• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konstelasi Politik Dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus : Pemilihan Kepala Desa Huta Ibus Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Konstelasi Politik Dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus : Pemilihan Kepala Desa Huta Ibus Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas)"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

KONSTELASI POLITIK DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA (Studi Kasus : Pemilihan Kepala Desa Huta Ibus Kecamatan Lubuk

Barumun Kabupaten Padang Lawas)

SKRIPSI

OLEH

ARFAN HABIBI (080906016)

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIPERSITAS SUMATERA UTARA

▸ Baca selengkapnya: contoh surat perjanjian kontrak politik calon kepala desa

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ARFAN HABIBI (080906016)

KONSTELASI POLITIK DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA

(Pemilihan Kepala Desa Huta Ibus, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas). Rincian isi Skripsi 60 Halaman, 5 Tabel, 3 Gambar, 13 Buku, 2 Undang-Undang, serta 9 Wawancara.

ABSTRAK

Konstelasi Politik merupakan tentang situasi dan keadaan politik dalam suatu ruang lingkup yaitu Desa Huta Ibus. Penelitian ini mencoba menguraikan fakta-fakta tentang proses Pemilihan Kepala Desa Huta ibus Tahun 2012 yang berdasarkan sesuai dengan tahapan-tahapan Pemilihan Kepala Desa tersebut yaitu : Tahapan pembentukan panitia pemilih, Tahapan Pendataan daftar pemilih, Tahapan Penjaringan bakal calon dan penyeleksian calon kepala desa, Tahapan kampanye calon kepala desa, Tahapan pemungutan suara, Tahapan penetapan calon terpilih.

Dalam penelitian ini menggunakan metode deskripsi, yaitu dengan menggunakan metode wawancara secara mendalam terhadap Pemerintahan Desa sekaligus Masyarakat Desa Huta Ibus dan studi pustaka untuk mengeksplorasikan tentang Konstelasi Politik dalam Pemilihan Kepala Desa.

(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SICIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

ARFAN HABIBI (080906016)

POLITICAL CONSTELLATION IN VILLAGE CHIEF ELECTION

(Village Chief Electoral Process Huta Ibus District Lubuk Barumun, Padang Lawas District). Contents thesis details 60 pages, 5 tables, 2 images, 13 books, 2 institution, 9 interviews.

ABSTRACT

Politics is a constellation of the situstion and the political situation in the scope of the village Huta Ibus. This study tried to describe facts about the Huta Ibus village head election year 2012, which is based in accordance with the stages of the election of the village are : the establishment of the committe voters stage, stages collection village, phases kampany village chief candidates, voting stages, determination of selected candidates.

In this research, a description of research methods, namely by using indepth interviews to the village goverment as well as the village of Huta Ibus and literature for exploration of the constellation of politics in the selection of the chief.

Keywords : Constellation Chief Electoral Politics in the Village

(4)

KATA PENGANTAR

Segala Puja dan Puji Syukur Bagi Allah SWT, yang telah memberikan keda penulis Rahmat dan Ridhanya berupa kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menelesaikan skripsi ini dengan judul : Konstelasi Politik Dalam Pemilihan Kepala Desa (Study Deskriptif: Pemilihan Kepala Desa Huta Ibus, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012).

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian skripsi ini yang disebabkan oleh keterbatasan penulis. Untuk itu penulis memohon maaf dan dengan kerendahan hati mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun intelektualitas untuk perbaikan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan bagi penulis menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis ayahanda Syahrul Tanjung dan ibunda Hasmeny Harahap yang telah memberikan didikan, doa, dukungan sekaligus motivasi agar penulis selalu berusaha untuk berbuat yang terbaik. Juga kepada abang, kakak, dan adek penulis dan teman khusus penulis Lili Sarfiah Harahap SKM yang ikut serta memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama ini.

Terima kasih juga yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Politik.

3. Bapak Drs. Zakaria Taher, MSP, Sebagai Dosen Pembimbing yang bsgitu banyak memberikan arahan. Saran dan banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

4. Bapak Faisal Andri Mahrawa, S.I.P, M.Si, Selaku Dosen Pembaca yang begitu banyak memberikan arahan, saran. Dan kritik yang bersifat membangun dan bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Asisten Dosen yang mengajar dan mendidik penulis selama ini, sekaligus kepada seluruh Staf Departemen Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bakal ilmu yang tak ternilai harganya selama kuliah kepada penulis.

7. Kepada Abanganda Ikhsanul Nasir Hasibuan, SAg, MM, yang banyak membantu penulis dalam penelitian si Desa Huta Ibus, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas.

8. Kepada Tulang H. Ali Sutan Harahap (TSO) Bupati Padang Lawas, yang membantu penulis dalam mengambil data profil di Kabupaten Padang Lawas. 9. Kepada Bapak Irfan Hasibuan selaku Kepala Desa Huta Ibus sekaligus kepada

Staf dan Perangkat Desa Huta Ibus.

(5)

11 Kepada seluruh kawan-kawan Ilmu Politik Angkatan 2008 yang khususnya kepada Pahrur Rosi Harahap, Saleh Syaputra Siregar, Ahmad Ramdani Hasibuan, dan kawan-kawan Politik lainnya yang tidak bisa saya sebut satu persatu, yang telah memberikan dukungan sekaligus membantu kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dengan sagala kerendahan hati yang tulus, penulis memohon maaf atas kekurangan-kekurangan salam skripsi ini, karena penulis yakin tidak ada kesempurnaan dalam hidup ini, kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Penulis juga berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Medan, Oktober 2013

Penulis Arfan Habibi

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar isi ... v

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Perumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 5

D.Manfaat Penelitian ... 5

E. Kerangka Teori ... 6

E. 1. Partisipasi Politik ... 6

E. 2. Dimensi Partisipasi Politi ... 8

E. 2. 1. Gaya Partisipasi Politik ... 8

E. 2. 2. Motif Partisipasi ... 10

E. 3. Konsekuensi Partisipasi Dalam Politik ... 11

E. 4. Desa ... 12

E. 4. 1. Masyarakat Desa ... 14

E. 4. 2. Pengertian Pemilihan Kepala Desa ... 16

E. 4 .3. Kepala Desa ... 17

E. 4. 3. 1. Syarat-syarat Menjadi Kepala Desa... 17

E. 4. 3. 2. Tahapan Pencalonan Kapala Desa ... 18

E. 4. 3. 3. Tahapan Pemilihan Kapala Desa ... 18

E. 4. 3. 4. Tugas dan Kewajiban Kepala Desa ... 19

E. 4. 3. 5. Pemberhentian Kepala Desa ... 21

(7)

F. 1. Lokasi Penelitian ... 23

F. 2. Teknik Pengumpulan Data ... 23

F. 3. Sumber Informasi ... 24

F. 4. Analisis Data ... 24

F. 5. Sistematika Penulisan... 26

BAB II PROFIL DAN SISTEM PEMERINTAHAN KABUPATEN PADANG LAWAS DAN DESA HUTA IBUS ... 27

A. Sejarah Kabupaten Padang Lawas ... 27

A.1. Letak Geografis dan sistem Pemerintahan Padang Lawas ... 32

B. Deskrifsi Desa Huta Ibus ... 34

B. 1. Sejarah Desa Huta Ibus ... 34

B. 2. Profil Desa Huta Ibus ... 35

B. 3. Struktur Pemerintahan Desa Huta Ibus ... 36

B. 3. 1. Kepala Desa ... 36

B. 3. 2. Perangkat Desa ... 36

B. 4. Badan Permusyarawatan Desa (BPD) ... 40

BAB III KONSTELASI POLITIK DALAM PEMLIHAN KEPALA DESA HUTA IBUS TAHUN 2012...43

A.Proses Pemilihan Kepala Desa ... 43

A.1. Tahapan Pembentukan Panitia Pemilihan ... 43

A.1. 1. Ketua Panitia Pemilihan ... 44

A.1. 2. Sekretaris Panitia Pemilihan ... 45

A.1. 3. Bendahara Panitia Pemilihan ... 45

A.1. 4. Bendahara Panitia Pemilihan ... 45

A.2. Tahapan Pemdataan Pemilihan ... 46

A.3. Tahapan Penjaringan dan Seleksi Bakalan Calon Kepala Desa ... 46

A. 4. Tahapan Kampanye ... 49

A. 5. Tahapan Pemilihan dan Pemungutan Suara ... 50

(8)

B. Permaslahan Dalam Pemilihan Kepala Desa Huta Ibus ... 53

B. 1. Permasalahan Dalam Pendataan Pemilih ... 53

B. 2. Permasalahan Pelanggaran Dalam Kampanye ... 55

BAB IV PENUTUP ... 56

A.Kesimpulan ... 56

B.Saran ... 59

Daftar Pustaka. ... 61

Daftar Lampiran :

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Transkip Wawancara dengan Informasi Penelitian Lampiran 3. Surat Pernyataan Dari Kepala Desa Huta Ibus Lampiran 4. Surat Lampiran Dari Pemerintahan Padang Lawas Lampiran 5. Surat Pernyataan dari Informasi Penelitian

Lampiran 6. Surat Pernyataan Pencalonan Kepala Desa

Lampiran 7. Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Rancangan Usulan Penelitian Mahasiswa

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Bupati Kabupaten Padang Lawas Periode ke Periode ... 31

Tabel 2.2 Statistik Geografi dan Iklim Padang Lawas ... 32

Tabel 2.3 Kepala Desa Huta Ibus Periode Ke Periode ... 35

Tabel 3.1 Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Kepala Desa Huta Ibus ... 47

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Struktur Pemerintahan Desa Huta Ibus Kecamatan

Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas ... 40 Gambar 2.2 Struktur Badan Permusyawaratan Desa Huta Ibus ... 42

(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ARFAN HABIBI (080906016)

KONSTELASI POLITIK DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA

(Pemilihan Kepala Desa Huta Ibus, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas). Rincian isi Skripsi 60 Halaman, 5 Tabel, 3 Gambar, 13 Buku, 2 Undang-Undang, serta 9 Wawancara.

