ANALISIS RISIKO EKONOMI
TT]MPAHAN MIIYYAK DI PERAIRAN PESISIR CILACAP:
STUDI KASUS PERIKANAIT UDANG
IRINE YULIAMNGSIH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTAIVAIT BOGOR
I : ' , . . ' : t I
,' 'r ,i tlengan irii saya menyatakan bahwa tesis',Analists Risiko Ekonomi
. . i . ' l i . :
Tumpahan Minyak, di Perairan Peslslr Cilac4pi Studi Kffus Perikanan
Udang a&tah karya saya dengan arahan dari kornisi pembimbing dan belum
, ) : - t . , . 1 , . . , . i " . I . ' . ' :
diajukan dalam bentuk apapwt, kepada perguruan t'rgg mana purr. Sumber
tnfoimasi yang lbemsal atau dikutip dari karya yang ditertitkan marryun tidak
diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
BogoE Juli 2012
ABSTRACT
Irine Yulianingslh. Economic risk analysis of oil spill in the coastal waters of
Cilacap: Case study shrimp fisheries. Under the guidance of AKHMAD FAAZI
andZUZY AI{NA.
Cilacap Regency is located at the Central Java has fisheries potential with
high economic value and become a minapolitan area. The presence
of Pertamina
RU IV Cilacap at Cilacap Regency plays a significant role to economic
contribution for public, both directly and indirectly. On the other hand, the
activities Pertamina
also create negative impacts from oil spill which has polluted
the sea territory of Cilacap: During period 2003-2011,
there were four oil spills.
Based on some researches,
those cases have impacted on the shrimp capture,
effort and income of fishemren. Oil spill effects usually were not considered
by
decision maker and become environmental extemalities. In order to quantiff the
impact, it is important to value of the economic lossed, the shrimp capture, effort
decline in the area and the policy implication. The study aim to value of the
economic loss impacted by oil spill using approach of bioeconomic model,
producer surplus, and dynamic modeling. The result shows that the value of effort
and shrimp capture decline of oil spill impact we 4.299 trip and 53,81 ton.
Erconomic loss could also be seen from the decrease in at average of Rp.
98.991.990.000,00.
As consequences
of frnding, integrated
oil and gas policy and
fishery policy should be directed for the sea management.
The integrated
policies
are economic risk assessment,
establishment
of zoning, sign utilized of oil and
gas, restocking area and accountable
compensation
mechanism.
Pesisir Cilacap: Studi Kasus Perikanan Udang. Dibimbing oleh AKHMAI) FAUZI danZUZY AIINA.
Kabupaten Cilacap yang terletak di Pulau Jawa merupakan salah satu wilayah yang berpotensi di sektor perikanan. Selain itu Cilacap juga akan ditingkatkan menjadi salah satu kawasan Minapolitan karena Cilacap mempunyai potensi sebagai pusat perikanan yang bernilai ekonomis tinggi (DKP, 2010). Kabupaten Cilacap juga merupakan wilayah industri minyak PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) IV Cilacap, dimana terdapat dermaga untuk bongkar muat minyak mentah dan produk-produk kilang baik untuk tujuan domestik maupun ekspor. Keberadaan RU IV Cilacap telah memberikan manfaat bagi perekonomian di Kabupaten Cilacap, namun di sisi lain telah memberikan dampak negatif bagi masyarakat dan perikanan tangkap yang terdapat di perairan pesisir Cilacap karena daerah ini dimanfaatkan sebagai tempat pelepasan air limbah perusahaan.
Adanya Pertamina RU IV dan pelabuhan intemasional di wilayah Cilacap menyebabkan tingginya arus transportasi terutama dari kapal tanker. Berdasarkan Adpel Tanjung Intan (2011) kapal tankbr yang memasuki perairan Cilacap setiap bulan pada tahun 2010 sekitar 73 buah. Tingginya aktifitas kapal tanker di Perairan Cilacap juga telah memberikan dampak negatif, berupa ceceran dan tumpahan minyak serta kebocoran pipa bawah laut yang ditanam untuk menghubungkan SPM (single point mooring) dengan Area 70 (Iskandar, 2004).
Menurut Ditjen Migas (2011) pencemaran minyak yang terkait dengan aktifitas kapal tanker sejak tahun 2003 sampai 2010 telah terjadi empat kali tumpahan minyak. Seringnya kejadian tumpahan minyak di perairan Cilacap telah mengganggu keseimbangan ekosistem Perairan Pesisir Cilacap. Kondisi ini diduga telah menyebabkan hasil tangkapan nelayan mengalami penurunan dari tahun ke tahun terutama tangkapan sumber daya demersal. Udang merupakan salah satu sumber daya demersal yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, sehingga adanya tumpahan minyak di sepanjang Perairan Cilacap akan langsung mengancam keberadaan udang karena kemampuan migrasi udang untuk menghindari tumpahan sangat rendah dan berpengaruh terhadap kondisi biologis udang terutama kemampuan untuk bertahan hidup pada kondisi perairan tercemar dan kemampuan mencari makan. Hal ini akan berpengaruh terhadap ketersediaan biomassa udang dan menurunkan hasil tangkapan nelayan Cilacap.
tumpahan minyak adalah penentuan
kerusakan sumber daya alam dan kewajiban
pihak yang bertanggung jawab dalam kasus*kasus pencemaxan.
Berdasarkan
kondisi ini maka perlu dilakukan analisis risiko ekonomi tumpahan minyak di
Perairan Pesisir Cilacap: studi kasus perikanan udang. Penelitian ini mempunyai
tujuan untuk : 1) memperkirakan
tingkat pengaruh tumpahan rninyak terhadap
perikanan udang; 2) memperkirakan risiko ekonomi
minyak terhadap
perikanan udang; dan 3) memperkirakan implikasi kebijakan kompensasi
tumpahanminyak.
Untuk mencapai tuju?n penelitian tersebut maka perlu dilakukan analisis
bioekonomi perikanan udang, analisis interaksi pencemaran
perikanan udang, dan
aspek kesejatrteraan.
Analisis bioekonomi terdiri dari: standarisasi
alat tarrgkap
dan estimasi parameter bioekonomi. Analisis interaksi pencemaran perikanan
udang dengan analisis laju degradasi, laju depresiasi dan depresiasi perikanan
udang. Sedangkan
aspek kesejahteraan
dengan menganalisis perubahan surplus
produsen.
Hasil analisis menunjulftan adanya penurunan
upaya penangkapan
setelah
tumpahan
minyak dari tahun 2003 sampai 2011 sebesar
rata-rata 14,81 persen
atau rata-rata 4.299 trip dan rat*-rata penurunan hasil tangkapan udang aktual
setelah tumpahan minyak dari tahun 2003 sampar 2011 sebesar
20,44 persen.
Sedangkan
penurunan
hasil tangkapan
udang lestari setelah
tumpahan
minyak dari
tahun 2003 sampai 2011 sebesar rata-rata 10,87 persen. Adanya penurunan
surplus produsen lestari setelatr tumpahan minyak selama periode tahun 2003
-2011 sebesar
Rp. 98.991.990.000,00.
Sedangkan
penurunan surplus produsen
aktual setelah tumpalran minyak selama periode tahun 2003 - 2011 sebesar
Rp.
228.843.530.000,00.
@ IIak Cipti Mitik IpB, Tahun 2012
i i r f i r . I"'., Hak Cipta Dilindungi Undeng-udang .
,
I. Dilarang nengutip sebag;tan atau 'seluruh. ka*a tulis ini tanp
*tencailtumkan
atau merytebutkan
swnber,,, ,. ,
a. Peng)tipan harrya untuk frcpntingan pendidtpan penelitia4 penutisatt
karya ilmiah, penulisan laporqn penarisan fuitik, atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipot tidak merugikan kcpentingan
yang wajar IpB
' i 2- Dilarans mengumumian dan melmryrbanyak'sebagihn
atau seluruh knya
\ . r ' , : l 5 : , : I ; 1 t ' _ ' , - , . , : , . I , . f t - , r ' r f ! l : f , , : . .r
tulis, dalam bentuilaporan apapti tanpa ijin IpE.
: . 1
i . '
" : .
; , . , : , ! i r ' ! , . 1 ' t l ' . " " t , : . i : . . , . ' r r , . I : { : ,
. ! , r , . . : . , . . .
ANALISIS RISIKO EKONOMI
TT]MPAHAN MINYAI( DI PERAIRAN PESISIR CILACAP:
STT'DI KASUS PERIKANA}I UDANG
IRIIVE YT]LIAMNGSIH
Tesis
Sebagai
salah satu syarat unfuk memperoleh
gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ekonomi Sumberdaya
dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASAR"IANA
INSTITUT PERTAI\IIAN BOGOR
Judul Tesis : Analisis Risiko Ekonomi Tunrpahan Minyak di Perairan Pesisir
Cilacap: Studi Kasus Perikanan
Udang
Nama
: kine Yulianingsih
NIM
: H351090161
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. k. Akhmad Fauzi. M.Sc
Ketua
Dr. Zuz.v Anna. M.Si
Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi
Dekan Sekolatr
Pascasarjana
IPB
Ekonomi Sumberdaya
dan Lingkungan
Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi,M.Sc
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc., Agr.
