• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR PENGUASAAN TANAH PETANI KARET DAN COKLAT PADA KECAMATAN ADIANKOTING KABUPATEN TAPANULI UTARA (1998-2011).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRUKTUR PENGUASAAN TANAH PETANI KARET DAN COKLAT PADA KECAMATAN ADIANKOTING KABUPATEN TAPANULI UTARA (1998-2011)."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR PENGUASAAN TANAH PETANI KARET DAN COKLAT PADA KECAMATAN ADIANKOTING KABUPATEN TAPANULI UTARA

(1998-2011)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Persyaratan Sarjana Pendidikan

Oleh

SANRO L.M.HUTABARAT NIM 308121138

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Sanro L.M. Hutabarat. NIM: 308121138. Struktur Penguasaan Tanah Petani Karet dan Coklat Pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara (1998-2011). Sikripsi, Pendidikan Jurusan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) makna tanah bagi petani Karet dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara; 2) riwayat penguasaan tanah petani Karet dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli utara; 3) gambaran Struktur Penguasaan Tanah petani Karet Dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara; 4) peranan kepala adat dalam distribusi tanah petani Karet Dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara; 5) bentuk penguasaan tanah petani Karet Dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara

Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Tehnik mengumpulkan data dilakukan dengan cara observasi tanah dan petani, wawancara kepada responden / informan tentang struktur penguasaan tanah petani karet dan coklat pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara. Jumlah responden / informan dalam penelitian ini sebanyak 25 orang.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat

dan kasih karunia yang diberikanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi akhir

S-1 lewat skripsi ini dengan judul “Struktur Penguasaan Tanah Petani Karet dan Coklat Pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara (1998-2011)”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di

Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan. Sepenuhnya

Penulis menyadari atas kekurangan-kekurangan dalam penulisan skripsi ini sehingga

belum dapat dikatakan sempurna. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

semua pihak yang memberikan dukungan dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam kesempatan ini penulis dengan segala ketulusan dan kerendahan hati

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tuaku yang aku sayangi, Ayahanda R. Hutabarat dan Ibunda saya R.

Sitompul yang telah mengasuh, membesarkan dan mendidik penulis hingga dapat

menyelesaikan studi S-1 dengan penuh suka dan duka, dan yang telah memberikan

do’a, motivasi serta materi kepada penulis selama dibangku studi hingga saat ini.

2. Kepada Abangku Ferdinan Hutabarat yang selalu mendukung penulis selama

dibangku perkuliahan dan selama masa penelitian.

3. Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Ibnu Hajar Damanik, M.Si beserta

(6)

4. Bapak Drs. Restu, M.Siselaku Dekan FIS beserta staffnya.

5. Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Dra. Lukitaningsih, M.Hum dan Sekretaris

Jurusan Pendidikan Sejarah Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si beserta Bapak/Ibu Dosen

dan Staff Pegawai di Jurusan Pendidikan Sejarah.

6. Drs. Hidayat, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak

membimbing, memberikan saran dan petunjuk kepada penulis dari awal hingga

akhir penulisan skripsi ini.

7. Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik.

8. Pihak Dinas Kehutanan yang telah memberikan data-data demi kelengkapan

sikripsi peneliti.

9. Para narasumber yang bermurah hati telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran

dalam memberikan informasi terhadap penulis dalam penulisan skripsi ini.

10.Kepada seluruh rekan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Stambuk ’08 spesial

buat sahabatku Wandi Adiguna Simanungkalit, Humala S, Jonathan S, Henrico S,

Muller yang telah banyak membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan

skripsi ini. Dan juga kepada semua teman seperjuangan, Dannyard L, Jusniana R,

Safitri S, Nirmawana, Betharia, Harianto beserta semua rekan kelas ‘B’ regular

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena

(7)

Penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang konstruktif demi perbaikan

skripsi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bermanfaat

bagi kita semua.

