• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MOTIVASI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI BALAI METROLOGI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MOTIVASI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI BALAI METROLOGI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA"

Copied!
230
0
0

Teks penuh

(1)

i

TERHADAP KINERJA PEGAWAI BALAI METROLOGI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

T E S I S

Oleh : MARIA FAUZIA

20141020028

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

i

TERHADAP KINERJA PEGAWAI BALAI METROLOGI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

T E S I S

Oleh : MARIA FAUZIA

20141020028

PROGRAM PASCASARJANA

(3)

ii

PENGARUH MOTIVASI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI BALAI METROLOGI

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Diajukan Oleh: MARIA FAUZIA

20141020028 Telah disetujui oleh:

Pembimbing

(4)

iii

TERHADAP KINERJA PEGAWAI BALAI METROLOGI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Diajukan oleh:

MARIA FAUZIA 20141020028

Tesis ini telah dipertahankan dan disahkan di depan Dewan Penguji Program Magister Ilmu Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tanggal,

Yang terdiri dari

Dr. Susanto, MS Ketua Tim Penguji

Prof. Dr. Heru Kurnianto Tjahjono. Fauziyah, S.E., M.Si. Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui,

Ketua Program Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(5)

iv

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini bukan merupakan hasil plagiat karya orang lain, melainkan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diterbitkan oleh pihak manapun.Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari ada yang mengkalim bahwa karya ini adalah milik orang lain dan dibenarkan secara hukum, maka saya bersedia dituntut berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.

Yogyakarta, Oktober 2016

Yang Membuat Pernyataan

(6)

v

Persembahan spesial untuk:

Ibunda Hj. Munariyah,

suami tercinta Suharno Hermawan

serta

(7)

vi Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berupa tesis ini dengan baik. Tesis ini berjudul:

PENGARUH MOTIVASI DAN KOMITMEN ORGANISASI

TERHADAP KINERJA PEGAWAI BALAI METROLOGI

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA” ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana strata 2 (S-2) pada Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan tesis ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heru Kurnianto Tjahyono selaku Direktur Program Studi Magister Manajemen UMY, sekaligus sebagai dosen pembimbing, yang selalu memberikan bimbingan, arahan dan motivasi.

2. Ibu Fauziyah, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Magister Manajemen UMY sekaligus sebagai dosen klinis yang telah meluangkan waktu untuk konsultasi, membimbing dalam analisis data, yang sangat membantu dalam proses penyusunan tesis ini. 3. Segenap Staf Akademik Program Studi Magister Manajemen

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(8)

vii

UMY, semoga bermanfaat bagi peneliti dalam bekerja dan bersosialisasi di masyarakat.

6. Teman-teman seangkatan 2014 Eksekutif Magister Manajemen UMY yang senantiasa bersama-sama, saling membantu, memberi motivasi dengan penuh kekeluargaan.

7. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga tesis ini dapat peneliti selesaikan.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi Balai Metrologi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 25 Oktober 2016

(9)

viii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

INTISARI ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Lingkup Penelitian ... 7

C. Perumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ... 10

A. Landasan Teori ... 10

1. Motivasi ... 10

2. Komitmen Organisasi ... 15

a. Pengertian Komitmen ... 15

b. Bentuk Komitmen Organisasional... 20

(10)

ix

e. Aspek-aspek Komitmen Organisasi ... 34

3. Kinerja Pegawai ... 35

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 42

C. Kerangka Pemikiran... 45

D. Hipotesis dan Pengaruh Antarvariabel ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 55

A. Obyek dan Subyek Penelitian ... 55

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 55

C. Jenis Data ... 55

D. Teknik Pengumpulan Data ... 56

E. Variabel-variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 59

F. Uji Kualitas Instrumen ... 61

1. Uji Validitas ... 61

2. Uji Reliabilitas ... 61

G. Uji Asumsi SEM ... 63

H. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 65

1. Pengembangan Model Teoritis ... 66

2. Pengembangan Diagram Alur (Path Diagram) ... 66

3. Persamaan Struktural ... 67

4. Memilih Jenis Input Matrik dan Estimasi Model yang Diusulkan ... 67

5. Menilai Identifikasi Model Struktural ... 68

6. Menilai Goodness of Fit ... 69

(11)

x

A. Analisis Data ... 74

1. Gambaran Umum Balai Metrologi Yogyakarta ... 74

2. Gambaran Umum Subyek Penelitian ... 80

B. Uji Kualitas Instrumen Penelitian ... 80

1. Uji Validitas ... 88

2. Uji Reliabilitas Data ... 94

C. Uji Asumsi SEM ... 97

1. Jumlah Sampel ... 97

2. Uji Outlier ... 98

3. Uji Normalitas ... 102

4. Uji Multikolinieritas dan Singularitas ... 104

D. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 105

E. Analisis Structural Equation Modeling (SEM) ... 118

F. Uji Hipotesis ... 120

G. Pembahasan Interpretasi Hasil Penelitian ... 125

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 137

A. Kesimpulan ... 137

B. Saran ... 138

C. Keterbatasan Penelitian ... 139 DAFTAR PUSTAKA

(12)

xi

Tabel 1. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 42

Tabel 3.1 Tabel Pilihan dan Nilai Jawaban untuk Setiap Item Pertanyaan 58 Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel ... 59

Tabel 3.3 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indexs ... 72

Tabel 4.1.Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 81

Tabel 4.2. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 82

Tabel 4.3. Komposisi Responden Berdasarkan Usia ... 83

Tabel 4.4. Komposisi Responden Berdasarkan Pangkat/Golongan ... 85

Tabel 4.5.Komposisi Responden Berdasarkan Jabatan Fungsional ... 86

Tabel 4.6.Komposisi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 87

Tabel 4.7 StandardizedRegression Weights Konstruk Eksogen Need for Achievement (NF) ... 89

Tabel 4.8 StandardizedRegression Weights Konstruk Eksogen Need for Power (NFP) ... 90

Tabel 4. 9StandardizedRegression Weights Konstruk Eksogen Need for Affiliation (NFA) ... 90

Tabel 4.10StandardizedRegression Weights Konstruk Eksogen Komitmen Organisasi ... 91

Tabel 4.11 StandardizedRegression Weights Konstruk Endogen Kinerja ... 92

Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Variabel Peneltian ... 93

Tabel 4.13. Hasil Uji Reliabilitas ... 96

Tabel 4.14 Hasil Uji Multivariate Outliers ... 98

Tabel 4.15 Hasil Uji Univariate Outliers ... 100

(13)

xii

Tabel 4.18. Descriptive Statistics ... 106 Tabel 4.19 Jawaban Responden Mengenai Motivasi Berprestasi Need For

Achievmen- (NF) ... 109 Tabel 4.20 Jawaban Responden Mengenai Motivasi Kekuasaan

(Need For Power -NFP) ... 110 Tabel 4.21 Jawaban Responden Mengenai Motivasi Berafiliasi (Need For

Affiliation –NFA) ... 112 Tabel 4.22 Jawaban Responden Mengenai Komitmen Organisasi (KOM) .. 113 Tabel 4.23 Jawaban Responden Mengenai Kinerja (KINE) ... 116 Tabel 4.24 Kategori Variabel ... 117 Tabel 4.25 Pengukuran Indeks Pengujian Kelayakan (Goodness of Fit)

(14)

xiii

Gambar 1. Kerangka Teoritis Penelitian ... 45

Gambar 4.1 Struktur organisasi Balai Metrologim DIY ... 75

Gambar 4.2 Alur pelayanan tera/tera ulang Balai Metrologi DIY ... 79

Gambar 4.3 Alur pelayanan kalibrasi/Pengujian alat ukur ... 80

(15)

xiv Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Tabulasi Data Variabel NF, NFP, NFA, KOM DAN KINE Lampiran 3. Output SPSS – Frekuensi Profil Responden

Lampiran 4. Output Amos - Uji Validitas Konstruk Lampiran 5. Reliabilitas

Lampiran 6. Output AMOS – Uji Outlier Lampiran 7. Hasil Uji Univariate Outlier Lampiran 8. Output Hasil Uji Normalitas

Lampiran 9. Output SPSS - Descriptive Statistics Variabel Lampiran 10. Output AMOS – Model Fit Summary Lampiran 11. Output AMOS – Uji Hipotesis

(16)

xv

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh secara parsial maupun simultan motivasi need for achievement, need for power dan need for affiliation dan komitmen organisasi terhadap kinerja pegawai Balai Metrologi DIY.