Alhamdulillahi Robbil Alamiin, puji dan syukur kepada Allah swr, karena atas berkah, rahmat dan anugrah Nya, maka tesis berjudul "Analisis Risiko Ekonomi Tumpahan Minyak di Perairan Pesisir Cilacap: Studi Kasus Perikanan Udang" telah penulis selesaikan. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master pada Program studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam penentuan kompensasi tumpahan minyak terhadap perikanan terutama udang yang selama ini hanya berdasarkan negosiasi tanpa perhitungan yang riil.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam tesis ini. Namun, dengan kekurangan yang ada, semoga tesis yang telah disusun ini
dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi masukan dalam pembuatan kebijakan kompensasi tumpahan minyak terhadap perikanan udang serta dapat menjadi pertimbangan pembayaran kompensasi tumpahan minyak.
Bogor, Jili2AI2
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesarnya
kepada semua pihak yang telah membantu,
terutama kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Akhmad Favzi, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Sumberdaya
dan Lingkungan sekaligus sebagai ketua komisi pembimbing
yang telah memberikan banyak arahan, ilmu dan bimbingan penuh kepada
penulis selama
menempuh
dan menyelesaikan
pendidikan
pascasarjana.
2. Dr. Zvzy Anna, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang senantiasa
memberikan pencerahan ilmu, saran, arahan dan dukungan penuh dalam
penyelesaian
tesis ini.
3. Ir. Sahat M.H. Simanjuntak, M.Sc.selaku penguji luar komisi yang telah
memberikan
masukan
untuk penyempurnaan
tesis ini'
4. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.S., selaku komisi penguji yang telah
memberikan saran dan masukan untuk perbaikan tesis serta yang selalu
menyemangati
penulis.
5. pimpinan dan seluruh dosen beserta staf Program Studi Ekonomi Sumber
Daya dan Lingkungan atas dukungan dan bantuannya selama penulis
menempuh
pendidikan pascasarj
ana.
6. Dinas Kelautan dan Perikanan
serta Pengelolaan
Segara
Anakan Kabupaten
Cilacap beserta staf atas izin, bantuan, dan kemudahan
yang diberikan kepada
penulis ketika melakukan
penelitian
di Cilacap'
7. Dr. Dra Yusni Yetty, M.Si selaku asisten staf khusus presiden yang selalu
memberikan
semangat
untuk menyelesaikan
studi,
g. Kementerian
ESDM yang telah memberikan
beasiswa
dalam kegiatan studi
ini,
g. Ir. Djamaluddin,
M.Si yang telah memberikan
dukungan
dan memperkenalkan
penulis kepada
jajaran pimpinan PT Pertamina
(Persero)
RU IV Cilacap'
akomodasi
selama
penulis melakukan pengumpu larr data.
12. Pimpinan dan staf Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
cilacap atas
dukungan
data yang diberikan dalam penyusunan
tesis ini.
13' Pimpinan dan staf Himpturan Nelayan Seluruh Indonesia
Kabupaten
cilacap
atas dukungan datayang diberikan dalam penyusunan
tesis ini.
14' Pimpinan dan staf Badan Pusat Statistik Kabupaten cilacap
atas dukungan
data yang diberikan dalam penyusunan
tesis ini.
15. Ayahanda, Ibunda, Tante semarang, om Sernarang dan saudara_saudara
tersayang sertia keluarga Bandung yang seraru rnemberikan dukungan
kepada
penulis untuk menyelesaikan
studi dan tesis.
16. Tim lapangan: Imarn dan Irfan yang terah banyak membantu
penulis
melakukan
pengurnpulan
data.
l7' Bapak Indano yang telah memfasilitasi penulis berkomtrnikasi
dengan
pihak
-pihak yang mempunyai
data terkait penelitidn penulis.
18. Teman-teman
ESL 2008-2011, ESK 200g10fi, pwD (s2 & s3) 2008_
2009,Intan, Bunga atas kebersam&n dan serhangat yang diberikan
selama
studi ini.
Bogor, J:u/ri2012
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang i.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Kegunaan Penelitian
xxv
xxvii
xxix
1 1 J4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Eksternalitas Sebagai Suatu Kegagalan Pasar
2.1.1 Definisi Eksternalitas
2.1.2 Tipe Eksternalitas
2.1.3 Eksternalitas
dan Kegagalan
pasar
10
2.2 Analisis
Kerusakan
dan Ganti Rugi...
I I
2.2.1 PrinsipKerusakandanPenentuanKompensasi
11
2.2.2Langkah-Langkah
Penentuan
Kerusakan
Lingkungan
14
2.2.3 Metode Dasar Analisis Kerusakan
dan Kompensasi
16
2.2.3.1
Resource
Restoration
Approach
16
2.2.3.2
Productivity
Approach
18
2.2.3.3 Pendekatan
Market Based
20
2.2.3.4
Revealed
Preference
Model
2I
2.2.3.5
Habitat Equivalency
Method
22
2.3 Tinjauan Kerusakan
Akibat Tumpahan
Minyak di Laut
25
2.3.1. Proses
Tumpahan
Minyak di Laut
25
2.3.2. Sumber
Tumpahan
Minyak
25
2.3.3. Jenis Tumpahan
Minyak
27
2.3.4Dampak
Tumpahan
Minyak
29
2.4 Degradasi,
Depresiasi
dan Pencemaran
Perikanan
Tangkap
Udang
31
2.4.1.
Pencemaran
31
xxll
2.4.3- Model Degradasi dan Depresiasi Perikanan.Tangkap Udang 2.5 Tinjauan Penelitian Sejenis Terdahulu
III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3 Metode Pengambilan Data 3.4 Jenis dan Sumber Data 3.5 Operasional Variabel 3.6 Metode Analisis Data 3.6.1 Analisis Deskriptif
3.6.2 Standarisasi Alat Tangkap 3.6.3 Analisis Funesi Produksi Lestari
3.6.4 Model Interaksi Pencemaran - Perikanan Tangkap Udang.
3.6.5 Analisis
Discount
Rate
3.6.6 Analisis Surplus
Produsen
3.6.7 Analisis
Dinamik dengan
Simulasi
IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN CILACAP
4.I Kondisi Geografis
dan Wilayah
4.2 Demografi Wilayah Penelitian
4.2.1 Jumlah
Penduduk
4.2.2 Tenaga Kerja
4.3 Perekonomian
Kabupaten
Cilacap
51
4.4 Potensi
Kelautan
dan Perikanan
52
4.5 Kondisi Kualitas Air laut Cilacap
54
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
63
5.1 Empirik Kejadian Tumpahan
Minyak dan Ganti Kerugian di Cilacap .... 63
5.1.1 Insiden
Tumpahan
Minyak
63
5.1.2 Kompensasi
Akibat Tumpahan
Minyak
66
5.1.2.1Kejadian
Tumpahan
Minyak Tahun
2004
67
5.1.2.2
Kejadian
Tumpahan
Minyak Tahun
2007
69
5.1.2.3
Kejadian Tumpahan
Minyak Tahun 2008
69
5.1.2.4
Kejadian
Tumpahan
Minyak Tahun 2010
70
5.2 Analisis Perikanan
Udang
..
72
5.2.I Rumah Tangga
Perikanan
Udang Kabupaten
Cilacap
72
5.2.2 Persepsi
Nelayan
72
5.2.3 ArmadaPenangkapan
73
5.2.4 Standarisasi
Alat Tangkap
74
5.2.5 Hasil Tangkapan
Udang
77
5.2.6 Keragaan
Ekonomi Perikanan
Udang
79
5.3 Analisis Bioekonomi
Kerusakan
Perikanan
Udang
83
5.3.1 Estimasi
Parameter
Biologi
83
5.3.2 Estimasi
Parameter
Ekonomi
85
5.4 Analisis Interaksi
Pencemaran
Perikanan
Udang
86
5.4.1 Laju Degradasi
Perikanan
Udang
86
5.4.2 Laju Depresiasi
Perikanan
Udang
88
5.4.3 Depresiasi
Perikanan
Udang
90
5.5 Analisa Dinamik Terhadap
Hasil Tangkapan
dan Laju Degradasi
93
5.6 Dampak Tumpahan
Minyak Terhadap
Aspek Kesejahteraan
96
5.7 Implikasi Kebijakan
97
5.7,1 Penilaian
Resiko
Ekonomi
Yang Riil
98
5.7.2 Penetapan
Zonasi
99
5.7.3 Pemasangan
Rambu
- Rambu
Migas
... 101
5.7.4 Penetapan
Daerah
Restocking
di Pesisir (Mangrove
Area)
101
5.7.5 Mekanisme
Kompensasi
Yang Jelas
103
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
IO5
6.1 Kesimpulan
.... 105
6.2 Saran
106
DAFTAR PUSTAKA
107
xxv
DAFTAR TABEL
[image:17.595.100.510.62.810.2]Halaman
Tabel I
Karakteristik
Syria Crude Oil
28
Tabel2
Rincian Syria Crude Oil
29
Tabel3
Karakteristik
Marine Fuel Oil
29
Tabel4
Data Primer dan Data Sekunder
42
Tabel 5
Laju Pertumbuhan
Penduduk
Kabupaten
Cilacap
50
Tabel6
PDRB Kabupaten
Cilacap Menurut Lapangan
Usaha
atas
Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009
(Milyaran Rupiah)
52
Tabel 7
PDRB Kabupaten
Cilacap Menurut Lapangan
Usaha atas Dasar
Harga Konstan
2000 Tahun 2005-2009 (Milyaran Rupiah)
52
Tabel 8
Potensi
dart Tingkat Pemanfaatan
Perikanan
Budidaya ....
