• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggergajian Kayu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggergajian Kayu"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGERGAJIAN KAYU

Oleh :

Arif Nuryawan, S.Hut, M.Si

NIP. 132 303 839

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

AGUSTUS 2008

(2)

PENGGERGAJIAN KAYU

A. PENDAHULUAN

Kegiatan mengkonversi pohon menjadi ukuran sortimen-sortimen kayu tertentu dengan cara menggergaji log searah panjang panjang pohon merupakan aktivitas utama dalam penggergajian. Sortimen-sortimen kayu tersebut dalam Bahasa Inggris disebut sebagai lumber, dimana produk turunannya kita kenal sebagai kaso (joist), papan (plank), balok (beam), gelegar (stringer), tiang (post & timber), dan lain-lain.

Pada tulisan ini disajikan hal-hal yang berkaitan dengan penggergajian kayu secara umum yang diacu dari pustaka yang membahas mengenai penggergajian kayu.

B. MESIN-MESIN PENGGERGAJIAN

Ada tiga tipe utama mesin penggergajian (headsaw) yang digunakan untuk memproduksi lumber, yaitu : framesaw, bandsaw, dan circularsaw.

Penjelasan detail konstruksi, pola ketebalan lumber, dan operator yang mengoperasikan dijelaskan pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Perbedaan frame saw, band saw, dan circular saw dilihat dari konstruksi, pola ketebalan lumber, dan operator yang mengoperasikan

Perbedaan framesaw bandsaw circularsaw

Detail konstruksi

memiliki sejumlah bilah gergaji lurus (blade) dengan geligi di salah satu sisinya bergerak secara vertikal atau

horizontal berulang

bilah gergaji (blade) berbentuk pita dengan geligi di salah satu sisinya bergerak

memutar pada dua roda yang ditempatkan secara paralel

merupakan sebuah piringan dengan geligi pada bagian pinggirnya (ada yang permanen, ada yang bisa dilepas) dan berputar pada sebuah poros

dimensi bisa ditentukan selanjutnya setelah pemotongan pertama karena pemotongannya bertahap (satu demi satu)

dimensi bisa ditentukan selanjutnya setelah pemotongan pertama karena pemotongannya bertahap (satu demi satu) Operator skill, pengetahuan,

(3)

Pada Tabel 2. disajikan perbedaan ketiga jenis mesin gergaji berdasarkan bahan baku, kecepatan menggergaji, dan limbah yang dihasilkan.

Tabel 2. Perbedaan frame saw, band saw, dan circular saw berdasarkan bahan baku, kecepatan menggergaji, dan limbah yang dihasilkan.

Perbedaan framesaw bandsaw circularsaw

Bahan baku log

harus dikelas-kelaskan berdasar diameter karena bilah gergaji di-set di awal, konsekuensinya butuh waktu untuk menyortir & tempat luas untuk menampung hasil pengkelasan tersebut

vertikal/ horizontal : Ø 1 – 2 m

Ø < 40 cm, karena hanya

(4)

Gambar 1. Lay out penggergajian skala kecil (sumber : Haygreen & Bowyer, 1996)

C. BILAH GERGAJI

Bilah gergaji bervariasi bentuk, dimensi, morfologi geligi, dan bahan pembuatnya. Bentuk bilah gergaji ditentukan oleh tipe mesin utama. Dimensi dan morfologi geligi tergantung dari 3 sudut geligi, yaitu a:sudut depan, b:sudut geligi, dan c:sudut pelengkap, dimana a + b + c = 900

Penjelasan selengkapnya disajikan pada Tabel 3. sebagai berikut :

Tabel 3. Penjelasan mengenai Bilah Gergaji

Perbedaan framesaw bandsaw circularsaw

Dimensi bilah gergaji

P : 1,10 – 1,50 m (normal),

range 0,8 – 2,5 m L : 12 – 18 cm T : 1,2 – 2,5 mm

Panjang tergantung Ø roda pemutar dan jarak

maksimum, dirumuskan : M = 2 ( a + d / 2 ), dengan M : panjang bilah gergaji (m) a : jarak maks dari roda (m) d : Ø roda (m)

: 3,14

Ø : 1,30 m Tebal :

1/ 250 Ø – 1/200 Ø

(5)

D. PENYIMPANAN LOG

Tujuan log yang disimpan dalam air (logpound, sungai, danau, laut) adalah : # melindungi serangan jamur dan serangga

# menghindari retak dan pecah

# menghindari log kotor dan bebatuan kecil menempel # memudahkan proses mekanis

# menghilangkan kandungan pati (starch)

Kerugian log yang disimpan dalam air (logpound, sungai, danau, laut) adalah : # akan terjadi polusi air jika merupakan air tergenang (menyuburkan bakteri) # akan terjadi pelunturan warna kayu (discoloration)

# log bisa saja tenggelam atau hanyut

# beresiko terserang marine borer (jika di laut) atau airnya beku (jika musim salju)

E. METODE PENGGERGAJIAN

Penggergajian log menjadi lumber melewati 2 proses, yaitu primer & sekunder, di mana :

1. Proses primer primary breakdown penggergajian log dengan headsaw

(framesaw, bandsaw, atau circularsaw)

flitch atau cant

2. Proses sekunder penggergajian flitch atau cant dengan resaw, edger, atau trimmer

lumber

Pola penggergajian dipengaruhi mesin, penggunaan lumber, jenis kayu, diameter log, rendemen, dan biaya.

