PERAN PERPUSTAKAAN KANTOR HUKUM LEKS&Co DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI ADVOKAT UNTUK
MENANGANI KASUS
(Studi Kasus : Kasus Klien Tahun 2011-2012)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam bidang Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Oleh :
KHALIDA ZIA ULFAH 090709036
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN & INFORMASI MEDAN
ABSTRAK
Ulfah, Khalida Zia. 2013. Peran Perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co
Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Advokat Untuk Menangani Kasus (Studi Kasus: Kasus Tahun 2011-2012). Medan: Departemen
Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini dilakukan pada Perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co. Tujuan penenelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Peran perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co dalam memenuhi kebutuhan informasi advokat. 2) Kebutuhan informasi advokat pada kantor hukum Leks&Co. 3) Hambatan advokat dalam memenuhi kebutuhan informasi yang berkaitan dengan kasus klien pada kantor hukum Leks&Co.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Penentuan informan dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan melalui observasi pada Perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co dan melakukan wawancara secara mendalam terhadap advokat dan pustakawan yang bekerja/berkantor pada Kantor Hukum Leks&Co.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co sebagai perpustakaan khusus sudah berjalan dengan baik, karena koleksi yang tersedia sudah sesuai dengan kebutuhan informasi advokat, namun masih terlihat kekurangan dari jumlah koleksi yang tersedia. Kebutuhan informasi advokat secara keseluruhan merupakan informasi bersubjek hukum, tetapi informasi di luar subjek hukum juga tersedia pada perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co. Dalam memenuhi kebutuhan informasi advokat juga masih mengalami hambatan. Hambatan yang dialami advokat, yaitu sulit mencari peraturan perundang-undangan yang terbitannya sudah lama, dan sulitnya menenukan query dalam pencarian informasi yang spesifik.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Peran Perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co Dalam Memenuhi
Kebutuhan Informasi Advokat Untuk Menangani Kasus (Studi Kasus: Kasus
Klien Tahun 2011-2012)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
kelengkapan studi untuk menyelesaikan Program Sarjana Departemen Studi
Perpustakaan dan Informasi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda
tercinta Zainal Arifin dan Ibunda tercinta Khairi Gustia yang telah memberikan
kasih sayang yang tiada akhir serta dukungan doa, sehingga penulis memiliki
semangat untuk menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
USU.
2. Ibu Dr. Irawaty, A. Kahar, M,Pd. selaku Ketua Departemen Studi Ilmu
Perpustakaan dan Informasi.
3. Bapak Drs. Nazaruddin, SH, M.A selaku Dosen Pembimbing I yang
senantiasa sabar membimbing dan memberikan semangat kepada penulis.
4. Ibu Dr. Irawaty, A. Kahar, M,Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
berbaik hati membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis.
5. Ibu Dra. Zurni Zahara Samosir, M. Si selaku Dosen Penguji I.
6. Ibu Dra. Zaslina Zainuddin, M. Pd selaku Dosen Penguji II.
7. Ibu Himma Dewiyana, ST. M.Hum selaku Dosen Penasehat Akademik
(PA).
8. Seluruh Staff Pengajar Program Studi Ilmu Perpustakaan Dan Informasi
9. Kepada seluruh advokat dan pustakawan Kantor Hukum Leks&Co yang
telah membantu penulis dalam penyelesaian penelitian ini
10.Kepada adik penulis Ardikha Abdillah, terimakasih untuk doa dan
dukungannya.
11.Kepada kakak-kakak penulis Kak Ricka, Kak Rima, dan terutama Kak
Risa yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi, serta doa
dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
12.Kepada Astika, Dian, Aisyah, Desvan, dan Catur terimakasih untuk
kesetiaan kalian membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
13.Kepada Bang Yudi, Bang Zuki, Bang Ricky, Bang Isva, Bang Elga, Bang
Arya, Bang Mirza, Bang Azari, dan Kak Dewi terimakasih untuk
semangat, doa dan bantuannya yang diberikan kepada penulis.
14. Kepada semua teman-teman stambuk 2009, yang telah bersama-sama
selama masa perkuliahan.
15.Kepada seluruh kakanda beserta adik-adik Jurusan Ilmu Perpustakaan dan
Informasi Universitas Sumatera Utara, yang telah berbagi dengan penulis
selama ini.
Semoga Allah SWT membalas budi baik yang telah mereka
berikan kepada Penulis. Akhir kata Penulis berharap agar skripsi ini dapat
menambah khazanah ilmu dan bermanfaat bagi semua.
Medan, Juli 2013
Penulis
Khalida Zia Ulfah
iv DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Perpustakaan Khusus ... 8
2.1.1 Pengertian Perpustakaan ... 8
2.1.2 Ciri-Ciri Perpustakaan ... 9
2.1.3 Visi dan Misi Perpustakaan ... 10
2.1.4 Tujuan Perpustakaan ... 10
2.1.5 Tugas Dan Fungsi Perpustakaan ... 11
2.1.6 Koleksi Dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan ... 13
2.1.7 Layanan Perpustakaan ... 15
2.1.8 Peran Perpustakaan ... 16
2.2 Kebutuhan Informasi ... 17
2.2.1 Pengertian Kebutuhan Informasi ... 17
2.2.2 Jenis-jenis Kebutuhan Informasi ... 18
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi ... 19
2.2.4 Karakteristik Kebutuhan Informasi ... 21
2.2.5 Sumber Informasi ... 21
2.2.6 Jenis Informasi ... 22
2.3 Advokat ... 22
2.3.1 Pengertian Advokat ... 22
2.3.2 Kebutuhan Informasi Advokat ... 24
2.4 Hukum ... 25
2.4.1 Pengertian Hukum ... 25
2.4.2 Pembagian Hukum ... 26
2.4.2.1 Hukum Menurut Bentuk ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
3.1 Jenis Penelitian ... 29
3.2 Lokasi Penelitian ... 29
3.3 Latar Penelitian (Setting) ... 29
3.4 Fokus Penelitian ... 30
3.5.1 Wawancara ... 30
3.5.2 Observasi ... 31
3.5.3 Dokumentasi ... 31
3.6 Instrumen Penelitian ... 32
3.7 Teknik Analisis Data ... 32
3.7.1 Reduksi Data ... 32
3.7.2 Penyajian Data ... 33
3.7.3 Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan ... 33
3.8 Keabsahan Data ... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34
4.1 Karakteristik Informan ... 34
4.2 Kategori ... 35
4.2.1 Kebutuhan Informasi Advokat ... 35
4.2.2 Jenis Informasi Yang Digunakan Advokat ... 36
4.2.3 Sumber Informasi Dan Kualitas Informasi Yang Digunakan Advokat 37 4.2.4 Sarana Pencarian Informasi Advokat ... 40
4.2.5 Hambatan Advokat Dalam Memperoleh Informasi... 41
4.2.6 Jenis Dan Jumlah Koleksi Perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co ... 42
4.2.7 Pengembangan Koleksi Untuk Pemenuhan Informasi Advokat ... 43
4.2.8 Layanan Yang Diberikan Perpustakaan Dalam Rangka Pemenuhan Kebutuhan Informasi Advokat... 45
4.2.9 Peran Perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Advokat... 47
4.3 Rangkuman Hasil Penelitian ... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
5.1 Kesimpulan ... 54
5.2 Saran ... 54
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Daftar Karakteristik Informan………34
Tabel 4.2 Daftar Koleksi Perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co………43
Tabel 4.3 Data Kasus Klien Tahun 2011-2012………..48
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Daftar Pertanyaan Wawancara Untuk Advokat……….58
Lampiran 2: Daftar Pertanyaan Wawancara Untuk Pustakawan………...59
Lampiran 3: Daftar Observasi………60
Lampiran 4: Transkrip Wawancara 1……….61
Lampiran 5: Transkrip Wawancara 2……….64
Lampiran 6: Transkrip Wawancara 3……….67
Lampiran 7: Transkrip Wawancara 4……….70
Lampiran 8: Transkrip Wawancara 5……….72
Lampiran 9: Transkrip Wawancara 6……….74
Lampiran 10: Profil Kantor Hukum Leks&Co………..76
ABSTRAK
Ulfah, Khalida Zia. 2013. Peran Perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co
Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Advokat Untuk Menangani Kasus (Studi Kasus: Kasus Tahun 2011-2012). Medan: Departemen
Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini dilakukan pada Perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co. Tujuan penenelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Peran perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co dalam memenuhi kebutuhan informasi advokat. 2) Kebutuhan informasi advokat pada kantor hukum Leks&Co. 3) Hambatan advokat dalam memenuhi kebutuhan informasi yang berkaitan dengan kasus klien pada kantor hukum Leks&Co.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Penentuan informan dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan melalui observasi pada Perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co dan melakukan wawancara secara mendalam terhadap advokat dan pustakawan yang bekerja/berkantor pada Kantor Hukum Leks&Co.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co sebagai perpustakaan khusus sudah berjalan dengan baik, karena koleksi yang tersedia sudah sesuai dengan kebutuhan informasi advokat, namun masih terlihat kekurangan dari jumlah koleksi yang tersedia. Kebutuhan informasi advokat secara keseluruhan merupakan informasi bersubjek hukum, tetapi informasi di luar subjek hukum juga tersedia pada perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co. Dalam memenuhi kebutuhan informasi advokat juga masih mengalami hambatan. Hambatan yang dialami advokat, yaitu sulit mencari peraturan perundang-undangan yang terbitannya sudah lama, dan sulitnya menenukan query dalam pencarian informasi yang spesifik.
