• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selection and Nitrogen Fixing (N2) Activity Test of Methanotrophic Bacteria from Rice Field Under Different Concentration of Oxygen.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Selection and Nitrogen Fixing (N2) Activity Test of Methanotrophic Bacteria from Rice Field Under Different Concentration of Oxygen."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Bonardo Tigor Sagala. Seleksi dan Uji Aktivitas Fiksasi Nitrogen (N2) Bakteri Metanotrof Asal

Sawah pada Konsentrasi Oksigen (O2) Berbeda. Dibimbing oleh IMAN RUSMANA dan ALINA

AKHDIYA.

Bakteri metanotrof merupakan bakteri pengoksidasi CH4. Enzim spesifik pengoksidasi

metan pada bakteri ini adalah metan monooksigenase (MMO) yang mampu menambahkan satu atom oksigen ke molekul CH4untuk membentuk senyawa metanol. Selain itu, bakteri metanotrof

juga dapat memfiksasi nitrogen. Bakteri metanotrof type II dan type X dapat memfiksasi nitrogen menggunakan enzim nitrogenase. Enzim nitrogenase sangat peka oksigen. Sebanyak 19 isolat bakteri metanotrof berhasil diremajakan dan diuji aktivitas fiksasi N24nya pada konsentrasi oksigen

yang berbeda. Aktivitas fiksasi N2ditentukan berdasarkan akumulasi amonium pada media NMS

bebas nitrogen. Akumulasi amonium yang tinggi ditemukan pada kultur isolat BGM 1, BGM 3, BGM 5, dan BGM 9. Akumulasi amonium tertinggi dimiliki oleh kultur isolat BGM 9 pada konsentrasi oksigen 30% yaitu 88,816 <M. Kerapatan sel tertinggi dimiliki oleh isolat BGM 5 dengan OD 0,103 pada konsentrasi oksigen 80%.

Kata kunci: Metan, bakteri metanotrof, fiksasi nitrogen, Nitrogenase

Bonardo Tigor Sagala. Selection and Nitrogen Fixing (N2) Activity Test of Methanotrophic

Bacteria from Rice Field Under Different Concentration of Oxygen. Under supervision of IMAN RUSMANA and ALINA AKHDIYA.

Methanotrophic bacteria is methane oxydizing bacteria. This bacteria has a specific enzyme known as methane monooksigenase (MMO) catalizing reaction of CH4 and O2 to methanol.

Methanotrophic bacteria also have ability to fix nitrogen. Methanotrophic bacteria type II and type X could fix nitrogen using nitrogenase enzyme. This enzyme is very sensitive to oxygen. As many as 19 isolates of methanotrophic bacteria was recultured and determined their nitrogen fixation activity at different oxygen concentration. Nitrogen fixation activity was determined by measuring ammonium accumulation in NMS free nitrogen medium. High ammonium accumulation was found at cultures of BGM 1, BGM 3, BGM 5, dan BGM 9 isolates. The highest ammonium accumulation (88,816 <M) was showed by BGM 9 isolate on 30% oxygen concentration and the highest cell density was showed by BGM 5 isolate (OD 0,103) on 80% oxygen concentration.

(3)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

(4)

Judul

: Seleksi dan Uji Aktivitas Fiksasi Nitrogen (N

2

) Bakteri

Metanotrof Asal Sawah pada Konsentrasi Oksigen (O

2

) Berbeda.

Nama

: Bonardo Tigor Sagala

NIM

: G34051698

Disetujui:

Pembimbing I,

Pembimbing II,

(Dr. Ir. Iman Rusmana M.Si)

(Alina Akhdiya M.Si)

