• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Entrepreneurial Networking dan Karakteristik Wirausaha terhadap Kinerja Usaha Mikro ( Studi pada usaha mikro kawasan Kecamatan Medan Perjuangan dan Medan Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Entrepreneurial Networking dan Karakteristik Wirausaha terhadap Kinerja Usaha Mikro ( Studi pada usaha mikro kawasan Kecamatan Medan Perjuangan dan Medan Barat)"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH ENTREPRENEURIAL DAN ENTREPENEUR CHARACTERISTIC TERHADAP KINERJA USAHA MIKRO (STUDI PADA USAHA MIKRO KAWASAN KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN DAN MEDAN BARAT

Responden yang terhormat,

Saya mohon kesediaan saudara/saudari untuk mengisi daftar pernyataan penelitian ini. Informasi yang saudara/berikan adalah sebatai data penelitian dalam rangka penyusunan skripsi. Informasi yang saudara/i berikan merupakan bantuan yang sangat berarti dalam penyelesaian penelitian ini. Atas bantuan saudara/i, saya mengucapkan terimakasih.

I. Identitas Responden Nama Usaha : Alamat Usaha : Lama Usaha : Usia Pemilik Usaha : Tingkat Pendidikan : Jenis Usaha Kuliner : Jumlah Pegawai : Jumlah Cabang :

II. Kuesioner Penelitian

A. Entreprenuerial Networking

No. Pernyataan Jawaban

Membangun hubungan pribadi kepada mitra bisnis usaha mikro

1. Menjalin hubungan yang baik dengan pemasok dapat memberikan keuntungan pada usaha saya

(2)

2. Menjalin komunikasi yang baik dengan pemasok dapat mencegah resiko yang akan terjadi pada usaha saya

Tidak Setuju __ __ __ __ __ __ Setuju 1 2 3 4 5 6

3. Membangun hubungan baik dengan mitra bisnis untuk mendukung kemajuan perkembangan bisnis saya

5. Saya memberikan kemudahan proses bagi individu yang ingin menjadi rekan bisnis

Tidak Setuju __ __ __ __ __ __ Setuju 1 2 3 4 5 6

B. Karakteristik Wirausaha

No. Pernyataan Jawaban

Kemampuan berinovasi

1. Saya mempunyai keinginan untuk menghasilkan produk yang jenisnya lebih beraneka ragam

Tidak Setuju __ __ __ __ __ __ Setuju 1 2 3 4 5 6

2. Waktu luang yang tersedia selalu saya gunakan untuk meningkatkan keterampilan dengan cara belajar

Tidak Setuju __ __ __ __ __ __ Setuju 1 2 3 4 5 6

Rasa percaya diri

3. Saya lebih berupaya untuk mengambil manfaat yang berguna dari semua kendala yang dihadapi

Tidak Setuju __ __ __ __ __ __ Setuju 1 2 3 4 5 6

4. Saya memiliki rasa optimistik yang tinggi untuk mencapai/memperoleh sesuatu

Tidak Setuju __ __ __ __ __ __ Setuju 1 2 3 4 5 6

(3)

C. Kinerja Usaha Mikro

No. Pernyataan Jawaban

Kuantitatif

1. Peningkatan penjualan sebagai pendukung dalam kinerja usaha saya

Tidak Setuju __ __ __ __ __ __ Setuju 1 2 3 4 5 6

2. Peningkatan pendapatan usaha yang stabil sebagai pendukung dalam kinerja usaha

saya

Tidak Setuju __ __ __ __ __ __ Setuju 1 2 3 4 5 6

3. Pertumbuhan keuntungan yang berkelanjutan sebagai pendukung dalam kinerja usaha saya

Tidak Setuju __ __ __ __ __ __ Setuju 1 2 3 4 5 6

Kualitatif

4. Kedisiplinan yang ada pada tenaga kerja sangat dibutuhkan untuk kemajuan kinerja usaha saya

Tidak Setuju __ __ __ __ __ __ Setuju 1 2 3 4 5 6

5. Keberhasilan dalam pencapaian target usaha sangat dibutuhkan untuk pencapaian kinerja usaha saya

Tidak Setuju __ __ __ __ __ __ Setuju 1 2 3 4 5 6

6. Aktifitas yang tinggi pada tenaga kerja sangat penting untuk mendukung keberhasilan kinerja usaha saya

Tidak Setuju __ __ __ __ __ __ Setuju 1 2 3 4 5 6

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Budiarta, Kustoro. 2010. Pengantar Bisnis, Edisi 2,Bogor : Penerbit Mitra Wacana Media.

Handoko, T. Hani. 1986. Manajemen Edisi II. Yogyakarta. BPFE.

Hasibuan, Malayu S.P. 2011. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara.

Kuncoro, Mudrajat, 2009. Metode Riset Untuk Ekonomi dan Bisnis: Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis, Erlangga , Jakarta.

Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sangadji, E.M. dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi.

Sanusi, Achmad. 2013. Pengantar Bisnis. Jakarta: Rajawali Press.

Situmorang, Syafrizal Helmi & Muslich Lutfi. 2015. Analisis Data Untuk Riset Manajemen Dan Bisnis. Medan: USU Press.

Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Usman, Husaini. 2014. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 4. Jakarta: Bumi Aksara.

Zimmerer, Thomas W dan Norman M. Scarborough. 2005. Essential of Entrepreneurship and Small business Management, Edisi 4, United States of America: Pearson Prentice Hall.

Jurnal:

Chattopadhyay, Rachana. 2008. Social Networking and Entrepreneurial Success.ICFAI Business School December 2008 Vol 4 No 3. Page 39. Crossan MM, Lane Hw, White RE. 1999. An Organizational Learning

(5)

Fadholi, Muhammad Reza dan Mochammad Amien Gunadi. 2013. Pengaruh Karakteristik Pribadi Wirausahawan Pada Kinerja Usaha Dengan Orientasi pasar Sebagai Variabel Pemediasi: Studi Pada UKM Fotokopi, Rental Komputer dan Warnet di Kota Surakarta. Vol. 12, No. 1.

Handayani, Tri. 2013. Pengaruh Lingkungan Makro Terhadap Kinerja Usaha:Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 23-37.

Hindle, Kevin dan Kim Klyver.2006. Exploring The Relationship Between Media Coverage and Participation in Entrepreneurship: Initial Global Evidence and Research Implicationi: International Entrepreneur Management Journal Vol 3, 16 November 2006:217-242.

Indiarti, Nurul dan Maria Langenberg. 2004. “Factors Affecting Business Success

among SMEs: Empirical Evidences from Indonesia”.

Kase, Kimio and James Yan Shu liu.1996. Entrepreneurial Networking in Japanese Management. International Marketing Review; 1996, Volume 3. Page 13.

Klyver, Kim dan Sharon Grant.2010. Gender Differences in Entrepreneurial Networking and Participation: International Journal and Gender Entrepreneurship Vol 2. No 3. 2010, hlm 213-227.

Milovanovic, Bojic dan Zoran Wittinie. 2014. Analysis of External Environment’s Moderating Role on the Entrepreneurial Orientation and Busniness

Performance Relationship among Italian’s SME: International Journal of Trade, Economics and Finance, Vol. 5, No. 3, June 2014.

Samir, Alfin dan Dwi Larso. 2011. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja UKM Catering di Kota Bandung. Vol. 10.

Skripsi :

Fauzi, Ari Ahmad. 2014. Pengaruh Orientasi Pasar dan Inovassi Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Sentra Sepatu dan Tas Cibaduyut Bandung.Bandung. Fakultas Manajemen dan Bisnis Universitas Widyatama.

(6)

Thesis:

Naswastu,Lisa. Pengaruh Karakteristik Wirausahawan dan Pendidikan Kewirausahaan yang Dimiliki Individu Terhadap Terhadap Intensi Berwirausaha Pada Lulusan Universitas Kristen Petra Surabaya. Ttp: tp, 2011.

