• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Dokter Gigi Terhadap Standard Precaution Sebelum Perawatan Gigi pada Tempat Praktek di Kecamatan Medan Baru Periode 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Dokter Gigi Terhadap Standard Precaution Sebelum Perawatan Gigi pada Tempat Praktek di Kecamatan Medan Baru Periode 2016"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL

Nomor :

Tanggal :

TINGKAT PENGETAHUAN DOKTER GIGI TERHADAP STANDARD PRECAUTION SEBELUM PERAWATAN GIGI PADA TEMPAT PRAKTEK DI

KECAMATAN MEDAN BARU PERIODE JANUARI 2016

Nama :

Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

PETUNJUK PENGISIAN

1. Pengisisan kuisioner dilakukan oleh dokter gigi yang berpraktek di Kecamatan Medan Baru.

2. Jawablah setiap pertanyaan yang tersedia dengan melingkari jawaban yang dianggap benar.

3. Semua pertanyaan harus dijawab.

4. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

(2)

LINGKARI JAWABAN PADA PILIHAN JAWABAN YANG TERSEDIA

1. Menurut Anda, prosedur yang harus diperhatikan sebelum tindakan

perawatan gigi adalah?

a. Evaluasi pasien, perlindungan diri dan kualitas air dental unit. b. Perlindungan diri dan penggunaan alat sekali pakai.

c. Evaluasi pasien, perlindungan diri, penggunaan alat sekali pakai dan kualitas air dental unit.

d. Kualitas air dental unit.

2. Menurut Anda, apa resiko yang terjadi apabila prosedur sebelum tindakan perawatan gigi tidak dilakukan dengan benar?

a. Terjadinya infeksi silang antar pasien. b. Terjadinya infeksi silang antar dokter gigi.

c. Terjadinya infeksi silang antar petugas kesehatan.

d. Terjadinya infeksi silang antara pasien, dokter gigi, petugas kesehatan dan lingkungan.

3. Menurut Anda, apa defenisi standard precaution?

a. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menghindari penyakit infeksi.

b. Langkah-langkah yang perlu diikuti ketika melakukan tindakan yang melibatkan kontak langsung dengan cairan tubuh.

c. Langkah-langkah yang dilakukan ketika melakukan tindakan yang melibatkan kontak dengan darah.

d. Langkah-langkah yang dilakukan untuk melindungi petugas

kesehatan gigi dan pasien dari patogen yang dapat menyebar melalui darah dan cairan tubuh yang lain dan mengurangi resiko infeksi penyakit menular.

4. Menurut Anda, fungsi dari evaluasi pasien adalah? a. Untuk mencegah terjadinya infeksi silang. b. Untuk membantu pencegahan penyakit menular. c. Untuk melengkapi formulir rekam medik

d. Untuk mengetahui riwayat penyakit pasien.

5. Menurut Anda, bagaimana tindakan perlindungan diri dalam standard precaution?

a. Mencuci tangan, menggunakan masker, sarung tangan, kaca mata pelindung, gaun pelindung, penutup kepala dan pelindung kaki.

b. Mencuci tangan dan menggunakan pelindung kaki.

c. Menggunakan masker, sarung tangan dan gaun peliindung. d. Mencuci tangan dengan sabun.

6. Menurut Anda, berapa lama waktu mencuci tangan yang paling efektif? a. 30 detik

(3)

7. Menurut Anda, pernyataan dibawah ini mana yang benar mengenai sarung tangan?

a. Setiap sarung tangan hanya untuk satu pasien.

b. Sarung tangan harus diganti apabila bocor atau sobek.

c. Setiap setelah menggunakan sarung tangan harus mencuci tangan lagi.

d. Semua benar.

8. Menurut Anda, apa kegunaan dari kacamata pelindung? a. Menghindari dari percikan saliva.

b. Menghindari dari percikan darah. c. Menghindari kontaminasi cairan tubuh.

d. Mencegah kontaminasi pada wajah dan melindungi mata dari

kontaminasi darah dan saliva serta cairan tubuh.

9. Menurut Anda, bagaimana air yang seharusnya keluar dari handpiece dan semprotan adalah?

a. Air keran.

b. Air yang telah direbus. c. Air PAM.

d. Air sumur.

10.Menurut Anda, mana pernyataan dibawah ini yang benar?

a. Saluran-saluran air di dental unit secara periodik di flush dengan larutan disenfektan dan dibilas sebelum merawat pasien.

b. Menggunakan penyaring bakteri

c. Menyediakan tangki air yang berisi air yang telah direbus atau air destilasi.

d. Semua benar.

11.Jumlah total skor pengetahuan 12.Kategori pengetahuan :

a. Baik : 8-10

(4)

Lampiran 2

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

No. Kegiatan

WaktuPenelitian

Agustus September Oktober November Desember Januari Febuari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penyusunan

proposal

2. Seminar

proposal 3. Revisi Proposal

4. Pengumpulan

data 5. Pengolahan dan

Analisis data

6. Penyusunan

Laporan 7. Seminar Hasil

(5)

Lampiran 3

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

“Tingkat Pengetahuan Dokter Gigi Terhadap Standard Precaution Sebelum Perawatan Gigi Pada Tempat Praktek di Kecamatan Medan Baru Periode Januari

2016”

Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar dengan rincian sebagai berikut:

1. Biaya pembuatan kuesioner Rp 200,000

2. Biaya alat tulis, kertas, printer, tinta printer Rp 300,000 3. Biaya penjilidan dan penggandaan skripsi Rp 200,000

4. Biaya hadiah kepada subjek penelitian Rp 500,000

Total Rp 1.200,000

Rincian biaya ditanggung oleh peneliti sendiri.

Peneliti,

(6)

Lampiran 4

CURRICULUM VITAE (CV)

Nama Lengkap : Rizka Amalia Batubara

JenisKelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Ternate / 12 Febuari 1995 Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Jln. Dr. Sumarsono No. 35/27

Telepon/HP : 082272799500

Email :

PENDIDIKAN

2000-2006 : SD Negeri 010093 Kisaran

2006-2009 : SMP Negeri 1 Kisaran

2009-2012 : SMA Negeri 1 Kisaran

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

DAFTAR PUSTAKA

1. Pankhurst CL, Coulter WA. Basic guide to infection prevalention and control in dentistry. United kingdom: Willey-Blackwell, 2009: 1-2.

