DAFTAR PUSTAKA
Almanai, B, dkk. 2008. A decision support tool based on QFD and FMEA for the selection of manufacturing automation technologies. England: Cranfield University.
Besterfield, Dale. 1976. Quality Control: Second Edition. New Jersey: Prentice Hall Englewood Cliffs.
Carter, Donald E dan Barbara Stilwell Baker. 1992. Concurrent Engineering : The Product Development Enviroment for the 1990s. Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company.
Cohen, Lou. 1995. Quality Function Deployment:How to Make QFd Work for You. USA: Addison-Wesley Publishing Company.
Cheng. 2008. Applying QFD and DSM for Product Platform Development and Evaluaion. National Central University.
Day, Ronald G. 1993. Quality Function Deployment Linking A Company with Its Customers. Wisconsin: ASQC Quality Press.
Dourado, Joao Paulo. 2001. Concurrent Engineering: An Overview Regarding Major Features And Tools. Portugal: Universidade Lusiada de Vila Nova de Famalicao Largo Tinoco de Sousa.
Edosomwan, Johnson A. 1995. Customer and Market-Driven Quality Management. New Delhi: ASQC.
Eppinger, Steven D dan Tyson R Browning. 2012. Design Structure Matrix Methods and Applications. Massachusetts: The MIT Press.
Gasperz, Dr. Vincent. 2001. Metode Analisis untuk Peningkatan Kualitas. Jakarta: Gramedia.
Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.
Ginting, Rosnani. 2009. Perancangan Produk. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jonker, Jan dan Bartjan Pennink.2010. The Essence of Research Methodology. Netherland: Springer, 2010.
Kusiak, Andrew. 1993. Concurrent Engineering: Automation, Tools and Techniques. Canada: A Wiley-Interscience Publication.
Mustafa, Hasan. 2003. Metode Penelitian. Bandung: Universitas Katolik Parahyangan.
Mohamad , Siti Mahfuzah dan Ahmad Razlan Yusoffa. 2012. Improvement of Take-Away Water Cup Design by Using Concurrent Engineering Approach. Malaysia: University Malaysia Pahang.
Nasution, Arman Hakim. 2006. Manajemen Industri. Yogyakarta: Andi.
Northcroft. 2004. Quality Function Deployment :Market Driven Product and Service Innovation. Innovation Process Management
Sigh, Nanua. 1996. System Approach to computer Integrated Design and Manufacturing. New York: John Wiley & Sons Inc.
Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian. Medan : USU Press.
Skalak, Susan. 2002. Implementing Concurrent Engineering in Small Companies. Virginia : Marcel Dekker Inc.
Syan, Chanan. 1994. Concurrent Engineering Concepts, Implementation and Practice. London: Chapman and Hall.
Walpole, Ronald E. 2003. Ilmu Peluang dan Statistika. Jakarta: Gramedia.
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Concurrent Engineering
3.1.1. Definisi4
Concurrent engineering menempatkan semua area fungsional terintegrasi kedalam fase proses design. Concurrent engineering dapat langsung menggambarkan berbagai parameter seperti proses manufaktur, pengujian dan daya guna pada tahap perancangan. Integrasi dari semua yang ada pada proses design akan dapat membantu dalam menemukan dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada tahap perancangan. Tahap perancangan akhir merupakan tahapan akhir dari suatu rancangan yang siap diproduksi, handal, dan
Institute for Defense Analysis (IDA) mendefinisikan Concurrent Engineering sebagai sebuah pendekatan yang sistematis untuk mengintegrasikan perancangan simultan dari produk dan proses yang berkaitan, termasuk bagian manufaktur dan pendukung lainnya. Concurrent engineering adalah sebuah manajemen dann filosofi engineering untuk memperbaiki kualitas dan mengurangi biaya serta lead time mulai dari pembuatan konsep produk sampai pada pengembangan produk dan modifikasi produk. Concurrent engineering memberi arti bahwa perancangan dan pengembangan produk, kesatuan peralatan dan proses manufaktur, serta proses perbaikan ditangani secara bersama-sama.
4
tentunya dengan kualitas yang baik. Gambar 3.1 mengilustrasikan pendekatan concurrent engineering melalui skema.
Gambar 3.1. Tujuh Tahapan Concurrent Engineering
Sumber: Chanan Syan, Concurrent Engineering Concepts, Implementation and Practice, h. 8
Perbedaan antara konsep sequential engineering dengan concurrent engineering atau sering juga disebut juga dengan dapat dilihat padaTabel 3.1.
Tabel 3.1 Perbedaan Sequential Engineering dengan Concurrent Engineering
Sequential Engineering Concurrent Engineering
Fungsi-fungsi organisasi Terpisah-pisah menurut aliran fungsinya
Terintegrasi pada tahap perancangan Aliran informasi Bertahap-tahap Saling berkaitan Pengambilan keputusan Setelah pengujian produk Pada seluruh tahapan
3.1.2. Fase Pengembangan Produk Pada Concurrent Engineering5
Identify Needs
Define Poduct Specifications Plan Development Task
Project Approval
Evaluate Concepts Define Architecture/Functions
Assaign Sub-Teams Generate Concepts
Concepts Approval
Virtual/Physical Modeling
Integrate Concepts
Project Planning
Conceptual Design
Design Verification Detail Design Embodiment Design
Design Approval
Prototyping
Design
Define Engineering Specifications Virtual Modelling
Design Review
Production Validation Procurement
Field Trials
Costumer/ Production
Approval
Pilot Production
Production Preparation
Time
The Product Development Model
Fase pengembangan produk pada Concurrent Engineering teridri dari beberapa langkah yang ditunjukkan pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Fase Pengembangan Produk Pada Concurrent Engineering
Sumber: Susan Skalak. Implementing Concurrent Engineering in Small Companies h. 48
Project planning phase terdiri dari tiga langkah pengembangan yaitu identifikasi kebutuhan, penjelasan spesifikasi produk, dan rencana pengembangan. Input dalam tahapan ini yaitu konsumen. Tujuan dari tahapan ini adalah mengembangkan dokumen perencanaan proyek pada fase kedua yakni the conceptual design phase terdiri dari lima langkah dimana fase ini dimulai dengan
5
pendefinisian produk dan fungsi produk. Selanjutnya perbedaan konsep rancangan dikembangkan, model ditampilkan, konsep dievaluasi dan rancangan terbaik dipilih untuk pengembangan selanjutnya. Fase ini berakhir dengan penyetujuan konsep akhir dari produk.
Fase ketiga yaitu the design phase yang merupakan inti dari metodologi pengembangan pada concurrent engineering. Tahap ini memperhitungkan konsep pada fase sebelumnya secara keseluruhan. Rancangan akan berpindah dari kualitatif ke kuantitatif dan iterasi diharapkan terjadi. Fase ini terdiri dari tujuh langkah yaitu penjelasan spesifikasi teknik, perwujudan rancangan, model virtual, ulasan desain, prototipe, detail rancangan, dan verifikasi rancangan.
3.2. Concurrent Engineering Tools
3.2.1. QFD (Quality Function Deployment) 6
1. Menentukan suara customer.
Quality Function Deployment (QFD) adalah metode perencanaan dan pengembangan secara terstruktur yang memungkinkan tim pengembangan mendefinisikan secara jelas kebutuhan dan harapan pelanggan, dan mengevaluasi kemampuan produk atau jasa secara sistematik untuk memenuhi kebutuhan dan harapan tersebut ( Wahyu,1999: 88 ).
Menurut Day, 1993, aplikasi QFD terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
2. Survei customer untuk mendapatkan tingkat kepentingan (importance level) dan evalusi kompetisi (competitive evaluations).
6
3. Membangun tabel customer. 4. Membangun tabel teknikal.
5. Menganalisa matriks, memilih item-item yang mendapatkan prioritas. 6. Membandingkan konsep desain yang diusulkan, dan memilih yg terbaik. 7. Membangun matriks part planning untuk persyaratan desain utama. 8. Membangun matriks process planning untuk persyaratan proses utama. 9. Membangun manufacturing planning chart.
