• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kecenderungan Jumlah Imunisasi Dasar Tahun 2010-2014 untuk Meramalkan Jumlah Imunisasi Dasar Tahun 2015-2019 di Kota Tanjung Balai Dengan Metode Deret Berkala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Kecenderungan Jumlah Imunisasi Dasar Tahun 2010-2014 untuk Meramalkan Jumlah Imunisasi Dasar Tahun 2015-2019 di Kota Tanjung Balai Dengan Metode Deret Berkala"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN Lampiran 1

Data Jumlah Imunisasi Dasar Tahun 2010-2014 1. Jumlah Imunisasi Dasar

Rata-Rata Januari = 290+271+243+166+214/5 = 236,80 Indeks Musim Januari = 236,80X 1200

(2)

2. Jumlah Imunisasi BCG Rata-Rata Januari = 359+343+347+276+249/5 = 314,80

Indeks Musim Januari = rata-rata Januari X 1200 Total rata−rata

Indeks Musim Januari = 314,80 X 1200

(3)

3. Jumlah Imunisasi DPT

Indeks Musim Januari = rata-rata Januari X 1200 Total rata−rata

Indeks Musim Januari = 279,60 X 1200

(4)

4. Jumlah Imunisasi Polio Rata-Rata Januari = 295+ 274+ 282+261 +240/5 = 270,40

Indeks Musim Januari = rata-rata Januari X 1200 Total rata−rata

Indeks Musim Januari = 270,40 X 1200

(5)

5. Jumlah Imunisasi Campak Rata-Rata Januari = 320+ 315+ 245+266+215/5 = 272,20

Indeks Musim Januari = rata-rata Januari X 1200 Total rata−rata

Indeks Musim Januari = 272,20 X 1200

(6)

6. Jumlah Imunisasi Hepatitis B Rata-Rata Januari = 359+ 363+ 279+169+225/5 = 279

Indeks Musim Januari = rata-rata Januari X 1200 Total rata−rata

Indeks Musim Januari = 279 X 1200

(7)

Lampiran 2

Hasil Uji Regresi Jumlah Imunisasi Dasar Tahun 2010-2014 1. Jumlah Imunisasi Dasar

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

imunisasidasar 3261,40 550,403 5 Tahun ,00 1,581 5

Correlations

imunisasidasar tahun

Pearson Correlation imunisasidasar 1,000 -,956 tahun -,956 1,000

Sig. (1-tailed) imunisasidasar . ,006 tahun ,006 .

N imunisasidasar 5 5

tahun 5 5

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 tahun(a) . Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: imunisasidasar

the Estimate Change Statistics

R Square

Regression 1106892,900 1 1106892,900 31,662 ,011(a) Residual 104880,300 3 34960,100

(8)

b Dependent Variable: imunisasidasar

Interval for B Correlations

B Std.

(Constant) 3261,400 83,618 39,003 ,000 2995,289 3527,511

tahun -332,700 59,127 -,956 -5,627 ,011 -520,869 -144,531

-Pearson Correlation BCG 1,000 -,969

Tahun -,969 1,000

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 Tahun(a) . Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: BCG

the Estimate Change Statistics

(9)

a Predictors: (Constant), Tahun

ANOVA(b)

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 1651609,600 1 1651609,600 46,696 ,006(a) Residual 106109,200 3 35369,733

Total 1757718,800 4

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 Tahun(a) . Enter

(10)

Model

the Estimate Change Statistics

R Square

Regression 811110,400 1 811110,400 31,101 ,011(a) Residual 78238,400 3 26079,467

Total 889348,800 4

Pearson Correlation Polio 1,000 -,942

(11)

1 Tahun(a) . Enter a All requested variables entered.

b Dependent Variable: Polio

the Estimate Change Statistics

R Square

Regression 682776,900 1 682776,900 23,522 ,017(a) Residual 87081,100 3 29027,033

(12)

5. Jumlah Imunisasi Campak

Pearson Correlation campak 1,000 -,991

Tahun -,991 1,000

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 Tahun(a) . Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: campak

the Estimate Change Statistics

R Square

Regression 1355712,400 1 1355712,400 173,285 ,001(a) Residual 23470,800 3 7823,600

Total 1379183,200 4 a Predictors: (Constant), Tahun

(13)

Model

6. Jumlah Imunisasi Hepatitis B

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

imunisasihepatitisB 3729,00 736,357 5 tahun ,00 1,581 5

Correlations

imunisasihepatitisB tahun

Pearson Correlation imunisasihepatitisB 1,000 -,944 tahun -,944 1,000

Sig. (1-tailed) imunisasihepatitisB . ,008

tahun ,008 .

N imunisasihepatitisB 5 5

tahun 5 5

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 tahun(a) . Enter

a All requested variables entered.

(14)

Model Summary

the Estimate Change Statistics

R Square

Regression 1932481,600 1 1932481,600 24,523 ,016(a) Residual 236406,400 3 78802,133

Total 2168888,000 4

Interval for B Correlations

B Std.

(Constant) 3729,000 125,541 29,704 ,000 3329,474 4128,526

tahun -439,600 88,771 -,944 -4,952 ,016 -722,108 -157,092 -,944

(15)

Lampiran 3

Hasil Ramalan Jumlah Imunisasi Dasar 1. Ramalan Jumlah Imunisasi Dasar

(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, L.R., 2009. Peramalan Bisnis. Edisi kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta Assauri, S., 1984. Teknik dan Metode Peramalan Penerapannya Dalam Ekonomi

dan Dunia Usaha. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Kementrian Kesehatan, dan Macro Internasional, 2013. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Calverton, Maryland, USA: BPS and Macro Internasional. Sekretariat Negara. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2015. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013. Medan.

Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2015. Profil Kesehatan Kota Tanjungbalai Tahun 2014. Tanjungbalai.

Gitosudarmo, I dan Najmudin, M., 2001. Teknik Proyeksi Bisnis. Edisi Pertama, BFEE, Yogyakarta.

Hartanti, O.D., 2014. Penerapan Metode Double Exponential Smoothing Holt dan Metode Jaringan Saraf Tiruan (Peramalan Jumlah Cakupan Imunisasi Campak di Kabupaten Jember), Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Airlangga, Surabaya.

Hanafiah, J dan Amri, I., 1997. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Iriawan, N, 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

_________, 2014a. Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat Tahun 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

(28)

Manurung, A.H., 1990. Teknik Peramalan Bisnis dan Ekonomi. Rineka Cipta, Jakarta.

Maryunani. A., 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Penerbit Trans Info Media, Jakarta.

Matondang, C.S., Siregar, S.P., dan Akib, A.A.P., 2011. Aspek Imunologi Imunisasi. Dalam: Pedoman Imunisasi di Indonesia. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 24-25. Edisi keempat. Jakarta

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1611/MENKES/SK/XI/2005 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta.

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Ranuh, I.G.N., 2011. Imunisasi Upaya Pencegahan Primer. Dalam: Pedoman Imunisasi di Indonesia. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 6-8. Edisi keempat. Jakarta.

Republik Indonesia. 2009, Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063. Sekretariat Negara. Jakarta.

Setiadi, N.J., 2003. Prakiraan Bisnis : Pendekatan Analisis Kuantitaif untuk Antisipasi Bisnis. Edisi pertama, Penerbit Kencana, Jakarta.

Sugiharto dan Harijono, 2000. Peramalan Bisnis. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Supartini, Y, 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan metode time series. Time series adalah rancangan studi yang bertujuan mendeskripsikan dan, mempelajari frekuensi penyakit atau status kesehatan dari sebuah atau agregat populasi, berdasarkan serangkaian pengamatan pada individu (Murti, 1997).

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dan waktu penelitian dilakukan di Kota Tanjungbalai dari bulan September - Desember 2015.

3.3Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder, yaitu data jumlah imunisasi dasar dan data jumlah imunisasi dasar berdasarkan jenis imunisasi dasar yang terdiri dari imunisasi BCG, DPT-3, Polio-4, campak dan hepatitis B dari bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Desember 2014 di Kota Tanjungbalai.

