ANALISIS PERGESERAN ¼ λ DISTRIBUTED FEEDBACK LASER DIODA (DFB LD) PADA SERAT OPTIK
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro
OLEH :
REVI YANA SIBAGARIANG
NIM. 120422033
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITES SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Dalam teknologi yang semakin meningkat khususnya pada bidang
telekomunikasi yaitu dengan menggunakan teknologi serat optik. Teknologi serat
optik merupakan media trasmisi yang menyediakan bandwidth besar pengiriman data
dengan rugi-rugi yang semakin kecil.
Pada Tugas Akhir menjelaskan analisa pergeseran /4 yang arah rambat
gelombang cahaya laser Distributed Feedback (DFB) yang menunjukkan nilai
panjang gelombang semakin menjauh dari nilai panjang gelombang 1550 nm,
diakibatkan oleh perubahan mode order yang sesuai dengan arah rambatnya dan
berpengaruh terhadap redamannya.
Dari penggunaan rumus panjang gelombang yang dihasilkan pada sumber
cahaya serat optik diketahui nilai pada pergeseran /4, panjang gelombang yang
dihasilkan 1550,04 – 1549,96 dengan redaman yang diperoleh dari grafik sekitar 0,2
dB/km ini menyatakan bahwa pergeseran /4lebih bagus dalam pengiriman data pada
serat optik akibat redaman yang kecil.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Kasih dan AnugrahNya, sehingga Tugas Akhir yang berjudul
“Analisis pergeseran ¼ Distributed Feedback Laser Dioda (DFB LD) pada serat optik dapat diselesaikan.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Sarjana (S-1) Teknik Elektro di
Universitas Sumatera Utara (USU). Di dalam Tugas Akhir ini berisi tentang
bagaimana hubungan panjang gelombang dengan redaman pada serat optik. Selain
itu, buku ini juga memuat teori, dan data-data yang diperoleh dari hasil analisis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki penulis. Dengan segala kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun sehingga pada nantinya dapat memperbaiki Tugas Akhir
ini dan mengembangkannya di kemudian hari. Semoga karya ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada
semua pihak yang telah membantu pengerjaan Tugas Akhir ini, yaitu
1. Kepada orangtuaku ayahanda R.Sibagariang dan ibunda N.Aritonang yang
sangat saya cintai dan hormati yang tak henti-hentinya memberikan dukungan,
doa, nasehat, dan motivasi hingga sampai detik ini penulis tetap kuat dan
bersemangat dalam menyelesaikan studi dan juga kakak,bang dan adek-adek yang
memberi ku semangat.
2. Bapak zulfin,ST,MT selaku Pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
masukan, saran, kritikan, motivasi, keluangan waktu, kesabaran, dan bantuan
selama penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Kepada Bapak Penguji yang memberikan saran dan kritikan yang membangun
4. Seluruh Dosen Pengajar di Departemen Teknik Elektro yang telah memberikan
ilmunya yang berguna selam penulis menempuh perkuliahan di Universitas
Sumatera Utara (USU) tercinta. Semoga ilmu dapat digunakan untuk hal-hal yang
bermanfaat.
5. Seluruh bagian Administrasi Departemen Elektro yang memberikan
kemudahn untuk memperlancar perkuliahan dan pengursan Tugas Akhir ini.
6. Semua teman-teman kuliah di Ekstensi Teknik Elektro 2012 baik konsentrasi
Telekomunikasi maupun Energi.
7. Semua teman-teman seperjuangan dan terkhusus kawan (Doris lumban batu,
Ricca simbolon, evina sitanggang, anisa sembiring dan semua teman-teman) atas
motivasi dalam membantu yang selalu menyemangati, masukan, dan dukungan
yang telah diberikan.
Medan , juli 2015 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ………. i
KATA PENGANTAR ……...……….. ii
DAFTAR ISI ………. iv
DAFTAR GAMBAR …….……… vii
DAFTAR TABEL ………. ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………..………. 1
1.2 Perumusan Masalah ………..……. 2
1.3 Tujuan Penelitian ………..………. 2
1.4 Batasan Masalah …...………..…...….. 2
1.5 Metodologi Penulisan ……….…...………..……….... 2
1.6 Sistematika Penulisan …...………..…………. 3
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan sejarah serat optik ……….. 4
2.2 Stuktur Serat Optik ……….. 10
2.3 Tipe Jenis Serat Optik ……….. 12
2.3.1 Serat Optik Singlemode ……….. 13
2.3.2 Serat Optik Multimode ……….. 14
2.3.3 Serat Optik MultiMode Step Index ……….. 15
2.3.4 Serat Optik Multimode Graded Index……….. 16
2.3.5 Serat Optik Singlemode Step Index ……….. 17
2.4 Sumber cahaya pada serat optik ……….. 18
2.4.1 LED (Ligth Emitting Diode) ……….. 19
2.5 Prinsip Kerja Laser ……….. 25
2.6 Jenis Laser ……….. 25
2.6.1 Distributed Bragg Reflector ……….. 26
2.6.2 Distributed feedback ……….. 27
2.6.2.1 Indek bias serat optik ………. 30
2.6.2.2 Panjang kisi efektif ……….. 32
2.6.2.3 Panjang gelombang bragg ……….. 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum ……… 34
3.2 Struktur Laser DFB ……….. 34
3.3 Mode Order(M) serat optik ……….. 36
3.4 Parameter Serat Optik ……….. 37
3.4.1 Redaman ………. 38
BAB IV ANALISA DATA 4.1 Pergeseran ¼ Distributed Feedback (DFB) ……….. 37
4.2 Data Perhitungan panjang gelombang ……….. 37
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ………... 47
5.2 Saran ………... 47
DAFTAR PUSTAKA ……….. x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Blok Diagram Sistem Komunikasi Serat Optik ………. 9
Gambar 2.2 Stuktur Serat optik ... 10
Gambar 2.3 Perambatan Gelombang pada Single-Mode Fiber ………. 13
Gambar 2.4 Perambatan Gelombang pada Multi-Mode Fiber ………. 14
Gambar 2.5 Serat Optik Multi mode Step Index ……….. 15
Gambar 2.6 Transisi langsung dan Transisi tidak langsung ……….. 20
Gambar 2.7 Mekanisme energi Laser ……….. 21
Gambar 2.8 Skema rongga Laser ……….. 23
Gambar 2.9 Struktur Laser DFB dan Spektrum ……….. 27
Gambar 2.10 laser DFB frekuensi selektif ……….. 29
Gambar 2.11 Indeks bias ………..…….. 30
Gambar 2.12 Pemantulan Dinding Serat Optik ………... 31
Gambar 2.13 gelombang Bragg ………...….. 32
Gambar 3.1 Struktur lapisan Distributed feedback(DFB) ……….. 35
Gambar 3.2 Lapisan Aktif InGaAsp ……….. 35
Gambar 3.3 Mode order gelombang ……….. 35
Gambar 3.4 Mode order (M) pada arah melintang dan membujur ……… 36
Gambar 3.5 Pergeseran λ/4 pada laser DFB ……….. 37
Gambar 3.6 Hubungan Redaman dan Panjang Gelombang ………. 38
Gambar 4.2 Hubungan panjang gelombang Dengan Pergeseran ……… 41
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Panjang Gelombang ( ) ……… 41
ABSTRAK
Dalam teknologi yang semakin meningkat khususnya pada bidang
telekomunikasi yaitu dengan menggunakan teknologi serat optik. Teknologi serat
optik merupakan media trasmisi yang menyediakan bandwidth besar pengiriman data
dengan rugi-rugi yang semakin kecil.
Pada Tugas Akhir menjelaskan analisa pergeseran /4 yang arah rambat
gelombang cahaya laser Distributed Feedback (DFB) yang menunjukkan nilai
panjang gelombang semakin menjauh dari nilai panjang gelombang 1550 nm,
diakibatkan oleh perubahan mode order yang sesuai dengan arah rambatnya dan
berpengaruh terhadap redamannya.
Dari penggunaan rumus panjang gelombang yang dihasilkan pada sumber
cahaya serat optik diketahui nilai pada pergeseran /4, panjang gelombang yang
dihasilkan 1550,04 – 1549,96 dengan redaman yang diperoleh dari grafik sekitar 0,2
dB/km ini menyatakan bahwa pergeseran /4lebih bagus dalam pengiriman data pada
serat optik akibat redaman yang kecil.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin majunya perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi
khususnya pada transmisi kabel yang membutuhkan kabel-kabel yang lebih kecil
yaitu teknologi fiber optik. Teknologi fiber optik merupakan media transmisi yang
menyediakan bandwidth besar yang tidak dipengaruhi interferensi gelombang
elektromagnetik dan rugi-rugi minimal dalam pengiriman data. Serat optik
mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber serat optik
ada dua yaitu LED digunakan untuk transmisi cahaya jarak dekat sedangkan laser
digunakan untuk transmisi cahaya jarak jauh, laser juga dibagi dua yaitu DFB
(distributed feedback) dan DBR (distributed-Bragg reflektor). Pada pembahasan tugas
akhir ini tentang transmisi sumber cahaya pada serat optik khusunya pada laser DFB.