NIP 196507201991031002

NIP 196812082001122001

Diketahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Dr. Drh. Hasim, DEA

NIP 196103281986011002

(5)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberi rahmat dan kemudahan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema penelitian penulis yaitu tentang reduksi emisi gas rumah kaca dari lahan sawah, dengan judul Seleksi dan Uji Aktivitas Fiksasi Nitrogen (N2) Bakteri Metanotrof Asal Sawah pada Konsentrasi Oksigen (O2) Berbeda. Penelitian ini

dilaksanakan mulai bulan April sampai Agustus 2009 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Iman Rusmana, M.Si. dan Ibu Alina Akhdiya, M.Si. selaku pembimbing atas saran dan bimbingannya dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Terima kasih juga kepada Papah, Mamah (alm), Mamah, Mba Dian, Bang Haris, Inang Uda Lina atas doa, dukungan, dan segala cintanya. Terima kasih kepada Yohanna, Bu Ratna, Mba Rika, Ade, Tika, Lia, Dina, Puji, Bram, Una, Meli, Yurin, Nida, Ason, Bu Maysaroh, Pak Hadi, Ka Fina, keluarga besar laboratorium mikrobiologi FMIPA IPB, keluarga besar laboratorium Fisologi Tumbuhan FMIPA IPB, alumni dan adik4adik di SMAN 1 Depok, serta sahabat4sahabatku tercinta di Biologi 42 atas segala bantuan yang telah diberikan.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

(6)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 01 Desember 1986 dari ayah Robert Bulthon Sagala dan ibu Sri Banundari (alm). Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Depok dan lolos seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru IPB (SPMB) pada Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai staf Bioworld Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio) pada tahun 200742008, staf Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB (PMK) pada tahun 200842009. Penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan yang diadakan oleh kampus IPB.

(7)

!

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR GAMBAR ...vi

DAFTAR LAMPIRAN ...vi

PENDAHULUAN ...1

Latar Belakang ...1

Tujuan...1

Waktu dan Tempat ...1

BAHAN DAN METODE...1

Bahan...1

Metode ...2

HASIL DAN PEMBAHASAN ...3

Hasil...3

Peremajaan Isolat ...3

Aktivitas Fiksasi N

2

Bakteri Metanotrof...3

Aktivitas Fiksasi N

2

Isolat Terpilih pada Konsentrasi O

2

Berbeda...4

Pembahasan ...4

SIMPULAN...5

SARAN ...5

DAFTAR PUSTAKA ...5

(8)

vi

!

1 Kerapatan sel (OD

620

) dan akumulasi amonium pada kultur bakteri metanotrof

pada media agar NMS dengan masa inkubasi 14 hari pada suhu 27429

o

C ……. 3

!

1 Morfologi koloni isolat BGM 1 pada media agar NMS dengan masa inkubasi

lima hari pada suhu 27429

o

C ………...…….………...… 3

2 Kerapatan sel kultur

BGM 1,

BGM 3,

BGM 5,

BGM 9

pada beberapa konsentrasi oksigen menggunakan media agar NMS

dengan masa inkubasi 14 hari pada suhu 27429

o

C.……..…... 4

3 Konsentrasi amonium dalam kultur

BGM 1,

BGM 3,

BGM 5,

BGM 9 pada beberapa konsentrasi oksigen menggunakan media agar NMS

dengan masa inkubasi 14 hari pada suhu 27429

o

C………...………... 4

!

1 Kerapatan sel kultur isolat terpilih pada beberapa konsentrasi oksigen... 8

2 Akumulasi amonium dalam kultur metanotrof pada beberapa konsentrasi

(9)

1

" # $ % !&

Metan (CH4) merupakan salah satu gas

rumah kaca utama yang dapat menyerap radiasi infra merah sehingga berkontribusi

terhadap pemanasan global.

,

IPCC (1992) menyatakan bahwa metan

menempati urutan ketiga dalam hal

pemanasan global setelah CO2 dan

(CFC). Salah satu sumber emisi metan berasal dari tanah sawah, oleh karena itu perlu upaya untuk menurunkan laju emisi tersebut tanpa mengorbankan sistem pertanian lahan sawah dan produksi beras Indonesia. Secara alami metan diproduksi di lingkungan anaerob oleh bakteri metanogen, sebesar 43% emisi metan ke atmosfer berasal dari lahan basah dan sawah (Wild 1995). Jumlah metan yang berada di atmosfer 20% berasal dari

sawah dan 20% dari lahan rawa

(Notohadiprawiro 2006).

Konsentrasi metan di atmosfer pada tahun

1990 adalah 1,72 ppm dengan laju

peningkatan 1% per tahun, sedangkan untuk karbon dioksida pada tahun yang sama sebesar 354 ppm dengan laju peningkatan

0,5% per tahun (Lelieveld . 1993).