Teknik analisis menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM) digunakan untuk menguji 7 (tujuh) hipotesis yang telah dikembangkan.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ada tujuh hipotesis yang diterima. Hipotesis-hipotesis tersebut antara lain adalah Need for achievemen berpengaruh signifikan dan positif terhadap komitmen organisasi pegawai Balai Metrologi DIY, Need for power berpengaruh signifikan dan positif terhadap komitmen organisasi pegawai Balai Metrologi DIY, Need for Affiliation

berpengaruh signifikan dan positif terhadap komitmen organisasi pegawai Balai Metrologi DIY, Need for achievemen berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai Balai Metrologi DIY,

Need for power berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai Balai Metrologi DIY, Need for Affiliation berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai Balai Metrologi DIY dan Komitmen organisasi Balai Metrologi DIY berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai Balai Metrologi DIY.

(17)

xvi

The purpose of this study was to analyze the effect of partially or simultaneously motivation need for achievement, need for power and the need for affiliation and organizational commitment to employee performance DIY Metrology Institute.

Mechanical analysis using Structural Equation Modeling (SEM) was used to test seven (7) hypotheses that have been developed.

Hypothesis testing results show that there are seven accepted hypothesis. Hypotheses are, among others Need for achievemen significant and positive impact on organizational commitment of employees Institute of Metrology DIY, Need for power significant and positive impact on organizational commitment of employees Institute of Metrology DIY, Need for Affiliation significant and positive impact on organizational commitment of employees Institute of Metrology DIY, Need for achievemen significant and positive impact on employee performance hall Metrology DIY, Need for power significant and positive impact on employee performance hall Metrology DIY, Need for Affiliation significant and positive impact on employee performance hall Metrology DIY and organizational commitment Institute of Metrology DIY influential a significant and positive impact on the performance of employees DIY Metrology Institute.

(18)
(19)

xv

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh secara parsial maupun simultan motivasi need for achievement, need for power dan need for affiliation dan komitmen organisasi terhadap kinerja pegawai Balai Metrologi DIY.

Teknik analisis menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM) digunakan untuk menguji 7 (tujuh) hipotesis yang telah dikembangkan.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ada tujuh hipotesis yang diterima. Hipotesis-hipotesis tersebut antara lain adalah Need for achievemen berpengaruh signifikan dan positif terhadap komitmen organisasi pegawai Balai Metrologi DIY, Need for power berpengaruh signifikan dan positif terhadap komitmen organisasi pegawai Balai Metrologi DIY, Need for Affiliation

berpengaruh signifikan dan positif terhadap komitmen organisasi pegawai Balai Metrologi DIY, Need for achievemen berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai Balai Metrologi DIY,

Need for power berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai Balai Metrologi DIY, Need for Affiliation berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai Balai Metrologi DIY dan Komitmen organisasi Balai Metrologi DIY berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai Balai Metrologi DIY.

(20)

xvi

The purpose of this study was to analyze the effect of partially or simultaneously motivation need for achievement, need for power and the need for affiliation and organizational commitment to employee performance DIY Metrology Institute.

Mechanical analysis using Structural Equation Modeling (SEM) was used to test seven (7) hypotheses that have been developed.

Hypothesis testing results show that there are seven accepted hypothesis. Hypotheses are, among others Need for achievemen significant and positive impact on organizational commitment of employees Institute of Metrology DIY, Need for power significant and positive impact on organizational commitment of employees Institute of Metrology DIY, Need for Affiliation significant and positive impact on organizational commitment of employees Institute of Metrology DIY, Need for achievemen significant and positive impact on employee performance hall Metrology DIY, Need for power significant and positive impact on employee performance hall Metrology DIY, Need for Affiliation significant and positive impact on employee performance hall Metrology DIY and organizational commitment Institute of Metrology DIY influential a significant and positive impact on the performance of employees DIY Metrology Institute.

(21)

1 A. Latar Belakang

Balai Diklat Metrologi dalam perkembanganya sebagai institusi yang mendidik tenaga-tenaga professional dalam pelayanan Kemetrologian telah mengalami beberapa fase perubahan status dan badan hukum semenjak didirikan pada tahun 1924 balai ini dilaksanakan dan bekerja sama dengan Technisce Hogeschool (THS) yang saat ini bernama Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan nama

Ijkercursus. Perubahan-perubahan Balai Diklat Metrologi tersebut diantaranya:

1. Pada tahun 1954 berdasarkan surat keputusan Menteri Perekonomian atas persetujuan Menteri Pengajaran dan Kebudayaan mengeluarkan Surat Keputusan No. 12052 tanggal 21 Agustus 1954 untuk mendirikan Kursus Ahli Praktek Metrologi dari Jawatan Tera.

(22)

6023/M tanggal 22 September 1959 disempurnakan kembali dan dirubah namanya menjadi Akademi Metrologi, dengan waktu pendidikan tetap selama 2 tahun

3. Pada tahun 1961 dengan semakin meningkatnya kebutuhan tenaga dibidang pelayanan metrologi maka Pimpinan Direktorat Metrologi menyampaikan suatu gagasan kepada Menteri Perdagangan, guna mengadakan perombakan terhadap sistem dan organisasi Akademi Metrologi yang terlepas dari ITB, mengubah lama pendidikan dari 2 tahun menjadi 3 tahun, mengubah status mahasiswa ikatan dinas menjadi Pegawai Negeri dengan tugas belajar serta memberikan fasilitas asrama dan jaminan sosial lainnya kepada mahasiswa. Perubahan ini dimuat pada Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 3630/M tanggal 23 September 1961

(23)

bertempat di Direktorat Metrologi Departemen Perdagangan RI di jalan Pasteur No 27 Bandung.

Dengan semakin meningkatnya tuntutan untuk menyelenggarakan pendidikan kemetrologian sesuai kebutuhan stakeholder, Balai Diklat Metrologi Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) berdasarkan Piagam Kerjasama Depdag dan ITB No 763/S.J-DAG/8/2009 dan No 015/K01.03/DN/2009 mulai tahun 2009telah membuka program pendidikan D3 Metrologi dan Instrumentasi yang merupakan cikal bakal bagi pendirian Politeknik Metrologi dan Instrumentasi pada tahun 2014.

(24)

seorang pegawai sehingga akan berdampak pada hasil pekerjaannya,diantaranya adalah motivasi kerja dan komitmen organisasi.

Hal penting yang harus dipahami dalam manajemen SDM adalah motivasi pegawai. Setiap individu mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda. Kebutuhan individu tersebut akan mempengaruhi semangat kerja masing-masing pegawai. Kebutuhan individu ini terkait dengan tujuan yang dimiliki oleh masing-masing pegawai. Oleh karena itu, manajemen SDM di Balai Metrologi selalu berusaha menyelaraskan antara tujuan organisasi dengan pemenuhan kebutuhan individu yang menjadi tujuan kerja pegawai. Dengan terpenuhinya kebutuhan individu yang menjadi tujuan kerja pegawai. Dengan terpenuhinya kebutuhan setiap pegawai diharapkan akan menimbulkan motivasi atau dorongan bagi pegawai untuk selalu meningkatkan kinerjanya.

