i
DERADIKALISASI AJARAN ISLAM
SKRIPSI
Disusun Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata Satu (S1) Ilmu Pemerintahan
Disusun Oleh :
DANANG SURYA AFANDI NIM : 09230081
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
vi KATA PENGANTAR
Tiada uraian kata syukur kepada Allah Swt dengan keberkahan kehidupan
yang diberikan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi sebagai
persyaratan akademis untuk lulus di Universitas Muhammadiyah Malang, tidak
lupa juga kepada sang Revolusioner dunia ini yaitu Nabi Muhammad Saw,
dengan kesabaran beliau, dan keikhlasan beliau sehingga mampu merubah
peradaban dunia ini menjadi besar dan bermoral.
Peneliti mencoba mengangkat judul penelitian Skripsi tentang ”DERADIKALISASI AJARAN ISLAM”, skripsi ini mengupas tentang faham
-faham radikal dan aksi radikalisme yang semakin marak pasca REFORMASI
1998. Dengan terselasinya skripsi ini, yang merupakan usaha peneliti secara
maksimal, tentu saja melibatkan bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak,
untuk itu, peneliti merasa wajib menyampaikan terima kasih yang tak terhingga
kepada mereka secara khusus sebagai berikut :
1. Kepada pimpinan Universitas Muhammadiyah Malang Bapak Rektor,
Pembantu Rektor I, Pembantu Rektor II dan Pembantu Rektor III .terima
kasih atas didikasi mereka yang tinggi, mereka adalah para pencinta
pengetahuan dan kebijakan yang telah mengabdi demi terciptanya umat
manusia dan beradab.
2. Kepada Dosen Pembimbing I (Drs. Krishno Hadi, MA) dan Dosen
Pembimbing II (Hevi Kurnia Hardini, S.IP, MA.Gov). terima kasih atas
kesabaran, pengertian dan kesedian menjadi sharing partner sehingga
vii
3. Kedua orang tua, Bapak yang telah tenang di sana, dan kepada Ibu yang
telah menitiskan niat dan ruh suci serta keikhlasan beliau yang selalu
mendoakan dan mendukung secara total kepada penulis dalam menuntut
ilmu sehinggan penulis dapat mencapai cita-cita (walaupun strata-1
ditempuh dalam waktu 14 semeter). Selanjutnya, terima kasih pula untuk
kakak tercinta yang telah memaknai kehidupan dalam keluarga.
4. Kepada Dosen Ilmu Pemerintahan yang telah merintis Ilmu kepada
penulis; Bapak Jainuri, Bapak Asep Nurjaman, Bapak Krishno Hadi,
Bapak Salahuddin, Bapak Saiman, Bapak Imam Hidayat, Bapak A. Rifai, Bapak Mas‟ud Said, Bapak Salim Said, Ibu Tri, Ibu Hevi kurnia, dan Ibu
Noenik. Yang telah berjasa banyak kepada penulis dalam memberikan
keikhlasan ilmunya.
5. Kepada teman-teman Ilmu Pemerintahan angkatan 2009, 2010, 2011,
2012, 2013 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Bisa berteman
dengan kalian merupakan anugrah yang sangat luar biasa bagi hidup saya.
Malang, 27 Juli 2016
Peneliti
viii
DAFTAR ISI
COVER ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN... iv
BERITA ACARA BIMBINGAN ... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAKSI ... ix
DAFTAR ISI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian... 9
E. Definisi Konseptual ... 10
F. Metode Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15
A. Pengertian ... 15
ix
C. Radikalisme Islam ... 18
D. Akar Radikalisme di Indonesia ... 20
E. Karakteristik Radikalisme Islam... 26
F. Faktor Penyebab Munculnya Radikalisme ... 28
G. Perkembangan Radikalisme Islam di Indonesia ... 32
H. Instrumen Radikalisme di Indonesia ... 41
I. Gerakan Kearah Deradikalisasi ... 55
J. Peran BNPT Dalam Pengembangan Deradikalisasi ... 57
BAB III DESKRIPSI WILAYAH ... 60
A. Deskripsi Wilayah ... 60
B. Latar Belakang Berdirinya Lembaga Dakwah Islam Indonesia dan Perkembangannya di Indonesia... 73
C. Struktur Imamah dan Baiat ... 80
D. Ilmu Mankul ... 83
A. Memahami Radikalisme Dalam Tubuh LDII... 96
B. Mengupas Tipologi Radikalisme LDII ... 97
C. Upaya Deradikalisasi Melalu Paradigma Baru... 107
D. Bantahan Isu-isu Negatif ... 116
x BAB V KESIMPULAN ... 121
xi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar S,Ahmed, 1993. Posmodernisme: Bahaya dan Harapan bagi Islam, terj.