Laser DFB menunjukkan bahwa rongga yang paling rendah dan memilih panjang
gelombang paling besar pada saat terjadinya pemantulan Bragg, karena pemantulan
Bragg terjadi secara efektif di sepanjang gelombang Bragg. Di dalam laser DBR
dirancang panjang gelombang untuk menghasilkan tujuan yang lebih bagus. Pada sisi
lain, laser DFB tanpa terpisahkan mempunyai two-mode yang dimiliki. Pergeseran
fasa yang sesuai dengan seperempat panjang gelombang (1/4 )pada two-mode yang digunakan pada single mode disepanjang gelombang Bragg yang dipengaruhi mode
order pada serat optik [1].
Struktur yang terbaik untuk yang stabil pada laser frekuensi tunggal adalah
seperempat gelombang yang digeser laser DFB. Dalam struktur, pergeseran fasa
disatukan di pusat laser dengan dua lapisan anti-reflection (AR) [1]. Fasa adalah ½ π
merupakan sudut yang paling rendah dari gain yang diperoleh dari main mode
panjang gelombang Bragg, dan keuntungan perbedaan antara gain di central mode
dan sisi paling dekat mode mempunyai nilai yang paling besar Karena gain besar
lebih bagus dari pada desain laser konvensional DFB dalam kaitannya pada single
mode stabil pada multi Gbit/s kecepatan modulasi.
Maka pada Tugas Akhir ini penulis membahas tentang analisis pergeseran ¼ panjang gelombang Distributed Feedback Laser dioda (DBF LD) Pada serat optik.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah bagaimana pengaruh
pergeseran ¼ panjang gelombang dengan menggunakan mode order pada serat optik
dan pergeseran ¼ panjang gelombang pada redaman.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan pada Tugas Akhir ini adalah untuk menganalisis pengaruh dampak
pergeseran ¼ panjang gelombang pada redaman serat optik.
1.4 Batasan Masalah
Untuk membatasi materi pada tugas akhir ini, perlu membuat batasan masalah
yang akan dibahas. Hal ini diperbuat agar pembahasan dari tugas akhir ini lebih
terfokus dan mencapai hasil yang diharapkan.
a. Hanya membahas tentang perubahan mode order untuk menghasilkan panjang
gelombang dan hubungan panjang gelombang dengan redaman pada dioda laser
DFB pada serat optik.
b. Tidak membahas prinsip kerja serat optik secara menyeluruhan.
1.5 Metodologi Penulisan
Terdapat beberapa Metode yang digunakan dalam penelitian tugas akhir
yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :
Berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku dan tulisan-tulisan lain
yang terkait serta dari layanan internet berupa jurnal-jurnal penelitian.
2. Studi Analisa
Pada bagian ini hasil data yang diperoleh dari rumus-rumus yang berlaku dan
mengetahui apakah rumus tersebut dapat mengahasilkan nilai tersebut.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara ringkas, maka sistematika penulisan
disusun sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : DASAR TEORI
Bab ini membahas tentang tinjauan pustaka terkait dengan judul Tugas
Akhir yang diangkat.
BAB III : METODOLOGI
Bab ini membahas tentang metode-metode yang digunakan untuk
menghasilkan panjang gelombangnya.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang analisis data yang diperoleh dari hasil
perhitungan yang telah dilakukan.
BAB V : PENUTUP
BAB II DASAR TEORI
2.1 Pengertian dan Serajah Serat optik
Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik
yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat
lain. Cahaya yang ada di dalam serat optik sulit keluar karena indeks bias dari kaca
lebih besar daripada indeks bias dari udara. Sumber cahaya yang digunakan adalah
laser karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan transmisi
serat optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai saluran
komunikasi. Serat optik umumnya digunakan dalam sistem telekomunikasi serta
dalam pencahayaan, sensor, dan optik pencitraan. Efisiensi dari serat optik
ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun gelas. Semakin murni bahan gelas,
semakin sedikit cahaya yang diserap oleh serat optik.
Pada tahun 1880 Alexander Graham Bell menciptakan sebuah sistem
komunikasi cahaya yang disebut photo-phone dengan menggunakan cahaya
matahari yang dipantulkan dari sebuah cermin suara-termodulasi tipis untuk
membawa percakapan, pada penerima cahaya matahari termodulasi mengenai
sebuah foto-kondukting selselenium, yang merubahnya menjadi arus listrik, sebuah
penerima telepon melengkapi sistem. Photo-phone tidak pernah mencapai sukses
komersial, walaupun sistem tersebut bekerja cukup baik.
Penerobosan besar yang membawa pada teknologi komunikasi serat
optik dengan kapasitas tinggi adalah penemuan Laser pada tahun 1960, namun pada
tahun tersebut kunci utama di dalam sistem serat praktis belum ditemukan yaitu
serat yang efisien.
Pada tahun 1970 serat dengan loss yang rendah dikembangkan dan
komunikasi serat optik menjadi praktis (Serat optik yang digunakan berbentuk
silinder seperti kawat pada umumnya, terdiri dari inti serat (core) yang
(buffer coating). Ini terjadi hanya 100 tahun setelah John Tyndall, seorang
fisikawan Inggris, mendemonstrasikan kepada Royal Society bahwa cahaya dapat
dipandu sepanjang kurva aliran air. Dipandunya cahaya olehsebuah serat optik dan
oleh aliran air adalah peristiwa dari fenomena yang sama yaitu total internal
reflection.
Teknologi serat optik selalu berhadapan dengan masalah bagaimana
caranya agar lebih banyak informasi yang dapat dibawa, lebih cepat dan lebih jauh
penyampaiannya dengan tingkat kesalahan yang sekecil-kecilnya. Informasi yang
dibawa berupa sinyal digital, digunakan besaran kapasitas transmisi diukur
dalam 1 Gb km/s yang artinya 1 milyar bit dapat disampaikan tiap detik
melalui jarak 1 km [2].
Berikut adalah beberapa tahap sejarah perkembangan teknologi serat optik
[2]:
1. Generasi pertama (mulai tahun 1970)
Sistem masih sederhana dan menjadi dasar bagi sistem generasi berikutnya
terdiri dari :
a) Encoding : Mengubah input (misal suara) menjadi sinyal listrik.
b) Transmitter : Mengubah sinyal listrik menjadi gelombang cahaya termodulasi,
berupa LED dengan panjang gelombang 0,87µm.
c) Serat Silika : Sebagai pengantar gelombang cahaya.
d) Repeater : Sebagai penguat gelombang cahaya yang melemah di jalan
e) Receiver : Mengubah gelombang cahaya termodulasi menjadi sinyal listrik,
berupa foto-detektor
f) Decoding : Mengubah sinyal listrik menjadi ouput (misal: suara)
g) Repeater bekerja dengan merubah gelombang cahaya menjadi sinyal
listrik kemudian diperkuat secara elektronik dan diubah kembali menjadi
gelombang cahaya.
h) Pada tahun 1978 dapat mencapai kapasitas transmisi 10 Gb.km/s.
2. Generasi ke-dua (mulai tahun 1981)
b) Indeks bias kulit dibuat sedekat-dekatnya dengan indeks bias inti.
c) Menggunakan dioda laser, panjang gelombang yang dipancarkan 1,3µm.
d) Kapasitas transmisi menjadi 100 Gb.km/s.
3. Generasi ke-tiga (mulai tahun 1982)
a) Penyempurnaan pembuatan serat silika.
b) Pembuatan chip diode laser berpanjang gelombang 1,55 µm.
c) Kemurniaan bahan silika ditingkatkan sehingga transparansinya dapat
dibuat untuk panjang gelombang sekitar 1,2 µm sampai 1,6 µm
d) Kapasitas transmisi menjadi ratusan Gb.km/s.
4. Generasi ke-empat (mulai tahun 1984)
a) Dimulainya riset dan pengembangan sistem koheren, modulasinya bukan
modulasi intensitas melainkan modulasi frekuensi, sehingga sinyal yang
sudah lemah intensitasnya masih dapat dideteksi, maka jarak yang dapat
ditempuh dan kapasitas transmisinya ikut membesar.
b) Pada tahun 1984 kapasitasnya sudah dapat menyamai kapasitas sistem deteksi
langsung (modulasi intensitas).
c) Terhambat perkembangannya karena teknologi piranti sumber dan deteksi
modulasi frekuensi masih jauh tertinggal
5. Generasi ke-lima (mulai tahun 1989)
a) Dikembangkan suatu penguat optik yang menggantikan fungsi repeater
pada generasi-generasi sebelumnya.
b) Pada awal pengembangannya kapasitas transmisi hanya dicapai 400
Gb.km/s tetapi setahun kemudian kapasitas transmisinya sudah menembus
50.000 Gb.km/s
6. Generasi ke-enam
a) Pada tahun 1988 Linn F. Mollenauer mempelopori sistem komunikasi
optik soliton. Soliton adalah pulsa gelombang yang terdiri dari banyak
komponen panjang gelombang yang berbeda hanya sedikit dan juga
b) Panjang soliton hanya 10-12 detik dan dapat dibagi menjadi beberapa
komponen yang saling berdekatan, sehingga sinyal-sinyal yang
berupasoliton merupakan informasi yang terdiri dari beberapa saluran
sekaligus (wavelength division multiplexing).
c) Eksprimen menunjukkan bahwa soliton minimal dapat membawa 5 saluran
yang masing-masing membawa informasi dengan laju 5 Gb/s. Kapasitas
transmisi yang telah diuji mencapai 35.000 Gb km/s.
d) Cara kerja sistem soliton ini adalah efek Kerr, yaitu sinar-sinar yang
panjang gelombangnya sama akan merambat dengan laju yang berbeda di
dalam suatu bahan jika intensitasnya melebihi suatu harga batas. Efek ini
kemudian digunakan untuk menetralisir efek dispersi, sehingga soliton tidak
melebar pada waktu sampai di penerima (receiver). Hal ini sangat
menguntungkan karena tingkat kesalahan yang ditimbulkannya amat kecil
bahkan dapat diabaikan [2][3].
Sistem Komunikasi Serat Optik Serat optik memiliki keunggulan yang
signifikan dibandingkan media transmisi kawat konvensional.
Keunggulan tersebut antara lain adalah [2]:
1. Rugi transmisi rendah
2. Bandwidth lebar
3. Ukuran kecil dan ringan
4. Tahan gangguan elektromagnetik dan elektrik
Sedangkan kerugian menggunakan serat optik sebagai media transmisi yaitu:
1. Konstruksi fiber optik lemah sehingga dalam pemakaiannya diperlukan lapisan
penguat sebagai proteksi
2. Karakteristik transmisi dapat berubah bila terjadi tekanan dari luar yang
berlebihan.
3. Tidak dapat dialiri arus listrik, sehingga tidak dapat memberikan catuan pada
pemasangan repeater.
Untuk itu biasanya serat optik digunakan untuk media transmisi sinyal digital.
pilihan antara step index atau graded index. Pemilihan ini tergantung jenis sumber
cahaya yang digunakan dan besarnya dispersi maksimum yang diijinkan.Untuk
sumber cahaya LED (Light Emitting Diode), biasanya digunakan serat multi-mode,
meskipun LED jenis edge emitting bisa digunakan dengan serat single-mode dengan
laju sampai 560 Mbps sepanjang beberapa kilometer.Untuk Laser dioda, bisa
digunakan single-mode atau multimode.Serat single-mode mampu menyediakan
produk laju data-jarak yang sangat bagus (mampu mencapai 30 Gbps.km).
Teknologi serat optik adalah suatu teknologi komunikasi yang menggunakan
media cahaya sebagai penyalur informasi.Pada teknologi ini terjadi perubahan
informasi yang biasanya berbentuk sinyal elektris menjadi sinyal optik (cahaya), yang
kemudian disalurkan melalui kabel serat optik dan diterima pada sisi penerima untuk
diubah kembali menjadi sinyal elektris.
Sistem Komunikasi serat optik secara umum dapat dilihat seperti Gambar 2.1
yaitu terdiri dari pemancar sebagai sumber pengirim informasi, detektor penerima
informasi, dan media transmisi sebagai sarana untuk melewatkannya. Pengirim
bertugas untuk mengolah informasi yang akan disampaikan agar dapat dilewatkan
melalui suatu media sehingga informasi tersebut dapat sampai dan diterima dengan
baik dan benar ditujuan/penerima. Perangkat yang ada di penerima bertugas untuk
menterjemahkan informasi kiriman tersebut sehingga maksud dari informasi dapat
dimengerti. Pada sistem komunikasi serat optik, sinyal informasi diubah ke signal
listrik lalu diubah lagi ke optik/cahaya. Sinyal ini kemudian di lewatkan melalui serat
optik yang setelah sampai di penerima nanti, cahaya tersebut diubah kembali ke
Gambar 2.1 Blok diagram sistem komunikasi Serat Optik
Konsep dasar serat optik sangat penting di pelajari dan dapat
dimanfaatkan terutama dalam komunikasi. Dalam komunikasi serat optik konsep
dasar yang digunakan dengan transmisi cahaya, Dimana pengubahan antara sinyal
elektrik menjadi sinyal cahaya dalam menyalurkan informasi disepanjang serat optik.
Maka konsepnya berupa cahaya, optik, serat, dan aplikasi lain serat.
Prinsip kerja dari serat optik ini adalah sinyal awal/source yang berbentuk
sinyal listrik ini pada transmitter diubah oleh transducer elektro optik (Dioda/Laser
Dioda) menjadi gelombang cahaya yang kemudian ditransmisikan melalui kabel serat
optik menuju penerima/receiver yang terletak pada ujung lainnya dari serat optik,
pada penerima/receiver sinyal optik ini diubah oleh transducer Optoelektronik (Photo
Dioda/Avalanche Photo Dioda) menjadi sinyal elektris kembali. Dalam perjalanan
sinyal optik dari transmitter menuju receiver akan terjadi redaman cahaya di
sepanjang kabel optik, sambungan-sambungan kabel dan konektor-konektor di
perangkatnya, oleh karena itu jika jarak transmisinya jauh maka diperlukan sebuah
atau beberapa repeater yang berfungsi untuk memperkuat gelombang cahaya yang
telah mengalami redaman sepanjang perjalanannya.
2.2 Struktur Dasar Serat Optik
Sebuah serat optik terdiri atas core (inti), cladding (kulit), coating
2.2 Elemen dasar sebuah kabel serat optik adalah cladding dan core. Cahaya yang
disalurkan merambat pada core, dimana pola rambatannya mengikuti pola cahaya
masuk lalu cahaya dipantulkan oleh cladding sepanjang saluran [3].
Gambar 2.2 Stuktur serat optik
Spesifikasi dari setiap bagian pada Gambar 2.2 antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Core (inti Kabel) berfungsi untuk menyalurkan cahaya dari satu ujung ke ujung
lainnya. Core yaitu elemen pertama dari fiber optik yang merupakan konduktor
sebenarnya yaitu sebuah batang silinder terbuat dari bahan dielektrik (bahan silika
(SiO2), biasanya diberi doping dengan germanium oksida (GeO2) atau fosfor
penta oksida (P2O5) untuk menaikan indeks biasnya) yang tidak menghantarkan
listrik. Inti memiliki diameter antara 3 – 200 µm. Ketebalan dari core merupakan
hal yang penting, karena menentukan karakteristik dari kabel. Core (inti) dari
serat optik terbuat dari material kristal kaca kelas tinggi dan indeks bias core
besarnya sekitar 1,5.
b. Cladding berfungsi sebagai cermin yaitu memantulkan cahaya agar dapat
merambat ke ujung lainnya. Cladding yaitu lapisan selimut/selubung yang
dilapiskan pada core yang memiliki diameter antara 125 – 250 µm. Cladding juga
terbuat dari gelas tetapi indeks bias nya lebih kecil dari indeks bias core.
Hubungan antara kedua indeks dibuat kritis karena untuk memungkinkan
terjadinya pemantulan total dari berkas cahaya yang merambat berada dibawah
sudut kritis sewaktu dilewatkan sepanjang serat optik.
c. Coating berfungsi sebagai pelindung mekanis yang melindungi serat optik dari
pelindung lapisan inti dan selimut yang terbuat dari bahan plastik elastis (PVC)
yang berfungsi untuk melindungi serat optik dari tekanan luar.
d. Streng thening serat berfungsi sebagai serat yang menguatkan bagian dalam kabel
sehingga tidak mudah putus dan terbuat dari bahan serat kain sejenis benang yang
sangat banyak dan memiliki ketahanan yang sangat baik.
e. Jacket kabel berfungsi sebagai pelindung keseluruhan bagian dalam kabel serat
optik serta didalamnya terdapat tanda pengenal dan terbuat dari bahan PVC.
Cahaya merambat sepanjang inti serat tanpa lapisan material kulit, namun
kulit memiliki beberapa fungsi [3] :
1. Mengurangi loss hamburan pada permukaan inti.
2. Melindungi serat dari kontaminasi penyerapan permukaan.
3. Mengurangi cahaya yang loss dari inti ke udara sekitar
4. Menambah kekuatan mekanis.
2.3 Tipe Jenis Serat Optik
Pada prinsipnya, transmisi cahaya dalam fiber sama dengan pada pandu
gelombang dielektrik planar, kecuali bentuk geometrinya. Dalam kedua jenis pandu
gelombang cahaya merambat dalam bentuk modus-modus. Masing-masing modus
menjalar sepanjang sumbu pandu gelombang dengan suatu konstanta perambatan dan
kecepatan group dengan mempertahankan distribusi ruang transversalnya dan
polarisasinya. Bila diameter core-nya kecil maka hanya satu modus yang
diperbolehkan dan fiber disebut dengan single-mode fiber.
Salah satu masalah yang berkaitan dengan perambatan cahaya dalam fiber
multi mode adalah ditimbulkan dari perbedaan kecepatan group dari masing-masing
modus akibatnya pulsa akan melebar sepanjang fiber. Efek ini dikenal sebagai modal
dispersion (dispersi modus), yaitu batas kecepatan dimana pulsa-pulsa dapat dikirim
tanpa saling tumpang tindih (over lapping). Modal dispersion dapat dikurangi dengan
gradien indeks bias dari core, yang mempunyai nilai maksimum pada pusatnya dan
fiber, dimana pada fiber konvensional indeks bias core dan cladding adalah konstan
(step-index fiber).
Jenis – jenis Serat Optik menurut perambatannya ada 2 bagian yaitu [4]:
2.3.1 Serat Optik Singlemode
Serat optik merupakan saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau
plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke
tempat lain.
Single mode fiber mempunyai inti sangat kecil (yang memiliki diameter
sekitar 9x10-6 meter atau 9 mikro meter), perambatan gelombang pada sistem
single-mode fibers ini akan terlihat pada Gambar 2.3 cahaya yang merambat secara paralel
di tengah membuat terjadinya sedikit dispersi pulsa. Single-mode 29 fibers
mentransmisikan cahaya laser infra merah (panjang gelombang 1300 - 1550 nm).
Jenis serat ini digunakan untuk mentransmisikan satu sinyal dalam setiap serat. Serat
ini sering dipakai dalam pesawat telepon dan TV kabel [4].
Gambar 2.3 Perambatan gelombang pada single-mode fiber
Pada serat optik single mode terdapat empat macam tipe yang sering
digunakan berdasarkan ITU-T (International Telecommunication Union – Telecommunication Standardization Sector) yang dahulu dikenal dengan CCITT
yaitu[3]:
1. G.652 - Standar Single Mode Fiber
2. G.653 –Dispersion-Shifted Single Mode Fiber
3. G.653 –Characteristics of Cut-Off Shifted Mode Fiber Cable
Untuk mendukung sistem yang mentransmisikan informasi dengan kapasitas
tinggi, pemilihan serat optik yang tepat sebagai media transmisi juga diperhatikan.
Ada dua tipe serat optik yang digunakan pada sistem DWDM, yaitu[2]:
1. Non Dispersion Shifted Fiber (NDSF)
Serat optik Non Dispersion Shifted Fiber (NDSF) merupakan rekomendasi
ITU-T seri G.652. NDSF memiliki nilai koefisien dispersi kromatik mendekati nol di
daerah panjang gelombang 1310 nm .
2. Non Zero Dispersion Shifted Fiber (NZDSF)
Non Zero Dispersion Shifted Fiber (NZDSF) merupakan jenis fiber yang
sesuai dengan rekomendasi ITU-T seri G.655 dengan range panjang gelombang 1255
– 1650 nm. NZDSF memiliki nilai dispersi tidak nol namun juga tidak lebar di daerah panjang gelombang 1550 nm dibandingkan dengan nilai koefisien dispersi kromatik
pada serat optik Non Dispersion Shifted Fiber (NDSF).
2.3.2 Serat Optik Multimode
Multi-mode fiber mempunyai ukuran inti lebih besar ( berdiameter sekitar
6,35 x 10-5 meter atau 63,5 mikro meter) dan mentransmisikan cahaya inframerah
(panjang gelombang 850 – 1300 nm) dari lampu light-emitting diode (LED) dan
perambatan gelombang yang terjadi pada sistem multi-mode fiber ini akan terlihat
seperti pada Gambar 2.4 Serat ini digunakan untuk mentransmisikan banyak sinyal
dalam setiap serat dan sering digunakan pada jaringan komputer dan Local Area
Networks (LAN) [4].
Gambar 2.4 Perambatan gelombang pada multi-mode fiber
2.3.3 Serat Optik Multimode Step Index
Suatu step-index fiber dispesifikasi oleh indeks bias core n1 dan cladding n2
yang diameternya a dan b. Perbedaan nilai indeks bias core dan cladding sangat kecil
sehingga fraksi perubahan indeks bias sangat kecil [4]:
∆ = << 1 (2.1)
Dimana : n1 = nclad n2 = ncore
Kebanyakan fiber yang digunakan dalam sistem komunikasi optik terbuat dari
bahan gelas silika (SiO2) dengan kemurnian kimiawi yang tinggi. Perubahan kecil
dari indeks bias dapat dibuat dengan penambahan konsentrasi material doping yang
rendah (seperti titanium, germanium atau boron). Indeks bias n1 berada dalam rentang
1,44 sampai 1,46 bergantung pada panjang gelombang. Tipikal nilai dari Δ adalah
antara 0,001 dan 0,02. Suatu berkas cahaya datang dari udara kedalam fiber menjadi
suatu berkas yang terpandu, jika datang dengan sudut θ terhadap sumbu fiber lebih
kecil [4].
θ c = cos-1 (n1 / n2) (2.2)
Keadaan bagaimana cahaya dipandu dapat dilihat untuk berkas-berkas
meridional (berkas-berkas di dalam bidang yang memotong sumbu serat optik)
seperti pada Gambar 2.5 berkas-berkas ini memotong sumbu serat optik dan
memantul dalam bidang yang sama tanpa adanya perubahan sudut datang (seperti
dalam kasus pandu gelombang planar). Serat optik multi mode step index dimana
indeks bias core konstan, Ukuran core antara 50 – 125 mm dan dilapisi cladding yang
tipis. Penyambungan kabel lebih mudah karena memiliki core yang besar, Banyak
terjadi disperse, Lebar pita frekuensi terbatas/sempit, hanya digunakan untuk jarak
Gambar 2.5 Serat optik multi modesStep index
2.3.4 Serat Optik Multimode Graded Index
Graded-index fiber adalah suatu metode yang sederhana untuk mengurangi
efek pelebaran pulsa yang disebabkan oleh perbedaan kecepatan group dari
modus-modus dalam multi mode fiber, mempunyai indeks bias yang bervariasi, yaitu nilai
tertinggi pada pusat dan berkurang secara gradual dan mempunyai nilai terendah
pada cladding, sebagai berikut [4] :
1. Core terdiri dari sejumlah lapisan gelas yang memiliki indeks bias yang
berbeda, indeks bias tertinggi terdapat pada pusat core dan berangsur-angsur
turun sampai ke batas core cladding.
2. Ukuran diameter core antara 30 – 60 mm.
3. Cahaya merambat karena difraksi yang terjadi pada core sehingga rambatan
cahaya sejajar dengan sumbu serat.
4. Dispersi lebih kecil dibanding dengan Multimode Step Index.
5. Digunakan untuk jarak menengah dan lebar pita frekuensi besar.
6. Harga relatif mahal dari SI, karena faktor pembuatannya lebih sulit.
2.3.5 Serat Optik Singlemode Step Index
Serat optik ini memiliki karakteristik dimana Serat optik single mode
memiliki diameter core antara 2 – 10 mm dan sangat kecil dibandingkan dengan
ukuran claddingnya, Cahaya hanya merambat dalam satu mode saja yaitu sejajar
frekuensi yang sangat lebar, digunakan untuk jarak jauh dan mampu menyalurkan
data dengan kecepatan bit rate yang tinggi.