(25)

keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dari suatu organisasi tertentu, kemampuan untuk berusaha secara maksimal demi kepentingan organisasi, serta keyakinan untuk menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi. Komitmen organisasi mengacu pada kekuatan identifikasi individu terhadap organisasi dan keterlibatan dalam suatu organisasi tertentu (Movday et. Al. 1982: dalam Hariyanti dan Natsir, 2002).

Adapun Luthan (1995) menyatakan bahwa hasil dari komitmen adalah kinerja, absensi dan turnover. Pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja dapat terjadi dikarenakan individu dengan komitmen organisasional yang tinggi akan menunjukan sikap yang positif terhadap organisasi, memberikan apa yang terbaik yang dimiliki, mau berkorban dan memiliki loyalitas terhadap organisasi, serta mempunyai keinginan untuk tetap bertahan di dalam organisasi. Ini berarti bahwa individu dengan tingkat komitmen organisasional yang tinggi selalu berusaha menunjukan yang lebih baik (kinerja tinggi), disiplin kerja yang tinggi dan menghilangkan keinginan untuk keluar dari organisasi.

(26)

jawab terhadap penyelesaian pekerjaan (kinerja rendah), sering mangkir dan berkeinginan untuk keluar dari organisasi.

Secara khusus Meyer et al. (1989) mencoba mengkaitkan

affective commitment dan continuance commitment dengan kinerja. Hasil penelitian yang menggunakan manajer tingkat pertama sebagai sampel ini melaporkan bahwa affective commitment berhubungan positif dengan kinerja dan continuance commitment berhubungan negatif dengan kinerja. Ini berarti bahwa keinginan seseorang untuk tetap bertahan di dalam organisasi, keinginan untuk mengidentifikasi dan melibatkan dirinya terhadap organisasi akan mempengaruhi usaha seseorang untuk meningkatkan kinerjanya. Hal ini bisa terjadi dikarenakan seseorang dengan komitmen afektif akan merasa senang dengan organisasi sehingga diapun akan memberikan yang terbaik bagi organisasi sehingga diapun akan memberikan yang terbaik bagi organisasi.

(27)

B. Lingkup Penelitian

Motivasi kerja dan komitmen organisasi sangat dibutuhkan dalam organisasi untuk meningkatkan kegairahan kerja dan meningkatkan produktivitas karyawan. Pekerja yang bekerja dengan suasana aman dan nyaman serta semangat yang tinggi akan bekerja dengan gigih dan giat. Mereka akan mengerahkan segala daya dan upaya untuk mencapai produktivitas maksimal. Pada gilirannya akan mampu mewujudkan tujuan organisasi.

Untuk menyederhanakan permasalahan agar pembahasan masalah mengarah pada tujuan yang akan dicapai, dalam penelitian ini ditentukan subyek dan obyek penelitian. Subyek penelitian ini adalah seluruh pegawai pada Balai Metrologi. Sedangkan obyek penelitian ini akan dibatasi pada pengaruh faktor motivasi dan komitmen organisasi terhadap pencapaian kinerja pegawai Balai Metrologi DIY.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah dan ruang lingkup penelitian maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

(28)

2. Apakah motivasi kekuasaan (need for power) berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi pegawai Balai Metrologi DIY?

3. Apakah motivasi berafiliasi (need for affiliation) berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi pegawai Balai Metrologi DIY?

4. Apakah motivasi berprestasi (need for achievement) berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Balai Metrologi DIY?

5. Apakah motivasi kekuasaan (need for power) berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Balai Metrologi DIY?

6. Apakah motivasi berafiliasi (need for affiliation) berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Balai Metrologi DIY?

7. Apakah Komitmen organisasi Balai Metrologi DIY berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Balai Metrologi DIY?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

(29)

2. Menguji dan menganalisis faktor dominan yang mempengaruhi kinerja pegawai Balai Metrologi DIY.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak yang berkepentingan, antara lain:

1. Bagi Balai Metrologi

Dapat memberikan informasi kepada Pimpinan dalam menentukan kebijakan peningkatan kinerja khususnya pentingnya iklim organisasi dan motivasi dalam meningkatkan kinerja pegawai di Balai Metrologi DIY.

2. Bagi Praktisi

(30)

10 A. Landasan Teori

1. Motivasi

(31)

mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai.

Secara operasional, Wijono, S (2012) mendefinisikan motivasi kerja sebagai suatu kesungguhan atau usaha dari individu untuk melakukan pekerjaannya guna mencapai tujuan organisasi disamping tujuannya sendiri. Tujuan organisasi adalah sebagai motif di luar control individu, namun individu juga mempunyai kebutuhan sendiri yang dapat dicapai melalui pekerjaan yang dilkukannya untuk mencapai prestasi kerja yang diharapkan antara pihak organisasi dan pihak individu sendiri.

Dalam Wijono, S (2012) disebutkan beberapa teori motivasi yang menjelaskan hubungan antara perilaku dan hasilnya, yaitu: e. Teori hubungan Maslow, yang terdiri dari kebutuhan fisiologis,

kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan ego dan kebutuhan aktualisasi diri.

(32)

memotivasi (hygiene-motivators) dan faktor ekstrinsik dan instrinsik (extrinsic-instrinsic).

g. Teori McClelland, hasil penelitian yang dilakukan oleh David McClelland menunjukkan, bahwa kebutuhan yang kuat untuk berprestasi, dorongan untuk berhasil berhubungan dengan sejauh mana orang tersebut termotivasi untuk mengerjakan tugasnya. Tiga kebutuhan yang dikemukakan oleh McClelland, adalah kebutuhan akanprestasi (need for achievement), kebutuhan akan kekuasaan (need for power), dan kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation).

Dalam Tjahjono (2010) disebutkan, bahwa need for achievement, memiliki 3 dimensi penting (Kreitner and Kinicky, 2004), yaitu:

a. Suka mengambil resiko yang moderat

b. Dalam pandangan mereka, prestasi lebih disebabkan faktor merekasendiri daripada orang lain

(33)

Sementara itu need for affiliation memiliki beberapa dimensi, yaitu:

a. Lebih suka mempertahankan hubungan b. Lebih suka kerja berkelompok

c. Menginginkan pengakuan dan kasih sayang

Terakhir need for power merefleksikan keinginan untuk: a. Mempengaruhi

b. Mementor c. Mengajarkan

d. Mendorong pencapaian prestasi

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyanto dan Sutrisno

pada tahun 2007 dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan,

Komunikasi, Kompensasi dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai

Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta”, menyimpulkan, bahwa

(34)

variabel bebas mampu menjelaskan perubahan variabel kinerja pegawai sebesar 97,5 persen dan sisanya dijelaskan oleh faktor lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Setyowati Subroto dan

Gunistyo pada tahun 2009 dengan judul “Pengaruh Motivasi

Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada Bank Swasta di

Kota Tegal)”.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi

berprestasi, motivasi berafiliasi, dan motivasi berkuasa terhadap kinerja karyawan serta untuk mengetahui variabel motivasi yang memberika pengaruh paling besar terhadap kinerja karyawan.

(35)

2. Komitmen Organisasi a. Pengertian Komitmen

(36)

anggota organisasi kerja guna turut merealisasikan tujuan-tujuan organisasi kerja.

