• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Sistem Greenhouse Tanaman Kangkung (Ipomea Aquatica).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Sistem Greenhouse Tanaman Kangkung (Ipomea Aquatica)."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM

GREENHOUSE

TANAMAN KANGKUNG (

IPOMEA

AQUATICA

)

TUGAS AKHIR

Program Studi

S1 Sistem Komputer

Oleh:

MOCHAMMAD NORCA ADILAYAHYA

11.41020.0076

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

(2)

x

Halaman

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan ... 3

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rumah Kaca (Greenhouse) ... 6

2.2 Kangkung ... 8

2.3 Hidroponik ... 10

2.4 Arduino UNO ... 11

2.4.1 Hardware ... 13

2.4.2 Software ... 16

2.5 Relay ... 21

(3)

xi

2.7 LCD ... 27

2.7.1 Kominikasi I2C (Inter Integrate Circuit) ... 29

2.8 Motor Driver EMS 5 A H-Bridge ... 30

2.8.1 Spesifikasi ... 30

2.8.2 Keterangan antarmuka ... 31

2.9 Power Supply ... 32

2.10 Motor DC ... 34

2.11 Sistem Pendingin ... 35

2.11.1 Sistem fan dan pad ... 35

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Penelitian ... 37

3.2 Model Perancangan ... 38

3.3 Perancangan Sistem ... 39

3.4 Desain Greenhouse ... 40

3.5 Perancangan Perangkat Keras ... 43

3.5.1 Perancangan kipas/fan ... 44

3.5.2 Perancangan switching humidity ... 45

3.5.3 Perancangan Liquid Crystal Display (LCD) ... 46

3.6 Perancangan Perangkat Lunak ... 47

3.6.1 Algortima Sistem Greenhouse ... 48

(4)

xii

4.1.1 Tujuan pengujian ... 50

4.1.2 Alat yang dibutuhkan ... 50

4.1.3 Prosedur Pengujian ... 51

4.1.4 Hasil Pengujian ... 51

4.2 Pengujian LCD (Liquid Crystal Display) ... 52

4.2.1 Tujuan pengujian ... 52

4.2.2 Alat yang dibutuhkan ... 52

4.2.3 Prosedur Pengujian ... 52

4.2.4 Hasil Pengujian ... 53

4.3 Pengujian Sensor Kelembaban dan Suhu (DHT11) ... 54

4.4 Pengujian Kerja On-Off Aktuator terhadap Sensor DHT11 ... 59

4.5 Pengujian Kinerja Sistem Pengendalian Suhu dan Kelembaban 61 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN Lampiran 1. Listing Program ... 75

(5)

6

2.1 Rumah Kaca (Greenhouse)

Greenhouse atau yang lebih dikenal dengan istilah kumbung di Indonesia

ditinjau dari bentuknya, bahan bangunan dan sistem kontrolnya sangat beragam.

Pembangunan greenhouse belum sepenuhnya disesuaikan dengan iklim di tempat

pembangunnya. Sehingga harapan terpenuhinya kuantitas, kualitas dan kontinuitas

produksi belum optimal. Oleh karenanya diperlukan upaya-upaya perbaikan

kualitas greenhouse. Namun, untuk kontrol pada greenhouse itu sendiri

memerlukan peralatan untuk memonitor dan mengontrol kondisi lingkungan agar

dapat memberikan produk hasil yang optimal. Lingkungan yang dikontrol adalah

di antaranya suhu dan kelembaban udara serta kontrol distribusi air dan pupuk.

Kebutuhan terhadap sistem monitor dan kontrol lingkungan ini yang menyebabkan

bangunan greenhouse tergolong bangunan yang mahal, sehingga menjadi kendala

dalam mengimplementasikan greenhouse ini (Sudibyo K., 2002). Struktur ini

memiliki ukuran dari mulai gudang kecil sampai berukuran bangunan industri.

Miniatur rumah kaca atau greenhouse sering juga disebut sebagai cold frame.

Interior sebuah rumah kaca yang terkena sinar matahari menjadi lebih hangat

daripada suhu lingkungan eksternal, melindungi isinya dari cuaca dingin. Rumah

kaca atau greenhouse dipenuhi dengan peralatan termasuk pemeriksaan instalasi,

penghangat ruangan, pendinginan, pencahayaan, dan dapat dikendalikan oleh

(6)

Rumah kaca memiliki bentuk yang menyerupai dengan rumah-rumahan

yang tertutup dan transparan yang bisa ditembus oleh cahaya matahari. Lalu cahaya

matahari dimanfaatkan untuk menanam tanaman agar tanaman tersebut tumbuh

secara optimal tanpa dipengaruhi adanya iklim luar. Untuk tujuan tersebut, rumah

kaca sebaiknya mempunyai transmisi cahaya yang tinggi, konsumsi panas yang

rendah, ventilasi yang cukup dan efisien, struktur yang kuat, konstruksi, dan biaya

operasional yang murah serta berkualitas tinggi (Diw Satrio, Dimas, 2012).

Rumah kaca merupakan media yang digunakan untuk mengendalikan dan

menjaga keadaan iklim, serta lingkungan di dalam suatu ruangan atau bisa disebut

dengan iklim buatan untuk menjaga kelembaban udara, tanah, suhu, dan intensitas

cahaya. Sehingga besarnya suhu, tingkat kelembaban, dan kadar asam dalam tanah

di dalam rumah kaca tersebut akan berbeda dengan kondisi suhu, kelembaban, dan

tanah di luarnya. Beberapa parameter yang diperhatikan di dalam rumah kaca, di

antaranya adalah suhu ruangan, suhu tanah, kelembaban udara, pengairan,

pemupukan, kadar cahaya, dan pergerakan sirkulasi udara (ventilasi).

Rumah kaca untuk daerah beriklim tropis sangat memungkinkan dan

mempunyai banyak keuntungan dalam produksi dan budidaya tanaman. Produksi

dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa dipengaruhi perubahan cuaca, di mana

produksi dalam lahan yang terbuka tidak memungkinkan karena adanya berbagai

faktor yang tidak menunjang dalam budidaya tanaman seperti curah hujan yang

(7)

2.2 Kangkung

Genus Ipomoea termasuk dalam Familia Convolvulaceae

(Kangkung-kangkungan), Sub-ordo Convolvuliineae, Ordo Tubiflorae, Kelas Dicotyledoneae,

Sub divisi Angiospermae, Divisi Spermathophyta. Familia Covolvulaceae berupa

herba atau semak berkayu, kebanyakan merayap atau membelit, daun tunggal,

duduk tersebar tanpa daun penumpu. Familia ini memiliki sekitar 50 genera dan

lebih dari 1200 spesies, di mana 400 spesies di antaranya termasuk dalam genus

Ipomoea. Tumbuhan ini kebanyakan tumbuh di daerah tropis dan subtropis,

beberapa tumbuh di daerah sedang. Kangkung termasuk tumbuhan hidrofit yang

sebagian tubuhnya di atas permukaan air dan akarnya tertanam di dasar air,

mempunyai rongga udara dalam batang atau tangkai daun sehingga tidak tenggelam

dalam air dan daun muncul ke permukaan air. Anggota genus Ipomoea yang banyak

dikenal antara lain Ipomoea aquatica (kangkung air) dan Ipomoea reptans

(kangkung darat), keduanya berhabitus herba. I. aquatica memiliki daun panjang,

ujung agak tumpul, berwarna hijau tua, bunga putih kekuningan/kemerah-merahan

(Lihat Gambar 2.1). I. Reptans memiliki daun panjang, ujung agak runcing, warna

hijau keputih-putihan dan bunga putih.

Berdasarkan tempat hidupnya, tanaman kangkung dapat dibedakan

menjadi kangkung darat (Ipomea reptans) dan kangkung air (Ipomea aquatiqa).

Akan tetapi, jumlah varietas kangkung darat lebih banyak dibandingkan kangkung

air. Varietas kangkung darat terbagi menjadi varietas Bangkok, biru, cinde,

Sukabumi, dan sutra. Sedangkan varietas kangkung air terbagi menjadi varietas

Sumenep dan varietas Biru. Secara alamiah, Kangkung ini dapat ditemukan di

(8)

percabangan. Sistem perakarannya tunggang dengan cabang-cabang akar yang

menyebar ke berbagai penjuru. Tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan

bentuk helainya seperti hati. Bunganya menyerupai terompet. Bentuk buahnya bulat

telur dan di dalamnya berisi 3 butir biji. Perbedaan antara kangkung darat dan

kangkung air hanya terletak pada warna bunga. Kangkung air berbunga putih

kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat berbunga putih bersih. Perbedaan

lainnya pada bentuk daun dan batang. Kangkung air berbatang dan berdaun lebih

besar daripada kangkung darat. Warna batangnya juga berbeda. Kangkung air

berbatang hijau, sedangkan kangkung darat putih kehijau-hijauan. Kangkung darat

lebih banyak bijinya daripada kangkung air, itu sebabnya kangkung darat

diperbanyak lewat biji, sedangkan kangkung air dengan stek pucuk batang.