ABSTRAK

Konstelasi Politik merupakan tentang situasi dan keadaan politik dalam suatu ruang lingkup yaitu Desa Huta Ibus. Penelitian ini mencoba menguraikan fakta-fakta tentang proses Pemilihan Kepala Desa Huta ibus Tahun 2012 yang berdasarkan sesuai dengan tahapan-tahapan Pemilihan Kepala Desa tersebut yaitu : Tahapan pembentukan panitia pemilih, Tahapan Pendataan daftar pemilih, Tahapan Penjaringan bakal calon dan penyeleksian calon kepala desa, Tahapan kampanye calon kepala desa, Tahapan pemungutan suara, Tahapan penetapan calon terpilih.

Dalam penelitian ini menggunakan metode deskripsi, yaitu dengan menggunakan metode wawancara secara mendalam terhadap Pemerintahan Desa sekaligus Masyarakat Desa Huta Ibus dan studi pustaka untuk mengeksplorasikan tentang Konstelasi Politik dalam Pemilihan Kepala Desa.

(12)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SICIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

ARFAN HABIBI (080906016)

POLITICAL CONSTELLATION IN VILLAGE CHIEF ELECTION

(Village Chief Electoral Process Huta Ibus District Lubuk Barumun, Padang Lawas District). Contents thesis details 60 pages, 5 tables, 2 images, 13 books, 2 institution, 9 interviews.

ABSTRACT

Politics is a constellation of the situstion and the political situation in the scope of the village Huta Ibus. This study tried to describe facts about the Huta Ibus village head election year 2012, which is based in accordance with the stages of the election of the village are : the establishment of the committe voters stage, stages collection village, phases kampany village chief candidates, voting stages, determination of selected candidates.

In this research, a description of research methods, namely by using indepth interviews to the village goverment as well as the village of Huta Ibus and literature for exploration of the constellation of politics in the selection of the chief.

Keywords : Constellation Chief Electoral Politics in the Village

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pembagian daerah di Republik Indonesia terdiri atas daerah besar dan daerah kecil, dengan bentuk dan susunan pemerintahan yang ditetapkan dalam undang-undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintah negara dan hak asal-usul yang bersifat istimewa seperti marga dan dusun. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menghormati kedudukan daerah-daerah yang bersifat istimewa tersebut dengan segala peraturan negara yang mengenai daerah-daerah itu akan asal-usul daerah tersebut.

Satu bentuk pembagian daerah terkecil dan disebut juga satuan pemerintahan terkecil adalah desa. Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten. Desa juga memiliki kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahannya sendiri dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Penyelenggaraan pemerintah desa merupakan sub-sistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya.

(14)

Pemilihan kepala desa tidak terlepas dari adanya partisipasi politik masyarakat desa. Partisipasi politik pada hakekatnya sebagai ukuran untuk mengetahui kualitas kemampuan warga negara dalam menginterpretasikan sejumlah simbol kekuasaan (kebijaksanaan dalam mensejahterakan masyarakat sekaligus langkah-langkahnya) ke dalam simbol-simbol pribadi. Atau dengan perkataan lain, partisipasi politik adalah proses memformulasikan ulang simbol-simbol komunikasi berdasarkan tingkat rujukan yang dimiliki baik secara pribadi maupun secara kelompok (individual reference, social references) yang berwujud dalam aktivitas sikap dan prilaku.1

Partisipasi politik masyarakat desa akan berjalan dengan lancar apabila ada perilaku politik dari masyarakat desa dan sosialisasi politik serta komunikasi politik yang baik dari para bakal calon kepala desa mengenai visi dan misi atau program kerja yang akan dilaksanakan. Pelaksanaan sosialisasi politik yang dilakukan oleh para bakal calon kepala desa biasanya dilakukan jauh-jauh hari sebelum penyelenggaraan pemilihan berlangsung dengan cara yang sangat menegangkan, panas, penuh dengan teknik, teror dan syarat dengan modal (politik uang). Umumnya, para calon kepala desa memiliki jaringan kekeluargaan yang sangat kuat, solid dan kompak serta memiliki modal uang paling memiliki potensi yang besar untuk memenangkan sebagai kepala desa. Para bakal calon biasanya orang yang kuat secara politik dan ekonomi di desanya.

Begitu pula aktifitas politik pada masyarakat Desa Hutaibus Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas sangat ditunjang oleh kegiatan-kegiatan masyarakat Desa Hutaibus dengan cara adanya aktivitas-aktivitas dalam pemilihan Kepala Desa (Pilkades) tersebut. Maksud adanya aktifitas dalam Pilkades di sini yaitu adanya pengaruh dari kelompok yang berkepentingan pada saat pemilihan berlangsung yang bertujuan dapat mempengaruhi masyarakat Desa Hutaibus pada saat pemberian suara berlangsung dengan cara memberikan

      

1

(15)

imbalan atas partisipasinya memilih calon Kepala Desa (Kades) sesuai dengan keinginan kelompok tadi.

Selain aktifitas-aktifitas dalam Pilkades dari masyarakat Desa Hutaibus dapat juga menjadi partisipan dalam Pilkades dengan cara: ikut menjadi juru kampaye (Jurkam) dalam mensosialisasikan program-program yang akan dicapai dari salah satu calon kades, ikut menjadi anggota aktif dari kelompok kepentingan seperti halnya dalam aktivitas dari masyarakat yaitu menjadi tim sukses atau mendukung salah satu calon kades, aktif dalam proyek-proyek sosial atau program-program sosial desa seperti mempromosikan program-program yang akan dicapai dari salah satu calon kades tersebut.

Masyarakat Desa Hutaibus yang ikut dalam aktivitas dalam Pilkades, menjadi partisipan dalam Pilkades ada juga yang menjadi pengamat mengenai jalannya Pilkades baik dari tahap pencalonan sampai pada tahap pelaksanaan, seperti menghadiri rapat-rapat umum atau diskusi-diskusi mengenai siapa saja yang akan mencalonkan menjadi kades, mengamati siapa-siapa saja yang menjadi tim sukses dari masing-masing calon kades, mengikuti perkembangan politik dari masing-masing calon kades, pengamat tersebut juga memberikan suaranya dalam Pilkades setelah melihat dan mengamati secara langung dari masing-masing calon kades.

(16)

masyarakat lainnya memilih calon kepala desa tersebut karena memiliki hubungan kekeluargaan (trah) dengan salah satu calon tersebut.

Selain ikut dalam aktivitas pada pelaksanaan Pilkades, menjadi partisipan dalam pelaksanaan Pilkades dan menjadi pengamat dalam pelaksanaan Pilkades, ada juga masyarakat menjadi orang yang apatis terhadap pelaksanaan Pilkades. Orang apatis tersebut benar-benar tidak peduli tentang pelaksanaan Pilkades baik dari tahap pencalonan sampai pada tahap pelaksanaan Pilkades, orang apolitis juga bisa tidak memilih salah satu calon kades dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa Hutaibus.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mencoba meneliti masalah-masalah yang menjadi kendala dari proses pelaksanaan pemilihan kepala desa sampai pada pelaksanaan pemilihan kepala desa di Desa Hutaibus Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten padang Lawas dengan mengajukan judul skripsi sebagai berikut: Konstelasi Politik Dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus : Pemilihan Kepala Desa Hutaibus, Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas).

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk mempermudah arah dan proses pembahasan dalam penyusunan skripsi, penulis dalam penelitian ini akan memfokuskan penjelasan tentang partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan kepala Desa Hutaibus Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012, yang berkaitan dengan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pemilihan kepala desa di Desa Hutaibus dari awal hingga terpilihnya Kepala Desa ?

2. Bagaimana aktivitas politik dan partisipasi politik masyarakat pada pemilihan Kepala Desa Hutaibus Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012?