F. RENDEMEN

Rendemen untuk mengubah log/ kayu bulat menjadi lumber di kilang penggergajian bervariasi 30-70%, dengan limbah berupa serbuk gergaji, slabs, trimming, atau chip.

Rendemen (Y = Yield) dihitung dengan rumus :

Y % = lumber (m3) x 100 % log (m3)

Rendemen dipengaruhi oleh : # kayu (Ø, panjang, taper, cacat)

(6)

G. KUALITAS LUMBER

Kualitas lumber utamanya dipengaruhi oleh kualitas log, tetapi dapat dipengaruhi cara menggergaji. Ada 2 hasil papan penggergajian, yaitu papan radial (quarter-sawn lumber) dan papan tangensial (flat-sawn lumber). Perbedaannnya menurut Tsoumis (1991) disajikan pada Tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4. Perbedaan papan radial dan papan tangensial menurut Tsoumis (1991)

Perbedaan papan radial

(quarter-sawn lumber)

papan tangensial (flat-sawn lumber) Kembang susut kecil pada arah lebar besar pada arah lebar Melengkung kemungkinan kecil ada kecenderungan

Corak gambaran jari-jari gambaran mata kayu

Kemudahan produksi sulit mudah

Biaya mahal murah

Sedangkan Simpson & TenWolde (1999) mengungkapkan perbedaan papan radial dan papan tangensial seperti yang tersaji pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Perbedaan papan radial dan papan tangensial menurut Simpson & TenWolde (1999)

papan radial (quarter-sawn)

papan tangensial (plain-sawn)

Kembang susut kecil pada arah lebar Kembang susut kecil pada arah tebal Memangkuk, pecah permukaan, dan

belah kecil saat pengeringan maupun penggunaan

Lebih terlihat mata kayu bundar dan oval pada permukaan papan

Serat terangkat disebabkan oleh pemisahan lingkaran tahun tidak pasti

Retak-retak lebih mudah dijumpai

Pola corak dihasilkan dari jari-jari, serat berpadu, dan serat berombak nampak nyata

Pola penggambaran lingkaran tahun lebih mencolok

Pada beberapa spesies kayu, tidak mudah ditembus cairan

Mudah untuk dikeringkan

Pada beberapa spesies, proses pengecatan lebih baik hasilnya

Biaya produksi lebih murah karena lebih mudah memproduksinya

Kayu gubal terlihat pada papan bagian ujung dan lebarnya dibatasi oleh lebar log

(7)

H. TINGKAT KUALITAS (GRADE) LUMBER

Tingkat kualitas (grade) lumber ditentukan oleh cacat (mata kayu : sehat atau lepas), saluran damar, kayu tarik/ tekan, retak, pecah, serat berombak, pelunturan warna, dan pingul. Tingkat kualitas (grade) lumber berbeda tergantung spesies (jenis kayu) dan negara.

I. PENANGANAN LUMBER

Penanganan lumber dari kilang penggergajian ke tempat penimbunan untuk kemudian menuju pengeringan (alami/ secara kiln) dilakukan dengan mempertimbangkan jenis (spesies), dimensi, dan tingkat kualitas (grade). Lumber yang akan dikapalkan harus diberi perlakuan pengeringan & pengawetan.

DAFTAR PUSTAKA

Haygreen, J.G. and Bowyer, J.L. 1996. Forest Products and Wood Science - An Introduction, 3rd ed. Iowa State University Press.)

Simpson, W and A.TenWolde. 1999. Physical Properties and Moisture Relations of Wood. In Wood Handbook Wood as an Engineering Material. USDA.Madison

Gambar

Tabel 1. Perbedaan frame saw, band saw, dan circular saw dilihat dari konstruksi, pola ketebalan  lumber,  dan operator yang mengoperasikan
Tabel 2. Perbedaan frame saw, band saw, dan circular saw berdasarkan bahan baku, kecepatan menggergaji, dan limbah yang dihasilkan
Tabel 3. Penjelasan mengenai Bilah Gergaji
Tabel 5. Perbedaan papan radial dan papan tangensial menurut

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi

Dengan semakin berkembangnya Kota Malang yang tentunya memicu pertambahan jumlah penduduk Kota Malang mengakibatkan meningkatnya pula kebutuhan air bersih,

Lima orang yang dites antibodi-positif pada awal mengalami hasil tes antibodi yang negatif dengan tes generasi kedua sedikitnya pada satu tes setelah mulai terapi, dan

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi

Uji pengaruh suhu pemanasan terhadap stabilitas formalin, didapatkan hasil dimana pemanasan selama 30 menit pada suhu larutan 70 dan 80 0 C, formalin belum dapat terdegradasi

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 yang dimaksud cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar

Alat ini terdiri dari sebuah bidang miring yang dapat diatur sudut kemiringannya mulai dari 0 o hingga 90 o , jenis permukaan yang bervariasi (akrilik, kayu,

Penyampaian rawatan masalah kesihatan mental melalui teknologi seperti penggunaan aplikasi telefon pintar, laman sesawang atau sistem pesanan ringkas (SMS) adalah