• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PMS (PREMENSTRUAL SYNDROME) DENGAN PERILAKU KOPING DALAM MENGATASI KECEMASAN SAAT PMS DI SMPN 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PMS (PREMENSTRUAL SYNDROME) DENGAN PERILAKU KOPING DALAM MENGATASI KECEMASAN SAAT PMS DI SMPN 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

KECEMASAN SAAT PMS DI SMPN 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan

pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

FIKRI HABIBAH

20120320148

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

KECEMASAN SAAT PMS DI SMPN 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan

pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

FIKRI HABIBAH

20120320148

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

ii Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nam : Fikri Habibah

NIM : 20120320148

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dari kutipan dari

karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah

ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 19 Agustus 2016

Yang membuat pernyataan,

(4)

iii

Karya Tulis ini kupersembahkan untuk ;

Keluarga besar dan kedua orang tuaku,terimakasih bapak ibu yang telah menjadi orang tua terbaik, memberikan dan mendidik saya dengan penuh kasih sayang. Terimakasih juga atas doa

dan dukungan selama ini.

Adik-adikku tersayang, Afrizal Latiful Fadli & Hanif Ramadhani Rosyidin, canda tawa dan dukungan di rumah yang selalu membuat saya bersemangat dalam menyelesaikan KTI

sahabat (Vitta, Rahma, amel), teman-teman kos fina ( Tya, Novi, Retno ) Nawang dan Agam yang selalu memberikan dukungan, semangat dan bantuan

Kepada dosen pembimbingku, yang telah sabar membimbing sehingga karya Tulis ini dapat terselesaikan, serta seluruh ibu/bapak dosen PSIK UMY yang telah mendidik selama ini.

Keluarga besar PSIK 2012 UMY. Terimakasih untuk persahabatan dan kebersamaan selama 4 tahun ini.

(5)

iv

Assalamu’alaikum Wr Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan

hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“Hubungan Pengetahuan Tentang PMS (Premenstrual Syndrome) Dengan Perilaku Koping Dalam Mengatasin Kecemasan Saat PMS Di Smpn 1 Kasihan Bantul Yogyakarta”.Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabatnya, dan Insya

Allah kepada kita sebagai umatnya. Semoga ajaran yang beliau ajarkan dapat kita

amalkan dalam kehidupan ini dan semoga kita mendapat syafa’at beliau di akhir

nanti. Amin

Karya Tulis Ilmiah diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mengikuti

pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta. Terwujudnya Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari

bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga,

ide-ide, maupun pikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep,. Sp. Mat., HNC selaku Ketua

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah

(6)

v

4. Ibu Romdzati, Ns., MNS selaku dosen penguji saya yang telah

membimbing dan menguji Karya Tulis Ilmiah, sehingga ilmu, arahan dan

bimbingan penyusunan Karya Tulis Ilmiah mendekati kesempurna.

5. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan

dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Teman-teman PSIK UMY angkatan 2012 yang selalu memberikan

semangat dan dukungan yang kuat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini.

Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah karya tulis ilmiah ini memiliki

banyak kekurangan, mengingat keterbatasan penelitian, oleh karena itu peneliti

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah karya tulis ilmian ini.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Yogyakarta, 19 Agustus 2016

Penulis

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRACT ... xi

INTISARI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan penelitian ... 4

D. Manfaat penelitian ... 4

E. Penelitian terkait ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Tinjaun Teori ... 8

1. Premenstrual syndrome ... 8

2. Pengetahuan ... 15

3. Perilaku ... 23

4. Koping ... 26

5. Kecemasan ... 33

B. Kerangka konsep ... 39

C. Hipotesis ... 41

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 42

A. Desain Penelitian ... 42

(8)

vii

G. Cara Pengumpulan Data ... 49

H. Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 51

I. Pegolahan Data Dan Analisa Data... 53

J. Etika Penelitian ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 57

B. Hasil Penelitian ... 58

C. Pembahasan ... 60

D. Kekuatan dan kelemahan penelitian ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

(9)

viii

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Perilaku Koping Dalam Mengatasi Kecemasan Saat

PMS ... 47

Tabel 4.1 Distribusi Usia Responden ... 57

Tabel 4.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Tentang PMS ... 57

Tabel 4.3 Distribusi Perilaku Koping Dalam Mengatasi Kecemasan Saat PMS.. 58

Tabel 4.4 Distribusi Hubungan Pengetahuan Tentang PMS Dengan Perilaku

(10)

ix Lampiran 2 Surat Persetujuan Responden

Lampiran 3 Surat Izin Survei Pendahuluan

Lampiran 4 Surat Keterangan Kelayakan Etik

Lampiran 5 Surat Uji Validitas

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Dari Bappeda

Lampiran 7 Data Demografi Responden

Lampiran 8 Lembar Kuesioner Pengetahuan PMS

Lampiran 9 Lembar Kuesioner Perilaku Koping Dalam Mengatasi

(11)
(12)

INTISARI

Premenstrual syndrome (PMS) merupakan gangguan siklus yang terjadi pada remaja. Kurangnya pengetahuan mengenai PMS membuat remaja mengalami kecemasan saat PMS, selain itu juga dapat memperberat kecemasannya. sehingga dapat mengganggu aktifitas remaja sehingga membutukan penanganan. Cara penangan PMS diantara mengkompres dengan air hangat, memijat atau massage, olahraga secara teratur menjaga kebersihan.

Mengetahui hubungan pengetahuan tentang PMS dengan perilaku koping dalam mengatasi kecemasan saat PMS di SMPN 1 kasihan Bantul.

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik untuk mengetahui faktor penyebab dan hubungan antra dua variabel dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian ini adalah siswi SMPN 1 Kasihan Bantul 2015 menggunakan

random sampling dengan jumlah sampel 63 responden, sedangkan instrumennya

menggunkan kuesioner dan analisa bivariat menggunakan Spearman Rank.

Mayoritas pengetahuan siswi tentang PMS dalam kategori baik 52,4%, perilaku koping dalam mengatasi kecemasan saat PMS dalam kategori cukup 57,1%. Hasil uji bivariat membuktikan bahwa hubungan pengetahuan PMS dengan perilaku koping dalam mengatasi kecemasan saat PMS dengan P value 0,000.

Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang PMS dengan perilaku koping dalam mengatasi kecemasaan saat PMS.