(17)

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini antara lain:

1. Untuk dapat mengetahui bagaimana proses berjalannya pemilihan Kepala Desa Hutaibus Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012. 2. Untuk dapat mengetahui aktivitas politik dan partisipasi politik pada pemilihan

Kepala Desa Hutaibus Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012.

3. Untuk dapat mengetahui bagaimana berjalannya proses demokratisasi di tingkat desa.

D.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagi berikut: 1. Manfaat bagi Pengembangan Ilmu

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman serta pengembangan ilmu pengetahun dalam bidang Ilmu Politik khususnya masalah yang berkaitan dengan partisipasi politik dan demokratisasi di tingkat desa.

2. Manfaat bagi Masyarakat

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar hasil penelitian ini menjadi masukan yang berguna bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat di daerah-daerah desa yang sedang belajar berdemokrasi.

3. Manfaat bagi institusi

(18)

E.Kerangka Teori E.1. Partisipasi Politik

Pelaksanaan partisipasi dari warga negara/masyarakat dalam salah satu contoh keputusan yang dibuat oleh pemerintah yakni pemilihan umum di tingkat pusat dan di tingkat desa disebut pemilihan kepala desa. Pemilihan kepala desa tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak adanya partisipasi politik dari masyarakat. Definisi partisipasi politik itu sendiri menurut Inu Kencana Syafii dalam bukunya yang berjudul Sistem Pemerintahan Indonesia, yaitu: “Partisipasi politik adalah Kegiatan warga Negara sipil (private citizen) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah”.2

Menurut Soemarsono dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Politik yang dimaksud dengan Partisipasi politik pada hakekatnya sebagai ukuran untuk mengetahui kualitas kemampuan warga negara dalam menginterpretasikan sejumlah simbol kekuasaan (kebijaksanaan dalam mensejahterakan masyarakat sekaligus langkah-langkahnya) ke dalam simbol-simbol pribadi. Atau dengan perkataan lain, partisipasi politik adalah proses memformulasikan ulang simbol- simbol komunikasi berdasarkan tingkat rujukan yang dimiliki baik secara pribadi maupun secara kelompok (individual reference, social references) yang berwujud dalam aktivitas sikap dan prilaku.3

Sementara itu menurut Rafael Raga Maran dalam bukunya yang berjudul Pengantar Sosiologi Politik bahwa Partisipasi politik sebagai usaha yang

terorganisir oleh para warga negara untuk memilih pemimpin-pemimpin mereka dan mempengaruhi bentuk dan jalanya kebijaksanaan umum. Usaha ini dilakukan berdasarkan kesadaran akan tanggung jawab mereka terhadap kehidupan bersama sebagai suatu bangsa dalam suatu negara. Dalam hal ini, partisipasi politik berbeda dengan mobilisasi politik, yaitu usaha pengerahan masa oleh golongan elite politik untuk mendukung kepentingan-kepentingannya.4

      

2

Inu Kencana Syafii, 2002. Sistem Pemerintahan Indonesia, Jakarta: PT Rineka Cipta. Hlm 132. 3

Soemarsono. Op. Cit. Hlm. 6 4

(19)

Berdasarkan pendapat di atas, partisipasi politik sebagai usaha yang terorganisir atau tersusun rapi oleh warga negara atau masyarakat dalam memilih semua pemimpin-pemimpin yang akan menduduki pemerintahan serta dapat berpengaruh pada semua kebijaksanaan umum. Dalam hal ini partisipasi politik bukan merupakan mobilisasi politik yang dapat menggerakkan masyarakat yang diinginkan para elit politik, sehingga dapat mendukung semua keinginan-keinginan dari para elit politik tersebut.

Sedangkan menurut Mochtar Mas’oed dan Colin Mac Andrew dalam bukunya yang berjudul Perbandingan Sistem Politik, paling tidak terdapat lima hal yang menyebabkan timbulnya gerakan ke arah partisipasi lebih luas dalam proses politik ini antara lain:

1. Modernisasi, komersialisasi pertanian, industrialisasi, urbanisasi yang meningkat, penyebaran kepandaian baca tulis, perbaikan pendidikan, dan pengembangan media komunikasi massa. Ketika penduduk kota baru yang buruh, pedagang mempengaruhi nasib mereka sendiri, mereka makin banyak menuntut untuk ikut dalam kekuasaan politik.

2. Perubahan-perubahan Struktur Kelas Sosial, begitu bentuk suatu kelas pekerja baru dan kelas menengah yang meluas dan berubah selama proses industrialisasi dan modernisasi, masalah tentang siapa yang berhak berpartisipasi dalam pembuatan keputusan politik menjadi penting dan mengakibatkan perubahan-perubahan dalam pola partisipasi politik.

3. Pengaruh kaum Intelektual dan Komunikasi massa modern; kaum intelektual, sarjana, filsuf, pengarang dan wartawan sering mengemukakan ide-ide seperti egalitarisme dan nasioalisame kepeda masyarakat umum untuk membangkitkan tuntutan akan partisipasi massa yang luas dalam pembuatan keputusan politik.

(20)

5. Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial ekonomi dan kebudayaan; perluasan kegiatan pemerintah dalam bidang-bidang kebijaksanaan baru biasanya berarti bahwa konsekuensi tindakan-tindakan pemerintahan menjadi semakin menyusup ke segala segi kehidupan sehari-hari rakyat. Tanpa hak-hak sah atas partisipasi politik, individu-individu betul-betul tidak berdaya menghadapi dan dengan mudah dapat dipengaruhi oleh tindakan-tindakan pemerintah yang mungkin dapat ruang lingkup aktivitas pemerintah sering merangsang timbulnya tuntutan-tuntutan yang terorganisir akan kesempatan untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan politik.5

E.2. Dimensi partisipasi Politik

Adapun dimensi partisipasi yang dapat mempengaruhi partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan umum menurut Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Politik Khalayak dan Efek antara lain:6

E.2 .1. Gaya partisipasi

Gaya mengacu kepada baik apa yang dilakukan maupun bagaimana ia melakukan sesuatu kegiatan. Seperti gaya pembicaraan politik (antara singkat dan bertele-tele), gaya umum partisipasi pun bervariasi. Adapun yang termasuk dalam gaya partisipasi sebagai berikut:

a. Langsung/wakilan

Orang yang melibatkan diri sendiri (actual) dengan hubungan yang dilakukan terus-menerus dengan figur politik dengan cara menelepon, mengirim surat, dan mengunjungi kantor pemerintah. Yang lain bertindak terhadap politikus, tetapi tidak bersama mereka, misalnya mereka memberikan suara untuk memilih pejabat pemerintah yang belum pernah dilihat atau ditemuinya.

      

5

Masoed Mochtar dan Colin Mac Andrews, 1997. Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hlm 42-45.

6

(21)

b. Kentara/tak kentara

Seseorang mengutarakan opini politik, hal itu bisa meningkatkan kemungkinan diperolehnya keuntungan material (seperti jika mendukung seorang kandidat politik dengan imbalan diangkat untuk menduduki jabatan dalam pemerintahan).

c. Individual/kolektif

Bahwa tekanan dalam sosialisasi masa kanak-kanak, terutama dalam kelas-kelas pertama sekolah dasar, adalah pada gaya partisipasi individual (memberikan suara, mengirim surat kepada pejabat, dsb). Bukan pada memasuki kelompok terorganisasi atau pada demontrasi untuk memberikan tekanan kolektif kepada pembuatan kebijakan.

d. Sistematik/acak

Beberapa individu berpartisipasi dalam politik untuk mencapai tujuan tertentu, mereka bertindak bukan karena dorongan hati, melainkan berdasarkan perhitungan, pikiran, perasaan, dan usul mereka utnuk melakukan sesuatu bersifat konsisten, tidak berkontradisi, dan tindakan mereka kesinambungan dan teguh, bukan sewaktu-waktu atau dengan intensitas yang berubah-ubah. e. Terbuka/Tersebunyi

Orang yang mengungkapkan opini politik dengan terang-terangan dan tanpa ragu-ragu, dan yang menggunakan berbagai alat yang dapat diamati untuk melakukannya, bergaya partisipasi terbuka.

f. Berkomitmen/ Tak berkomitmen

(22)

g. Derita/kesenangan

Seseorang bisa menaruh perhatian politik dan melibatkan deritanya karena kegiatan politik itu sendiri merupakan kegiatan yang menyenangkan. Yang lain ingin mencapai sesuatu yang lebih jauh dari politik melalui partisipasi.

