KAJIAN PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP
DI KABUPATEN KOTABARU
KALIMANTAN SELATAN
OLEH
:SUBHAN ABROR ALHIDAYAT
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
SUBHAN ABROR ALHIDAYAT. Kajian Pengelolaan Perikanan Tangkap di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh DIETRIECH G. BENGEN dan AKHMAD FAUZI.
Keberlanjutan adalah syarat kunci agar sedikitnya 3015 rumah tangga perikanan nelayan di Kabupaten Kotabaru tidak kehilangan mata pencaharian sebagai nelayan akibat menurunya sumberdaya perikanan di perairan Kotabaru. Menurunnya sumberdaya perikanan tangkap tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekologi tetapi juga oleh faktor sosial, ekonomi dan teknologi akibat dari rezim pengelolaan
sumberdaya perikanan yang diterapkan.
Agar syarat kunci keberlanjutan dapat dicapai maka kinerja pengelolaan perikanan tangkap di Kotabaru perlu diketahui. Sehingga analisis keberlanjutan dengan indikator ekologi, sosial, ekonomi dan teknologi perlu dilakukan. Kriteria keberlanjutan dengan keempat indikator tersebut mempakan jembatan yang menghubungkan antara tujuan dan aksi yang akan dilakukan sehingga keefektifan dan akuntabilitas pengelolaan sumberdaya perikanan dapat ditingkatkan. Selanjutnya tingkat optimum usaha penangkapan juga diperlukan sebagai salah satu solusi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan
Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat keberlanjutan sumberdaya perikanan di perairan Kabupaten Kotabaru ditinjau dari aspek ekologi, ekonomi, sosial dan teknologi serta mencari alternatif optimum pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat keberlanjutan sumberdaya udang kondisinya relatif paling buruk diantara komoditas ikan yang dianalisis. Status kondisi yang relatif terbaik adalah usaha penangkapan rajungan.
Kondisi tekno ekonomi alat tangkap yang dioperasikan di kabupaten Kotabaru
,
menunjukan bahwa ditinjau dari aspek keuntungan, alat tangkap payang memberikankeuntungan yang tertinggi (Rp. 15.904.099,-ltahun); sedangkan yang terendah adalah jaring rajungan (Rp. 9.066.333,-ltahun). Dari aspek pembiayaan purse sein membutuhkan biaya yang tertinggi (Rp. 36.990.000,-ltahun); yang terendah adalah jaring rajungan (Rp. 1.152.000,-ltahun).
Analisis optimasi dengan menggunakan linear programing diperoleh hasil bahwa lampara dasar, bagan dan gillnet tidak direkomendasikan untuk dioperasikan. Nilai optimal untuk masing-masing jenis alat tangkap yang direkomendasikan, yaitu purseseine, trammel net, jaring rajungan dan payang berturut-turut adalah 136, 1 159.
94 dan 200 unit. Keuntungan optimal yang dihasilkan adalah Rp 20.448.927.133 per tahun.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini bahwa tesis dengan judul :
KAJIAN PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUATEN KOTABARU KALIMANTAN SELATAN
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah dipublikasikan.
Semua surnber data dan infomasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
B o g ~ l 2 September 2002
KAJIAN PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP
DI KABUPATEN KOTABARU
KALIMANTAN SELATAN
SUBHAN ABROR ALHIDAYAT
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Lautan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Kajian Pengelolaan Perikanan Tangkap Di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan
Nama : Subhan Abror Alhidayat
NRP : 99659
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Menyetujui,
1. Komisi pembimbiug,
/A-
Dr.Ir. Dietriech G. Bengen, Dr.lr. Akhmad Fauzi, M.ScKetua Anggota
Mengetahui,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cilacap pada tanggal 4 Oktober 1969 sebagai anak ke empat dari pasangan Tuchid dan Siti Rodliyah. Pendidikan sarjana ditempuh di program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat, Lulus pada tahun 1995. Pada tahun 1999, penulis diterima di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan pada Program Pascasarjana IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Departemen Pendidikan Nasional Repuplik Indonesia.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala Karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2001 ialah perikanan tangkap, dengan judul
Kajian Pengelolaan Perikanan Tangkap di Kabuparen Kotabaru Kalimantan Selatan
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr.Ir. Dietriech G. Bengen, DEA dan Bapak Dr.Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc selaku pembimbing, serta Tony J. Pitcher (Director and Profesor Fisheries. Centre University of British Columbia, Canada) yang telah banyak memberikan saran dan memberikan Rappsh sojiware.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan dorongannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2002
DAFTAR IS1
Halaman
PRAKATA
...
...
DAFTAR IS1
DAFTAR TABEL
...
DAFTAR GAMBAR...
...
DAFTAR LAMPIRAN
1
.
PENDAHULUAN...
...
A
.
Latar Belakang...
.
B Perumusan Masalah
...
.
C Kerangka Pemikiran
...
D
.
Tujuan dan Manfaat Penelitian...
2
.
TINJAUAN PUSTAKA...
A
.
Sumberdaya Perikanan Laut...
B
.
Usaha Perikanan Tangkap...
C
.
Keberlanjutan Usaha Penangkapan...
D
.
Teknik Optimasi...
3
.
METODOLOGI PENELITIAN...
A
.
Tempat dan Waktu PenelitianB
.
Ruang Lingkup Penelitian...
...
C
.
Jenis Data Yang DikumpulkanD
.
Teknik Pengumpulan Data...
E.
Pengolahan dan Analisis Data...
... Pendugaan Potensi Lestari
... Analisis Multidimensional Scaling
Analisis Ekonomi ...
...
Analisis Oprtimasivi vii
...
V l l l
4
.
HASIL DAN PEMBAHASAN...
A
.
Gambaran Umum Wilayah Penelitian...
B
.
Kependudukan...
C
.
Keragaan Umum Perikanan LautD
.
Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Laut...
E
.
Analisis Multidimensional Scaling...
F.
Analisis Ekonomi...
G.
Analisis Optimasi...
H.
Pembahasan...
...
5
.
KESIMPULAN DAN SARANDAFTAR TABEL
Halaman 1. Potensi sumberdaya perikanan laut menurut jenis ikan dan
kawasan perairan di Indonesia
...
8...
2. Jenis data yang di kumpulkan 18
3. Skoring untuk analisis multidimensional scaling
...
22 4. Tabel matrik untuk analisis multidimensional scaling...
245. Hasil tangkapan total, upaya penangkapan dan hasil tangkapan per unit upaya penangkapan (CPUE) udang tahun 1996-2000 di
...
perairan Kabupaten Kotabaru 37
6. Hasil tangkapan total, upaya penangkapan dan hasil tangkapan per unit upaya penangkapan (CPUE) kembung tahun 1996-
...
2000 di perairan Kabupaten Kotabaru 3 8
7. Hasil tangkapan total, upaya penangkapan dan hasil tangkapan per unit upaya penangkapan (CPUE) pepetek tahun 1996-2000
...
di perairan Kabupaten Kotabaru 39
8. Hasil tangkapan total, upaya penangkapan dan hasil tangkapan per unit upaya penangkapan (CPUE) teri tahun 1996-2000 di
...
perairan Kabupaten Kotabaru 40
9. Hasil tangkapan total, upaya penangkapan dan hasil tangkapan per unit upaya penangkapan (CPUE) tembangtahun 1996-2000
...
di perairan Kabupaten Kotabaru 4 1
10. Hasil tangkapan total, upaya penangkapan dan hasil tangkapan per unit upaya penangkapan (CPUE) layang tahun 1996-2000
...
di perairan Kabupaten Kotabaru 42
11. Hasil tangkapan total, upaya penangkapan dan hasil tangkapan per unit upaya penangkapan (CPUE) tongkol tahun 1996-2000
...
di perairan Kabupaten Kotabaru 43
12. Hasil tangkapan total, upaya penangkapan dan hasil tangkapan per unit upaya penangkapan (CPUE) rajungan tahun 1996-2000
...