Suyatni, Sri. Analisis Pengaruh Karakteristik Wirausahawan Terhadap Kepuasan Berwirausaha dan Kepuasan Hidup Wirausahawan. Ttp: tp, 2004

Internet :

http://Kontan.co.id/ diakses oleh M Raja Oloan Siregar Pada Rabu, 06 Mei 2015 http://www.sumutinvest.com/detailArtikel.php?kategori=1&id=22 diakses oleh

M. Raja Oloan Siregar pada Rabu 06 Mei 2015

http://www.waspada.co.id/ diakses oleh M. Raja Oloan Siregar pada Rabu, 06 Mei 2015

http://antaranews.com// diakses oleh M. Raja Oloan Siregar pada Rabu, 06 Mei 2015

(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2012:11). Adapun variabel yang dihubungkan dalam penelitian ini adalah entrepreneurial networking (X1), karakteristik wirausaha (X2), dan kinerja usaha mikro (Y).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Barat dan Medan Perjuangan. Penelitian ini direncakanan akan dilaksanakan sejak bulan September 2015 sampai dengan bulan Desember 2015.

3.3 Batasan Operasional

Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan, maka penelitian ini dibatasi pada pengaruh entrepreneurial networking (X1) dan karakteristik wirausaha (X2) terhadap kinerja usaha mikro (Y).

3.4 Definisi Operasionalisasi Variabel

(8)

memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian, maka perlu defenisi variabel-variabel yang akan diteliti sebagai berikut :

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Defenisi Dimensi Indikator Skala

Ukur

(9)

untuk

1. Kuantitatif 1. Peningkatan penjualan

2. Kualitatif 1. Kedisiplinan yang ada pada

(10)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah enterpreneurial networking (X1), karakteristik wirausaha (X2), dan kinerja usaha mikro (Y) yang diukur dengan Semantic Defferensial. Semantic-differensial adalah skala yang menggunakan dua buah nilai ekstrim dan subjek diminta untuk menentukan responsnya diantara dua nilai tersebut di ruang yang disediakan yang disebut dengan ruang semantik (Jogiyanto, 2004: 67).

Skala pengukuran yang berbentuk semantic defferensial dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dipunyai seseorang, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun secara satu garis kontinum (Sugiyono, 2009:140). Dalam penelitian ini, responden dapat memberi jawaban, pada rentang jawab yang positif sampai dengan negative. Kriteria pengukurannya adalah sebagai berikut:

Setuju __ __ __ ____ __Tidak setuju

1 2 3 4 5 6

Pintar __ __ __ __ __ __ Naif

1 2 3 4 5 6

Besar __ __ __ __ __ __ Kecil

1 2 3 4 5 6

Sumber : Jogiyanto, 2004 :67 Gambar 3.1

(11)

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

3.6.1 Populasi

Menurut Kuncoro (2003:103), Populasi adalah sekelompok elemen yang lengkap yang biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah usaha mikro yang bergerak di bidang kuliner di Kecamatan Medan Barat dan Medan Perjuangan yang berjumlah 51. Ada pun kriteria populasi adalah usaha mikro yang bergerak di bidang kuliner dalam skala ukuran PKL (Pedagang Kaki Lima) yang telah berdiri dua tahun atau lebih.

3.6.2 Sampel

Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel yang digunakan peneliti adalah sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, atau peneliti yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono,2005). Berdasarkan penjelasan tersebut, yang menjadi sampel penelitian ini adalah 51 uasha mikro yang bergerak di bidang kuliner di Kecamatan Medan Barat dan Medan Perjuangan.

3.7 Jenis Data

(12)

dipakai untuk suatu keperluan (Marzuki, 2005:55). Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yakni :

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan daftar pertanyaan / kuesioner kepada usaha mikro yang bergerak di bidang kuliner di Kecamatan Medan Barat dan Medan Perjuangan

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumentasi dengan mempelajari berbagai tulisan melalui buku, jurnal, dan majalah dan situs internet untuk mendukung penelitian. Melalui tinjauan pustaka dapat dibangun landasan teori yang sesuai dengan permasalahan atau kerangka konseptual penelitian misalnya buku-buku referensi (baik buku-buku wajib perkuliahan maupun buku-buku umum), jurnal-jurnal penelitian, yang berkaitan dengan pembahasan penelitian untuk mencari teori-teori dan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penelitian ini.

3.8 Metode Pengumpulan Data

1. Kuesioner

(13)

2. Studi Dokumentasi

Dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data-data yang diperoleh dari berbagai macam buku, jurnal dan informasi dari internet yang berhubungan dengan faktor-faktor yang menghambat produktivitas berwirausaha pada wirausahawan.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah suatu kuesioner layak digunakan sebagai instrument penelitian. Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Skala pengukuran dikatakan valid jika skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Reliabilitas digunakan untuk mengukur akurasi dan konsistensi dari pengukuranya yaitu instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama menghasilkan data yang sama. Realibitas menunjukkan akurasi dan konsistensi dari pengukuranya (Situmorang dan Lutfi, 2011:76). Uji validitas dan Realibilitas juga akan dilakukan pada 30 responden yang terdiri dari usaha mikro yang bergerak di bidang kuliner yang ada di kawasan Kecamatan Medan Timur dan Medan Helvetia yang karakteristiknya sama dengan responden, namun merupakan diluar responden.

3.9.1 Uji Validitas

(14)

instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat mengukur construct sesuai dengan tujuan dan harapan peneliti. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai correlated item – total correlation atau disebut dengan rhitung pada setiap butir pertanyaan terhadap nilai rtabel. Sunyoto (2009: 72) menyatakan sebagai berikut:

1. Jika rhitung positif dan rhitung rtabel , maka butir pertanyaan pada setiap variabel penelitian dinyatakan valid, dan

2. jika rhitung negatif atau rhitung rtabel , maka butir pertanyaan pada setiap variabel penelitian dinyatakan tidak valid.

Menurut Sugiyono (2009:114), syarat minimum yang dianggap memenuhi syarat adalah kalau nilai r > 0,30. Jadi korelasi antara butir dengan total skor kurang dari 0,30 maka butir dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid.

Tabel 3.2

(15)

Scale Mean if

Sumber: Pengolahan Data, SPSS (2015)

Suatu pertanyaan dikatakan valid apabila mempunyai nilai korelasi lebih kecil dari 0,3. Dari Tabel 3.2, memperlihatkan bahwa nilai corrected item-total correlation semua butir pernyataan pada semua variabel lebih besar dari 0,3, yang berarti pertanyaan tersebut sudah cukup valid.

3.9.2 Uji Reliabilitas

(16)

pengukurannya. Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa butir pertanyaan disebut reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan bersifat konsisten dari waktu ke waktu.

Penelitian ini menggunakan one shot dimana kuesioner diberikan hanya sekali saja kepada responden dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain untuk mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.

Pengukuran reliabilitasnya menggunakan uji statistik Cronbach Alpha. Menurut Sunyoto (2009: 68) suatu konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha >0,60.

Tabel 3.3

Hasil Pengujian Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.750 21

Sumber: Pengolahan Data, SPSS (2015)

Suatu pertanyaan dikatakan realibel apabila mempunyai nilai korelasi lebih kecil dari 0,6. Dari Tabel 3.3, memperlihatkan bahwa nilai cronbach’s alpha if item deleted semua butir pertanyaan pada semua variabel lebih besar dari 0,6 yaitu 0,750 > 0,6 yang berarti pernyataan tersebut sudah cukup reliabel.

3.10 Uji Asumsi Klasik

(17)

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas adalah mengetahui apakah variabel dependen, independen, atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan grafik fan pendekatan statistik yaitu Kolmogrov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% maka jika nilai Asymp.sig. (2-tailed) diatas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal.

2. Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain atau dengan kata lain apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama diantara anggota grup tersebut. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Alat analisisnya adalah diagram pancar scatterplot.

3. Uji Multikolinearitas

(18)

a) VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinearitas.

b) Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas.

3.11 Teknik Analisis Data

3.11.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan suatu metode analisis dimana data yang telah diperoleh, di susun, dikelompokkan, dianalisis, kemudian diinterprestasikan.