E.2. 2. Motif partisipasi

Berbagai faktor meningkatkan atau menekan partisipasi politik. Salah satu perangkat faktor itu menyangkut motif orang yang membuatnya ambil bagian. Motif-motif ini, seperti gaya partisipasi yang diberikannya berbeda-beda dalam beberapa hal sebagai berikut:

a. Sengaja/tak sengaja

Beberapa warga negara mencari informasi dan berhasrat menjadi berpengetahuan, mempengaruhi suara legislator, atau mengarahkan kebijaksanaan pejabat pemerintahan.

b. Rasional/emosional

Orang yang berhasrat mencapai tujuan tertentu, yang dengan teliti mempertimbangkan alat alternatif untuk mencapai tujuan itu, dan kemudian memilih yang paling menguntungkan di pandang dari segi pengorbanan dan hasilnya disebut bermotivasi rasional.

c. Kebutuhan psikologis/social

Bahwa kadang-kadang orang memproyeksikan kebutuhan psikologis mereka pada objek-objek politik misalnya, dalam mendukung pemimpin politik karena kebutuhan yang mendalam untuk tunduk kepada autoritas, atau ketika memproyeksikan ketidakcukupannya pada berbagai kelas “musuh” politik yang dipersepsi-minoritas, negara asing, atau politikus dari partai oposisi. d. Diarahkan dari dalam/dari luar

(23)

e. Berpikir/tanpa berpikir

Setiap orang berbeda dalam tingkat kesadarannya ketika menyusun tindakan politik. Perilaku yang dipikirkan meliputi interpretasi aktif dari tindakan seseorang dan perkiraaan konsekuensi tindakan itu terhadap dirinya dan orang lain.

E. 3. Konsekuensi partisipasi seorang dalam politik

Partisipasi politik yang dipikirkan dan interpretatif dibandingkan dengan jenis yang kurang dipikirkan dan lebih tanpa disadari menimbulkan pertanyaan tentang apa konsekuensi partisipasi bagi peran seseorang dalam politik pada umumnya. Konsekuensi partisipasi seorang dalam politik tersebut memiliki beberapa hal antara lain:

f. Fungsional/disfungsional

Tidak setiap bentuk partisipasi mengajukan tujuan seseorang. Jika misalnya tujuan seorang warga negara adalah melaksanakan kewajiban Kewarganegaraan yang dipersepsi, maka pemberian suara merupakan cara fungsional untuk melakukannya.

g. Sinambung/terputus

Jika partisipasi politik seseorang membantu meneruskan situasi, program, pemerintah atau keadaan yang berlaku, maka konsekuensinya sinambung. Jika partisipasi itu mengganggu kesinambungan kekuatan yang ada, merusak rutin dan ritual, dan mengancam stabilitas, partisipasi itu terputus.

h. Mendukung/menuntut

(24)

tetepon; lobbying atau menarik kembali dukungan financial dari kampaye kandidat.

Berdasarkan dimensi partisipasi politik di atas, bahwa dalam partisipasi politik orang mengambil bagian dalam politik dengan berbagai cara. Cara-cara itu berbeda-beda dalam tiga hal atau dimensi yakni: gaya umum partisipasi, motif partisipasi yang mendasari kegiatan mereka, dan konsekuensi berpartisipasi pada peran seseorang dalam politik.

E.4. Desa

Desa merupakan salah satu kesatuan terkecil masyarakat dimana masyarakat yang bermata pencaharian didominasi oleh pertanian. Tetapi penulis akan mengemukakan pengertian Desa secara umum yaitu Desa adalah setiap pemukiman para petani (peasant) sebenarnya faktor pertanian bukanlah ciri yang harus terlekat pada setiap desa. Ciri utama yang terlekat pada desa ditandai oleh keterkaitan warganya terhadap suatu wilayah tertentu. Keterkaitan terhadap wilayah ini di samping terutama untuk tempat tinggal, juga untuk menyangga kehidupan mereka.7

Menurut pendapat di atas, setiap pemukiman petani merupakan faktor pertanian dan bukanlah ciri-ciri yang melekat pada desa, sebenarnya ciri utama yang melekat pada desa di tandai adanya keterikatan warga masyarakat terhadap wilayahnya yang menjadi tempat tinggal dan mata pencaharian mereka.

Selanjutnya penulis akan mengemukakan pengertian desa menurut Raharjdo dalam bukunya yang berjudul Pengantar Sosiologi Pedesaan Dan Pertanian yaitu Desa dalam arti umum adalah desa sebagai suatu gejala yang

bersifat universal, terdapat dimanapun di dunia ini. sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada likalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal (secara menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhan, dan terutama yang tergantung kepada

      

7

(25)

pertanian, desa-desa cenderung mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang sama.8

Bertolak dari pendapat di atas, desa dalam arti umum sebagai suatu gejala yang sangat umum yang ada di dunia, baik sebagai sebagai komunitas kecil baik dari tempat tinggalnya maupun pemenuhan kebutuhan dari mata pencaharian mereka yang sesuai dengan ciri-ciri yang sama dengan wilayah mereka.

Pengertian desa menurut Haw Widjaja dalam bukunya Pemerintahan Desa dan Marga adalah sebagai berikut : Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional berada di daerah Kabupaten. Selanjutnya pengertian desa sama dengan nama marga sebagai berikut: Marga berasal dari serikat dusun-dusun atau kampung baik atas susunan masyarakat genealogis maupun masyarakat territorial, berdasarkan keturunan dan tempat dilahirkan. Masyarakat yang dimaksud adalah mereka yang dilahirkan, dibesarkan, hidup dan bermata pencaharian dan meninggal dunia di tempat itu.9

Bertolak dari pendapat diatas, maka penulis akan memberikan pengertian yang dimaksud dengan desa yakni: desa adalah suatu komunitas masyarakat kecil yang bertempat tinggal pada wilayah tertentu dan bermata pencaharian sebagain besar sebagai petani, dan berhak mengatur, mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasar pada adat-istiadat yang berlaku pada masyarakat setempat.

Sebagaimana yang telah diuraikan oleh pendapat dari beberapa para ahli di atas, maka dari pengertian Desa sesuai dengan pengertian desa berdasarkan pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 yaitu :

“Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal

      

8

Ibid. Hlm 28. 9

(26)

usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Secara teoritis, disamping yang telah dirumuskan dalam kesatuan perundang-undangan. Disini juga terlihat bahwa adanya dukungan pemerintah yang diserahkan kepada warga desa untuk mengatur dan mengurus desa berdasarkan potensi desa itu sendiri. Salah satu dari sekian banyak rumusan pengertian desa seperti dikemukakan Siagian dalam bukunya berjudul Pokok-Pokok Pembangunan Desa, Masyarakat Desa sebagai berikut: Desa adalah suatu

daerah hukum yang ada sejak beberapa keturunan dan mempunyai ikatan sosial yang hidup serta tinggal menetap di suatu daerah tertentu dengan adat istiadat yang dijadikan landasan hukum dan mempunyai seorang pemimpin formal yaitu Kepala Desa. Kehidupan penduduk desa umumnya tergantung dari usaha tani, nelayan dan sering disertai dengan usaha kerajinan tangan dan dagang kecil-kecilan.10

Berdasarkan pengertian di atas, desa adalah organisasi pemerintahan terendah yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri. Desa juga merupakan wilayah yang berfungsi sebagai tempat tinggal sekelompok masyarakat yang mempunyai aturan-aturan, norma hukum yang harus dipatuhi oleh semua anggota kelompok dalam Sistem Pemerintahan Republik Indonesia.

E.4. 1. Masyarakat Desa

Masyarakat desa identik dengan petani karena masyarakat desa sebagian besar bermata pencaharian pertanian. Petani yang ada di pedesaan biasanya sering disebut petani kecil atau peasan. Yang dimaksud dengan peasan menurut Eric R. Wolf dalam bukunya Rahardjo, peasan adalah penghasil-penghasil pertanian yang mengerjakan tanah secara efektif, yang melakukan pekerjaan itu sebagai nafkah hidupnya, bukan sebagai bisnis yang bersifat mencari keuntungan. Menurut Belshaw yang masih dikutip dalam bukunya Rahardjo yang berjudul Pengantar

      

10

(27)

Sosiologi Pedesaan dan pertanian yang dimaksud dengan masyarakat desa atau

masyaraat peasan adalah Yang way of life-nya berorientasi pada tradisionalitas, terpisah dari pusat perkotaan tetapi memiliki keterkaitan dengannya, yang mengkombinasikan kegitan pasar dengan produksi subsisten.11

Masyarakat desa erat sekali kaitannya dengan kebudayaan tradisional, bahwa kebudayaan tradisional akan tercipta apabila masyarakat desa amat tergantung kepada pertanian, tingkat teknologinya rendah dan produksinya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, maka menurut Paul H. Landis (1948) yang dikutif dari bukunya Rahardjo yang berjudul Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian yaitu pengaruh alam terhadap pola kebudayaan masyarakat desa

akan ditentukan oleh:

1. Sejauhmana ketergantungan mereka terhadap pertanian 2. Tingkat teknologi mereka

3. Sistem produksi yang diterapkan

Ada beberapa ciri-ciri kebudayaan tradisional masyarakat desa menurut Paul H. Landis adalah sebagai berikut:

1. Sebagai konsekuensi dari ketidakberdayaan mereka terhadap alam, maka masyarakat desa yang demikian ini mengembangkan adaptasi yang kuat terhadap lingkungan alamnya.