53
Tabel9
Jumlah Perahu
/Kapal Penangkapan
Ikan di Kabupaten
Cilacap .. 54
Tabel 10 Hasil Analisis Kualitas Air Permukaan
sekitar Pertamina
RU IV Cilacap Tahun 2004
56
Tabel 11 Hasil Anallsis Parameter
Fisika dan Kimia Air Laut sekitar
I
Pertamina
RU IV Cilacap Tahun 2007
57
Tabel 12 Hasil Anallsis Parameter
Fisika dan Kimia Air Laut sekitar
Pertamina
RU IV Cilacap Tahun 2008
58
Tabel 13 Hasil Analisis Parameter
Fisika dan Kimia Air Laut sekitar
Pertamina
RU IV Cilacap
Tahun
2011
59
Tabel 14 Hasil Analisa Parameter
Fisika dan Kimia Air Laut sekitar
PLTU Cilacap
60
Tabel 15 Hasil Analisa Parameter
Fisika dan Kimia Air laut Sekitar
Pertamina
RU IV Cilacap Tahun 2011
6I
Tabel 16 Data Kejadian Tumpahan
Minyak di Kabupaten
Cilacap
65
Tabel 17 Jumlah Ganti Rugi Berdasarkan
CLC- Fund Convention
fiuta USS)
7l
Tabel 18 Kunjungan
Kapal Tanker melalui Perairan
Cilacap
.. 7I
Tabel 19 Pertumbuhan
Rumah Tangga Perikanan
Kabupaten
Cilacap Tahun 2003 -2011
72
Tabel20 Perkembangan
Armada Penangkapan
Ikan diSeluruh
TPI
Tabel2l Prosentase
Perubahan
Upaya Penangkapan
Perikanan
Udang Sebelum dan Setelah
Tumpahan
Minyak
76
Tabel22 Prosentase
Perubahan
Hasil Tangkapan
Aktual dan Hasil
Tangkapan
Lestari Perikanan
Udang Sebelum
dan Setelah
Tumpahan
Minyak
82
Tabel23 Nilai Parameter
Biologi .. . ..
83
Tabel24 Tabel Statistika
Regresi
dan tabel anova pada perhitungan
CYP
84
Tabel 25 Tabel Statistika Regresi dan tabel anova pada perhitungan
Algoritma Fox
84
Tabel26 Harga Riil dan Biaya Riil Perikanan
Udang
Tahun 2003 -2011
85
Tabel2T Perubahan
Laju Degradasi
Perikanan
Udang Sebelum
dan
Sesudah
Tumpahan
Minyak tahun 2003-2011 ....
88
Tabel23 Perubahan
Laju Depresiasi
Perikanan
Udang Sebelum
dan
Sesudah
Tumpahan
Minyak tahun 2A03-201I ... .
..
89
Tabel29 Perubahan
Depresiasi
Perikanan
Udang
92
Tabel30 Surplus
Produsen
Lestari Sebelum
dan Sesudah
Tumpahan
Minyak
96
Tabel 31 Surplus
Produsen
Aktual Sebelum
dan Sesudah
Tumpahan
xxvlt
DAF'TAR GAMBAR
[image:19.595.99.511.69.818.2]Halaman
Gambar I Tipologi Ekstemalitas (Fauzi, 2004) 9
Gambar 2 Kerangka Pikir Perkiraan Kerusakan Lingkungan 12
Gambar 3 Kurva Perkiraan Kerusakan Lingkungan 13
Gambar 4 Proses Terjadinya Injury 14
Gambar 5 Langkah-langkah Perkiraan Kerusakan Dan Penentuan
Ganti Rugi 15
Gambar 6 Ilustrasi dari Konsep Primer Restoration 17
Gambar 7 Ilustrasi dari Konsep Compensatory Restoration .. 18
Gambar 8 Konsepsi Habitat Equivalency Method 23
Gambar 9 Kerangka Pemikiran 40
Gambar l0 Grafik Jumlah Tenaga Keria Menurut Pendidikan 5l
Gambar 11 Lokasi Sebaran Tumpahan Minyak 66
Gambar 12 Perkembangan Upaya Penangkapan Perikanan Udang
di Perairan Pesisir Cilacap per Bulan Jruri Tahun 2003-2011 ... 75 Gambar 13 Perkembangan Upaya Penangkapan Perikanan Udang di
Perairan Pesisir Cilacap per Bulan Desember Tahun 20A3-2A11 75 Gambar 14 Perkembangan Hasil Tangkapan Udang di Perairan Pesisir
Cilacap Bulan Juni Tahun 2003-2011 .... 78
Garnbar 15 Perkembangan Hasil Tangkapan Udang di Perairan PPesisir
Cilacap Bulan Desember Tahun 2043-2011 ... 78 Gambar 16 Hubungan antara CPUE dan Effort pada Perikanan
Udang Tahun 2AA3 -2011 ... 79
Gambar 17 Perbandingan Hasil Tangkapan Aktual dengan Hasil Tangkapan Lestari Bulan Juni Tahun 2003-201 I
Gambar 18 Perbandingan
Hasil Tangkapan
Aktual dengan Hasil
Tangkapan
Lestari
Bulan Desember
Tahun 2003-20I I . .. ... .... 82
Gambar 19 Laju Degradasi
Perikanan
Udang Sebelum
Dan Sesudah
Tumpahan
Minyak Bulan .luni 2003 - 2Al I ....
87
Gambar
20 Laju Degradasi
Perikanan
Udang Sebelum
Dan Sesudah
Tumpahan
Minyak Bulan Desember
2003 - 2011
8 1
Gambar
21 Laiu Depresiasi
Perikanan
Udang Sebelum
Dan Sesudah
Tumpahan
Minyak Bulan Juni 2003 -2A11'
Garrhar 22 Laju Depresiasi Perikanan Udang Sebelum Dan Sesudah Tumpahan Minyak Bulan Desember 2043 - 2011
Gambar 23 Template Simulasi Degradasi Perikanan Udang Gambar 24 Degradasi Perikanan Udang
Gambar 25 Hasil Tangkapan Udang
8 8
[image:20.595.41.503.34.815.2]xxlx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran
1 Peta
Lokasi Penelitian
117
Lampiran 2 Data Produksi
dan Effort berdasarkan
Alat Tangkap
1 18
Lampiran 3 Standarisasi
Effort
I 19
Lampiran 4 Perhitungan
Estimasi
Parameter
Biologi dengan
model CYP .
l2I
Lampiran 5 Perhitungan
Estimasi
Parameter
Biologi dengan
model
Algoritma Fox
123
Lampiran 6 Perhitungan
Harga Riil dan Biaya Riil Perikanan
Udang
dari Tahun
2003 - 201 I
126
Lampiran 7 Perhitungan
Biaya Penangkapan
Udang dari
Tahun2003-2011
....
127
Lampiran 8 Perhitungan
Laju Degradasi
Perikanan
Udang
l3l
Lampiran 9 Perhitungan
Laju Depresiasi
Perikanan
Udang
I32
Lampiran l0 Perhitungaft
Perubahan
Laju Degradasi
Perikanan
Udang
Sebelum
dan Setelah
Tumpahan
Minyak
Tahun
2003
-2011
:.-....
133
Lampiran I I Perhituhgan
Perubahan
Laju Depresiasi
Perikanan
Udang
Sebelurh
dan Setelah
Turnpdhan
Minyak
Tahun 2003 -2011
Lampiran 12 Perhitungan
Depresiasi
Perikanan
Udang dengan
Discount Rate sebesar
5 persen
.. 134
Lampiran 13 Perhitungan
Depresiasi
Perikanan
Udang dengan
Discount Rate sebesar
6 persen
135
Lampiran 14 Perhitungan
Depresiasi
Perikanan
Udang dengan
Discount Rate sebesar
7 persen
136
Lampiran l5 Perhitungan
Depresiasi
Perikanan
Udang dengan
Discount Rate sebesar
8 persen
137
Lampiran 16 Perhitungan
Analisis Surplus
Produsen
Lestari
138
Lampiran 17 Perhitungan
Analisis Surplus
Produsen
Aktual
138
Lampiran 18 Hasil Analisa Kualitas Air Pada Saat Terjadi Tumpahan
Minyak Tahun 2010 .
137
1.1. Latar Belakang
Laut merupakan wilayah perairan yang kaya dengan sumber daya alam termasuk keanekaragaman sumber daya hayati. Sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana diketahui bahwa 70 persen permukaan bumi ditutup oleh perairanllautan dan lebih dari 90 persen kehidupan biomasa di planet bumi hidup di laut (Sudrajat. 2006).
Pencemaran laut telah banyak terjadi dimana-mana, terutama di negara-negara maju dan berkembang. Pencemaran tersebut disebabkan karena masuknya zat-zat asing ke dalam lingkungan sebagai akibat dari tindakan manusia yang menyebabkan perubahan fisik, kimia, dan biologis lingkrurgan (Cheevapom dan Piamsak,2003).
Sumber dari pencemaran laut ini antara lain adalah tumpahan minyak" sisa darnparan amunisi perang, buangan dan proses di kapal, buangan industri ke laut, proses pengeboran minyak di laut. buangan sampah dari transportasi darat melalui sungai. emisi transportasi laut dan buangan pestisida dari pertanian (Sudrajat, 2006). Pencemaran laut yang sering terjadi di laut berasal dari tumpahan minyak hasil kegiatan pengeboran lepas pantai maupun akibat dari aktifitas lalu lintas kapal atau tirnbulnya kecelakaan kapal pelayaran. Pencemaran yang disebabkan dari minyak mendapat perhatian yang sangat besar secara internasional, politik, dan keilmuan serta selalu menjadi fokus perhatian dari masyarakat luas. Hal ini disebabkan karena dampak yang ditirnbulkan sangat cepat dirasakan, baik oleh masyarakat sekitar pantai maupun makhluk hidup di sekitar pantai. Pengaruh buangan/tumpahan terhadap ekosistem perairan laut dan kualitas air laut dapat mengakibatkan dampak langsung dalam jangka pendek (short term qffect) dan dampak dalam jangkapanjang (long term e.ffecr) (Mukhtasor,2A07).
sumber lain termasuk industri dan pemukiman sebesar 1.38 iuta ton/tahun (Sudrajat, 2006).