(13)

ii

ABSTRACT

Premenstrual syndrome (PMS) is cycle interference which happens to adolescents, the lack of knowledge is can aggravate about PMS make the adolescents have anxiety when they are getting PMS, it can be interfere adolescent activity. It should needs to be treatment, the one of PMS treatment is compressing the stomach

with warm water, massage routine exercise in order to be health. Knowing the relationship of PMS knowledge with coping behavior in

overcome the anxiety when the adolescent are was get PMS in SMPN 1 Kasihan

Bantul. The kind of this research is analytic research to know the causing factor and

relations between two variables with cross sectional approach. The research used random sampling methods with total of sample is 63 respondents while and bivariat analysis used spearman rank.

Famel adolescents in SMPN 1 Kasihan Bantul majority have good category 52,4%. Then, coping behavior in overcome the anxiety when the famel students are was got PMS on moderate category 57,1%. The result of bivariat test prove that relations of PMS knowledge within coping behavior in overcome the anxiety with p value is 0,000.

There is any significant relations between PMS knowledge with behavior coping in overcome the anxiety when the adolescent are was got PMS.

(14)

1

A. Latar Belakang

Premenstrual syndrome (PMS) merupakan gangguan siklus yang umum terjadi pada wanita muda pertengahan, ditandai dengan gejala fisik

dan emosional yang konsisten. Gejala dapat diperkirakan dan biasanya

terjadi secara reguler pada 7-14 hari sebelum menstruasi dan akan

menghilang pada saat menstruasi (Syiamti & Herdin, 2011).

Gejala (PMS) yang paling umum dialami wanita saat prementruasi

meliputi perasaan mudah tersinggung sebanyak 48% dan timbul suatu

kecemasan ketikan menghadapi PMS, kurang berenergi atau lemas

(45%), dan mudah marah (39%). Gejala fisik yang paling umum dialami

wanita meliputi kram atau nyeri perut (51%), nyeri sendi, otot atau

punggung (49%), nyeri pada payudara (46%), dan perut kembung (43%).

Sekitar satu dari tiga penderita PMS mengatakan, kehidupan mereka

terkena dampak berbagai gejala tersebut secara substansial (Wahyuni,

2014).

Berbagai aktivitas sehari-hari yang umumnya terkena dampak adalah performa kerja (58%), pekerjaan rumah tangga (56%), dan

hubungan dengan keluarga/pasangan (50%) di Asia (Ricka, 2010).

Sedangkan dampak PMS pada siswi meliputi, penurunan kosentrasi

(15)

mengikuti kegiatan sekolah sehingga dapat mempengaruhi nilai

akademisnya disekolah (Aminah, 2011).

Gejala fisik dan emosional pada PMS, terdapat wanita yang menderita depresi dan kecemasan. Sekitar dua hari sampai dua minggu

sebelum permulaan masa haid, mereka menderita berbagai gejala dari

depresi dan kekhawatiran. Apabila wanita tidak bisa mengendalikan

gejala-gejala PMS, maka wanita akan mengalami banyak hal diantaranya

dia mengalami stress, depresi, cemas dan lain-lain, sehingga akan

memperberat timbulnya PMS (Siyamti & Herdin, 2011). Berdasarkan

penelitan yang dilakukan Wahyuni (2014) menunjukkan bahwa Tingkat

kecemasan siswi kelas 7 SMP Muhammadiyah 1 Surakarta sebagian

besar mengalami tingkat kecemasan sedang atau sekitar (64,8%),

sedangkan yang paling sedikit dialami oleh siswi PMS berat sebesar

(0,9%). Hal ini disebabkan karena banyak siswi yang mengalami

kecemasan ketika menjelang atau menghadapi PMS sehingga ada

suatu kecenderungan responden bahwa semakin ringan tingkat

kecemasannya maka semakin ringan PMSnya.

Pada setiap individu pasti tidak sama perilakunya saat akan mengalami PMS. Adapun perilaku negatif saat terjadi nyeri pada bagian

perut, punggung, payudara, dan sakit kepala maka seseorang akan minum

obat anti nyeri ataupun minum jamu, jika ada jerawat akan memencetnya

sehingga menyebabkan lebih parah, enggan untuk meluangkan waktu

(16)

hanya mengganti celana dalam hanya satu kali dalam sehari. Perilaku

positif saat mengalami nyeri biasanya akan mengkopresdengan air hangat,

memijat atau massage, olahraga secara teratur, pola makan yang baik,

istirahat yang cukup, jika terjadi keputihan akan mengganti celana

dalamnya kurang lebih dua kali perhari, dan jika terjadi jerawat tidak akan

memencetnya (Laila, 2011).

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengetahuannya (Notoajmodjo, 2007), seseorang yang memiliki pengetahuan baik maka perilakunya saat

PMS akan baik, begitu juga dengan seseorang yang mempunyai

pengetahuan yang buruk maka perilaku PMS akan buruk. Kurangnya

pengetahuan tentang PMS membuat remaja putri tidak melakukan

penanganan terhada PMS, dan remaja putri tidak sadar akan kesehatan

diri (Suparman & Ivan, 2011). Berdasarkan hasil penelitian Sulistina dkk

(2010), sebagian siswi yang mempunyai pengetahuan tentang mentruasi

baik dan berperilaku baik saat menghadapi menstruasi.

Dari hasil survei pendahuluan di SMPN 1 Kasihan Bantul, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada 10 siswi, didapatkan hasil 5

remaja kurang mengetahui tentang PMS dan 5 siswi sudah cukup

mengetahui tentang PMS. Dari 10 remaja terdapat 7 sisiwi yang perilaku

koping dalam mengatasi kecemasan saat PMS masih dalam kategori

kurang baik dan 3 siswi perilaku koping dalam mengatasi kecemasan saat

PMS dalam kategori baik. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan siswi

(17)

kecemasan saat PMS masih kurang baik, di SMPN 1 Kasihan Bantul

belum pernah mendapatkan penyuluhan mengenai PMS, sehingga peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian di SMPN 1 Kasihan Bantul dengan

judul penelitian “hubungan pengetahuan tentang PMS (premenstrual

syndrome) dengan perilaku koping dalam menghadapi kecemasan saat

PMS

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, didapatkan rumusan masalah yaitu

“ Apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang PMS dengan perilaku

koping dalam mengatasi kecemasaan saat PMS”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan anatara pengetahuan PMS dengan perilaku

koping dalam mengatasi kecemasan saat PMS.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan PMS pada siswi di SMPN 1

Kasihan Bantul.

b. Mengidentifikasi perilaku koping dalam mengatasi kecemasan saat

(18)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswi SMPN 1 Kasihan Bantul

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

koping yang baik dalam mengatasi kecemasaan saat PMS pada remaja

putri.

2. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat sebagai acuan pihak sekolah untuk

mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan pemahaman siswi tentang

PMS dan perilaku kopingnya sehingga kedepannya diharapkan pihak

sekolah dapat melakukan penyuluhan kepada siswi SMPN 1 Kasihan.

