PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES
SAINS FISIKA SMP KELAS VIII TP. 2015/2016
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada
Progran Studi Pendidikan Fisika
OLEH:
JEFRI S WARUWU
NIM : 8146175017PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Jefri S Waruwu. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Macromedia Flash dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Keterampilan Proses Sains Fisika Siswa SMP Kelas VII TP. 2015/2016.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: Keterampilan Proses Sains siswa yang diajarkan dengan model Inquiry Training Berbantuan Macromedia Flash lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran Konvensional, Keterampilan Proses Sains siswa yang memiliki Kemampuan Berpikir Logis diatas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki Kemampuan Berpikir Logis dibawah rata-rata, dan ada interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training berbantuan Macromedia Flash dengan Kemampuan Berpikir Logis dalam meningkatkan Keterampilan Proses Sains siswa. Metode Penelitian ini adalah quasi eksperimen atau perlakuan terhadap dua variabel (kelas) menggunakan siswa SMP Negeri 4 Gunungsitoli sebagai populasi dan memilih sampel kelas VIII secara cluster random sampling. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training berbantuan Macromedia Flash dan kelas yang lain sebagai kelas kontrol melalui penerapan pembelajaran Konvensional. Instrumen yang digunakan adalah tes Keterampilan Proses Sains dan tes Kemampuan Berpikir Logis. Data yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Keterampilan Proses Sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training berbantuan Macromedia Flash lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran Konvensional, Keterampilan Proses Sains siswa yang memiliki Kemampuan Berpikir Logis diatas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki Kemampuan Berpikir Logis dibawah rata-rata dan ada interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training dengan Kemampuan Berpikir Logis dalam meningkatkan Keterampilan Proses Sains siswa.
ii ABSTRACT
Jefri S Waruwu. Effect of Inquiry Training Model Aided Macromedia Flash and Logical Thinking Ability to Physical Science Process Skills Students Grade VII. Academic Year 2015/2016.
The aim of the research was to analyze the Skills Process Science students are taught with the Inquiry Training learning model aided Macromedia Flash better than students who use Conventional method, Skills Process Science students who have the ability Logical Thinking above average better than students who have the ability Logical Thinking below the average, and there is interaction between the Inquiry Training learning model aided Macromedia Flash with the Logical Thinking skill to improve Skills process Science of students. Methods This study is experiment research or treatment of the two variables (class) using a student SMP Negeri 4 Gunungsitoli as population and selected a sample of class VIII by cluster random sampling. One class as an experimental class treatment given Inquiry Training learning model aided Macromedia Flash and the other class as the class of the control through the application of conventional learning. The instrument used was a test of skill for Science Process Skills and Logical Thinking Ability tests. The resulting data were analyzed using ANOVA two lanes. The results showed that: Skills Process Science students are taught by learning model Inquiry Training aided Macromedia Flash better than students taught by Conventional method, Skills Process Science students who have the ability Logical Thinking on average better than the students who have the ability Logical thinking is below average and there is interaction between the learning model Inquiry Training with Logical thinking Skills in improving process Skills Science students.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kasih dan karunia kepada penulis, untuk bisa melanjutkan pendidikan hingga
kejenjang Magister (S2), serta menyelesaikan penulisan tesis ini. Adapun judul
tesis yang menjadi fokus utama yaitu “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry
Training Berbantuan Macromedia Flash dan Kemampuan Berpikir Logis
Terhadap Keterampilan Proses Sains fisika SMP kelas VIII TP. 2015/2016”.
Tesis disusun berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap
siswa SMP Negeri 4 Gunungsitoli Kota Gunungsitoli. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training
Berbantuan Macromedia Flash dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap
Keterampilan Proses Sains. Proses penulisan tesis merupakan bagian yang sangat
berkesan sebagai kisah hidup penulis. Sejak awal hingga akhir, banyak tantangan
dan kerumitan yang penulis hadapi. Bermodalkan keberanian usaha maksimal
dalam berbagai keterbatasan, dengan bantuan dan bimbingan serta doa dari
berbagai pihak, sehingga semuanya dapat dilalui dan penulisan tesis dapat
terselesaikan. Berkenaan dengan hal tersebut, maka pada kesempatan ini penulis
ucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Rektor UNIMED beserta stafnya.
2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, selaku Direktur Pascasarjana Unimed,
Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S, M.M selaku Asisten Direktur I Pascasarjana
Unimed, dan Bapak Prof. Dr. Busmin Gurning, M.Pd selaku Asisten Direktur
iv
3. Bapak Dr. Rahmatsyah, M.Si dan Ibur Dr. Derlina, M.Si selaku Ketua Prodi
dan Sekretaris Prodi Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed.
4. Para pembimbing, Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap M.S selaku
Pembimbing I, dan Ibu Dr. Sondang R. Manurung, M.Pd Sebagai Pembimbing
II. Bimbingan dan arahan dari Bapak dan Ibu sekalian telah menghantarkan
tulisan ini pada perbaikan yang lebih baik.
5. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S, M.M, Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si, dan Bapak
Prof. Motlan, M.Sc, P.hD selaku Narasumber dalam penulisan tesis ini. Arahan
dan saran serta kritik konstruktif dari Bapak sekalian telah turut menghantarkan
tulisan ini kearah yang lebih baik.
6. Bapak dan Ibu Dosen pengampuh mata kuliah di Prodi Pendidikan Fisika
Pascasarjana Unimed. Ilmu yang penulis peroleh dari Bapak dan Ibu Dosen
sekalian sangat terasa manfaatnya bagi penulis dalam proses penulisan tesis ini.
7. Bapak Kepala Dinas dan Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Gunungsitoli
beserta stafnya. Perhatian dan kerjasama yang baik dari instansi yang Bapak
pimpin sangat membantu proses penulisan tesis ini.
8. Kepala Sekolah beserta Guru kelas VIII dari SMP Negeri 4 Gunungsitoli selaku
responden penelitian tesis ini. Kerjasama yang baik, sangat membantu bagi
proses penulisan tesis ini.
9. Orang tua yang terus mendukung dan selalu mengucapkan nama penulis dalam
bait-bait doa mereka. Pihak yang sangat istimewa bagi penulis; Ayahanda
tercinta (Emanuel Waruwu, S.Pd) dan Ibunda tercinta (Ramiti Dakhi,
v
10. Saudara/i penulis (Gunawan Waruwu dan Tati Waruwu), bantuan moril dan
materil, bimbingan dan motivasi serta doa dari kalian semua sungguh teramat
besar nilainya bagi penulis.
11. Bapak Yanuarmansyah Zebua, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 1
Ulugawo beserta civitas Sekolah yang telah menyambut baik niat penulis
untuk melanjutkan pendidikan.
12. Teman-teman sepelayanan di Eklesia yang selalu mendukung dalam setiap
perjalan Penulisan ini baik Neni, Arif, Boby, Resti, Fitri, Nidar, Dika, dan
Ester
13. Penghuni Tombak 57 A, Markus, Agus, Fandi, Tito, Fince, Envil, selaku
orang yang telah turut membantu penulis dalam proses penyusunan tesis ini.
14. Saudara Yuyun dan Ian dan Saudari Tata yang menularkan semangat yang
besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini
14. Rekan-rekan seperjuangan di Prodi Pendidikan Fisika Angkatan XXVIII
Pascasarjana Unimed, Terutama teman-teman seperjuangan Andri dan Ismadi
yang telah cukup banyak membantu, mendukung serta motivasi penulis
dalam menjalani proses perkuliahan, terutama dalam proses penulisan tesis
ini.
15. Rekan-rekan di Pastoran St Petrus dan St Paulus Idanogawo, Pastor, Suster
dan Frater yang senantiasa mendukung dan memberikan masukan dan doa
vi
16. Rekan-rekan sesama CPNS Formasi 2014 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, dukungan dan semangat yang ditularkan, memberi pengaruh yang
positif bagi penulis.
17. Terakhir kepada semua pihak yang telah turut membantu dan tidak bisa
penulis sebutkan satu persatunya.
Penulis yakin bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, maka dalam
kesempatan ini penulis mohon saran dan kritik kontruktif dari pembaca. Atas
semua kekurangan serta kelemahan dalam tesis ini, penulis hanturkan mohon
maaf sebesar-besarnya. Semoga tesis ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Medan, 23 Februari 2017 Penulis,
vii 1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Identifikasi Masalah... 6
2.1.1. Hakekat Belajar Fisika... 11
2.1.2. Teori Belajar... 15
2.1.2.1. Teori Belajar Piaget... 15
2.1.2.2. Teori Belajar Vigotsky... 16
2.1.2.3. Teori Belajar David Ausubel... 17
2.1.3. Model Pembelajaran... 17
2.1.4. Model Pembelajaran Inkuiri... 19
2.1.5.1. Model Pembelajaran Inquiry Training... 20
2.1.5.2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Inquiry Training... 28
2.1.6. Kemampuan Berpikir Logis... 29
2.1.7. Keterampilan Proses Sains... 31
2.1.8. Pembelajaran Konvensional... 35
2.1.9. Media Pembelajaran... 36
2.1.9.1. Macromdia Flash... 37
2.1.9.2. Peranan Media Pada pembelajaran Fisika... 39
2.2. Kerangka Konseptual... 45
viii BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 50
3.1.1. Tempat penelitian... 50
3.1.2. Waktu penelitian... 50
3.2. Populasi dan Sampel... 50
3.3. Variabel Penelitian... 51
3.4. Jenis dan Desain Instrumen... 51
3.5. Prosedur Penelitian... 52
3.6. Instrumen Penelitian... 54
3.6.1. Tes Kemampuan Berpikir Logis... 55
3.6.2. Tes keterampilan proses sains... 55
3.7. Analisis Butir Tes... 57
3.7.1. Validitas Isi... 57
3.7.2. Validasi Ramalan ... 58
3.7.3. Reliabilitas Tes... 62
3.7.4. Daya Pembeda Tes... 63
3.7.5. Tingkat Kesukaran... 66
3.8. Teknik Analisis Data... 68
3.8.1. Analisis Secara Deskriptif... 68
3.8.1.1. Menghitung Nilai Rata-Rata Simpangan Baku... 68
3.8.2. Analisis Persyaratan Analisis... 69
3.8.2.1. Uji Normalitas... 69
3.8.2.2. Uji Homogenitas... 71
3.8.2.3. Uji Hipotesis ANAVA 2 Jalur... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif... 75
4.1.1. Analisis Deskriptif Tes Keterampilan Proses Sains... 75
4.1.1.1. Pretes Kelas Kontrol... 75
4.1.1.2. Data Pretes Kelas Eksperimen... 78
4.1.1.3. Data Postes Kelas Kontrol. ... 80
4.1.1.4. Data Postes Kelas Eksperimen... 83
4.1.2. Data Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains siswa... 85
4.1.3. Analisis Deskriptif Kemampuan Berpikir Logis... 89
4.1.3.1. Kemampuan Berpikir Logis Kelas Kontrol... 89
4.1.3.2. Kemampuan Berpikir Logis Kelas Eksperimen... 92
4.1.3.3. Hasil Kemampuan Berpikir Logis... 94
4.1.4. Analisis Hipotesis... 99
ix
4.1.4.2. Analisis Data Keterampilan Proses Sains berdasarkan
tingkat Kemampuan Berpikir Logis... 100
4.1.4.2.1. Data Postes KPS pada KBL diatas dan dibawah rata-rata pada kelas kontrol dan kelas eksperimen... 101
4.2. Pengujian Persyaratan Analisis... 107
4.2.1. Uji Normalitas... 107
4.2.1.1. Uji Normalitas Data Pretes... 107
4.2.1.2. Uji Normalitas Data Postes... 108
4.2.3.3. Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Logis... 109
4.2.2. Uji Homogenitas... 109
4.2.2.1 Uji Homogenitas Data Pretes... 109
4.2.2.2. Uji Homogenitas Data Postes... 109
4.2.2.3. Uji Homogenitas Data Kemampuan berpikir logis seluruh siswa... 110
4.3 Pengujian Hipotesis... 111
4.3.1. Pengujian Hipotesis Pertama... 116
4.3.2. Pengujian Hipotesis Kedua... 117
4.3.3. Pengujian Hipotesis Ketiga... 119
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian... 124
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan... 136
5.2. Saran... 137
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Struktur Pengajaran (syntax) Model Inquiry Training... 22
Tabel 2.2 Aspek Keterampilan Proses Sains Rustaman... 32
Tabel 2.3 Aspek Keterampilan Proses Sains Liliasari... 34
Tabel 2.4 Hasil Penelitian Yang Relevan... 40
Tabel 3.1 Rancangan Desain Penelitian... 50
Tabel 3.2 Keterkaitan antara Variabel Bebas dan Terikat... 52
Tabel 3.3 Jumlah soal tes berpikir logis... 55
Tabel 3.4 Jumlah soal tes Keterampilan Proses Sains... 56
Tabel 3.5 Validitas Butir Soal Keterampilan Proses Sains... 60
Tabel 3.6 Validitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Logis... 61
Tabel 3.7 Reliabilitas tes Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Berpikir Logis... 63
Tabel 3.8 Analisis Daya Pembeda Tes Keterampilan Proses Sains... 65
Tabel 3.9 Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir Logis... 65
Tabel 3.10 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Keterampilan Proses Sains... 67
Tabel 3.11 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Logis... 67
Tabel 3.12 Ringkasan ANAVA Dua Jalur... 73
Tabel 4.1 Data statistik Pretes Kelas Kontrol... 76
Tabel 4.2 Data frekuensi Kelas Kontrol... 77
Tabel 4.3 Data Statistik Pretes Kelas Eksperimen... 78
Tabel 4.4 Frekuensi Data Pretes Kelas Eksperimen... 79
Tabel 4.5 Data Statistik Postes kelas Kontrol... 80
Tabel 4.6 Frekuensi Data Postes Kelas Kontrol... 81
Tabel 4.7 Data Statistik Postes Kelas Eksperimen... 83
Tabel 4.8 Frekuensi Data Postes Kelas Eksperimen... 84
Tabel 4.9 Data Statistik Kemampuan Berpikir logis siswa di kelas Kontrol... 90
Tabel 4.10 Frekuensi Kemampuan Berpikir Logis siswa di kelas Kontrol... 90
Tabel 4.11 Data Statistik Kemampuan Berpikir Logis Siswa di kelas Eksperimen... 92
Tabel 4.12 Frekuensi Kemampuan Berpikir Logis siswa di kelas Eksperimen... 93
Tabel 4.13 Data Statistik Kemampuan Berpikir Logis seluruh siswa... 95
Tabel 4.14 Frekuensi Kemampuan Berpikir Logis Seluruh siswa... 96
xi
Tabel 4.16 Nilai KPS siswa berdasarkan tingkat KBL
diatas rata-rata... 98 Tabel 4.17 Data Postes Kelas Eksperimen pada tingkat
Kemampuan Berpikir Logis dibawah Rata-rata... 101 Tabel 4.18 Data Postes Kelas Eksperimen pada tingkat
Kemampuan Berpikir Logis diatas Rata-rata... 103
Tabel 4.19 Data Postes Kelas Kontrol pada tingkat
Kemampuan Berpikir Logis dibawah Rata-rata... 104 Tabel 4.20 Data Postes Kelas Kontrol pada tingkat
Kemampuan Berpikir Logis diatas Rata-rata... 106 Tabel 4.21 Uji Normalitas Pretes KPS di kelas Eksperimen
dan kelas Kontrol... 108 Tabel 4.22 Uji Normalitas Postes KPS di Kelas Eksperimen
dan kelas Kontrol... 108 Tabel 4.23 Uji Normalitas KBL siswa di kelas Eksperimen
dan kelas Kontrol... 109 Tabel 4.24 Uji Homogenitas nilai Pretes kelas Eksperimen
dan kelas Kontrol ... 110 Tabel 4.25 Uji Homogenitas nilai Postes kelas Eksperimen
dan kelas Kontrol... 110 Tabel 4.26 Uji Homogenitas nilai Kemampuan Berpikir Logis
seluruh siswa... 111 Tabel 4.27 Uji ANAVA 2 Jalur... 112 Tabel 4.28 Data Faktor antar subjek... 113 Tabel 4.29 Uji homogenitas Kelompok siswa KBL
diatas dan dibawah rata-rata... 114 Tabel 4.30 Statistik Deskriptif model Inquiry Training
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian... 54
Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Pretes Kelas Kontrol... 77
Gambar 4.2 Grafik Distribusi Frekuensi Data Pretes Kelas Eksperimen... 80
Gambar 4.3 Grafik Distribusi Frekuensi Data Postes Kelas Kontrol... 82
Gambar 4.4 Grafik Distribusi Frekuensi Data Postes Kelas Eksperimen... 84
Gambar 4.5 Grafik Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Logis siswa di Kelas Kontrol... 91
Gambar 4.6 Grafik Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Logis siswa di Kelas Eksperimen... 94
Gambar 4.7 Grafik Distribusi Frekuensi Keterampilan Proses Sains berdasarkan tingkat Kemampuan Berpikir Logis dibawah rata-rata... 97
Gambar 4.8 Grafik Distribusi Frekuensi Keterampilan Proses Sains Berdasarkan tingkat Kemampuan Berpikir Logis diatas rata-rata... 99
Gambar 4.9 Gambar Perbedaan Nilai Pretes dan Postes kedua Kelas... 100
Gambar 4.10 Grafik Distribusi Frekuensi Data Postes Kelas Eksperimen pada tingkat Kemampuan Berpikir Logis Dibawah rata-rata... 102
Gambar 4.11 Grafik Distribusi Frekuensi Data Postes Kelas Eksperimen pada tingkat Kemampuan Berpikir Logis Diatas rata-rata... 103
Gambar 4.12 Grafik Distribusi Frekuensi Data Postes Kelas Kontrol pada tingkat KBL dibawah rata-rata... 105
Gambar 4.13 Grafik Distribusi Frekuensi Data Postes Kelas Kontrol pada tingkat Kemampuan Berpikir Logis Diatas rata- rata... 106
Gambar 4.14 Pola garis interaksi antara model pembelajaran dan
Kemampuan Berpikir Logis terhadap Keterampilan
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. RPP Kelas Eksperimen... 144
2. RPP Kelas Kontrol... 167
3 Bahan Ajar... 181
4. LKS... 193
5. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Logis... 206
6. Kisi-kisi Tes Keterampilan Proses Sains... 213
7. Rubrik Penilaian Keterampilan Proses Sains... 218
8. Silabus... 223
9. Perhitungan Analisis Butir Soal Tes Keterampilan Proses Sains Fisika... 225
10. Analisis Daya Beda Hasil KPS Siswa... 228
11. Perhitungan Validitas... 230
12. Reliabilitas... 232
13. Data Pretes Dan Data Postes... 234
14. Uji Normalitas... 241
15. Uji Homogenitas... 245
16. Nilai Kritis untuk Uji Lilliefors... 249
17. Daftar NiIai Persentil Untuk Distribusi t... 250
18. Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z... 251
19. r Table (Pearson Product Moment ) ... 252
20. Daftar Nilal Persentil Untuk Distribusi F... 253
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Keterampilan Proses Sains (KPS) penting dimiliki oleh setiap individu
sebagai modal dasar bagi seseorang agar memecahkan masalah hidupnya
dalam kehidupan sehari-hari (Dahar, 1996). KPS melibatkan keterampilan
intelektual, manual, dan sosial yang digunakan untuk membangun
pemahaman terhadap suatu konsep atau pengetahuan dan meyakinkan atau
menyempurnakan pemahaman yang sudah terbentuk (Moedjiono, 2002),
sehingga siswa yang memiliki keterampilan ini mampu untuk menemukan
suatu konsep, prinsip atau teori baru sebagai pengembangan dari konsep yang
telah ada ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap penemuan
(Indrawati, 1993).
Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 4
Gunungsitoli, ternyata pada mata pelajaran fisika siswa kelas VIII, masih
cenderung teoritis dan jarang melakukan kegiatan laboraturium. Hal ini
dikarenakan alat praktikum masih kurang memadai. Guru juga jarang
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Disamping itu,
Keterampilan Proses Sains siswa kurang berkembang karena dalam
pembelajaran siswa jarang melakukan kegiatan praktikum. Hal ini senada
2
praktikum dan 26 tidak senang menggunakannya. Namun karena
keterbatasan alat, mereka jarang melakukan praktikum. Keterampilan Proses
Sains sangat dibutuhkan dalam bekerja ilmiah karena mendasari langkah
siswa pada pemecahan masalah yang akhirnya akan membawa siswa pada
kemampuan yang diharapkan. Pengetahuan fisika terdiri atas banyak konsep
dan prinsip yang pada umumnya sangat abstrak. Kesulitan yang dihadapi oleh
sebagian besar siswa adalah dalam menginterpretasi berbagai konsep dan
prinsip fisika sebab mereka dituntut harus mampu menginterpretasi
pengetahuan fisika tersebut secara tepat dan tidak samar-samar atau tidak
mendua arti. Pendidikan fisika harus dapat menjadi pendorong yang kuat
tumbuhnya sikap rasa ingin tahu dan keterbukaan terhadap ide-ide baru
maupun kebiasaan berpikir analitis kuantitatif. Dalam diri siswa sebaiknya
ditumbuhkan kesadaran agar dapat melihat fisika bukan semata-mata sebagai
kegiatan akademik, tetapi lebih sebagai cara untuk memahami dunia tempat
mereka hidup (Mundilarto, 2002).
Dari hasil angket siswa, 44 siswa menyatakan bahwa Fisika sebagai mata
pelajaran sekolah yang dianggap sulit dan 26 siswa tidak setuju dengan hal
tersebut. Hal ini terlihat dari angket observasi yang dilakukan oleh peneliti.
Keadaan ini dikarenakan materi fisika memiliki banyak rumus-rumus
matematika, soal-soal fisika juga banyak yang tergolong rumit. Pendekatan
dan metode yang digunakan guru dalam mengajarkan konsep-konsep fisika
seolah menegaskan bahwa konsep-konsep fisika adalah kumpulan rumus
3
sering terjebak untuk mengajarkan fisika dengan hanya menonjolkan
rumus-rumus tanpa mengajarkan konsep fisika secara utuh. Kebanyakan pengajaran
fisika dilakukan dengan memberikan contoh soal dan latihan mengerjakan
soal-soal, sehingga siswa terjebak pada pembahasan penyelesaian soal-soal
dan tentu saja sedikit sekali mengungkapkan proses yang sebenarnya terjadi.
Kemungkinan penyebab kesulitan siswa belajar fisika dapat dipengaruhi oleh
dua faktor. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut
diantaranya menurut (Nur, 2006) faktor itu adalah bersumber dari diri siswa
sendiri dan dari luar siswa. Proses pembelajaran fisika yang masih bersifat
mekanistik (cendrung teoretis, teacher centered, transferring) juga memberi
dampak pada penguasaan fisika siswa. Salah satu contohnya telihat pada
proses pembelajaran yang sering terjadi, guru jarang mengaitkan materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata dan jarang mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan mereka
sehari-hari. Demikian juga dalam kegiatan pembelajaran yang dirancang
guru, belum menekankan pada keterampilan siswa untuk berargumentasi atau
menggunakan penalarannya, sehingga siswa belum mampu mengungkapkan
gagasan/ide-ide nya, baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu tujuan
pembelajaran pada standar kompetensi mata pelajaran IPA adalah melakukan
inkuiri ilmiah. Kegiatan inkuiri ilmiah sama dengan kegiatan keterampilan
proses IPA. Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait
dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan
4
menemukan sesuatu yang baru (Semiawan, 1992). Penelitian oleh Widayanto
(2009) mengatakan bahwa Keterampilan Proses Sains dapat ditingkatkan
dengan alat Kit atau alat praktikum. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang
dilakukan oleh Marnita (2013) yang menyimpulkan dari beberapa siklus yang
dilakukan pada Penelitian Tindakan Kelas, terjadi peningkatan KPS ketika
melakukan percobaan.
Keterampilan Proses Sains (KPS) penting dimiliki oleh setiap individu
sebagai modal dasar bagi seseorang agar memecahkan masalah hidupnya
dalam kehidupan sehari-hari (Dahar, 1996). KPS melibatkan keterampilan
intelektual, manual, dan sosial yang digunakan untuk membangun
pemahaman terhadap suatu konsep atau pengetahuan dan meyakinkan atau
menyempurnakan pemahaman yang sudah terbentuk (Moedjiono, 2002),
sehingga siswa yang memiliki keterampilan ini mampu untuk menemukan
suatu konsep, prinsip atau teori baru sebagai pengembangan dari konsep yang
telah ada ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap penemuan
(Indrawati, 1993). Terdapat sembilan aspek atau komponen keterampilan
proses yaitu mengamati, menafsirkan, mengklasifikasi, memprediksi,
mengkomunikasikan, membuat hipotesis, merancang penelitian, menerapkan
konsep dan mengajukan pertanyaan (Rustamam, 1997).
Melihat adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang
menimbulkan adanya masalah, maka diperlukan suatu solusi yang baru untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut. Salah satu solusi yang dianjurkan
5
Training (MIT). Dalam model pembelajaran ini siswa dapat menyusun fakta,
membentuk konsep, dan kemudian menghasilkan teori yang menerangkan
fenomena yang diselidiki. Peran guru adalah menyeleksi atau menciptakan
situasi masalah dan mengendalikan prosedur inkuiri, memberikan respon
terhadap inkuiri yang ditunjukkan siswa, membantu siswa memulai inkuiri,
dan memfasilitasi diskusi siswa. Secara umum karakteristik model
pembelajaran Inkuiri meliputi: a) Menggunakan keterampilan-keterampilan
proses IPA. b) Tidak ada keharusan untuk menyelesaikan unit tertentu
dalam waktu tertentu. c) Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui lebih
dahulu dan tidak ada dalam buku pelajaran (Yuniarti, 2011).
Keberhasilan MIT dalam mempengaruhi keterampilan proses dapat
tercipta dengan lingkungan belajar yang tepat. Lingkungan dalam
pembelajaran di antaranya adalah tempat belajar, metode, media, maupun
sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mengemas pembelajaran
sehingga memudahkan siswa belajar (Santyasa, 2007). Sebagai bagian dari
lingkungan belajar, media pembelajaran sains penting dalam berperan dalam
menciptakan lingkungan guna membantu siswa membangun pengetahuan dan
keterampilannya. Proses belajar mengajar, tidak pernah lepas dari
penggunaan media. Peranan Media dalam proses belajar mengajar (Gerlac
dan Ely, 1971) ditegaskan bahwa ada tiga keistemewaan yang dimiliki media
pengajaran yaitu : (1) Media memiliki kemampuan untuk menangkap,
menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian, (2) Media
6
dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan, dan (3) Media
mempunyai kemampuan untuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian
yang mengandung makna. Penelitian yang dilakukan oleh Susilawati (2014)
menyatakan bahwa media berpengaruh secara signifikan terhadap
Keterampilan Proses Sains. Penelitian oleh Astuti salim (2011) menyatakan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan media macromedia flash lebih
efektif dari pada tidak menggunakan media.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu
penelitian mengenai Pengaruh Model Inquiry Training Berbantuan
Macromedia Flash dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Keterampilan
Proses Sains Fisika SMP Kelas VIII T.P 2015/2016.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kualitas pembelajaran fisika di sekolah masih rendah
2. Guru jarang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
3. Keterampilan siswa untuk berargumentasi jarang digunakan
4. Pembelajaran masih berpusat pada Guru
5. Guru jarang melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan alat
7
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Inquiry
Training.
2. Hal yang akan diteliti adalah mengenai Kemampuan Berpikir logis dan
Keterampilan Proses Sains
3. Materi pembalajaran yang diajarkan adalah Cahaya
4. Siswa yang akan diteliti adalah siswa kelas VIII SMP N 4 Gunungsitoli
1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh
model pembelajaran Inquiy Training dan Kemampuan Berpikir Logis
terhadap Keterampilan Proses Sains ?”
Berdasarkan permasalahan tersebut, pertanyaan penelitian terfokus pada:
1. Apakah ada perbedaan Keterampilan Proses Sains siswa dengan penerapan
model pembelajaran Inquiry Training berbantuan Macromedia Flash dan
Kemampuan Berpikir Logis, dengan penerapan Metode konvensional?
2. Apakah terdapat interaksi antara Model Inquiry Training berbantuan
Macromedia Flash terhadap kemampuan berpikir logis dan Keterampilan
Proses Sains?
3. Apakah ada peningkatan Keterampilan Proses Sains dengan menggunakan
8
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh model
pembelajaran Inquiry Training berbantuan Macromedia Flash dan
Kemampuan Berpikir Logis terhadap Keterampilan Proses Sains siswa pada
materi pembelajaran Cahaya.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan Keterampilan Proses Sains siswa
yang memiliki kemampuan berpikir logis di atas dan dibawah rata-rata
pada materi pembelajaran Cahaya
2. Untuk mengetahui apakah Keterampilan Proses Sains antara siswa yang
memiliki Kemampuan Berpikir Logis diatas rata-rata lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang memiliki Kemampuan Berpikir Logis
dibawah rata-rata pada materi pembelajaran Cahaya
3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara Model Inquiry Training dan
kemampuan berpikir logis terhadap Keterampilan Proses Sains pada
materi pembelajaran Cahaya
1.6. Kegunaan Penelitian 1.6. 1. Manfaat Teoritis
a. Mendapatkan pengetahuan baru tentang cara meningkatkan Keterampilan
Proses Sains siswa melalui model Inquiry Training dan kemampuan
9
b. Memberikan wawasan yang lebih luas tentang penggunaan model Inquiry
Training dan kemampuan berpikir logis untuk meningkatkan
Keterampilan Proses Sains
c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengadakan
penelitian selanjutnya
1.6.2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa
Manfaat penelitian bagi siswa adalah :
1) Meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan pengetahuan
sendiri
2) Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat
dan menjawab pertanyaan
3) Meningkatkan Keterampilan Proses Sains siswa
4) Meningkatkan perhatian siswa dalam pembelajaran
b. Bagi Guru
Manfaat penelitian bagi guru adalah :
1) Dapat menggunakan model Inquiry Training dalam pembelajaran
Fisika
2) Memahami berbagai model mengajar dengan berbagai karakteristik,
sehingga mampu memilih model yang sesuai dengan cara belajar
10
3) Dapat meningkatkan cara belajar siswa yang nantinya dalam
berdampak pada peningkatan hasil Keterampilan Proses Sains
1.7. Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran Inquiry Training adalah model pembelajaran yang
bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir
intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan
keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingin tahuan
mereka, yang dikemukakan oleh Joyce (2011)
2. Logika mensyaratkan adanya tiga hal sebagai komponen berfikir logis.
Pengertian, keputusan dan Penalaran. Rohman ( 2004)
3. Keterampilan Proses Sains dalam penelitian ini ialah mengamati,
menafsirkan, mengklasifikasikan, memprediksi, mengkomunikasikan,
membuat hipotesis, merancang penyelidikan, menerapkan konsep atau
136
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Keterampilan Proses Sains fisika SMP dengan menggunakan model Inquiry
Training Berbantuan Macromedia Flash lebih baik dibandingkan
Keterampilan Proses Sains siswa dengan menggunakan pembelajaran secara
Konvensional
2. Keterampilan Proses Sains fisika pada kelompok Kemampuan Berpikir Logis
diatas rata-rata lebih baik dibandingkan Keterampilan Proses Sains fisika pada
kelompok demgan Kemampuan Berpikir Logis dibawah rata-rata
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan Kemampuan Berpikir
Logis dalam meningkatkan Keterampilan Proses Sains fisika siswa.
Keterampilan proses sains siswa yang diajarkan melalui model Inquiry
Training Berbantuan Macromedia Flash pada kelompok Kemampuan
Berpikir Logis diatas rata dan Kemampuan Berpikir Logis dibawah
rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan proses sains siswa yang
diajarkan dengan pendekatan konvensional pada kelompok Kemampuan
Berpikir Logis diatas rata-rata dan pada kelompok Kemampuan Berpikir
137
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penemuan dalam penelitian ini, maka dapat diajukan saran
sebagai berikut.
1. Kepada peneliti/calon peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian
serupa, supaya melakukan penelitian lebih lanjut tentang Model Inquiry
Training dengan moderator dan hasil belajar yang berbeda dari yang
sebelumnya.
2. Dilihat dari rata-rata Keterampilan Proses Sains yang dicapai oleh siswa yang
diajar melalui model Inquiry Training jauh lebih tinggi daripada kelompok
siswa yang diajar melalui pembelajaran Konvensional menunjukkan bahwa
model pembelajaran ini lebih efektif meningkatkan Keterampilan Proses Sains
siswa daripada secara konvensional, sehingga kepada para pendidik
disarankan agar dapat menjadikan pembelajaran ini sebagai bahan
pertimbangan agar dapat dijadikan sebagai salah satu model alternatif dalam
pembelajaran fisika.
3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar memperhatikan penggunaan
waktu sehingga pelaksanaan model pembelajaran ini dapat berjalan secara
138
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, A., 2014. The Effect of Inquiry-based Learning Method on Students Academic Achievement in Science Course. Universal Journal of Educational Research 2(1): 37-41
Aminah, 2008. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa, Skripsi UNIMED
Anggraeni. 2013. Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Kinematika Gerak Lurus Pada Siswa SMA. Skripsi: UPI
Arends, R. I., 2007. Learning To Teach, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Arikunto, S., 2003. Dasar–Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta
Barizi, H., 2003. Konseptualisasi dalam Bidang Studi Sains Berbasis Metode Pengajaran. Makalah Disampaikan pada Penataran Dosen Muda IPB.
BSNP, 2007. Petunjuk Teknis pengembangan Silabus dan Contoh/Model silabus SMA/MA. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta
Dahar, R., 1991. Teori-Teori Belajar .Erlangga: Jakarta
De Bono, E., 1981. Practical Thinking.London: Penguin books
Dick, W. & Carey, J., 2005. The systematic Design of Instruction.Fouth Edition. New York: Harper Collin College Publisher
Dimyati dan Mudjiono., 2006. Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Distrik, I., 2007. Model Kooperatif dengan pendidikan Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan HasilBelajar Fisika Siswa SMP Negeri 1Bandar Lampung. Jurnal Pendidikan MIPA, 8 ,1-68
Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan, Penerbit : PT RajaGrafindo Persada, Jakarta
139
Fah, Y., 2009. Logical Thinking Abilities among Form 4 Students in the Interior Division of Sabah, Malaysia. Lay Yoon Fah Journal of Science and Mathematics Education in Southeast Asia, Vol. 32 No. 2, 161-187
Etzler dan Madden M., 2014. The Test of Logical Thinking as a Predictor of First-Year Pharmacy Students’ Performance in Required First-Year Courses. American Journal of Pharmaceutical Education ; 78 (6) Article 121.
Gerlach & Ely., 1971. Teaching & Media: A Systematic Approach. Second Edition, by V.S. Gerlach & D.P. Ely, 1980, Boston, MA: Allyn and Bacon. Copyright 1980 by Pearson Education
Gillani, B., 2010. Inquiry-Based Training Model and the Design of E-Learning Environments. Issues in Informing Science and Information Technology, California State University: California, USA, 7:1-9
Haliday, D., 1984. Physics Jilid 2 Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga : Jakarta
Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta
Harlen, W., 2001. Teaching, learning and assessing science, A SAGE : London
Hussain dan Shakoor A., 2011. Physics Teaching Methods: Scientific Inquiry Vs Traditional Lecture. International Journal of Humanities and Social Science. University of Education, Pakistan, Vol 1 , pp 269-276
Ibrahim, 1982. Media Instruksional, (Malang : Sub Proyek Penelitian Buku Pelajaran, Proyek Peningkatan perguruan Tinggi).
Indrawati, 1993. Keterampilan Proses Sains. (online) (http://www.fisika smaonline.blogspot.com/2010/03/keterampilan-prosessains.html.
(Diakses 14 Februari 2016)
James, F., 1985. Learnig Science Process Skills, Dubuque USA : Kendall/Hunt
Joyce, B., 2009. Models Of Teching (Model-model Pembelajaran), Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Juliyanto, E., 2011. Pembelajaran Fisika Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Hipotetikal Deduktif Pada Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7, 17-22
140
Margono, S., 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Marnita, 2013. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Melalui Pembelajaran Kontekstual pada Mahasiswa Semester I Materi Dinamika. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 2013, 9,43-52
Moedjiono, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka
Mulyasa, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Pt Remaja Rosdakarya : Bandung
Mundilarto (2002). Kapita Selekta Pendidikan Fisika. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Fisika UNY.
Munir, 2010. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : Alfabeta
Nasution, S., 2006. Azas-Azas Kurikulum, Bumi Aksara, Jakarta
Nur, 1991. Pengadaptasian Test of Logical Thinking (TOLT) Dalam Seting Indonesia. Laporan Hasil Penelitian, IKIP Surabaya.
Nurhadi, 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban, Grasindo, Malang
Rahman, A., 1986. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Redjeki, S., 2007. Metode dan Pendekatan dalam Pembelajaran Sains, UPI : Bandung
Pandey A., 2011. Effectiveness of Inquiry Training Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of Science Students in India. Journal of Innovative Research in Education,pp 7-20
Purwanto, A., 2012. Kemampuan Berpikir Logis Siswa Sma Negeri 8 Kota Bengkulu Dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal Exacta, Vol. X. No. 2
141
Robert, B., 1976. Piaget for Educator. Columbus : A bell & Howell company
Rohman dan Andriani P., 2014. Epistemologi dan logika, Aswaja Pressindo
Roestiyah, 2008. Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta
Rustamam, 1997. Aspek-aspek keterampilan Proses Sains Siswa. Jakarta: Erlangga
Sagala, S., 2003. Metode Belajar Mengajar. Alfabeta : Bandung
Sagala, S., 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran, Alpabeta : Bandung
Sondang, 2014. The Relationship between Formal Thinking Abilities and Problem-Solving Skills in Kinematics Topic. Proceeding The 4th International Conference On Theoretical And Applied Physics (Ictap), State University of Medan
Salim, A., 2011. Pemanfaatan Media Pembelajaran Macromedia Flash dengan Pendekatan Kontruktivis dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Fisika Pada Konsep Gaya. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta
Santyasa, I., 2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran, Makalah disajikan dalam Workshop Media Pembelajaran bagi guru-guru SMA Negeri Banjar Angkan pada tanggal 10 Januari 2007 di Banjar Angkan Klungkung
Scott and Jennifer E., 2007. Predicting at-risk students in general chemistry: comparing formal thought to a general achievement measure. Chemistry Education Research and Practice, 8 (1), 32-51
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rhineka Cipta : Jakarta
Sobry, M., 2013. Belajar & Pembelajaran. Penerbit :Holistica,Lombok
Sopiah. S., 2009. Pembiasaan Bekerja Ilmiah Pada Pembelajaran Sains Fisika Untuk Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 () 14-19
142
Sukardi, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara
Sumiati, A., 2007. Metode Pembelajaran, Wacana Prima : Bandung
Suryabrata, S., 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Syah, M., 2008. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung
Sumarmo, 1987. Kemampuan pemahaman dan penalaran Matematika Siswa SMA Dikaitkan dengan kemampuan penalaran logik siswa dan beberapa unsur proses belajar mengajar. Disertasi. Bandung: FPS UPI
Susilawati, M., 2014. Pengaruh Penggunaan Media Riil Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Gaya Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 10, 47-58
Syukriah, 2013. Efek Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Prestasi Belajar Siswa SMK., Skripsi, Pps UNIMED, UNIMED
Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Beroreiontasi Kontruktivistis, Presentasi Pustaka Publisher, Jakarta
Tobin & Capie, W., 1982. Relationship between formal reasoning ability, loans of control, academic engagement and integrated process skills achievement. Journal of Research in Science Teaching, 19(2), 13-121.
Tobin & Capie, W., 1981. Development and validation of a group test of logical thinking. Education and Psychological Measurement. Journal of Research in Science Teaching, 41(2), 413-424.
Vaishnav, R.S (2013). Effectiveness of Inquiry Training Model for Teaching Science. Scholarly Research Journal for Interdisciplinary Studies. 1(5):32-40. April 2013. Ngapur-India
Wahdi dan Nurdin B., 2015. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training menggunakan Media Phet Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika UNIMED, Vol 4 No. 2
143
Widayanto, 2009. Pengembangan Keterampilan Proses Dan Pemahaman Siswa Kelas X Melalui Kit Optik. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 5, 1-7
Widiyatmoko dan Nurmasitah, S., 2013. Designing Simple Technology as a Science Teaching Aids from Used Material. Journal of Enviromentally Friendly Processes, 1 (4): 27-31.
Winataputra, 1996. Belajar Dan Pembelajaran, Depdikbud : Jakarta
Yenilmez, 2005. Investigating Students’ Logical Thinking Abilities: The Effects
of Gender and Grade Level. 28: 219-225
Yilmaz, E., 2006. Students’ understanding of matter: the effect of reasoning
ability and grade level. Chemistry Education Research and Practice, 7 (1), 22-31
Yuniarti. 2011. Proses Belajar-Mengajar. Jakarta: Bumi Pustaka
Zaelani, A., 2006. 1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Fisika, Bandung : Yrama Widya