• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Jumlah Armada, Jumlah Nelayan, PDRB, Dan Investasi Terhadap Produksi Perikanan Di Wilayah Nias (Analisis Data Panel)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Jumlah Armada, Jumlah Nelayan, PDRB, Dan Investasi Terhadap Produksi Perikanan Di Wilayah Nias (Analisis Data Panel)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH JUMLAH ARMADA, JUMLAH NELAYAN, PDRB, DAN INVESTASI TERHADAP PRODUKSI PERIKANAN DI

WILAYAH NIAS (ANALISIS DATA PANEL)

DIAJUKAN OLEH :

NIKE DELAYANTI ZEBUA 090501066

EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

PERSETUJUAN PERCETAKAN

Nama : Nike Delayanti Zebua

NIM : 090501066

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Regional

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Jumlah Armada, Jumlah Nelayan, PDRB, Dan Investasi Terhadap Produksi Perikanan Di Wilayah Nias (Analisis Data Panel)

Tanggal, ______________ Ketua Program Studi

NIP. 19710503 200312 1 003 Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D

Tanggal, ______________ Ketua Departemen

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

PERSETUJUAN

Nama : Nike Delayanti Zebua

NIM : 090501066

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Regional

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Jumlah Armada, Jumlah Nelayan, PDRB, Dan Investasi Terhadap Produksi Perikanan Di Wilayah Nias (Analisis Data Panel)

Tanggal, ______________ Pembimbing

NIP. 195806121988031001 Prof. Dr. Ramli, MS

Tanggal, ______________ Pembaca Penilai

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis Pengaruh Jumlah

Armada, Jumlah Nelayan, PDRB, dan Investasi Terhadap Produksi Perikanan di

Wilayah Nias (Analisis Data Panel)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri

yang disusun sebagai tugas akademik guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau

lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin,

dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam

skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 3 Desember 2013 Penulis

(5)

ANALISIS PENGARUH JUMLAH ARMADA, JUMLAH NELAYAN, PDRB, DAN INVESTASI TERHADAP PRODUKSI PERIKANAN DI

WILAYAH NIAS (ANALISIS DATA PANEL) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah armada,

jumlah nelayan, PDRB, dan jumlah investasi terhadap produksi perikanan di

wilayah Nias. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Perikanan. Sampel yang

diambil terdiri dari lima Kabupaten/Kota antara lain Kabupaten Nias, Kabupaten

Nias Selatan, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota

Gunungsitoli.

Metode penelitian yang digunakan adalah Medote Data Panel yang

didasarkan pada lima tahun pengamatan yaitu dari tahun 2008 sampai dengan

tahun 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah armada dan jumlah

nelayan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi perikanan di

wilayah Nias. PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap produksi

perikanan di wilayah Nias. Sedangkan Investasi berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap produksi perikanan di wilayah Nias. Hasil uji Chow dan

Haussman Test menunjukkan bahwa metode yang paling tepat digunakan adalah

metode FEM. Berdasarkan uji beda antar variabel dapat diketahui bahwa ada

perbedaan produksi perikanan kabupaten/kota di wilayah Nias.

Kata kunci: Produksi Perikanan, Jumlah Armada, Jumlah Nelayan, PDRB,

(6)

ANALYSIS THE EFFECT OF THE NUMBER OF FLEETS, THE NUMBER OF FISHERMAN, GDP, AND INVESTMENT TO THE PRODUCTION OF FISHERIES IN THE REGION OF NIAS (PANEL

DATA ANALYSIS)

ABSTRACT

This research aims to analyze the effect of the number of fleets, the number

of fisherman, GDP, and investment to the production of fisheries in the region of

Nias. The data used in this research is secondary data which is obtained from

Badan Pusat Statistik and Dinas Perikanan. The sample consists of five

regencies/city, including Regency of Nias, Regency of Nias Selatan, Regency of

Nias Utara, Regency of Nias Barat, and Gunungsitoli.

This research used the method of Panel Data Analysis which is based on

five years observation, from 2008 to 2012. The result of this research showed that

the number of fleet and the number of fisherman have a positive and significant

effect to the production of fisheries in the region of Nias. GDP has a negative and

significant effect to the production of fisheries in the region of Nias. While

investment has a negative and insignificant effect to the production of fisheries in

the region of Nias. The result of Chow test and Haussman Test show that the best

method to use is FEM. Based on difference test among variables can be seen that

there is difference of fishery production among the regencies of Nias.

Keywords: Production of Fisheries, The Number of Fleet, The Number of

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada, Tuhan Yesus Kristus, atas kasihNya

yang senantiasa mengalir dalam hidup penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul ”Analisis Pengaruh Jumlah Armada, Jumlah Nelayan,

PDRB, dan Investasi Terhadap Produksi Perikanan Di Wilayah Nias (Analisis

Data Panel)”.

Skripsi ini tidak terlepas dari jasa berbagai pihak yang telah membantu

terselesaikannya skripsi ini. Dengan hati yang tulus penulis mengucapkan banyak

terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak selaku dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, P.Hd selaku Ketua Program Studi S1

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Ramli, Ms selaku dosen pembimbing yang selama ini telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si selaku dosen pembaca penilai yang telah

memberikan masukan.

(8)

8. Seluruh Pegawai Departemen Ekonomi Pembangunan dan Pegawai Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

9. Ibunda tercinta Meriani Zebua yang sangat berjasa bagi kehidupan penulis.

Abang dan adik saya tercinta Robin Setyadi Zebua dan Leni Tri Nita Zebua

yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

10.Sahabat-sahabat terkasih dan semua rekan seperjuangan di bangku

perkuliahan dan semua teman-teman Ekonomi Pembangunan Stambuk 2009.

11.Semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, namun tidak

dituliskan pada lembaran ini, penulis mohon maaf.

Tulisan ini masih jauh dari sempurna, karena itu semua kritik dan saran

dari pembaca akan sangat berharga bagi penulis, demi perbaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membutuhkannya. Akhir kata

penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Desember 2013 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

ABSTRACT………...………... ii

DAFTAR ISI………..………... iii

DAFTAR TABEL………... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………...………..….... 1

1.2. Rumusan masalah………. 6

1.2 Tujuan Penelitian…….………...………….. 6

1.3 Manfaat Penelitian……….... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi……… 8

2.1.1 Konsep Potensi Ekonomi... 8

2.1.2 Sumber daya Perairan... 12

2.1.3 Potensi Sub Sektor Perikanan... 14

2.1.4 Peran Sektor Kelautan Dalam Pembangunan... 19

(10)

2.3 Kerangka Konseptual………...…………... 21

2.3.1 Kerangka Konseptual Penelitian…………... 21

2.3.2 Hipotesis Penelitian………... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ………... 25

3.2 Daerah Penelitian………... 25

3.3 Jenis dan Sumber Data ………... 25

3.4 Metode Pengumpulan Data ………... 26

3.5 Metode Analisis Data………... 26

3.5.1 Model Analisis... 28

3.5.2 Metode Estimasi... 30

3.5.3 Pemilihan Metode Analisis... 31

3.6 Uji beda Antar Variabel... 33

3.7 Definisi Operasional... 33

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Nias... 36

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Nias... 38

4.1.2 Gambaran Umum Kabupaten Nias Selatan... 42

4.1.3 Gambaran Umum Kabupaten Nias Utara... 45

4.1.4 Gambaran Umum Kabupaten Nias Barat... 48

4.1.5 Gambaran Umum Kota Gunungsitoli... 51

(11)

4.2 Hasil Analisis dan Pembahasan... 54

4.2.1 Hasil Estimasi Data Panel... 54

4.2.2 Pemilihan Metode ... 62

4.2.3 Uji beda antar Variabel... 63

4.3. Pembahasan... 64

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ………... 68

5.2 Saran ………... 68

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Luas Pulau-Pulau Besar di Wilayah Nias………….. 36

Tabel 4.2 Luas Wilayah Kabupaten Nias Selatan... 43

Tabel 4.3 Luas Wilayah Kabupaten Nias Barat... 49

Tabel 4.4 Data Produksi perikanan di Wilayah Nias Tahun 2008-2012 (satuaTon)... 53

Tabel 4.5 Hasil Estimasi Dengan Metode OLS... 54

Tabel 4.6 Hasil Estimasi Dengan Metode FEM... 56

Tabel 4.7 Hasil Estimasi Dengan Metode FEM (Bebas Heterokedatisitas)………... 57

Tabel 4.8 Hasil Estimasi Dengan Metode REM………. 59

Tabel 4.9 Tabel Hasil Uji Chow………... 62

Tabel 4.10 Hasil Uji Haussman………... 63

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

ANALISIS PENGARUH JUMLAH ARMADA, JUMLAH NELAYAN, PDRB, DAN INVESTASI TERHADAP PRODUKSI PERIKANAN DI

WILAYAH NIAS (ANALISIS DATA PANEL) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah armada,

jumlah nelayan, PDRB, dan jumlah investasi terhadap produksi perikanan di

wilayah Nias. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Perikanan. Sampel yang

diambil terdiri dari lima Kabupaten/Kota antara lain Kabupaten Nias, Kabupaten

Nias Selatan, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota

Gunungsitoli.