3.4Populasi dan Sampel

(30)

3.5Definisi Operasional

1. Data .jumlah imunisasi dasar adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan rekapitulasi jumlah imunisasi dasar. Data jumlah imunisasi dasar adalah apabila bayi sebelum berusia satu tahun memperoleh kelima imunisasi yang meliputi imunisasi BCG, DPT-3, polio-4, campak, dan hepatitis B secara lengkap.

2. Data jumlah imunisasi BCG adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan rekapitulasi jumlah imunisasi BCG pada bayi sebelum berusia satu tahun di Kota Tanjungbalai dari bulan Januari 2010 hingga Desember 2014.

3. Data jumlah imunisasi DPT adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan rekapitulasi jumlah imunisasi DPT-3 pada bayi sebelum berusia satu tahun di Kota Tanjungbalai dari bulan Januari 2010 hingga Desember 2014.

4. Data jumlah imunisasi polio adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan rekapitulasi jumlah imunisasi polio-4 pada bayi sebelum berusia satu tahun di Kota Tanjungbalai dari bulan Januari 2010 hingga Desember 2014.

(31)

6. Data jumlah imunisasi hepatitis B adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan rekapitulasi jumlah imunisasi hepatitis B pada bayi sebelum berusia satu tahun di Kota Tanjungbalai dari bulan Januari 2010 hingga Desember 2014.

7. Analisis data berkala adalah uji regresi antara waktu (2010-2014) dengan jumlah imunisasi dasar dan jumlah imunisasi dasar berdasarkan jenis imunisasi dasar yang terdiri dari imunisasi BCG, DPT-3, Polio-4, campak dan hepatitis B.

8. Trend jangka panjang adalah suatu gerakan yang menunjukkan arah

perkembangan secara umum, garis trend sangat berguna untuk membuat ramalan (forecasting), bila terdapat hubungan linier antara waktu (tahun) dengan jumlah imunisasi dasar dan jumlah imunisasi dasar berdasarkan jenis imunisasi dasar yang terdiri dari imunisasi BCG, DPT-3, Polio-4, campak dan hepatitis B.

9. Tidak memilikitrend jangka panjang adalah bila tidak terdapat hubungan linier antara waktu (tahun) dengan jumlah imunisasi dasar dan jumlah imunisasi dasar berdasarkan jenis imunisasi dasar yang terdiri dari imunisasi BCG, DPT-3, Polio-4, campak dan hepatitis B.

10.Double exponential smoothing adalah metode peramalan yang

(32)

11.Proyeksitrend adalah peramalan jumlah imunisasi dasar dan jumlah imunisasi dasar berdasarkan jenis imunisasi dasar yang terdiri dari imunisasi BCG, DPT, Polio, campak dan hepatitis Blima tahun ke depan yang dibuat berdasarkan garis trend lima tahun sebelumnya dengan metode kuadrat terkecil sebagai berikut :

Yi = a + bXi, Keterangan :

Yi = nilai trend untuk periode tertentu a = konstanta, nilai Yi = a, jika Xi = 0 b = koefisien Xi

Xi = periode waktu (bulan)

Sedangkan persamaan bulanannya adalah sebagai berikut :

Metode kuadrat terkecil digunakan karena metode ini sudah melakukan sistem trial dan error dimana setiap α mulai dari 0,1 sampai0,9 dicoba satu persatu sehingga nilai mean absoluted error (MAE) dan mean squared

error (MSE) terkecil dari α tersebut yang akan digunakan untuk

meramalkan, dibandingkan dengan metode yang lainnya metode ini yang paling akurat.

(33)

13.Ramalan jumlah imunisasi dasar dan jumlah imunisasi dasar berdasarkan jenis imunisasi dasar yang terdiri dari imunisasi BCG, DPT, Polio, campak dan hepatitis B di Kota Tanjungbalai pada tahun 2015-2019 dengan menggunakan metode proyeksi trend dan variasi musiman, atau double exponential smoothing.

3.6Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, dilakukan uji regresi untuk melihat hubungan yang signifikan antara waktu dengan data jumlah imunisasi dasar dan jumlah imunisasi dasar berdasarkan jenis imunisasi dasar yang terdiri dari imunisasi BCG, DPT-3, Polio-4, campak dan hepatitis B, dengan nilai probabilitas < 0,05. Jika data mempunyai hubungan yang signifikan, maka data dapat diramalkan untuk lima tahun ke depan menggunakan analisis time series dengan menghitung nilai trend dan indeks musiman. Jika tidak terdapat hubungan yang signifikan maka data hanya dapat diramalkan satu tahun ke depan dengan menggunakan analisis time series metode double exponential smoothing. Pada double exponential smoothing, alpha yang dipakai adalah alpha yang menghasilkan

forecast error terkecil yaitu nilai mean absoluted error (MAE) dan mean squared

error (MSE) yang terkecil karena forecast error terkecil dapat meminimalkan

(34)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

3.4Gambaran Umum Kota Tanjungbalai 4.1.1 Letak Geografis

Kota Tanjungbalai adalah salah satu kota pantai timur sumatera di wilayah Provinsi Sumatera Utara yang terletak di antara 2º58’ Lintang Utara serta 99º48’

Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tanjungbalai Kabupaten Asahan.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sei Kepayang Kabupaten Asahan.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan.

4.1.2 Luas Wilayah

(35)

Tabel 4.1 Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan di Kota Tanjungbalai Tahun 2014

Kecamatan Luas (km ) Rasio terhadap total (%)

Datuk Bandar 22,49 37,16

Datuk Bandar Timur 14,57 24,07

Tanjungbalai Selatan 1,98 3,27

Tanjungbalai Utara 0,84 1,39

Sei Tualang Raso 8,09 13,37

Teluk Nibung 12,55 20,74

Tanjungbalai 60,52 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai 4.1.3 Kependudukan

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kota Tanjungbalai pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Tanjungbalai Tahun 2014

Kecamatan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin (Jiwa) Laki-laki Perempuan Jumlah

Datuk Bandar 18071 17965 36036

Datuk Bandar Timur 14804 13923 28727

Tanjungbalai Selatan 10033 10578 20611

Tanjungbalai Utara 8477 8436 16913

Sei Tualang Raso 12239 11977 24216

Teluk Nibung 19382 18790 38172

Tanjungbalai 83006 81669 164675

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai

(36)

km ), sedangkan Kecamatan Datuk Bandar merupakan daerah yang jarang penduduknya yaitu 1.602,31 jiwa/km (luas wilayah 22,49 km ).

4.1.4 Umur

Distribusi kelompok umur berdasarkan jenis kelamin di Kota Tanjungbalai pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Distribusi Kelompok Umur Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Tanjungbalai Tahun 2014

Kelompok

Umur Laki-laki Persentase Perempuan Persentase Jumlah

0 - 4 10.102 50,90 9.743 49,10 19.845

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa kelompok umur laki-laki paling banyak terdapat pada kelompok umur 5-9 tahun yaitu 51,85% dan yang paling sedikit terdapat pada kelompok umur ≥75 tahun yaitu 34,21%, sedangkan pada

(37)

yaitu 65,79% dan yang paling sedikit pada kelompok umur 5-9 tahun yaitu 48,15%.

