UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH JUMLAH ARMADA, JUMLAH NELAYAN, PDRB, DAN INVESTASI TERHADAP PRODUKSI PERIKANAN DI
WILAYAH NIAS (ANALISIS DATA PANEL)
DIAJUKAN OLEH :
NIKE DELAYANTI ZEBUA 090501066
EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
PERSETUJUAN PERCETAKAN
Nama : Nike Delayanti Zebua
NIM : 090501066
Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Regional
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Jumlah Armada, Jumlah Nelayan, PDRB, Dan Investasi Terhadap Produksi Perikanan Di Wilayah Nias (Analisis Data Panel)
Tanggal, ______________ Ketua Program Studi
NIP. 19710503 200312 1 003 Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D
Tanggal, ______________ Ketua Departemen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
PERSETUJUAN
Nama : Nike Delayanti Zebua
NIM : 090501066
Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Regional
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Jumlah Armada, Jumlah Nelayan, PDRB, Dan Investasi Terhadap Produksi Perikanan Di Wilayah Nias (Analisis Data Panel)
Tanggal, ______________ Pembimbing
NIP. 195806121988031001 Prof. Dr. Ramli, MS
Tanggal, ______________ Pembaca Penilai
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis Pengaruh Jumlah
Armada, Jumlah Nelayan, PDRB, dan Investasi Terhadap Produksi Perikanan di
Wilayah Nias (Analisis Data Panel)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri
yang disusun sebagai tugas akademik guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau
lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin,
dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 3 Desember 2013 Penulis
ANALISIS PENGARUH JUMLAH ARMADA, JUMLAH NELAYAN, PDRB, DAN INVESTASI TERHADAP PRODUKSI PERIKANAN DI
WILAYAH NIAS (ANALISIS DATA PANEL) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah armada,
jumlah nelayan, PDRB, dan jumlah investasi terhadap produksi perikanan di
wilayah Nias. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Perikanan. Sampel yang
diambil terdiri dari lima Kabupaten/Kota antara lain Kabupaten Nias, Kabupaten
Nias Selatan, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota
Gunungsitoli.
Metode penelitian yang digunakan adalah Medote Data Panel yang
didasarkan pada lima tahun pengamatan yaitu dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah armada dan jumlah
nelayan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi perikanan di
wilayah Nias. PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap produksi
perikanan di wilayah Nias. Sedangkan Investasi berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap produksi perikanan di wilayah Nias. Hasil uji Chow dan
Haussman Test menunjukkan bahwa metode yang paling tepat digunakan adalah
metode FEM. Berdasarkan uji beda antar variabel dapat diketahui bahwa ada
perbedaan produksi perikanan kabupaten/kota di wilayah Nias.
Kata kunci: Produksi Perikanan, Jumlah Armada, Jumlah Nelayan, PDRB,
ANALYSIS THE EFFECT OF THE NUMBER OF FLEETS, THE NUMBER OF FISHERMAN, GDP, AND INVESTMENT TO THE PRODUCTION OF FISHERIES IN THE REGION OF NIAS (PANEL
DATA ANALYSIS)
ABSTRACT
This research aims to analyze the effect of the number of fleets, the number
of fisherman, GDP, and investment to the production of fisheries in the region of
Nias. The data used in this research is secondary data which is obtained from
Badan Pusat Statistik and Dinas Perikanan. The sample consists of five
regencies/city, including Regency of Nias, Regency of Nias Selatan, Regency of
Nias Utara, Regency of Nias Barat, and Gunungsitoli.
This research used the method of Panel Data Analysis which is based on
five years observation, from 2008 to 2012. The result of this research showed that
the number of fleet and the number of fisherman have a positive and significant
effect to the production of fisheries in the region of Nias. GDP has a negative and
significant effect to the production of fisheries in the region of Nias. While
investment has a negative and insignificant effect to the production of fisheries in
the region of Nias. The result of Chow test and Haussman Test show that the best
method to use is FEM. Based on difference test among variables can be seen that
there is difference of fishery production among the regencies of Nias.
Keywords: Production of Fisheries, The Number of Fleet, The Number of
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada, Tuhan Yesus Kristus, atas kasihNya
yang senantiasa mengalir dalam hidup penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul ”Analisis Pengaruh Jumlah Armada, Jumlah Nelayan,
PDRB, dan Investasi Terhadap Produksi Perikanan Di Wilayah Nias (Analisis
Data Panel)”.
Skripsi ini tidak terlepas dari jasa berbagai pihak yang telah membantu
terselesaikannya skripsi ini. Dengan hati yang tulus penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak selaku dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, P.Hd selaku Ketua Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Prof. Dr. Ramli, Ms selaku dosen pembimbing yang selama ini telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si selaku dosen pembaca penilai yang telah
memberikan masukan.
8. Seluruh Pegawai Departemen Ekonomi Pembangunan dan Pegawai Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
9. Ibunda tercinta Meriani Zebua yang sangat berjasa bagi kehidupan penulis.
Abang dan adik saya tercinta Robin Setyadi Zebua dan Leni Tri Nita Zebua
yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
10.Sahabat-sahabat terkasih dan semua rekan seperjuangan di bangku
perkuliahan dan semua teman-teman Ekonomi Pembangunan Stambuk 2009.
11.Semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, namun tidak
dituliskan pada lembaran ini, penulis mohon maaf.
Tulisan ini masih jauh dari sempurna, karena itu semua kritik dan saran
dari pembaca akan sangat berharga bagi penulis, demi perbaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membutuhkannya. Akhir kata
penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, Desember 2013 Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………... i
ABSTRACT………...………... ii
DAFTAR ISI………..………... iii
DAFTAR TABEL………... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………...………..….... 1
1.2. Rumusan masalah………. 6
1.2 Tujuan Penelitian…….………...………….. 6
1.3 Manfaat Penelitian……….... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi……… 8
2.1.1 Konsep Potensi Ekonomi... 8
2.1.2 Sumber daya Perairan... 12
2.1.3 Potensi Sub Sektor Perikanan... 14
2.1.4 Peran Sektor Kelautan Dalam Pembangunan... 19
2.3 Kerangka Konseptual………...…………... 21
2.3.1 Kerangka Konseptual Penelitian…………... 21
2.3.2 Hipotesis Penelitian………... 24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ………... 25
3.2 Daerah Penelitian………... 25
3.3 Jenis dan Sumber Data ………... 25
3.4 Metode Pengumpulan Data ………... 26
3.5 Metode Analisis Data………... 26
3.5.1 Model Analisis... 28
3.5.2 Metode Estimasi... 30
3.5.3 Pemilihan Metode Analisis... 31
3.6 Uji beda Antar Variabel... 33
3.7 Definisi Operasional... 33
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Nias... 36
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Nias... 38
4.1.2 Gambaran Umum Kabupaten Nias Selatan... 42
4.1.3 Gambaran Umum Kabupaten Nias Utara... 45
4.1.4 Gambaran Umum Kabupaten Nias Barat... 48
4.1.5 Gambaran Umum Kota Gunungsitoli... 51
4.2 Hasil Analisis dan Pembahasan... 54
4.2.1 Hasil Estimasi Data Panel... 54
4.2.2 Pemilihan Metode ... 62
4.2.3 Uji beda antar Variabel... 63
4.3. Pembahasan... 64
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ………... 68
5.2 Saran ………... 68
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Luas Pulau-Pulau Besar di Wilayah Nias………….. 36
Tabel 4.2 Luas Wilayah Kabupaten Nias Selatan... 43
Tabel 4.3 Luas Wilayah Kabupaten Nias Barat... 49
Tabel 4.4 Data Produksi perikanan di Wilayah Nias Tahun 2008-2012 (satuaTon)... 53
Tabel 4.5 Hasil Estimasi Dengan Metode OLS... 54
Tabel 4.6 Hasil Estimasi Dengan Metode FEM... 56
Tabel 4.7 Hasil Estimasi Dengan Metode FEM (Bebas Heterokedatisitas)………... 57
Tabel 4.8 Hasil Estimasi Dengan Metode REM………. 59
Tabel 4.9 Tabel Hasil Uji Chow………... 62
Tabel 4.10 Hasil Uji Haussman………... 63
DAFTAR GAMBAR
ANALISIS PENGARUH JUMLAH ARMADA, JUMLAH NELAYAN, PDRB, DAN INVESTASI TERHADAP PRODUKSI PERIKANAN DI
WILAYAH NIAS (ANALISIS DATA PANEL) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah armada,
jumlah nelayan, PDRB, dan jumlah investasi terhadap produksi perikanan di
wilayah Nias. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Perikanan. Sampel yang
diambil terdiri dari lima Kabupaten/Kota antara lain Kabupaten Nias, Kabupaten
Nias Selatan, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota
Gunungsitoli.