Metode penelitian yang digunakan adalah Medote Data Panel yang

didasarkan pada lima tahun pengamatan yaitu dari tahun 2008 sampai dengan

tahun 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah armada dan jumlah

nelayan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi perikanan di

wilayah Nias. PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap produksi

perikanan di wilayah Nias. Sedangkan Investasi berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap produksi perikanan di wilayah Nias. Hasil uji Chow dan

Haussman Test menunjukkan bahwa metode yang paling tepat digunakan adalah

metode FEM. Berdasarkan uji beda antar variabel dapat diketahui bahwa ada

perbedaan produksi perikanan kabupaten/kota di wilayah Nias.

Kata kunci: Produksi Perikanan, Jumlah Armada, Jumlah Nelayan, PDRB,

(15)

ANALYSIS THE EFFECT OF THE NUMBER OF FLEETS, THE NUMBER OF FISHERMAN, GDP, AND INVESTMENT TO THE PRODUCTION OF FISHERIES IN THE REGION OF NIAS (PANEL

DATA ANALYSIS)

ABSTRACT

This research aims to analyze the effect of the number of fleets, the number

of fisherman, GDP, and investment to the production of fisheries in the region of

Nias. The data used in this research is secondary data which is obtained from

Badan Pusat Statistik and Dinas Perikanan. The sample consists of five

regencies/city, including Regency of Nias, Regency of Nias Selatan, Regency of

Nias Utara, Regency of Nias Barat, and Gunungsitoli.

This research used the method of Panel Data Analysis which is based on

five years observation, from 2008 to 2012. The result of this research showed that

the number of fleet and the number of fisherman have a positive and significant

effect to the production of fisheries in the region of Nias. GDP has a negative and

significant effect to the production of fisheries in the region of Nias. While

investment has a negative and insignificant effect to the production of fisheries in

the region of Nias. The result of Chow test and Haussman Test show that the best

method to use is FEM. Based on difference test among variables can be seen that

there is difference of fishery production among the regencies of Nias.

Keywords: Production of Fisheries, The Number of Fleet, The Number of

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Salah satu wilayah yang termasuk ke dalam pesisir laut di Sumatera Utara

adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah 5.625 km2. Posisinya

sangat strategis karena diapit oleh Samudra Hindia dan Pasifik. Pulau Nias

terkenal akan budaya yang khas dan keindahan alamnya. Pulau ini bahkan

menjadi salah satu tujuan wisata para turis asing yang menikmati keindahan dan

keunikan pulau ini.

Pulau Nias terdiri dari beberapa kabupaten dan satu kota madya. Pada

tahun 2003 pulau ini masih terdiri dari 2 kabupaten yakni Kabupaten Nias dan

Kabupaten Nias Selatan. Namun sejak tahun 2008 mengalami pemekaran menjadi

4 Kabupaten dan 1 Kotamadya. Adapun kabupaten tersebut yaitu Kabupeten Nias,

Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Utara, dan Kabupaten Nias Barat serta

satu kota yakni Kotamadya Gunungsitoli.

Pulau Nias yang dikelilingi oleh Samudera Indonesia memiliki potensi

kelautan yang sangat melimpah. Pulau ini ternyata memiliki kekayaan sumber

daya kelautan dan perikanan yang melimpah dengan beragam jenisnya. Semuanya

bernilai ekonomi tinggi seperti misalnya terdapatnya ikan Napoleon yang dapat

diekspor ke luar negeri seharga ratusan ribu hingga jutaan rupiah setiap ekornya.

Hasil perikanan inipun telah banyak yang diekspor hingga ke luar negeri misalnya

(17)

Pada kenyataannya potensi yang dimiliki Pulau ini masih belum

dimanfaatkan secara maksimal. Dalam hal ini potensi yang dimaksud lebih

difokuskan pada sumber daya alam yang tersedia di wilayah Nias. Potensi yang

terdapat di lima daerah yang termasuk dalam wilayah Nias pada dasarnya sama,

hal ini dikarenakan karena kabupaten/kota di wilayah Nias masih berada pada satu

wilayah yang sama yaitu wilayah kepulauan Nias. Meskipun demikian,

masing-masing kabupaten/kota di wilayah Nias tentunya memiliki komoditi unggulan

yang berbeda dari daerah lainnya.

Sektor yang menjadi basis utama dalam perekonomian di wilayah Nias

yakni sektor pertanian. Sampai saat ini sektor pertanian tetap menjadi andalan

kabupaten/kota di wilayah Nias, hal ini dapat dilihat dari peranannya menciptakan

PDRB yang sangat tinggi dibandingkan dengan beberapa sektor lainnya.

Sebagai daerah kepulauan maka kabupaten Nias sangat potensial terhadap

perikanan laut. Sebagian besar hasil perikanan laut tersebut merupakan hasil

tangkapan nelayan tradisional. Potensi pengembangan perikanan didukukung oleh

lautan yang cukup luas, jenis ikan yang beraneka ragam dengan nilai pasar yang

cukup tinggi. Jenis ikan yang hidup di perairan Nias antara lain Ikan kakap putih,

gurapu, Tuna, lobster, udang dan berbagai jenis ikan lainnya yang memenuhi

kriteria ekspor. Selain perikanan laut, perikanan darat juga memiliki potensi yang

cukup menjanjikan di Nias. Namun, untuk saat ini, perikanan darat masih kurang

dikembangkan dengan baik.

Selama tahun 2011 seluruh sub sektor dalam sektor pertanian sudah

(18)

tertinggi di antara sektor pertanian adalah sub sektor perikanan dengan laju

pertumbuhan sebesar 7,60 % kemudian disusul oleh sub sektor perkebunan yaitu

sebesar 6,62%, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 5,50%, sub

sektor tanaman bahan pangan sebesar 4,09% dan sub sektor kehutanan sebesar

3,32%.

Pertumbuhan pada sub sektor perikanan tersebut masih belum

menunjukkan kondisi dimana produksi perikanan di wilayah Nias telah dikelola

secara maksimal. Jika dibandingkan dengan luasnya perairan di wilayah Nias dan

ketersediaan sumber daya perikanan terhadap hasil-hasil produksi yang telah

dikelola di wilayah Nias, maka jumlah produksi tersebut tergolong masih sangat

sedikit. Sebagian besarnya lagi masih belum bisa tersentuh oleh masyarakat yang

berada di wilayah Nias.

Produksi perikanan di wilayah Nias yang masih tergolong rendah

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya kondisi kehidupan nelayan yang

berada pada garis kemisikinan. Karena kondisi tersebut, maka tidaklah heran

apabila di Nias alat untuk menangkap ikan masih tergolong sangat sederhana.

Berdasarkan jumlah rumah tangga perikanan (RTP) ternyata pemilik armada

perikanan bermotor hanyalah sejumlah 246 RTP atau 4,6 % (data Statistik Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nias) dan sebagian besar nelayan Nias yakni

74,60% hanya bermodalkan perahu dayung, sedangkan 17,295 lainnya

menggunakan alat penangkap ikan yaitu pancing yang sungguh sangat sederhana.

Selain itu Nias dihadapkan pada kendala dimana hasil lautnya sedikit

(19)

tidak tersedia cukup banyak di Nias, misalnya dermaga pendaratan, depot BBM,

pabrik es, cold storage, fasilitas pengolahan, sarana transportasi, dan sebagainya.

Bahkan jala ikannya pun masih sangat minim. Akibatnya, armada penangkapan

ikan semuanya menuju ke pangkalan yang mampu menyediakan semua kebutuhan

tersebut antara lain Sibolga, Padang, bahkan hingga Jakarta. Maraknya pencurian

ikan yang terjadi di perairan Nias menggunakan pukat harimau dan pukat cincin

sehingga menyebabkan penghasilan nelayan di Nias turun drastis.

Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang

memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam

penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan

kerja. Akan tetapi ironisnya, sektor perikanan selama ini belum mendapat

perhatian yang serius dari pemerintah dan kalangan pengusaha, padahal bila

sektor perikanan dikelola secara serius akan memberikan kontribusi yang lebih

besar terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dapat mengentaskan

kemiskinan masyarakat terutama masyarakat nelayan dan petani ikan.

Guna meningkatkan pendapatan daerah pada dewasa ini masing-masing

daerah dituntut harus mampu berusaha sendiri untuk meningkatkan

pendapatannya, maka penggalian potensi ekonomi daerah dan penggunaan potensi

yang tepat adalah jalan terbaik, karena tanpa memperhitungkan potensi yang

dimiliki oleh masing-masing daerah maka pengembangan pembangunan dan

pendapatan daerah tidak akan mencapai hasil yang optimal atau sesuai dengan

yang diharapkan. Potensi ekonomi daerah merupakan kemampuan ekonomi yang

(20)

berkembang menjadi sumber kehidupan rakyat setempat bahkan dapat menolong

perekonomian daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya

dan berkesinambungan (Soeparmoko, 2002).

Sub sektor perikanan di wilayah Nias merupakan salah satu sub sektor

potensial dalam pengembangan PDRB Nias. Sub sektor ini apabila dikembangkan

dengan baik sangat memungkinkan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat pada umumnya dan nelayan pada khususnya. Maka untuk

mengembangkan potensi ini, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi perikanan di kabupaten Nias. Hasil dari perhitungan tersebut bisa

menjadi patokan bagi pemerintah dalam upaya mengembangkan sub sektor

perikanan sebagai salah satu sub sektor potensial yang diharapkan memberi

manfaat optimal bagi kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga akan membantu

pemerintah dan masyarakat dalam melakukan kegiatan pengelolaan sumberdaya

perikanan ini kedepannya.

Sumber daya perikanan di Kabupaten Nias memiliki potensi yang cukup

besar. Potensi yang belum digali secara optimal tersebut jika diolah secara lebih

fokus dan terarah akan memberikan dampak yang nyata bagi perkembangan

perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Nias. Berdasarkan

fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui apa sebenarnya

(21)

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka diperoleh

perumusan masalah:

1. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan produksi perikanan di

wilayah Nias.

2. Bagaimana pengaruh jumlah armada terhadap produksi perikanan di wilayah

Nias.

3. Bagaimana pengaruh jumlah nelayan terhadap produksi perikanan di wilayah

Nias.

4. Bagaimana pengaruh PDRB terhadap produksi perikanan di wilayah Nias.

5. Bagaimana pengaruh Investasi terhadap produksi perikanan di wilayah Nias.

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kemampuan produksi di wilayah Nias

1.4.Manfaat penelitian

Adapun manafaat penelitian ini antara lain:

1. Bagi masyarakat wilayah Nias, hasil penelitian ini diharapkan mampu

menjadi salah satu masukan yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan

produksi sumber daya perairan di wilayah Nias.

2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

(22)

mengembangkan potensi perairan yang selama ini belum dimanfaatkan dan

dikelola secara optimal.

3. Bagi peneliti selanjutnya dalam topik yang berkaitan, hasil penelitian ini

diharapkan bermanfaat sebagai bahan referensi dan memberikan informasi

yang berguna demi kemajuan dunia ilmiah.

4. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini merupahan wadah untuk menuangkan

kreatifitas dan daya analisis sebagai kontribusi terhadap dunia ilmiah, secara

khusus untuk Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi,

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Landasan Teori

2.1.1. Konsep Potensi Ekonomi

Potensi ialah segala sesuatu hal yang dapat dijadikan sebagai bahan atau

sumber yang akan dikelola baik melalui usaha yang dilakukan manusia maupun

yang dilakukan melalui tenaga mesin dimana dalam pengerjaannya potensi dapat

juga diartikan sebagai sumber daya yang ada disekitar kita. (Kartasapoetra, 1987 :

56). Potensi tersebut bisa berupa segala sumber daya alam yang terdapat di muka

bumi ini, baik yang dapat diperbarui maupun yang tidak dapat diperbarui.

Sumber daya alam merupakan kekayaan yang sangat berharga yang

bermanfaat bagi kelangsungan hidup setiap makluk yang ada di bumi ini. Dengan

memanfaatkan dan mengelola sumberdaya tersebut manusia mampu

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sumber daya alam tersebut sangat

beranekaragam jenisnya. Karena keanekaragamannya tersebut, maka sumber daya

alam dapt dibedakan menjadi dua yaitu sumberdaya alam yang dapat pulih

(renewable resources) dan sumber daya alam yang tidak dapat pulih (non

renewable resources.

Setiap sumberdaya alam tersebut masing-masing memiliki potensi untuk

(24)

suatu keterkaitan yang menyatu dalam melaksanakan pembangunan baik di

tingkat nasional maupun di tingkat daerah.

Pembangunan ekonomi merupakan usaha untuk menaikkan atau

mempertahankan Produk Domestik Bruto (PDB) perkapita dengan tetap

memperlihatkan tingkat pertumbuhan penduduk. Pandangan tersebut merupakan

suatu pandangan yang dipergunakan Indonesia dalam melaksanakan

pembangunan. Pada tingkat nasional pertumbuhan ekonomi dapat diukur melalui

Produk Domestik Bruto (PDB) dan pada tingkat daerah yakni Provinsi,

Kabupaten dan Kota, dapat dukur melalui Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB). Produk Domestik Bruto dapat diartikan sebagai nilai-nilai barang dan

jasa yang diproduksi dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu.

Suatu ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat

kegiatan ekonominya lebih tinggi dibanding dengan masa sebelumnya. Hal ini

juga dibarengi dengan kenaikan tingkat pendapatan penduduk yang berimbas pada

tingkat kesejahteraannya yang semakin membaik. Namun, seiring dengan

berjalannya waktu tingginya tingkat pendapatan masyarakat ternyata tidak

menjamin bahwa kehidupan masyarakat secara keseluruhan mengalami perbaikan

kualitas hidup. Justru hal ini akan memicu terjadinya disparitas akibat tidak

meratanya distribusi pendapatan.

Ketimpangan/disparitas telah menjadi pemasalahan turun temurun yang

dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Selain distribusi

pendapatan yang tidak merata, ketimpangan juga dipicu oleh konsentrasi kegiatan

(25)

perbedaan sumber daya alam (SDA), perbedaan kondisi geografis antar wilayah,

dan kurang lancarnya perdagangan antar provinsi. (Tambunan:2001)

Kemakmuran suatu wilayah memang berbeda dengan wilayah lainnya.

Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan pada struktur ekonominya. Untuk

bisa mengubah suatu wilayah pada kondisi yang lebih makmur, akan tergantung

pada usaha-usaha daerah tersebut dalam menghasilkan barang dan jasa. Mencari

sumber-sumber pembiayaan untuk melaksanakan pembangunan dengan cara

menggali potensi yang ada di daerah tersebut. Hal ini sangat ditentukan oleh

kebijakan yang diambil dan diterapkan oleh daerah tersebut, terutama dalam

memprioritaskan sektor-sektor mana saja yang bisa dikelola untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.

Potensi ekonomi suatu daerah adalah kemampuan ekonomi yang ada di

daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang

menjadi sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat menolong

perekonomian daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya

dan berkesinambungan (Soeparmoko, 2002). Persoalan pokok dalam

pembangunan daerah sering terletak pada sumberdaya dan potensi yang dimiliki

guna menciptakan peningkatan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat

daerah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut ada kerjasama Pemerintahdan

masyarakat untuk dapat mengidentifikasi potensi-potensi yang tersedia dalam

daerah dan diperlukan sebagai kekuatan untuk pembangunan perekonomian

(26)

Pengembangan wilayah diartikan sebagai semua upaya yang dilakukan

untuk menciptakan pertumbuhan wilayah yang ditandai dengan pemerataan

pembangunan dalam semua sektor dan pada seluruh bagian wilayah. Pertumbuhan

ekonomi dapat terjadi secara serentak pada semua tempat dan semua sektor

perekonomian, tetapi hanya pada titik-titik tertentu dan pada sektor-sektor tertentu

pula. Disebutkan juga bahwa investasi diprioritaskan pada sektor-sektor utama

yang berpotensi dan dapat meningkatkan pendapatan wilayah dalam jangka waktu

relatif singkat (Glasson, 1990).

