STRUKTUR PENGUASAAN TANAH PETANI KARET DAN COKLAT PADA KECAMATAN ADIANKOTING KABUPATEN TAPANULI UTARA
(1998-2011)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Persyaratan Sarjana Pendidikan
Oleh
SANRO L.M.HUTABARAT NIM 308121138
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Sanro L.M. Hutabarat. NIM: 308121138. Struktur Penguasaan Tanah Petani Karet dan Coklat Pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara (1998-2011). Sikripsi, Pendidikan Jurusan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) makna tanah bagi petani Karet dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara; 2) riwayat penguasaan tanah petani Karet dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli utara; 3) gambaran Struktur Penguasaan Tanah petani Karet Dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara; 4) peranan kepala adat dalam distribusi tanah petani Karet Dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara; 5) bentuk penguasaan tanah petani Karet Dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara
Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Tehnik mengumpulkan data dilakukan dengan cara observasi tanah dan petani, wawancara kepada responden / informan tentang struktur penguasaan tanah petani karet dan coklat pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara. Jumlah responden / informan dalam penelitian ini sebanyak 25 orang.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat
dan kasih karunia yang diberikanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi akhir
S-1 lewat skripsi ini dengan judul “Struktur Penguasaan Tanah Petani Karet dan Coklat Pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara (1998-2011)”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di
Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan. Sepenuhnya
Penulis menyadari atas kekurangan-kekurangan dalam penulisan skripsi ini sehingga
belum dapat dikatakan sempurna. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang memberikan dukungan dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam kesempatan ini penulis dengan segala ketulusan dan kerendahan hati
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tuaku yang aku sayangi, Ayahanda R. Hutabarat dan Ibunda saya R.
Sitompul yang telah mengasuh, membesarkan dan mendidik penulis hingga dapat
menyelesaikan studi S-1 dengan penuh suka dan duka, dan yang telah memberikan
do’a, motivasi serta materi kepada penulis selama dibangku studi hingga saat ini.
2. Kepada Abangku Ferdinan Hutabarat yang selalu mendukung penulis selama
dibangku perkuliahan dan selama masa penelitian.
3. Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Ibnu Hajar Damanik, M.Si beserta
4. Bapak Drs. Restu, M.Siselaku Dekan FIS beserta staffnya.
5. Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Dra. Lukitaningsih, M.Hum dan Sekretaris
Jurusan Pendidikan Sejarah Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si beserta Bapak/Ibu Dosen
dan Staff Pegawai di Jurusan Pendidikan Sejarah.
6. Drs. Hidayat, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak
membimbing, memberikan saran dan petunjuk kepada penulis dari awal hingga
akhir penulisan skripsi ini.
7. Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik.
8. Pihak Dinas Kehutanan yang telah memberikan data-data demi kelengkapan
sikripsi peneliti.
9. Para narasumber yang bermurah hati telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran
dalam memberikan informasi terhadap penulis dalam penulisan skripsi ini.
10.Kepada seluruh rekan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Stambuk ’08 spesial
buat sahabatku Wandi Adiguna Simanungkalit, Humala S, Jonathan S, Henrico S,
Muller yang telah banyak membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan
skripsi ini. Dan juga kepada semua teman seperjuangan, Dannyard L, Jusniana R,
Safitri S, Nirmawana, Betharia, Harianto beserta semua rekan kelas ‘B’ regular
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena
Penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang konstruktif demi perbaikan
skripsi ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, Maret 2013 Penulis
DAFTAR ISI
1. Pengertian Penguasaan Tanah ... 9
2. Sejarah Penguasaan Tanah ... 12
3. Bentuk Penguasaan Tanah ... 13
4. Kehidupan Petani Karet dan Cokelat ... 14
b. Sampel ... 19
D.Teknik Pengumpulan Data ... 19
E.Teknik Analisa Data ... 20
BAB IV PEMBAHASAN ... 22
A. Kondisi Geografi dan Demografi ... 22
B. Kehidupan Petani Karet dan Coklat Pada Kecamatan Adiankoting .. Kabupaten Tapanuli Utara ... 36
C. Riwayat Penguasaan Tanah Petani Karet dan Coklat Pada Kecamatan Adiankoting ... 41
D. Struktur Penguasaan Tanah Petanoi Karet dan Coklat ... 43
E. Peranan Kepala Adat Dalam Distribusi Tanah Petani Karet dan Coklat Pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara ... 45
F. Bentuk Penguasaan Tanah Petani Karet dan Coklat pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara ... 48
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang
memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia
masih memerlukan sebidang tanah. Jumlah luasnya tanah yang dapat dikuasai dan berhajat
terhadap tanah senantiasa bertambah. Selain bertambah banyaknya jumlah manusia yang
memerlukan tanah untuk tempat perkebunan menghendaki pula tersedianya tanah yang
banyak.