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perpustakaan merupakan salah satu pusat informasi, sumber ilmu
pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian khasanah budaya bangsa, serta
memberikan berbagai layanan jasa untuk menunjang kebutuhan informasi
penggunanya. Keberadaan perpustakaan di berbagai lembaga atau instansi
merupakan ciri lembaga yang intelek, berwawasan dan mengedepankan ilmu
pengetahuan sebagai landasan bekerja. Seiring dengan berkembangnya kebutuhan
informasi yang semakin meningkat, kini hampir di setiap instansi atau lembaga
memiliki pusat informasi perpustakaan sendiri, ini ditujukan demi mendukung
kelancaran pelaksanaan kegiatan instansi atau lembaga dalam menjalankan
usahanya. Perpustakaan dapat dijadikan salah satu sumber untuk mendapatkan
informasi, perpustakaan juga dapat dijadikan acuan atau alternatif mendapatkan
informasi yang dibutuhkan.
Pengguna informasi adalah pihak yang menerima atau menggunakan
informasi. Pengguna informasi sangat bermacam-macam diantaranya kelompok
pengguna khusus seperti peneliti, kelompok pengguna pendidik seperti pengajar,
kelompok pengguna bidang industri, kelompok pengguna bidang hukum,
kelompok pengguna pelajar seperti mahasiswa dan masih banyak kelompok
pengguna lainnya. Sebagai contoh salah satu dari pengguna informasi bidang
hukum adalah advokat.
Advokat berasal dari kata “Advocaat” berasal dari bahasa latin yaitu
“advocatus” yang berarti pembela ahli hukum dalam perkara, dalam atau di luar
pengadilan. Pengertian advokat Menurut pendapat Wahyudi, advokat adalah
orang yang berprofesi memberi jasa hukum yang meliputi memberikan konsultasi
hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela
dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan klien baik di dalam
maupun di luar pengadilan dengan mendapatkan honorarium atau imbalan atas
memberikan jasa hukum secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu dan
memiliki persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini.
Di balik keberhasilan advokat dalam menangani suatu perkara dibutuhkan
ketersediaan informasi. Advokat membutuhkan informasi untuk mengatasi
berbagai masalah hukum. Untuk sampai pada solusi yang terbaik dalam suatu
masalah, advokat membutuhkan pencarian informasi dari berbagai sumber. Dalam
hal pemenuhan informasi, perpustakaan juga bisa dijadikan acuan atau alternatif
mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Selain itu, perpustakaan juga dapat
dijadikan sumber referensi. Para advokat tetap menggunakan perpustakaan
sebagai tempat untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan, walaupun
mereka bisa mendapatkan informasi dari sumber lainnya. Dalam menangani suatu
perkara, informasi yang diberikan advokat harus didasarkan pada fakta dan data
hukum serta dokumen lain secara menyeluruh dan berkaitan untuk memutuskan
atau mengambil tindakan hukum tertentu.
Dalam penelitian ini, penulis memilih untuk mengetahui bagaimana peran
perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi advokat untuk menangani
perkara dengan mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan informasi terhadap
penggunanya (advokat). Melakukan pengidentifikasian terhadap kebutuhan
informasi bagi advokat merupakan hal yang paling utama untuk mengetahui
kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh advokat untuk menangani suatu
perkara atau kasus klien. Dengan melakukan pengidentifikasian akan diperoleh
data yang sesuai dengan kebutuhan dan data yang diperoleh tersebut dapat
dijadikan sebagai acuan bahan pertimbangan penyediaan informasi yang tepat.
Dalam hal ini penulis ingin melakukan penelitian pada advokat di Kantor Hukum
Leks&Co yang beralamat di Menara Palma 17ᵗͪ Floor Suite 17-02B Jl. H. R.
Rasuna Said Blok X2 Kav. 6 Jakarta Selatan 12950, Indonesia.
Kantor Hukum Leks&Co merupakan kantor hukum atau suatu perusahaan
kecil yang berdiri dalam bidang jasa hukum. Kantor tersebut berdiri kurang lebih
sekitar empat tahun lalu. Walaupun kantor hukum ini belum lama ada, tetapi
advokat yang bekerja sudah cukup berpengalaman dalam menangani kasus-kasus
3
Kantor Hukum Leks&Co sudah mempunyai banyak klien yang mereka tangani.
Pada Kantor Hukum Leks&Co terdapat tujuh advokat yang bekerja terdiri dari
satu orang managing partner, satu orang partner, dan lima orang associate. Kantor
advokat tersebut memiliki spesialis hukum yang ditangani, yaitu dalam bidang
real estate (properti). Walaupun spesialis hukum yang ditangani dalam bidang real estate (properti), advokat yang bekerja pada kantor hukum tersebut juga
menerima kasus hukum dalam bidang lain, misalnya dalam bidang mining
(pertambangan).
Kantor Hukum Leks&Co saat ini sudah memiliki sebuah perpustakaan
khusus. Peran Perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co selama ini terlihat
membantu dalam memenuhi kebutuhan informasi advokat untuk menangani
kasus. Terlihat dari seringnya advokat meminjam koleksi yang tersedia pada
Perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co. Koleksi yang tersedia pada perpustakaan
tersebut adalah jenis koleksi buku teks dalam bidang ilmu hukum, dan koleksi
referensi yang berhubungan dalam bidang ilmu hukum, tetapi perpustakaan ini
tidak menyediakan koleksi selain dari jenis koleksi buku teks, misalnya seperti
jurnal dalam bidang ilmu hukum atau hasil-hasil penelitian kasus sebelumnya
yang dapat dijadikan informasi lanjutan untuk kasus yang hampir sama dengan
kasus sebelumnya, sedangkan informasi yang terdapat pada jurnal dan hasil-hasil
penelitian merupakan salah satu koleksi yang dapat membantu advokat untuk
menangani kasus. Sehingga untuk mendapatkan informasi selain dari buku teks,
advokat harus mencari informasi tersebut diluar perpustakaan yang seharusnya
tersedia pada perpustakaan yang berada di Kantor Hukum Leks&Co.
Advokat yang bekerja pada Kantor Hukum Leks&Co juga membutuhkan
informasi dari sumber lain selain dari perpustakaan yang menyediakan informasi
bagi advokat untuk menangani kasus klien. Sumber informasi lain yang biasa
digunakan advokat yaitu informasi yang terdapat pada internet, informasi dari
advokat lain yang pernah menangani kasus yang sama, dan sumber informasi lain
yang dapat membantu advokat untuk menangani kasus klien.
Informasi yang dibutuhkan advokat merupakan informasi yang terkait
kasus hukum seperti peraturan perundang-undangan, pada UU No. 12 tahun 2011
peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma
hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga
negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam
Peraturan Perundang-undangan. Jenis dari peraturan perundang-undangan tersebut
menurut pasal lanjutan Pasal 7 ayat (1) tentang Peraturan Perundang-undangan
yaitu, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan
Daerah Provinsi, dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Selain itu informasi dari
klien yang ditangani seperti, keterangan dari klien, dokumen-dokumen milik
klien, dokumen-dokumen milik lawan klien. Selain informasi-informasi tersebut
informasi dari keadaan yang berlaku secara umum juga dibutuhkan seperti,
informasi yang didapatkan berdasarkan pengetahuan masyarakat yang biasanya
telah diketahui secara umum yang didukung dengan undang-undang yang berlaku.