3.11.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis statistic regresi linier berganda. Dimana secara umum data hasil pengamatan Y dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas X1, X2. Sehingga rumus umum dari regresi berganda yaitu :

Y = α + β1X1 + β2X2 + e

Dimana : Y = Kinerja usaha α = Konstanta

β = Koefisien regresi

X1 = Entrepreneurial Networking X2 = Karakteristik wirausaha e = Standar error

(19)

3.12 Pengujian Hipotesis

Model regresi yang telah memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis melalui pengujian hipotesis sebagai berikut:

1. Uji Signifikasi Simultan (Uji-F)

Uji ini menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesis dirumuskan sebagai berikut:

Ho : β1 = β2 = 0

Artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Ha : β1 ≠ β2 0

Artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel-variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Kriteria Pengujiannya dengan taraf signifikansi sebesar 5% maka:

Nilai Fhitung akan dibandingkan dengan nilai Ftabel . Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu:

Ho diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5% Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%

2. Uji signifikan Individual/Uji Parsial (Uji-t)

(20)

pengujian secara parsial menggunakan uji t. Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen

Untuk menguji apakah masing-masing variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat secara parsial dengan menentukan derajat

kepercayaan 95% (α =0,05) dan juga penerimaan atau penolakan hipotesa, maka

cara yang dilakukan adalah :

a. H0 : b1 = 0 artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

b. H0 : b1≠ 0 artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

3. Koefisien Determinasi (R2)

(21)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Kecamatan Medan Barat

Kecamatan Medan Barat merupakan salah satu kecamatan dari 21 kecamatan yang ada di Kota Medan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1973 terbentuk dan disyahkan menjadi kecamatan definitive dari 4 kecamatan yang ada di Kota Medan membawahi 6 Kelurahan. Kecamatan Medan Barat merupakan dataran secara sedang 5 – 10 m diatas permukaan laut berbatasan dengan kecamatan:

Sebelah Utara : Kecamatan Medan Helvetia Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Timur Sebelah Timur : Kecamatan Medan Petisah Sebelah Barat : Kecamatan Medan Delil

Medan Barat adalah salah satu daerah jasa dan perniagaan di Kota Medan. Di sini ini terdapat sebuah bengkel khusus kereta api yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia Eksploitasi Sumatera Utara (PT. KAI-ESU).

(22)

Tabel 4.1

Kecamatan Medan Barat Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan, Tahun 2014

Sumber: Data Kecamatan Medan Barat, Tahun 2015

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa penduduk paling banyak terdapat di

Jumlah penduduk berdasarkan agama dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2.

Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Barat Berdasarkan Agama Menurut Kelurahan, Tahun 2014

(23)

Tabel di atas menunjukkan 20.310 jiwa penduduk Kecamatan Medan Barat beragama Islam, beragama Protestan sebanyak 14.953 jiwa, beragama Katolik sebanyak 12.688 jiwa, sedangkan agama Budha hanya 3.212 jiwa dan Hindu sebanyak 1.473 jiwa.

Tabel di atas menunjukan bahwa di Kecamatan Medan Barat masyarakatnya ditinjau dari sudut agama dapat dikatakan majemuk, karena hampir semua agama yang ada dianut oleh penduduk Kecamatan Medan Barat. Meskipun agama Islam yang dominan tetapi penganut-penganut agama yang lain dapat hidup berdampingan dengan baik dan toleransi agama juga cukup baik sehingga tidak pernah terjadi perselisihan antar umat beragama.

2. Kecamatan Medan Perjuangan

Kecamatan Medan Perjuangan menempati posisi sebelah Timur Timur Laut Kota Medan dengan luas wilayah 431,2 Km2. Batas wilayah administratif meliputi:

Sebelah Utara : Kecamatan Medan Tembung dan Medan Perjuangan Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Kota

Sebelah Timur : Kecamatan Medan Perjuangan

Sebelah Barat : Kecamatan Medan Estate dan Medan Barat

(24)

berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan penduduk, dan sumber air minum dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:

Tabel 4.3

Kecamatan Medan Perjuangan Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan, Tahun 2014

No Kelurahan KK Jiwa

1. Sei Kera Hilir I 1.674 11.034

2. Sei Kera Hilir II 1.607 9.023

3. Sei Kera Hulu 1.973 8.474

4. Tegal Rejo 3.012 23.809

5. Sidorame Barat I 2.156 9.453

6. Sidorame Barat II 4.312 9.019

7. Sidorame Timur 1.794 10.313

8. Pahlawan 1.858 8.496

9. Pandu Hilir 2.265 8.374

Jumlah 20.651 97.999

Sumber: Data Kecamatan Medan Perjuangan, Tahun 2015

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa penduduk paling banyak terdapat di kelurahan Tegal Rejo yaitu sebanyak 23.809 jiwa (3.012 KK), kemudian diikuti kelurahan Sei Kera Hilir I sebanyak 11.034 jiwa (1.674 KK), Kelurahan Sidorame Timur sebanyak 10.313 jiwa (1.794 jiwa), sedangkan kelurahan yang lainnya memiliki penduduk dibawah 10.000 jiwa.

(25)

Tabel 4.4

Kecamatan Medan Perjuangan Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan Berdasarkan Jenis Kelamin, Tahun 2014

No Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Sei Kera Hilir I 10.248 10.272 20.520

2. Sei Kera Hilir II 4.430 4.780 9.210

3. Sei Kera Hulu 4.469 5.122 9.771

4. Tegal Rejo 5.683 5.882 11.565

5. Sidorame Barat I 6.498 6.478 13.246

6. Sidorame Barat II 4.635 5.410 10.045

7. Sidorame Timur 5.206 5.506 10.712

8. Pahlawan 4.273 5.459 9.732

9. Pandu Hilir 5.702 5.868 11.570

Sumber: Data Kecamatan Medan Perjuangan, Tahun 2015

Dari data diatas terlihat bahwa sebagian besar penduduk berada di Kelurahan Tegal Rejo, yaitu sebanyak 23.809 jiwa (24,3%) tegal rejo dan jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki.

4.2 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan, penyusunan, penganalisisan data, sehingga dapat diketahui gambaran umum dari objek yang diteliti. Data utama dalam penelitian ini adalah informasi dari responden dan pernyataan-pernyataan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam menganalisis masalah penelitian yang dirumuskan.

(26)

untuk variabel kinerja usaha mikro. Analisis deskriptif pada penelitian ini diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada 51 orang responden. Kuesioner berisikan deskripsi responden dan jawaban atas pernyataan yang diberikan.

Tabel 4.5

Hasil Analisis Karakteristik Responden Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-Laki 18 29 %

Perempuan 33 71 %

Total 51 100 %

Sumber : Hasil Penelitian 2015 (diolah)

Pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, yakni responden laki-laki sebanyak 18 orang responden atau 29% dan wanita sebanyak 33 orang responden atau 71%. Hal ini menunjukkan mayoritas responden adalah perempuan pada usaha kuliner di Kecamatan Medan Barat dan Medan Perjuangan. Ini menunjukkan bahwa pekerjaan kuliner lebih banyak digeluti oleh perempuan..

Tabel 4.6

Karekteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase

< 30 Tahun 14 27,45 %

30 - 45 Tahun 25 49,02 %

>45 Tahun 12 23,53 %

Total 51 100,00 %

Sumber : Hasil Penelitian 2015 (diolah)

(27)

dimana pada usia tersebut pengusaha masih dapat bekerja dengan baik dan masih memiliki fisik yang kuat dalam melaksanakan pekerjaannya masing-masing.

Tabel 4.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

Sarjana Strata 1 6 11,77 %

Diploma III 15 29,41 %

SMA 30 58,82 %

Total 51 100,00 %

Sumber : Hasil Penelitian 2015 (diolah)

Tabel 4.7 menunjukkan tingkat pendidikan responden yang diteliti adalah Sarjana strata 1 sebanyak 6 orang atau sebesar 11,77 %, yang memiliki tingkat pendidikan Diploma III yaitu sebanyak 15 orang atau sebesar 29,41 % dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 30 orang atau sebesar 58,82 %. Dalam hal ini bahwa mayoritas tingkat pendidikan para pengusaha adalah SMA.

Tabel 4.8

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Lama Bekerja Jumlah Persentase

< 5 Tahun 5 9,81 %

5 - 10 Tahun 29 56,86%

> 10 Tahun 17 33,33%

Total 51 100,00 %

Sumber : Hasil Penelitian 2015 (diolah)

(28)

4.2.1. Entrepreneurial Networking

Tanggapan responden mengenai entrepreneurial networking :

Tabel 4.9

Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel Entrepreneurial Networking

Item Pernyataan

1 2 3 4 5 6

F % F % F % F % F % F %

1 0 0 6 11,8 6 11,8 21 41,2 13 25,5 5 9,8 2 0 0 7 13,7 3 5,9 13 25,5 18 35,3 10 19,6 3 0 0 5 9,8 5 9,8 14 27,5 19 37,3 8 15,7 4 0 0 5 9,8 9 17,6 10 19,6 13 25,5 14 27,5 5 0 0 2 3,9 7 13,7 18 35,3 14 27,5 10 19,6 Sumber : Hasil Penelitian 2015 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa :

a. Pada butir pernyataan “Menjalin hubungan yang baik dengan pemasok dapat memberikan keuntungan pada usaha saya“ dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, terdapat 5 (9,8%) responden setuju pada tingkat angka 6 bahwa menjalin hubungan yang baik dengan pemasok dapat memberikan keuntungan pada usaha. Terdapat 13 (25,5%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 5, lalu 21 (41,2%) responden menyatakan setuju pada tingkat angka 4, dan masing-masing 6 (11,8%) responden menyatakan tidak setuju pada tingkat angka 3 dan 2 dengan pernyataan tersebut. Hal ini berarti mayoritas responden setuju bahwa menjalin hubungan yang baik dengan pemasok dapat memberikan keuntungan pada usaha.

b. Pada butir pernyataan ”Menjalin komunikasi yang baik dengan pemasok dapat

mencegah resiko yang akan terjadi pada usaha saya“ dari kuisioner yang

(29)

tingkat angka 6 bahwa menjalin komunikasi yang baik dengan pemasok dapat mencegah resiko yang akan terjadi pada usaha. Sebanyak 18 (35,3%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 5, selanjutnya 13 (25,5%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 4, selanjutnya 3 (5,9%) dan 7 (13,7%) responden menyatakan tidak setuju di tingkat angka 3 dan 2 dengan pernyataan tersebut. Hal ini berarti mayoritas responden setuju bahwa menjalin komunikasi yang baik dengan pemasok dapat mencegah resiko yang akan terjadi pada usaha.

c. Pada butir pernyataan “Membangun hubungan baik dengan mitra bisnis untuk mendukung kemajuan perkembangan bisnis saya“ dari kuisioner yang disebar dan dianalisis, terdapat 8 (15,7%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 6 bahwa membangun hubungan baik dengan mitra bisnis untuk mendukung kemajuan perkembangan bisnis. Terdapat 19 (37,3%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 5, selanjutnya 14 (27,5%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 4, dan masing-masing 5 (9,8 %) responden menyatakan tidak setuju pada tingkat angka 3 dan 2 dengan pernyataan tersebut. Hal ini berarti mayoritas responden setuju bahwa membangun hubungan baik dengan mitra bisnis untuk mendukung kemajuan perkembangan bisnis.

(30)

tingkat angka 3 dan 2 dengan pernyataan tersebut. Hal ini berarti mayoritas responden setuju bahwa memiliki sikap yang jujur dengan mitra bisnis.

e. Pada butir pernyataan “Saya memberikan kemudahan proses bagi individu yang ingin menjadi rekan bisnis” dari kuisioner yang disebar dan dianalisis, terdapat 10 (19,6%) responden menyatakan setuju pada tingkat angka 6 bahwa memberikan kemudahan proses bagi individu yang ingin menjadi rekan bisnis. Terdapat 14 (27,5%) responden menyatakan setuju di tingkat 5, selanjutnya 18 (35,3%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 4, lalu ada 7 (13,7%) dan 2 (3,9%) responden menyatakan tidak setuju di tingkat angka 3 dan 2 dengan pernyataan tersebut. Hal ini berarti mayoritas responden setuju bahwa memberikan kemudahan proses bagi individu yang ingin menjadi rekan bisnis.

4.2.2. Karakteristik Wirausaha

Tanggapan responden mengenai karakteristik wirausaha:

Tabel 4.10

Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel Karakteristik Wirausaha Item

Pernyataan

1 2 3 4 5 6

F % F % F % F % F % F %

(31)

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa :

a. Pada butir pernyataan “Saya mempunyai keinginan untuk menghasilkan produk yang jenisnya lebih beraneka ragam“ dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, terdapat 10 (19,6%) responden setuju pada tingkat angka 6 bahwa mempunyai keinginan untuk menghasilkan produk yang jenisnya lebih beraneka ragam. Terdapat 17 (33,5%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 5, lalu 13 (25,5%) responden menyatakan setuju pada tingkat angka 4, dan masing-masing 6 (11,8%) dan 5 (9,8%) responden menyatakan tidak setuju pada tingkat angka 3 dan 2 dengan pernyataan tersebut. Hal ini berarti mayoritas responden setuju bahwa mempunyai keinginan untuk menghasilkan produk yang jenisnya lebih beraneka ragam.

(32)

c. Pada butir pernyataan “Saya lebih berupaya untuk mengambil manfaat yang berguna dari semua kendala yang dihadapi“ dari kuisioner yang disebar dan dianalisis, terdapat 7 (13,7%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 6 bahwa lebih berupaya untuk mengambil manfaat yang berguna dari semua kendala yang dihadapi. Terdapat 20 (39,2%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 5, selanjutnya 13 (25,5%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 4, dan masing-masing 7 (13,7 %) dan 4 (7,8%) responden menyatakan tidak setuju pada tingkat angka 3 dan 2 dengan pernyataan tersebut. Hal ini berarti mayoritas responden setuju bahwa lebih berupaya untuk mengambil manfaat yang berguna dari semua kendala yang dihadapi. d. Pada butir pernyataan “Saya memiliki rasa optimistik yang tinggi untuk

mencapai/memperoleh sesuatu“ dari kuisioner yang disebar dan dianalisis, terdapat 3 (5,9%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 6 bahwa memiliki sikap yang jujur dengan mitra bisnis. Terdapat 12 (23,5%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 5, lalu 20 (39,2%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 4, selanjutnya 10 (19,6%) dan 6 (11,8%) responden menyatakan tidak setuju di tingkat angka 3 dan 2 dengan pernyataan tersebut. Hal ini berarti mayoritas responden setuju bahwa memiliki rasa optimistik yang tinggi untuk mencapai/memperoleh sesuatu.

(33)

keputusan tanpa perlu persetujuan orang lain. Terdapat 17 (33,3%) responden menyatakan setuju di tingkat 5, selanjutnya 12 (23,5%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 4, lalu ada 8 (15,7%) dan 9 (17,6%) responden menyatakan tidak setuju di tingkat angka 3 dan 2 dengan pernyataan tersebut. Hal ini berarti mayoritas responden setuju bahwa menyelesaikan sesuatu sendiri, kadang kala mengambil keputusan tanpa perlu persetujuan orang lain. f. Pada butir pernyataan “Saya berani mengambil resiko apabila terjadi kerugian

dalam berusaha“ dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, terdapat 3 (5,9%) responden setuju pada tingkat angka 6 bahwa berani mengambil resiko apabila terjadi kerugian dalam berusaha. Terdapat 14 (27,5%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 5, lalu 20 (39,2%) responden menyatakan setuju pada tingkat angka 4, dan masing-masing 7 (11,8%) responden menyatakan tidak setuju pada tingkat angka 3 dan 2 dengan pernyataan tersebut. Hal ini berarti mayoritas responden setuju bahwa berani mengambil resiko apabila terjadi kerugian dalam berusaha.

(34)

pernyataan tersebut. Hal ini berarti mayoritas responden setuju bahwa berani mengambil resiko akan kehilangan pelanggan usaha.

h. Pada butir pernyataan “Saya berani mengambil resiko akan kehilangan barang usaha“ dari kuisioner yang disebar dan dianalisis, terdapat 6 (11,8%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 6 bahwa berani mengambil resiko akan kehilangan barang usaha. Terdapat 11 (21,6%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 5, selanjutnya 26 (51,0%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 4, dan masing-masing 4 (7,8%) responden menyatakan tidak setuju pada tingkat angka 3 dan 2 dengan pernyataan tersebut. Hal ini berarti mayoritas responden setuju bahwa berani mengambil resiko akan kehilangan barang usaha.

i. Pada butir pernyataan “Saya mampu mengelola usaha dengan baik“ dari kuisioner yang disebar dan dianalisis, terdapat 9 (17,6%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 6 bahwa mampu mengelola usaha dengan baik. Terdapat 21 (41,2%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 5, lalu 10 (19,6%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 4, selanjutnya 3 (5,9%) dan 8 (15,7%) responden menyatakan tidak setuju di tingkat angka 3 dan 2 dengan pernyataan tersebut. Hal ini berarti mayoritas responden setuju bahwa mampu mengelola usaha dengan baik.