Kontribusi peningkatan konsentrasi tersebut terhadap pemanasan global selama seratus tahun terakhir diperkirakan sebesar 19% metan dan 50% untuk CO2 (Bouwman &

Sombroek 1990). Bahkan menurut Lelieveld (1993) dan Hanson & Hanson (1996) kontribusi CH4 dalam perubahan iklim

mencapai 26 kali dari CO2. Hal ini disebabkan

karena CH4 lebih efektif menyerap radiasi

pada panjang gelombang 4 4 100 nm (irradiasi sinar infra merah) dibandingkan dengan CO2.

Laju peningkatan konsentrasi metan di atmosfer dua kali lipat dibandingkan dengan CO2, oleh karena itu perlu diantisipasi

pengaruhnya terhadap perubahan iklim global di masa mendatang.

Proses oksidasi metan dilakukan oleh bakteri metanotrof pada kondisi aerobik yang terdapat pada lapisan permukaan sedimen sawah (Conrad & Rothfus 1991). Bakteri metanotrof memanfaatkan metan sebagai donor elektron untuk menghasilkan energi dan sebagai sumber karbonnya. Oksidasi CH4

menjadi CO2oleh bakteri metanotrof di lahan

sawah dapat mencapai 80 % dari CH4 yang

diproduksi oleh bakteri metanogen (Conrad & Rothfus 1991). Proses oksidasi metan tersebut dapat dilakukan oleh berbagai macam bakteri

metanotrof seperti ,

, (Rao 1979).

Bakteri metanotrof dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu metanotrof tipe I, tipe II, dan tipe X. Pengelompokkan ini berdasarkan atas perbedaan internal membran, lintasan asimilasi formaldehid, dan siklus asam sitratnya. Contoh bakteri metanotrof tipe I

adalah dan ,

contoh tipe II adalah dan

, dan contoh tipe X adalah (Hanson & Hanson, 1996).

Bakteri metanotrof tipe II and tipe X memiliki kemampuan untuk memfiksasi N2

(Hanson & Hanson, 1996). Fiksasi nitrogen adalah proses penambatan nitrogen bebas yang diubah menjadi amonium sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber nitrogen oleh

tanaman. Proses fiksasi nitrogen

membutuhkan kondisi yang bebas oksigen, karena keberadaan oksigen akan menghambat

ekspresi gen yang menyandikan enzim

nitrogenase yang mengkatalisis proses fiksasi nitrogen.

'(' !

Penelitian ini bertujuan mengetahui aktivitas fiksasi nitrogen (N2) bakteri

metanotrof asal sawah wilayah Bogor dan Sukabumi pada konsentrasi oksigen (O2) yang

berbeda.

%"' ) ! $ * "

Penelitian dilakukan pada bulan April

hingga Agustus 2009 di Laboratorium

Mikrobiologi Departemen Biologi FMIPA IPB.

+ !

Bahan yang digunakan adalah media

selektif (MgSO4.7H2O

1.0 g/L, CaCl2.6H2O 0.2 g/L, KNO31.0 g/L,

KH2PO40.272 g/L, Na2HPO4.12 H2O 0.717

g/L, NH4Cl 4.0 mg/L, Na2EDTA 0.5 g/L,

FeSO4. 7H2O 0.2 g/L, H3BO3 0.03 g/L,

CoCl2.6H2O 0.02 g/L, ZnSO4.7H2O 0.01 g/L,

MnCl2. 4H2O 3.0 mg/L, Na2MoO4.2H2O 3.0

mg/L, NiCl2.6H2O 2.0 mg/L, CaCl2.2H2O 1.0

mg/L, dan Bacto agar 20 g/L),larutangaram fisiologis, larutan NH4Cl 100 ppm, Milli4Q

water, larutan fenol4alkohol (C6H5OH) 10% ,

larutan Natrium Dihidro Nitroprusid

(Na2[Fe(CN)NO]2. H2O) 0,5 %, dan larutan

(10)

2

(C6H5Na3O7.2H2O) 20% dan Natrium

Hipoklorit (NaOCl2) 5,25 %.