2. Pola adaptasi yang pasif terhadap lingkungan alam berkaitan dengan rendahnya tingkat inovasi masyarakatnya. Petani bekerja dengan alam. Elemen-elemen alam sebagaimana disebut di atas (jenis tanah, tingkat kelembaban, ketinggian tanah, dan sebagainya) sekalipun bervariasi tetapi mengandung keajengan dan keteraturan tertentu.

3. Faktor alam dapat mempengaruhi kepribadian masyarakatnya. Sebagai akibat dari kedekatannya dengan alam, orang desa umumnya mengembangkan filsafat hidup yang organis. Artinya mereka cenderung memandang segala sesuatu

      

11

(28)

sebagai suatu kesatuan. Refleksi dari filasafat semacam ini dalam hubungan antar manusia adalah tebalnya rasa kekeluargaan dan kolektivitas.

4. Pengaruh alam juga terlihat pada pola kebiasaan hidup yang semakin lamban. Kebiasaan hidup lamban ini disebabkan karena mereka sangat mempengaruhi oleh irama alam yang ajeg dan lamban.

5. Dominasi alam yang kuat terhadap masyarakat desa juga mengakibatkan tebalnya kepercayaan mereka terhadap takhayul. Takhyul dalam hal ini merupakan proyeksi dari kekuatan atau ketundukan mereka terhadap alam disebabkan karena tidak dapat memahami dan menguasai alam secara benar. 6. Sikap yang pasif dan adaptatif masyarakat desa terhadap alam juga nampak

dalam aspek kebudayan material mereka yang relatif bersahaja.

7. Ketundukan masyarakat desa terhadap alam juga menyebabkan rendahnya kesadaran mereka akan waktu.12

Bertolak dari pendapat di atas, dapat disimpulkan yang dimaksud dengan masyarakat desa adalah: masyarakat yang kehidupannya berasal dari pertanian, dimana pertanian merupakan salah satunya mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, dan masyarakat desa juga sangat bergantung dengan alam. Karena pengaruh alam maka masyarakat desa diidentikkan dengan masih melekatnya kebudayaan tradisional dengan percaya pada tahayul dan dimana pengolahan pertanian masih tradiosional dan teknologi yang digunakan masih tradisional.

E.4. 2. Pengertian Pemilihan Kepala Desa

Menurut Duto Sosialismanto dalam bukunya yang berjudul Hegemoni Negara, yang dimaksud dengan: Pemilihan kepala desa adalah pesta rakyat,

dimana pemilihan kepala desa dapat diartikan sebagai suatu kesempatan untuk menampilkan orang-orang yang dapat melindungi kepentingan masyarakat desa.13 Pemilihan kepala desa biasanya dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon

      

12

Ibid. Hlm 63. 13

(29)

yang telah memenuhi syarat, pemilihan kepala desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pemilihan kepala desa juga dilaksanakan melalui tahap pencalonan dan tahap pemilihan.

Berdasarkan pendapat di atas, yang dimaksud dengan pemilihan kepala desa adalah pesta rakyat pedesaan untuk menampilkan figur yang dapat melindungi masyarakat desa. Pemilihan kepala desa harus memenuhi syarat-syarat mengenai pemilihan kepala desa.

E.4. 3. Kepala Desa

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 ada beberapa tahapan menjadi Kepala Desa antara lain :

E.4. 3. 1. Syarat-Syarat Menjadi Kepala Desa

Yang dapat dipilih menjadi kepala desa adalah penduduk desa, warga Negara Republik Indonesia dengan syarat-syarat yang terdapat pada Pasal 44 yang berbunyi :

1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

3. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan atau berpengetahuan yang sederajat.Berumur sekurang-kurangnya 25 tahun.

4. Tidak pernah di hukum penjara melakukan tindakan pidana.

5. Tidak di cabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

6. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di Desa setempat. 7. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa.

8. Memenuhi syarat-syarat lain yang sesuai dengan adat istiadat setempat.

(30)

E.4. 3. 2. Tahap Pencalonan Kepala Desa

Pencalonan Kepala Desa yang terdapat pasal 47 yang berbunyi sebagai berikut:

1. Untuk pencalonan dan pemilihan Kepala Desa, BPD membentuk Panitia Pemilihan yang terdiri dari unsur perangkat desa, pengurus lembaga kemasyarakatan, dan tokoh masyarakat.

2. Panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melakukan pemeriksaan identitas bakal calon berdasarkan persyaratan yang ditentukan, melaksanakan pemungutan suara, dan melaporkan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa kepada BPD.

Serta terdapat pada pasal 48 yang berbunyi sebagai berikut:

1. Panitia pemilihan melaksanakan penjaringan dan penyaringan Bakal Calon Kepala Desa sesuai persyaratan.

2. Bakal Calon Kepala Desa yang telah memenuhi persyaratan ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan.

E.4. 3. 3. Tahap Pemilihan Kepala Desa

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa yang terdapat pada Pasal 49 yang berbunyi sebagai berikut:

1. Calon Kepala Desa yang berhak dipilih diumumkan kepada masyarakat ditempat-tempat yang terbuka sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

2. Calon Kepala Desa dapat melakukan kampanye sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

Serta terdapat pada pasal 50 yang berbunyi sebagai berikut :

1. Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih adalah calon yang mendapatkan dukungan suara terbanyak.

(31)

3. Calon Kepala Desa Terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan BPD berdasarkan Laporan dan Berita Acara Pemilihan dari Panitia Pemilihan.

4. Calon Kepala Desa Terpilih disampaikan oleh BPD kepada Bupati/Walikota melalui Camat untuk disahkan menjadi Kepala Desa Terpilih.

5. Bupati/Walikota menerbitkan Keputusan Bupati/ Walikota tentang Pengesahan Pengangkatan Kepala Desa Terpilih paling lama 15 (lima belas) hari terhitung tanggal diterimanya penyampaian hasil pemilihan dari BPD.

E.4. 3. 4. Tugas dan kewajiban Kepala Desa

Tugas Kepala Desa yang terdapat pada Pasal 14 yang berbunyi sebagai berikut :

1. Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa mempunyai wewenang :

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD.

b. Mengajukan rancangan peraturan desa.

c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD. d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa

untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD. e. Membina kehidupan masyarakat desa. f. Membina perekonomian desa.

g. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.

h. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(32)

Serta terdapat pada Pasal 15 tentang kewajiban Kepala Desa yang berbunyi sebagai berikut:

1. Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Kepala Desa mempunyai kewajiban:

a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat. d. Melaksanakan kehidupan demokrasi.

e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme.

f. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa. g. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundangundangan.

h. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik.

i. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa. j. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa.

k. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa. l. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa.

m.Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai social budaya dan adat istiadat.

n. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa.

o. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.

(33)

3. Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui Camat 1 (satu) kali dalam satu tahun.

4. Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD ebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan 1 (satu) kali dalam satu tahun dalam musyawarah BPD.

5. Menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat berupa selebaran yang ditempelkan pada papan pengumuman atau diinformasikan secara lisan dalam berbagai pertemuan masyarakat desa, radio komunitas atau media lainnya. 6. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan oleh Bupati/Walikota

sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut.

7. Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui Camat dan kepada BPD.

E.4. 3. 5. Pemberhentian Kepala Desa

Kepala Desa diberhentikan oleh Bupati atas asal usul BPD / BPM, setelah mendapat persetujuan Gubernur yang tercantum dalam Pasal 17 yang berbunyi : 1. Kepala Desa berhenti, karena :

a. Meninggal Dunia. b. Permintaan sendiri. c. Diberhentikan.

2. Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena :

a. Berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pajabat yang baru.

b. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan.

(34)

e. Tidak melaksanakan kewajiban kepala desa. f. Melanggar larangan bagi kepala desa.

3. Usul pemberhentian kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b dan ayat (2) huruf a dan huruf b diusulkan oleh Pimpinan BPD kepada Bupati/Walikota melalui Camat, berdasarkan keputusan musyawarah BPD. 4. Usul pemberhentian kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,

huruf d, huruf e dan huruf f disampaikan oleh BPD kepada Bupati/Walikota melalui Camat berdasarkan keputusan musyawarah BPD yang dihadiri oleh 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD.

5. Pengesahan pemberhentian kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak usul diterima.

6. Setelah dilakukan pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Bupati/Walikota mengangkat Penjabat Kepala Desa.

7. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan penjabat kepala desa diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

F. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu hanya memaparkan situasi atau peristiwa yang sedang berlangsung. Hal itu sejalan dengan pendapat Moh.Nazir dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Sosial yang mendefinisikan metode deskriptif sebagai berikut: Metode

deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskriptif, gambaran / lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.14

      

14

(35)

Metode ini menggambarkan atau menjelaskan sesuatu hal kemudian diklasifikasikan sehingga dapat diambil suatu kesimpulan. Adapun pengertian lain dari metode penelitian deskriptif menurut Soehartono bahwa Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih.15 Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai Aktivitas Politik dan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Desa Hutaibus Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012.

F. 1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang diambil sebagai tempat penelitian adalah Desa Hutaibus Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas dan Kantor Kepala Desa Hutaibus.