(35)

(39,2%) responden menyatakan setuju di tingkat 5, selanjutnya 7 (13,7%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 4, lalu ada 8 (15,7%) dan 5 (9,8%) responden menyatakan tidak setuju di tingkat angka 3 dan 2 dengan pernyataan tersebut. Hal ini berarti mayoritas responden setuju bahwa ingin memiliki kemampuan berkomunikasi dengan mitra bisnis.

4.2.3. Kinerja Usaha

Tanggapan responden mengenai kinerja usaha:

Tabel 4.11

Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kinerja Usaha Item

Pernyataan

1 2 3 4 5 6

F % F % F % F % F % F %

1 0 0 5 9,8 13 25,5 16 31,4 10 19,6 7 13,7 2 0 0 7 13,7 22 43,1 19 37,3 1 2,0 2 3,9 3 0 0 6 11,8 21 41,2 21 41,2 2 3,9 1 2,0 4 0 0 4 7,8 6 11,8 12 23,5 19 37,3 10 19,6 5 0 0 6 11,8 16 31,4 17 33,3 5 9,8 7 13,7 6 0 0 6 11,8 13 25,5 12 23,5 16 31,4 4 7,8 Sumber : Hasil Penelitian 2015 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa :

(36)

pernyataan tersebut. Hal ini berarti mayoritas responden setuju bahwa peningkatan penjualan sebagai pendukung dalam kinerja usaha.

b. Pada butir pernyataan ”Peningkatan pendapatan usaha yang stabil sebagai

pendukung dalam kinerja usaha saya“ dari kuisioner yang disebar dan

dianalisis, terdapat 2 (3,9%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 6 bahwa peningkatan pendapatan usaha yang stabil sebagai pendukung dalam kinerja usaha. Sebanyak 1 (2,0%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 5, selanjutnya 19 (37,3%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 4, selanjutnya 22 (43,1%) dan 7 (13,7%) responden menyatakan tidak setuju di tingkat angka 3 dan 2 dengan pernyataan tersebut. Hal ini berarti mayoritas responden tidak setuju bahwa peningkatan pendapatan usaha yang stabil sebagai pendukung dalam kinerja usaha.

(37)

d. Pada butir pernyataan “Kedisiplinan yang ada pada tenaga kerja sangat

dibutuhkan untuk kemajuan kinerja usaha saya“ dari kuisioner yang disebar dan dianalisis, terdapat 10 (19,6%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 6 bahwa kedisiplinan yang ada pada tenaga kerja sangat dibutuhkan untuk kemajuan kinerja usaha. Terdapat 19 (37,3%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 5, lalu 12 (23,5%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 4, selanjutnya 6 (11,8%) dan 4 (7,8%) responden menyatakan tidak setuju di tingkat angka 3 dan 2 dengan pernyataan tersebut. Hal ini berarti mayoritas responden setuju bahwa kedisiplinan yang ada pada tenaga kerja sangat dibutuhkan untuk kemajuan kinerja usaha.

e. Pada butir pernyataan “Keberhasilan dalam pencapaian target usaha sangat dibutuhkan untuk pencapaian kinerja usaha saya” dari kuisioner yang disebar dan dianalisis, terdapat 7 (13,7%) responden menyatakan setuju pada tingkat angka 6 bahwa keberhasilan dalam pencapaian target usaha sangat dibutuhkan untuk pencapaian kinerja usaha. Terdapat 5 (27,5%) responden menyatakan setuju di tingkat 5, selanjutnya 17 (33,3%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 4, lalu ada 16 (31,4%) dan 6 (11,8%) responden menyatakan tidak setuju di tingkat angka 3 dan 2 dengan pernyataan tersebut. Hal ini berarti mayoritas responden setuju bahwa keberhasilan dalam pencapaian target usaha sangat dibutuhkan untuk pencapaian kinerja usaha.

(38)

tingkat angka 6 bahwa aktifitas yang tinggi pada tenaga kerja sangat penting untuk mendukung keberhasilan kinerja usaha. Terdapat 16 (31,4%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 5, lalu 12 (23,5%) responden menyatakan setuju di tingkat angka 4, selanjutnya 13 (25,5%) dan 6 (11,8%) responden menyatakan tidak setuju di tingkat angka 3 dan 2 dengan pernyataan tersebut. Hal ini berarti mayoritas responden setuju bahwa aktifitas yang tinggi pada tenaga kerja sangat penting untuk mendukung keberhasilan kinerja usaha.

4.3. Hasil Uji Asumsi Klasik

4.3.1 Uji Normalitas Penelitian

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi berdistribusi normal. Uji normalitas dapat juga dilakukan dengan pendekatan histogram dan analisis grafik yaitu pada Normal P-P Plot of Regression Standarizied Residual.

1. Pendekatan Histogram

(39)

Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa residual data berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh distribusi data yang berbentuk lonceng dan tidak melenceng ke kiri atau ke kanan.

2. Pendekatan Grafik

Gambar 4.2: Pengujan Normalitas Sumber : Hasil Penelitian 2015 (diolah)

Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar mengikuti data di sepanjang garis diagonal, hal ini berarti data berdistribusi normal. Selain itu, uji normalitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogrov - Sumirnov pada tingkat signifikan 5 % (0,05).

3. Pendekatan Kolmogrov – Sumirnov

(40)

Hasil uji Kolmogrov – Sumirnov dapat dilihat pada Tabel 4.12 berikut:

Tabel 4.12

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 51

Normal Parametersa Mean .0000000 Std. Deviation 2.50656069 Most Extreme Differences Absolute .074

Positive .074

Negative -.046

Kolmogorov-Smirnov Z .642

Asymp. Sig. (2-tailed) .805

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Hasil Penelitian 2015 (diolah)

Pada Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa data berdistribusi normal karena nilai

Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,805 diatas tingkat signifikansi 0,05 atau 5% atau

Asymp.Sig (2-tailed) > 0,05.

4.3.2. Uji Heteroskedastisitas

Untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut heteroskedastisitas.

(41)

Gambar 4.3. Scatterplot

Berdasarkan grafik terlihat bahwa titik-titiknya menyebar secara merata. Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi kinerja usaha mikro berdasarkan masukan variabel bebasnya.

4.3.3. Uji Multikolinieritas

(42)

Tabel 4.13 Uji Multikolinieritas

Pada Tabel 4.13 variabel entrepreneurial networking dan karakteristik wirausaha memiliki nilai Tolerance (0,959) dan (0,959) > 0,1 dan nilai VIF (1,043), (1,0430) < 5 maka variabel tersebut tidak terkena multikolinieritas.

4.4. Analisis Regresi Liniar Berganda

(43)

Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik, ternyata data telah lulus uji asumsi klasik, sehingga data siap untuk diregresi linier berganda. Hasil dari analisis regresi linier berganda seperti berikut ini.

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Y = 18,641 + 0,077 X1 + 0,067 X2 + e Keterangan:

Y = Kinerja Usaha a = Intersep

X1 = Entrepreneurial networking X2 = Karakteristik wirausaha b1, b2 = Koefisien regresi

1. Konstanta (entrepreneurial networking) dan X2 (karakteristik wirausaha) adalah 0 maka kinerja usaha mikro (Y) akan sebesar 18,641.

2. Koefisien regresi X1 entrepreneurial networking = 0,077 menunjukkan bahwa jika meningkat entrepreneurial networking sebesar satu satuan maka kinerja usaha mikro yang dimilikinya akan bertambah sebesar nilai koefisien regresi X1 yaitu 0,077.

3. Koefisien regresi X2 (karakteristik wirausaha) = 0,067 menunjukkan bahwa jika meningkat karakteristik wirausaha sebesar satu satuan maka kinerja usaha mikro yang dimilikinya akan bertambah sebesar nilai koefisien regresi X2 yaitu 0,067.