Pada sistem nilai Batak Toba tradisional tanah merupakan lambang kekayaan dan
kekuasaan. Memiliki tanah, terutama persawahan memberi status yang tinggi bagi mereka,
seperti dalam ungkapan lulu anak, lulu tano (mencari anak, mencari tanah). Dimana tanah
merupakan tempat mereka tinggal dan hidup, tempat dimana mereka mencari penghidupan
di atasnya, bahkan tanah merupakan pusaka atau warisan dari nenek moyang mereka yang
pertama kali merintisnya serta tanah merupakan tempat mereka dikuburkan bila kelak
mereka meninggal dunia. Berharganya nilai tanah membuat setiap orang berlomba untuk
memiliki bahkan menguasainya dengan berbagai cara.
Kita ketahui bahwa tanah adalah sumber pendapatan bagi masyarakat. Semakin
para petani kecil secara adil dan merata, sehingga terbuka kesempatan untuk
mengembangkan diri mencapai kemakmuran.
Oleh karena itu, bertambah lama dirasakan seolah-olah tanah semakin sempit,
menjadi sedikit, sedangkan kebutuhan selalu bertambah, maka tidak heran kalau nilai
tanah menjadi meningkat tinggi. Tidak seimbangnya antara persediaan tanah dengan
kebutuhan akan tanah, telah menimbulkan berbagai persoalan yang banyak seginya (dalam
Saleh, 1977:7). Untuk memenuhi kebutuhan tanah, penguasaan tanah biasanya didapat
melalui pelepasan adat maupun penyerobotan. Pelepasan secara adat dapat diberikan
kepada anggota kelompok setempat atau kelompok luar dengan status kepemilihan hak
pakai, dimana tanah dapat digunakan sampai keturunan selanjutnya, bila tanah tidak
dikelola lagi maka tanah tidak dapat dijual dan kembali kepada pemilik semula atau
pemilik ulayat.
Hak atas tanah adat yang terdapat pada berbagai suku di Indonesia dibedakan atas
dua bentuk, yaitu: “hak ulayat” dan “hak pakai”. Hak ulayat merupakan hak meramu atau
mengumpulkan hasil hutan serta hak berburu. Pada hak ulayat yang bersifat komunal ini,
pada hakekatnya terdapat pula hak perorangan untuk menguasai sebagian dari objek
penguasaan hak ulayat tersebut. Hak ulayat tetap melapisi atau mengatasi hak pribadi atau
perseorangan tersebut.
Hak ulayat baru pulih kembali bila orang yang bersangkutan telah melepaskan hak
penguasaannya atas tanah ulayat tersebut. Sementara hak pakai membolehkan seseorang
ladang yang telah dibuka dan dikerjakan terus-menerus dalam waktu yang lama. Hak pakai
ini dapat diberikan kepada anggota kelompok setempat atau kelompok luar, tanah yang
tidak digunakan lagi maka akan kembali kepada pemilik ulayat dan dapat diberikan lagi
kepada yang lain.
Di Kecamatan Adiankoting, mayoritas penduduk bekerja sebagai petani karet dan
coklat karena harganya yang sangat tinggi. Sebagian lagi penduduk di Adiankoting bekerja
sebagai pegawai negeri. Karet dan coklat mempunyai arti yang sangat penting bagi petani
yang ada di Kecamatan Adiankoting terutama untuk kesejahteraan hidup mereka.
Karet merupakan komoditi penghasil devisa negara selain itu karet merupakan sumber
penghasilan bagi petani karet. Akhir-akhir ini petani di Adiankoting mendapat bantuan
bibit karet. Bantuan langsung disalurkan oleh kepala desa kepada warganya. Bantuan ini
dapat merubah pola ekonomi masyarakat. Kehidupan seorang petani karet dan coklat yang
memiliki kebun seluas 2 ha lebih makmur dari kehidupan pegawai negeri karena petani
memiliki tanah yang bisa menjamin kesejahteraan hidupnya. Selain itu tingkat pendapatan
atau penghasilan petani lebih tinggi bila dibandingkan dengan pegawai negeri. Mengingat
harga karet dan coklat yang tinggi, maka petani karet dan coklat akan berusaha untuk
merawatnya agar hasil yang diperolehnya tetap terjaga. Petani bisa menyekolahkan
anaknya dari SD sampai perguruan tinggi.
Dalam hukum adat tidak ada kepemilikan mutlak, penguasaan yang bersifat
inklusif, larangan untuk memperjual belikan tanah (meskipun untuk tanah yang sudah
Karena jumlahnya yang terbatas, maka tanah harus digunakan secara adil, dan harus
mampu memberi kesejahteraan bagi seluruh orang dimuka bumi. Untuk itu, tanah jangan
dijadikan sebagai komoditas pasar yang bebas.