2. Amoran OE, Onwube OO. Infection control and practice of standard

precaution among healthcare workers in northern Nigeria. Jurnal of global infectious diseases 2013; 5(4): 156-63.

3. Lugito MDH. Kontrol infeksi dan keselamatan kerja dalam praktek

kedokteran gigi. Jurnal PDGI 2013; 62(1): 24-30.

4. Reda AA, Fisseha S, Bezatu Mengistie, Vandeweerd JM. Standard

precautions: Occupational exposure and behavior of health care workers in Ethiopia

5. Yulianti, Rosyidah, Hariyono W. Hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan universal precaution pada perawat di bangsal rawat inap rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Kesmas 2011: 162-232.

6. Yanti GN. Hubungan faktor pengetahuan, kepercayaan, ketersediaan sarana, peraturan dan pengawasan di rumah sakit dengan perilaku dokter gigi dalam menerapkan standard precaution di rumah sakit kota Medan. Tesis. Medan: Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, 2013: 1-4,8,38.

7. Setiawan PI. Tingkat pengetahuan mahasiswa ko-ass terhadap standar operasional prosedur dalam pengendalian infeksi silang ( Di RSGM Hj. Halimah DG. Sikati Jl. Kandea kota Makasar). Skripsi. Makasar: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, 2014: 36.

8. Wibowo T, Parishni K, Haryanto D. Proteksi dokter gigi sebagai pemutus rantai infeksi silang. Jurnal PDGI 2009; 58: 6-9.

(13)

Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin, 2012; 2(17): 157.

10.Mulyanti S, Putri MH. Pengendalian infeksi silang di klinik gigi. Jakarta: EGC, 2012: 29-36.

11.Lin ML, Yin CT, Hong SW. Infection control of the asian healthcare wolker. 3rd ed. APSIC, 2011:24.

12.Kementrian kesehatan RI. Standar pencegahan dan pengendalian infeksi pelayanan kesehatan gigi dan mulut di fasilitas pelayanan kesehatan. Jakarta: Kementrian kesehatan RI, 2012: 9-19.

13.Fryer FS. Autralia Dental Asociation Inc, ADA guidelines for infection control. 2nd ed. Australia, 2012: 8-15.

14.Sholikhah HH, Arifin A. Pelaksanaan universal precaution oleh perawat dan pekarya kesehatan (studi kasus di rumah sakit islam Malang). Buletin penelitian kesehatan 1 Juni 2005: 29-39.

15.Health WS. CPR/AED for professional rescuers and health care providers. American Red Cross, 2011: 4.

16.Farmer T, Mitchell C, Goodrick S, Currie K. Australian guidelines for the prevention and control of infection in healthcare. Australian Government, 2010: 21.

17.Yasmin, Azizah, Hairizan N, Rahimi, dkk. Standard precaution. Ministry of Health Malaysia, 2002: 6.

18.Datin N. Infection control in dental practice. Malaysia dental council, 2007: 1-3.

19.Desiyanto FA, Djannah SN. Efektivitas mencuci tangan menggunakan cairan pembersih tangan antiseptik terhadap jumlah angka kuman. Jurnal Kesmas 2013; 7(2): 75-82.

20.Muhammad N. Jangan ragu menggunakan masker.

(14)

21.Anonymous. Penggunaan alat pelindung diri dalam pencengahan infeksi

nosokomial.

22.Molinary JA, Harte JA. Cottone’s practical infection control in dentistry. 3rd ed. Lippincott Williams&Wilkins, a wolters Kluwer business, 2010: 90-9, 103-12.

23. Fauzia N, Ansyori A, Haryanto T. Kepatuhan standar prosedur operasional handhygiene pada perawat diruang rawat inap rumah sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya 2014; 28(1):95-98.

24.Askarian M, Assadian O. Infection control practices among dental profesionals in Shiraz dentistry school, Iran. Arc Iranian Med. 2009; 12(1):48-51.

(15)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei untuk mengetahui tingkat pengetahuan dokter gigi pada tempat praktek di Kecamatan Medan Baru periode Januari 2016.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Lokasi pada penelitian ini dilakukan pada praktek dokter gigi di Kecamatan Medan Baru

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan tanggal 6 Januari 2016- 2 Febuari 2016.

3.3 Populasi dan Sampel

(16)

3.4 Variabel dan Defenisi Operasional Tabel 1. Variabel dan Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional

1 Pengetahuan

Pengetahuan diukur dalam bentuk pertanyaan yang telah dipersiapkan dengan pilihan jawaban yang benar. Pertanyaan yang diajukan mengenai evaluasi pasien, perlindungan diri, penggunaan alat sekali pakai dan kualitas air dental unit.

Yang berkompeten melakukan tindakan perawatan gigi.

- Evaluasi pasien - Perlindungan diri

- Penggunaan alat sekali pakai - Kualitas air dental unit

Langkah-langkah yang harus dilakukan ketika melakukan tindakan yang melibatkan kontak langsung dengan darah, cairan tubuh (kecuali keringat), kulit serta luka yang terbuka. Untuk mengurangi resiko penularan penyakit.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara penyebaran kuesioner, dimana kuesioner diberikan secara langsung kepada responden dan diisi langsung oleh responden. Kuesioner yang diberikan meliputi pertanyaan yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan tentang standard precaution sebelum perawatan gigi.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

(17)

3.7 Aspek Pengukuran

Pengetahuan dokter gigi mengenai standard precaution sebelum perawatan gigi diukur melalui 10 pertanyaan. Pertanyaan yang jawabannya benar nilainya 1; jika jawabannya salah maka nilainya 0.Sehingga nilai tertinggi dari 10 pertanyaan yang diberikan adalah 10. Apabila skor jawaban responden benar 76% - 100% dari seluruh pertanyaan, maka dikategorikan baik. Apabila skor jawaban responden benar 56%-75% dari seluruh pertanyaan, maka dikategorikan cukup. Apabila skor responden benar <56% dari seluruh pertanyaan, maka dikategorikan kurang.

Tabel 2. Kategori Penilaian25

Alat Ukur Hasil Ukur Kategori Penilaian Skor

Kuesioner (10 pertanyaan)

Benar = 1 Salah = 0

Baik (apabila skor jawaban responden benar 76%-100% dari seluruh pertanyaaan)

7-10

Cukup (apabila skor jawaban

responden benar 56%-75% dari seluruh pertanyaan)

5-7

Kurang (apabila skor jawaban responden benar <55% dari seluruh pertanyaan)

<5

3.8 Ethical Clearance

(18)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden

Sampel pada penelitian ini adalah dokter gigi yang bersedia dilakukan penelitian di Kecamatan Medan Baru selama bulan Januari sampai Febuari 2016. Didapati jumlah sampel sebanyak 54 orang.

Persentase responden berjenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 30% dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 70%.

Tabel 3. Distribusi Karakteristik responden dokter gigi

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 16 30%

Perempuan 38 70%

Total 54 100%

4.2 Pengetahuan Responden terhadap Standard Precaution Sebelum Perawatan Gigi

(19)

Tabel 4. Distribusi pengetahuan responden terhadap standard precaution

Pengetahuan responden Tahu Tidak Tahu

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1. Prosedur sebelum

tindakan perawatan gigi

50 92,59% 4 7,40%

2. Resiko yang terjadi apabila prosedur sebelum

5. Tindakan perlindungan diri dalam standard

7. Pernyataan yang benar mengenai sarung tangan

48 88,88% 6 11,11%

8. Kegunaan kacamata pelindung

10. Pernyaataan yang

benar mengenai kualitas air dental unit

(20)

Hasil penelitian terhadap pengetahuan tentang standard precaution didapatkan presentasi tertinggi pada kategori cukup yaitu 53,71%, sedangkan yang berpengetahuan baik sebanyak 25,92% dan berpengetahuan kurang sebanyak 20,37%.

Tabel 5. Kategori pengetahuan responden terhadap standard precaution

Kategori Jumlah Persentase

Baik 14 25,92%

Cukup 29 53.71%

Kurang 11 20.37%

Total 54 100%

Grafik 1. Kategori pengetahuan responden

Baik Cukup Kurang

25,92

20,37

(21)

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukan 92,59% responden mengetahui dengan baik apa saja prosedur yang harus diperhatikan sebelum tindakan perawatan gigi dilakukan. Hal ini mungkin disebabkan karena pengetahuan responden mengenai resiko yang akan terjadi apabila tindakan tersebut tidak diperhatikan dengan baik. Responden juga mengetahui tujuan dilakukannya tindakan tersebut adalah untuk meminimalkan resiko penularan penyakit infeksi yang diperlukan untuk menangani setiap pasien terlepas apakah pasien tersebut terinfeksi atau pembawa penyakit menular.

Hasil penelitian menunjukan sebanyak 90,74% mengetahui resiko yang dapat terjadi apabila prosedur sebelum tindakan gigi tidak dilakukan dengan baik. Mereka mengerti apabila prosedur tidak dilakukan dapat menyebabkan resiko tinggi yang akan terjadi bagi berbagai penyakit menular. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Gema tentang hubungan faktor kepercayaan dengan perilaku dokter gigi dalam menerapkan standard precaution dirumah sakit menyatakan kepercayaan dokter gigi yang termasuk kategori baik hanya sebanyak 30%.6 Perbedaan hasil yang didapat mungkin karena perbedaan tempat penelitan.

Hasil penelitian menunjukan sebanyak 96,29% responden mengetahui tentang defenisi standard precaution. Hal ini berbeda dengan penelitian oleh Gema pada dokter gigi dirumah sakit kota Medan yang menyatakan sebanyak 50% dokter gigi mengetahui defenisi standard precaution.6 Ini mungkin disebabkan dokter gigi ditempat praktek mengetahui dengan baik defenisi standard precaution tersebut.

(22)

ditanyakan saat anamnesa masih kurang sehingga dokter gigi lebih sering melakukan anamnesa yang tidak lengkap sebelum perawatan gigi.

Hasil penelitian menunjukan 83,33% responden mengetahui dengan baik tindakan perlindungan diri apa saja yang perlu dilakukan dalam standard precaution. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayad dan Andryansyah di Rumah Sakit Islam Malang, didapatkan sebanyak 90% perawat mengetahui dengan baik apa saja tindakan perlindungan diri tersebut.14 Hal ini mungkin disebabkan perbedaan sampel dan tempat penelitian.

Hasil penelitian menunjukan hanya 35,18% responden yang mengetahui lamanya waktu mencuci tangan. Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Neyla, Anis dan Tuti pada perawat di ruang rawat inap rumah sakit dikota Malang didapatkan hanya 36% perawat yang mengetahui lamanya waktu mencuci tangan.Hal ini mungkin disebabkan banyaknya petugas kesehatan yang tidak taat dengan prosedur cuci tangan dengan berbagai alasan dengan berbagai alasan diantaranya infrastruktur dan peralatan cuci tangan yang letaknya kurang strategis, terlalu sibuk, tangan yang tidak terlihat kotor, sudah menggunakan sarung tangan, tangan yang dapat teriritasi bila terlalu sering dicuci dan cuci tangan dapat menghabiskan banyak waktu.23

Hasil penelitian menunjukan 88,88% responden mengetahui hal-hal penting diperhatikan mengenai sarung tangan. Hasil ini sama dengan hasil penelitian oleh Yulianti dan Widodo di Bangsal rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta didapatkan 85,29% responden juga mengetahui dengan baik hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai sarung tangan.5 Hal ini mungkin disebabkan kesadaran responden tentang cara penggunaan sarung tangan yang tepat dapat menurunkan resiko terjadinya infeksi silang.

(23)

Perbedaan ini mungkin disebakan berbedanya tempat penelitian dan kurangnya kepedulian responden terhadap proteksi diri.24

(24)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Pengetahuan dokter gigi tentang standard precaution sebelum tindakan perawatan gigi termasuk dalam kategori baik (76%-100) dalam hal prosedur yang dilakukan sebelum tindakan perawatan gigi, resiko yang dapat terjadi apabila prosedur sebelum tindakan perawatan gigi tidak dilakukan, defenisi standard precaution, tindakan perlindungan diri dalam standard precautions dan beberapa pernyataan yang benar mengenai sarung tangan. Pengetahuan responden termasuk dalam kategori cukup (56%-75%) dalam hal pernyataan yang benar tentang kualitas air dental unit. Sedangkan pengetahuan responden termasuk dalam kategori kurang (<56%) dalam hal fungsi dari evaluasi pasien, lama waktu mencuci tangan, kegunaan kacamata pelindung, dan jenis air pada handpiece dan semprotan.

2. Tingkat pengetahuan dokter gigi terhadap standard precaution sebelum tindakan perawatan gigi di Kecamatan Medan Baru Periode Januari 2016 pada 54 orang dokter gigi diperoleh 53,71% responden berpengetahuan cukup, sedangkan 25,92% responden berpengetahuan baik dan hanya 20,37 responden berpengetahuan kurang.

3. Pengetahuan dokter gigi terhadap standard precaution sebelum tindakan perawatan gigi di Kecamatan Medan Baru periode Januari 2016 secara keseluruhan sudah cukup baik.

6.2 Saran

1. Sosialisasi standard precaution bagi tenaga medis terutama dokter gigi mengingat kurangnya pengetahuan dokter gigi terhadap penerapan standard precaution.

(25)

3. diharapkan kepada dokter gigi agar dapat lebih memahami resiko infeksi silang dan lebih meningkatkan pengetahuan tentang standard precaution sebelum tindakan perawatan gigi.

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infeksi Silang

Infeksi adalah perpindahan agen infeksi antara pasien, dokter gigi dan petugas kesehatan dalam lingkungan pelayanan kesehatan gigi. Infeksi dapat disebabkan oleh kecelakaan seperti tertusuk instrumen tajam, tangan yang tidak steril, serta melalui mulut dan saluran pernafasan. Tindakan dalam praktek dokter gigi menempatkan dokter gigi beresiko tinggi terutama terhadap penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh bakteri dan virus.8,9,10,11

2.1.1 Jalur Penyebaran A. Pasien ke Operator

Penyebaran bisa terjadi melalui dua cara, yaitu kontak lansung dan tidak langsung. Kontak lansung dengan saliva antara pasien bisa menjadi jalan masuk mikroba melalui kulit yang luka, mukosa mata, hidung dan mulut. Infeksi tidak langsung melibatkan perpindahan mikroorganisme dari sumber tertentu (mulut pasien) ke suatu benda dan kemudian operator bersentuhan dengan benda yang sudah terkontaminasi tersebut. Bisa melalui penyebaran droplet dan melalui udara yang terkontaminasi mikroorganisme.8,10,12

B. Operator ke Pasien

Jalur penyebaran ini relatif jarang terjadi, tetapi bisa saja terjadi jika prosedur pencegahan tidak dilakukan seperti semestinya. Infeksi dapat berasal dari tenaga pelayanan kesehatan gigi yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Tangan operator yang terluka dan mengenai instrumen atau alat-alat lain yang kemudian digunakan di mulut pasien, patogen dan mikroorganisme lainnya yang terkandung dalam darah bisa berpindah ke mulut pasien. Penularan juga bisa terjadi melalui droplet infeksi dari operator kepada pasien, yang sebenarnya dapat terjadi

(27)

C. Pasien ke Pasien

Mikroorganisme patogen dapat berpindah dari satu pasien ke pasien lain melalui kontak tidak langsung, yaitu melalui alat-alat yang dipakai tanpa disterilkan dengan baik dan permukaan peralatan dental unit yang terkontaminasi yang paling sering disentuh tenaga pelayanan kesehatan gigi.8,10,12

D. Operator ke Lingkungan Sekitar

Jalur ini dapat terjadi bila mikroorganisme dari pasien mengkontaminasi benda-benda yang akan dibuang dari klinik apabila benda-benda tersebut tidak disterilkan terlebih dahulu sebelum dibuang. Infeksi juga dapat berasal dari kontak tidak langsung karena tidak menggunakan APD (misalnya melalui baju, handphone, dan lain-lain ). Limbah medis (cair dan padat) yang tidak dikelola sesuai aturan yang benar, untuk itu perlu memiliki instalasi pengelolaan limbah medis.8,10,12

E. Lingkungan Sekitar ke Pasien

Infeksi dapat berasal dari sumber air yang digunakan di tempat pelayanan kesehatan gigi.12

2.2 Kontrol Infeksi

Tujuan pengendalian infeksi dalam praktek gigi adalah untuk mencegah penularan agen penyakit memproduksi seperti bakteri, virus dan jamur dari satu pasien ke pasien lain, dari dokter gigi dan staf gigi untuk pasien, dan dari pasien ke dokter gigi atau staf gigi lainnya. Selain itu, perlu bahwa penyebaran infeksi endogen juga dicegah dengan membatasi penyebaran agen infeksius. Dalam praktek dokter gigi, mikroorganisme dapat dihirup, tertelan, disuntikkan, atau memercik ke kulit atau mukosa.13

(28)

Pengendalian infeksi berfokus pada membatasi atau mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi penularan infeksi atau yang berkontribusi terhadap penyebaran mikroorganisme. Penyebaran mikroorganisme dapat dikurangi dengan:

• Membatasi kontaminasi permukaan oleh mikroorganisme.

• Mengikuti praktek kebersihan pribadi yang baik, terutama kebersihan tangan yang efisien.

• Menggunakan alat pelindung diri.

• Menggunakan produk sekali pakai mana yang sesuai (misalnya handuk kertas)

• Teknik minimalisasi risiko berikut seperti menggunakan rubber dam dan kumur-kumur sebelum tindakan.13

Pekerjaan dokter gigi tidak akan pernah lepas berhubungan dengan penderita yang tidak diketahui secara lengkap sejarah kesehatan dan penyakit yang sedang dialami, oleh karena itu dokter gigi harus mempunyai proteksi terhadap infeksi silang. Sebaiknya ditetapkan suatu standard untuk proteksi diri dokter gigi sehingga kemungkinan infeksi silang sangatlah kecil.10

2.3 Standard Precautions

(29)

Tindakan standard precautions dilakukan pada semua tindakan perawatan terhadap pasien untuk mengurangi resiko infeksi penyakit menular pada operator baik dari sumber terinfeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Tindakan pencegahan ini dilakukan pada semua pasien tanpa memandang diagnosis ataupun status infeksinya. Pencegahan yang dilakukan adalah evaluasi pasien, perlindungan diri, pengunaan alat sekali pakai, kualitas air dental unit.18

2.3.1 Evaluasi Pasien

Evaluasi pasien merupakan suatu kegiatan yang sama seperti ketika menganamnesis pasien. Tenaga kesehatan gigi harus mengetahui riwayat kesehatan pasien dengan lengkap dan jika memungkinkan sebaiknya diperbaharui setiap kunjungan pasien. Pengumpulan riwayat medis yang teliti mutlak dilakukan dan bisa membantu identifikasi pasien dengan daya tahan tubuh rendah yang membutuhkan perawatan khusus. Penggunaan lembar riwayat medis dan kuesioner harus didukung dengan pertanyaan dan diskusi langsung antara pasien dan dokter gigi.3

2.3.2 Perlindungan Diri

Pekerjaan dokter gigi tidak akan pernah lepas berhubungan dengan penderita yang tidak diketahui secara lengkap sejarah kesehatan dan penyakit yang sedang dialami, oleh karena itu dokter gigi harus mempunyai proteksi terhadap infeksi silang. Proteksi diri dokter gigi meliputi pemakaian baju praktek, masker, penutup rambut, sarung tangan, pelindung mata sehingga seluruh tubuh dokter gigi dapat terlindungi dari terpapar cairan penderita. Prosedur pemakaian proteksi diri harus ditetapkan oleh badan yang berwenang yang meliputi antara lain cara pemakaian maupun lama pemakaian. Sehingga dengan adanya prosedur yang lengkap maka rantai infeksi akan terputus, karena kesalahan sekecil apapun pada prosedur proteksi diri dapat menyebabkan perpindahan penyakit dari penderita ke penderita baru.8

A. Mencuci Tangan

(30)

dengan mikroba, sehingga tangan dapat menjadi perantara masuknya mikroba ke dalam tubuh. Salah satu cara yang paling sederhana dan paling umum dilakukan untuk menjaga kebersihan tangan adalah dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.10,12,19

Jika tangan terlihat kotor (termasuk keadaan terkena serbuk/powder dari sarung tangan), terkontaminasi cairan tubuh, kontak langsung dengan individu pasien, setelah kontak dengan permukaan dalam ruang praktik termasuk peralatan, gigi palsu, cetakan gips. Lamanya mencuci tangan 40-60 detik. Jika tangan tidak tampak kotor lakukan kebersihan tangan dengan cara gosok tangan dengan handrub/cairan berbasis alkohol, lamanya 20-30 detik. Metode dan tata cara mencuci tangan dalam “hand hygiene” tergantung pada beberapa tipe dan prosedur, tingkat keparahan dari kontaminasi dan persistensi melekatnya anti mikroba yang digunakan pada kulit. Untuk pelaksanaan rutin dalam praktik dokter gigi dan prosedur non bedah, mencuci tangan dan antiseptik dapat dicapai dengan menggunakan sabun detergent antimikroba yang standar. Untuk prosedur pembedahan, sabun anti mikroba (bedah) yang mengandung chlorhexidin gluconate 4% harus digunakan. Sebagai alternatif pengganti bagi yang sensitif terhadap chlorhexidin gluconate, dapat menggunakan iodophor.10,12

Tempatkan produk cairan kebersihan tangan dalam tempat yang dispossible atau diisi ulang, dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu sebelum diisi ulang. Jangan diisi ulang cairan antiseptik sebelum dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu. Hal – hal yang harus diperhatikan mengenai kebersihan tangan:

1) Sebelum kebersihan tangan, cincin, jam dan seluruh perhiasan yang ada di pergelangan tangan harus dilepas.

2) Kuku harus tetap pendek dan bersih

3) Jangan menggunakan pewarna kuku atau kuku palsu karena dapat menjadi tempat bakteri terjebak dan menyulitkan terlihatnya kotoran di dalam kuku.

(31)

- Ember dan gayung, dimana seseorang menuangkan air sementara yang lainnya mencuci tangan.

5) Tangan harus dikeringkan dengan menggunakan paper towel atau membiarkan tangan kering sendiri sebelum menggunakan sarung tangan.13

Gambar 1. Prosedur mencuci tangan menggunakan air mengalir.12 Indikasi kebersihan tangan termasuk :

1. Bila tangan terlihat kotor.

2. Setelah menyentuh bahan/objek yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, ekskresi dan sekresi.

3. Sebelum memakai sarung tangan. 4. Segera setelah melepas sarung tangan. 5. Sebelum menyentuh pasien.

6. Sebelum melakukan prosedur aseptik.

(32)

Macam-macam cairan yang biasa digunakan untuk mencuci tangan : 1. Alkohol

Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk mendesinfeksi permukaan, namun ada tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.10,12

2. Aldehid

Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti tuberkulosis, jamur, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedangkan spora baru akan mati setelah 10 jam.10,12

3. Biguanida

Klorheksidin merupakan contoh dari biguanida yang digunakan secara luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical hand scrub, klorheksidin 2% pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram (+) maupun Gram (-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucous.10,12

4. Senyawa halogen.

(33)

5. Fenol

Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium.10,12

6. Klorsilenol

Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan misalnya Dettol.10,12,20

B. Menggunakan Masker

Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut wajib menggunakan masker pada saat melakukan tindakan untuk mencegah potensi infeksi akibat kontaminasi aerosol serta percikan saliva dan darah dari pasien dan sebaliknya. Masker harus sesuai dan melekat dengan baik dengan wajah sehingga menutup mulut dan hidung dengan baik. Ganti masker diantara pasien atau jika masker lembab atau basah dan ternoda selama tindakan ke pasien. Masker akan kehilangan kualitas perlindungannya jika basah. Lepaskan masker jika tindakan telah selesai. 12

Dalam dunia kesehatan, dikenal 2 macam jenis masker yang umum di gunakan antara lain :20