2.4 Sumber Cahaya pada Serat Optik
Banyak tipe dari sumber cahaya yang digunakan sistem serat optik, dalam
bentuk LED dan laser [5]. Pemancar optik dasar mengubah sinyal listrik menjadi
cahaya termodulasi untuk pengiriman melalui serat optik. Perangkat yang paling
umum digunakan sebagai sumber cahaya di pemancar optik dioda ringan. Sumber
cahaya serat optik membuat penggunaan yang baik ini, seperti memancarkan cahaya
dioda memancarkan relatif besar daerah dan digunakan untuk jarak moderat. Serat
optik sumber cahaya terbukti ekonomis. Sebuah sumber cahaya serat optik perangkat
dipasang pada sebuah paket yang memungkinkan serat optik untuk pasangan cahaya
sebanyak mungkin ke dalam serat. Dalam beberapa kasus lensa bulat kecil juga
dipasang untuk mengumpulkan dan memfokuskan cahaya ke setiap kemungkinan
serat. Dioda cahaya LED dan dioda cahaya inframerah beroperasi di bagian spektrum
elektromagnetik. Gelombang operasi mereka dipilih sesuai dengan kebutuhan.
Sumber cahaya serat optik dapat diandalkan dan yang paling umum digunakan oleh
panjang gelombang sumber cahaya serat optik saat ini adalah 850-1.300 nanometer
atau dalam beberapa kasus bahkan 1500 nanometer [6]. Kebanyakan sumber cahaya
adalah tidak berfrekuensi tunggal, melainkan memancarkan cahaya pada beberapa
frekuensi pada sebuah jalur atau bagian dari spektrum, yang mungkin cukup lebar.
Beberapa sumber seperti lampu ionisasi gas, dioda-dioda yang memancarkan cahaya
(light emitting diode) LED dan LASER, memancarkan cahaya dalam bagian
spektrum yang jauh lebih sempit. Tetapi bahkan sumber-sumber ini pun tidak bersifat
monochromatis sepenuhnya, karena masih juga memancar pada beberapa frekuensi
pada jalur yang sempit. Pemancar-pemancar tersebut harus mempunyai suatu
keluaran cahaya yang berintensitas tinggi, sehingga dapat dipancarkan energi yang
cukup untuk mengatasi rugi-rugi yang dijumpai dalam transmisi di sepanjang fiber.
cahaya tersebut haruslah kecil, ringkas (compact), dan dapat dengan mudah
digandengkan ke serat. jenis sumber cahaya diantranya ada dua jenis sumber optik
yang sering digunakan [6].
2.4.1 LED (Light Emitting Diode)
Dalam transmisi serat optik digunakan sumber cahaya yang monokromatis.
Sumber cahaya yang monokromatis yang digunakan untuk transmisi cahaya serat
optik dapat menggunakan laser, diode laser, atau LED. Penggunaan laser sebagai
sumber cahaya cukup rumit karena menggunakansumber tegangan yang cukup tinggi
dan pemasangannya harus hati-hati. Dioda adalah komponen aktif bersaluran dua,
dioda mempunyai dua elektroda aktif dimana isyarat dapat mengalir dan kebanyakan
dioda digunakan karena karakteristik satu arah yang dimilikinya. Kesearahan yang
dimiliki sebagian besar jenis dioda seringkali disebut karakteristik menyearahkan.
Fungsi paling umum dari dioda adalah untuk memperbolehkan aliran arus listrik
dalam suatu arah yang disebutkondisi panjar maju dan untuk menahan arus dari arah
sebaliknya yang disebut kondisi panjar mundur. Saat ini dioda yang paling umum
dibuat dari bahan semikonduktor seperti silikon atau germanium.
LED (Light Emitting Diode) atau kadang disebut juga diode cahaya adalah
suatu semikonduktor yang memancarkan cahaya monokromatik yang tidak koheren
ketika diberi tegangan maju. Bagian ini termasuk bentuk elektroluminesensi yang
diketahui bahwa elektron yang menerjang sambungan P-N juga melepaskan energi
berupa energi panas dan energi cahaya [7]. LED dibuat agar lebih efisien jika
mengeluarkan cahaya. Untuk mendapatkan emisicahaya pada semikonduktor, doping
yang digunakan adalah galium, arsenik dan phosphor [7]. Jenis doping yang berbeda
menghasilkan warna cahaya yang berbeda pula. Warna yang dihasilkan bergantung
pada bahan semikonduktor yang dipakai dan bisa juga ultraviolet dekat atau
inframerah dekat Semikonduktor adalah material dengan konduktivitas diantara
mengalami transisi secaralangsung dan mudah dari level energi tinggi ke rendah dan
cahaya secara mudah diradiasikan, momentum juga harus berubah, transisi elektron
menjadi sulit dan probabilitas dari cahaya yang diemisikan lebih kecil. Pada Gambar
2.6a dan 2.6b menunjukkan proses yang disebut semi-konduktor transisi langsung
dan transisi tidak langsung [7].
Gambar 2.6 Transisi langsung dan Transisi tidak langsung
Panjang gelomang yang dipancarkan ( ) bergantung dengan gap energi antara
pita konduksi dan pita valensi yang Persamaannya [7]:
= =
(2.3)
Karakteristik dari LED diantaranya [7] :
1. Umumnya memakai kabel serat optik multimode.
2. Sirkit lebih sederhana.
3. Harganya lebih murah.
4. Cahaya yang dipancarkan LED bersifat tidak koheren yang akan
menyebabkan dispersi chromatic sehingga LED hanya cocok untuk transmisi
data dengan bit rate rendah sampai sedang (Untuk komunikasi berkecepatan <
200 Mb/s).
5. Daya keluaran optik LED adalah -30 ~ -10 dBm.
6. LED memiliki lebar spectral (spectral width) 30–50 nm pada panjang
2.4.2 Laser (Light amplification by stimulated emission of radiation)
Laser adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of
Radiation. Laser merupakan sumber cahaya koheren yang monokromatik dan amat
lurus. Laser bekerja pada spektrum infra merah sampai ultra ungu. Proses laser pada
dasarnya adalah proses interaksi gelombang elektromagnetik dengan atom-atom
materi, yaitu penggandaan intensitas cahaya yang dihasilkan dari proses transisi
dalam atom di dalam materi, untuk dapat mengetahui bagaimana sumber cahaya ini
bekerja maka terlebih dahulu perlu diketahui keadaan energi yang terdapat didalam
suatu atom. Menurut teori kuantum, keadaan energi dari suatu atom ditentukan oleh
keadaan energi dari elektron-elektronnya. Salah satu contoh yang sederhana dari
prinsip kerja laser adalah sistem dua tingkat energi untuk hidrogen seperti pada
Gambar 2.7 yang menyatakan dimana E1 adalahtingkat energi normal (ground state)
[image:30.612.163.484.371.497.2]dan E2 adalah tingkat energi tereksitasi (excitingstate) [8].
Gambar 2.7 Mekanisme energi laser
Mula-mula dalam keadaan normal atom berada di E1 (tingkat energi normal)
lalu diganggu, misalnya dengan cara dialiri arus listrik sehingga energinya naik ke E2
(tingkat energi tereksitasi). Setelah berada dalam tingkat energi tereksitasi, maka
atom akan berusaha kembali ke keadaan normalnya, yaitu menuju ke E1 . Sewaktu
menuju E1 dari E2 inilah dipancarkan sinar laser dalam bentuk emisi spontan
(spontaneous emission). Dalam keadaan kesetimbang termal maka jumlah atom di
tingkat tereksitasi (2N) akan sama jumlahnya dengan jumlah atom di tingkat energi
Pada waktu perpindahan menuju keadaan normal maka perubahan jumlah
atomnya memenuhi Persamaan [8]:
N2/ N1= Exp (-ΔE/kT) (2.4)
Dengan : k = konstanta Bolzman ( 1,38 x 10−23 J/K)
T = Temperatur ( °K)
ΔE = E1– E2
Sedangkan energi fotonnya memenuhi persamaan :
h = E2–E1 (2.5)
dengan : h = konstanta Plank ( 6,6261 x10-34 J.s)
= frekuensi energi foton
Dalam sistem tersebut photon dengan arah dan energi yang sama akan
bolak-balik dan membentuk photon baru yang energi dan arahnya juga sama, sehingga pada
suatu saat setelah terkumpul energi yang besar kumpulan photon ini akan melewati
bagian cermin kedua dan inilah yang keluar sebagai laser. Memang tidak semua laser
yang ada mempergunakan cermin-cermin untuk menstimulasi pembentukan foton
baru, akan tetapi penjelasan diatas merupakan gambaran secara umum terjadinya
laser.
Laser juga merupakan sebuah alat yang menggunakan efek mekanika
kuantum, pancaran terstimulasi, untuk menghasilkan sebuah cahaya yang koherens
dari medium "lasing" yang dikontrol kemurnian, ukuran dan bentuknya. Pengeluaran
dari laser dapat berkelanjutan dan dengan amplituda-konstan (dikenal sebagai CW
atau gelombang berkelanjutan), atau detak, dengan menggunakan teknik Q-switching,
modelocking, atau gain-switching. Sebuah medium laser juga dapat berfungsi sebagai
amplifier optikal. Signal yang diperkuat dapat menjadi sangat mirip dengan signal
input dalam istilah panjang gelombang fase dan polarisasi, ini tentunya penting dalam
komunikasi optikal lase berarti memproduksi cahaya koherens, dan merupakan
Komponen penting sebuah laser adalah laser resonator atau laser cavity. Laser
cavity terdiri dari 3 komponen penting yaitu medium, pemompa energi dan sepasang
cermin. Medium mengandung atom-atom yang mempunyai tingkat energi metastabil
yang dapat dieksitasi dengan menyerap energi dari luar. Pada Gambar 2.8
menunjukkan bahwa medium ini dapat berupa cat cair, gas maupun zat padat yang
dikategorikan laser cat (dye laser), laser diode (zat padat) dan laser CO2 (laser gas)
[image:32.612.199.480.249.365.2][9].
Gambar 2.8 Skema rongga laser
Dalam rongga laser cahaya yang diemisikan atom-atom akan bolak-balik
karena dipantulkan oleh kedua cermin, cahaya ini akan membentuk sebuah
gelombang berdiri (standing wave) yang menentukan karakteristik frekuensi dan
panjang gelombang laser yang dihasilkan.
Adapun karakteristik laser yaitu [9]:
1. Umumnya menggunakan kabel optik single mode.
2. Response time < 1 nano detik.
3. Cahaya yang dipancarkan oleh dioda laser bersifat koheren.
4. Diode laser memiliki lebar spektral yang lebih sempit (~1 nm) jika dibandingkan
dengan LED sehingga dispersi chromatic dapat ditekan.
5. Diode laser diterapkan untuk transmisi data dengan bit rate tinggi (Untuk
komunikasi berkecepatan diatas 200 Mb/s)
7. Kinerja (keluaran daya optik, panjang gelombang, umur) dari diode laser sangat
dipengaruhi oleh temperatur operasi.
Laser merupakan sumber optik yang koheren. Bahan dasarnya berupa gas, cairan,
kristal dan semikonduktor. Komunikasi jarak jauh memerlukan laser monomode
(single mode) diantaranya sebagai berikut [9]:
1. DFB : Distributed Feedback Laser
2. DBR : Distributed Bragg Reflector Laser
2.5 Prinsip Kerja Laser
Laser dihasilkan dari proses relaksasi electron, pada saat proses ini maka
sejumlah foton akan dilepaskan berbeda dengan cahaya senter. Emisi pada laser
terjadi dengan teratur sedangkan pada lampu senter emisi terjadi secara acak. Pada
laser emisi akan menghasilkan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu,
berbeda dengan lampu senter emisi akan mengasilkan cahaya dengan banyak panjang
gelombang. Proses yang terjadi adalah elektron pada keadaan ground state (pada pita
valensi) mendapat energi kemudian statusnya naik menuju pita konduksi ( keadaan
eksitasi) kemudian elektron tersebut kembali ke keadaan awal (ground state) diikuti
dengan beberapa foton yang terlepas.
Kemudian energi yang dibawa cukup besar maka dibutuhkan sebuah resonator,
resonator ini dapat berupa lensa atau cermin yang sering digunakan adalah lensa dan
cermin. Ketika di dalam resonator maka foton-foton tersebut akan saling memantul
terhadap dinding resonator sehingga cukup kuat untuk meninggalkan resonator
tersebut. Laser cukup kuat digunakan sebagai alat pemotong misalnya adalah laser
CO2 yang kuat adalah tingkat pelebaranya rendah dan energi fotonnya tinggi [9].
2.6 Jenis Laser
Jenis laser berdasarkan arah rambatnya dibagi atas dua yaitu diantaranya DBR
2.6.1 Distributed Bragg Reflector (DBR)
Distributed Bragg Reflektor Laser (DBR) adalah jenis laser yang frekuensi
diode laser dengan frekuensi tunggal. Struktur laser DBR dibuat dengan fitur
permukaan yang mendefinisikan monolitik, satu modus ridge waveguide yang
menjalankan seluruh panjang perangkat. Sebuah rongga resonan didefinisikan oleh
cermin DBR sangat reflektif pada salah satu ujungnya, dan reflektifitas rendah
dibelah keluar segi di ujung. Dalam rongga bagian punggung keuntungan, di mana
saat ini disuntikkan untuk menghasilkan mode penguat spasial tunggal [10]. DBR
dirancang untuk mencerminkan cahaya membujur tunggal. Akibatnya, laser
beroperasi pada modus spasial dan longitudinal tunggal. Laser memancarkan dari
segi keluar berlawanan. DBR selama sekitar kisaran 2 nm dengan mengubah arus
atau suhu. Koefisien suhu sekitar 0,07 nm / K, dan koefisien saat ini adalah sekitar
0,003 nm / mA sehingga laser DBR stabil pada noise yang rendah [11]. Ketika
dioperasikan dengan arus listrik rendah pada suhu konstan memancarkan arus laser
DBR memiliki linewidth kurang dari 10 MHz. Tingkat daya biasanya dapat berjalan
hingga beberapa ratus mwatt.
Laser DBR hampir sama dengan laser DFB, Kedua menunjukkan linewidth
sempit dan operasi frekuensi tunggal yang stabil [12]. Namun, lokasi dari elemen
umpan balik (kisi-kisinya) menyebabkan DBR dan DFB memiliki karakteristik
operasional yang berbeda. Karena kisi-kisi didistribusikan sepanjang area gain di
DFB kisi dan mendapatkan kondisi area yang sama seperti perangkat disetel dengan
arus dan suhu. DFB dapat menunjukkan tuning berbagai kontinu 2 nm atau lebih.
Namun, pada rentang saat ini atau temperatur yang cukup panjang, panjang
gelombang yang dipancarkan akan tiba-tiba melompat ke gelombang yang lebih
panjang meninggalkan celah di kisaran tuning [13].
Karena laser DBR memiliki area kisi pasif karakteristik penyetelannya
berbeda dengan daerah gain. Peningkatan arus di area gain menyebabkan pergeseran
merah dalam output laser karena pemanasan. Kurva reflektifitas dari kisi pasif tidak
gelombang yang lebih panjang, dan pada akhirnya akan mendorong pergeseran
cahaya biru terputus panjang gelombang untuk menemukan gain yang lebih tinggi.
Pergeseran cahaya biru memastikan bahwa karakteristik panjang gelombang akan
terulang dengan meningkatnya suhu atau arus, dan tidak ada kesenjangan akan terjadi
di tuning.
2.6.2 Distributed Feedback (DFB)
Suatu diode laser dapat berosilasi dalam bermacam-macam panjang
gelombang pada suatu rentangan tertentu secara serentak dan ini dinamakan mode
longitudinal. Mode longitudinal berhubungan dengan gelombang berdiri yang timbul
karena cahaya resonator terpantul-pantul ke muka dan ke belakang [13]. Sedangkan
mode-mode dalam arah normal terhadap arah perambatan dinamakan mode
transversal.
Pada penggunaan serat optik model tunggal diperlukan suatu laser yang
membangkitkan cahaya pada panjang gelombang yang tunggal. Laser tersebut harus
mampu menekan mode-mode samping sehingga menghasilkan keluaran pada mode
tunggal. Suatu pendekatan alternatif adalah dengan menggunakan rongga laser yang
hanya mempunyai resonansi tunggal dalam lebar bidang penguatan. Ini dapat
disediakan oleh struktur Distributed Feedback (DFB). Dalam struktur tersebut umpan
balik disediakan oleh suatu gangguan periodik sepanjang pemandu gelombang
lapisan aktif. Umpan balik tersebut lebih baik dari pada penempatan pemantul pada
bagian akhir pemandu gelombang seperti dalam laser-laser biasa. Gambar 2.9a
Gambar 2.9a Stuktur Laser DFB
Gambar 2.9b Spektrum laser DFB
Dalam laser DFB struktur periode terdistribusi sepanjang daerah aktif laser,
terlihat dalam gambar diatas. Kelebihan resonator tipe ini dibandingkan resonator
permukaan rata seperti pada laser injeksi biasa adalah berkurangnya sensitivitas
frekuensi terhadap perubahan daya dan suhu laser. Dengan demikian stabilitasnya
lebih baik dari pada laser biasa. Kelebihan dalam hal stabilitas frekuensi ini harus
dibayar dengan proses fabrikasi yang sangat kompleks.