(44)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara parsial (individual) terhadap variasi variabel

dependen. Kriteria pengujiannya adalah:

H0 : b1 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

H1 : b1≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan adalah: H0 diterima jika thitung < ttabelpada α = 5 % H1 diterima jika thitung > ttabelpada α = 5 %

Pengaruh secara parsial juga dapat diketahui dengan membandingkan nilai

probabilitas signifikansi pada tabel hasil penelitian dengan α = 5%. Suatu variabel bebas berpengaruh secara signifikan jika nilai sig.tabel < 0,05. Berdasarkan tabel berikut:

Tabel 4.14 Hasil Uji Parsial (Uji t)

1. Variabel Entrepreneurial Networking

(45)

(3,701) lebih besar dari t-tabel 5 % (2,01) dan tingkat signifikansiya 0,004 < 0,1.sehingga diputuskan untuk menolak H0 dan menerima H1. Dengan demikian dapat dikatakan variabel entrepreneurial networking signifikan terhadap kinerja usaha pada tingkat kepercayaan 95%.

2. Variabel Karakteristik Wirausaha

Nilai t-hitung dari koefisien regresi adalah sebesar 11,553, sedangkan nilai t-tabel 5 % dengan derajat bebas 48 (51 – 3) adalah sebesar 2,01. Nilai t-hitung (11,553) lebih besar dari t-tabel 5 % (2,01) dan tingkat signifikansiya 0,022 < 0,1.sehingga diputuskan untuk menolak H0 dan menerima H1. Dengan demikian dapat dikatakan variabel karakteristik wirausaha signifikan terhadap kinerja usaha pada tingkat kepercayaan 95 %.

4.4.2. Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Untuk mengetahui pengaruh simultan variabel bebas

terhadap variabel terikat maka digunakan uji F. Hasil pengujian

dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut:

(46)

Dari Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa nilai F-hitung adalah 21,520, sedangkan nilai F-tabel 0,05 adalah 3,19. Karena F-hitung lebih besar dari F-tabel dan tingkat signifikansiya 0,000 < 0,1 maka disimpulkan menolak H0 dan menerima H1. Artinya, secara simultan variabel entrepreneurial networking dan karakteristik wirausaha berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha pada tingkat kepercayaan 95%.

4.4.3. Uji Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel 4.15

Hasil Uji Determinasi

Dari Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa koefisien determinasi (Adjusted R Square) antara semua variabel bebas dengan kinerja karyawan adalah sebesar

(47)

dimasukkan sebagai variabel dalam penelitian, seperti modal usaha dan strategi pemasaran.

4.5. Pembahasan

4.5.1. Pengaruh Entrepreneurial Networking dan Karakteristik Wirausaha

terhadap Kinerja Usaha Mikro

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa entrepreneurial networking dan karakteristik wirausaha berpengaruh positif dan signifikan, para pemilik usaha mikro yang bergerak di bidang kuliner harus bisa meningkatkan entrepreneurial networking dan karakteristik wirausaha sehingga akan membuat kinerja usaha mikro juga semakin bertambah.

Jika dilihat tanggapan responden bahwa mayoritas responden setuju bahwa peningkatan penjualan sebagai pendukung dalam kinerja usaha yang akan meningkatkan kinerja secara kuantitatif, kedisiplinan yang ada pada tenaga kerja sangat dibutuhkan untuk kemajuan kinerja usaha, keberhasilan dalam pencapaian target usaha sangat dibutuhkan untuk pencapaian kinerja usaha dan aktifitas yang tinggi pada tenaga kerja sangat penting untuk mendukung keberhasilan kinerja usaha.

(48)

perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan standar yang ditetapkan. Dengan demikian kinerja memfokuskan pada hasil kerjanya. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka kinerja sesungguhnya merupakan perilaku manusia di dalam suatu organisasi yang memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Purwanti (2012) dengan judul penelitian Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal Usaha, Strategi Pemasaran terhadap Perkembangan UMKM di Desa Dayaan Dan

Kalilondo Salatiga, dengan variabel bebas terdiri dari karakteristik wirausaha, modal usaha, strategi pemasaran, dan variabel terikat terdiri dari perkmbanagan usaha, yang diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Diperoleh kesimpulan bahwa karakteristik wirausaha, modal usaha secara individu berpengaruh signifikan terhdap perkembangan usaha strategi pemasaran tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap perkembangan usaha.

4.5.2. Pengaruh Entrepreneurial Networking terhadap Kinerja Usaha Mikro

(49)

masa yang akan datang. Teori tersebut juga didukung oleh Kimio dan James (1996) bahwa entrepreneurial networking adalah akar kekuatan dari perusahaan untuk bersaing.

Jika dilihat tanggapan responden dari kuesioner yang disebar, mayoritas responden menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa:

1. Menjalin hubungan yang baik dengan pemasok dapat memberikan keuntungan pada usaha.

2. Menjalin komunikasi yang baik dengan pemasok dapat mencegah resiko yang akan terjadi pada usaha.

3. Membangun hubungan baik dengan mitra bisnis untuk mendukung kemajuan perkembangan bisnis.

4. Memiliki sikap yang jujur dengan mitra bisnis.

5. Memberikan kemudahan proses bagi individu yang ingin menjadi rekan bisnis.

(50)

sosial tidak hanya diperlukan untuk benar menjalankan bisnis atau proyek, tetapi juga untuk membedakan bisnis dari proyek serupa.

4.5.3. Pengaruh Karakteristik Wirausaha terhadap Kinerja Usaha Mikro

Dari hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik wirausaha berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha mikro di Kecamatan Medan Barat dan Medan Perjuangan. Semakin baik karakteristik wirausaha, maka kinerja usaha mikro juga akan semakin baik. Dengan demikian kinerja usaha makro dapat ditingkatkan dengan memperbaiki kinerja usaha mikro. Menurut Justin, dkk (2001) karakteristik wirausaha yaitu kebutuhan akan keberhasilan setiap orang berbeda dalam tingkat kebutuhan keberhasilannya. Orang yang memiliki tingkat kebutuhan keberhasilan yang rendah akan merasa puasa pada status yang dimiliki, sedangkan orang dengan tingkat kebutuhan keberhasilan yang tinggi senang bersaing dengan standart keunggulan dan memilih untuk bertanggung jawab secara pribadi atas tugas yang dibebankan padanya. Dorongan untuk keberhasilan tersebut tampak dalam pribadi yang ambisius yang memulai perusahaan barunya dan kemudian berkeinginan untuk mengembangkan usahanya.

Jika dilihat tanggapan responden dari kuesioner yang disebar, mayoritas responden menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa:

1. Mempunyai keinginan untuk menghasilkan produk yang jenisnya lebih beraneka ragam.

(51)

3. Lebih berupaya untuk mengambil manfaat yang berguna dari semua kendala yang dihadapi.

4. Rasa optimistik yang tinggi untuk mencapai/memperoleh sesuatu.

5. Menyelesaikan sesuatu sendiri, kadang kala mengambil keputusan tanpa perlu persetujuan orang lain.

6. Berani mengambil resiko apabila terjadi kerugian dalam berusaha. 7. Berani mengambil resiko akan kehilangan pelanggan usaha. 8. Berani mengambil resiko akan kehilangan barang usaha. 9. Mampu mengelola usaha dengan baik.

10. Ingin memiliki kemampuan berkomunikasi dengan mitra bisnis.

Hal ini sesuai dengan penelitian d’Ambrose & Muldowney (1998) menyatakan bahwa studi awal dari kewirausahaan adalah pengambilan resiko yang berpusat pada dasar pemikiran bahwa pengusaha cenderung mengambil resiko usaha. Dengan begitu dimensi pengambilan resiko dapat mempengaruhi variabel pengembangan usaha yaitu peningkatan skala usaha dalam hal penambahan jenis produk lain.

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat dibuat beberapa kesimpulan, sebagai berikut:

1. Berdasarkan uji F hitung diperoleh bahwa variabel Entrepreneurial Networking dan karakteristik wirausaha secara bersama-sama atau secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha mikro. 2. Berdasarkan uji t atau uji parsial menunjukkan bahwa variabel

entrepreneurial networking dan karakteristik wirausaha secara individual atau secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha mikro di Kecamatan Medan Perjuangan dan Medan Barat.