4.1.5 Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan faktor yang memengaruhi perilaku masyarakat dalam kesehatan yang selanjutnya berdampak terhadap derajat kesehatan. Persentase penduduk berumur 10 tahun keatas menurut tingkat pendidikan tertinggi di Kota Tanjungbalai pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun keatas Menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi di Kota Tanjungbalai Tahun 2014

Jenis Pendidikan Persentase (%)

Belum tamat SD/Sederajat 16,82

Tamat SD/Sederajat 28,24

Tamat SLTP/Sederajat 22,35

Tamat SLTA/Sederajat 27,75

Tamat Perguruan Tinggi 4,17

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai

(38)

4.2Ramalan Jumlah Imunisasi Dasar dan Jumlah Imunisasi Dasar Berdasarkan Jenis Imunisasi Dasar Tahun 2015-2019

4.2.1 Imunisasi Dasar

Dari rekapitulasi jumlah imunisasi dasar di Kota Tanjungbalai bulan Januari 2010 hingga Desember 2014 diketahui terjadi penurunan tiap tahunnya, seperti terlihat pada Tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5 Jumlah Imunisasi Dasar pada Bayi Sebelum Berusia Satu Tahun di Kota Tanjungbalai

Tahun Jumlah Sumber : Profil Kesehatan Kota Tanjungbalai Tahun 2010-2014

Berdasarkan uji regresi linier waktu dengan jumlah imunisasi dasar, diperoleh nilai F = 31,662dengan signifikan sebesar 0,011 (lebih kecil dari α = 0,05). Artinya terdapat hubungan linier antara waktu dengan jumlah imunisasi dasar, maka jumlah imunisasi dasar dapat diramalkan dengan menggunakan metode proyeksi trend dan indeks musim. Penentuan trend dengan menggunakan metode kuadrat terkecil diperoleh persamaan tahunan sebagai berikut :

Yi = 3261,4 – 332,70 (Xi)

Yi adalah trend tahunan dengan tahun 2012 sebagai tahun dasar (Xi = 0) dan untuk jumlah imunisasi tahun 2015 maka nilai Xi = 3.

(39)

Jadi, pada tahun 2015 diperkirakan 2263 bayi yang memperoleh imunisasi dasar sebelum berusia satu tahun.

Persamaan trend bulanannya adalah : Yi = 271,78 - 2,31(Xi)

Yi adalah trend bulanan dengan bulan Januari 2010 sebagai bulan dasar (Xi = 0,5), bulan Februari 2010 (Xi = 1), bulan Januari 2011 (Xi = 6,5), dan seterusnya sehingga untuk trend bulan januari tahun 2015 maka nilai Xi = 30,5.

Yi = 271,78 - 2,31(30,5) Yi = 201,33

Jadi, pada bulan januari tahun 2015 nilai trend imunisasi dasar adalah 201,33. Xi adalah indeks waktu pada periode data berkala bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2010-2014. Trend jumlah imunisasi dasar dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.1 Trend Jumlah Imunisasi Dasar

(40)

Gambar 4.2 Indeks Musim Jumlah Imunisasi Dasar

Darinilai trend dan indeks musim tersebut, dapat ditentukan jumlah imunisasi dasar di Kota Tanjungbalai tahun 2015-2019 dengan rumus sebagai berikut :

Dimana : T = Trend Bulanan S = Indeks Musim

Sehingga didapat hasil ramalan jumlah imunisasi dasar terjadi penurunan tiap tahunnya. Seperti terlihat pada Tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Ramalan Jumlah Imunisasi Dasar

Bulan Tahun

2015 2016 2017 2018 2019

Januari 175 151 127 103 79

Februari 185 160 134 108 82

Maret 181 155 130 104 79

April 192 165 137 110 82

Mei 191 164 136 109 81

Juni 194 165 137 109 81

Juli 195 167 138 109 80

Agustus 190 161 133 104 76

September 180 153 126 98 71

Oktober 184 156 128 99 71

November 196 166 135 105 74

Desember 193 163 132 102 71

Total 2258 1925 1593 1260 927

(41)

Gambar 4.3 Ramalan Jumlah Imunisasi Dasar 4.2.2 Imunisasi BCG

Dari rekapitulasi jumlah imunisasi BCG di Kota Tanjungbalai bulan Januari 2010 hingga Desember 2014 diketahui terjadi penurunan tiap tahunnya, seperti terlihat pada Tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7 Jumlah Imunisasi BCG pada Bayi Sebelum Berusia Satu Tahun di Kota Tanjungbalai

Tahun Jumlah

2010 2011 2012 2013 2014

4745 4180 4020 3232 3187 Sumber : Profil Kesehatan Kota Tanjungbalai Tahun 2010-2014

Berdasarkan uji regresi linier waktu dengan jumlah imunisasi BCG pada bayi sebelum berusia satu tahun, diperoleh nilai F = 46,696 dengan signifikan sebesar 0,006 (lebih kecil dari α = 0,05). Artinya terdapat hubungan linier antara waktu dengan jumlah imunisasi BCG, maka jumlah imunisasi BCG pada bayi sebelum berusia satu tahun dapat diramalkan dengan menggunakan metode proyeksi trend dan indeks musim. Penentuan trend dengan menggunakan metode kuadrat terkecil diperoleh persamaan tahunan sebagai berikut :

(42)

Yi adalah trend tahunan dengan tahun 2012 sebagai tahun dasar (Xi = 0) dan untuk jumlah imunisasi BCG tahun 2016 maka nilai Xi = 4.

Yi = 3872,80 - 406,40 (4) Yi = 2247,20

Jadi, pada tahun 2016 diperkirakan 2.247 bayi yang memperoleh imunisasi BCG sebelum berusia satu tahun.

Persamaan trend bulanannya adalah : Yi = 322,73- 2,82(Xi)

Yi adalah trend bulanan dengan bulan Januari 2010 sebagai bulan dasar (Xi = 0,5), bulan Februari 2010 (Xi = 1), bulan Januari 2011 (Xi = 6,5), dan seterusnya sehingga untuk trend bulan januari tahun 2016 maka nilai Xi = 42,5.

Yi = 322,73- 2,82(42,5) Yi = 202,88

(43)

Gambar 4.4 Trend Jumlah Imunisasi BCG

Berdasarkan metode rasio terhadap trend yang menggunakan nilai trend sebagai dasar perhitungan diperoleh indeks musim bulan Januari sampai bulan Desember sebagai berikut :

Gambar 4.5 Indeks Musim Jumlah Imunisasi BCG

Darinilai trend dan indeks musim tersebut, dapat ditentukan jumlah imunisasi BCG di Kota Tanjungbalai tahun 2015-2019 dengan rumus sebagai berikut :

(44)

Sehingga didapat hasil ramalan jumlah imunisasi BCG terjadi penurunan tiap tahunnya. Seperti terlihat pada Tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8 Ramalan Jumlah Imunisasi BCG

Bulan Tahun

2015 2016 2017 2018 2019

Januari 231 198 165 132 99

Februari 228 195 162 129 96

Maret 224 191 159 126 93

April 226 193 159 126 92

Mei 209 178 146 115 84

Juni 212 179 147 115 83

Juli 215 182 149 116 83

Agustus 211 178 145 112 79

September 214 180 146 113 79

Oktober 218 183 148 113 78

November 235 197 159 120 82

Desember 227 190 152 115 78

Total 2650 2244 1838 1431 1025

Berdasarkan tabel tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :

(45)

4.2.3 Imunisasi DPT

Dari rekapitulasi jumlah imunisasi DPT di Kota Tanjungbalai bulan Januari 2010 hingga Desember 2014 diketahui terjadi penurunan tiap tahunnya, seperti terlihat pada Tabel 4.9 berikut.

Tabel 4.9 Jumlah Imunisasi DPT pada Bayi Sebelum Berusia Satu Tahun di Kota Tanjungbalai

Tahun Jumlah

2010 4277

2011 3877

2012 3424

2013 3209

2014 3187

Sumber : Profil Kesehatan Kota Tanjungbalai Tahun 2010-2014

Berdasarkan uji regresi linier waktu dengan jumlah imunisasi DPT pada bayi sebelum berusia satu tahun, diperoleh nilai F = 31,101 dengan signifikan sebesar 0,011 (p <0,05). Artinya terdapat hubungan linier antara waktu dengan jumlah imunisasi DPT, maka jumlah imunisasi DPT pada bayi sebelum berusia satu tahun dapat diramalkan dengan menggunakan metode proyeksi trend dan indeks musim. Penentuan trend dengan menggunakan metode kuadrat terkecil diperoleh persamaan tahunan sebagai berikut:

Yi = 3594,80-284,80(Xi)

Yi adalah trend tahunan dengan tahun 2012 sebagai tahun dasar (Xi = 0) dan untuk jumlah imunisasi tahun 2017 maka nilai Xi = 5.

