Indonesia periode 2013-2014)
ANALYSIS OF FRAUD TRIANGLE, EARNINGS MANAGEMENT,
INFORMATION ASYMMETRY AND AUDITOR SPECIALIZATION ON
FINANCIAL STATEMENT FRAUD
(Empirical Study of Manufacturing Companies Listed on Indonesian Stock
Exchange period 2013-2014)
Oleh
DIAN RISKA WULANDARI
201304020266
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
Indonesia periode 2013-2014)
ANALYSIS OF FRAUD TRIANGLE, EARNINGS MANAGEMENT,
INFORMATION ASYMMETRY AND AUDITOR SPECIALIZATION ON
FINANCIAL STATEMENT FRAUD
(Empirical Study of Manufacturing Companies Listed on Indonesian Stock
Exchange period 2013-2014)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
DIAN RISKA WULANDARI
201304020266
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
v
menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga.”
(Abu Huraira radhiyallahu’anhu)
“
Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat
”
(Q.s. al-Mujadalah : 11)
“
Bantinglah otak untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya guna mencari
rahasia besar yang terkandung di dalam benda besar yang bernama dunia ini,
vi
1.
Orang tuaku tercinta, Bapak Suharno dan Ibu Erny Hidayati yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun meteriil, kepercayaan, kesabaran,
pengorbanan, serta doa dan kasih sayang yang tak terhingga kepada saya.
2.
Kakakku tersayang Rizky Maulana Nur Rahmantya yang selalu memberikan
semangat, dukungan dan perhatiannya yang penuh kasih sayang.
3.
Keluarga besar ku tercinta yang selama ini memberikan dukungan kepada
saya.
4.
Ibu dosen pembimbing skripsi saya, Ibu Evi Rahmawati, SE., M.Acc., Ph.D.,
Ak., CA. yang senantiasa dengan penuh kesabaran membimbing saya hingga
saya dapat menyelesaikan karya tulis ini.
5.
Kedua sahabat terbaik saya Yeni Arumsari dan Dayu Phalanika yang selalu
mendukung dan memberikan motivasi-motivasi terbaiknya.
6.
Sahabat-sahabat saya yang memberikan semangat untuk tidak mudah
menyerah Anggit Shita Devi, Inka Yuliana, Dewi Yuniarti Fitrianingsih, Ayu
Kiki Windasari, Astrida Hanifa Zain, Nareswari Wahyuningrum.
7.
Teman-teman seperjuangan saya Hayyu Adityas Wiedowati dan Rachma
Yoga Hendriani yang senantiasi disisi saya memberikan dukungan dan
motivasi terbaiknya.
8.
Teman-Teman akuntansi kelas F yang telah menemani selama masa kuliah ini
Indah Retno Wulandari, Arvia Ulfa Primandari, Eva Hanita, Devi
Isnawadiningrum, Alika Latifa Hanum, Meliza Andriani dan teman-teman
akuntansi 2013 yang lain.
ix
Laba, Asimetri Informasi dan Spesialisasi Auditor terhadap
Financial Statement
Fraud
”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan
masukan bagi organisasi dalam melaksanakan kinerja organisasi dan memberikan
ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1.
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang
telah memberikan petunjuk, bimbingan dan kemudahan selama penulis
menyelesaikan studi.
2.
Ibu Evi Rahmawati, S.E, M.Acc., PhD., Ak., CA. yang dengan penuh
kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses
penyelesaian karya tulis ini.
3.
Ayah dan Ibu serta saudara-saudaraku yang senantiasa memberikan
dorongan dan perhatian kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi.
4.
Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan
semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir (skripsi) ini.
Sebagai kata akhir, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran dan pengembangan penelitian selanjutnya
sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.
Yogyakarta,
x
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... vii
ABSTRACT
... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Landasan Teori ... 9
1. Teori Keagenan ... 9
2.
Financial Statement Fraud
... 10
3.
Fraud Triangle
... 11
4. Manajemen Laba ... 15
5. Asimetri Informasi ... 16
6. Spesialisasi Auditor ... 17
B. Pengembangan Hipotesis ... 17
xi
5.
Effective Monitoring
dan
Financial Statement Fraud
... 21
6.
Rationalization
dan
Financial Statement Fraud
... 22
7. Manajemen laba dan
Financial Statement Fraud
... 23
8. Asimetri Informasi dan
Financial Statement Fraud
... 24
9. Spesialisasi Auditor dan
Financial Statement Fraud
... 25
C. Kerangka Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
A. Populasi dan Sampel ... 28
B. Jenis dan Sumber Data ... 29
C. Teknik Pengumpulan Data ... 29
D. Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 29
1. Variabel Dependen. ... 29
2. Variabel Independen ... 32
E. Metode Analisis Data ... 38
1. Model Analisis... 38
2. Regresi Logistik ... 39
a. Uji Kelayakan Model (
Hosmer and Lemeshow’s
) ... 39
b. Uji Kelayakan Keseluruhan Model (
Likelihood)
... 39
c. Koefisien Determinasi ... 40
d. Pengujian Simultan (
Omnibus Test of Model Coefficient
) ... 40
3. Uji Multikolinearitas ... 40
xii
1. Uji Kelayakan Model (
Hosmer and Lemeshow’s
) ... 45
2. Uji Kelayakan Keseluruhan Model (
Likelihood
) ... 45
3. Koefisien Determinasi ... 46
4. Pengujian Simultan (
Omnibus Test of Model Coefficient
)... 47
5. Pengujian Mulitkolinearitas ... 47
C. HASIL PENELITIAN (Uji Hipotesis) ... 48
D. Pembahasan ... 53
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 60
A. Simpulan ... 60
B. Saran ... 62
C. Keterbatasan... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
xiii
4.2.
Case Processing Summary
43
4.3.
Statistik Deskriptif
43
4.4.
Uji Kelayakan Model
45
4.5.
Uji Kelayakan Keseluruhan Model
45
4.6.
Koefisien Determinasi
46
4.7.
Uji Simultan
47
4.8.
Uji Multikolinearitas
48
4.9.
Uji Hipotesis
49
xiv
vii
Fraud.
Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Tiffani dan
Marfuah (2015) yakni Deteksi
Financial Statement Fraud
dengan Analisis
Fraud
Triangle
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dengan menambahkan variabel independen manajemen laba, asimetri informasi
serta spesialisasi auditor dimana penelitian sebelumnya hanya menggunakan
model
Fraud Triangle
.
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2014. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data laporan
keuangan, data anggota komite audit dan data auditor eksternal yang terdapat pada
annual report perusahaan serta data harga saham. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan model regresi logistik.
Berdasakan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
financial
stability
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
financial statement fraud
.
Personal financial need
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
financial statement fraud
.
External pressure
tidak berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap
financial statement fraud
.
Financial target
berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
financial statement fraud
.
Effiective monitoring
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
financial statement fraud
.
Rationalization
tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
financial
statement fraud.
Manajemen laba berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap
financial statement fraud
. Asimetri informasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
financial statement fraud
. Spesialisasi auditor berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
financial statement fraud
.
viii
Fraud. This study replicated research conducted by Tiffani and Marfuah (2015)
entitled the detection of Financial Statement Fraud with Analytical Fraud
Triangle in Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange by
adding independent variable earnings management, information asymmetry and
specialization auditor, the previous studiy only used Fraud Triangle models.
In this study, the samples used were all manufacturing companies listed
in Indonesia Stock Exchange 2013-2014 period. The data used in this research
was secondary data, such as financial report, the data of members of the audit
committee and external auditors which contained in the annual report and the
company's stock price data. The analysis tool in order to test the hypothesis was
done by using a logistic regression model.
Based on the analysis which has been done shows that the financial
stability has significant and positive effect on the financial statement fraud.
Personal financial need has no significantly effect on the financial statement
fraud. External pressure has no significantly on the financial statement fraud.
Financial targets has significant and positive effect on the financial statement
fraud. Effiective monitoring has significant and negative effect on the financial
statement fraud.
Rationalization has not significantly effect on financial statement
fraud. Earnings management has not significantly effect on the financial
statement fraud. Information asymmetry has significant and positive effect on the
financial statement fraud. Specialization auditor has positive and significant effect
on the financial statement fraud.
1
A.
Latar Belakang
Secara umum, penyajian laporan keuangan bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan, posisi keuangan dan
arus kas perusahaan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang
memiliki kepentinggan dalam menggunakan laporan keuangan ini salah
satunya investor dan kreditor dalam rangka pengambilan
keputusan-keputusan penting serta kebijakan. Selain itu, laporan keuangan juga
menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang telah
diserahkan dan dipercayakan kepada mereka. Menyadari hal tersebut
manajemen cenderung melakukan tindak kecurangan untuk mengatasi
berbagai konflik kepentingan yang terjadi antara pihak
principal
dan
agent
(Budileksmana dan Eka, 2005)
.
Kecurangan tersebut seringkali dilakukan
oleh siapapun termasuk pihak yang tidak memiliki jabatan sekalipun
(Argarini, 2015).
Pada tahun 2015 lalu, telah terjadi kecurangan yang dilakukan oleh
perusahaan ternama asal jepang yakni Toshiba. Berdasarkan hasil rapat
International Ethics Standards Board for Accountant Consultative Advisory
Group
(IESBA CAG) dalam agenda item F-2 yang diselenggarakan oleh
kebangkrutan. Pada tanggal 21 Juli 2015, CEO Toshiba mengumumkan
pengunduran dirinya ditengah skandal dimana perusahaan tersebut telah
melebihkan keuntungan sebesar 151,8 Miliar Yen atau setara dengan US$ 1,2
Miliar selama 7 tahun. CEO Toshiba menyadari laporan laba palsu ini, dan
merancang agar laporan ini sulit diketahui oleh auditor (IFAC, 2016).
Menurut pandangan Islam, laporan keuangan haruslah bersifat andal
dan relevan sesuai dengan amanat dan peraturan yang telah ditetapkan.
Penyajian laporan keuangan tidak boleh terdapat unsur penipuan sesuai dalam
al-
qur’an yang dijelaskan pada Q.S An
-
Nisa’ ayat 58 sebagai berikut :
ب ا كْحت ْ أ سا لا ْيب ْمتْ كح اذ ا لْهأ ٰىل تا ام ْْا ا د ت ْ أ ْمكرمْأي َ
َِْْْلا
َ
ا رييب ا َي م اك َ إ ب ْمككَي ا َ
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Kecurangan tersebut sering terjadi karena setiap perusahaan dituntut
untuk selalu melakukan perbaikan dalam kinerjanya. Kinerja perusahaan yang
baik dapat meningkatkan nilai dari perusahaan sehingga nilai atau harga
saham perusahaan akan ikut meningkat. Namun bila perusahaan mengalami
penurunan kinerja sehingga mengakibatkan laba yang dihasilkan ikut
menurun, maka manajemen akan cenderung melakukan kecurangan sehingga
nilai perusahaan tetap dalam kondisi yang baik atau dengan kata lain yakni
Menurut
American Institute of Certified Public Accountants
(AICPA, 2002)
, financial statement fraud
merupakan suatu kelalaian atau
kesengajaan yang mengakibatkan laporan keuangan tersebut salah saji
sehingga menyesatkan para penggunanya. Meningkatnya berbagai kasus
tersebut, mengakibatkan banyak pihak berpendapat bahwa manajemen telah
melakukan kecurangan pada laporan keuangan (Skousen
et al.
, 2008).
Manajemen
laba
merupakan
tindakan
kecil
dari
Fraud
(Puspatrisnanti, 2014). Manajemen laba adalah suatu tindakan untuk
menaikkan atau menurunkan laba perusahaan yang dilakukan secara sengaja
oleh manajemen untuk tujuan tertentu serta dilakukan berdasarkan metode
akuntansi (Utari dan Widiastuti, 2014). Beberapa kasus kecurangan pelaporan
akuntansi yang telah diketahui secara luas, yakni Enron, Merck, WorldCom
dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat dimulai dari manajemen
laba (Cornett
et al.
, 2006). Manajemen laba timbul sebagai dampak persoalan
keagenan yaitu ketidakselarasan kepentingan antara manajer dan pemilik
perusahaan yang dikarenakan adanya asimetri informasi.
Asimetri informasi terjadi akibat adanya ketidakseimbangan
informasi yang diperoleh dan diketahui antara pemegang saham dan
manajemen, dimana manajemen memiliki informasi yang lebih banyak
dibandingkan pihak eksternal. Sebagai pihak pengelola perusahaan, manajer
lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan
dibandingkan dengan pemegang saham (Lisa, 2012). Oleh karenanya manajer
perusahaan kepada pemilik atau pemegang saham, dimana sinyal ini
diberikan dalam bentuk informasi akuntansi seperti laporan keuangan.
Terkadang informasi yang diberikan tidaklah sesuai dengan kondisi
perusahaan yang sebenarnya (Lisa, 2012). Asimetri informasi antara
manajemen dengan pemilik memberikan kesempatan bagi manajer untuk
bertindak mementingkan keuntungan pribadi. Dalam hal pelaporan keuangan,
manajer dapat melakukan manajemen laba untuk menyesatkan para
pemegang saham mengenai kinerja perusahaan.
Untuk memperoleh kembali kepercayaan pada pihak pemakai
laporan keuangan maka sangat diharapkan adanya kualitas audit yang baik
(Luhgiatno, 2010). Akan tetapi tidak semua laporan keuangan diaudit oleh
auditor yang berkualitas baik dan memiliki kualitas yang berbeda-beda.
Auditor yang berkualitas dapat mendeteksi ada atau tidaknya tindakan
manajemen laba yang dilakukan oleh kliennya (Ratmono, 2010). Oleh
karenanya setiap perusahaan memerluka jasa audit untuk memonitoring
terhadap kemungkinan adanya konflik kepentingan antara pihak
principal
dan
agent
yang jumlah kepentingannya berbeda-beda
.
Jasa audit juga dapat
mengurangi asimetri informasi yang terjadi antara manajer dan pemegang
saham dengan memperbolehkan pihak luar memeriksa validitas dari laporan
keuangan (Saffudin, 2011).
Dalam mengatasi
financial statement fraud
, banyak pihak mencoba
berbagai metode untuk mengatasinya (Spathis, 2002). Salah satunya adalah
Rationalization
dimana model ini juga diteliti efektivitasnya oleh Skousen
et
al.,
(2008). Komponen
fraud triangle
ini tidak dapat diteliti secara langsung
sehingga peneliti perlu mengembangkan variabel dan proksi untuk
mengukurnya (Skousen
et al.,
2008).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Skousen
et al.,(
2008)
hanya mampu membuktikan hubungan antara
financial stability
,
eksternal
pressure
,
personal financial need
serta dua variabel kesempatan yakni
ineffective monitoting
dan
organizational struktur
terhadap
financial
statement fraud.
Dalam penelitian Tiffani (2015) hanya mampu membuktikan
hubungan antara
financial stability
,
external pressure
serta
effective
monitoring
terhadap
financial
statement
fraud
. Dalam penelitian
Puspatrisnanti (2014) mampu membuktikan adanya hubungan antara
manajemen laba dengan
financial statement fraud.
Akan tetapi dalam
penelitian Aryanto (2013) gagal membuktikan hubungan antara asimetri
informasi terhadap
financial statement fraud.
Serta dalam penelitian Aulia
(2013) mampu membuktikan hubungan antara
financial statement fraud
dengan spesialisasi auditor.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mencoba mereplikasi
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tiffani dan Marfuah (2015) yakni
Deteksi
Financial Statement Fraud
dengan Analisis
Fraud Triangle
pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah, peneliti mencoba
spesialisasi auditor dimana penelitian sebelumnya hanya menggunakan model
Fraud Triangle
. Dengan demikian, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis
Fraud Triangle,
Manajemen Laba, Asimetri
Informasi dan Spesialisasi Auditor terhadap
Financial Stetement Fraud
“.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut:
1.
Apakah
Financial Stability
berpengaruh positif terhadap
Financial
Statement Fraud
?
2.
Apakah
Personal Financial Need
berpengaruh positif terhadap
Financial
Statement Fraud
?
3.
Apakah
External Pressure
berpengaruh positif terhadap
Financial
Statement Fraud
?
4.
Apakah
Financial Target
berpengaruh positif terhadap
Financial
Statement Fraud
?
5.
Apakah
Effiective Monitoring
berpengaruh negatif terhadap
Financial
Statement Fraud
?
6.
Apakah
Rationalization
berpengaruh positif terhadap
Financial Statement
Fraud
?
7.
Apakah Manajemen Laba berpengaruh positif terhadap
Financial
Statement Fraud
?
9.
Apakah Spesialisasi Auditor berpengaruh negatif terhadap
Financial
Statement Fraud
?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk menguji apakah
Financial Stability
berpengaruh positif terhadap
Financial Statement Fraud
2.
Untuk menguji apakah
Personal Financial Need
berpengaruh positif
terhadap
Financial Statement Fraud
3.
Untuk menguji apakah
External Pressure
berpengaruh positif terhadap
Financial Statement Fraud
4.
Untuk menguji apakah
Financial Target
berpengaruh positif terhadap
Financial Statement Fraud
5.
Untuk menguji apakah
Effiective Monitoring
berpengaruh negatif terhadap
Financial Statement Fraud
6.
Untuk menguji apakah
Rationalization
berpengaruh positif terhadap
Financial Statement Fraud
7.
Untuk menguji apakah Manajemen Laba berpengaruh positif terhadap
Financial Statement Fraud
8.
Untuk menguji apakah Asimetri Informasi berpengaruh positif terhadap
Financial Statement Fraud
9.
Untuk menguji apakah Spesialisasi Auditor berpengaruh negatif terhadap
D.
Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil dari penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1.
Manfaat Teoritis
a.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan
mengenai
financial statement fraud
b.
Serta diharapkan dapat menambah wawasan mengenai manajemen
laba, asimetri informasi dan
fraud trangle
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi pemegang saham, investor, kreditor serta pihak-pihak yang
menggunakan laporan keuangan untuk memahami terlebih dahulu
faktor yang berpengaruh terhadap
financial statement fraud
sebelum
melakukan pengambilan keputusan demi mencegah terjadinya
kesalahan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi.
b.
Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
pertibangan bagi perusahaan agar terhindar dari kecurangan pelaporan
keuangan serta dapat memberikan informasi yang sesuai.
c.
Bagi akademik, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
9
1.
Teori Keagenan
Hubungan keagenan yakni dimana
agent
dan
principal
atau
manajer dengan pemilik memiliki sebuah kontrak kerja sama atau
sebagainya (Jensen dan Meckling, 1976). Hubungan tersebut muncul
ketika pemilik memperkerjakan orang lain atau agent, dimana agent
tersebut diberikan wewenang untuk melakukan pengambilan keputusan
dalam menjalankan kontrak yang telah disepakati. Dengan kata lain,
manajer memiliki tanggung jawab atas keputusan yang di ambil demi
mengoptimalkan keuntungan pemilik. Akan tetapi manajer juga memiliki
keinginan untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka. Pada akhirnya, hal
tersebut memunculkan perbedaan kepentingan antara
principal dan agent
sehngga memicu adanya masalah keagenan yang dapat berpengaruh
terhadap kualitas dari laba yang dilaporkan. Terdapat 3 sifat manusia yang
digunakan sebagai dasar teori agensi (Eisenhardt, 1989), yaitu:
a.
Self interest
, yakni umumnya manusia hanya mementingkan diri
sendiri.
b.
Bounded rationality
, yakni daya pikir manusia akan persepsi di masa
yang akan datang yang terbatas
Atas dasar sifat-sifat tersebut maka manusia atau dapat dikatakan
seorang manajer, cenderung mementingkan kepentingan pribadinya.
Padahal manajer memiliki kewajiban untuk memberikan informasi
mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik atau pemegang saham,
dimana sinyal ini diberikan dalam bentuk informasi akuntansi seperti
laporan keuangan
.
Apabila manajer mementingkan kepentingan
pribadinya, maka informasi yang disampaikan tidak menggambarkan
keadaan perusahaan yang sebenarnya sehingga mengakibat munculnya
asimetri informasi. Adanya asimetri informasi informasi tersebut
menjadikan kesempatan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba.
Apabila tindakan manajemen laba ini dibiarkan maka akan menjadi
financial statement fraud
. Dengan demikian disimpulkan bahwa masalah
keagenan dapat memunculkan asimetri informasi, manajemen laba serta
financial statement fraud.
2.
Financial Statement Fraud
Menurut
American Institute of Certified Public Accountants
(AICPA),
financial statement fraud
adalah suatu kelalaian atau
kesengajaan yang mengakibatkan laporan keuangan tersebut salah saji
sehingga menyesatkan para penggunanya (AICPA, 2002). Sedangkan
menurut
Australian Auditing Standar
(AAS),
financial statement fraud
adalah suatu tindakan yang disengaja maupun suatu kelalaian dalam
pemakai laporan keuangan (Brennan dan Mary, 2007). Berdasarkan
definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
financial statement fraud
merupakan suatu tindakan yang disengaja ataupun tidak disengaja dalam
pelaporan keuangan sehingga menyesatkan para pemakai laporan
keuangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan.
Suatu laporan keuangan yang telah dimanipulasi atau telah
dilakukan kecurangan didalamnya akan dapat menurunkan integritas
informasi keuangan serta dapat berpengaruh kepada banyak pihak.
Statement on Auditing Standards
atau SAS No.99 telah menjelaskan
bahwa
Financial Statement Fraud
dapat dilakukan dalam beberapa cara,
yakni dengan:
a.
Melakukan
perubahan
catatan
akuntansi,
pemalsuan
atau
memanipulasi dokumen pendukung dari laporan keuangan yang telah
disusun.
b.
Kelalaian atau keliruan yang sengaja dilakukan terhadap informasi
laporan keuangan.
c.
Secara sengaja telah menyalahgunakan prinsip-prinsip yang berkaitan
dengan cara penyajian atau pengungkapan, klasifikasi serta jumlah.
3.
Fraud Triangle
Terdapat beberapa model yang sering digunakan untuk
Gambar 2.1
Fraud Triangle
Sumber:
Fraud Triangle Theory
oleh Cressey (1953)
Fraud triangle theory
merupakan suatu teori yang dapat digunakan
untuk meneliti mengenai penyebab terjadinya
fraud.
Gagasan ini
diciptakan pertama kali oleh Cressey pada tahun 1953 yang kemudian
diberi nama
fraud triangle
.
Fraud triangle
ini terdiri dari tiga faktor yang
ada disetiap situasi fraud, yakni
pressure
atau tekanan,
opportunity
atau
peluang dan
rationalization
atau rasionalisasi.
a.
Pressure
(Tekanan)
Pressure
atau Tekanan, adalah suatu tekanan atau kebutuhan
yang mendorong seseorang melakukan fraud. Tekanan dapat berupa
berbagai hal, baik tuntutan ekonomi atau hal yang berkaitan dengan
keuangan maupun non keuangan. Dalam SAS No.99, menyatakan
bahwa kategori kondisi dari
pressure
yakni
financial stability,
external pressure, personal financial need
dan
financial target
dapat
mengakibatkan timbulnya kecurangan.
perusahaan tidak terganggu oleh kondisi ekonomi atau industri
entitas tersebut.
2)
Personal financial need
adalah kondisi dimana keuangan
eksekutif perusahaan mempengaruhi keuangan perusahaan.
3)
External pressure
adalah tekanan yang diterima pihak manajemen
dalam memenuhi harapan atau persyaratan pihak ketiga.
Persyaratan tersebut dapat berupa tuntutan untuk memperoleh
tambahan modal agar perusahaan tetap kompetitif.
4)
Financial target
adalah suatu keadaan dimana manajemen
menerima terkanan secara berlebihan untuk mencapai target
perusahaan
.
Tekanan berlebih yang diterima pihak manajemen
dapat berupa target keuangan, penjualan, atau return yang tinggi.
b.
Opportunity
(Peluang)
Opportunity
atau peluang adalah suatu situasi atau kondisi
yang memberikan kesempatan bagi pihak-pihak tertentu untuk
melakukan kecurangan. Peluang atau
opportunity
dapat memicu
timbulnya
fraud.
Karena ketidak efektifan pengawasan manajemen,
penyalah gunaan posisi atau kelemahan pengendalian internal
mengakibatkan adanya peluang-peluang tersebut.
Dari tiga faktor yang dapat berakibat terhadap kecurangan,
opportunity atau peluang yang paling memerlukan pengawasan
berlebih karena dapat terjadi kapanpun (Norbarani dan Rahardjo,
opportunity
yakni
effective monitoring
dapat mengakibatkan
timbulnya kecurangan.
Effective monitoring
merupakan kondisi dimana perusahaan
memiliki unit pengawas yang secara efektif mampu memantau kinerja
perusahaan. Pengawasan yang baik akan mampu meminimalkan
financial statement fraud.
c.
Rationalization
(Rasionalisasi)
Rationalization
atau rasionalisasi, adalah suatu sikap atau
karakter seseorang yang memperbolehkan tindakan kecurangan atau
bahkan menerima dorongan dari berbagai pihak sehingga seseorang
tersebut terdorong untuk merasionalkan tindakan
fraud
. Rasionalisasi
adalah yang paling sulit untuk diukur dari berbagai faktor
fraud
triangle
(Skousen
et al.,
2008). Dalam SAS No.99, rasionalisasi
diukur dengan
auditor opinion, auditor changes
serta total akrual
dibagi dengan total aktiva.
1)
Auditor opinion
adalah pendapat atau opini auditor atas laporan
keuangan perusahaan.
4.
Manajemen Laba
Salah satu tindakan
disfunctional behaviour
adalah tindakan
manipulasi laba atau manajemen laba. Manajemen laba merupakan suatu
tindakan yang dilakukan untuk menaikkan atau menurunkan laba
perusahaan yang dilakukan secara sengaja oleh manajemen untuk tujuan
tertentu (Utari dan Widiastuti, 2014). Manajemen laba merupakan
tindakan kecil dari
Fraud
(Puspatrisnanti, 2014). Menurut Burgstahler dan
Eames (dalam Puspatrisnanti, 2014), manajer dapat melakukan menipulasi
terhadap laporan keuangan ketika pencapaian atas kinerja perusahaan tidak
sesuai dengan target yang diberikan. Hal tersebut seringkali dilakukan
demi tercapainya tujuan perusahaan, sehingga laporan keuangan dinilai
baik oleh para pemakainya.
Terdapat 3 motivasi yang menyebabkan terjadinya menajemen
laba, yakni motivasi pasar modal, motivasi kontrakual dan motivasi
regulasi (Healy and Wahlen, 1999).
a.
Motivasi pasar modal, motivasi ini timbul akibat adanya keinginan
manajer untuk menarik minat investor untuk merespon penawaran
perusahaan secara positif dengan cara melakukan rekayasa terhadap
laporan keuangan.
b.
Motivasi kontraktual, motivasi ini timbul akibat adanya perjanjian
antara manajer dengan pihak lain dimana dalam perjanjian tersebut
c.
Motivasi regulasi, motivasi dimana manajer berusaha mencari celah
untuk menghindari peraturan pemerintah dengan memanfaatkan
kelemahan akuntansi menggunakan dasar akrual.
5.
Asimetri Informasi
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer
memiliki informasi mengenai perusahaan lebih dibandingkan pemilik.
Agency theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara
manajer (agen) dengan pemilik (
principal
).
Apabila agen dan
principal
berupaya memaksimalkan kepentingan
dirinya sendiri serta memiliki keinginan dan motivasi yang berbeda, maka
manajemen tidak akan selalu bertindak sesuai dengan keinginan
principal
.
Dengan demikian, hal tersebut akan memperburuk keadaan perusahaan
dan mendorong manajemen untuk tidak melaporkan keadaan yang
sebenarnya demi melindungi kepentingannya. Menurut Rahmawati dkk.
(2006), terdapat dua tipe asimetri informasi, yakni:
a.
Moral Hazard
: satu pihak atau lebih dapat mengamati
tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka
sedangkan pihak-pihak lainnya tidak.
6.
Spesialisasi Auditor
Untuk memperoleh kepercayaan pada pihak pemakai laporan
keuangan maka sangat diharapkan adanya kualitas audit yang baik
(Luhgiatno, 2010). Auditor yang memiliki banyak klien dalam indusri
yang sama akan memiliki pemahaman yang lebih dalam mengenai risiko
audit khusus pada industri tertentu. Menurut Maletta dan Wright (1996),
auditor spesialis adalah auditor yang memiliki pengetahuan secara
mendasar mengenai suatu industri sehingga pemahaman yang dimilikinya
lebih baik daripada auditor non spesialis.
Carcello dan Nagy (2004) menyatakan bahwa auditor yang
memiliki spesialisasi pada suatu industri mampu memberikan jasa
pengauditan yang lebih berkualitas jika dibandingkan dengan auditor yang
tidak spesialis pada industri tersebut.
B.
Pengembangan Hipotesis
1.
Financial Stability
dan
Financial Statement Fraud.
Financial stability
merupakan suatu keadaan dimana keuangan
perusahaan sedang dalam kondisi yang stabil. Penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Skousen (2008) menunjukkan bahwa
financial stability
berpengaruh positip terhadap
financial statement fraud
. Hasil tersebut
senada dengan penelitian Tiffani (2015) dimana
financial stability
untuk melakukan
financial statement fraud
dalam kondisi perusahaan yang
tidak stabil.
Stabilitas keuangan perusahaan yang terganggu oleh kondisi
ekonomi atau industri entitas dapat menyebabkan terjadinya
financial
statement fraud.
Hal tersebut dikarenakan manajer merasa tertekan
sehingga terdorong untuk melakukan kecurangan (AICPA, 2002).
Perusahaan sering kali dituntut untuk menunjukkan kondisi
perusahaan yang baik sehingga laba yang dihasilkan serta
return
yang
diberikan kepada para investor tinggi. Akan tetapi,untuk memperoleh laba
serta
return
yang tinggi tersebut sulit di peroleh apabila stabilitas keuang
perusahaan sedang terganggu. Keadaaan tersebut menjadi tekanan bagi
para manajer untuk melakukan kecurangan. Berdasarkan uraian diatas,
diturunkan hipotesis sebagai berikut:
H
1:
Financial Stability
berpengaruh positif terhadap
Financial Statement
Fraud
2.
Personal Financial Need
dan
Financial Statement Fraud.
Personal financial need
adalah kondisi keuangan eksekutif
perusahaan mempengaruhi keuangan perusahaan. Penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Skousen
et al.
(2008) menunjukkan hasil bahwa
berlawanan dengan hasil penelitian Tiffani (2015) bahwa
personal
financial need
tidak berpengaruh signifikan terhadap
financial statement
fraud.
Pihak dalam perusahaan yang ikut memiliki saham dapat
menyebabkan pihak tersebut merasa memiliki hak atas perusahaan
sehingga pihak tersebut memiliki kemungkinan untuk mempengaruhi
pelaporan keuangan perusahaan. Apabila pihak dalam perusahaan yang
memiliki saham semakin tinggi, maka hal tersebut dapat mengakibatkan
fraud
yang dilakukan semakin bertambah.
Hal tersebut dikarenakan tidak adanya pemisah antara kontrol dan
pemilik dari perusahaan sehingga menyebabkan manajer merasa dapat
memenuhi kepentingan pribadi mereka dengan menggunakan aset
perusahaan. Apabila perusahaan mengalami kerugian, ada kemungkinan
pihak dalam akan memberikan laporan palsu demi menciptakan tampilan
perusahaan dalam kondisi baik sehingga investor tetap tertarik dan
memberikan tambahan dana. Berdasarkan uraian diatas, diturunkan
hipotesis sebagai berikut
H
2:
Personal Financial Need
berpengaruh positif terhadap
Financial
Statement Fraud
3.
External Pressure
dan
Financial Statement Fraud
sebelumnya yang dilakukan oleh Skousen
et al.
(2008) serta Tiffani (2015)
menunjukkan hasil bahwa
external pressure
berpengaruh positif signifikan
terhadap
financial statement fraud
. Menurut Skousen
et al.
(2008) dan
Tiffani (2015), pihak yang menerima
external pressure
yang tinggi
memiliki potensi lebih besar untuk melakukan
financial statement fraud.
Menurut SAS No.99, Risiko akan terjadinya
financial statement
fraud
disebabkan oleh tekanan secara berlebihan dari pihak eksternal
(AICPA, 2002). Selain tuntutan untuk memberikan laba serta
return
yang
tinggi, perusahaan juga dituntut untuk tetap kompetitif sehingga dapat
bersaing dengan berbagai perusahaan yang lainnya. Untuk menjaga agar
perusahaan tetap kompetitif, perusahaan memerlukan tambahan dana
untuk dapat berkembang mengikuti tren yang ada (Skousen
et al.,
2008).
Jika
leverage
semakin tinggi, kemampuan perusahaan dalam
mencari tambahan modal semakin rendah serta kemungkinan melakukan
kecurangan serta pelanggaran perjanjian kredit semakin tinggi (Persons,
1999). Berdasarkan uraian diatas, diturunkan hipotesis sebagai berikut :
H
3:
External Pressure
berpengaruh positif terhadap
Financial Statement
Fraud
4.
Financial Target
dan
Financial Statement Fraud
Financial target
merupakan suatu keadaan dimana manajemen
menerima terkanan secara berlebihan untuk mencapai target perusahaan
Summers dan Sweeney (1998) dan Martyanta dan Daljono (2013)
menunjukkan hasil bahwa
financial target
berpengaruh positif terhadap
financial statement fraud.
Perusahaan biasanya memberikan target laba yang harus diperoleh
atas seluruh usaha yang telah dilakukan dan dikeluarkan untuk
memperoleh laba tersebut
.
Apabila suatu target perusahaan semakin tinggi
maka semakin sulit bagi perusahaan untuk mencapainya.
Semakin tinggi suatu target tersebut, maka manajer akan cenderung
melakukan manipulasi laba. Dengan demikian,
financial targets
memiliki
hubungan yang positif terhadap
financial statement fraud.
