• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pintu Masuk Utama Dermaga Pelabuhan Danau Terhadap Kenyamanan Penumpang (Studi Kasus : Pelabuhan Ajibata, Danau Toba)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Pintu Masuk Utama Dermaga Pelabuhan Danau Terhadap Kenyamanan Penumpang (Studi Kasus : Pelabuhan Ajibata, Danau Toba)"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDI KASUS : PELABUHAN AJIBATA, DANAU TOBA)

SKRIPSI

OLEH

NATALIA ROTUA ELIZABETH HUTAJULU

100406053

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

STUDI PINTU MASUK UTAMA DERMAGA PELABUHAN

DANAU TERHADAP KENYAMANAN PENUMPANG

(STUDI KASUS : PELABUHAN AJIBATA, DANAU TOBA)

SKRIPSI

OLEH

NATALIA ROTUA ELIZABETH HUTAJULU

100406053

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

STUDI PINTU MASUK UTAMA DERMAGA PELABUHAN

DANAU TERHADAP KENYAMANAN PENUMPANG

(STUDI KASUS : PELABUHAN AJIBATA, DANAU TOBA)

SKRIPSI

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh

NATALIA ROTUA ELIZABETH HUTAJULU

100406053

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(4)

PERNYATAAN

STUDI PINTU MASUK UTAMA DERMAGA PELABUHAN DANAU TERHADAP KENYAMANAN PENUMPANG

(STUDI KASUS : PELABUHAN AJIBATA, DANAU TOBA)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 07 Juli 2014

(5)

Judul Skripsi : STUDI PINTU MASUK UTAMA DERMAGA PELABUHAN DANAU TERHADAP KENYAMANAN PENUMPANG. (STUDI KASUS :

PELABUHAN AJIBATA, DANAU TOBA) Nama Mahasiswa : NATALIA ROTUA ELIZABETH HUTAJULU Nomor Pokok : 100406053

Program Studi : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

(Dr. Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl. Tp., M. Arch.)

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

(Ir. Dwira N. Aulia, MSc., PhD.) (Ir. N. Vinky Rachman, M.T.)

(6)

Telah diuji pada Tanggal: 07 Juli 2014

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Dr. Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl. Tp., M. Arch. Anggota Komisi Penguji : Wahyuni Zahrah, ST., MS.

(7)

ABSTRAK

Dermaga pelabuhan sebagai sarana dan prasarana transportasi penyeberangan dapat dikatakan memadai apabila dalam proses operasionalnya berfungsi secara optimal, sehingga arus penumpang dan barang dapat berjalan dengan lancar. Dermaga Ajibata merupakan pintu masuk (entrance) utama yang menghubungkan Ajibata dengan Tomok yang memiliki daya tampung terbatas, dengan kondisi dermaga yang kurang optimal, sehingga mengakibatkan terjadinya penyilangan (crossing) yang tidak beraturan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dermaga memenuhi tingkat kenyamanan penumpang dan faktor-faktor apa saja yang sangat penting dalam memenuhi tingkat kenyamanan penumpang. Responden yang dilibatkan pada penelitian ini dipilih menggunakan teknik incindental sampling, yaitu kepada 100 orang penumpang. Data dikumpulkan menggunakan metode angket dan dokumentasi. Selain itu, teknik observasi digunakan untuk memperoleh gambaran dermaga yang sesungguhnya. Melalui metode analisa deskriptif kualitatif diketahui bahwa secara umum kenyamanan penumpang cukup baik pada dermaga. Adapun faktor-faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dan menjadi rekomendasi adalah keamanan (55%), aksesibilitas dari sisi darat (24%), keindahan (9%), iklim (5%), aksesibilitas dari sisi danau (3%), kebersihan (3%), kebisingan (0%) dan aroma (0%).

Temuan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi untuk mengembangkan kondisi dermaga Ajibata, terutama untuk fasilitas dan infrastruktur yang terkait dengan keamanan dan aksesibilitas dari sisi darat yang sangat mempengaruhi kenyamanan penumpang.

(8)

ABSTRACT

The port as a crossing transport facilities can be said to be adequate if its operational processes function optimally, so that the flow of passengers and good can proceed smoothly. Port of Ajibata as the main entrance which connects Ajibata with Tomok has a limited capacity and less than optimal conditions, resulting irregular crossing between commodities in the port.

This research is aimed to find outhow the port meets the passenger comfort level and the factors are very important in fulfilling the passenger comfort level. The respondents were 100 passengers that the selection was done by using an incidental sampling technique. To collect the data used questionnaire and documentation. Observation technique was also used to get a description of the real condition in port of Ajibata. Qualitative descriptive research method is used in this research. The result of this research showed that: in general, the condition of passenger comfort in port of Ajibata is fair enough. Furthermore, the factors are very important to be considered and recommendation:safety (55%), accessibility from the land side (24%), aesthetic senses (9%), weather (5%), accessibility from the lake side (3%), cleanliness (3%), noise (0%), and aroma (0%).

The intentions this research are expected to be references to develop port of Ajibata, especially for facilities and infrastructure regarding to the safety and accessibility from the land side which considerably affect the passanger comfort.

(9)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur pada Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada : 1. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T. selaku Ketua Jurusan Departemen

Arsitektur dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA selaku Sekretaris Jurusan Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga penyelesaiaan studi dan penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl. Tp., M. Arch. selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Wahyuni Zahrah. ST., MS. selaku Dosen Penguji I dan Bapak Hajar Suwantoro, ST., MT. selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Freddy Edward Hutapea, selaku Manager Operasional Pelabuhan Ajibata serta seluruh staff pelabuhan yang telah membantu dalam penyediaan data yang dibutuhkan selama waktu penelitian.

5. 100 responden yang telah meluangkan waktu kepada penulis dalam mendapatkan data yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi penulis.

6. Seluruh pihak Desa Kecamatan Ajibata yang telah memberikan izin, waktu dan membagi data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, sehingga penelitian ini dapat terlaksana dan berjalan dengan lancer.

7. Kedua orangtua penulis yang telah memberikan dukungan dan bantuan untuk menyelesaikan skripsi penulis di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. 8. Keluarga nayuyosabindy sisterhood (Yuly, Yohanna, Shasya, Gabryella,

(10)

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak.

Medan, 07 Juli 2014 Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Akademik ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis... 3

1.5 Batasan Penelitian ... 3

1.6 Kerangka Berpikir ... 4

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pelabuhan Danau ... 5

(12)

2.1.2 Fasilitas Pelabuhan ... 5

2.2 Dermaga ... 6

2.2.1 Definisi Dermaga Dan Aktifitasnya ... 6

2.2.2 Fasilitas Dermaga ... 6

2.2.3 Bentuk Dermaga ... 7

2.2.4 Jenis Struktur Dermaga ... 9

2.2.5 Pertimbangan Struktur Yang Digunakan ... 11

2.3 Kriteria Desain Dermaga ... 13

2.3.1 Pemilihan Tipe Dermaga ... 14

2.3.2 Perencanaan Dimensi Dermaga... 15

2.4 Kapal Ferry... 16

2.4.1 Definisi Kapal Ferry ... 16

2.4.2 Jenis Kapal Ferry ... 17

2.4.3 Alur Pelayaran ... 18

2.4.4 Standar Maneuverability ... 20

2.5 Karakteristik Sistem Distribusi Penumpang ... 23

2.5.1 Sistem Distribusi Horisontal ... 23

2.5.2 Sistem Distribusi Vertikal ... 24

2.5.3 Komponen-komponen Aktifitas Pelabuhan ... 24

2.6 Kenyamanan ... 27

2.6.1 Definisi Kenyamanan ... 27

2.6.2 Faktor-Faktor Kenyamanan ... 30

BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PELABUHAN AJIBATA 3.1 Sejarah Pelabuhan Ajibata ... 32

3.2 Deskripsi Kawasan Pelabuhan Ajibata ... 34

(13)

3.3 Deskripsi Operasi Penyeberangan ... 35

3.3.1 Jadwal Penyeberangan ... 35

3.3.2 Tarif Penyeberangan ... 36

3.3.3 Waktu Pelayanan Dermaga ... 37

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 38

4.2 Variabel Penelitian ... 38

4.3 Populasi / Sampel ... 39

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 40

4.5 Metode Analisa Data ... 41

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Data Penumpang Dermaga Ajibata ... 44

5.1.1 Analisa Karakteristik Penumpang ... 44

5.1.2 Analisa Kunjungan Penumpang ... 46

5.2 Analisa Kenyamanan Penumpang Dermaga Ajibata... 48

5.2.1 Penilaian Aksesibilitas Dari Sisi Darat ... 48

5.2.2 Harapan Aksesibilitas Dari Sisi Darat ... 50

5.2.3 Penilaian Aksesibilitas Dari Sisi Danau ... 51

5.2.4 Harapan Aksesibilitas Dari Sisi Danau ... 52

5.2.5 Penilaian Iklim ... 54

5.2.6 Harapan Iklim ... 56

5.2.7 Penilaian Kebisingan ... 56

5.2.8 Harapan Kebisingan ... 58

5.2.9 Penilaian Kebersihan ... 58

5.2.10 Harapan Kebersihan... 61

(14)

5.2.12 Harapan Keindahan ... 62

5.2.13 Penilaian Keamanan ... 64

5.2.14 Harapan Keamanan... 64

5.2.15 Penilaian Aroma ... 66

5.2.16 Harapan Aroma ... 66

5.3 Analisa Faktor-Faktor Kepentingan ... 68

5.4 Analisa Sarana Dan Prasarana Pelabuhan... 71

5.5 Analisa Dan Masukan Penumpang Terhadap Dermaga ... 76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 79

6.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN ... 85

LAMPIRAN A ... 86

LAMPIRAN B... 92

(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1.1 Kerangka Berpikir……….…..……4

2.1 Bentuk Dermaga Memanjang………...…..7

2.2 Bentuk Dermaga Pier………..……..…..7

2.3 Bentuk Dermaga Menjari………...……….……8

2.4 Jenis Dermaga Deck On Pile...……….….9

2.5 Jenis Dermaga Caisson ………...…9

2.6 Jenis Dermaga Sheet Pile………...10

2.7 Jenis Dermaga Ponton ………10

2.8 Elevasi Lantai Dermaga ………....15

2.9 Kapal Ferry Monohull Konvensional………...……….16

2.10 Kapal Ferry Catamaran ……….……….…...………...17

2.11 Kapal Cruise/Liner……….………..…...17

2.12 Kedalaman Alur Pelayaran………..……….………...….…19

2.13 Skema Sistem Terpusat...22

2.14 Skema Sistem Unit……….……...…………....…22

2.15 Mekanisme Aktifitas Penumpang Di Pelabuhan….………..26

2.16 Kriteria Ruang Publik... ……….……...…27

3.1 Skema Jalur Transportasi Penyeberangan…….………...….……31

3.2 Skema Kawasan Penelitian………..………..…...33

3.3 Deskripsi Existing Pelabuhan Ajibata ………...……….…34

3.4 Daftar Tarif Penyeberangan………..……..…………..35

(16)

5.2 Aksesibilitas Dari Sisi Danau...53

5.3 Kondisi Iklim Dermaga ……….………...…55

5.4 Kondisi Kebisingan Dermaga………...……57

5.5 Kondisi Kebersihan Dermaga……….…..…60

5.6 Kondisi Keindahan Dermaga…..………..………63

5.7 Kondisi Keamanan Dermaga….………...………65

(17)

DAFTAR TABEL

(18)

DAFTAR GRAFIK

No Judul Halaman

5.1 Jenis Kelamin Penumpang………42

5.2 Umur Penumpang……….………....42

5.3 Pendidikan Terakhir Penumpang………..…..………..43

5.4 Pekerjaan Penumpang………..……..………...43

5.5 Tingkat Penghasilan Penumpang………..…………....43

5.6 Lama Kunjungan Penumpang ……….…...………44

5.7 Banyaknya Kunjungan Penumpang………..………....42

5.8 Dengan Siapa Berkunjung……….42

5.9 Moda Transportasi Penumpang ………43

5.10 Waktu Kunjungan Penumpang ………43

5.11 Penilaian Penumpang Terhadap Aksesibilitas Dari Sisi Darat ………43

5.12 Harapan Penumpang Terhadap Aksesibilitas Dari Sisi Darat ………48

5.13 Penilaian Penumpang Terhadap Aksesibilitas Dari Sisi Danau………49

5.14 Harapan Penumpang Terhadap Aksesibilitas Dari Sisi Danau …………....52

5.15 Penilaian Penumpang Terhadap Kondisi Iklim ………....53

5.16 Harapan Penumpang Terhadap Kondisi Iklim ………....……54

5.17 Penilaian Penumpang Terhadap Kebisingan Dermaga ………54

5.18 Harapan Penumpang Terhadap Kebisingan Dermaga ………....…55

5.19 Penilaian Penumpang Terhadap Kebersihan Dermaga ………...….56

5.20 Harapan Penumpang Terhadap Kebersihan Dermaga ………58

(19)

5.22 Harapan Penumpang Terhadap Keindahan Dermaga ………...….…60

5.23 Penilaian Penumpang Terhadap Keamanan Dermaga ………60

5.24 Harapan Penumpang Terhadap Keamanan Dermaga……….…61

5.25 Penilaian Penumpang Terhadap Aroma Dermaga……….62

(20)

ABSTRAK

Dermaga pelabuhan sebagai sarana dan prasarana transportasi penyeberangan dapat dikatakan memadai apabila dalam proses operasionalnya berfungsi secara optimal, sehingga arus penumpang dan barang dapat berjalan dengan lancar. Dermaga Ajibata merupakan pintu masuk (entrance) utama yang menghubungkan Ajibata dengan Tomok yang memiliki daya tampung terbatas, dengan kondisi dermaga yang kurang optimal, sehingga mengakibatkan terjadinya penyilangan (crossing) yang tidak beraturan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dermaga memenuhi tingkat kenyamanan penumpang dan faktor-faktor apa saja yang sangat penting dalam memenuhi tingkat kenyamanan penumpang. Responden yang dilibatkan pada penelitian ini dipilih menggunakan teknik incindental sampling, yaitu kepada 100 orang penumpang. Data dikumpulkan menggunakan metode angket dan dokumentasi. Selain itu, teknik observasi digunakan untuk memperoleh gambaran dermaga yang sesungguhnya. Melalui metode analisa deskriptif kualitatif diketahui bahwa secara umum kenyamanan penumpang cukup baik pada dermaga. Adapun faktor-faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dan menjadi rekomendasi adalah keamanan (55%), aksesibilitas dari sisi darat (24%), keindahan (9%), iklim (5%), aksesibilitas dari sisi danau (3%), kebersihan (3%), kebisingan (0%) dan aroma (0%).

Temuan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi untuk mengembangkan kondisi dermaga Ajibata, terutama untuk fasilitas dan infrastruktur yang terkait dengan keamanan dan aksesibilitas dari sisi darat yang sangat mempengaruhi kenyamanan penumpang.

(21)

ABSTRACT

The port as a crossing transport facilities can be said to be adequate if its operational processes function optimally, so that the flow of passengers and good can proceed smoothly. Port of Ajibata as the main entrance which connects Ajibata with Tomok has a limited capacity and less than optimal conditions, resulting irregular crossing between commodities in the port.

This research is aimed to find outhow the port meets the passenger comfort level and the factors are very important in fulfilling the passenger comfort level. The respondents were 100 passengers that the selection was done by using an incidental sampling technique. To collect the data used questionnaire and documentation. Observation technique was also used to get a description of the real condition in port of Ajibata. Qualitative descriptive research method is used in this research. The result of this research showed that: in general, the condition of passenger comfort in port of Ajibata is fair enough. Furthermore, the factors are very important to be considered and recommendation:safety (55%), accessibility from the land side (24%), aesthetic senses (9%), weather (5%), accessibility from the lake side (3%), cleanliness (3%), noise (0%), and aroma (0%).

The intentions this research are expected to be references to develop port of Ajibata, especially for facilities and infrastructure regarding to the safety and accessibility from the land side which considerably affect the passanger comfort.

(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Danau Toba adalah danau terluas di Indonesia serta merupakan danau vulkanik terbesar di dunia (Sejarah Geologi Danau Toba). Luas permukaan danau ini mencapai 1.130 km2 dan volume air sebesar 240 km3. Danau ini berada pada ketinggian (elevasi) 904 mpl, dengan kedalaman mencapai 505 m dan panjang 100 km serta lebar 30 km (Agus Hendratno, 2010). Danau Toba terletak di Provinsi Sumatera Utara, berbatasan di sebelah utara dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbahas dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat. Selain itu, Danau Toba juga memiliki keunikan dengan Pulau Samosir yang ada di tengahnya. Perairan Danau Toba berfungsi sebagai prasarana transportasi air yang menghubungkan antar daerah Kabupaten di kawasan Danau Toba, khususnya Pulau Samosir dengan daerah di luar Pulau Samosir. Kondisi geografis seperti ini membutuhkan Pelabuhan sebagai prasarana transportasi penyeberangan untuk menghubungkan dari dan ke Pulau Samosir. Oleh sebab itu, Pelabuhan di Danau Toba berperan penting dalam menghubungkan manusia / barang yang akan datang atau kembali dari Pulau Samosir ke daratan Sumatera atau sebaliknya.

(23)

namun hanya dapat menampung dua unit kapal, sehingga memerlukan waktu cukup lama dalam pelayanan naik / turun penumpang akibat antrian yang panjang terutama saat ramainya penumpang menggunakan jasa angkutan kapal ferry. Selain itu, permasalahan di atas di tambah dengan kondisi seperti kurang optimalnya aksesibilitas pada saat embarkasi debarkasi penumpang, material dermaga yang terbuat dari urugan tanah dan batu-batu sehingga mempengaruhi tingkat keamanan penumpang. Kurangnya pembangunan fasilitas seperti lampu, vegetasi, tempat duduk, bak sampah, dan naungan, juga berpengaruh terhadap nilai estetika, dan kenyamanan penumpang saat berada di dermaga.

Studi tentang dermaga penting karena merupakan bagian dari sarana perairan yang memiliki nilai “ruang” arsitektural berupa garis batas / peralihan antara darat dan air. Jika batas tersebut tidak diolah dengan baik dari segi arsitektural, akan berdampak pada kenyamanan pengguna dermaga. Oleh karena itu, bentuk dermaga haruslah menawarkan pengalaman ruang yang baik bagi setiap pengguna jasa dermaga. Pengalaman ruang yang baik akan sangat berpengaruh dengan kenyamanan penumpang selama melakukan kegiatan penyeberangan di dermaga.

Melihat uraian-uraian latar belakang di atas, maka sangat relevan bagi penulis menyimpulkan penting untuk mengetahui sejauh mana kenyamanan penumpang di dermaga dengan melakukan penelitian “Studi Pintu Masuk Utama Dermaga Pelabuhan Danau Terhadap Kenyamanan Penumpang” dengan studi kasus Pelabuhan Ajibata, Danau Toba.

1.2 Perumusah Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

(24)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui sejauh mana dermaga Ajibata dapat memenuhi tingkat kenyamanan penumpang.

2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang penting dalam memenuhi tingkat kenyamanan penumpang.

1.4. Manfaat Penelitian I.4.1 Manfaat Akademik

Penelitian ini memberi kesempatan untuk menganalisis / menguji teori-teori tentang arsitektur, yang berkaitan dengan dermaga terhadap permasalahan yang sebenarnya terjadi di lapangan, sehingga dapat dicarikan pemecahannya, ditemukan rekomendasi dan juga diharapkan menjadi salah satu metode analisis dalam melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan sejenis serta menjadi referensi akademis.

I.4.1 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini memberi masukan bagi pengelola dan para pemegang kebijakan, baik di tingkat Provinsi Sumatera Utara maupun di Kabupaten Toba Samosir, seperti Pemilik Pelabuhan selaku Pihak Swasta, Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pariwisata, Dinas Perhubungan dan penumpang dermaga di dalam merencanakan kegiatan pada dermaga dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan peningkatan kenyamanan.

I.5 Batasan Penelitian

Batasan yang dipergunakan dalam studi ini adalah sebagai berikut : 1. Pembatasan Ruang Lingkup Materi Penelitian :

(25)

R

FENOMENA : intensitas arus penumpang yang terus meningkat,

terjadinya penyilangan (crossing) yang tidak beraturan guna memenuhi kegiatan penumpang saat naik / turun dari dan ke kapal

ferry.

AKTUALITAS : kondisi dermaga yang hanya menampung dua unit kapal,

kurang optimal dalam memenuhi kegiatan penumpang saat naik /

turun dari dan ke kapal ferry. URGENSI : dermaga penting karena

merupakan bagian dari sarana perairan yang memiliki nilai “ruang”

arsitektural berupa garis batas / peralihan antara darat dan air.

ORIGINALITAS : memberikan kesimpulan praktis berupa saran dan

rekomendasi pada dermaga pelabuhan Ajibata. Mengetahui sejauh mana

dermaga Ajibata dapat memenuhi tingkat kenyamanan

penumpang. Mengetahui faktor-faktor apa

saja yang penting dalam memenuhi tingkat kenyamanan

penumpang. MANFAAT

Manfaat diuraikan menjadi manfaat penelitian bagi

akademik dan praktis. BATASAN PENELITIAN

Ruang lingkup materi penelitiam : Variabel atribut kenyamanan dan responden yang dipilih adalah

penumpang. Ruang lingkup wilayah penelitian : dermaga yang mewakili fasilitas

utama Pelabuhan Ajibata. Data Primer : Survey Lapangan dan

Kuesioner

Data Sekunder : Studi Literatur, Kajian Teori, UU tentang Pelayaran,

Tatanan Kepelabuhan Nasional, Dinas Perhubungan Medan, Data Kelurahan, dan Pelabuhan Ajibata

ANALISA PEMBAHASAN

Analisa dari hasil kuesioner Analisa dari hasil observasi Analisa dari studi literatur

HASIL PEMBAHASAN

Kesimpulan Teoritis : Hasil dan Analisa

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir (Sumber : Analisis Penulis, 2014)

Universaitas

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabuhan Danau

2.1.1 Definisi Pelabuhan Dan Fungsinya

Sesuai UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pelabuhan Danau merupakan fasilitas publik yang melayani kebutuhan angkutan dan penumpang.

Peran pelayanan yang diberikan oleh pelabuhan sangat penting bagi suatu daerah mengingat definisi pelabuhan sebagai pusat segala kegiatan pelayanan terhadap kapal dan muatan berupa barang, penumpang dan kendaraan (Peraturan Pemerintah No.83 Tahun 1999).

2.1.2 Fasilitas Pelabuhan

Pada pedoman penyelenggaraan pelabuhan penyeberangan (KM Perhubungan No. 52 Tahun 2004) disebutkan bahwa sebuah pelabuhan harus mempunyai beberapa fasilitas pokok dan fasilitas penunjang untuk mendukung kegiatan jasa kepelabuhanan. Beberapa fasilitas pokok pelabuhan meliputi :

1) Fasilitas dermaga

3) Fasilitas penimbangan kendaraan / jembatan timbang

4) Fasilitas jalan penumpang keluar / masuknya kapal (gang way) 5) Fasilitas penyimpanan bahan bakar (bunker)

6) Fasilitas pemadam kebakaran 7) Fasilitas air, listrik dan komunikasi 8) Fasilitas pemecah gelombang 9) Fasilitas alur pelayaran 10) Fasilitas kolam pelabuhan 11) Fasilitas ruang tunggu

Beberapa fasilitas penunjang pelabuhan meliputi:

(27)

3) Gudang

4) Fasilitas usaha / komersial

5) Fasilitas umum (peribadatan, taman, jalur hijau dan kesehatan)

2.2 Dermaga

2.2.1 Definisi Dermaga Dan Aktifitasnya

Menurut Triatmodjo (1996) dermaga adalah bangunan pada pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan penumpang. Sebagai titik temu dimana terjadinya kegiatan moda transportasi, dan juga sebagai area transisi antara darat dan air, maka banyak aktivitas yang terjadi pada dermaga. Aktifitas-aktifitas yang terjadi pada area ini secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh dermaga.

Aktifitas-aktifitas yang terjadi pada dermaga meliputi : b. Aktifitas loading

Merupakan kegiatan utama keberangkatan penumpang dari area parkir menuju dermaga hingga naik ke kapal.

c. Aktifitas unloading

Merupakan kegiatan utama penumpang yang dari kapal keluar dermaga meliputi proses turun dari kapal.

d. Aktifitas service

Merupakan kegiatan kapal mengisi perbekalan pada dermaga. e. Aktifitas berlabuh

Merupakan kegiatan kapal menyandarkan/menambatkan kapal pada dermaga. 2.2.2 Fasilitas Dermaga

Beberapa fasilitas penting pada suatu dermaga antara lain:

Trestle yait/

(28)

Dolphin yaitu tempat

Bolder yaitu perangkat

Fender yaitu perangkat yang digunakan untuk meredam benturan yang terjadi pada saat

2.2.3 Bentuk Dermaga

Berdasarkan bentuk, dermaga terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu : • Dermaga Memanjang (Wharf)

Bentuk dermaga yang memanjang sejajar garis pantai. Dibuat berhimpit dengan garis pantai maupun menjorok ke laut. Wharf dibangun apabila sejajar dengan garis pantai dan kedalaman lautnya hampir merata. Contoh: Dermaga pada Pelabuhan Tanjung Mas.

Gambar 2.1 Bentuk Dermaga Memanjang

(Sumber : Google)

• Dermaga Jembatan (Pier) berbentuk T atau L

(29)

Gambar 2.2 Bentuk Dermaga Pier

(Sumber : Google)

• Dermaga Menjari (Finger)

Bentuk dermaga menyerupai jari ini biasanya dibangun bila garis kedalaman terbesar menjorok ke laut dan tidak teratur. Dermaga ini dibangun khusus untuk melayani kapal dengan muatan umum. Contoh : Dermaga pada Pelabuhan Priok dam Tanjung Perak.

(30)

2.2.4 Jenis Struktur Dermaga 1) Deck on pile

Struktur deck on pile menggunakan tiang pancang sebagai pondasi bagi lantai dermaga. Seluruh beban di lantai dermaga (termasuk gaya akibat berthing dan mooring) diterima sistem lantai dermaga dan tiang pancang tersebut. Di bawah lantai dermaga, kemiringan tanah dibuat sesuai dengan kemiringan alaminya serta dilapisi dengan perkuatan (revetment) untuk mencegah tergerusnya tanah akibat gerakan air yang disebabkan oleh manuver kapal. Untuk menahan gaya lateral yang cukup besar akibat gaya berthing dan mooring kapal perlu dilakukan pemasangan tiap pancang miring. Pada tahap akhir pekerjaan dermaga dilakukan pembuatan lantai dermaga.