M. Sirozi, Bandung : Mizan
An-Na‟im, Abdullah Ahmed, 2009. Islam dan Negara Sekuler, Bandung: Mizan
Dawson,Lorne L, 2003. New Religious Movements: A Reader, USA, UK and
Australia: Blackwell Publishing
Dzakiri, Abdurrahman, 2012. Islam Nir Kekerasan, Yogyakarta: LkiS
Golose, Petrus Reinhard Golose, 2009. Deradikalisasi Terorisme, Jakarta: LIPI
Press
Golose, Petrus Reinhard, 2009. Deradikalisasi Terorisme, Humanis, Soul
Approach dan Menyentuh Akar Rumput, Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu
Huda, Muhammad Nurul, 2010. Aku Mantan Teroris, Bandung : Mizan
Luckmann, Thomas, 1966. The Social Construc-tion of Reality, USA :Pinguin
Books Inc
Syam, Nur, 2001. Radikalisme dan Masa Depan Agama;Rekontruksi Tafsir Sosial
Agama, dalam M.Ridwan Nasir, Surabaya: IAIN Press
Tan, Charlene, 2011. Islamic Education and Indoctrination, The Case in
Indonesia, New York: Routledge
Zakiyudin, Baidhawi, 2008. Pendidikan Agama Berwawasan Multikulturalisme,
xii Sumber Lainnya :
Abdul Munip, Menangkal Radikalisme Agama Di Sekolah, Jurnal Pendidikan Islam Volume I, Nomor 2, Desember 2012/1434, hal 165
Apa itu deradikalisasi, http://bhabinkamtibmas.com/apa-itu-deradikalisasi, 07/05/2016
dan BNPT, Jakarta 23 Juni 2011
Furqon Syarief Hidayatulloh Institut Pertanian Bogor, STRATEGI
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PENYEBARAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA Studi Kasus di Institut Pertanian Bogor, Jurnal Analisis, Volume XIII, Nomor 2, Desember 2013, 502
http://ti.ftki.unas.ac.id/wp-content/uploads/2015/09/RADIKALISME-DAN-TERORISME, 26/03/2016
Mbai Ansyaad, makalah dalam Seminar Nasional “Menuju Kerangka Hukum
Pemberantasan Terorisme yang Komprehensif”, kerjasama Lazuardi Birru
Pengertian Islam,
http://inilahrisalahislam.blogspot.com/2013/01/pengertian-Romli Atmasasmita, “Deradikalisasi dan Tindak Pidana Terorisme,” Harian
Seputar Indonesia, 25 April 2011.
Website resmi LDII, http://ldii.or.id/, 18/05/2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pasca reformasi yang ditandai dengan terbukanya kran demokrasi telah
menjadi lahan subur tumbuhnya kelompok Islam radikal. Fenomena radikalisme
di kalangan umat Islam seringkali disandarkan dengan paham keagamaan,
sekalipun pencetus radikalisme bisa lahir dari berbagai faktor, seperti ekonomi,
politik, sosial, budaya dan sebagainya1.
Salah satu bentuk tindakan radikal adalah aksi teror yang ahir-ahir ini
menjadi masalah penting bagi umat Islam Indonesia karena banyak aksi teror yang
ada di Indonesia mengatasnamakan Islam sehingga citra Islam menjadi buruk.
Dua isu itu telah menyebabkan Islam dicap sebagai agama teror dan umat Islam
dianggap menyukai jalan kekerasan untuk menyebarkan agamanya. Sekalipun
anggapan itu mudah dimentahkan, namun fakta bahwa pelaku teror di Indonesia
adalah seorang Muslim garis keras sangat membebani psikologi umat Islam secara
keseluruhan.
Banyaknya aksi teror yang mengatasnamakan Islam membawa dampak
yang buruk terhadap umat Islam. Islam dituduh sebagai agama anti HAM, anti
toleransi dan agama yang mengajarkan dan menganjurkan kekerasan terhadap
umatnya2. Pada dasarnya kekerasan atau teror yang mengatasnamakan agama
tersebut muncul bukan karena kesalahan ajaran agama Islam, akan tetapi lebih
1
An-Na‟im, Abdullah Ahmed, Islam dan Negara Sekuler, Bandung: Mizan, 2009,hal 52
2
2 pada kesalahan memahami dan menafsirkan teks-teks agama. Kesalahan tersebut
berdampak pada kesalahan dalam menerapkan dan mengamalkan ajaran tersebut,
sehingga yang terjadi adalah membenarkan aksi teror dengan dasar teks agama3.
Bangsa Indonesia telah lebih dari satu dekade menghadapi serangan
terorisme. Tentunya, berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi
aksi-aksi terorisme yang telah menelan banyak korban jiwa. Usaha-usaha tersebut ada
yang mencapai hasil gemilang dan mendapatkan banyak perhargaan, tapi tak
jarang menuai protes bahkan menemui kegagalan. Namun, sebuah usaha yang
berkesinambungan harus terus dilakukan, tantangan demi tantangan datang silih
berganti harapan masyarakat sangat tinggi terhadap pihak pemerintah dalam
upaya menyelesaikan aksi aksi terorisme yang membahayakan kelangsungan
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pada awalnya, pemerintah mengandalkan strategi penindakan dengan
pendekatan kekerasan. Strategi ini telah dijalankan oleh Detasemen Khusus Anti
Teror atau sering disebut Densus 88 dan berhasil mengungkap dan menangkap
berbagai tragedi teror di tanah air (mengungkap tragedi bom Bali 1 pada 2002).
Namun, strategi ini ternyata tidak cukup. Pasalnya, pendekatan kekerasan dan
hukum belum dianggap bisa mereduksi seluruh potensi yang mengarah ke
tindakan terorisme. Pendekatan ini bahkan dianggap belum efektif menyentuh
akar persoalan terorisme secara komprehensif. Selain itu, undang- undang juga
dirasa kurang memberikan efek jera dan belum bisa menjangkau ke akar
radikalisme. Karena itu, lalu digagaslah program deradikalisasi.
3
Petrus Reinhard Golose, Deradikalisasi Terorisme, Humanis, Soul Approach dan Menyentuh
3 Secara sederhana, deradikalisasi dapat diartikan sebagai upaya penanganan
terhadap kelompok radikal agar menjadi tidak radikal. Usaha ini ditujukan bagi
mereka yang sudah terlibat kegiatan terorisme, organisasi radikal, maupun
masyarakat umum agar tidak tertular virus radikalisme dan terorisme4.
Deradikalisasi sangat mendesak untuk dilakukan demi untuk menampilkan wajah
Islam yang ramah dan mengedepankan aspek kemanusiaan dalam beragama.
Adapun permasalahan yang muncul dalam deradikalisasi tidak begitu berarti yang
dapat diselesaikan dengan memberdayakan lembaga pendidikan dan Ormas5.
Deradikalisasi sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi dan tujuan teks
agama secara proporsional dan kontekstual untuk membumikan visi misi agama
untuk menciptakan tatanan kehidupan manusia dalam bingkai kasih sayang.
Deradikalisasi dibangun atas anggapan, bahwa ada ideologi radikal yang
mengeksploitasi faktor kompleks yang ada. Ideologi ini melahirkan spirit
perlawanan dan perubahan dengan tindakan-tindakan teror ketika jalan damai
(kompromi) dianggap tidak memberikan efek apapun. Karena itu, ideologi radikal
ditempatkan sebagai akar sesungguhnya dari fenomena terorisme. Dalam
kerangka pandangan seperti inilah deradikalisasi dianggap pantas untuk
diterapkan6.
Program deradikalisasi ditujukan sebagai usaha untuk segelintir anak bangsa
yang telah terpapar dan tergabung secara aktif (kelompok inti dan militan) dalam
melakukan aksi terorisme baik secara individu maupun kelompok dan
mengatasnamakan agama. Pelaksanaan program deradikalisasi ini secara khusus
4
Petrus Reinhard Golose, Deradikalisasi Terorisme, Jakarta: LIPI Press, 2009, hal 27
5
Romli Atmasasmita, “Deradikalisasi dan Tindak Pidana Terorisme,” Harian Seputar Indonesia, 25 April 2011.
6
Radikalisme dan terorisme,
4 dimaksudkan untuk membuka dan merubah cara berpikir yang semula fanatis
sempit menjadi elegan dan berwawasan luas serta dapat menerima perbedaan.
Deradikalisasi dilakukan karena didasari pemahaman bahwa salah satu akar atau
sebab terorisme adalah faham radikalisme yang diwujudkan dalam bentuk
tindakan radikal yang memaksakan kehendak.
Untuk mengatasi masalah radikalisme dan terorisme, pemerintah melalui
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), melakukan deradikalisasi
dengan melibatkan banyak pihak mulai dari kementerian dan lembaga Polri, TNI,
perguruan tinggi, hingga masyarakat sipil seperti ormas dan LSM. Desain
Deradikalisasi yaitu reedukasi, rehabilitasi, resosialisasi, dan reintegrasi 7.
Reedukasi adalah penangkalan dengan mengajarkan pencerahan kepada
masyarakat tentang paham radikal sehingga tidak terjadi pembiaran
berkembangnya paham tersebut. Bagi para terpidana kasus terorisme, reedukasi
dilakukan dengan memberikan pencerahan terkait dengan doktrin-doktrin
menyimpang yang mengajarkan kekerasan sehingga mereka sadar bahwa
melakukan kekerasan seperti bom bunuh diri bukanlah jihad yang diidentikkan
dengan aksi terorisme.
Rehabilitasi memiliki dua makna yaitu pembinaan kemandirian dan
pembinaan kepribadian, pembinaan kemandirian adalah melatih dan membina
para mantan napi mempersiapkan keterampilan dan keahlian, gunanya adalah agar
setelah mereka keluar dari lembaga pemasyarakatan, mereka sudah memiliki
keahlian dan bisa membuka lapangan pekerjaan.
7
Mbai Ansyaad, makalah dalam Seminar Nasional “Menuju Kerangka Hukum
Pemberantasan Terorisme yang Komprehensif”, kerjasama Lazuardi Birru
5 Sedangkan pembinaan kepribadian adalah melakukan pendekatan dengan
berdialog kepada para napi teroris agar pemikiran mereka bisa diluruskan serta
memiliki pemahaman yang komprehensif serta dapat menerima pihak yang
berbeda dengan mereka. Namun hal ini sangatlah berat dilakukan, membutuhkan
banyak ahli dan strategi dalam menjalankannya. Proses rehabilitasi dilakukan
dengan bekerjasama dengan berbagai pihak seperti polisi, Lembaga
Pemasyarakatan, Kementerian Agama, ormas, dan lain sebagainya. Diharapkan
program ini akan memberikan bekal bagi mereka dalam menjalani kehidupan
setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan.
Kemudian, untuk memudahkan mantan narapidana dan narapidana teroris
kembali dan berbaur ke tengah masyarakat, BNPT juga membimbing mereka
dalam bersosialisasi dan menyatu kembali dengan masyarakat (resosialisasi dan
reintegrasi). Tentu saja, hal ini tidak mudah dilakukan karena para teroris pada
umumnya kurang berbaur dengan masyarakat. Di sisi lain, masyarakat terkadang
juga masih sulit menerima kembali para mantan teroris di tengah-tengah mereka.
Deradikalisasi juga dilakukan melalui jalur pendidikan dengan melibatkan
perguruan tinggi. BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Teroris) menggandeng
sejumlah kampus sebagai salah satu pusat deradikalisasi karena beberapa pelaku
terorisme adalah mahasiswa atau alumni perguruan tinggi. Melalui serangkaian
kegiatan seperti workshop, dan lainnya, mahasiswa diajak untuk berfikir kritis dan
memperkuat nasionalisme sehingga tidak mudah menerima doktrin menyimpang.