Komitmen organisasional dalam kamus wikipedia didefinisikan sebagai berikut: Komitmen organisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. Menurut Stephen P. Robbins didefinisikan bahwa keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seseorang individu, sementara komitmen organisasional yang tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut. (www.wikipedia.org).

Sementara komitmen organisasional yang terkait dengan pekerjaan akan bersinggungan dengan banyak hal dalam lingkup organisasi. Untuk komitmen organisasional dapat dipandang pada beberapa konteks meliputi komitmen organisasional karyawan sebagai berikut:

1) Mathis and Jackson dalam Sopiah (2008:155) memberikan

definisi “Organizational Commitment is the degree to

which employees believe in and accpet organizational

(37)

(komitmen organisasional adalah derajat yang mana karyawan percaya dan menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan

organisasi)”

2) Mowday dalam Sopiah (2008:155) menyebut komitmen kerja sebagai istilah lain dari komitmen organisasional.

“Komitmen organisasional merupakan dimensi perilaku

penting yang dapat digunakan untuk menilai kecenderungan pegawai. Komitmen organisasional adalah identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat terhadap organisasi. Komitmen organisasional adalah keinginan anggota-anggota organisasi untuk tetap mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi dan

bersedia berusaha keras bagi pencapaian tujuan organisasi”.

3) Lincoln dalam Sopiah (2008:155). “Komitmen organisasional mencakup kebanggaan anggota., kesetiaan

anggota dan kemauan anggota pada organisasi”.

4) Blau and Boal dalam Sopiah (2008:155) menyebutkan

“komitmen organisasional sebagai keberpihakan dan

loyalitas karyawan terhadap organisasi dan tujuan

(38)

5) Robbins dalam Sopiah (2008:155-156) mendefinisikan

komitmen organisasional sebagai “suatu sikap yang

merefleksikan perasaan suka atau tidak suka dari karyawan

terhadap organisasi”.

6) O’Reilly dalam Sopiah (2008:156) menyebutkan

“komitmen karyawan pada organisasi sebagai ikatan

kejiwaan individu terhadap organisasi yang mencakup keterlibatan kerja, kesetiaan, dan perasaan percaya terhadap nilai-nilai organisasi”.

7) Steers and Porter dalam Sopiah (2008:156) mengatakan

bahwa “suatu bentuk komitmen yang muncul bukan hanya

bersifat loyalitas yang pasif, tetapi juga melibatkan hubungan yang aktif dengan organisasi kerja yang memiliki tujuan memberikan segala usaha demi keberhasilan

organisasi yang bersangkutan”.

8) Richard M. Steers dalam Sopiah (2008:156)

mendefinisikan “komitmen organisasi sebagai rasa

(39)

yang dinyatakan oleh seorang karyawan terhadap

perusahaannya”. Ia berpendapat bahwa “komitmen

organisasi merupakan kondisi dimana karyawan sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasinya. Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi

pencapaian tujuan”.

(40)

dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan, dan tujuan organisasi. Disamping itu, komitmen organisasi mengandung pengertian sebagai sesuatu hal yang lebih dari sekedar kesetiaan yang pasif terhadap perusahaan, dengan kata lain komitmen organisasi menyiratkan hubungan karyawan dengan organisasi atau perusahaan secara aktif. Karena karyawan yang menunjukkan komitmen organisasinya, ada keinginan untuk memberikan tenaga, tanggung jawab dan kinerja yang memuaskan untuk menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasi atau perusahaan tersebut.

b. Bentuk Komitmen Organisasional

Menurut Meyer, Allen dan Smith dalam Sopiah (2008:157) mengemukakan bahwa ada tiga komponen komitmen organisasional, yaitu:

1) Affective commitment adalah keterikatan emosional karyawan, identifikasi, dan keterlibatan dalam organisasi. 2) Continuance commitment adalah komitmen berdasarkan

(41)

3) Normative commitment adanya perasaan wajib untuk tetap berada dalam organisasi karena memang harus begitu; tindakan tersebut merupakan hal benar yang harus dilakukan.

Sedangkan Kanter dalam Sopiah (2008:158) juga mengemukakan tiga bentuk komitmen organisasional, yaitu: 1) Komitmen berkesinambungan (continuance commitment),

yaitu komitmen yang berhubungan dengan dedikasi anggota dalam melangsungkan kehidupan organisasi dan menghasilkan orang yang mau berkorban dan berinvestasi pada organisasi.

2) Komitmen terpadu (Cohesion commitment), yaitu komitmen anggota terhadap organisasi sebagai akibat adanya hubungan sosial dengan anggota lain di dalam organisasi. Ini terjadi karena karyawan percaya bahwa norma yang dianut organisasi merupakan norma-norma yang bermanfaat.

(42)

memberikan sumbangan terhadap perilaku yang diinginkannya.

Dari dua pendapat diatas, baik Spector maupun Kanter memiliki pendapat yang sama, yaitu bahwa komitmen organisasional dikelompokkan menjadi tiga, hanya istilahnya saja yang berbeda. Spector memberi nama tiga kelompok itu sebagai:

(a) Affective Comitment,

(b) Continuence Commitment,

(c) Normative Commitment.

Sedangkan Kanter mengelompokkan komitmen organisasional menjadi:

(a) Continuance Commitment,

(b) Cohesion Commitment, (c) Control Commitment.

c. Proses Terjadinya Komitmen Organisasional

(43)

organisasional timbul secara bertahap dalam diri pribadi karyawan. Berawal dari kebutuhan pribadi terhadap organisasi, kemudian beranjak menjadi kebutuhan bersama dan rasa memiliki dari para anggota (karyawan) terhadap organisasi. Wursanto (2005:15) mengemukakan bahwa rasa memiliki dari para anggota (karyawan) terhadap kelompoknya dapat dilihat dalam hal-hal berikut:

1) Adanya loyalitas dari para anggota terhadap anggota lainnya.

2) Adanya loyalitas para anggota terhadap kelompoknya. 3) Kesediaan berkorban secara iklhas dari para anggota

baik moril maupun material demi kelangsungan hidup kelompoknya.

4) Adanya rasa bangga dari para anggota kelompok apabila kelompok tersebut mendapat nama baik dari masyarakat.

(44)

6) Adanya niat baik (goodwill) dari para anggota kelompok untuk tetap menjaga nama baik kelompoknya dalam keadaan apapun.

Setelah rasa memiliki dari setiap anggota (karyawan) kelompok mulai tumbuh dan berkembang maka tumbuhlah suatu kesepakatan bersama yang merupakan komitmen dari para anggota organisasi/kelompok yang harus ditaati oleh setiap anggota (karyawan). Wursanto (2005:16) mengemukakan kesepakatan bersama yang merupakan komitmen dari anggota (karyawan) itu meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Kesepakatan bersama terhadap tujuan yang akan dicapai.

2) Kesepakatan bersama dalam hal menetapkan berbagai jenis kegiatan yang harus dilakukan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(45)

4) Kesepakatan bersama dalam hal menetapkan berbagai sarana yang diperlukan dalam usaha mencapai tujuan tersebut.

Kesepakatan bersama para anggota dalam hal menetapkan cara atau metode yang paling baik untuk mencapai tujuan tersebut. Gary Dessler dalam Sopiah (2008:159-161) mengemukakan sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk membangun komitmen karyawan pada organisasi tersebut, yaitu:

a) Make it charismatic: Jadikan visi dan misi organisasi sebagai sesuatu yang karismatik, sesuatu yang dijadikan pijakan, dasar bagi setiap karyawan dalam berperilaku, bersikap dan bertindak.

b) Build the tradition: Segala sesuatu yang baik di organisasi jadikanlah sebagai suatu tradisi yang secara terus menerus dipelihara, dijaga oleh generasi berikutnya.