Koleksi yang tersedia pada perpustakaan merupakan informasi yang
dibutuhkan advokat untuk menangani kasus klien. Sehingga koleksi yang tersedia
harus sesuai dengan kebutuhan informasi advokat. Namun jumlah koleksi yang
tersedia pada Perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co kurang maksimal dalam
memenuhi kebutuhan informasi advokat. Koleksi buku teks yang tersedia
berjumlah 814 judul, 869 eksemplar. Dalam hal ini advokat harus mampu
merincikan kebutuhan informasi apa saja yang mereka butuhkan dalam
menangani kasus klien yang sedang ditangani. Sehingga Advokat dapat
menentukan istilah untuk mempermudah pencarian dalam memenuhi kebutuhan
akan informasinya. Agar informasi yang dibutuhkan advokat dapat terpenuhi.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih
mendalam mengenai peran perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi
advokat untuk menangani kasus-kasus klien di kantor hukum tersebut. Atas dasar
itu maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Peran Perpustakaan
Kantor Hukum Leks&Co dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Advokat untuk
5 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana peran perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi
bagi advokat?
2. Apakah kebutuhan informasi advokat terpenuhi, khususnya di kantor
hukum Leks&Co dalam menyelesaikan kasus-kasus klien?
3. Apa saja hambatan advokat dalam memenuhi kebutuhan informasi yang
berkaitan dengan kasus klien pada kantor hukum Leks&Co?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui peran perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co dalam memenuhi kebutuhan informasi advokat.
2. Untuk mengetahui kebutuhan informasi advokat pada kantor hukum Leks&Co.
3. Untuk mengetahui hambatan advokat dalam memenuhi kebutuhan
informasi yang berkaitan dengan kasus klien pada kantor hukum
Leks&Co.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Pihak kantor hukum Leks&Co, diharapkan penelitian ini bermanfaat
sebagai bahan pertimbangan atau masukan dalam meningkatkan peran
perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi advokat pada kantor
hukum Leks&Co.
2. Peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan
rujukan bagi yang melakukan penelitian dengan topik yang sama atau
yang berhubungan dan bagi penelitian lanjutan.
3. Peneliti, untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai kebutuhan
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dilakukan pada para advokat yang
bekerja/berkantor pada Kantor Hukum Leks&Co tentang: peran perpustakaan,
dan pemenuhan kebutuhan informasi advokat untuk menangani kasus klien pada
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dewasa ini pengertian perpustakaan sudah lebih berkembang. Anggapan
masyarakat bahwa perpustakaan selalu identik dengan buku-buku dan majalah
atau media cetak tidak seluruhnya benar sehingga anggapan tersebut perlu
diluruskan lagi. Istilah perpustakaan sudah mengalami perluasan makna, bukan
lagi sekedar gedung atau bangunan. Selain itu perpustakaan telah memanfaatkan
teknologi informasi seperti jaringan komputer, dan internet.
Menurut buku yang berjudul Teori dan Praktik Penelusuran Informasi
yang ditulis oleh Yusup (2010: 16) definisi perpustakaan adalah:
Perpustakaan bermakna juga sebagai tempat dihimpunnya segala macam informasi terekam, diolahnya segala macam informasi terekam, dan kemudian disebarluaskannya informasi terekam ini untuk dimanfaatkan seluas-luasnya bagi segenap anggota masyarakat yang membutuhkan.
Sedangkan menurut menurut Reitz yang disitir oleh Hasugian (2009: 70)
definisi dari perpustakaan sebagai berikut:
A collection or group of collections of books and/or other materials organized and maintained for use reading, consultation, study, research, are staffed by librarians and other personel trained to provide services to meet user needs.
Pendapat di atas dapat diartikan bahwa, perpustakaan adalah koleksi atau
sekumpulan koleksi buku atau bahan lainnya yang diorganisasikan dan dipelihara
untuk penggunaan/keperluan (membaca, konsultasi, belajar, meneliti), dikelola
oleh pustakawan dan staf terlatih lainnya dalam rangka menyediakan layanan
untuk memenuhi kebutuhan pengguna.
Untuk mengetahui mengenai perpustakaan sebagai pusat sumber
informasi, sebelumnya penulis akan membahas tentang perpustakaan berdasarkan
jenisnya. Menurut Yusup (2010: 17) “Perpustakaan berdasarkan jenisnya terbagi
menjadi empat yaitu, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi,
perpustakaan umum, dan perpustakaan khusus.”
Pada bab ini penulis hanya ingin membahas tentang perpustakaan khusus
sebagai pusat sumber informasi. Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan
pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga pendidikan, rumah ibadah, dan
organisasi lain.
2.1 Perpustakaan Khusus
Pada bagian ini penulis akan menjabarkan mengenai perpustakaan khusus
yang terdiri dari pengertian, ciri, visi dan misi, tujuan, fungsi dan tugas, koleksi
dan pengembangan koleksi, layanan, dan peran perpustkaan.
2.1.1 Pengertian Perpustakaan
Ada banyak pendapat tentang pengertian perpustakaan khusus menurut
para ahli. Berikut ini adalah beberapa pendapat dari para ahli tentang definisi
perpustakaan khusus.
Pengertian perpustakaan khusus menurut Hasugian (2009 : 81) adalah:
Perpustakaan Khusus adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh lembaga atau instansi negara, pemerintah, pemerintah daerah ataupun lembaga atau instansi swasta yang layanannya diperuntukkan bagi pengguna di lingkungan lembaga atau instansi yang bersangkutan.
Menurut buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus
(1999 : 7-8) pengertian Perpustakaan Khusus yaitu :
Perpustakaan khusus adalah salah satu jenis perpustakaan yang dibentuk oleh lembaga (pemerintah/swasta) atau perusahaan atau asosiasi yang menangani atau mempunyai misi bidang tertentu dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan di lingkungannya baik dalam hal pengelolaan maupun pelayanan informasi pustaka dalam rangka mendukung pengembangan dan peningkatan lembaga maupun kemampuan sumber daya manusia.
Sedangkan Sumardji (1999 : 16) menyatakan bahwa:
Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan dengan koleksinya yang
bersifat khusus, yang digunakan sebagai sarana penunjang
mengembangkan pengetahuan bagi masyarakat khusus (lingkungan khusus) dalam bidang tertentu.
Dari beberapa pendapat yang telah dijabarkan di atas bahwa perpustakaan
khusus merupakan suatu perpustakaan yang di bentuk sendiri oleh suatu lembaga
atau instansi pemerintah, ataupun lembaga atau instansi swasta yang layanannya
diperuntukkan bagi pengguna di lingkungan lembaga atau instansi yang
bersangkutan dalam rangka mendukung pengembangan dan peningkatan lembaga
9
Berdasarkan beberapa pengertian di atas perpustakaan kantor hukum
Leks&Co dapat dikatakan sebagai perpustakaan khusus, karena perpustakaan
tersebut didirikan oleh pihak kantor sendiri untuk memenuhi kebutuhan informasi
pengguna kantor hukum Leks&Co.
2.1.2 Ciri-Ciri Perpustakaan
Berbeda dari perpustakaan yang lainnya, perpustakaan khusus memiliki
ciri khas yang dilihat dari subjek koleksi, jenis koleksi, ruang lingkup pelayanan,
dan pengguna potensialnya. Sulistyo-Basuki (1993 : 38) mengemukakan 6 (enam)
ciri perpustakaan khusus sebagai berikut:
a) Perpustakaan khusus umumnya dibentuk oleh suatu instansi
(kelembagaan) yang memerlukan dukungan perpustakaan untuk menyediakan informasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, sehingga fungsi dan tujuan perpustakaan khusus sangat terkait bahkan ditentukan oleh organisasi induknya.
b)Cakupan subjek koleksi pustaka utamanya terbatas pada bidang ilmu tertentu dan yang berkaitan saja.
c) Pelayanan yang diberikan lebih mengutamakan pengguna dari
organisasi induk, karena tujuan utama dibentuknya perpustakaan adalah untuk melayani pengguna dari organisasi induknya, walaupun tidak tertutup bagi pengguna lainnya. Perpustakaan khusus saat ini juga harus memberikan pelayanan kepada masyarakat umum. Terkadang pengguna perpustakaan khusus lebih banyak dari lingkungan luar organisasi induknya, seperti mahasiswa dan pengajar, dibandingkan dengan pengguna sasaran utamanya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, komposisi jenis koleksi, pelayanan, dan kegiatan-kegiatan lainnya perlu lebih bervariasi.
d)Lokasi perpustakaan khusus tidak selalu dekat atau berada di sekitar tempat tinggal pengguna. Oleh karena itu, layanan perpustakaan yang diberikan tidak cukup dengan cara konvensional yang menunggu secara pasif kunjungan pengguna, tetapi harus menyebarkan informasi secara aktif antara lain melalui jasa kesiagaan informasi, jasa informasi terseleksi, dan jasa penelusuran informasi. Dewasa ini, kegiatan jasa informasi aktif idealnya memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Selain untuk pelayanan, teknologi informasi dan komunikasi dapat terjalin kerjasama yang lebih intensif dengan perpustakaan atau pusat informasi lainnya dalam sistem jaringan informasi, baik di tingkat nasional, regional maupun internasional. Pemanfaatan jaringan informasi dalam pelayanan informasi menuntut penggunaan teknologi informasi modern, apalagi jika pelayanan harus menjangkau sumber informasi atau perpustakaan lain.
dalam memberikan dukungan informasi, serta tugas dan fungsi perpustakaan yang tidak hanya tentang jasa perpustakaan dan informasi saja, tetapi juga kegiatan lain yang berkaitan seperti penerbitan, penyampaian hasil karya organisasi induk, serta pengumpulan dan pengolahan umpan balik.
f) Perpustakaan khusus umumnya memiliki ruangan, jumlah tenaga dan koleksi yang terbatas, tetapi dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Untuk mengatasi hal tersebut, perpustakaan berupaya memanfaatkan teknologi informasi dalam mencari dan meminta informasi ke sumber-sumber informasi yang kuat dan kompeten.
2.1.3 Visi dan Misi Perpustakaan
Visi adalah masa depan yang dicita-citakan, predictable (dapat diprediksi),
dan dapat diperhitungkan untuk diwujudkan berdasarkan dan berpijak pada
kondisi, kekuatan, kenyataan, dan kemampuan, yang dimiliki sekarang. Dengan
kata lain, visi adalah suatu mimpi tentang masa depan yang akan datang tapi
menjadi kenyataan. Jadi visi sangat penting untuk suatu perpustakaan begitu pula
dengan perpustakaan khusus agar semua yang telah ditargetkan dalam mendirikan
suatu perpustakaan khusus dapat terwujud sesuai dengan lembaga induknya.
Menurut Sutarno NS (2006 : 51) “Visi perpustakaan khusus adalah sama dengan
visi lembaga induknya yang bersangkutan.”
Misi merupakan penjabaran lebih lanjut dari visi, sehingga misi
merupakan pokok-pokok kegiatan yang harus dirumuskan agar lebih realistis
untuk mencapainya. Misi untuk setiap perpustakaan tentu akan berbeda dengan
perpustakaan yang lain kerena visinya pun berbeda.
2.1.4 Tujuan Perpustakaan
Tujuan perpustakaan secara umum menurut Sutarno NS (2006:53) adalah
“Menghimpun, menyediakan, mengolah, memelihara, dan mendayagunakan
semua koleksi bahan pustaka, menyediakan sarana pemanfaatannya, dan melayani
masyarakat pengguna, yang membutuhkan informasi dan bahan bacaan.”
Tujuan perpustakaan khusus menurut Hasugian (2009 : 82) adalah :
11
Tujuan utama perpustakaan instansi atau perpustakaan lembaga adalah
sebagai pusat dokumentasi dan informasi, penelitian dan pengembangan, serta
pengolahan data dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan informasi
bagi para pemakainya yang dalam hal ini adalah para staf dan pegawai dari
instansi atau lembaga tersebut.
2.1.5 Tugas Dan Fungsi Perpustakaan
Berdasarkan Buku Pedoman Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan
Tinggi (1999 : 34) tugas perpustakaan khusus adalah “Menyusun kebijakan dan
melakukan tugas rutin untuk mengadakan, mengolah, dan merawat pustaka serta
mendayagunakannya baik bagi instansi tersebut maupun diluar instansi tersebut”.
Tugas perpustakaan khusus instansi pemerintah menurut buku Panduan
Badan Standarisasi (2009: 2-3) adalah:
1. Menunjang terselenggaranya pelaksanaan tugas lembaga induknya dalam bentuk penyediaan materi perpustakaan dan akses informasi. 2. Mengumpulkan terbitan dari dan tentang lembaga induknya. 3. Memberikan jasa perpustakaan dan informasi.
4. Mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk
menunjang tugas perpustakaan. 5. Meningkatkan literasi informasi.
Menurut Yusuf dan Subekti (2010: 24) tugas dari perpustakaan khusus
sebagai berikut:
Tugas perpustakaan khusus ialah mengelola sumber informasi khusus yang sesuai dengan program-program lembaga induknya. Segala informasi dari jenis media apa pun, berupa cetakan maupun bahan dari bukan hasil cetakan, termasuk di dalamnya media elektronik, khususnya yang mendukung kebutuhan-kebutuhan khusus lembaga, selalu diupayakan pengadaannya untuk kemudian diolah dan dimanfaatkan (dilayankan) kepada para peneliti di lingkungan lembaga yang bersangkutan.
Untuk keperluan tersebut di atas dibutuhkan kerjasama yang erat antara
pustakawan dan peneliti agar semua koleksi serta fasilitas yang disediakan
betul-betul yang dibutuhkan oleh user (pengguna).
Fungsi perpustakaan selalu dikaitkan dengan jenis perpustakaan dan misi
yang diembannya. Berikut ini adalah fungsi perpustakaan secara umum menurut
Menurut Hasugian (2009 : 82-86) fungsi perpustakaan secara umum
adalah sebagai berikut:
1. Fungsi penyimpanan
Bertugas menyimpan koleksi (informasi) karena tidak mungkin semua koleksi dapat dijangkau oleh perpustakaan.
2. Fungsi pendidikan
Perpustakaan menjadi tempat dan menyediakan sarana untuk belajar baik dilingkungan formal maupun non formal.
3. Fungsi Penelitian
Perpustakaan bertugas menyediakan bahan perpustakaan (penyedia materi) untuk keperluan penelitian.
4. Fungsi informasi
Perpustakaan berfungsi menyediakan berbagai informasi untuk masyarakat.
5. Fungsi kultural
Perpustakaan berfungsi untuk mendidik dan mengembangkan apresiasi budaya masyarakat melalui berbagai aktifitas seperti pameran, pertunjukkan, bedah buku, mendongeng, seminar, dan sebagainya. 6. Fungsi rekreasi
Masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan membaca dan mengakses berbagai sumber informasi hiburan seperti Novel, cerita rakyat, puisi, dan sebagainya.
Fungsi perpustakaan khusus menurut Sutarno NS (2003 : 58) adalah
“Tempat penelitian dan pengembangan, pusat kajian, serta penunjang pendidikan
dan pelatihan sumber daya manusia / pegawai.”
Sedangkan menurut buku Panduan Badan Standarisasi Nasional tahun
(2009: 3) mengenai perpustakaan khusus instansi pemerintahan, dalam buku
tersebut menjelaskan fungsi yang harus dimiliki perpustakaan khusus tersebut
adalah:
a. Mengembangkan koleksi yang menunjang kinerja lembaga induknya. b. Menyimpan semua terbitan dari dan tentang lembaga induknya. c. Menjadi focal point untuk informasi terbitan lembaga induknya.
d. Menjadi pusat referal dalam bidang yang sesuai dengan lembaga induknya.
e. Mengorganisasi materi perpustakaan. f. Mendayagunakan koleksi.
g. Menerbitkan literatur sekunder dan tersier dalam bidang lembaga induknya, baik cetak maupun elektronik
h. Menyelenggarakan pendidikan pengguna.
i. Menyelenggarakan kegiatan literasi informasi untuk pengembangan kompetensi sumber daya manusia lembaga induknya.
13
l. Menyelenggarakan otomasi perpustakaan. m. Melaksanakana digitalisasi materi perpustakaan. n. Menyajikan layanan koleksi digital.
o. Menyediakan akses informasi pada tingkat lokal, nasional, regional dan global.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tugas dari
perpustakaan khusus adalah mengelola sumber informasi khusus yang sesuai
dengan program-program lembaga induknya, baik informasi dalam bentuk
tercetak ataupun digital. Sedangkan fungsi perpustakaan khusus adalah sebagai
tempat penelitian dan pengembangan, penyimpanan informasi, penyelenggaraan
pendidikan pengguna, penyelenggaraan literasi informasi dan pelatihan sumber
daya manusia / pegawai.
2.1.6 Koleksi Dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan
Menurut Trimono (2004 : 57) “Koleksi perpustakaan sangat besar
peranannya dalam menunjang pelayanan informasi yang diberikan pada
pengguna perpustakaan.” Pada dasarnya setiap perpustakaan mempunyai koleksi,
namun masing - masing perpustakaan tersebut menyediakan koleksi yang dapat
menunjang program atau kegiatan sesuai dengan jenis dan fungsi perpustakaan
yang bersangkutan.
Menurut buku Panduan Badan Standarisasi Nasional tahun (2009: 3)
mengenai perpustakaan khusus instansi pemerintah. Perpustakaan khusus di
instansi pemerintahan memiliki koleksi dasar sebagai acuan untuk pengembangan
koleksi di perpustakaan instansi tersebut. Koleksi dasar tersebut adalah:
a) Perpustakaan khusus instansi pemerintahan memiliki koleksi buku sekurang-kurangnya 1.000 judul dalam bidang kekhususannya.
b) Sekurang-kurangnya 80% koleksinya terdiri dari subyek/disiplin ilmu tertentu sesuai dengan kebutuhan instansi induknya.
c) Perpustakaan menyediakan koleksi terbitan dari dan tentang instansi induknya.
d) Perpustakaan melanggan minimal 10 judul majalah yang berkaitan dengan kekhususan instansi induknya.
Selain itu besar kecilnya koleksi perpustakaan tergantung pada jumlah
anggota, bidang spesialisasi, serta dana yang tersedia, disamping itu besar
kecilnya dan ragam koleksinya juga tergantung pada jenis perpustakaan. Koleksi
pustaka atau jenis terbitan lainnya melainkan ditekankan kepada kualitas
koleksinya, agar dapat mendukung jasa penyebaran informasi muktahir serta
penelusuran informasi. Koleksi perpustakaan khusus difokuskan pada koleksi
mutakhir di dalam subyek yang menjadi tujuan perpustakaan tersebut atau untuk
mendukung kegiatan badan induknya.
Pembinaan koleksi perpustakaan khusus menekankan pada beberapa jenis
bahan pustaka seperti referensi, buku teks, majalah, jurnal ilmiah, hasil penelitian
dan sejenisnya dalam bidang khusus, baik dalam bentuk tercetak maupun media
rekam lainnya.
Koleksi perlu dibina dan dikembangkan secara terus menerus agar terjaga
ketersediaan dan kemutakhirannya. Untuk membina koleksi yang tangguh dan
dapat dipertanggungjawabkan perpustakaan hendaknya memiliki pedoman tertulis
pengembangan koleksi perpustakaan. Pedoman ini biasanya disebut dengan
Kebijakan Pengembangan Koleksi.
Menurut buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus
(1999 : 21-25) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan/pengadaan
koleksi adalah :
1. Sumber/alat seleksi
Untuk mendukung proses pemilihan bahan pustaka secara baik dan optimal, perpustakaan perlu memupuk alat bantu seleksi bahan pustaka seperti katalog peneerbit, bibilografi nasional maupun manca Negara dan lain-lain. Sumber/alat bantu seleksi tersebut harus selalu diperbarui atau mutakhir.
2. Tim seleksi bahan pustaka
Tim seleksi terdiri dari unsur pustakawan senior, pengguna potensial, pejabat structural terkait dan unsur lain yang peduli perpustakaan. Tim seleksi dibentuk oleh pejabat tertinggi atau yang berwenang di perpustakaan atau menurut ketentuan lembaga induk.
3. Kebijakan pemilihan bahan pustaka
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan atau seleksi bahan pustaka adalah :
a. Pemilihan dilakukan dengan cermat berdasarkan skala prioritas dan kemampuan perpustakaan oleh pihak yang diberi wewenang memilih bahan pustaka.
b. Pengadaan bahan pustaka disesuaikan dengan misi dan program perpustakaan.
15
d. Bahan pustaka yang diusahakan hendaknya dipilih yang mutakhir atau edisi terakhir.
e. Pemilihan bahan pustaka didasarkan atas azas manfaat dan efisiensi.
4. Pengadaan bahan pustaka
Pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan melalui berbagai cara yaitu : a. Dengan cara pembelian
b. Tukar menukar
c. Hadiah dari lembaga lain d. Titipan
e. Terbitan sendiri
Yang perlu diperhatikan dalam pengadaan bahan pustaka adalah : a. Buku dan pustaka sejenis
Pembelian bahan pustaka jenis ini dapat dilakukan langsung ke toko buku secara kontan.
b. Majalah dan terbitan berkala lainnya.
Pengadaan bahan pustaka jenis ini biasanya dilakukan dalam bentuk berlanggan untuk periode tertentu.
c. Media elektronik CD ROM (Compact Disk Read Only Memory) Pengadaan CD ROM dilakukan dengan cara berlanggan (untuk pembaharuan) atau cara beli (untuk sekali terbit).
d. Bahan pustaka khusus (film, mikrofis/film, A/V, standar, paten, terbitan pemerintahan atau badan internasional dan lain-lain)
Pengadaan bahan pustaka jenis ini biasanya dilakukan langsung ke penerbit atau perpustakaan yang bersangkutan.
2.1.7 Layanan Perpustakaan
Menurut Sumardji (2002:11) bahwa “Jenis layanan perpustakaan khusus
dapat bersifat terbuka maupun tertutup, tergantung pada kebijakan organisasi,
pengelola dan tipe penggunanya.” Namun kebanyakan perpustakaan khusus
menerapkan sistem terbuka dengan akses terbatas. Hal ini untuk lebih
memberikan peluang kepada penggunaan yang lebih luas namun tetap terkontrol.
Terbuka artinya siapapun dapat memanfaatkan koleksi yang ada, sedangkan akses
terbatas adalah pengaturan terhadap proses pemanfaatan koleksi seperti fasilitas
pinjam, fasilitas baca, fotokopi, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Ferguson dan Mobley (1984 : 8) menyatakan bahwa :
“These libraries are devoted to utilitarian information service rather than to
scholarly or educational end.” Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan khusus lebih menekankan pada fungsi layanan informasi dari pada
dengan kebutuhan pemakai. Sama halnya dengan pernyataan yang dikatakan oleh
Prasad (1992) .
Ada tujuh jenis layanan informasi yang dapat disediakan oleh
perpustakaan khusus, antara lain:
a. Layanan peminjaman. Sering disebut sebagai layanan sirkulasi. Layanan ini meliputi peminjaman dan pengembalian buku.
b. Layanan pinjam antar perpustakaan. Layanan ini merupakan alternatif untuk mengatasi keterbatasan subjek maupun jumlah koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan khusus.
c. Layanan referensi. Tidak terbatas pada menjawab pertanyaan, tetapi juga memberikan informasi selengkapnya mengenai pertanyaan yang diajukan oleh pemakai.
d. Layanan bibliografis. Merupakan layanan penyusunan daftar cantuman bibliografi yang pada umumnya hanya mencakup satu bidang saja. Layanan ini dapat dilakukan atas dasar permintaan ataupun inisiatif perpustakaan sendiri
e. Layanan kesiagaan informasi (current awareness services). Bertujuan untuk mengarahkan informasi kepada pemakai sehingga informasi yang benar dapat sampai kepada orang yang benar dan waktu yang tepat. Selain itu, layanan ini dilakukan oleh perpustakaan untuk memberitahukan kepada pemakai perkembangan terbaru berkaitan dengan bidang subjek yang mereka tekuni. Layanan dapat berupa buletin, email, maupun abstrak dari buku terbaru yang dimiliki oleh perpustakaan.
f. Layanan terjemahan. Layanan ini dapat dilakukan sendiri oleh perpustakaan atau dengan menggunakan jasa penerjemah komersial. g. Layanan penelusuran online. Bertujuan untuk memudahkan pengguna
melakukan penelusuran untuk mencari koleksi perpustakaan yang dibutuhkan.
2.1.8 Peran Perpustakaan
Peran perpustakaan khusus tergantung pada sifat dari induk organisasi
yang menaunginya. Hampir semua perpustakaan khusus secara aktif menyediakan
berbagai jenis layanan seperti layanan kesiagaan informasi, penyebaran informasi
terseleksi, mengindeks dan mengabstrak, pengiriman dokumen, layanan
penelusuran online dan koleksi digital. Implementasi peran perpustakaan khusus
dalam mengorganisasi perpustakaan tersebut. Seiring dengan lingkungan yang
berubah, dengan meningkatnya harapan pengguna mereka, maka perpustakaan
memerlukan kemampuan profesional untuk melakukan pekerjaaannnya, menurut
Singh (2006 : 2). Tujuh hal yang paling penting adalah:
17
2. Memerlukan pengembangan informasi berbasis sumber dasar
3. Bekerja sebagai manajer konten untuk menganalisa, mengevaluasi, dan mengatur informasi isi dari berbagai kategori sumber.
4. Konsolidasi dan pengemasan ulang informasi
5. Mengembangkan keterampilan untuk memperoleh, memelihara, dan mendistribusikan berbagai informasi di intranet
6. Pelatihan pengguna dalam penggunaan sumber informasi, termasuk produk dan layanan internet dan intranet
7. Negosiasi kontrak dengan penyedia informasi untuk memperoleh pengetahuan yang memadai mengenai lisensi dan aturan hukum lainnya dalam mengakses sumber daya digital yang dapat diakses melalui jaringan internet seperti jurnal atau majalah elektronik.