1. Masker Biasa

Masker biasa atau yang dikenal dengan nama masker bedah (surgical mask) yang sudah umum digunakan masyarakat umum, biasanya memiliki bagian luar berwarna hijau muda dan bagian dalamnya berwarna putih serta memiliki tali/karet untuk memudahkan terpasang ke bagian belakang kepala atau telinga. Disebut masker bedah (surgical mask) karena biasanya dipergunakan oleh tenaga kesehatan ketika melakukan tindakan operasi dan efektif sebagai penghalang cairan dari mulut dan hidung sehingga tidak menkontaminasi sekeliling.20

(34)

turbekulosis. Oleh karena itu orang yang sehat tidak disarankan untuk menggunakan masker jenis ini dan cukup hanya orang yang sakit saja. Seperti yang pernah disampaikan oleh dr. Dedi Suryatno, kepala Poliklinik DOTS RS. Hasan Sadikin Bandung, masker bedah efektif digunakan oleh pasien karena dapat menyaring percikan air liur atau dahak yang dikeluarkankan oleh pasien. Beda halnya bila orang sehat yang memakai masker tersebut. Mikroorganisme yang berukuran sangat kecil dan melayang-layang diudara dapat terjebak di dalam pori-pori masker tersebut. Bila mikroorganisme tersebut berakumulasi, dapat terhirup dan pada akhirnya masuk ke dalam saluran pernafasan.20,22

2. Masker respirator N95

Masker jenis ini merupakan alternatif bagi orang sehat untuk berinteraksi dengan orang sakit. Masker ini disesbut N95 karena dapat menyaring hingga 95 % dari keseluruhan partikel yang berada di udara. Bentuknya biasanya setengah bulat dan berwarna putih, terbuat dari bahan solid dan tidak mudah rusak. Pemakaiannya juga harus benar-benar rapat, sehingga tidak ada celah bagi udara luar masuk .Masker ini biasanya dipergunakan oleh tenaga kesehatan di bagian infeksi dan menular. Masker ini biasanya dipergunakan juga dipergunakan oleh petugas peternakan ketika terjadi wabah flu burung. Hanya saja masker N95 ini memiliki kekurangan antara lain bagi yang tidak terbiasa menggunakan, mungkin akan merasa gerah dan sesak sehingga hanya bertahan beberapa jam saja memakainya, dan untuk mendapatkan masker ini agak sulit dan relatif mahal harganya.20

(35)

C. Sarung Tangan

Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan sarung tangan ketika melakukan perawatan yang memungkinkan berkontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya. Sarung tangan harus diganti tiap pasien, lepaskan sarung tangan dengan benar setelah digunakan dan segera lakukan kebersihan tangan untuk menghindari transfer mikroorganisme ke pasien lain atau permukaan lingkungan. Lepaskan sarung tangan jika sobek, atau bocor dan lakukan kebersihan tangan sebelum memakai kembali sarung tangan. Disarankan untuk tidak mencuci, mendesinfeksi atau mensterilkan ulang sarung tangan yang telah digunakan.10,12,22

Prosedur pemakaian sarung tangan :12

1. Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang sisi sebelah dalam lipatannya.

2. Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan menggantung ke lantai, sehingga bagian lubang jari-jari tangannya terbuka, lalu masukkan tangan. 3. Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari tangan yang sudah memakai sarung tangan ke bagian lipatan (bagian yang tidak bersentuhan dengan kulit tangan).

4. Pasang sarung tangan kedua dengan cara memasukkan jari-jari tangan yang belum memakai sarung tangan, kemudian luruskan lipatan dan atur posisi sarung tangan sehingga terasa pas di tangan. Selain sarung tangan yang digunakan untuk pemeriksaan, ada jenis sarung tangan yang digunakan untuk mencuci alat serta membersihkan permukaan meja kerja, yaitu sarung tangan rumah tangga (utility gloves) yang terbuat dari lateks atau vinil yang tebal.12 D. Kaca Mata Pelindung

(36)

E. Baju Pelindung

Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan gaun/baju pelindung yang digunakan untuk mencegah kontaminasi pada pakaian dan melindungi kulit dari kontaminasi darah dan cairan tubuh. Gaun pelindung ini harus dicuci setiap hari. Gaun pelindung terbuat dari bahan yang dapat dicuci dan dapat dipakai ulang (kain), tetapi dapat juga terbuat dari bahan kertas kedap air yang hanya dapat sekali pakai (dispossable). Lepaskan gaun/baju pelindung jika tindakan telah selesai. 12

Gambar 3. Alat Pelindung Diri (APD).12

F. Penutup Kepala dan Pelindung Sepatu

(37)

tumpahan cairan tubuh lain. Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah, sebuah penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas dapat meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah merembes melalui sepatu dan sering kali digunakan sampai diruang operasi. Kemudian di lepas tanpa sarung tangan sehingga terjadi pencemaran.20,21

F. Imunisasi

Berdasarkan pada beberapa penelitian bahwa tenaga pelayanan kesehatan gigi mempunyai risiko tinggi terhadap penularan hepatitis B, influenza, measles, mumps, rubela dan varisela. Pada saat ini sudah ditemukan vaksin untuk mencegah infeksi dari penyakit-penyakit tersebut. Tenaga pelayanan kesehatan gigi harus diberikan imunisasi atau memperoleh booster terhadap infeksi yang umum terjadi: tetanus, ditieri, poliomielitis, tifoid, meningokokus, hepatitis A, hepatitis B, rubela,

tuberkulosis, measles, batuk rejan, mumps. Dokter gigi di Indonesia

direkomendasikan untuk melakukan vaksinasi tersebut dan mencatat atau mendokumentasikan imunisasi yang telah dilakukan. Institusi pendidikan kedokteran gigi di Indonesia diwajibkan melaksanakan program pendidikan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi, dan dihimbau untuk pemeriksaan dan vaksinasi hepatitis B kepada mahasiswanya.12,21

Bagi karyawan yang tidak bersinggungan dengan pasien (pegawai administratif, petugas kebersihan dan lain-lain) dapat dimasukkan dalam program tersebut tergantung pada risiko mereka berkontak dengan darah atau saliva. Apabila ditemukan karyawan yang tidak bersedia untuk mendapatkan vaksinasi hepatitis B, diwajibkan menandatangani surat pernyataan tidak bersedia yang dibuat oleh institusi dan diketahui oleh pimpinan.12

2.3.3 Penggunaan Alat Sekali Pakai

(38)

tidak tahan panas atau tidak bisa disterilkan. Bahan-bahan sekali pakai harus dibuang setelah dipakai.10

2.3.4 Air Dental Unit

Air yang disuplai pemerintah merupakan salah satu sumber mikroorganisme penyebab penyakit menular. Air yang mengandung mikrooranisme dapat tertahan pada saluran dental unit, akan menyebabkan bakteri-bakteri melekat dan berakumulasi dipermukaan dalam saluran dan membentuk lapisan pelindung yang kotor yang disebut biofilm. Beberapa cara untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme dari dental unit yaitu :

1. Menyediakan tangki air yang berisi air yang telah direbus atau air destilasi dan masukan kedalam sistem dental unit, sehingga air yang keluar dari handpiece dan semprotan adalah air yang telah direbus.

