• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA SMP KELAS VII TP. 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA SMP KELAS VII TP. 2015/2016."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES

SAINS FISIKA SMP KELAS VIII TP. 2015/2016

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Progran Studi Pendidikan Fisika

OLEH:

JEFRI S WARUWU

NIM : 8146175017

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

i ABSTRAK

Jefri S Waruwu. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Macromedia Flash dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Keterampilan Proses Sains Fisika Siswa SMP Kelas VII TP. 2015/2016.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: Keterampilan Proses Sains siswa yang diajarkan dengan model Inquiry Training Berbantuan Macromedia Flash lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran Konvensional, Keterampilan Proses Sains siswa yang memiliki Kemampuan Berpikir Logis diatas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki Kemampuan Berpikir Logis dibawah rata-rata, dan ada interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training berbantuan Macromedia Flash dengan Kemampuan Berpikir Logis dalam meningkatkan Keterampilan Proses Sains siswa. Metode Penelitian ini adalah quasi eksperimen atau perlakuan terhadap dua variabel (kelas) menggunakan siswa SMP Negeri 4 Gunungsitoli sebagai populasi dan memilih sampel kelas VIII secara cluster random sampling. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training berbantuan Macromedia Flash dan kelas yang lain sebagai kelas kontrol melalui penerapan pembelajaran Konvensional. Instrumen yang digunakan adalah tes Keterampilan Proses Sains dan tes Kemampuan Berpikir Logis. Data yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Keterampilan Proses Sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training berbantuan Macromedia Flash lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran Konvensional, Keterampilan Proses Sains siswa yang memiliki Kemampuan Berpikir Logis diatas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki Kemampuan Berpikir Logis dibawah rata-rata dan ada interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training dengan Kemampuan Berpikir Logis dalam meningkatkan Keterampilan Proses Sains siswa.

(3)

ii ABSTRACT

Jefri S Waruwu. Effect of Inquiry Training Model Aided Macromedia Flash and Logical Thinking Ability to Physical Science Process Skills Students Grade VII. Academic Year 2015/2016.

The aim of the research was to analyze the Skills Process Science students are taught with the Inquiry Training learning model aided Macromedia Flash better than students who use Conventional method, Skills Process Science students who have the ability Logical Thinking above average better than students who have the ability Logical Thinking below the average, and there is interaction between the Inquiry Training learning model aided Macromedia Flash with the Logical Thinking skill to improve Skills process Science of students. Methods This study is experiment research or treatment of the two variables (class) using a student SMP Negeri 4 Gunungsitoli as population and selected a sample of class VIII by cluster random sampling. One class as an experimental class treatment given Inquiry Training learning model aided Macromedia Flash and the other class as the class of the control through the application of conventional learning. The instrument used was a test of skill for Science Process Skills and Logical Thinking Ability tests. The resulting data were analyzed using ANOVA two lanes. The results showed that: Skills Process Science students are taught by learning model Inquiry Training aided Macromedia Flash better than students taught by Conventional method, Skills Process Science students who have the ability Logical Thinking on average better than the students who have the ability Logical thinking is below average and there is interaction between the learning model Inquiry Training with Logical thinking Skills in improving process Skills Science students.

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

kasih dan karunia kepada penulis, untuk bisa melanjutkan pendidikan hingga

kejenjang Magister (S2), serta menyelesaikan penulisan tesis ini. Adapun judul

tesis yang menjadi fokus utama yaitu “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry

Training Berbantuan Macromedia Flash dan Kemampuan Berpikir Logis

Terhadap Keterampilan Proses Sains fisika SMP kelas VIII TP. 2015/2016”.

Tesis disusun berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap

siswa SMP Negeri 4 Gunungsitoli Kota Gunungsitoli. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training

Berbantuan Macromedia Flash dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap

Keterampilan Proses Sains. Proses penulisan tesis merupakan bagian yang sangat

berkesan sebagai kisah hidup penulis. Sejak awal hingga akhir, banyak tantangan

dan kerumitan yang penulis hadapi. Bermodalkan keberanian usaha maksimal

dalam berbagai keterbatasan, dengan bantuan dan bimbingan serta doa dari

berbagai pihak, sehingga semuanya dapat dilalui dan penulisan tesis dapat

terselesaikan. Berkenaan dengan hal tersebut, maka pada kesempatan ini penulis

ucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rektor UNIMED beserta stafnya.

2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, selaku Direktur Pascasarjana Unimed,

Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S, M.M selaku Asisten Direktur I Pascasarjana

Unimed, dan Bapak Prof. Dr. Busmin Gurning, M.Pd selaku Asisten Direktur

(5)

iv

3. Bapak Dr. Rahmatsyah, M.Si dan Ibur Dr. Derlina, M.Si selaku Ketua Prodi

dan Sekretaris Prodi Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed.

4. Para pembimbing, Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap M.S selaku

Pembimbing I, dan Ibu Dr. Sondang R. Manurung, M.Pd Sebagai Pembimbing

II. Bimbingan dan arahan dari Bapak dan Ibu sekalian telah menghantarkan

tulisan ini pada perbaikan yang lebih baik.

5. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S, M.M, Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si, dan Bapak

Prof. Motlan, M.Sc, P.hD selaku Narasumber dalam penulisan tesis ini. Arahan

dan saran serta kritik konstruktif dari Bapak sekalian telah turut menghantarkan

tulisan ini kearah yang lebih baik.