Metode penelitian yang digunakan adalah Medote Data Panel yang
didasarkan pada lima tahun pengamatan yaitu dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah armada dan jumlah
nelayan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi perikanan di
wilayah Nias. PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap produksi
perikanan di wilayah Nias. Sedangkan Investasi berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap produksi perikanan di wilayah Nias. Hasil uji Chow dan
Haussman Test menunjukkan bahwa metode yang paling tepat digunakan adalah
metode FEM. Berdasarkan uji beda antar variabel dapat diketahui bahwa ada
perbedaan produksi perikanan kabupaten/kota di wilayah Nias.
Kata kunci: Produksi Perikanan, Jumlah Armada, Jumlah Nelayan, PDRB,
ANALYSIS THE EFFECT OF THE NUMBER OF FLEETS, THE NUMBER OF FISHERMAN, GDP, AND INVESTMENT TO THE PRODUCTION OF FISHERIES IN THE REGION OF NIAS (PANEL
DATA ANALYSIS)
ABSTRACT
This research aims to analyze the effect of the number of fleets, the number
of fisherman, GDP, and investment to the production of fisheries in the region of
Nias. The data used in this research is secondary data which is obtained from
Badan Pusat Statistik and Dinas Perikanan. The sample consists of five
regencies/city, including Regency of Nias, Regency of Nias Selatan, Regency of
Nias Utara, Regency of Nias Barat, and Gunungsitoli.
This research used the method of Panel Data Analysis which is based on
five years observation, from 2008 to 2012. The result of this research showed that
the number of fleet and the number of fisherman have a positive and significant
effect to the production of fisheries in the region of Nias. GDP has a negative and
significant effect to the production of fisheries in the region of Nias. While
investment has a negative and insignificant effect to the production of fisheries in
the region of Nias. The result of Chow test and Haussman Test show that the best
method to use is FEM. Based on difference test among variables can be seen that
there is difference of fishery production among the regencies of Nias.
Keywords: Production of Fisheries, The Number of Fleet, The Number of
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu wilayah yang termasuk ke dalam pesisir laut di Sumatera Utara
adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah 5.625 km2. Posisinya
sangat strategis karena diapit oleh Samudra Hindia dan Pasifik. Pulau Nias
terkenal akan budaya yang khas dan keindahan alamnya. Pulau ini bahkan
menjadi salah satu tujuan wisata para turis asing yang menikmati keindahan dan
keunikan pulau ini.
Pulau Nias terdiri dari beberapa kabupaten dan satu kota madya. Pada
tahun 2003 pulau ini masih terdiri dari 2 kabupaten yakni Kabupaten Nias dan
Kabupaten Nias Selatan. Namun sejak tahun 2008 mengalami pemekaran menjadi
4 Kabupaten dan 1 Kotamadya. Adapun kabupaten tersebut yaitu Kabupeten Nias,
Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Utara, dan Kabupaten Nias Barat serta
satu kota yakni Kotamadya Gunungsitoli.
Pulau Nias yang dikelilingi oleh Samudera Indonesia memiliki potensi
kelautan yang sangat melimpah. Pulau ini ternyata memiliki kekayaan sumber
daya kelautan dan perikanan yang melimpah dengan beragam jenisnya. Semuanya
bernilai ekonomi tinggi seperti misalnya terdapatnya ikan Napoleon yang dapat
diekspor ke luar negeri seharga ratusan ribu hingga jutaan rupiah setiap ekornya.
Hasil perikanan inipun telah banyak yang diekspor hingga ke luar negeri misalnya
Pada kenyataannya potensi yang dimiliki Pulau ini masih belum
dimanfaatkan secara maksimal. Dalam hal ini potensi yang dimaksud lebih
difokuskan pada sumber daya alam yang tersedia di wilayah Nias. Potensi yang
terdapat di lima daerah yang termasuk dalam wilayah Nias pada dasarnya sama,
hal ini dikarenakan karena kabupaten/kota di wilayah Nias masih berada pada satu
wilayah yang sama yaitu wilayah kepulauan Nias. Meskipun demikian,
masing-masing kabupaten/kota di wilayah Nias tentunya memiliki komoditi unggulan
yang berbeda dari daerah lainnya.
Sektor yang menjadi basis utama dalam perekonomian di wilayah Nias
yakni sektor pertanian. Sampai saat ini sektor pertanian tetap menjadi andalan
kabupaten/kota di wilayah Nias, hal ini dapat dilihat dari peranannya menciptakan
PDRB yang sangat tinggi dibandingkan dengan beberapa sektor lainnya.
Sebagai daerah kepulauan maka kabupaten Nias sangat potensial terhadap
perikanan laut. Sebagian besar hasil perikanan laut tersebut merupakan hasil
tangkapan nelayan tradisional. Potensi pengembangan perikanan didukukung oleh
lautan yang cukup luas, jenis ikan yang beraneka ragam dengan nilai pasar yang
cukup tinggi. Jenis ikan yang hidup di perairan Nias antara lain Ikan kakap putih,
gurapu, Tuna, lobster, udang dan berbagai jenis ikan lainnya yang memenuhi
kriteria ekspor. Selain perikanan laut, perikanan darat juga memiliki potensi yang
cukup menjanjikan di Nias. Namun, untuk saat ini, perikanan darat masih kurang
dikembangkan dengan baik.
Selama tahun 2011 seluruh sub sektor dalam sektor pertanian sudah
tertinggi di antara sektor pertanian adalah sub sektor perikanan dengan laju
pertumbuhan sebesar 7,60 % kemudian disusul oleh sub sektor perkebunan yaitu
sebesar 6,62%, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 5,50%, sub
sektor tanaman bahan pangan sebesar 4,09% dan sub sektor kehutanan sebesar
3,32%.
Pertumbuhan pada sub sektor perikanan tersebut masih belum
menunjukkan kondisi dimana produksi perikanan di wilayah Nias telah dikelola
secara maksimal. Jika dibandingkan dengan luasnya perairan di wilayah Nias dan
ketersediaan sumber daya perikanan terhadap hasil-hasil produksi yang telah
dikelola di wilayah Nias, maka jumlah produksi tersebut tergolong masih sangat
sedikit. Sebagian besarnya lagi masih belum bisa tersentuh oleh masyarakat yang
berada di wilayah Nias.
Produksi perikanan di wilayah Nias yang masih tergolong rendah
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya kondisi kehidupan nelayan yang
berada pada garis kemisikinan. Karena kondisi tersebut, maka tidaklah heran
apabila di Nias alat untuk menangkap ikan masih tergolong sangat sederhana.
Berdasarkan jumlah rumah tangga perikanan (RTP) ternyata pemilik armada
perikanan bermotor hanyalah sejumlah 246 RTP atau 4,6 % (data Statistik Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nias) dan sebagian besar nelayan Nias yakni
74,60% hanya bermodalkan perahu dayung, sedangkan 17,295 lainnya
menggunakan alat penangkap ikan yaitu pancing yang sungguh sangat sederhana.
Selain itu Nias dihadapkan pada kendala dimana hasil lautnya sedikit
tidak tersedia cukup banyak di Nias, misalnya dermaga pendaratan, depot BBM,
pabrik es, cold storage, fasilitas pengolahan, sarana transportasi, dan sebagainya.
