• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA MEMPERSIAPKAN PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN) MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA MEMPERSIAPKAN PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN) MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

i

STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA MEMPERSIAPKAN

PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN) MENGHADAPI

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

Indonesian Government National Strategy for Preparing PGN Toward

ASEAN Economic Community 2015

SKRIPSI

Disusun Oleh : FITRI NURMALASARI

20100510209

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

(2)

ii

STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA MEMPERSIAPKAN PT.PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN) MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

(Indonesian Goverment Strategy for Preparing PGN Toward ASEAN Economic Community 2015)

FITRI NURMALASARI

20100510209

Telah dipertahankan, dinyatakan Lulus dan disahkan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pada:

Hari / Tanggal : Selasa, 30 Agustus 2016

Pukul : 11.00 WIB

Tempat : HI.D

Tim Penguji

Sugito, S.IP.,M.Si

(Ketua Penguji)

Dr.Sidiq Jatmika,M.Si Siti Muslikhati, S.IP.,M.Si

(3)

iii

STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA MEMPERSIAPKAN

PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN) MENGHADAPI

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

Indonesian Government National Strategy for Preparing PGN Toward

ASEAN Economic Community 2015

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar Sarjana

Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : FITRI NURMALASARI

20100510209

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASSSIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

(4)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa sepanjang sepengatahuan saya, dalam skripsi ini ridak ada karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain guna memperoleh gelar akademik disuatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain. Kecuali karya - karya yang secara tertulis telah dikutip dalam naskah skripsi ini dengan mencantumkan sumber dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur plagiat, saya bersedia skripsi ini di gugurkan dan gelar akademik (Sarjana Strata Satu) yang telah saya peroleh dibatalkan dan diproses sesuai undang-undang yang berlaku.

Yogyakarta, 2 September 2016

Yang Menyatakan

FITRI NURMALASARI

(5)

v

HALAMAN MOTTO

“Allah adalah Penghitung yang Sempurna...”

“Takkan ada sekecil apapun kesabaran, kesusahan, keikhlasan, luput

dari Perhitungan-Nya..Teruslah berbuat baik kepada sesama..Sebab,

Sesungguhnya segala yang kita lakukan..akan dikembalikan lagi

kepada kita...Dengan

Seadil-adilnya

...”

(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrokhim...

Dengan penuh rasa syukur kepada ALLAH SWT...

Ku Persembahkan karya ini kepada kedua orangtuaku.. abahku tercinta Sarnubi, yang senantiasa bekerja keras untuk dapat memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya..kepada ibuku tercinta Munfaridah, yang senantiasa mendidik dan membesarkan anak-anaknya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran..sembah sungkemku kepada kalian berdua..semoga kelak kesuksesan anak-anakmu menjadi penghibur atas segala letih dan susah payah yang kau sabari demi memperjuangkan masa depan anak-anakmu tercinta. Semoga kelak kami dapat memuliakanmu dunia dan akhiratmu..Aaamiin

Ku persembahkan pula segenggam perjuangan ini kepada kedua adik-adikku Sermadatar M.Taufiq Rizza dan Teuku M.Abdurrafie Arrasyied semoga kelak kalian menjadi pemimpin sholeh yang berguna bagi nusa bangsa seperti cita-cita kalian, dan menjadi kebanggaan yang hebat bagi kedua orang tua dan keluarga besar..

Teruntuk almarhum,almarhumah mbah kakung Shoim,mbah ibu Siti Maimunah, kakek Mohammad Ali dan Nenek Rafiah Buang, betapa kami bangga menjadi cucu-cucu dari kakek-kakek dan nenek-nenek yang hebat seperti kalian, yang terus memotivasi kami untuk terus menjadi orang yang berguna bagi agama dan sesama..

Kepada Bulik-Bulik, Om-Om, wawak-wawak,makcik,abang-abang dan kakak-kakak sepupu yang sudah turut mendukung dan mendoakanku..kepada adik-adik sepupu dan ponakan yang terus menyemangatiku dengan tingkah polah lucu kalian..kepada seluruh keluarga besar..Thankyou somuch for everything 

Kepada seluruh guru-guru mulai dari guru mengaji,guru TK-SD-MI-SMP-SMA, Seluruh jajaran Dosen dan Staff Fisipol HI UMY terimakasih atas segala jasa yang kalian berikan, Semoga berkah dunia akhirat untukku dan untukmu...

Tak lupa...Salam Rinduku untuk seluruh Teman-teman seangkatan HI UMY 2010, HI-E, dan tim KKN UMY 2014 tanpa terkecuali..Sebuah kebanggaan menjadi bagian dari keluarga besar ini.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrokhmanirrokhim..

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan berkah kemuliaan serta hidayah sehingga tugas akhir dalam perkuliahan Strata Satu ini dapat diselesaikan. Tak lupa shalawat serta salam kepada Rasul Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia menuju jalan yang terang.

Skripsi yang penulis susun berjudul “ Strategi Pemerintah Indonesia Mempersiapkan PGN dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015” , merupakan salah satu syarat kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1). Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak menerima dukungan,bimbingan serta bantuan yang tak ternilai dari berbagai pihak. Sehingga , semua yang ditargetkan penulis dapat dicapai dengan optimal.

Untuk itu, Penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto,M.A selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Sugito, S.IP.,M.Si Selaku Dosen Pembimbing Skripsi ,yang telah memberikan berbagai arahan serta waktu bimbingan, sehingga penyusunan skripsi ini menjadi lebih mudah dan cepat selesai.

(8)

viii

4. Ibu Siti Muslikhati,S.IP.,M.Si selaku Dosen Penguji II, atas masukan-masukan untuk skripsi ini serta tambahan pengetahuan untuk penulis.

5. Seluruh dosen Prodi Ilmu Hubungan Internasional , atas transfer ilmu dan pengetahuannya.

6. Bapak waluyo,Bapak Ardan,Bapak Jumari,Bapak Ayyub dan seluruh jajaran Staff Tata Usaha, Jurusan, dan Pengajaran Prodi Ilmu Hubungan Internasional UMY atas segala bantuan administratifnya.

7. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses pembuatan skripsi ini.

8. Almamater Prodi Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(9)

ix

BAB II. Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi Peluang dan Tantangan MEA 2015... 17

1. Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN... 18

2.. Daya Saing Indonesia dalam Menghadapi MEA 2015... 23

3.Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA 2015... 30

(10)

x

BAB III. Posisi dan Eksistensi PGN Sebagai BUMN Sektor Gas di Indonesia ... 39

1.Dinamika PGN Sebagai BUMN Migas di Indonesia... 40

2. Upaya PGN dalam Mendukung Ketahanan Energi di Indonesia ... 47

3. Kesiapan PGN dalam Menghadapi MEA 2015... 51

BAB IV. Upaya Indonesia Mempersiapkan PGN Menghadapi MEA 2015 ...54

1. Peran Pemerintah Indonesia dalam Keberhasilan MEA 2015... 55

2. Strategi PGN dalam Menghadapi MEA ... 65

a. Linkage: Dukungan Pemerintah Terhadap Pengembangan Usaha PGN... 66

b. Learning: Kerjasama PGN dengan Swift Energy Company dalam Pengelolaan Blok Fasken di Texas, Amerika Serikat.. ...68

c. Leverage: PGN Mulai Merambah ke Sektor Hulu Migas Sebagai Komitmen Mendukung Ketahanan Energi Nasional. ... 70

BAB. V Kesimpulan ... 72 Bibliografi

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

DAFTAR GAMBAR

1.1Bagan latecomers Firm Mathews ... 11 1.2Gambar Jenis Konsumen PGN ... 45

DAFTAR TABEL

2.1 Tabel Keanggotaan ASEAN ... 19 2.2 Tabel Daya Saing Negara Anggota ASEAN ... 26 2.3 Tabel Human Development Index ... 27 2.4 Tabel Perbandingan Luas wilayah, Populasi,Perdagangan dan Investasi langsung

(12)
(13)

STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA MEMPERSIAPKAN PGN MENGHADAPI MEA 2015

(Indonesian Government National Strategy for Preparing PGN Toward AEC 2015)

Fitri Nurmalasari 20100510209

Abstract

This study aims to describe how the state and the government of Indonesia preparing PGN toward ASEAN Economic Community (AEC) which already entering the phase of full realization since 2015. Type of this research is descriptive analytic, which will describe and analize how Indonesia preparing PGN toward ASEAN Economic Community in 2015. Type of used data on this research is secondary data obtained from books, literature, journals, official reports and the information from internet that related to the discussion of issues. Data collection technique used is Library Research. Methods of data analysis in this this study is Content Analysis. The result of this research shows that the efforts that have been made by Indonesia in supporting and preparing PGN toward ASEAN Economic Community is still considered to be less than maximum. And also it shows why Indonesia still using LPG meanwhile Indonesia is rich of natural gas.This is indicated by the pipeline infrastructure in Indonesia is not ready yet to distribute natural gas troughout the country.The Indonesian goverment national strategy to protect PGN is very important in this global competition, so that PGN will be getting stronger and become leader in energy suply in Indonesia.