Tanaman ini merambat di lumpur dan tempat-tempat yang basah, seperti

tepi kali, rawa-rawa, atau terapung di atas air. Biasa ditemukan di dataran rendah

hingga 1.000 meter di atas permukaan laut. Tanaman bernama Latin Ipomoea

reptans ini terdiri atas dua varietas, yakni kangkung darat yang disebut kangkung

cina dan kangkung air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit.

Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu

tahun, di dataran rendah sampai dataran tinggi 2000 mdpl. Ipomoea crassiculatus,

kangkung hutan, berhabitus semak dan tinggi dapat mencapai lebih dari 2 m.,

tumbuh pada ketinggian sekitar 1-1000 mdpl. Tumbuhan yang berasal dari Amerika

Tengah ini, dulunya banyak ditanam sebagai tanaman hias, namun kini telah

mengalami naturalisasi dan tumbuh di sembarang tempat. Ipomoea leari tumbuh

liar, berhabitus semak, merambat, batang kompak tanpa bulu-bulu, tidak bergetah,

(9)

Kangkung dapat tumbuh di daerah dengan iklim panas dan tumbuh

optimal pada suhu 25 – 30 °C (Palada dan Chang, 2003). Kangkung membutuhkan

penyinaran matahari yang cukup dan kelembaban di atas 60%. Tanaman kangkung

dapat tumbuh dan berproduksi baik di dataran rendah dan tinggi (± 2000 meter di

atas permukaan laut) dan diutamakan lokasi lahan terbuka agar cukup mendapat

sinar matahari.

Gambar 2.1 Kangkung air (Ipomoea aquatica)

(Sumber : Vymazal et al. 2008)

2.3 Hidroponik

Istilah hidroponik berasal dari bahasa latin “hydro” (air) dan “ponous

(kerja), di satukan menjadi “hydroponic” yang berarti bekerja dengan air. Jadi

istilah hidroponik dapat diartikan secara ilmiah yaitu suatu budidaya tanaman tanpa

menggunakan tanah tetapi dapat menggunakan media seperti pasir, krikil, pecahan

genteng yang diberi larutan nutrisi mengandung semua elemen esensial yang

(10)

Budidaya dengan sistem hidroponik memiliki kelebihan tersendiri maka

dapat berkembang lebih cepat. Kelebihan yang utama adalah keberhasilan tanaman

untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin. Selain itu, perawatan lebih praktis,

pemakaian pupuk lebih efisien, tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan

tanaman yang baru, tidak diperlukan tenaga yang kasar karena metode kerja lebih

hemat, tanaman lebih higienis, hasil produksi lebih kontinu dan memiliki hasil yang

lebih baik dibandingkan secara konvensional, dapat dibudidayakan di luar musim,

dan dapat dilakukan pada ruangan yang sempit.

2.4 Arduino UNO

Papan Arduino UNO menggunakan mikrokontroler ATmega328P. Papan

ini mempunyai 14 pin input/output digital (enam di antaranya dapat digunakan

untuk output PWM), enam buah input analog, 16 MHz crystal oscillator,

sambungan USB, ICSP header, dan tombol reset. Hampir semua yang dibutuhkan

untuk mendukung mikrokontroler sudah tersedia, penggunaannya cukup dengan

menghubungkan ke komputer dengan menggunakan kabel USB atau dengan

memberikan daya menggunakan adaptor AC ke DC atau dengan baterai.

Arduino UNO ini memiliki perbedaan dengan papan-papan Arduino yang

lain, di mana pada versi-versi Arduino sebelumnya digunakan chip FTDI

USB-to-serial, namun pada Arduino UNO digunakan ATmega8U2 yang diprogram sebagai

converterUSB-to-serial. Kata “UNO” merupakan bahasa Italia yang artinya adalah

satu, dan diberi nama demikian sebagai penanda peluncuran Arduino 1.0. Arduino

(11)

Arduino USB. Arduino UNO bersama dengan Arduino 1.0 selanjutnya menjadi

acuan untuk pengembangan Arduino versi selanjutnya.

Arduino UNO mempunyai beberapa fasilitas untuk dapat berkomunikasi

dengan komputer, Arduino lain, atau dengan mikrokontroler lain. Mikrokontroler

ATmega328P pada Arduino UNO menyediakan komunikasi serial UART TTL (5

V), yang tersedia pada pin 0 (RX) dan 1 (TX). ATmega8U2 pada papan Arduino

UNO menyalurkan komunikasi serial ini melalui USB dan hadir sebagai com port

virtual pada software di komputer. Firmware dari Atmega8U2 menggunakan driver

USB COM standar, dan tidak dibutuhkan driver eksternal. Software Arduino

memiliki serial monitor yang memungkinkan data teks sederhana dikirim ke dan

dari Arduino. LED RX dan TX akan berkedip ketika data sedang ditransmisikan

melalui chip USB-to-serial. ATmega328P juga mendukung komunikasi I2C (TWI)

dan SPI. Software Arduino mempunyai library Wire dan SPI untuk

menyederhanakan penggunaan bus I2C dan komunikasi SPI.

Mikrokontroler Arduino Uno sendiri merupakan perangkat yang dapat

dimanfaatkan untuk membuat suatu rangkaian elektronik, mulai dari yang

sederhana hingga kompleks. Arduino Uno ATmega328P adalah sebuah keping atau

papan elektronik yang secara fungsional bekerja seperti sebuah komputer (Kadir,

2013), serta terdapat pin-pin dengan fungsi yang berbeda-beda (Utami, 2010).

(12)

2.4.1 Hardware

Berupa board yang berisi I/O, seperti pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2Board Arduino Uno

(Sumber : https://www.arduino.cc/)

Spesifikasi Arduino Uno dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini :

Tabel 2.1 Spesifikasi Arduino Uno

Microcontroller Atmega328P

Operating Voltage 5 V

Input Voltage (recommended) 7 - 12 V Input Voltage (limit) 6 - 20 V

Digital I/O Pins 14 (of which 6 provide PWM Output)

PWM Digital I/O Pins 6

Analog Input Pins 6

DC Current per I/O Pin 20 mA DC Current for 3.3 V Pin 50 mA

Flash Memory 32 KB (Atmega328P)

of which 0.5 KB used by bootloader

(13)

EEPROM 1 KB (Atmega328P)

Arduino Uno dapat diaktifkan melalui koneksi USB atau dengan catu daya

eksternal. Sumber daya dipilih secara otomatis. Eksternal (non-USB) daya dapat

berasal baik dari adaptor AC-DC atau baterai. Adaptor ini dapat dihubungkan

dengan menancapkan plug 2.1 mm pusat-positif ke colokan listrik board. Baterai

dapat dimasukkan dalam Gnd dan Vin pin header dari konektor daya.

Board dapat beroperasi pada pasokan eksternal 6 sampai 20 V. Jika

tegangan kurang dari 7 V, tegangan pada board kemungkinan akan tidak stabil. Jika

menggunakan lebih dari 12 V, regulator tegangan bisa panas dan merusak board.

Kisaran yang disarankan adalah 7 sampai 12 V.

Pin daya adalah sebagai berikut :

VIN :Tegangan input ke board Arduino ketika menggunakan sumber daya

eksternal (sebagai lawan 5 V dari koneksi USB atau sumber daya diatur

lain). Kita dapat memasok tegangan melalui pin ini.

5 V :Pin output 5 V diatur dari regulator di board. Board dapat diaktifkan

dengan daya baik dari colokan listrik DC (7-12 V) , konektor USB (5 V),

atau pin VIN dari board (7-12 V). Jika tegangan diberikan melalui 5 V

atau 3.3 V melewati regulator, dan dapat merusak board, maka tidak

disarankan.

3.3 V :Sebuah pasokan 3.3 V dihasilkan oleh regulator on-board yang dapat

(14)

GND :Pin tanah.

IOREF :Pin pada board Arduino memberikan tegangan referensi saat

mikrokontroler sedang beroperasi. Sebuah shield dikonfigurasi dengan

benar agar dapat membaca pin tegangan IOREF dan memilih sumber daya

yang tepat atau mengaktifkan penerjemah tegangan pada output untuk

bekerja dengan tegangan 5 V atau 3.3 V. (arduino.cc)

B. Memori

Atmega328P memiliki Flash Memory 32 KB (0,5 KB digunakan untuk

bootloader), 2 KB SRAM dan 1 KB EEPROM (yang dapat dibaca dan ditulis

dengan library EEPROM). (Arduino.cc)

C. Input-Output

Masing-masing dari 14 digital pin (pin header) pada Arduino Uno dapat

digunakan sebagai input atau output, dengan menggunakan fungsi dari pinMode(),

digitalWrite( ), dan digitalRead( ). Dan beroperasi pada tegangan 5 V. Setiap pin

dapat memberikan atau menerima arus maksimum 20 mA dan memiliki resistor

pull-up internal yang (terputus secara default) dari 20-50k Ohm. Selain itu,

beberapa pin memiliki fungsi khusus :

Serial : 0(RX) dan 1(TX) yang digunakan untuk menerima (RX) dan mengirimkan

(TX) TTL data serial. Pin juga terhubung ke pin yang sesuai dari ATmega16U2

USBtoTTL chip Serial.