Gambar 2.4 Jenis Dermaga Deck On Pile

(Sumber : Google)

2) Caisson

(31)

Gambar 2.5 Jenis Dermaga Caisson

(Sumber : Google)

3) Sheet pile

Struktur sheet pile adalah jenis struktur yang tidak menggunakan kemiringan alami tanah. Pada jenis struktur ini, deretan sheet pile dipancangkan pada garis muka air rencana sampai kedalaman rencana kemudian baru dilakukan pengerukan (dredging) sesuai dengan kedalaman rencana pada sisi laut. Gaya-gaya yang terjadi akibat perbedaan elevasi antara dermaga dengan dasar kolam ditahan oleh struktur sheet pile. Tiang pancang masih diperlukan untuk menahan gaya lateral dari kapal yang sedang sandar atau untuk membantu sheet pile menahan tekanan lateral tanah. Struktur ini direncanakan menggunakan penjangkaran maupun tanpa penjangkaran.

Gambar 2.6 Jenis Dermaga Sheet Pile

(32)

4) Dermaga Terapung (Ponton)

Dermaga ini merupakan dermaga yang menggunakan gaya apung (Archimedes) dalam menahan beban vertikal yang diterima struktur utamanya. Sistem dermaga terapung ini merupakan sistem dermaga yang biasa digunakan pada dermaga untuk kapal ferry, dimana sangat dibutuhkan tinggi freeboard dari dermaga tetap, sehingga dapat digunakan pada kondisi pasang maupun surut.

Gambar 2.7 Jenis Dermaga Ponton

(Sumber : Google)

Karena dermaga di Pelabuhan Ajibata diperuntukkan bagi keperluan penyeberangan ferry, untuk melayani kegiatan loading, unloading penumpang dari kapal ke darat dalam kondisi pasang maupun surut dengan nyaman, maka struktur dermaga yang dipilih adalah dermaga ponton.

5) Dermaga Plengsengan

Dermaga ini merupakan dermaga yang paling sederhana, menggunakan landasan beton berbentuk parabolik.

6) Dermaga Moveable Bridge

Dermaga ini merupakan dermaga yang paling modern, menggunakan jembatan beton yang digerakkan secara elektronis-hidraulis dengan ketinggian dasar penutup akses muatan yang telah dibuka. Proses loading dan unloading menggunakan

(33)

Sebagai pertimbangan dalam memilih jenis struktur yang akan digunakan, berikut ini akan ditinjau keuntungan dan kerugian dari masing-masing jenis struktur :

Tabel 2.1 Keuntungan Dan Kerugian Dari Masing-Masing Jenis Stuktur No Jenis Struktur Keuntungan Kerugian/Hambatan

1 Deck On Pile • suda h umum digunakan

• mudah dilaksanakan • perawatan lebih

mudah

• diperlukan pekerjaan pengerukan dengan volume yang cukup besar • diperlukan proteksi pada

kemiringan tanah di bawah lantai dermaga • perlu dipasang tiang

miring bila gaya lateral cukup besar

2 Sheet Pile • tidak memerlukan pengerukan tanah dibawah deck

• perlu perlindungan terhadap korosi • perlu perbaikan tanah • masih memerlukan tiang

miring 3 Diaphragma Wall • waktu pelaksanaan

relatif singkat • dinding dapat

dirancang menerima gaya aksial

• harus dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidang • memerlukan material

khusus

• memerlukan peralatan khusus

4 Caisson • blok-blok caisson dapat dibuat di tempat lain

• dapat dilaksanakan pada kondisi tanah yang jelek

• diperlukan perbaikan tanah alas caisson agar mampu menahan berat caisson dan beban yang akan bekerja

• diperlukan keahlian khusus untuk pembuatan blok-blok beton dan penempatan caisson

(34)

2.3 Kriteria Desain Dermaga

Pada perencanaan dermaga harus dipertimbangkan semua aspek yang mungkin akan berpengaruh baik pada saat pelaksanaan konstruksi maupun pada saat pengoperasian dermaga. Penggunaan peraturan dan persyaratan-persyaratan dimaksudkan untuk memperoleh desain yang memenuhi syarat keamanan, fungsi dan biaya konstruksi. Persyaratan dari desain dermaga pada umumnya mempertimbangkan lingkungan, pelayanan konstruksi, sifat-sifat material dan persyaratan-persyaratan sosial. Elemen-elemen yang dipertimbangkan dalam perencanaan dermaga antara lain:

a. Fungsi

Fungsi dermaga berkaitan dengan tujuan akhir penggunaan dermaga, apakah untuk melayani penumpang, barang atau untuk keperluan khusus seperti untuk melayani transportasi minyak dan gas alam cair.

b. Tingkat kepentingan

Pertimbangan tingkat kepentingan biasanya menyangkut adanya sumber daya yang bernilai ekonomi tinggi yang memerlukan fasilitas pendistribusian atau menyangkut sistem pertahanan nasional.

c. Umur (life time)

Pada umumnya umur rencana (life time) ditentukan oleh fungsi, sudut pandang ekonomi dan sosial untuk itu maka harus dipilih material yang sesuai sehingga konstruksi dapat berfungsi secara normal sampai umur yang direncanakan. Terlebih lagi untuk konstruksi yang menggunakan desain kayu atau baja yang cenderung untuk menurun kemampuan pelayanannya akibat adanya kembang susut ataupun korosi, maka umur rencana harus ditetapkan guna menjamin keamanan konstruksinya.

d. Kondisi lingkungan

(35)

e. Beban-beban yang bekerja f. Material yang digunakan g. Faktor keamanan

Faktor keamanan berlaku sebagai indeks yang mewakili keamanan desain suatu struktur, bermanfaat untuk mengkompensasikan ketidakpastian dalam desain yang biasanya terjadi akibat kurangnya ketelitian dan human error dalam desain dan pelaksanaan konstruksi.

2.3.1 Pemilihan Tipe Dermaga

Dalam perencanaan dermaga pertimbangan-pertimbangan pokok yang diperlukan pada pemilihan tipe dermaga secara umum adalah:

1) Tinjauan topografi daerah danau

Tinjauan topografi daerah danau pada dermaga sangat penting dilakukan karena berkaitan dengan keamanan, efektifitas, kemudahan proses pengerjaan dan faktor ekonomis. Misalnya pada perairan yang dangkal sehingga kedalaman yang cukup agak jauh dari darat, penggunaan jetty akan lebih ekonomis karena tidak diperlukan pengerukan yang besar. Sedang pada lokasi dimana kemiringan dasar cukup curam, pembuatan pier dengan melakukan pemancangan tiang di perairan yang dalam menjadi tidak praktis dan sangat mahal. Dalam hal ini pembuatan wharf bisa dipandang lebih tepat. Jadi bisa disimpulkan kalau tinjauan topografi sangat mempengaruhi dalam pemilihan alternatif tipe dermaga yang direncanakan.

2) Jenis kapal yang dilayani

Jenis kapal yang dilayani berkaitan dengan dimensi dermaga yang direncanakan. Selain itu juga aktifitas yang mungkin harus dilakukan pada proses bongkar muat dan peruntukan dermaga akan mempengaruhi pertimbangan pemilihan tipe dermaga.

3) Daya dukung tanah

(36)

Ditinjau dari daya dukung tanah, pembuatan wharf akan lebih menguntungkan. Tapi apabila tanah dasar berupa karang, pembuatan wharf akan mahal karena untuk mendapatkan kedalaman yang cukup di depan wharf diperlukan pengerukan yang besar. Dalam hal ini pembuatan jetty akan lebih ekonomis karena tidak diperlukan pengerukan dasar karang. Dengan mempertimbangkan letak dermaga yang berada di perairan Danau Toba, maka dipilih dermaga dengan tipe wharf atau quai. Wharf atau

quai merupakan dermaga yang dibangun pada garis pantai, relatif dekat atau sejajar dengannya.

2.3.2 Perencanaan Dimensi Dermaga 1) Panjang Dermaga

Panjang dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga tersebut, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: BOR = jumlah kedatangan kapal - jumlah tunggu kapal

Tersedia bertambat ...(1) NOB = tersedia bertambat - jumlah tunggu kapal x 100%

Tersedia bertambat...(2) dengan:

BOR = tingkat pemakaian tambatan NOB = jumlah kapal

(Triatmodjo, 1996 ) 2) Lebar Dermaga

Lebar dermaga direncanakan sesuai dengan kebutuhan dermaga. Perhitungan lebar dermaga dilakukan dengan memperhitungkan jarak tepi, jarak kaki crane dan kebutuhan manouver peralatan yang berada diatas dermaga.

3) Elevasi Dermaga

(37)

Gambar 2.8 Elevasi Lantai Dermaga

(Sumber : Google)

4) Gaya-gaya Yang Bekerja Pada Dermaga Gaya-gaya yang bekerja pada dermaga adalah : a. Gaya benturan kapal

Pada waktu merapat ke dermaga, kapal masih mempunyai kecepatan sehingga terjadi benturan antara dermaga dengan kapal.

b. Gaya akibat angin

Angin yang berhembus ke arah badan kapal yang ditambatkan akan menyebabkan gerakan pada kapal yang bisa menimbulkan gaya terhadap dermaga. Apabila arah angin menuju ke dermaga, maka gaya tersebut akan berupa benturan kepada dermaga. Sedangkan apabila arah angin meninggalkan dermaga, maka gaya tersebut akan mengakibatkan gaya tarikan kepada alat penambat.

2.4 Kapal Ferry

2.4.1 Definisi Kapal Ferry

(38)

2.4.2 Jenis Kapal Ferry

Jenis kapal ferry dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis menurut bentuk lambung kapalnya (hull) yang akan mempengaruhi kemampuan kapal, yaitu :

1) Kapal Ferry Monohull Konvensional

Kapal monohull konvensional ini memiliki lambung depan atau belakang yang bisa dibuka untuk kapal penyeberangan yang memiliki kemampuan mengangkut kendaraan. Gambar kapal jenis monohull dapat dilihat pada gambar 2.9

Gambar 2.9 Kapal Ferry Monohull Konvensional

(Sumber : Google)

2) Kapal Ferry Catamaran

(39)

Gambar 2.10 Kapal Ferry Catamaran (Sumber : Google)

3) Kapal Ferry Cruise / Liner

Kapal ini merupakan kapal penumpang yang biasa digunakan untuk keperluan wisata ataupun perjalanan jarak jauh. Kapal ini memiliki ukuran dan daya angkut yang cukup besar. Gambar kapal jenis cruise / liner dapat dilihat pada gambar 2.11

Gambar 2.11 Kapal Ferry Cruise/Liner (Sumber : Google)

2.4.3 Alur Pelayaran

(40)

pelabuhan. Penentuan dimensi (lebar dan kedalaman) alur pelayaran dipengaruhi oleh:

• Karakteristik maksimum kapal yang akan menggunakan pelabuhan • Mode operasional alur pelayaran satu arah/dua arah

• Kondisi bathimetri, pasang surut, angin dan gelombang yang terjadi • Kemudahan bagi navigasi untuk melakukan gerakan manouver

Alur pelayaran ditandai dengan alat bantu navigasi dapat berupa pelampung maupun suar. Pada waktu kapal akan masuk ke dermaga, kapal tersebut akan melalui alur pendekatan (approach channel). Kapal diarahkan untuk bergerak menuju alur masuk dengan menggunakan rambu pelayaran yang sedapat mungkin alur masuk lurus.

a) Panjang Alur Pelayaran

Panjang alur masuk dihitung mulai dari posisi kapal mengurangi kecepatan sampai memasuki turning basin area (stopping distance, Sd) adalah : Menurut rekomendasi PIANC, panjang alur minimal untuk kondisi kapal ±10.000 DWT dengan kecepatan maksimum 5 knots, adalah 1× Loa kapal, dengan Loa digunakan dari kapal rencana terbesar. Panjang alur ini akan digunakan juga sebagai panjang minimal dari ujung mulut breakwater hingga turning basin area.

b) Lebar Alur Pelayaran

Penentuan lebar alur dipengaruhi beberapa faktor : • Lebar, kecepatan dan gerakan kapal

• Lalu lintas kapal dan kedalaman alur • Angin, gelombang dan arus

Belum ada persamaan baku yang digunakan untuk menghitung lebar alur tetapi telah ditetapkan berdasarkan lebar kapal dan faktor – faktor yang ada. Jika kapal bersimpangan maka lebar alur yang digunakan minimal adalah 3 – 4 lebar kapal.

(41)

Untuk mendapatkan kondisi operasi yang ideal diperlukan kedalaman air di alur masuk yang cukup besar untuk memungkinkan pelayaran pada muka air terendah dengan kapal bermuatan penuh. Kedalam alur pelayaran ditentukan beberapa faktor seperti ditunjukkan pada gambar 2.12

Gambar 2.12 Kedalaman Alur Pelayaran

(Sumber : Google)

2.4.4 Standar Maneuverability

Dalam maneuvering sebuah kapal, prosedur yang digunakan mengacu kepada peraturan standar kemampuan maneuver kapal yang direkomendasikan oleh

International Maritime Organization (IMO) yakni resolusi MSC.137 (76) annex.6 tertanggal 4 Desember 2002 dan mulai diterapkan sejak tanggal 1 Januari 2004, yang mana resolusi ini merupakan amandemen terhadap resolusi sebelumnya yakni A.751 (18) mengenai standar kemampuan maneuver kapal. Mengacu kepada penjelasan resolusi tersebut di atas, sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh

(42)

propeller yang digerakan oleh poros propeller. Standar maneuver dan terminologinya didefinisikan sebagai berikut :

a. Zig zag maneuver dengan sudut kemudi 10 derajat/10 derajat dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut :

• Setelah tercapai steady approach dengan percepatan yawing sama dengan nol, maka kemudi dibelokan sebesar 10 derajat ke arah starboard atau portside (eksekusi pertama).

• Pada saat sudut heading berubah 10 derajat dari sudut heading semula, maka kemudi dibelokan berlawanan atau dibalik 10 derajat ke arah portside atau starboard

(eksekusi kedua).

• Setelah kemudi dibelokan ke arah portside/starboard, maka kapal akan terus berbelok pada arah semula dengan mengalami penurunan kecepatan belok. Untuk mengetahui respon kapal terhadap kemudi maka selanjutnya kapal harus dibelokan ke arah portside/starboard. Ketika kapal sudah mencapai sudut heading 10 derajat ke arah portside/starboard dari lintasan semula maka selanjutnya kemudi dilawan atau diarahkan sebaliknya yakni 10 derajat ke arah starboard/portside (eksekusi ketiga).

b. Sudut overshoot pertama adalah penambahan dari deviasi sudut heading

pada zig -zag maneuver pada eksekusi kedua.

c. Sudut overshoot kedua adalah penambahan dari deviasi sudut heading pada

zig- zag maneuver pada eksekusi ketiga.

d. Zig-zag maneuver dengan sudut kemudi 20 derajat/20 derajat dilaksanakan dengan prosedur yang sama dengan urutan prosedur no.3 sampai dengan no.5.

Dalam menganalisa maneuver performance kapal maka pengujian maneuver

baik ke arah portside maupun starboard harus dilaksanakan dengan kondisi sebagai berikut:

• Pengujian dilakukan pada perairan dalam (deep water) atau perairan tak terbatas (unrestricted water).

(43)

• Kondisi sarat penuh (sesuai dengan garis air pada musim panas), even keel. • Steady approach pada saat speed test.

IMO telah merekomendasikan beberapa kriteria standar untuk manuverabilitas kapal. Kriteria tersebut harus dipenuhi oleh sebuah kapal saat beroperasi baik di perairan yang dalam (deep water) maupun di perairan terbatas atau beroperasi di sekitar pelabuhan atau di perairan yang dangkal (restricted and shallow water).

Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut :

Tabel 2.2 Standar Manuverabilitas Kapal Oleh IMO (Resolusi MSC 137 (76) 2002

(Sumber : IMO, 1987)

Manuver yang digunakan dalam percobaan di laut mengikuti rekomendasi dari

maneuvering trial code of ITTC (1975) and the IMO circular MSC 389 (1985). IMO juga menentukan penampilan dari beberapa hasil pada poster, bucklet dan

(44)

2.5 Karakteristik Sistem Distribusi Penumpang

Sistem pendistribusian yang digunakan sangat mempengaruhi kecepatan distribusi penumpang yang berpengaruh pada kelancaran proses embarkasi debarkasi pada dermaga. Sistem distribusi ini dipengaruhi oleh sistem ruang dan sirkulasi. 2.5.1 Sistem Distribusi Horizontal

a. Sistem terpusat (centralized system)

Pada sistem ini seluruh penumpang, barang serta kendaraan diwadahi dalam satu dermaga. Pola ruang yang digunakan dapat berbentuk linear maupun terpusat.

Gambar 2.13 Skema Sistem Terpusat

(Sumber : Google)

b. Sistem unit (desentralized system)

Pada sistem ini seluruh muatan di susun dalam unit-unit modular menurut pengelompokkan tertentu, dimana kelompok diwadahi dalam dermaga yang berbeda.

Gambar 2.14 Skema Sistem Unit

(45)

2.5.2 Sistem Distribusi Vertikal

Sistem ini didasarkan pada jumlah penumpang, ketersediaan lahan, tipe lalu lintas yang ditangani dan konsep distribusi yang digunakan. Sistem vertikal ini terdiri dari :

a. Sistem satu paras

Dalam sistem ini seluruh penumpang diproses pada paras yang sama, artinya sistem ini ekonomis dan layak untuk volume penumpang yang kecil (dibawah 1 jt/tahun).

b. Sistem dua paras

Sistem ini memiliki karakteristik yang baik. Dalam sistem ini, aliran penumpang datang, aliran penumpang berangkat dan dipisahkan. Begitu juga dengan barang. Digunakan untuk lalu lintas yang besar (lebih dari 2 juta pertahun).

c. Sistem tiga paras

Biasanya paling sering digunakan pada kondisi pelabuhan yang sangat sibuk. Merupakan pengembangan dari sistem 2 paras. Pada sistem ini distribusi antara penumpang datang, penumpang berangkat dan barang dipisahkan sama sekali.

2.5.3 Komponen-Komponen Aktifitas Pelabuhan

Dalam suatu sistem pelabuhan, maka akan melihat sekumpulan komponen-komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya yang meliputi :

• Kapal • Penumpang

• Calon penumpang yang diantar (kiss & ride)

• Calon penumpang yang membawa kendaraan sendiri dan memarkir kendaraannya (park & ride)

• Pejalan kaki a. Kapal

(46)

pergi kembali menelusuri lintasan rutenya. Terkadang, dengan alasan tertentu, kapal harus diperbaiki atau dilakukan perawalan kecil terlebih dahulu seperti mengganti bahan bakar (bunker), membuang limbah. Untuk kapal yang harus berangkat dari dermaga di pagi hari, maka kapal harus menginap di tempat penyimpanan, artinya menambatkan kapal di dermaga.

Dengan demikian, fungsi dermaga bagi kapal adalah ; • Tempat kapal dapat bersandar

• Tempat kapal menurunkan penumpang • Tempat kapal menaikkan penumpang • Tempat kapal mendapatkan perawatan kecil • Tempat kapal disimpan untuk sementara b. Penumpang

Untuk penumpang, kegiatan di dermaga dimulai dengan datangnya penumpang, baik datang dengan kendaraan pribadi, truk, bus besar ataupun datang dengan moda transportasi lainnya. Sesampainya di dermaga, maka penumpang turun dari kapal. penumpang akan keluar dari dermaga, berjalan kaki / menggunakan kendaraan lain.

Dengan demikian, fungsi dermaga bagi seorang penumpang adalah : • Tempat penumpang turun dan mengakhiri perjalanan dengan kapal • Tempat penumpang menunggu kapal yang akan dinaikinya

• Tempat penumpang naik ke kapal

• Tempat penumpang berganti dengan moda transportasi lainnya (bus, truk, mobil atau berjalan kaki) keluar menuju gerbang pelabuhan.

c. Kiss & Ride

Bagi calon penumpang yang diantar dengan kendaraan oleh orang lain, maka ketika sampai di area parkir, penumpang akan turun untuk segera membeli tiket di loket. Selanjutnya menuju ke ruang tunggu, di mana ruang tunggu yang dimaksud berdekatan dengan dermaga, dan menunggu beberapa saat sampai kapal yang

(47)

Dengan demikian, fungsi dermaga bagi calon penumpang jenis Kiss & Ride adalah :

• Tempat kendaraan penghantar datang dan langsung pergi • Tempat dapat membeli tiket

• Tempat menunggu

• Tempat naik angkutan diluar pelabuhan d. Park & Ride

Bagi calon penumpang yang menggunakan kendaraan pribadi ke pelabuhan, maka terlebih dahulu penumpang akan memarkir kendaraannya di area parkir dan menuju loket untuk membeli tiket. Selanjutnya penumpang akan menunggu di ruang tunggu di mana ruang tunggu yang dimaksud berdekatan dengan dermaga, dan menunggu beberapa saat sampai kapal yang dimaksud tiba di dermaga. Kemudian penumpang naik ke kapal dan bersama kapal meninggalkan dermaga.

Dengan demikian, fungsi dermaga bagi calon penumpang jenis Park & Ride, adalah :

• Tempat kendaraannya dapat diparkir selama dia melakukan perjalanan • Tempat membeli tiket

• Tempat dia harus menunggu

• Tempat naik bis dan memulai perjalannya.

• Tempat dia mengakhiri perjalannya dengan bis untuk kemudian menggunakan kendaraan yang diparkir untuk pulang ke rumah

e. Pejalan Kaki

Bagi seorang pejalan kaki yang ingin menggunakan kapal untuk melakukan kegiatan penyeberangan, maka penumpang harus datang ke pelabuhan dengan berjalan kaki. Sesampainya di pelabuhan maka penumpang ini akan membeli tiket. Selanjutnya penumpang akan menuju ke ruang tunggu di mana kapal yang dimaksud berdekatan dengan dermaga, dan menunggu beberapa saat sampai kapal yang

(48)

Dengan demikian, fungsi dermaga bagi calon penumpang pejalan kaki, adalah :

• Tempat membeli tiket • Tempat menunggu

• Tempat naik ke kapal dan memulai perjalanannya.

• Tempat mengakhiri perjalanannya dengan kapal untuk kemudian

menggunakan kendaraan / angkutan di luar gerbang pelabuhan untuk pulang ke rumah. Jika kesemua komponen di atas diakomodasi dalam sebuah pelabuhan maka mekanisme yang ada secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 2.15 Mekanisme Aktifitas Penumpang Di Pelabuhan

(Sumber : Analisis Penulis, 2014)

2.4 Kenyamanan

2.4.1 Definisi Kenyamanan

(49)

sisi darat (pelabuhan), maupun dari sisi danau (kapal). Fasilitas seperti kamar kecil dan ruang tunggu yang memadai akan memberikan kenyamanan bagi pengguna jasa dermaga, serta tingkat kebersihan pelabuhan maupun kapal.

Kenyamanan pada ruang terbuka menurut Rustam Hakim 1993) adalah penentu bagaimana ruang terbuka dan fasilitasnya mempengaruhi pengunjung dalam

menikmati suguhan yang ditawarkan oleh ruang terbuka itu sendiri. Menurut Project For Public Space (PPS) suatu tempat yang berhasil adalah dapat diakses dan mempunyai keterkaitan (linkage), nyaman dan memiliki pemandangan yang bagus, dan dapat menampung segala aktivitas yang mampu berfungsi dengan baik.

Gambar 2.16 Kriteria Ruang Publik

(Sumber

Suwarto (2009) menyebutkan terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kenyamanan, yaitu antara lain :

(50)

a) Sarana dan Prasarana

Pelayanan angkutan penyeberangan pada umumnya sudah semakin diperluas. Pada awalnya angkutan ini ditujukan sebagai penghubung antar pulau sebagai pengganti jembatan. Namun perkembangannya jauh lebih pesat, tidak hanya sebagai pengganti jembatan dalam arti jarak pendek, tetapi telah melayani angkutan antar pulau dengan jarak relatif jauh. Akan tetapi, dengan semakin jauhnya jarak angkutan penyeberangan ini, harus pula diikuti dengan peningkatan kualitas, terutama dari segi keselamatan (Munawar, 2007:5). Adanya peningkatan kualitas akan mampu menambah jumlah arus penumpang maupun barang yang dibongkar-muat pada suatu pelabuhan penyeberangan.

Untuk penyelenggaraan jenis angkutan penyeberangan diperlukan adanya suatu sarana dan prasarana yang memadai dan memenuhi standar keamanan yang ditetapkan seperti perawatan pengadaan kapal dengan standar keamanan yang tinggi serta pembangunan pelabuhan-pelabuhan yang memadai. Sarana dan prasarana pelabuhan meliputi fasilitas pelabuhan, fasilitas dermaga, serta jenis armada kapal yang beroperasi pada pelabuhan tersebut (Suwarto, 2009).

b) Aksesibilitas

Aksesibilitas atau keterjangkauan adalah konsep yang menghubungkan antara sistem tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya (Manullang, 2006). Keberadaan dermaga pada pelabuhan erat terkait dengan mudah tidaknya suatu dermaga dijangkau oleh penumpang.

Salah satu syarat pembangunan kawasan pelabuhan harus ada hubungan yang mudah dijangkau dengan berbagai moda angkutan seperti area parkir dan ruang tunggu. Lokasi yang jauh dari angkutan akan mempersulit penumpang untuk beralih moda angkutan (Iskandar, 2011:17). Pelabuhan yang ideal adalah pelabuhan yang mudah dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, baik dari segi lokasi, jarak, waktu, dan biaya.

(51)

Setiap petugas operasional pelabuhan seharusnya mempunyai latar belakang pendidikan kepelabuhan, minimal memiliki kursus ASDP (Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan) (Suwarto, 2009). Dengan demikian hal-hal yang bersifat teknis dalam kegiatan kepelabuhan seperti perawatan sarana dan prasarana pelabuhan serta pelayan penumpang dapat dilakukan secara optimal.

2.4.2 Faktor-Faktor Kenyamanan

Menurut Hakim (1993) faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan adalah : 1. Sirkulasi

Sirkulasi sangat berpengaruh terhadap pola pergerakan dari ruang yang satu ke ruang yang lain. Pembagian sirkulasi menurut fasilitasnya adalah sebagai berikut :

- Sirkulasi Manusia, yaitu meliputi jalur pedestrian yang saling berhubungan dengan aktivitas di dalamnya. Hal ini perlu di perhatikan dalam perencanaan dermaga dalam mewadahi aktivitas manusia naik turun kapal.

- Sirkulasi kendaraan, yaitu meliputi area parkir dalam mencapai kemudahan menuju dermaga.

2. Kebisingan

Sebagai tipologi dari ruang terbuka publik, dermaga mengalami tingkat kebisingan yang tinggi pada saat embarkasi debarkasi penumpang dari kapal ferry. Hal ini merupakan salah satu masalah yang mengganggu kenyamanan penumpang. Dalam mengatasinya dapat dikurangi dengan menanam tanaman-tanaman tertentu sebagai elemen penyaring kebisingan.

3. Keamanan

Faktor keamanan merupakan salah satu masalah yang penting karena masalah ini dapat menghambat aktivitas yang akan dilakukan. Faktor keamanan yang dimaksud tidak sebatas kejahatan saja tetapi juga terhadap hal-hal lain misalnya keamanan konstruksi dari segi material dermaga yang menyangkut keselamatan dalam embarkasi debarkasi dari kapal ferry.

(52)

Faktor keindahan merupakan hal yang perlu diperhatikan mencakup kepuasan batin dan panca indera sehingga rasa nyaman dapat di peroleh. Hal ini dapat dilihat dari kondisi dermaga berupa material yang diguunakan, lampu-lampu, variasi pohon dan tanaman.

5. Kebersihan

Faktor kebersihan merupakan sesuatu yang dapat menambah nilai ketertarikan suatu tempat serta menambah nilai kenyamanan pada dermaga. Hal ini dapat terpenuhi dengan ketersediaan tempat sampah di tempat tertentu.

6. Iklim atau cuaca

Salah satu hal yang mempengaruhi kenyamanan secara thermal adalah radiasi matahari, angin dan curah hujan.

- Sinar Matahari berpengaruh terutama pada siang hari maka perlu adanya

peneduh. Dengan adanya peneduh, diharapkan sinar matahari langsung dapat berkurang.

7. Aroma

(53)

BAB III

GAMBARAN UMUM KAWASAN PENELITIAN

3.1 Sejarah Pelabuhan Ajibata

Awal Pelabuhan Ajibata dilayani oleh Kapal Ferry Tao Toba I dan II dimulai dari usaha keras dan proses yang cukup panjang yang dirintis oleh OTB Sitanggang, pemilik Pelabuhan beserta Kapal Tao Toba I dan Tao Toba II. Diawali dari rasa keprihatinan OTB Tahun 1970 yang melihat keterisolasian sekelompok ibu dari Pulau Samosir yang berjualan di Pasar Tigaraja namun mengalami kesulitan untuk kembali ke Pulau Samosir. Ibu-ibu ini tidak dapat kembali ke Pulau Samosir karena kapal yang tersedia di Pelabuhan Tigaraja sangat terbatas, baik jumlah maupun jadwal tetap. Hal ini sering mengakibatkan ibu-ibu tersebut harus menginap di Tigaraja sehingga memerlukan tambahan biaya yang tentu tidak seimbang dengan penghasilan berjualan di Pasar Tigaraja. Situasi dan kondisi ini melahirkan ide bagi pembangunan dermaga pelabuhan yang dapat melayani secara reguler berjadwal antara Ajibata dan Tomok.

Gambar 3.1 Skema Jalur Transportasi Penyeberangan

(Sumber : Ilustrasi Pribadi, 2014)

(54)

menganggur di Dili karena kondisi perang. Namun usaha itu tidak mendapat dukungan untuk mewujudkan ide ferry tersebut. Walau demikian, OTB tetap terobsesi untuk dapat mewujudkan ferry penyeberangan di Samosir. Pada Tahun 1982, OTB terlibat dalam suatu proyek dengan Departemen Perhubungan, dalam kesempatan ini digunakannya untuk melobi para pejabat baik di Provinsi Sumatera Utara maupun Jakarta agar mendukungnya dalam pembangunan ferry penyeberangan Samosir. Dirjen Perhubungan pada awalnya menolak karena proyek pembangunan ferry tersebut dianggap tidak prospektif dan tidak membawa keuntungan. Dengan upaya gigih akhirnya Dirjen memberi izin syarat, izin akan diberikan apabila telah menunjukkan design ferry yang dibuat perusahaan yang berkompeten dan memiliki dana untuk pembangunan ferry. Setelah itu, apabila dalam dua tahun tidak ada tanda-tanda pembangunan, maka tahun ketiga izin ferry tersebut akan dicabut. Dengan jaminan izin dari Departemen Perhubungan, OTB memperoleh izin Pelabuhan dari Bupati Tapanuli Utara serta diberikan sebidang tanah oleh pemerintah kabupaten untuk lokasi bertambatnya ferry yakni Ajibata yang bertetangga dengan Tigaraja, atau hanya berjarak lima kilometer dari kota wisata Parapat. Ajibata merupakan wilayah Kabupaten Tapanuli Utara / Kabupaten Toba Samosir, sedangkan Parapat masuk wilayah Kabupaten Simalungun. Karena samosir juga termasuk wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, OTB menciptakan strategi agar jalur pelayanan ferry hanya berurusan pada satu wilayah saja, yakni Ajibata – Tomok (Samosir).

(55)

3.2 Deskripsi Kawasan Pelabuhan Ajibata

Pelabuhan Ajibata terletak di Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah 72,8 km2 dari total luas Kabupaten Toba Samosir. Secara astronomis pelabuhan ini berada pada 2° 03` - 2° 40` Lintang Utara dan antara 98° 56` - 99° 40` Bujur Timur. Kecamatan Ajibata terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian antar 908 – 1.300 meter, di atas permukaan laut. Kecamatan Ajibata terletak antara batasan-batasan wilayah yaitu :

- Sebelah utara berbatasan dengan Pulau Samosir

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Lumban Julu - Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Simalungun - Sebelah barat berbatasan dengan Danau Toba

Sebagai ilustrasi kawasan penelitian disajikan pada gambar 3.2 dibawah ini :

Gambar 3.2 Skema Kawasan Penelitian

(56)

3.2.1 Deskripsi Existing Pelabuhan Ajibata

Gambar 3.3 Deskripsi Existing Pelabuhan Ajibata

(Sumber : Ilustrasi Pribadi, 2014)

3.3 Deskripsi Operasi Penyeberangan

Pola operasi adalah penetapan jumlah kapal dan jumlah frekuensi yang diperlukan tiap lintasan sesuai dengan jenis kapal dan jarak lintasan.

3.3.1 Jadwal Penyeberangan

Jadwal Penyeberangan Ferry KMP Tao-Toba I dan Tao Toba II Dari Ajibata : Dari Tomok :

(57)

- Trip III Pukul 14.30 - Trip III : Pukul 13.00 - Trip IV Pukul 17.45 - Trip IV : Pukul 16.00 - Trip V : Pukul 21.00 - Trip V : Pukul 19.30

Pelabuhan hanya berperan sebagai penghubung utama antara Ajibata ke Tomok dengan 5 trip penyeberangan setiap harinya. Pelabuhan ini ramai penumpang ketika di hari libur, dan tidak berkurang seiring dengan waktu berlalu hingga pagi 24 jam. 3.3.2 Tarif Penyeberangan

(58)

3.3.3 Waktu Pelayanan Dermaga

Tabel 3.1 Waktu Pelayanan Penumpang Pelabuhan Ajibata – Tomok

No Tahap Pelayanan Rata-rataWaktu

Pelayanan (menit) A Tahap Kedatangan

1 Pembelian tiket di loket & isi data penumpang 5

2 Waktu menunggu di ruang tunggu 30

3 Waktu dari ruang tunggu ke kapal 15

A Tahap Kapal

1 Olah gerak kapal 15

2 Bongkar muatan 30

3 Muat 30

4 Persiapan berlayar 30

(59)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualtitatif yang menganalisis dermaga sebagai fokus utama dari Pelabuhan Ajibata. Adapun data yang dibutuhkan berupa data primer yang diperoleh dengan cara penyebaran angket dan observasi langsung di lokasi penelitian. Untuk mencatat data yang diperoleh dalam penelitian digunakan lembar observasi. Data-data yang diobservasi meliputi data dermaga, dan data kapal. Sedangkan untuk mengukur tingkat kenyamanan penumpang yang menggunakan jasa penyeberangan kapal ferry dilakukan dengan penyebaran angket. Aspek-aspek untuk mengukur kenyamanan antara lain Aksesibilitas dari sisi darat, Aksesibilitas dari sisi danau, Kebisingan, Keamanan, Keindahan, Kebersihan, Iklim dan Aroma. Dan untuk data sekunder diperoleh dari studi literatur, UU Tentang Pelayaran, KM Perhubungan, Dinas Perhubungan, dan Pengelola Pelabuhan.

4.2 Variabel Penelitian

Menurut Sinulingga (2011), bahwa variabel merupakan segala sesutau yang memiliki nilai yang berbeda. Nilai dari variabel dapat bersifat kualitatif (yang lebih terfokus pada persepsi masyarakat, serta dapat bersifat kuantitatif (penelitian yang terukur seperti temperatur, tekanan, volume, dan lain-lain).

(60)

Tabel 4.1 Variabel Yang Digunakan Dalam Penelitian

Kenyamanan

Variabel Indikator Metode

Aksesibilitas Dari Sisi Darat

- area parkir ke dermaga - dari dermaga ke kapal - keluar dari kapal ke dermaga

- Kuesioner - Observasi

Aksesibilitas Dari Sisi Danau

- ketika kapal bersandar - ketika kapal berlayar

- Kuesioner - Observasi

Kebisingan

- ketika di area parkir - ketika kapal bersandar - ketika kapal berlayar

- Kuesioner - Observasi

Keamanan

- pagar pembatas - lantai dermaga - elevasi dermaga

- Kuesioner

Kebersihan - keberadaan sampah

- ketersediaan tempat sampah

- Kuesioner - Observasi

Iklim

- sinar matahari - curah hujan - angin

- Kuesioner - Observasi

Aroma

- tumpukan sampah - drainase

- air Danau

- Kuesioner - Observasi

(Sumber : Analisis Penulis, 2014)

4.3 Populasi / Sampel

(61)

Pemilihan responden menggunakan metode incidental samplingyaitu seseorang yang berada di lokasi penelitian yang hendak atau telah menggunakan jasa penyeberangan serta bersedia mengisi kuesioner. Setelah jumlah pengisi kusioner mencapai 100 orang, maka pengambilan sampel diakhiri.

Pada penelitian ini, tipe kuesioner yang digunakan adalah skala likert.Skala likert yaitu suatu skala yang digunakan utntuk mengukur sikap, persepsi, dan dirancang untuk menguji tingkat kesetujuan responden terhadap suatu pertanyaan.

4.4 Metode Pengumpulan Data 1. Observasi Lapangan

Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian (Tika, 2005:44). Jenis observasi yang dipilih yaitu observasi langsung dimana observasi dilakukan terhadap obyek di tempat berlangsungnya peristiwa sehingga observer berada bersama objek yang diteliti. Teknik observasi dilakukan dengan mencari data-data yang diperlukan dalam penelitian, kemudian mencocokkan data dari dokumen dengan kondisi di lapangan. Pengumpulan data-data yang diobservasi adalah dengan melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian meliputi sirkulasi dari sisi darat, dan sisi danau, kebisingan, keamanan, keindahan, kebersihan, iklim dan aroma.

2. Kuesioner

Kuesioner (angket) adalah usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden (Nawawi dalam Tika, 2005:54). Kuesioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan tentang 7 faktor kenyamanan pada dermaga yang bersifat tertutup yang terdiri dari empat opsi dengan skor yaitu:

a. Sangat baik atau sangat penting dengan bobot skor 5 b. Baik atau penting dengan bobot skor 4

(62)

d. Kurang baik atau kurang penting dengan bobot skor 2 e. Tidak baik atau tidak penting dengan bobot skor 1 3. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan, yang biasanya dilakukan jika ingin mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari responden. Wawancara juga digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. Data wawancara dalam penelitian ini hanya bersifat melengkapi data hasil kuesioner. Wawancara dilakukan dengan Manager Pelabuhan selaku Pengelola Pelabuhan Ajibata Adapun perangkat yang digunakan dalam melakukan wawancara antara lain form wawancara, dan alat tulis.

4. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data awal yang relevan dengan variabel yang diteliti yaitu mengumpulkan data Dermaga Ajibata yang diperoleh dari Pengelola Pelabuhan dan Dinas terkait. Selain itu teknik dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan gambar-gambar pada lokasi penelitian guna melengkapi penelitian ini.

4.5 Metode Analisa Data

Berdasarkan tujuan penelitian, dapat dirumuskan tahapan analisis meliputi : 1. Analisis karakteristik penumpang. Prosesnya adalah mendeskripsikan jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, dan tingkat penghasilan.

2. Analisis kunjungan penumpang. Prosesnya mendeskripsikan lama kunjungan, banyaknya kunjungan, kunjungan bersama siapa, moda transportasi, dan waktu kunjungan.

3. Analisis mengenai penilaian penumpang dan harapan penumpang terhadap dermaga. Prosesnya mendeskripsikan skor rata-rata indikator dari variabel yang telah ditentukan.

(63)

utama. Prosesnya mendeskripsikan jawaban penumpang dari pertanyaan essai kuesioner berdasarkan variabel yang telah ditentukan.

Setelah selesai menganalisis kuesioner, maka dilakukan pengolahan data yang meliputi kegiatan mengelompokkan, mengatur, mengurutkan data dengan memberi angka pada setiap kategori jawaban dan melakukan analisis intrepretasi rata-rata persentase untuk mendapatkan kriteria rata-rata jawaban dari setiap pertanyaan yang diajukan pada kuesioner.

Penilaian dan Harapan penumpang dapat diketahui dengan melihat jawaban dari masing-masing indikator yang telah ditentukan dalam setiap variabel.

Skala likert merupakan skala pengukuran yang umumnya digunakan untuk mengukur elemen - elemen deskriptif berupa persepsi, sikap, pendapat seseorang atau kelompok terhadap suatu fenomena (Silaen, S. dan Widiyono, 2013). Dalam kuesioner studi ini, responden akan menilai suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari 5 pilihan skala, yaitu (Silaen, S. dan Widiyono, 2013) :

1. Skala 1 : sangat tidak baik 2. Skala 2 : tidak baik

3. Skala 3 : kurang baik 4. Skala 4 : baik

5. Skala 5 : sangat baik

Data - data kuesioner yang diperoleh dari studi, akan dianalisa dengan analisa interpretasi rata - rata skor, yaitu (Silaen, S. dan Widiyono, 2013). Setiap indikator dianalisis, kemudian skor keseluruhan indikator tersebut dicari rata-ratanya.

Dalam analisis ini diawali dengan mencari skor rata-rata dengan rumus : Total Skor (skala likert x jumlah responden yang memilih Skor Rata-rata =

Total Responden

Setelah ditemukan skor rata-rata, lalu menentukan ke dalam penentuan kelas interval. Rumus yang dipakai untuk menentukan interval yaitu :

Skor interval tertinggi-terendah Interval Skor Rata-rata =

(64)

Berdasarkan rumus di atas, maka interval untuk setiap item adalah 0,8. Sehingga pada setiap item dalam indikatornya dapat diukur sebagai berikut :

Bobot 1,00 – 1,79 = Tidak baik Bobot 1,80 – 2,59 = Kurang baik Bobot 2,60 – 3,39 = Cukup Baik Bobot 3,40 – 4,19 = Baik

(65)

Perempuan Laki-Laki

Jumlah Responden 40% 60% 0%

Jumlah Responden 51% 33% 7% 9% 0%

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisa Data Penumpang Dermaga Ajibata 5.1.1 Analisa Karakteristik Penumpang

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebarkan kepada 100 responden, dengan menggunakan metode incindental sampling telah diperoleh 60% responden laki-laki dan 40% responden perempuan seperti yang ditunjukkan pada grafik 5.1

Grafik 5.1 Jenis Kelamin Penumpang

Sumber : Olah Data

Dari data kuesioner ditemukan 51% responden umur 17-25 tahun, sisanya 33% umur 26-35 tahun, 9% umur > 45 tahun, dan 7% umur 36-45 tahun.

Grafik 5.2 Umur Penumpang

(66)

SMU/S

Jumlah Responden 14% 4% 70% 11% 1% 0%

Penumpang 0% 20% 40% 20%

0% 20% 40% 60%

< 1 jt 1 jt-5 jt > 5 jt

-Penumpang 3% 65% 12% 20%

0% 50% 100%

Hasil kuesioner menunjukkan tingkat pendidikan terakhir penumpang 70% adalah S1, sedangkan sisanya dapat dilihat dari grafik 5.3 di bawah ini.

Grafik 5.3 Pendidikan Terakhir Penumpang

Sumber : Olah Data

Berdasarkan data yang diperoleh, pekerjaan penumpang 40% adalah pegawai sedangkan sisanya dapat dilihat pada grafik 5.4 di bawah ini.

Grafik 5.4 Pekerjaan Penumpang

Sumber : Olah Data

Dari data kuesioner ditemukan tingkat penghasilan penumpang 65% adalah 1 jt- 5 jt per bulan seperti yang ditunjukkan pada grafik 5.5

Gambar

Tabel 2.1 Keuntungan Dan Kerugian Dari Masing-Masing Jenis Stuktur
Gambar 2.9 Kapal Ferry Monohull Konvensional  (Sumber : Google)
Gambar 2.10 Kapal Ferry Catamaran
Gambar 2.13 Skema Sistem Terpusat
+7

Referensi

Dokumen terkait