Keyword: AEC, ASEAN Community, PGN, Indonesian goverment national strategy to

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya akan energi terutama gas alam. Indonesia merupakan negara ke 14 yang memiliki cadangan Gas Alam terbesar di Dunia, atau terbesar pertama di ASEAN yaitu sekitar 103,3 Triliun kaki kubik yang diperkirakan tidak akan habis dalam waktu lebih dari 60 tahun kedepan (BPS 2014). Jika dapat dikelola optimal oleh pemerintah Indonesia, maka Energi dari Gas Alam ini dapat digunakan sebagai alat pembangunan nasional terutama dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

Masyarakat Ekonomi ASEAN (Association of South East Asian Nations) seperti yang telah sepakati di Pnom Phen, Kamboja pada 2012 oleh seluruh anggota ASEAN, akan resmi dimulai pada 31 Desember 2015.Penetapan hal ini dilakukan para pemimpin 10 negara ASEAN pada KTT ASEAN ke-21 di Kamboja. Desain Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) melingkupi 3 pilar yakni komunitas politik-keamanan, komunitas ekonomi dan komunitas sosial budaya. Dengan adanya MEA ini makas secara otomatis Negara ASEAN akan memiliki keterikatan dan bergerak bersama dalam mencapai satu visi,satu identitas dan komunitas.

(15)

dan kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata, serta kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global.(Kementerian Luar Negeri RI, 2014)

Tujuan di adakannya MEA ini untuk menciptakan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi dimana terjadi arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil yang bebas serta aliran modal yang lebih bebas. Adanya MEA ini bisa memacu pertumbuhan ekonomi pada khususnya di kawasan Asia Tenggara,serta akan memberikan kemudahan dan peningkatan akses pasar antar anggota ASEAN. Namun, Adanya MEA ini juga bisa mempengaruhi stabilitas ekonomi bagi negara anggota yang kurang mempersiapkan diri menghadapi kompetisi bebas antar anggota ASEAN ini. Sehingga diperlukan keseriusan dalam meningkatkan produktifitas dan sumberdaya negara kita, agar MEA bisa menjadi batu loncatan untuk mengembangkan potensi ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan negara kita. Salah satunya dalam sektor Gas,dalam hal ini adalah Perusahaan Gas Negara (PGN).

Seluruh masyarakat didorong dalam sebuah integrasi internasional untuk lebih memperluas hubungan dan kerjasama antar bangsa dunia. Pasar bebas merupakan dampak yang mengikuti globalisasi negara-negara ASEAN, dimana masyarakat ASEAN didorong untuk melakukan interaksi dan transaksi secara luas dalam berbagai bidang strategis. ( Atep Abdurrofiq, 2014).

Dalam menghadapi perdagangan bebas yang diusung dalam agenda utama MEA ini, tentu Indonesia harus mempersiapkan diri sematang mungkin, untuk tidak hanya bertahan namun juga bersaing dan menyerang. Dibukanya perdagangan bebas regional ASEAN dapat

menjadi “angin segar” sekaligus sebagai “angin topan” artinya, jika masyarakat dan

(16)

Disatu sisi Indonesia perlu bersuka cita karena produknya akan leluasa melenggang ke negara ASEAN, disisi lain indonesia harus waspada karena persaingan terbuka ASEAN sudah didepan mata.

Pelaksanaan MEA berdampak pada penurunan biaya tarif ekspor-impor menjadi 0-5 persen serta penghapusan batasan kuantitatif dan hambatan non tarif lainnya. Dibukanya ruang-ruang perdagangan bebas dikawasan ASEAN diprediksi mampu mendorong hal positif bagi pembangunan ekonomi Indonesia, pertama, mendorong pendapatan negara menalalui eksport dan impor. Kedua, membuka peluang industrialisasi baru di kawasan Indonesia yang sempat lesu karena krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998. Ketiga, memperluas lapangan kerja profesional bagi ledakan generasi-generasi muda baru di Indonesia serta memberikan kesempatan berkarir diberbagai wilayah di ASEAN. (Atep Abdurrofiq, 2014)

Komunitas ASEAN (ASEAN Community) dibentuk dengan tujuan untuk lebih mempererat integrasi ASEAN dalam menghadapi perkembangan konstelasi internasional baik dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan.

(17)

pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global. (Atep Abdurrofiq, 2014)

KTT ke- 9 ASEAN di Bali tahun 2003 menghasilkan Bali Concord II yang menegaskan bahwa Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC – Asean Economic Community) akan diarahkan kepada pembentukan sebuah integrasi ekonomi kawasan. Pembentukan biaya transaksi perdagangan, memperbaiki fasilitas perdagangan dan bisnis, serta meningkatkan daya saing sektor UKM. Disamping itu, pembentukan AEC juga akan memberikan kemudahan dan peningkatan akses pasar intra- ASEAN serta meningkatkan transparansi dan mempercepat penyesuaian peraturan- peraturan dan standarisasi domestik. (Ina Risdiani :2013)

(18)

Dalam menghadapi kompetisi BUMN, tentu PGN harus menerapkan strategi khusus, serta pengembangan teknologi untuk membuatnya terus bertahan dalam era persaingan bebas nanti. Perusahaan Gas Negara (PGN), sebagai BUMN pengelola energi alternatif non fosil, menunjukkan komitmen mendukung industri nasional dalam mengadapi persaingan di era MEA nanti. Selama tahun 2014, PGN terus mengembangkan infrastruktur jaringan gas bumi untuk mengalirkan energi baik gas bumi ke berbagai segmen pelanggan, mulai dari rumah tangga, UKM, komersial, industri, pembangkit listrik dan transportasi. (Tajuk BUMN,2015)

Produk yang ditawarkan PGN adalah penyediaan gas melalui pipa-pipa yang dihubungkan langsung kepada konsumen. Seperti kita tahu bahwa masyarakat Indonesia masih sangat minim pengetahuannya mengenai gas pipa PGN ini. Masyarakat lebih cenderung menggunakan gas LPG yang harganya semakin naik dan terkadang harus mengalami kelangkaan di beberapa wilayah terutama disaat hari raya. Padahal masyarakat belum sepenuhnya menyadari bahwa gas pipa PGN harganya jauh lebih murah dari harga LPG, dan dinilai lebih praktis dan efisien, sebab konsumen akan secara otomatis terhubung dengan pipa seperti ketika kita berlangganan listrik PLN, tanpa harus menggotong tabung gas LPG kesana dan kemari. Cukup langsung menggunakan gas melalui pipa dan secara otomatis gas akan dapat dinikmati. Namun pengadaan awal jaringan pipa ke konsumen yang cukup mahal ternyata menjadi tantangan bagi PGN untuk memperkenalkan gas pipa kepada masyarakat. Meskipun beberapa wilayah seperti jabodetabek dan beberapa wilayah lain sudah mulai menggunakan pipa gas PGN. Jika dikalkulasi lebih detail sesungguhnya memang gas pipa PGN jauh lebih murah dan efisien disbanding gas LPG.

(19)

seluruh infrastruktur gas yang ada di Indonesia. Hal ini yang menjadi salah satu keunggulan PGN dalam hal distribusi dan transmisi Gas di Indonesia.

Prestasi PGN dalam perannya sebagai BUMN Migas Indonesia dibuktikan dengan terus dibangunnya jaringan pipa gas secara mandiri oleh PGN, serta merambahnya usaha PGN ke sektor hulu dengan ditandatanganinya kerjasama PGN dengan Swift Energy Company untuk mengelola Blok Fasken, Texas, AS.

Komitmen PGN untuk mendukung ketahanan Energi Nasional disambut baik oleh Pemerintah Indonesia dengan rencana Pemerintah dalam hal ini komisi DPR RI untuk merevisi UU no 22 tahun 2001 tentang Minyak Bumi dan Gas yang salah satunya membahas mengenai Open Access Pipa dan Ijin Pengelolaan Gas Nasional. Dalam UU no 22 tahun 2001 pengelolaan Gas Nasional diselenggarakan secara terbuka oleh pelaku usaha baik BUMN maupun swasta. Dengan di revisinya UU no 22 tentang Migas ini disambut baik oleh PGN, sebab menjadi bentuk nyata dukungan Pemerintah untuk memproteksi PGN dengan memberikan Regulasi yang mendukung keberlangsungan usaha PGN sebagai BUMN Migas Indonesia yang berkomitmen mendukung Ketahanan Energi Nasional.

Dengan adanya MEA akan memberi peluang pada PGN untuk semakin mengibarkan sayapnya. Pelaksanaan MEA secara otomatis akan mendorong perdagangan menjadi semakin terbuka. Apalagi sudah semakin banyak perusahaan yang beralih dari Bahan bakar industri ke Bahan bakar Gas. Tentu ini akan menjadi peluang yang baik untuk PGN.

MEA merupakan “ajang kompetisi” yang cukup penting dalam mempertahankan

(20)

dalam menyelamatkan dan mengembangkan BUMN pada umumnya dan PGN secara khusus dalam hal ini, sehingga Perekonomian Indonesia semakin kuat dan maju.

B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah berdasarkan latar belakang dan persoalan yang telah diuraikan di atas, adalah :

“Bagaimana Strategi Indonesia mempersiapkan Perusahaan Gas Negara (PGN) Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN ”

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015.