3. Bagi keperawatan

Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam praktek

keperawatan mengenai pengetahuan dan perilaku koping siswi saat

PMS.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai informasi dasar sejauh mana tingkat pengetahuan dan

perilaku koping yang dilakukan oleh remaja saat PMS. Sehingga dapat

dijadikan bahan acuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan

perilaku koping yang dilakukan remaja.

E. Keaslian Penelitian

Sejauh ini penelitian ini belum pernah dilakukan, namun peneliti

ingin mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan siswi tentang PMS dan

(19)

1. Ricka, dkk (2010) dengan judul penelitian “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Sindroma Pra menstruasi pada Siswi SMP Negeri

4 Surakarta”jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan

Cross Sectional dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan Purposive Sampling.

Dan hasilnya membahas tentang hubungan tingkat kecemasan

dengan premenstrual sindrom.

Variabel bebas tingkat kecemasan terbukti memiliki hubungan

signifikan dengan Sindroma Pramenstruasi. Dari hasil analisa data

yang menggunakan angka korelasi Kendall’s Tau sebesar 0,290

dengan signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena signifikansi lebih kecil

dari tingkat ketelitian 0,05 maka diputuskan bahwa H0 ditolak.

Dengan demikian disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara tingkat kecemasan dengan Pramenstrual sindrom

pada siswi SMP Negeri 4 Surakarta dengan kekuatan korelasi

sedang.

Persamaanya menggunakan metode cross sectional yaitu

menghubungkan dua variable, perbedanya pada teknik sampling

peneliti menggunakan random sampling.

2. Nurhayati (2012), dengan judul penelitian “Perilaku Remaja Putri Dalam Menghadapi Syndrome Pramentruasi (PMS) Di SMP Negri 4

Ngrayun Kabupaten Ponorogo” jenis penelitian ini deskriptif, teknik

(20)

Hasilnya perilaku remaja putri dalam mengatasi premenstrual

syndrome 19 respondent (52,77%) berperilaku negatif dan 17

responden (47,23%) berperilaku positif.

Persamannya pada variabelnya yaitu perilaku remaja dalam

menghadapi PMS, perbedanyan pada metode dan teknik sampling,

peneliti menggunakan metode cross sectional untuk menghubungkan

dua variable, sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah

random sampling.

3. Badriyah (2012), dengan judul penelitian “Tingkat Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Pre Menstrual Syndrome (PMS) Pada Siswi

Kelas XI Di Sekolah Menengah Atas Negri 3 Sragen”. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, teknik yang digunakan adalah

teknik random sampling, hasil penelitiannya tingkat pengetahuan

remaja putri tentang PMS paling banyak pada tingkat pengetahuan

baik yaitu sebanyak 50 responden (62,5%), sebanyak 23 responden

(28,75%) pada tingkat pengetahuan cukup, dan sebanyak 7 responden

(8,75%) pada tingkat pengetahuan kurang.

Perbedaanya menggunakan metode deskriptif kuantitaf,

persamanya menggunakan teknik random sampling dan variabel yang

(21)

8 A. Landasan Teori

1. Premenstrual Syndrome (PMS)

a. Pengertian

Menurut Saryono (2009) premenstrual syndrome (PMS) adalah

gangguan siklus yang umum terjadi pada wanita muda dan

pertengahan, merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi

secara konsisten terjadi selama tahap luteal dari siklus menstruasi

akibat perubahan hormonal, yang berhubungan dengan siklus ovulasi

(pelepasan sel telur dari ovarium) dan menstruasi. Gejalanya biasanya

terjadi secara regular pada 7-14 hari sebelum datangnya menstruasi.

b. Gejala PMS

Gejala utama termasuk sakit kepala, keletihan, sakit pinggang,

pembesaran dan nyeri pada payudara, dan perasaan begah pada

abdomen, perubahan suasana hati, ketakutan akan kehilangan kontrol,

makan sangat berlebihan dan menangis tiba-tiba dapat juga terjadi.

Gejala-gejala sangat beragam dari satu wanita ke wanita lainnya dan

dari satu siklus ke siklus berikutnya pada wanita yang sama (Brunner

(22)

c. Tipe PMS

Abraham dalam Suryono (2009) membagi PMS mejadi empat

tipe yaitu :

1) PMS Tipe A

PMS tipe A (anxietas) ditandai dengan gejala seperti rasa

cemas, sensitive, saraf tegang, perasaan labil atau mudah marah.

Bahwa beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai

sebelum mendapatkan menstruasi. Gejala ini timbul akibat

hormone estrogen yang terlalu tinggi dibanding dengan hormone

progesterone.

2) PMS Tipe H

PMS tipe H (hyperhydroid) ditandai gejalanya dengan edema

pada kaki dan tangan, perut kembung, nyeri pada dada,

peningkatan berat badan sebelum menstruasi, gejalanya hampir

sama dengan tipe lain, pembengkakan terjadi akibat penumpuakan

air pada jaringan di luar sel (ektrasel) kerena asupan garam dan

gula yang tinggi.

3) PMS Tipe C

PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa ingin makan yang

manis-manis yang disebabkan oleh stres. Pada umumnya setelah

20 menit akan timbul gejala hipoglikemia seperti lemas, jantung

(23)

Hipoglikemi timbul karena hormon insulin dalam tubuh

meningkat.

4) PMS Tipe D

PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala depresi,

ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit

dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), disebabkan

ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, dimana

hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan

dengan hormon estrogennya. Biasanya tipe D berlangsung

bersamaan dengan tipe A, hanya 3% dari seluruh tipe yang

benar-benar murni tipe D. kombinasi tipe D dan A disebabkan oleh

faktor stres, kurangnya asam amino tyrosine.

d. Penyebab PMS

Penyebabnya belum diketahui, namun dapat dimungkinan dari

beberapa faktor hormonal, genetik, sosial, perilaku, biologi dan psikis

(Aulia & Saryono, 2009)

1) Faktor hormonal, terjadi karena ketidak seimbangan hormon

progesteron dan estrogen. kadar hormon estrogen sangat berlebih

dan melampaui batas sedangkan hormon progesteron menurun.

Selain dengan faktor hormon berkaitan juga dengan perasaan,

faktor kejiwaan, masalah sosial yang berkaitan dengan serotonin.

2) Faktor kimia, bahan-bahan kimia yang berada di otak seperti

(24)

neurotransmitter merupakan suatu bahan kimia yang terlibat

dalam pengiriman pesan sepanjang saraf di dalam otak, tulang

belakang, dan seluruh tubuh. Serotonin sangat mempengaruhi

suasana hati. Aktivitas serotonin berhubungan dengan depresi,

kecemasan, kelelahan, perubahan pola makan, kesulitan untuk

tidur, implusif, dan agresif.