Eksternal Interupsi : Pin 2 dan 3. Pin ini dapat dikonfigurasi untuk memicu

interrupt pada nilai yang rendah, naik atau jatuh tepi, atau perubahan nilai.

PWM : Pin 3, 5, 6, 9, 10, 11. Menyediakan 8-bit PWM output dengan analogWrite

(15)

SPI (Serial Peripheral Intervace) : 10(SS), 11(MOSI), 12(MISO), 13(SCK). Pin

ini mendukung komunikasi SPI menggunakan library SPI.

LED : 13. Ada built-in LED terhubung ke pin digital 13. Ketika pin dengan nilai

TINGGI, LED menyala, ketika pin yang dipakai RENDAH, lampu akan mati.

TWI (TwoWare Inteerface) : Pin A4(SDA) dan pin A5(SCL). Dukungan

komunikasi TWI menggunakan library Wire.

Arduino Uno memiliki 6 input analog, dengan label A0 hingga A5, yang

masing-masing menyediakan 10 bit resolusi (yaitu 1024 nilai yang berbeda). Secara

default mereka mengukur dari ground sampai 5 V, meskipun mungkin untuk

mengubah jangkauan menggunakan pin AREF dan fungsi analogReference ().

(Arduino.cc)

2.4.2 Software

Arduino IDE adalah sebuah editor yang digunakan untuk menulis

program, mengcompile, dan mengunggah ke papan Arduino. Arduino Development

Environment terdiri dari editor teks untuk menulis kode, area pesan, console teks,

toolbar dengan tombol-tombol untuk fungsi umum, dan sederet menu.

Software yang ditulis menggunakan Arduino dinamakan sketches.

Sketches ini ditulis di editor teks dan disimpan dengan file yang berekstensi .ino.

Editor teks ini mempunyai fasilitas untuk cut/paste dan search/replace. Area pesan

berisi umpan balik ketika menyimpan dan mengunggah file, dan juga menunjukkan

(16)

Gambar 2.3 Tampilan IDE Arduino

Beberapa fitur yang sering digunakan dalam menulis program pada

Arduino IDE :

 Editor Program, sebuah window yang memungkinkan pengguna menulis dan

mengedit program dalam bahasa processing.

Verify/Compiler, sebuah modul yang mengubah kode program menjadi kode

biner.

Uploader, sebuah modul yang memuat kode biner dari komputer ke dalam

mikrokontroler di dalam papan arduino.

A. Bahasa Pemrograman Arduino

Perangkat keras Arduino dapat bekerja secara maksimal dengan bantuan

program. Program untuk Arduino berbasis C/C+. Agar program dapat berjalan

(17)

a. Void setup() { ... } , semua kode di dalam kurung kurawal akan dijalankan

hanya satu kali ketika program arduino dijalankan untuk pertama kalinya.

b. Void loop() { ... } , fungsi ini dijalankan setelah setup (fungsi void setup)

selesai. Setelah dijalankan satu kali fungsi ini akan dijalankan kembali, dan

lagi secara terus menerus sampai catu daya (power) dilepaskan.

Syntax, berikut ini adalah elemen bahasa c yang dibutuhkan untuk format

penulisan :

a. // (komentar satu baris), kadang diperlukan untuk memberi catatan pada diri

sendiri apa arti dari kode-kode yang dituliskan. Cukup menuliskan dua buah

garis miring dan apapun yang kita ketikan di belakangnya akan diabaikan

oleh program.

b. /* (komentar banyak baris), jika Anda mempunyai banyak catatan, maka hal

tersebut dapat dituliskan pada beberapa baris sebagai komentar. Semua hal

yang terletak di antara dua simbol tersebut akan diabaikan oleh program.

c. { ... } atau kurung kurawal, digunakan untuk mendefinisikan kapan blok

program mulai dan berakhir (digunakan juga pada fungsi dan pengulangan).

d. ; (titik koma), setiap baris kode harus diakhiri dengan tanda titik koma jika

ada titik koma yang hilang maka program tidak akan bisa dijalankan.

Variabel, sebuah program secara garis besar didefinisikan sebagai

instruksi untuk memindahkan angka dengan cara yang cerdas. Variabel inilah yang

digunakan untuk memudahkannya.

a. Int (integer), digunakan untuk menyimpan angka dalam 2 byte (16 bit).

Tidak mempunyai angka desimal dan menyimpan nilai dari -23.768 s/d

(18)

b. Long, digunakan ketika integer tidak mencukupi lagi. Memakai 4 byte (32

bit) dari memori RAM dan mempunyai rentang nilai dari -2.147.648 s/d

2.147.483.647.

c. Boolean, variabel sederhana yang digunakan untuk menyimpan nilai TRUE

(benar) atau FALSE (salah). Sangat berguna karena hanya menggunakan 1 bit

dari RAM.

d. Float, digunakan untuk angka desimal (floating point). Memakai 4 byte (32

bit) dari RAM dan mempunyai rentang nilai dari -3,4028235E+38 s/d

3,4028235E+38.

e. Char (character), menyimpan 1 karakter menggunakan kode ASCII

(misalnya ‘A’ = 65). Hanya memakai 1 byte (8 bit) dari RAM.

Operator Matematika, operator yang digunakan untuk memanipulasi

angka (bekerja seperti matematika yang sederhana).

a. = (sama dengan), membuat sesuatu menjadi sama dengan nilai yang lain

(misalnya: x = 10 * 2, x = 20).

b. % (persen), menghasilkan sisa dari hasil pembagian suatu angka yang lain

(misalnya : 12 % 10, ini akan menghasilkan angka 2).

c. + (plus), operasi penjumlahan.

d. - (minus), operasi pengurangan.

e. * (asteris), operasi perkalian.

f. / (garis miring), operasi pembagian.

Operator Pembanding, digunakan untuk membandingkan nilai logika.

a. == (sama dengan), misalnya: 12 == 10 adalah FALSE (salah) atau 12 == 12

(19)

b. != (tidak sama dengan), misalnya: 12 != 10 adalah TRUE (benar) atau 12 !=

Struktur Pengaturan, program sangat tergantung pada pengaturan apa yang

akan dijalankan berikutnya. Berikut ini adalah elemen dasar pengaturan.

a. If ... else, dengan format seperti berikut ini :

If (kondisi) { ... }

Else if (kondisi) { ... } Else

{ ... }

Dengan struktur seperti di atas program akan menjalankan kode yang ada di

dalam kurung kurawal jika kondisinya TRUE, dan jika tidak (FALSE) maka

akan diperiksa apakah kondisi pada else if dan jika kondisinya FALSE maka

kode pada else yang akan dijalankan.

b. For, dengan format penulisan sebagai berikut :

For(int i = 0; i < #pengulangan; i++) { ... } Digunakan bila Anda

ingin melakukan pengulangan kode program di dalam kurung kurawal

beberapa kali, ganti #pengulangan dengan jumlah pengulangan yang

diinginkan. Melakukan perhitungan ke atas (++) atau ke bawah (--).

Digital

a. pinMode(pin, mode), digunakan untuk menetapkan mode dari suatu pin, pin

(20)

0 s/d 5 adalah 14 s/d 19). Mode yang bisa digunakan adalah INPUT atau

OUTPUT.

b. digitalWrite(pin, value), ketika sebuah pin ditetapkan sebagai OUTPUT, pin

tersebut dapat dijadikan HIGH (+5 V) atau LOW (ground).

c. digitalRead(pin), ketika sebuah pin ditetapkan sebagai INPUT, maka Anda

dapat menggunakan kode ini untuk mendapatkan nilai pin tersebut apakah

HIGH (+5 V) atau LOW (ground).

Analog, arduino adalah mesin digital tetapi mempunyai kemampuan untuk

beroperasi di dalam analog.

a. analogWrite(pin, value), beberapa pin pada arduino mendukung PWM

(pulse width modulation) yaitu pin 3, 5, 6, 9, 10, 11. Ini dapat merubah pin

hidup (on) atau mati (off) dengan sangat cepat sehingga membuatnya dapat

berfungsi layaknya keluaran analog. Value (nilai) pada format kode tersebut

adalah angka antara 0 (0% duty cycle ~ 0 V) dan 255 (100% duty cycle ~ 5

V).

b. analogRead(pin), ketika pin analog ditetapkan sebagai INPUT Anda dapat

membaca keluaran voltase-nya. Keluarannya berupa angka antara 0 (untuk 0

V) dan 1024 (untuk 5 V).