Selanjutnya bentuk penguasaan tanah melalui penyerobotan biasanya dilakukan
oleh Negara dan pemilik modal atas dasar pembangunan. Dengan alasan tersebut sudah
sering digunakan untuk menguasai tanah rakyat. Biasanya kehadiran sebuah perusahaan
juga memicu terjadinya penyerobotan tanah. Pada proses penguasaan tanah, pemerintah,
penguasa, masyarakat pendatang dan setempat bisa menguasai. Dengan memahami
pentingnya arti tanah bagi suatu masyarakat, maka sangat perlu melakukan kajian-kajian
mengenai status kepemilikan tanah. Hal ini perlu guna menggambarkan status kepemilikan
tanah serta proses kehadiran kelompok pendatang dan penguasaan tanah yang terjadi
disuatu daerah, sehingga akan diketahui segi dinamis dari masyarakat dan kebudayaanya.
Pada tahun 1998, terjadi suatu peristiwa yaitu runtuhnya orde baru yang diperintah
/ dipimpin oleh Presiden Soeharto. Keadaan ekonomi Indonesia sangat hancur dimana
harga dolar meningkat pesat. Krisis ekonomi ini merambat keseluruh Indonesia bahkan
sampai kepelosok. Hal ini juga membawa pengaruh terhadap penguasaan tanah petani
karet dan coklat khususnya di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara. Apabila
harga dolar naik, maka harga karet dan coklat juga akan naik. Akibat kenaikan harga karet
Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan
mengangkat judul penelitian “Struktur Penguasaan Tanah Petani Karet dan Coklat Di
Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara (1998-2011)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam
penelitian ini mengambarkan Bagaimana Struktur Penguasaan Tanah Petani Karet dan
Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara (1998-2011).
Permasalahan diuraikan ke dalam 4 (empat) pertanyaan penelitian yaitu:
1. Mengetahui makna tanah bagi petani Karet dan Coklat di Kecamatan Adiankoting
kabupaten Tapanuli Utara.
2. Mengidentifikasi sejarah / riwayat penguasaan tanah petani karet dan coklat di
Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli utara.
3. Menggambarkan Struktur Penguasaan Tanah petani Karet Dan Coklat di
Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.
4. Mengetahui peranan kepala adat dalam distribusi tanah petani Karet Dan Coklat di
Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.
5. Mengetahui bentuk penguasaan tanah petani Karet Dan Coklat di Kecamatan
C. Pembatasan Masalah
Di latar belakang telah dijelaskan, bahwa pada tahun 1998 terjadi ketidakstabilan
ekonomi Indonesia yang membawa dampak terutama terhadap kenaikan harga sembako
dan dolar yang merambat sampai ke pelosok. Dari kenaikan harga sembako ini, maka
harga karet dan coklat meningkat. Penguasaan tanah petani karet dan coklat akan semakin
luas.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti merasa perlu dilakukan
pembatasan masalah agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu meluas. Masalah yang
diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada “Struktur Penguasaan Tanah Petani Karet Dan Coklat Di Desa Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara (1998-2011)”
D. Rumusan Masalah
Agar peneliti bisa lebih meneliti dengan baik, maka yang mnenjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana makna tanah bagi petani Karet dan Coklat pada Kecamatan
Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara?
2. Bagaimana riwayat penguasaan tanah petani Karet dan Coklat pada Kecamatan
Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara?
3. Bagaimana gambaran struktur penguasaan tanah petani Karet dan Coklat pada
4. Bagaimana peranan kepala adat dalam distribusi tanah petani Karet dan Coklat
pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara?
5. Bagaimana bentuk penguasaan tanah petani Karet dan Coklat pada Kecamatan
Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada dasarnya merupakan titik tujuan yang akan dicapai
seseorang melalui kegiatan yang akan dilakukan. Itulah sebabnya tujuan penelitian yang
akan dilakukan harus mempunyai rumusan yang tegas, jelas terperinci serta operasional.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui makna tanah bagi petani Karet dan Coklat di Kecamatan
Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.
2. Untuk mengetahui sejarah / riwayat penguasaan tanah petani Karet dan Coklat di
Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli utara.
3. Untuk mengetahui gambaran Struktur Penguasaan Tanah petani Karet Dan Coklat
di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.
4. Untuk mengetahui bagaimana peranan kepala adat dalam distribusi tanah petani
Karet Dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.
5. Untuk mengetahui bagaimana bentuk penguasaan tanah petani Karet Dan Coklat
F. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat penelitian merupakan gambaran harapan-harapan peneliti akan hasil akhir
dari penelitian tersebut, dimana apabila terdapat kesesuaian atau kecocokan antara hasil
dan harapan berarti bahwa penelitian ini sukses. Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberi manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pelengkap referensi di ruang ruang ilmiah (perpustakaan ,
diskusi,bacaan ilmiah dan sebagainya) sehingga kedepannya penulis mengharapkan
akan lahir akademisi kritis yang berpijak pada rasionalitas dan bekerja secara jujur dan
realistis.