2. Untuk mengetahui Strategi yang dilakukan Indonesia dalam mempersiapkan PGN untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

D. Kerangka Pemikiran / Teori yang digunakan :

Untuk menjawab serta menganalisa pokok permasalahan yang terdapat pada tulisan tersebut penulis menggunakan konsep yang dapat mendukung penulisan karya tulis ini. Dalam penulisannya penulis menggunakan teori Developmental state dari Linda Weiss, dan

konsep “Late Comers” dari Matews.

(21)

Teori Developmental state adalah teori yang membahas tentang hubungan antara Negara terhadap kegiatan pembangunan di negaranya.Teori ini menempatkan negara menjadi aktor utama pendorong kegiatan pembangunan di negaranya. Teori ini muncul sejak adanya gagasan state-led development dimana negara dituntut untuk memiliki kapabilitas untuk memproteksi dan mempersiapkan kegiatan pembangunan di negaranya sebaik mungkin untuk tercapainya kemakmuran negaranya. Dalam teori ini dianggap bahwa negara memiliki andil penuh dan memiliki peran penting dalam kebijakan perindustrian dan mendorong industri di negaranya mampu bersaing dalam pasar internasional. Menurut Linda weiss, diperlukan sinergi dari pemerintah dan perusahaan industrinya dalam mencapai posisi yang kuat di pasar internasional.

MEA sudah resmi diberlakukan, Pemerintah Indonesia telah mempersiapkan Strategi dalam menghadapi kompetisi ASEAN ini. Salah satunya dengan mengalihkan Energi (Gas Alam) yang awalnya digunakan sebagai Komoditas Ekspor, kini menjadi alat pembangunan, sebagai penunjang keberhasilan Indonesia dalam menghadapi pasar bebas ASEAN. Diperlukan peran pemerintah indonesia untuk memproteksi dan mempersiapkan perusahaan baik BUMN maupun swasta dinegaranya untuk mencapai posisi yang kuat di pasar ASEAN dalam berkompetisi dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Maka dari itu diharapkan Indonesia dapat mendorong aktifitas industrinya kearah yang lebih baik terutama dalam menghadapi MEA.

2. Konsep Latecomers Firm

Konsep “Latecomers Firm” dari John A. Matthews ini dapat digunakan untuk

(22)

John A. Matthews (2002) menjelaskan bahwa, perusahaan dapat dikategorikan sebagai late comer apabila telah memenuhi kriteria-kriteria berikut:

1. Industry entry: Perusahaan tersebut menjadi MNCs bukan karena pilihan melainkan keharusan sejarah.

2. Resources: Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang pada awalnya miskin sumber daya, baik teknologi maupun akses pasar.

3. Strategic intent: Perusahaan yang memiliki visi misi untuk maju mengejar ketertinggalannya dengan perusahaan yang telah maju lebih dahulu.

4. Competitive position: Perusahaan tersebut telah memiliki nilai kompetisi yang mampu beroperasi dengan biaya rendah namun produktif secara maksimal dan memiliki pengaruh terhadap industri terkait.

Gambar 1.1 Bagan Latecomers Firm Mathews

Sumber: Mathews (2006)

(23)

1. Linkage: Hubungan eksternal late comer firm dengan pemerintah, Lembaga penelitian, dan kluster industri.

2. Learning: Proses belajar dari MNCs yang sebelumnya telah mapan, transfer pengetahuan

dari perusahaan asing, dan juga penciptaan pengetahuan oleh heterogeneous Research & Development Team.

3. Leveraging: Memanfaatkan sumber daya internal dan eksternal.

Dengan menggunakan Konsep Late Comers Mathews, Untuk dapat optimal menghadapi Kompetisi MEA 2015, maka Pemerintah Indonesia perlu terus memfasilitasi BUMN nya dalam hal ini PGN untuk terus berinovasi dan mengembangkan usahanya. Hubungan baik antara Pemerintah dan BUMN diberikan dalam berntuk regulasi dan proteksi yang mampu menguatkan posisi BUMN dalam menghadapi Pasar Global.

Sehingga, untuk terus dapat eksis dalam Pasar global PGN tidak hanya perlu mengakses sumber daya melalui hubungan eksternal (external linkage) yaitu dengan menjalin hubungan yang baik dengan Pemerintah Indonesia maupun Perusahaan yang telah dulu mapan seperti Pertamina, belajar melalui internasionalisasi MNCs yang sudah mapan (learning) seperti mengadakan study banding ke MNC yang memiliki teknologi yang lebih baik seperti study PGN ke Blok Fasken, Texas, Amerika Serikat. Tetapi juga, memanfaatkan sumber daya yang ada (laverage) yaitu dengan mengoptimalkan Jaringan Infrastruktur Pipa Gas Alam PGN yang merupakan Jaringan Infrastruktur Pipa Gas terbesar di Indonesia, yang menjadi aset utama bagi PGN dalam mengembangkan usahanya.

(24)

(Masyarakat Ekonomi ASEAN). Tantangan kompetisi Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan kesempatan yang baik bagi PGN dalam mengibarkan sayapnya di dunia

permigasan di ASEAN, khususnya di Indonesia. Dengan menerapkan konsep “Late Comers” ini diharapkan PGN mampu bersaing dan mempertahankan eksistensinya sebagai BUMN Indonesia yang bergerak di sektor hilir gas bumi yang menyediakan dan mengembangkan dan memanfaatkan gas bumi untuk kebutuhan nasional, baik bagi industri,pembangkit listrik,transportasi maupun kebutuhan rumah tangga. Seiring kenaikan harga BBM, PGN mendukung penuh pemerintah mengkonversi BBM menuju Gas. Dan mendukung Pemerintah dalam menyediakan kebutuhan Energi Nasional khususnya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

E. Hipotesa

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang di kaitkan dengan kerangka pemikiran maka hipotesa sementara adalah:

Pertama, Pemerintah Indonesia memiliki peran penting dalam keberhasilan negaranya

menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

Kedua, Indonesia Memfasilitasi PGN dalam mengembangkan usahanya dalam menyediakan

kebutuhan energi nasional ditengah persaingan MEA 2015.

F. Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data

(25)

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan suatu fenomena yang

diselidiki, mengenai strategi PGN dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Data-data yang diperoleh dalam menulis skipsi ini adalah bersumber dari studi pustaka.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode studi literatur dari buku-buku dan

jurnal-jurnal yang mendukung tema skripsi ini. Studi ini diperoleh untuk mendapat landasan

teori beserta data-data sekunder yang digunakan untuk menganalisa rumusan masalah. Data

-data diperoleh melalui buku-buku literatur hubungan internasional, media masa, artikel

-artikel di internet serta tulisan-tulisan karya ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang

akan diteliti.

G. Jangkauan Penelitian

Dalam pembahasan masalah dalam penelitian ini penulis membatasi jangkauan penelitian yaitu Strategi Indonesia dalam mempersiapkan Perusahaan Gas Negara menghadapi MEA 2015,dengan berfokus pada tahun 2007- 2015 saja, yaitu sejak awal mula

konversi BBM ke Gas oleh Pemerintah. Dan pada wilayah ASEAN saja, meskipun tidak menutup kemungkinan penulis akan menambahkan waktu dan wilayah lain untuk menambah informasi.

H. SISTEMATIKA PENULISAN

(26)

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, hipotesa, metodelogi penulisan dan pengumpulan data, jangkauan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II. Dalam bab ini akan di bahas kelebihan dan kekurangan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) sebagai sarana untuk mengembangkan potensi ekonomi nasional Indonesia.

BAB III. Dalam bab ini akan dibahas mengenai awal mula sejarah berdirinya PGN sebagai BUMN Indonesia dibidang migas, dan Eksistensinya dalam mempertahankan ketahanan energi gas Nasional.

BAB IV. Dalam bab ini akan dibahas topik utama penelitian skripsi ini, yaitu tentang strategi Indonesia dalam memproteksi PGN dalam menghadapi MEA dari sudut pandang Ilmu Hubungan Internasional.

(27)

BAB II

KESIAPAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI PELUANG DAN TANTANGAN

MEA 2015

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah mulai diresmikan sejak 31 Desember 2015. MEA adalah bentuk komitmen ASEAN untuk mewujudkan perekonomian yang terintegrasi. MEA adalah cita-cita ASEAN untuk dapat menciptakan kemandirian regional, agar ASEAN menjadi kawasan yang kuat secara ekonomi dan mampu menyediakan kebutuhannya sendiri, sehingga aliran perekonomiannya akan kembali lagi ke ASEAN dan membuat ASEAN lebih kuat dalam menghadapi pasar global.

Ketika MEA mulai diresmikan pada Desember 2015 dapat dipastikan bahwa segala arus lalu-lintas barang, jasa, pendidikan, buruh terampil, arus modal lintas ASEAN akan mengalami liberalisasi. Selain itu adanya penghapusan hambatan tariff dan non tariff diharapkan dapat menjadi angin segar bagi para pelaku ekonomi antar regional ASEAN. Untuk memperjelas konsep Masyarakat ASEAN maka disusunlah Cetak Biru atau Blueprint

yang menjadi “aturan main” dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Dalam Bab ini penulis akan mengulas sejarah disepakatinya MEA, apa saja poin utama kesepakatan yang telah ditulis dalam Blueprint MEA 2015, bagaimana kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA, dan bagaimana posisi daya saing Industri Indonesia dalam menghadapi MEA.

A. Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN

(28)

Filipina, Singapura, dan Malaysia. ASEAN didirikan pada 8 Agustus 1967 dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan pembangunan sosial dan budaya pada Regional ASEAN, serta memelihara perdamaian dan stabilitas wilayah antar negara anggotanya.Selama 40 tahun berdirinya ASEAN telah banyak ditandatanganinya deklarasi,ide-ide dan gagasan-gagasan penting terkait cita-cita ASEAN untuk menjadi kawasan yang maju,aman,makmur dan terintegrasi. Berikut adalah tabel keanggotaan ASEAN diurutkan dari negara yang lebih dahulu bergabung, hingga negara yang baru saja bergabung.

MEA adalah cita-cita ASEAN untuk dapat menciptakan kemandirian regional, agar ASEAN menjadi kawasan yang kuat secara ekonomi dan mampu menyediakan kebutuhannya sendiri, sehingga aliran perekonomiannya akan kembali lagi ke ASEAN dan membuat ASEAN lebih kuat dalam menghadapi pasar global. Terutama ditengah ekspansi produk Cina dan India yang banyak digemari karena harganya terjangkau dan fiturnya lengkap. MEA didukung penuh oleh seluruh Negara Anggota ASEAN. Berikut adalah tabel keanggotaan ASEAN dengan tanggal awal bergabung dalam ASEAN.

Tabel Keanggotaan ASEAN

Tabel .2.1 Negara Anggota ASEAN

Brunei Darussalam 8 Januari 1984

(29)

Indonesia 8 Agustus 1967

RRD Laos 23 Juli 1997

Malaysia 8 Agustus 1967

Myanmar 23 Juli 1997

Filipina 8 Agustus 1967

Singapura 8 Agustus 1967

Thailand 8 Agustus 1967

Vietnam 28 Juli 1995

ASEAN Community atau Masyarakat ASEAN yang mulai diimplementasikan setelah 31 Desember 2015,ternyata memiliki perjalanan yang cukup panjang sebelum akhirnya disepakati oleh

negara anggota ASEAN. Dimulai dengan “konfrontasi” antara Indonesia dan Malaysia, konflik

Malaysia dan thailand tentang klaim teritorial Sabah, lepasnya Singapura dari federasi Malaysia dll, menjadi pertimbangan utama mengapa ASEAN Community perlu dibentuk. Salah satunya untuk menciptakan persatuan dan kesatuan antar anggota ASEAN, dan menciptakan rasa percaya serta meminimalisir konflik dan meredam rasa saling curiga antar negara anggota ASEAN., serta mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan. ASEAN Community dibentuk untuk mencapai kawasan yang terintegrasi antar negara- negara di ASEAN. ASEAN menyadari kini kerjasama ASEAN tidak melulu hanya dibidang ekonomi seperti yang awalnya difokuskan oleh ASEAN seperti preferensi perdagangan (preferential trade), usaha patungan (joint ventures), dan skema saling melengkapi (complementation scheme) antar pemerintah negara-negara anggota maupun

(30)

budaya, sehingga tercetuslah kesepakatan ASEAN community dalam 3 pilar utama yaitu ASEAN Political Security Community (APSC), ASEAN Economic Community (AEC), dan ASEAN

Socio-Cultural Community (ASCC).

Gagasan awal dibentuknya masyarakat atau komunitas ASEAN ini dimulai dengan pertemuan perwakilan negara anggota ASEAN di KTT ASEAN di Kuala Lumpur,Malaysia pada Desember 1997. Para pemimpin ASEAN pada waktu itu bercita-cita ingin menwujudkan wilayah yang terintegrasi satu sama lain di regional ASEAN, dan menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang stabil, makmur, dan berdaya saing tinggi dengan tingkat pembangunan ekonomi yang merata serta kesenjangan sosial ekonomi dan kemiskinan yang semakin berkurang. Setelah KTT ASEAN di Kuala Lumpur, dilanjutkan pembicaraan lebih lanjut tentang konsep komunitas ASEAN ini Pada KTT ASEAN di Bali Oktober 2003, Para Pemimpin ASEAN mendeklarasikan bahwa MEA merupakan tujuan integrasi ekonomi regional (Bali Concord II) pada tahun 2020. Dalam pertemuan ini disepakati dua pilar integral lain dari komunitas ASEAN yaitu Komunitas Keamanan ASEAN dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN .

(31)

Persaingan pasar internasional semakin ketat, ditambah dengan kemajuan signifikan ekspansi produk dari Cina dan India, membuat para pemimpin sepakat untuk mempercepat pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang pada awalnya dijadwalkan untuk dimulai pada 2020 akan dipercepat menjadi per akhir tahun 2015 dan mentranformasikan kawasan ASEAN menjadi suatu kawasan dimana aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terampil,akan diliberalisasi secara penuh, serta aliran modal yang lebih bebas. Sebagai landasan legal dan konstitusional bagi negara anggota ASEAN maka disusunlah ASEAN Charter (Piagam ASEAN). Selanjutnya, Indonesia telah meratifikasi piagam tersebut dengan menerbitkan UU no. 38 tahun 2008 sebagai payung berbagai perjanjian kerjasama di tingkat ASEAN. (Ditjen PPHP Pertanian, 2015)

Masyarakat ekonomi ASEAN menjadi sebuah proyek besar yang bercita-cita ingin menjadikan ASEAN sebagai single market yang dinamis,kompetitif, dan kuat dipasar global. Semangat ASEAN community pun semakin giat digalakkan diseluruh negara anggota ASEAN, demi mempersiapkan seluruh instrumen dikawasan ASEAN untuk mencapai cita-cita ASEAN untuk mencapai level ekonomi yang maju dan kuat serta bersaing dipasar global yang semakin ketat. Dengan disepakatinya ASEAN Community per 31 desember 2015, artinya pertanggal 31 Desember 2015 segala arus pergerakan barang, jasa,pendidikan lintas ASEAN, investasi, dan buruh terampil di ASEAN akan dibuka dan diliberalisasi. Serta aliran modal akan dikurangi hambatannya. Sehingga diharapkan percepatan pertumbuhan ekonomi kawasan ASEAN akan lebih cepat dicapai.

(32)

ASEAN akan mendapatkan perlakuan yang setara seperti suatu negara memperlakukan produk dari negaranya sendiri. Semua elemen dan instrumen lingkup ASEAN hendaknya bahu membahu dalam semangat One Vision, One Identity and One Community sehingga diharapkan dapat dicapainya Masyarakat ASEAN yang kompetitif, mandiri, sejahtera dan hidup dalam suasana yang aman dan dinamis.

B. Daya saing Indonesia dalam menghadapi MEA 2015

Ketika MEA mulai diresmikan pada Desember 2015 dapat dipastikan bahwa segala arus lalu-lintas barang, jasa, pendidikan, buruh terampil, arus modal lintas ASEAN akan mengalami liberalisasi. Selain itu adanya penghapusan hambatan tariff dan non tariff diharapkan dapat menjadi angin segar bagi para pelaku ekonomi antar regional ASEAN. Untuk memperjelas konsep

Masyarakat ASEAN maka disusunlah Cetak Biru yang menjadi “aturan main” dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN.

(33)

1. Membuka pusat promosi ASEAN dibidang perdagangan, investasi dan pariwisata. 2. Menyediakan cadangan pangan ASEAN terutama beras.

3. Membentuk kerjasama dibidang Koperasi ASEAN.

4. Membentuk komite Negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN.

5. Membentuk kerjasama pengelolaan barang sejenis seperti karet alam dan kopra.

6. Mendirikan AFTA ( Asean Free Trade Area ) ; penurunan tariff dan penghapusan hambatan non tariff dalam perdagangan yang dimulai pada tahun 2002. ( Ina Risdiani , 2013)

Hal ini menunjukkan keseriusan dan tekad ASEAN untuk mempercepat kemajuan dan pertumbuhan ekonomi, serta kesejahteraan masyarakat ASEAN. Persaingan pasar bebas ASEAN ini setiap negara lebih leluasa dalam aktifitas perekonomiannya,hal ini berdampak pada kemudahan para pelaku ekonomi untuk menembus pasar ASEAN pada khususnya, dengan hambatan yang relatif kecil dan liberalisasi yang seluas-luasnya. Sehingga dapat mendorong kreatifitas pelaku ekonomi dalam skala kecil maupun besar untuk dapat meningkatkan mutunya dipasar Internasional ASEAN. Sebab pada era MEA, produk ASEAN akan bersaing ketat. Kini pesaing produk di Indonesia bukan hanya produk-produk lokal saja, namun produk ASEAN akan turut membanjiri pasar Indonesia. Maka dari itu hendaknya pelaku ekonomi,pebisnis,maupun produsen terus melakukan inovasi agar produknya dapat bersaing dengan produk negara anggota ASEAN lainnya. MEA diharapkan dapat menjadi kesempatan untuk sesama anggota ASEAN dalam bahu membahu meningkatkan ekonomi regional, ASEAN memiliki potensi ekonomi lebih kuat dan maju, bahkan dapat bersaing dengan ekspansi produk China dan India.

