliki tingkat
pertumbuhan dan kontribusi tertinggi adalah sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan. Sedangkan pada Kota Metro sektor yang memiliki
pertumbuhan dan kontribusi tertinggi dalam pembentukan nilai PDRB adalah sektor Jasa-jasa.
Pergeseran telah terjadi pada subsektor tersier di Kota Bandar Lampung dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran menjadi sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan yang memiliki produktivitas lebih tinggi dalam
72
2. Perbedaan Struktur
a. Berdasarkan analisis shift-share
1) Ditinjau dari variabel pengaruh pertumbuhan sektor-sektor
perekonomian Provinsi (Nij) paling berpengaruh positif bagi Kota Bandar Lampung adalah Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran dan pada Kota Metro adalah Sektor Jasa-jasa
2) Ditinjau dari variabel pertumbuhan proporsional (Mij) sektor perekonomian yang tumbuh lebih cepat dari pada sektor yang sama pada tingkat Provinsi di Kota Bandar Lampung adalah Sektor
Keuangan, Persewaan & Jasa perusahaan dan pada Kota Metro adalah Sektor Jasa-jasa.
3) Ditinjau dari variabel keunggulan kompetitif atau pengaruh pangsa wilayah (Cij) sektor yang memiliki daya saing paling tinggi pada Kota Bandar Lampung dan Kota Metro adalah Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa perusahaan.
4) Ditinjau dariperhitungan perubahan suatu variabel regional sektor (Dij), sektor yang memberikan kontribusi produkivitas tertinggi untuk perekonomian Provinsi Lampung di Kota Bandar Lampung adalah Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa perusahaan dan pada Kota Metro adalah Sektor Jasa-jasa.
73
dalam sektor yang maju (Progresif) adalahSektor Keuangan, Persewaan & Jasa perusahaan.
b. Berdasarkan indeks divergensi regional Krugman
Berdasarkan hasil analisis indeks divergensi regional Krugmanpada tahun 2002 dan 2011 dapat disimpulkan bahwa struktur perekonomian Kota Bandar Lampung dan Kota Metro relatif sama, dibuktikan dengan hasil perhitungan yang mendekati nol.
3. Berdasarkan analisis LQ tahun 2002 – 2011 pada Kota BandarLampung sektor yang memiliki indeks LQ tertinggi atau sektor paling basis merupakan Sektor Pengangkutan & Komunikasidan pada Kota Metro adalah Sektor Jasa-jasa.
B. Saran
Mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan saran dan masukan sebagai sebuah pertimbangan bagi penelitian dan pembangunan pada perekonomian Kota Bandar Lampung dan Kota Metro, yaitu sebagai berikut :
74
untuk pengembangan sektor tersier, sehingga sektor tersebut dapat semakin berkembang dimasa mendatang.
2. Pemerintah Kota Bandar Lampung dan Kota Metro agar dapat lebih
mendukung sektor-sektor yang masuk dalam kategori sektor berkembang dan berdaya saing tinggi pada dua kota tersebut melalui kebijakan-kebijakannya agar dapat merangsang tumbuh kembang kemajuan suatu sektor ataupun sebagai pendukung sektor-sektor yang memang menjadi sektor lambat berkembang dan berdaya saing lemah.
DAFTAR PUSTAKA
A.J Hidayat, Januardy. 2013. Analisis Struktur Perekonomian di Kota Manado. Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Samratulangi.
Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah.Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.
Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2013. Lampung Dalam Angka. Bandar Lampung.
Chen, Wei. 2007. An application of shift-share model to economic analysis of county.World Journal of Modelling and Simulation England
Djojohadikusumo, Sumitro.1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta : LP3ES
Ezcurra, Roberto,Carlos Gil and Pedro Pascual. 2004. Regional Specialization in The European Union.Journal Economic University of Publica de Navarra Spain
Glasson, John.1990. Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan Paul Sitohang.Jakarta : Penerbit LPFE – UI.
Gunawan, Diah Setyorini dan Ratna Setyawati Gunawan. 2008. Identifikasi Pengembangan Wilayah Kabupaten – Kabupaten Anggota Lembaga Regional Barlingmascakeb. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Jendral Sudirman Purwokerto.
Irawan dan Soeparmoko. 2001. Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta : BPTE Yogyakarta
Jhingan, M.L. 2002. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali Press
Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Yogyakarta: Erlangga.
Kuncoro, Mudrajat. 2002. Analisis Spasial dan Regional. Yogyakarta: Erlangga. Kurniawan, Ardian dan Jamaliah. 2010. Analisis Struktur Ekonomi Serta Basis
Ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Kewirausahaan Universitas Tanjungpura Pontianak.
Kusreni, Sri. 2009. Pengaruh Perubahan Struktur Ekonomi Terhadap Spesialisasi Sektoral dan Wilayah Serta Struktur Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Untuk Daerah Perkotaan di Jawa Timur. Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas A