• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL SERIKAT BURUH DALAM AKSI MOGOK KERJA PROSEDURAL TERHADAP KECEMASAN RESIKO KEHILANGAN KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL SERIKAT BURUH DALAM AKSI MOGOK KERJA PROSEDURAL TERHADAP KECEMASAN RESIKO KEHILANGAN KERJA"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL SERIKAT BURUH DALAM AKSI

MOGOK KERJA PROSEDURAL TERHADAP KECEMASAN RESIKO

KEHILANGAN KERJA

SKRIPSI

Mochammad Ferdiansyah 201110230311259

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL SERIKAT BURUH DALAM AKSI

MOGOK KERJA PROSEDURAL TERHADAP KECEMASAN RESIKO

KEHILANGAN KERJA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Mochammad Ferdiansyah 201110230311259

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL SERIKAT BURUH DALAM AKSI

MOGOK KERJA PROSEDURAL TERHADAP KECEMASAN RESIKO

KEHILANGAN KERJA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Mochammad Ferdiansyah 201110230311259

FAKULTAS PSIKOLOGI

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Hubungan Dukungan Sosial Serikat Buruh Dalam Aksi Mogok Kerja Prosedural Terhadap Kecemasan Resiko Kehilangan Kerja

1. Nama Peneliti : Mochammad Ferdiansyah

2. NIM : 201110230311259

3. Fakultas : Psikologi

4. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 5. Waktu Penelitian : 8-20 Januari 2016

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal Dewan Penguji :

Ketua Penguji : ( )

Anggota Penguji : 1. ( )

2. ( )

3. ( )

Pembimbing I Pembimbing II

Yudi Suharsono, S.Psi, M.Si Ari Firmanto, S.Psi, M.Si

(5)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Mochammad Ferdiansyah

NIM : 201110230311259

Fakultas : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/ karya ilmiah yang berjudul :

Hubungan Dukungan Sosial Serikat Buruh Dalam Aksi Mogok Kerja Prosedural Terhadap Kecemasan Kehilangan Kerja

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Mengetahui Malang, 23 April 2016

Ketua Program Studi Yang menyatakan

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas karunia Allah SWT yang selalu senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua dalam menjalankan tugas kekhalifahan serta penghambaan tiada henti dimuka bumi ini. Sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul Hubungan Dukungan Sosial Serikat buruh dalam akssi mogok kerja terhadap kecemasan resiko kehilangan kerja, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan, bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang mendalam kepada:

1. Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Bapak Yudi Suharsono, S.Psi, M.Si, dan Bapak Ari Firmanto, S.Psi, M.Si, selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu dan kesabaran untuk memberikan bimbingan dan arahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Bapak Ari Firmanto, S.Psi, M.Si selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi, arahan serta senyuman penuh semangat sejak awal perkuliahan sampai selesainya skripsi ini.

4. Kepada seluruh Dosen, staf Tata Usaha, staf laboratorium dan asisten laboratorium Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan serta pengalaman tersendiri sejak awal sampai selesainya skripsi ini. 5. Kepada kedua orang tuaku, bapak Hariani dan ibu Sriana yang siang malam bekerja

keras untuk ku, bersimpuh dalam doa setiap pagi dan malam untuk penulis mendapatkan yang terbaik, penulis ucapkan terima kasih atas pengorbanan yang tak pernah bisa penulis membalasnya, terima kasih atas kesabaran selama menunggu penulis selama masa study di Malang, semoga ilmu dan amalku menjadi amal untuk bapak dan ibu yang takkan pernah putus.

6. Kepada Paman Rustamaji (ALM) dan keluarga yang menjadi sahabat dan keluargaku selama di Malang, yang hingga akhir hayatnya masih menyempaatkan untuk perhatian dan memberi bantuan, terima kasih sudah memperkenalkan dan mengantarku di kota Malang. Engkau adalah sahabaat yang baik, bapak yang penyayang, dan suami yang romantis, saya ucapkan terima kasih dan salam rinduku atas kenangan yang sulit untuk dilupakan.

(7)

7. Kepada yang terkasih Luluk Atika, terima kasih atas pengertian dan dukungan tiada henti, setiap senyum dan tawa yang menjadi spirit untuk berjuang menatap masa depan bersama .Terima kasih sudah sangat sabar dan setia menunggu proses menuju hari depan yang diidamkan.Semoga Tuhan menguatkan satu sama lain untuk tabah dan kuat menapaki rangkain proses yang kita jalani.

8. Kepada para pejuang yang membuatku berdiri terhormat dalam barisan, saudaraku-saudariku di Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Malang, khususnya komisariat Psikologi korkom UMM terima kasih atas segalanya bantuan moril dan materiil dari kakanda Ansori, Kakanda Dinar, Yaunda Alifah Nabilah Matsurah, Ayunda Ulin Nuha kanda Nanang, kanda Daliful, bang Aziz rekan-rekan yang membuatku tiada henti dibanjiri inspirasi dan semangat Abdul Hafidz Ahmad, Diana, Ipunk, dan Agus Salim serta Dhio Galuh Mahardika yang menjadi kawan diskusi dari pagi hingga ketemu pagi, semoga persahabatan kita tetap kental dan pekat!. Kepada adinda Aldo, Umam, Ovi, Aba, Budi Agustian , Waid,Budi Laksono,Fud,Kimed dan seluruh kader HMI Cabang Malang korkom UMM yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu penulis ucapkan terima kasih. YAKUSA.

9. Terima kasih Kepada Bung Toha Pimpinan Federasi Persatuan Perjuangan Buruh Indonesia (FPPBI) beserta istri yang membantu proses penelitian. Teruskan perjuangan mu bung! Hidupkan solidaritas buruh di Mojokerto. Kalian berdua memang intelektual organik yang membuatku bangga bisa mengenal kalian. Semoga perlawananmu menjadi mimpi buruk bagi mereka yang semena-mena meneruskan wasiat Marx yang menyerukan “KAUM BURUH SEDUNIA BERSATULAH!”. 10. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak

memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pe ulis berdo’a se oga Allah SWT e berika li paha Rah at da Hidayah, serta petu juk selalu atas peranan dan pengorbanan baik waktu, pikiran, perasaan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, berkenan dengan itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, Amin.

Billahittaufiq Walhidayah Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, 30 Maret 2016 Penulis,

Mochammad Ferdiansyah

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GRAFIK ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAK ... 1

PENDAHULUAN ... 1

Kecemasan ... 4

Aspek Kecemasan ... 4

Faktor Penyebab Kecemasan... 5

Dukungan Sosial ... 5

Aspek Dukungan Sosial ... 5

HubunganAntara Dukungan Sosial Dengan Kecemaan Kehilangan Kerja ... 6

Hipotesa ... 6

METODOLOGI PENEITIAN ... 7

(9)

Subyek Penelitian ... 7

Variabel dan Instrumen Penelitian ... 7

Prosedur dan Analisa Data ... 8

HASIL PENELITIAN ... 9

DISKUSI ... 12

SIMPULAN & IMPLIKASI ... 15

REFERENSI ... 15

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Try Out Skala Dukungan Sosial Serikat Buruh ... 8

Tabel 2. Try Out Skala Kecemasan Kehilangan Kerja ... 8

Tabel 3. Deskripsi Subjek Penelitian ... 9

Tabel 4. Perhitungan T- Score Dukungan Sosial Serikat Buruh ... 9

Tabel 5. Perhitungan T-Score Kecemasan Kehilangan Kerja ... 10

Tabel 6. Hasil Analisis Korelasi Product Moment Hubungan Dukungan Sosial Serikat Buruh Dalam Aksi Mogok kerja Terhadap kecemasan Kehilangan Kerja ... 12

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Perhitunga Mean Pada Aspek Dukungan Sosial ... 10 Grafik 2. Perhitunga Mean Pada Aspek Kecemasan Kehilangan Kerja ... 11 Grafik 3. Uji Heteroskedastisitas Menggonakan Scater Plot ... 11

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Blue Print & Butir Item Dukungan Sosial (Try Out) ... 20

Lampiran 2 Blue Print & Butir Item Kecemasan Kehilangan Kerja (Try Out) ... 24

Lampiran 3 Skala Try Out ... 27

Lampiran 4 Data Kasar (Try Out) Skala Dukungan Sosial & Data Kasar (Try Out) Skala Kecemasan Resiko Kehilangan Kerja ... 33

Lampiran 5 Validitas & Reliabilitas Skala Dukungan Sosial ... 37

Lampiran 6 Validitas & Reliabilitas Skala Kecemasan Resiko Kehilangan Kerja ... 43

Lampiran 7 Blue Print Skala Dukungan Sosial & Kecemasan Resiko Kehilangan Kerja (Turun Lapang) ... 48

Lampiran 8 Skala Turun Lapag (Pasca Try Out) ... 53

Lampiran 9 Data Kasar Skala Dukungan Sosial ... 58

Lampiran 10 Data Kasar Skala Kecemasan Resiko Kehilangan Kerja ... 62

Lampiran 11 Hasil Analisa Data ... 71 Lampiran 12 Perhitungan T-Score Dukungan Sosial & Kecemas