(46)

memiliki prosedur untuk mengatasi keluhan tersebut secara menyeluruh.

d) Provide extenxive two-way communications: Jalinlah komunikasi dua arah di organisasi tanpa memandang rendah bawahan.

e) Create a sense of community: Jadikan semua unsur dalam organisasi sebagai suatu community dimana didalamnya ada nilai-nilai kebersamaan, rasa memiliki, kerjasama, berbagi, dll.

f) Build value-based homogeneity: Membangun nilai-nilai yang didasarkan adanya kesamaan. Setiap anggota organisasi memiliki kesempatan yang sama, misalnya untuk promosi maka dasar yang digunakan untuk promosi adalah kemampuan, keterampilan, minat, motivasi, kinerja, tanpa ada diskriminasi.

(47)

h) Emphasive barnaising, cross-utilization, and teamwork: Organisasi sebagai suatu community

yang harus bekerja sama, saling berbagi, saling memberi manfaat dan memberikan kesempatan yang sama pada anggota organisasi. Misalnya perlu

adanya rotasi sehingga yang bekerja di “tempat

kering”. Semua anggota organisasi merupakan suatu tim kerja. Semuanya harus memberikan kontribusi yang maksimal demi keberhasilan organisasi tersebut.

i) Get together: Adakan acara-acara yang melibatkan semua anggota organisasi sehingga kebersamaan terjalin. Misalnya, sekali-kali produksi dihentikan dan semua karyawan terlibat dalam event rekreasi bersama keluarga, pertandingan olah raga, seni, dll. Yang dilakukan oleh semua anggota organisasi dan keluarganya.

(48)

memperhatikan perkembangan karier karyawan dalam jangka panjang.

k) Commit to actualizing: Setiap karyawan diberi kesempatan yang sama untuk mengaktualisasikan diri secara maksimal di organisasi sesuai dengan kapasitas masing-masing.

l) Provide first year job challenge: Karyawan masuk ke organisasi dengan membawa mimpi dan harapannya, kebutuhannya. Berikan bantuan yang konkret bagi karyawan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya dan mewujudkan impiannya. Jika pada tahap-tahap awal karyawan memiliki persepsi yang positif terhadap organisasi maka karyawan memiliki persepsi yang positif terhadap organisasi maka karyawan akan cenderung memiliki kinerja yang tinggi pada tahap-tahap berikutnya.

(49)

lama, serta bagi karyawan yang bekerja dalam tahapan yang lama yang menganggap perusahaan atau organisasi tersebut sudah menjadi bagian dalam hidupnya. Minner dalam Sopiah (2008:161) secara rinci menjelaskan proses terjadinya komitmen organisasional, yaitu sebagai berikut: 1) Initial Commitment

2) Commitment During Early Employment

3) Commitment During Later Career

Dijelaskan bahwa proses terjadinya komitmen karyawan pada organisasi berbeda. Pada fase awal (initial commitment), faktor yang berpengaruh terhadap komitmen karyawan pada organisasi adalah: 1). Karakteristik individu, 2). Harapan-harapan karyawan pada organisasi, dan 3). Karakteristik pekerjaan.

(50)

dengan teman sejawat atau hubungan dia dengan pimpinannya. Semua faktor ini akan membentuk komitmen awal dan tanggung jawab karyawan pada organisasi yang pada akhirnya akan bermuara pada komitmen karyawan pada awal memasuki dunia kerja.

Tahap yang ketiga diberi nama Commitment During Later Career. Faktor yang berpengaruh terhadap komitmen pada fase ini berkaitan dengan investasi, mobilitas kerja, hubungan sosial yang tercipta di organisasi dan pengalaman selama ia bekerja.

(51)

kerja, seperti keterandalan organisasi di masa lampau dan cara pekerja-pekerja lain mengutarakan dan membicarakan perasaannya mengenai organisasi.

Menurut Steers dan Porter (1983) dalam Sopiah (2008:163) membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen terhadap perusahaan menjadi empat kategori, yaitu: 1) Karakteristik Personal, pengertian karakteristik personal

mencakup: usia, masa jabatan, motif berprestasi, jenis kelamin, ras dan faktor kepribadian. Sedang tingkat pendidikan berkorelasi negatif dengan komitmen terhadap perusahaan (Welsch dan La Van, 1981). Karyawan yang lebih tua dan lebih lama bekerja secara konsisten menunjukkan nilai komitmen yang tinggi.

(52)

3) Karakteristik struktural, faktor-faktor yang tercakup dalam karakteristik struktural antara lain ialah: derajat formalisasi, ketergantungan fungsional, desentralisasi, tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan fungsi kontrol dalam perusahaan. Atasan yang berada pada organisasi yang mengalami desentralisasi dan pada pemilik pekerja kooperatif menunjukkan tingkat komitmen yang tinggi.

4) Pengalaman bekerja, dipandang sebagai kekuatan sosialisasi yang penting, yang mempengaruhi kelekatan psikologis karyawan terhadap perusahaan. Pengalaman kerja terbukti berkorelasi positif dengan komitmen terhadap perusahaan sejauh menyangkut taraf seberapa besar karyawan percaya bahwa perusahaan memperhatikan minatnya, merasakan adanya kepentingan pribadi dengan perusahaan, dan seberapa besar harapan-harapan karyawan dapat terpenuhi dalam pelaksanaan pekerjaannya.

(53)

arah organisasi dan (5) penghargaan kerja yang sesuai dengan

kebutuhan”. Sedangkan Young et.al. masih dalam buku Sopiah (2008:164) mengemukakan ada delapan faktor yang secara positif berpengaruh terhadap komitmen organisasional: (1) kepuasan terhadap promosi, (2) karakteristik pekerjaan, (3) komunikasi, (4) kepuasan terhadap kepemimpinan, (5) pertukaran ekstrinsik, (6) pertukaran intrinsik, (7) imbalan intrinsik, dan (8) imbalan ekstrinsik.

(54)

Dalam bukunya Perilaku Organisasi Sopiah (2008:164) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi organisasional adalah: 1). Faktor personal 2). Faktor organisasional, dan 3). Faktor yang bukan dari dalam organisasi.

e. Aspek-aspek Komitmen Organisasi

Steers (1988) mengelompokkan komitmen organisasi menjadi tiga faktor:

1) Identifikasi dengan organisasi yaitu penerimaan tujuan organisasi, dimana penerimaan ini merupakan dasar komitmen organisasi. Identifikasi pegawai tampak melalui sikap menyetujui kebijaksanaan organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai organisasi, rasa kebanggaan menjadi bagian dari organisasi.

2) Keterlibatan yaitu adanya kesediaan untuk berusaha sungguh-sungguh pada organisasi. Keterlibatan sesuai peran dan tanggungjawab pekerjaan di organisasi tersebut. Pegawai yang memiliki komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dan tanggungjawab pekerjaan yang diberikan padanya.

(55)

organisasi merupakan evaluasi terhadap komitmen, serta adanya ikatan emosional dan keterikatan antara organisasi dengan pegawai. Pegawai dengan komitmen tinggi merasakan adanya loyalitas dan rasa memiliki terhadap organisasi.

3. Kinerja Pegawai

Bernardin dalam Sudarmanto (2008), menyatakan bahwa kinerja merupakan catatan hasil yang diproduksi atas fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas-aktivitas selama periode waktu tertentu.Dari definisi tersebut, Bernardin menekankan pengertian kinerja sebagai hasil, bukan karakter sifat (trait) dan perilaku.Pengertian kinerja sebagai hasil juga terkait dengan produktivitas dan efektivitas.Produktivitas merupakan hubungan antara jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dengan jumlah tenaga kerja, modal, sumber daya yang digunakan dalam produksi.

(56)

merupakan sinonim dengan perilaku.Kinerja adalah sesuatu yang secara aktual orang kerjakan dan dapat diobservasi.Sementara itu Mangkunegara (2001) mengemukakan, bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya.Meyer dalam As’ad (2008)

menyatakan bahwa kinerja atau prestasi kerja dapat diartikan sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau tindakan.

Konsep kinerja menurut Rummler dan Brache dalam Sudarmanto (2009) ada tiga level, yaitu:

a. Kinerja organisasi, merupakan pencapaian hasil (output) pada level atau unit analisis organisasi. Kinerja pada level organisasi ini terkait dengan tujuan organisasi, rancangan organisasi dan manajemen organisasi.

b. Kinerja proses, merupakan kinerja pada proses tahapan dalam menghasilkan produk atau pelayanan. Kinerja pada level proses ini dipengaruhi oleh tujuan proses, rancangan proses dan manajemen proses.

(57)

level ini dipengaruhi oleh tujuan pekerjaan, rancangan pekerjaan, dan manajemen pekerjaan serta karakteristik individu.

Terkait dengan ukuran dan standar kinerja, David Devries dkk (1981) dan Dick Grote (1996) yang dikutip oleh Sudarmanto (2006) menyatakan bahwa dalam pengukuran atau penilaian kinerja ada 3 (tiga) pendekatan, yaitu:

1) Pendekatan personality trait, yaitu dengan mengukur: kepemimpinan, inisiatif dan sikap.

2) Pendekatan perilaku, yaitu dengan mengukur umpan balik, kemampuan presentasi, respon terhadap komplain pelanggan.

3) Pendekatan hasil, yaitu dengan mengukur kemampuan produksi, kemampuan menyelesaikan produk sesuai jadwal, peningkatan produksi/penjualan.

(58)

penilaian tersebut dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan.

Dessler (1997) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai evaluasi kinerja karyawan saat ini atau dimasa lalu relatif terhadap

standar prestasinya.Bernardin dan Russel (dalam Gomes 2003) “A

way of measuring the contribution of individuals to their

organization”. Penilaian kinerja adalah cara mengukur kontribusi

individu (karyawan) kepada organisasi tempat mereka bekerja. Model penilaian kinerja menurut Dessler (2009) meliputi indikator sebagai berikut:

a. Kualitas kerja adalah akurasi, ketelitian, dan bisa diterima atas pekerjaan yang dilakukan.

b. Produktivitas adalah kuantitas dan efisiensi kerja yang dihasilkan dalam periode waktu tertentu.

c. Pengetahuan pekerjaan adalah keterampilan dan informasi praktis/teknis yang digunakan pada pekerjaan.

d. Kehandalan adalah sejauh mana seorang karyawan bisa diandalkan atas penyelesaian dan tindak lanjut tugas.

(59)

f. Kemandirian/tanggung jawab adalah sejauh mana pekerjaan yang dilakukan dengan atau tanpa pengawasan.

Menurut Robbins (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang adalah faktor yang berasal dari dalam individu anatara lain: bakat, kepribadian, minat, motivasi, disiplin, pendidikan, dan latar belakang. Sedangkan faktor yang berasal dari luar individu antara lain: insentif, karakteristik pekerjaan, desain pekerjaan, kepemimpinan, lingkungan kerja dan pelatihan.

Sementara itu Gomes dalam Hartono K (2011) mengungkapkan beberapa dimensi atau kriteria yang perlu mendapat perhatian dalam mengukur kinerja, antara lain:

a. Quantity of work, yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan.

b. Quality of work, yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.

c. Job Knowledge, yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya.

(60)

e. Cooperation, yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain sesama anggota organisasi.

f. Dependability, yaitu kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan menyelesaikan pekerjaan.

g. Initiative, yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawabnya.

h. Personal Qualities, yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan dan integritas pribadi.

Menurut Gibson (1998), ada tiga variabel yang mempengaruhi prestasi kerja, yaitu:

a. Variabel individual, terdiri dari kemampuan dan keterampilan (mental dan fisik), latar belakang (keluarga, tingkat sosial dan pengalaman), demografis (umur, asal usul, dan jenis kelamin). b. Variabel organisasional, terdiri dari sumber daya,

kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan.

c. Variabel psikologis, terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi.

(61)

a. Variabel individual, meliputi sikap, karakteristik, kepribadian, sifat-sifat fisik, minat dan motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pendidikan serta faktor individual lainnya.

b. Variabel situasional, terdiri dari (1) faktor fisik pekerjaan, meliputi metode kerja, kondisi dan desain perlengkapan kerja, penataan ruang, dan lingkungan fisik (penyinaran, temperatur dan ventilasi); dan (2) faktor sosial dan organisasi, meliputi peraturan organisasi, sifat organisasi, jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.

(62)

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan Tabel 1.

Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian

1. Jarwanto

2. Need for achievement berpengaruh terhadap

4. Need for affiliation tidak berpengaruh terhadap

(63)

Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian

1. Need for Achievement, need for power dan needf for affiliation yang termasuk pada variabel motivasi

(64)
(65)

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan permasalahan dan teori yang ada serta didukung hasil telaah pustaka penelitian sebelumnya disimpulkan bahwa iklim organisasi dan motivasi kerja mempunyai hubungan yang erat dengan kinerja. Sehingga dalam penelitian ini dirumuskan kerangka pemikiran teoritis sebagai acuan untuk menjawab perumusan masalah. Kerangka teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Teoritis Penelitian

Kinerja Pegawai (Y2)

Need for Achievement (X1)

Need for Power (X2)

Need for Affiliation (X3)

Komitmen Organisasi (Y1) H7

H4

H5

H6

H1

H2

(66)

D. Hipotesis dan Pengaruh Antarvariabel

1. Motivasi Berprestasi (Need For Achievement) dengan Komitmen Organisasi

Motivasi yang mendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dalam diri individu tersebut, yang lebih dikenal dengan faktor motivasional. Menurut Herzberg yang dikutip oleh Luthans (2011), yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain Achievement (keberhasilan), recognition (pengakuan /penghargaan), work it self (pekerjaan itu sendiri), responsibility (tanggungjawab) dan advencement Pengembangan. Penelitian Karatepe & Tekinkus (2006); Mohsan e.al (2011) dalam Hayati (2012) menemukan pengaruh motivasi terhadap komitmen organisasi.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan pengujian apakah Need for achievement berpengaruh signifikan dan positif terhadap komitmen organisasi pegawai Balai Metrologi DIY

(67)

2. Motivasi Berkuasa (Need For Power) dengan Komitmen Organisasi

Kebutuhan akan kekuasaan, adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Karyawan memiliki motivasi berpengaruh terhadap lingkungannya dan memiliki ide-ide untuk menang. Hal ini sesuai Hersey dalam Musparni (2011:25) faktor motivasi kerja merupakan daya gerak yang mencakup dorongan, alasan dan kemauan yang timbul dalam diri seseorang yang menyebabkan ia berbuat sesuatu, misalnya seorang pegawai yang menerima gaji, imbalan sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang dimilikinya, maka komitmen kerjanya akan meningkat.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan pengujian apakah Need for power berpengaruh signifikan dan positif terhadap komitmen organisasi pegawai Balai Metrologi DIY

(68)

3. Motivasi Berafiliasi (Need For Afiiliation) dengan Komitmen Organisasi

Kebutuhan akan Afiliasi, adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk empunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi.

Motivasi berafiliasi merupakan faktor internal karyawan yang mungkin mempengaruhi komitmen organisasi (Robbins (2006) menyebutkan bahwa kebutuhan prestasi, kekuasaan dan afiliasi akan mendorong seseorang untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil .

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan pengujian apakah Need for Affiliation berpengaruh signifikan dan positif terhadap komitmen organisasi pegawai Balai Metrologi DIY

(69)

4. Motivasi Berprestasi (Need For Achievement) dengan Kinerja Menurut McCelland dalam Mangkunegara (2011:68) mengatakan need for achievement adalah proses pembelajaran yang stabil yang mana kepuasan akan didapatkan dengan berjuang dan memenuhi level tertinggi untuk dapat menjadi ahli dibidang tertentu. Menurut Hasibuan (2010:141), motivasi kerja sangat penting bagi karyawan karena dengan motivasi kerja diharapkan individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Motivasi mempersoalkan bagaimana mendorong gairah kerja bawahan agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilanya untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Dengan adanya motivasi, maka terjadilah kemauan kerja dan dengan adanya kemauan untuk bekerja serta dengan adanya kerja sama, maka kinerja akan meningkat. Kinerja karyawan merupakan tolak ukur kinerja perusahaan, semakin tinggi kinerja karyawan semakin tinggi pula kinerja perusahaan.

(70)

membentuk suatu kekuatan diri dan jika situasi lingkungan kerja turut menunjang maka pencapain kinerja akan lebih maksimal. Semakin tinggi motivasi karyawan semakin tinggi pula kinerja karyawan tersebut dan begitu juga sebaliknya.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan pengujian apakah Need for achievement berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai Balai Metrologi DIY

H4 : Need for achievement berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai Balai Metrologi DIY

5. Motivasi Kekuasaan (Need For Power) dengan Kinerja

Kebutuhan akan kekuasaan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seorang karyawan serta mengarahkan semua kemampuan demi mencapai kekuasaan atau kedudukan terbaik dalam organisasi. Hasibuan (2005:218) kebutuhan prestasi merupakan keinginan atau kehendak untuk menyelesaikan suatu tugas secara sempurna, atau sukses didalam situasi persaingan.

(71)

mempunyai kebutuhan dan motif ini namun kekuatan pengaruh kebutuhan itu tidak sama bagi semua orang, bahkan untuk satu orang yang sama tidak sama kuatnya pada setiap saat atau pada saat yang berbeda.

Ego manusia yang lebih berkuasa dari manusia yang lainnya sehingga menimbulkan persaingan. Persaingan ini oleh manajer ditumbuhkan secara sehat dalam memotivasi bawahannya, supaya mereka termotivasi untuk bekerja dengan giat. Manajer harus mampu menciptakan suasana persaingan yang sehat dan memberi kesempatan untuk promosi sehingga meningkatkan semangat kerja bawahannya untuk mencapai need for affiliation dan need for power yang diinginkannya.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan pengujian apakah Need for power berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai Balai Metrologi DIY

H5. : Need for power berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai Balai Metrologi DIY

(72)

gairah kerja seseorang karyawan, sebab setiap orang menginginkan: (a) kebutuhan dan perasaan diterima orang lain di lingkungan dia hidup dan bekerja (sense of bilonging), (b) kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya penting (sense of impotance), (c) perasaan akan kebutuhan akan maju dan tidak gagal (sense of achievement), (d) kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of participation)

Mereka yang memilki kebutuhan affiliasi (need for affiliation) tinggi membutuhkan hubungan kemanusiaan dengan orang lain dan membutuhkan rasa diterima dari orang lain. Mereka cenderung memperkuat norma-norma dalam kelompok kerja mereka. Orang dengan need for affiliation tinggi cenderung bekerja pada tempat yang memungkinkan interaksi personal. Mereka bekerja dengan baik pada layanan customer dan situasi interaksi dengan pelanggan.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan pengujian apakah Need for Affiliation berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai Balai Metrologi DIY

(73)

7. Komitmen Organisasi dengan Kinerja

Komitmen organisasi dapat digunakan untuk memprediksi aktivitas profesional dan perlakuan kerja. Komitmen organisasi akan mendorong seseorang untuk berperilaku positif, disiplun dalam bekerja, menaati kebijakan dan peraturan organisasi, menjalin hubungan baik dengan rekan kerja, serta meningkatkan prestasi kerja komitmen afektif terjadi bila karyawan ingin menjadi bagian dari organisasi karena adanya ikatan emosional.

(74)

afektif adalah yang paling diinginkan oleh perusahaan. Karyawan yang memiliki komitmen afektif akan cenderung tetap tinggal (bekerja dalam perusahaan), mereka akan merekomendasikan kepada orang lain bahwa perubahan tempat bekerjanya merupakan tempat yang bagus untuk bekerja, mereka akan suka melakukan kerja tambahan untuk perusahaan, mereka akan mau memberikan saran-saran bagi perbaikan dan kemajuan perusahaan (Fuad

Mas’ud ,2002)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan pengujian apakah Komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Balai Metrologi DIY

(75)

55 A. Obyek dan Subyek Penelitian

Obyek dalan penelitian ini adalah Balai Metrologi DIY. Sebagai subyek penelitiannya adalah pegawai organik kantor Balai Metrologi DIY. Pegawai yang berstatus pegawai kontrak tidak termasuk dalam target penelitian.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai pada Balai Metrologi DIY. Penelitian ini menggunakan sensus yakni seluruh populasi yang berjumlah 92 orang tersebut akan dijadikan sampel. C. Jenis Data

(76)

jenis kelamin, umur, pendidikan, masa kerja, jabatan dan status perkawinan. Bagian kedua berisi pertanyaan tertutup yang disusun berdasarkan konsep teori yang telah dikemukakan sebelumnya, menyangkut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai, yaitu motivasi kerja dengan indikator need for achievement, need for power, need for affiliation, dan komitmen organisasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pelaksanaan survei dilakukan dengan mendistribusikan kuesioner kepada seluruh responden (pegawai) secara berjenjang melalui pejabat struktural eselon III dan IV di unit kerja masing-masing.Peneliti mengadakan pembekalan kepada para pejabat dengan menjelaskan maksud dan tujuan survei. Di samping itu juga dijelaskan konsep dan definisi variabel penelitian serta tata cara pengisian kuesioner. Selanjutnya para pejabat menyampaikan kepada seluruh pegawai yang menjadi bawahannya.

(77)

pertanyaan. Di samping itu, koordinator unit juga bertanggung jawab terhadap pengumpulan kuesioner untuk disampaikan kepada peneliti.

Untuk meminimalisir terjadinya bias data, kepada responden disampaikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pengisian kuesioner agar dilakukan pada saat kondisi badan rileks, yaitu pada jam istirahat.

2. Pengisian kuesioner agar dilakukan secara independen, antar responden tidak boleh saling mempengaruhi.

3. Penentuan pilihan jawaban agar dilakukan secara obyektif dan jujur, apa adanya sesuai dengan keadaan yang dipikirkan, dilakukan dan dirasakan oleh responden.

4. Jawaban yang diberikan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti atau tidak akan disebarluaskan kepada siapapun dan kapanpun.

5. Bilamana ada pertanyaan yang tidak jelas agar didiskusikan dengan koordinator unit atau langsung didiskusikan dengan peneliti.

6. Seluruh pertanyaan agar dijawab secara lengkap dan tidak boleh ada pertanyaan yang terlewat tidak dijawab.

(78)

8. Bilamana ada pertanyaan yang belum dijawab maka peneliti akan menanyakan kembali untuk mendapatkan jawabannya.

9. Jawaban yang disampaikan tidak bersangkut paut dengan konduite kepegawaian, karena semata-mata untuk tujuan ilmiah.

10.Penilaian kinerja pegawai dilakukan oleh atasan masing-masing pegawai , berdasarkan pengamatan dan catatan selama menjadi bawahannya.