3) Faktor genetik, biasanya terjadi pada dua kali lebih tinggi pada

kembar satu sel (monozigot) dibanding dengan dua telur

(heterozigot)

4) Faktor psikologis, yaitu stres sangat berpengaruh besar terhadap

kejadian PMS. Gejalanya akan semakin hebat jika mengalami

tekanan.

5) Faktor gaya hidup, yaitu pola makan juga memegang peranan

yang tidak kalah penting, makan yang terlalu banyak dan terlalu

sedikit sangat berperan terhadap gejala PMS. Makanan yang

mengandung banyak garam akan menyebabkan retensi cairan dan

tubuh menjadi bengkak. Mengkonsumsi minuman beralkohol dan

berkafein dapat menggangu suasana hati dan melemahkan tenaga.

e. Faktor Resiko PMS

PMS biasanya terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap

perubahan hormonal dan siklus menstruasi (Saryono, 2009) beberapa

(25)

1) Wanita yang pernah melahirkan, PMS akan lebih berat jika

setelah melahirkan beberapa anak, terutama kehamilan dengan

komplikasi toksemia.

2) Status perkawinan, wanita yang sudah menikah lebih banyak

mengalami PMS dibanding dengan wanita yang belum menikah.

3) Usia, semkain bertambahnya usia, terutama antar 30-45 tahun.

4) Faktor stres akan memperberat gangguan PMS, hal ini

dipengaruhi kejiwaan dan koping dalam menyelesaikan masalah.

5) Diet, kebiasaan makan tinggi gula juga akan memperparah PMS.

6) Kekurangan zat-zat gizi, seperti kurang vitamin c, magnesium,

dan zat besi. Kebiasaan merokok dan minuman beralkohol juga

dapat memperparah PMS.

f. Terapi PMS

Menurut Silva (2010) ada tiga terapi PMS, yaitu :

1) Terapi obat

Menggunakan analgesic (obat penghilang rasa sakit) dan

bersifat somatik, hanya membantu mengatasi nyeri dan gejala

sedang lainnya serta bersifat sementara.

2) Menggunakan anti depresan

Anti depresan seperti selective serotonin reuptake inhibitor

dapat digunaka setiap hari atau selama 14 hari sebelum

(26)

pada zat kimiawi otak (neurotransmiter) misalnya serotonin.

Penggunaan obat ini harus dengan resep dokter.

3) Terapi relaksasi

Terapi relaksasi bermanfaat meredakan secara cepat PMS

yang dialami perempuan, namun dapat dicapai apabila telah

berlatih setiap hari. Prinsipnya adalah melatih pernafasan,

mengendurkan otot tubuh mengsugestikan pikiran-pikiran kearah

konstruktif atau yang ingin dicapai.

2. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan,

penciuman, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting akan terbentuknya tindakan

seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan itu ialah kesatuan subjek yang mengetahui dan objek

yang diketahui. Satu kesatuan dalam mana objek itu dipandang oleh

subjek sebagai diketahui. Pengetahuan manusia itu adalah hasil dari

(27)

diselidiki, dan akhirnya diketahui (objek), manusia yang melakukan

berbagai pemeriksaan, penyelidikan dan akhirnya mengetahui

(mengenal) benda (Jalal, 2010).

b. Tingkat Pengetahuan

Domain tingkat pengetahuan kognitif mempunyai enam tingkat,

meliputi: mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan,

menyimpulkan dan mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf

pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya baik

melalui pengalaman, belajar, ataupun informasi yang diterima dari

orang lain (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang dicakup di dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:

1) Know (Tahu)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya setelah seseorang mengamati sesuatu.

Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau

mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil

dihimpun atau dikenali (Recall Of Foets).

2) Comprehension (Memahami)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. Termasuk

(28)

menginterpretasikan, menafsirkan, menerjemahkan dan

mengeksplorasi.

3) Application (Aplikasi)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya (real)

dan dapat mengaplikasikan prinsip yang diketahui.

4) Analysis (Analisis)

Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan

materi atau objek ke dalam komponen-komponen yang terdapat

dalam suatu masalah yang diketahui, tetapi masih terstruktur.

Dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Synthesis (Sintesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk merangkum

dan melatakan dalam suatu hubungan yang logis dari

komponen-koponen yang dimiliki. Sintesis juga diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menyusun rumusan baru dari

rumusan-rumusan yang ada.

6) Evaluation (Evaluasi)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria

yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah

(29)

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), ada 6 faktor yang

mempengaruhi pegetahuan, yaitu:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik

formal maupun non formal), berlangsung seumur hidup.

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan

mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidian seseorang

semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan

pendidikan tinggi, maka seseorang akan semakin cenderung

untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari

media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin

banyak pula pengetahuan yang didapat mengenai kesehatan.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan

formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non

formal.

2) Informasi/media massa

Informasi adalah adalah suatu yang dapat diketahui, namun

ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer

(30)

formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka

pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan

atau peningkatan pengetahuan. Berkembangnya teknologi akan

menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat

mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

Sehingga sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan

kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

pengetahuan terhadap hal tersebut.

3) Sosial, budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang

tidak melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.

Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya

walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

(31)

kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini

terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang

akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman

belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan

pengetahuan dan keterampilan profesional, serta dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manisfestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah

dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerja.

6) Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan

lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial,

serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua. Kemampuan intelektual,

pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir

(32)

d. Sumber Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), sumber-sumber pengetahuan

sebagai berikut:

1) Kepercayaan sebagai tradisi, adat dan agama

Berbentuk norma dan akidah baku yang berlaku didalam

kehidupan sehari-hari. Didalam norma dan akidah itu

terkandung pengetahuan yang kebenarannya tidak dapat

dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik

untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa

keraguan dan percaya secara bulat. Pengetahuan yang

bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (mapan)

tetapi subjektif.

2) Pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang

lain

Pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang

dapat dipercayai adalah orang tua, guru, ulama, orang yang

dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka katakan, benar

atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada

umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik.

Karena kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai

oarang-orang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan

(33)

Sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi

persoalannya terletak pada sejauh mana orang-orang itu bisa

dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian

pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan

pengalaman yang telah teruji kebenarannya. Jika kesaksiannya

adalah kebohongan, hal ini akan membahayakan kehidupan

manusia dan masyarakat itu sendiri.

3) Pengalaman

Bagi manusia, pengalaman adalah vital penyelenggaraan

kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung,

lidah dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan

bisa pula melakukan kegiatan hidup.