Yi = 3594,80-284,80 (5) Yi = 2170,80

(46)

Persamaan trend bulanannya adalah : Yi = 299,57 - 1,98(Xi)

Yi adalah trend bulanan dengan bulan Januari 2010 sebagai bulan dasar (Xi = 0,5), bulan Februari 2010 (Xi = 1), bulan Januari 2011 (Xi = 6,5), dan seterusnya sehingga untuk trend bulan januari tahun 2017 maka nilai Xi = 54,5.

Yi = 299,57 - 1,98(54,5) Yi = 191,66

Jadi, pada bulan januari tahun 2017 nilai trend imunisasi DPT adalah 191,66. Xi adalah indeks waktu pada periode data berkala bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2010-2014. Trend jumlah imunisasi DPT dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.7 Trend Jumlah Imunisasi DPT

(47)

Gambar 4.8 Indeks Musim Jumlah Imunisasi DPT

Dari nilai trend dan indeks musim tersebut, dapat ditentukan jumlah imunisasi DPT di Kota Tanjungbalai tahun 2015-2019 dengan rumus sebagai berikut :

Dimana : T = Trend Bulanan S = Indeks Musim

(48)

Tabel 4.10 Ramalan Jumlah Imunisasi DPT

Bulan Tahun

2015 2016 2017 2018 2019

Januari 223 201 179 157 135

Februari 222 200 178 155 133

Maret 223 200 178 155 133

April 226 203 180 157 134

Mei 237 213 189 164 140

Juni 236 211 187 162 138

Juli 229 205 181 157 133

Agustus 217 194 172 149 126

September 226 202 178 154 130

Oktober 219 196 172 149 125

November 243 217 191 164 138

Desember 234 209 183 157 132

Total 2736 2451 2166 1881 1596

Berdasarkan tabel tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :

(49)

4.2.4 Imunisasi Polio

Berdasarkan rekapitulasi jumlah imunisasi Polio di Kota Tanjungbalai bulan Januari 2010 hingga Desember 2014 diketahui terjadi penurunan tiap tahunnya, seperti terlihat pada Tabel 4.11 berikut.

Tabel 4.11 Jumlah Imunisasi Polio pada Bayi Sebelum Berusia Satu Tahun di Kota Tanjungbalai

Tahun Jumlah

2010 4183

2011 3717

2012 3350

2013 3160

2014 3155

Sumber : Profil Kesehatan Kota Tanjungbalai Tahun 2010-2014

Berdasarkan uji regresi linier waktu dengan jumlah imunisasi polio pada bayi sebelum berusia satu tahun, diperoleh nilai F = 23,522 dengan signifikan sebesar 0,017 (p <0,05). Artinya terdapat hubungan linier antara waktu dengan jumlah imunisasi polio, maka jumlah imunisasi polio pada bayi sebelum berusia satu tahun dapat diramalkan dengan menggunakan metode proyeksi trend dan indeks musim. Penentuan trend dengan menggunakan metode kuadrat terkecil diperoleh persamaan tahunan sebagai berikut:

Yi =3513- 261,30 (Xi)

Yi adalah trend tahunan dengan tahun 2012 sebagai tahun dasar (Xi = 0) dan untuk jumlah imunisasi tahun 2018 maka Xi = 6.

(50)

Jadi, pada tahun 2018 diperkirakan 1.945 bayi yang memperoleh imunisasi polio sebelum berusia satu tahun.

Persamaan trend bulanannya adalah : Yi = 292,75-1,81(Xi)

Yi adalah trend bulanan dengan bulan Januari 2010 sebagai bulan dasar (Xi = 0,5), bulan Februari 2010 (Xi = 1), bulan Januari 2011 (Xi = 6,5), dan seterusnya sehingga untuk trend bulan januari tahun 2018 maka nilai Xi = 66,5.

Yi = 299,57 - 1,98(66,5) Yi = 167,90

Jadi, pada bulan januari tahun 2018 nilai trend imunisasi polio adalah 167,90. Xi adalah indeks waktu pada periode data berkala bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2010-2014. Trend jumlah imunisasi polio dapat dilihat pada gambar berikut :

(51)

Berdasarkan metode rasio terhadap trend yang menggunakan nilai trend sebagai dasar perhitungan diperoleh indeks musim bulan Januari sampai bulan Desember adalah sebagai berikut :

Gambar 4.11 Indeks Musim Jumlah Imunisasi Polio

Dari nilai trend dan indeks musim tersebut, dapat ditentukan jumlah imunisasi Polio di Kota Tanjungbalai tahun 2015-2019 dengan rumus sebagai berikut :

Dimana : T = Trend Bulanan S = Indeks Musim

(52)

Tabel 4.12 Ramalan Jumlah Imunisasi Polio

Bulan Tahun

2015 2016 2017 2018 2019

Januari 219 199 179 159 139

Februari 233 212 190 169 147

Maret 218 198 178 158 137

April 224 203 182 161 140

Mei 227 205 184 162 141

Juni 235 213 191 168 146

Juli 233 211 189 166 144

Agustus 238 215 192 169 146

September 224 202 180 158 137

Oktober 221 199 177 156 134

November 233 210 187 164 141

Desember 223 201 179 156 134

Total 2729 2468 2207 1947 1686

Berdasarkan tabel tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :

(53)

4.2.5 Imunisasi Campak

Dari rekapitulasi jumlah imunisasi campakpada bayi sebelum berusia satu tahun di Kota Tanjungbalai bulan Januari 2010 hingga Desember 2014 diketahui terjadi penurunan tiap tahunnya, seperti terlihat pada Tabel 4.13 berikut.

Tabel 4.13 Jumlah Imunisasi Campak pada Bayi Sebelum Berusia Satu Tahun di Kota Tanjungbalai

Tahun Jumlah

2010 4427

2011 3973

2012 3607

2013 3165

2014 2990

Sumber : Profil Kesehatan Kota Tanjungbalai Tahun 2010-2014

Berdasarkan uji regresi linier waktu dengan jumlah imunisasi campak pada bayi sebelum berusia satu tahun, diperoleh nilai F = 173,285 dengan signifikan sebesar 0,001 (lebih kecil dari α = 0,05). Artinya terdapat hubungan linier antara waktu dengan jumlah imunisasi campak, maka jumlah imunisasi campak dapat diramalkan dengan menggunakan metode proyeksi trend dan indeks musim. Penentuan trend dengan menggunakan metode kuadrat terkecil diperoleh persamaan tahunan sebagai berikut:

Yi = 3632,4- 368,2 (Xi)

Yi adalah trend tahunan dengan tahun 2012 sebagai tahun dasar (Xi = 0) dan untuk jumlah imunisasi tahun 2019 maka nilai Xi = 7.

Yi = 3632,4- 368,2 (7) Yi = 1055

(54)

Persamaan trend bulanannya adalah : Yi = 302,7- 2,56(Xi)

Yi adalah trend bulanan dengan bulan Januari 2010 sebagai bulan dasar (Xi = 0,5), bulan Februari 2010 (Xi = 1), bulan Januari 2011 (Xi = 6,5), dan seterusnya sehingga untuk trend bulan januari tahun 2019 maka nilai Xi = 78,5.

Yi = 302,7- 2,56(78,5) Yi = 101,74

Jadi, pada bulan januari tahun 2019 nilai trend imunisasi campak adalah 101,74. Xi adalah indeks waktu pada periode data berkala bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2010-2014. Trend jumlah imunisasi campak dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.13 Trend Jumlah Imunisasi Campak

(55)

Gambar 4.14 Indeks Musim Jumlah Imunisasi Campak

Dari nilai trend dan indeks musim tersebut. dapat ditentukan jumlah imunisasi campak di Kota Tanjungbalai tahun 2015-2019 dengan rumus sebagai berikut :

Dimana : T = Trend Bulanan S = Indeks Musim

(56)

Tabel 4.14 Ramalan Jumlah Imunisasi Campak

Bulan Tahun

2015 2016 2017 2018 2019

Januari 202 174 147 119 91

Februari 224 193 162 131 100

Maret 203 174 146 118 89

April 207 178 148 119 90

Mei 200 171 142 114 85

Juni 204 175 145 116 86

Juli 214 183 151 120 88

Agustus 221 188 156 123 90

September 203 173 142 111 81

Oktober 212 180 148 115 83

November 219 185 151 118 84

Desember 211 178 145 112 79

Total 2521 2152 1784 1415 1046

Berdasarkan tabel tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :

(57)

4.2.6 Imunisasi Hepatitis B

Berdasarkan rekapitulasi jumlah imunisasi hepatitis Bpada bayi sebelum berusia satu tahun di Kota Tanjungbalai bulan Januari 2010 hingga Desember 2014 diketahui bahwa pada tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah imunisasi hepatitis B sebesar 36 bayi , namun terjadi penurunan jumlah imunisasi hepatitis B pada tahun 2012, 2013, dan 2014 dibandingkan pada tahun 2010 seperti terlihat pada Tabel 4.15 berikut.

Tabel 4.15 Jumlah Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Sebelum Berusia Satu Tahun di Kota Tanjungbalai

Tahun Jumlah

2010 4380

2011 4362

2012 4020

2013 3040

2014 2843

Sumber : Profil Kesehatan Kota Tanjungbalai Tahun 2010-2014

Berdasarkan uji regresi linier waktu dengan jumlah imunisasi hepatitis B pada bayi sebelum berusia satu tahun. diperoleh nilai F = 24,523dengan signifikan sebesar 0,016 (lebih besar dari α = 0,05). Artinya terdapat hubungan linier antara waktu dengan jumlah imunisasi hepatitis B, maka jumlah imunisasi hepatitis B dapat diramalkan dengan menggunakan metode proyeksi trend dan indeks musim. Penentuan trend dengan menggunakan metode kuadrat terkecil diperoleh persamaan tahunan sebagai berikut:

Yi = 3729- 439,60 (Xi)

Yi adalah trend tahunan dengan tahun 2012 sebagai tahun dasar (Xi = 0) dan untuk jumlah imunisasi hepatitis B tahun 2019 maka nilai Xi = 7.

(58)

Yi = 651,80

Jadi, pada tahun 2019 diperkirakan 652 bayi yang memperoleh imunisasi hepatitis B sebelum berusia satu tahun.

Persamaan trend bulanannya adalah : Yi = 310,75– 3,05(Xi)

Yi adalah trend bulanan dengan bulan Januari 2010 sebagai bulan dasar (Xi = 0,5), bulan Februari 2010 (Xi = 1), bulan Januari 2011 (Xi = 6,5), dan seterusnya sehingga untuk trend bulan januari tahun 2019 maka nilai Xi = 78,5.

Yi = 310,75– 3,05(78,5) Yi = 71,33

Jadi, pada bulan januari tahun 2019 nilai trend imunisasi hepatitis B adalah 71,33. Xi adalah indeks waktu pada periode data berkala bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2010-2014. Trend jumlah imunisasi hepatitis B dapat dilihat pada gambar berikut :

(59)

Berdasarkan metode rasio terhadap trend yang menggunakan nilai trend sebagai dasar perhitungan diperoleh indeks musim bulan Januari sampai bulan Desember adalah sebagai berikut :

Gambar 4.14 Indeks Musim Jumlah Imunisasi Hepatitis B

Dari nilai trend dan indeks musim tersebut. dapat ditentukan jumlah imunisasi hepatitis B di Kota Tanjungbalai tahun 2015-2019 dengan rumus sebagai berikut :

Dimana : T = Trend Bulanan S = Indeks Musim

(60)

Tabel 4.16 Ramalan Jumlah Imunisasi Hepatitis B

Bulan Tahun

2015 2016 2017 2018 2019

Januari 195 163 130 97 64

Februari 190 158 125 93 61

Maret 200 165 131 96 62

April 202 167 131 96 60

Mei 198 163 128 92 57

Juni 196 161 125 90 54

Juli 209 170 132 94 55

Agustus 199 162 125 88 51

September 207 168 128 89 50

Oktober 194 157 119 82 45

November 212 171 129 88 46

Desember 200 160 120 81 41

Total 2403 1964 1525 1085 646

Berdasarkan tabel tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :

(61)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Data Jumlah Imunisasi Dasar dan Jumlah Imunisasi Dasar Berdasarkan Jenis Imunisasi Dasar Tahun 2010-2014

Berdasarkan data yang diperoleh, di Kota Tanjungbalai terdapat 8 unit puskesmas, 13 unit puskesmas pembantu, 119 unit posyandu, 1 unit rumah sakit pemerintah dan 1 unit rumah sakit bersalin. Pada tahun 2010 dari 4.858 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi dasar di Kota Tanjungbalai sebanyak 3.995 (82,24%), pada tahun 2011 dari 4.857 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi dasar sebanyak 3.629 (74,72%), pada tahun 2012 dari 4.747 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi dasar sebanyak 3.188 (67,16%), pada tahun 2013 dari 3.643 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi dasar sebanyak 2.698 (74,06%), pada tahun 2014 dari 3.191 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi dasar sebanyak 2.797 (87,65%), dari data tersebut dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah imunisasi dasar di Kota Tanjungbalai cenderung menurun kecuali pada tahun 2013 dan 2014.

(62)

tahun jumlah imunisasi BCG di Kota Tanjungbalai cenderung menurun kecuali pada tahun 2013 dan 2014.

Pada tahun 2010 dari 4.858 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi DPT di Kota Tanjungbalai sebanyak 4.277 (88,04%), pada tahun 2011 dari 4.857 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi DPT sebanyak 3.877 (79,82%), pada tahun 2012 dari 4.747 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi DPT sebanyak 3.424 (72,13%), pada tahun 2013 dari 3.643 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi DPT sebanyak 3.209 (88,09%), pada tahun 2014 dari 3.191 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi DPT sebanyak 3.187 (99,88%) dari data tersebut dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah imunisasi DPT di Kota Tanjungbalai cenderung menurun kecuali pada tahun 2013 dan 2014.

Pada tahun 2010 dari 4.858 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi polio di Kota Tanjungbalai sebanyak 4.183 (86,10%), pada tahun 2011 dari 4.857 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi polio sebanyak 3.717 (76,53%), pada tahun 2012 dari 4.747 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi polio sebanyak 3.350 (70,57%), pada tahun 2013 dari 3.643 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi polio sebanyak 3.160 (86,74%), pada tahun 2014 dari 3.191 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi polio sebanyak 3.155 (98,87%), dari data tersebut dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah imunisasi polio di Kota Tanjungbalai cenderung menurun kecuali pada tahun 2013 dan 2014.

(63)

dari 4.747 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi campak sebanyak 3.607 (75,99%), pada tahun 2013 dari 3.643 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi campak sebanyak 3.165 (86,88%), pada tahun 2014 dari 3.191 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi campak sebanyak 2.990 (93,70%), dari data tersebut dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah imunisasi campak di Kota Tanjungbalai cenderung menurun kecuali pada tahun 2013 dan 2014.