6. Bapak dan Ibu Dosen pengampuh mata kuliah di Prodi Pendidikan Fisika

Pascasarjana Unimed. Ilmu yang penulis peroleh dari Bapak dan Ibu Dosen

sekalian sangat terasa manfaatnya bagi penulis dalam proses penulisan tesis ini.

7. Bapak Kepala Dinas dan Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Gunungsitoli

beserta stafnya. Perhatian dan kerjasama yang baik dari instansi yang Bapak

pimpin sangat membantu proses penulisan tesis ini.

8. Kepala Sekolah beserta Guru kelas VIII dari SMP Negeri 4 Gunungsitoli selaku

responden penelitian tesis ini. Kerjasama yang baik, sangat membantu bagi

proses penulisan tesis ini.

9. Orang tua yang terus mendukung dan selalu mengucapkan nama penulis dalam

bait-bait doa mereka. Pihak yang sangat istimewa bagi penulis; Ayahanda

tercinta (Emanuel Waruwu, S.Pd) dan Ibunda tercinta (Ramiti Dakhi,

(6)

v

10. Saudara/i penulis (Gunawan Waruwu dan Tati Waruwu), bantuan moril dan

materil, bimbingan dan motivasi serta doa dari kalian semua sungguh teramat

besar nilainya bagi penulis.

11. Bapak Yanuarmansyah Zebua, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 1

Ulugawo beserta civitas Sekolah yang telah menyambut baik niat penulis

untuk melanjutkan pendidikan.

12. Teman-teman sepelayanan di Eklesia yang selalu mendukung dalam setiap

perjalan Penulisan ini baik Neni, Arif, Boby, Resti, Fitri, Nidar, Dika, dan

Ester

13. Penghuni Tombak 57 A, Markus, Agus, Fandi, Tito, Fince, Envil, selaku

orang yang telah turut membantu penulis dalam proses penyusunan tesis ini.

14. Saudara Yuyun dan Ian dan Saudari Tata yang menularkan semangat yang

besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini

14. Rekan-rekan seperjuangan di Prodi Pendidikan Fisika Angkatan XXVIII

Pascasarjana Unimed, Terutama teman-teman seperjuangan Andri dan Ismadi

yang telah cukup banyak membantu, mendukung serta motivasi penulis

dalam menjalani proses perkuliahan, terutama dalam proses penulisan tesis

ini.

15. Rekan-rekan di Pastoran St Petrus dan St Paulus Idanogawo, Pastor, Suster

dan Frater yang senantiasa mendukung dan memberikan masukan dan doa

(7)

vi

16. Rekan-rekan sesama CPNS Formasi 2014 yang tidak bisa disebutkan satu

persatu, dukungan dan semangat yang ditularkan, memberi pengaruh yang

positif bagi penulis.

17. Terakhir kepada semua pihak yang telah turut membantu dan tidak bisa

penulis sebutkan satu persatunya.

Penulis yakin bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, maka dalam

kesempatan ini penulis mohon saran dan kritik kontruktif dari pembaca. Atas

semua kekurangan serta kelemahan dalam tesis ini, penulis hanturkan mohon

maaf sebesar-besarnya. Semoga tesis ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, 23 Februari 2017 Penulis,

(8)

vii 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 6

2.1.1. Hakekat Belajar Fisika... 11

2.1.2. Teori Belajar... 15

2.1.2.1. Teori Belajar Piaget... 15

2.1.2.2. Teori Belajar Vigotsky... 16

2.1.2.3. Teori Belajar David Ausubel... 17

2.1.3. Model Pembelajaran... 17

2.1.4. Model Pembelajaran Inkuiri... 19

2.1.5.1. Model Pembelajaran Inquiry Training... 20

2.1.5.2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Inquiry Training... 28

2.1.6. Kemampuan Berpikir Logis... 29

2.1.7. Keterampilan Proses Sains... 31

2.1.8. Pembelajaran Konvensional... 35

2.1.9. Media Pembelajaran... 36

2.1.9.1. Macromdia Flash... 37

2.1.9.2. Peranan Media Pada pembelajaran Fisika... 39

2.2. Kerangka Konseptual... 45

(9)

viii BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 50

3.1.1. Tempat penelitian... 50

3.1.2. Waktu penelitian... 50

3.2. Populasi dan Sampel... 50

3.3. Variabel Penelitian... 51

3.4. Jenis dan Desain Instrumen... 51

3.5. Prosedur Penelitian... 52

3.6. Instrumen Penelitian... 54

3.6.1. Tes Kemampuan Berpikir Logis... 55

3.6.2. Tes keterampilan proses sains... 55

3.7. Analisis Butir Tes... 57

3.7.1. Validitas Isi... 57

3.7.2. Validasi Ramalan ... 58

3.7.3. Reliabilitas Tes... 62

3.7.4. Daya Pembeda Tes... 63

3.7.5. Tingkat Kesukaran... 66

3.8. Teknik Analisis Data... 68

3.8.1. Analisis Secara Deskriptif... 68

3.8.1.1. Menghitung Nilai Rata-Rata Simpangan Baku... 68

3.8.2. Analisis Persyaratan Analisis... 69

3.8.2.1. Uji Normalitas... 69

3.8.2.2. Uji Homogenitas... 71

3.8.2.3. Uji Hipotesis ANAVA 2 Jalur... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif... 75

4.1.1. Analisis Deskriptif Tes Keterampilan Proses Sains... 75

4.1.1.1. Pretes Kelas Kontrol... 75

4.1.1.2. Data Pretes Kelas Eksperimen... 78

4.1.1.3. Data Postes Kelas Kontrol. ... 80

4.1.1.4. Data Postes Kelas Eksperimen... 83

4.1.2. Data Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains siswa... 85

4.1.3. Analisis Deskriptif Kemampuan Berpikir Logis... 89

4.1.3.1. Kemampuan Berpikir Logis Kelas Kontrol... 89

4.1.3.2. Kemampuan Berpikir Logis Kelas Eksperimen... 92

4.1.3.3. Hasil Kemampuan Berpikir Logis... 94

4.1.4. Analisis Hipotesis... 99

(10)