(34)

dengan jaringan yang kuat dan stabil menjadi beberapa poin penting kekuatan market ASEAN dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Namun adapun kelemahan diantaranya adalah kesenjangan sosial yang cukup mencolok antar anggota ASEAN, terutama dalam hal pendapatan, pendidikan, pertumbuhan populasi ,pertumbuhan ekonomi, daya saing manusia, dan perbedaan nilai upah yang mencolok antar anggota ASEAN, nyatanya menjadi tantangan tersendiri dalam mewujudkan Integrasi kawasan yang mandiri dan kuat secara ekonomi.

Indonesia sebenarnya memiliki potensi perekonomian yang cukup strategis, sebab memiliki sumberdaya alam yang kaya, lingkungan yang cukup kondusif dan relatif aman, serta memiliki sumber daya manusia yang cukup mumpuni. Dengan jumlah usia produktif tertinggi di ASEAN yaitu 110 juta penduduk. Hal ini menjadi poin penting untuk dapat memanfaatkan momentum liberalisasi pasar ASEAN ini. Dalam hal daya saing indonesia cukup baik sebab berada di peringkat 50 dari 144 negara, atau peringkat 5 dalam ASEAN. Demikian menjadi hal yang perlu diapresiasi. Kendati begitu, rupanya terdapat kesenjangan yang cukup mencolok dalam lingkup ASEAN , yang cukup menjadi perhatian bagi Indonesia.Seperti pada tabel dibawah ini.

(35)

Dalam tabel diatas dapat dilihat bahwa ASEAN memiliki potensi yang cukup baik dalam hal daya saing dunia. Singapura misalnya,telah berhasil menjadi peringkat 2 daya saing dunia. Sedangkan Indonesia menduduki peringkat 50, dan masih banyak negara anggota ASEAN yang menuduki peringkat diatas 50, misalnya kamboja yang menduduki peringkat 97. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi kesenjangan yang cukup mencolok yang terjadi justru didalam tubuh ASEAN itu sendiri. Kesenjangan yang terlalu besar ini dikhawatirkan akan memicu konflik dalam ASEAN dan dapat mengancam integrasi regional ASEAN.

Bukan hanya masalah kesenjangan dalam hal daya saing ekonomi, namun terdapat pula kesenjangan yang cukup signifikan dalam hal Human Development atau pembangunan manusia di ASEAN.seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.3 Human Development Index ASEAN 2010-2012

(36)

filipina,kemudian Vietnam,Laos,Kamboja dan Myanmar berada di level terendah di ASEAN dalam hal pembangunan manusia. Dengan diadakannya ASEAN economic community inilah diharapkan masyarakat ASEAN akan mengalami pemerataan dan kemajuan dalam hal daya saing dan indeks pembangunan manusianya.

Kesenjangan lainnya yang perlu diwaspadai adalah soal upah. Terjadinya kesenjangan upah ini dikhawatirkan dapat memicu konflik internal ASEAN dan menghambat integrasi ASEAN community dibidang khususnya Ekonomi. Sampai dengan Maret 2013 (periode 1 Januari 2008 - Maret 2013), tingkat implementasi kebijakan (measures) di bawah Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dari seluruh negara anggota ASEAN mencapai 77.54%, naik dari 74.20% pada Oktober 2012 (Sumber: Sekretariat ASEAN/AEC Scorecard). Terkait dengan ASEAN Economic Community (AEC) Scorecard, total implementasi Indonesia (periode 2008 - 2013) mencapai 83,2% atau kedua terendah setelah Laos. Beberapa kendala menuju AEC 2015 yang digarisbawahi dan perlu menjadi perhatian para Leaders dalam upaya menuju MEA 2015 meliputi: terhambatnya implementasi beberapa measures (trade facilitation, liberalisasi sektor jasa, dan ratifikasi perjanjian perhubungan), kondisi perekonomian dunia yang masih stagnan dan kecenderungan negara untuk lebih proteksionis, sehingga masuknya arus perdagangan dan investasi akan terhambat serta memastikan MEA sejalan dengan kebutuhan pasar. (Jurnal edisi 16 materi 6 Lemhannas RI,2013)

(37)

Di Indonesia sering kali masalah upah ini menjadi pemicu konflik antara pekerja, pengusaha, dan pemerintah. Banyaknya demonstrasi menuntut kenaikan upah menjadi suatu permasalahan yang cukup panjang dan melelahkan. Bahkan dapat mengancam keamanan masyarakat dan menurunkan produktifitas ekonomi di Indonesia. Banyaknya demonstrasi ini dapat menjadi masalah baru, sebab dapat memperngaruhi minat investor dalam menanamkan modalnya di Indonesia dengan alasan keamanan dan jaminan keberlangsungan usahanya .

Di Vietnam misalnya, banyak investor berbondong-bondong datang untuk menanamkan modalnya dan membuka perusahaan multinasional disana karena tingkat upah yang relatif lebih rendah dibandingkan negara ASEAN lain, serta sangat jarangnya buruh yang berdemonstrasi

meminta kenaikan upah. Buruh disana cenderung “pasrah” menerima standar upah yang ditetapkan

pemerintah. Hal ini yang menjadi daya tarik utama bagi para investor. Hal ini yang masih menjadi tantangan bagi Indonesia, yaitu bagaimana agar sumberdaya manusianya semakin unggul dan terampil, dan mendapatkan kesejahteraan yang pantas sehingga tidak ada lagi ricuh demonstrasi menuntut kenaikan upah. Sehingga para Investor akan tertarik menanamkan modalnya di Indonesia lebih banyak lagi. Sebab biar bagaimanapun posisi Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa begitu saja lepas dari aliran modal para investor. Indonesia membutuhkan modal untuk membantu menghidupkan sendi-sendi perekonomian negara yang sempat lemah.

Indonesia hendaknya terus mematangkan strategi penguatan ekonomi dalam menghadapi pasar bebas ASEAN dalam MEA 2015 nanti, sebagai negara berkembang Indonesia perlu meningkatkan perekonomiannya dengan serius untuk mencapai kesejahteraan nasional, dan MEA ini seharusnya menjadi momentum yang berharga dalam mengibarkan sayap perekonomian Indonesia tentunya dengan diimbangi strategi yang matang dan persiapan yang tepat. Sebab, di persaingan bebas dan terbuka antar anggota ASEAN ini, jika kita ceroboh sedikit saja, dapat dijadikan celah bagi anggota ASEAN lain untuk memenangkan kompetisi ekonomi ini. Jangan

(38)

oleh Masyarakat ASEAN adalah “satu visi, satu Identitas, namun tidak dipungkiri bahwa produk

utama dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN ini adalah “Kompetisi”. Hanya ada dua pilihan, yaitu “bertahan” yang artinya kita akan semakin tertinggal, atau “menyerang” yang artinya kita akan terus melaju, berkompetisi dengan progres yang signifikan dan memimpin kompetisi ini. Hal ini tentu bukan hanya mimpi bagi Indonesia, jika segala elemen dan segala instrumen dapat digerakkan dan dipersiapkan dengan strategi yang tepat bukan tidak mungkin kelak Indonesia akan mencapai percepatan ekonomi dengan signifikan di jajaran anggota ASEAN.

C. Kesiapan Indonesia Mengadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

Seperti yang sudah disinggung dalam sub bab di atas, bahwa potensi ASEAN sangat besar dalam pertumbuhan ekonominya. Dengan jumlah total penduduk sekitar 600 juta jiwa, tentunya dapat menjadi pasar strategis dalam mewujudkan ASEAN sebagai single market. Artinya momentum MEA ini akan dimanfaatkan seluas-luasnya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat ASEAN itu sendiri, dengan diberlakukannya MEA maka secara otomatis pasar ASEAN akan lebih diutamakan bagi produsen dari dalam ASEAN itu sendiri, meskipun tidak menutup kemungkinan akan tetap ada aktifitas ekspor dan impor produk dari dan keluar ASEAN. Namun, komitmen ASEAN adalah mengupayakan segala kebutuhan mulai dari barang mewah hingga sekedar permen atau jajanan anak-anak dapat diproduksi sendiri oleh negara anggota ASEAN. Sehingga segala lalu lintas perdagangan dan segala keuntungan yang diperoleh akan kembali lagi ke ASEAN demi kesejahteraan dan peningkatan perekonomian masyarakat ASEAN.

(39)

persaingan antar pekerja terampil dan pelajar lintas ASEAN yang diresmikan mulai 31 desember 2015. Sebab ketika MEA telah diresmikan otomatis persaingan kini bukan hanya berlangsung antar masyarakat dalam satu negara saja, namun 10 negara member ASEAN. Tentu hal ini dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi kita. Artinya persaingan akan semakin ketat dan semarak, sebagai permisalan jika suatu negara dapat memaksimalkan persiapan warga negaranya dalam menghadapi MEA, maka MEA akan menjadi momentum untuk menyerap tenaga kerja atau mengurangi pengangguran. Namun, jika negara gagal mempersiapkan warganya, bukan tidak mungkin justru angka pengangguran semakin meningkat karena persaingan terbuka lebar. Disinilah letak peran penting pemerintah dalam memproteksi kepentingan nasionalnya.

Di era persaingan bebas MEA, Indonesia seharusnya cukup percaya diri menghadapi era pasar bebas MEA tersebut. Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat kaya, baik di sektor pertanian, pertambangan, kelautan, yang menjadikan Indonesia menjadi negara yang paling unggul dari segi sumberdaya alam di ASEAN. Selain itu, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang cukup tinggi yaitu sekitar 237 juta penduduk dengan jumlah usia produktif sebesar 70% dan angka tenaga kerja sebesar 110 juta penduduk (data BPS 2007). Disamping itu keadaan politik dan keamanan Indonesia yang relatif aman dan stabil seharusnya menjadi modal utama bagi Indonesia dalam menghadapi kompetisi MEA. Indonesia juga memiliki GDP tertinggi se ASEAN seperti yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.

(40)

sumber : AEC blueprint and progress

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebenarnya posisi Indonesia cukup kuat diantara anggota ASEAN lain, meskipun GDP perkapita Indonesia masih dibawah Singapore, Malaysia, dan Brunei darusalam. Namun dari aspek-aspek lain Indonesia cukup bersaing. Indonesia sebagai negara member ASEAN dengan jumlah populasi terbanyak, seharusnya menjadi market terstrategis bagi aktifitas perdagangan produk ASEAN baik dalam bentuk investasi, barang , maupun jasa. Jika kita dapat mengoptimalkan dan mengutamakan produk dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri kita, akan mempercepat pertumbuhan ekonomi sebab siklus ekonominya akan

dikembalikan lagi ke negara kita. Untuk itu perlu digalakkan kembali semboyan “cinta produk Indonesia”. Jangan sampai perilaku konsumtif dan bangga dengan produk impor justru membuat perekonomian kita semakin terpuruk. Daya saing produk dalam negeri harus ditingkatkan mengingat mutu dan kualitas produk luar seperti malaysia, singapura, dan thailand semakin bersaing.

(41)

mempersiapkan strategi yang tepat untuk menghadapi MEA, sebagai negara dengan populasi terbanyak ASEAN, tentu adalah kabar baik yang harus terus dipersiapkan sebagai basis produksi, minimal sebagai pemenuh kebutuhan nasional, dan mempersiapkan diri untuk bersaing dipasar Internasional khususnya di ASEAN. Indonesia perlu mendorong masyarakat terutama para pelaku usaha untuk tidak menjual bahan baku mentah begitu saja, namun dengan meningkatkan nilai tambahnya dengan mengolahnya menjadi sesuatu yang lebih bernilai, baik hasil kehutanan, kelautan, maupun pertanian.

Dalam mengukur kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 kita perlu melihat dari beberapa aspek utama , yaitu aspek ekonomi, sosial, pertumbuhan ekspor, dan pendapatan perkapita masyarakat. Kesiapan Indonesia jika dilihat dari aspek pertumbuhan ekonomi Berdasarkan laporan pertumbuhan ekonomi yang dilansir oleh IMF pada tahun 2012, terlihat bahwa bahwa pada 10 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat stabil di kisaran 5,5 persen ± 1 persen dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 6,11 persen. Sejak tahun 2007 hingga 2012, tingkat pertumbuhan hampir selalu di atas 6 persen dengan pengecualian tahun 2009 (4,6 persen ). (Atep AbduRofiq,2015)

(42)

Sedangkan dilihat dari pendapatan perkapita nasional terlihat bahwa masyarakat Indonesia mengalami peningkatan sebesar 8,8 persen, pendapatan perkapita nasional dari tahun 2012, yaitu dari 33,5 juta menjadi 36,5 juta. Namun pendapatan perkapita Indonesia yang sebesar US$4.700 masih jauh jika dibandingkan Thailand yang mencapai kisaran US$10.000, Malaysia mencapai US$ 15.000 dan singapura sudah melebihi US$50.000, keaadan ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih belum merata, kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bermasalah, secara penghasilan masyarakat Indonesia masih kalah dari negara lainnya. (Atep AbduRofiq,2015)

Terbukanya liberalisasi yang akan diresmikan dalam MEA menjadi peluang sekaligus ancaman bagi bangsa Indonesia. Disatu sisi kita akan lebih leluasa dalam berkompetisi meningkatkan taraf kesejahteraan melalui MEA, pekerja terampil kita akan lebih bebas berkarir ke lintas ASEAN dengan terbuka, namun disisi lain dalam jangka panjang kita juga terancam akan kehilangan pekerja-pekerja terbaik kita dalam migrasi besar-besaran yang mungkin terjadi pasca diresmikannya MEA. Namun begitu, secara keseluruhan Indonesia dapat dikatakan telah siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 nanti.

(43)

Salah satu tantangan lain adalah kita harus siap menghadapi para pekerja vietnam dan laos yang standar upah pekerjanya dibawah kita. Sebab, para pengusaha biasanya mencari pekerja yang upahnya cenderung kecil dan tidak terlalu banyak protes. Sedang kita tahu, di Indonesia demonstrasi menuntut kenaikan upah hampir terjadi setiap saat diberbagai wilayah. Harapan kita adalah pekerja terampil kita memiliki daya saing yang tinggi sehingga mampu mendapatkan posisi terbaik dalam lapangan kerja ASEAN. MEA memang menjadi ajang kompetisi yang bebas dan terbuka, namun peran pemerintah dalam memproteksi keluar masuknya warga negara Indonesia di lapangan pekerjaan ASEAN hendaknya dimatangkan, untuk mengantisipasi kehilangan sumberdaya manusia yang berkualitas, yang seharusnya ikut sumbangsih dalam pembangunan ekonomi Indonesia secara langsung.

D. Daya Saing Industri Indonesia dalam Menghadapi MEA

Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dalam memimpin pasar bebas MEA yang telah diresmikan pertanggal 30 desember 2015 lalu, sebab Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar di ASEAN, tentu dapat menjadi peluang yang baik untuk meningkatkan perekonomian negeri dari sektor perdagangan,baik dari industri makanan-minuman, tekstil,kerajinan tangan, dan industri manufaktur lain. Namun, tentu Indonesia harus dapat mempersiapkan diri dengan meningkatkan daya saing industrinya dan memetakan potensi apa saja yang akan menjadi produk unggulan dalam kompetisi ekonomi MEA.

(44)

infrastruktur membuat industri nasional “gugup” menghadapi AEC 2015. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sektor industri pengolahan migas pada 2012 lalu tumbuh 5,7% dan industri pengolahan non-migas meningkat 6,4% dan memberikan kontribusi sebesar 20,8 % dari total pertumbuhan produk domestikbruto (PDB) nasional. (majalah industri kementerian perindustrian,2013)

Di Indonesia infrastruktur dan mahalnya biaya logistik menjadi poin penting yang perlu dijadikan perhatian oleh pemerintah untuk mendukung lancarnya lalu lintas barang dan jasa dalam kompetisi MEA. Di Indonesia, biaya logistik saat ini rata-rata masih 16% dari total biaya produksi. Adapun normalnya maksimal hanya 9%-10%.

Ada sembilan sektor unggulan yang diusung oleh kementrian perindustrian dalam menghadapi MEA, dimana sembilan komoditas ini memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan barang yang sama dari negara ASEAN lain. Kesembilan komoditas tersebut di antaranya, produk berbasis agro seperti (CPO, kakao, karet), ikan dan produk olahannya, tekstil dan produk tekstil, alas kaki, kulit dan barang kulit, furnitur, makanan dan minuman, pupuk dan petrokimia, mesin dan peralatannya, serta logam dasar, besi dan baja. Selain sembilan komoditas unggulan, Pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Perindustrian juga mengantisipasi adanya tujuh cabang industri yang memiliki potensi hambatan dalam menghadapi MEA. Tujuh komoditas tersebut diantaranya meliputi otomotif, elektronik, semen, pakaian jadi, alas kaki, makanan dan minuman serta furnitur. (Majalah Industri Kemenperin,2013:8)

(45)
(46)

BAB III

POSISI DAN EKSISTENSI PGN SEBAGAI BUMN SEKTOR GAS INDONESIA

PGN adalah BUMN Indonesia yang bergerak di sektor migas. Selama lebih dari 50 tahun PGN menjadi BUMN migas, PGN terus melakukan inovasi dan berkomitmen untuk mendukung pemerintah dalam ketahanan energi nasional. PGN adalah BUMN migas disektor hilir , yaitu pada transmisi dan distribusi. Namun, seiring kemajuan bisnisnya dan dukungan penuh dari pemerintah Indonesia , kini PGN mulai merambah di usaha hulu atau eksplorasi dan produksi gas alam. Dalam menjalankan komitmennya menjamin ketersediaan gas nasional dan mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional, PGN dibantu oleh anak perusahaannya, yang dibagi dalam beberapa bidang khusus untuk lebih memudahkan pencapaian visi dan misi PGN , dan memudahkan gas sampai pada konsumen