4) Akal pikiran

Berbeda dengan panca indra, akal pikiran memiliki sifat

lebih rohani. Akal pikiran mampu menangkap hal-hal yang

metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragam dan yang

bersifat tetap. Akal pikiran cenderung memberikan

pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti.

5) Intuisi

Berupa gerak hati yang paling dalam. Jadi, sangat bersifat

spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan

kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari

(34)

Artinya, tanpa melalui sentuhan indera maupun olahan akal

pikiran. Ketika dengan serta-merta seseorang memutuskan

untuk berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang

jelas, maka ia berada di dalam pengetahuan yang intuitif.

Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak

dapat diuji dan bersifat personal.

e. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan dapat diperoleh

dengan berbagai cara, diantaranya:

1) Tradisional atau non-Ilmiah

a) Cara coba-salah (trial and error)

Cara ini adalah cara yang paling sederhana dan telah

dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradapan. Pada waktu itu

apabila seseorang menghadapi persoalan atau masalah,

upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja.

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan

lain. Apabila kemungkinan kedua gagal maka dicoba lagi

dengan kemungkinan ketiga dan seterusnya sampai

(35)

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan dapat berupa

pemimpin-pemimpin masyarakat baik informal, ahli agama,

pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata

lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada

otoritas dan kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah,

otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman ini adalah guru yang baik, demikian

bunyi pepatah. Pepatah tersebut mengandung maksud

bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan.

Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan

sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila

dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat

memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula

menggunakan cara tersebut. Tetapi bila dia gagal

menggunakan cara tersebut, dia tidak akan mengulangi

cara tersebut dan berusaha mencari cara yang lain,

(36)

d) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaann umat

manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari

sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya

dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain

dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi

maupun deduksi.

Cara induksi adalah proses penarikan kesimpulan

yang dimulai dari pembuatan kesimpulan tersebut

berdasarkan pengalaman yang ditangkap indra kemudian

disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan

seseorang untuk memahami suatu gejala. Sedangkan cara

deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari

pernyataan-pernyataan umum ke khusus.

2) Cara moderen dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru atau moderen dalam memperoleh pengetahuan

pada masa dewasa ini lebih sistemis, logis dan ilmiah. Cara ini

disebut metode penelitian ilmiah atau sering disebut

metodeologi penelitian. Mula-mula dengan pengamatan

langsung kemudian hasilnya dikumpulkan, diklasifikasikan

(37)

3. Perilaku

a. Pengertian Perilaku

Dari segi biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

individu, jadi perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas dari

manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas

yaitu: berjalan, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menangis dan

sabagainya. Dengan kata lain perilaku adalah semua kegiatan atau

aktivitas manusia, baik diamati langsung maupun yang tidak diamati

secara langsung ( Notoatmodjo, 2007)

b. Respon Perilaku

1) Perilaku tertutup (convert behavior)

Respon terhadap stimulus dalam bentuk tertutup (covert),

respon terbatas pada perhatian, presepsi, pengetahuan dan sikap

yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan

belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka,

respon sudah jelas dalam bentuk tindakan dan praktik, dan dapat

(38)

c. Domain Perilaku

Menurut Blom (1908) dalam Notoatmojo (2007) domain

perilaku ada 3 yaitu :

1) Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah

seseorang melakukan pengindraan pada sebuah objek.

2) Sikap (attitude)

Sikap merupakan respon yang masih terhadap seseorang

terhadap objek.

3) Praktik atau Tindakan (practice)

Suatu sikap yang belum terwujud dalam suatu tindakan, dan

untuk mewujudkannya dibutuhkan faktor pendukung atau suatu

kondisi yang memungkinkan.

d. Cara Mengubah Perilaku Manusia

Menurut Mubarok (2007) cara mengubah perilaku manusia

dengan cara sebagai berikut :

1) Kesungguhan, setiap individu mempunyai sikap, kepribadian, dan

latar belakang ekonomi yang berbeda sehingga perlu kesungguhan

dari berbagai komponen untuk merubah perilaku.

2) Dimulai dari lingkungan keluarga, peranan orang tua atau

keluarga sangat membantu untuk menjelakan serta memberikan

contoh mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak

(39)

3) Penyuluhan dapat disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan

kebudaya yang dianut.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Green dalam Notoatmojo (2007), perilaku dipengaruhi

oleh tiga faktor utama yaitu :

1) Faktor predisposisi (predisphosin factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap terhadap

kesehatan. Tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan kesehatan.

2) Faktor pemungkin (enambling Factor)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan.

f. Faktor penguat (Reinforcing factor)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh agama,

masyarakat, sikap dan para perilaku petugas kesehatan. Untuk

berperilaku sehat, masyarakat bukan hanya perlu pengetahuan dan

sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan

perilaku contoh (acuan) dan para tokoh masyarakat agama, dan

(40)

4. Koping

a. Definisi koping

Koping adalah proses dimana seseorang mencoba untuk mengatur perbedaan yang diterima antara keinginan (demands) dan

pendapatan (resource) yang dinilai dalam suatu keadaan yang penuh

dengan tekanan. Koping merupakan tindak mengubah kognitif secara

konstan dan usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal

atau ekternal yang dinilai membebani individu (Nasir & Muhit,

2011).

Menurut Lazarus (1985) koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya mengatasi tuntutan internal dan

ekternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.

Mekanisme koping adalah upaya yang diarahkan pada penatalaksaan

stres. Termasuk dalam upaya penyelesaian langsung dan mekanisme

koping pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri

(Stuart,2007)

Mekanisme koping adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan, yang terjadi, dan

situasi yang mengancam, baik secara kognitif maupun perilaku

(Nasir & Muhit, 2011).

b. Sumber Koping

Stuart (2009) strategi koping yang individu dapat mengatasi

(41)

dilingkungan. Sumber koping tersebut berupa modal ekonomi,

kemampuan menyelesaikan masalah, dukungan sosial, dan

keyakinan budaya dapat membantu individu mengintegrasikan

pengalaman yang menimbulkan stres dan mengadopsi strategi

koping yang berhasil.

Sumber koping termasuk aset ekonomi, kemampuan dan

ketrampilan, teknik bertahan, dukungan sosila, dan motivasi. Mereka

menggabungkan semua tingkatan hearki sosial. Hubungan antara

keluarga, individu, kelompok, dan masyarakat dianggap sebagai poin

yang sangat penting dalam model ini. Sumber koping lainya

termasuk kesehatan dan energi, keyakinan positif, pemecahan

masalah dan ketrampilan sosila, sumber daya sosial dan material, dan

kesejahteraan fisik.