Singh (2006 : 3) juga mengatakan bahwa, Pustakawan harus memiliki pemahaman tentang bagaimana informasi akan digunakan, bagaimana pegawai suatu instansi atau lembaga induk melaksanakan pekerjaan mereka, dan bagaimana untuk menghasilkan nilai tambah informasi. Pustakawan bertanggung jawab atas keberhasilan organisasi induk sesuai dengan misi dalam penyampaian informasi. Pustakawan harus memiliki pemahaman tentang visi dan misi organisasi sehingga perpustakaan dapat benar-benar menjadi bagian integral dari tubuh organisasinya.
Dari semua penjelasan di atas mengenai perpustakaan khusus, penulis
dapat mengambil kesimpulan bahwa fungsi perpustkaan khusus secara garis besar
adalah sebagai tempat penyebaran informasi yang sesuai dengan kebutuhan
informasi pengguna perpustakaan yang meliputi staff/pegawainya. Oleh sebab itu
fungsi perpustakaan khusus tersebut harus dijalankan, sehingga dapat
memudahkan suatu instansi atau lembaga untuk menuju visi dan misi yang telah
ada.
Selain itu perpustakaan khusus juga harus memiliki layanan informasi dan
sumber-sumber informasi yang mampu untuk melayani kebutuhan informasi
pengguna sesuai dengan kebutuhannya. Layanan yang diberikan perpustakaan
khusus adalah layanan informasi yang mengutamakan pada pengumpulan
informasi yang sesuai dengan kebutuhan informasi pada instansi atau lembaga
dalam mengantisipasi kebutuhan informasi penggunanya.
2.2 Kebutuhan Informasi
2.2.1 Pengertian Kebutuhan Informasi
Kebutuhan informasi merupakan rangsangan yang timbul dari diri manusia
informasi tersebut menyebabkan manusia mencari informasi. Pencarian informasi
dilakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan kemampuan manusia itu sendiri.
Menurut Krikelas (1983 : 5) definisi dari kebutuhan informasi adalah :
Kebutuhan informasi adalah pengakuan tentang adanya ketidakpastian dalam diri seseorang yang mendorong seseorang untuk mencari informasi. Dalam kehidupan yang sempurna, kebutuhan informasi (information needs) sama dengan keinginan informasi (information wants), namun umumnya ada kendala seperti ketiadaan waktu, kemampuan, biaya, faktor fisik dan faktor individu lainnya, yang menyebabkan tidak semua kebutuhan informasi menjadi keinginan informasi. Jika seseorang sudah yakin bahwa sesuatu informasi benar-benar diinginkan, maka keinginan informasi akan berubah menjadi permintaan informasi (information demands).
Selain uraian di atas Belkin juga berpendapat mengenai kebutuhan
informasi yang dikutip oleh Ishak (2006 : 91), “Kebutuhan informasi adalah:
when a person recognize something wrong in his or her state of knowledge and wishes to resolve the anomaly.” Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa
kebutuhan informasi terjadi ketika seseorang menyadari adanya kekurangan
dalam tingkat pengetahuannya tentang situasi atau topik tertentu dan berkeinginan
mengatasi keinginan tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas tentang kebutuhan informasi, maka penulis
menarik kesimpulan bahwa kebutuhan informasi adalah suatu kebutuhan
informasi yang disadari oleh seseorang tentang ketidak tahuan suatu informasi,
sehingga seseorang tersebut mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan
informasi tersebut.
2.2.2 Jenis-jenis Kebutuhan Informasi
Menurut Guha yang dikutip oleh Saepudin, (2009 : 4) ada empat jenis
kebutuhan informasi, sebagai berikut:
1. Current need approach, yaitu pendekatan kepada kebutuhan pengguna
informasi yang sifatnya mutakhir. Pengguna berinteraksi dengan sistem informasi dengan cara yang sangat umum untuk meningkatkan pengetahuannya. Jenis pendekatan ini perlu ada interaksi yang sifatnya konstan antara pengguna dan sistem informasi.
2. Everyday need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan
19
3. Exhaustic need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan
pengguna akan informasi yang mendalam, pengguna informasi mempunyai ketergantungan yang tinggi pada informasi yang dibutuhkan dan relevan, spesifik, dan lengkap.
4. Catching-up need approach, yaitu pendekatan terhadap pengguna akan
informasi yang ringkas, tetapi juga lengkap khususnya mengenai perkembangan terakhir suatu subyek yang diperlukan dan hal-hal yang sifatnya relevan.
Pendapat lain dari Taylor yang dikutip Putubuku (2008) menjelaskan
empat tingkat kebutuhan informasi yaitu:
1. Visceral need, yaitu tingkatan ketika “need for information not
existing in the remembered experience of the inquirer” atau dengan
kata lain ketika kebutuhan informasi belum sungguh-sungguh dikenali sebagai kebutuhan, sebab belum dapat dikaitkan dengan pengalaman-pengalaman seseorang dalam hidupnya.
Inilah kebutuhan “tersembunyi” yang seringkali baru muncul setelah ada pengalaman tertentu.
2. Conscious need, yaitu ketika seseorang mulai menggunakan “mental-description of an ill-defined area of indecision” atau ketika seseorang
mulai menerka-nerka apa sesungguhnya yang ia butuhkan.
3. Formalized need, yaitu ketika seseorang mulai secara lebih jelas dan
terpadu dapat mengenali kebutuhan informasinya, dan mungkin di saat inilah ia baru dapat menyatakan kebutuhannya kepada orang lain.
4. Compromised need, yaitu ketika seseorang mengubah-ubah rumusan
kebutuhannya karena mengantisipasi, atau bereaksi terhadap kondisi tertentu.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis menarik kesimpulan bahwa jenis
kebutuhan informasi sesseorang dapat dilihat dari pendekatan-pendekatan atau
tingkatan-tingkatan kebutuhan informasi seseorang, sehingga pada akhirnya dapat
ditemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhan informasi seseorang.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi
Menurut Nicholas yang dikutip oleh Ishak (2006: 93), “menyatakan bahwa
ada lima faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi pemakai, yaitu:
a) Jenis pekerjaan.
b) Personalitas, yaitu saspek psikologi dari pencari informasi, meliputi, ketepatan, ketekunan mencari informasi, pencarian secara sistematis, motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman, kolega dan atasan.
c) Waktu.
e) Sumber daya teknologi yang digunakan untuk mencari informasi.
Sedangkan menurut Wilson yang dikutip oleh Ishak (2006 : 93-94), juga
menguraikan faktor yang secara bertingkat menghubungani kebutuhan informasi,
[image:30.595.117.554.186.550.2]seperti pada gambar.
Gambar 2.1 : Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi
Pada gambar di atas tersebut tiga faktor utama yang mempengaruhi
kebutuhan informasi, yaitu:
1. Kebutuhan individu (person)
Kebutuhan yang ada dalam diri individu meliputi kebutuhan psikologis (psychological needs), kebutuhan afektif (affective needs) dan kebutuhan kognitif (cognitive needs). Ketiga kebutuhan ini secara langsung menghubungkan kebutuhan informasi.
2. Peran sosial (social rate)
Peran sosial meliputi peran kerja (work rule) dan tingkat kinerja (performance level), akan menghubungkan faktor kebutuhan yang ada dalam diri individu.
3. Lingkungan (environment) LINGKUNGAN
Lingkungan Kerja
Lingkungan Sosial – Budaya
Lingkungan Politik – Ekonomi
Lingkungan Fisik PERAN SOSIAL
Peran Kerja
Peran Kinerja INDIVIDU
Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan Afektif
Kebutuhan Kognitif
21
Faktor lingkungan, meliputi lingkungan kerja (work environment), lingkungan sosial budaya (social-culture environment), lingkungan politik ekonomi (politic-economic environment) dan lingkungan fisik (physical environment) menghubungkan faktor peran sosial maupun faktor kebutuhan individu. Sehingga terjadi hubungan bertingkat yang akan membentuk kebutuhan informasi.
2.2.4 Karakteristik Kebutuhan Informasi
Dalam memenuhi kebutuhan informasi karakteristik kebutuhan informasi
penting untuk diperhatikan dalam pemenuhan kebutuhan informasi pengguna.
Karakteristik kebutuhan informasi setiap pengguna pasti berbeda-beda tergantung
pada faktor yang melatar belakangi kebutuhan informasi tersebut.
Menurut Wilson dalam Journal of Documentation (1999), karakteristik
kebutuhan informasi, yaitu:
1. Kondisi psikologis seseorang.
2. Demografis, dalam arti luas menyangkut kondisi sosial-budaya seseorang sebagai bagian dari masyarakat tempat ia hidup dan berkegiatan
3. Peran seseorang di masyarakatnya, khususnya dalam hubungan interpersonal, ikut menghubungkan perilaku informasi
4. Lingkungan, dalam hal ini adalah lingkungan terdekat maupun lingkungan yang lebih luas
5. Karakteristik sumber informasi, atau mungkin lebih spesifik: karakter media yang akan digunakan dalam mencari dan menemukan informasi.