Menurut Cohen dalam Widodo (2004), metode QFD memiliki beberapa tahap perencanaan dan pengembangan melalui matriks, yaitu:
a. Matriks Perencanaan Produk (House of Quality) atau rumah pertama (R1) menjelaskan tentang customer needs, technical requirements, co-relationship, relationship, customer competitive evaluation, competitive technical assesment, dan target.
b. Matriks Perencanaan Desain (Design Deployment) atau rumah kedua (R2) adalah matriks yang digunakan untuk mengidentifikasi desain yang kritis terhadap pengembangan produk.
c. Matriks Perencanaan Proses (Process Planning) atau rumah ketiga (R3) merupakan matriks yang digunakan untuk mengidentifikasi pengembangan proses pembuatan suatu produk.
Cohen dalam Benner et al. (2002), menggambarkan keempat tahap dalam analisis penyusunan matriks QFD dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Sumber :Yahia Zare (2010)
Gambar 3.3. Model Empat Tahap QFD
Selain itu, HOQ juga berisi informasi-informasi penting lainnya seperti tingkat prioritas karakteristik, atribut-atribut data, serta standar minimal dari data. Langkah-langkah untuk membuat HOQ adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi keinginan konsumen ke dalam atribut-atribut produk.
2. Menentukan tingkat kepentingan relatif atribut (keinginan konsumen).
3. Membandingkan atribut dengan produk pesaing.
4. Membuat matriks karakteristik teknik.
5. Mengidentifikasi hubungan antara karakteristik teknik dan atribut produk.
7. Menghitung tingkat tingkat kepentingan karakteristik teknik.
Sumber: Couhen, Lou. Quality Function Deployment, h.123
Gambar 3.4. Struktur House of Quality (HOQ)
7
7
Ronald G. Day. Quality Function Deployment: Linking A Company with Its Customers.
(Milwaukee: ASQC Cuality Press, 1993). Hal. 123
matriks. Matriks Perencanaan Desain (Design Deployment) lebih sederhana dibandingkan HOQ karena hanya terdiri dari “whats”, “hows”, “relationships” dan “how much”. Contoh matriks Design Deploymnent dapat dilihat pada Gambar 3.5.
3.2.2. Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)8
1. Failure yaitu prediksi kemungkinan kegagalan atau cacat
Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) merupakan proses yang sistematis untuk mengidentifikasi potensi kegagalan yang akan timbul dalam proses dengan tujuan untuk mengeliminasi atau meminimalkan resiko kegagalan produksi yang akan timbul. Penggunaan FMEA diperkenalkan pertama sekali pada tahun 1920. Namun pendokumentasian pertama dilakukan sejak tahun 1960 oleh National Aeronautics Space Agency (NASA). Tujuannya untuk memperbaiki reliabilitas peralatan militer. Tujuan utama dari FMEA adalah untuk menemukan dan memperbaiki permasalahan utama yang terjadi pada setiap tahapan dari desain dan proses produksi untuk mencegah produk yang tidak baik sampai ke tangan pelanggan, yang dapat membahayakan reputasi dari perusahaan.
Konsep FMEA adalah sebagai alat perencanaan kualitas untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi potensi kegagalan atau kerusakan. FMEA juga mengidentifikasi kegagalan (kemungkinan, mekanisme, pengaruh, mode deteksi, kemungkinan pencegahan). Hasil dari FMEA berupa rencana tindakan untuk eliminasi atau penyelidikan kegagalan. Arti FMEA secara harafiah adalah :
2. Mode yaitu penentuan mode kegagalan
3. Effect yaitu identifikasi pengaruh tiap komponen terhadap kegagalan
4. Analysis yaitu tindakan perbaikan berdasarkan hasil evaluasi terhadap penyebab
8
FMEA berusaha mengidentifikasikan kemungkinan failure mode, failure mechanism (proses yang menyebabkan kegagalan), dan failure effect (akibat yang ditimbulkan oleh kegagalan) yang ditimbulkan failure mode (deskripsi fisik kegagalan) pada kinerja. FMEA mengidentifikasikan metode mendeteksi failure mode dan kemungkinan pencegahannya. FMEA juga merupakan suatu pendekatan sistematis yang mengidentifikasikan failure mode yang potensial terjadi di dalam suatu sistem, produk, atau pabrikasi/operasi perakitan, yang disebabkan baik oleh desain atau kekurangan dalam pabrikasi/proses perakitan (manufacturing/ assembly process deficiencies).
FMEA digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik proses atau desain kritis yang memerlukan pengendalian khusus untuk mencegah atau mendeteksi failure mode. Peran FMEA antara lain:
1. Mengevaluasi sistematis produk dan proses.
2. Pembuktian kegagalan, identifikasi kegagalan.
3. Dokumentasi potensial untuk produk atau proses yang tidak memenuhi syarat.
Secara umum, FMEA dapat dibagi atas dua jenis yaitu: 1. Design FMEA
2. Process FMEA
FMEA pada tahapan ini akan berorientasi pada rancangan proses dan pengembangannya di mana sudah berlangsung produksi secara missal yang di dalamnya terdapat beberapa potensi kegagalan. FMEA pada tahapan ini dikenal dengan Process FMEA.
Tahapan pembuatan FMEA secara umum yaitu:
1. Penentuan mode kegagalan yang potensial pada setiap proses 2. Penentuan dampak/efek kegagalan potensial
Dampak kegagalan potensial adalah dampak yang ditimbulkan dari suatu kegagalan terhadap konsumen.
3. Penentuan Nilai Severity (S)
Severity adalah peringkat yang menunjukkan tingkat keseriusan efek dari suatu mode kegagalan. Severity berupa angka 1 hingga 10, di mana 1 menunjukkan keseriusan terendah (resiko kecil) dan 10 menunjukkan tingkat keseriusan tertinggi (sangat beresiko). Kriteria severity dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Penentuan Nilai Severity
Efek Kriteria Rangking
Berbahaya tanpa ada peringatan
Dapat membahayakan konsumen
10 Tidak sesuai dengan peraturan pemerintah
Tidak ada peringatan Berbahaya
dan ada peringatan
Dapat membahayakan konsumen
9 Tidak sesuai dengan peraturan pemerintah
Ada peringatan Sangat
Tinggi
Menganggu kelancaran lini produksi
8 Sebagian besar menjadi scrap, sisanya dapat
Tabel 3.1. Penentuan Nilai Severity
Efek Kriteria Rangking
Tinggi
Sedikit menganggu kelancaran lini produksi
7 Sebagian besar menjadi scrap, sisanya dapat
disortir (apakah sudah baik/bisa rework) Pelanggan tidak puas
Sedang Sebagian kecil menjadi scrap, sisanya tidak
perlu disortir (sudah baik) 6
Rendah 100% produk dapat dirework 5
Produk pasti dikembalikan oleh konsumen Sangat
rendah
Sebagian besar dapat di-rework dan sisanya sudah baik
4 Kemungkinan produk dikembalikan oleh
konsumen Kecil
Hanya sebagian kecil yang dapat di-rework dan
sisanya sudah baik 3
Rata-rata pelanggan komplain
Sangat kecil Komplain hanya diberikan oleh pelanggan
tertentu 2
Tidak ada Tidak ada efek buat konsumen 1
Sumber: Dyadem Engineering Corporation. 2003. Guidelines for Failure Mode and Effects Analysis, For Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries. Kanada: CRC Press.
4. Identifikasi Penyebab Potensial dari Kegagalan
Penyebab kegagalan yang potensial adalah penyebab potensial yang dapat mengakibatkan terjadinya kegagalan.
5. Penentuan Nilai Occurrence (O)
dengan mencegah atau mengontrol penyebab/mekanisme melalui desain proses. Nilainya ditentukan untuk setiap penyebab potensial. Penentuan nilai occurrence juga dapat berdasarkan sejarah kualitas dati produk/proses sejenis. Kriteria occurrence dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Nilai Occurrence dengan Menggunakan Jumlah Kegagalan Peluang Terjadinya
Penyebab Kegagalan
Tingkat Kemungkinan Kegagalan
Rangking
Sangat tinggi 1 dalam 2 10
1 dalam 3 9
Tinggi 1 dalam 8 8
1 dalam 20 7
Sedang
1 dalam 80 6
1 dalam 400 5
1 dalam 2000 4
Rendah 1 dalam 15.000 3
1 dalam 150.000 2
Sangat kecil 1 dalam 1.500.000 1
Sumber: Dyadem Engineering Corporation. 2003. Guidelines for Failure Mode and Effects Analysis, For Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries. Kanada: CRC Press.