(53)

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh yang telah ada di dalam penelitian ini maka berikut adalah saran dari peneliti :

1. Peneliti berharap pengetahuan akan entrepreneurial networking pada diri pemilik usaha mikro seperti, membangun komunikasi dengan pelanggan dan mitra bisnis dapat ditingkatkan lagi untuk mendukung kemajuan perkembangan bisnis.

2. Peneliti berharap agar pengusaha mengikuti pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan karakter yang sudah dimilikinya melalui charater building. 3. Pemerintah memberikan akses UMKM untuk entrepreneurial networking

yang lebih luas.

(54)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Entreprenuerial Networking

Networking menjadi perhatian dalam komunitas peneliti dan merek meneliti tentang pengaruh networking dalam ekonomi dan kewirausahaan. Untuk bertahan dalam dunia yang penuh persaingan, penting sekali untuk mengembangkan sebuah entrepreneurial dan jaringan sosial dari informasi dan lainya. Menurut Staber (2001) Networking berperan sebagai bagian yang penting dalam menyatukan dan membawa perusahaan bersama kepada sistem yang inovatif dari hubungan perjanjian, pengembangan produk, dan aliansi antar organisasi.

Networking hadir menjadi suatu simbol di era informasi saat ini (Lipnack dan Stamps, 1994). Informasi adalah sumber daya utama untuk pengusaha dan dapat menghubungkan pengusaha dengan pasar, pemasok, harga, teknologi dan networking telah memperlihatkan betapa berharganya kebijakan berkontribusi membantu pengusaha (Frazier dan Niehm, 2004). Networking meningkatkan pengusaha melalui mendapatkan jaringan dari sumber-sumber yang dibutuhkan yang membantu untuk mencapai tujuan perusahaan (Ripolles dan Blesa, 2005).

(55)

pengusaha. Penelitian sebelumnya mengenalkan bahwa networking adalah sebuah sumber daya yang sangat diperlukan dari informasi untuk pengusaha dan UMKM (Barnir dan Smith, 2002; Brush et al., 2001; Grave dan Salaff, 2003). Penelitian tentang kewirausahaan yang dilakukan oleh Arenius (2006) menjelaskan bahwa networking (social network) berpengaruh terhadap peluang, pengenalan, entrepreneurial direction, pembuatan keputusan kepada seorang pengusaha dan pertumbuhan bisnis sebagai kriteria kesuksesan bisnis.

(56)

Menurut Achmad Sanusi (2013:36) bahwa entrepreneurial networking adalah organisasi sosial yang menawarkan berbagai jenis sumber daya untuk memulai atau meningkatkan proyek-proyek kewirausahaan. Memiliki sumber daya manusia yang memadai merupakan faktor kunci untuk prestasi kewirausahaan. Dikombinasikan dengan kepemimpinan, entrepreneurial networking merupakan jenis yang tak terpisahkan dari jaringan sosial tidak hanya diperlukan untuk benar menjalankan bisnis atau proyek, tetapi juga untuk membedakan bisnis dari proyek serupa.

Tujuan dari sebagian besar entrepreneurial networking adalah untuk menyatukan pilihan yang luas dari profesional dan sumber daya yang melengkapi upaya masing-masing. Awalnya prioritas utama adalah untuk membantu meluncurkan bisnis yang sukses. Selanjutnya memberikan motivasi, arah dan meningkatkan akses terhadap peluang dan keahlian lainnya. Promosi masing-masing anggota bakat dan layanan baik di dalam jaringan dan keluar di pasar yang lebih luas meningkatkan kesempatan bagi semua peserta.

2.1.1.1Dimensi Entrepreneurial Networking

Dimensi entrepreneurial networking terdiri dari building personal relationship dan having a favorable attitude.

1. Building Personal Relationship

(57)

sebagai cara yang tepat untuk mencapai tujuan perusahaan (Neergard et al, 2005). Hoang and Antoncic (2003) mengatakan bahwa kunci utama dari building personal relationship untuk proses kewirausahaan adalah meningkatkan informasi dan saran yang diterima. Pengusaha sering mengandalkan building personal relationship untuk informasi bisnis, saran yang berhubungan dengan bisnis dan pemecahan masalah. Selanjutnya, pengusaha mencoba untuk memperluas atau mengembangkan bisnis dan mengurangi resiko yang tidak terduga.

2. Having a Favorable Attitude

Having a favorable attitude terhadap entrepreneurial networking diperlukan sebelum menggunakanya untuk tujuan dan kepentingan bisnis. Ekspektasi pada hubungan prilaku-sikap didasarkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975)” Theory of reasoned action” dan Ajzen (1991) “ Theory of planned behavior” keduanya teori adalah teori motivasi. Ringkasan dari teori tersebut adalah satu keyakinan mempengaruhi satu perilaku, satu perilaku mempengaruhi satu tujuan perilaku dan satu tujuan perilaku mempengaruhi perilaku.

2.1.2 Karakteristik Wirausaha

(58)

berbagai permasalahan, seorang wirausaha senantiasa dituntut kreatif (Machfoedz, 2005).

Karakteristik manajer/pemilik adalah entrepreneur atau pemilik usaha mikro yang juga bertindak sebagai manajer dalam bisnis pada saat yang sama (Devins, Johnson, Gold, & Holden, 2002).

Wirausaha mempunyai karakteristik umum serta berasal dari kelas yang sama, Schumpeter menulis bahwa wiraswastawan tidak membentuk suatu kelas sosial tetapi berasal dari semua kelas. Wiraswastawan umumnya mempunyai sifat yang sama. Mereka adalah orang yang mempunyai tenaga, keinginan untuk terlibat dalam peualangan inovatif, kemauan untuk menerima tanggung jawab pribadi dalam mewujudkan suatu peristiwa dengan cara yang mereka pilih, dan keinginan untuk berprestasi yang sangat tinggi. Geoffry Crowther menambahkan sikap optimis dan kepercayaan terhadap masa depan (Wiratmo, 2001). Menurut McClelland dalam buku Wiratmo (2001) entrepreneur characteristic adalah sebagai berikut:

1. Keinginan untuk berprestasi

Kebutuhan ini didefinisikan sebagai keinginan atau dorongan dalam diri orang yang memotivasi perilaku kearah pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan merupakan tantangan dari bagi individu.

2. Keinginan untuk bertanggung jawab.

(59)

bekerja sendiri untuk mencapai tujuan dan bertanggung jawab sendiri terhadap hasil yang dicapai.

3. Referensi kepada risiko-risiko menengah.

Wiraswastawan bukanlah penjudi, mereka memilih menetapkan tujuan-tujuan yang membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi, suatu tingkatan yang mereka percaya akan menuntut usaha keras tetapi yang dipercaya bisa mereka penuhi. 4. Persepsi pada kemungkinan berhasil.

Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan adalah kualitas kepribadian wiraswastawan yang penting.Ketika semua fakta tidak sepenuhnya tersedia, mereka berpaling pada sikap percaya diri mereka yang tinggi dan melanjutkan tugas-tugas tersebut.

5. Rangsangan oleh umpan balik Wiraswastawan

Ingin mengetahui bagaimana hal mereka kerjakan,apakah umpan baliknya baik atau buruk. Mereka dirangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi dengan mempelajari seberapa efektif usaha mereka.

6. Aktivitas enerjik

(60)

7. Orientasi ke masa depan

Wiraswastawan melakukan perencanaan dan berpikir kedepan, mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh di masa depan.

8. Ketrampilan dalam pengorganisasian.

Wiraswastawan menunjukan ketrampilan dalam mengorganisasi kerja dan orang-orang dalam mencapai tujuan. Mereka sangat obyektif di dalam memilih individu-individu untuk tugas tertentu. Mereka akan memilih yang ahli dan bukannya teman agar pekerjaan bisa dilakukan dengan efisien.

9. Sikap terhadap uang

(61)

Karakteristik keinginan untuk mengambil resiko oleh wirausaha di dalam memulai atau menjalankan bisnisnya berbeda-beda, wirausaha bersedia menerima resiko sebgaimana mereka menghadapi kemungkinan terjadinya kegagalan. Karakteristik percaya diri orang yang memiliki keyakinan pada dirinya sendiri merasa dapat menjawab tantangan yang ada di depan mereka, banyak wirausaha yang sukses adalah orang yang mempunyai percaya diri, mengakui adanya masalah tetapi mempercayai kemampuan dirinya untuk mengatasi masalah.