Kriteria penilaian aspek ekologi terhadap usaha perikanan
...
tangkap di Kabupaten KotabaruKriteria penilaian aspek ekonomi terhadap usaha perikanan
...
tangkap di Kabupaten Kotabaru
Kriteria penilaian aspek sosial terhadap usaha perikanan
...
tangkap di Kabupaten Kotabaru
Kriteria penilaian aspek teknologi terhadap usaha perikanan
...
tangkap di Kabupaten Kotabaru
Hasil skoring aspek ekologi usaha perikanan tangkap di
...
Kabupaten Kotabaru
Hasil skoring aspek ekonomi usaha perikanan tangkap di
...
Kabupaten Kotabaru
Hasil skoring aspek sosial usaha perikanan tangkap di Kabupaten Kotabaru
...
Hasil skoring aspek teknologi usaha perikanan tangkap di...
Kabupaten Kotabaru
Hasil analisis multidimensional scaling usaha perikanan
...
tangkap di Kabupaten Kotabaru
Analisis ekonomi alat penangkapan ikan di Kabupaten
DAFTAR GAMBAR
Halaman Proses analisis dengan pendekatan multidimensional scaling..
..
5 Perkembangan rumah tangga perikanan nelayan KabupatenKotabaru tahun 1996 - 2000
...
32Perkembangan jenis alat tangkap di Kabupaten Kotabaru tahun
1996 -2000
...
3 3 Perkembangan jumlah armada penangkapan di KabupatenKotabaru tahun 1996 - 2000
...
34Produksi dan komposisi hasil tangkapan ikan di Kabupaten
Kotabaru tahun 1996 - 2000
...
3 5 Kecenderungan CPUE ikan tembang di Kabupaten Kotabarutahun 1996 - 2000
...
41 Kecenderungan CPUE ikan layang di Kabupaten Kotabarutahun 1996 - 2000
...
43Kecenderungan CPUE rajungan di Kabupaten Kotabaru tahun
1996 - 2000
...
45Ordinasi dari analisis multidimensional scaling usaha
penangkapan ikan di Kabupaten Kotabam
...
52Simulasi monte carlo terhadap analisis multidimensional
...
scaling usaha penangkapan ikan di Kabupaten Kotabaru 54
Sensitivitas masing-masing attribut usaha penangkapan ikan di
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
. .
1. Lokasi penelltian
...
722. Deskripsi dan analisis biaya unit penangkapan di Kabupaten
Kotabaru
...
733. Hasil analisis optimasi linear programming dengan
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah Kabupaten Kotabaru adalah terluas diantara 11 kabupatenlkota di
Kalimantan Selatan yaitu 14.489,69
km2
atau lebih dari 30% dari luas wilayah Kalimantan Selatan. Badan Pusat Statistik (BPS) Kotaharu mencatat jumlahpenduduk tahun 1998 sebanyak 414.828 jiwa (laki-laki 198.635 jiwa dan perempuan
186.109 jiwa) dengan kepadatan penduduk 32 jiwa per km2, dan tingkat pertumhuhan penduduk sebesar 3,83% per tahun.
Perikanan tangkap merupakan kegiatan usaha yang mempunyai nilai ekonomis
penting bagi Kabupaten Kotabaru. Potensi perikanan tangkap Kotabaru pada tahun
1999 sebesar 59.565 ton (Dinas Perikanan Kotabaru, 1999). Kecamatan Pulau Laut
Utara, Pamukan Selatan, Pulau Sebuku, dan Kusan Hilir adalah daerah daerah
penting penghasil ikan laut.
Daya dukung lingkungan lautan dan pesisir di Korabaru bagaimanapun, ada
batasnya, khususnya yang merupakan sumberdaya kehidupan, sangat tergantung pada
pengelolaannya. Praktek-praktek pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan yang
dilakukan manusia saat ini, telah menyebabkan kerusakan lingkungan dan
menipisnya sumberdaya. Oleh sebab itu, perlu adanya usaha perbaikan dan
pengarahan mengenai cara-cara pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Untuk mencapai tujuan ini, maka harus
dilakukan inventarisasi sumberdaya lautan yang potensial dan memperkenalkan
praktek-praktek pemanfaatan sumberdaya alam yang benvawasan lingkungan.
Selanjutnya, untuk dapat melakukan pengelolaan dan praktek-praktek
pemanfaatan secara efektif, diperlukan identifikasi surnberdaya perikanan, oleh
karena itu upaya penilaian terhadap kondisi perikanan secara terpadu menjadi suatu
ha1 yang penting. Alder, et a1 (2000) mengemukakan bahwa penilaian kondisi
perikanan secara terpadu yang meliputi aspek ekologi, ekonomi, snsial dan teknologi
dapat dilakukan dengan analisis multidimensional scaling.
Untuk kepentingan pengelolaan sumberdaya yang menyeluruh, maka perlu
dilakukan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya yang tepat yang dapat merangkum
semua kepentingan. Holling (1978) mengemukakan bahwa, analisis optimalisasi
manajemen sistem perikanan dinamik yang paling tepat adalah meliputi
pemrograman dan dinamik kontrol yang optimal. Tetapi karena sistem perikanan
didaerah tropis sangat komplek, maka teknik ini sangat sulit dilaksanakan. Arnason
(1990) mengusulkan teknik simulasi untuk studi sistem perikanan komplek.
Walaupun tidak memberikan hasil secara teori yang optimal, model simulasi dapat
digunakan untuk mengetahui pengaruh kebijakan perikanan terhadap sitem perikanan.
Sedangkan teknik optimasi yang digunakan untuk alokasi sumberdaya yang terbatas
terhadap banyak tujuan adalah linear programming.
B. Perumusan Masalah
Potensi perikanan tangkap wilayah Kotabaru sebesar 45.000 todtahun dengan
jumlah rumah tangga perikanan (RTP nelayan) sebanyak 3015 RTP nelayan dan
Keberlanjutan adalah syarat kunci agar 3015 RTP nelayan di Kabupaten
Kotabaru tidak kehilangan mata pencaharian sebagai nelayan akibat menurunnya
sumberdaya perikanan di perairan Kotabaru. Alder et a1 (2001) mengatakan bahwa
menurunnya sumberdaya perikanan tangkap tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
ekologi tetapi juga oleh faktor sosial, ekonomi, dan teknologi akibat dari rezim
pengelolaan sumberdaya perikanan yang diterapkan.
Agar pemanfaatan sumberdaya perikanan dapat dilakukan secara berkelanjutan
dan benvawasan lingkungan maka perlu dilakukan upaya pengelolaan yang dapat
menyeimbangkan tingkat pemanfaatan sumberdaya antar sistem lingkungan
diwilayah tersebut.
Upaya pengelolaan tersebut akan berjalan dengan baik apabila didukung
dengan informasi kondisi perikanan secara lengkap dan akurat. Ada empat dimensi
utama dalam penilaian kondisi perikanan yang perlu dipertimbangkan sebelum
sarnpai kepada suatu keputusan strategi pengelolaan diterapkan. Dimensi itu adalah
ekologi, ekonomi, sosial dan teknologi.
Sehingga masalah yang perlu dikaji dalam mengahadapi fenomena tersebut
adalah sejauh mana kondisi perikanan tangkap diwilayah Kotabaru di tinjau dari
dimensi ekologi, ekonomi, sosial, dan teknologi.
Untuk mendapatkan alternatif pilihan kebijakan yang tepat, maka perlu
dilakukan pengkajian optimalisasi manajemen perikanan. Optimalisasi yang
dimaksud adalah membuat mekanisme pengelolaan sumberdaya dengan masukan-
C. Kerangka Pemikiran
Ketika pemanfaatan (fishing effort) lebih besar daripada tangkapan optimum
(maximum sustaiable yield), maka akan terjadi pemanfaatan yang berlebihan. Salah satu sumberdaya laut yang telah dieksploitasi secara berlebih adalah sumberdaya
perikanan. Status kondisi perikanan tangkap wilayah Kotabaru saat ini belum
diketaui secara pasti, akan tetapi melihat perkembangan penduduk yang tinggi maka
kemungkinan over exploitated akan terjadi atau bahkan sudah terjadi.
Kondisi semakin menurunnya potensi perikanan tangkap dan over fishing
temyata bukan hanya disebabkan oleh tingkat penangkapan yang melampaui potensi
lestari dan faktor ekologis, tetapi juga dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
akibat-akibat sosial dan ekonomi serta tidak adanya pengelolaan yang berkelanjutan
termasuk konsekuensi teknologi yang diterapkan (Alder et al, 2001).
Untuk mengetahui kondisi perikanan tangkap di Kotabaru, maka dilakukan
penilaian terpadu dengan pendekatan Multidimensional Scaling. Pendekatan
Multidimensional scaling yang dilakukan terhadap kondisi perikanan mencakup empat dimensi yaitu ekologi, ekonomi, sosial dan teknologi
Pendekatan Multidimensional Scaling merupakan salah satu upaya untuk mengenali dan menilai kondisi perikanan secara terpadu. Aplikasi penilaian tersebut
juga merupakan kunci penting agar kegiatan pengelolaan dan praktek-praktek
pemanfaatan sumberdaya perikanan dapat diterapkan lebih efektif. Dengan
pendekatan ini pula akan diperoleh informasi dimensi mana aktivitas-aktivitas yang
Selanjutnya, dapat dinyatakan bahwa penilaian kondisi perikanan dengan
pendekatan metode multidimensional scaling memiliki implikasi pengelolaan yang
kuat, karena metode ini mampu mengenali kondisi perikanan dari empat dimensi
utama yaitu ekologi, ekonomi, sosial dan teknologi (Gambar. 1)
mulai
G=)
Review attribut Identifikasi & Definisi (termasuk variasi kategori dan (berdasarkan kriteria yang
konfirmasi kriteria scoring)
Scoring Perikanan
(membangun referent point untuk baik
dan buruk terhadap masing-masing
indikator kinerja)
Scaling
Ordination
1
Gambar 1. Proses Analisis Dengan Pendekatan Multidimensional Scaling (Alder,
et.al2001)
Untuk dapat menghasilkan suatu penyelesaian yang operasional maka selain
pendekatan analisis multidimensional scaling juga dilakukan dengan pendekatan
I I
Simulasi Monte Carlo (untuk mengetahui ketidakpastian analisis)
Leverage Analysis (untuk mengetahui anomali dari
metode optimasi usaha perikanan tangkap. Sehingga dengan pendekatan kedua
metode tersebut akan diperoleh suatu kerangka penyelesaian yang komperehensif.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
1) Menentukan tingkat upaya optimum dan pemanfaatan optimum ikan di
perairan Kotabaru
2) Menilai kondisi perikanan tangkap di Kabupaten Kotabaru dengan pendekatan
Multidiensional Scaling.
3) Mencari alternatif optimum pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di
Kabupaten Kotabaru.
Manfaat
Hasil penelitian akan memberikan altematif kebijakan pengelolaan perikanan
tangkap kepada pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan sehingga memberikan
11.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sumberdaya Perikanan Laut
Wilayah pesisir ditinjau dari berbagai macam peruntukannya, merupakan
wilayah yang sangat produktif dan mempunyai potensi yang sangat besar untuk
menunjang produksi perikanan. Menurut Mann (1982) produktivitas primer rata-rata
di perairan pesisir dapat mencapai lebih'dari 500 gr c/m2/th. Nilai produktivitas
primer ini sangat tinggi dibandingkan dengan produktivitas primer di perairan laut
dangkal pada unlumnya, yaitu sekitar 100 gr c/m2/th atau di perairan laut dalam yang
hanya sekitar 50 gr c:lm2/th (Ryther, 1959)
Potensi sumberdaya perikanan laut di Indonesia terdiri dari sumberdaya
perikanan pelagis besar (451.830 todtahun) dan pelagis kecil (2.423.000 todtahun),
sumberdaya perikanan demersal (3.163.630 todtahun), udang (100.720 todtahun),
ikan karang (80.082 ton/tahun) dan cumi-cumi (328.960 todtahun). Dengan
demikian, secara nasional potensi lestari sumberdaya perikanan laut sebesar 6,7 juta
tonltahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 48%(Dahuri dkk, 1996).
Sedangkan F A 0 (1997) melaporkan bahwa potensi sumberdaya perikanan
Indonesia adalah sebesar 5.649.600 ton yang didominasi oleh ikan pelagis kecil
(small pelagic) sebe:iar 4.041.800 ton atau (71,5 %) dan perikanan skipjack sebesar
295.000 ton (5,22 %). Tabel berikut menyajikan potensi sumberdaya perikanan laut
Luas perairan laut Kalimantan Selatan 1.404.808 ha (0 - 12 mil laut). Usaha Tabel 1. Potensi Sumberdaya Perikanan Laut Menurut Jenis Ikan dan Kawsan
Perairan cli Indonesia (dalarn 1000 Ton)
penangkapan ikan dilaut yang dilakukan yaitu pada perairan selat Makasar, laut
No I. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Jawa, Selat laut dan Selat Sebuku. Potensi perikanan Kotabaru sebesar 59.565
tonltahun dengan luas perairan 45.000 ha (Dinas Perikanan Kotabaru, 1999)
Kawasan perairan Lautan Hindia Selat malaka L.Cina Selatan Laut Jawa Selat makasar Laut Banda Teluk Tomini Laut arafura Laut Sulawasi Total
Pemanfaatan sumberdaya perikanan, diperkirakan meningkat karena adanya
peningkatan permintaan sehubungan dengan peningkatan penduduk dan ekspor, serta
Pelagis Kecil 965.2 256.2 330.0 660.0 3 18.2 478.0 532.2 502.0 4.041.8
peningkatan konsumsi per kapita. Produksi ikan dalam tahun 1992 adalah 3,5 juta
ton, yang merupakan 53% dari 6,6 juta ton hasil maksimum yang boleh ditangkap.
Demersal 134.1 116.9 132.0 262.0 182.0 66.7 140.0 1.033.7
(MSY) atau 66% dari 5,3 juta ton perkiraan konservatif (CRIFI). Peningkatan rata-
ratakonsumsi ikan per kapita sekitar 1,9% setiap tahun (mulai dari 9,96
Skipjack
15.3
81.6
52.2
' 57.5
88.4
295.0
kgkapitaftahun pada tahun 1968 sampai 15,91 kglkapitakahun pada tahun 199 1) dan
perkiraan konsumsi ikan per kapita setiap tahunnya adalah 19 kg. Mengingat adanya
Tuna 32.0 - 36.7 42.8 15.5 51.4 178.4
peningkatan konsumsi ikan domestik dan ekspor pada tahun 2000 dan permintan ikan
meningkat pula menjadi 4,25 juta ton, dan terus meningkat menjadi 6,04 juta ton pada
tahun 2020. Dalam skenario ini, MSY akan di capai sekitar tahun 2020 (Kantor
Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1997).