(13)

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL SERIKAT BURUH DALAM AKSI

MOGOK KERJA PROSEDURAL TERHADAP KECEMASAN RESIKO

KEHILANGAN KERJA

Mochammad Ferdiansyah

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (MochammadFerdianysah@gmail.com)

Dukungan sosial merupakan hal yang sangat dibutuhkan buruh dalam serikat untuk mendapatkan hak dasarnya, salah satunya mogok kerja yang dilakukan secara prosedural. Penelitian ini adalah kuantitatif korelational dengan menggunakan skala dukungan sosial serikat buruh dan skala kecemasan resiko kehilangan kerjadengan model likert. Subjek penelitian berjumlah 155 buruh PT. Makmur Artha Cemerlang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel berupa purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara Dukungan sosial serikat buruh dengan kecemasan resiko kehilangan kerja (R = -0,287; p = 0,000). Selain itu, kontribusi efektif dukungan sosial serikat buruh pada kecmasan resiko kehilangaan kerja sbesar 8,2 %.

Kata kunci: Dukungan Sosial, Mogok Kerja, Kecemasan Resiko Kehilangan Kerja

Social support is needed in the labour unions to get their basic rights, one of which strikes conducted procedurally. This research is a quantitative correlation with social support scale use of the trade unions and the anxiety scale working model risk losing Likert The research subject as many as 155 workers of PT. Makmur Artha Cemerlang using sampling techniques such as purposive sampling. Results revealed that there significant negative association between social support trade unions with anxiety risk of loss of employment (R = -0.287; p = 0.000).In addition, the effective contribution of social support trade unions on labor anxiety kehilangaan risk of 8.2%.

(14)

Dalam hubungan industrial buruh dan korporasi memiliki hubungan kerja sama. Buruh bekerja dan mendapatkan upah dan korporasi membutuhkan buruh agar proses produksi terus berjalan. Kondisi buruh di Indonesia bisa dikatakan memiliki nilai tawar yang rendah, sedangkan disisi lain korporasi yang berorientasi pada keuntungan semata mengakibatkan tidak terpenuhinya hak dasarnya seperti berserikat, kesejahteraan, perlindungan hukum dan berdampak pada pola hidup yang tidak otonom atas konsekuensi kompensasi yang rendah (Sudjana, 2005; Hendastromo, 2009; Nugraha, 2015).

Kondisi psikologis buruh dalam hubungan industrial bisa dikatakan tidak dalam kondisi yang baik. Penelitian yang dilakukan Krisnawati (2013) menunjukkan bahwa lebih banyak buruh yang masuk pada kategori kesejahteraan subjektif rendah dikarenakan faktor upah yang rendah, selain itu secara afektif buruh mengalami tekanan dari atasan, kerja over time dengan upah rendah, serta rendahnya dukungan dari atasan. Hal ini menimbulkan keinginan para pekerja untuk diperlakukan sebagai individu yang dihargai di tempat kerja. (Wyatt dan Wah; 2001). Permasalahan lain juga menunjukkan tingginya kebutuhan akan rasa aman pada pekerja yang tidak tergabung dalam serikat buruh akibat tekanan kondisi kerja (Fitriani, 2014) Kondisi diatas mengharuskan buruh melakukan berbagai upaya guna hak dasarnya tercukupi. Tak jarang perundingan hubungan industrial yang dilakukan oleh buruh atau serikat buruh dengan korporasi mengalami kegagalan yang menyebabkan mogok kerja. Data yang dilansir ILO (2015) menunjukkan bahwa dari tahun 2012 hingga 2013 mogok kerja mengalami peningkatan dari 51 kali hingga 239 kali di Indonesia. Data terkait penanganan hubungan industrial yang dipaparkan Serikat Perjuangan Buruh Indonesia (SPBI) Kabupaten Malang menunjukkan tahun 2006-2010 upaya perundingan dilakukan sejumlah 28 kali dan mogok kerja sejumlah 26 kali sedangkan pada tahun 2011-2015 upaya perundingan meningkat sejumlah 32 kali dan mogok kerja sejumlah 34 kali. Menurut SPBI Upaya mogok kerja ini terus mengalami peningkatan dibandingkan upaya penyeleaian industrial lainnya yang cenderung birokratis, selain itu sumber daya buruh yang tidak terlalu mendukung menjadi penyebab mogok kerja lebih efektif karena bersentuhan langsung terhadap proses produksi yang terhenti dan berakibat pada kerugian pihak korporasi. Hal tersebutlah yang menjadikan posisi tawar buruh meningkat sebab korporasi jelas menginginkan proses produksi terus berjalan agar sirkulasi ekonomi terus berputar (Nugraha, 2015).