F. 2. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh penulis dalam penelitian ini berupa data kualitatif, sebagai berikut:

1. Data primer, yang diperoleh melalui:

Wawancara, dilakukan oleh penulis dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada narasumber yaitu Masyarakat Desa Hutaibus Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas, dimana pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka tergantung pada obyek lapangan.

2. Data sekunder, yang diperoleh melalui:

Penelitian Kepustakaan, yaitu mengumpulkan data yang relevan dengan masalah penelitian, melalui: buku-buku, majalah, surat kabar dan literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan Kepala Desa.

      

15

(36)

F. 3. Sumber Informasi

Sumber informasi yang digunakan oleh penulis yaitu berasal dari wawancara yang sering disebut narasumber. Namun, dalam penelitian ini sumber informasi penulis yang diwawancarai adalah yang termasuk dalam kriteria penulis. Adapun kriteria sumber informasi yang diwawancarai adalah:

1. Orang yang aktif menjadi panitia pemilihan dalam pemilihan kepala Desa Hutaibus Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012. 2. Perangkat Desa Hutaibus Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang

Lawas Tahun 2012.

3. Masyarakat yang terdaftar dan mempunyai hak pilih dalam pemilihan kepala Desa Hutaibus Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012.

F. 4. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, dengan pengambilan sampel purposive sampling, dan pada penelitian ini tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Melainkan hanya menjelaskan situasi/ peristiwa partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan Kepala Desa Hutaibus Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012.

Analisis yang digunakan dalam pengolahan data dilakukan dengan analisis deskriptif. “Secara operasional, tahapan analisis deskriptif dilakukan setelah pengumpulan data. Analisis deskriptif dilakukan setelah penulis memperoleh data di lapangan. Data tersebut kemudian disusun secara bertahap agar memudahkan penulis dalam analisisnya. Adapun tahapan analisisnya adalah sebagai berikut:

(37)

Desa Hutaibus. Dari setiap data yang dipilih, kemudian disilang melalui komentar narasumber dalam wawancara dan observasi di Desa Hutaibus Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas.

2. Penyajian data merupakan suatu upaya penyusunan sekumpulan informasi menjadi pernyataan. Data kualitatif disajikan dalam bentuk teks yang pada awalnya terpisah menurut sumber informasi kemudian disusun pada saat diperolehnya informasi tersebut. Maka data tersebut diklarifikasi menurut pokok-pokok permasalahan yang menjadi pembahasan dalam partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan Kepala Desa Hutaibus Kecamatan Lubuk Barumun Kabuapten Padang Lawas Tahun 2012.

(38)

F. 5. Sistematika Penulisan

Bab I : Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori penelitian, dan metodologi penelitian.

Bab II : Bab ini akan menguraikan tentang gambaran umum tentang deskriptif lokasi penelitian seperti profil desa Hutaibus, Kecamatan lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas.

Bab III : Pada bab III dalam penulisan penelitian ini nantinya akan berisikan tentang penyajian data dan fakta yang di dapat dari lapangan dan juga akan menyajikan pembahasan dan analisis dari data dan fakta tersebut.

(39)

BAB II

PROFIL DAN SISTEM PEMERINTAHAN KABUPATEN PADANG LAWAS DAN DESA HUTA IBUS

A.Sejarah Kabupaten Padang Lawas

Pada zaman penjajahan Belanda, Kabupaten TapanuliSelatan disebut Afdeling Padangsidempuan yang dikepalai oleh seorang Residen yang

berkedudukan di Padangsidempuan. Afdeling Padangsidempuan dibagi atas 3 (tiga) onder afdeling, masing-masing dikepalai oleh seorang Contreleur di bantu oleh masing-masing Demang, yaitu :

1. Onder afdeling Angkola dan Sipirok, berkedudukan di Padangsidempuan. Onder ini dibagi atas 3 distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang asisten Demang, yaitu :

a. Distrik Angkola berkedudukan di Padangsidempuan. b. Distrik Batang Toru berkedudukan di Batang Toru. c. Distrik Sipirok berkedudukan di Sipirok.

2. Onder Afdeling Padang Lawas,berkedudukan di Sibuhuan. Onder ini dibagi atas 3 distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten Demang, yaitu : a. Distrik Padang Bolak berkedudukan di Gunung Tua.

b. Distrik Barumun dan Sosa berkedudukan di Sibuhuan. c. Distrik dolok berkedudukan di Sipiongot.

3. Onder Afdeling Mandailing dan Natal, berkedudukan di Kota Nopan. Onder ini dibagi atas 5 distrik, masing-masing dikepalai oleh Asisten Demang, yaitu : a. Distrik Panyabungan berkedudukan di Panyabungan.

b. Distrik Kota Nopan berkedudukan di Kota Nopan. c. Distrik Muara Sipongi berkedudukan di Muara Sipongi. d. Distrik Natal berkedudukan di Natal.

e. Distrik Batang Natal berkedudukan di Muara Soma.

(40)

kampung yang dikepalai oleh seorang Kepala Hoofd dan dibantu oleh seorang Kepala Ripo apabila kampung tersebut mempunyai penduduk yang besar jumlahnya.

Daerah Angkola Sipirok dibentuk menjadi suatu Kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati yang berkedudukan di Padangsidempua. Daerah Padang Lawas dijadikan suatu Kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati

berkedudukan di Gunung Tua. Bupati pertamanya adalah Parlindungan Lubis dan kemudian Sutan Katimbung. Daerah Mandaling Natal dijadikan suatu Kabupaten yang dikepalai seorang Bupati berkedudukan di Panyabungan. Bupati pertamanya adalah Junjungan Lubis dan Kemudian Facruddin Nasution. Sesedah tentara Belanda kota Padangsidempuan dan Gunung Tua,daerah atministrasi

pemerintahan masih tetap sebagaimana biasa hanya kantor Bupati dipindahkan secara gerilya ke daerah yang aman sebelum dimasuk oleh Belanda.

Setelah RI menerimah kedaulatan pada akhir tahun 1949, maka pembagian Daerah Administrasi Pemerintahan mengalami perubahan pula. Semenjang awal tahun 1950 terbentuklah Daerah Tapanuli Selatan dan seluruh pengawai yang ada pada kantor Bupati Angkola Sipirok, Padang Lawas dan Madailing Natal

ditentukan menjadi pegawai Kantor Bupati kabupaten Tapanuli Selatan yang berkedudukan di Padangsidempuan. Pada periode Bupati KDH Tapanuli Selatan di pegang oleh Raja Junjungan Lubis, terjadi penambahan 6 Kecamatan sehingga menjadi 17 Kecamatan. Penambahan Kecamatan tersebut antara lain :

1. Kecamatan Batang Angkola berasal dari sebagian Kecamatan Padangsidempuan dengan ibunegerinya Pintu Padang.

2. Kecamatan Siabu Berasal dari sebagian Kecamatan Panyabungan dengan ibunegerinya Siabu.

3. Kecamatan SD Hole berasl dari Kecamatan Sipirik dengan ibunegerinya Sipangimbar.

(41)

5. Kecamatan Sosopan berasal dari sebagian Kecamatan Barumun dab Sosa dengan ibunegerinya Sosopan.

6. Kecamatan Barumun Tengah berasal dari sebagian dari Kecamatan Padang Bolak dengan ibunegerinya Binanga.

Sejak tanggal 30 Nopember 1982, wilayah Padangsidimpuan dimekarkan menjadi Kecamatan Psp Timur, Psp Barat, Psp Utara dan Psp.Selatan dimana Kecamatan Psp.Utara dan Psp.Selatan dibentuk menjadi Kota Administratif Padangsidimpuan (PP Nomor 32 Tahun 1982). Pada Tahun 1992 Kecamatan Natal dimekarkan menjadi 3 Kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Natal dengan ibukotanya Natal.

2. Kecamatan Muara Batang Gadis dengan ibukotanya Singkuang. 3. Kecamatan Batahan dengan ibukotanya Batahan.

Pada Tahun 1992 itu juga dibentuk Kecamatan Siais dengan ibukotanya Simarpinggan yang berasal dari sebagian Kecamatan Psp.Barat. Kemudian pada Tahun 1996 sesuai dengan PP.RI No.1 Tahun 1996 tanggal 3 Januari 1996 dibentuk Kecamatan Halongonan dengan ibukotanya Huta Imbaru, yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Padang Bolak. Dengan keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1998 dan disyahkan pada tanggal 23 Nopember 1998 tentang pembentukan Kabupaten Mandailing Natal maka Kabupaten Tapanuli Selatan dimekarkan menjadi 2 Kabupaten, yaitu Kabupaten Mandailing Natal (ibukotanya Panyabungan) dengan jumlah daerah Administrasi 8 Kecamatan dan Kabupaten Tapanuli Selatan (ibukotanya Padangsidimpuan) dengan jumlah daerah administrasi 16 Kecamatan. Selanjutnya Tahun 1999 sesuai dengan PP.RI No.43 Tahun 1999 Tanggal 26 Mei 1999 terjadi pemekaran Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan antara lain :

(42)

2. Kecamatan Padang Bolak dimekarkan menjadi 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Padang Bolak dengan ibukotanya Gunung Tua dan Kecamatan Padang Bolak Julu dengan ibukotanya Batu Gana.