6. Identifikasi Metode Pengendalian yang Ada
Pengendali proses adalah metode kontrol yang dapat mencegah terjadinya kegagalan/penyebab potensial atau mendeteksi terjadinya kegagalan. Pengendali proses dapat berupa error/mistake proofing, SPC atau evaluasi (tes/inspeksi).
7. Penentuan Nilai Detection
sistem deteksi tidak efektif atau tidak dapat mendeteksi sama sekali. Kriteria penilaian detection dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Penentuan Nilai Detection
Keterangan Rangking
Selalu jelas, sangat mudah untuk diketahui 1
Jelas bagi indera manusia 2
Memerlukan inspeksi 3
Inspeksi yang hati-hati dengan mnggunakan indera manusia 4 Inspeksi yang sangat hati-hati dengan indera manusia 5 Memerlukan bantuan dan/atau pembongkaran sederhana 6
Diperlukan inspeksi/pembongkaran 7
Diperlukan inspeksi/pembongkaran yang kompleks 8
Kemungkinan besar tidak terdeteksi 9
Tidak dapat terdeteksi 10
Sumber: Dyadem Engineering Corporation. 2003. Guidelines for Failure Mode and Effects Analysis, For Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries. Kanada: CRC Press.
3.2.3. Design Structure Matrix (DSM) 9
DSM adalah metode dengan model jaringan yang digunakan untuk menggambarkan elemen dalam sistem dan hubungannya yang berfokus pada arsitektur sistem. Aplikasi DSM terutama sekali sangat tepat digunakan pada pengembangan kompleks sistem teknis dan area manajemen teknis. DSM menggambarkan matriks bujur sangkar N x N, mempetakan interaksi dari sejumlah N elemen dalam sistem. DSM merupakan tool yang sangat fleksibel yang telah digunakan untuk memodelkan berbagai tipe dari sistem. DSM dapat menggambarkan berbagai tipe arsitektur berdasarkan tipe sistem yang dimodelkan. Model arsitektur produk salah satu contohnya, elemen DSM yang
9
digunakan merupakan komponen-komponen dari produk, dan interaksi antar komponen tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Sumber :Steven DE & Tyson RB (2012)
Gambar 3.6. Product Architecture DSM
tanda pada setiap kolom diagonal. Pengembangan model DSM tersebut diberi nama Numerical DSM yang dapat dilihat pada Gambar 3.8.
Sumber :Steven DE & Tyson RB (2012)
Gambar 3.7. Binary DSM dan Grafik Interaksi Elemen
Sumber :Steven DE & Tyson RB (2012)
Gambar 3.8. Numerical DSM dengan Nilai dan warna
prinsip dalam perencanaan desain dan perubahan. Tipe model DSM terbagi atas empat kategori yaitu:
1. Product architecture mengenai komponen dan interaksinya dalam hubungan fisik termasuk automobiles, aircraft, pembangunan, kapal, komputer, peralatan, mesin, dan sebagainya.
2. Organization architecture berkaitan dengan individu atau kelompok dan interaksinya dalam pekerjaan.
3. Process architecture berkaitan dengan aksi dan interaksi mengenai pekerjaan seperti perancangan atau produksi produk, penyampaian pelayanan, dan eksekusi kode software.
4. Products, organization, dan process adalah tipe dari sistem, dalam waktu yang bersamaan sistem ini juga digunakan untuk menggabungkan ketiga bagian tersebut.
Sumber :Steven DE & Tyson RB (2012)
Gambar 3.9. Empat Tipe Model DSM
Sumber :Steven DE & Tyson RB (2012)
Gambar 3.10. Dekomposisi Model DSM dengan Tree Diagram, High Level
DSM, dan Lower Level DSM
3.3. Kebutuhan Konsumen10
Konsumen adalah orang atau kumpulan orang yang menerima output dari suatu pekerjaan. Ada tiga jenis konsumen yaitu konsumen unit, konsumen internal dan konsumen eksternal. Setiap individu adalah konsumen unit atas diri mereka sendiri. Inspeksi diri, sikap yang disiplin dan keinginan untuk mencapai keberhasilan merupakan cara yang ditempuh bagi masing-masing pribadi. Konsumen internal adalah orang yang menerima output dari satu atau lebih proses internal. Konsumen eksternal adalah orang yang menerima produk jadi dari suatu perusahaan.
10
Sumber: Johnson (1995)
Gambar 3.11. Jenis Konsumen
Sumber: Ely Dahan,dkk (2009)
Gambar 3.12. Potensial Konsumen Tahapan Conceptual Design dalam Penerapan Concurrent Engineering
3.4. Pembuatan Kuesioner11
11
Rosnani Ginting. Perancangan Produk. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2009. hal : 67-80
Kuesioner dapat dibedakan berdasarkan : 1. Berdasarkan cara menjawab
a. Kuesioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri tanpa dibatasi oleh apapun.
b. Kuesioner tertutup, yang telah disediakan jawabannya sehingga responden hanya tinggal memilih sesuai pilihan yang ada.
2. Berdasarkan jawaban yang diberikan
a. Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya atau memberikan informasi mengenai perihal pribadi.
b. Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden memberikan respon tentang perihal orang lain.
3. Berdasarkan bentuknya
a. Kuesioner pilihan ganda, yaitu sama seperti kuesioner tertutup, dimana terdapat pilihan jawaban.
b. Kuesioner isian, yaitu sama seperti kuesioner terbuka, berbentuk essay. c. Check List, yaitu sebah daftar dimana responden tinggal membubuhkan
tanda Check List pada klom yang sesuai.
3.5. Teknik Sampling12
Dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling/probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom sampling/nonprobability sampling. Random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Nonrandom sampling atau nonprobability sampling yaitu setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Misalnya lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh tidak dipilih artinya kemungkinannya 0 (nol). Pembagian probability sampling yaitu:
Sampel adalah sebagian dari populasi, artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Penelitian atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti menggunakan sensus tetapi juga dapat meneliti sebagian dari keseluruhan elemen karena pertimbangan sumber daya yang ada. Kepercayaan terhadap hasil penelitian terhadap sampel dalam artian dapat mewakili karakteristik populasi maka penarikan sampel harus secara seksama. Cara pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel .
12
a. Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
b. Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan c. Cluster Sampling atau Sampel Gugus
d. Systematic Sampling atau Sampel Sistematis e. Area Sampling atau Sampel Wilayah
Nonprobability sampling merupakan jenis sampel yang tidak dipilih secara acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti.
a. Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan.
b. Purposive Sampling c. Judgment Sampling d. Quota Sampling
e. Snowball Sampling atau Sampel Bola Salju
f. Total Sampling13 atau sampel yang dipilih dengan keseluruhan jumlah anggota sampel sama dengan anggota populasinya dengan tujuan mendapatkan data yang representatif. Semakin besar jumlah sampel semakin representatif data.
13
3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas14
Skor pada tes diberi lambang x dan skor pada kriterianya mempunyai lambang y maka koefisien antara tes dan kriteria itu adalah r
3.6.1. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran. Validitas suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Validitas merupakan aspek kecermatan pengukuran. Alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.
xy
14
validitas diperoleh hanya dari komputasi statistika secara empiris antara skor tes dengan skor kriteria yang besarnya disimbolkan oleh rxy
Uji validitas berguna untuk mengetahui bahwa ada atau tidak dari pernyataan-pernyataan pada kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan. Cara untuk mengukur validitas kuesioner adalah dengan menghitung korelasi antar data pada masing-masing pernyataan dengan skor total, memakai rumus korelasi product moment yaitu sebagai berikut :
tersebut.
Item Instrumen dianggap valid jika lebih besar dari 0,3 atau bisa juga dengan membandingkannya dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel maka instrumen dinyatakan valid.
3.6.2. Uji Reliabilitas
Keterangan : r11
r
adalah nilai reliabilitas
b
Nilai koefisien reliabilitas yang baik adalah diatas 0,7 (cukup baik), di atas 0,8 (baik).
adalah nilai koefisien korelasi
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT Ivana Mery Lestari Matras yang bergerak di bidang manufaktur memproduksi produk spring bed. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Gambir Pasar VIII No 92 Kec.Percut Sei Tuan Tembung, Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli – Oktober 2013.
4.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan penelitian action research. Penelitian deskriptif yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek tertentu. Penelitian action reasearch merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan suatu solusi yang akan diaplikasikan pada perusahaan sebagai bentuk perbaikan dari sistem semula.15
Objek penelitian adalah variabel penelitian yang merupakan inti dari problematika penelitian. (Suharsimi Arikunto,2000,P29). Objek penelitian yang diamati adalah karakteristik (atribut-atribut) produk spring bed 3 feet merk Meldaland.
4.3. Objek Penelitian
15
4.4. Variabel Penelitian
Penentuan variabel penelitian didasarkan atas studi pendahuluan, studi kepustakaan, dan pengalaman pihak perusahaan yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dihadapi.
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen
a. Karakteristik sandaran spring bed yaitu daftar kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap sandaran spring bed.
b. Karakteristik matras spring bed yaitu daftar kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap matras spring bed.
c. Karakteristik divan spring bed yaitu daftar kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap divan spring bed.
d. Potensial kegagalan desain produk yaitu identifikasi potensi terjadinya kegagalan dari rancangan produk spring bed.
e. Prioritas karakteristik teknis yaitu tingkat kepentingan karakterisitk teknis berdasarkan hubungan antara kebutuhan konsumen dan karakteristik teknis.
f. Part kritis yaitu bagian-bagian desain yang kritis dari produk spring bed yang digunakan untuk menerjemahkan karakteristik teknis perusahaan. 2. Variabel Intervening
3. Variabel Dependen
a. Perbaikan rancangan spring bed 3 feet yaitu perencanaan desain spring bed 3 feet yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
4.5. Kerangka Konseptual Penelitian
Penelitian dapat dilakukan apabila tersedianya sebuah perancangan kerangka berpikir dengan tujuan agar langkah-langkah penelitian lebih sistematis. Kerangka berpikir inilah yang merupakan landasan awal dalam melaksanakan penelitian. Kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Part kritis Karakteristik matras
spring bed Karakteristik sandaran spring bed
Karakteristik divan spring bed
Model Clustering
Perbaikan rancangan spring
bed 3 feet
Prioritas Karakteristik teknis
Potensial kegagalan desain produk
[image:33.595.61.531.358.510.2]Sumber :Kevin Otto & Kristin L Wood (2008)
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian
4.6. Defenisi Variabel Operasional
Tabel 4.1. Defenisi Operasional Penelitian
No Variabel Defenisi Alat Ukur
1
Karakteristik Sandaran spring bed
Karakteristik sandaran spring bed didefinisikan sebagai atribut sandaran spring bed yang berkenaan dengan manfaat/ fungsi utama yang diinginkan konsumen
a. Observasi b. Studi literatur c. Kuesioner
d. Wawancara dengan konsumen
2
Karakteristik Matras spring bed
Karakteristik matras spring bed didefinisikan sebagai atribut matras spring bed yang berkenaan dengan manfaat/ fungsi utama yang diinginkan konsumen
a. Observasi b. Studi literatur c. Kuesioner
d. Wawancara dengan konsumen
3
Karakteristik Divan spring bed
Karakteristik divan spring bed didefinisikan sebagai atribut divan spring bed yang berkenaan dengan manfaat/ fungsi utama yang diinginkan konsumen
a. Observasi b. Studi literatur c. Kuesioner
d. Wawancara dengan konsumen
4 Potensial kegagalan rancangan Potensial kegagalan rancangan didefinisikan sebagai potensi terjadinya kegagalan dari rancangan produk spring bed.
a. Observasi b. Studi literatur c. Wawancara dengan
Tabel 4.1. Defenisi Operasional Penelitian (Lanjutan)
No Variabel Defenisi Alat Ukur
5 Part Kritis
Part kritis didefinisikan sebagaibagian-bagian desain yang kritis terhadap produk spring bed
a. Observasi b. Studi literatur c. Wawancara dengan
perusahaan Sumber :Sukaria Sinulingga (2011)
4.7. Rancangan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tahap awal penelitian dilakukan studi pendahuluan untuk mengetahui kondisi perusahaan, proses produksi, dan informasi pendukung yang diperlukan serta studi literatur tentang metode pemecahan masalah yang digunakan dan teori pendukung lainnya.
2. Tahapan selanjutnya adalah pengumpulan data. Jenis pengumpulan data terbagi dua yaitu:
a. Data primer yaitu data informasi atribut produk spring bed yang sesuai dengan kebutuhan konsumen diperoleh melalui kuesioner, data karakteristik teknik dan frekuensi kegagalan.
3. Tahap ketiga melakukan pengolahan data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan.
4. Tahap keempat melakukan analisis terhadap hasil pengolahan data.
5. Tahap kelima melakukan penarikan kesimpulan dan pemberian saran untuk penelitian
Identifikasi Masalah
Tahapan perancangan produk mengikuti penyelesaian dari tahapan sebelumnya tanpa integrasi antar departemen
Perumusan Masalah
Waktu produksi yang tinggi dikarenakan tidak sinkronnya tahap-tahap perancangan produk
Penetapan Tujuan
Mendapatkan perbaikan konsep rancangan produk spring bed berdasarkan pendekatan Concurrent Engineering
Mulai
Studi Pendahuluan 1. Kondisi pabrik 2. Proses produksi 3. Informasi pendukung 4. Masalah-masalah
Studi Literatur 1. Teori Buku
2. Referensi Jurnal Penelitian 3. Langkah-langkah penyelesaian
Pengumpulan Data
1. Data primer
- Hasil kuesioner terbuka dan tertutup mengenai informasi atribut produk sesuai kebutuhan konsumen.
- Data karakteristik teknis.
- Data frekuensi potensial kegagalan komponen 2. Data sekunder
- Data spesifikasi desain awal produk - Data urutan proses produksi - Data gambaran umum perusahaan
Pengolahan Data
- Pengujian validitas dan reliabilitas data kuesioner - Perbaikan konsep rancangan produk dengan menerapkan
pendekatan Concurrent Engineering yaitu:
1. Perencanaan proyek (Project Planning)
- Identify Needs: Penentuan karakteristik teknis dalam QFD untuk menerjemahkan kebutuhan konsumen
- Define Product Spesifications: Pembuatan Matriks House of Quality untuk QFD fase I
-Plan Development Task: Identifikasi ptensial kegagalan desain produk dengan metode FMEA
2. Konseptual Rancangan (Design Conceptual)
- Define Architecture: Pembuatan Matriks Design Deployment untuk QFD fase II
- Penentuan multy component relationship dengan metode Product Architecture Design Structure Matrix (DSM) - Physical Modelling
- Evaluate Concepts - Integrate Concepts
Analisis Pemecahan Masalah
-Analisis dan evaluasi usulan perbaikan rancangan produk
Kesimpulan dan Saran
SELESAI
[image:37.595.196.434.109.707.2]Sumber :Diolah
4.8. Pengumpulan Data 4.8.1. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini terdiri dari: 1. Data primer
Data-data primer dikumpulkan dengan cara pengamatan atau pengukuran langsung, antara lain :
a. Kebutuhan konsumen b. Karakteristik teknis
c. Frekuensi potensial kegagalan
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data keinginan konsumen adalah kuesioner terbuka dan tertutup.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh berdasarkan data dokumentasi perusahaan, dan diambil dengan cara wawancara dengan bagian produksi, antara lain:
a. Data-data jenis produk, spesifikasi dan jumlah permintaan. b. Desain awal produk spring bed 3 feet merk Meldaland.
c. Urutan proses pembuatan produk produk spring bed 3 feet merk Meldaland.
d. Gambaran perusahaan meliputi lokasi perusahaan, daerah pemasaran, struktur organisasi dan pembagian kerja setiap karyawan.
4.8.2. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi atau melakukan pengamatan secara langsung di lapangan mengenai proses pembuatan spring bed 3 feet merk Meldaland.
2. Wawancara
Tanya jawab dengan pihak manajemen dan operator yang bekerja saat kegiatan penelitian berlangsung mengenai hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian dan untuk melengkapi data yang diperoleh dari observasi. 3. Teknik Survei
Suvei dengan menggunakan instrumen kuesioner terbuka dan tertutup berkenaan dengan kebutuhan konsumen terhadap produk spring bed 3 feet merk Meldaland.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu kegiatan untuk mengumpulkan data sekunder dengan mencatat data-data dokumentasi perusahaan yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
5. Teknik kepustakaan
4.8.3. Instrumen Penelitian 4.8.3.1.Kuesioner
Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner yang digunakan didasarkan pada bentuknya ialah kuesioner terbuka dan tertutup. Kuesioner terbuka digunakan sebagai survei awal untuk membantu penentuan atribut keinginan responden terhadap produk spring bed 3 feet merk Meldaland sedangkan kuesioner tertutup yang digunakan adalah kuesioner dengan menggunakan skala linkert.
Atribut pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden bedasarkan literatur menurut buku Pengantar Perkayuan (Soerjanto Basar,1974), buku Strategies for Product Design (John Wiley & Sons, 2008), dan buku Beds And Bedroom Furniture (Taunton Press,1997) serta dari brochure produk spring bed yang menunjukkan tipe-tipe konsumen dan kebutuhan konsumen, yaitu:
1. Pertimbangan utama model rangka sandaran spring bed 2. Bahan kayu rangka sandaran spring bed
3. Bahan kain sandaran spring bed 4. Jenis foam untuk sandaran spring bed 5. Jenis foam untuk matras spring bed 6. Ketebalan foam untuk matras spring bed 7. Bahan kain matras spring bed
8. Pertimbangan utama model rangka divan spring bed 9. Bahan kayu rangka divan atas spring bed
11. Faktor yang menjadi pertimbangan dari segi spesifikasi teknis pada desain spring bed
12. Faktor penentu daya tahan dan lama rata-rata umur produk spring bed
4.8.3.2.Checklist
Daftar checklist digunakan untuk mengidentifikasi frekuensi kegagalan yang terjadi pada tiap komponen produk spring bed. Contoh daftar checklist yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Contoh Daftar Checklist
Produk Kayu membusuk
Kayu patah atau retak
Salah ukuran pemotongan
Perakitan tidak simetris
Per bengkok
atau patah
Busa bantet
Permukaan busa tidak
rata
Jahitan putus
Jahitan miring
1
2
...
10
Sumber :Diolah
4.8.4. Populasi dan Sampel
Menurut Sekaran, U (dalam Sinulingga, Sukaria, 2012) populasi adalah keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk objek yang dikenakan investigasi oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua karyawan bagian perakitan spring bed dari PT Ivana Mery Lestari Matras yang total berjumlah 36 orang.
dengan keseluruhan jumlah anggota sampel sama dengan anggota populasinya dengan tujuan mendapatkan data yang representatif(Jan Joker & Bartjan Pennink, 2010). Jumlah responden yaitu sebanyak 36 orang masih dalam jangkauan peneliti dan telah homogen dikarenakan telah sesuai dengan tujuan penelitian.
4.9. Pengolahan Data
Pengolahan data dapat dilakukan setelah keseluruhan data primer maupun data sekunder terkumpul. Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain:
4.9.1. Data Kuesioner16
3. Perancangan kuesioner, kuesioner yang digunakan terdiri atas dua jenis, keusioner terbuka dan tertutup. Kuesioner terbuka digunakan sebagai survei awal untuk membantu penentuan atribut keinginan responden dalam
Pengumpulan data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada responden, yaitu operator pembuatan spring bed. Adapun langkah-langkah penyebaran kuesioner sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan, yaitu tujuan penyebaran kuesioner adalah untuk mengetahui keinginan responden terhadap produk spring bed 3 feet merk Meldaland.
2. Penentuan jumlah sampel, sampel yang akan diteliti adalah konsumen produk spring bed merk 3 feet Meldaland.
16
perakitan produk spring bed merk 3 feet Meldaland, sedangkan kuesioner tertutup yang digunakan adalah kuesioner yang menggunakan skala linkert. 4. Data hasil kuesioner kemudian ditabulasikan.
5. Uji validitas dan reliabilitas,
a. Validitas, Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh Pearson, yaitu sebagai berikut :
Dimana, r = koefisien korelasi antara X dan Y X = skor variabel independen X Y = skor variabel independen Y
b. Reliabilitas, Koefisien Alpha Cronbach digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen yang pertanyaannya menggunakan skor dalam rentangan tertentu. Rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien tersebut ialah :
−
−
=
∑
t b k
k r
2 2
1
1 σ
σ
dimana,
4.9.2. Membuat Matriks House of Quality
Pembuatan matriks house of quality (HoQ) didasarkan pada pengembangan karakteristik produk spring bed 3 feet merk Meldaland, dimana HoQ akan diisi berdasarkan data-data kuesioner. Tahapan pembangunan matriks HOQ yaitu:
1. Identifikasi keinginan responden yang berisi variabel proses pembuatan produk, dimana variabel ini merupakan data kuesioner tertutup.
2. Penentuan tingkat kepentingan dengan menggunakan data modus jawaban pada setiap atribut variabel proses pembuatan pada kuesioner tertutup.
3. Penentuan karakteristik-karakteristik teknis produk yang diperoleh dari hasil wawancara dan diskusi dengan pihak manajemen PT Ivana Mery Lestari Matras.
4. Menetapkan hubungan antara karakteristik teknis produk yang diberikan oleh PT Ivana Mery Lestari Matras.
5. Menetapkan tingkat hubungan antara karakteristik teknis dengan atribut produk. Tingkat hubungan yang dimaksud akan dimulai dari skala kuat, sedang, lemah, dan tidak berhubungan sama sekali.
6. Menyusun matriks perencanaan, merupakan hasil kalkulasi dari beberapa jenis data yang didapatkan dari proses sebelumnya.
8. Menghitung ukuran kinerja house of quality yang terdiri dari derajat kepentingan, tingkat kesulitan dan perkiraan biaya.
4.9.3. Identifikasi Potensial Kegagalan Desain Produk dengan Metode FMEA
Pengolahan data Metode FMEA dapat dilihat pada Gambar 4.3. Identifikasi komponen produk dengan blok (boundary)
diagram
Membuat daftar masalah potensial kegagalan yang muncul
Penentuan nilai severity, occurence, dan detectability
Menghitung Risk Priority Number (RPN)
Mengambil tindakan untuk menetralkan resiko Menetapkan fungsi atau requirement dari komponen
produk
Menentukan dampak/efek yang ditimbulkan oleh kegagalan
Menentukan penyebab kegagalan
Identifikasi metode pengendalian kegagalan
[image:45.595.181.442.279.677.2]Sumber : Dyadem Engineering Corporation. Guidelines for Failure Mode and Effects Analysis, For Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries (2003)
4.9.4. Membuat Matriks Design Deployment
Pembuatan matriks Design Deployment berdasarkan matriks HOQ pada QFD fase 1. Tahapan pembangunan matriks Design Deployment yaitu:
1. Menetapkan karakteristik-karakteristik teknis produk berdasarkan prioritas karakteristik teknis dari QFD fase 1.
2. Menetapkan part kritis berdasarkan potensi kegagalan desain produk yang diperoleh dari metode FMEA.
3. Menetapkan hubungan antara part kritis yang diberikan oleh PT Ivana Mery Lestari Matras.
4. Menetapkan tingkat hubungan antara karakteristik teknis dengan part kritis. Tingkat hubungan yang dimaksud akan dimulai dari skala kuat, sedang, lemah, dan tidak berhubungan sama sekali.
5. Menyusun matriks perencanaan, merupakan hasil kalkulasi dari beberapa jenis data yang didapatkan dari proses sebelumnya.
6. Membangun matriks design depolyment yang akan diisi berdasarkan data-data yang telah didapatkan pada langkah-langkah sebelumnya.
7. Menentukan bobot kepentingan desain.
4.9.5. Penentuan Multi Component Relationship dengan Product Architecture
Design Structure Matrix (Product Architecture DSM)
Penentuan Multi Component Relationship dengan Product Architecture DSM terdiri dari:
1. Penentuan Boundary System 2. Penentuan Interaction Strengths 3. Pensimetrian komponen
4. Penentuan Model’s granularity
5. Pengidentifikasian interaksi antar komponen
4.10. Analisis Pemecahan Masalah
Analisis pemecahan masalah berawal dari perbaikan terhadap desain produk dengan pendekatan Concurrent Engineering Tools dengan metode QFD phase I, metode FMEA dan QFD phase II serta Design Structure Matrix (DSM) yang akan menghasilkan rancangan produk sesuai kebutuhan konsumen tanpa perlu adanya tahap redesign (perancangan ulang) sehingga dapat mengurangi waktu produksi.