Kabupaten Cilacap yang terletak di Pulau Jawa merupakan salah satu wilayah yang berpotensi di sektor perikanan. Selain itu Cilacap akan ditingkatkan menjadi salah satu kawasan Minapolitan dimana perairan pesisir Cilacap mempunyai potensi sebagai pusat perikanan yang bernilai ekonomis tinggi (DKP, 2010). Kabupaten Cilacap juga merupakan wilayah industri minyak PT. Pertamina (Persero) ReJinery Unit (P.ID [V Cilacap dimana terdapat dermaga untuk bongkar muat minyak mentah dan produk-produk kilang baik untuk tujuan domestik maupun ekspor, terletak di area kilang dan selat.
Kilang PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap merupakan satu dari enam Unit Pengolahan minyak Pertamina yang ada di lndonesia dan merupakan kilang minyak dengan kapasitas terbesar. Kehadiran kilang Pertamina RU IV. secara langsung maupun tidak langsung telah mendorong tumbuh dan berkembangnya kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Kabupaten Cilacap. Hal ini didukung pula oleh peluang Pertamina RU IV untuk menjadi kilang yang kompetitif di dunia. Adanya Pertamina RU IV dan pelabuhan internasional di wilayah Cilacap menyebabkan tingginya arus transportasi terutama dari kapal tanker. Berdasarkan Adpel Tanjung Intan (2011) kapal tanker yang memasuki perairan Cilacap setiap bulan pada tahun 2010 sekitar 73 buah.
satu wilayah yang berpotensi di sektor perikanan. Selain itu Cilacap akan ditingkatkan menjadi salah satu kawasan Minapolitan dimana perairan pesisir Cilacap mempunyai potensi sebagai pusat perikanan yang bemilai ekonomis tinggi. Sekitar empat persen masyarakat Cilacap berprofesi sebagai nelayan (BPS Kabupaten Cilacap, 201 l).
Kabupaten Cilacap mempunyai kilang yang merupakan satu dari enam Unit Pengolahan minyak Pertamina RU yang ada di lndonesia. Pertamina RU IV Cilacap juga merupakan kilang minyak dengan kapasitas terbesar dimana dermaga untuk bongkar muat minyak mentah dan produk-produk kilang baik untuk tujuan domestik maupun ekspor, terletak di area kilang dan selat.
Keberadaan unit pengolahan minyak atau RU IV Cilacap telah memberikan manfaat bagi perekonomian di Kabupaten Cilacap namun di sisi lain telah memberikan dampak negatif bagi masyarakat dan sumber daya yang terdapat di perairan pesisir Cilacap karena daerah ini dimanfaatkan sebagai tempat pelepasan air limbah perusahaan. Pertamina RU IV Cilacap mendatangkan minyak mentah dari Timur Tengah dengan menggunakan kapal-kapal tanker melalui Perairan Cilacap. Tingginya aktifitas kapal tanker di Perairan Cilacap juga telah memberikan dampak negatif, berupa ceceran dan tumpahan minyak
serta kebocoran pipa bawah laut yang ditanam untuk menghubungkan SPM (single point mooring) dengan Area 70 (Iskandar, 20Aq.
Tumpahan minyak selain berdampak pada kualitas perairan, juga berdampak pada biota laut seperti ikan dan udang, yang sangat vital bagi kehidupan nelayan di wilayah Cilacap. Udang merupakan jenis biota laut yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Lingkungan yang tidak seimbang (terganggu akibat tumpahan minyak di Perairan Cilacap) akan membuat udang sulit bertahan hidup sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap ketersediaan biomassa udang dan menurunkan hasil tangkapan nelayan Cilacap (Syakti, 2005).
eksternalitas yang dihasilkan oleh pencemaran, perlu mengembangkan langkah-langkah ekonomi terhadap nilai-nilai lingkungan dan sumber daya alam. Estimasi dilakukan terutama untuk memberikan masukan dalam pengambilan suatu keputusan manajemen sumber daya publik dan lingkungan (Freeman, 1993).
Menurut Freeman (1991), perhitungan nilai lingkungan yang hilang diawali dengan mengamati jumlah hasil tangkapan sumber daya di daerah tumpahan minyak. Dasar untuk kompensasi kerusakan pihak yang terkena dampak tumpahan minyak adalah penentuan kerusakan sumber daya alam dan kewajiban pihak yang bertanggung jawab dalam kasus-kasus pencemaran. Sayangnya, informasi terkini tentang eksternalitas sektor migas tidak cukup untuk menetapkan kebijakan. Penelitian ini dilakukan sebagai bagian mengisi kesenjangan informasi, khususnya dalam pengembangan implikasi kebijakan yang membuflrhkan informasi tentang biaya sosial dari sektor migas, dan sebagian untuk membantu dalam perumusan pedoman penilaian kerusakan dan kompensasi untuk seklor migas
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian yang muncul adalah sebagi berikut:
1. Seberapa besar pengaruh tumpahan rninyak terhadap perikanan udang? 2. Beraparisiko ekonomi tumpahan minyak terhadap perikanan udang?
3. Bagaimana implikasi kebijakan kompensasi tumpahan minyak terhadap perikanan udang?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuli memperkirakan pilai perubahan kesejahteraan nelayan apabila terjadi tumpahan minyak akibat kegiatan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) IV cilacap. Selain tuiuan umum tersebut. juga terdapat tujuan khusus, antara lain:
1. Memperkirakan tingkat pengaruh tumpahan minyak terhadap perikanan udang. 2. Memperkirakan risiko ekonomi tumpahan minyak terhadap perikanan udang. 3. Memperkirakan implikasi kebijahan kompensasi tumpahan minyak terhadap
ekonomi tumpahan minyak di Perairan Pesisir Cilacap terhadap perikanan udang
dan diharapkan dapat menjadi masukan kepada pembuat kebijakan untuk
membuat suatu kebijakan kompensasi tumpahan n'rinyak terhadap perikanan
udang.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Fokus kajian pada penelitian ini dikendalikan dengan penentuan ruang
lingkup dan batas penelitian. Penelitiart ini dibatast pada lirrgkup sosial dan
ekbnomi masyarakat
nelayan terkait tlertgan kegiatad distribusi dan transportasi
ttinyak yang dilakukan oleh PT Pertamina RU ry bilacap. Batasan penelitian
secaxa
rinci sebagai
berikut:
1. Kegiatan migas dibatasi pada kegiatan distribusi ddn transportasi minyak PT
Pertamina
RU IV Cilacap melalui kapal tanker.
2. Kegiatan perikanan udang dibatasi pada penangltapan
yang dilakukan oleh
nelayan
lokal (Pesisir
Cilacap).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekstemalitas Sebagai Suatu Kegagalan Pasar 2,1.1 Definisi Eksternalitas
Konsumsi terhadap barang publik sering menimbulkan apa yang disebut sebagai eksternalitas atau dampak eskternal. Secara umum eksternalitas didefinisikan sebagai dampak (positif atau negatif), atau dalam bahasa formal ekonomi sebagai net cost atau benefit, dan tindakan satu pihak terhadap pihak lain. Lebih spesifik lagi eksternalitas terjadi jika kegiatan produksi atau konsumsi dari satu pihak mempengaruhi utilitas (kegunaan) dari pihak lain secara tidak diinginkan, dan pihak pembuat eksternalitas tidak menyediakan kompensasi terhadap pihak yang terkena dampak ekstemalitas. Eskternalitas merupakan fenomena yang kita hadapi sehari-hari, tidak hanya terbatas pada pengelolaan sumber daya alam.
Pidato yang terlalu lam4 jalan yang macet, musik yang terlalu keras, asap rokok yang kita hirup dari orang lain, adalah contoh dari eksternalitas yang kita alami sehari-hari. Dalam kaitannya dengan sumber daya alarn, eksternalitas sangat penting untuk diketahui karena keberadaan eksternalitas akan menyebabkan alokasi sumberdaya yang tidak efisien (Fauzi, 2010").
Dalam kaitan dengan sumber daya aIarr, hampir setiap eksternalitas yang kita pelajari adalah yang negatif. Pertcemaran udara dan air adalah contoh kasus disekonomi eksternalitas. Kasus dimana individual atau firm membuang produk limbahnya ke lingkungan tanpa memahami kerusakan yang akan terjadi akibat limbah ini dan akan mempengaruhi utilitas pihak lainnya.