2.5 Relay

Relay adalah saklar mekanik yang dikendalikan atau dikontrol secara

elektronik (elektromagnetik) (Suharmon, Recky, 2014). Saklar pada relay akan

terjadi perubahan posisi OFF ke ON pada saat diberikan energi elektromagnetik

(21)

bagian kumparan dan contact point. Ketika kumparan diberikan tegangan DC atau

AC, maka akan terbentuklah medan elektromagnetik yang mengakibatkan contact

point akan mengalami switch ke bagian lain. Keadaan ini akan bertahan selama arus

masih mengalir pada kumparan relay. Contact point akan kembali switch ke posisi

semula jika tidak ada lagi arus yang mengalir pada kumparan relay.

2.5.1 Prinsip kerja relay

Bagian utama relay elektromagnetik adalah sebagai berikut :

1. Kumparan elektromagnet

2. Saklar atau kontaktor

3. Swing armature

4. Spring (pegas)

Relay elektromagnetik memiliki 3 kondisi saklar, ketiga posisi saklar atau

kontaktor relay tersebut akan berubah ketika relay mendapatkan tegangan sumber

pada elektromagnetnya. Ketiga posisi saklar tersebut adalah :

1. Posisi Normally Open (NO)

Posisi saklar relay terhubung ke terminal NO, kondisi ini akan terjadi pada

saat relay mendapatkan sumber tegangan pada elektromagnetnya. Gambar

2.4 menjelaskan tentang kondisi saklar relay pada posisi NO.

(22)

2. Posisi Normally Close (NC)

Pada posisi ini saklar relay terhubung ke terminal NC. Kondisi ini terjadi

ketika relay tidak mendapatkan sumber tegangan pada elektromagnetnya.

Gambar 2.5 menjelaskan tentang kondisi saklar relay pada posisi NC.

Gambar 2.5 Kondisi saklar relay pada posisi NC

3. Posisi Change Over (CO)

Kondisi perubahan armature saklar relay yang berubah dari posisi NC ke NO

atau sebaliknya dari NO ke NC. Kondisi ini terjadi ketika sumber tegangan

diberikan ke elektromagnet atau ketika sumber tegangan diputus dari

elektromagnetnya.

2.5.2 Jenis-jenis relay

Dilihat dari desain saklarnya maka relay dibedakan menjadi:

1. SPST (Single Pole Single Throw), relay ini memiliki 4 terminal yaitu 2

terminal untuk input kumparan elektromagnetik dan 2 terminal saklar. Relay

(23)

2. SPDT (Single Pole Double Throw), relay ini memiliki 5 terminal yaitu terdiri

dari 2 terminal untuk input kumparan elektromagnetik dan 3 terminal saklar,

relay, jenis ini memiliki 2 kondisi NO dan NC.

3. DPST (Double Pole Single Throw), relay jenis ini memiliki 6 terminal yaitu

terdiri dari 2 terminal untuk input kumparan elektromagnetik dan 4 terminal

saklar untuk 2 saklar yang masing-masing saklar hanya memiliki kondisi NO

saja.

4. DPDT (Double Pole Double Throw), relay jenis ini memiliki 8 terminal yang

terdiri dari 2 terminal untuk kumparan elektromagnetik dan 6 terminal untuk

2 saklar dengan 2 kondisi NC dan NO untuk masing-masing saklarnya.

Penulis menggunakan relay dengan catuan tegangan 12 V DC berjenis

SPDT (Single Pole Double Throw) seperti yang terlihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Relay Tipe SPDT (Single Pole Double Throw) merek Huigang

(24)

2.6 Sensor DHT11

Sensor DHT11 merupakan sensor suhu dan kelembaban udara yang

memiliki jangkauan pengukuran suhu antara 0-50 °C dan jangkauan pengukuran

kelembaban udara 20-95 %RH. Setiap sensor DHT11 memiliki fitur kalibrasi

sangat akurat dari kelembaban ruang kalibrasi. DHT11 merupakan sensor suhu dan

sensor kelembaban udara di mana dilengkapi suhu & kelembaban sensor kompleks

dikalibrasi dengan output sinyal digital. Dengan menggunakan teknik khusus

digital-signal-akuisisi, teknologi suhu dapat melakukan penginderaan kelembaban,

memastikan keandalan yang tinggi dan stabilitas jangka panjang yang sangat baik.

Sensor ini mencakup pengukuran kelembaban resistif-jenis komponen dan

komponen pengukuran suhu NTC, dan menghubungkan ke high-kinerja 8-bit

mikrokontroler, menawarkan kualitas yang sangat baik, respon cepat, anti

gangguan kemampuan dan efektivitas biaya.

Dengan ukuran yang kecil (Lihat Gambar 2.7) dan menekan daya listrik

yang kecil modul sensor ini mudah untuk di implementasikan menggunakan

mikrokontroler. DHT11 cukup ekonomis namun memadai untuk aplikasi

monitoring suhu dan kelembaban udara.

Tabel 2.2 Spesifikasi Teknis DHT11

Measurement

Tabel 2.3 Spesifikasi Detail DHT11

Parameters Conditions Minimum Typical Maximum Humidity

(25)

8 Bit

Repeatability ±1%RH

Accuracy 25℃ ±4%RH

0-50℃ ±5%RH

Interchangeability Fully Interchangeable

Measurement Range 0℃ 30%RH 90%RH

Tabel 2.4 Karakteristik Kelistrikan DHT11

(26)

Gambar 2.7 Sensor DHT11

(Sumber :

http://digiwarestore.com/en/temperature-humidity/dht11-temperature-and-humidity-sensor-board-297007.html)

2.7 LCD

LCD merupakan suatu komponen yang berfungsi sebagai penampil

(display) baik karakter maupun angka. LCD yang dipakai adalah jenis M1632 yang

merupakan LCD 2x16 karakter (Lihat Gambar 2.8). LCD ini memerlukan tiga jalur

kontrol dan delapan jalur data (untuk mode 8 bit) serta empat jalur data (untuk mode

4 bit). Ketiga jalur kontrol yang dimaksud adalah pin EN, RS dan RW.

EN adalah pin Enable. Jalur ini digunakan untuk memberitahu LCD kalau

kita akan berkomunikasi dengannya. Sebelum mengirim data ke LCD jalur ini di

buat berlogika tinggi dahulu. Kemudian jalur kontrol yang lain di setting, pada saat

bersamaan data yang akan dikirim ditempatkan pada jalur data. Setelah semua siap,

jalur EN dibuat berlogika rendah. Transisi dari logika tinggi ke logika rendah ini

(27)

RS adalah pin Register select. Pada saat pin RS berlogika rendah, data

yang dikirim adalah perintah-perintah seperti membersihkan layar, posisi kursor,

dan lain-lain. Sedangkan jika berlogika tinggi data yang dikirim adalah teks data di

mana teks ini yang harus ditampilkan pada layar.

RW adalah pin Read/Write. Pada saat pin RW berlogika rendah, informasi

pada jalur data berupa pengiriman data ke LCD (write). Sedangkan ketika pin RW

berlogika tinggi, berarti sedang dilaksanakan pengambilan data dari LCD (read).

Sedangkan untuk jalur data terdiri dari delapan bit, data ini disebut D0, D1, D2, D3,

D4, D5, D6 dan D7 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.5.

Gambar 2.8 LCD 16X2

Tabel 2.5 Fungsi dan Konfigurasi Pin LCD 16X2 (Syahrul, 2014)

Pin Nama Fungsi

1 VSS Ground

2 VCC +5V

3 VEE Tegangan kontras

(28)

2.7.1 Komunikasi I2C (Inter Integrate Circuit)

I2C (Inter Integrate Circuit) adalah standar komunikasi serial dua arah

menggunakan dua saluran yang didesain khusus untuk pengontrolan IC (Lihat

Gambar 2.9). Sistem I2C terdiri dari saluran SCL (Serial Clock) dan SDA (Serial

Data) yang membawa informasi data antara I2C dengan pengontrolnya. Piranti

yang dihubungkan dengan sistem I2C Bus dapat dioperasikan sebagai Master dan

Slave. Master adalah piranti yang memulai transfer data pada I2C Bus dengan

membentuk sinyal Start, mengakhiri transfer data dengan membentuk sinyal Stop,

dan membangkitkan sinyal clock. Slave adalah piranti yang dialamati master.

Sinyal Start merupakan sinyal untuk memulai semua perintah,

didefinisikan sebagai perubahan tegangan SDA dari “1” menjadi “0” pada saat SCL

“1”. Sinyal Stop merupakan sinyal untuk mengakhiri semua perintah, didefinisikan

sebagai perubahan tegangan SDAdari “0” menjadi “1” pada saat SCL “1”.Kondisi

sinyal Start dan sinyal Stop.Sinyal dasar yang lain dalam I2C Bus adalah sinyal

acknowledge yang disimbolkan dengan ACK. Setelah transfer data oleh master

berhasil diterima slave, slave akan menjawabnya dengan mengirim sinyal

acknowledge, yaitu dengan membuat SDA menjadi “0” selama siklus clock ke-9.