Berdasarkan
uraian diatas, diturunkan hipotesis sebagai berikut :
H
4:
Financial Targets
berpengaruh positif terhadap
Financial Statement
Fraud
5.
Effective Monitoring
dan
Financial Statement Fraud
Effective monitoring
merupakan kondisi dimana perusahaan
memiliki unit pengawas yang secara efektif mampu memantau kinerja
perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Skousen
et al.
(2009) dan
Tiffani (2015) menunjukkan bahwa
effective monitoring
berpengaruh
negatif terhadap
financial statement fraud.
Menurut Skousen
et al.
(2009)
dan Tiffani (2015) pengawasan yang baik akan mampu meminimalkan
Komite audit dipercaya dapat meningkatkan efektifitas pengawasan
perusahaan
.
Seorang komite audit yang bersifat independen akan mampu
melakukan pengawasan lebih baik sehingga kinerja perusahaan menjadi
semakin efektif.
Jika dilihat lebih lanjut, semakin banyak komite audit
maka semakin efektif pengawasan perusahaan.
Pengawasan perusahaan yang efektif dan juga maksimal akan
mampu mengurangi terjadinya kecurangan terhadap laporan keuangan.
Semakin banyak anggota komite audit independen, maka kemungkinan
terjadinya
fraud
semakin kecil. Berdasarkan uraian diatas, diturunkan
hipotesis sebagai berikut :
H
5:
Effective monitoring
berpengaruh negatif terhadap
Financial Statement
Fraud
6.
Rationalization
dan
Financial Statement Fraud
Rationalization
atau rasionalisasi adalah suatu sikap seseorang
yang merasionalkan atau membenarkan tindakan kecurangan
.
Penelitian
sebelumnya yang dilakukan Skousen
et al.
(2008) serta Tiffani (2015)
gagal membuktikan bahwa rasionalisasi berpengaruh terhadap
financial
statement fraud.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sukirman dan
Sari (2013) memberikan hasil bahwa rasionalisasi berpengaruh terhadap
Sikap atau karakter seseorang yang memperbolehkan tindakan
kecurangan atau bahkan menerima dorongan dari berbagai pihak untuk
merasionalkan tindakan
fraud
. Untuk mendukung tindakannya tersebut,
perusahaan akan melakukan penggantian auditor sesering mungkin.
Ketika suatu perusahaan memiliki tingkat perubahan auditor yang
tinggi, tingkat kecurangan keuangan perusahaan juga akan meningkat.
Penggantian auditor ini dimaksudkan untuk mengurangi pendeteksian oleh
auditor lama terkait kecurangan terhadap laporan keuangan yang telah
dilakukan oleh perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian diatas, diturunkan
hipotesis sebagai berikut :
H
6:
Rationalization
berpengaruh positif terhadap
Financial Statement
Fraud
7.
Manajemen laba dan
Financial Statement Fraud
Manajemen laba merupakan suatu tindakan pengelolaan laba yang
dilakukan secara sengaja oleh manajemen dengan tujuan tertentu (Utari
dan Widiastuti, 2014). Puspatrisnanti (2014) dan Utami (2005) mampu
membuktikan adanya hubungan antara manajemen laba dengan
financial
statement fraud.
Semakin tinggi penggelembungan atau pengelolaan laba
terdahulu maka kemungkinan terjadinya
financial statement fraud
semakin
besar.
Menurut Burgstahler dan Eames (dalam Puspatrisnanti, 2014),
pencapaian atas kinerja perusahaan tidak sesuai dengan target yang
diberikan. Hal tersebut seringkali dilakukan demi tercapainya tujuan
perusahaan, sehingga laporan keuangan dinilai baik oleh para pemakainya.
Manajemen laba timbul sebagai dampak persoalan keagenan.
Apabila manajer mementingkan kepentingan pribadinya, maka informasi
yang disampaikan tidak menggambarkan keadaan perusahaan yang
sebenarnya. Dengan perbedaan informasi yang dimiliki tersebut, manajer
dapat dengan mudah melakukan tindakan manajemen laba. Jika tindakan
manajemen laba ini dibiarkan maka akan menjadi
financial statement
fraud
. Berdasarkan uraian diatas, diturunkan hipotesis sebagai berikut :
H
7: Manajemen laba berpengaruh positif terhadap
financial statement
fraud
8.
Asimetri Informasi dan
Financial Statement Fraud
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer
memiliki informasi mengenai perusahaan lebih dibandingkan pemilik.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aranta (2013) dan Zainal
(2013) menemukan bahwa asimetri informasi berpengaruh terhadap
Financial Statement Fraud.
Asimetri informasi tersebut mendorong
agent
untuk memberikan informasi palsu, terutama apabila informasi yang
Pada dasarnya manajer memiliki kewajiban untuk memberikan
informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik atau pemegang
saham, dimana sinyal ini diberikan tersebut berupa informasi akuntansi
seperti laporan keuangan. Apabila
agent
dan
principal
berupaya
memaksimalkan kepentingan dirinya sendiri serta memiliki keinginan dan
motivasi yang berbeda, maka manajer tidak akan selalu bertindak sesuai
dengan keinginan
principal
.
Dengan demikian, hal tersebut akan memperburuk keadaan
perusahaan serta mendorong manajer untuk tidak melaporkan keadaan
yang sebenarnya. Tindakan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
melindungi kepentingannya
.
Berdasarkan uraian diatas, diturunkan
hipotesis sebagai berikut :
H
8: Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap
financial statement
fraud
9.
Spesialisasi Auditor dan
Financial Statement Fraud
Menurut Maletta dan Wright (1996),
auditor spesialis adalah
auditor yang memiliki pengetahuan secara mendasar mengenai suatu
industri sehingga pemahaman yang dimilikinya lebih baik daripada auditor
non spesialis. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aulia dan
Fitriany (2013) serta Carcello dan Nagy (2004) menembukan bahwa
spesialisasi auditor berpengaruh terhadap
financial statement fraud.
mendeteksi salah saji material yang disebabkan oleh upaya fraud akan
mampu mengurangi opportunity manajer untuk melakukan fraud.
Carcello dan Nagy (2004) menyatakan bahwa auditor yang
memiliki spesialisasi pada suatu industri mampu memberikan jasa
pengauditan yang lebih berkualitas dibandingkan dengan auditor yang
tidak spesialis pada industri tersebut. Dengan demikian, auditor yang
memiliki banyak klien dalam indusri yang sama maka akan memiliki
pemahaman yang lebih dalam mengenai risiko audit khusus pada industri
tertentu.
Semakin spesialis suatu auditor maka kemungkinan terjadinya
kecurangan terhadap
laporan keuangan akan semakin rendah.
Kemungkinan terjadinya
financial statement fraud
diprediksi akan
semakin rendah apabila perusahaan menggunakan audit spesialis. Hal
tersebut dikarenakan keahlian dan pemahaman auditor spesialis yang lebih
superior dalam mendeteksi
fraud
. Berdasarkan uraian diatas, diturunkan
hipotesis sebagai berikut :
C.