Dari definisi tersebut diatas dimaksudkan bahwa wilayah yang memiliki

potensi berkembang lebih besar akan berkembang lebih pesat, kemudian

pengembangan wilayah tersebut akan merangsang wilayah sekitarnya. Bagi sektor

yang memiliki potensi berkembang lebih besar cenderung dikembangkan lebih

awal yang kemudian diikuti oleh perkembangan sektor lain yang kurang potensial.

Dalam pengembangan wilayah, pengembangan tidak dapat dilakukan serentak

pada semua sektor perekonomian akan tetapi diprioritaskan pada pengembangan

sektor-sektor perekonomian yang potensi berkembangnya cukup besar. Karena

sektor ini diharapkan dapat tumbuh dan berkembang pesat yang akan merangsang

sektor-sektor lain yang terkait untuk berkembang mengimbangi perkembangan

sektor potensial tersebut.

Perkembangan ekonomi suatu wilayah membangun suatu aktivitas

perekonomian yang mampu tumbuh dengan pesat dan memiliki keterkaitan yang

tinggi dengan sektor lain sehingga membentuk forward linkage dan backward

(27)

polarisasi dari unit-unit ekonomi lainnya yang pada akhirnya secara tidak

langsung sektor perekonomian lainnya akan mengalami perkembangan.

Jadi disimpulkan bahwa pengembangan suatu sektor ekonomi potensial

dapat menciptakan peluang bagi berkembangnya sektor lain yang terkait, baik

sebagai input bagi sektor potensial maupun sebagai imbas dari meningkatnya

kebutuhan tenaga potensial yang mengalami peningkatan pendapatan. Hal inilah

yang memungkinkan pengembangan sektor potensial dilakukan sebagai langkah

awal dalam pengembangan perekonomian wilayah dan pengembangan wilayah

secara keseluruhan.

2.1.2. Sumberdaya perairan

Perairan adalah daerah-daerahyang tergenangi air dan tidak pernah kering

sepanjang waktu, kecuali mengalami pendangkalan dan surut (I Njoman : 2010).

Perairan yang kandungan garamnya 0-≤0,5% adalah air tawar dan yang melebihi

0,5-18% berarti air payau. Sementara daerah laut terbuka mengandung kadar

garam antara >18-35%. Menurut Wikipedia bahasa Indonesia perairan ialah suatu

kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat dinamis

(bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis (tergenang) seperti

danau.

Lingkungan perairan laut dibedakan atas perairan pantai (coastal) dan

perairan laut bebas). Perairan pantai mencakup daerah-daerah dengan kedalaman

kurang lebih 200m. Selebihnya disebut laut bebas (oceanic).

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan dua pertiga wilayahnya

(28)

luasnya 3,1 juta km2 (Dendi et. al.2005:1). Selain itu, Indonesia juga mempunyai

hak pengelolaan dan pemanfaatan di Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sekitar 2,7

juta km2 sehingga luas wilayah laut yang dapat dimanfaatkan sumberdaya alam

hayati dan non hayati di perairan yang luasnya sekitar 5,8 juta ton pertahun

(Nikijuluw, 2002:15).

Sumber daya hayati terdiri atas hutan mangrove, terumbu karang, padang

lamun dan rumput laut, serta sumberdaya perikanan. Hutan mangrove merupakan

ekosistem utama pantai, memiliki karakteristik fisiologi, struktur adaptasi dengan

preferensi terhadap habitat pantai. Hutan mangrove dikenal masyarakat memiliki

tumbuh-tumbuhan adaptis, dimana proses terjadinya hutan ini terutama sangat

dipengaruhi oleh faktor-faktor tanah (struktur komposisi, aerasi, kandungan

mineral, dan pergerakan air). Hutan mangrove mempunyai fungsi ekologis dan

ekonomis. Fungsi ekologis meliputi penahan abrasi, amukan angin topan dan

tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut, dan sebagai penyedia nutrien

bagi biota perairan. Sedangkan fungsi ekonomisnya yaitu sebagai penyedia kayu,

bahan bangunan, sebagai alat penangkap ikan, dan daun-daunnya bisa dijadikan

sebagai bahan baku obat-obatan.

Selain hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun juga memiliki

fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis terumbu karang adalah sebagai

penyedia nutrisi bagi biota perairan, pelindung fisik bagi berbagai biota dan

tempat bermain biota laut. Padang lamun juga merupakan habitat bagi

bermacam-macam ikan dan merupakan makana bagi ikan duyung, penyu laut, bulu babi, dan

(29)

berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, dan kerang mutiara yang

tentunya memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Sedangkan padang lamun dapat

diolah menjadi bahan makanan dan pupuk. Rumput laut juga dapat diolah sebagai

makanan dan obat-obatan.

Perairan laut Indonesia juga kaya akan sumber daya perikanannya.

Terdapat berbagai spesies ikan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dengan jumlah

yang sangat melimpah. Berdasarkan luasnya, laut yang dimiliki Indonesia tidak

diragukan mengandung bermacam jenis ikan laut, baik yang komersial maupun

yang tidak. Diantara negara-negara produksi ikan di dunia Indonesia termasuk

dalam peringkat besar produksi ikan.

Selain sumber daya yang dapat pulih (hayati) perairan juga memiliki

sumber daya alam yang tidak dapat pulih (non hayati) meliputi seluruh mineral

dan geologi, misalnya mineral terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas A (mineral

strategis, misalnya minyak, gas, dan batu bara), kelas B (mineral vital meliputi

emas, timah, nikel, bauksit, bijih besi dan kromit), dan kelas C (mineral industri

termasuk bahan bangunan dan galian seperti granit, kapur, tanah liat dan pasir.

Perairan juga memilikin potensi pembangunan dari segi jasa-jasa

lingkungan. Jasa- jasa lingkungan yang dimaksud meliputi fungsi kawasan pesisir

dan lautan sebagai tempat rekreasi dan pariwisata, media transportasi dan

komunikasi, sumber energi, sarana pendidikan dan penelitian, pertahanan

keamanan, penampungan limbah, pengatur iklim(climate regulator), kawasan

perlindungan (konservasi dan preservasi), dan sistem penunjang kehidupan.

(30)

Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau,

baik pulau besar maupun pulau kecil. Ada kurang lebih 17.500 pulau yang

terdapat di Indonesia. Negara Indonesia dikenal juga dengan sebutan sebagai

negara maritim, dimana dua per tiga wilayahnya merupakan lautan, yang terdiri

dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat yang luasnya 3,1 juta km2 (Dendi et. al.,

2005:1).

Indonesia sebagai negara maritim dan merupakan salah satu kepulauan

terbesar di dunia memiliki wilayah laut dan garis pantai yang sangat luas. Kondisi

ini memberikan keuntungan bagi Indonesia dalam memanfaatkan dan mengelola

berbagai sumber daya perairan yang terdapat di wilayah kekuasaannya tersebut.

Selama ini, salah satu sumber daya perairan yang membuat nama Indonesia

dikenal oleh dunia yaitu sumber daya perikanannya yang sangat melimpah.

Potensi ekonomi sumber daya pada sektor perikanan diperkirakan

mencapai US$ 82 miliar per tahun. Potensi tersebut meliputi: potensi perikanan

tangkap sebesar US$ 15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$

46,7 miliar per tahun, potensi peraian umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun,

potensi budidaya tambak sebesar US$ 10 miliar per tahun, potensi budidaya air

tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar

US$ 4 miliar per tahun. Selain itu, potensi lainnya pun dapat dikelola, seperti

sumber daya yang tidak terbaharukan, sehingga dapat memberikan kontribusi

yang nyata bagi pembangunan Indonesia.