Dalam Bab ini, penulis akan membahas sejarah berdirinya PGN, profil PGN (meliputi visi dan misi PGN, unit bisnis strategis PGN,serta wilayah distribusi PGN) pada sub bab pertama. Pada sub Bab ke dua akan dibahas tentang Upaya PGN dalam Mendukung Ketahanan Energi di Indonesia , dan pada sub Bab ke tiga penulis akan mengulas tentang Kesiapan PGN dalam menghadapi masyarakat Ekonomi ASEAN. Dalam sub Bab terakhir ini akan di bahas mengenai peluang dan tantangan PGN dalam menghadapi masyarakat Ekonomi ASEAN

A. Dinamika PGN sebagai BUMN Migas di Indonesia

(47)

dihasilkan dari batu bara dan minyak bakar. Pada tahun 1950, perusahaan ini kemudian diambil alih oleh pemerintah Belanda dan diberi nama NV. Netherland Indische Gaz Maatschapij (NV. NIGM). Kemudian diambil alih oleh pemerintah Indonesia nama perusahaan diganti menjadi Badan Pengambil Alih Perusahaan-Perusahaan Listrik dan Gas (BP3LG) Pada tahun 1958, yang kemudian beralih status menjadi BPU-PLN pada tahun 1961. Pada tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1965, perusahaan ditetapkan sebagai perusahaan negara dan diberi nama Perusahaan Negara (PN) Gas ,dan hingga saat ini 13 mei diperingati sebagai hari lahirnya Perusahaan Gas Negara (PGN), yang kini sudah genap 50 tahun hadir sebagai BUMN yang berkomitmen menjamin kebutuhan gas nasional.

Pada awal tahun 1974, PN Gas mulai memperkenalkan dan mendistribusikan gas alam yang lebih ramah lingkungan, menggantikan batu bara dan minyak yang tidak ramah lingkungan dan tidak ekonomis. Konsumennya adalah sektor rumah tangga, komersial dan industri. Pada awal kiprah PN Gas , Penyaluran gas alam untuk pertama kali dilakukan di Cirebon tahun 1974, kemudian disusul berturut-turut di wilayah Jakarta

tahun 1979, Bogor tahun 1980, Medan tahun 1985, Surabaya tahun 1994, dan Palembang

tahun 1996. Pada tahun 1985, sekitar satu dekade setelah gas bumi pertama kali didistribusikan di Cirebon, volume penjualan gas yang dilakukan oleh PN Gas telah meningkat sampai lebih dari lima kali dibandingkan dengan volume penjualan gas bumi di tahun 1974 yang hanya sebesar sebesar 3 MMSCFD. Prestasi ini merupakan salah satu momentum dalam sejarah PN Gas yang ditindaklanjuti oleh pemerintah Indonesia dengan merubah status PN Gas menjadi Perusahaan Umum (PERUM) Gas Negara pada tahun 1986.

(48)

lebih dari lima kali dibandingkan dengan volume penjualan gas bumi di tahun 1974 yang hanya sebesar sebesar 3 MMSCFD. Prestasi ini merupakan salah satu momentum dalam sejarah PN Gas yang ditindaklanjuti oleh pemerintah Indonesia dengan merubah status PN Gas menjadi Perusahaan Umum (PERUM) Gas Negara pada tahun 1986. Keberhasilan Perum Gas Negara dalam bisnis distribusi gas bumi mendorong pemerintah untuk memberikan tanggung jawab yang lebih besar dengan memperluas cakupan bisnis Perum Gas Negara dari semula hanya menangani bisnis distribusi gas bumi ditambah dengan menangani bisnis transmisi gas bumi. Hal ini dilakukan oleh pemerintah dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 37 tahun 1994 yang juga merubah status Perum Gas Negara menjadi Perusahaan Gas Negara (PERSERO).(

www.budipriswanto.com/tag/profil-pgn diakses pada 29 april 2015)

BUMN sektor migas Indonesia yang memiliki slogan “ Energy For Life” ini pelan

tapi pasti terus melakukan peningkatan mutu dan kualitas perusahaannya, memperbaiki dan membangun infrastruktur yang mampu menjangkau seluruh negeri untuk menjamin gas sampai pada konsumen, serta terus melakukan peningkatan teknologi untuk mendukung cita-cita PGN dalam komitmennya mendukung ketahanan energi nasional. Dalam menjalankan bisnisnya, PGN memiliki visi dan misi diantaranya :

Visi PGN

Menjadi perusahaan kelas dunia dalam pemanfaatan gas bumi.

Misi PGN

(49)

1. Penguatan bisnis inti di bidang transportasi, niaga gas bumi dan pengembangannya.

2. Pengembangan usaha pengolahan gas.

3. Pengembangan usaha jasa operasi, pemeliharan dan keteknikan yang berkaitan dengan industri migas.

4. Profitisasi sumber daya dan aset perusahaan dengan mengembangkan usaha lainnya.

5. PGN juga memiliki budaya ProCISE yang merupakan singkatan dari Profesionalism, Continuous Improvement, Integrity, Safety, dan Excellent

Service.

1. Unit Bisnis Strategis PGN

Dalam keseriusannya mempertahankan ketahanan energi nasional PGN terus mengembangkan usahanya, terutama dalam pembangunan infrastruktur penyaluran transmisi gas nasional. Hingga saat ini infrastruktur gas pipa PGN sudah mencapai lebih dari 6470 km (data oktober 2015), atau setara dengan 70% total pipa hilir gas bumi di Indonesia. Selain itu PGN terus berkomitmen untuk menambah jangkauan infrastruktur setiap tahunnya, hingga menjangkau seluruh wilayah nusantara. Hal ini menjadikan PGN sebagai salah satu pemegang peran penting dalam distribusi kebutuhan gas nasional.

Dalam menjalankan komitmennya menjamin ketersediaan gas nasional dan mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional, PGN dibantu oleh anak perusahaannya, yang dibagi dalam beberapa bidang khusus untuk lebih memudahkan pencapaian visi dan misi PGN , dan memudahkan gas sampai pada konsumen, diantaranya:

1. PT Transportasi Gas Indonesia: transmisi gas bumi

(50)

3. PT PGN Solution: konstruksi, enginering, operation & maintenance

4. PT Nusantara Regas: terminal penyimpanan dan regasifikasi terapung

5. PT Saka Energi Indonesia: kegiatan di bidang hulu

6. PT Gagas Energi Indonesia: kegiatan di bidang hilir

7. PT PGN LNG Indonesia: bisnis LNG dan terminal penyimpanan dan regasifikasi

terapung

8. PT Kalimantan Jawa Gas

9. PT Permata Graha Nusantara (PGN Mas)

10.PT Gas Energi Jambi: perdagangan, konstruksi dan jasa

11.PT Banten Gas Synergi: jasa, transportasi, perdagangan dan pertambangan (afiiliasi)

2. Produk PGN

PGN memiliki 4 (empat) produk yaitu Gas alam (Natural Gas) yang didistribusikan melalui pipa langsung kepada konsumen, LNG (Liquified Natural Gas) , CNG ( Compressed Natural Gas ) , dan BBG (Gas Fuel). Diantara ke empat produk PGN tadi, Natural Gas atau Gas alam

(51)

Gambar 1.2 Konsumen PGN

3. Wilayah Distribusi PGN

Dalam menjalankan bisnisnya, untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada para pelanggannya PGN membagi wilayah usaha distribusi gasnya ke dalam 3 (tiga) Wilayah Strategic Business Unit (SBU) yang menjangkau wilayah sumatera dan jawa, dengan tujuan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan jaringan dan fasilitas di wilayah SBU agar lebih mudah dalam pendistribusian gas kepada konsumen. Berikut adalah ketiga SBU yang telah dibangun PGN:

(52)

2. SBU Distribusi Wilayah II Jawa Bagian Timur, meliputi wilayah Jawa Bagian Timur yang terbagi atas 2 (dua) wilayah operasi yaitu operasi wilayah I (Surabaya-Gresik) dan operasi wilayah II (Sidoarjo-Mojokerto dan Pasuruan-Probolinggo), serta 3 (tiga) Area Penjualan yaitu Area Surabaya-Gresik, Area Sidoarjo-Mojokerto, dan Area Pasuruan-Probolinggo.

3. SBU Distribusi Wilayah III Sumatera Bagian Utara, meliputi wilayah Medan dan sekitarnya, Kepulauan Riau, Riau dan Jambi. (www.budipriswanto.com/tag/profil-pgn

diakses pada 29 april 2015)

Saat ini PGN telah membangun infrastruktur transmisi dan distribusi gas kedalam 18 area utama di seluruh indonesia yaitu area Medan, Batam, Pekanbaru, Palembang, Lampung, Cilegon, Tangerang, Jakarta, Bogor, Bekasi, Karawang, Cirebon, Semarang, Surabaya, Pasuruan, Sidoarjo, Tarakan, dan Sorong.

Dengan dibantu anak perusahaannya, PGN menjadi semakin mudah dalam meningkatkan skala produksi dan jangkauan distribusinya serta mempercepat penetrasi dan ekspansi pasar. Selain itu PGN beserta anak perusahaannya terus berinovasi dan meningkatkan teknologi agar dapat bersaing ditengah serbuan produk gas swasta yang kualitas dan harganya semakin kompetitif.