Bahkan jala ikannya pun masih sangat minim. Akibatnya, armada penangkapan
ikan semuanya menuju ke pangkalan yang mampu menyediakan semua kebutuhan
tersebut antara lain Sibolga, Padang, bahkan hingga Jakarta. Maraknya pencurian
ikan yang terjadi di perairan Nias menggunakan pukat harimau dan pukat cincin
sehingga menyebabkan penghasilan nelayan di Nias turun drastis.
Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang
memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam
penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan
kerja. Akan tetapi ironisnya, sektor perikanan selama ini belum mendapat
perhatian yang serius dari pemerintah dan kalangan pengusaha, padahal bila
sektor perikanan dikelola secara serius akan memberikan kontribusi yang lebih
besar terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dapat mengentaskan
kemiskinan masyarakat terutama masyarakat nelayan dan petani ikan.
Guna meningkatkan pendapatan daerah pada dewasa ini masing-masing
daerah dituntut harus mampu berusaha sendiri untuk meningkatkan
pendapatannya, maka penggalian potensi ekonomi daerah dan penggunaan potensi
yang tepat adalah jalan terbaik, karena tanpa memperhitungkan potensi yang
dimiliki oleh masing-masing daerah maka pengembangan pembangunan dan
pendapatan daerah tidak akan mencapai hasil yang optimal atau sesuai dengan
yang diharapkan. Potensi ekonomi daerah merupakan kemampuan ekonomi yang
berkembang menjadi sumber kehidupan rakyat setempat bahkan dapat menolong
perekonomian daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya
dan berkesinambungan (Soeparmoko, 2002).
Sub sektor perikanan di wilayah Nias merupakan salah satu sub sektor
potensial dalam pengembangan PDRB Nias. Sub sektor ini apabila dikembangkan
dengan baik sangat memungkinkan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pada umumnya dan nelayan pada khususnya. Maka untuk
mengembangkan potensi ini, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi perikanan di kabupaten Nias. Hasil dari perhitungan tersebut bisa
menjadi patokan bagi pemerintah dalam upaya mengembangkan sub sektor
perikanan sebagai salah satu sub sektor potensial yang diharapkan memberi
manfaat optimal bagi kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga akan membantu
pemerintah dan masyarakat dalam melakukan kegiatan pengelolaan sumberdaya
perikanan ini kedepannya.
Sumber daya perikanan di Kabupaten Nias memiliki potensi yang cukup
besar. Potensi yang belum digali secara optimal tersebut jika diolah secara lebih
fokus dan terarah akan memberikan dampak yang nyata bagi perkembangan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Nias. Berdasarkan
fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui apa sebenarnya
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka diperoleh
perumusan masalah:
1. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan produksi perikanan di
wilayah Nias.
2. Bagaimana pengaruh jumlah armada terhadap produksi perikanan di wilayah
Nias.
3. Bagaimana pengaruh jumlah nelayan terhadap produksi perikanan di wilayah
Nias.
4. Bagaimana pengaruh PDRB terhadap produksi perikanan di wilayah Nias.
5. Bagaimana pengaruh Investasi terhadap produksi perikanan di wilayah Nias.
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan produksi di wilayah Nias
1.4.Manfaat penelitian
Adapun manafaat penelitian ini antara lain:
1. Bagi masyarakat wilayah Nias, hasil penelitian ini diharapkan mampu
menjadi salah satu masukan yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan
produksi sumber daya perairan di wilayah Nias.
2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
mengembangkan potensi perairan yang selama ini belum dimanfaatkan dan
dikelola secara optimal.
3. Bagi peneliti selanjutnya dalam topik yang berkaitan, hasil penelitian ini
diharapkan bermanfaat sebagai bahan referensi dan memberikan informasi
yang berguna demi kemajuan dunia ilmiah.
4. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini merupahan wadah untuk menuangkan
kreatifitas dan daya analisis sebagai kontribusi terhadap dunia ilmiah, secara
khusus untuk Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Landasan Teori
2.1.1. Konsep Potensi Ekonomi
Potensi ialah segala sesuatu hal yang dapat dijadikan sebagai bahan atau
sumber yang akan dikelola baik melalui usaha yang dilakukan manusia maupun
yang dilakukan melalui tenaga mesin dimana dalam pengerjaannya potensi dapat
juga diartikan sebagai sumber daya yang ada disekitar kita. (Kartasapoetra, 1987 :
56). Potensi tersebut bisa berupa segala sumber daya alam yang terdapat di muka
bumi ini, baik yang dapat diperbarui maupun yang tidak dapat diperbarui.
Sumber daya alam merupakan kekayaan yang sangat berharga yang
bermanfaat bagi kelangsungan hidup setiap makluk yang ada di bumi ini. Dengan
memanfaatkan dan mengelola sumberdaya tersebut manusia mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sumber daya alam tersebut sangat
beranekaragam jenisnya. Karena keanekaragamannya tersebut, maka sumber daya
alam dapt dibedakan menjadi dua yaitu sumberdaya alam yang dapat pulih
(renewable resources) dan sumber daya alam yang tidak dapat pulih (non
renewable resources.
Setiap sumberdaya alam tersebut masing-masing memiliki potensi untuk
suatu keterkaitan yang menyatu dalam melaksanakan pembangunan baik di
tingkat nasional maupun di tingkat daerah.
Pembangunan ekonomi merupakan usaha untuk menaikkan atau
mempertahankan Produk Domestik Bruto (PDB) perkapita dengan tetap
memperlihatkan tingkat pertumbuhan penduduk. Pandangan tersebut merupakan
suatu pandangan yang dipergunakan Indonesia dalam melaksanakan
pembangunan. Pada tingkat nasional pertumbuhan ekonomi dapat diukur melalui
Produk Domestik Bruto (PDB) dan pada tingkat daerah yakni Provinsi,
Kabupaten dan Kota, dapat dukur melalui Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Produk Domestik Bruto dapat diartikan sebagai nilai-nilai barang dan
jasa yang diproduksi dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu.
Suatu ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat
kegiatan ekonominya lebih tinggi dibanding dengan masa sebelumnya. Hal ini
juga dibarengi dengan kenaikan tingkat pendapatan penduduk yang berimbas pada
tingkat kesejahteraannya yang semakin membaik. Namun, seiring dengan
berjalannya waktu tingginya tingkat pendapatan masyarakat ternyata tidak
menjamin bahwa kehidupan masyarakat secara keseluruhan mengalami perbaikan
kualitas hidup. Justru hal ini akan memicu terjadinya disparitas akibat tidak
meratanya distribusi pendapatan.
Ketimpangan/disparitas telah menjadi pemasalahan turun temurun yang
dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Selain distribusi
pendapatan yang tidak merata, ketimpangan juga dipicu oleh konsentrasi kegiatan
perbedaan sumber daya alam (SDA), perbedaan kondisi geografis antar wilayah,
dan kurang lancarnya perdagangan antar provinsi. (Tambunan:2001)
Kemakmuran suatu wilayah memang berbeda dengan wilayah lainnya.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan pada struktur ekonominya. Untuk
bisa mengubah suatu wilayah pada kondisi yang lebih makmur, akan tergantung
pada usaha-usaha daerah tersebut dalam menghasilkan barang dan jasa. Mencari
sumber-sumber pembiayaan untuk melaksanakan pembangunan dengan cara
menggali potensi yang ada di daerah tersebut. Hal ini sangat ditentukan oleh
kebijakan yang diambil dan diterapkan oleh daerah tersebut, terutama dalam
memprioritaskan sektor-sektor mana saja yang bisa dikelola untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
Potensi ekonomi suatu daerah adalah kemampuan ekonomi yang ada di
daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang
menjadi sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat menolong
perekonomian daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya
dan berkesinambungan (Soeparmoko, 2002). Persoalan pokok dalam
pembangunan daerah sering terletak pada sumberdaya dan potensi yang dimiliki
guna menciptakan peningkatan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat
daerah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut ada kerjasama Pemerintahdan
masyarakat untuk dapat mengidentifikasi potensi-potensi yang tersedia dalam
daerah dan diperlukan sebagai kekuatan untuk pembangunan perekonomian
Pengembangan wilayah diartikan sebagai semua upaya yang dilakukan
untuk menciptakan pertumbuhan wilayah yang ditandai dengan pemerataan
pembangunan dalam semua sektor dan pada seluruh bagian wilayah. Pertumbuhan
ekonomi dapat terjadi secara serentak pada semua tempat dan semua sektor
perekonomian, tetapi hanya pada titik-titik tertentu dan pada sektor-sektor tertentu
pula. Disebutkan juga bahwa investasi diprioritaskan pada sektor-sektor utama
yang berpotensi dan dapat meningkatkan pendapatan wilayah dalam jangka waktu
relatif singkat (Glasson, 1990).
Dari definisi tersebut diatas dimaksudkan bahwa wilayah yang memiliki
potensi berkembang lebih besar akan berkembang lebih pesat, kemudian
pengembangan wilayah tersebut akan merangsang wilayah sekitarnya. Bagi sektor
yang memiliki potensi berkembang lebih besar cenderung dikembangkan lebih
awal yang kemudian diikuti oleh perkembangan sektor lain yang kurang potensial.
Dalam pengembangan wilayah, pengembangan tidak dapat dilakukan serentak
pada semua sektor perekonomian akan tetapi diprioritaskan pada pengembangan
sektor-sektor perekonomian yang potensi berkembangnya cukup besar. Karena
sektor ini diharapkan dapat tumbuh dan berkembang pesat yang akan merangsang
sektor-sektor lain yang terkait untuk berkembang mengimbangi perkembangan
sektor potensial tersebut.
Perkembangan ekonomi suatu wilayah membangun suatu aktivitas
perekonomian yang mampu tumbuh dengan pesat dan memiliki keterkaitan yang
tinggi dengan sektor lain sehingga membentuk forward linkage dan backward
polarisasi dari unit-unit ekonomi lainnya yang pada akhirnya secara tidak
langsung sektor perekonomian lainnya akan mengalami perkembangan.
Jadi disimpulkan bahwa pengembangan suatu sektor ekonomi potensial
dapat menciptakan peluang bagi berkembangnya sektor lain yang terkait, baik
sebagai input bagi sektor potensial maupun sebagai imbas dari meningkatnya
kebutuhan tenaga potensial yang mengalami peningkatan pendapatan. Hal inilah
yang memungkinkan pengembangan sektor potensial dilakukan sebagai langkah
awal dalam pengembangan perekonomian wilayah dan pengembangan wilayah
secara keseluruhan.
2.1.2. Sumberdaya perairan
Perairan adalah daerah-daerahyang tergenangi air dan tidak pernah kering
sepanjang waktu, kecuali mengalami pendangkalan dan surut (I Njoman : 2010).
Perairan yang kandungan garamnya 0-≤0,5% adalah air tawar dan yang melebihi
0,5-18% berarti air payau. Sementara daerah laut terbuka mengandung kadar
garam antara >18-35%. Menurut Wikipedia bahasa Indonesia perairan ialah suatu
kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat dinamis
(bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis (tergenang) seperti
danau.
Lingkungan perairan laut dibedakan atas perairan pantai (coastal) dan
perairan laut bebas). Perairan pantai mencakup daerah-daerah dengan kedalaman
kurang lebih 200m. Selebihnya disebut laut bebas (oceanic).
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan dua pertiga wilayahnya
luasnya 3,1 juta km2 (Dendi et. al.2005:1). Selain itu, Indonesia juga mempunyai
hak pengelolaan dan pemanfaatan di Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sekitar 2,7
juta km2 sehingga luas wilayah laut yang dapat dimanfaatkan sumberdaya alam
hayati dan non hayati di perairan yang luasnya sekitar 5,8 juta ton pertahun
(Nikijuluw, 2002:15).
Sumber daya hayati terdiri atas hutan mangrove, terumbu karang, padang
lamun dan rumput laut, serta sumberdaya perikanan. Hutan mangrove merupakan
ekosistem utama pantai, memiliki karakteristik fisiologi, struktur adaptasi dengan
preferensi terhadap habitat pantai. Hutan mangrove dikenal masyarakat memiliki
tumbuh-tumbuhan adaptis, dimana proses terjadinya hutan ini terutama sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor tanah (struktur komposisi, aerasi, kandungan
mineral, dan pergerakan air). Hutan mangrove mempunyai fungsi ekologis dan
ekonomis. Fungsi ekologis meliputi penahan abrasi, amukan angin topan dan
tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut, dan sebagai penyedia nutrien
bagi biota perairan. Sedangkan fungsi ekonomisnya yaitu sebagai penyedia kayu,
bahan bangunan, sebagai alat penangkap ikan, dan daun-daunnya bisa dijadikan
sebagai bahan baku obat-obatan.
Selain hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun juga memiliki
fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis terumbu karang adalah sebagai
penyedia nutrisi bagi biota perairan, pelindung fisik bagi berbagai biota dan
tempat bermain biota laut. Padang lamun juga merupakan habitat bagi
bermacam-macam ikan dan merupakan makana bagi ikan duyung, penyu laut, bulu babi, dan
berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, dan kerang mutiara yang
tentunya memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Sedangkan padang lamun dapat
diolah menjadi bahan makanan dan pupuk. Rumput laut juga dapat diolah sebagai
makanan dan obat-obatan.
Perairan laut Indonesia juga kaya akan sumber daya perikanannya.
Terdapat berbagai spesies ikan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dengan jumlah
yang sangat melimpah. Berdasarkan luasnya, laut yang dimiliki Indonesia tidak
diragukan mengandung bermacam jenis ikan laut, baik yang komersial maupun
yang tidak. Diantara negara-negara produksi ikan di dunia Indonesia termasuk
dalam peringkat besar produksi ikan.
Selain sumber daya yang dapat pulih (hayati) perairan juga memiliki
sumber daya alam yang tidak dapat pulih (non hayati) meliputi seluruh mineral
dan geologi, misalnya mineral terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas A (mineral
strategis, misalnya minyak, gas, dan batu bara), kelas B (mineral vital meliputi
emas, timah, nikel, bauksit, bijih besi dan kromit), dan kelas C (mineral industri
termasuk bahan bangunan dan galian seperti granit, kapur, tanah liat dan pasir.
Perairan juga memilikin potensi pembangunan dari segi jasa-jasa
lingkungan. Jasa- jasa lingkungan yang dimaksud meliputi fungsi kawasan pesisir
dan lautan sebagai tempat rekreasi dan pariwisata, media transportasi dan
komunikasi, sumber energi, sarana pendidikan dan penelitian, pertahanan
keamanan, penampungan limbah, pengatur iklim(climate regulator), kawasan
perlindungan (konservasi dan preservasi), dan sistem penunjang kehidupan.
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau,
baik pulau besar maupun pulau kecil. Ada kurang lebih 17.500 pulau yang
terdapat di Indonesia. Negara Indonesia dikenal juga dengan sebutan sebagai
negara maritim, dimana dua per tiga wilayahnya merupakan lautan, yang terdiri
dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat yang luasnya 3,1 juta km2 (Dendi et. al.,
2005:1).
Indonesia sebagai negara maritim dan merupakan salah satu kepulauan
terbesar di dunia memiliki wilayah laut dan garis pantai yang sangat luas. Kondisi
ini memberikan keuntungan bagi Indonesia dalam memanfaatkan dan mengelola
berbagai sumber daya perairan yang terdapat di wilayah kekuasaannya tersebut.
Selama ini, salah satu sumber daya perairan yang membuat nama Indonesia
dikenal oleh dunia yaitu sumber daya perikanannya yang sangat melimpah.
Potensi ekonomi sumber daya pada sektor perikanan diperkirakan
mencapai US$ 82 miliar per tahun. Potensi tersebut meliputi: potensi perikanan
tangkap sebesar US$ 15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$
46,7 miliar per tahun, potensi peraian umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun,
potensi budidaya tambak sebesar US$ 10 miliar per tahun, potensi budidaya air
tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar
US$ 4 miliar per tahun. Selain itu, potensi lainnya pun dapat dikelola, seperti
sumber daya yang tidak terbaharukan, sehingga dapat memberikan kontribusi
yang nyata bagi pembangunan Indonesia.
Potensi perikanan Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,
yang dimiliki oleh perairan Indonesia. Dengan kata lain potensi kelautan dan
perikanan belum dimanfaatkan secara optimal. Pembangunan ekonomi bangsa
melalui pengembangan perikanan seharusnya perlu diperhatikan mengingat
Indonesia memiliki sumber daya yang potensial.
Menurut Badan Riset Kelautan dan Perikanan Indonesia memiliki lima
keunggulan komparatif dibandingkan negara-negara lain di dunia yaitu:
1. Marine Mega Biodiversity: wilayah perairan Indonesia memiliki keragaman
hayati yang tidak ternilai baik dari segi komersial maupun saintifiknya yang
harus dikelola dengan bijaksana.
2. Plate Tectonic : Indonesia merupakan tempat pertemuan tiga lempeng
tektonik, sehingga wilayah tersebut kaya akan kandungan sumberdaya alam
dasar laut, namun juga merupakan wilayah yang relatif rawan terhadap
terjadinya bencana alam.
3. Dynamic Oceanographic and Climate Variability : perairan Indonesia
merupakan tempat melintasnya aliran arus lintas antara samudera Pasifik dan
samudera Indonesia, sehingga merupakan wilayah yang memegang peranan
penting dalam sistem arus global yang menentukan variabilitas iklim
nasional, regional dan global dan berpengaruh terhadap distibusi dan
kelimpahan sumberdaya hayati.
4. Indonesia dengan konsep Wawasan Nusantara sebagaimana diakui dunia
internasional sesuai dengan hukum laut internasional (UNCLOS 82),
mengelola dan memanfaatkannya secara optimal dengan tetap memperhatikan
hak-hak tradisional dan internasional.
5. Indonesia sebagai negara kepulauan telah menetapkan alur perlintasan
pelayaran internasional, yaitu yang dikenal dengan Alur Lintas Kepulauan
Indonesia (ALKI), hal ini mengharuskan kita untuk mengembangkan
kemampuan teknik pemantauannya serta kemampuan untuk menjaga
kelestarian lingkungan sekitarnya.
Salah satu sumber daya perairan yang berpotensi paling besar dalam hal
ini sumber daya hayati adalah perikanannya. Berdasarkan Undang-Undang 45
Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004
Tentang Perikanan, yang dimaksud dengan perikanan adalah semua kegiatan yang
berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan
lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan
pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Sedangkan
berdasarkan BPS dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia Tahun 2009,
yang termasuk dalam sektor perikanan adalah kegiatan usaha yang mencakup
penangkapan dan budi daya ikan, jenis crustacea (seperti udang, kepiting),
moluska, dan biota air lainnya di laut, air payau dan air tawar.
Potensi ekonomi sumber daya pada sektor perikanan diperkirakan
mencapai US$ 82 miliar per tahun. Potensi tersebut meliputi: potensi perikanan
tangkap sebesar US$ 15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$
46,7 miliar per tahun, potensi peraian umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun,
tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar
US$ 4 miliar per tahun. Selain itu, potensi lainnya pun dapat dikelola, seperti
sumber daya yang tidak terbaharukan, sehingga dapat memberikan kontribusi
yang nyata bagi pembangunan Indonesia.
Secara garis besar, sumber daya perikanan dapat dimanfaatkan melalui
penangkapan ikan (perikanan tangkap) dan budidaya ikan. Sehingga usaha
perikanan merupakan semua kegiatan yang dilakukan secara perorangan atau
badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan ikan termasuk
menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersil dan
mendapatkan laba dari kegiatan yang dilakukan (Monintja, 2001). Berdasarkan
Undang-undang 45 Tahun 2009 penangkapan ikan adalah kegiatan untuk
memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan
alat atau cara apa pun. Sedangkan pembudidaya ikan adalah kegiatan untuk
memelihara, membesarkan dan/atau membiakan ikan serta memanen hasilnya
dalam lingkungan yang terkontrol.
Menurut Ningsih (2005) sumber daya perikanan laut dapat dikelompokkan
ke dalam empat kelompok besar yaitu: (1) sumber daya ikan demersal, yaitu jenis
ikan yang hidup di atau dekat dasar perairan; (2) sumber daya ikan pelagis, yaitu
jenis sumber daya ikan yang hidup di sekitar permukaan perairan; (3) sumber
daya ikan pelagis besar, yaitu jenis ikan oceanic seperti tuna, cakalang, tenggiri
dan lain-lain; (4) sumber daya udang dan biota laut non ikan lainnya seperti kuda
laut. Sedangkan potensi pengembangan pada perikanan budidaya dapat dilakukan
budidaya air payau; (3) air tawar yang terdiri dari perairan umum (danau, waduk,
sungai dan rawa), kolam air tawar dan mina padi sawah. (KKP, 2010)
2.1.4 Peran Sektor Kelautan dalam Pembangunan
Sektor kelautan mulai diperhatikan oleh pemerintah dalam pembangunan,
sejak PELITA VI rejim Orde Baru. Sebelum itu pemerintah lebih memperhatikan
eksploitasi sumberdaya daratan, karena pada masa tersebut daratan masih
mempunyai potensi yang sangat besar, terutama hutan. Namun setelah hutan
ditebang habis dan sumber minyak dan gas bumi baru sulit ditemukan di daratan,
maka barulah pemerintah Orde Baru mulai berpaling kepada sektor kelautan.
Potensi kelautan Indonesia sangat besar dan beragam, yakni memiliki
17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.000 km dan 5,8 juta km2 laut
atausebesar 70% dari luas total Indonesia. Potensi tersebut tercermin dari
besarnya keanekaragaman hayati, potensi budidaya perikanan pantai, laut dan
pariwisata bahari. Tetapi sayangnya baru sebagian kecil saja potensi yang
dimanfaatkan. Menurut Budiharsono (2001), rendahnya pemanfaatan potensi
sumber daya kelautan yang sedemikian besar terutama disebabkan oleh:
1. Pemerintahdan masyarakat masih mengutamakan eksploitasi daratan;
2. Teknologi eksploitasi dan eksplorasi lautan memerlukan tingkat teknologi
yang tinggi
3. Kualitas sumberdaya manusia yang terlibat dalam sektor kelautan relatif
masih rendah, khususnya di perikanan tangkap
4. Introduksi teknologi baru dalam perikanan tangkap, tidak terjangkau oleh
5. Sistem kelembagaan yang ada belum mendukung pada pengembangan sektor
kelautan.
2.2. Landasan Penelitian Terdahulu
Dwi Handini Prabowoningtyas (2011) melakukan Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Output Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
Menggunakan Model Pertumbuhan Neo Klasik. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis pengaruh stok modal tahun sebelumnya, investasi pemerintah,
tenaga kerja bekerja, dan indeks pembangunan manusia terhadap pertumbuhan
output Kabupaten/Kota di Jawa Tengah selama tahun 2007-2008. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode data panel dengan pendekatan efek
tetap. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stok modal tahun sebelumnya,
tenaga kerja bekerja, dan Indeks Pembangunan Manusia signifikansi pada taraf 95
persen (α = 95%). Sementara variabel investasi dan dummy wilayah tidak
ssignifikan pada taraf 95 persen.
Imam Nugraha Heru Sentosa (2005) dalam penelitiannya yang berjudul
Analisis Pertumbuhan Kota Semarang dan Kabupaten Blora Provinsi Jawa
Tengah. Penelitian ini menggunakan model regresi data panel dengan variabel
antara lain PDRB, Investasi (PMA dan PMDN), Jumlah Angkatan Kerja, Indeks
harapan Hidup, dan variabel dummy. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahhwa faktor yang mempengaruhi output total (PDRB) adalah jumlah angkatan
kerja dan indeks harapan hidup. Investasi dan dummy secara individu tidak
Neni Pancawati (2000) melakukan analisis Pengaruh Rasio Kapital –
Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, Stok Kapital, dan Pertumbuhan Penduduk
Terhadap Tingkat Pertumbuhan GDP Indonesia. Data yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari data panel utuk tiga periode pertumbuhan (1960-1970;
1970-1980; 1980-1990) dari 89 negara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
rasio tenaga kerja-kapital berpengaruh positif terhadap pertumbuhan output, gross
enrollment ratio berpengaruh positif terhadap pertumbuhan output, perubahan
stok kapital berpengaruh positif terhadap pertumbuhan output, dan pertumbuhan
penduduk berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan output.
2.1.Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1. Kerangka Konseptual Penelitian
Pemanfaatan potensi perairan di wilayah Nias khususnya perikanan masih
belum optimal. Hal ini ditandai dengan kondisi kehidupan masyarakat pesisir
yang masih di bawah garis kemiskinan. Selain itu, perikanan di wilayah Nias
dihadapkan pada permasalahan dimana pengelolaan hasil-hasil perikanan masih
sangat didominasi oleh perikanan laut, sedangkan perikanan darat masih belum
dikembangkan.
Wilayah Nias memiliki potensi yang sangat besar dalam bidang
perikanannnya. Potensi-potensi ini apabila dikelola dengan baik akan mampu
memperbaiki kualitas hidup dan perekonomian masyarakat di wilayah tersebut.
Oleh karena itu, maka perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
wilayah Nias. Hubungan antar variabel tersebut diuraikan melalui skema di bawah
ini:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dari skema diatas dapat diketahui bahwa ada empat variabel yang
mempengaruhi produksi perikanan di wilayah Nias antara lain jumlah armada,
jumlah nelayan, PDRB, dan investasi di sektor perikanan. Secara umum, jumlah
armada berpengaruh positif terhadap produksi perikanan. Apabila jumlah armada
semakin banyak maka akan meningkatkan produksi perikanan. Jumlah armada
memegang peranan yang penting khususnya dalam mendukung kegiatan
penangkapan ikan di laut. Hasil-hasil perikanan di wilayah Nias belum
dimanfaatkan secara optimal salah satunya disebabkan faktor jumlah armada yang
Produksi Perikanan
Jumlah Armada
Jumlah Nelayan
Jumlah PDRB
masih minim. Selain itu, sebagian besar masyarakat masih tergolong nelayan
tradisional yang mengandalkan sampan dan perahu-perahu kayu yang sangat
sederhana untuk pergi melaut. Masyarakat yang memiliki perahu bermotor masih
sangat sedikit, bahkan sebagian diantara mereka hanya sebagai penyewa perahu
bermotor tersebut. Akibatnya, sumber daya alam perikanan yang terdapat di
wilayah perairan Nias belum bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat
Nias itu sendri.
Jumlah nelayan juga mempengaruhi produksi perikanan di wilayah Nias.
Dari tahun ketahun minat masyarakat untuk menjadi nelayan mulai mengalami
penurunan. Semakin banyak masyarakat yang meninggalkan profesi nelayan dan
beralih pada pekerjaan lain seperti bertani dan berkebun. Hal ini dilatar belakangi
kehidupan masyarakat yang mengandalkan hasil-hasil laut untuk menunjang
perekonomiannya masih berada jauh dari kesejahteraan. Potret kehidupan
masyarakat wilayah pesisir masih berada pada garis kemiskinan tidak hanya dapat
dilihat di wilayah Nias saja bahkan di Indonesia secara keseluruhan. Dari
gambaran tersebut maka muncul sebuah pemikiran di tengah-tengah masyarakat
bahwa profesi nelayan dianggap tidak dapat memberikan jaminan hidup layak.
Akibatnya jumlah nelayan pun semakin mengalami penyusutan. Hal tersebut akan
berimbas pada menurunnya produksi perikanan.
Kenaikan total output (PDRB) mempengaruhi produksi perikanan.
Kenaikan PDRB menunjukkan gambaran perekonomian masyarakat yang
banyak modal pada sub sektor perikanan juga meningkat. Sehingga produksi
perikanan juga meningkat.
Investasi juga mempengaruhi produksi perikanan. Dimana apabila
investasi pada sektor perikanan meningkat, maka akan memicu minat masyarakat
untuk ambil bagian dalam kegiatan produksi sehingga produksi perikanan juga
meningkat.
2.3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah tafsiran yang diruuskan serta diterima untuk sementara
yang akan diuji kebenarannya (M.Nasir,1998). Dari kerangka pemikiran diatas
maka penelitian ini dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
1. Jumlah armada dan jumlah nelayan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap produksi perikanan di wilayah Nias (Kabupaten Nias,
Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat,
dan Kota Gunungsitoli.
2. PDRB dan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
produksi perikanan di wilayah Nias.
3. Ada perbedaan rata-rata produksi perikanan di kabupaten/kota di
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berfokus pada masalah kemampuan produksi di wilayah
Nias terhadap potensi perikanan laut.
3.2.Daerah Penelitian
Daerah penelitian adalah beberapa kabupaten/kota yang terdapat di
wilayah Nias antara lain Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten
Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli.
3.3.Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini memanfaatkan sumber
data sekunder yang dipublikasikan oleh berbagai instansi atau lembaga terkait
antara lain :
1. Dinas Perikanan Kabupaten Nias, Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat, dan
Kota Gunungsitoli
2. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara
3. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Nias, Nias Selatan, Nias Utara, Nias
Barat, dan Kota Gunungsitoli
3.4.Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh melalui telaah kepustakaan dan hasil
publikasi. Adapun data yang dibutuhkan adalah :
1. Data produksi perikanan Kabupaten Nias, Kabupaten Nias selatan, Kabupaten
Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli tahun 2008-2012
2. Data jumlah armada di Kabupaten Nias, Kabupaten Nias selatan, Kabupaten
Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli tahun 2008-2012
3. Data jumlah nelayan di Kabupaten Nias, Kabupaten Nias selatan, Kabupaten
Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli tahun 2008-2012
4. Data PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Nias, Kabupaten Nias
selatan, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli
tahun 2008-2012
5. Data investasi sektor perikanan Kabupaten Nias, Kabupaten Nias selatan,
Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli tahun
2008-2012
3.5.Metode Analisis Data
Di dalam analisis ekonometrika dikenal tiga jenis data yaitu data time
series, data cross section, dan data panel. Yang dimaksud dengan data time series
adalah data yang dikumpulkan dari berbagai individu dalam kurun waktu tertentu.
Data cross section merupakan amatan dari beberapa unit observasi dalam satu
titik waktu atau data yang dikumpulkan dari satu individu untuk beberapa tahun.
lain data panel merupakan data dari beberapa individu sama dalam kurun waktu
tertentu.
Menurut Baltagi(2005) dalam Fadly (2011), penggunaan data panel dalam
regresi memiliki keuntungan antara lain:
1. Dengan menggabungkan data time series dan cross section, panel
menyediakan data yang lebih banyak dan informasi yang lebih lengkap dan
bervariasi. Dengan demikian akan dihasilkan degress of freedom (derajat
bebas) yang lebih besar dan mampu meningkatkan presisi dari estimasi yang
dilakukan.
2. Data panel mampu mengakomodasi tingkat heterogenitas individu-individu
yang tidak diobservasi namun dapat mempengaruhi hasil dari permodelan (
individual heterogeneity). Hal ini tidak dapat dilakukan oleh studi time series
maupun cross section sehingga dapat menyebabkan hasil yang diperoleh
melalui kedua studi ini akann menjadi bias.
3. Data panel dapat digunakan untuk mempelajari kedinamisan data. Artinya
dapat digunakan untuk memperoleh informasi bagaimana kondisi
individu-individu pada waktu tertentu dibandingkan pada kondisi pada waktu yang
lainnya.
4. Data panel dapat mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak dapat
ditangkap oleh data cross section murni maupun data time series murni.