Potensi perikanan Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,

(31)

yang dimiliki oleh perairan Indonesia. Dengan kata lain potensi kelautan dan

perikanan belum dimanfaatkan secara optimal. Pembangunan ekonomi bangsa

melalui pengembangan perikanan seharusnya perlu diperhatikan mengingat

Indonesia memiliki sumber daya yang potensial.

Menurut Badan Riset Kelautan dan Perikanan Indonesia memiliki lima

keunggulan komparatif dibandingkan negara-negara lain di dunia yaitu:

1. Marine Mega Biodiversity: wilayah perairan Indonesia memiliki keragaman

hayati yang tidak ternilai baik dari segi komersial maupun saintifiknya yang

harus dikelola dengan bijaksana.

2. Plate Tectonic : Indonesia merupakan tempat pertemuan tiga lempeng

tektonik, sehingga wilayah tersebut kaya akan kandungan sumberdaya alam

dasar laut, namun juga merupakan wilayah yang relatif rawan terhadap

terjadinya bencana alam.

3. Dynamic Oceanographic and Climate Variability : perairan Indonesia

merupakan tempat melintasnya aliran arus lintas antara samudera Pasifik dan

samudera Indonesia, sehingga merupakan wilayah yang memegang peranan

penting dalam sistem arus global yang menentukan variabilitas iklim

nasional, regional dan global dan berpengaruh terhadap distibusi dan

kelimpahan sumberdaya hayati.

4. Indonesia dengan konsep Wawasan Nusantara sebagaimana diakui dunia

internasional sesuai dengan hukum laut internasional (UNCLOS 82),

(32)

mengelola dan memanfaatkannya secara optimal dengan tetap memperhatikan

hak-hak tradisional dan internasional.

5. Indonesia sebagai negara kepulauan telah menetapkan alur perlintasan

pelayaran internasional, yaitu yang dikenal dengan Alur Lintas Kepulauan

Indonesia (ALKI), hal ini mengharuskan kita untuk mengembangkan

kemampuan teknik pemantauannya serta kemampuan untuk menjaga

kelestarian lingkungan sekitarnya.

Salah satu sumber daya perairan yang berpotensi paling besar dalam hal

ini sumber daya hayati adalah perikanannya. Berdasarkan Undang-Undang 45

Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004

Tentang Perikanan, yang dimaksud dengan perikanan adalah semua kegiatan yang

berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan

lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan

pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Sedangkan

berdasarkan BPS dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia Tahun 2009,

yang termasuk dalam sektor perikanan adalah kegiatan usaha yang mencakup

penangkapan dan budi daya ikan, jenis crustacea (seperti udang, kepiting),

moluska, dan biota air lainnya di laut, air payau dan air tawar.

Potensi ekonomi sumber daya pada sektor perikanan diperkirakan

mencapai US$ 82 miliar per tahun. Potensi tersebut meliputi: potensi perikanan

tangkap sebesar US$ 15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$

46,7 miliar per tahun, potensi peraian umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun,

(33)

tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar

US$ 4 miliar per tahun. Selain itu, potensi lainnya pun dapat dikelola, seperti

sumber daya yang tidak terbaharukan, sehingga dapat memberikan kontribusi

yang nyata bagi pembangunan Indonesia.

Secara garis besar, sumber daya perikanan dapat dimanfaatkan melalui

penangkapan ikan (perikanan tangkap) dan budidaya ikan. Sehingga usaha

perikanan merupakan semua kegiatan yang dilakukan secara perorangan atau

badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan ikan termasuk

menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersil dan

mendapatkan laba dari kegiatan yang dilakukan (Monintja, 2001). Berdasarkan

Undang-undang 45 Tahun 2009 penangkapan ikan adalah kegiatan untuk

memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan

alat atau cara apa pun. Sedangkan pembudidaya ikan adalah kegiatan untuk

memelihara, membesarkan dan/atau membiakan ikan serta memanen hasilnya

dalam lingkungan yang terkontrol.

Menurut Ningsih (2005) sumber daya perikanan laut dapat dikelompokkan

ke dalam empat kelompok besar yaitu: (1) sumber daya ikan demersal, yaitu jenis

ikan yang hidup di atau dekat dasar perairan; (2) sumber daya ikan pelagis, yaitu

jenis sumber daya ikan yang hidup di sekitar permukaan perairan; (3) sumber

daya ikan pelagis besar, yaitu jenis ikan oceanic seperti tuna, cakalang, tenggiri

dan lain-lain; (4) sumber daya udang dan biota laut non ikan lainnya seperti kuda

laut. Sedangkan potensi pengembangan pada perikanan budidaya dapat dilakukan

(34)

budidaya air payau; (3) air tawar yang terdiri dari perairan umum (danau, waduk,

sungai dan rawa), kolam air tawar dan mina padi sawah. (KKP, 2010)

2.1.4 Peran Sektor Kelautan dalam Pembangunan

Sektor kelautan mulai diperhatikan oleh pemerintah dalam pembangunan,

sejak PELITA VI rejim Orde Baru. Sebelum itu pemerintah lebih memperhatikan

eksploitasi sumberdaya daratan, karena pada masa tersebut daratan masih

mempunyai potensi yang sangat besar, terutama hutan. Namun setelah hutan

ditebang habis dan sumber minyak dan gas bumi baru sulit ditemukan di daratan,

maka barulah pemerintah Orde Baru mulai berpaling kepada sektor kelautan.

Potensi kelautan Indonesia sangat besar dan beragam, yakni memiliki

17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.000 km dan 5,8 juta km2 laut

atausebesar 70% dari luas total Indonesia. Potensi tersebut tercermin dari

besarnya keanekaragaman hayati, potensi budidaya perikanan pantai, laut dan

pariwisata bahari. Tetapi sayangnya baru sebagian kecil saja potensi yang

dimanfaatkan. Menurut Budiharsono (2001), rendahnya pemanfaatan potensi

sumber daya kelautan yang sedemikian besar terutama disebabkan oleh:

1. Pemerintahdan masyarakat masih mengutamakan eksploitasi daratan;

2. Teknologi eksploitasi dan eksplorasi lautan memerlukan tingkat teknologi

yang tinggi

3. Kualitas sumberdaya manusia yang terlibat dalam sektor kelautan relatif

masih rendah, khususnya di perikanan tangkap

4. Introduksi teknologi baru dalam perikanan tangkap, tidak terjangkau oleh

(35)

5. Sistem kelembagaan yang ada belum mendukung pada pengembangan sektor

kelautan.

2.2. Landasan Penelitian Terdahulu

Dwi Handini Prabowoningtyas (2011) melakukan Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Output Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

Menggunakan Model Pertumbuhan Neo Klasik. Tujuan penelitian ini adalah

untuk menganalisis pengaruh stok modal tahun sebelumnya, investasi pemerintah,

tenaga kerja bekerja, dan indeks pembangunan manusia terhadap pertumbuhan

output Kabupaten/Kota di Jawa Tengah selama tahun 2007-2008. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode data panel dengan pendekatan efek

tetap. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stok modal tahun sebelumnya,

tenaga kerja bekerja, dan Indeks Pembangunan Manusia signifikansi pada taraf 95

persen (α = 95%). Sementara variabel investasi dan dummy wilayah tidak

ssignifikan pada taraf 95 persen.

Imam Nugraha Heru Sentosa (2005) dalam penelitiannya yang berjudul

Analisis Pertumbuhan Kota Semarang dan Kabupaten Blora Provinsi Jawa

Tengah. Penelitian ini menggunakan model regresi data panel dengan variabel

antara lain PDRB, Investasi (PMA dan PMDN), Jumlah Angkatan Kerja, Indeks

harapan Hidup, dan variabel dummy. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahhwa faktor yang mempengaruhi output total (PDRB) adalah jumlah angkatan

kerja dan indeks harapan hidup. Investasi dan dummy secara individu tidak

(36)

Neni Pancawati (2000) melakukan analisis Pengaruh Rasio Kapital –

Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, Stok Kapital, dan Pertumbuhan Penduduk

Terhadap Tingkat Pertumbuhan GDP Indonesia. Data yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari data panel utuk tiga periode pertumbuhan (1960-1970;

1970-1980; 1980-1990) dari 89 negara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

rasio tenaga kerja-kapital berpengaruh positif terhadap pertumbuhan output, gross

enrollment ratio berpengaruh positif terhadap pertumbuhan output, perubahan

stok kapital berpengaruh positif terhadap pertumbuhan output, dan pertumbuhan

penduduk berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan output.