Kepercayaan spiritual dan memandang diri secara positif dapat

berfungsi sebagai dasar harapan dapat memepertahankan upaya

seseorang menghadapi situasi yang palin buruk. Kemampuan

memecahkan masalah termasuk kemampuan untuk mencari

informasi, mengidentifikasikan masalah, menimbang alternatif dan

melaksanakan rencana.

Ketrampilan sosial menfasilitasi pemecahan masalah yang

melibatkan orang lain, meningkatkan kemungkinan mendapatkan

kerjasama dan dukungan dari orang lain, dalam memberikan kontrol

(42)

uang dan barang dan jasa yang bisa dibeli dengan uang. Jelas,

sumber daya moneteren sangat meningkat pilihan seseorang

mengatasi dihampir semua situasi stress.

Pengetahuan dan kecerdasan adalah sumber koping yang lain

yang memungkinkan orang untuk melihat cara yang berbeda dalam

menangani stres. Akhirnya, sumber koping juga termasuk indetitas

ego yang kuat, komitmen terhadap jaringan sosial, stabilitas budaya,

sistem yng stabil nilai dan keyakinan, orientasi kesehatan preventif

dan genetik atau kekuatan konstitusi.

Orang dapat mengatasi stres dan kecemasan dengan

memobilisasi sumber daya penanggulangan di lingkungan. Sumber

daya seperti aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah,

dukungan sosial dan budaya dapat membantu seseorang

mengintegrasikan pengalaman stres dan mengadopsi strategi koping

yang berhasil. Mereka juga membantu orang menemukan makna

dalam pengalaman dan menyarankan stretegi alternativ untuk

mediasi peristiwa stres.

c. Mekanisme Koping

Menurut Stuart (2009) mekanisme koping dibagi menjadi 3 tipe

1) Mekanisme koping fokus pada masalah, yang melibatkan tugas

dan upaya langsung untuk mengatasi ancaman itu sendiri.

(43)

2) Mekanisme koping fokus pada kognitif, dimana individu

mencoba untuk mengontrol makna dari masalah, dengan

demikian menetralkan itu. Misalnya termasuk perbandingan

positif, ketidak tahuan selektif subtitusi penghargaan dan

devaluasi benda yang diinginkan.

3) Mekanisme koping fokus pada kognitif, dimana individu

berorientasi pada tekanan emosional moderet. Misalnya

menggunakan mekanisme pertahanan ego seperti penyangkalan,

denial, dan proyeksi.

Sedangkan menurut Stuart dan Sudeen (1995) digolongkan

menjadi dua yaitu :

1) Meknisme koping adaptif

Merupakan mekanisme koping yang bersifat positif,

kontruktif, rasional. Katogorinya berbicara dengan orang lain,

memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan

seimbang dan aktifitas kontruksi.

2) Mekanisme koping maladptif

Merupakan mekanisme koping yang bersifat negatif,

merugikan, destruktif serta tidak dapat menyelesaikan masalah

secara tuntas. Kategorinya makan berlebih atau tidak makan,

bekerja berlebihan, mudah marah, muadah tersinggung.

(44)

d. Gaya Koping

Gaya koping merupakan gaya yang dilakukan sesorang dalam

memecahkan masalah, menurut Nasir (2011) ada dua tipe pemecahan

masalah yaitu :

1) Gaya Koping Positif

Gaya koping positif merupakan gaya koping yang dapat

mendukung integritas ego, berikut ini macam-macamnya gaya

koping positif :

a) Problem solving

Problem solving adalah usaha untuk memecahkan suatu

masalah, dimana pada tipe ini seseorang harus menghadapi

masalah dan memecahkannya, bukan menghindari atau

menganggap masalah itu tidak berarti. Pemecahan masalah

ini digunakan untuk menghindari tekanan atau beban

psikologis akibat adanya stressor yang termasuk kedalam diri

seseorang.

b) Unitilizing Social Support

Merupakan tindak lanjut dari masalah yang belum

terselesaikan. Tidak semua orang mampu menyelesikan

masalah yang ia alami, biasanya ini terjadi karena rumitnya

masalah yang dihadapi. Apabila seseorang tidak dapat

menyelesaikan masalah yang ia alami harusnya tidak

(45)

lain yang dapat dipercaya dan mampu memberikan bantuan

dalam bentuk saran ataupun yang lainya. Dukungan ini

biasanya datang dari orang terdekat seperti keluarga dan

sahabat.

c) Looking For Selver Lining

Masalah yang dihadapi terkadang membawa kepada

kebuntuan meskipun dengan upaya optimal tetap saja tidak

membuahkan hasil, oleh karena itu manusia harus berpikir

positif serta mengambil hikmah dari masalah yang dihadapi,

manusia diharpakan mampu menerima kenyataan serta

mengangap sebagai ujian dan cobaan tanpa mengurangi

semangat dan motivasi untuk selalu berusaha menyelesaikan

masalah.

2) Gaya koping negatif

Gaya koping negatif biasanya akan menurunkan integritas

ego seseorang, dimana gaya koping ini akan merusak dan

merugikan dirinya sendiri, gaya koping negatif terdiri sebgai

berikut :

a) Advoidance

Bentuk dari advoice ini adalah pelarian dari masalah

yang dihadapi yang kemudian akan menumpuk dikemudian

hari. Bentuk pelarian ini seperti narkoba, merokok,

(46)

b) Self-blame

Merupakan betuk dari ketidak berdayaan atas masalah

yang dialami dan menyalahkan diri sendiri tanpa intropeksi

diri yang maksimal. Tipe ini akan cenderung menyalahkan

dirinya sendiri sehingga berdampak pada penarikan diri dari

lingkungan sosial.

c) Wishfull thingking

Kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan

sehingga mengakibatkan kesedihan yang mendalam, hal ini

dikarenakan keinginan yang terlalu tinggi sehingga sulit

untuk dicapai.

e. Perilaku koping saat PMS

Menurut Laila (2011) perilaku koping saat PMS dibagi menjadi

dua yaitu

1) Perilaku positif

a) Mengkompres bagian yang nyeri dengan air hangat

b) Memijat atau massage

c) Olahraga teratur

d) Pola makan yang baik

e) Istirahat yang cukup

(47)

2) Perilaku negatif

a) Mengkonsumsi obat pereda nyeri jika terjadi nyeri di perut

b) Memencet jerawat

c) Enggan meluangkan waktu untuk beristirahat

d) Kurang menjaga kebersihan

e) Mengkonsumsi jamu

5. Kecemasan

a. Pengertian

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,

berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan

emosi yang tidak memiliki objek yang spesifik (Stuart, 2007).

Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang

tidak jelas dan gelisah disertai dengan respon otonom (sumber

terkadang tidak spesifik atau tidak tidak diketahui oleh individu),

perasaan yang was-was dalam mengatasi bahaya. Merupakan sinyal

akan ada bahaya dan memungkinkan individu untuk mengambil

langkah untuk menghadapinya (Nanda, the north American Nursing

diagnosis association, 2012)

Kecemasan atau anxietas berasal dari bahasa latin, angere yang

berarti tercekik atu tercekat. Respon anxietas sering kali tidak

berkaitan dengan ancaman namun tetap dapat membuat orang tidak

mampu untuk melakukan tindakan atau menarik diri (Maramis

(48)

b. Teori kecemasan

Berbagai teori dikembangkan untuk menjelaskan faktor dari

predisposisi kecemasan (Stuart,2007)

1) Teori Psikoanalitik

Menurut psikoanalitik anxietas atau kecemasan adalah

konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian-id

dan superego. Id memiliki dorongan insting dan implusi primitif

sesorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani

sesorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya. Ego

berfungsi untuk menengahi antara dua elemen yang

bertentangan dan fungsi dari anxietas adalah mengingatkan ego

akan ada bahaya.

2) Teori Interpersonal

Menurut teori intrapersonal, anxietas timbul dari perasaan

takut terhadap penerimaan dan penolakan interpersonal.

Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma,

seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan

kelemahan fisik. Individu dengan harga diri rendah akan

(49)

3) Teori Perilaku

Menurut teori perilaku anxietas merupakan frustasi yaitu

segala sesuatu yang menggangu kemauan individu untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. pakar tentang pengetahuan

menyakini bahwa individu yang yang dari kecil terbiasa

dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan dan lebih sering,

menunjukan anxietas pada kehidupan yang selanjutnya.

4) Teori Biologis

Menurut teori biologis bahwa diotak terdapat reseptor

khusus untuk benzodiazepines, obat-obatan yang

meningkatkan nueororegulator inhibisi asam

gama-aminobutirat (GABA) yang berperan penting dalam

mekanisme biologis yang berhubungan dengan anxietas.

Anxietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan

selanjutnya dapat menurunkan kemampuan individu untuk

mengatsi stressor.

c. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2007) ada empat tingkat kecemasan :

1) Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan kehidupan

sehari-hari. Menyebabkan individu menjadi waspada dan

(50)

memotivasi belajar yang menghasilkan krestivitas dan

pertumbuhan.

2) Kecemasan sedang

Pada tingkat ini individu akan berfokus pada hal-hal

penting dan mengesampingkan hal-hal yang lain. Kecemasan

ini akan mempersempit lapang presepsi individu. Individu

tidak mengalami perhatian yang selektif namun dapat fokus

pada area lain jika diarahkan.

3) Kecemasan Berat

Pada kecemasan berat lahan presepsi sangat menyempit,

individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan

spesifik serta tidak berpikir terhadap hal lain. Semua perilaku

ditunjukan untuk mengurangi ketegangan, memerlukan arahan

untuk fokus kearea lain.

4) Panik

Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan

ketakutan berhubungan dengan ketakutan dan teror, hal yang

terperinci terpecah dari proporsinya, karena mengalami

kehilangan kendali, individu yang mengalami tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun sudah diarahkan. Panik

mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan

(51)

berhubungan dengan orang lain, presepsi, menyimpang, dan

kehilangan presepsi pemikiran rasional.

d. Tanda Gejala Kecemasan

Menurut hawari (2006) tanda gejala orang yang mengalami

kecemasan sebagai berikut:

1) Tanda fisik meliputi : badan gemetaran, rejatan, ketegangan

otot, nafas pendek mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas

autonomik, wajah merah dan pucat, tangan terasa dingin, diare

mulut kering, sering kecing, nadi cepat.

2) Gejala psikologis meliputi : rasa takut, sulit kosentrasi,

hipervigilsnce (siaga berlebih), insomnia, menurunnya libido,

dan rasa mual diperut.

e. Faktor yang mempengaruhi kecemasan

Menurut Hawari (2006) faktor yang memepengaruhi kecemasan

sebagai berikut

1) Pengetahuan

Pengetahuan yang bertambah akan mengubah pola perilaku

sehingga dapat mengurangi kecemasan.

2) Tipe Kepribadian

Seseorang akan menderita cemas apabila yang

bersangkutan tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang

dihadapinya. Tipe kepribadian menurut hawari ialah tidak

(52)

was-was, kurang percaya diri, gugup apabila didepan umum dan

gelisah.

3) Sosial Budaya

Kebudayan dimasyarakat mempengaruhi timbulnya stres,

individu yang memiliki kehidupan yang teratur dan mempunyai

tujuan hidup yang jelas maka tidak akan mudah mengalami

stres dibanding mereka yang mempunyai keyakinan yang

lemah.

4) Usia

Usia berpengaruh kecemasan, biasnya terdapat pada usia

golongan muda.

5) Jenis kelamin

Stres paling banyak dialami oleh perempuan dari pada

(53)

B. Kerangka Konsep

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti

Gambar 2.1 Baik, >75%

cukup, 60-75%

Kurang, < 60%

Pengetahuan tentang PMS

Perilaku koping menghadapi

kecemasan saat PMS

Baik, >75%

Cukup baik, 60-75%

Kurang baik, <60%

Faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan :

1. Tingkat pendidikan 2. Informasi

(54)

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah :

Ha : ada hubungan antara pengetahuan tentang PMS dengan perilaku

koping dalam menghadapi kecemasan saat PMS di SMPN 1 Kasihan

(55)

42 A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik untuk mengetahui faktor penyebab dan hubungan antara dua variabel. Penelitian ini menggunakan

pendekatan cross sectional, yaitu penelitian yang menekankan pada

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yang

waktu pengumpulan datanya dilakukan dalam waktu sekali saja

(Nursalam, 2011).

B. Populasi dan Sampel

1. PopulasiPenelitian

Populasi adalah keselurahan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Hidayat, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah siswi kelas

VII dan VIII di SMP 1 Kasihan Bantul, dimana jumlah siswi secara

keseluruhan 172 siswi.

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Jumlah

sampel yang diambil, jika populasi kurang dari 100 lebih baik diambil

semua, tetapi jika populasi lebih dari 100 dapat diambil 10%-15% atau

20%-25% atau lebih (Arikunto, 2010).