Kerangka Penelitian
Model penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam pemahaman
konsep analisis
fraud triangle
, manajemen laba, asimetri informasi dan
spesialisasi auditor yang bertujuan untuk menguji adanya
financial statement
fraud
. Penelitian ini menggunakan 9 variabel independen dan 1 variabel
dependen. Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan, kerangka teori dalam
[image:42.595.119.533.310.670.2]penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2. Kerangka Penelitian
Pressure
Financial Stability
Personal Financial Need
External Pressure
Financial Target
Opportunity
Effiective monitoring
Rationalization
Rationalization
Manajemen Laba
Asimetri Informasi
Spesialisasi Auditor
28
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2014. Metode
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
purposive sampling
. Adapun kriteria sebagai berikut:
1.
Perusahaan
–
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun
2013-2014.
2.
Perusahaan yang telah menerbitkan
annual report
selama periode
pengamatan tahun 2013-2014.
3.
Perusahaan terindikasi melakukan kecurangan minimal 1 kali dalam 2
tahun pengamatan.
Subjek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia yang diindikasikan melakukan kecurangan minimal 1 kali
pada tahun 2013-2014. Untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut telah
melakukan kecurangan atau tidak, digunakanlah
Beneish M-Score
untuk
model perhitungannya
.
Dengan ketentuan sebagai berikut:
1.
Jika
Benesih M-Score
> -2.22 , perusahaan telah melakukan
manipulasi/
fraud
B.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
yaitu data laporan keuangan, data anggota komite audit dan data auditor
eksternal yang terdapat pada
annual report
perusahaan serta data harga
saham. Data diperoleh dari
website
Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2014
serta
website Yahoo
Finance
.
C.
Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi dengan data yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia
tahun 2013-2014.
D.
Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian
1.
Variabel Dependen.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
financial statement
fraud.
Variabel ini diukur menggunakan model
Beneish M-Score
dimana
model
ini terdiri dari 8 rasio keuangan yang digunakan untuk
mengidentifikasi apakah perusahaan memiliki indikasi untuk melakukan
kecurangan pendapatan dalam laporan keuangan (Beneish, 1999).
M-Score = -4.84 + 0.920 DSRI + 0.528 GMI + 0.404 AQI + 0.892 SGI +
0.115 DEPI - 0.172 SGAI - 0.327 LVGI + 4.679 TATA
a.
Days Sales in Receivable Index
(DSRI)
perubahan yang signifikan atau tidak. Apabila DSRI > 1 maka hal ini
berarti terdapat peningkatan atas jumlah piutang sehingga
mengindikasi adanya
earning overstatement
(Beneish, 1999)
.
b.
Gross Margin Indexs
(GMI)
GMI adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
profitabilitas suatu perusahaan. Nilai GMI > 1 menunjukkan telah
terjadinya penurunan laba kotor sehingga memberikan sinyal buruk
atas perusahaan (Beneish, 1999). Kenaikan GMI mengindikasikan
perusahaan untuk menggelembungkan laba.
c.
Asset Quality Index
(AQI)
AQI merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui
kualitas aktiva. Apabila AQI > 1, maka nilai dari kualitas aktiva
tersebut telah menurun sehingga hal ini mengindikasi adanya
earning overstatement
(Beneish, 1999)
.
⁄
⁄
d.
Sales Growth Index
(SGI)
SGI dapat digunakan untuk mengetahui manakah perusahaan
peningkatan penjualan atau dapat mengindikasikan terjadinya
earning overstatement
(Beneish, 1999).
e.
Depreciation Index
(DEPI)
DEPI merupakan rasio yang membandingkan tingkat
depresiasi pada suatu tahun dengantahun sebelumnya. Jika DEPI > 1,
maka hal ini mengindikasikan terjadinya penurunan depresiasi atau
telah terjadinya
earning overstatement
(Beneish, 1999)
.
⁄
⁄
f.
Sales, General and Administrative Expenses Index
(SGAI)
SGAI merupakan rasio yang membandingkan beban
penjualan, umum dan administrasi terhadap penjualan pada tahun t
terhadap tahun t-1. SGAI < 1 mengindikasikan terjadinya
earning
overstatement
(Beneish, 1999).
⁄
⁄
g.
Leverage Index
(LVGI)
LVGI merupakan rasio yang membandingkan jumlah hutang
terhadap suatu aktiva pada tahunt dengan tahunt-1. LVGI > 1
dimiliki. LVGI > 1 mengindikasikan terjadinya
earning
overstatement
(Beneish, 1999).
⁄
⁄
h.
Total Accruals to Total Assets
(TATA)
Apabila TATA memberikan nilai yang tinggi maka hal ini
menunjukkan jumlah laba yang dimiliki perusahaan juga tinggi.
TATA yang tinggi atau bernilai positif mengindikasikan adanya
kemungkinan terjadinya
earning overstatement
(Beneish, 1999).
2.
Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini merupakan variabel yang
dikembangkan dari ketiga komponen
fraud triangle
. Dalam penelitian ini,
pengukuran variabel independen mengacu pada Tiffani (2015) serta
menambahkan variabel manipulasi laba, asimetri informasi serta
spesialisasi auditor.
a.
Financial Stability
Financial stability
diproksikan menggunakan persentase
perubahan aset selama 2 tahun
(ACHANGE) sesuai dengan penelitian
menggambarkan stabilitas keuangan perusahaan. ACHANGE dapat
diukur dengan rumus sebagai berikut:
b.
Personal Financial Need
Kebutuhan keuangan para eksekutif perusahaan dapat ikut
mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Pihak dalam perusahaan
yang memiliki saham akan merasa memiliki hak atas perusahaan
tersebut, sehingga pihak tersebut dapat mempengaruhi pelaporan
keuangan perusahaan. Semakin banyak pihak dalam perusahaan yang
memiliki saham atas perusahaan, semakin besar kemungkinan
terjadinya
fraud
(Tiffani, 2015). Kepemilikan saham oleh pihak dalam
(direksi, dewan komisaris, manajer) di proksikan menggunakan
kepemilikan manajerial atau
ownership by insiders
(OSHIP) dengan
rumus sebagai beriut:
c.
External Pressure
Untuk
memenuhi
harapan
pihak
ketiga,
perusahaan
membutuhkan tambahan pembiayaan eksternal agar tetap kompetitif.
Selain itu tambahan pembiayaan tersebut nantinya dapat digunakan
External pressure
ini diproksikan menggunakan
leverage
(LEV)
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Skousen
et
al.
(2008) dan Tiffani (2015). Jika
leverage
semakin tinggi,
kemungkinan melakukan kecurangan serta pelanggaran perjanjian
kredit semakin tinggi (Persons, 1999).
d.