2.1.Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Pemanfaatan potensi perairan di wilayah Nias khususnya perikanan masih

belum optimal. Hal ini ditandai dengan kondisi kehidupan masyarakat pesisir

yang masih di bawah garis kemiskinan. Selain itu, perikanan di wilayah Nias

dihadapkan pada permasalahan dimana pengelolaan hasil-hasil perikanan masih

sangat didominasi oleh perikanan laut, sedangkan perikanan darat masih belum

dikembangkan.

Wilayah Nias memiliki potensi yang sangat besar dalam bidang

perikanannnya. Potensi-potensi ini apabila dikelola dengan baik akan mampu

memperbaiki kualitas hidup dan perekonomian masyarakat di wilayah tersebut.

Oleh karena itu, maka perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

(37)

wilayah Nias. Hubungan antar variabel tersebut diuraikan melalui skema di bawah

ini:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dari skema diatas dapat diketahui bahwa ada empat variabel yang

mempengaruhi produksi perikanan di wilayah Nias antara lain jumlah armada,

jumlah nelayan, PDRB, dan investasi di sektor perikanan. Secara umum, jumlah

armada berpengaruh positif terhadap produksi perikanan. Apabila jumlah armada

semakin banyak maka akan meningkatkan produksi perikanan. Jumlah armada

memegang peranan yang penting khususnya dalam mendukung kegiatan

penangkapan ikan di laut. Hasil-hasil perikanan di wilayah Nias belum

dimanfaatkan secara optimal salah satunya disebabkan faktor jumlah armada yang

Produksi Perikanan

Jumlah Armada

Jumlah Nelayan

Jumlah PDRB

(38)

masih minim. Selain itu, sebagian besar masyarakat masih tergolong nelayan

tradisional yang mengandalkan sampan dan perahu-perahu kayu yang sangat

sederhana untuk pergi melaut. Masyarakat yang memiliki perahu bermotor masih

sangat sedikit, bahkan sebagian diantara mereka hanya sebagai penyewa perahu

bermotor tersebut. Akibatnya, sumber daya alam perikanan yang terdapat di

wilayah perairan Nias belum bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat

Nias itu sendri.

Jumlah nelayan juga mempengaruhi produksi perikanan di wilayah Nias.

Dari tahun ketahun minat masyarakat untuk menjadi nelayan mulai mengalami

penurunan. Semakin banyak masyarakat yang meninggalkan profesi nelayan dan

beralih pada pekerjaan lain seperti bertani dan berkebun. Hal ini dilatar belakangi

kehidupan masyarakat yang mengandalkan hasil-hasil laut untuk menunjang

perekonomiannya masih berada jauh dari kesejahteraan. Potret kehidupan

masyarakat wilayah pesisir masih berada pada garis kemiskinan tidak hanya dapat

dilihat di wilayah Nias saja bahkan di Indonesia secara keseluruhan. Dari

gambaran tersebut maka muncul sebuah pemikiran di tengah-tengah masyarakat

bahwa profesi nelayan dianggap tidak dapat memberikan jaminan hidup layak.

Akibatnya jumlah nelayan pun semakin mengalami penyusutan. Hal tersebut akan

berimbas pada menurunnya produksi perikanan.

Kenaikan total output (PDRB) mempengaruhi produksi perikanan.

Kenaikan PDRB menunjukkan gambaran perekonomian masyarakat yang

(39)

banyak modal pada sub sektor perikanan juga meningkat. Sehingga produksi

perikanan juga meningkat.

Investasi juga mempengaruhi produksi perikanan. Dimana apabila

investasi pada sektor perikanan meningkat, maka akan memicu minat masyarakat

untuk ambil bagian dalam kegiatan produksi sehingga produksi perikanan juga

meningkat.

2.3.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah tafsiran yang diruuskan serta diterima untuk sementara

yang akan diuji kebenarannya (M.Nasir,1998). Dari kerangka pemikiran diatas

maka penelitian ini dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :

1. Jumlah armada dan jumlah nelayan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap produksi perikanan di wilayah Nias (Kabupaten Nias,

Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat,

dan Kota Gunungsitoli.

2. PDRB dan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produksi perikanan di wilayah Nias.

3. Ada perbedaan rata-rata produksi perikanan di kabupaten/kota di

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berfokus pada masalah kemampuan produksi di wilayah

Nias terhadap potensi perikanan laut.

3.2.Daerah Penelitian

Daerah penelitian adalah beberapa kabupaten/kota yang terdapat di

wilayah Nias antara lain Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten

Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli.

3.3.Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini memanfaatkan sumber

data sekunder yang dipublikasikan oleh berbagai instansi atau lembaga terkait

antara lain :

1. Dinas Perikanan Kabupaten Nias, Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat, dan

Kota Gunungsitoli

2. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara

3. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Nias, Nias Selatan, Nias Utara, Nias

Barat, dan Kota Gunungsitoli

(41)

3.4.Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh melalui telaah kepustakaan dan hasil

publikasi. Adapun data yang dibutuhkan adalah :

1. Data produksi perikanan Kabupaten Nias, Kabupaten Nias selatan, Kabupaten

Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli tahun 2008-2012

2. Data jumlah armada di Kabupaten Nias, Kabupaten Nias selatan, Kabupaten

Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli tahun 2008-2012

3. Data jumlah nelayan di Kabupaten Nias, Kabupaten Nias selatan, Kabupaten

Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli tahun 2008-2012

4. Data PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Nias, Kabupaten Nias

selatan, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli

tahun 2008-2012

5. Data investasi sektor perikanan Kabupaten Nias, Kabupaten Nias selatan,

Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli tahun

2008-2012

3.5.Metode Analisis Data

Di dalam analisis ekonometrika dikenal tiga jenis data yaitu data time

series, data cross section, dan data panel. Yang dimaksud dengan data time series

adalah data yang dikumpulkan dari berbagai individu dalam kurun waktu tertentu.

Data cross section merupakan amatan dari beberapa unit observasi dalam satu

titik waktu atau data yang dikumpulkan dari satu individu untuk beberapa tahun.

(42)

lain data panel merupakan data dari beberapa individu sama dalam kurun waktu

tertentu.

Menurut Baltagi(2005) dalam Fadly (2011), penggunaan data panel dalam

regresi memiliki keuntungan antara lain:

1. Dengan menggabungkan data time series dan cross section, panel

menyediakan data yang lebih banyak dan informasi yang lebih lengkap dan

bervariasi. Dengan demikian akan dihasilkan degress of freedom (derajat

bebas) yang lebih besar dan mampu meningkatkan presisi dari estimasi yang

dilakukan.

2. Data panel mampu mengakomodasi tingkat heterogenitas individu-individu

yang tidak diobservasi namun dapat mempengaruhi hasil dari permodelan (

individual heterogeneity). Hal ini tidak dapat dilakukan oleh studi time series

maupun cross section sehingga dapat menyebabkan hasil yang diperoleh

melalui kedua studi ini akann menjadi bias.

3. Data panel dapat digunakan untuk mempelajari kedinamisan data. Artinya

dapat digunakan untuk memperoleh informasi bagaimana kondisi

individu-individu pada waktu tertentu dibandingkan pada kondisi pada waktu yang

lainnya.

4. Data panel dapat mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak dapat

ditangkap oleh data cross section murni maupun data time series murni.

5. Data panel memungkinkan untuk membangun dan menguji model yang

bersifat lebih rumit dibandingkan data cross section murni maupun data time

(43)

6. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi individu

karena unit observasi terlalu banyak.