ix

4.1.4.2. Analisis Data Keterampilan Proses Sains berdasarkan

tingkat Kemampuan Berpikir Logis... 100

4.1.4.2.1. Data Postes KPS pada KBL diatas dan dibawah rata-rata pada kelas kontrol dan kelas eksperimen... 101

4.2. Pengujian Persyaratan Analisis... 107

4.2.1. Uji Normalitas... 107

4.2.1.1. Uji Normalitas Data Pretes... 107

4.2.1.2. Uji Normalitas Data Postes... 108

4.2.3.3. Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Logis... 109

4.2.2. Uji Homogenitas... 109

4.2.2.1 Uji Homogenitas Data Pretes... 109

4.2.2.2. Uji Homogenitas Data Postes... 109

4.2.2.3. Uji Homogenitas Data Kemampuan berpikir logis seluruh siswa... 110

4.3 Pengujian Hipotesis... 111

4.3.1. Pengujian Hipotesis Pertama... 116

4.3.2. Pengujian Hipotesis Kedua... 117

4.3.3. Pengujian Hipotesis Ketiga... 119

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian... 124

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan... 136

5.2. Saran... 137

(11)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Struktur Pengajaran (syntax) Model Inquiry Training... 22

Tabel 2.2 Aspek Keterampilan Proses Sains Rustaman... 32

Tabel 2.3 Aspek Keterampilan Proses Sains Liliasari... 34

Tabel 2.4 Hasil Penelitian Yang Relevan... 40

Tabel 3.1 Rancangan Desain Penelitian... 50

Tabel 3.2 Keterkaitan antara Variabel Bebas dan Terikat... 52

Tabel 3.3 Jumlah soal tes berpikir logis... 55

Tabel 3.4 Jumlah soal tes Keterampilan Proses Sains... 56

Tabel 3.5 Validitas Butir Soal Keterampilan Proses Sains... 60

Tabel 3.6 Validitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Logis... 61

Tabel 3.7 Reliabilitas tes Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Berpikir Logis... 63

Tabel 3.8 Analisis Daya Pembeda Tes Keterampilan Proses Sains... 65

Tabel 3.9 Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir Logis... 65

Tabel 3.10 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Keterampilan Proses Sains... 67

Tabel 3.11 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Logis... 67

Tabel 3.12 Ringkasan ANAVA Dua Jalur... 73

Tabel 4.1 Data statistik Pretes Kelas Kontrol... 76

Tabel 4.2 Data frekuensi Kelas Kontrol... 77

Tabel 4.3 Data Statistik Pretes Kelas Eksperimen... 78

Tabel 4.4 Frekuensi Data Pretes Kelas Eksperimen... 79

Tabel 4.5 Data Statistik Postes kelas Kontrol... 80

Tabel 4.6 Frekuensi Data Postes Kelas Kontrol... 81

Tabel 4.7 Data Statistik Postes Kelas Eksperimen... 83

Tabel 4.8 Frekuensi Data Postes Kelas Eksperimen... 84

Tabel 4.9 Data Statistik Kemampuan Berpikir logis siswa di kelas Kontrol... 90

Tabel 4.10 Frekuensi Kemampuan Berpikir Logis siswa di kelas Kontrol... 90

Tabel 4.11 Data Statistik Kemampuan Berpikir Logis Siswa di kelas Eksperimen... 92

Tabel 4.12 Frekuensi Kemampuan Berpikir Logis siswa di kelas Eksperimen... 93

Tabel 4.13 Data Statistik Kemampuan Berpikir Logis seluruh siswa... 95

Tabel 4.14 Frekuensi Kemampuan Berpikir Logis Seluruh siswa... 96

(12)

xi

Tabel 4.16 Nilai KPS siswa berdasarkan tingkat KBL

diatas rata-rata... 98 Tabel 4.17 Data Postes Kelas Eksperimen pada tingkat

Kemampuan Berpikir Logis dibawah Rata-rata... 101 Tabel 4.18 Data Postes Kelas Eksperimen pada tingkat

Kemampuan Berpikir Logis diatas Rata-rata... 103

Tabel 4.19 Data Postes Kelas Kontrol pada tingkat

Kemampuan Berpikir Logis dibawah Rata-rata... 104 Tabel 4.20 Data Postes Kelas Kontrol pada tingkat

Kemampuan Berpikir Logis diatas Rata-rata... 106 Tabel 4.21 Uji Normalitas Pretes KPS di kelas Eksperimen

dan kelas Kontrol... 108 Tabel 4.22 Uji Normalitas Postes KPS di Kelas Eksperimen

dan kelas Kontrol... 108 Tabel 4.23 Uji Normalitas KBL siswa di kelas Eksperimen

dan kelas Kontrol... 109 Tabel 4.24 Uji Homogenitas nilai Pretes kelas Eksperimen

dan kelas Kontrol ... 110 Tabel 4.25 Uji Homogenitas nilai Postes kelas Eksperimen

dan kelas Kontrol... 110 Tabel 4.26 Uji Homogenitas nilai Kemampuan Berpikir Logis

seluruh siswa... 111 Tabel 4.27 Uji ANAVA 2 Jalur... 112 Tabel 4.28 Data Faktor antar subjek... 113 Tabel 4.29 Uji homogenitas Kelompok siswa KBL

diatas dan dibawah rata-rata... 114 Tabel 4.30 Statistik Deskriptif model Inquiry Training