2. Saluran-saluran air di dental unit secara periodik di cuci dengan larutan desinfektan dan dibilas sebelum merawat pasien.

(39)
(40)

2.5 Kerangka Konsep

Dokter gigi di tempat praktek

Tingkat pengetahuan tentang standard precaution sebelum tindakan perawatan gigi. Kategori:

a. Baik

b. Cukup

(41)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dokter gigi berpotensi terkena berbagai macam mikroorganisme menular dari lingkungan klinis mereka. Transmisi dari agen infeksi dan dari orang ke orang atau dari benda mati dalam lingkungan klinis yang dapat mengakibatkan infeksi sehingga dikenal sebagai infeksi silang. Protokol dan prosedur yang terlibat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi dalam kedokteran gigi diarahkan untuk mengurangi kemungkinan atau resiko infeksi silang yang terjadi di klinik gigi sehingga menghasilkan lingkungan yang aman bagi pasien dan staf. Pada saat bekerja pemaparan darah di dapat pada saat perkutan (jarum suntik dan cedera benda tajam lainnya) dan cedera mukokutan (percikan darah ke anggota tubuh lainnya seperti mata, hidung atau mulut) atau kontak darah dengan kulit yang luka.1,2

Dokter gigi sebagai tenaga kesehatan berperan dalam pencegahan, penatalaksanaan dan perawatan gigi mulut bagi masyarakat yang hidup dengan berbagai penyakit. Resiko pekerjaan seperti tertular penyakit menular HIV, HBV, tuberkulosisdan lain-lain. Kurangnya kesadaran tenaga kesehatan dan rendahnya mutu pelaksanaan sterilisasi juga mengakibatkan tingginya prevalensi penyebaran penyakit infeksi. Untuk mengatasi hal ini, International Labour Organization (ILO), Center for Disease Control and Prevention (CDC), Occupational Safety and Health Administration (OSHA), World Health Organization (WHO) dan United Nations and Acquired Immunodeficiency Syndrome (UNAIDS) menghasilkan garis pedoman internasional baru yang penting bagi tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, bidan, staf teknik, seperti apoteker dan laborat, manajer kesehatan, petugas kebersihan, dan tenaga kerja lainnya.2,3

(42)

iatrogenik, nosokomial atau paparan darah dan materi menular lainnya. Kontrol infeksi melalui proses sterilisasi merupakan komponen penting dalam proses control infeksi dan keselamatan pasien. Proses sterilisasi dan pengaturan area yang tepat dapat menghasilkan proses sterilisasi lebih efisien, meminimalisasi kontaminasi lingkungan, mengurangi kesalahan, menjaga alat tetap steril dan keselamatan pasien dan staf.3

Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit (CDC) mengusulkan serangkaian prosedur untuk mencegah kesalahan pekerjaan dan untuk penanganan bahan yang berpotensi menular seperti darah dan cairan tubuh. Prosedur ini, yang dikenal sebagai tindakan pencegahan standar, menyarankan petugas kesehatan untuk biasa menerapkan kebersihan pribadi. Menggunakan pelindung seperti sarung tangan dan gaun setiap kali ada kontak dengan membran mukosa, darah dan cairan tubuh pasien dan membuang benda tajam, cairan tubuh dan limbah klinis lainnya.4

Berdasarkan hasil penelitian di Bangsal Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2011, diketahui bahwa perawat dengan tingkat pengetahuan tinggi dengan penerapan cuci tangan yang baik sebanyak 23 perawat atau 67,6%, sedangkan pada perawat dengan tingkat pengetahuan sedang dengan penerapan cuci tangan yang baik sebanyak 4 perawat atau 11,8%. Perawat dengan tingkat pengetahuan tinggi dengan penerapan cuci tangan yang cukup baik sebanyak 3 perawat atau 8,8%, sedangkan pada perawat yang tingkat pengetahuannya sedang dengan penerapan cuci tangan yang cukup baik sebanyak 4 perawat atau 11,8%.5

(43)

gigi cukup baik yaitu 60-78% dalam hal memisahkan dan membuang sampah medis dan non medis.6

Pada Tahun 2014 penelitian dilakukan oleh Purwo Indra Praja Setiawan di RSGM Hj. Halimah Dg Sikati Jl. Kandea Kota Makasar tentang tingkat kepatuhan mahasiswa tentang SOP dalam pengendalian infeksi silang. Hasil dari penelitian menunjukan sebanyak 93.2% telah mematuhi SOP dan sebanyak 6.8% tidak mematuhi SOP. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa di Kandea masih beresiko tertular penyakit infeksi silang.7

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan dokter gigi terhadap standard precaution di tempat praktek sebelum tindakan perawatan gigi yaitu meliputi bagaimana proses evaluasi pasien, perlindungan diri, penggunaan alat sekali pakai dan kualitas air dental unit.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan dokter gigi terhadap standard precaution sebelum perawatan gigi pada tempat praktek di Kecamatan Medan Baru periode januari 2016?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum melakukan ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dokter gigi terhadap standard precaution sebelum perawatan gigi pada tempat praktek di Kecamatan Medan Baru periode Januari 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

(44)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan bagi dokter gigi tentang pentingnya penerapan standard precaution sebelum tindakan perawatan gigi.