Kontra-radikalisasi, di sisi lain dilakukan untuk memproteksi masyarakat
umum yang belum terjangkiti radikalisme dengan melibatkan tokoh masyarakat,
6 dilakukan dengan menyelenggarakan Training yang diikuti para pembina,
pengasuh, dan pengajar pesantren. Tak hanya itu, dengan menggandeng ormas
Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Islam (Persis), Muhammadiyah,
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), dan lainnya. BNPT juga memberikan
pembekalan bagi para dai/ustadz agar turut mensosialisasikan ajaran Islam yang Rahmatan Lil „Alamin.
Sebagai negara yang majemuk yang berpijak pada empat pilar kebangsaan,
yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, Indonesia
memberikan kebebasan bagi semua warganya untuk berserikat dan berekspresi
sesuai dengan agama dan keyakinannya, tetapi tetap dalam kerangka dan batas
empat pilar kebangsaan tersebut. Semua aliran berhak tumbuh dan berkembang
sejauh tidak bersinggungan dengan empat pilar tersebut. Program deradikalisasi di
Indonesia dilakukan dengan semangat untuk menegakkan empat pilar kebangsaan
yang dapat menumbuhkan semangat nasionalisme serta tetap mempertahankan
NKRI sebagai hal yang tidak bisa ditawar lagi8.
Pada praktiknya, program deradikalisasi tidaklah berjalan mulus. Banyak
permasalahan yang dihadapi. Seringkali masing-masing pihak tetap pada
pendiriannya. Dalam sejumlah diskusi, kelompok-kelompok radikal tetap tak bisa
menerima argumentasi pemerintah. Kompromi akhirnya menjadi hal yang
niscaya. Pada satu sisi memberikan kebebasan kepada masing-masing pihak untuk
memperjuangkan agendanya masing-masing, tetapi tanpa menggunakan kekerasan
dan tetap dalam kerangka hukum yang ada di Indonesia.
8
7 Selain penanganan aksi terorisme yang harus diselesaikan, program
deradikalisasi juga menghadapi tantangan internal dan eksternal. Secara internal
sumber daya manusia yang sangat terbatas, pemahaman yang beragam terhadap
makna strategi dan sasaran yang akan dideradikalisasi, kemandirian pengelolaan
program deradikalisasi masih belum maksimal, infra struktur yang dimiliki belum
sesuai dengan standar seperti fasilitas yang dimiliki Badan Negara lainnya.
Tantangan secara eksternal adalah sosialisasi akan bahaya yang ditimbulkan
aksi terorisme dan penanggulangannya masih sangat minim sehingga sebahagian
masyarakat bahkan sebagian kementerian dan lembaga menganggap bahwa hanya
TNI Polri serta BNPT yang bertanggung jawab menanggulanginya, sementara
semua lapisan masyarakat menyadari bahwa aksi terorisme merupakan bahaya
kemanusiaan. Tantangan eksternal lainnya adalah banyak kecurigaan yang
dialamatkan kepada pelaksanaan program deradikalisasi di antaranya
deradikalisasi dianggap sebagai upaya adu domba.
Bila perhatian seluruh lapisan masyarakat menyatu dalam menghadapi
bahaya aksi terorisme, kecurigaan dan kesalahfahaman dari berbagai kalangan
dapat diluruskan, arogansi sektoral dari banyak kalangan juga dapat ditangkal.
Slogan NKRI merupakan harga mati dapat dipertahankan sepanjang masa dan
berkelanjutan dari masa ke masa. Islam merupakan agama damai dan toleran.
Islam telah menunjukkan kebenaran yang berlandaskan kasih sayang dan cinta
damai kepada umat muslim. Ajaran tersebut berbeda dengan kelompok radikal
8 penuh dengan aksi teror dan kekerasan. Padahal, Islam melarang setiap umatnya
untuk melakukan kekerasan terhadap orang lain dengan dalih agama9.