4.11. Kesimpulan dan Saran
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data 5.1.1. Kuesioner Terbuka
Kuesioner dibagikan dalam 2 tahapan, tahapan pertama merupakan kuesioner terbuka atau kuesioner pendahuluan. Kuesioner ini merupakan bentuk pertanyaan yang diajukan kepada 36 responden tentang penilaian pekerja terhadap proses pembuatan spring bed 3 feet merk Meldaland.
Modus diperoleh dari hasil jawaban responden pada kuesioner pendahuluan. Modus akan menjadi butir pertanyaan pada kuesioner tahap kedua, yaitu kuesioner tertutup. Responden pada kuesioner tertutup ini berjumlah 36 orang dengan menggunakan metode total sampling dimana semua anggota populasi menjadi sampel.
Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka
Nama
Responden Umur
Pertanyaan 1 Pertimbangan Utama Model Rangka Sandaran
Pertanyaan 2 Jenis Bahan
Kayu Sandaran
Pertanyaan 3 Jenis Bahan
Kain Sandaran
Pertanyaan 4 Jenis Foam
Sandaran
Pertanyaan 5 Jenis Foam
Matras
Pertanyaan 6 Ketebalan
Foam Matras Sugeng 61 Penopang rangka Kayu Jati Putih Kain Zakat Busa Angin Busa Angin 10 cm
Ilan 43 Penopang rangka Kayu Jati Putih,
Triplek 3 mm Kain Oskar Busa Warna Putih Busa Warna Putih 5 cm Uto 38 Penopang rangka Kayu Jati Putih,
Triplek 3 mm Kain Boneka Busa Biasa Busa Angin 10 cm Mulyadi 42 Penopang rangka Kayu Jati Putih,
Triplek 3 mm Kain Oskar Busa Biasa Busa Angin 6 cm Mawi 35 Penopang rangka Kayu Jati Putih Kain Oskar Busa Warna
Cream
Busa Warna
Cream 5 cm
Supri 32 Penopang rangka Kayu Jati Putih,
Triplek 3 mm Kain Oskar Busa Warna Putih Busa Angin 6 cm
Zainul 28 Kayu Kayu Meranti
dan Sembarang Kain Oskar
Busa Warna Cream
Busa Warna
Cream 6 cm
Andri 33 Kayu dan Busa Kayu Biasa Kain Zakat Busa Warna
Cream
Busa Warna
Cream 10 cm
Tony 29 Bentuk model sandaran Kayu Meranti
dan Sembarang Kain Boneka Busa Angin Busa Angin 6 cm Paniadi 31 Kayu Kayu Jati Putih Kain Oskar Busa Warna Putih Busa Warna Putih 4 cm
Tomo 24 Kayu Kayu Jati Putih Kain Oskar Busa Press Busa Warna
Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka (Lanjutan)
Nama
Responden Umur
Pertanyaan 1 Pertimbangan Utama Model Rangka Sandaran
Pertanyaan 2 Jenis Bahan Kayu Sandaran Pertanyaan 3 Jenis Bahan Kain Sandaran Pertanyaan 4 Jenis Foam Sandaran Pertanyaan 5 Jenis Foam Matras Pertanyaan 6 Ketebalan Foam Matras
Adi 36 Kayu Kayu Biasa Kain Oskar Busa Warna
Cream
Busa Warna
Cream 6 cm
Ratno 32 Kayu Kayu Meranti
dan Sembarang Kain Zakat Busa Warna Putih Busa Warna Putih 6 cm Herman 25 Kayu Kayu Jati Putih Kain Lating Busa Warna Putih Busa Warna Putih 2 cm Supratno 30 Bentuk model sandaran Kayu Meranti
dan Sembarang Kain Oskar Busa Biasa Busa Angin 10 cm Bambang 24 Bentuk model sandaran Kayu Hutan Kain Oskar Busa Warna
Cream
Busa Warna
Cream 5 cm
Ahmad 22 Kayu Kayu Hutan Kain Zakat Busa Warna
Cream
Busa Warna
Cream 6 cm
Anang 35 Kayu dan Busa Kayu Jati Putih Kain Zakat Busa Warna Cream
Busa Warna
Cream 2 cm
Andi 26 Kayu dan Busa Kayu Jati Putih Kain Zakat Busa Warna Putih Busa Warna Putih 2 cm
Ramdani 20 Kayu Kayu Jati Putih Kain Oskar Busa Angin Busa Angin 6 cm
Mairun 31 Kayu dan Busa Kayu Biasa Kain Boneka Busa Warna Putih Busa Warna Putih 5 cm
Rio 19 Kayu Kayu Biasa Kain Boneka Busa Angin Busa Angin 6 cm
Lina 34 Bentuk model sandaran Kayu Meranti
dan Sembarang Kain Zakat Busa Angin Busa Angin 1,5 cm Yushadi 24 Kayu dan Busa Kayu Jati Putih Kain Zakat Busa Warna
Cream
Busa Warna
Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka (Lanjutan)
Nama
Responden Umur
Pertanyaan 1 Pertimbangan Utama Model Rangka Sandaran
Pertanyaan 2 Jenis Bahan Kayu Sandaran Pertanyaan 3 Jenis Bahan Kain Sandaran Pertanyaan 4 Jenis Foam Sandaran Pertanyaan 5 Jenis Foam Matras Pertanyaan 6 Ketebalan Foam Matras Kusnadi 28 Bentuk model sandaran Kayu Meranti
dan Sembarang Kain Boneka Busa best
Busa Warna
Cream 2 cm
Mukhlis 25 Kayu Kayu Jati Putih Kain Boneka Busa Warna
Cream
Busa Warna
Cream 10 cm
Indra 34 Kayu dan Busa Kayu Meranti
dan Sembarang Kain Oskar Busa Angin Busa Angin 2 cm
Angga 27 Kayu Kayu Biasa Kain Zakat Busa Warna Putih Busa Warna Putih 4 cm
Anto 28 Kayu Kayu Jati Putih Kain Zakat Busa Biasa Busa Rebounded 2 cm
Iwan 32 Busa Kayu Jati Putih Kain Oskar Busa Warna
Cream
Busa Warna
Cream 10 cm
Rusli 40 Busa Kayu Jati Putih Kain Zakat Busa Biasa Busa Angin 1,5 cm
Adi 25 Penopang rangka Kayu Jati Putih,
Triplek 3 mm Kain Oskar Busa Rebounded
Busa Warna
Cream 4 cm
Sutris 33 Penopang rangka Kayu Jati Putih,
Triplek 3 mm Kain Oskar Busa Angin
Busa Warna
Cream 10 cm
Modus Kayu Kayu Jati Putih Kain Oskar Busa Warna
Cream
Busa Warna
Cream 6 cm
Jumlah (n) 13 14 17 11 11 11
Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka (Lanjutan)
Nama
Responden Umur
Pertanyaan 7 Jenis Bahan Kain Matras Pertanyaan 8 Pertimbangan Utama Model Rangka Divan 2 in 1
Pertanyaan 9 Jenis Bahan Kayu Rangka Divan Atas Pertanyaan 10 Jenis Bahan Kayu Rangka Divan Bawah Pertanyaan 11 Pertimbangan utama dari segi spesifikasi teknis
Pertanyaan 12 Penentu Daya Tahan, Umur
Produk Sugeng 61 Kain boneka Bagian Siku/Sudut Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Ketebalan busa Ketahanan Per,
10 tahun Ilan 43 Kain boneka Bagian Siku/Sudut Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Ketebalan busa Per dan Busa,
10 tahun Uto 38 Kain zakat Bagian Siku/Sudut Kayu Meranti
dan Sembarang
Kayu Meranti
dan Sembarang Jumlah per
Per dan Busa, 10 tahun Mulyadi 42 Kain boneka Bagian Siku/Sudut Kayu Mindi dan
Jati Putih
Kayu Mindi dan
Jati Putih Ketebalan busa
Per, Busa, Kain, 15 tahun Mawi 35 Kain zakat Bagian Siku/Sudut Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Diamater per Ketahanan Per,
10 tahun Supri 32 Kain zakat Bagian Siku/Sudut Kayu Meranti
dan Sembarang
Kayu Meranti
dan Sembarang Diamater per Per, 10 tahun Zainul 28 Kain boneka Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Diamater per Per dan Busa,
10 tahun
Andri 33 Kain rayon Kayu Kayu Biasa Kayu Biasa Ketebalan busa Per dan Busa,
10 tahun
Tony 29 Kain Lating Kayu Kayu Meranti
dan Sembarang
Kayu Meranti
dan Sembarang Ketebalan busa
Per dan Busa, 10 tahun
Paniadi 31 Kain Lating Kayu Kayu Meranti
dan Sembarang
Kayu Meranti
dan Sembarang Mutu kain
Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka (Lanjutan)
Nama
Responden Umur
Pertanyaan 7 Jenis Bahan Kain Matras Pertanyaan 8 Pertimbangan Utama Model Rangka Divan 2 in 1
Pertanyaan 9 Jenis Bahan Kayu Rangka Divan Atas Pertanyaan 10 Jenis Bahan Kayu Rangka Divan Bawah Pertanyaan 11 Pertimbangan utama dari segi spesifikasi teknis
Pertanyaan 12 Penentu Daya Tahan, Umur
Produk Abadi 29 Kain Lating Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Ketebalan busa Per, Busa, Kain,
15 tahun Adi 36 Kain zakat Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Diamater per Kain, 4 tahun
Ratno 32 Kain Lating Kayu Kayu Mindi dan
Jati Putih
Kayu Mindi dan
Jati Putih Diamater per
Ketahanan Per, 10 tahun
Herman 25 Kain boneka Kayu Kayu Mindi dan
Jati Putih
Kayu Mindi dan
Jati Putih Mutu kain
Ketahanan Per, 10 tahun Supratno 30 Kain boneka Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Tinggi per Ketahanan Per,
10 tahun
Bambang 24 Kain zakat Kayu Kayu Biasa Kayu Biasa Jumlah per Mutu Kayu, 12
tahun
Ahmad 22 Kain zakat Kayu Kayu Mindi dan
Jati Putih
Kayu Mindi dan
Jati Putih Jumlah per
Mutu Kayu, 12 tahun Anang 35 Kain zakat Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Tinggi per Mutu Kayu, 12
tahun
Andi 26 Kain zakat Kayu Kayu Biasa Kayu Biasa Tinggi per Ketahanan Per,
10 tahun Ramdani
(Dani) 20 Kain zakat Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Tinggi per
Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka (Lanjutan)
Nama
Responden Umur
Pertanyaan 7 Jenis Bahan Kain Matras Pertanyaan 8 Pertimbangan Utama Model Rangka Divan 2 in 1
Pertanyaan 9 Jenis Bahan Kayu Rangka Divan Atas Pertanyaan 10 Jenis Bahan Kayu Rangka Divan Bawah Pertanyaan 11 Pertimbangan utama dari segi spesifikasi teknis
Pertanyaan 12 Penentu Daya Tahan, Umur
Produk
Lina 34 Kain boneka Kayu Kayu Mindi dan
Jati Putih
Kayu Mindi dan
Jati Putih Mutu busa Kain, 4 tahun
Yushadi 24 Kain boneka Kayu Kayu Mindi dan
Jati Putih
Kayu Mindi dan
Jati Putih Jumlah per Per, 10 tahun Chris 32 Kain Lating Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Tinggi matras Per, 10 tahun Solihin 39 Kain Lating Kayu Kayu Melinjo Kayu Melinjo Tinggi matras Per, 10 tahun
Kusnadi 28 Kain zakat Kayu Kayu Meranti
dan Sembarang
Kayu Meranti
dan Sembarang Tinggi per
Ketahanan Per, 10 tahun Mukhlis 25 Kain zakat Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Tinggi per Per, 10 tahun
Indra 34 Kain zakat Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Jumlah per Per dan Busa, 10 tahun
Angga 27 Kain boneka Kayu Kayu sungkai Kayu sungkai Tinggi matras Per, 10 tahun
Anto 28 Kain rayon Kayu Kayu sungkai Kayu sungkai Tinggi per Per dan Busa,
10 tahun
Iwan 32 Kain zakat Kayu Kayu Meranti
dan Sembarang
Kayu Meranti
dan Sembarang Tinggi per
Per dan Busa, 10 tahun Rusli 40 Kain zakat Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Tinggi per Per dan Busa,
Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka (Lanjutan)
Nama
Responden Umur
Pertanyaan 7 Jenis Bahan
Kain Matras
Pertanyaan 8 Pertimbangan
Utama Model Rangka Divan 2 in 1
Pertanyaan 9 Jenis Bahan Kayu Rangka Divan Atas
Pertanyaan 10 Jenis Bahan Kayu Rangka Divan Bawah
Pertanyaan 11 Pertimbangan utama dari segi spesifikasi teknis
Pertanyaan 12 Penentu Daya Tahan, Umur
Produk Adi 25 Kain zakat Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati Putih Diamater per Per, Busa, Kain,
15 tahun
Sutris 33 Kain zakat Kayu Kayu Mindi dan
Jati Putih
Kayu Mindi dan
Jati Putih Diamater per
Mutu Kayu, 12 tahun
Modus Kain zakat Kayu Kayu Jati Putih Kayu Jati
Putih Tinggi per
Per dan Busa, 10 tahun
Jumlah (n) 16 30 15 15 9 10
5.1.2. Kuesioner Tertutup
Modus yang diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner terbuka didapatkan akan menjadi butir pertanyaan pada kuesioner tahap kedua, yaitu kuesioner tertutup. Responden pada kuesioner tertutup ini berjumlah 36 orang yang didapatkan berdasarkan metode total sampling.
[image:56.595.90.519.332.751.2]Rekapitulasi kuesioner tertutup ditunjukan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup
Responden Pertanyaan
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12
1 1 5 4 1 5 1 3 3 4 4 3 4
2 4 5 4 3 4 4 4 3 5 5 4 5
3 5 4 5 2 5 5 3 4 2 2 3 4
4 5 5 5 3 3 5 4 5 5 5 4 4
5 4 4 4 3 3 4 5 3 2 2 4 5
6 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4
7 3 5 5 4 2 3 4 5 3 3 2 5
8 4 3 4 3 3 5 5 3 4 4 4 4
9 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5
10 4 3 4 2 4 5 4 5 3 3 4 4
11 4 5 3 3 4 2 4 4 1 1 1 4
12 5 4 4 3 5 4 5 2 3 3 4 5
13 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5
14 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 3 4
15 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5
16 4 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4
17 5 1 3 3 4 1 4 4 3 3 4 3
18 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5
19 4 2 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4
20 5 5 1 5 1 5 3 3 4 4 2 4
21 4 5 4 3 5 4 5 4 2 2 4 4
22 3 5 3 4 4 5 5 4 3 3 4 3
23 4 4 4 3 5 3 4 3 5 5 4 4
24 4 5 4 3 4 5 4 3 4 4 5 5
Tabel 5.2. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup
Responden Pertanyaan
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12
26 2 4 2 2 5 1 3 5 3 3 4 4
27 4 2 4 4 4 5 3 4 2 2 3 2
28 5 5 4 3 5 5 4 4 5 5 4 5
29 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 3 3
30 1 5 4 3 4 5 5 5 5 5 4 4
31 2 4 5 3 4 4 5 2 5 5 1 2
32 5 4 5 5 5 3 5 5 5 5 4 5
33 4 4 5 4 4 5 4 2 4 4 3 4
34 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4
35 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 3 5
36 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 3 4
Sumber: Hasil pengumpulan data
5.1.3. Rekapitulasi Pengamatan Kegagalan Komponen Produk Spring Bed 3
Feet
Pengamatan di lantai produksi dilakukan di stasiun kerja bagian pembentukan komponen spring bed dan perakitan spring bed 3 feet. Sembilan jenis kegagalan yang berpotensi terjadi pada perancangan spring bed 3 feet diperoleh setelah melakukan pengamatan pendahuluan, yaitu:
1. Kayu membusuk 2. Kayu patah atau retak 3. Salah ukuran pemotongan 4. Perakitan tidak simetris 5. Per bengkok atau patah 6. Pengerasan busa
8. Jahitan putus 9. Jahitan miring
Pengamatan dengan penggunaan checklist dilaksanakan untuk menentukan frekuensi kegagalan produk. Pengamatan dilakukan untuk setiap komponen spring bed 3 feet dengan 9 jenis kegagalan yang berpotensi terjadi pada perancangan produk spring bed 3 feet. Rekapitulasi pengamatan (checklist) frekuensi kegagalan produk spring bed 3 feet Meldaland dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Rekapitulasi Pengamatan Frekuensi Kegagalan Produk Spring
Bed 3 Feet Merk Meldaland
Jenis Kegagalan Jumlah Kegagalan (unit)
Kayu membusuk 1
Kayu patah atau retak 2
Salah ukuran pemotongan 21 Perakitan tidak simetris 3 Per bengkok atau patah 10
Pengerasan busa 7
Permukaan busa tidak rata 1
Jahitan putus 2
Jahitan miring 1
Jumlah 48
Sumber: Hasil pengumpulan data
5.2. Pengolahan Data
5.2.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
5.2.1.1.Uji Validitas Data
Pengujian validitas dari pertanyaan 1 hingga 12 berdasarkan data hasil kuesioner untuk penilaian perancangan produk spring bed 3 feet merk Meldaland di PT Ivana Mery Lestari Matras dengan menggunakan persamaan korelasi product moment (Pearson). Skala Likert yang berupa skala ordinal pada data kuesioner terlebih dahulu diubah menjadi skala interval dengan menggunakan Method of Successive Interval (MSI).