Pada tahun 2010 dari 4.858 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi hepatitis B di Kota Tanjungbalai sebanyak 4.380 (90,16%), pada tahun 2011 dari 4.857 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi hepatitis B sebanyak 4.362 (89,81%), pada tahun 2012 dari 4.747 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi hepatitis B sebanyak 4.020 (84,69%), pada tahun 2013 dari 3.643 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi hepatitis B sebanyak 3.040 (83,45%), pada tahun 2014 dari 3.191 bayi (0-11 bulan), jumlah imunisasi hepatitis B sebanyak 2.843 (89,09%), dari data tersebut dapat dilihat bahwa dari tahun 2012 sampai tahun 2014 jumlah imunisasi hepatitis B di Kota Tanjungbalai cenderung meningkat kecuali pada tahun 2014.

5.2 Hasil Ramalan Jumlah Imunisasi Dasar dan Jumlah Imunisasi Dasar Berdasarkan Jenis Imunisasi Dasar Tahun 2015-2019

(64)

penyakit yang dapat dicegah seperti tuberkulosis, campak, pertusis, difteri dan tetanus.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui hasil peramalan dengan menggunakan metode proyeksi trend dan indeks musim untuk peramalan jangka panjang dan metode double eksponential smoothing untuk peramalan jangka pendek. Hasil analisa deret berkala yang dilakukan diketahui jumlah imunisasi dasar dan jumlah imunisasi dasar berdasarkan jenis imunisasi dasar, ada yang mengalami penurunan dan ada yang mengalami peningkatan. Peramalan dengan metode proyeksi trend dan indeks musim dilakukan pada imunisasi dasar, BCG, DPT, polio, campak, dan hepatitis B karena hasil uji regresi linier terdapat hubungan secara linier antara waktu dengan imunisasi dasar, BCG, DPT, polio, campak, dan hepatitis B

Ramalan jumlah imunisasi dasar pada tahun 2015-2019 mengalami penurunan. Pada imunisasi dasartrend bulanannya adalah Yi = 271,78 - 2,31 (Xi), Xi adalah indeks waktu pada periode data berkala bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2010-2014. Artinya terjadi penurunan jumlah imunisasi dasar sebanyak 2 bayi setiap bulannya. Pada tahun 2015 diperkirakan jumlah imunisasi dasar berkisar 2.258 bayi dan tahun 2019 mengalami penurunan sekitar 1.331menjadi 927 bayi.

(65)

sebanyak 3 bayi setiap bulannya. Padatahun 2015 diperkirakan jumlah imunisasi BCG berkisar 2.650 bayi dan tahun 2019 mengalami penurunan sekitar 1.625 menjadi 1.025 bayi.

Ramalan jumlah imunisasi DPT pada tahun 2015-2019 mengalami penurunan. Pada imunisasi DPT trend bulanannya adalah Yi = 299,57 – 1,98 (Xi), Xi adalah indeks waktu pada periode data berkala bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2010-2014. Artinya terjadi penurunan jumlah imunisasi DPT sebanyak 2 bayi setiap bulannya. Pada tahun 2015 diperkirakan jumlah imunisasi DPT berkisar 2.736 bayi dan tahun 2019 mengalami penurunan sekitar 1.140 menjadi 1.596 bayi.

Ramalan jumlah imunisasi polio pada tahun 2015-2019 mengalami penurunan. Pada imunisasi polio trend bulanannya adalah Yi = 292,75 – 1,81 (Xi), Xi adalah indeks waktu pada periode data berkala bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2010-2014. Artinya terjadi penurunan jumlah imunisasi polio sebanyak 2 bayi setiap bulannya. Pada tahun 2015 diperkirakan jumlah imunisasi polio berkisar 2.729 bayi dan tahun 2019 mengalami penurunan sekitar 1.043 menjadi 1.686 bayi.

(66)

jumlah imunisasi campak berkisar 2.521 bayi. Pada tahun 2019 mengalami penurunan sekitar 1.475 menjadi 1.046 bayi.

Ramalan jumlah imunisasi hepatitis B pada tahun 2015-2019 mengalami penurunan. Pada imunisasi hepatitis B trend bulanannya adalah Yi = 310,75 – 3,05 (Xi), Xi adalah indeks waktu pada periode data berkala bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2010-2014. Artinya terjadi penurunan jumlah imunisasi hepatitis B sebanyak 3 bayi setiap bulannya dan pada tahun 2015 diperkirakan jumlah imunisasi hepatitis B berkisar 2.403 bayi. Pada tahun 2019 mengalami penurunan sekitar 1.757 menjadi 646 bayi.

(67)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data berkala (time series) jumlah imunisasi dasar dan jumlah imunisasi dasar berdasarkan jenis imunisasi dasar tahun 2010-2014 di Kota Tanjungbalai maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peramalan dengan metode proyeksi trend dan indeks musim dilakukan pada imunisasi dasar (p = 0,011),

BCG (p = 0,006), DPT (p = 0,011), polio (p = 0,017), campak (p = 0,001), dan hepatitis B (0,016) karena hasil uji regresi linier terdapat hubungan secara linier antara waktu dengan imunisasi dasar, BCG, DPT, polio, campak dan hepatitis B (p < 0,05)

(68)

6.2 Saran

1. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai agar melakukan pendataan dan pelaporan dengan lengkap terhadap jumlah imunisasi dan dalam melakukan rekapitulasi dengan komputer dilakukan dengan teliti dan cermat. Evaluasi rutin terhadap tingkat pencapaian imunisasi di tingkat pelayanan kesehatan, pelaksanaan recall system dan pengembangan registrasi imunisasi merupakan beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah catatan imunisasi.

(69)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Imunisasi

2.1.1 Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. Sasaran imunisasi adalah Bayi (di bawah satu tahun), Wanita Usia Subur (WUS) ialah wanita berusia 15-49 tahun termasuk ibu hamil (Bumil) dan calon pengantin (catin) serta anak usia sekolah tingkat dasar (Kemenkes RI, 2013).

Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan antibodi, yang dalam bidang ilmu imunologi merupakan kuman atau racun (toxin disebut antigen). Secara khusus antigen merupakan bagian dari protein kuman atau protein racunnya. Bila antigen untuk pertama kalinya masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti terhadap racun kuman yang disebut dengan antibodi (Riyadi dan Sukarmin, 2009).

(70)

2.1.2 Pengembangan Program Imunisasi

Kegiatan imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun 1977 kegiatan imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B. Beberapa penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan merupakan komitmen global yang wajib diikuti oleh semua negara adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi campak – pengendalian rubella (EC-PR) dan Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) (Kemenkes RI, 2013).

2.1.3 Tujuan Imunisasi

(71)

2.1.4 Macam-Macam Imunisasi

Pada dasarnya ada dua macam imunisasi, yaitu : 1. Imunisasi aktif

Imunisasi yang diberikan untuk memperoleh kekebalan aktif disebut imunisasi aktif dengan memberikan zat bioaktif yang disebut vaksin, dan tindakan itu disebut vaksinasi. Kekebalan yang diperoleh dengan vaksinasi berlangsung lebih lama dari kekebalan pasif karena adanya memori imunologis (Matondang, Siregar dan Akib, 2011).

Imunisasi aktif merupakan imunisasi yang dilakukan dengan cara menyuntikan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak sendiri yang akan membuat zat antibodi yang akan bertahan bertahun-tahun lamanya. Imunisasi aktif ini akan lebih bertahan lama daripada imunisasi pasif (Riyadi dan Sukarmin, 2009).

Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon (Hidayat, 2008).

2. Imunisasi pasif

(72)

pemberianimmunoglobulin spesifik untuk penyakit tertentu (Matondang, Siregar dan Akib, 2011).

Pada imunisasi pasif tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara penyuntikan bahan atau serum yang telah mengandung zat anti. Atau anak tersebut mendapatkannya dari ibu pada saat dalam kandungan (Riyadi dan Sukarmin, 2009).

2.1.5 Jenis-Jenis Imunisasi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi, berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan imunisasi pilihan.

1. Imunisasi wajib

Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus.

a. Imunisasi rutin

(73)

1) Imunisasi dasar

Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun. Jenis imunisasi dasar terdiri atas :

a. Bacillus Calmette Guerin (BCG)

b. Diphtheria Pertusis Tetanus-HepatitisB (DPT-HB) atau Diphtheria

Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B

(DPT-HB-Hib)

c. Hepatitis B pada bayi baru lahir d. Polio

e. Campak 2) Imunisasi lanjutan

Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan.

b. Imunisasi tambahan

Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu. Pemberian imunisasi tambahan tidak menghapuskan kewajiban pemberian imunisasi rutin.

c. Imunisasi khusus

(74)

tertentu. Situasi tertentu antara lain persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar biasa.

2. Imunisasi Pilihan

Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit menular tertentu.Jenis imunisasi pilihan dapat berupa imunisasi Haemophillus influenza tipe b (Hib), Pneumokokus, Rotavirus, Influenza, Varisela, Measles Mumps Rubella, Demam Tifoid, Hepatitis A, Human Papilloma Virus (HPV), dan Japanese Encephalitis.

2.1.6 Jadwal Imunisasi 1) Imunisasi dasar

Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun. Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta, imunisasi BCG dan polio 1 diberikan sebelum bayi dipulangkan.

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar

Umur Jenis

0 bulan Hepatitis B0

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2

3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3

4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4

9 bulan Campak

(75)

Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melengkapiimunisasi dasar pada bayi yang diberikan kepada anak usia bawah tiga tahun (Batita), anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil. Imunisasi lanjutan pada WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu melakukan pelayanan antenatal.

Tabel 2.2 Jadwal Imunisasi Lanjutan Pada Anak Usia Bawah Tiga Tahun

Umur Jenis Imunisasi

18 bulan 24 bulan

DPT-HB-Hib Campak Sumber : Kemenkes RI, 2013

Tabel 2.3 Jadwal Imunisasi Lanjutan Pada Anak Usia Sekolah Dasar

Sasaran Imunisasi Waktu

Tabel 2.4 Imunisasi Lanjutan Pada Wanita Usia Subur (WUS) Status

2.1.7 Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)

(76)

Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Apabila seseorang terkena tuberkulosis, organ tubuh yang akan terkena adalah paru-paru, kelenjar, kulit, tulang, sendi, dan selaput otak. Cara penularan adalah melalui droplet atau percikan air ludah, sedangkan reservoir adalah manusia.

2. Difteri

Difteri disebabkan oleh corynebacterium dyptheriae tipe gravis, milis, dan intermedius, yang menular melaui percikan ludah yang tercemar. Anak terkena

difteri akan menunjukkan gejala yang ringan sampai berat. Gejala ringan dapat berupa membran pada rongga hidung dan gejala berat apabila terjadi obstruksi jalan nafas karena mengenai laring, saluran nafas bagian atas, tonsil, dan kelenjar sekitar leher membengkak (bull neck).

3. Pertusis

Pertusis disebabkan oleh Bordetella pertusis dengan penularan melalui droplet. Bahaya dari pertusis adalah pneumonia yang dapat menimbulkan

kematian. Gejala awal berupa batuk pilek, kemudian setelah hari ke-10 batuk bertambah berat dan sering kali disertai muntah.

4. Tetanus

(77)

kotoran hewan dan manusia. Gejala awal ditunjukkan dengan mulut mencucu dan bayi tidak mau menyusu.

5. Poliomielitis

Penyebab penyakit polio adalah virus polio tipe 1, 2, dan 3, yang menyerang mielin atau serabut otot, gejala awal tidak jelas, dapat timbul gejala demam ringan dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kemudian timbul gejala paralis yang bersifat flaksid yang mengenai sekelompok serabut otot sehingga timbul kelumpuhan. Kelumpuhan dapat terjadi pada anggota badan, saluran napas, otot menelan. Penularan penyakit ini adalah melalui droplet atau fekal, dan reservoarnya adalah manusia yang menderita polio.

6. Campak

Campak disebabkan virus morbili yang menular melalui droplet. Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivitis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik. Imunisasi diberikan pada anak usia 9 bulan dengan rasional kekebalan dari ibu terhadap penyakit campak berangsur akan hilang sampai usia 9 bulan.

7. Hepatitis B

(78)

secarahorizontal tenaga medis dan paramedis, pecandu narkotika, pasien hemodialisis, pekerja laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupuntur. Gejala yang dapat muncul tidak khas, seperti anoreksia, mual, dan kadang-kadang ikterik. Imunisasi hepatitis B diberikan pada bayi 0-11 bulan dengan maksud untuk memutus rantai penularan dari ibu ke bayi.

2.2Peramalan

2.2.1 Definisi Peramalan

Peramalan (forecasting) merupakan studi terhadap data historis dengan tujuan menemukan hubungan, kecenderungan dan pola yang sistematis. Dari hal tersebut, syarat utama peramalan kuantitatif maupun kualitatif adalah adanya pola atau hubungan atau kejadian yang diamati. Pola atau hubungan tersebut harus diidentifikasi dengan benar dan diproyeksikan untuk menghasilkan ramalan. Apabila pola atau hubungan tersebut tidak ada maka peramalan akan sulit dilakukan (Sugiarto dan Harijono, 2000).

2.2.2 Kegunaan Peramalan

(79)

tindakan-tindakan yang perlu dilakukan. Peramalan merupakan dasar untuk penyusunan rencana atau pengambilan keputusan. (Assauri, 1984).

Di dalam bagian organisasi terdapat beberapa peran penting dalam peramalan : 1. Penjadwalan sumber daya yang tersedia. Penggunaan sumber daya yang

efisien memerlukan penjadwalan produksi, transportasi, kas, personalia, dan sebagainya. Input yang penting untuk penjadwalan seperti itu adalah ramalan tingkat permintaan konsumennya atau si pelanggan, bahan, tenaga kerja, finansial atau jasa pelayanan.

2. Penyediaan sumber daya tambahan. Waktu tenggang (lead time) untuk memperoleh bahan baku, menerima pekerja baru atau membeli mesin dan peralatan dapat berkisar antara beberapa hari sampai beberapa tahun. Peramalan diperlukan untuk menentukan kebutuhan sumber daya di masa yang akan datang.

3. Penentuan sumber daya yang diinginkan. Setiap organisasi harus menentukan sumber daya yang ingin dimiliki dalam jangka waktu panjang. Keputusan semacam ini bergantung kepada kesempatan pasar, faktor-faktor lingkungan dan pengembangan internal dari sumber daya finansial, manusia, produk, dan teknologi.

2.2.3 Jenis-Jenis Peramalan

(80)

1. Jenis peramalan dilihat dari sifat penyusunannya

Peramalan dilihat dari sifat penyusunannya dapat dibedakan atas dua macam, yaitu :

a. Peramalan yang subyektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas perasaan atau intuisi dari orang yang menyusunnya. Dalam hal ini pandangan atau judgement dari orang yang menyusunnya sangat menentukan baik

tidaknya hasil ramalan tersebut.

b. Peramalan yang objektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas data yang relevan pada masa lalu, dengan menggunakan metode-metode dalam penganalisisan data.

2. Jenis peramalan dilihat dari jangka waktu ramalan yang disusun

Peramalan dilihat dari jangka waktu ramalan yang disusun dapat dibedakan atas dua macam, yaitu :

a. Peramalan jangka panjang, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan yang jangka waktunya lebih dari satu setengah tahun atau tiga semester

b. Peramalan jangka pendek, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan yang jangka waktunya kurang dari satu setengah tahun, atau tiga semester. Peramalan seperti ini diperlukan dalam penyusunan rencana tahunan, rencana kerja operasional dan anggaran. 3. Jenis peramalan dilihat dari sifat ramalan yang telah disusun

(81)

a. Peramalan kualitatif, yaitu peramalan yang didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu. Hasil peramalan sangat bergantung pada orang yang menyusunnya. Hal ini penting karena hasil peramalan tersebut ditentukan berdasarkan pemikiran yang bersifat intuisi, judgement atau pendapat, pengetahuan serta pengalaman dari penyusunnya

b. Peramalan kuantitatif, yaitu peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung pada metode yang dipergunakan dalam peramalan tersebut.

Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila dalam kondisi sebagai berikut :

1. Adanya informasi tentang keadaan yang lalu.

2. Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan dalam bentuk data.

3. Dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa yang akan datang.

2.2.4 Analisis Data Berkala (Time Series Analysis)

Data berkala (time series) adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk menggambarkan perkembangan suatu kegiatan. Analisis data berkala memungkinkan kita untuk mengetahui perkembangan waktu atau beberapa kejadian serta hubungan atau pengaruhnya terhadap kejadian lainnya. (Supranto, 2000).

(82)

tersebut, cek keakuratan ramalan menggunakan satu atau lebih ukuran (Setiadi, 2003).

Bentuk data yang dimaksud dikelompokkan menjadi 4 jenis : 1. Bentuk data horizontal/stationer/irregular

Terjadi apabila nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-ratanya. 2. Bentuk data musiman/seasonal

Bila seriesnya dipengaruhi oleh faktor musiman 3. Bentuk data siklis

Data dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi yang panjang seperti dihubungkan dengan siklis bisnis dan lain-lain

4. Bentuk trend

Bila penurunan/kenaikan data terjadi berkepanjangan

Gerakan atau variasi dari data berkala ada 4 komponen yaitu :

1. Trend jangka panjang (trend seculer)

2. Variasi siklis (cyclical variation) 3. Variasi musiman (seasonal variation)

4. Gerakan tidak beraturan (variasi residu/irregular) Secara simbolis dapat dinyatakan dengan persamaan :

Dimana : Y = Time series

T = Trend jangka panjang (trend seculer) C = Variasi siklis (cyclical variation) S = Variasi musiman (seasonal variation)

(83)

I = Gerakan tidak beraturan (variasi residu/irregular)

a. Trend jangka panjang (trend seculer)

Trend jangka panjang disimbolkan T, merupakan suatu gerakan yang

menunjukkan arah perkembangan secara umum, garis trend sangat berguna untuk membuat ramalan (forecasting).

Y=f(x) Y=f(x) Y=f(x) Y=f(x)

Waktu X Waktu X Waktu X Waktu X Trend naik Trend turun Trend tetap Trend fluktuasi

Gambar 2.1 Bentuk-bentuk Trend b. Variasi siklis (cyclical variation)

Variasi siklis disimbolkan C, merupakan gerakan jangka panjang disekitar garis trend. Gerakan siklis ini terulang setelah jangka waktu tertentu, tetapi bisa juga tidak terulang dalam jangka waktu yang sama.

Y=f(x)

Waktu X

Gambar 2.2Kurva Gerakan/Variasi siklis c. Variasi musiman (seasonal variation)

(84)

data bulanan yang dikumpulkan dari tahun ke tahun, dan juga berlaku bagi data harian, mingguan atau tahunan yang lebih kecil.

Y=f(x)

Waktu X

Gambar 2.3Kurva Gerakan/Variasi musiman d. Gerakan tidak beraturan (variasi residu/irregular)

Gerakan tidak teratur disimbolkan I, merupakan gerakan variasi yang sporadic sifatnya, misalnya naik turunnya produksi padi akibat banjir yang datangnya tidak teratur.

Y=f(x)

Waktu X

Gambar 2.4 Kurva Gerakan Tidak Beraturan 2.2.5 Metode Peramalan Kuantitatif

(85)

cara pemikiran, pengerjaan dan pemecahan masalah yang sistematis dan pragmatis sehingga memberikan tingkat keyakinan yang lebih besar atas ketepatan hasil ramalan yang dibuat (Assauri, 1984).

Pada dasarnya metode kuantitatif ini dapat dibedakan atas :

1. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisis pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel lain yang memengaruhinya bukan waktu, yang disebut metode korelasi atau sebab akibat (causal methods). Metode ini terdiri dari :

a. Metode regresi dan korelasi

b. Metode ekonometrika untuk peramalan jangka panjang dan jangka pendek

c. Metode analisis input output untuk proyeksi trend ekonomi jangka panjang

2. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisis pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu yang merupakan deret waktu dari data berkala (time series). Metode ini terdiri dari metode smoothing, metode Box Jenkins, dan metode proyeksi trend dengan regresi

1. Metode smoothing

(86)

bergerak (moving average) dan metode exponential smoothing (Gitosudarmo, 2001).

a. Moving Averages

Dengan moving averages (rata-rata bergerak) ini kita dapat melakukan peramalan dengan mengambil sekelompok nilai pengamatan, mencari rata-ratanya lalu menggunakan rata-rata tersebut sebagai ramalan untuk periode berikutnya. Istilah bergerak digunakan untuk setiap kali data observasi baru tersedia, maka angka rata-rata yang baru dihitung dan dipergunakan sebagai ramalan (Gitosudarmo, 2001).

1) Single Moving Average

Persamaan matematis dari single moving averages adalah :

Keterangan :

Ft + 1 = Ramalan untuk periode ke t+1 Xt = Nilai riil periode ke t

n = Jangka waktu rata-rata bergerak

2) Double Moving Average

Menentukan ramalan dengan metode double moving average sedikit lebih sulit dibandingkan dengan metode single moving average. Ada beberapa langkah dalam menentukan ramalan dengan metode double moving average, yakni :

(87)

b) Menghitung moving average rata-rata bergerak kedua, diberi simbol St ini dihitung dari rata-rata bergerak pertama. Hasilnya diletakkan pada periode terakhir moving average kedua

c) Menentukan besarnya nilai at (konstanta) at = S't + (S't - S"t )

d) Menentukan besarnya nilai bt (slope).

V adalah jangka waktu moving average kedua. e) Menentukan besarnya forecast.

Ft + m = at + bt (m)

M adalah jangka waktu forecast ke depan.

b. Exponential Smoothing

Metode exponential smoothing merupakan pengembangan dari metode moving average. Dalam metode ini peramalan dilakukan dengan mengulang

perhitungan secara terus-menerus dengan menggunakan data terbaru, setiap data diberi bobot, data yang lebih baru diberi bobot yang lebih besar. Dua metode exponential smoothing diantaranya single exponential smoothing dan double

exponential smoothing.

1. Single exponential smoothing

Persamaan matematis dari metode ini adalah : Ft + 1 = αXt + (1-α) Ft

Keterangan :

Gambar

Tabel 4.1 Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan di Kota Tanjungbalai Tahun 2014
Tabel 4.3 Distribusi Kelompok Umur Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Tanjungbalai Tahun 2014 Kelompok
Tabel 4.6 Ramalan Jumlah Imunisasi Dasar
Gambar 4.6 Ramalan Jumlah Imunisasi BCG
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seperti halnya di Stasiun Kota Lama Malang, bangunan Stasiun Pasar Turi Surabaya juga masih menggunakan struktur kayu pada bagian peronnya.. Penggunaan kayu pada

Arsitektur tropis dapat berbentuk apa sajatidak harus serupa dengan bentuk-bentuk arsitektur tradisional yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia,

Jika akan disusun jadwal keberangkatan BRT yang siap digunakan operator Trans Jogja, maka bilangan kabur yang menyatakan waktu keberangkatan tersebut harus diubah menjadi

Lampu lalu lintas adalah suatu rangkaian peralatan elektronika yang dalam pengembangannya digunakan untuk mengatur lalu lintas di jalan raya.. Outputnya berupa led merah, kuning

[r]

Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat didefenisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja ( Hayami et

129 tentang SPM Rumah Sakit Bidang Farmasi, waktu tunggu pelayanan obat jadi &lt;30 menit dan obat racikan &lt;60 menit, sehingga waktu tunggu di pelayanan farmasi IFRS

Masih dengan analisis yang sama, dilakukan input data parameter kesesuaian lahan dalam SIG dan akan dihasilkan peta kesesuaian lahan budidaya rumput laut di