2. Sebagai evaluasi bagi dokter gigi tentang pencegahan infeksi dengan aturan standard precaution.

3. Menyediakan data bagi penelitian lanjutan yang berhubungan dengan standard precaution.

(45)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2016

Rizka Amalia Batubara

Tingkat pengetahuan dokter gigi terhadap standard precaution sebelum perawatan gigi pada tempat praktek di Kecamatan Medan Baru Periode 2016.

xi + 33 halaman

(46)

Medan Baru periode Januari 2016 terhadap standard precaution sebelum tindakan perawatan gigi sudah cukup baik.

(47)

TINGKAT PENGETAHUAN DOKTER GIGI TERHADAP

STANDARD PRECAUTION SEBELUM PERAWATAN GIGI

PADA TEMPAT PRAKTEK DI KECAMATAN

MEDAN BARU PERIODE JANUARI 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

OLEH :

Rizka Amalia Batubara NIM: 120600024

Pembimbing:

Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(48)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2016

Rizka Amalia Batubara

Tingkat pengetahuan dokter gigi terhadap standard precaution sebelum perawatan gigi pada tempat praktek di Kecamatan Medan Baru Periode 2016.

xi + 33 halaman

(49)

Medan Baru periode Januari 2016 terhadap standard precaution sebelum tindakan perawatan gigi sudah cukup baik.

(50)

TINGKAT PENGETAHUAN DOKTER GIGI TERHADAP

STANDARD PRECAUTION SEBELUM PERAWATAN GIGI

PADA TEMPAT PRAKTEK DI KECAMATAN

MEDAN BARU PERIODE JANUARI 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

OLEH :

Rizka Amalia Batubara NIM: 120600024

Pembimbing:

Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(51)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 18 April 2016

Pembimbing: Tanda Tangan

Eddy A Ketaren, drg., Sp.BM ...

(52)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 18 April 2016

TIM PENGUJI

KETUA : Rahmi Syaflida, drg., Sp. BM.

ANGGOTA : 1. Eddy A. Ketaren, drg., Sp. BM.

2. Abdullah Oes, drg.

(53)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM selaku Ketua Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing atas segala waktu, bantuan dan dukungan serta motivasi yang diberikan tanpa jemu kepada penulis.

2. Mimi Marina Lubis, drg., Sp. Ort selaku dosen pembimbing akademik atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

3. Ayahanda tercinta Drs. Azhari Batubara serta ibunda tercinta Rosita Sanifu atas segala doa dan dukungan yang tidak terhitung dan terbalas yang diberikan kepada penulis hingga saat ini.

4. Kedua adik yang selalu mendukung dan memberikan kasih sayang kepada penulis, Rizki Aulia Batubara dan Nadila Putri Batubara.

5. Seluruh dokter gigi yang berpraktek di Kecamatan Medan Baru yang telah meluangkan waktu membantu terselesaikannya penelitian penulis.

6. Teman-teman semasa perkuliahan dan tidak lupa teman-teman seperjuangan bimbingan skripsi di Dept. Bedah Mulut dan Maksilofasial. Semoga semuanya sukses dalam menyiapkan skripsi.

(54)

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi segala kalangan, baik fakultas, universitas maupun masyarakat.

Medan, 18 April 2016 Penulis

(55)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK...………...

HALAMAN JUDUL...………... HALAMAN PERSETUJUAN...

KATA PENGANTAR... iv

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Silang...……….... 5

2.1.1 Jalur Penyebaran...………. 5

2.2 Kontrol Infeksi...…..………... 6

2.3 Standard Precaution……..……….... 7

2.3.1 Evaluasi Pasien...……….. 8

2.3.2 Perlindungan Diri... 8

2.3.3 Penggunaan Alat Sekali Pakai... 16

2.3.4 Air Dental Unit... 17

2.4 Kerangka Teori... 18

(56)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian………...……. 20

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………. 20

3.2.1 Lokasi... 20

3.2.2 Waktu Penelitian... 20

3.3 Populasi dan Sampel...……….… 20

3.4 Variabel dan Definisi Operasional…………... 21

3.5 Metode Pengumpulan Data………... 21

3.6 Pengolahan dan Analisis Data………..…... 21

3.7 Aspek Pengukuran..………. 22

3.8 Ethical Clearance... 22

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Responden... 23

4.2 Pengetahuan Responden Terhadap Standard Precation Sebelum Perawatan Gigi... 23

BAB 5 PEMBAHASAN... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 29

6.2 Saran... 29

(57)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Variabel dan Defenisi Operasional...………. 21

2. Kategori Penilaian...……....…. 22

3. Distribusi Karakteristik Responden Dokter Gigi... 23 4. Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Standard

Precaution... 24 5 Kategori Pengetahuan Responden Terhadap Standard

(58)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Prosedur Mencuci Tangan Menggunakan Air Mengalir.……... 10

2. Masker N95 dan Surgical Mask...……….. 13

(59)

DAFTAR DIAGRAM

(60)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuisioner Penelitian 2. Jadwal Pelaksanaan

3. Anggaran Biaya Penelitian 4. Daftar Riwayat Hidup 5. Tabel Exel

Gambar

Tabel 2. Kategori Penilaian25
Tabel 3. Distribusi Karakteristik responden dokter gigi
Tabel 4. Distribusi pengetahuan responden terhadap standard precaution
Tabel 5. Kategori pengetahuan responden terhadap standard precaution
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil yang diperoleh berupa pengumpulan data pada perangkat lunak, perhitungan komputasi numerik pada metric dan perhitungan komputasi numeric dengan indicator kualitas ISO

JASA MARGA (Persero) Tbk, CABANG BELMERA” ini dengan baik, guna memenuhi salah satu syarat untuk menempuh Diploma Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis.. Universitas

[r]

(4) Untuk kepentingan Daerah, Kepala Daerah berwenang memberi izin tertulis kepada Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan tenaga-tenaga ahli sebagaimana dimaksud

Giro Pos Online merupakan pelayanan kepada masyarakat khususnya para nasabah atau pelanggan mengenai simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan cara

(1) Peredaran dan atau pengangkutan sarang burung walet dari lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ke tempat penampungan atau ketempat lain dalam negeri

Proses penyusunan anggaran melibatkan beberapa pegawai, sumber dana agar anggaran dapat terealisasi serta efektivitas anggaran, berdasarkan rangkuman dari anggaran dan