Untuk kecepatan tinggi pada jarak yang jauh pada komunikasi menggunakan
single mode laser, dimana harus mengamati single longitudinal mode dan single
transverse mode. kemudian, lebar spectrum cahaya sangat kecil. Sesuatu yang
menarik dari laser dengan hanya satu longitudinal mode adalah lebar L dari
kapasitasnya memberikan point pada separatis frekuensi, tipe dari laser dikonfigurasi
menunjukkan corrugated grating yang terdapat pada layer active yang terdapat pada
[image:37.612.206.476.125.315.2]daerah active region [14].
Gambar 2.10 Laser frekuensi-selektif pada DFB
Laser DFB dengan mode melintang dan membujur dapat diketahui pajang
gelombangnya dengan Persamaan [14]:
= B ± (m+ ) (2.6)
dimana : B = panjang gelombang bragg =(1550)
ne= indeks bias efektif serat optik
Le= panjang kisi efektif =(10000 µm)
m= mode order (0,1,2,…..)
2.6.2.1Indeks Bias Serat Optik
Hukum Snellius sangat kita pahami bersama dengan mudah karena memang
rumusannya yang sangat mudah dimengerti. Hukum Snellius adalah rumus
matematika yang memberikan hubungan antara sudut datang dan sudut bias pada
cahaya atau gelombang lainnya yang melalui batas antara dua medium isotropik
berbeda, seperti udara dan gelas. Hukum ini menyebabkan bahwa “sinus sudut datang
Pemanduan cahaya pada Gambar 2.11 dalam serat optik menggunakan pantulan
internal total yang terjadi pada bidang batas antara 2 media dengan indek bias yang
berbeda yaitu n1 dan n2. Bila indek bias medium pertama (n1) lebih kecil dari indek
bias mediumkedua (n2), maka sinar akan dibiaskan pada media berindeks bias besar
dengan sudut i2terhadap garis normal, hubungan antara sudut datang i1 dan sudut bias
[image:38.612.207.434.207.424.2]i2 terhadapindeks bias dielektrik dinyatakan oleh hukum Snellius [6].
Gambar 2.11 Sinar cahaya pada antar muka indeks bias
Perumusan matematis hukum Snellius [6]:
=
=
(2.7)
Atau
n1sin θ1 = n2sin θ (2.8)
atau
Lambang θ1dan θ2 merujuk pada sudut datang dan sudut bias,v1 dan v2 pada kecepatan cahaya sinar datang dan sinar bias. Lambang n1 menunjuk pada indeks bias
medium yang dilalui sinar datang, sedangkan n2 adalah indeks bias medium yang
dilalui sinar bias. Pada Gambar 2.12 menunjukkan bahwa sudut datang > sudut kritis
maka akan terjadi pemantulan sempurna. Hal inilah yang terjadi dalam serat optik,
dimana gelombang cahaya menjalar dengan mengalami pemantulan-pemantulan
sempurna dari dinding seratnya (cladding) yang indeks refraksinya lebih kecil
[image:39.612.170.466.253.385.2]daripada indeks refraksi inti seratnya (core) [14].
Gambar 2.12 Pemantulan dinding Serat Optik
Gambar 2.13 sebenarnya terlihat bahwa tanpa diberi cladding pun (artinya
n2=1) akan terjadi pemantulan-pemantulan yang sempurna. Tetapi hal ini dihindarkan
karena justru harga n1 dan n2 harus berbeda hanya sedikit agar pengiriman dapat
terlaksana untuk band yang lebar dan jarak yang jauh tanpa terjadi distorsi.
2.6.2.2Panjang Kisi Efektif
Panjang kisi efektif pada serat optik sepanjang 10000 nm, dimana pada
panjang kisi yang baik dalam serat optik dan tingkat pemantulannya yang bagus
2.6.2.3 Panjang Gelombang Bragg
Sebuah fiber Bragg Grating (FBG) adalah sebuah variasi periode dari indeks
refraktif yang ada pada sebagian panjang fiber optik. Fiber Bragg Grating (FBG)
merupakan suatu jenis reflektor (Bragg) yang terdistribusi dalam bentuk
segmen-segmen atau kisi dalam serat optik. FBG memantulkan beberapa panjang gelombang
cahaya tertentu dan meneruskan sisanya, dimana hal ini dapat terjadi karena adanya
penambahan suatu variasi periodik terhadap indeks bias core serat optik. Dengan
karakteristik yang dimilikinya tersebut, FBG dapat difungsikan sebagai filter optik
(optical filter) yakni untuk menghalangi panjang gelombang cahaya tertentu yang
diinginkan atau sebagai reflektor panjang gelombang cahaya spesifik. Gambar 2.13
menunjukkan periodeΛ yang dimiliki oleh sebuah fiber bragg grating. Grating (kisi)
berarti kumpulan ruang teratur yang pada dasarnya merupakan elemen indentik dan
pararel yang dipandang cahaya sebagai reflektor. Pada gambar diatas gtratingnya
[image:40.612.159.484.397.468.2]adalah uniform, sehingga Λ periode bragggratingnya adalah konstan [11].
Gambar 2.13 Panjang gelombang bragg
Adanya grating tersebut di dalam fiber menyebabkan fiber bragg grating
merefleksikan panjang gelombang cahaya yang hanya memenuhi kondisi bragg dan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
Pada Bab II telah diketahui tentang landasan teori yang diperlukan dalam
pengerjaan Tugas Akhir ini. Landasan teori tersebut mencakup hal dasar pada
pengertian dalam rumusan panjang gelombang yang mempengaruhi mode order pada
serat optik.
Untuk menganalisis pergeseran 1/4 panjang gelombang dengan menggunakan
pengaruh pada mode order dengan mengetahui mode order pada serat optik. Dimana
mode order merupakan bilangan berubah-ubah yang diberikan pada pergeseran yang
dianalisa yang telah ditentukan arah rambatnya secara konstan, untuk itu tidak
diperlukan daerah yang akan diukur karena dilakukan secara menyeluruh pada
gelombang serat optik, sebagai berikut
1. Struktur bahan DFB Laser
2. Mode Order yang telah ditentukan
3. Parameter yang mempengaruhi
3.2 Struktur bahan DFB Laser
Pemahaman tentang mode order pada cahaya laser DFB serat optik harus
mengetahui susunan dari pada bahan sumber cahaya serat optik yang ditunjukkan
pada Gambar 3.1 struktur lapisan dari bahan InGaAsp /Inp. Ada tiga lapisan
quaternary (Q), lapisan waveguide (Q1), lapisan aktif (Q2), dan lapisan buffer
(penyangga) (Q3). Ketebalan lapisan dilambangkan oleh t, d dan h. Panjang
gelombang celah pita (bandgap) energi diasumsikan yaitu 1,3 µm; 1,55 µm; dan 1,3
Gambar 3.1 Struktur lapisan Distributed Feedback (DFB)
Dalam lapisan aktif akan terjadi perambatan cahaya yang terdapat panjang
gelombang yang akan dapat menyalurkan cahaya dari awal pengiriman sampai pada
penerima yang tunjukkan pada Gambar 3.2 yang merupakan pusat dari pada kerja
serat optik.
Gambar 3.2 Lapisan aktif pada InGaAsp
Gelombang pada lapisan aktif layer dan Mode order terdapat pada lapisan
[image:42.612.165.481.357.538.2]Gambar 3.3 Mode order pada lapisan aktif InGaAsp
3.3 Mode Order
Untuk menentukan mode order dapat di tentukan dengan mengetahui arah
rambat dari pada gelombang cahaya pada serat optik. Mode order pada DFB laser
yang berbentuk melintang dan membujur yang terdapat disekitar panjang gelombang
bragg ( B).
Mode order yang berbentuk melintang adalah mode yang terbentuk antara
perpaduan lapisan dielectric dengan lapisan yang berbeda dari dioda laser. Arah
melintang dapat digambarkan oleh indeks mode bilangan bulat (p, q).