Inimenunjukkan bahwa Slave telah menerima 8 bitdata dari Master.

1. Hanya melibatkan 2 kabel yaitu serial data line.

2. Setiap IC yang terhubung dalam I2C memiliki alamat masing-masing yang

dapat diatur secara Software dengan master/slave protocol yang sederhana,

dan mampu mengakomodasikan multi master. 14 DB7 Data Bit 7

15 BPL Back Plane Light

(29)

3. I2C merupakan serial bus dengan orientasi data 8 bit, komunikasi 2 arah,

dengan kecepatan transmisi data sampai 100Kb/s pada modestandar dan

3,4Mb/s pada modekecepatan tinggi (Sulistyo, 2014).

Gambar 2.9 I2C/SPI LCD Backpack

2.8 Motor Driver EMS 5 A H-Bridge

Embedded Module Series (EMS) 5 A H-Bridge merupakan driver H

-Bridge yang didesain untuk menghasilkan drive 2 arah dengan arus kontinu sampai

dengan 5 A pada tegangan 5 V sampai 40 V (Lihat Gambar 2.10). Modul ini

dilengkapi dengan rangkaian sensor arus beban yang dapat digunakan sebagai

umpan balik ke pengendali. Modul ini mampu men-drive beban-beban induktif

seperti misalnya relay, solenoida, motor DC, motor stepper, dan berbagai macam

beban lainnya.

2.8.1 Spesifikasi

1. Terdiri dari 1 driver fullH-Bridge beserta rangkaian current sense.

2. Mampu melewatkan arus kontinu 5 A.

3. Range tegangan output untuk beban : 5 V sampai 40 V.

(30)

5. Jalur catu daya input (VCC) terpisah dari jalur catu daya untuk beban (V

Mot).

6. Output tri-state.

7. Dilengkapi dengan dioda eksternal untuk pengaman beban induktif.

8. Frekuensi PWM sampai dengan 10 KHz.

9. Active Current Limiting.

10. Proteksi hubungan singkat.

11. Proteksi over temperature.

12. Under voltage Shutdown.

Gambar 2.10 Motor Driver EMS 5 A H-Bridge

2.8.2 Keterangan antarmuka

Modul H-Bridge memiliki 1 set header (J2) dan 1 set terminal konektor

(J1). Tabel 2.6 akan menjelaskan deskripsi dan fungsi dari masing-masing header

dan konektor tersebut. Interface Header (J2) berfungsi sebagai input untuk

antarmuka dengan input-output digital serta output analog dari modul H-Bridge.

(31)

Tabel 2.6 Pin pada Interface Header

Output digital yang melaporkan adanya kondisi fault pada modul. Berlogika Low jika ada fault pada modul atau output

4 MEN I Pin enable untuk output H-Bridge (MOUT 1 dan

MOUT 2)

5 MCS O Output tegangan analog yang berbanding lurus dengan arus beban (Rangeoutput 0 – 2,5V)

6 MSLP I

Pin input untuk mengatur kerja modul H-Bridge. Diberi logika High untuk Full Operation, diberi logika Low untuk Mode Sleep

7,9 VCC - Terhubung ke catu daya untuk input (5V) 8,10 PGND - Titik referensi untuk catu daya input

Arus (dalam Ampere) yang dilewatkan oleh H-Bridge dapat dihitung

dengan rumus :

I=Tegangan_output_pada_pin_MCS×375

180

Power & Motor Con (J1) berfungsi sebagai konektor untuk catu daya dan beban.

2.9 Power Supply

Sistem power supply merupakan faktor yang paling penting dalam suatu

sistem, baik yang bersifat analog maupun digital. Karena suatu sistem tidak akan

berfungsi atau berjalan dengan baik tanpa mendapat sumber tegangan dan bisa

dikatakan sebagai suatu rangkaian yang menyediakan daya. Arus yang dikeluarkan

(32)

juga kecil hanya beberapa volt saja, beda dengan tegangan listrik PLN yaitu 220V

(Suseno, Anang Ari, 2013). Contoh power supply ditunjukkan pada Gambar 2.11.

Bagian-bagian yang terdapat pada rangkaian power supply adalah sebagai

berikut :

1. Step Down

Power supply menerima input dari jala-jala PLN sebesar 220V. Tegangan AC

tersebut masuk ke input transformator, bagian primer trafo berfungsi

menurunkan daya listrik dan tegangan yang ada bersifat bolak-balik atau

Alternating Current (AC) dan belum rata.

2. Rectifier

Dengan menggunakan dioda silikon, maka tegangan AC akan disearahkan

atau diubah menjadi tegangan DC, tetapi tegangan yang dihasilkan belum

rata.

3. Filter

Tegangan yang belum rata, diratakan oleh tapis perata berupa kapasitor

bipolar atau electrolit condensator (Elco), sehingga dihasilkan tegangan DC

yang rata.

4. Stabilisator atau regulator

Tegangan yang melewati kapasitor tidaklah benar-benar rata atau stabil, dapat

lebih tinggi dari input sekunder trafo ataupun dapat lebih rendah. Sehingga

diperlukan rangkaian stabilisator atau regulator untuk mengatasinya,

sehingga keluaran yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan yang

diharapkan atau sesuai dengan input sekunder trafo. Komponen yang

(33)

Gambar 2.11 Power/Adaptor

2.10 Motor DC

Motor DC merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah

energi listrik menjadi energi mekanik. Motor DC memerlukan suplai tegangan yang

searah pada kumparan medan untuk diubah menjadi energi mekanik. Kumparan

medan pada motor dc disebut stator (bagian yang tidak berputar) dan kumparan

jangkar disebut rotor (bagian yang berputar). Jika terjadi putaran pada kumparan

jangkar dalam pada medan magnet, maka akan timbul tegangan (GGL) yang

berubah-ubah arah pada setiap setengah putaran, sehingga merupakan tegangan

bolak-balik. Prinsip kerja dari arus searah adalah membalik phase tegangan dari

gelombang yang mempunyai nilai positif dengan menggunakan komutator, dengan

demikian arus yang berbalik arah dengan kumparan jangkar yang berputar dalam

medan magnet.

Pada motor DC, daerah kumparan medan yang dialiri arus listrik akan

menghasilkan medan magnet yang melingkupi kumparan jangkar dengan arah

tertentu. Konversi dari energi listrik menjadi energi mekanik (motor) maupun

(34)

sini selain berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan energi, sekaligus sebagai

tempat berlangsungnya proses perubahan energi daerah tersebut (Zuhal, 1988).

Motor DC yang digunakan adalah kipas yang biasa digunakan untuk

Personal Computer (PC) dengan catu daya 12 VDC/0,3 A seperti pada Gambar

2.12.

Gambar 2.12 Fan PC 12 VDC/0,3 A

2.11 Sistem Pendingin

Meskipun dengan ventilasi yang cukup, suhu tanaman dapat mencapai 10

°C lebih tinggi dari suhu udara. Parameter lain yang dapat dikendalikan oleh sistem

pendingin adalah kelembaban.

2.11.1 Sistem fan dan pad

Sistem ini beroperasi dengan meniup udara dari luar dan menghisap

melalui dry pads/fan, yang harus memiliki permukaan yang besar (Lihat Gambar

2.13). Ini adalah sistem yang sederhana dan murah, yang tidak memerlukan air atau

(35)

Gambar 2.13 Sistem fan dan pad

Sistem kipas dan pad memiliki kesulitan mencapai tingkat kelembaban

yang dibutuhkan di lingkungan kering dan semi-kering. Sistem ini dapat

ditambahkan ke pad sistem pendingin (Lihat Gambar 2.14), dan tidak memerlukan

air yang berkualitas juga tidak memerlukan tekanan tinggi untuk bekerja.

(36)

37

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah cara mengatur suhu dan

kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor perubahan suhu

udara dan kelembaban udara yang ditampilkan pada layar LCD, serta pendeteksian

perubahan suhu udara dan kelembaban udara menggunakan sensor DHT11. Untuk

mengendalikan suhu di dalam greenhouse menggunakan aktuator kipas, yang

berfungsi untuk menghembuskan udara panas keluar greenhouse dan

menggantikannya dengan udara di dalam greenhouse yang lebih dingin. Adapun

aktuator ultrasonic humidifier yang akan mengendalikan kelembaban udara sesuai

parameter setting point yang telah ditentukan.

Sensor DHT11 sebagai masukan input akan mengambil data dan diproses

oleh mikrokontroler. Apabila nilai yang dibaca oleh sensor DHT11 (yang dalam hal

ini berupa nilai suhu) melebihi batas, maka mikrokontroler akan mengirimkan

sinyal ke motor driver dengan nilai PWM yang telah diatur setting pointnyauntuk

mengaktifkan aktuator berupa fan. Jika nilai yang dibaca oleh DHT11 (yang dalam

hal ini berupa nilai kelembaban) kurang dari batas, maka mikrokontroler akan

mengirimkan sinyal ke relay untuk mengaktifkan aktuator berupa ultrasonic

humidifier. Data-data sensor akan ditampilkan pada layar LCD.

Mikrokontroler sebagai pengendali, mendapatkan masukan range

temperatur dan kelembaban yang akan dijadikan acuan di dalam proses. Range

(37)

dipertahankan, sedangkan nilai yang akan dijadikan pembanding adalah temperatur

dan kelembaban ruangan yang di indera oleh sensor secara berkala dan terus

menerus (real-time). Hasil penginderaan temperatur dan kelembaban oleh sensor

yang berupa data analog dikonversikan terlebih dahulu oleh ADC (analog to digital

conversion) ke dalam bentuk data digital. Dalam sistem ini sensor dan ADC

berfungsi sebagai elemen ukur. Bila temperatur dan kelembaban ruangan yang di

indera tidak sesuai dengan setting point, maka mikrokontroler akan

mengendalikannya sesuai dengan setting point yang telah ditentukan. Saat mulai

diaktifkan, sistem ini akan mengontrol temperatur dan kelembaban ruangan secara

terus-menerus sampai setting point sistem terpenuhi.

3.2 Model Perancangan

Gambar 3.1 Model Perancangan

Untuk dapat melakukan pengaturan suhu dan kelembaban pada

greenhouse penulis harus memperhatikan deteksi input dari sensor DHT11.

Perhatikan pada Gambar 3.1, tahap pertama yang diperlukan yaitu deteksi input

suhu dan kelembaban dari sensor DHT11, selanjutnya input dari sensor DHT11

(38)

motor driver untuk mengatur kecepatan fan pada greenhouse sesuai dengan setting

point yang telah ditentukan. Proses selanjutnya Arduino mengaktifkan relay ketika

tingkat kelembaban kurang dari setting point yang telah ditentukan. Hasil input dari

sensor DHT11 ditampilkan pada LCD.

3.3 Perancangan Sistem

Adapun perancangan blok diagram sistem ditunjukkan pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Blok Diagram Sistem

Dari gambar Blok Diagram di atas dijelaskan beberapa input dan output

yang digunakan antara lain :

A. Input (Sensor)

DHT11 : Berfungsi di mana dalam keadaan suhu tinggi dan kelembaban

rendah maka akan dilakukan pengkabutan otomatis berdasarkan tinggi atau

rendahnya nilai dari sensor tersebut. Sensor ini akan mengirimkan sinyal ke

mikrokontroler arduino yang selanjutnya akan menjalankan program untuk

menyalakan ultrasonic humidifier, ultrasonic humidifier akan terus menyala

(39)

B. Output (Aktuator)

1. LCD : Digunakan untuk menampilkan suhu dan kelembaban pada

bangunan greenhouse.

2. FAN : Untuk mendinginkan suhu pada bangunan greenhouse.

3. Ultrasonic Humidifier : Mengatur kelembaban pada bangunan greenhouse

dengan menggunakan relay sebagai media on dan off.

3.4 Desain Greenhouse

Gambar 3.3 Desain Greenhouse

Dari Gambar 3.3, terlihat gambar model greenhouse yang akan dibuat.

(40)

bahan yang didapatkan dari toko dan bahan dari toko tersebut dipotong-potong

sedemikian rupa. Komponen yang dibuat dari material besi holo, mur dan baut

sebagai pengikat/penguat.

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam desain greenhouse ini

yaitu :

a. Mendesain Greenhouse.

Tahap mendesain greenhouse merupakan tahapan di mana greenhouse

dirancang dalam bentuk gambar dua dimensi dan tiga dimensi dengan

kelengkapan ukuran yang diskalakan dengan menggunakan program desain

SketchUp Make 2016 sehingga memudahkan dalam proses pembuatan

konstruksi mekanik greenhouse (Lihat Gambar 3.4).

Gambar 3.4 Desain Greenhouse

(41)

Pada pembuatan rangka greenhouse disesuaikan dengan ukuran rak tanaman

yang ada di dalamnya. Pada rak tanaman tersebut jumlah tanaman kangkung

air yang ditanam sebanyak 32 buah. Selanjutnya adalah pembuatan rangka

(konstruksi) greenhouse dari besi holo berdasarkan dari desain yang telah

dibuat, greenhouse terdiri dari :

a. Atap berfungsi sebagai penutup greenhouse yang terbuat dari jaring

yang disebut paranet. Di mana bahan tersebut mampu menghantarkan

cahaya sekitar 75-80% cahaya dan mengurangi kehilangan panas

sekitar 40%. Dimensi atap dengan panjang 1015 mm dan lebar 1200

mm

b. Dinding yang terbuat dari jaring atau paranet. Dinding depan dengan

dimensi panjang 800 mm dan lebar 1000 mm, dinding belakang dengan

dimensi panjang 800 mm dan lebar 1000 mm dan dinding samping

dengan dimensi panjang 1000 mm dan lebar 1150 mm (Lihat Gambar

3.5). Di mana pada dinding menggunakan jaring atau net agar

hewan-hewan pengerat (predator) tidak dapat masuk ke greenhouse dan

memudahkan terjadinya sirkulasi udara, dan menghemat pemakaian

(42)

Gambar 3.5 Greenhouse

Dinding dari jaring atau net digunakan untuk menjaga agar suhu dan

kelembaban di dalam greenhouse tidak terlalu cepat berubah-ubah.

3.5 Perancangan Perangkat Keras

Perancangan tugas akhir ini diawali dengan melakukan perancangan

(43)

Perancangan perangkat keras (Hardware) yang digunakan antara lain perancangan

kipas/fan, perancangan rangkaian ultrasonic humidifier, perancangan sensor

DHT11, pengalamatan sensor input, pengalamatan sensor output dan pengalamatan

aktuator.

3.5.1 Perancangan kipas/fan

Untuk mengendalikan suhu lingkungan di dalam greenhouse dilakukan

dengan menggunakan aktuator kipas/fan karena lebih efisien dalam penggunaan

energi dibanding Air Conditioner. Aktuator kipas pada penelitian ini menggunakan

empat buah kipas DC. Sistem kerja dari aktuator ini yaitu menghembuskan udara

panas keluar greenhouse dan menggantikannya dengan udara di sekitar aktuator

yang lebih dingin.

Penggunaan kipas pada proyek tugas akhir ini difungsikan sebagai

pembantu proses mengatur aliran udara keluar dan masuk yang di harapkan dapat

untuk mengontrol tingkat suhu pada greenhouse. Jumlah kipas yang digunakan

sebanyak 2 buah kipas untuk kontrol aliran udara keluar dan 2 buah kipas untuk

kontrol aliran udara masuk. Kedua fungsi kipas dirangkai paralel sehingga

kecepatan kipas yang satu dengan kipas yang lain dapat diharapkan sama.

Kontrol kecepatan kipas 12 V ini dapat dikendalikan menggunakan motor

driver DC EMS-5 A sehingga kecepatan berputar kipas dapat disesuaikan dengan

tingkat suhu yang dideteksi oleh sensor suhu DHT11 yang terjadi pada greenhouse

yang difungsikan sebagai tempat pembudidayaan tanaman hidroponik. Pada bagian

inilah pembagian kecepatan kipas akan diterapkan agar mendapatkan kombinasi

(44)

sehingga sesuai dengan parameter suhu yang telah ditentukan. Rangkaian kontrol

kipas menggunakan motor driver EMS-5 A (Lihat Gambar 3.6).

Gambar 3.6 Rangkaian kontrol kipas menggunakan motor driver EMS-5 A

3.5.2 Perancangan switching humidity

Perancangan rangkaian switching humidity ini difungsikan untuk

mengatur ultrasonic humidifier yang difungsikan sebagai alat untuk mengatur

tingkat kelembaban dalam greenhouse. Rangkaian ini diaktifkan ketika tingkat

kelembaban pada ruangan yang terdeteksi oleh sensor kurang dari setting point

maka mikrokontroler akan mengirim data aktif dan mengaktifkan coil pada relay

(45)

Gambar 3.7 Rangkaian Switching Humidity

3.5.3 Perancangan Liquid Crystal Display (LCD)

LCD yang digunakan untuk sistem ini adalah liquid LCD dengan ukuran

16x2 yang menggunakan jenis komunikasi I2C. Pada LCD ini terdapat dua output

yaitu pin SDA dan pin SCL yang merupakan pin output dari jenis komunikasi I2C.

Pada sistem ini LCD digunakan sebagai informasi untuk pemakaian daya yang telah

terpakai. Pada Tabel 3.1 dapat dilihat penjelasan dari pin-pin display LCD I2C dan

pada Gambar 3.8 dapat dilihat bagaimana Schematic Perancangan LCD (Liquid

(46)

Tabel 3.1 Penjelasan Pin-Pin Display LCD I2C

Gambar 3.8 Schematic Perancangan LCD (Liquid Crystal Display)

3.6 Perancangan Perangkat Lunak

Dari perancangan sistem di atas, selain perancangan hardware (perangkat

keras), juga dibutuhkan perancangan perangkat lunak (Software) untuk

menjalankan perancangan hardware yang telah dibuat.