2.1.2 Tipe Eksternalitas
Ekstemalitas terbagi menjadi beberapa tipe. Ekstemalitas menyangkut kedua belah pihak, yakni produsen dan konsumen, maka eksternalitas bisa terjadi dari konsumsi ke konsumsi, dari konsumsi ke produksi dan juga sebaliknya. Kula (lgg2) menyebutkan tipe eksternalitas ini sebagai eksternalitas teknologi (technological externalities) karena adanya perubahan konsumsi atau produksi oleh satu pihak terhadap pihak lain yang lebih bersifat teknis (Fauzi, 2010)
Tipe ekstemalitas lainnya adalah apa yang disebut sebagai ekstemalitas pecuniary (pecuniary externalities). Eksternalitas ini terjadi karena adanya perubahan harga dari beberapa irrput maupun output. Dengan kata lain eksternalitas ini terjadi manakala aktifitas ekonomi seseorang mempengaruhi kondisi finansial pihak lain. Sebagai contoh, meningkatnya penjualan furniture akan menyebabkan meningkatny ahatgakayu yang kemudian akan mempengaruhi kemampuan daya beli maupun welfare dari konsumen bahan bangunan ataupun konsumen lain yang memanfaatkan kayu. Eksternalitas ini biasanya tidak menyebabkan perubahan teknologi produksi dan tidak harus menimbulkan misalokasi sumberdaya (Fauzi, 201 0)
Hartwick dan Olewiler (1998) dalam Fauzi (2010) menggunakan terminologi lain untuk menggambarkan ekstemalitas. Keduanya membedakan antara eksternalitas private dan eksternalitas publik. Ekstemalitas private melibatkan hanya beberapa individu bahkan bisa bersifat bilateral dan tidak menimbulkan spill over (limpahan) kepada pihak lain, sementara ekstemalitas publik terjadi manakala barang publik dikonsumsi tanpa pembayaran yang tepat' Karena sifat barang publik sebagaimana yang telah disebutkan di ataso pemanfaatan oleh satu pihak tidak mengurangi kuantitas untuk dimanfaatkan oleh pihak lain, namun bisa saja kualitas barang publik tersebut berkurang. Misalnya, sungai adalah barang publik. Pemanfaatan oleh semua pihak tidak mengurangi jumlah sungai yang digunakan namun pencemaran sungai yang ditimbulkan
9
seperti ini kemudian dikenal sebagai eksternalitas publik. Diagram berikut ini menggambarkan taksonomi eksternalitas seperti yang dijelaskan di atas beserta beberapa contohnya.
Produksi Positif
Conlotr:
. PEnelitian
Eksternalfta
Produksi negatif
Conloh:
. Pencemaan dr
. Polusi udara
Eksternalites
Kmsumsi Positfi
Contotr:
. Vaksinasi thd
penyakit menula
Eksternalitas
Konsumi negatif
Csfltoh:
. Asaprokok
Gambar I Tipologi Eksternalitas (Fauzi, 2010").
Semua konsep eksternalitas yang telah kita bicarakan di atas merupakan konsep eksternalitas statis karena tidak adanya keterlibatan variabel waktu di dalamnya. Eksternalitas juga bisa dilihat dari sisi dinamik dengan melihat aspek intertemporal dari dampak yang ditimbulkan.
Sebagaimana dikemukakan di atas, pemahaman tentang eksternalitas erat kaitannya dengan efisiensi alokasi sumber daya. Efisiensi alokasi sendiri terkait dengan pengaturan kelembagaan (institutional arrangement). Sumber daya bisa saja dialokasikan melalui berbagai pengaturan kelembagaan seperti kediktatoran (dictatorship), percncan&rn terpusat (central planning), atau melalui mekanisme pasar (free markef). Teori ekonomi standar mengatakan, meskipun pengaturan melalui mekanisme kelembagaan bisa menghasilkan alokasi yang baik, namun mekanisme pasar (free marker) dianggap menghasilkan alokasi yang efisien dan optimal (sering juga disebut sebagai Pareto Optimal). Dengan kata lain, jika pasar
Timbul akibat adanya
Paubahan harga
Input atau ortput
Dalam kegiatan
[image:29.595.77.541.34.833.2]tidak eksis, maka alokasi sumberdaya tidak akan terjadi secara efisien dan optimal (Fauzi,2010^).
2.1.3 Eksternalitas dan Kegagalan Pasar
Sumber daya alam, dalam beberapa hal tidak ditransaksikan dalam mekanisme pasar atau mekanisme pasar bekerja secara tidak sempurna (incomplete). Pencemaran udara, polusi yang ditimbulkan akibat eksternalitas barang publik adalah contoh bagaimana alokasi barang ini tidak ditransaksikan melalui mekanisme psff, pelaku penyebab pencemaran tersebut seharusnya membayar kompensasi terhadap masyarakat yang terkena pencemaran. Jadi barang publik, eksternalitas dan kegagalan pasar (marketfailure) adalah satu mata rantai yang sering timbul dalam pengelolaan sumberdaya alam.
Dengan kata lain, jika pasar tidak eksis, maka alokasi sumberdaya tidak akan terjadi secara efisien dan optimal. Sumberdaya alanr, dalam beberapa hal tidak ditransaksikan dalam mekanisme pasar atau mekanisme pasar bekeda secara tidak sempurna (incomplete). Udara, polusi yang ditimbulkan akibat eksternalitas barang publik adalah contoh bagaimana alokasi barang ini tidak ditransaksikan melalui mekanisme pasar. Dengan kata lain, kegagalan dari pasar untuk eksis adalah cerminan dari sifat sumberdaya alam yang dalam beberapa hal menjadi barang publik yang sering menimbulkan ekstemalitas. Jadi barang publik, ekstemalitas dan kegagalan pasar (market failure) adalah satu mata rantai yang sering timbul dalam pengelolaan sumberdaya alam.
1 l
1. Pasar eksis dengan hak pemilikan yang terkukuhkan dengan jelas (well-defined property rights) sehingga pembeli dan penjual dapat secara bebas melakukan transaksi. Hak pemilikan ini akan terkukuhkan dengan baik jika beberapa karakteristik hak pemilikan di bawah ini dipenuhi. Menurut Hanley (1997) yang diacu dalam Fauzi (2010"), karakteristik tersebut antara lain : o hak milik tersebut dikukuhkan kepemilikannya baik secara individu
maupun kolektif.
o eksklusif, artinya seluruh keuntungan dan biaya dari penggunaan
sumberdaya sepenuhnya menjadi hak (tanggung jawab) pemilik sumberdaya.
o tran*rable (dapat dipindah-tangankan) karena hak pemilikan yang transferable akan menimbulkan insentif untuk mengkonservasi (melestarikan) sumberdaya tersebut.
o terjamin (secure), dengan adanya jaminan memiliki, maka akan timbul insentif untuk memperbaiki atau memperkaya sumberdaya tersebut selama masih dalam kepemilikannya.
2. Konsumen dan produsen berlaku secara kompetitif dengan memaksimumkan keuntungan atau meminimuntkan biaya.
3. Harga pasar diketahui oleh konsumen dan produsen 4. Tidak ada biaya transaksi (transaction cost:0)
Jika ciri-ciri tersebut di atas tidak dipenuhi maka akan timbul ketidak-sempurffHl pasar (market imperfection) yang pada gilirannya akan mengarah kepada kegagalan pasar.
2.2 Analisis Kerusakan dan Ganti Rugi
2.2.1 Prinsip Kerusakan dan Penentuan Kompensasi
ini akan tergantung dari bagaimana masyarakat merespon dan menerima perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan. Dengan kata lain jika masyarakat tidak merespon adanya perubahan tersebut, maka analisis pencemaran
danlataukerusakan SDAL dalam hal ini tidak diperlukan.
Gambar 2 Kerangka Pikir Perkiraan Kerusakan
Lingkungan
(Fauzi dan Ann4 2005).
Kerangka pikir pendugffin kerusakan lingkungan dan keterkaitan ganti rugi yang harus diperhitungkan dapat dijelaskan pada Gambar 2. Pada Gambar 2 terlihat bahwa sumber daya alam menghasilkan barang dan jasa yang dapat dimanfaatkan secara ekonomi maupun non-ekonomi. Di sisi lain ada komponen SDAL yang harus dipertahankan sebagai cadangan (ecological reserve). Pemanfaatan ekonomi maupun non-ekonomi ini dalam jangka panjang akan mengubah kualitas lingkungan baik dalam bentuk pencemaran maupun kerusakan SDAL yang kemudian terlihat dalam bentuk dampak terhadap produklifitas,
i
i
t l -i lPe
, l
i l p
: L
i i i i
;
[image:32.595.78.479.59.587.2]13
kesehatan maupun dampak terhadap material lainnya. Dari ketiga perubahan tadi akan bisa diprediksi tingkat kejadian (incidence) yang diperlukan untuk memberikan nilai moneter dari kerusdkan fisik yang ditimbulkan. Assessment dad. nilai moneter inilah yang menjadi basis perhitungan ganti rugi yang kemudian akan menj adi feed back atau umpan balik bagi pemanfaatan ekonomi, non-ekonomi maupun cadangan lingkungan sebagaimana dijelaskan di atas.
Mengingat penentuan ganti rugi didasarkan pada perhitungan moneter yang ditentukan oleh adanya permintaan dari masyarakat atas barang dan jasa yang dihasilkan dari SDAL dapat pula dijelaskan melalui kerangka ekonomi sebagaimana digambark an pada Gambar 3.
Gambar 3 Kurva perkiraan kerusakan lingkungan (Fauzi dan Ann4 2005").
Kurva permintaan (demand) menggambarkan permintaan masyarakat terhadap sumber daya alam dan lingkungan sementara kurva MC (Marginal Cost) menggambarkan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan dari sumber daya alam dan lingkungan. Pencemaran danlatau kerusakan lingkungan pada hakekatnya mengubah kuantitas dan kualitas dari sumber daya alam dan lingkungan tersebut.
[image:33.595.109.499.86.673.2]menyebabkan bergesemya kurva biaya marjinal (MC) dari MCo ke MCt Kenaikan biaya marjinal ini menyebabkan keseimbangan supply demand bergeser ke atas dari Po ke P7 dengan perubahan jumlah yang diminta berkurang dari Qoke Q1. Dalan perspektif ekonomi, DA pada hakikatnya memperkirakan kerugian ekonomi yang terjadi akibat perubahan harga dari. P0 ke P7 dan perubahan kuantitas dalli Qok" Q, tersebut.
2.2.2 Langkah - Langkah Penentuan Kerusakan Lingkungan
Pendugaan kerusakan sebagai basis penentuan ganti rugi adalah pemberian nilai moneter terhadap injury. Damage assessment merupakan fungsi dari respon masyarakat (society) terhadap perubahan yang terjadi pada layanan sumber daya alam dan lingkungan. Kerusakan lingkungan muncul akibat terjadinya suatu bencana, misalnya terjadi tumpahan minyak (release) kemudian jalur yang dilalui oleh kapal Qtathway), berapa besar terjadi tumpahan (exposure), dan kerusakan yang ditimbulkan akibat tumpahan minyak twwMflnjury) (Gambar 4).
Gambar
4 Proses
Terjadinya
Injury (Fauzi dan Anna, 2005).
1 5
AFatett Frqperty r4$if Terde
IntFn€it$d Femllkari us PemelfeEt$trAL
[image:35.595.117.490.50.530.2]F*netapal gar*ti rugi V{H Pdvstb Eetd€fiHlt
Gambar'
:Hfft:;'frff#
:Hffi#ffi:fl
dan
penentuan
dilakukan atas nama publik dan penyelesaian ganti rugi harus dilakukan melalui penyelesaian publik (public settlement). Sebaliknya jika hak pemilikan terdefinisikan dengan jelas (siapa pemilik sumber daya yang sebenarnya) maka langkah berikutnya adalah melakukan assessment terhadap hak pemilikan yang menyangkut tipe hak pemilikan (individu, komunal, sewa, hak miliki, dan lain-lain), durasi kepemilikan, dan intensitas pemanfaatan dengan kepemilikan sumber daya. Jika langkah ini sudah dilakukan baru kemudian damage assessment dapat dilakukan dan penentuan ganti rugi dapat dilakukan melalui private settlement (antara pihak yang terlibat) seperti antara industri (pabrik dengan pemilik lahan) dan sejenisnya.
2.2.3 Metode Dasar Analisis Kerusdkan dan Kompensasi 2.2.3.1 Reso urce Restoration Approac h
Grigalunas et al. (1988) menerangkan bahwa resource restoration approach adalah pendekatan dengan menggunakan biaya restorasi dari kerugian terhadap sumber daya sebagai rtkurdn kerusakan. Restorasi merupakan usaha untuk pemulihan sumber daya yang mengalami gangguan. Tantangan dalam melakukan restorasi sumber dayd terditi atas:
l. Mengukur kerugian akibat pencemaran
2. Memilih alternatif sebuah kelayakan dan cost-effictive restoration 3. Menetapkan ketika sumber daya telah pulih secara biologi
t 7
untuk kerusakan sumber daya alam akibat tumpahan minyak, dengan begitu, dimana kerusakan tidak langsung tidak dapat dimoneterkan secara langsung, namun kompensasi kerusakan lingktrngan bagi pihak yang bertanggung jawab dapat dikenakan biaya-biaya untuk perbaikan sumber daya yang mengalami gangguan.
Implementasi OPA'90 dibedakan antara primary restoration dan compensatory restoration. Primary restoration adalah mengembalikan sumber daya yang rusak untuk kembali seperti semula sebelum terjadi tumpahan. C ompens atory r e s t or atio n berurtr menyediakan tambahan pemulihan sumber daya yang rusak untuk mengganti kerugian-kerugian sementara pada waktu terjadi tumpahan sampai waktu ketika sumber daya kembali pulih.
Konsep primary restoration dijelaskan pada Gambar 6 di bawah ini dengan mengumpamakan bahwa suatu kawasan mangrove dirusak oleh pencemaran, suatu kejadian yang relatif umum terjadi di daerah tropis. Total kawasan mangrove sebelum tumpahan merupakan area A'o. Tumpatran terjadi pada waktu t* dan luasan mangrove dikurangi oleh tumpahan pada level Ar. Sepanjang waktu pemulihan mongrove, dan kembali ke kondisi awal melalui pemulihan alami pada waktu tn tindakan primary restoration bisa didasarkan pada penanaman semaian bibit untuk mempercepat pemulihan area mangrove ke keadaan semula.
mangrorv area
tu
Iiare
tf l* ts
Bagaimanapun, mungkin perlu bertahun-tahun sebelum mangrove pulih secara penuh, dan selama periode pemulihan ini terdapat hilangnya mangrove nursery dan fungsi habitat. Pada gilirannya ini akan menyebabkan hilangnya produksi biologi, pengurangan hasil ikan, kepiting, kerang, kayuo dan jasa lain karena pencemaran. Compensatory restoration digunakan untuk mengganti kerugian atas kerugian-kerugian sementara yang dialami sejak terjadi tumpahan sampai mangrove kembali pulih ke kondisi awal. Konsep dari compensatory restoration digambarkan di dalam Gambar 7. Tindakan-tindakan compensatory restoration terjadi pada waktu t", dan menyediakan tambahan luasan mangrove di luar level baseline untuk mengganti kerugian untuk kerugian-kerugian sementara (interim losses).
Mangrme
AFG&
Ao
Tims
Gambar
7 Ilustrasi dari Konsep Compensotory
Restoration
(Grigalunas
et al, 1988).
2.2.3,2
P ro d uctivity App r o ac h
Pendekatan
produktifitas atau sering juga disebut sebagai net factor
income approach adalah pendekatan
yang mengukur nilai ekonomi ekosistim
berdasarkan
kontribusi produktifitas ekosistim tersebut
terhadap
barang dan jasa
yang diperdagangkan.
Misalnya terjadinya tumpahan minyak akan mengakibatkan
terjadinya perubahan
produktifitas dari kegiatan lain seperti perikanan udang.
l 9
mempengaruhi prduktifitas perairan dan juga faktor-faktor biofisik yang mempengaruhi produktifitas perikanan udang dan rekreasi pantai misalnya.
Pendekatan produktifitas umurnnya membutuhkan data yang baik mengenai:
a. biaya produksi barang akhir
b. permintaan dan penawaran dari barang akhir c. permintaan dan penawaran dari faktor produksi
dengan melihat beberapa kebutuhan data di atas, pendekatan ini relatif lebih kompleks dari dua pendekatan sebelumnya. Demikian juga kebutuhan informasi ilmiah (scientific) mengenai fungsi ekologis sering sulit diperoleh dan sulit dipahami.
X1
AO
dapat dilakukan dengan melalui formula generik berikut ini:
LNPI: (&) xAf) \ x t , l
keterangan:
ANPI : Perubahan nilai produksi pada periode t NO, = Nilai output pada periode t
: Output pada peridde t
= Perubahan
produktifitas
Sehingga perubahan produksttfitas ddpat dihitung dengan formula sebagai berikut:
A O : i - x,
x = :LT!_,*,
E adalah produktifitas rata-rata dari tahun ke I sampai tahun basis (T6) dimana tahun basis adalah tahun dimana perubahan produktifitas terjadi.
Formula tersebut dapat dimodifikasi untuk menentukan nilai kawasan ekosistim dengan mengukur perubahan nilai moneternya (@t). Untuk itu diperlukan konversi nilai moneter melalui formula berikut:
6, - o^t
N o t
Dalam beberapa kasus, pendekatan produktifitas menurut Fauzi (2010b)
(2.r)
(2.2)
(2.3)
AN4- = 6s x Ad2,
e.5)
perubahan nilai ini kemudian dapat digunakan untuk menentukan ganti rugi dari ekosistim yang mengalami kerusakan.
2.2.3.3 Pendekatan Market Based
Departement of Interior Q003) mengindikasikan bahwa nilai kerusakan ekonomi berkaitan dengan pencemamn lingkungan dapat digunakan dengan nilai market' Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam pendekatan market-based diantaranya adalah market demand and suppty moders danfee looses.
2.2.3.3.1 Market Demand ond Supply Model
Teknik ini dapat digunakan selama sumber daya yang terkena dampak dan juga jasanya secara umum diperdagangkan di pasar kompetitif. pada beberapa kasus dimungkinkan mengaplikasikan pendekatan ini misarnya kerusakan yang berhubungan dengan area perikanan udang dapat diestimasi dengan menggunakan perkiraan level perikanan udang yang diharapkan dan harga pasar dalam kondisi tidak adanya kejadian kerusakan lingkungan. Hal ini dapatdilakukan jika kejadian hanya terjadi pada scope geografr dan durasi yang terbatas. Nilai ekonomi kerusakan dapat dihitung dari kuantitas hasil tangkapan udang yang tidak dapat dipanen (tangkapan yang hilang sebagai akibat dari kejadian) dikalikan dengan harga pasar dari udang tersebut.
2 l
tepat, karena berbagai asumsi harus dibuat untuk aplikasi pendekatan mqrl@t b as e d y ang di sederhanakan.
2.2.3.3.2 Fee losses
Pembayaran terhadap kehilangan merupakan metode market based yang digunakan dalam kondisi dimanafee merepresentasikan harga dari individu atau perusahaan willingness to pay (WTP) dalam pasar. Untuk mengimplementasikan metode ini, dibutuhkan data menyangkut fee per unit sumber daya alam dan lingkungan (SDAL) dan jumlah unit yang terkena dampak (misal jumlah orang per hari).