Mode Order untuk membujur yang menghasilkan keluaran frekuensi tunggal,
yang mungkin dicapai dengan mengurangi panjangnya di resonator sedemikian
sehingga frekwensi yang mengatur jarak antara sudut membujur bersebelahan
melebihi lebar spektral memperbesar medium. Lebih baik mendekati untuk mencapai
single-frequency operasi melibatkan penggunaan dari reflektor dibagi-bagikan (Bragg
gratings) sebagai pengganti permukaan kristal yang dibelah yang bertindak sebagai
dibagi-bagikan permukaan kristal adalah antireflection ( AR) yang dilapisi untuk
[image:44.612.191.491.130.408.2]memperkecil cerminan/pemantulan pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Mode Order (m) pada arah melintang dan membujur
Terdapat tiga perbedaan arah mode ordernya yaitu :
Untuk m = 0 arah rambatnya ( )
Untuk m = 1 arah rambatnya ( )
Untuk m = 2 arah rambatnya
Untuk m = 3, 4 dan seterusnya sama dengan untuk m = 2 karena panjang gelombang
( ) lebih besar 1.
Gambar 3.5 Pergeseran ¼ panjang gelombang pada laser DFB
Spektrum Keluaran secara simetris membagi-bagikan di sekitar Panjang
gelombang Bragg di dalam DFB diode laser diidealkan. Di dalam
distributed-feedback (DFB) laser, panjang gelombang selector dibentuk keseluruh daerah efektif.
3.4 Parameter Serat Optik
Untuk menganalisa pergeseran 1/4 panjang gelombang pada laser DFB serat
optik harus melihat dari grafik redaman pada serat optik menurut ITU-T G.0653E
Gambar 3.7 Hubungan Redaman dengan panjang gelombang pada serat optik
3.4.1 Redaman
Cahaya yang merambat dalam serat optik intensitasnya akan berkurang,
pengurangan intensitas ini disebut atenuasi. Atenuasi disebabkan oleh penyerapan
cahaya oleh bahan material serat optik serta penghamburan cahaya. Besarnya atenuasi
tergantung jarak yang ditempuh dan karakteristik bahan serat optik. Bagian ini akan
di lihat panjang gelombang dengan perubahan mode order pada setiap penelitiannya,
sehingga di cocokkan dengan panjang gelombang yang di hasilkan dengan grafik
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
4.1 Pergeseran ¼ λ Distributed Feedback (DFB)
Pada panjang gelombang yang digeser 1/4 panjang gelombang pada lapisan aktif
[image:47.612.192.487.242.451.2]yang ditunjukkan pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Pada saat mengalami Pergeseran 1/4 panjang gelombang
Sehingga dalam mencari pergeseran (panjang gelombang) pada serat optik
yang digunakan pada cahaya laser DFB dengan mengunakan rumus pada persamaan
(3.4)
4.2 Data Perhitungan Panjang Gelombang
Untuk menghasil nilai panjang gelombang maka pengaruh mode order yang
sangat begitu penting pada analisa data tersebut, agar meghasilkan panjang
melihat seberapa jauh pergeseran panjang gelombangnya. Maka dapat dihitung untuk
m= 0,1,2,3,4 adalah sebagai berikut:
Untuk m = 0
= B ± (m+ )
= B ± (0+ )
= B ± ( )
= B ±
maka perhitungannya sebagai berikut;
= 1550 x 10-9
±
= 1550 x 10-9
±
= 1550 x 10-9
± 0,04004 x10-10
= 1550 x 10-9
± 00,4004 x10-9
= (1550 ± 00,4004) x 10-9 untuk sebelah kiri m = 0 adalah
= (1550 - 00,4004) x 10-9
= (154λ,5λλ6) x 10-9 m
= 154λ,5λλ6 nm
untuk sebelah kanan pada m = 0 adalah
= (1550 +00,4004) x 10-9
= (1550,04004) x 10-9 m
= 1550,04004 nm
untuk menghitung mode order 1,2,3 dan 4 sama dengan menghitung mode order 0
Tabel 4.1 Hasil panjang gelombang (nm)
M Pergeseran yang di hasilkan (nm)
0 1/4 1550,04 – 1549,96
1 3/4 1550,12 – 1549,88
2 5/4 1550,20 – 1549,80
3 7/4 1550,28 – 1549,72
4 9/4 1550,36 – 1549,64
Dari Tabel 4.1 dapat digambarkan grafik pada Gambar 4.2 yang terdapat pada
Lampiran A .
Gambar 4.2 Hubungan Panjang gelombang terhadap pergeserannya
Dari Tabel 4.1 dan Gambar 4.2 dapat dianalisa bahwa pada saat 1/4 (0.25)
nilai yang di hasilkan pada sisi kiri/negatif sebesar 154λ.λ6 nm dan pada sisi kiri/
positif sebesar 1550.04 pada saat mode (m) dalam keadaan 0, sedangkan pada saat
mode =1 nilai yang di hasilkan pada sisi kiri dan kanan yaitu (1549.88 – 1550.12)
[image:49.612.118.523.310.550.2]mangalami pergeseran yaitu 5/4 , untuk m= 3 pergeseran nya dihasilkan 7/4
maka panjang gelombang yang di hasilkan dari perhitungan asalah (1550,28 –
154λ,72) nm dan untuk m = 4 dengan pergeseran λ/4 dihasilkan panjang
gelombangnya sebesar (1550,36 –154λ,64) nm. Semakin besar pergeseran (panjang
gelombang) maka panjang gelombang yang di hasilkan semakin menjauhi dari
panjang gelombang yang telah direkomendasikan dari 1550 nm.
Untuk Hubungan antara panjang gelombang dengan redaman yang dapat
ditunjukkan sebelumnya pada Gambar 3.7 sesuai standar ITU-T G.0653E grafik
panjang gelombang dengan redaman. Dapat diperkirakan hubungan panjang
gelombang yang digeser pada panjang gelombang dan redaman yang di hasilkan
[image:50.612.119.509.374.504.2]dapat di lihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hubungan panjang gelombang dengan redaman
M Pergeseran yang di hasilkan (nm) Redaman (dB)
0 1/4 1550,04 – 1549,96 0.2
1 3/4 1550,12 – 1549,88 0.22
2 5/4 1550,20 – 1549,80 0.23
3 7/4 1550,28 – 1549,72 0.24
4 9/4 1550,36 – 1549,64 0.25
Dapat ditunjukkan dalam hubungan panjang gelombang dengan redaman
Gambar 4.3 Hubungan Panjang Gelombang dengan Redaman (dB)
Dari Tabel 4.2 dan Gambar 4.3 dapat di analisa bahwa pada pada panjang
gelombang yang pergeserannya 1/4 (0.25) pada di hasilkan bahwa redamannya 0.2 dB/km dan pada pergeseran 3/4 (0.75) maka redamannya di hasilkan 0.22 dB/km untuk pergeseran 5/4 redaman diperoleh sebesar 0,23 dB/km, pergeseran 7/4 redaman 0,24 dB/km dan pergeseran λ/4 redaman 0,25 dB/km, maka dalam hal ini bahwa semakin besar pergeseran panjang gelombangnya ( ) maka redaman yang di hasilkan semakin besar, maka untuk pergeseran 1/4 lebih bagus dari pergeseran
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari analisis yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada pergeseran 1/4 panjang gelombang yang di hasilkan pada reflectivities pada
sisi kanan dan kiri yaitu (1550,04 – 1549,96) nm, sedangkan pada pergeseran 3/4
panjang gelombang dihasilkan (1550,12 – 1549,88) nm, nampak jelas semakin
jauh dari panjang gelombang 1550 nm.
2. Pada pergeseran panjang gelombang 1/4 panjang gelombang dengan redaman
dihasilkan 0,2 dB/ km dan pada pergeseran 3/4 panjang gelombang dengan
redaman dihasilkan 0,22 dB/km. semakin panjang panjang gelombang yang
digeser maka semakin besar redaman yang dihasilkan.
5.2 Saran
Agar penelitian ini dapat berkembang lebih baik lagi, disarankan agar
melanjutkan penelitian dengan melakukan pergeseran panjang gelombang ( ) yang
DAFTAR PUSTAKA
[1] H. Kressel and J. K. Butler, semiconductor Laser and Heterojunction LEDs,
Academic, New York,1977.
[2] Nugraha, Andi Rahman ST. 2006. “Serat Optik”.Yogyakarta Penerbit ANDI.
[3] Putu, Dewa. 200λ. “Fiber Optik Pada Jaringan Komputer”.
[4] IT Telkom – Digilib –“Serat Optik”
http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id
=410:serat-optik&catid=23:sistem-komunikasi-optik&Itemid=14
[5] Prasetya, Dwi, 200λ. Jurnalμ “Serat Optik” . Universitas Sriwijayaμ
Palembang.
[6] Ikawati, Yunia , dkk. 2011, Jurnal “Analisa Interferensi Elektromag