3. Kecamatan Sipirok dimekarkan menjadi 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Sipirok dengan ibukotanya Sipirok dan Kecamatan Arse dengan ibukotanya Arse. 4. Kecamatan Dolok dimekarkan menjadi 2 Kecamatan yaitu KecamatanDolok

dengan ibukotanya Sipiongot dan Kecamatan Dolok Sigompulon dengan ibukotanya Pasar Simundol.

Pada tahun 2002 sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kecamatan Sayur Matinggi, Marancar, Aek Bilah, Ulu Barumun, Lubuk Barumun, Portibi, Huta Raja Tinggi, Batang Lubu Sutam, Simangambat dan Kecamatan Huristak. Kecamatan-kecamatan yang dibentuk sebagaimana tersebut diatas berasal dari :

1. Kecamatan Sayur Matinggi dengan ibukotanya Sayurmatinggi berasal dari sebagian Kecamatan Batang Angkola.

2. Kecamatan Marancar dengan ibukotanya Marancar berasal dari sebagian Kecamatan Batang Toru.

3. Kecamatan Aek Bilah dengan ibukotanya Biru berasal dari sebagian Kecamatan Saipar Dolok Hole.

4. Kecamatan Ulu Barumun dengan ibukotanya Pasar Paringgonan berasal dari sebagian Kecamatan Barumun.

5. Kecamatan Lubuk Barumun dengan ibukotanya Pasar Latong berasal dari sebagian Kecamatan Barumun.

6. Kecamatan Portibi dengan ibukotanya Portibi berasal dari sebagian Kecamatan Padang Bolak.

7. Kecamatan Huta Raja Tinggi dengan ibukotanya Huta Raja Tinggi berasal dari sebagian Kecamatan Sosa.

(43)

9. Kecamatan Simangambat dengan ibukotanya Langkimat berasal dari sebagian Kecamatan Barumun Tengah.

10.Kecamatan Huristak dengan ibukotanya Huristak berasal dari sebagian Kecamatan Barumun Tengah.

Dengan keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 dan disyahkan pada tanggal 10 Agustus 2007 tentang pembentukan Kabupaten Padang Lawas Utara dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 dan disyahkan pada tanggal 10 Agustus 2007 tentang pembentukan Kabupaten Padang Lawas maka Kabupaten Selatan dimekarkan menjadi 3 Kabupaten, yaitu Kabupaten Padang Lawas Utara (ibukotanya Gunung Tua) dengan jumlah daerah Administrasi 8 Kecamatan ditambah 10 desa dari Wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Timur dan Kabupaten Padang Lawas (ibukotanya Sibuhuan) dengan jumlah daerah administrasi 9 Kecamatan sedangkan Kabupaten Tapanuli Selatan (ibukotanya Sipirok) dengan jumlah daerah administrasi 11 Kecamatan.16

Tabel 2.1

Bupati Kabupaten Padang Lawas Periode ke Periode No Nama Pejabat Bupati Periode

1 Ir.H. Soripada Harahap 2007-2009

2 Basyrah Lubis 2009-2012

3 H. Ali Sutan Harahap 2012- sekarang

Sumber: Data Kependudukan Padang Lawas Tahun 2013

      

16

(44)

A.1. Letak Geografis dan Sistem Pemerintahan Padang Lawas

Padang Lawas merupakan salah satu kabupaten terluar di Provinsi Sumatera Utara. Posisi kabupaten ini berada di bagian Tenggara Provinsi Suamatera Utara. Letak astronomisnya antara 1°26' Lintang Utara dan 2°11' Lintang Utara dan antara 91°01' Bujur Timur dan 95°53' Bujur Timur.

Batas wilayah Padang Lawas di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Mandailing Natal, dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau.

[image:44.595.108.515.486.674.2]

Kabupaten Padang Lawas terbentuk pada tahun 2007 dan merupakan pecahan dari Kabupaten Tapanuli Selatan. Ibukota Kabupaten Padang Lawas yaitu Sibuhuan terletak di Kecamatan Barumun. Dari 304 desa/kelurahan di Padang Lawas, seluruhnya merupakan desa bukan pesisir. Sebagaian besar wilayah Padang Lawas merupakan perkebunan, sedangkan wilayah pemukiman penduduk terletak menyebar hingga di wilayah perkebunan.

Tabel 2.2

Statistik Geografi dan Iklim Padang Lawas

Uraian Satuan 2009

Luas km² 4.299,99

Ketinggian diatas permukaan laut M 0-1.915

Kemiringan Ha

Datar Ha 26.863

Landai Ha 48.739

Berbukit-bukit Ha 67.664

Bergunung Ha 279.733

(45)

Kabupaten Padang Lawas terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan yang membawahi 303 desa dan 1 kelurahan. Dari 9 kecamatan yang ada, Kecamatan Barumun Tengah adalah yang terbesar dengan jumlah desa sebanyak 77 desa.

Sejak pertama kali Kabupaten Padang Lawas dibentuk pada tahun 2007, hanya ada 1 wilayah adminitrasi yang berstatus kelurahan. Wilayah tersebut adalah Kelurahan Pasar Sibuhuan yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Padang Lawas. Kelurahan Pasar Sibuhuan masuk dalam wilayah Kecamatan Barumun.

Jumlah Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada Pemerintah Kabupaten Padang Lawas mengalami peningkatan dari 2.326 pegawai pada tahun 2009 menjadi 3.072 pegawai pada tahun 2010. Dilihat berdasarkan komposisi pegawai menurut golongan, dominasi tampak pada PNS golongan III sebanyak 1.706 orang. Sedangkan paling sedikit adalah PNS golongan I dengan jumlah 53 orang. Pemerintahan di tingkat desa dipimpin oleh seorang kepala desa yang dibantu oleh beberapa perangkat desa. Sejak era otonomi daerah berlangsung di setiap desa didirikan sebuah lembaga yang dsebut Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Lembaga ini merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa yang beranggotakan wakil dari penduduk desa bersangkutan dan tidak diperbolehkan merangkap sebagai perangkat desa. Setiap desa di Kabupaten Padang Lawas telah memiliki BPD dan rata-rata beranggotakan 5 (lima) orang anggota.

Untuk membiayai pembangunan, pemerintah Padang Lawas pada tahun 2010 menghabiskan anggaran sebesar 329,58 miliar dengan PAD sebesar 12,53 miliar dan DAU sebesar 241,11 miliar, meningkat cukup tinggi dibanding tahun sebelumnya.

(46)

Kecamatan Sosopan, Kecamatan Barumun, Kecamatan Sosa dan Kecamatan Barumun Tengah.17

B.Deskripsi Desa Huta Ibus B. 1. Sejarah Desa Huta Ibus

Desa Huta Ibus adalah satu wilayah di Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas. Menurut beberapa tokoh masyarakat dulunya Desa Huta Ibus dikenal secara umum berasal dari salah satu desa di Kabupaten Padang Lawas kemudian dibentuklah suatu kesatuan adat atau dalihan natolu yang terdiri dari Kahanggi, Anak boru dan Mora. Desa Huta Ibus asal mula namanya adalah Desa Handis Jae yang terletak diseberang sungai Batang Taris pada tahun 1950 dan desa Handis Jae ini dulu belum termasuk kedalam kecamatan, tetapi Desa Handis Jae ini termasuk pada bagian kerajaan Luat Hasahatan Jae.

Pada tahun1960 Desa Handis Jae ini mengalami musibah bencana alam, dimana rumah masyarakat banyak yang terhempas air dari meluapnya sungai Batang Taris sehingga rumah-rumah masayarakat banyak yang hancur dan banyak masyarakat yang mengungsi kedataran yang lebih tinggi.

Setelah ± 2,5 bulan mengungsi kedataran yang lebih tinggi masyarakat berpikir untuk menetap di dataran tinggi, karena masih trauma atas kejadian meluapnya sungai Batang Taris.

Pada tahun 1962 masyarakat musyawarah dan mufakat untuk menggati nama Desa Handis Jae menjadi Desa Huta Ibus Kecamatan Lubuk Burumun. Pemimpin musyawarah pada saat itu Alm. Mangaraja Pandapotan Hasibuan.