2. Sebagai persembahan penulis pada diri sendiri sebelum menginjak fase pasca
mahasiswa, yang akan selalu mengingatkan penulis untuk tidak individualistis dan
ikrar untuk membukukannya di kemudian hari.
3. Sebagai materi rujukan bagi rekan-rekan dan pembaca yang tertarik mengangkat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan serangkaian kegiatan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan data yang diproses di lapangan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Di lokasi penelitian, masyarakat tergantung terhadap tanah karena tanah tersebut
dapat memberikan sumber penghidupan baginya. Dengan tanah yang luas, petani
dapat menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi serta memenuhi kebutuhan
hidup keluarga. Orang rela mempertaruhkan nyawanya demi sebuah harga diri.
Segenggam tanah sangat berarti bagi petani.
2. Di lokasi penelitian, yang menguasai tanah luas termasuk golongan "petani lapisan
atas". Dengan demikian golongan ini menempat kekuasaan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan "golongan petani sempit. Lapisan atas baik yang dicirikan
oleh tingkat kedudukannya kekayaannya maupun luas penguasaan tanahnya,
mempunyai peluang yang lebih besar dalam menguasai faktor-faktor produksi,
sehingga memungkinkan untuk menambah luas tanahnya.
3. Pada tahun 1998 adalah kehancuran orde baru. Presiden pada waktu itu adalah
Soeharto. Keadaan ekonomi Indonesia tidak stabil yang berakibat naiknya harga
Industri-industri diperkotaan banyak yang bangkrut. Dengan bangkrutnya Industri-industri-Industri-industri
ini pengangguran sangat tinggi. Banyak karyawan atau pekerja Industri-industri ini
pulang ke kampung halamannya untuk memperbaiki nasib. Di Kecamatan
Adiankoting transaksi jual beli kadang-kadang berlangsung, kebanyakan bila
mereka sangat membutuhkan uang, maka yang dilakukan ialah dengan cara gadai.
Dari sistem waris yang dianut oleh masyarakat desa Adiankoting, laki-laki
memperoleh hak warisan yang lebih besar daripada perempuan. Penjualan tanah
terbuka oleh semua orang asal dapat membeli dan ada yang menjual, oleh karena
pemilik tanah yang luas, maka makin lama makin bertambah luas tanah yang
dimilikinya.
4. Kepala adat mempunyai peranan yang sangat penting dalam distribusi tanah petani.
Di daerah penelitian saya, kepala adat mempunyai peranan penting dalam hal
tanah. Kepala adat adalah orang yang ikut dalam hal pembukaan tanah. Kepala adat
mengetahui batas-batas tanah yang dimiliki warganya.
5. Tanah yang dikuasai para petani karet dan coklat di Kecamatan Adiankoting
berasal dari Jual-beli tanah, Gadai, dan warisan. Petani menjual tanahnya kepada
orang lain karena dalam keadaan terpaksa. Mereka sangat membutuhkan uang
maka mereka dalam keadaan terpaksa menjualnya. Tanah yang berasal dari
warisan sudah turun temurun dari dahulu. Yang mendapatkan warisan tanah adalah
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti mencoba memberi saran:
1. Untuk mencegah perpindahan tanah karena jual-beli dari petani sempit(miskin) ke
petani yang luas yang mengakibatkan bertambah sempitnya tanah yang dimiliki
petani miskin dan bertambah luasnya tanah yang dimiliki petani kaya hendaknya
pemerintah desa diberi wewenang untuk mengatur pasaran tanah (jual-beli tanah
dan gadai).
2. Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut mengenai struktur penguasaan tanah
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Afandi, 2004. Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian. Jakarta: Rineka Cipta.
Al Rashid, Harun, 1949. Sekilas Tentang Jual Beli Tanah. Jakarta: Ghalia Indonesia
Boedi, Harsono, 1971. Undang-Undang Pokok Agraria. Jakarta: Djambatan.
Burgerlijk, Wetboek, 1983. Intisari Hukum Waris. Jakarta: Ghalia Indonesia
Simanjuntak, BA. 2009. Konflik Status Dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta: YayasanObor Indonesia.
Simanjuntak, BA. 2009. PikiranKritisUntuk Rakyat Indonesia. Jakarta: YayasanObor Indonesia.
Suhariningsih, 2008.Tanah Terlantar. Jakarta: PrestasiPustakaraya.
Tim Penulis, PS, 2012. Panduan Lengkap Karet. Jakarta: Ikapi
Urip, Santoso, 2008. HukumAgrariadanHak-hakAtas Tanah.Jakarta: Kencana
Vink, 1984.Dasar-Dasar Usaha Tani Di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.