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian... 54

Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Pretes Kelas Kontrol... 77

Gambar 4.2 Grafik Distribusi Frekuensi Data Pretes Kelas Eksperimen... 80

Gambar 4.3 Grafik Distribusi Frekuensi Data Postes Kelas Kontrol... 82

Gambar 4.4 Grafik Distribusi Frekuensi Data Postes Kelas Eksperimen... 84

Gambar 4.5 Grafik Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Logis siswa di Kelas Kontrol... 91

Gambar 4.6 Grafik Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Logis siswa di Kelas Eksperimen... 94

Gambar 4.7 Grafik Distribusi Frekuensi Keterampilan Proses Sains berdasarkan tingkat Kemampuan Berpikir Logis dibawah rata-rata... 97

Gambar 4.8 Grafik Distribusi Frekuensi Keterampilan Proses Sains Berdasarkan tingkat Kemampuan Berpikir Logis diatas rata-rata... 99

Gambar 4.9 Gambar Perbedaan Nilai Pretes dan Postes kedua Kelas... 100

Gambar 4.10 Grafik Distribusi Frekuensi Data Postes Kelas Eksperimen pada tingkat Kemampuan Berpikir Logis Dibawah rata-rata... 102

Gambar 4.11 Grafik Distribusi Frekuensi Data Postes Kelas Eksperimen pada tingkat Kemampuan Berpikir Logis Diatas rata-rata... 103

Gambar 4.12 Grafik Distribusi Frekuensi Data Postes Kelas Kontrol pada tingkat KBL dibawah rata-rata... 105

Gambar 4.13 Grafik Distribusi Frekuensi Data Postes Kelas Kontrol pada tingkat Kemampuan Berpikir Logis Diatas rata- rata... 106

Gambar 4.14 Pola garis interaksi antara model pembelajaran dan

Kemampuan Berpikir Logis terhadap Keterampilan

(14)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RPP Kelas Eksperimen... 144

2. RPP Kelas Kontrol... 167

3 Bahan Ajar... 181

4. LKS... 193

5. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Logis... 206

6. Kisi-kisi Tes Keterampilan Proses Sains... 213

7. Rubrik Penilaian Keterampilan Proses Sains... 218

8. Silabus... 223

9. Perhitungan Analisis Butir Soal Tes Keterampilan Proses Sains Fisika... 225

10. Analisis Daya Beda Hasil KPS Siswa... 228

11. Perhitungan Validitas... 230

12. Reliabilitas... 232

13. Data Pretes Dan Data Postes... 234

14. Uji Normalitas... 241

15. Uji Homogenitas... 245

16. Nilai Kritis untuk Uji Lilliefors... 249

17. Daftar NiIai Persentil Untuk Distribusi t... 250

18. Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z... 251

19. r Table (Pearson Product Moment ) ... 252

20. Daftar Nilal Persentil Untuk Distribusi F... 253

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keterampilan Proses Sains (KPS) penting dimiliki oleh setiap individu

sebagai modal dasar bagi seseorang agar memecahkan masalah hidupnya

dalam kehidupan sehari-hari (Dahar, 1996). KPS melibatkan keterampilan

intelektual, manual, dan sosial yang digunakan untuk membangun

pemahaman terhadap suatu konsep atau pengetahuan dan meyakinkan atau

menyempurnakan pemahaman yang sudah terbentuk (Moedjiono, 2002),

sehingga siswa yang memiliki keterampilan ini mampu untuk menemukan

suatu konsep, prinsip atau teori baru sebagai pengembangan dari konsep yang

telah ada ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap penemuan

(Indrawati, 1993).

Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 4

Gunungsitoli, ternyata pada mata pelajaran fisika siswa kelas VIII, masih

cenderung teoritis dan jarang melakukan kegiatan laboraturium. Hal ini

dikarenakan alat praktikum masih kurang memadai. Guru juga jarang

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Disamping itu,

Keterampilan Proses Sains siswa kurang berkembang karena dalam

pembelajaran siswa jarang melakukan kegiatan praktikum. Hal ini senada

(16)

2

praktikum dan 26 tidak senang menggunakannya. Namun karena

keterbatasan alat, mereka jarang melakukan praktikum. Keterampilan Proses

Sains sangat dibutuhkan dalam bekerja ilmiah karena mendasari langkah

siswa pada pemecahan masalah yang akhirnya akan membawa siswa pada

kemampuan yang diharapkan. Pengetahuan fisika terdiri atas banyak konsep

dan prinsip yang pada umumnya sangat abstrak. Kesulitan yang dihadapi oleh

sebagian besar siswa adalah dalam menginterpretasi berbagai konsep dan

prinsip fisika sebab mereka dituntut harus mampu menginterpretasi

pengetahuan fisika tersebut secara tepat dan tidak samar-samar atau tidak

mendua arti. Pendidikan fisika harus dapat menjadi pendorong yang kuat

tumbuhnya sikap rasa ingin tahu dan keterbukaan terhadap ide-ide baru

maupun kebiasaan berpikir analitis kuantitatif. Dalam diri siswa sebaiknya

ditumbuhkan kesadaran agar dapat melihat fisika bukan semata-mata sebagai

kegiatan akademik, tetapi lebih sebagai cara untuk memahami dunia tempat

mereka hidup (Mundilarto, 2002).