$",)$

$#$ ( ! -, ".

Isolat4isolat bakteri metanotrof asal sawah BGM 1, BGM 2, BGM 3, BGM 4, BGM 5, BGM 6, BGM 9, BGM 12, SKM 1, SKM 2, SKM 4, SKM 5, SKM 7, SKM 9, SKM 10, SKM 14, SKM 15, SKM 16, SKM 18 (Hapsari 2008) diremajakan pada medium

agar (NMS) + 1%

metanol dan diinkubasi pada suhu ruang selama 547 hari.

$ $%-. %"$#. $" !,"#,/ $ /.%- -. 0

Sebanyak 142 lup isolat bakteri metanotrof dari media agar miring NMS diinokulasikan ke dalam tabung eppendorf steril yang berisi 1 ml larutan garam fisiologis steril selanjutnya

eppendorf divortex hingga homogen.

Sebanyak 500 <l biakan dari eppendorf diinokulasikan ke dalam botol serum 76 ml

yang ditutup berisi 10 ml

media cair NMS steril tanpa mengandung unsur N. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang menggunakan alat ! selama dua minggu.

Kerapatan selnya diukur menggunakan

spektrofotometer " 20 Perancis λ 20041000 nm pada OD620 dengan blanko

medium NMS cair.

$!&'%'# ! ' + ,!.' 1 !&

. %' ' -. ) . % !0

Sebanyak 1 ml sampel kultur diencerkan dengan 4 ml Milli4Q water dalam botol serum bertutup karet. Sampel ditambah dengan 0.2 ml fenol4alkohol 10% selanjutnya divortex

hingga homogen. Setelah itu sampel

ditambahkan dengan 0,2 ml Na4nitroprusid 0.5% kemudian divortex kembali hingga homogen. Selanjutnya sampel ditambahkan 0.5 ml campuran Na4sitrat : Na4hipoklorit (1:4). Selanjutnya sampel didiamkan selama satu jam sampai berubah menjadi warna biru (Cleseri . 1989). Setelah semua sampel

berwarna biru kemudian diukur kadar

amoniumnya menggunakan spetrofotometer

(640 nm) dan blanko Milli4Q water.

Selanjutnya dipilih empat isolat terbaik dari hasil pengukuran amonium yang diakumulasi tersebut, yaitu: BGM 1, BGM 3, BGM 5, dan BGM 9.

(. $ *' ! .%- -. -, " $#*. .+ * ) ,!-$!"# -. $#2$) 0

Pengukuran aktivitas fiksasi N2 pada

konsentrasi oksigen berbeda dilakukan pada

botol serum steril 76 ml yang ditutup dengan . Botol serum steril volume 76 ml diisi dengan 10 ml medium NMS cair tanpa unsur nitrogen. Kemudian udara saturasi pada masing4masing botol dikondisikan menjadi 10%, 30%, 50%, 80%, dan 100%. Pada botol serum yang ditutup saturasi udara 10% dan

30%, komposisi gas di botol

serum dibuat kondisi anaerobik dengan cara menghilangkan oksigen yang berada di botol serum. Sebelum gas dimasukkan, terlebih dahulu gas disaring dengan filter steril diameter 47 mm dengan pori 0.45 <m. Pengkondisian udara saturasi dilakukan dengan memperhitungkan volume

botol serum. Udara saturasi dimasukkan pada masing4masing botol serum yang telah diberi perlakuan pembebasan oksigen sebanyak 6.6 ml dan 19.8 ml, sedangkan pada saturasi udara 50% dan 80% dibuat dengan cara udara saturasi dimasukkan pada masing4masing botol serum sebanyak 33 ml dan 13.2 ml, sedangkan untuk udara saturasi 100% tidak diberi perlakuan gas nitrogen murni pada botol serum.

Sebanyak 142 lup isolat bakteri metanotrof dari media agar miring NMS diinokulasikan ke dalam tabung eppendorf steril yang berisi 1 ml garam fisiologis steril lalu eppendorf divortex sampai homogen. Kemudian biakan dalam eppendorf diinokulasikan sebanyak 500

<l dengan cara menyuntikkannya

menggunakan steril 3 ml dari

eppendorf tersebut ke dalam botol serum 76 ml berisi 10 ml media cair NMS steril tanpa unsur nitrogen.