Semua pertanyaan dalam kuesioner merupakan pernyataan yang mengukur nilai positif.Para responden hanya memberi tanda pada pilihan jawaban yang paling sesuai menurut mereka. Jawaban yang paling menyokong suatu pernyataan diberi skor yang tertinggi,

sehingga skor berjalan dari yang “sangat setuju” = 5 sampai “sangat

tidak setuju” = 1. Gradasi skor-skor skala Likert tersebut disajikan pada Tabel 3.1:

Tabel 3.1

Tabel Pilihan dan Nilai Jawaban untuk Setiap Item Pertanyaan

Nilai Kategori

(1) (2)

1 Sangat Tidak Setuju (STS)

2 Tidak Setuju (TS)

3 Kurang Setuju (KS)

4 Setuju (S)

(79)

E. Variabel-variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variabel motivasi (X1), komitmen organisasi (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja (Y).

Definisi operasional masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Indikator

(1) (2) (3)

Motivasi Proses yang menjelaskan intensitas arah dan ketekunan usaha individu atau pegawai dalam untuk berprestasi dalam pekerjaan.

Kebutuhan akan prestasi

(Sumber: Stott and Walker Questionnaire, 1992 yang dikembangkan dari teori Mc Clelland, 1970,1975) dalam Wijono S, 2012)

Variabel Definisi Operasional Indikator

(1) (2) (3)

Need for Power (X2)

Need for Power adalah

kebutuhan akan

kekuasaan yang dimiliki

(80)

prestasi orang lain

(Sumber: Stott and Walker Questionnaire, 1992 yang dikembangkan dari teori Mc Clelland, 1970,1975) dalam Wijono S, 2012)

Need for Affiliation (X3)

Need for Affiliation

adalah kebutuhan setiap

pegawai untuk

berhubungan dengan rekan kerja.

Kecenderungan untuk mempertahankan hubungan Kecenderungan untuk bekerja kelompok

Pengakuan dalam bersosialisasi (Sumber: Stott and Walker Questionnaire, 1992 yang dikembangkan dari teori Mc Clelland, 1970,1975) dalam Wijono S, 2012)

Komitmen Organisasi (Y1)

Komitmen Organisasi adalah keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi

Dipilih yang effective commitment karena adanya ikatan emosional.

(81)

F. Uji Kualitas Instrumen 1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan tujuan mengetahui ketepatan dan kehandalan kuesioner yang mempunyai arti bahwa kuesioner mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner tersebut mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2008).

Validitas diuji dengan program AMOS dengan melihat

output estimate dengan cara membandingkan p-value pada output estimate dengan alpha 5%, jika p-value lebih kecil dari 5% maka indikator dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

(82)

Nilai tingkat reliabilitas didapatkan dari dimensi pembentuk variabel laten, digunakan rumus yang diadopsi oleh Ferdinand (2006), yaitu:

Rumus 1:

Variance Extracted = Keterangan:

Standardized loading diperoleh dari standardized loading untuk setiap indikator yang didapat dari perhitungan AMOS.

εj adalah measurement error dari setiap indikator.Measurement error dapat diperoleh dari: 1-(Standard Loading)².

Cut off value untuk variance extracted minimal 0.5. Rumus 2:

Construct - Reliability =

Keterangan:

Standardized loading diperoleh dari standardized loading masing-masing indikator yang sudah diperoleh hasilnya dari AMOS.

εj adalah measurement error dari setiap indikator.Measurement error dapat diperoleh dari: 1-(Standard Loading)².

(83)

G. Uji Asumsi SEM 1. Ukuran Sampel

Ukuran sampel penelitian untuk pengujian model dengan menggunakan SEM adalah antara 100-200 sampel atau tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi, yaitu jumlah indikator dikalikan 5 sampai 10 (Ferdinand, 2006).

2. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal.Uji ini perlu dilakukan baik normalitas untuk data tunggal (univariate) maupun normalitas seluruh data (multivariate).

Output AMOS, uji normalitas dilakukan dengan membandingkan nilai cr (critical ratio) pada assessment of normality dengan nilai kritis ± 2,58 pada level 0,01 (Ferdinand, 2006). Jika ada nilai c.r yang lebih besar dari ± 2,58 maka distribusi data tersebut tidak normal.

3. Uji Outliers

(84)

2006).Outlier dapat dievaluasi dengan dua cara yaitu, analisis terhadap multivariate outliers dan univariate outliers. Apabila terjadi outliers baik multivariate outliers maupun univariate outliers, maka data tersebut dapat dikeluarkan dari analisis.

a. Univariate Outliers

Univariate outliers dilakukan dengan melihat nilai ambang batas dari z-score itu berada pada rentang 3-4 (Hair et al, 2006). Oleh karena itu kasus atau observasi yang mempunyai

z-score ≥ 3,0 dikategorikan outliers. Nilai z-score adalah nilai yang sudah distandarkan sehingga memiliki rata-rata (mean) 0 dan standar deviasi 1.

b. Multivariate Outliers

Evaluasi terhadap multivariate outliers dapat dilihat melalui output AMOS mahalanobis distance. Kriteria yang digunakan pada tingkat p < 0,001. Jarak tersebut dievaluasi dengan menggunakan X² pada derajat bebas (df) sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian.

4. Uji Multikolinearitas dan Singularitas

(85)

penelitian ini tidak memenuhi asumsi multikolinearitas (Ferdinand, 2006).

H. Uji Hipotesis dan Analisis Data

Penelitian membutuhkan suatu analisis data dan intepretasi yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dalam mengungkap fenomena sosial tertentu, sehingga analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diintepretasikan. Model penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model struktur berjenjang dan untuk menguji hipotesis yang diajukan digunakan teknik analisis SEM

(Stuctural Equation Modelling) yang dioperasikan melalui program AMOS 21.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Teoritis Penelitian
Tabel 3.1 Tabel Pilihan dan Nilai Jawaban untuk Setiap Item Pertanyaan
Gambar 4.1 Struktur organisasi Balai MetrologimDIY
Gambar 4.2 Alur pelayanan tera/tera ulang Balai Metrologi DIY
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Moleong (2000: 3), penelitian kualiatif menghasilkan data deskriptif yaitu berupa kata-kata atau lisan dari subyek yang diamati menggunakan pendekatan yang

Hasil pengamatan terhadap serangan penyakit busuk phytophthora pada 28 hari setelah aplikasi (Tabel 4) menunjukkan bahwa tanaman yang diberi perlakuan rizobakteri

247 13052624020081 ABDUL HAMID Akidah Akhlak MA Mambaul Ulum 2

Konsepsi tindak pidana militer sebagai kompetensi absolut peradilan militer dalam perkara pidana dapat mengacu pada ketentuan Pasal 3 ayat 4 (a) TAP MPR Peran

 Dari dalam negeri, pemerintah memberikan insentif beru- pa PPh final 0% atas dividen yang diperoleh subjek pajak luar negeri dan PPh final 0.1% atas keuntungan karena

Kajian ini adalah bertujuan untuk mengkaji &#34;apakah jurang digital menghasilkan pelajar berisiko?&#34; Bagi menjawab persoalan ini, empat dimensi kajian yang digunakan

Dukungan dana yang dimaksud dalam ayat ini dapat diberikan sebagai bantuan pembiayaan bagi perguruan tinggi, lembaga litbang, dan badan usaha dalam melaksanakan kegiatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan sistem akuntansi pengeluaran kas atas Uang Persediaan (UP) di Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi