• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pengelolaan Perikanan Tangkap di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Pengelolaan Perikanan Tangkap di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan"

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)

KAJIAN PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP

DI KABUPATEN KOTABARU

KALIMANTAN SELATAN

OLEH

:

SUBHAN ABROR ALHIDAYAT

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(102)

ABSTRAK

SUBHAN ABROR ALHIDAYAT. Kajian Pengelolaan Perikanan Tangkap di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh DIETRIECH G. BENGEN dan AKHMAD FAUZI.

Keberlanjutan adalah syarat kunci agar sedikitnya 3015 rumah tangga perikanan nelayan di Kabupaten Kotabaru tidak kehilangan mata pencaharian sebagai nelayan akibat menurunya sumberdaya perikanan di perairan Kotabaru. Menurunnya sumberdaya perikanan tangkap tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekologi tetapi juga oleh faktor sosial, ekonomi dan teknologi akibat dari rezim pengelolaan

sumberdaya perikanan yang diterapkan.

Agar syarat kunci keberlanjutan dapat dicapai maka kinerja pengelolaan perikanan tangkap di Kotabaru perlu diketahui. Sehingga analisis keberlanjutan dengan indikator ekologi, sosial, ekonomi dan teknologi perlu dilakukan. Kriteria keberlanjutan dengan keempat indikator tersebut mempakan jembatan yang menghubungkan antara tujuan dan aksi yang akan dilakukan sehingga keefektifan dan akuntabilitas pengelolaan sumberdaya perikanan dapat ditingkatkan. Selanjutnya tingkat optimum usaha penangkapan juga diperlukan sebagai salah satu solusi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan

Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat keberlanjutan sumberdaya perikanan di perairan Kabupaten Kotabaru ditinjau dari aspek ekologi, ekonomi, sosial dan teknologi serta mencari alternatif optimum pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap.

Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat keberlanjutan sumberdaya udang kondisinya relatif paling buruk diantara komoditas ikan yang dianalisis. Status kondisi yang relatif terbaik adalah usaha penangkapan rajungan.

Kondisi tekno ekonomi alat tangkap yang dioperasikan di kabupaten Kotabaru

,

menunjukan bahwa ditinjau dari aspek keuntungan, alat tangkap payang memberikan

keuntungan yang tertinggi (Rp. 15.904.099,-ltahun); sedangkan yang terendah adalah jaring rajungan (Rp. 9.066.333,-ltahun). Dari aspek pembiayaan purse sein membutuhkan biaya yang tertinggi (Rp. 36.990.000,-ltahun); yang terendah adalah jaring rajungan (Rp. 1.152.000,-ltahun).

Analisis optimasi dengan menggunakan linear programing diperoleh hasil bahwa lampara dasar, bagan dan gillnet tidak direkomendasikan untuk dioperasikan. Nilai optimal untuk masing-masing jenis alat tangkap yang direkomendasikan, yaitu purseseine, trammel net, jaring rajungan dan payang berturut-turut adalah 136, 1 159.

94 dan 200 unit. Keuntungan optimal yang dihasilkan adalah Rp 20.448.927.133 per tahun.

(103)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini bahwa tesis dengan judul :

KAJIAN PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUATEN KOTABARU KALIMANTAN SELATAN

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah dipublikasikan.

Semua surnber data dan infomasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

B o g ~ l 2 September 2002

(104)

KAJIAN PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP

DI KABUPATEN KOTABARU

KALIMANTAN SELATAN

SUBHAN ABROR ALHIDAYAT

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan

Sumberdaya Pesisir dan Lautan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(105)

Judul Tesis : Kajian Pengelolaan Perikanan Tangkap Di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan

Nama : Subhan Abror Alhidayat

NRP : 99659

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Menyetujui,

1. Komisi pembimbiug,

/A-

Dr.Ir. Dietriech G. Bengen, Dr.lr. Akhmad Fauzi, M.Sc

Ketua Anggota

Mengetahui,

(106)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cilacap pada tanggal 4 Oktober 1969 sebagai anak ke empat dari pasangan Tuchid dan Siti Rodliyah. Pendidikan sarjana ditempuh di program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat, Lulus pada tahun 1995. Pada tahun 1999, penulis diterima di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan pada Program Pascasarjana IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Departemen Pendidikan Nasional Repuplik Indonesia.

(107)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala Karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2001 ialah perikanan tangkap, dengan judul

Kajian Pengelolaan Perikanan Tangkap di Kabuparen Kotabaru Kalimantan Selatan

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr.Ir. Dietriech G. Bengen, DEA dan Bapak Dr.Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc selaku pembimbing, serta Tony J. Pitcher (Director and Profesor Fisheries. Centre University of British Columbia, Canada) yang telah banyak memberikan saran dan memberikan Rappsh sojiware.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan dorongannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2002

(108)

DAFTAR IS1

Halaman

PRAKATA

...

...

DAFTAR IS1

DAFTAR TABEL

...

DAFTAR GAMBAR

...

...

DAFTAR LAMPIRAN

1

.

PENDAHULUAN

...

...

A

.

Latar Belakang

...

.

B Perumusan Masalah

...

.

C Kerangka Pemikiran

...

D

.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

...

2

.

TINJAUAN PUSTAKA

...

A

.

Sumberdaya Perikanan Laut

...

B

.

Usaha Perikanan Tangkap

...

C

.

Keberlanjutan Usaha Penangkapan

...

D

.

Teknik Optimasi

...

3

.

METODOLOGI PENELITIAN

...

A

.

Tempat dan Waktu Penelitian

B

.

Ruang Lingkup Penelitian

...

...

C

.

Jenis Data Yang Dikumpulkan

D

.

Teknik Pengumpulan Data

...

E

.

Pengolahan dan Analisis Data

...

... Pendugaan Potensi Lestari

... Analisis Multidimensional Scaling

Analisis Ekonomi ...

...

Analisis Oprtimasi

vi vii

...

V l l l

(109)

4

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

...

A

.

Gambaran Umum Wilayah Penelitian

...

B

.

Kependudukan

...

C

.

Keragaan Umum Perikanan Laut

D

.

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Laut

...

E

.

Analisis Multidimensional Scaling

...

F

.

Analisis Ekonomi

...

G

.

Analisis Optimasi

...

H

.

Pembahasan

...

...

5

.

KESIMPULAN DAN SARAN
(110)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Potensi sumberdaya perikanan laut menurut jenis ikan dan

kawasan perairan di Indonesia

...

8

...

2. Jenis data yang di kumpulkan 18

3. Skoring untuk analisis multidimensional scaling

...

22 4. Tabel matrik untuk analisis multidimensional scaling

...

24

5. Hasil tangkapan total, upaya penangkapan dan hasil tangkapan per unit upaya penangkapan (CPUE) udang tahun 1996-2000 di

...

perairan Kabupaten Kotabaru 37

6. Hasil tangkapan total, upaya penangkapan dan hasil tangkapan per unit upaya penangkapan (CPUE) kembung tahun 1996-

...

2000 di perairan Kabupaten Kotabaru 3 8

7. Hasil tangkapan total, upaya penangkapan dan hasil tangkapan per unit upaya penangkapan (CPUE) pepetek tahun 1996-2000

...

di perairan Kabupaten Kotabaru 39

8. Hasil tangkapan total, upaya penangkapan dan hasil tangkapan per unit upaya penangkapan (CPUE) teri tahun 1996-2000 di

...

perairan Kabupaten Kotabaru 40

9. Hasil tangkapan total, upaya penangkapan dan hasil tangkapan per unit upaya penangkapan (CPUE) tembangtahun 1996-2000

...

di perairan Kabupaten Kotabaru 4 1

10. Hasil tangkapan total, upaya penangkapan dan hasil tangkapan per unit upaya penangkapan (CPUE) layang tahun 1996-2000

...

di perairan Kabupaten Kotabaru 42

11. Hasil tangkapan total, upaya penangkapan dan hasil tangkapan per unit upaya penangkapan (CPUE) tongkol tahun 1996-2000

...

di perairan Kabupaten Kotabaru 43

12. Hasil tangkapan total, upaya penangkapan dan hasil tangkapan per unit upaya penangkapan (CPUE) rajungan tahun 1996-2000

...

(111)

Kriteria penilaian aspek ekologi terhadap usaha perikanan

...

tangkap di Kabupaten Kotabaru

Kriteria penilaian aspek ekonomi terhadap usaha perikanan

...

tangkap di Kabupaten Kotabaru

Kriteria penilaian aspek sosial terhadap usaha perikanan

...

tangkap di Kabupaten Kotabaru

Kriteria penilaian aspek teknologi terhadap usaha perikanan

...

tangkap di Kabupaten Kotabaru

Hasil skoring aspek ekologi usaha perikanan tangkap di

...

Kabupaten Kotabaru

Hasil skoring aspek ekonomi usaha perikanan tangkap di

...

Kabupaten Kotabaru

Hasil skoring aspek sosial usaha perikanan tangkap di Kabupaten Kotabaru

...

Hasil skoring aspek teknologi usaha perikanan tangkap di

...

Kabupaten Kotabaru

Hasil analisis multidimensional scaling usaha perikanan

...

tangkap di Kabupaten Kotabaru

Analisis ekonomi alat penangkapan ikan di Kabupaten

(112)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Proses analisis dengan pendekatan multidimensional scaling..

..

5 Perkembangan rumah tangga perikanan nelayan Kabupaten

Kotabaru tahun 1996 - 2000

...

32

Perkembangan jenis alat tangkap di Kabupaten Kotabaru tahun

1996 -2000

...

3 3 Perkembangan jumlah armada penangkapan di Kabupaten

Kotabaru tahun 1996 - 2000

...

34

Produksi dan komposisi hasil tangkapan ikan di Kabupaten

Kotabaru tahun 1996 - 2000

...

3 5 Kecenderungan CPUE ikan tembang di Kabupaten Kotabaru

tahun 1996 - 2000

...

41 Kecenderungan CPUE ikan layang di Kabupaten Kotabaru

tahun 1996 - 2000

...

43

Kecenderungan CPUE rajungan di Kabupaten Kotabaru tahun

1996 - 2000

...

45

Ordinasi dari analisis multidimensional scaling usaha

penangkapan ikan di Kabupaten Kotabam

...

52

Simulasi monte carlo terhadap analisis multidimensional

...

scaling usaha penangkapan ikan di Kabupaten Kotabaru 54

Sensitivitas masing-masing attribut usaha penangkapan ikan di

(113)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

. .

1. Lokasi penelltian

...

72

2. Deskripsi dan analisis biaya unit penangkapan di Kabupaten

Kotabaru

...

73

3. Hasil analisis optimasi linear programming dengan

(114)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah Kabupaten Kotabaru adalah terluas diantara 11 kabupatenlkota di

Kalimantan Selatan yaitu 14.489,69

km2

atau lebih dari 30% dari luas wilayah Kalimantan Selatan. Badan Pusat Statistik (BPS) Kotaharu mencatat jumlah

penduduk tahun 1998 sebanyak 414.828 jiwa (laki-laki 198.635 jiwa dan perempuan

186.109 jiwa) dengan kepadatan penduduk 32 jiwa per km2, dan tingkat pertumhuhan penduduk sebesar 3,83% per tahun.

Perikanan tangkap merupakan kegiatan usaha yang mempunyai nilai ekonomis

penting bagi Kabupaten Kotabaru. Potensi perikanan tangkap Kotabaru pada tahun

1999 sebesar 59.565 ton (Dinas Perikanan Kotabaru, 1999). Kecamatan Pulau Laut

Utara, Pamukan Selatan, Pulau Sebuku, dan Kusan Hilir adalah daerah daerah

penting penghasil ikan laut.

Daya dukung lingkungan lautan dan pesisir di Korabaru bagaimanapun, ada

batasnya, khususnya yang merupakan sumberdaya kehidupan, sangat tergantung pada

pengelolaannya. Praktek-praktek pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan yang

dilakukan manusia saat ini, telah menyebabkan kerusakan lingkungan dan

menipisnya sumberdaya. Oleh sebab itu, perlu adanya usaha perbaikan dan

pengarahan mengenai cara-cara pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan yang

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Untuk mencapai tujuan ini, maka harus

dilakukan inventarisasi sumberdaya lautan yang potensial dan memperkenalkan

praktek-praktek pemanfaatan sumberdaya alam yang benvawasan lingkungan.

(115)

Selanjutnya, untuk dapat melakukan pengelolaan dan praktek-praktek

pemanfaatan secara efektif, diperlukan identifikasi surnberdaya perikanan, oleh

karena itu upaya penilaian terhadap kondisi perikanan secara terpadu menjadi suatu

ha1 yang penting. Alder, et a1 (2000) mengemukakan bahwa penilaian kondisi

perikanan secara terpadu yang meliputi aspek ekologi, ekonomi, snsial dan teknologi

dapat dilakukan dengan analisis multidimensional scaling.

Untuk kepentingan pengelolaan sumberdaya yang menyeluruh, maka perlu

dilakukan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya yang tepat yang dapat merangkum

semua kepentingan. Holling (1978) mengemukakan bahwa, analisis optimalisasi

manajemen sistem perikanan dinamik yang paling tepat adalah meliputi

pemrograman dan dinamik kontrol yang optimal. Tetapi karena sistem perikanan

didaerah tropis sangat komplek, maka teknik ini sangat sulit dilaksanakan. Arnason

(1990) mengusulkan teknik simulasi untuk studi sistem perikanan komplek.

Walaupun tidak memberikan hasil secara teori yang optimal, model simulasi dapat

digunakan untuk mengetahui pengaruh kebijakan perikanan terhadap sitem perikanan.

Sedangkan teknik optimasi yang digunakan untuk alokasi sumberdaya yang terbatas

terhadap banyak tujuan adalah linear programming.

B. Perumusan Masalah

Potensi perikanan tangkap wilayah Kotabaru sebesar 45.000 todtahun dengan

jumlah rumah tangga perikanan (RTP nelayan) sebanyak 3015 RTP nelayan dan

(116)

Keberlanjutan adalah syarat kunci agar 3015 RTP nelayan di Kabupaten

Kotabaru tidak kehilangan mata pencaharian sebagai nelayan akibat menurunnya

sumberdaya perikanan di perairan Kotabaru. Alder et a1 (2001) mengatakan bahwa

menurunnya sumberdaya perikanan tangkap tidak hanya dipengaruhi oleh faktor

ekologi tetapi juga oleh faktor sosial, ekonomi, dan teknologi akibat dari rezim

pengelolaan sumberdaya perikanan yang diterapkan.

Agar pemanfaatan sumberdaya perikanan dapat dilakukan secara berkelanjutan

dan benvawasan lingkungan maka perlu dilakukan upaya pengelolaan yang dapat

menyeimbangkan tingkat pemanfaatan sumberdaya antar sistem lingkungan

diwilayah tersebut.

Upaya pengelolaan tersebut akan berjalan dengan baik apabila didukung

dengan informasi kondisi perikanan secara lengkap dan akurat. Ada empat dimensi

utama dalam penilaian kondisi perikanan yang perlu dipertimbangkan sebelum

sarnpai kepada suatu keputusan strategi pengelolaan diterapkan. Dimensi itu adalah

ekologi, ekonomi, sosial dan teknologi.

Sehingga masalah yang perlu dikaji dalam mengahadapi fenomena tersebut

adalah sejauh mana kondisi perikanan tangkap diwilayah Kotabaru di tinjau dari

dimensi ekologi, ekonomi, sosial, dan teknologi.

Untuk mendapatkan alternatif pilihan kebijakan yang tepat, maka perlu

dilakukan pengkajian optimalisasi manajemen perikanan. Optimalisasi yang

dimaksud adalah membuat mekanisme pengelolaan sumberdaya dengan masukan-

(117)

C. Kerangka Pemikiran

Ketika pemanfaatan (fishing effort) lebih besar daripada tangkapan optimum

(maximum sustaiable yield), maka akan terjadi pemanfaatan yang berlebihan. Salah satu sumberdaya laut yang telah dieksploitasi secara berlebih adalah sumberdaya

perikanan. Status kondisi perikanan tangkap wilayah Kotabaru saat ini belum

diketaui secara pasti, akan tetapi melihat perkembangan penduduk yang tinggi maka

kemungkinan over exploitated akan terjadi atau bahkan sudah terjadi.

Kondisi semakin menurunnya potensi perikanan tangkap dan over fishing

temyata bukan hanya disebabkan oleh tingkat penangkapan yang melampaui potensi

lestari dan faktor ekologis, tetapi juga dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya

akibat-akibat sosial dan ekonomi serta tidak adanya pengelolaan yang berkelanjutan

termasuk konsekuensi teknologi yang diterapkan (Alder et al, 2001).

Untuk mengetahui kondisi perikanan tangkap di Kotabaru, maka dilakukan

penilaian terpadu dengan pendekatan Multidimensional Scaling. Pendekatan

Multidimensional scaling yang dilakukan terhadap kondisi perikanan mencakup empat dimensi yaitu ekologi, ekonomi, sosial dan teknologi

Pendekatan Multidimensional Scaling merupakan salah satu upaya untuk mengenali dan menilai kondisi perikanan secara terpadu. Aplikasi penilaian tersebut

juga merupakan kunci penting agar kegiatan pengelolaan dan praktek-praktek

pemanfaatan sumberdaya perikanan dapat diterapkan lebih efektif. Dengan

pendekatan ini pula akan diperoleh informasi dimensi mana aktivitas-aktivitas yang

(118)

Selanjutnya, dapat dinyatakan bahwa penilaian kondisi perikanan dengan

pendekatan metode multidimensional scaling memiliki implikasi pengelolaan yang

kuat, karena metode ini mampu mengenali kondisi perikanan dari empat dimensi

utama yaitu ekologi, ekonomi, sosial dan teknologi (Gambar. 1)

mulai

G=)

Review attribut Identifikasi & Definisi (termasuk variasi kategori dan (berdasarkan kriteria yang

konfirmasi kriteria scoring)

Scoring Perikanan

(membangun referent point untuk baik

dan buruk terhadap masing-masing

indikator kinerja)

Scaling

Ordination

1

Gambar 1. Proses Analisis Dengan Pendekatan Multidimensional Scaling (Alder,

et.al2001)

Untuk dapat menghasilkan suatu penyelesaian yang operasional maka selain

pendekatan analisis multidimensional scaling juga dilakukan dengan pendekatan

I I

Simulasi Monte Carlo (untuk mengetahui ketidakpastian analisis)

Leverage Analysis (untuk mengetahui anomali dari

(119)

metode optimasi usaha perikanan tangkap. Sehingga dengan pendekatan kedua

metode tersebut akan diperoleh suatu kerangka penyelesaian yang komperehensif.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah :

1) Menentukan tingkat upaya optimum dan pemanfaatan optimum ikan di

perairan Kotabaru

2) Menilai kondisi perikanan tangkap di Kabupaten Kotabaru dengan pendekatan

Multidiensional Scaling.

3) Mencari alternatif optimum pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di

Kabupaten Kotabaru.

Manfaat

Hasil penelitian akan memberikan altematif kebijakan pengelolaan perikanan

tangkap kepada pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan sehingga memberikan

(120)

11.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sumberdaya Perikanan Laut

Wilayah pesisir ditinjau dari berbagai macam peruntukannya, merupakan

wilayah yang sangat produktif dan mempunyai potensi yang sangat besar untuk

menunjang produksi perikanan. Menurut Mann (1982) produktivitas primer rata-rata

di perairan pesisir dapat mencapai lebih'dari 500 gr c/m2/th. Nilai produktivitas

primer ini sangat tinggi dibandingkan dengan produktivitas primer di perairan laut

dangkal pada unlumnya, yaitu sekitar 100 gr c/m2/th atau di perairan laut dalam yang

hanya sekitar 50 gr c:lm2/th (Ryther, 1959)

Potensi sumberdaya perikanan laut di Indonesia terdiri dari sumberdaya

perikanan pelagis besar (451.830 todtahun) dan pelagis kecil (2.423.000 todtahun),

sumberdaya perikanan demersal (3.163.630 todtahun), udang (100.720 todtahun),

ikan karang (80.082 ton/tahun) dan cumi-cumi (328.960 todtahun). Dengan

demikian, secara nasional potensi lestari sumberdaya perikanan laut sebesar 6,7 juta

tonltahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 48%(Dahuri dkk, 1996).

Sedangkan F A 0 (1997) melaporkan bahwa potensi sumberdaya perikanan

Indonesia adalah sebesar 5.649.600 ton yang didominasi oleh ikan pelagis kecil

(small pelagic) sebe:iar 4.041.800 ton atau (71,5 %) dan perikanan skipjack sebesar

295.000 ton (5,22 %). Tabel berikut menyajikan potensi sumberdaya perikanan laut

(121)

Luas perairan laut Kalimantan Selatan 1.404.808 ha (0 - 12 mil laut). Usaha Tabel 1. Potensi Sumberdaya Perikanan Laut Menurut Jenis Ikan dan Kawsan

Perairan cli Indonesia (dalarn 1000 Ton)

penangkapan ikan dilaut yang dilakukan yaitu pada perairan selat Makasar, laut

No I. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Jawa, Selat laut dan Selat Sebuku. Potensi perikanan Kotabaru sebesar 59.565

tonltahun dengan luas perairan 45.000 ha (Dinas Perikanan Kotabaru, 1999)

Kawasan perairan Lautan Hindia Selat malaka L.Cina Selatan Laut Jawa Selat makasar Laut Banda Teluk Tomini Laut arafura Laut Sulawasi Total

Pemanfaatan sumberdaya perikanan, diperkirakan meningkat karena adanya

peningkatan permintaan sehubungan dengan peningkatan penduduk dan ekspor, serta

Pelagis Kecil 965.2 256.2 330.0 660.0 3 18.2 478.0 532.2 502.0 4.041.8

peningkatan konsumsi per kapita. Produksi ikan dalam tahun 1992 adalah 3,5 juta

ton, yang merupakan 53% dari 6,6 juta ton hasil maksimum yang boleh ditangkap.

Demersal 134.1 116.9 132.0 262.0 182.0 66.7 140.0 1.033.7

(MSY) atau 66% dari 5,3 juta ton perkiraan konservatif (CRIFI). Peningkatan rata-

ratakonsumsi ikan per kapita sekitar 1,9% setiap tahun (mulai dari 9,96

Skipjack

15.3

81.6

52.2

' 57.5

88.4

295.0

kgkapitaftahun pada tahun 1968 sampai 15,91 kglkapitakahun pada tahun 199 1) dan

perkiraan konsumsi ikan per kapita setiap tahunnya adalah 19 kg. Mengingat adanya

Tuna 32.0 - 36.7 42.8 15.5 51.4 178.4

peningkatan konsumsi ikan domestik dan ekspor pada tahun 2000 dan permintan ikan

(122)

meningkat pula menjadi 4,25 juta ton, dan terus meningkat menjadi 6,04 juta ton pada

tahun 2020. Dalam skenario ini, MSY akan di capai sekitar tahun 2020 (Kantor

Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1997).

Perbandingan statistik di atas dengan perkiraan produksi ikan yang didasarkan

pada pendekatan lain, menunjukkan gambaran yang berbeda mengenai kondisi

perikanan. Produlcsi total ZEE dalam tahun 1993 adalah 250.400 ton. Tetapi

gambaran ini erupakan gambaran yang sangat rendah bila dibandingkan dengan

perkiraan keseluruhan produksi berdasarkan ukuran dan daya tampung kapal ikan

yang dioperasikan oleh ZEE. Selanjutnya dikatakan bahwa hanya produksi ikan

pelagis kecil yant; lebih rendah dari jumlah tangkapan yang diijinkan (Total

allowance CatcNTPIC). Produksi ikan jenis lainnya tenlyata melampaui TAC yang

telah ditentukan. Gambaran yang bertentangan ini menunjukan adanya kebutuhan

untuk mengkaji ulang kondisi perikanan yang beragam dan untuk merencanakan

strategi yang tepatdalam mengawasi dan menjaga aktivitas penangkapan ikan setiap

kapal.

B. Usaha Perikanan Tangkap

Perikanan tangkap adalah suatu kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan

atau pengumpulan hewan atau tanaman air yang hidup di laut atau perairan umum.

Sedangkan usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum untuk

menangkap atau membudidayakan ikan termasuk kegiatan menyimpan.

mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial atau mendapatkan laba

(123)

Panayotou (1982) mengklasifikasikan perikanan didunia ini menjadi dua kelas,

yaitu skala kecil atiiu perikanan tradisional dan perikanan skala besar atau perikanan

industri. Dikemukakan pula bahwa sebenarnya tidak ada definsi yang standard atas

perikanan skala kecil dan skala besar. Pengklasifikasian dibeberapa negara sangat

beragam, namun demikian Panayotou (1982) mengemukakan bahwa pembandingan

antara perikanan skala kecil dan skala besar dapat dilakukan dengan melihat

teknologi yang digunakan, tingkat modal, tenaga kerja yang digunakan dan

kepemilikan.

Perikanan latd sebagai salah satu sub sektor dari usaha perikanan terbagi

menjadi dua aspek yaitu (1) penangkapan di laut, adalah semua kegiatan

penangkapan yang dilakukan di laut dan muara-muara sungai, laguna dan sebagainya

yang dipengaruhi pasang surut. Pada umumnya desa perikanan laut terletak di sekitar

muara sungai, laguna dan lain lain. Dalam ha1 demikian semua kegiatan

penangkapan yang dilakukan oleh nelayan dari perikanan laut dinyatakan sebagai

penangkapan di laut; (2) Budidaya dilaut adalah semua kegiatan memelihara yang

dilakukan di laut atau diperairan yang terletak dimuara sungai dan laguna.

Menurut UU No. 9 tahun 1985 tentang perikanan menyebutkan bahwa

penangkapan ikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan diperairan

yang dalam keadaan tidak dibudidayakan dengan alat tangkap atau atau cara apapun,

termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk menampung, mengangkut,

(124)

Perikanan tangkap mempakan kegiatan usaha yang mempunyai nilai ekonomis

penting bagi Kabupaten Kotabaru. Selain perairannya yang cukup luas juga

mempakan sumber perikanan yang cukup potensial. Usaha penangkapan ikan dilaut

dilakukan disekitar perairan Selat Makasar, Laut Jawa, Selat Laut dan Selat Sebuku.

Sumberdaya ikan yang dieksploitasi oleh armada perikanan tangkap meliputi

ikan pelagis seperti tongkol (Euthynnus spp), tenggiri (Scomberomus commersoni),

lemum (Sardinella longiceps), tembang (Sardinella3mbriata), kembung (Rastreliger

spp), pepetek (Leiognathus spp) dan berbagai jenis ikan pelagis lainnya. Ikan

demersal seperti bawal hitam (Pormis niger), bawal putih (Pampus argenteus), kakap

(Lutes carcarifer) dan jenis lainnya seperti cumi-cumi, ubur-ubur dan jenis udang

laut.

Di wilayah Kotabaru terdapat paling sedikit 57 desa pantai yang penduduknya

bekerja sebagai nclayan. Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan untuk

menangkap ikan secara umum berdasarkan laporan Dinas Perikanan tahun 1999 ada 4

kelompok alat tangkap yang jumlahnya dominan yaitu trammel net, jaring insang

hanyut, lampara dasar dan payanng. Selain alat tangkap yang dominan tersebut,

nelayan di Kotabaru juga menggunakan alat tangkap seperti pukat cincin, pukat

pantai, jaring iingkar, jaring klitik, bagan tancap dan lain-lain.

Armada perikanan tangkap yang berbasis di Kotabaru didominasi oleh kapal

motor ukuran dibawah 5 GT (85%), 5 - 10 GT (13%), 10 - 20 GT (I%), 20 - 30 GT

(0,7%) dan 30 -50 GT (0,3%). Secara umum periode musim penangkapan ikan

(125)

C. Keberlanjutan Usaha Penangkapan

Sumberdaya ikan adalah sumberdaya yang dapat dipulihkan, artinya jika

sumberdaya ikan diambil sebagian maka sisa ikan yang tertinggal memeiliki

kemampuan untuk memperbaharui dirinya dengan berkembang biak.

Sifat dapat dipulihkan memberikan implikasi bahwa manusia harus

memanfaatkan sumberdaya tersebut secara hati-hati. Sejak dekade 1990-an

paradigma pengelolaan perikanan telah bembah dari memaksimalkan produksi dan

kepentingan ekonomi menjadi pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Perubahan

ini desebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1) meningkatnya kepedulian

stakeholders terhadap lingkungan yang direfleksikan dalam deklarasi Rio earth

summit; 2 ) Menumnnya sumberdaya perikanan tidak hanya disebabkan oleh faktor

ekologi, tetapi juga faktor sosial dan ekonomi akibat pengelolaan yang tidak

memperhatikan paradigma keberlanjutan.

Dengan adanya pembahan paradigma tersebut maka perlu suatu pendekatan

baru dalam pengelolaan perikanan. Salah satu pendekatan yang diperkenalkan oleh

Fisheries Centre University of British Columbia adalah dengan pendekatan

multidimensional scaling

Tujuan pendekatan multidimensional scaling adalah untuk melihat keragaan

(performance) usaha perikanan tangkap di tinjau dari aspek ekologi, sosial. ekonomi

dan teknologi yang selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman untuk

mengevaluasi keberlanjutan usaha penangkapan ikan laut masa yang lalu dan

(126)

Analisis multidimensional scaling digunakan untuk mempresentasikan

similaritas1 disimilaritas antar pasangan individu dan karakterlvariabel (Young, 2001-

URL). Sickle, 1997 mengatakan bahwa multidimensional scaling dapat

mempresentasikan metode ordinasi secara efektif. Multidimensional scaling adalah

metode ordinasi dengan basis jarak antar obyeklpoint dalam dua dimensi atau tiga

dimensi. Multidimensional scaling merupakan metode multivariate yang cocok untuk

mengevaluasi kondisi perikanan tangkap dengan berbagai tipe variabel yang berbasis

jarak (Alder et al 2001). Alder et al, 2001 juga mengatakan bahwa teknik ordinasi

dengan mengkonvigurasikan jarak antar titik dalam t-dimensi yang mengacu pada

jarak Euclidean antar titik. Dalil Pythagoras dapat digunakan untuk menghitung

jarak euclidean antara dua titik. Dalam ruang dua dimensi jarak euclidean

dirumuskan sebagai berikut :

Sedangkan dalam n-dimensi jarak euclidean dirumuskan sebagai berikut :

Dalam evaluasi kondisi perikanan tangkap, masing-masing kategori yang terdiri

dari beberapa attribut di skor. Skor secara umum di rangking antara 0 sampai 5.

Hasil skor dimasukan ke dalam tabel matrik dengan I baris yang mempresentasikan

Jenis usaha perikanan dan J kolom yang mempresentasikan skor attribut. Data

(127)

buruk. Skor data tersebut kemudian dinormalkan untuk meminimalkan stress

(Davison dan Skay, 1991).

D.

Teknik Optimasi

Optimasi menurut Beveridge et a1 (1970) adalah kemampuan proses untuk

mendapatkan gugus yang diperlukan dalam mencapai hasil terbaik dari situasi yang

tertentu. Persoaan optimasi dapat berbentuk maksimisasi atau minimasi. Apabia

fungsi kendala ada dapat berbentuk pertidaksamaan atau persamaan.

Kadarsan (1984) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan, suatu usaha perikanan laut harus memiliki faktor produksi yang cukup

dan kombinasi yang tepat. Keterbatasan sumberdaya menyebabkan diperlukam~ya

pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai keseluruhan atau sebagian

tujuan yang diinginkan. Teknik optimasi sering digunakan dalam mengatasi masalah

keerbatasan sumberdaya tersebut.

Steel dan Torrie (1981) menyatakan bahwa dengan memanfaatkan ilmu

pengetahuan, fenomena yang ada di alam ini dapat dijelaskan dengan model.

Sehingga model tersebut hams mewakili dan mencakup unsur-unsur utama dari

fenomena supaya kesimpulan dapat diambil tidak dari pengamatan langsung terhadap

keadaan yang sebenamya.

Pada dasarnya persoaalan optimasi adalah suatu persoalan untuk membuat nilai

suatu fungsi beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum dengan

memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Biasanya pembatasan-

(128)

waktu dan ruang. Perrnasalahan optimasi dapat diselesaikan dengan Linier

programming. Linear programming merupakan suatu model umum yang dapat

digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas

secara optimal.

Persoalan programming pada dasarnya berkaitan dengan penentuan alokasi

yang optimal darisumber-sumber yang terbatas untuk memenuhi suatu tujuan.

Persoalan liniear programming adalah suatu persoalan suatu persoalan untuk besarnya

masing-masing nilai variabel sedemikian rupa sehingga nilai fungsi tujuan yang

liniear menjadi optimum (maksimum atau minimum dengan memperlihatkan batasan-

(129)

111.

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan, secara

geografis terletak pada posisi 02'20'49" LS dan 115'19'13"

-

116°30'28" BT dengan luas wilayah 14.489,69 km2. Lokasi penelitian terletak di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Kusan Hilir, Pulau Laut Utara dan Batulicin (Lampiran

1).

Penelitian lapang dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data

sekunder mulai bulan Juni 2001 sampai dengan Juli 2001. Analisis data dilakukan

mulai bulan Juli 200 1 sampai dengan September 2001.

B. Ruang Lingkup Penelitian

Kawasan yang dikaji dalam penelitian ini adalah tiga desa, yaitu : Desa Sungai

Loban Kecamatan Kusan Hilir, desa Sarang Tiung, Kotabaru Hilir, Rampa dan Hilir

Muara Kecamatan Pulau Laut Utara. Pemilihan lokasi penelitian yang terletak di

kawasan pesisir Kotabaru, Kalimantan Selatan dilakukan secara purposive.

Pertimbangan lokasi penelitian didasarkan pada potensi wilayah dan kawasan tersebut

merupakan sentra perikanan tangkap di kabupaten Kotabaru.

Keberlanjutan adalah syarat kunci agar 3.015 RTP nelayan Kotabaru tidak

kehilangan mata pencaharian sebagai nelayan akibat menurunya sumberdaya

perikanan di perairan kotabaru. Alder et al. (2001) mengatakan bahwa menurunya

(130)

juga oleh faktor sosial, ekonomi dan teknologi akibat dari rezim pengelolaan

sumberdaya perikanan yang diterapkan.

Permasalahan pokok yang harus diselesaikan adalah seberapa jauh tingkat

keberlanjutan dari sumberdaya perikanan di Kabupaten Kotabaru dan bagaimana

solusi selanjutnya setelah tingkat keberlanjutan tersebut diketahui. Sehingga analisis

keberlanjutan dengan indikator ekologi, sosial, ekonomi dan teknologi perlu

dilakukan. Kriteria keberlanjutan dengan keempat indikator tersebut merupakan

jembatan yang menghubungkan antara tujuan dan aksi yang akan dilakukan sehingga

kefektifan dan akuntabilitas pengelolaan sumberdaya perikanan dapat ditingkatkan.

Selanjutnya penentuan tingkat optimum usaha penangkapan juga diperlukan sebagai

salah satu solusi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan

Analisis optimasi usaha perikanan tangkap dalam penelitian ini akan mencari

suatu formula pengembangan dengan menggunakan model perancangan liniear.

C. Jenis Data yang Dikumpulkan

Sesuai dengan rumusan permasalah&ya, data yang dikumpulkan terdiri atas

data ekologi, data sosial, data ekonomi dan data teknologi. Jenis data yang

dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder baik data kuantitatif maupun

kualitatif seperti pada Tabel 2. Pengumpulan data dilakukan dengan metode

pengukuran langsung dilapangan dan observasi serta wawancara dengan panduan

(131)

Tabel 2. Jenis Data Yang Dikumpulkan

I

U n t u k Analisis ekologi

I

No

1.

2. 3.

I

Untuk Analisis E h o m i

I

I A I I

I

No

I

Data

1

Satuan

I

Jenis

1

Keterangan

I

Data

Produksi primer

Tingkat pemanfaatan

Size ikan tertangkap

4.

I I I

I

Rupiah

I

Primer Spesies ikan tertangkap

I-rhadap PDRB

I I I

I

%

I

Primer Satuan Gr c/m2/th % 1 -h

I I

I

Rupiah

I

Primer

1 4 1 1 a r p e r i k a n a n Rupiah

1

Primer

1

Jenis Primer Sekunder Primer Primer Keterangan

1

jumlah RTP I I I

I

%

I

Sekunder

I

I I I

Jumlah penduduk

I

Jiwa

I

Sekunder

I

I ~ o m p o s i s i d u d u k

I I L

I

Jiwa

I

Sekunder

I

I

,

I

I

KK

I

Sekunder

I

Mata pencaharian

I

Sekunder

I

I I I I

12.

(

Tingkat pendidikan

I I I

I

I

Sekunder

I

(132)

D. Teknik Pengumpulan Data

Data sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi pustaka dengan cara

mengumpulkan seluruh informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian baik di

herbagai perpustakaan maupun mengunjungi instansi-instansi terkait dari tingkat desa

sampai tingkat kabupaten.

Data Primer

Pengumpulan data primer untuk keperluan analisis ekologi dilakukan dengan

metode penarikan contoh acak sederhana. Contoh yang diambil sedemikian rupa

sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai

kesempatan yang sama.

Pengumpulan data sosial, ekonomi dan teknologi dilakukan teknik purposive

sampling. Teknik purposive sampling dilakukan denga pertimbangan : (1)

probalititas sampling sulit digunakan mengingat populasi yang diambil adalah rumah.

tangga perikanan berdasarkan atas kepemilikan jenis alat tangkap; (2) Desa yang

dijadikan sampel merupakan sentra perikanan di Kabupaten Kotabaru.

E. Pengolahan dan Analisis Data

Pendugaan Potensi Lestari

Pendugaan potensi lestari (Maxinzum Sustainable Yield/MSY) sediaan ikan

(133)

digunakan berupa data hasil tangkap (cacth) dan upaya penangkapan (effort) dan

kemudian dilakukan pengolahan data melalui pendekatan model Schaefer. Model ini

merupakan model analisis regresi dari cacth per unit effort (CPUE) terhadap jumlah

effort ( f ) . Formula model liniernya adalah :

Dimana, CPUE = rata-rata hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan f = upaya penangkapan

a dan b = parameter regresi

Adapun formula yang digunakan untuk menduga MSY dan upaya optirnumnya

adalah :

a2

MSY = -

...

4b (4)

a

f

(opt) = -

...

2b ( 5 )

Mengingat sifat perikanan di daerah tropis termasuk Indonesia adalah

multispesies dan rnultigear, maka perlu dilakukan standardisasi alat. Metode

standardisasi alat tangkap yang digunakan adalah metode langsung seperti yang

diusulkan oleh Robson (1966) dalam Gulland (1983). Metode ini berdasarkan pada

konsep daya tangkap relatif. Bila dua kapal melakukan penangkapan terhadap

sumberdaya yang sama dan dalarn kondisi yang sama, maka daya tangkap relatif

kapal A relatif terhadap kapal B adalah :

(134)

PA( B) = CPUE dari kapal B

CPUE dari kapal A

Kapal A sering disebut sebagai kapal standar

Sehingga apabila jumlah kapal A (NA) dan jumlah kapal B (NB) maka upaya

penangkapan secara keseluruhan adalah :

Analisis Multidimensional Scaling

Untuk melakukan analisis Multidimensional scaling digunakan model skoring

yang dimodifikasi dari Fisheries Centre, University of British Columbia (2000) yang

meliputi :

( I ) Analisis aspek ekologi yakni ditetapkan beberapa kriteria : Ikan yang terbuang

pada saat penangkapan, jumlah spesies ikan yang tertangkap, dan produksi

primer.

(2)

Analisis aspek ekonomi mencakup : tingkat keuntungan, rata-rata upah,

pendapatan diluar usaha penangkapan dan pasar

(3) Analisis aspek sosial nleliputi : status konflik, pertumbuhan rumah tangga

nelayan, tingkat pendidikan, pendapatan dari penangkapan dan partisipasi

keluarga.

(4) Analisis aspek teknologi meliputi : waktu trip, prosesing sebelum dijual,

(135)

Sedangkan nilai skoring untuk analisis multidimensional scaling dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Skoring Untuk Analisis Multidimensional Scaling (Modifikasi dari Fisheries Centre, University of British Columbia, 2000)

Skoring untuk analisis ekologi

(

Skoring

(

Baik

(

Buruk

(

Keterangan 2. lkan yang terbuang 0;1;2 0

pada saat penangkapan

3.

/

Spesies ikan yang

1

0;1;2

1

0

I

tertangkap

4.

1

Produksi orimer

1

0:1:2:3

1

3

Persentase ikan yang terbuang :

Rendah (0 - 10%) (0) Sedang (10 - 40%) (1)

Rendahll-10 (0) Sedang110-100 (1)

Gr Clcm2ltahun

Tingkat keuntungan 0;1;2;3;4 0

1

I I 4 I

Sangat menguntungkan (0)

Menguntungkan (1)

Break even (2)

. .

1

Rugi (3)

Sangat merugikan (4)

Pendapatan diluar 0;1;2;3 0 3 Tidak tetap (0) usahapenangkapan Paruh waktu (1)

Musiman (2) Penuh (3)

2 Lokal (0) Regional (1)

Skoring untuk analisis sosial

nelayan 0;1;2 penangkapan

22

0 0 2 2 2 2 0 0 Ekspor (2)

Tingkat konflik dengan sektor lain Tidak ada (0)

Sedikit (1) Banyak 92)

Dalarn 10 tahun terakhir Kurang 10 % (0) 1 0 % - 2 0 % ( 1 ) lebih 20 % (2)

Dibanding dgn tk pendidikan pnduduk Dibawah (0)

Samalrata-rata (1) Di atas (2)

Persentase pendapatan total keluarga' Kurang 50% (0)

(136)

Tidak ada (0) Sedikit (1)

Tidak ada (0) Beberapa (salting &

boiling) (1)

Canggih (es curah, ) (2)

digunakan Pasif (0)

Rata-rata panjang kapal Kurang 5 m (0)

5 - 1 0 r n ( l ) Skoring untuk analisis Teknologi

Analisis multidimensional scaling digunakan untuk mempresentasikan

similaritas1 disimilaritas antar pasangan individu dan karakterlvariabel (Young, 2001-

URL). Sickle, 1997 mengatakan bahwa multidimensional scaling dapat

mempresentasikan metode ordinasi secara efektif. Multidimensional scaling adalah

metode ordinasi dengan basis jarak antar obyekfpoint dalam dua dimensi atau tiga

dimensi. Multidimensional scaling merupakan metode multivariate yang cocok untuk

mengevaluasi kondisi perikanan tangkap dengan berbagai tipe variabel yang berbasis

jarak (Alder et a1 2001). Alder et al, 2001 juga mengatakan bahwa teknik ordinasi

dengan mengkonfigurasikan jarak antar titik dalam t-dimensi yang mengacu pada

jarak Euclidean antar titik. Dalil Pythagoras dapat digunakan untuk menghitung

No

1. Waktu trip

Skoring 0;1;2;3;4 Baik 0 Buruk 4 Keterangan

Rata-rata waktu melaut 1 hari atau kurang (0) 2-4 hari (1)

5 - 8 hari (2)

(137)

jarak Euclidean antara dua titik. Dalam ruang dua dimensi jarak Euclidean

dirumuskan sebagai berikut :

...

(6)

Sedangkan dalam n-dimensi jarak Euclidean dirumuskan sebagai berikut :

Dalam evaluasi kondisi perikanan tangkap, masing-masing kategori yang terdiri

dari beberapa attribut di skor. Skor secara umum di rangking antara 0 sampai 5.

Hasil skor dimasukkan ke dalam tabel matrik dengan I bans yang mempresentasikan

kategri ekosistem tsunbak dan J kolom yang mempresentasikan skore attribut. Contoh

tabel matriknya adalah :

Tabel 4. Tabel matrik data untuk analisis multidimensional scaling

Individu

...

n

Dimana I = ( I , 2,

...

i,

...

n)

J = (1,2,..

...

j,.

....

.,P)

Data didalam matrik tersebut adalah data interval yang menunjukan skoring baik

dan buruk. Skor data tersebut kemudian dinormalkan untuk meminimalkan stress

(138)

(Davison dan Skay, 1991). Salah satu pendekatan untuk menormalkan adalah data tersebut adalah dengan nilai Z (Alder et a1 2001) :

Kruskal dalam Jhonson dan Wichern, 1992 mengajukan sebuah ukuran luas

secara geometri yang mempresentasikan kecocokan

.

Ukuran tersebut diistilahkan

dengan stres. Stres didefinisikan sebagai :

Selanjutnya Kruskal menyarankan agar stress diinterpretasikan secara informal

menurut pedoman sebagai berikut :

0 %

I

Sempurna

Sedangkan Clarke dan Warwick, 1997 mengatakan apabila nilai stres masih di

Stress

20 %

10 %

5

%

2.5 %

bawah 25% maka tingkat kesesuaian tersebut masih dapat dipercaya. Tingkat

kesesuaian (goodness of fit) tersebut menunjukan hubungan monotonic antara

Goodness offit

Jelek Agak baik Baik Baik sekali

(139)

Setelah data di:normalkan kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan

Jarak Euclidean kuadrat (squared Euclidean distances) dalam Analisis

Multidimansional scaling metrik.

Analisis Ekonomi

Untuk menghitung tingkat pendapatan nelayan dari alat tangkap yang

dioerasikan, dilakukan melalui pendekatan analisis keuntungan. Keuntungan adalah

selisih antara penerimaan total dan biaya-biaya.

Bila harga rata-rata ikan dari survei adalah (p) dan fungsi produksi dari ikan yang diperoleh dari penghitungan adalah Y(,, maka total penerimaan dari usaha

penangkapan (TR) di duga dengan persamaan :

TR = p.Y(,)

...

(10) Sedangkan total biaya penangkapan (TC) diduga dengan :

Dimana c adalah total pengeluaran (cost) rata-rata unit penangkapan ikan dan f

adalah jumlah upaya penangkapan standard yang dioperasikan untuk menangkap

sumberdaya ikan. Sehingga penerimaan bersih (keuntungan) dari usaha penangkapan

(140)

Analisis Optimasi

Dalam penelitian ini akan dicari suatu formula pengembangan dengan

menggunakan model perancangan linear. Hal ini dilakukan karena model regresi

yang akan digunakan dalam penelitian ini bersifat linier dan dengan kondisi kendala

yang tidak boleh dilampaui. Dalam penelitian ini digunakan metode optimisasi

dengan memanfaatkan teknik programasi linear.

Fungsi tujuan dalam pengkajian ini adalah memaksimurnkan keuntungan :

Terhadap fungsi kendala :

Dimana X, = variabel putusan ke-j

C, = parameter hngsi tujuan ke-j bi = kapasitas kendala ke-I

ai, = parameter fungsi kendala ke-i, variabcl keputusan ke-j I = 1,2,3,

...

m

...

j = 1, 2, 3, n

Analisis optimasi yang dilakukan di perairan kabupaten Kotabaru ini

dimaksudkan untuk mencari nilai optimum masing-masing alat tangkap yang

(141)

yang maksimum. Model pendekatan yang digunakan adalah dengan programasi

linier. Elemen-elenien yang digunakan dalam model ini terdiri atas : 1) fungsi

tujuan, yaitu nilai keuntungan maksimum dari usaha penangkapan ikan, 2) fungsi

pembatas, yaitu nilai hasil tangkapan maksimum (C,,,) dan upaya penangkapan

maksimum (Em,,) dan koefisien input-output, yaitu nilai keuntungan tiap jenis alat

tangkap, nilai hasil t:mgkapan per unit upaya penangkapan (CPUE) per alat tangkap.

1) Fungsi tujuan

Fungsi tujuan dari penelitian ini adalah memaksimumkan keuntungan usaha

penangkapan ikan. Karena sejumlah alat tangkap yang dioperasikan di perairan

kabupaten Kotabaru, maka fungsi tujuan tersebut adalah :

IT = C ( T R - T C )

...

(15)

Karena satu alat tangkap dapat menangkap lebih dari satu jenis ikan maka fungsi

tujuan tersebut menjadi :

atau

Dimana pi = harga ikan jenis I

Yi, = Produktivitas alat tangkap j terhadap ikan i (CPUEi)

(142)

cj = biaya operasional armada penangkapan j per tahun

qj = nilai keuntungan masing-masing alat tangkap dalam setahun

2) Fungsi kendala

Dalarn melakukan pengelolaan sumberdaya perikanan, jumlah hasil tangkapan

dan upaya penangkapan yang diperbolehkan biasanya didasarkan pada nilai optimum

hasil tangkapan dan upaya penangkapan yang digunakan atau sering disebut sebagai

maximum sustainable yield (MSY). Penangkapan akan lestari dan hasil tangkapan

yang maksimurn pada saat mencapai nilai MSY. Berdasarkan ha1 tersebut, maka

dalam penelitian ini nilai-nilai upaya penangkapan (Em,,) dan nilai hasil tangkapan

(C,,,) pada kondisi MSY dijadikan sebagai faktor kendala yang tidak boleh

dilampaui dalam pernanfaatan sumberdaya.

a. Hasil tangkapan lestari (C,,,)

Suatu jenis ikan didaerah tropis, seperti Indonesia dapat ditangkap oleh lebih

dari satu jenis alat tangkap, sehimgga penggabungan hasil tangkapan dari beberapa

jenis alat tangkap harus I C,,,.

Dimana Yij := Produktivitas alat tangkap j terhadap ikan i (CPUEi)

"J := jumlah jenis alat tangkap j

(143)

b. Upaya penangkapan lestari (Emsy)

Upaya penangkapan optimum yang diperoleh berdasarkan perhitungan model

surplus produksi merupakan upaya penangkapan standard yang disusun atas beberapa

jenis alat penangkapan ikan, sehingga jumlah upaya penangkapan ikan dari masing-

masing jenis alat penangkapan ikan hams diketahui. Untuk mendapatkan upaya

penangkapan per jenis alat tangkapterhadap suatu jenis ikan maka perlu dilakukan

perhitungan sebaga~i berikut :

Dimana FPIi, = daya tangkap alat tangkap j terhadap jenis ikan I

Vi = jumlah jenis alat tangkap j

E m = upaya penangkapan maksimum lestari

Analisis S e n ~ i t i v i t ~ s

Analisis sensitivitas dirancang untuk mempelajari perubahan dalam parameter

model Liniear Programming terhadap pemecahan optimum. Analisis ini dipandang

sebagai bagian integral dari pemecahan (yang diperluas) dari setiap masalah liear

programming. Analisis ini memberikan karakteristik dinamis pada model yang

memungkinkan unt~lk mempelajari perilaku pemecahan optimum sebagai hasil dari

perubahan dalam parameter model.

Tujuan akhir dari analisis sensitivitas adalah untuk memperoleh informasi

tentang pemecahan optimum yang baru dan memungkinkan, sehingga berapa besar

(144)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan, secara geografis terletak pada posisi

02O20'49" LS dan 115"19'13"

-

116"30'28" BT dengan luas wilayah 14.489,69 km2.

Disebelah utara berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Timur, sebelah timur

berbatasan dengan Selat Makasar, sebel'ah selatan dengan Laut Jawa dan sebelah

barat dengan kabupaten Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai

Selatan, Banjar dan Tanah laut (Lampiran 1).

Kabupaten Kotabaru secara administratif terdiri dari 20 kecamatan yang

meliputi 302 desa. Dari seluruh kecamatan, terdapat 6 kecamatan yang memiliki pulau-pulai kecil yang bemama dan 15 kecamatan dengan 81 buah desa merupakan

desa pantai. Jumlah penduduk Kabupaten Kotabaru berdasarkan kabupaten Kotabaru

dalam angka 1999 adalah 390.893 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki 205.057 jiwa

(51,7%) dan perempuan 188.836 jiwa (48,3%).

Iklim di daerah Kotabaru secara umum menurut Schmidt & Ferguson termasuk tipe iklim A yaitu iklim basah. Musim penghujan lebih panjang dibandingkan

dengan musim kemarau. Curah hujan berkisar antara 2000

-

2500 mdtahun dengan jumlah hari hujan antara 150-190 hari hujadtahun. Curah hujan terbanyak terjadi

pada bulan November -April sedangkan bulan kering terjadi antara bulan Juli

-

September. Kelembaban udara berkisar antara 81% sarnpai 89% dan suhu udara
(145)

B. Kependudukan.

Jumlah penduduk Kabupaten Kotabaru berdasarkan Badan Pusat Statistik

Kabupaten Kotabanl tahun 1999 adalah 390.893 orang terdiri dari penduduk laki-laki

202.057 orang (51,69 %) dan penduduk perempuan 188.836 orang (48,31 %).

Sedangkan jumlah nunah tangga perikanan nelayan (RTP nelayan) Kabupaten

Kotabaru menurut statistik Dinas Perikanan Kotabaru tahun 2000 adaiah 3.015 RTP

dengan jurnlah dengan jumlah nelayan 16.709 orang. Secara komulatif terjadi sejak

tahun 1996 terjadi kenaikan jumlah RTP nelayan sebesar 3,4 % (2.912 RTP dengan

jumlah nelayan 16.1372 orang). Perkembangan RTP nelayan Kabupaten Kotabaru

sejak tahun 1996 - 2000 dapat dilihat pada Gambar 2.

Y

--

--

--

1996 1997 1998 1999 2000

Tahun

(146)

C. Keragaan Umum Perikanan Laut

Unit-Unit Penangkapan

Kegiatan penangkapan ikan di Kabupaten Kotabaru dilakukan kebanyakan oleh

perikanan rakyat. Usaha pernangkapan ikan di laut terdapat diperairan Laut Jawa,

Selat makasar, Selat laut dan selat Sebuku. Perkembangan alat tangkap dan armada

penangkapan selang tahun 1996

-

2000 dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Trammel net merupakan alat tangkap yang paling banyak digunakan oleh

nelayan di Kotabaru. Terjadi peningkatan jumlah alat tangkap tramel net yang berarti

dari tahun 1998 (1000 unit) menjadi 1402 unit pada tahun 2000. Hal tersebut juga

terjadi pada alat tangkap lampara dasar yaitu dari sebanyak 318 pada tahun 1998

menjadi 1005 pada tahun 2000. Fenomena tersebut terjadi karena pada tahun 1997

saat krisis ekonomi melanda Indonesia, harga udang melonjak tinggi sehingga

menyebabkan meningkatnya jenis alat tangkap tersebut.

Unit

t t r l m r l n e t

- b l g l n r * n < z p

I -x.-,"""g '",U"gL"

- l ' % y % " g

1

l l l l " l . . c . . p

//I

-

,

--I; z ~ ;

"

2 rz d as*. ~i

-

L - - _ - - -

-

~~.~ x . ,

1 9 9 9 2 0 0 0 Tahun

1 9 9 6 1 9 9 7 1 9 9 8

Gambar 3 . Perkembangan Jenis Alat Penangkapan Ikan Kabupaten Kotabaru Tahun 1996

-

2000
(147)

Kapal atau perahu di Kotabam dapat diklasifikasikan kedalam empat jenis,

yaitu perahu jukung, perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal motor.

Gambar 4 menunjukan armada yang berbobot 0

-

5 GT (Gross Ton) mengalami peningkatan yang cukup berarti yaitu dari 1539 unit pada tahun 1998 menjadi 2009

pada tahun 2000

Unit

Gambar 4. Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan Ikan Kabupaten Kotabaru Tahun 1996 - 2000

Produksi dan Kon~posisi Hasil Tangkapan

Produksi penangkapan dari delapan jenis ikan yaitu udang, kembung, pepetek,

teri, tembang, layang, tongkol dan rajugan di Kabupaten Kotabaru (Gambar 5).

Dalam Gambar 5, secara umum menunjukan bahwa dari tahun ke tahun tidak

(148)

Ton

18,000.0

,

1996 1997 1998 1999 mx, Tahun

Gambar 5. Produksi dan Komposisi hasil tangkapan Ikan Kabupaten Kotabaru Tahun

1996 - 2000

Penanganan, Pengolahan dan Pemasaran Hasil tangkapan

Kegiatan penanganan hasil tangkapan yang dilakukan oleh nelayan di

Kabupaten Kotabaru adalah dengan menggunakan es yang banyaknya disesuaikan

dengan lamanya waktu operasi penangkapan setiap trip. Es yang digunakan adalah es

buatan rumah tangga dan yang di beli dari pabrik es di Kotabaru.

Usaha pengolahan ikan di Kotabaru, selain udang dan rajungan umumya masih

dalam skala rumah tangga dimana olahan yang umum adalah ikan asin. Pengolahan

udang di Kotabaru dilakukan oleh perusahan-perusahaan pengekspor udang. Pahrik

pengolahan udang yang terbesar adalah PT. Misaja Mitra. Sedangkan untuk

pengolahan rajungan dilakukan oleh PT. Philips Seafood Indonesia

Sistem pemasaran ikan segar di Kotabaru dilakukan melalui beberapa pedagang

(149)

konsumen. Dalam sistem pemasaran tersebut te rjadi ikatan antara nelayan dengan

pedagang pengumpul yang biasanya memberikan pinjaman modal kerja atau

pinjaman bukan modal kerja. Hasil produksi ikan di Kotabaru dipasarkan di tingkat

lokal yaitu diwilayah Kotabaru dan juga regional yaitu wilayah kalimantan selatan.

Sedangkan untuk udang dan rajungan di ekspor

Khusus untuk nelayan penangkap rajungan kegiatan pemasarannya dilakukan

dengan sistem kemitraan dimana perusahaan memberikan pinjaman dan bimbingan

dan pembinaan baik dalam kualitas produk maupun teknik penangkapan.

Sarana dan Prasarnna Penunjang Usaha Perikanan

Sarana penuijang usaha perikanan yang ada di Kabupaten Kotabaru belunl

memadai baik jenis prasarana maupun komponen/fasilitasnya. Tempat pelelangan

ikan (TPI) hanya berada di satui yang jauh dari sentra- sentra nelayan dan TPI

tersebut tidak berfungsi dengan baik. Fasiiitas pelabuhan perikanan belum ada.

D. Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan laut

Udang

Potensi sumberdaya udang diperairan daerah Kabupaten Kotabaru tertangkap

dengan menggunakan alat tangkap trammel net dan lampara dasar. Untuk

menentukan potensi sumberdaya udang, dilakukan standardisasi dengan menentukan

menentukan masing-masing nilai fishing power indeks dari alat tangkap tersebut

maka diperoleh catch gabungan, total effort standar dan CPUE standar seperti pada

(150)

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan model Equilibrium Schaefer

yang telah dilakukan, perairan Kotabaru mempunyai potensi lestari (C,,,) udang

sebesar 4,935,349 tonltahun dan jumlah upaya penangkapan lestari (E,,,) yang

disarankan adalah sebesar 2.546 unit alat tangkap standar per tahun. Potensi lestari

ini lebih kecil dibandingkan hasil tangkapan dari tahun 1998 sampai tahun 2000.

Tabel 5. Hasil Tangkapan Total (Catch), Upaya Penangkapan Total (Effort) Dan Hasil Tangkapan Per Unit Upaya Penangkapan (CPUE) Udang Tahun

1996-2000 Di Perairan Daerah Kabupaten Kotabaru

Tahun Catch (Ton) Effort (Unit)

3642.6 1.668

3822.8 1.731

5791.1 2000 2.896

Dalam tahun 1996 - 2000 nilai CPUE tertinggi terjadi pada tahun 1998 yaitu

sebesar 2.896 todunit. Selanjutnya nilai CPUE mengalami penurunan kembali

sampai tahun 2000 sebesar 1.860 tonfunit dimana pada tahun 1996 dan 1997

cenderung mengalami kenaikan.

Kernbung

Berdasarkan data statistik perikanan Dinas Perikanan Kabupate

Gambar

Gambar  1.  Proses  Analisis  Dengan  Pendekatan  Multidimensional  Scaling  (Alder,
Tabel  2.  Jenis Data Yang Dikumpulkan  I  U n t u k  Analisis ekologi  I  No  1.  2.  3
Tabel  3.  Skoring  Untuk  Analisis  Multidimensional  Scaling  (Modifikasi  dari  Fisheries Centre, University of British Columbia, 2000)
tabel matriknya adalah  :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan permasalahan tersebut pihak Dinas Perikanan dan Kelautan Kotabaru sudah mengkonsultasikan dengan pihak Dirjen Tangkap di Departemen Kelautan

Berkaitan dengan permasalahan tersebut pihak Dinas Perikanan dan Kelautan Kotabaru sudah mengkonsultasikan dengan pihak Dirjen Tangkap di Departemen Kelautan

keuntungan sebesar Rp 500,-/kg dan biaya pemasaran yang dikeluarkan adalah Rp 100,-/kg, sedangkan marjin keuntungan yang paling kecil diterima oleh pedagang pengecer yaitu

Alat tangkap jaring ikan layang (soma talang) dan jaring ikan cakalang (soma hetung) memiliki daerah penangkapan yang sangat terbatas. Hal ini tidak terlepas dari tradisi yang

Pembahasan Hasil dari pendampingan pengelolaan keuangan nelayan kepiting rajungan Biaya tetap yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan oleh nelayan untuk produksi kepiting rajungan di Desa

– alat produksi tersebut dapat digunakan dengan maksimal biaya perawatan yang harus dikeluarkan dalam usaha penangkapan payang rumpon dan payang lampu per tahun

Total pendapatan yang diterima oleh nelayan dengan penurunan harga sebesar 72,9% tidak mampu menutupi biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha penangkapan garuk, seperti

Permasalahan utama dalam operasi penangkapan rajungan ini adalah konstruksi alat tangkap yang digunakan di masing-masing daerah berbeda- beda, perbedaaan utama yang ada dilapangan