Pembentukan model data panel adalah sebagai berikut:

1. Model data cross section

Yi = α0 + αX1 + μi

Di mana i = 1,2,3,...,N

2. Model data time series

Yt = β0 + β X1 + μi

Di mana t = 1,2,3,...,N

3. Model data panel

Y it = γ + ϕ X it + μit

Di mana i = 1,2,3,...,N dan t = 1,2,3,...N

Dalam melakukan analisis, ada tahap-tahap yang harus dilalui yaitu :

1. Penentuan model estimasi, terkait dengan model yang digunakan Fixed or

random Effect

2. Penentuan metode estimasi

3. Pengujian asumsi dan kesesuaian model

4. Interpretasi

3.5.1. Model Analisis

Pembentukan model dalam penelitian ini dilakukan dengan penggabungan

model cross section dan time series.

a. Cross Section

(44)

Yi = a0+a1X1+a2X2+a3X3+a4X4+ei Di mana: i = Kabupaten/kota

1. Kabupaten Nias

2. Kabupaten Nias Selatan

3. Kabupaten Nias Utara

4. Kabupaten Nias Barat

5. Kota Gunungsitoli

b. Time series

Model data Time Series:

Yt = b0+b1X1+b2X2+ b3X3+b4X4+et Di mana: t = Waktu

t1 = 2008

t2 = 2009

t3 = 2010

t4 = 2011

t5 = 2012

c. Data Panel

Model data panel:

Yit = α0+ α1X1+ α2X2+ α3X3+ α4X4+eit Di mana: Y = Produksi Perikanan

α0 = Intercept (konstanta)

(45)

X2= Jumlah nelayan

X3= PDRB

X4= Investasi sektor perikanan

ei = Standar Eror (Error Term)

3.5.2. Metode Estimasi

Untuk mengestimasi parameter pada persamaan data panel, maka ada tiga

metode yang dapat digunakan, yaitu Ordinary Least Square (OLS), Fixed Effect

Model (FEM) dan Random Effect Model (REM), Chow Test, dan Haussman Test

(Pratomo:2007)

a. Ordinary Least Square (OLS)

Data cross section dan time series digabungkan dalam bentuk pool data.

Kemudian data tersebut diregresikan dengan metode OLS. Penggunaan estimasi

dengan metode ini tidak realistis. Misalkan kita ingin menganalisis pengaruh

pengeluaran pemerintah daerah terhadap pertumbuhan daerah. Dengan

menggunakan OLS maka kita akan memperoleh nilai intercept dan koefisien

parameter yang konstan untuk seluruh daerah. Apakah mungkin setiap daerah

memiliki intercept yang sama? Oleh karena itu, penggunaan metode lainnya yakni

Fixed Effect Model dan Random Effect Model lebih baik

b. Fixed Effect Model (FEM)

Model ini memiliki intercept persamaan yang tidak konstan atau terdapat

perbedaan pada setiap individu (data cross section). Sementara itu, slope koefisien

dari regresi tidak berbeda pada setiap individu dan waktu.

(46)

Pada model ini, perbedaan antar individu terdapat error term dari

persamaan. Model ini memperhitungkan bahwa error term mungkin berkorelasi

sepanjang time series dan cross section.

3.5.3. Pemilihan Metode Analisis a. Uji Chow (Chow Test)

Uji Chow dilakukan untuk menentukan model mana yang paling tepat

digunakan dalam mengestimasi data panel. Metode yang dibandingkan dalam uji

ini adalah metode OLS dengan FEM. Dalam OLS dihasilkan bahwa semua

individu memiliki intercept yang sama. Sedangkan pada kenyataannya besar

kemungkinan bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang berbeda.

Karena itu dilakukan uji Chow. Kondisi tersebut dinyatakan dalam hipotesis :

H0 : intercept setiap individu sama ( gunakan metode OLS)

H1 : intercept setiap individu berbeda ( gunakan metode FEM)

Keputusan untuk menolak atau menerima hipotesis didasarkan pada nilai

Fstat dan Ftabel . Nilai Fstat diperoleh dengan persamaan Chow yang dirumuskan

sebagai berikut:

Chow

=

(����−����)/(�−1)

URSS /(NT−N−K)

Dimana :

RSSS = Restricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square

Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode

(47)

URSS = Unrestricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square

Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode

FEM)

N = Jumlah data cross section (5 kabupaten)

T = Jumlah data time series (5 tahun)

K = Jumlah variabel bebas (empat)

Jika Fstat (nilai Chow) lebih besar dari Ftabel, maka H0 ditolak. Jika Fstat

lebih kecil, maka H0 diterima.

b. Haussman Test

Haussman Test juga dilakukan untuk menentukan model mana yang paling

tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Metode yang dibandingkan

dalam uji ini adalah metode FEM dengan REM.

H0 : menggunakan model REM

H1 : menggunakan model FEM

Keputusan untuk menolak atau menerima hipotesis didasarkan pada nilai

dan signifikansi Chisquare. Jika Chisquarestat lebih besar dari Chisquaretabel atau

nilai probabilitas chisquare signifikan pada tingkat kesalahan minimal 10% maka

H0 ditolak. Jika Chisquarestat lebih kecil dari Chisquaretabel atau nilai probabilitas

chisquare tidak signifikan pada tingkat kesalahan minimal 10% maka H0

diterima.

Menurut Judge ada empat pertimbangan pokok untuk memilih FEM dan

(48)

1. Jika jumlah time series (T) besar dan jumlah cross section (N) kecil maka

nilai taksiran parameter berbeda kecil, sehingga pilihan didasarkan pada

kemudahan perhitungan, yaitu FEM.

2. Jika N besar dan T kecil penaksiran dengan FEM dan REM menghasilkan

perbedaan yang signifikan. Pada REM diketahui bahwa β0i = β0 + ei , dimana

ei adalah komponen acak cross section, pada FEM diperlakukan β0 adalah

tetap atau tidak acak. Bila diyakini bahwa individu atau cross section (5

kabupaten) tidak acak maka FEM lebih tepat, sebaliknya jika cross section

acak maka REM lebih tepat.

3. Jika komponen error ei individu berkorelasi (serial korelasi) maka penaksiran

REM adalah bias dan peaksiran FEM tidak bias.

4. Jika N besar dan T kecil serta asumsi REM dipenuhi maka penaksiran REM

lebih efesien dari penaksiran FEM. (Manurung dan Saragih, 2005).

Namun, teori ini tidak bisa diaplikasikan dalam penelitian ini karena

jumlah Time series (waktu) sama dengan jumlah Cross section (kabupaten) yaitu

sama-sama lima unit, lima tahun, dan lima kabupaten.

3.6.Uji Beda Antar Variabel

Uji beda antar variabel dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan

produksi perikanan di wilayah Nias. Pengujian ini dilakukan dengan

membandingkan nilai X2 dengan nilai X2tabel. Rumus yang digunakan untuk

adalah sebagai berikut :

X2 = Ʃ(fo-fe)2 / fe

(49)

fo = nilai rata-rata produksi perikanan di tiap-tiap Kabupaten/Kota

fe = jumlah rata-rata produksi perikanan di wilayah Nias dibagi dengan jumlah

daerah penelitian

Hipotesis :

H0 : X2 = 0 (signifikan)

Ha : X2 ≠ 0 (tidak signifikan)

Kriteria :

H0 diterima jika X2 < X2tabel

Ha diterima jika X2 > X2tabel

3.7.Definisi Operasional

1. Jumlah produksi perikanan, yaitu jumlah total ikan laut yang dihasilkan di

wilayah perairan Nias, dinyatakan dalam satuan ton.

2. Jumlah armada, yaitu jumlah armada laut yang digunakan dalam mendukung

produksi perikanan laut di wilayah Nias, dinyatakan dalam satuan unit.

3. Jumlah nelayan, yaitu jumlah penduduk yang berprofesi sebagai nelayan di

daerah penelitian.

4. PDRB, yaitu besarnya pendapatan regional bruto di daerah penelitian, yang

diukur atas dasar harga konstan dan dinyatakan dalam satuan juta rupiah.

5. Investasi, yaitu besarnya nilai investasi pada Sektor Perikanan di Wilayah

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum Wilayah Nias

Nias merupakan wilayah yang termasuk dalam Provinsi Sumatera Utara.

Nias berbentuk wilayah kepulauan yang dikelilingi Samudera Indonesia dan

berjarak kurang lebih 86 mil laut Sibolga. Menurut letak geografisnya Nias berada

pada 106’LU 97032’BT. Batas-batas wilayahnya :

- sebelah utara berbatasan dengan Pulau-Pulau banyak, Provinsi D.I Aceh

- sebelah selatan berbatasan dengan Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera

Barat

- sebelah timur berbatasan dengan Pulau Mursala kabupaten tapanuli Tengah

Provinsi sumatera Utara

- sebelah barat berbatasan dengan Samudera indonesia.

Luas wilayah Nias adalah 5.625 Km2 atau 7,8 % dari luas Propinsi

Sumatera Utara, terdiri dari 132 pulau besar dan kecil, yang dihuni 37 pulau dan

yang tidak dihuni 95 pulau.