Tabulasi frekuensi jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 5.4. Perhitungan untuk mendapat skala baru dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.4. Tabulasi Frekuensi Jawaban Responden
Skala Ordinal Frekuensi
1 13
2 27
3 67
4 164
5 161
Sumber: Hasil pengumpulan data
Tabel 5.5. Perhitungan Skala Baru
Skala Frekuensi Proporsi Proporsi
Kumulatif Z
Densitas
f(Z) SV
Skala Baru
1 13 0,03 0,03 -1,881 0,068 -2,267 1
2 27 0,063 0,093 -1,323 0,166 -1,556 1,825
3 67 0,155 0,248 -0,681 0,316 -0,968 2,413
4 164 0,38 0,628 0,327 0,378 -0,163 3,218
5 161 0,373 1 ∞ 0 1,016 4,397
Total 432
Frekuensi responden yang memberikan alternatif jawaban dari pertanyaan kuesioner yang disebarkan dapat dilihat pada Tabel 5.4. Proporsi diperoleh dari hasil perbandingan jumlah frekuensi dengan jumlah total frekuensi. Penentuan proporsi kumulatif diperoleh dengan menjumlahkan secara berurutan untuk setiap nilai proporsi.
Nilai proporsi kumulatif (Pk) mengikuti distribusi normal dan dengan melihat tabel distribusi normal, maka dapat ditentukan nilai Z untuk setiap kategori:
Z1 = -1,881 Z2 = -1,323 Z3 = -0,681 Z4 = 0,327 Z5 = ∞
Nilai densitas diperoleh dengan cara memasukkan nilai Z tersebut ke dalam fungsi densitas normal baku sebagai berikut:
− π = 2 z 2 1 exp 2 1 ) z ( f
sehingga diperoleh :
D1 = (-1,881) 0,068
2 1 exp 2 1 ) 881 , 1
-( 2=
− = π f
Scalevalue mempunyai rumus sebagai berikut:
Maka diperoleh,
SV1 = (0-0,068)/(0,03-0) = -2,267 V2 = -1,556
SV3 = -0,968 SV4 = -0,163 SV5 = 1,016
Skala akhir data interval diperoleh dengan jalan mengambil nilai negatif yang paling besar dan diubah menjadi =1, yaitu:
SA1 = 1 SA2 = 1,825 SA3 = 2,413 SA4 = 3,318 SA5 = 4,397
Hasil skala interval dari data ordinal untuk tingkat kepentingan adalah: 1. Untuk nilai 1 dalam skala ordinal, maka skala intervalnya menjadi 1
2. Untuk nilai 2 dalam skala ordinal, maka skala intervalnya menjadi 1,825
3. Untuk nilai 3 dalam skala ordinal, maka skala intervalnya menjadi 2,413
4. Untuk nilai 4 dalam skala ordinal, maka skala intervalnya menjadi 3,318
5. Untuk nilai 5 dalam skala ordinal, maka skala intervalnya menjadi 4,397
limit lower under
-limit offer under area
limit upper at
density
-limit lower at
[
][
]
[
][
]
0,399 r ) 6 , 1459 ( ) 60278 ( 36 ) 6 , 131 ( ) 91 , 510 ( 36 ) 6 , 1459 )( 6 , 131 ( ) 5409 ( 36 ) ( ) ( ) )( ( 2 2 1 2 2 2 2 = − − − = − − − =∑
∑
∑
∑
∑
∑ ∑
r Y Y N X X N Y X XY N rxyMaka besar koefisien korelasi product moment untuk variabel 1 adalah 0,399. Nilai kritis diperoleh dari tabel kritis koefisien product moment untuk taraf signifikan 5%, yaitu:
Nilai kritis untuk taraf signifikan 5% dengan df 36-2 = 34 sebesar 0,329
[image:62.595.190.436.110.214.2]Karena nilai r hitung > r tabel, maka data untuk atribut 1 dinyatakan valid. Hasil perhitungan validitas untuk semua butir dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Hasil Perhitungan Validitas Variabel
Variabel Koef. Korelasi r Tabel N Keterangan
1 0,399 0,329 36 Valid
2 0,399 0,329 36 Valid
3 0,397 0,329 36 Valid
4 0,538 0,329 36 Valid
5 0,415 0,329 36 Valid
6 0,467 0,329 36 Valid
7 0,416 0,329 36 Valid
Tabel 5.6. Hasil Perhitungan Validitas Variabel (Lanjutan) Variabel Koef. Korelasi r Tabel N Keterangan
8 0,485 0,329 36 Valid
9 0,715 0,329 36 Valid
10 0,715 0,329 36 Valid
11 0,605 0,329 36 Valid
12 0,508 0,329 36 Valid
Sumber: Hasil pengolahan data
adalah valid atau dengan kata lain terdapat konsistensi internal dalam variabel tersebut.
5.2.1.2.Uji Reliabilitas Data
Pengujian reliabilitas untuk data kinerjai dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang telah dibuat reliabel atau tidak. Perhitungan nilai varians butir 1 dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu:
( )
0,939
36 36 (116,74)
-412,4
2 2
2
2
= =
− =
∑
∑
n n
x x
x
σ
[image:63.595.223.401.539.743.2]Perhitungan nilai varians butir 2 sampai dengan 12 dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Perhitungan Varians Tiap Butir Butir Varians
1 0,851
2 0,822
3 0,587
4 0,807
5 0,784
6 1,219
7 0,510
8 0,819
9 1,048
10 1,048
11 0,733
12 0,635
Dimasukkan ke rumus Alpha 738 , 0 51 , 30 864 , 9 1 1 12 12 1 1 2 2 = − − = − − =
∑
t b k k r σ σNilai koefisien reliabilitas kinerja sebesar 0,738.
Ada 2 cara untuk menilai apakah suatu instrument memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi, yaitu:
1. Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh > 17
2. Dari tabel kritis koefisien korelasi r Pearson. 0,60
Dari tabel kritis koefisien korelasi r Pearson untuk taraf signifikan 5%, dengan jumlah responden 36 diperoleh nilai kritis sebagai berikut:
Derajat kebebasan (df) = jumlah responden – 2 = 36 – 2 = 36 Nilai kritis untuk taraf signifikan 5% dengan df 10 sebesar 0,329
17
Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. h. 133.
( )
(
)
51 , 30 36 36 (1459,6) -60278 total varians n n -Y total varians 9,864 0,635 ... 627 , 0 822 , 0 0,851 ... 2 2 2 2 19 2 3 2 2 2 1 2 = = = = + + + + = + +