Sampel diambil dengan menggunakan steril sebanyak 2.5 ml untuk diukur OD sel dengan panjang gelombang OD620

menggunakan spektrofotometer sebelum kultur diinkubasi. Selanjutnya kultur diinkubasi selama dua minggu di atas mesin

! pada suhu ruang. Pengukuran jumlah amonium yang diakumulasi dalam kultur dilakukan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 640 nm dan

pengukuran OD sel dengan panjang

gelombang OD620pada akhir inkubasi. Jumlah

amonium yang diakumulasi dihitung dengan cara:

Keterangan:

a & b = konstanta pada persamaan linier kurva standar NH4Cl

y = OD amonium sampel

F.P = faktor pengenceran (4)

[amonium] = y – b – OD amonium awala x F.P

(11)

3

-.

$#$ ( ! -, "

Sebanyak 19 isolat bakteri metanotrof berhasil diremajakan dari 40 isolat metanotrof yang telah diisolasi dari tanah sawah asal Bogor dan Sukabumi (Hapsari 2008). Isolat tersebut terdiri atas: BGM 1, BGM 2, BGM 3, BGM 4, BGM 5, BGM 6, BGM 9, BGM 12, SKM 1, SKM 2, SKM 4, SKM 5, SKM 7, SKM 9, SKM 10, SKM 14, SKM 15, SKM 16, SKM 18.

Gambar 1 Morfologi koloni isolat BGM 1 pada media agar NMS dengan masa inkubasi lima hari pada suhu 27429oC

Isolat4isolat tersebut menunjukkan warna

koloni yang berbeda, yaitu putih

(tipis/bening), putih krem (Gambar 1), pink, pink oranye, kuning terang, dan oranye (Hapsari 2008). Kecepatan pertumbuhan koloni tiap isolat pada media agar NMS bervariasi, yaitu mencapai ukuran ± 2 mm dalam waktu 3 4 14 hari.

%".3." - .%- -. %"$#. $" !,"#,/

Seleksi uji aktivitas fiksasi nitrogen pada 19 isolat yang berhasil diremajakan pada medium NMS tanpa mengandung unsur N menunjukkan bahwa isolat BGM 1, BGM 3, BGM 5, dan BGM 9 merupakan isolat terpilih karena akumulasi amonium dalam media pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan dengan isolat yang lainnya. Kerapatan sel bakteri tertinggi dari isolat asal sawah Sukabumi (SKM) ditunjukkan oleh isolat SKM 5 dengan nilai OD620 sebesar 0.049,

sedangkan isolat asal sawah Bogor (BGM)

ditunjukkan oleh BGM 12 dengan nilai OD620

sebesar 0.040 (Tabel 1).

Tabel 1 Kerapatan sel (OD620) dan akumulasi

amonium pada kultur bakteri

metanotrof pada media agar NMS dengan masa inkubasi 14 hari pada suhu 27429oC

No. Isolat Kerapatan sel OD620 Akumulasi amonium (µM)

1 BGM 1 0,016 46

2 BGM 2 0,034 21

3 BGM 3 0,023 39

4 BGM 4 0,015 13

5 BGM 5 0,039 93

6 BGM 6 0,036 0

7 BGM 9 0,038 47

8 BGM 12 0,040 44

9 SKM 1 0,024 10

10 SKM 2 0,023 25

11 SKM 4 0,023 30

12 SKM 5 0,049 14

13 SKM 7 0,020 25

14 SKM 9 0,047 0

15 SKM 10 0,031 0

16 SKM 14 0,016 15

17 SKM 15 0,042 1

18 SKM 16 0,017 0

19 SKM 18 0,028 0

Keterangan: BGM= Bogor metanotrof SKM= Sukabumi metanotrof

Meskipun secara umum isolat SKM

memiliki nilai OD sel yang lebih tinggi namun

berdasarkan jumlah amonium yang

diakumulasi isolat BGM secara umum

[image:11.612.331.510.146.470.2] [image:11.612.132.305.229.404.2]
(12)

4

%".3." - .%- -. -, " $#*. .+ * ) ,!-$!"# -. $#2$)

Setelah inkubasi selama 14 hari isolat terpilih menunjukkan kerapatan sel berbeda4 beda pada konsentrasi oksigen berbeda (Gambar 2). Secara umum kerapatan sel empat isolat rendah pada saturasi udara 100% yaitu antara OD 0.003 dan 0.088 (OD620).