2.2.3.3.3 Added ataa Averted Cost
Metode biaya tambahan ini didasarkan pada asumsi bahwa kerusakan dapat menyebabkan penambahan biaya dari pemanfaat SDAL yang terkena dampak kerusakan. Penambahan biaya ini merepresentasikan pengukuran kehilangan sosial. Misalnya pencemaran minyak dapat menyebabkan penutupan sementara pelabuhan atau jdlur transportasi untuk pelayaran komersial untuk pembersihan. Dalam kasus lni flenambahan biaya transportasi laut km adanya delay shtpping digunakan untuk pengukuran economic damage.
Data yang digunakan rneliputi biaya aktivitas yang terganggu sebelum dan sesudah injury. Jika data tidak ada dapat digunakan estimasi umum, dari biaya setiap satuan waktu untuk operasional kapal komersial.
2.2.3.4 Revealed Preference Model
2.2.3.4.1 Property Valuation Models
Metode ini menganalisis bagaimana proximity berbagai amenities SDAL, misal: pantai untuk berjemur, dan disamenities, misal: pencemaran air, mempengaruhi individual WTP pada property. Ada dua jenis model utama yaitu: hedonic property valuation approach dan repeat sales approach. Beberapa kelemahan dari kedua model ini adalah:
. Memerlukan relatifjumlah besar data detail
r Ada banyak faktor yang mempengaruhi nilai rumah, sulit memisatrkan pengaruh berbagai faktor ini.
o Kemampvan hedonic dan repeat sales model mendeteksi perubahan kecil pada
atribut sumber daya terbatas karena besamya faktor yang menentukan nilai pasar.
2.2.3.4.2 Factor Income Method
Dalam metode ini services yang disediakan dalam kondisi SDAL rusak dilihat dari input dari produksi jasa atau komoditas yang dijual di pasar. Metode ini berdasarkan pada konsep ekonomi fungsi produksi, yaitu input seperti SDA digunakan unnrk memproduksi barang dan jasa yang dijual di pasar. Misalkan penunrnan jumlah spesies perairan akan meningkatkan biaya untuk memperoleh spesies udang ekonomis penting, akibatnya rente ekonomi produser dapat berkurang atau hilang. Perubahan rente ekonomi dievaluasi dengan menghitung perubalran surplus padafinal product ataupasar input.
2.2.3.5 Habitat Equivalency Method
23
Sepertipadametodevaluasiekonomilainnyapendekataniniunikkarena
pengukuran kompensasinya tidak dalam
bentuk uang' ffrmun lebih kepada
kehilangan jasa itu sendiri. Sebagi
contoh, masyarakat dapat dikompensasi
atas
kerusakan dari sumber daya perairan
pesisir (misalnya mangrove' terumbu
k a r a n g , p a d a n g l a m u n , d a n l a i n t a i n ) a k i b a t p e n c e m a m n m e l a l u i p r o v i s i d a r i
t a m b a h a n s u m b e r d a y a t e r s e b u t H a / t a h u n d i m a s a y a n g a k a n d a t a n g u n t u k
menghitung
kehilangan
interim dari jasa sumber
daya tersebut'
Environmental Serviceflow
Time
S z
S o
To
Tr
Tz
GambarsKonsepsiHabitatEquivalencyMethod(Anna'2009)'
SepertiterlihatpadaGarnbar8,konsepsiframeworkdartMetodeHabitat
Equivalencyinidapatdigambarkansepertiberikutini.PadasaatTosumberdayaa
rusak akibat adanya bahan berbahaya
yang dihasilkan dari kebocoran
industri atau
kegiatanlainnya.Halinimenyebabkanterjadinyapenurunanalurjasasumber
dayadariSokesr.Dalamkegiatanrestorasi,padawaktuT2,jasalingkunganini
telah dapat direstorasi kembali, namun
demikian' nilai kompensasi
diidentifikasi
padailustrasiinisebagaiinterimdamage(D).Jikabesarandarikehilanganalur
jasalingkunganinidapatdiukur,makamemungkinkanuntukmengestimasialur
jasalingkunganinidimasayangakandatang(areaS)yangakanekivalendengan
area D.
Secaraumrrmlangkah-langkahyangdilakukanpadaanalisisdengan
metode ini adalah sebagai
berikut:
1. Pilihlah satuan pengukuran kerusakan sumber daya pada lokasi yang akan dihitung (misalnya Ha sumber daya yang rusak, jumlah stok udang yang menurun, hari rekreasi yang hilang di pantai, dan lain lain)
2. Estimasikan penunrnan dalam unit safuan tersebut, setiap tahun, dari mulai terjadinya release (atau tahun pertama dimana kerusakan akan diklaim melalui recovery sumber daya secara penuh (full resource recovery).
3. Kalkulasikan rilaipresent value dari kehilangan yang dikompensasi.
4. Pilih periode dimana kompensasi sumber daya atau jasa akan disediakan (misalnya dimulai selama lima tahun dan dapat ditingkatkan untuk 20 tahun. 5. Kalkualsikan jumlah unit dari sumber daya tambahan atau jasa yang akan
disediakan pada setiap tahun periode kompensasi, untuk menghasilkan nilai present ekuivalen dengan kalkulasi pada langkah ke 3.
6. Kalkulasikan biaya yang harus disediakan untuk mengganti sumberdaya atau jasa lingkungan. Kalkulasi ini harus berdasarkan pada opsi pengganti paling
cost ffictive yang ada.
Pendekatan HEM dapat diaplikasikan dalam analisis kerusakan lingkungan dengan tanpa perlu melakukan analisis ekonomi primer. Pendekatan HEM dapat digunakan untuk berbagai kehilangan jasa lingkungan dan sumber daya alam yang disebabkan oleh berbagai kerusakan lingkungan. Teknik ini merupakan yang paling tepat diguriakdn apabila:
1. Kondisi kerusakan menydngkut jumlah sumberdayayanghilang (misal burung yang mati, udang yang rfidti, hutan yang hilang, dan lain lain) terkuantifi kasikan dengan j elas.
2. Teknik ini melibatkan provisi tambahan sumber daya dari berbagai tipe yang rusak, sehingga proyek penggantian harus feasible dan dilakukan (misalnya
fish enhancement project, penangkaran burung, konservasi hutan, dan lain lain). Masyarakat tidak dapat dikompensasi menggunakan pendekatan ini jika proyek replacement gagal dilakukan pada jumlah yang tepat.
25
Seluruh sumberdaya
dan jasa yang dikompensasi
harus secara
kualitatif ekuivalen
dengan
sumber dayaalam
dan jasa yang hilang akibat kerusakan.
2.3
Tinjauan Kerusakan Akibat Tumpahan Minyak di Laut
2.3.1 Proses
Tumpahan Minyak di Laut
Tumpahan minyak masuk ke lingkungan perairan laut dengan beberapa
car4 yaitu rembesan alam dari dasar lalut (natural seeps), kecelakaan tanker
(tanker accident),
operasi
normal tanker (normal operation of tankers),
kebocoran
dan semburan
dari proses produksi dan eksplorasi lepas pantai (blow out and
accident
fr om expl oration).
2.3.2 Sumber
Tumpahan
Minyak
Sumber dari tumpahan
minyak antara lain:
1. Produksi
danEksplorasi
Lepas
Pantai
Produksi dan eksplorasi gas dan minyak bumi di lepas pantai mempunyai
konstribusi yang relatif kecil dibandingkan dengan jumlah total minyak bumi
yang masuk ke perairan laut, kecuali pada suatu kasus tertentu terjadi
kecelakaan
yang sangat besar, seperti semburan
sumur minyak (well blowout),
kerusakan struktur platfurm, dan kerusakan peralatan. Salah satu contoh
terjadinya
blowout yang sdrigdt
besar terjadi pada bulan Juni 1979 pada
lxtoc-I platfurm di Teluk Cainpeche
di Teluk Meksiko yang mengakibatkan
140
juta gallon minyak mencemari
perairan. Genangan
minyak tersebut
bergerak
ke utara sejauh 700 mil sampai pantai Texas pada bulan Agustus (Bishop,
1983 yang diacu dalam Mukhtasor,2007)
2. Operasi
Kapal Tanker
J .
water 7el, proses pembersihan tanki ini ditujukan untuk menjaga agar tanki diganti dengan air ballast baru untuk kebutuhan pada pelayaran selanjutnya. Menurut Mukhtasor (2007), hasil buangan dimana bercampur antara air dan minyak ini dialirkan ke dalam tanki slop. Sehingga di dalam tanki slop terdapat campuran minyak dan air. Sebelum kapal berlayar, bagian air dalam tanki slop harus dikosongkan dengan memompakannya ke tanki penampungan limbah di terminal atau dipompakan ke laut dan diganti dengan at ballast yang baru. Tidak dapat disangkal buangan air yang dipompakan ke laut masih mengandung minyak dan ini akan berakibat pada pencemaran laut tempat terjadi bonglar muat kapal tanker.
Perbaikan Perawatan Kapal
Secara periodik kapal harus direparasi atau perbaikan termasuk pembersihan tanki dan lambung. Proses ini lazim dikenal sebagai docking. Dalam proses docking semua sisa bahan bakar yang ada dalam tanki harus dikosongkan untuk mencegah terjadinya ledakan dan kebakaran. Pada umumnya ada aturan bahwa semua galangan kapal harus dilengkapi dengan tanki penampung limbah. Namun pada kenyataarrrya banyak galangan kapal yang tidak memiliki fasilitas ini, sehingga dalam proses docking tersebut sisa minyak langsung dibuang ke laut. Tercatat pada tahun 1981 kurang lebih 30.000 ton minyak terbuang ke laut akibat proses docking (Clark, 2003).