Algoritma/flowchart yang digunakan untuk dapat mengatur suhu dan

(47)
(48)

3.6.2 Diagram Blok Pengendalian Sistem pada Greenhouse

Gambar 3.10 Diagram Blok Kontrol Suhu

Gambar 3.11 Diagram Blok Kontrol Kelembaban

Suhu Error Fan Output

(49)

50

Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari

sistem yang dibuat. Pengujian sistem ini terdiri dari beberapa tahapan, dimulai dari

pengujian terhadap tiap-tiap bagian pendukung sistem hingga pengujian sistem

secara keseluruhan. Tahap pengujian sistem dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui hasil dari perancangan yang telah dibuat pada Bab sebelumnya. Dari

hasil pengujian, maka dapat dianalisis kinerja-kinerja dari tiap-tiap bagian sistem

yang saling berinteraksi sehingga terbentuklah sistem pengendali suhu dan

kelembaban pada greenhouse. Pengujian terhadap keseluruhan sistem berguna

untuk mengetahui bagaimana kinerja dan tingkat keberhasilan dari sistem tersebut.

4.1 Pengujian Arduino UNO

4.1.1 Tujuan pengujian

Pengujian Arduino Uno bertujuan mengetahui apakah Arduino Uno dapat

melakukan proses upload program sehingga dapat dinyatakan bahwa Arduino Uno

dapat digunakan dan berjalan dengan baik.

4.1.2 Alat yang dibutuhkan

1. Rangkaian Arduino Uno.

2. Rangkaian Power.

3. Adaptor 12 V.

(50)

4.1.3 Prosedur pengujian

1. Hubungkan adaptor 12 V dengan rangkaian power.

2. Hubungkan Arduino Uno dengan rangkain power.

3. Hubungkan Arduino Uno dengan komputer menggunakan komunikasi serial.

4. Buka aplikasi Arduino IDE.

5. Buka sketch yang akan di upload.

6. Tekan menu upload pada aplikasi Arduino IDE dan tunggu hingga proses

upload selesai.

4.1.4 Hasil pengujian

Dari percobaan di atas apabila terjadi proses upload program (Lihat

Gambar 4.1) dan tidak ada comment yang menunjukkan kegagalan dalam

sambungan antara komputer dan Arduino Uno maka proses upload program akan

berjalan dengan baik yang di tandai dengan tampilan comment (Lihat Gambar 4.2).

(51)

Gambar 4.2 Tampilan Comment saat Arduino Berhasil di Download

4.2 Pengujian LCD (Liquid Crystal Display)

4.2.1 Tujuan pengujian

Pengujian LCD (Liquid Cristal Display) bertujuan untuk mengetahui

apakah LCD (Liquid Cristal Display) dapat terkoneksi dengan mikrokontroler dan

dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tampilan yang diharapkan program yang

telah dibuat dan dapat digunakan.

4.2.2 Alat yang dibutuhkan

1. Rangkaian Arduino Uno.

2. LCD (Liquid Crystal Display).

3. Komputer.

4. Rangkaian I2C.

4.2.3 Prosedur pengujian

1. Hubungkan rangkaian Arduino Uno dengan komputer.

(52)

3. Sambungkan rangkaian I2C dengan Arduino Uno.

4. Pastikan sketch telah di upload.

4.2.4 Hasil pengujian

Dari percobaan di atas apabila LCD (Liquid Crystal Display)

menunjukkan tampilan yang sesuai dengan sketch yang telah dibuat dan di upload

sebelumnya pada Arduino Uno (Lihat Gambar 4.3), maka dapat dikatakan LCD

(Liquid Crystal Display) dapat berfungsi dengan baik dan dapat digunakan dalam

penelitian ini.

(53)

4.3 Pengujian Sensor Kelembaban dan Suhu (DHT11)

Sensor DHT11 (sensor kelembaban dan suhu) adalah bagian penting yang

difungsikan untuk mendeteksi kelembaban dan suhu yang ada di dalam greenhouse.

Pengujian sensor di sini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar sensitivitas

sensor tersebut, dengan mendapatkan nilai sebenarnya dan nilai hasil pengukuran

maka akan didapatkan error (galat) dalam persentase.

Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Sensor DHT11 terhadap Alat Ukur Pembanding

(54)

20. 28 28 0,00 58 55 5,17

Tabel 4.1 merupakan data hasil pengujian temperatur dan kelembaban

pada greenhouse. Pengambilan data berlangsung selama 150 menit dengan

pengambilan data setiap 5 menit dan membandingkan langsung dengan

Temperature Clock Humidity HTC-1 yang didalamnya terdapat termometer dan

hygrometer serta dilakukan pengamatan secara langsung. Pengujian menggunakan

tumbuhan kangkung air. Terlihat pada Tabel 4.1 persentase error suhu yang

tertinggi adalah 10,71% dan yang terendah 0%, sedangkan persentase error

kelembaban yang tertinggi adalah 16,95% dan yang terendah 0% dengan nilai error

suhu rata-rata adalah 4,21% dan nilai error rata-rata kelembaban adalah 5,44%.

Pada hasil pengujian tersebut terdapat perbedaan nilai temperatur dan kelembaban

DHT11 dengan Temperature Clock Humidity HTC-1. Perbedaan tersebut

dikarenakan sensitivitas serta keakuratan pada tiap sensor berbeda-beda. Pada

dasarnya perubahan nilai sensor DHT11 dan alat pembanding dalam hal ini

Temperature Clock Humidity HTC-1 hampir sama nilainya meskipun terdapat

(55)

menunjukkan bahwa semakin rendah suhu maka semakin tinggi kelembabannya,

begitu juga sebaliknya semakin tinggi suhu maka semakin rendah kelembabannya.

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Suhu Sensor DHT11 terhadap Suhu

Termometer

Gambar 4.4 menunjukkan grafik perbandingan suhu sensor DHT11

sebagai suhu sebenarnya terhadap suhu termometer sebagai suhu terukur.

Pembacaan error suhu yang terlalu besar dikarenakan tingkat kepekaan untuk

mendeteksi suhu yang dideteksi oleh termometer dan sensor DHT11 berbeda, selain

itu suhu didalam dan diluar greenhouse terdapat perbedaan yang dapat

mempengaruhi temperatur di daerah sekeliling sensor. Hal ini menyebabkan

terganggunya sensing dari sensor (mengukur temperatur melalui udara yang masuk

ke dalam sensor), karena tingkat kepekaan sensor digital (DHT11) lebih tinggi dan

lebih cepat dibandingkan dengan alat ukur suhu pembanding (termometer).

(56)

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Kelembaban Sensor DHT11 terhadap

Kelembaban Hygrometer

Gambar 4.5 menunjukkan grafik perbandingan antara kelembaban DHT11

sebagai kelembaban sebenarnya terhadap kelembaban hygrometer sebagai

kelembaban terukur. Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa tingkat

relativitas kelembaban udara yang diterima oleh sensor DHT11 itu berubah-ubah

tergantung dari nilai suhu yang ada pada ruang rumah kaca. Hal ini diakibatkan

oleh banyak faktor yang dapat mempengaruhi dari aliran udara pada ruangan serta

uap air yang terdapat pada ruangan. Error terbesar terjadi karena tingkat sensitivitas

pembacaan sensor DHT11 dengan hygrometer sangat berbeda.

(57)

Gambar 4.6 Sensor DHT11

(58)

4.4 Pengujian Kerja On-Off Aktuator terhadap Sensor DHT11

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi dari masing-masing

aktuator yang dikendalikan oleh sensor DHT11 (sensor kelembaban dan suhu).

Pengujian juga bertujuan untuk melihat kondisi on-off aktuator kipas dan ultrasonic

humidifier berjalan dengan baik atau tidak. Pengujian dilakukan dari pukul 18.00

WIB sampai pukul 20.30 WIB.

Tabel 4.2 Pengujian Kerja On-Off Aktuator terhadap Sensor DHT11

(59)

21. 19.45 36 29 off on on

Tabel 4.2 menunjukkan pengukuran suhu dan kelembapan dengan sensor

DHT11. Data di atas dapat dianalisis bahwa setiap kenaikan nilai suhu sesuai

25-30 °C dan kelembaban di bawah 60 %RH maka kondisi kipas mati (Off), kondisi

ultrasonic humidifier (On), jika suhu di bawah 25 °C maka kipas hidup (On) dengan

kondisi maju (menghembuskan udara ke dalam greenhouse), jika suhu di atas 30

°C dan kelembaban di atas 60 %RH maka kipas hidup (On) dengan kondisi mundur

(menghembuskan udara keluar greenhouse) dan kondisi ultrasonic humidifier

(Off). Perlakuan kondisi ini dimaksudkan untuk mengembalikan atau

menyesuaikan kondisi suhu sesuai dengan seting point yakni 25-30 °C dan kondisi

kelembaban 60-80 %RH. Data yang terdapat block merah menandakan suhu di

kondisikan. Tabel 4.3 merupakan kondisi yang dibutuhkan aktuator saat Setting

Point.