Kerapatan sel tertinggi pada saturasi udara 100% dimiliki oleh isolat BGM 5 dengan OD 0.088. Kerapatan sel secara umum tinggi pada saturasi udara 10% yaitu antara OD 0.01 dan 0.097 (OD620). Kerapatan sel tertinggi pada

saturasi udara 10% dimiliki oleh isolat BGM 5 dengan OD 0.097 (OD620).

Gambar 2 Kerapatan sel kultur BGM 1,

BGM 3, BGM 5, BGM 9

pada beberapa konsentrasi oksigen menggunakan media agar NMS dengan masa inkubasi 14 hari pada suhu 27429oC.

Hasil uji fiksasi N2terhadap isolat BGM 1,

BGM 3, BGM 5, dan BGM 9 pada

konsentrasi O2berbeda yaitu 10%, 30%, 50%,

80%, dan 100% menunjukkan jumlah

amonium yang diakumulasi berbeda tiap isolatnya (Gambar 3). Secara umum jumlah amonium yang diakumulasi rendah pada saturasi udara 100% yaitu antara 0 dan 46.027 <M. Jumlah amonium yang diakumulasi tertinggi pada saturasi udara 100% dimiliki oleh isolat BGM 9 yaitu 46.027 <M. Jumlah amonium yang diakumulasi secara umum tinggi pada saturasi udara 30%, jumlah yang tertinggi pada saturasi udara 30% dimiliki oleh isolat BGM 9 yaitu 88.816 <M.

Gambar 3 Konsentrasi amonium dalam kultur

BGM 1, BGM 3, BGM 5,

BGM 9 pada beberapa

konsentrasi oksigen menggunakan

media agar NMS dengan masa

inkubasi 14 hari pada suhu 274 29oC.

$ 2 + - !

Bakteri metanotrof merupakan bakteri pengoksidasi metan pada kondisi aerob menggunakan sistem enzim spesifik yaitu metan monooksigenase (MMO) (Madigan

2000). Isolat BGM 1, BGM 3, BGM 5, dan BGM 9 merupakan isolat terpilih karena dapat

mengakumulasi amonium lebih tinggi

dibandingkan dengan isolat lainnya.

Amonium yang diakumulasi isolat BGM 12 memang cukup tinggi bila dibandingkan dengan isolat BGM 3, namun pemilihan isolat BGM 3 dikarenakan isolat tersebut termasuk dalam empat isolat terbaik pengoksidasi metan (Hapsari 2008). Perbedaan amonium

yang diakumulasi dipengaruhi faktor

pertumbuhan bakteri metanotrof dan aktivitas enzim nitrogenase.

Pada uji aktivitas fiksasi nitrogen

menggunakan medium bebas N dengan

konsentrasi udara yang berbeda (10%, 30%, 50%, 80%, dan 100%), pertumbuhan bakteri berbeda yang ditunjukkan oleh nilai kerapatan sel yang berbeda pada tiap isolatnya. Secara umum kerapatan sel keempat isolat rendah pada saturasi udara 100% dan tinggi pada saturasi udara 10%. Hal ini diduga bakteri menggunakan sumber N dari udara untuk

pertumbuhannya. Tingkat pertumbuhan

tertinggi bakteri metanotrof tipe I dan II terdapat pada medium tanpa unsur N terdapat pada konsentrasi oksigen yang rendah

[image:12.612.332.509.82.260.2] [image:12.612.131.307.249.441.2]
(13)

5

Pengamatan yang dilakukan terhadap kerapatan sel kultur cair isolat metanotrof terpilih menunjukkan kerapatan sel yang kecil. Kecilnya peningkatan kerapatan menunjukkan bahwa pertumbuhan isolat sangat lambat. Bakteri metanotrof merupakan bakteri yang tumbuh lambat (Begonja & Hrsák 1998), bahkan pada media agar NMS koloni bakteri ini baru tumbuh optimal pada umur 14 hari inkubasi.