Terminal Bongkar Muat Tengah Laut
Proses bongkar muat tanker bukan hanya dilakukan di pelabuhan namun banyak juga dilakukan di tengah laut. Proses bongkar muat di terminal laut ini banyak menimbulkan risiko kecelakaan seperti pipa yang pecah, bocor mauptrn kecelakaan karena kesalahan manusia (Sudrajat, 2006).
Bilga dan Tanki Bahan Bakar
Menurut Sudrajat (2006), umuilrnya semua kapal memerlukan proses ballast saat berlayar normal maupun saat cuaca buruk. Karena umumnya tanln ballast kapal digunakan untuk memuat kargo maka biasanya pihak kapal menggunakan juga tanki bahan bakar yang kosong untuk membawa air ballast tambahan. Saat cuaca buruk maka ur ballast tersebut dipompakan ke laut sementara air tersebut sudah bercampur dengan minyak. Selain air ballast,
27
6.
juga dipompakan keluar adalah air bilga yang juga bercampur dengan minyak. Bilga adalah saluran buangan air, minyak, dan pelumas hasil proses mesin yang merupakan limbah. Aturan internasional mengatur bahwa buangan air bilga sebelum dipompakan ke laut harus masuk terlebih dahulu ke dalam separator, pemisah minyak dan air, rulmun pada kenyataanrrya banyak buangan bilga ilegal yang tidak memenuhi aturan internasional dibuang ke laut.
Scrapping Kapal
Proces scropping kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua) ini banyak dilakukan di industri kapal di India dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Akibat proses ini banyak kandungan metal dan lainnya termasuk kandungan rhinyak yang terbuang ke laut. Diperkirakan sekitar 1.500 ton/tahun mihyak yang terbuang ke laut akibat proses ini yang menyebabkan kerusakan lingkungan setempat (Sudraj at, 2006)
Kecelakaan Tanker
Beberapa pertyebab kecelakaan tanker adalah kebocoran lambung, kandas, ledakan, kebakaran, dan tabrakan (Sudrajat, 2006).
2.3.3 Jenis Tumpahan Minyak
Jenis hrrlpahan minyak selama periode 2003 - 201I di perairan pesisir Cilacap antara lain Sy'ia Crude Oil, Marine Fuel Oil dan sir ballast Adapun karakteristik dari Syria Crude Oil dapat dilihat dalam tabel 1. Sedangkan rincian dai Syria Crude Oil dapat dilihat dalam tabel 2. Sedangkan karakteristik dari Marine Fuel Oil dapat dilihat dalam tabel 3.
Tabel 1 Karakteristik Svria Crude Oil
NO PARAMETER METODE FTASIL
I Specifik Gravity at 60160 oF
2 API Gravity
3 Reid Vapour Pressure at 37,8oC
4 Kinematic Viscosity ar l0O oF
5 Kinematic Viscosity at 122"F
6 7 I 9
Pour Point Sulphur Content Total Salt Content
Neutralization Number : Strong Acid Number Total Acid Number Sediment & Water
Water Content
Clnracteruation (K) Factor Asphalthenes Wax Content Iron Nickel Vanadium Sodium Mercury Ash Content Carbon Residue
ASTM D-1298 0,8448
ASTM D-1298 36
ASTM D-323 43
ASTMD-445 2,3ffi
A S D M D - 4 4 5 1 , 9 1 2 A S T M D - 9 7 < - 2 I
ASTMD-2622 s48
A S T M D - 3 2 3 0 1 , 4 ASTM D - 6g
NIL 0,1 A S T M D - 4 O O 7 0 2
A S T M D - 9 5 O , I
uoP - 375 11,6
rP -r43
02r
sMS - 1769
uoP - 391
5
uoP - 391
2,7
uoP - 391
<0,5
uoP - 391
502
uoP - 938
7,9
A S T M D - 4 8 2
O , O 1
A S T M D - 4 5 3 0
0 2 4
kPa cSt cSt oc ppm ptb l 0 1 1 t 2 1 3 l 4 1 5 1 6 l 7 1 8 l 9 20 2 l mgKOFVg mgKOFVg Yo vol Yovol Yo wt Yowt ppm ppm ppm
PFm
ppb
Yo wt Yo wt29
Tabel2 Rincian
Syria Crude Oil
CUTTING TEMPERATURE FRACTION
YIELD ON CRUDE CUTTING RANGE
Yo WT YIVOL Yo WT Yo VOL
Light Ends / Condensate Light Naphtha I (28 "c - 80 "c;
Light Naphtha2 (28 oC - 80 oC;
LightNaphtha 3 (28"C - 15 "C) Heavy Naphtha I (80 "C - 150 'C)
Heavy Naphtha 1 (100 "C - 175 oC;
Kerosene I (150 "C - 200 "C;
Kerosene 2 (l5O 'C - 250'C;
Kerosene 3 (150 "C - 300 "C) A D O l ( 2 0 0 ' C - 3 0 0 ' C ) ADO 2 (250 "C - 350'C) A D O 3 ( 2 5 0 " C - 3 7 5 " C \ LVGO (350 "C - 375 "C) HVGO (375"C - 480'C) R e s i d u e l > 3 5 0 o C
Residue 2> 375"C
R e s i d u e 3 > 4 8 0 " C Gas & Loss
Sumber: Pertamina RU IV Cilacap, 201 l.
0,91 6,98 11,96 22,81 15,83 15,12 9,87 22,16 26,35 1648 27,68 31,14 3,46 25,62 22,16 0,82
l , l 5
8,65
t42s
26,1 17,45t62s
t02s
22,50 26,50162s
26,25 29,4522As
192s
1,550,82 - 7,73 7,55 - 2,70
1,73 - 8,71 2,70 - ll35
1,73 - 13,69 2,70 - 1695 1,73 - 24,54 2,70 - 2g,g0 8,71 - 24,54 I1,35 - 29,90
13,69 - 28,81 t6,95 - 3320
24,54 - 34,4t 28,80 - 39,05 24,54 - 46,70 28,80 - 51,30 24,54 - 50,89 28,80 -55,30 34At - 50,89 39,05 - 5530 46,70 - 74,38 51,30 - 77,55
46,70 - 77,84 51,30 - 90,75
7438 - 77,84 77,55 - 80,75
74J8 - 100,0 77,55 - l0O,O 74,84 - 100,0 80,75 - 100,0
0,00 - 0,82 0,00 - 1,55
Tabel 3 Karakteristik Marine Fuel Oil
N O PARAMETER METODE LIMITS H A S I L
SHIP'S TANK 34T-2
I Ash Content %o n/m 2 Conradson Carbon Residue %o n/m 3 Flash Point PMcc oC 4 Density l5"C kg/-' 5 Vanadium mgkg 6 Pour Point "C 7 Total Sediment %o mlm 8 Sulfur Content %o m/m 9 Aluminium + Silicon mgkg l0 Viscosity Kinematic at 50 oC
--t/r." I I lf/ater Content %6 vlv Sumber: Pertamina RU IV Cilacap, 201l.
ASTM D - 482 Max 0,10 ASTM D - 189 Max 0,16
ASTM D -93 Min 60
ASTM D - 1298 Max 991
AAS Max 200
ASTM D - 97 Max 30
ASTM D - 473 Max 0,10 ASTM D - 1552 Max 4,5 ASTM D - 5184 Max 80 ASTM D - 445 Max 180
ASTM D - 95 Max 1.0
90 951,6 107,8 0,1 o,o2 9.7 90 953.9 ZJ l 5 0,03 r96 6 t00,4
I , l
2.3.4 Dampak Tumpahan Minyak
minyak di laut dipengaruhi oleh arus, suhu, salinitas, serta turbulensi. Sirkulasi arus dapat membantu dalam penyebaran bahan pencemar dari daerah yang terbatas ke daerah yang lebih luas. Suhu dan salinitas berpengaruh pada penyebaran, pencampuran dan pengendapan dari zat-zat yang masuk ke dalam air laut. Suhu dan salinitas mempengaruhi viskositas (kekentalan) yang secara tidak langsung mempengaruhi kecepatan pengendapan partikel-partikel minyak (Arumsyah, 1994) sedangkan besarnya turbulensi sangat menentukan kecepatan pencirmpuran dan pengendapan dari tumpahan minyak ke dalam air laut. Pola sebaran tumpahan minyak di perairan laut dapat dikenali dengan menggunakan bantuan konsep permodelan sistem (Hutagalung, 1985).
Arumsyah (1994) menyatakan bahwa minyak bumi yang masuk ke dalam perairan laut akan mengalami proses penguapan (terutama fraksi ringan), terjadinya disperse dan emulsifikasi dari komponen-komponen tertentu. Partikel-partikel minyak bumi bisa melayang, mengapung atau tenggelam ke dasar perairan selain terdispersi dan teremulsi.
Tumpahan minyak di laut merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh pencinta alam dan masyarakat sekitar. Tumpahan minyak bukan saja mengotori perairan dan mengakibatkan pencemaran kualitas perairan laut, tetapi turut membahayakan hewan dan tumbuhan yang bergantung kepada laut untuk kehidupannya. Pembersihan tumpahan minyak memerlukan biaya yang besar dari segi tenaga dan keuangan serta menimbulkan risiko kerusakan ha