Medan, Maret 2013 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

1. Pengertian Penguasaan Tanah ... 9

2. Sejarah Penguasaan Tanah ... 12

3. Bentuk Penguasaan Tanah ... 13

4. Kehidupan Petani Karet dan Cokelat ... 14

(9)

b. Sampel ... 19

D.Teknik Pengumpulan Data ... 19

E.Teknik Analisa Data ... 20

BAB IV PEMBAHASAN ... 22

A. Kondisi Geografi dan Demografi ... 22

B. Kehidupan Petani Karet dan Coklat Pada Kecamatan Adiankoting .. Kabupaten Tapanuli Utara ... 36

C. Riwayat Penguasaan Tanah Petani Karet dan Coklat Pada Kecamatan Adiankoting ... 41

D. Struktur Penguasaan Tanah Petanoi Karet dan Coklat ... 43

E. Peranan Kepala Adat Dalam Distribusi Tanah Petani Karet dan Coklat Pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara ... 45

F. Bentuk Penguasaan Tanah Petani Karet dan Coklat pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara ... 48

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang

memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia

masih memerlukan sebidang tanah. Jumlah luasnya tanah yang dapat dikuasai dan berhajat

terhadap tanah senantiasa bertambah. Selain bertambah banyaknya jumlah manusia yang

memerlukan tanah untuk tempat perkebunan menghendaki pula tersedianya tanah yang

banyak.

Pada sistem nilai Batak Toba tradisional tanah merupakan lambang kekayaan dan

kekuasaan. Memiliki tanah, terutama persawahan memberi status yang tinggi bagi mereka,

seperti dalam ungkapan lulu anak, lulu tano (mencari anak, mencari tanah). Dimana tanah

merupakan tempat mereka tinggal dan hidup, tempat dimana mereka mencari penghidupan

di atasnya, bahkan tanah merupakan pusaka atau warisan dari nenek moyang mereka yang

pertama kali merintisnya serta tanah merupakan tempat mereka dikuburkan bila kelak

mereka meninggal dunia. Berharganya nilai tanah membuat setiap orang berlomba untuk

memiliki bahkan menguasainya dengan berbagai cara.

Kita ketahui bahwa tanah adalah sumber pendapatan bagi masyarakat. Semakin

(11)

para petani kecil secara adil dan merata, sehingga terbuka kesempatan untuk

mengembangkan diri mencapai kemakmuran.

Oleh karena itu, bertambah lama dirasakan seolah-olah tanah semakin sempit,

menjadi sedikit, sedangkan kebutuhan selalu bertambah, maka tidak heran kalau nilai

tanah menjadi meningkat tinggi. Tidak seimbangnya antara persediaan tanah dengan

kebutuhan akan tanah, telah menimbulkan berbagai persoalan yang banyak seginya (dalam

Saleh, 1977:7). Untuk memenuhi kebutuhan tanah, penguasaan tanah biasanya didapat

melalui pelepasan adat maupun penyerobotan. Pelepasan secara adat dapat diberikan

kepada anggota kelompok setempat atau kelompok luar dengan status kepemilihan hak

pakai, dimana tanah dapat digunakan sampai keturunan selanjutnya, bila tanah tidak

dikelola lagi maka tanah tidak dapat dijual dan kembali kepada pemilik semula atau

pemilik ulayat.

Hak atas tanah adat yang terdapat pada berbagai suku di Indonesia dibedakan atas

dua bentuk, yaitu: “hak ulayat” dan “hak pakai”. Hak ulayat merupakan hak meramu atau

mengumpulkan hasil hutan serta hak berburu. Pada hak ulayat yang bersifat komunal ini,

pada hakekatnya terdapat pula hak perorangan untuk menguasai sebagian dari objek

penguasaan hak ulayat tersebut. Hak ulayat tetap melapisi atau mengatasi hak pribadi atau

perseorangan tersebut.

Hak ulayat baru pulih kembali bila orang yang bersangkutan telah melepaskan hak

penguasaannya atas tanah ulayat tersebut. Sementara hak pakai membolehkan seseorang

(12)

ladang yang telah dibuka dan dikerjakan terus-menerus dalam waktu yang lama. Hak pakai

ini dapat diberikan kepada anggota kelompok setempat atau kelompok luar, tanah yang

tidak digunakan lagi maka akan kembali kepada pemilik ulayat dan dapat diberikan lagi

kepada yang lain.

Di Kecamatan Adiankoting, mayoritas penduduk bekerja sebagai petani karet dan

coklat karena harganya yang sangat tinggi. Sebagian lagi penduduk di Adiankoting bekerja

sebagai pegawai negeri. Karet dan coklat mempunyai arti yang sangat penting bagi petani

yang ada di Kecamatan Adiankoting terutama untuk kesejahteraan hidup mereka.