Akumulasi amonium terendah dihasilkan oleh isolat BGM 1 dan BGM 5, sedangkan akumulasi amonium tertinggi dihasilkan oleh

isolat BGM 9 (Gambar 3). Aktivitas

nitrogenase akan terhambat apabila terdapat oksigen, namun oksigen juga dibutuhkan dalam respirasi aerob bakteri metanotrof untuk menghasilkan ATP yang mendukung aktivitas nitrogenase. Bakteri metanotrof tipe

II umumnya hanya mampu memfiksasi

nitrogen pada kondisi mikroaerofil (Murrel & Dalton 1983).

Proses fiksasi N2 menggunakan enzim

nitrogenase. Enzim tersebut sangat peka terhadap keberadaan oksigen yang tinggi. Hal

ini karena oksigen yang tinggi akan

menghambat ekspresi gen D dan H yang menyandikan enzim nitrogenase (Auman

, 2001). Oleh karena itu, oksigen dibutuhkan dalam jumlah sedikit untuk kecepatan fiksasi N2 maksimum (James & Olivares, 1997).

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah amonium yang diakumulasi rendah pada konsentrasi oksigen 100%.

Ketersediaan sumber energi (C4organik) di lingkungan rizosfer merupakan faktor utama yang menentukan banyaknya nitrogen yang dihasilkan (Alexander 1977; Zuberer & Silver 1998). Proses fiksasi satu molekul nitrogen

membutuhkan 16 molekul ATP untuk

selanjutnya diubah menjadi dua molekul amonia yang dalam proses ini dikatalisis oleh enzim nitrogenase.

Sebanyak empat isolat bakteri metanotrof memiliki aktivitas fiksasi nitrogen yang tinggi yaitu isolat BGM 1, BGM 3, BGM 5, dan

BGM 9. Kerapatan sel tertinggi yang

ditumbuhkan pada konsentrasi oksigen berbeda dimiliki oleh isolat BGM 5 dengan OD 0.103 (OD620) pada saturasi udara 80%.

Jumlah amonium yang diakumulasi tertinggi dimiliki oleh isolat BGM 9 yaitu 88.816 <M pada saturasi udara 30%.

Karakterisasi bakteri terbaik dalam memfiksasi nitrogen dan uji potensi untuk efektivitasnya di laboratorium dan di lapang perlu dilakukan.

Alexander M. 1977.

. Ed ke42. New York : John Wiley and Sons.

Auman AJ, Speake CC, Lidstrom ME. 2001. nif#sequences and nitrogen fixation in type I and type II Methanotrophs.$

% 45: 400944016.

Begonja A, Hrsák D. 1998. Growth

characteristics and metabolic activities of the methanotrophic4heterotrophic groundwater community. & $

67: 4484456.

Bouwman AF, Sombroek WG. 1990. Inputs to climate change by soil and agriculture

related activities. Di dalam:

Scharpenseel HW, Scomaker M,

Ayoup A. (eds.) '

% % . Amsterdam: hlm. 154

30.

Cleseri LS, Greenberg AE and Trussel RR.

1989. (

%) * *

* . Port City Press. Baltimore.

Conrad R, Rothfus F. 1991. Methane

oxidation in the soil surface layer of a flooded rice field and the effect of

ammonium. ( 8 : 28432.

Hanson R, Hanson TE. 1996. Methanotrophic

Bacteria.& + ' 4 : 4394

471.

Hapsari W. 2008. Isolasi dan karakterisasi bakteri metanotrof asal sawah di Bogor dan Sukabumi [skripsi]. Bogor:

Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 1992.

+ . Hougton

JT, Callendar BA, Varney SK, editor. Cambridge: Cambridge University Press.

(14)

6

Lelieveld J, Crutzen PJ, Bruhl C. 1993. Climate effects of atmospheric

methane. 4: 739–768.

Madigan MT, Martinko JM, Parker J. 2000.