5. Data panel memungkinkan untuk membangun dan menguji model yang
bersifat lebih rumit dibandingkan data cross section murni maupun data time
6. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi individu
karena unit observasi terlalu banyak.
Pembentukan model data panel adalah sebagai berikut:
1. Model data cross section
Yi = α0 + αX1 + μi
Di mana i = 1,2,3,...,N
2. Model data time series
Yt = β0 + β X1 + μi
Di mana t = 1,2,3,...,N
3. Model data panel
Y it = γ + ϕ X it + μit
Di mana i = 1,2,3,...,N dan t = 1,2,3,...N
Dalam melakukan analisis, ada tahap-tahap yang harus dilalui yaitu :
1. Penentuan model estimasi, terkait dengan model yang digunakan Fixed or
random Effect
2. Penentuan metode estimasi
3. Pengujian asumsi dan kesesuaian model
4. Interpretasi
3.5.1. Model Analisis
Pembentukan model dalam penelitian ini dilakukan dengan penggabungan
model cross section dan time series.
a. Cross Section
Yi = a0+a1X1+a2X2+a3X3+a4X4+ei Di mana: i = Kabupaten/kota
1. Kabupaten Nias
2. Kabupaten Nias Selatan
3. Kabupaten Nias Utara
4. Kabupaten Nias Barat
5. Kota Gunungsitoli
b. Time series
Model data Time Series:
Yt = b0+b1X1+b2X2+ b3X3+b4X4+et Di mana: t = Waktu
t1 = 2008
t2 = 2009
t3 = 2010
t4 = 2011
t5 = 2012
c. Data Panel
Model data panel:
Yit = α0+ α1X1+ α2X2+ α3X3+ α4X4+eit Di mana: Y = Produksi Perikanan
α0 = Intercept (konstanta)
X2= Jumlah nelayan
X3= PDRB
X4= Investasi sektor perikanan
ei = Standar Eror (Error Term)
3.5.2. Metode Estimasi
Untuk mengestimasi parameter pada persamaan data panel, maka ada tiga
metode yang dapat digunakan, yaitu Ordinary Least Square (OLS), Fixed Effect
Model (FEM) dan Random Effect Model (REM), Chow Test, dan Haussman Test
(Pratomo:2007)
a. Ordinary Least Square (OLS)
Data cross section dan time series digabungkan dalam bentuk pool data.
Kemudian data tersebut diregresikan dengan metode OLS. Penggunaan estimasi
dengan metode ini tidak realistis. Misalkan kita ingin menganalisis pengaruh
pengeluaran pemerintah daerah terhadap pertumbuhan daerah. Dengan
menggunakan OLS maka kita akan memperoleh nilai intercept dan koefisien
parameter yang konstan untuk seluruh daerah. Apakah mungkin setiap daerah
memiliki intercept yang sama? Oleh karena itu, penggunaan metode lainnya yakni
Fixed Effect Model dan Random Effect Model lebih baik
b. Fixed Effect Model (FEM)
Model ini memiliki intercept persamaan yang tidak konstan atau terdapat
perbedaan pada setiap individu (data cross section). Sementara itu, slope koefisien
dari regresi tidak berbeda pada setiap individu dan waktu.
Pada model ini, perbedaan antar individu terdapat error term dari
persamaan. Model ini memperhitungkan bahwa error term mungkin berkorelasi
sepanjang time series dan cross section.
3.5.3. Pemilihan Metode Analisis a. Uji Chow (Chow Test)
Uji Chow dilakukan untuk menentukan model mana yang paling tepat
digunakan dalam mengestimasi data panel. Metode yang dibandingkan dalam uji
ini adalah metode OLS dengan FEM. Dalam OLS dihasilkan bahwa semua
individu memiliki intercept yang sama. Sedangkan pada kenyataannya besar
kemungkinan bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang berbeda.
Karena itu dilakukan uji Chow. Kondisi tersebut dinyatakan dalam hipotesis :
H0 : intercept setiap individu sama ( gunakan metode OLS)
H1 : intercept setiap individu berbeda ( gunakan metode FEM)
Keputusan untuk menolak atau menerima hipotesis didasarkan pada nilai
Fstat dan Ftabel . Nilai Fstat diperoleh dengan persamaan Chow yang dirumuskan
sebagai berikut:
Chow
=
(����−����)/(�−1)URSS /(NT−N−K)
Dimana :
RSSS = Restricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square
Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode
URSS = Unrestricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square
Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode
FEM)
N = Jumlah data cross section (5 kabupaten)
T = Jumlah data time series (5 tahun)
K = Jumlah variabel bebas (empat)
Jika Fstat (nilai Chow) lebih besar dari Ftabel, maka H0 ditolak. Jika Fstat
lebih kecil, maka H0 diterima.
b. Haussman Test
Haussman Test juga dilakukan untuk menentukan model mana yang paling
tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Metode yang dibandingkan
dalam uji ini adalah metode FEM dengan REM.
H0 : menggunakan model REM
H1 : menggunakan model FEM
Keputusan untuk menolak atau menerima hipotesis didasarkan pada nilai
dan signifikansi Chisquare. Jika Chisquarestat lebih besar dari Chisquaretabel atau
nilai probabilitas chisquare signifikan pada tingkat kesalahan minimal 10% maka
H0 ditolak. Jika Chisquarestat lebih kecil dari Chisquaretabel atau nilai probabilitas
chisquare tidak signifikan pada tingkat kesalahan minimal 10% maka H0
diterima.
Menurut Judge ada empat pertimbangan pokok untuk memilih FEM dan
1. Jika jumlah time series (T) besar dan jumlah cross section (N) kecil maka
nilai taksiran parameter berbeda kecil, sehingga pilihan didasarkan pada
kemudahan perhitungan, yaitu FEM.
2. Jika N besar dan T kecil penaksiran dengan FEM dan REM menghasilkan
perbedaan yang signifikan. Pada REM diketahui bahwa β0i = β0 + ei , dimana
ei adalah komponen acak cross section, pada FEM diperlakukan β0 adalah
tetap atau tidak acak. Bila diyakini bahwa individu atau cross section (5
kabupaten) tidak acak maka FEM lebih tepat, sebaliknya jika cross section
acak maka REM lebih tepat.
3. Jika komponen error ei individu berkorelasi (serial korelasi) maka penaksiran
REM adalah bias dan peaksiran FEM tidak bias.
4. Jika N besar dan T kecil serta asumsi REM dipenuhi maka penaksiran REM
lebih efesien dari penaksiran FEM. (Manurung dan Saragih, 2005).
Namun, teori ini tidak bisa diaplikasikan dalam penelitian ini karena
jumlah Time series (waktu) sama dengan jumlah Cross section (kabupaten) yaitu
sama-sama lima unit, lima tahun, dan lima kabupaten.
3.6.Uji Beda Antar Variabel
Uji beda antar variabel dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan
produksi perikanan di wilayah Nias. Pengujian ini dilakukan dengan
membandingkan nilai X2 dengan nilai X2tabel. Rumus yang digunakan untuk
adalah sebagai berikut :
X2 = Ʃ(fo-fe)2 / fe
fo = nilai rata-rata produksi perikanan di tiap-tiap Kabupaten/Kota
fe = jumlah rata-rata produksi perikanan di wilayah Nias dibagi dengan jumlah
daerah penelitian
Hipotesis :
H0 : X2 = 0 (signifikan)
Ha : X2 ≠ 0 (tidak signifikan)
Kriteria :
H0 diterima jika X2 < X2tabel
Ha diterima jika X2 > X2tabel
3.7.Definisi Operasional
1. Jumlah produksi perikanan, yaitu jumlah total ikan laut yang dihasilkan di
wilayah perairan Nias, dinyatakan dalam satuan ton.
2. Jumlah armada, yaitu jumlah armada laut yang digunakan dalam mendukung
produksi perikanan laut di wilayah Nias, dinyatakan dalam satuan unit.
3. Jumlah nelayan, yaitu jumlah penduduk yang berprofesi sebagai nelayan di
daerah penelitian.