Tabel 4.3 Kondisi Aktuator saat Setting Point

Temperature Humidity Fan Maju Fan Mundur ultrasonic humidifier

L L  – 

(60)

O L – – 

4.5 Pengujian Kinerja Sistem Pengendalian Suhu dan Kelembaban

Pengujian kinerja sistem pengendalian suhu dan kelembaban bertujuan

untuk mendapatkan waktu respon (respon time) kinerja sistem, dari keadaan awal

sebelum alat dihidupkan menuju ke setting point suhu (25-30 oC) dan setting point

kelembaban (60-80 %RH), selain itu setelah mencapai setting point seberapa baik

sistem menjaga keadaan stabil pada setting point tersebut.

Tabel 4.4 Pengujian 1 Suhu dan Kelembaban sesuai Setting Point

(61)

7. 25 47-48 11 menit 36 detik

sesuai Setting point. Pengujian 1 berlangsung selama 60 menit mulai dari jam 16.24

WIB sampai jam 17.24 WIB dan tanpa dikondisikan serta dicatat setiap perubahan

nilai sensor. Tabel di atas menjelaskan suhu tetap sesuai range setting point sebesar

25 oC dan kelembaban kurang dari setting point dengan nilai perubahan terbesar

sebesar 48 %RH.

Pengujian selanjutnya yaitu Pengujian 2 Suhu dan Kelembaban sesuai

Setting Point (2) yang berlangsung selama 30 menit mulai dari jam 12.18 WIB

sampai jam 12.48 WIB.

Tabel 4.5 Pengujian 2 Suhu dan Kelembaban sesuai Setting Point (2)

(62)

3. 25 50-51 1 menit 16 detik

Tabel 4.5 di atas menjelaskan terdapat perubahan nilai suhu sebesar 1 °C

dari 25 °C menjadi 26 °C dengan rentang waktu 7 menit 5 detik dari pengujian awal

dibanding dalam Pengujian 1 yang tidak terdapat perubahan nilai suhu . Sedangkan

perubahan nilai kelembaban naik 1 %RH dalam pengujian awal sebesar 49 %RH

dibandingkan dengan nilai terbesar pada Pengujian 1 sebesar 48 %RH dan

perubahan nilai terbesar pada Pengujian 2 ini berlangsung selama 6 menit 29 detik

(63)

Pengujian selanjutnya yaitu Pengujian 3 Suhu dan Kelembaban tanpa

Aktuator fan Mundur yang berlangsung selama 30 menit mulai dari jam 14.09 WIB

sampai dengan jam 14.39 WIB.

Tabel 4.6 Pengujian 3 Suhu dan Kelembaban tanpa Aktuator Fan Mundur

(64)

20. 25 49-50 1 menit 44 detik

21. 25 50-51 16 detik

Tabel 4.6 di atas menjelaskan bahwa perubahan nilai suhu tetap seperti

pada Pengujian 2 hanya pada rentang waktu saja yang berbeda. Rentang waktu yang

dibutuhkan pada perubahan nilai suhu di Pengujian 3 ini berlangsung selama 7

menit 37 detik dari nilai pengujian awal sebesar 25 °C menjadi 26 °C. Sedangkan

perubahan nilai kelembaban tetap dari nilai terbesar pada Pengujian 2 sebesar 52

%RH sebagai nilai pengujian awal pada Pengujian 3. Tidak butuh waktu lama untuk

mencapai nilai terbesar pada Pengujian 3 ini, perubahan nilai terbesar pada

Pengujian 3 ini berlangsung selama 2 menit 19 detik sebesar 54 %RH dari

pengujian awal sebesar 52 %RH naik 2 %RH.

Pengujian selanjutnya yaitu Pengujian 4 Suhu dan Kelembaban dengan

Lampu tanpa Aktuator Ultrasonic Humidifier yang berlangsung selama 30 menit

mulai dari jam 16.08 WIB sampai dengan jam 16.38 WIB.

Tabel 4.7 Pengujian 4 Suhu dan Kelembaban dengan Lampu tanpa Aktuator

(65)

6. 28 52-51 3 menit 18 detik

Tabel 4.7 di atas menjelaskan bahwa terdapat perubahan nilai awal suhu

yang cukup tinggi dikarenakan penambahan Lampu sebagai penghangat di dalam

greenhouse. Perubahan nilai awal Pengujian 4 mempunyai perubahan nilai sebesar

1 °C dari nilai terbesar Pengujian 3 yang sebesar 26 °C. Rentang waktu perubahan

nilai terbesar pada Pengujian 4 ini berlangsung selama 1 menit 20 detik dari nilai

pengujian awal sebesar 27 °C dan selama rentang waktu 26 menit 4 detik nilai

terbesar Pengujian 4 ini tetap konstan sebesar 28 °C sebelum akhirnya turun

menjadi 27 °C. Sedangkan perubahan nilai kelembaban naik-turun namun nilai

terbesar pada Pengujian 4 ini lebih kecil dari nilai Pengujian 3 sebesar 54 %RH.

Nilai pengujian awal pada Pengujian 4 ini lebih kecil 1 %RH dari nilai terbesar

(66)

Pengujian selanjutnya yaitu Pengujian 5 Suhu dan Kelembaban tanpa

Aktuator hanya Lampu yang berlangsung selama 30 menit mulai dari jam 18.00

WIB sampai dengan jam 18.30 WIB.

Tabel 4.8 Pengujian 5 Suhu dan Kelembaban tanpa Aktuator hanya Lampu

(67)
(68)

46. 31-30 43-44 6 detik

Tabel 4.8 di atas menjelaskan bahwa pengujian Lampu tanpa aktuator

dapat menaikkan suhu sampai sesuai range tertinggi pada Setting Point. Nilai awal

suhu pada Pengujian 5 kali ini sama dengan nilai awal pada Pengujian 4 sebesar 28

°C. Sempat turun ke nilai 27 °C namun naik kembali menjadi 28°C dengan rentang

waktu 4 menit 3 detik menjadi 29 °C. Kemudian berangsur-angsur naik hingga

mencapai nilai suhu tertinggi pada Pengujian 5 sebesar 31 °C dengan rentang waktu

14 detik. Sedangkan perubahan nilai kelembaban naik-turun namun di awal-awal

naik menjadi 54 %RH ini merupakan nilai terbesar pada pengujian 5, kemudian

berangsur-angsur turun seiring dengan naiknya nilai suhu. Nilai kelembaban

terkecil menyentuh angka 43 %RH dan merupakan nilai kelembaban terkecil pada

semua Pengujian Suhu dan kelembaban.

Pengujian selanjutnya yaitu Pengujian 6 Suhu dan Kelembaban dengan

Lampu tanpa Aktuator Ultrasonic Humidifier (2) yang berlangsung selama 30

menit dan berkelanjutan dari hasil Pengujian 5 mulai dari jam 18.30 WIB sampai

dengan jam 19.00 WIB.

Tabel 4.9 Pengujian 6 Suhu dan Kelembaban dengan Lampu tanpa Aktuator

(69)

Gambar

Gambar 2.10 Motor Driver EMS 5 A H-Bridge
Tabel 2.6 Pin pada Interface Header
Gambar 2.11 Power/Adaptor
Gambar 2.12 Fan PC 12 VDC/0,3 A
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada umur 23 dan 30 HST, jumlah daun berkurang dengan naiknya konsentrasi ALT karena diduga adanya bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh nilai BOD dan COD,

Pada rangkaian sistem pengendalian kelembaban digunakan sensor DHT11 untuk membaca nilai kelembaban udara dan suhu dalam greenhouse dan rangkaian driver yang

Sesuai dengan tujuan penelitian dalam pembuatan alat ini, pengujian sistem secara keseluruhan dilakukan dengan cara membandingkan kondisi iklim mikro antara lain suhu dan

Hal tersebut sesuai dengan penelitian Rane et al (2016) bahwa pada batang tanaman kangkung air yang terpapar Brown 5R selama 12 jam terjadi kerusakan pada

Pengenceran tersebut dimaksudkan agar parameter fisika kimia yang ada telah sesuai dengan syarat kondisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Kangkung Air (Ipomoea aquatica),

Pengukusan adalah proses pemanasan yang bertujuan menonaktifkan enzim yang akan mengubah warna, cita rasa, maupun nilai gizi yang dilakukan pada suhu air lebih dari 66 ºC,

Karena dalam output keran air berhubungan dengan tingkat kandungan kelembaban di udara yaitu keran air akan aktif apabila kelembaban ruang kurang dari nilai kelembaban minimum,

Adapun nilai yang didapat pada Root Mean Square Deviation RMSD adalah 1,2993 dengan nilai analisis hasil docking terhadap ligand asli dari amprenavir -115,739 kkal, untuk analisis