Dari hasil angket siswa, 44 siswa menyatakan bahwa Fisika sebagai mata

pelajaran sekolah yang dianggap sulit dan 26 siswa tidak setuju dengan hal

tersebut. Hal ini terlihat dari angket observasi yang dilakukan oleh peneliti.

Keadaan ini dikarenakan materi fisika memiliki banyak rumus-rumus

matematika, soal-soal fisika juga banyak yang tergolong rumit. Pendekatan

dan metode yang digunakan guru dalam mengajarkan konsep-konsep fisika

seolah menegaskan bahwa konsep-konsep fisika adalah kumpulan rumus

(17)

3

sering terjebak untuk mengajarkan fisika dengan hanya menonjolkan

rumus-rumus tanpa mengajarkan konsep fisika secara utuh. Kebanyakan pengajaran

fisika dilakukan dengan memberikan contoh soal dan latihan mengerjakan

soal-soal, sehingga siswa terjebak pada pembahasan penyelesaian soal-soal

dan tentu saja sedikit sekali mengungkapkan proses yang sebenarnya terjadi.

Kemungkinan penyebab kesulitan siswa belajar fisika dapat dipengaruhi oleh

dua faktor. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut

diantaranya menurut (Nur, 2006) faktor itu adalah bersumber dari diri siswa

sendiri dan dari luar siswa. Proses pembelajaran fisika yang masih bersifat

mekanistik (cendrung teoretis, teacher centered, transferring) juga memberi

dampak pada penguasaan fisika siswa. Salah satu contohnya telihat pada

proses pembelajaran yang sering terjadi, guru jarang mengaitkan materi yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata dan jarang mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan mereka

sehari-hari. Demikian juga dalam kegiatan pembelajaran yang dirancang

guru, belum menekankan pada keterampilan siswa untuk berargumentasi atau

menggunakan penalarannya, sehingga siswa belum mampu mengungkapkan

gagasan/ide-ide nya, baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu tujuan

pembelajaran pada standar kompetensi mata pelajaran IPA adalah melakukan

inkuiri ilmiah. Kegiatan inkuiri ilmiah sama dengan kegiatan keterampilan

proses IPA. Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait

dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan

(18)

4

menemukan sesuatu yang baru (Semiawan, 1992). Penelitian oleh Widayanto

(2009) mengatakan bahwa Keterampilan Proses Sains dapat ditingkatkan

dengan alat Kit atau alat praktikum. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang

dilakukan oleh Marnita (2013) yang menyimpulkan dari beberapa siklus yang

dilakukan pada Penelitian Tindakan Kelas, terjadi peningkatan KPS ketika

melakukan percobaan.

Keterampilan Proses Sains (KPS) penting dimiliki oleh setiap individu

sebagai modal dasar bagi seseorang agar memecahkan masalah hidupnya

dalam kehidupan sehari-hari (Dahar, 1996). KPS melibatkan keterampilan

intelektual, manual, dan sosial yang digunakan untuk membangun

pemahaman terhadap suatu konsep atau pengetahuan dan meyakinkan atau

menyempurnakan pemahaman yang sudah terbentuk (Moedjiono, 2002),

sehingga siswa yang memiliki keterampilan ini mampu untuk menemukan

suatu konsep, prinsip atau teori baru sebagai pengembangan dari konsep yang

telah ada ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap penemuan

(Indrawati, 1993). Terdapat sembilan aspek atau komponen keterampilan

proses yaitu mengamati, menafsirkan, mengklasifikasi, memprediksi,

mengkomunikasikan, membuat hipotesis, merancang penelitian, menerapkan

konsep dan mengajukan pertanyaan (Rustamam, 1997).

Melihat adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang

menimbulkan adanya masalah, maka diperlukan suatu solusi yang baru untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut. Salah satu solusi yang dianjurkan

(19)

5

Training (MIT). Dalam model pembelajaran ini siswa dapat menyusun fakta,

membentuk konsep, dan kemudian menghasilkan teori yang menerangkan

fenomena yang diselidiki. Peran guru adalah menyeleksi atau menciptakan

situasi masalah dan mengendalikan prosedur inkuiri, memberikan respon

terhadap inkuiri yang ditunjukkan siswa, membantu siswa memulai inkuiri,

dan memfasilitasi diskusi siswa. Secara umum karakteristik model

pembelajaran Inkuiri meliputi: a) Menggunakan keterampilan-keterampilan

proses IPA. b) Tidak ada keharusan untuk menyelesaikan unit tertentu

dalam waktu tertentu. c) Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui lebih

dahulu dan tidak ada dalam buku pelajaran (Yuniarti, 2011).