Karakteristik kuat untuk berbisnis banyak wirausaha memperhatikan tingkat keingintahuannya yang dapat disebut sebagai keinginan kuat untuk berbisnis untuk bekerja keras untuk mengembangkan usahanya. Peluang usaha baru akan mendatangkan berbagai jenis resiko. Jika mereka–mereka yang ingin memulai binis baru bisa menilai tingkat mereka, mereka akan mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan mereka untuk berhasil, atau mereka akan bisa menyimpulkan bahwa mereka hendaknya bekerja bagi orang lain. Walaupun tidak ada cara yang diketahui untuk membuat penilaian tersebut dengan tepat, terdapat cara di mana individu bisa menilai kualifikasi untuk memulai dan mengelola bisnis baru agar berhasil. Karakteristik wiraswastawan sukses dengan n Ach tinggi akan memberikan pedoman bagi analisa sendiri (Wiratmo, 2001).

2.1.2.1 Dimensi Karakteristik Wirausaha

(62)

1. Dimensi pertama dari variabel entrepreneur characteristic adalah kemampuan berinovasi. Seorang wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik (Wirasasmita, 1994:7). Menurut Levitt (Suryana, 2003:23), yang dimaksud dengan inovasi adalah kemampuan menerapkan solusi kreatif bagi masalah-masalah yang ada sehingga menjadi suatu peluang untuk memperbaiki hidup manusia. Ide-ide sering muncul ketika wirausaha melihat suatu masalah dan peluang. Ide-ide baru sering muncul ketika wirausaha meilhat sesuatu yang lama dan berpikir sesuatu yang baru dan berbeda untuk kemudian berinisiatif menciptakan sesuatu menjadi lebih baik. Kemampuan berinovasi diukur dengan tiga indikator yaitu : kepercayaan terhadap inovasi; inisiatif; dan kreativitas

2. Dimensi kedua dari variabel entrepreneur characteristic adalah rasa percaya diri. Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu tugas pekerjaan (Wijandi, 1988:33). Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan, optimis dan tidak tergantung pada orang lain. Kepercayaan diri seorang wirausaha dapat diukur dengan tiga indikator yaitu : keyakinan diri, optimisme, kemandirian

(63)

cara yang baik (Wirasasmita, 1994:2). Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan. Keberanian untuk menanggung resiko yang menjadi nilai kewirausahan adalah pengambilan resiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis. Keberanian mengambil resiko dapat diukur dengan tiga indikator: kemampuan mencari peluang usaha; kemampuan menilai situasi resiko; dan keberanian menanggung resiko.

4. Dimensi keempat dari variabel entrepreneur characteristic adalah kebutuhan akan keberhasilan. Kebutuhan berprestasi wirausaha (need for achievement) terletak pada kemauan dan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibanding sebelumnya. Kebutuhan akan keberhasilan diukur dengan tiga indikator yaitu : tanggung jawab pribadi; pembuktian kemampuan dan keahlian; dan perkembangan personal.

2.1.3 Kinerja Usaha

(64)

paling utama untuk melihat kesuksesan dan ini terbukti secara nyata dan teoritis. Dengan kata lain kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Menurut Gibson et al dalam Julita (2013:95) mengatakan bahwa kinerja merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang memberikan gambaran besanya hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam bentuk akuntabilitas publik. Pencapaian hasil kinerja yang dimaksud terdiri dari standar hasil kerja, sasaran atau criteria yang telah ditentukan sebelumnya.

Rue & Byars dalam Riyanti (2003:25) mengungkapkan bahwa kinerja dapat didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tingkat pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja usaha adalah serangkaian capaian hasil kerja seorang pengusaha melakukan kegiatan usaha, baik dalam pengembangan produktivitas maupun kesuksesan dalam hal pemasaran, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Kinerja adalah merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang memberikan gambaran sejauh mana hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam akuntabilitas publik baik berupa keberhasilan maupun kekurangan yang terjadi (Ivancevich dalam Ranto, 2007:19).

(65)

dan menengah dapat diukur melalui pertumbuhan pasar, pertumbuhan pekerja, pertumbuhan keuntungan dan perubahan dalam hubungan dengan kompetitor.

Menurut Lumpkin dan Dess (1996) kinerja usaha adalah sebuah bentuk yang umum digunakan untuk mengukur dampak dari sebuah orientasi strategi perusahaan. Peningkatan dari kinerja usaha akan menjadi kekuatan utama suatu usaha untuk dapat unggul dalam persaingan usaha.

2.1.3.1 Dimensi Kinerja Usaha

Dimenensi kinerja usaha terdiri dari kuantitatif dan kualitatif. 1. Kuantitatif

Adalah ukuran yang didasarkan pada data empiris dan hasil angka yang mengkarakteristikkan kinerja dalam bentuk fisik atau bentuk lain. Dimensi kuantitatif menjelaskan berupa capaian-capaian keuangan, produksi (jumlah barang terjual), pemasaran (jumlah pelanggan), jumlah tenaga kerja.Pertumbuhan dari jumlah pelanggan ataupun dari sektor lain di dalam bisnis termasuk kedalam dimensi kuantitatif. Menurut Wiklund (1999) melihat pertumbuhan terutama dipicu oleh naiknya permintaan akan produk atau layanan yang ditawarkan oleh perusahaan, yang berarti naiknya penjualan. Indikator untuk melihat kinerja perusahaan dapat dilihat dari meningkatnya capaian-capaian pangsa pasar, keuangan, produksi, jumlah tenaga kerja

2. Kualitatif

(66)

kualitatif berupa kedisiplinan, kualitas pencapaian tujuan, perilaku individual dalam organisasi, dan efektifitas. Dimensi Kualitatif menjadi penting karena fokus pada manusia itu sendiri sebagai pelaku kegiatan akan menjadi sangat kuat.

2.1.4 Pengertian Usaha Mikro

Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja. Usaha yang memiliki 1-4 orang tenaga kerja dikelompokkan sebagai usaha mikro, 5-19 orang tenaga kerja sebagai usaha kecil 20-99 orang tenaga kerja sebagai usaha menengah dan bila mencapai 100 orang tenaga kerja atau lebihh digolongkan sebagai usaha besar (Wismiarsi, 2008:6).

Usaha mikro sebagaimana dimaksud menurut Undang-Undang No. 20 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) per tahun. Usaha mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp.50.000.000,-.

Ciri-ciri usaha mikro sebagai berikut:

1. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti;

2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat;

Gambar

Tabel 3.1  Operasionalisasi Variabel
Gambar 3.1 Instrument Skala Semantic-differensial
Tabel 3.2 Hasil Pengujian Validias Tiap Butir Pernyataan
Tabel 3.3 Hasil Pengujian Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Margono Soekarjo Purwokerto akan melaksanakan Pengadaan Barang dengan prakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan barang sebagai berikut:..

Surat undangan ini disamping dikirimkan melalui e-mail juga akan ditempatkan dalam berita pada portal LPSE Provinsi Jawa Tengah, oleh karenanya Panitia Pengadaan tidak

Berdasarkan Berita Acara penetapan pemenang Nomor : 600.1/20/PPBJK-SU.10/IV.32/2012 tanggal 20 Februari 2012 Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Konsultansi di Lingkungan Dinas

Perhitungan uji-t pada penelitian ini tidak memenuhi kriteria penerimaan Ha yaitu 0,679 &lt; 1,651 maka Ho diterima, dan Ha ditolak sehingga tidak terdapat perbedaan kinerja

Pokok bahasan yang akan diberikan pada mata kuliah ini adalah : (฀) Tinjauan menyeluruh atas Manajemen Keuangan (2) Analisis laporan keuangan (3) Nilai waktu dari uang (4) Aliran

a) Kd normalized for organic carbon content.. This is the results of decreased adsorption as the sorptive sites became occupied. Therefore, in this study, using the

Kepada seluruh pesefta penyedia jasa, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih atas partisipasinya mengikuti proses pengadaan jasa konsultansi, ini Bagi peserta

RENCANA KERJA TAHUN