      

17

(47)
[image:47.595.100.518.149.325.2]

Tabel 2.3

Kepala DESA Huta Ibus Periode ke Periode

No Nama Pejabat Periode

1. Alm. Mangaraja Pandapotan Hasibuan 1962-1967

2. Jagontar Pulungan 1968-1977

3. Sutan Mulia Hasibua 1978-1982

4. Amron Pulungan 1982-1998

5. H. Sangkot Hasibuan 1999-2006

6. Irfan Hasibuan 2007-2012

7. Irfan Hasibuan 2012-2017

Sumber: Data Kependudukan Huta Ibus Tahun 2012

B. 2. Profil Desa Huta Ibus

Desa Huta Ibus terletak didalam wilayah Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara berbatasan dengan :

o Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tangga Bosi o Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pagaran Silindung o Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pagaran Jalu-Jalu o Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Batang Tanggal

Luas wilayah Desa Huta Ibus adalah ± 60 Ha dimana 85% berupa daratan dan 15% bertopokrafi bukit-bukit. Dataran dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan pemukiman, dengan luas wilayah pemukiman di Desa Huta Ibus ± 9 Ha.

(48)

B. 3. Struktur Pemerintahan Desa Huta Ibus

Struktur pemerintahan Desa Huta Ibus mengarah kepada yang sudah ditetapkan oleh Peraturan Daerah kabupaten Padang Lawas tentang Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah dan peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Pemerintahan Desa. Sehingga struktur pemerintahan Desa Huta Ibus terdiri dari Kepala Desa, Perangkat Desa,dan Badan Permusyawaratan Desa.

B. 3. 1. Kepala Desa

Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan Desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyaratan Desa (BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 5 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat Persetujuan BPD. Kepala Desa dipilih langsung melalui pemilihan kepala Desa oleh penduduk Desa setempat.

Tugas dan Kewajiban Kepala Desa meliputi :

1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD.

2. Mengajukan rancangan peraturan desa.

3. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD. 4. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa

untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD. 5. Membina kehidupan masyarakat desa. 6. Membina perekonomian desa.

7. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.

B. 3. 2. Perangkat Desa

(49)

Kabupaten. Perangkat desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa, yang di tetapkan dengan keputusan kepala desa.

Tugas dan Kewajiban Sekretaris Desa :

a. Penyelenggaraan kegiatan administrasi dan mempersiapkan bahan untuk kelancaran tugas Kepala Desa.

b. Penyiapan bantuan penyusunan peraturan Desa.

c. Penyiapan bahan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa. d. Mengkoordinasian penyelenggaraan tugas-tugas urusan.

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan kepada Kepala Desa.

Sekretaris Desa memiliki beberapa kepala-kepala urusan ataupun sekretariat dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Bentuk dan fungsi sekretariat terdiri dari sebagai berikut :

1. Kepala Urusan Umum. Kepala urusan ini membantu Sekretaris Desa dalam melaksanakan administrasi umum, tata usaha dan kearsipan, pengelolaan investasi kekayaan Desa, serta mempersiapkan bahan rapat dan laporan. Fungsi kepala urusan umum ini adalah :

a. Melasanakan, pengendalian dan pengelolaan surat masuk dan surat keluar serta pengendalian tata kearsipan.

b. Pelaksanaan pencatatan inventarisasi kekayaan Desa c. Pelaksanaan administrasi umum.

d. Pelaksanaan penyediaan, penyimpanan dan pendistribusian alat tulis kantor serta pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor.

e. Pengelolaan administrasi perangkat Desa. f. Persiapan bahan-bahan loporan.

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Sekretaris Desa

2. Kepala Urusan Keuangan. Kepala urusan ini membantu Sekretaris Desa dalam melaksanakan pengelolaan sumber pendapatan desa, pengelolaan administrasi keuangan Desa dan mempersiapkan bahn penyusunan APBD Desa. Fungsi kepala urusan Keuangan ini adalah :

(50)

b. Persiapan bahan penyusunan APBD Desa

c. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Sekretaris Desa

3. Kepala Urusan Pemerintahan. Kepala urusan ini membantu Sekretaris Desa dalam melaksanakan administrasi kependudukan, melaksanakan administrasi kependudukan, pembinaan ketenteraman dan ketertipan masyarakat Desa , mempersiapkan bahan perumusan kebijakan penataan, kebijakan dalam penyusunan produk hukum Desa. Fungsi kepala urusan Pemerintahan ini adalah :

a. Pelaksanakan administrasi kependudukan.

b. Persiapan bahan-bahan penyusunan rancangan peraturan desa dan keputusan Kepala Desa.

c. Pelaksanakan administrasi Petahanan.

d. Pelaksanaan kegiatan pencatatan monografi Desa.

e. Persiapan bantuan dan melaksanakan kegiatan penataan kelembagaan masyarakat untuk kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

f. Persiapan bantuan dan melaksanakan kegiatan kemasyarakatan yang berhubungan dengan upaya menciptakan kementerian dan ketertipan masyarakat dan pertahanan sipil.

g. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Desa.

4. Kepala Urusan Pembangunan. Kepala urusan ini membantu Kepala Desa dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembangunan ekonomi masyarakat dan pitensi desa, pengelolaan administrasi pembangunan, pengelolaan pelayanan masyarakat serta penyiapan bahan usulan kegiatan dan pelaksanaan tugas pembantuan. Fungsi kepala urusan pembangunan ini adalah :

a. Penyiapan bantuan analisa dan kajian perkembangan ekonomi masyarakat. b. Pelaksanaan kegiatan administrasi pembangunan.

c. Pengelolaan tugas pembantuan.

(51)

5. Kepala Urusan Kesejahteraan Masyarakat. Kepala urusan ini membantu Kepala Desa dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis penyusunan program keagamaan serta melaksanakan program pemberdayaan masyarakat dan sosial kemasyarakatan. Fungsi kepala urusan kesejahteraan adalah:

a. Penyiapan bahan dan pelaksanaan program kegiatan keagamaan.

b. Penyiapan dan pelaksanaan dan pelaksanaan program perkembangaan kehidupan beragama.

c. Penyiapan bahan dan pelaksanaan program, pemberdayaan masyarakat dan sosial kemasyarakatan.

d. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan kepala desa.18

      

18

(52)
[image:52.595.128.536.196.480.2]

Gambar 2.1

STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA HUTA IBUS KECAMATAN LUBUK BARUMUN KABUPATEN PADANG LAWAS

Sumber : Data Desa Huta Ibus Tahun 2012

B.4. Badan Permusyarakatan Desa (BPD)

Badan Permusyawaratan Desa adalah suatu badan perwakilan yang terdiri atas pembuka-pembuka masyarakat yang ada di desa dan berfungsi menetapkan Praturan desa dan menampung sekaligus menyalurkan aspirasi masyarakat di desa. BPD sebagai badan perwakilan merupakan merupakan paham untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan pancasila dan berkedudukan sejajar

sekaligus menjadi mitra dari pemerintahan desa. Pemmpin BPD terdiri dari ketua dan wakil ketua, wakil ketua sebanyak 2 orang yang sesuai dengan jumlah anggota BPD, pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung

Kepala Desa

AUR Pemerintahan

Sekretaris Desa

Bendahara Desa

AUR Umum AUR

Pembanguna

Ketua BPD Ketua LPDM

AUR Kesejahteraan AUR

Keuangan

(53)

dalam rapat BPD yang diadakan secara khusus dan rapat pemilihan pemimpin BPD untuk pertama kalinya dipinpin oleh anggota keyia dan dibantu oleh Sekretaris BPD dan dibantu oleh staf sesuai kebutuhan yang diangkat oleh

pemerintahan desa atas persetujuan pimpinan BPD dan bukan dari

Gambar

Tabel 2.2 Statistik Geografi dan Iklim Padang Lawas
Tabel 2.3
Gambar 2.1 STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA HUTA IBUS KECAMATAN
Gambar 2.2
+3

Referensi

Dokumen terkait

dikembangkan oleh tim sukses pemenangan.. calon Walikota Serang Hairul Zaman- Sulhi memanfaatkan jabatannya untuk merekrut tim kampanye dari dalam birokrasi pemerintah

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 pasal 36 ayat 3 yang menyatakan bahwa Calon kepala desa dapat melakukan kampanye sesuai dengan kondisi masyarakat desa dan ketentuan

Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa relasi dukun dan calon kepala Desa Studi Kasus Pemilihan Kepala Desa Seguring Kecil Pada tahun 2017 di sebabkan karena masyarakat masih

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) kesadaran politik masyarakat dalam pemilihan kepala desa di Desa Kalipucang Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes, 2) pelaksanaan

dikembangkan oleh tim sukses pemenangan.. calon Walikota Serang Hairul Zaman- Sulhi memanfaatkan jabatannya untuk merekrut tim kampanye dari dalam birokrasi pemerintah

HASIL DAN PEMBAHASAN dalam pemilihan Kepala Desa pada tahun 2018 calon nomor urut 1 yaitu Bambang mengalami kekalahan di Desa Telaga Arum, Hal itu tidak terlepas

Pemilihan Kepala Desa Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan, dapat dijelaskan mengenai budaya politik masyarakat Sedulur Sikep dalam pemilihan kepala desa tahun 2019 di Desa

PANITIA PEMILIHAN KEPALA DESA DESA SAPEN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO KEPUTUSAN PANITIA PEMILIHAN KEPALA DESA NOMOR : 06 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB KAMPANYE