Karet merupakan komoditi penghasil devisa negara selain itu karet merupakan sumber

penghasilan bagi petani karet. Akhir-akhir ini petani di Adiankoting mendapat bantuan

bibit karet. Bantuan langsung disalurkan oleh kepala desa kepada warganya. Bantuan ini

dapat merubah pola ekonomi masyarakat. Kehidupan seorang petani karet dan coklat yang

memiliki kebun seluas 2 ha lebih makmur dari kehidupan pegawai negeri karena petani

memiliki tanah yang bisa menjamin kesejahteraan hidupnya. Selain itu tingkat pendapatan

atau penghasilan petani lebih tinggi bila dibandingkan dengan pegawai negeri. Mengingat

harga karet dan coklat yang tinggi, maka petani karet dan coklat akan berusaha untuk

merawatnya agar hasil yang diperolehnya tetap terjaga. Petani bisa menyekolahkan

anaknya dari SD sampai perguruan tinggi.

Dalam hukum adat tidak ada kepemilikan mutlak, penguasaan yang bersifat

inklusif, larangan untuk memperjual belikan tanah (meskipun untuk tanah yang sudah

(13)

Karena jumlahnya yang terbatas, maka tanah harus digunakan secara adil, dan harus

mampu memberi kesejahteraan bagi seluruh orang dimuka bumi. Untuk itu, tanah jangan

dijadikan sebagai komoditas pasar yang bebas.

Selanjutnya bentuk penguasaan tanah melalui penyerobotan biasanya dilakukan

oleh Negara dan pemilik modal atas dasar pembangunan. Dengan alasan tersebut sudah

sering digunakan untuk menguasai tanah rakyat. Biasanya kehadiran sebuah perusahaan

juga memicu terjadinya penyerobotan tanah. Pada proses penguasaan tanah, pemerintah,

penguasa, masyarakat pendatang dan setempat bisa menguasai. Dengan memahami

pentingnya arti tanah bagi suatu masyarakat, maka sangat perlu melakukan kajian-kajian

mengenai status kepemilikan tanah. Hal ini perlu guna menggambarkan status kepemilikan

tanah serta proses kehadiran kelompok pendatang dan penguasaan tanah yang terjadi

disuatu daerah, sehingga akan diketahui segi dinamis dari masyarakat dan kebudayaanya.

Pada tahun 1998, terjadi suatu peristiwa yaitu runtuhnya orde baru yang diperintah

/ dipimpin oleh Presiden Soeharto. Keadaan ekonomi Indonesia sangat hancur dimana

harga dolar meningkat pesat. Krisis ekonomi ini merambat keseluruh Indonesia bahkan

sampai kepelosok. Hal ini juga membawa pengaruh terhadap penguasaan tanah petani

karet dan coklat khususnya di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara. Apabila

harga dolar naik, maka harga karet dan coklat juga akan naik. Akibat kenaikan harga karet

(14)

Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan

mengangkat judul penelitian “Struktur Penguasaan Tanah Petani Karet dan Coklat Di

Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara (1998-2011)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam

penelitian ini mengambarkan Bagaimana Struktur Penguasaan Tanah Petani Karet dan

Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara (1998-2011).

Permasalahan diuraikan ke dalam 4 (empat) pertanyaan penelitian yaitu:

1. Mengetahui makna tanah bagi petani Karet dan Coklat di Kecamatan Adiankoting

kabupaten Tapanuli Utara.

2. Mengidentifikasi sejarah / riwayat penguasaan tanah petani karet dan coklat di

Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli utara.

3. Menggambarkan Struktur Penguasaan Tanah petani Karet Dan Coklat di

Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.

4. Mengetahui peranan kepala adat dalam distribusi tanah petani Karet Dan Coklat di

Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.