B. Upaya PGN dalam Mendukung Ketahanan Energi di Indonesia

(53)

berkomitmen menjamin ketersediaan gas untuk masyarakat baik untuk industri,komersial (Hotel, Rumah sakit, Restaurant dll), juga menjamin ketersediaan gas rumah tangga.

Sebagai upaya peningkatan transparansi dan kemudahan mendapatkan dana untuk pengembangan infrastruktur gas, pada tahun 2003 Pemerintah atas persetujuan DPR mengambil langkah untuk menjadikan PGN sebagai perusahaan terbuka. Saat ini Perseroan merupakan perusahaan milik negara publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), di mana kepemilihan saham PGN sebesar 56,96% dimiliki oleh Pemerintah RI dan sekitar 43,04% dikuasai publik. (PGN, 2015)

Saat ini PGN sudah membangun jaringan pipa gas meliputi Jawa Timur dan Jawa Tengah (785 km), Sumatra Utara dan Kepulauan Riau (761 km), Transmisi Grissik-Duri (536 km), dan Transmisi Grissik-Batam-Singapura (470 km), serta Transmisi South Sumatra West Java sepanjang 1.004 km.(Data PGN oktober 2015) Yang totalnya adalah 6470 KM. Dan PGN juga mentargetkan untuk terus memperluas jaringannya dengan menambah 4000 km pipa baru pada 2019.

(54)

relatif lebih pasti, sebab instalasi gas PGN hampir serupa dengan instalasi listrik PLN, yaitu pipa gas dihubungkan langsung kepada konsumen.

PGN terus melakukan pengembangan mutu produk serta kerjasama baik dengan swasta, pemerintah, bahkan melakukan studi banding keluar negeri. PGN berkeinginan untuk terus melakukan perluasan usaha di industri gas nasional. Selain memperkuat perannya di sektor hilir,PGN juga mulai serius menggarap sektor hulu dengan menimba ilmu dalam teknologi eksploitasi shale gas di negeri Amerika Serikat.(Tambang.co.id, PGN Ingin Kuasai Hulu dan Hilir, Desember 2015).

PGN terus berkomitmen PGN dalam menjamin ketersediaan energi nasional , sebagai bentuk dukungan PGN terhadap konversi BBM ke gas oleh pemerintah. PGN telah menambah jaringan SPBG diseluruh Indonesia untuk meningkatkan pelayanan penyediaan gas terutama untuk transportasi. PGN telah menjadi inisiator dengan membangun Mobile Refueling Unit (MRU) yang berada di Monas, Jakarta. MRU difungsikan untuk pengisian bahan bakar kendaraan seperti bajaj, bus TransJakarta dan kendaraan berbahan bakar gas lainnya. Selain meresmikan SPBG, PGN juga menandatangani kesepakatan kerjasama dengan Perum Damri dalam hal penyediaan dan pemanfaatan gas bumi untuk bahan bakar bus dan truk milik Damri. Selain itu PGN juga bekerjasama dengan Kabupaten Sukabumi untuk mengembangkan infrastruktur dan memenuhi kebutuhan gas untuk transportasi dan industri di wilayah Kabupaten Sukabumi. Ke depan, kerjasama juga akan dilakukan dengan koperasi angkutan umum terkait penyediaan dan pemasangan konverter kit. (Press Release PGN, Desember 2013)

(55)

infrastruktur di Cluster Tambak Aji. Selain itu juga mengembangkan di wilayah cluster baru, Wijaya Kusuma Semarang. Sektor industri yang memanfaatkan gas bumi cukup beragam dari industri makanan, pakan, logam, tekstil dan jamu.

Selain itu di Jakarta, PGN sedang mengerjakan berbagai proyek infrastruktur gas di DKI Jakarta. Proyek itu antara lain pembangunan jaringan gas rumah tangga, pembangunan jaringan gas Ring Line 1 (Muara Karang-Muara Bekasi) sepanjang 45 kilometer, pembangunan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) dan Mobile Refuelling Unit (MRU) atau SPBG bergerak. PGN mendukung upaya Pemprov DKI Jakarta untuk mewujudkan program kota yang ramah lingkungan, efisien dan hemat energi (Eco-City). (Press Release PGN , 13 Agustus 2014)

Dari sekitar 60 Badan Usaha Hilir Gas yang ada di Indonesia, PGN merupakan satu-satunya Badan Usaha yang mengembangkan infrastruktur gas secara terintegrasi untuk seluruh lapisan masyarakat. Jaringan pipa gas PGN mengalirkan gas untuk berbagai sektor mulai dari sektor rumah tangga, industri, komersial, UKM, listrik dan transportasi.

(56)

PGN ingin mewujudkan konversi ke gas bumi tiga pilar utama yaitu ketersediaan pasokan gas, pembangunan infrastruktur dan daya serap pasar harus dikembangkan secara bersamaan. Sehingga PGN terus membangun kerjasama dengan pemerintah dan mitra bisnis lain yang dapat mendukung dan membangun kemandirian dan memperkuat daya saing ekonomi nasional,Sehingga gas bumi dapat menjadi energi yang mampu diandalkan dalam memperkuat perekonomian nasional, kaitannya dengan ketahanan energi Indonesia dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN yang berlaku pertanggal 31 desember tahun 2015.

C. Kesiapan PGN dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

PGN atau Perusahaan Gas Negara adalah BUMN milik Indonesia yang bergerak di sektor transmisi dan distribusi gas. Pada awal operasinya PGN adalah pemain tunggal dibidang distribusi gas yang bisnisnya dilindungi negara, namun setelah diberlakukannya UU no 22 tentang Minyak dan Gas Bumi, maka PGN bukan lagi pemain tunggal dalam bisnis distribusi dan transmisi Gas nasional. Sebab sejak diberlakukannya Undang-Undang tersebut, terbukalah peluang bisnis swasta dalam bisnis penjualan dan distribusi gas ini. PGN bukan lagi pemain tunggal dalam bisnis transmisi dan distribusi gas nasional melalui pipa PGN yang terintegrasi diseluruh Indonesia, baik bagi kebutuhan rumah tangga, Industri. Pemerintah memberikan akses yang luas dan terbuka pada swasta dalam ikut serta dalam industri minyak dan gas yang sebelumnya dikuasai oleh PGN.

(57)

dengan pelaku bisnis gas lain. Hal ini tentu berdampak pada keberlangsungan bisnis PGN terutama dalam menghadapi persaingan bebas baik dari dalam negeri, maupun saat menghadapi MEA, sebab bukan tidak mungkin industri Gas dan Minyak bumi Indonesia

akan “diserang” oleh pelaku bisnis ASEAN.

PGN sebagai BUMN sektor distribusi dan transmisi gas yang cukup lama beroperasi, memiliki banyak keunggulan dibandingan pelaku bisnis lain. Salah satunya adalah PGN memiliki pipa yang terintegrasi di seluruh indonesia yang memiliki porsi sebesar 70 persen dari keseluruhan total jaringan pipa gas dalam negeri. Hal ini tentu menjadi poin penting bagi kelangsungan bisnis PGN di era liberalisasi MEA. Selain itu PGN juga memiliki sumberdaya manusia yang handal dan berkualitas sehingga terus memperbarui teknologi untuk menunjang skala produksi dan kualitas produk. PGN memiliki proges yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, salah satunya dalam peningkatan volume penjualan,pada tahun 2011 sebesar 795,28 mmscfd meningkat menjadi sebesar 807,16 mmscfd di tahun 2012, kemudian ditahun 2015 telah mencapai 1,556 MMscfd. Ini membuktikan bahwa PGN memiliki potensi besar untuk ikut menyemarakkan bursa pasar bebas internasional khususnya era MEA ini. Sebab PGN terus berinovasi dan meningkatkan daya saing agar tetap bertahan ditengah persaingan global.

(58)

Gambar

Gambar 1.1 Bagan Latecomers Firm Mathews
Tabel .2.1 Negara Anggota ASEAN
Tabel 2.2 Daya Saing Negara Anggota ASEAN
Tabel 2.3 Human Development Index ASEAN 2010-2012
+2

Referensi

Dokumen terkait

Nilai sisa tekan yang lebih dari 10 meter (>1 atm), menyebabkan air yang sampai ke pelanggan cukup kencang. Berdasarkan kajian di lapangan, air yang sampai di

Disimpulkan bahwa permasalahan utama kawasan ini adalah sirkulasi kendaraan dan pedestrian yang tidak nyaman karena yang terjadi adalah jalur pedestrian yang menjadi

Terkait dengan penyelenggaraan diklat di atas, berikut adalah ketentuan-ketentuan bagi peserta diklat: A. Selama penyelenggaraan diklat seluruh peserta diklat diwajibkan

Game yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Lego Marvel Super Heroes” sebagai media branding yang di lakukan oleh Lego.. Lego Marvel Super Heroes menampilkan

Akreditasi rumah sakit, selanjutnya disebut akreditasi adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan

BAB ini akan membahas tentang berbagai pendekatan yang digunakan dalam memahami studi hubungan inter-nasional di Asia Tenggara. Ada beberapa pendekatan yang

Berikut adalah kelebihan dan kelemahan pengumpulan data primer dengan Self   Administered Questionnaire atau kuesioner yang diberikan langsung kepada responden :..