Perbandingan statistik di atas dengan perkiraan produksi ikan yang didasarkan
pada pendekatan lain, menunjukkan gambaran yang berbeda mengenai kondisi
perikanan. Produlcsi total ZEE dalam tahun 1993 adalah 250.400 ton. Tetapi
gambaran ini erupakan gambaran yang sangat rendah bila dibandingkan dengan
perkiraan keseluruhan produksi berdasarkan ukuran dan daya tampung kapal ikan
yang dioperasikan oleh ZEE. Selanjutnya dikatakan bahwa hanya produksi ikan
pelagis kecil yant; lebih rendah dari jumlah tangkapan yang diijinkan (Total
allowance CatcNTPIC). Produksi ikan jenis lainnya tenlyata melampaui TAC yang
telah ditentukan. Gambaran yang bertentangan ini menunjukan adanya kebutuhan
untuk mengkaji ulang kondisi perikanan yang beragam dan untuk merencanakan
strategi yang tepatdalam mengawasi dan menjaga aktivitas penangkapan ikan setiap
kapal.
B. Usaha Perikanan Tangkap
Perikanan tangkap adalah suatu kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan
atau pengumpulan hewan atau tanaman air yang hidup di laut atau perairan umum.
Sedangkan usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum untuk
menangkap atau membudidayakan ikan termasuk kegiatan menyimpan.
mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial atau mendapatkan laba
Panayotou (1982) mengklasifikasikan perikanan didunia ini menjadi dua kelas,
yaitu skala kecil atiiu perikanan tradisional dan perikanan skala besar atau perikanan
industri. Dikemukakan pula bahwa sebenarnya tidak ada definsi yang standard atas
perikanan skala kecil dan skala besar. Pengklasifikasian dibeberapa negara sangat
beragam, namun demikian Panayotou (1982) mengemukakan bahwa pembandingan
antara perikanan skala kecil dan skala besar dapat dilakukan dengan melihat
teknologi yang digunakan, tingkat modal, tenaga kerja yang digunakan dan
kepemilikan.
Perikanan latd sebagai salah satu sub sektor dari usaha perikanan terbagi
menjadi dua aspek yaitu (1) penangkapan di laut, adalah semua kegiatan
penangkapan yang dilakukan di laut dan muara-muara sungai, laguna dan sebagainya
yang dipengaruhi pasang surut. Pada umumnya desa perikanan laut terletak di sekitar
muara sungai, laguna dan lain lain. Dalam ha1 demikian semua kegiatan
penangkapan yang dilakukan oleh nelayan dari perikanan laut dinyatakan sebagai
penangkapan di laut; (2) Budidaya dilaut adalah semua kegiatan memelihara yang
dilakukan di laut atau diperairan yang terletak dimuara sungai dan laguna.
Menurut UU No. 9 tahun 1985 tentang perikanan menyebutkan bahwa
penangkapan ikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan diperairan
yang dalam keadaan tidak dibudidayakan dengan alat tangkap atau atau cara apapun,
termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk menampung, mengangkut,
Perikanan tangkap mempakan kegiatan usaha yang mempunyai nilai ekonomis
penting bagi Kabupaten Kotabaru. Selain perairannya yang cukup luas juga
mempakan sumber perikanan yang cukup potensial. Usaha penangkapan ikan dilaut
dilakukan disekitar perairan Selat Makasar, Laut Jawa, Selat Laut dan Selat Sebuku.
Sumberdaya ikan yang dieksploitasi oleh armada perikanan tangkap meliputi
ikan pelagis seperti tongkol (Euthynnus spp), tenggiri (Scomberomus commersoni),
lemum (Sardinella longiceps), tembang (Sardinella3mbriata), kembung (Rastreliger
spp), pepetek (Leiognathus spp) dan berbagai jenis ikan pelagis lainnya. Ikan
demersal seperti bawal hitam (Pormis niger), bawal putih (Pampus argenteus), kakap
(Lutes carcarifer) dan jenis lainnya seperti cumi-cumi, ubur-ubur dan jenis udang
laut.
Di wilayah Kotabaru terdapat paling sedikit 57 desa pantai yang penduduknya
bekerja sebagai nclayan. Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan untuk
menangkap ikan secara umum berdasarkan laporan Dinas Perikanan tahun 1999 ada 4
kelompok alat tangkap yang jumlahnya dominan yaitu trammel net, jaring insang
hanyut, lampara dasar dan payanng. Selain alat tangkap yang dominan tersebut,
nelayan di Kotabaru juga menggunakan alat tangkap seperti pukat cincin, pukat
pantai, jaring iingkar, jaring klitik, bagan tancap dan lain-lain.
Armada perikanan tangkap yang berbasis di Kotabaru didominasi oleh kapal
motor ukuran dibawah 5 GT (85%), 5 - 10 GT (13%), 10 - 20 GT (I%), 20 - 30 GT
(0,7%) dan 30 -50 GT (0,3%). Secara umum periode musim penangkapan ikan
C. Keberlanjutan Usaha Penangkapan
Sumberdaya ikan adalah sumberdaya yang dapat dipulihkan, artinya jika
sumberdaya ikan diambil sebagian maka sisa ikan yang tertinggal memeiliki
kemampuan untuk memperbaharui dirinya dengan berkembang biak.
Sifat dapat dipulihkan memberikan implikasi bahwa manusia harus
memanfaatkan sumberdaya tersebut secara hati-hati. Sejak dekade 1990-an
paradigma pengelolaan perikanan telah bembah dari memaksimalkan produksi dan
kepentingan ekonomi menjadi pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Perubahan
ini desebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1) meningkatnya kepedulian
stakeholders terhadap lingkungan yang direfleksikan dalam deklarasi Rio earth
summit; 2 ) Menumnnya sumberdaya perikanan tidak hanya disebabkan oleh faktor
ekologi, tetapi juga faktor sosial dan ekonomi akibat pengelolaan yang tidak
memperhatikan paradigma keberlanjutan.
Dengan adanya pembahan paradigma tersebut maka perlu suatu pendekatan
baru dalam pengelolaan perikanan. Salah satu pendekatan yang diperkenalkan oleh
Fisheries Centre University of British Columbia adalah dengan pendekatan
multidimensional scaling
Tujuan pendekatan multidimensional scaling adalah untuk melihat keragaan
(performance) usaha perikanan tangkap di tinjau dari aspek ekologi, sosial. ekonomi
dan teknologi yang selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman untuk
mengevaluasi keberlanjutan usaha penangkapan ikan laut masa yang lalu dan
Analisis multidimensional scaling digunakan untuk mempresentasikan
similaritas1 disimilaritas antar pasangan individu dan karakterlvariabel (Young, 2001-
URL). Sickle, 1997 mengatakan bahwa multidimensional scaling dapat
mempresentasikan metode ordinasi secara efektif. Multidimensional scaling adalah
metode ordinasi dengan basis jarak antar obyeklpoint dalam dua dimensi atau tiga
dimensi. Multidimensional scaling merupakan metode multivariate yang cocok untuk
mengevaluasi kondisi perikanan tangkap dengan berbagai tipe variabel yang berbasis
jarak (Alder et al 2001). Alder et al, 2001 juga mengatakan bahwa teknik ordinasi
dengan mengkonvigurasikan jarak antar titik dalam t-dimensi yang mengacu pada
jarak Euclidean antar titik. Dalil Pythagoras dapat digunakan untuk menghitung
jarak euclidean antara dua titik. Dalam ruang dua dimensi jarak euclidean
dirumuskan sebagai berikut :
Sedangkan dalam n-dimensi jarak euclidean dirumuskan sebagai berikut :
Dalam evaluasi kondisi perikanan tangkap, masing-masing kategori yang terdiri
dari beberapa attribut di skor. Skor secara umum di rangking antara 0 sampai 5.
Hasil skor dimasukan ke dalam tabel matrik dengan I baris yang mempresentasikan
Jenis usaha perikanan dan J kolom yang mempresentasikan skor attribut. Data
buruk. Skor data tersebut kemudian dinormalkan untuk meminimalkan stress
(Davison dan Skay, 1991).
D.
Teknik OptimasiOptimasi menurut Beveridge et a1 (1970) adalah kemampuan proses untuk
mendapatkan gugus yang diperlukan dalam mencapai hasil terbaik dari situasi yang
tertentu. Persoaan optimasi dapat berbentuk maksimisasi atau minimasi. Apabia
fungsi kendala ada dapat berbentuk pertidaksamaan atau persamaan.
Kadarsan (1984) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan, suatu usaha perikanan laut harus memiliki faktor produksi yang cukup
dan kombinasi yang tepat. Keterbatasan sumberdaya menyebabkan diperlukam~ya
pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai keseluruhan atau sebagian
tujuan yang diinginkan. Teknik optimasi sering digunakan dalam mengatasi masalah
keerbatasan sumberdaya tersebut.
Steel dan Torrie (1981) menyatakan bahwa dengan memanfaatkan ilmu
pengetahuan, fenomena yang ada di alam ini dapat dijelaskan dengan model.
Sehingga model tersebut hams mewakili dan mencakup unsur-unsur utama dari
fenomena supaya kesimpulan dapat diambil tidak dari pengamatan langsung terhadap
keadaan yang sebenamya.
Pada dasarnya persoaalan optimasi adalah suatu persoalan untuk membuat nilai
suatu fungsi beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum dengan
memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Biasanya pembatasan-
waktu dan ruang. Perrnasalahan optimasi dapat diselesaikan dengan Linier
programming. Linear programming merupakan suatu model umum yang dapat
digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas
secara optimal.
Persoalan programming pada dasarnya berkaitan dengan penentuan alokasi
yang optimal darisumber-sumber yang terbatas untuk memenuhi suatu tujuan.
Persoalan liniear programming adalah suatu persoalan suatu persoalan untuk besarnya
masing-masing nilai variabel sedemikian rupa sehingga nilai fungsi tujuan yang
liniear menjadi optimum (maksimum atau minimum dengan memperlihatkan batasan-
111.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan, secara
geografis terletak pada posisi 02'20'49" LS dan 115'19'13"
-
116°30'28" BT dengan luas wilayah 14.489,69 km2. Lokasi penelitian terletak di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Kusan Hilir, Pulau Laut Utara dan Batulicin (Lampiran1).
Penelitian lapang dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data
sekunder mulai bulan Juni 2001 sampai dengan Juli 2001. Analisis data dilakukan
mulai bulan Juli 200 1 sampai dengan September 2001.
B. Ruang Lingkup Penelitian
Kawasan yang dikaji dalam penelitian ini adalah tiga desa, yaitu : Desa Sungai
Loban Kecamatan Kusan Hilir, desa Sarang Tiung, Kotabaru Hilir, Rampa dan Hilir
Muara Kecamatan Pulau Laut Utara. Pemilihan lokasi penelitian yang terletak di
kawasan pesisir Kotabaru, Kalimantan Selatan dilakukan secara purposive.
Pertimbangan lokasi penelitian didasarkan pada potensi wilayah dan kawasan tersebut
merupakan sentra perikanan tangkap di kabupaten Kotabaru.
Keberlanjutan adalah syarat kunci agar 3.015 RTP nelayan Kotabaru tidak
kehilangan mata pencaharian sebagai nelayan akibat menurunya sumberdaya
perikanan di perairan kotabaru. Alder et al. (2001) mengatakan bahwa menurunya
juga oleh faktor sosial, ekonomi dan teknologi akibat dari rezim pengelolaan
sumberdaya perikanan yang diterapkan.
Permasalahan pokok yang harus diselesaikan adalah seberapa jauh tingkat
keberlanjutan dari sumberdaya perikanan di Kabupaten Kotabaru dan bagaimana
solusi selanjutnya setelah tingkat keberlanjutan tersebut diketahui. Sehingga analisis
keberlanjutan dengan indikator ekologi, sosial, ekonomi dan teknologi perlu
dilakukan. Kriteria keberlanjutan dengan keempat indikator tersebut merupakan
jembatan yang menghubungkan antara tujuan dan aksi yang akan dilakukan sehingga
kefektifan dan akuntabilitas pengelolaan sumberdaya perikanan dapat ditingkatkan.
Selanjutnya penentuan tingkat optimum usaha penangkapan juga diperlukan sebagai
salah satu solusi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan
Analisis optimasi usaha perikanan tangkap dalam penelitian ini akan mencari
suatu formula pengembangan dengan menggunakan model perancangan liniear.
C. Jenis Data yang Dikumpulkan
Sesuai dengan rumusan permasalah&ya, data yang dikumpulkan terdiri atas
data ekologi, data sosial, data ekonomi dan data teknologi. Jenis data yang
dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder baik data kuantitatif maupun
kualitatif seperti pada Tabel 2. Pengumpulan data dilakukan dengan metode
pengukuran langsung dilapangan dan observasi serta wawancara dengan panduan
Tabel 2. Jenis Data Yang Dikumpulkan
I
U n t u k Analisis ekologiI
No
1.
2. 3.
I
Untuk Analisis E h o m iI
I A I I
I
NoI
Data1
SatuanI
Jenis1
KeteranganI
DataProduksi primer
Tingkat pemanfaatan
Size ikan tertangkap
4.
I I I
I
RupiahI
Primer Spesies ikan tertangkap
I-rhadap PDRB
I I I
I
%I
Primer Satuan Gr c/m2/th % 1 -hI I
I
RupiahI
Primer1 4 1 1 a r p e r i k a n a n Rupiah
1
Primer1
Jenis Primer Sekunder Primer Primer Keterangan
1
jumlah RTP I I II
%I
SekunderI
I I I
Jumlah penduduk
I
JiwaI
SekunderI
I ~ o m p o s i s i d u d u k
I I L
I
JiwaI
SekunderI
I
,
II
KKI
SekunderI
Mata pencaharian
I
SekunderI
I I I I
12.
(
Tingkat pendidikanI I I
I
ISekunder
I
D. Teknik Pengumpulan Data
Data sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi pustaka dengan cara
mengumpulkan seluruh informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian baik di
herbagai perpustakaan maupun mengunjungi instansi-instansi terkait dari tingkat desa
sampai tingkat kabupaten.
Data Primer
Pengumpulan data primer untuk keperluan analisis ekologi dilakukan dengan
metode penarikan contoh acak sederhana. Contoh yang diambil sedemikian rupa
sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama.
Pengumpulan data sosial, ekonomi dan teknologi dilakukan teknik purposive
sampling. Teknik purposive sampling dilakukan denga pertimbangan : (1)
probalititas sampling sulit digunakan mengingat populasi yang diambil adalah rumah.
tangga perikanan berdasarkan atas kepemilikan jenis alat tangkap; (2) Desa yang
dijadikan sampel merupakan sentra perikanan di Kabupaten Kotabaru.
E. Pengolahan dan Analisis Data
Pendugaan Potensi Lestari
Pendugaan potensi lestari (Maxinzum Sustainable Yield/MSY) sediaan ikan
digunakan berupa data hasil tangkap (cacth) dan upaya penangkapan (effort) dan
kemudian dilakukan pengolahan data melalui pendekatan model Schaefer. Model ini
merupakan model analisis regresi dari cacth per unit effort (CPUE) terhadap jumlah
effort ( f ) . Formula model liniernya adalah :
Dimana, CPUE = rata-rata hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan f = upaya penangkapan
a dan b = parameter regresi
Adapun formula yang digunakan untuk menduga MSY dan upaya optirnumnya
adalah :
a2
MSY = -
...
4b (4)
a
f
(opt) = -...
2b ( 5 )
Mengingat sifat perikanan di daerah tropis termasuk Indonesia adalah
multispesies dan rnultigear, maka perlu dilakukan standardisasi alat. Metode
standardisasi alat tangkap yang digunakan adalah metode langsung seperti yang
diusulkan oleh Robson (1966) dalam Gulland (1983). Metode ini berdasarkan pada
konsep daya tangkap relatif. Bila dua kapal melakukan penangkapan terhadap
sumberdaya yang sama dan dalarn kondisi yang sama, maka daya tangkap relatif
kapal A relatif terhadap kapal B adalah :
PA( B) = CPUE dari kapal B
CPUE dari kapal A
Kapal A sering disebut sebagai kapal standar
Sehingga apabila jumlah kapal A (NA) dan jumlah kapal B (NB) maka upaya
penangkapan secara keseluruhan adalah :
Analisis Multidimensional Scaling
Untuk melakukan analisis Multidimensional scaling digunakan model skoring
yang dimodifikasi dari Fisheries Centre, University of British Columbia (2000) yang
meliputi :
( I ) Analisis aspek ekologi yakni ditetapkan beberapa kriteria : Ikan yang terbuang
pada saat penangkapan, jumlah spesies ikan yang tertangkap, dan produksi
primer.
(2)
Analisis aspek ekonomi mencakup : tingkat keuntungan, rata-rata upah,pendapatan diluar usaha penangkapan dan pasar
(3) Analisis aspek sosial nleliputi : status konflik, pertumbuhan rumah tangga
nelayan, tingkat pendidikan, pendapatan dari penangkapan dan partisipasi
keluarga.
(4) Analisis aspek teknologi meliputi : waktu trip, prosesing sebelum dijual,
Sedangkan nilai skoring untuk analisis multidimensional scaling dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Skoring Untuk Analisis Multidimensional Scaling (Modifikasi dari Fisheries Centre, University of British Columbia, 2000)
Skoring untuk analisis ekologi
(
Skoring(
Baik(
Buruk(
Keterangan 2. lkan yang terbuang 0;1;2 0pada saat penangkapan
3.
/
Spesies ikan yang1
0;1;21
0I
tertangkap4.
1
Produksi orimer1
0:1:2:31
3Persentase ikan yang terbuang :
Rendah (0 - 10%) (0) Sedang (10 - 40%) (1)
Rendahll-10 (0) Sedang110-100 (1)
Gr Clcm2ltahun
Tingkat keuntungan 0;1;2;3;4 0
1
I I 4 I
Sangat menguntungkan (0)Menguntungkan (1)
Break even (2)
. .
1
Rugi (3)Sangat merugikan (4)
Pendapatan diluar 0;1;2;3 0 3 Tidak tetap (0) usahapenangkapan Paruh waktu (1)
Musiman (2) Penuh (3)
2 Lokal (0) Regional (1)
Skoring untuk analisis sosial
nelayan 0;1;2 penangkapan
22
0 0 2 2 2 2 0 0 Ekspor (2)Tingkat konflik dengan sektor lain Tidak ada (0)
Sedikit (1) Banyak 92)
Dalarn 10 tahun terakhir Kurang 10 % (0) 1 0 % - 2 0 % ( 1 ) lebih 20 % (2)
Dibanding dgn tk pendidikan pnduduk Dibawah (0)
Samalrata-rata (1) Di atas (2)
Persentase pendapatan total keluarga' Kurang 50% (0)
Tidak ada (0) Sedikit (1)
Tidak ada (0) Beberapa (salting &
boiling) (1)
Canggih (es curah, ) (2)
digunakan Pasif (0)
Rata-rata panjang kapal Kurang 5 m (0)
5 - 1 0 r n ( l ) Skoring untuk analisis Teknologi
Analisis multidimensional scaling digunakan untuk mempresentasikan
similaritas1 disimilaritas antar pasangan individu dan karakterlvariabel (Young, 2001-
URL). Sickle, 1997 mengatakan bahwa multidimensional scaling dapat
mempresentasikan metode ordinasi secara efektif. Multidimensional scaling adalah
metode ordinasi dengan basis jarak antar obyekfpoint dalam dua dimensi atau tiga
dimensi. Multidimensional scaling merupakan metode multivariate yang cocok untuk
mengevaluasi kondisi perikanan tangkap dengan berbagai tipe variabel yang berbasis
jarak (Alder et a1 2001). Alder et al, 2001 juga mengatakan bahwa teknik ordinasi
dengan mengkonfigurasikan jarak antar titik dalam t-dimensi yang mengacu pada
jarak Euclidean antar titik. Dalil Pythagoras dapat digunakan untuk menghitung
No
1. Waktu trip
Skoring 0;1;2;3;4 Baik 0 Buruk 4 Keterangan
Rata-rata waktu melaut 1 hari atau kurang (0) 2-4 hari (1)
5 - 8 hari (2)
jarak Euclidean antara dua titik. Dalam ruang dua dimensi jarak Euclidean
dirumuskan sebagai berikut :
...
(6)Sedangkan dalam n-dimensi jarak Euclidean dirumuskan sebagai berikut :
Dalam evaluasi kondisi perikanan tangkap, masing-masing kategori yang terdiri
dari beberapa attribut di skor. Skor secara umum di rangking antara 0 sampai 5.
Hasil skor dimasukkan ke dalam tabel matrik dengan I bans yang mempresentasikan
kategri ekosistem tsunbak dan J kolom yang mempresentasikan skore attribut. Contoh
tabel matriknya adalah :
Tabel 4. Tabel matrik data untuk analisis multidimensional scaling
Individu
...
n
Dimana I = ( I , 2,
...
i,...
n)J = (1,2,..
...
j,.....
.,P)Data didalam matrik tersebut adalah data interval yang menunjukan skoring baik
dan buruk. Skor data tersebut kemudian dinormalkan untuk meminimalkan stress
(Davison dan Skay, 1991). Salah satu pendekatan untuk menormalkan adalah data tersebut adalah dengan nilai Z (Alder et a1 2001) :
Kruskal dalam Jhonson dan Wichern, 1992 mengajukan sebuah ukuran luas
secara geometri yang mempresentasikan kecocokan
.
Ukuran tersebut diistilahkandengan stres. Stres didefinisikan sebagai :
Selanjutnya Kruskal menyarankan agar stress diinterpretasikan secara informal
menurut pedoman sebagai berikut :
0 %
I
SempurnaSedangkan Clarke dan Warwick, 1997 mengatakan apabila nilai stres masih di
Stress
20 %
10 %
5
%2.5 %
bawah 25% maka tingkat kesesuaian tersebut masih dapat dipercaya. Tingkat
kesesuaian (goodness of fit) tersebut menunjukan hubungan monotonic antara
Goodness offit
Jelek Agak baik Baik Baik sekali
Setelah data di:normalkan kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan
Jarak Euclidean kuadrat (squared Euclidean distances) dalam Analisis
Multidimansional scaling metrik.
Analisis Ekonomi
Untuk menghitung tingkat pendapatan nelayan dari alat tangkap yang
dioerasikan, dilakukan melalui pendekatan analisis keuntungan. Keuntungan adalah
selisih antara penerimaan total dan biaya-biaya.
Bila harga rata-rata ikan dari survei adalah (p) dan fungsi produksi dari ikan yang diperoleh dari penghitungan adalah Y(,, maka total penerimaan dari usaha
penangkapan (TR) di duga dengan persamaan :
TR = p.Y(,)
...
(10) Sedangkan total biaya penangkapan (TC) diduga dengan :Dimana c adalah total pengeluaran (cost) rata-rata unit penangkapan ikan dan f
adalah jumlah upaya penangkapan standard yang dioperasikan untuk menangkap
sumberdaya ikan. Sehingga penerimaan bersih (keuntungan) dari usaha penangkapan
Analisis Optimasi
Dalam penelitian ini akan dicari suatu formula pengembangan dengan
menggunakan model perancangan linear. Hal ini dilakukan karena model regresi
yang akan digunakan dalam penelitian ini bersifat linier dan dengan kondisi kendala
yang tidak boleh dilampaui. Dalam penelitian ini digunakan metode optimisasi
dengan memanfaatkan teknik programasi linear.
Fungsi tujuan dalam pengkajian ini adalah memaksimurnkan keuntungan :
Terhadap fungsi kendala :
Dimana X, = variabel putusan ke-j
C, = parameter hngsi tujuan ke-j bi = kapasitas kendala ke-I
ai, = parameter fungsi kendala ke-i, variabcl keputusan ke-j I = 1,2,3,
...
m...
j = 1, 2, 3, n
Analisis optimasi yang dilakukan di perairan kabupaten Kotabaru ini
dimaksudkan untuk mencari nilai optimum masing-masing alat tangkap yang
yang maksimum. Model pendekatan yang digunakan adalah dengan programasi
linier. Elemen-elenien yang digunakan dalam model ini terdiri atas : 1) fungsi
tujuan, yaitu nilai keuntungan maksimum dari usaha penangkapan ikan, 2) fungsi
pembatas, yaitu nilai hasil tangkapan maksimum (C,,,) dan upaya penangkapan
maksimum (Em,,) dan koefisien input-output, yaitu nilai keuntungan tiap jenis alat
tangkap, nilai hasil t:mgkapan per unit upaya penangkapan (CPUE) per alat tangkap.
1) Fungsi tujuan
Fungsi tujuan dari penelitian ini adalah memaksimumkan keuntungan usaha
penangkapan ikan. Karena sejumlah alat tangkap yang dioperasikan di perairan
kabupaten Kotabaru, maka fungsi tujuan tersebut adalah :
IT = C ( T R - T C )
...
(15)Karena satu alat tangkap dapat menangkap lebih dari satu jenis ikan maka fungsi
tujuan tersebut menjadi :
atau
Dimana pi = harga ikan jenis I
Yi, = Produktivitas alat tangkap j terhadap ikan i (CPUEi)
cj = biaya operasional armada penangkapan j per tahun
qj = nilai keuntungan masing-masing alat tangkap dalam setahun
2) Fungsi kendala
Dalarn melakukan pengelolaan sumberdaya perikanan, jumlah hasil tangkapan
dan upaya penangkapan yang diperbolehkan biasanya didasarkan pada nilai optimum
hasil tangkapan dan upaya penangkapan yang digunakan atau sering disebut sebagai
maximum sustainable yield (MSY). Penangkapan akan lestari dan hasil tangkapan
yang maksimurn pada saat mencapai nilai MSY. Berdasarkan ha1 tersebut, maka
dalam penelitian ini nilai-nilai upaya penangkapan (Em,,) dan nilai hasil tangkapan
(C,,,) pada kondisi MSY dijadikan sebagai faktor kendala yang tidak boleh
dilampaui dalam pernanfaatan sumberdaya.
a. Hasil tangkapan lestari (C,,,)
Suatu jenis ikan didaerah tropis, seperti Indonesia dapat ditangkap oleh lebih
dari satu jenis alat tangkap, sehimgga penggabungan hasil tangkapan dari beberapa
jenis alat tangkap harus I C,,,.
Dimana Yij := Produktivitas alat tangkap j terhadap ikan i (CPUEi)
"J := jumlah jenis alat tangkap j
b. Upaya penangkapan lestari (Emsy)
Upaya penangkapan optimum yang diperoleh berdasarkan perhitungan model
surplus produksi merupakan upaya penangkapan standard yang disusun atas beberapa
jenis alat penangkapan ikan, sehingga jumlah upaya penangkapan ikan dari masing-
masing jenis alat penangkapan ikan hams diketahui. Untuk mendapatkan upaya
penangkapan per jenis alat tangkapterhadap suatu jenis ikan maka perlu dilakukan
perhitungan sebaga~i berikut :
Dimana FPIi, = daya tangkap alat tangkap j terhadap jenis ikan I
Vi = jumlah jenis alat tangkap j
E m = upaya penangkapan maksimum lestari
Analisis S e n ~ i t i v i t ~ s
Analisis sensitivitas dirancang untuk mempelajari perubahan dalam parameter
model Liniear Programming terhadap pemecahan optimum. Analisis ini dipandang
sebagai bagian integral dari pemecahan (yang diperluas) dari setiap masalah liear
programming. Analisis ini memberikan karakteristik dinamis pada model yang
memungkinkan unt~lk mempelajari perilaku pemecahan optimum sebagai hasil dari
perubahan dalam parameter model.
Tujuan akhir dari analisis sensitivitas adalah untuk memperoleh informasi
tentang pemecahan optimum yang baru dan memungkinkan, sehingga berapa besar
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan, secara geografis terletak pada posisi
02O20'49" LS dan 115"19'13"
-
116"30'28" BT dengan luas wilayah 14.489,69 km2.Disebelah utara berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Timur, sebelah timur
berbatasan dengan Selat Makasar, sebel'ah selatan dengan Laut Jawa dan sebelah
barat dengan kabupaten Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai
Selatan, Banjar dan Tanah laut (Lampiran 1).
Kabupaten Kotabaru secara administratif terdiri dari 20 kecamatan yang
meliputi 302 desa. Dari seluruh kecamatan, terdapat 6 kecamatan yang memiliki pulau-pulai kecil yang bemama dan 15 kecamatan dengan 81 buah desa merupakan
desa pantai. Jumlah penduduk Kabupaten Kotabaru berdasarkan kabupaten Kotabaru
dalam angka 1999 adalah 390.893 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki 205.057 jiwa
(51,7%) dan perempuan 188.836 jiwa (48,3%).
Iklim di daerah Kotabaru secara umum menurut Schmidt & Ferguson termasuk tipe iklim A yaitu iklim basah. Musim penghujan lebih panjang dibandingkan
dengan musim kemarau. Curah hujan berkisar antara 2000
-
2500 mdtahun dengan jumlah hari hujan antara 150-190 hari hujadtahun. Curah hujan terbanyak terjadipada bulan November -April sedangkan bulan kering terjadi antara bulan Juli
-
September. Kelembaban udara berkisar antara 81% sarnpai 89% dan suhu udaraB. Kependudukan.
Jumlah penduduk Kabupaten Kotabaru berdasarkan Badan Pusat Statistik
Kabupaten Kotabanl tahun 1999 adalah 390.893 orang terdiri dari penduduk laki-laki
202.057 orang (51,69 %) dan penduduk perempuan 188.836 orang (48,31 %).
Sedangkan jumlah nunah tangga perikanan nelayan (RTP nelayan) Kabupaten
Kotabaru menurut statistik Dinas Perikanan Kotabaru tahun 2000 adaiah 3.015 RTP
dengan jurnlah dengan jumlah nelayan 16.709 orang. Secara komulatif terjadi sejak
tahun 1996 terjadi kenaikan jumlah RTP nelayan sebesar 3,4 % (2.912 RTP dengan
jumlah nelayan 16.1372 orang). Perkembangan RTP nelayan Kabupaten Kotabaru
sejak tahun 1996 - 2000 dapat dilihat pada Gambar 2.
Y
--
----
1996 1997 1998 1999 2000
Tahun
C. Keragaan Umum Perikanan Laut
Unit-Unit Penangkapan
Kegiatan penangkapan ikan di Kabupaten Kotabaru dilakukan kebanyakan oleh
perikanan rakyat. Usaha pernangkapan ikan di laut terdapat diperairan Laut Jawa,
Selat makasar, Selat laut dan selat Sebuku. Perkembangan alat tangkap dan armada
penangkapan selang tahun 1996
-
2000 dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.Trammel net merupakan alat tangkap yang paling banyak digunakan oleh
nelayan di Kotabaru. Terjadi peningkatan jumlah alat tangkap tramel net yang berarti
dari tahun 1998 (1000 unit) menjadi 1402 unit pada tahun 2000. Hal tersebut juga
terjadi pada alat tangkap lampara dasar yaitu dari sebanyak 318 pada tahun 1998
menjadi 1005 pada tahun 2000. Fenomena tersebut terjadi karena pada tahun 1997
saat krisis ekonomi melanda Indonesia, harga udang melonjak tinggi sehingga
menyebabkan meningkatnya jenis alat tangkap tersebut.
Unit
t t r l m r l n e t
- b l g l n r * n < z p
I -x.-,"""g '",U"gL"
- l ' % y % " g
1
l l l l " l . . c . . p//I
-
,
--I; z ~ ;"
2 rz d as*. ~i-
L - - _ - - -
-
~~.~ x . ,1 9 9 9 2 0 0 0 Tahun
1 9 9 6 1 9 9 7 1 9 9 8
Gambar 3 . Perkembangan Jenis Alat Penangkapan Ikan Kabupaten Kotabaru Tahun 1996
-
2000Kapal atau perahu di Kotabam dapat diklasifikasikan kedalam empat jenis,
yaitu perahu jukung, perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal motor.
Gambar 4 menunjukan armada yang berbobot 0
-
5 GT (Gross Ton) mengalami peningkatan yang cukup berarti yaitu dari 1539 unit pada tahun 1998 menjadi 2009pada tahun 2000
Unit
Gambar 4. Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan Ikan Kabupaten Kotabaru Tahun 1996 - 2000
Produksi dan Kon~posisi Hasil Tangkapan
Produksi penangkapan dari delapan jenis ikan yaitu udang, kembung, pepetek,
teri, tembang, layang, tongkol dan rajugan di Kabupaten Kotabaru (Gambar 5).
Dalam Gambar 5, secara umum menunjukan bahwa dari tahun ke tahun tidak
Ton
18,000.0
,
1996 1997 1998 1999 mx, Tahun
Gambar 5. Produksi dan Komposisi hasil tangkapan Ikan Kabupaten Kotabaru Tahun
1996 - 2000
Penanganan, Pengolahan dan Pemasaran Hasil tangkapan
Kegiatan penanganan hasil tangkapan yang dilakukan oleh nelayan di
Kabupaten Kotabaru adalah dengan menggunakan es yang banyaknya disesuaikan
dengan lamanya waktu operasi penangkapan setiap trip. Es yang digunakan adalah es
buatan rumah tangga dan yang di beli dari pabrik es di Kotabaru.
Usaha pengolahan ikan di Kotabaru, selain udang dan rajungan umumya masih
dalam skala rumah tangga dimana olahan yang umum adalah ikan asin. Pengolahan
udang di Kotabaru dilakukan oleh perusahan-perusahaan pengekspor udang. Pahrik
pengolahan udang yang terbesar adalah PT. Misaja Mitra. Sedangkan untuk
pengolahan rajungan dilakukan oleh PT. Philips Seafood Indonesia
Sistem pemasaran ikan segar di Kotabaru dilakukan melalui beberapa pedagang
konsumen. Dalam sistem pemasaran tersebut te rjadi ikatan antara nelayan dengan
pedagang pengumpul yang biasanya memberikan pinjaman modal kerja atau
pinjaman bukan modal kerja. Hasil produksi ikan di Kotabaru dipasarkan di tingkat
lokal yaitu diwilayah Kotabaru dan juga regional yaitu wilayah kalimantan selatan.
Sedangkan untuk udang dan rajungan di ekspor
Khusus untuk nelayan penangkap rajungan kegiatan pemasarannya dilakukan
dengan sistem kemitraan dimana perusahaan memberikan pinjaman dan bimbingan
dan pembinaan baik dalam kualitas produk maupun teknik penangkapan.
Sarana dan Prasarnna Penunjang Usaha Perikanan
Sarana penuijang usaha perikanan yang ada di Kabupaten Kotabaru belunl
memadai baik jenis prasarana maupun komponen/fasilitasnya. Tempat pelelangan
ikan (TPI) hanya berada di satui yang jauh dari sentra- sentra nelayan dan TPI
tersebut tidak berfungsi dengan baik. Fasiiitas pelabuhan perikanan belum ada.
D. Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan laut
Udang
Potensi sumberdaya udang diperairan daerah Kabupaten Kotabaru tertangkap
dengan menggunakan alat tangkap trammel net dan lampara dasar. Untuk
menentukan potensi sumberdaya udang, dilakukan standardisasi dengan menentukan
menentukan masing-masing nilai fishing power indeks dari alat tangkap tersebut
maka diperoleh catch gabungan, total effort standar dan CPUE standar seperti pada
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan model Equilibrium Schaefer
yang telah dilakukan, perairan Kotabaru mempunyai potensi lestari (C,,,) udang
sebesar 4,935,349 tonltahun dan jumlah upaya penangkapan lestari (E,,,) yang
disarankan adalah sebesar 2.546 unit alat tangkap standar per tahun. Potensi lestari
ini lebih kecil dibandingkan hasil tangkapan dari tahun 1998 sampai tahun 2000.
Tabel 5. Hasil Tangkapan Total (Catch), Upaya Penangkapan Total (Effort) Dan Hasil Tangkapan Per Unit Upaya Penangkapan (CPUE) Udang Tahun
1996-2000 Di Perairan Daerah Kabupaten Kotabaru
Tahun Catch (Ton) Effort (Unit)
3642.6 1.668
3822.8 1.731
5791.1 2000 2.896
Dalam tahun 1996 - 2000 nilai CPUE tertinggi terjadi pada tahun 1998 yaitu
sebesar 2.896 todunit. Selanjutnya nilai CPUE mengalami penurunan kembali
sampai tahun 2000 sebesar 1.860 tonfunit dimana pada tahun 1996 dan 1997
cenderung mengalami kenaikan.
Kernbung
Berdasarkan data statistik perikanan Dinas Perikanan Kabupate