Keberhasilan MIT dalam mempengaruhi keterampilan proses dapat

tercipta dengan lingkungan belajar yang tepat. Lingkungan dalam

pembelajaran di antaranya adalah tempat belajar, metode, media, maupun

sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mengemas pembelajaran

sehingga memudahkan siswa belajar (Santyasa, 2007). Sebagai bagian dari

lingkungan belajar, media pembelajaran sains penting dalam berperan dalam

menciptakan lingkungan guna membantu siswa membangun pengetahuan dan

keterampilannya. Proses belajar mengajar, tidak pernah lepas dari

penggunaan media. Peranan Media dalam proses belajar mengajar (Gerlac

dan Ely, 1971) ditegaskan bahwa ada tiga keistemewaan yang dimiliki media

pengajaran yaitu : (1) Media memiliki kemampuan untuk menangkap,

menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian, (2) Media

(20)

6

dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan, dan (3) Media

mempunyai kemampuan untuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian

yang mengandung makna. Penelitian yang dilakukan oleh Susilawati (2014)

menyatakan bahwa media berpengaruh secara signifikan terhadap

Keterampilan Proses Sains. Penelitian oleh Astuti salim (2011) menyatakan

bahwa pembelajaran dengan menggunakan media macromedia flash lebih

efektif dari pada tidak menggunakan media.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu

penelitian mengenai Pengaruh Model Inquiry Training Berbantuan

Macromedia Flash dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Keterampilan

Proses Sains Fisika SMP Kelas VIII T.P 2015/2016.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kualitas pembelajaran fisika di sekolah masih rendah

2. Guru jarang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

3. Keterampilan siswa untuk berargumentasi jarang digunakan

4. Pembelajaran masih berpusat pada Guru

5. Guru jarang melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan alat

(21)

7

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Inquiry

Training.

2. Hal yang akan diteliti adalah mengenai Kemampuan Berpikir logis dan

Keterampilan Proses Sains

3. Materi pembalajaran yang diajarkan adalah Cahaya

4. Siswa yang akan diteliti adalah siswa kelas VIII SMP N 4 Gunungsitoli

1.4. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh

model pembelajaran Inquiy Training dan Kemampuan Berpikir Logis

terhadap Keterampilan Proses Sains ?”

Berdasarkan permasalahan tersebut, pertanyaan penelitian terfokus pada:

1. Apakah ada perbedaan Keterampilan Proses Sains siswa dengan penerapan

model pembelajaran Inquiry Training berbantuan Macromedia Flash dan

Kemampuan Berpikir Logis, dengan penerapan Metode konvensional?

2. Apakah terdapat interaksi antara Model Inquiry Training berbantuan

Macromedia Flash terhadap kemampuan berpikir logis dan Keterampilan

Proses Sains?

3. Apakah ada peningkatan Keterampilan Proses Sains dengan menggunakan

(22)

8

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh model

pembelajaran Inquiry Training berbantuan Macromedia Flash dan

Kemampuan Berpikir Logis terhadap Keterampilan Proses Sains siswa pada

materi pembelajaran Cahaya.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan Keterampilan Proses Sains siswa

yang memiliki kemampuan berpikir logis di atas dan dibawah rata-rata

pada materi pembelajaran Cahaya

2. Untuk mengetahui apakah Keterampilan Proses Sains antara siswa yang

memiliki Kemampuan Berpikir Logis diatas rata-rata lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang memiliki Kemampuan Berpikir Logis

dibawah rata-rata pada materi pembelajaran Cahaya

3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara Model Inquiry Training dan

kemampuan berpikir logis terhadap Keterampilan Proses Sains pada

materi pembelajaran Cahaya

1.6. Kegunaan Penelitian 1.6. 1. Manfaat Teoritis

a. Mendapatkan pengetahuan baru tentang cara meningkatkan Keterampilan

Proses Sains siswa melalui model Inquiry Training dan kemampuan

(23)

9

b. Memberikan wawasan yang lebih luas tentang penggunaan model Inquiry

Training dan kemampuan berpikir logis untuk meningkatkan

Keterampilan Proses Sains

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengadakan

penelitian selanjutnya

1.6.2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Manfaat penelitian bagi siswa adalah :

1) Meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan pengetahuan

sendiri

2) Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat

dan menjawab pertanyaan

3) Meningkatkan Keterampilan Proses Sains siswa

4) Meningkatkan perhatian siswa dalam pembelajaran

b. Bagi Guru

Manfaat penelitian bagi guru adalah :

1) Dapat menggunakan model Inquiry Training dalam pembelajaran

Fisika

2) Memahami berbagai model mengajar dengan berbagai karakteristik,

sehingga mampu memilih model yang sesuai dengan cara belajar

(24)

10

3) Dapat meningkatkan cara belajar siswa yang nantinya dalam

berdampak pada peningkatan hasil Keterampilan Proses Sains

1.7. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran Inquiry Training adalah model pembelajaran yang

bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir

intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan

keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingin tahuan

mereka, yang dikemukakan oleh Joyce (2011)

2. Logika mensyaratkan adanya tiga hal sebagai komponen berfikir logis.

Pengertian, keputusan dan Penalaran. Rohman ( 2004)

3. Keterampilan Proses Sains dalam penelitian ini ialah mengamati,

menafsirkan, mengklasifikasikan, memprediksi, mengkomunikasikan,

membuat hipotesis, merancang penyelidikan, menerapkan konsep atau

(25)

136

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut.

1. Keterampilan Proses Sains fisika SMP dengan menggunakan model Inquiry

Training Berbantuan Macromedia Flash lebih baik dibandingkan

Keterampilan Proses Sains siswa dengan menggunakan pembelajaran secara

Konvensional

2. Keterampilan Proses Sains fisika pada kelompok Kemampuan Berpikir Logis

diatas rata-rata lebih baik dibandingkan Keterampilan Proses Sains fisika pada

kelompok demgan Kemampuan Berpikir Logis dibawah rata-rata

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan Kemampuan Berpikir

Logis dalam meningkatkan Keterampilan Proses Sains fisika siswa.

Keterampilan proses sains siswa yang diajarkan melalui model Inquiry

Training Berbantuan Macromedia Flash pada kelompok Kemampuan

Berpikir Logis diatas rata dan Kemampuan Berpikir Logis dibawah

rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan proses sains siswa yang

diajarkan dengan pendekatan konvensional pada kelompok Kemampuan

Berpikir Logis diatas rata-rata dan pada kelompok Kemampuan Berpikir

(26)

137

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penemuan dalam penelitian ini, maka dapat diajukan saran

sebagai berikut.

1. Kepada peneliti/calon peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian

serupa, supaya melakukan penelitian lebih lanjut tentang Model Inquiry

Training dengan moderator dan hasil belajar yang berbeda dari yang

sebelumnya.

2. Dilihat dari rata-rata Keterampilan Proses Sains yang dicapai oleh siswa yang

diajar melalui model Inquiry Training jauh lebih tinggi daripada kelompok

siswa yang diajar melalui pembelajaran Konvensional menunjukkan bahwa

model pembelajaran ini lebih efektif meningkatkan Keterampilan Proses Sains

siswa daripada secara konvensional, sehingga kepada para pendidik

disarankan agar dapat menjadikan pembelajaran ini sebagai bahan

pertimbangan agar dapat dijadikan sebagai salah satu model alternatif dalam

pembelajaran fisika.

3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar memperhatikan penggunaan

waktu sehingga pelaksanaan model pembelajaran ini dapat berjalan secara

(27)

138

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, A., 2014. The Effect of Inquiry-based Learning Method on Students Academic Achievement in Science Course. Universal Journal of Educational Research 2(1): 37-41

Aminah, 2008. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa, Skripsi UNIMED

Anggraeni. 2013. Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Kinematika Gerak Lurus Pada Siswa SMA. Skripsi: UPI

Arends, R. I., 2007. Learning To Teach, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Arikunto, S., 2003. Dasar–Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta

Barizi, H., 2003. Konseptualisasi dalam Bidang Studi Sains Berbasis Metode Pengajaran. Makalah Disampaikan pada Penataran Dosen Muda IPB.

BSNP, 2007. Petunjuk Teknis pengembangan Silabus dan Contoh/Model silabus SMA/MA. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

Dahar, R., 1991. Teori-Teori Belajar .Erlangga: Jakarta

De Bono, E., 1981. Practical Thinking.London: Penguin books

Dick, W. & Carey, J., 2005. The systematic Design of Instruction.Fouth Edition. New York: Harper Collin College Publisher

Dimyati dan Mudjiono., 2006. Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Distrik, I., 2007. Model Kooperatif dengan pendidikan Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan HasilBelajar Fisika Siswa SMP Negeri 1Bandar Lampung. Jurnal Pendidikan MIPA, 8 ,1-68

Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan, Penerbit : PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

(28)

139

Fah, Y., 2009. Logical Thinking Abilities among Form 4 Students in the Interior Division of Sabah, Malaysia. Lay Yoon Fah Journal of Science and Mathematics Education in Southeast Asia, Vol. 32 No. 2, 161-187

Etzler dan Madden M., 2014. The Test of Logical Thinking as a Predictor of First-Year Pharmacy Students’ Performance in Required First-Year Courses. American Journal of Pharmaceutical Education ; 78 (6) Article 121.

Gerlach & Ely., 1971. Teaching & Media: A Systematic Approach. Second Edition, by V.S. Gerlach & D.P. Ely, 1980, Boston, MA: Allyn and Bacon. Copyright 1980 by Pearson Education

Gillani, B., 2010. Inquiry-Based Training Model and the Design of E-Learning Environments. Issues in Informing Science and Information Technology, California State University: California, USA, 7:1-9

Haliday, D., 1984. Physics Jilid 2 Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga : Jakarta

Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta

Harlen, W., 2001. Teaching, learning and assessing science, A SAGE : London

Hussain dan Shakoor A., 2011. Physics Teaching Methods: Scientific Inquiry Vs Traditional Lecture. International Journal of Humanities and Social Science. University of Education, Pakistan, Vol 1 , pp 269-276

Ibrahim, 1982. Media Instruksional, (Malang : Sub Proyek Penelitian Buku Pelajaran, Proyek Peningkatan perguruan Tinggi).

Indrawati, 1993. Keterampilan Proses Sains. (online) (http://www.fisika smaonline.blogspot.com/2010/03/keterampilan-prosessains.html.

(Diakses 14 Februari 2016)

James, F., 1985. Learnig Science Process Skills, Dubuque USA : Kendall/Hunt

Joyce, B., 2009. Models Of Teching (Model-model Pembelajaran), Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Juliyanto, E., 2011. Pembelajaran Fisika Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Hipotetikal Deduktif Pada Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7, 17-22

(29)

140

Margono, S., 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Marnita, 2013. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Melalui Pembelajaran Kontekstual pada Mahasiswa Semester I Materi Dinamika. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 2013, 9,43-52

Moedjiono, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka

Mulyasa, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Pt Remaja Rosdakarya : Bandung

Mundilarto (2002). Kapita Selekta Pendidikan Fisika. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Fisika UNY.

Munir, 2010. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : Alfabeta

Nasution, S., 2006. Azas-Azas Kurikulum, Bumi Aksara, Jakarta

Nur, 1991. Pengadaptasian Test of Logical Thinking (TOLT) Dalam Seting Indonesia. Laporan Hasil Penelitian, IKIP Surabaya.