! Ed

ke49. New Jersey : Prentice Hall. Murrell JC, Dalton H. 1983. Nitrogen Fixation

in Obligate Methanotrophs. & " 8 : 348143486. Notohadiprawiro T. 2006. '

" , . Yogyakarta: UGM Press.

Rao NSS. 1979. Recent Advances in

Biological Nitrogen Fixation. New Delhi: Oxford and IBH Publishing Co.

Wild A. 1995. % - $

Cambridge: Cambridge University Press.

Zuberer DA, Silver WS. 1998. Biological dinitrogen fixation (Acetylene reduction) associated with florida

mangrove.$ % 97:

(15)
(16)

8

Lampiran 1 Kerapatan sel kultur isolat terpilih pada beberapa konsentrasi oksigen

Isolat Saturasi

udara (%) Ulangan OD620 Rata4rata st. error

BGM 1

10 1 0,009 0,011 0,002

2 0,012

30 1 0,009 0,018 0,012

2 0,026

50 1 0,003 0,006 0,004

2 0,009

80 1 0,020 0,020 0,001

2 0,019

100 1 0,004 0,004 0,000

2 0,004

BGM 3

10 1 0,052 0,090 0,053

2 0,127

30 1 0,030 0,037 0,010

2 0,044

50 1 0,006 0,010 0,006

2 0,014

80 1 0,004 0,008 0,006

2 0,012

100 1 0,005 0,003 0,003

2 0,001

BGM 5

10 1 0,103 0,097 0,008

2 0,091

30 1 0,111 0,077 0,049

2 0,042

50 1 0,093 0,098 0,006

2 0,102

80 1 0,108 0,103 0,007

2 0,098

100 1 0,089 0,089 0,001

2 0,088

BGM 9

10 1 0,079 0,077 0,003

2 0,075

30 1 0,046 0,034 0,017

2 0,022

50 1 0,009 0,031 0,031

2 0,053

80 1 0,027 0,019 0,012

2 0,01

100 1 0,005 0,008 0,004

(17)

9

Lampiran 2 Akumulasi amonium dalam kultur metanotrof pada beberapa konsentrasi oksigen

Isolat

Saturasi udara (%)

[Amonium] <M

BGM 1

10 1,798

30 6,832

50 0,360

80 5,034

100 0

BGM 3

10 18,339

30 31,643

50 44,229

80 7,551

100 3,596

BGM 5

10 0

30 7,911

50 0

80 5,394

100 0

BGM 9

10 66,882

30 88,817

50 51,420

80 7,551

100 46,027

Gambar

Tabel�1�Kerapatan�sel�(OD620)�dan�akumulasi�amonium�pada�kultur�bakteri�metanotrof� pada� media� agar� NMS�dengan� masa� inkubasi� 14� hari� pada�suhu�27429oC�
Gambar�3�Konsentrasi�amonium�dalam�kultur�����������������������������������BGM�1,������BGM�3,�����BGM��5,����������������������������������������������BGM�9�pada�beberapa�konsentrasi� oksigen� menggunakan�media� agar� � NMS� dengan� masa�inkubasi� 14� hari� pada� suhu� 27429oC.�

Referensi

Dokumen terkait

Analisis data tentang ketercapaian KKM dilakukan dengan membandingkan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada skor dasar dan persentase jumlah siswa yang

[r]

Hasil penelitian didapatkan empat tema terkait pengalaman masyarakat yang menerima pelayanan perawat puskesmas Sering di Medan yaitu (1) menerima pelayanan kesehatan dari

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 22 dengan tanggal pelaporan harus diakui sebagai Aset Tidak Berwujud dalam pengerjaan. (Intangible Asset-Work In Progress), dan

Setelah diketahui bahwa ada perbedaan yang signifi kan terhadap rata-rata jumlah tenaga kerja yang digunakan antar IKM berbasis ekonomi kreatif, selanjutnya menentukan

Dengan kata yang sederhana, metode merupakan cara yang harus dikerjakan sedangkan teknik merupakan cara melaksanakan metode tersebut (Sudaryanto dalam.. Keduanya

Dengan demikian dalam perspektif hukum pidana Islam, setiap orang yang telah melakukan tindak pidana dan terhadap perbuatan pidana itu belum sampai dijatuhi hukuman, maka

[r]