5. Mengetahui bentuk penguasaan tanah petani Karet Dan Coklat di Kecamatan

(15)

C. Pembatasan Masalah

Di latar belakang telah dijelaskan, bahwa pada tahun 1998 terjadi ketidakstabilan

ekonomi Indonesia yang membawa dampak terutama terhadap kenaikan harga sembako

dan dolar yang merambat sampai ke pelosok. Dari kenaikan harga sembako ini, maka

harga karet dan coklat meningkat. Penguasaan tanah petani karet dan coklat akan semakin

luas.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti merasa perlu dilakukan

pembatasan masalah agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu meluas. Masalah yang

diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada “Struktur Penguasaan Tanah Petani Karet Dan Coklat Di Desa Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara (1998-2011)”

D. Rumusan Masalah

Agar peneliti bisa lebih meneliti dengan baik, maka yang mnenjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana makna tanah bagi petani Karet dan Coklat pada Kecamatan

Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara?

2. Bagaimana riwayat penguasaan tanah petani Karet dan Coklat pada Kecamatan

Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara?

3. Bagaimana gambaran struktur penguasaan tanah petani Karet dan Coklat pada

(16)

4. Bagaimana peranan kepala adat dalam distribusi tanah petani Karet dan Coklat

pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara?

5. Bagaimana bentuk penguasaan tanah petani Karet dan Coklat pada Kecamatan

Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada dasarnya merupakan titik tujuan yang akan dicapai

seseorang melalui kegiatan yang akan dilakukan. Itulah sebabnya tujuan penelitian yang

akan dilakukan harus mempunyai rumusan yang tegas, jelas terperinci serta operasional.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui makna tanah bagi petani Karet dan Coklat di Kecamatan

Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Untuk mengetahui sejarah / riwayat penguasaan tanah petani Karet dan Coklat di

Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli utara.

3. Untuk mengetahui gambaran Struktur Penguasaan Tanah petani Karet Dan Coklat

di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.

4. Untuk mengetahui bagaimana peranan kepala adat dalam distribusi tanah petani

Karet Dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.

5. Untuk mengetahui bagaimana bentuk penguasaan tanah petani Karet Dan Coklat

(17)

F. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat penelitian merupakan gambaran harapan-harapan peneliti akan hasil akhir

dari penelitian tersebut, dimana apabila terdapat kesesuaian atau kecocokan antara hasil

dan harapan berarti bahwa penelitian ini sukses. Penelitian ini juga diharapkan dapat

memberi manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai bahan pelengkap referensi di ruang ruang ilmiah (perpustakaan ,

diskusi,bacaan ilmiah dan sebagainya) sehingga kedepannya penulis mengharapkan

akan lahir akademisi kritis yang berpijak pada rasionalitas dan bekerja secara jujur dan

realistis.

2. Sebagai persembahan penulis pada diri sendiri sebelum menginjak fase pasca

mahasiswa, yang akan selalu mengingatkan penulis untuk tidak individualistis dan

ikrar untuk membukukannya di kemudian hari.

3. Sebagai materi rujukan bagi rekan-rekan dan pembaca yang tertarik mengangkat

(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan serangkaian kegiatan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan

menggunakan data yang diproses di lapangan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Di lokasi penelitian, masyarakat tergantung terhadap tanah karena tanah tersebut

dapat memberikan sumber penghidupan baginya. Dengan tanah yang luas, petani

dapat menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi serta memenuhi kebutuhan

hidup keluarga. Orang rela mempertaruhkan nyawanya demi sebuah harga diri.

Segenggam tanah sangat berarti bagi petani.

2. Di lokasi penelitian, yang menguasai tanah luas termasuk golongan "petani lapisan

atas". Dengan demikian golongan ini menempat kekuasaan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan "golongan petani sempit. Lapisan atas baik yang dicirikan

oleh tingkat kedudukannya kekayaannya maupun luas penguasaan tanahnya,

mempunyai peluang yang lebih besar dalam menguasai faktor-faktor produksi,

sehingga memungkinkan untuk menambah luas tanahnya.

3. Pada tahun 1998 adalah kehancuran orde baru. Presiden pada waktu itu adalah

Soeharto. Keadaan ekonomi Indonesia tidak stabil yang berakibat naiknya harga

(19)

Industri-industri diperkotaan banyak yang bangkrut. Dengan bangkrutnya Industri-industri-Industri-industri

ini pengangguran sangat tinggi. Banyak karyawan atau pekerja Industri-industri ini

pulang ke kampung halamannya untuk memperbaiki nasib. Di Kecamatan

Adiankoting transaksi jual beli kadang-kadang berlangsung, kebanyakan bila

mereka sangat membutuhkan uang, maka yang dilakukan ialah dengan cara gadai.