2.2.5 Sumber Informasi
Menurut Lasa HS (2005: 86-121), dikatakan bahwa sumber-sumber
informasi dapat diperoleh melalui beberapa jenis pustaka berikut:
1. Buku teks, yaitu segala bentuk rekaman karya intelektual maupun artistik menusia yang dapat menyampaikan isi kepada pihak lain. 2. Buku rujukan, yaitu buku yang disusun untuk memberikan informasi
tentang kata, subjek/pokok masalah, nama orang, nama tempat, peristiwa, pustaka, angka, waktu, ukuran dan lainnya. Buku ini tidak perlu dipelajari seutuhnya seperti buku fiksi dan non fiksi. Adapun jenisnya adalah sebagai berikut:
a. Kamus b. Ensiklopedi c. Buku pegangan d. Direktori e. Buku tahunan
f. Sumber-sumber biografi g. Bibliografi
j. Almanak
k. Sumber-sumber geografi l. Terbitan pemerintah
3. Karya tulis ilmiah, yakni tulisan yang menyajikan pengetahuan ilmiah ditujukan kepada ahli atau masyarakat tertentu
4. Makalah temu ilmiah 5. Karya akademik
6. Literatur abu-abu (grey literatur) 7. Terbitan berkala
8. Mikrofis 9. Mikrofilm 10.Piringan hitam 11.Kaset
12.Cakram tetal 13.Hak paten
14.E-book dan e-journal
Dari seluruh bahan pustaka tersebut kita dapat menemukan informasi
melalui berbagai macam media penyimpanan yang berbeda-beda dan cara
penggunaan yang berbeda pula.
2.2.6 Jenis Informasi
Pada saat ini informasi sangat besar jumlahnya, sehingga jenis informasi
bisa dikelompokkan menurut jenisnya. Berikut pendapat mengenai jenis
informasi:
Menurut Yusup dan Subekti (2010: 5) jenis informasi dikelompokkan
menjadi 2, yaitu:
1. Informasi lisan, informasi ini disamping jumlahnya sangat banyak, sulit diukur dan dibuktikan dan juga kurang bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan manusia pada umumnya.
2. Informasi terekam, informasi ini paling bermanfaat dan banyak digunakan oleh berbagai kalangan, baik secara perorangan maupun dalam bermasyarakat, berorganisasi, dan bergaul sesama anggota masyarakat pada umumnya.
2.3 Advokat
2.3.1 Pengertian Advokat
Akar kata advokat, apabila didasarkan pada Kamus Latin-Indonesia, dapat
ditelusuri dari bahasa Latin, yaitu advocatus, yang berarti antara lain yang
membantu seseorang dalam perkara, saksi yang meringankan. Sedangkan menurut
23
One who assits, defends, or pleads for another. One who renders legal advice and aid and pleads the cause of another before a court or a tribunal. A person learned in the law and duly admitted to practice, who assits his client with advice, and pleads for him in open court. An assistant, adviser; plead for causes.
Artinya, seseorang yang membantu, mempertahankan, membela orang lain.
Seseorang yang memberikan nasihat dan bantuan hukum dan berbicara untuk
orang lain di hadapan pengadilan. Seseorang yang mempelajari hukum dan telah
diakui untuk berpraktik, yang memberikan nasihat kepada klien dan berbicara
untuk yang bersangkutan di hadapan pengadilan. Seorang asisten, penasihat, atau
pembicara untuk kasus-kasus.
Rambe, Ropaun (2001 : 6) menjelaskan bahwa:
Istilah advokat dan pengacara sebagai nama profesi hukum dalam sejarahnya telah dikenal dengan istilah Advokat & Procureur di Belanda, istilah Barrister and Solicitoir di Inggris, dan istilah Lawyer di Amerika yang sekarang menjadi istilah yang digunakan secara Internasional.
Sedangkan definisi advokat berdasarkan UU No.18 tahun 2003 Pasal 1
angka 1 dikatakan:
Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini. Adapun jasa hukum yang dimaksud adalah jasa yang diberikan Advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien.
Untuk dapat diangkat sebagai advokat, seperti yang telah diatur dalam UU
No.18 tahun 2003 Pasal 2 ayat (1) dan (2), haruslah sarjana yang berlatar belakang
pendidikan tinggi hukum dan setelah mengikuti pendidikan khusus profesi
advokat yang dilaksanakan oleh Organisasi Advokat. Pengangkatan Advokat
dilakukan oleh Organisasi Advokat. Adapun organisasi advokat yang diakui
dalam undang-undang antara lain Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi
Advokat Indonesia (AAI), Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI), Himpunan
Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI), Serikat Pengacara Indonesia (SPI),
Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI), Himpunan Konsultan Hukum
Selanjutnya dalam Pasal 3 ayat (1) diterangkan lebih lanjut mengenai persyaratan
untuk diangkat sebagai advokat, sebagai berikut :
a. warga negara Republik Indonesia; b. bertempat tinggal di Indonesia;
c. tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau pejabat negara; d. berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun;
e. berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1);
f. lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat;
g. magang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus pada kantor Advokat;
h. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
i. berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyai integritas yang tinggi.
Berdasarkan penjelasan di atas penulis berkesimpulan bahwa advokat
merupakan orang yang berprofesi sebagai pemberi jasa dalam bidang hukum baik
di dalam maupun di luar pengadilan yang telah diangkat sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
2.3.2 Kebutuhan Informasi Advokat
Untuk mendukung pekerjaan seorang advokat dalam memberi jasa hukum
kepada klien, seorang advokat membutuhkan informasi yang dapat menunjang
keberhasilan suatu pekerjaan yang mereka lakukan. Beberapa kebutuhan
informasi yang dibutuhkan di antaranya sebagai berikut:
a. Hal-hal terkait teori dalam penelitian hukum seperti:
1) Hukum Positif Nasional
Dalam hal ini seorang advokat harus memperoleh informasi
tentang ketersedian peraturan hukum secara nasional demi
terciptanya kepastian hukum bagi subjek hukumnya dalam lingkup
nasional, seperti: warga negara, warga negara asing yang keduanya
dapat berupa badan hukum maupun orang secara pribadi.
2) Hukum Positif Internasional
Dalam hal ini seorang advokat harus memperoleh informasi
tentang ketersedian peraturan secara internasional demi terciptanya
25
internasional nasional, seperti: negara, organisasi internasional,
tahta suci (vatikan), belligerent, orang secara pribadi dalam
pengertian terbatas, dan lainnya sesuai perkembangan.
b. Hal-hal terkait praktis hukum
1) Informasi dari Negara
Untuk mengetahui terkait informasi ini seorang praktisi harus
cekatan untuk mengetahui perkembangan akan tersedianya hal-hal
yang terkait terbitnya peraturan-peraturan,
pengumuman-pengumungan, maupun yang masih terkait penyelesaian
penyusunan kedua hal tersebut baik secara rinci berkenaan dengan
hal-hal pokoknya saja tergantung pada kepentingan praktisi.
2) Informasi dari Klien
Informasi ini diperoleh berdasarkan keterangan yang bersumber
dari wawancara dengan klien terkait suatu permasalahan,
dokumen-dokumen milik klien yang digunakan untuk kepentingan
klien, dokumen-dokumen milik lawan klien yang digunakan untuk
kepentingan klien, dokumen-dokumen dari negara yang digunakan
untuk kepentingan klien.
3) Informasi dari keadaan yang berlaku secara umum Informasi ini
didapatkan berdasarkan pengetahuan masyarakat yang biasanya
telah diketahui secara umum dan tidak perlu lagi diperdebatkan
kebenarannya, seperti: hari kerja, hari libur dan sebagainya.
2.4 Hukum
2.4.1 Pengertian Hukum
Ada banyak pendapat dari para ahli hukum yang mengenai definisi hukum.
Berikut ini adalah beberapa pendapat yang dikemukan oleh para ahli hukum
tentang definisi dari hukum.
Menurut Borst yang dikutip oleh Soeroso (2008: 27) “Hukum ialah
keseluruhan peraturan bagi kelakuan atau perbuatan manusia di dalam
masyarakat, yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dan bertujuan mendapatkan
Kelsen juga mengutarakan pendapat tentang definisi hukum yang disitir
oleh Kartasapoetra (1999: 12) adalah:
Hukum ialah suatu sistem kaidah, pada hakekatnya merupakan pedoman atau pegangan bagi manusia yang digunakan sebagai pembatas sikap, tindak atau perilaku dalam melangsungkan antar hubungan dan antar kegiatan dengan sesama manusia lainnya dalam pergaulan hidup bermasyarakat.