Populasi dalam penelitian ini sebesar 172 remaja putri, maka untuk

(56)

Keterangan :

n : besar sampel

N : besar populasi

D : tingkat signifikasi

Populasi yang terdapat berjumlah 172 dengan nilai signifikan 0,1

maka besarnya sampel dalam penelitian ini adalah :

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini

adalah Simple Random Sampling. Menurut Hidayat (2010), simple

random sampling adalah pengambilan sampel dengan cara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi, Sampel

diambil dari kelas VII (A,B,C,D,E) dan kelas VIII (A,B,C,D,E ) untuk

menentukan besar sampel yang diambil dari masing-masing kelas

digunakan rumus sebagai berikut:

(57)

D

ah sampel dari setiap kelas adalah sebagai berikut:

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah keseluruhan sampel adalah

63 orang. Setelah peneliti mendapatkan jumlah sampel pada

masing-masing kelas, peneliti akan mengambil sampel tersebut secara acak

dengan menggunakan undian. Nomer yang keluar dari hasil undian

tersebut yang nantinya menjadi sampel pada penelitian ini yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu:

a. Kriteria Inklusi

1) Siswi yang bersedia menjadi responden

2) Siswi yang sudah menstruasi

b. Kriteria Eksklusi

1) Siswi yang tidak hadir pada waktu pengambilan data

2) Siswi yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap

Kelas Jumlah siswi Sampel yang diambil

(58)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat yang akan dilakukan penelitian

oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2011).

Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Kasihan, berdasakan survey

pendahuluan didapatkan pengetahuan siswi tentang PMS masih rendah

serta perilaku koping dalam mengatasi kecemasan saat PMS masih

kurang baik, di SMPN 1 Kasihan Bantul belum pendapatkan

penyuluhan mengenai PMS, sehingga peneliti tertarik untuk

menelitinya.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 2016

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau

nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel

independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang PMS

2. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi ini lainya

ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah perilaku koping menghadapi kecemasaan

(59)

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran

secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional

ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian

(Hidayat, 2011). Definisi operasional penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Pengetahuan siswi tentang PMS

Pengetahuan siswi tentang PMS adalah pemahaman dari siswi

mengenai PMS yang meliputi pengertian, penyebab, tipe, faktor resiko,

serta penangan saat PMS. pengukuran pengetahuan pada penelitian

menggunakan skala guttman yang berbentuk pernyataan dengan

jawaban “benar” dan “salah”, alat ukur yang digunakan adalah skala

ordinal dengan skor 0 dan 1. Hasil pengukuran pengetahuan menurut

Arikunto (2010) baik dengan nilai > 75%, cukup dengan nilai 60-75%

dan kurang dengan nilai < 60%.

2. Perilaku koping dalam menghadapi kecemasan saat PMS

Perilaku koping dalam menghadapi kecemasan saat PMS adalah

aktivitas individu dalam mengatsi kecemasan saat PMS, baik diamati

secara langsung maupun tidak langsung, pengukuran pada penelitian

(60)

jawaban “Ya” dan “Tidak”, skala ukur yang digunakan adalah skala

ordinal dengan skor 0 dan 1. Hasil pengukuran perilaku koping dengan

interprestasi hasil baik dengan nilai > 75%, cukup dengan nilai

60-75% dan kurang dengan nilai < 60%.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunkan terdiri dari dua

macam, yaitu kuesioner pengetahunan tentang PMS dan perilaku koping

dalam mengatasi kecemasan saat PMS.

1. Kuesioner pengetahuan tentang PMS, kuesioner ini diadopsi dari

penelitian Natalia (2013), dengan alat ukur menggunakan skala

ordinal. Kuesioner ini berisi pertanyaan dengan pilihan jawaban

“benar” dan “salah” dan responden diminta untuk memilih satu

jawaban .Cara penskoran untuk pertanyaan favuorable jika benar

diberi skor 1 dan salah diberi skor 0, unfavuorable jika benar diberi

skor 0 dan salah diberi skor 0. Sehingga setelah diketahui hasilnya

dapat dinilai dengan Pengetahuan baik 76-100%, Pengetahuan cukup

56-75%, Pengetahuan kurang 40-55% (Arikunto, 2013).

Untuk memudahkan dalam penyusunan instrumen, maka diperlukan rincian kisi-kisi. Berikut rincian kisi-kisi dari instrument

(61)

Table 3.1.

Kisi kisi pertanyaan kuesioner pengetahuan tentang PMS

No Variabel Indikator No item jumlah

Favourable Unfavourable

1 Pengetahuan tentang PMS

Pengertian

PMS 1,4 2 3

Gejala fisik

PMS 3,5,6,7,10 8,9,11,12 9 Gejala non

fisik PMS 14 13,15,16,17, 5 Faktor

resiko PMS 19,18 - 2

Jumlah 19

Kuesioner tentang perilaku koping dalam mengatasi kecemasan

saat PMS, kuesioner ini dibuat oleh peneliti menggunakan alat ukur

skala ordinal. Kuesioner ini berisi pertanyaan dengan pilihan jawaban

“Ya” dan “Tidak” dan responden diminta untuk memilih salah

jawaban. Cara penskoran untuk pertanyaan favuorable jika benar

diberi skor 1 dan salah diberi skor 0, unfavuorable jika benar diberi

skor 0 dan salah diberi skor 0. Sehingga setelah diketahui hasilnya

akan dapat dinilai dengan perilaku koping baik 76-100% , perilaku

koping cukup 56-75%, perilaku koping kurang : 40-55%).

Untuk memudahkan dalam penyusunan instrumen, maka

diperlukan rincian kisi-kisi. Berikut rincian kisi-kisi dari instrument

(62)

Table 3.2

Kisi-kisi pertanyaan kuesioner pertanyaan perilaku koping dalam mengatasi kecemasan saat PMS

No Variabel Indikator No item jumlah

3,4,5,6,7,8,9, 1,2,10,11,12,13,14 14

Jumlah 14

G. Cara Pengumpulan Data

Tahap prosedur pengumpulan data sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Peneliti menentukan permasalahan, subjek penelitian, tempat

penelitian, tujuan dan manfaat dalam penelitian, sehingga didapatkan

judul Hubungan pengetahuan tentang PMS (premenstrual syndrome)

dengan perilaku koping dalam mengatasi kecemasan saat PMS di

SMPN 1 Kasihan Bantul, kemudian peneliti membuat surat studi

pendahuluan dari universitas, setelah surat keluar peneliti melakukan

studi pendahuluan di SMPN 1 Kasihan Bantul. Peneliti terlebih

dahulu meminta izin dan memberikan surat izin dari universitas

kepada kepala sekolah SMPN 1 Kasihan Bantul untuk melakukan

studi pendahuluan setelah kepala sekolah menyetujui, peneliti

Gambar

Table  4.1  distribusi  frekuensi  karakteristik  responden
Table 4.1 distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan  usia siswi di  SMPN 1 Kasihan Bantul (N=63)

Referensi

Dokumen terkait