Dari sistem waris yang dianut oleh masyarakat desa Adiankoting, laki-laki

memperoleh hak warisan yang lebih besar daripada perempuan. Penjualan tanah

terbuka oleh semua orang asal dapat membeli dan ada yang menjual, oleh karena

pemilik tanah yang luas, maka makin lama makin bertambah luas tanah yang

dimilikinya.

4. Kepala adat mempunyai peranan yang sangat penting dalam distribusi tanah petani.

Di daerah penelitian saya, kepala adat mempunyai peranan penting dalam hal

tanah. Kepala adat adalah orang yang ikut dalam hal pembukaan tanah. Kepala adat

mengetahui batas-batas tanah yang dimiliki warganya.

5. Tanah yang dikuasai para petani karet dan coklat di Kecamatan Adiankoting

berasal dari Jual-beli tanah, Gadai, dan warisan. Petani menjual tanahnya kepada

orang lain karena dalam keadaan terpaksa. Mereka sangat membutuhkan uang

maka mereka dalam keadaan terpaksa menjualnya. Tanah yang berasal dari

warisan sudah turun temurun dari dahulu. Yang mendapatkan warisan tanah adalah

(20)

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti mencoba memberi saran:

1. Untuk mencegah perpindahan tanah karena jual-beli dari petani sempit(miskin) ke

petani yang luas yang mengakibatkan bertambah sempitnya tanah yang dimiliki

petani miskin dan bertambah luasnya tanah yang dimiliki petani kaya hendaknya

pemerintah desa diberi wewenang untuk mengatur pasaran tanah (jual-beli tanah

dan gadai).

2. Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut mengenai struktur penguasaan tanah

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Afandi, 2004. Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian. Jakarta: Rineka Cipta.

Al Rashid, Harun, 1949. Sekilas Tentang Jual Beli Tanah. Jakarta: Ghalia Indonesia

Boedi, Harsono, 1971. Undang-Undang Pokok Agraria. Jakarta: Djambatan.

Burgerlijk, Wetboek, 1983. Intisari Hukum Waris. Jakarta: Ghalia Indonesia

Simanjuntak, BA. 2009. Konflik Status Dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta: YayasanObor Indonesia.

Simanjuntak, BA. 2009. PikiranKritisUntuk Rakyat Indonesia. Jakarta: YayasanObor Indonesia.

Suhariningsih, 2008.Tanah Terlantar. Jakarta: PrestasiPustakaraya.

Tim Penulis, PS, 2012. Panduan Lengkap Karet. Jakarta: Ikapi

Urip, Santoso, 2008. HukumAgrariadanHak-hakAtas Tanah.Jakarta: Kencana

Vink, 1984.Dasar-Dasar Usaha Tani Di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Kategori sektor informal merupakan sektor yang seringkali menjadi tujuan pertama bagi migran yang melakukan perpindahankarena sektor informal lebih mudah dimasuki oleh para

Setelah dilakukan pengujian aktivitas ekstrak enzim terhadap substrat murninya, selanjutnya aktivitas ekstrak enzim diuji terhadap sampel ampas tebu dengan variasi

Pada artritis !out stadium kronis, dapat ditemukan topus, &aitu nodul padat &an! terdiri dari deposit kristal asam urat &an! keras dan tidak n&eri &an!

Dalam laporan World Economic Outlook Update edisi Januari 2021 yang baru saja dirilis, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan (Afsel) pada tahun 2020

a. Apakah warna buku ini? c. Apakah buku ini punya warna? b. Warna apakah buku itu? d. Warna buku ini sangat indah?.. I) Blue in Indonesian is biru II) Yellow in Indonesian is

Opinnäytetyön tulosten mukaan sairaanhoitajat kokivat laadukkaiden tehtävänsiirtojen toteuttamiseen vaikuttavan koulutuksen lisäämisen, yhteistyön, sairaanhoitajan työn

Umur perkawinan pertama perempuan di Kota Madiun sebagian besar pada usia 19- 24 tahun yaitu 69,14 persen, hal tersebut sudah sesuai dengan anjuran pemerintah agar

Berdasarkan uraian penjelasan di atas penulis tertarik untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh dari kompetensi knowlege, skill , dan ability (KSA) terhadap