Financial Targets
Return on asset
berfungsi untuk mengukur target kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba dimasa mendatang. Semakin
tinggi
return on asset
maka semakin tinggi pula keuntungan yang
akan dicapai perusahaan, serta semakin baik pula posisi perusahaan
dalam penggunaan aset perusahaan (Dendawijaya dalam Norbarani
dan Rahardjo, 2012). Penelitian ini menggunakan ROA sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Summers dan Sweeney (1998) yang
mampu membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara pelaku
fraud
dan
non-fraud.
e.
Effective Monitoring
Effective monitoring
merupakan kondisi dimana perusahaan
memiliki unit pengawas yang secara efektif mampu memantau kinerja
mampu melakukan pengawasan lebih baik sehingga kinerja
perusahaan menjadi semakin efektif. Proporsi komite audit
independen diukur menggunakan rumus
independence of audit
committee
(IND) sesuai dengan penelitian Skousen
et al.
(2008) dan
Tiffani (2015) sebagai berikut:
f.
Rationalization
Rationalization
merupakan sikap atau karakter seseorang yang
memperbolehkan tindakan kecurangan atau bahkan menerima
dorongan dari berbagai pihak tersebut untuk merasionalkan tindakan
fraud
. Untuk mendukung tindakannya tersebut, perusahaan akan
melakukan penggantian auditor sesering mungkin. Penelitian ini
mengacu pada penelitian Tiffani (2015) dengan menggunakan
auditor
changes
atau AUDCHANGE sebagai proxi
razionalization.
AUDCHANGE ini menggunakan variabel
dummy
, dimana 1 untuk
perusahaan yang mengganti auditor, 0 untuk sebaliknya.
g.
Manajemen Laba
Manajemen laba dalam penelitian Puspatrisnanti (2014) diukur
menggunakan
discretionary accrual
modifikasi Jones (1991)
.
Dalam
penelitian ini, peneliti mencoba menggunakan model
accrual quality
yang dikembangkan oleh Dechow dan
Dichev (2002). Menurut
dengan modal kerja sehingga fungsi
matching
akrual ke arus kas
menjadi hal yang penting. Dechow dan
Dichev (2002) menggunakan
standar deviasi dari residual sebagai ukuran
accrual quality,
semakin
tinggi standar deviasi maka semakin rendah kualitas akrual. Kualitas
akrual digunakan sebagai pengukuran kualitas laba.
(net)
Keterangan :
: perubahan working capital
:
cash flow from operating
: perubahan
account receivable
: perubahan persediaan
: perubahan
account payable
: perubahan
tax payable
h.
Asimetri Informasi
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aranta
(2013), Aryanto (2013) dan Zainal (2013), asimetri informasi diuji
menggunakan data primer. Peneliti mencoba menggunakan data
sekunder dengan menggunakan data harga saham sebagai
perhitungannya. Penelitian ini mengukur asimetri informasi
diterbitkannya laporan keuangan perusahaan atau pada saat
pengumuman laba.
Bid-ask spread
memiliki rumus sebagai berikut :
⁄
Ask
it: harga ask (tawar) tertinggi saham perusahaan i pada hari t
Bid
it: harga bid (minta) terendah saham perusahaan i pada hari t
i.
Spesialisasi Auditor
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Aulia dan Fitriany
(2013), spesialisasi auditor diukur menggunakan SPEC atau
specialization.
Auditor dapat dikatakan spesialis apabila memiliki
nilai minimum 20% (Carcello dan Nagy, 2004).
Penelitian ini menggunakan 2 langkah pengukuran spesialisasi
auditor. Dimana langkah pertama menggunakan pengukuran yang
sama dengan penelitian sebelumnya yakni SPEC. Langkah kedua
menggunakan variabel
dummy,
1 untuk auditor spesialis dan 0 untuk
sebaliknya. Pengukuran untuk menentukan spesialisasi auditor
menurut Carcello dan Nagy (2004) tersebut adalah sebagai berikut:
SPEC = (Jumlah Klien KAP dalam Industri/Jumlah Seluruh Emiten
dalam Industri) × (Rerata Aset Klien KAP dalam
E.
Metode Analisis Data
1.
Model Analisis
Penelitian ini menggunakan model regresi logistik, hal ini
dikarenakan variabel terikat atau variabel dependen menggunakan skala
dikotomi. Skala dikotomi merupakan skala yang menggunakan data
nominal dengan dua kategori. Dengan demikian, model regresi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
FRAUD = α + β
1.
ACHANGE + β
2.
OSHIP + β
3.
LEV + β
4.ROA -
β
5.IND +
β
6.
AUDCHANGED + β
7.ACCQ
+ β
8.SPREAD -
β
9.SPEC + e
Keterangan:
FRAUD
: variabel
dummy,
kode 1 (satu) untuk perusahaan yang
melakukan kecurangan laporan keuangan, kode 0 (nol)
untuk yang tidak
α
: konstanta
β
: koefisien variabel
ACHANGE
: rasio perubahan aset selama dua tahun
OSHIP
: komposisi saham yang dimiliki manajemen, direksi
dan dewan komisaris
LEV
: rasio
leverage
ROA
: rasio
return on asset
(ROA)
IND
: proporsi dewan komisaris independen
AUDCHANGE
: pergantian auditor
ACCQ
: manajemen laba
SPREAD
: asimetri informasi
SPEC
: variabel
dummy,
1 untuk auditor spesialis dan 0 untuk
sebaliknya
2.
Regresi Logistik
Menurut Ghozali (2007), terdapat beberapa langkah yang
digunakan untuk melakukan regresi logistik :
a.
Uji Kelayakan Model (
Hosmer and Lemeshow’s
)
Uji kelayakan model merupakan pengujian yang digunakan
untuk menilai apakah model yang digunakan mampu meprediksi nilai
observasinya. Pengujian ini diukur menggunakan nilai statistik
Hosmer and Lemeshow.
Apabila nilai statistik
Hosmer and Lemeshow
lebih besar dari 0,05 maka model mampu memprediksi nilai
observasinya.
b.
Uji Kelayakan Keseluruhan Model (
Likelihood)
Uji kelayakan keseluruhan model merupakan pengujian yang
digunakan untuk menilai apakah model yang dihipotesiskan dapat
dikatakan fit dengan data. Pengujian ini dilakukan dengan
membandingkan antara nilai
Likelihood -2 Log
pada blok 0 dengan
nilai
Likelihood -2 Log
pada blok 1. Apabila terdapat pengurangan
nilai maka dapat dikatakan model yang dihipotesiskan fit dengan data
atau model regresi dengan memasukkan semua variabel independen
c.
Koefisien Determinasi (
Cox and Snell’s R Square
dan
Nagelkerke’s
R Square)
Koefisien determinasi sama dengan uji R
2, dimana pengujian
ini digunakan untuk menjelaskan seberapa besar variabel independen
mampu menjelaskan variabel dependen.
d.
Pengujian Simultan (
Omnibus Test of Model Coefficient
)
Pengujian ini sama dengan uji F, dimana pengujian ini
bertujuan untuk membuktikan apakah variabel-variabel independen
sec