Nurhadi, 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban, Grasindo, Malang

Rahman, A., 1986. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Redjeki, S., 2007. Metode dan Pendekatan dalam Pembelajaran Sains, UPI : Bandung

Pandey A., 2011. Effectiveness of Inquiry Training Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of Science Students in India. Journal of Innovative Research in Education,pp 7-20

Purwanto, A., 2012. Kemampuan Berpikir Logis Siswa Sma Negeri 8 Kota Bengkulu Dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal Exacta, Vol. X. No. 2

(30)

141

Robert, B., 1976. Piaget for Educator. Columbus : A bell & Howell company

Rohman dan Andriani P., 2014. Epistemologi dan logika, Aswaja Pressindo

Roestiyah, 2008. Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta

Rustamam, 1997. Aspek-aspek keterampilan Proses Sains Siswa. Jakarta: Erlangga

Sagala, S., 2003. Metode Belajar Mengajar. Alfabeta : Bandung

Sagala, S., 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran, Alpabeta : Bandung

Sondang, 2014. The Relationship between Formal Thinking Abilities and Problem-Solving Skills in Kinematics Topic. Proceeding The 4th International Conference On Theoretical And Applied Physics (Ictap), State University of Medan

Salim, A., 2011. Pemanfaatan Media Pembelajaran Macromedia Flash dengan Pendekatan Kontruktivis dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Fisika Pada Konsep Gaya. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

Santyasa, I., 2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran, Makalah disajikan dalam Workshop Media Pembelajaran bagi guru-guru SMA Negeri Banjar Angkan pada tanggal 10 Januari 2007 di Banjar Angkan Klungkung

Scott and Jennifer E., 2007. Predicting at-risk students in general chemistry: comparing formal thought to a general achievement measure. Chemistry Education Research and Practice, 8 (1), 32-51

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rhineka Cipta : Jakarta

Sobry, M., 2013. Belajar & Pembelajaran. Penerbit :Holistica,Lombok

Sopiah. S., 2009. Pembiasaan Bekerja Ilmiah Pada Pembelajaran Sains Fisika Untuk Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 () 14-19

(31)

142

Sukardi, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara

Sumiati, A., 2007. Metode Pembelajaran, Wacana Prima : Bandung

Suryabrata, S., 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Syah, M., 2008. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung

Sumarmo, 1987. Kemampuan pemahaman dan penalaran Matematika Siswa SMA Dikaitkan dengan kemampuan penalaran logik siswa dan beberapa unsur proses belajar mengajar. Disertasi. Bandung: FPS UPI

Susilawati, M., 2014. Pengaruh Penggunaan Media Riil Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Gaya Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 10, 47-58

Syukriah, 2013. Efek Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Prestasi Belajar Siswa SMK., Skripsi, Pps UNIMED, UNIMED

Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Beroreiontasi Kontruktivistis, Presentasi Pustaka Publisher, Jakarta

Tobin & Capie, W., 1982. Relationship between formal reasoning ability, loans of control, academic engagement and integrated process skills achievement. Journal of Research in Science Teaching, 19(2), 13-121.

Tobin & Capie, W., 1981. Development and validation of a group test of logical thinking. Education and Psychological Measurement. Journal of Research in Science Teaching, 41(2), 413-424.

Vaishnav, R.S (2013). Effectiveness of Inquiry Training Model for Teaching Science. Scholarly Research Journal for Interdisciplinary Studies. 1(5):32-40. April 2013. Ngapur-India

Wahdi dan Nurdin B., 2015. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training menggunakan Media Phet Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika UNIMED, Vol 4 No. 2

(32)

143

Widayanto, 2009. Pengembangan Keterampilan Proses Dan Pemahaman Siswa Kelas X Melalui Kit Optik. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 5, 1-7

Widiyatmoko dan Nurmasitah, S., 2013. Designing Simple Technology as a Science Teaching Aids from Used Material. Journal of Enviromentally Friendly Processes, 1 (4): 27-31.

Winataputra, 1996. Belajar Dan Pembelajaran, Depdikbud : Jakarta

Yenilmez, 2005. Investigating Students’ Logical Thinking Abilities: The Effects

of Gender and Grade Level. 28: 219-225

Yilmaz, E., 2006. Students’ understanding of matter: the effect of reasoning

ability and grade level. Chemistry Education Research and Practice, 7 (1), 22-31

Yuniarti. 2011. Proses Belajar-Mengajar. Jakarta: Bumi Pustaka

Zaelani, A., 2006. 1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Fisika, Bandung : Yrama Widya

Referensi

Dokumen terkait

Jika setiap nilai data dikalikan a kemudian dikurangi b diperoleh data baru dengan rata-rata 20 dan

Siswa masih menjadi objek dalam proses belajar karena guru kurang.. mengikutsertakan siswa dalam

Teknologi pengeringan yang relatif baru yaitu dengan menggunakan radiasi dengan panjang gelombang yang lebih besar dari infa r e d dan lebih kecil dari gelombang

Aturan penggunaan lahan di Minangkabau adalah berdasarkan pepatah " nan rato kaparumahan, tabu tumbuah dinan lereng, kok manggu kapakuburan, nan bancah ditanami

 Melakukan permainan peran tentang pelaksanaan bentuk kepatuhan terhadap kebiasaan, tata tertib, tradisi,dan adat dalam kehidupan di sekolah,keluarga, dan masyarakat sekitar

The writer will use a psychoanalytic approach theory as the approach to analyze this movie because the major character Walter Black that suffers major

kecemasan pada diri siswa sehingga siswa tidak dapat berkonsentrasi dalam?. belajar dan lebih memilih menyibukkan diri dengan

[r]