Gerakan radikalisme sesungguhnya bukan sebuah gerakan yang muncul
begitu saja tetapi memiliki latar belakang yang sekaligus menjadi faktor
pendorong munculnya gerakan radikalisme.Diantara faktor-faktor itu adalah :
1. Kapitalisme Global Dan Problem Kemiskinan
2. Pemahaman agama
3. Sosial Politik
4. Emosi Keagamaan
5. Faktor Kultural
6. Faktor Ideologis Anti Westernisme
Dari beberapa uraian tersebut diatas penulis memfokuskan penelitian pada
salah satu ormas Islam yaitu Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di
kabupaten Jombang. Jombang juga dikenal dengan sebutan Kota Santri, karena
banyaknya sekolah pendidikan Islam (pondok pesantren) di wilayahnya. Jombang
adalah pusat pondok pesantren di tanah Jawa karena hampir seluruh pendiri
pesantren di Jawa pasti pernah berguru di Jombang. Di antara pondok pesantren
yang sangat terkenal adalah Tebuireng, Denanyar, Tambak Beras, dan Darul
Ulum.
9
9 B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana proses deradikalisasi yang di lakukan oleh ormas LDII Jombang
kepada para anggotanya?
2. Apakah hambatan dalam melakukan proses deradikalisasi ormas LDII
Jombang kepada para anggotanya?
C. TUJUAN PENELITIAN
Setiap penelitian pada dasarnya mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yang
dimaksud untuk memberikan arah kepada setiap penyusun dalam menjalankan
tugasnya. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian adalah:
1. Mengetahui proses deradikalisasi yang di lakukan oleh ormas LDII
Jombang kepada para anggotanya.
2. Mengetahui apakah hambatan dalam melakukan proses deradikalisasi
ormas LDII Jombang kepada para anggotanya.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis
Memberikan wacana dan refrensi khususnya untuk Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP) khususnya jurusan Ilmu pemerintahan, Universitas
Muhammadiyah Malang yang hendak melakukan penelitian lebih lanjut dengan
10 2. Manfaat Praktis
Dapat dipergunakan sebagai masukan serta bahan pertimbangan bagi siapa
saja yang memiliki minat untuk meneliti tentang deradikalisasi ajaran islam.
E. DEFINISI KONSEPTUAL
Definisi konseptual mengurai tentang beberapa istilah atau konsep yang
terkait pada penelitian yang dilakukan. Adapun konsep-konsep yang dibuat dalam
penelitian ini agar berfokus sesuai dengan tujuan yang dicapai oleh peneliti,
sehingga batasan-batasan tidak keluar dari konteksnya, sebagai berikut:
1. Deradikalisasi
Deradikalisasi secara bahasa berasal dari kata ”radikal” yang mendapat
imbuhan ”de” dan akhiran ”sasi”. Kata deradikalisasi di ambil dari istilah bahasa
Inggris “deradicalization” dan kata dasarnya radical. Radikal sendiri berasal dari
kata ”radix” dalam bahasa Latin artinya ”akar”. Maka yang dimaksud
”deradikalisasi” adalah sebuah langkah untuk merubah sikap dan cara pandang
yang dianggap keras menjadi lunak, toleran, pluralis, moderat dan liberal10. Secara
sederhana, deradikalisasi dapat diartikan sebagai upaya penanganan terhadap
kelompok radikal agar menjadi tidak radikal. Usaha ini ditujukan bagi mereka
yang sudah terlibat kegiatan terorisme, organisasi radikal, maupun masyarakat
umum agar tidak tertular virus radikalisme dan terorisme.
2. Ajaran Islam
Pengertian Islam dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi bahasa dan segi
istilah. Secara etimologis kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang
10
11 artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau
tunduk dan patuh. Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam. Pemeluknya
disebut Muslim. Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada
Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya11.
Secara terminologis (istilah, maknawi) dapat dikatakan, Islam adalah agama
wahyu berisikan tauhid atau keEsaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi
seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh
aspek kehidupan manusia.
G. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang deskriptif ,
dengan pendekatan kualitatif, agar dapat menggali informasi yang mendalam
mengenai objek yang diteliti. Metode deskriptif sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diteliti berdasarkan fakta-fakta, sehingga tujuan dari metode
deskriptif adalah untuk menggambarkan tentang suatu masyarakat atau kelompok
tertentu atau gambaran tentang gejala sosial.
2. Sumber Data a. Data Primer
Merupakan data pokok yang terdapat pada penelitian yang berasal dari
tulisan-tulisan dan wawancara. Data tulisan adalah data yang mendukung
11
12 penelitian, sedangkan wawancara merupakan kumpulan orang yang berkompeten
dan terkait dengan penelitian ini.
b. Data Sekunder
Data sekunder, adalah sumber data yang mendukung, menjelaskan, serta,
memberikan tafsiran terhadap sumber data primer, dalam hal ini yaitu data yang
diperoleh secara tidak langsung melalui jurnal-jurnal dan buku-buku yang
berhubungan dengan radikalisme dan deradikalisasi ajaran islam.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu kegiatan pengambilan data oleh peneliti
dengan menggunakan alat atau instrument. Metode pengumpulan data adalah
bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidak suatu
penelitian. Dalam pengumpulan data ada beberapa teknik yang akan digunakan
oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah suatu usaha untuk mengumpulkan data yang dilakukan
secara sistematis, dengan prosedur standart. Artinya data dapat diperoleh langsung
dalam keadaan sadar dari objek penelitian dengan melakukan pengamatan
sistematis dengan cara merekam kejadian dan mencatatnya. Dalam penelitian ini,
observasi dilakukan untuk melakukan pengamatan tentang proses dan cara
deradikalisasi dikalangan LDII.
b. Wawancara
Metode wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung oleh pewancara (pengumpul data) kepada responden,
13 saja kreatifitas pewancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan
jenis pedoman ini lebih tergantung dari pewancara.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah pengumpulan data yang tidak langsung di
tujukan kepada subjek. Dokumen yang di teliti dapat berupa berbagai macam,
tidak hanya dokumen resmi. Dokumen dapat berupa buku harian, surat pribadi,
laporan, notulen rapat, catatan khusus dalam pekerjaan sosial, dan dokumen
lainya.
4. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian.
Subjek dapat memberikan informasi, gambaran, dan data-data secara tepat dan
benar sekaligus menjadi objek. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini
adalah:
a. Pengurus LDII di Ds. Sumberagung Kec. Megaluh Kab. Jombang
b. Beberapa anggota LDII di Ds. Sumberagung Kec. Megaluh Kab. Jombang
5. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian dilakukan, untuk
mendapatkan informasi serta data-data yang diperlukan oleh peneliti untuk
menunjang penelitian. Lokasi penelitian dilakukan pada ormas LDII di Ds.
Sumberagung Kec. Megaluh Kab. Jombang dan di kawasan Pondok Pesantren
Gading Mangu Perak Jombang.
6. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang dilakukan peneliti mengggunakan analisis
14 menafsirkan dan menginterpretasikan data yang di dapat dari observasi,
dokumentasi, dan wawancara dengan responden dengan tujuan mendeskripsikan
bagaimana LDII menyikapi banyaknya tindakan radikalisme yang
mengatasnamakan Islam yang terjadi di Indonesia dan bagaimana cara LDII
membekali anggotanya supaya tidak bertindak radikal serta menjalankan ajaran
islam dengan benar, damai dan moderat. Adapun tahapan dalam menganalisa data
adalah sebagai berikut :
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah suatu bentuk analisa yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur
data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan. Reduksi data
berlangsung secara terus menerus selama penelitian berlangsung.
b. Display Data
Display Data adalah rakitan organisasi informal yang memungkinkan
kesimpulan dapat dilakukan yang meliputi gambar atau skema, jaringan kerja
berkaitan dalam tabel. Dengan demikian maksud peneliti melakukan display data
bertujuan untuk menyajikan data yang berkaitan kedalam tabel sesuai dengan data
yang diperoleh.
c. Pengambilan keputusan
Akhir dari seluruh kegiatan analisa data kualitatif terletak pada pemahaman
atau penuturan tentang apa yang berhasil kita mengerti berkenaan dengan suatu