4. PDRB, yaitu besarnya pendapatan regional bruto di daerah penelitian, yang
diukur atas dasar harga konstan dan dinyatakan dalam satuan juta rupiah.
5. Investasi, yaitu besarnya nilai investasi pada Sektor Perikanan di Wilayah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Wilayah Nias
Nias merupakan wilayah yang termasuk dalam Provinsi Sumatera Utara.
Nias berbentuk wilayah kepulauan yang dikelilingi Samudera Indonesia dan
berjarak kurang lebih 86 mil laut Sibolga. Menurut letak geografisnya Nias berada
pada 106’LU 97032’BT. Batas-batas wilayahnya :
- sebelah utara berbatasan dengan Pulau-Pulau banyak, Provinsi D.I Aceh
- sebelah selatan berbatasan dengan Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera
Barat
- sebelah timur berbatasan dengan Pulau Mursala kabupaten tapanuli Tengah
Provinsi sumatera Utara
- sebelah barat berbatasan dengan Samudera indonesia.
Luas wilayah Nias adalah 5.625 Km2 atau 7,8 % dari luas Propinsi
Sumatera Utara, terdiri dari 132 pulau besar dan kecil, yang dihuni 37 pulau dan
yang tidak dihuni 95 pulau.
Nama Pulau Luas
Pulau Nias +/- 5.499,70 Km2
Pulau Tanah Bala +/- 39,67 Km2
Pulau Tanah Masa +/- 32,16 Km2
Pulau Tello +/- 18,00 Km2
Pulau Pini +/- 24,36 Km2
Pulau Bawa +/- 12,50 Km2
Pulau Hinako +/- 10,80 Km2
Wilayah kabupaten/kota di kepulauan Nias berstruktur pegunungan yang
sambung-menyambung dengan aliran-aliran sungai besar dan kecil yang sangat
banyak. Curah hujan sangat tinggi mencapai 17 hari hujan dalam sebulan
akibatnya kelembaban udara juga tinggi.
Pulau Nias terbagi dalam 5 wilayah administratif yaitu empat kabupaten
dan 1 kota madya. Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias
Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli.
Secara umum potensi ekonomi yang terdapat di setiap kabupaten/kota di
wilayah Nias memang cukup menjanjikan. Hal ini dapat dilihat dari sumber daya
alam yang terdapat di daerah tersebut. Dari sektor tanaman pangan, produktivitas
di setiap Kabupaten/Kota memang masih rendah. Hal ini diakibatkan karena
pengelolaannya masih dilakukan secara tradisional. Luas lahan mengalami
penurunan dari tahun ke tahun sehingga mempengaruhi tingkat produksi. Produksi
padi yang dihasilkan dari tahun ke tahun memang mengalami peningkatan, namun
peningkatan tersebut masih belum menunjukkan bahwa sumberdaya alam tersebut
mencapai hasil maksimal apabila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
apabila sumberdaya alam tersebut dikelola dengan menggunakan teknologi yang
lebih maju.
Selain itu, wilayah Kabupaten/Kota di wilayah Nias terkenal dengan
tanaman Holtikuranya. Nias dikenal sebagai daerah penghasil tanaman
holtikultura seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Jenis buah yang dihasilkan
seperti, durian, mangga, kuini, alpukat dan pisang. Sayur-sayuran seperti kacang
holtikultura dengan produksi paling besar di tiap wilayah Kabupaten/Kota secara
umum ditunjukkan oleh produksi cabe, durian, dan pisang.
Perkebunan merupakan salah satu sub sektor ekonomi yang cukup
potensial di wilayah Kabupaten/Kota Nias. Perkebunan memberikan kontribusi
yang positif terhadap peningkatan perekonomian di Kabupaten/Kota di Nias.
Daerah Kabupaten/Kota di Nias memang sangat subur sehingga sangat potensial
dalam mengembangkan tanaman perkebunan. Komoditi yang dihasilkan seperti
kelapa, karet, nilam, cokelat/kakao, pinang, kopi, cengkeh. Jenis perkebunan yang
terluas adalah karet kemudian disusul kelapa dan kakao.
Hutan juga merupakan salah satu potensi yang terdapat di wilayah
Kabupaten/Kota di Nias. Hutan yang terdapat di wilayah ini cukup luas dan hasil
produksi yang paling besar ialah produksi kayu bakar.
Wilayah Kabupaten/Kota Nias yang berbentuk kepulauan sangat
menguntungkan daerah ini akan hasil-hasil lautnya. Nias juga dikenal sebagai
penghasil perikanan laut yang cukup potensial. Hal ini didukung oleh wilayah laut
yang luas, jenis ikan yang beragam dengan nilai pasar yang cukup tinggi.
Penghasil ikan laut tersebar di setiap kecamatan yang memiliki wilayah pesisir
pantai. Selama bertahun-tahun produksi perikanan yang terbesar dihasilkan oleh
perikanan laut. Sedangkan perikanan darat masih kurang dikembangkan dengan
baik di daerah ini.
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Nias
Sebelum mengalami pemekaran wilayah, Nias dibagi menjadi dua bagian
pada tahun 2008 maka kabupaten Nias dipecah lagi menjadi dua kabupaten dan
satu kota madya. Pada tanggal 29 Oktober 2008, DPR RI mensyahkan
Undang-Undang Nomor 45 tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Utara di
Provinsi Sumatera Utara, Undang-Undang Nomor 46 tahun 2008 tentang
pembentukan Kabupaten Nias Barat di Provinsi Sumatera Utara, dan Undang –
undang Nomor 47 tahun 2008 tentang pembentukan Kota Gunungsiitoli di
Provinsi Sumatera Utara.
Kabupaten Nias merupakan daerah otonom tertua yang berada di wilayah
Nias. Secara geografis Kabupaten Nias termasuk kedalam salah satu kabupaten
dengan sumber daya yang sangat potensial terutama dari sektor pertanian dan
pariwisata. Posisinya berada pada 0º12’-1º32’LU (Lintang Utara) dan 97º-98ºBT
(Bujur Timur). Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau-pulau Banyak Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Nias Selatan, Provinsi
Sumatera Utara
- Sebelah Timur berbatasan dengan Pulau Mursala, Kabupaten Tapanuli
Tengah
- Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
Luas kabupaten Nias adalah 980,32 Km² yang terdiri dari sembilan
wilayah kecamatan yaitu:
1. Kecamatan Bawolato
3. Kecamatan Gido
4. Kecamatan Hiliserangkai
5. Kecamatan Idano Gawo
6. Kecamatan Hiliduho
7. Kecamatan Ma’u
8. Kecamatan Somolo-molo
9. dan Kecamatan Ulugawo
Kondisi topografi Kabupaten Nias berbukit-bukit sempit dan terjal, dimana
terdapat pegunungan dengan tinggi yang bervariasi antara 0-800 meter dari
permukaan laut. Terdiri dari dataran rendah sampai tanah bergelombang mencapai
24% , dari tanah bergelombang sampai tanah berbukit-bukit 28,8%, dan dari tanah
berbukit sampai pegunungan 51,2% dari keseluruhan luas daratan. Kondisi
topografi ini menyebabkan masyarakat sebagian besar hidup di wilayah pesisir.
Karena letaknya yang berada dekat dengan garis khatulistiwa maka
Kabupaten Nias memiliki curah hujan yang cukup tinggi yaitu rata-rata hujan
pertahun 3145,1 mm dan banyaknya hari hujan dalam setahun 273 hari atau
rata-rata 22 hari perbulan (Badan Meteorologi dan Geofisika). Keadaan iklim juga
dipengaruhi oleh Samudera Hindia dengan suhu berkisar antara 14,30 – 30,40
dengan kelembaban sekitar 80-90% dan kecepatan angin antara 5-6 knot/jam.
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk
Kabupaten Nias adalah 132.329 orang, yang terdiri atas 64.498 laki-laki dan
67.;831 perempuan. Dengan luas wilayah Kabupaten Nias sekitar 980,32 kilo