Nama Pulau Luas

Pulau Nias +/- 5.499,70 Km2

Pulau Tanah Bala +/- 39,67 Km2

Pulau Tanah Masa +/- 32,16 Km2

Pulau Tello +/- 18,00 Km2

Pulau Pini +/- 24,36 Km2

Pulau Bawa +/- 12,50 Km2

Pulau Hinako +/- 10,80 Km2

(51)

Wilayah kabupaten/kota di kepulauan Nias berstruktur pegunungan yang

sambung-menyambung dengan aliran-aliran sungai besar dan kecil yang sangat

banyak. Curah hujan sangat tinggi mencapai 17 hari hujan dalam sebulan

akibatnya kelembaban udara juga tinggi.

Pulau Nias terbagi dalam 5 wilayah administratif yaitu empat kabupaten

dan 1 kota madya. Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias

Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli.

Secara umum potensi ekonomi yang terdapat di setiap kabupaten/kota di

wilayah Nias memang cukup menjanjikan. Hal ini dapat dilihat dari sumber daya

alam yang terdapat di daerah tersebut. Dari sektor tanaman pangan, produktivitas

di setiap Kabupaten/Kota memang masih rendah. Hal ini diakibatkan karena

pengelolaannya masih dilakukan secara tradisional. Luas lahan mengalami

penurunan dari tahun ke tahun sehingga mempengaruhi tingkat produksi. Produksi

padi yang dihasilkan dari tahun ke tahun memang mengalami peningkatan, namun

peningkatan tersebut masih belum menunjukkan bahwa sumberdaya alam tersebut

mencapai hasil maksimal apabila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh

apabila sumberdaya alam tersebut dikelola dengan menggunakan teknologi yang

lebih maju.

Selain itu, wilayah Kabupaten/Kota di wilayah Nias terkenal dengan

tanaman Holtikuranya. Nias dikenal sebagai daerah penghasil tanaman

holtikultura seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Jenis buah yang dihasilkan

seperti, durian, mangga, kuini, alpukat dan pisang. Sayur-sayuran seperti kacang

(52)

holtikultura dengan produksi paling besar di tiap wilayah Kabupaten/Kota secara

umum ditunjukkan oleh produksi cabe, durian, dan pisang.

Perkebunan merupakan salah satu sub sektor ekonomi yang cukup

potensial di wilayah Kabupaten/Kota Nias. Perkebunan memberikan kontribusi

yang positif terhadap peningkatan perekonomian di Kabupaten/Kota di Nias.

Daerah Kabupaten/Kota di Nias memang sangat subur sehingga sangat potensial

dalam mengembangkan tanaman perkebunan. Komoditi yang dihasilkan seperti

kelapa, karet, nilam, cokelat/kakao, pinang, kopi, cengkeh. Jenis perkebunan yang

terluas adalah karet kemudian disusul kelapa dan kakao.

Hutan juga merupakan salah satu potensi yang terdapat di wilayah

Kabupaten/Kota di Nias. Hutan yang terdapat di wilayah ini cukup luas dan hasil

produksi yang paling besar ialah produksi kayu bakar.

Wilayah Kabupaten/Kota Nias yang berbentuk kepulauan sangat

menguntungkan daerah ini akan hasil-hasil lautnya. Nias juga dikenal sebagai

penghasil perikanan laut yang cukup potensial. Hal ini didukung oleh wilayah laut

yang luas, jenis ikan yang beragam dengan nilai pasar yang cukup tinggi.

Penghasil ikan laut tersebar di setiap kecamatan yang memiliki wilayah pesisir

pantai. Selama bertahun-tahun produksi perikanan yang terbesar dihasilkan oleh

perikanan laut. Sedangkan perikanan darat masih kurang dikembangkan dengan

baik di daerah ini.

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Nias

Sebelum mengalami pemekaran wilayah, Nias dibagi menjadi dua bagian

(53)

pada tahun 2008 maka kabupaten Nias dipecah lagi menjadi dua kabupaten dan

satu kota madya. Pada tanggal 29 Oktober 2008, DPR RI mensyahkan

Undang-Undang Nomor 45 tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Utara di

Provinsi Sumatera Utara, Undang-Undang Nomor 46 tahun 2008 tentang

pembentukan Kabupaten Nias Barat di Provinsi Sumatera Utara, dan Undang –

undang Nomor 47 tahun 2008 tentang pembentukan Kota Gunungsiitoli di

Provinsi Sumatera Utara.

Kabupaten Nias merupakan daerah otonom tertua yang berada di wilayah

Nias. Secara geografis Kabupaten Nias termasuk kedalam salah satu kabupaten

dengan sumber daya yang sangat potensial terutama dari sektor pertanian dan

pariwisata. Posisinya berada pada 0º12’-1º32’LU (Lintang Utara) dan 97º-98ºBT

(Bujur Timur). Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau-pulau Banyak Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Nias Selatan, Provinsi

Sumatera Utara

- Sebelah Timur berbatasan dengan Pulau Mursala, Kabupaten Tapanuli

Tengah

- Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Luas kabupaten Nias adalah 980,32 Km² yang terdiri dari sembilan

wilayah kecamatan yaitu:

1. Kecamatan Bawolato

(54)

3. Kecamatan Gido

4. Kecamatan Hiliserangkai

5. Kecamatan Idano Gawo

6. Kecamatan Hiliduho

7. Kecamatan Ma’u

8. Kecamatan Somolo-molo

9. dan Kecamatan Ulugawo

Kondisi topografi Kabupaten Nias berbukit-bukit sempit dan terjal, dimana

terdapat pegunungan dengan tinggi yang bervariasi antara 0-800 meter dari

permukaan laut. Terdiri dari dataran rendah sampai tanah bergelombang mencapai

24% , dari tanah bergelombang sampai tanah berbukit-bukit 28,8%, dan dari tanah

berbukit sampai pegunungan 51,2% dari keseluruhan luas daratan. Kondisi

topografi ini menyebabkan masyarakat sebagian besar hidup di wilayah pesisir.

Karena letaknya yang berada dekat dengan garis khatulistiwa maka

Kabupaten Nias memiliki curah hujan yang cukup tinggi yaitu rata-rata hujan

pertahun 3145,1 mm dan banyaknya hari hujan dalam setahun 273 hari atau

rata-rata 22 hari perbulan (Badan Meteorologi dan Geofisika). Keadaan iklim juga

dipengaruhi oleh Samudera Hindia dengan suhu berkisar antara 14,30 – 30,40

dengan kelembaban sekitar 80-90% dan kecepatan angin antara 5-6 knot/jam.

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk

Kabupaten Nias adalah 132.329 orang, yang terdiri atas 64.498 laki-laki dan

67.;831 perempuan. Dengan luas wilayah Kabupaten Nias sekitar 980,32 kilo

Gambar

Tabel 4.1 Luas Pulau-Pulau Besar di Wilayah Nias…………..
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel  4.1. Luas Pulau - Pulau Besar di Wilayah Nias
Tabel  4.2. Luas Wilayah Kabupaten Nias Selatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang dilakukan prosentase tertinggi intensitas nyeri disminorea sebelum dilakukan stimulasi kutaneus (slow stroke back massage) Pada Siswi Kelas VII MTS

Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang (fraktur) akibat kecelakaan lalu lintas yang ditandai dengan klien mengatakan merasa nyeri pada bagian kepala depan

Jika merujuk pada proses pembekuannya yang terjadi jauh di bawah permukaan bumi, maka kemunculan batu granit tersebut ke permukaan bumi (yang sekarang berada di Gunung

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan metode pre dan post test group design , untuk mengetahui pengaruh penambahan pursed lips breathing exercise pada

Untuk meningkatkan produksi kmpuk udang, hendaknya pengusaha kmpuk udang lebih memperhatikan penggunaan faktor-faktor produksi yang meliputi jumlah modal, bahan baku, bahan penolong

Penelitan ini juga dapat memberikan informasi dalam bidang psikologi serta dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian- penelitian selanjutnya, dimana

TABLE OF CONTENT.. PAGE

informasi kepada pelanggan dalam bahasa dan penggunaan kata yang jelas sehingga para pelanggan dapat dengan mudah mengerti di samping itu perusahaan hendaknya