Sedangkan menurut pendapat Kan yang disitir oleh Soeroso (2008: 27)
“Hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk
melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka penulis menarik kesimpulan
bahwa hukum merupakan pedoman bagi manusia dalam melangsungkan antar
hubungan sesama manusia yang bersifat memaksa untuk melindungi manusia
dalam hidup bermasyarakat.
2.4.2 Pembagian Hukum
Menurut Kartasapoetra (1999: 23-27) pembagian hukum ada beberapa
macam yaitu, menurut sifatnya, menurut keadaannya, menurut territorial atau
daerah berlakunya.
1. Hukum menurut sifatnya:
a. Hukum publik ialah hukum yang berlaku bagi umum (hukum
umum) mengatur hubungan antara negara dengan individu, antara negara dengan bagian-bagiannya, antara negara dengan negara.
b. Hukum privat ialah hukum yang mengatur hubungan antara
individu dengan individu lainnya atau hubungan antara individu dengan sesuatu golongan, merupakan hukum perseorangan atau hukum pribadi.
2. Hukum menurut keadaannya:
a. Hukum positif ialah hukum yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu.
b. Hukum kodrat/hukum alam ialah hukum yang ideal. Dasar
pemikiran ini ialah karena adanya hukum yang bersifat abadi dan berlaku universal mengenai bagaimana keharusan perilaku manusia di dalam kehidupan bersama.
3. Hukum menurut territorial atau daerah berlakunya:
a. Hukum nasional ialah hukum yang di setiap negara berlaku secara menyeluruh, yang harus ditaati oleh seluruh warganegaranya termasuk pula mereka yang menjadi penduduk dan yang sementara tinggal di wilayah negara tersebut, tanpa ada kekecualian.
27
timbulnya perselisihan antar negara, peperangan, dan lain sebagainya.
c. Hukum asing ialah hukum suatu negara asing yang berlaku di suatu negara atau daerah lain, dapat terjadi apabila:
1) Seorang warga negara asing diadili oleh pengadilan suatu negara dengan mengingat keadilan perlu memperhatikan pula hukum yang berlaku di negaranya.
2) Suatu negara atau suatu daerah menjadi daerah pendudukan negara lain, sehingga hukum di daerah itu harus tunduk kepada hukum lain, yang diberlakukan oleh mereka yang berkuasa.
Pendapat lain dari Kansil yang dikutip Ishaq (2008: 118-119), bahwa
pembagian hukum terdapat delapan asas pembagian, yaitu:
1. Menurut sumbernya, hukum dapat dibagi dalam: a. Hukum undang-undang
b. Hukum kebiasaan c. Hukum Traktat d. Hukum yurisprudensi
e. Hukum ilmu (hukum doktrin)
2. Menurut bentuknya, hukum dapat dibagi dalam: a. Hukum tertulis
b. Hukum tak tertulis (hukum kebiasaan)
3. Menurut tempat berlakunya, hukum dapat dibagi dalam: a. Hukum Nasional
b. Hukum Internasional c. Hukum Asing
d. Hukum Gereja
4. Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi dalam:
a. Ius Constitutum (hukum positif) b. Ius Constituendum
c. Hukum Asasi (hukum alam)
5. Menurut cara mempertahankannya, hukum dapat dibagi dalam: a. Hukum materiil
b. Hukum formil
6. Menurut sifatnya, hukum dapat dibagi dalam:
a. Hukum yang memaksa
b. Hukum yang mengatur
7. Menurut wujudnya, hukum dapat dibagi dalam: a. Hukum objektif
b. Hukum subjektif
8. Menurut isinya, hukum dapat dibagi dalam: a. Hukum privat (hukum sipil)
2.4.2.1 Hukum Menurut Bentuk
Ditinjau dari segi bentuknya hukum dapat dibagi menjadi dua yaitu,
hukum tertulis dan tidak tertulis. Beberapa pendapat dari ahli hukum pengertian
hukum tertulis dan hukum tidak tertulis yaitu:
Menurut Sudarsono (2004: 188-189) definisi hukum tertulis dan hukum
tidak tertulis adalah:
Hukum tertulis ialah apabila kaidah-kaidah hukum tersebut telah termaktub di dalam peraturan perundang-undangan dalam segala bentuknya. Sedangkan hukum tidak tertulis ialah apabila kaidah-kaidah hukum tersebut hanya dalam kenyataan di tengah-tengah masyarakat ternyata masih hidup dalam keyakinan masyarakat dan ditaati sebagaimana peraturan perundang-undangan, akan tetapi hal itu tidak tertulis.
Pendapat lain yang diuraikan oleh Ishaq (2008:120) mengenai definisi dari
hukum tertulis dan hukum tidak tertulis, yaitu:
Hukum tertulis (statute law/written law) adalah hukum yang tercantum dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Hukum tertulis ini ada yang terkodifikasi seperti KUHP, KUH Perdata, KUHAP, KUHD. Ada yang tidak terkodifikasi seperti peraturan perundang-undangan hak merek perdagangan (undang-undang), peraturan pemerintah, keputusan presiden. Sedangkan hukum tidak tertulis (unwritten law) adalah hukum yang hidup dalam keyakinan masyarakat dan keberlakuannya ditaati sebagai kaedah hukum. Hukum ini disebut juga hukum kebiasaan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai pembagian hukum dapat
disimpulkan bahwa hukum dapat dibagi menjadi delapan asas pembagian, yaitu
hukum menurut sumbernya, hukum menurut bentuknya, hukum menurut tempat
berlakunya, hukum menurut waktu berlakunya, hukum menurut cara
mempertahankannya, hukum menurut sifatnya, hukum menurut wujudnya, dan
29 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
“Penelitian kualitatif merupakan salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang
yang diamati.” Bogdan dan Taylor (1992 : 21-22).
Sedangkan menurut Strauss dan Corbin (1990 : 63) “Penelitian kualitatif
adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat
dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau
cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).”
Pendekatan kualitatif dalam metode penelitian ini diharapkan mampu
menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku
yang dapat diamati melalui individu, kelompok, dan atau organisasi tertentu
dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh,
komprehensif, dan holistik. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif
partisipan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan Kantor Hukum Leks&CO,
yang bertempat pada Kantor Hukum Leks&Co yang beralamat di Menara Palma
17ᵗͪ Floor Suite 17-02B Jl. H. R. Rasuna Said Blok X2 Kav. 6 Jakarta Selatan
12950, Indonesia. Waktu pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret 2013.
3.3 Latar Penelitian (Setting)
Perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co merupakan perpustakaan khusus
yang dibentuk oleh pihak Kantor Hukum Leks&Co. Perpustakaan ini dibentuk
untuk membantu advokat dalam memenuhi kebutuhan informasi advokat untuk
menangani kasus. Pada Perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co terdapat satu
orang pustakawan yang dapat membantu advokat dalam memenuhi kebutuhan
Koleksi yang terdapat pada Perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co terdiri
dari koleksi umum dan koleksi referensi dalam bidang ilmu hukum dan bidang
ilmu lain. Koleksi umum yang tersedia berupa buku teks bidang ilmu hukum dan
bidang ilmu lain, sedangkan koleksi referensi berupa Himpunan Putusan dan
Peraturan, Yurisprudensi, dan kamus. Koleksi yang tersedia pada Perpustakaan
Kantor Hukum Leks&Co hanya diperuntukkan bagi advokat dan staff yang
bekerja/berkantor pada Kantor Hukum Leks&Co. Sehingga informasi yang
tersedia hanya untuk memenuhi kebutuhan informasi advokat dan staff kantor.
3.4 Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian adalah peran Perpustakaan Kantor Hukum
Leks&Co dalam pemenuhan kebutuhan informasi advokat yang bekerja di Kantor
Hukum Leks&Co.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam suatu
penelitian. Metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data
yang menentukan berhasil atau tidak suatu penelitian. Kesalahan penggunaan
metode pengumpulan data atau metode pengumpulan data tidak digunakan
semestinya, berakibat fatal terhadap hasil-hasil penelitian yang dilakukan
(Bungin, 2001: 129).
Dalam penelitiaan ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data,
yaitu:
3.5.1 Wawancara
Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara yakni dengan wawancara mendalam. Wawancara adalah
proses tanya jawab dengan seseorang atau sekelompok orang untuk mendapatkan
keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah. Pada metode ini
peneliti dan Informan berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan
informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan
31
Pemilihan informan didasarkan pada Purposive sampling, yaitu penarikan
sampel yang dilakukan dengan memilih subjek berdasarkan kriteria