Menurut Maimun (2007) dan Indrodewo (2012) mogok kerja merupakan tindakan buruh yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama dan/atau oleh serikat buruh untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan, tujuannya adalah untuk memaksa korporasi mendengarkan dan menerima tuntutan pekerja dan/atau serikat pekerja, dengan membuat perusahaan merasakan akibat dari proses produksi yang terhenti atau melambat dan bukan untuk tindakan anarkis. Mogok kerja sendiri diatur dalam Keputusan Menteri No. 232 Pasal 2 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Mogok kerja yang dibenarkan adalah mogok yang dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan, serta dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan tersebut (Sudirja, Markeling, dan Pujawan, 2013).

(15)

buruh mulai dari pengorganisasian dan penjelasan kepada setiap buruh mulai dari pemetaan masalah, penetapan tujuan dari mogok kerja, upaya propaganda, pengajuan berkas, advokasi buruh hingga bertanggung jawab pada penentuan keberhasilan mogok kerja (Nugraha, 2015). Selain itu kesejahteraan pekerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya peran serikat pekerja yang baik, dan berdampak pada perasaan buruh bahwa mereka tidak sendiri dalam memperjuangkan haknya (Eldy, Pradhanawati, dan Nugraha, 2014).

Dukungan sosial secara instrumental, informatif dan emosional ditunjukkan dalam bentuk pernyataan sikap secara tertulis, advokasi dilapangan atas tindakan represif aparat dan intimidasi korprasi, pendidikan politik untuk buruh hingga slogan-slogan penguat agar buruh tetap konsisten memperjuangkan hak normatifnya (Perhimpunan Rakyat Pekerja, 2012; Ferdrasi Persatuan Perggerakan Buruh Indonesia, 2014).

Dari beberapa penelitian tentang dukungan sosial menunjukkan individu dengan dukungan sosial tinggi terutama yang berasal dari orang dekat seperti keluarga, istri dan sahabat berhubungan positif terhadap konsep diri suami yang kehilangan kerja dan kecemasan kehilangan kerja selain itu pengalaman hidup yang lebih baik, harga diri yang lebih tinggi, serta pandangan hidup yang lebih positif menjadi nilai tambah dibandingkan dengan individu yang memiliki dukungan sosial yang lebih rendah (Sarason, Levine, Baasham, dan saravino, 1983; Ariyanto, 2009; Neuly dan Sihombing, 2012). Hal ini didukung oleh Hartanti (dalam Ariyanto, 2009) yang menyatakan bahwa dukungan sosial dari orang lain menjadi sangat berharga dan akan menambah ketentraman hidup.

Permasalahan yang terjadi adalah fakta dilapangan menyebutkan mogok kerja yang dilakukan buruh atau serikat buruh mendapat reaksi balas dendam dari korporasi, alasan tindakan balas dendam yang dilakukan korporasi dikarenakan mogok kerja dianggap sebagai tindakan subversif yang dapat merugikan karena proses produksi yang berhenti berpengaruh terhadap keuntungan. Selain itu Perusahaan seringkali menerapkan suatu kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak sehingga sangat merugikan karyawan dan membawa akibat yang negatif pada kondisi psikologis karyawan (Ariyanto, 2009; Syahputra 2010; Ferdrasi Persatuan Perggerakan Buruh Indonesia, 2015; Nugraha, 2015; ILO, 2015).

Seperti data yang dilansir oleh komisi kebebasan berserikat yang sering kali memeriksa tuduhan tindakan balas dendam yang dilakukan oleh korporasi terhadap aksi mogok kerja. Pemutusan hubungan kerja secara sepihak adalah salah satu tindakan balas dendam yang dilakukan korporasi terhadap buruh (Solidarity Center, 2010; Berdikari Online, 2011, Internasional Labour Organitation, 2011; Nugroho, Dipo, dan Wijoyo, 2014; Ferdrasi Persatuan Perggerakan Buruh Indonesia, 2015).

(16)

Nugraha (2015) menunjukkan peran serikat pekerja berpengaruh pada kesejahteraan. Apabila serikat pekerja semakin berperan dalam meciptakan suasana kerja yang nyaman dan mampu meciptakan hubungan kerja yang harmonis antara pekerja dengan korporasi maka kesejahteraan pekerja juga akan baik. Artinya Jika hubungan dukungan sosial serikat buruh pada mogok kerja positif maka tingkat kecemasan buruh harusnya rendah begitu pula sebaliknya.

Dari berbagai data diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara dukungan sosial serikat buruh dalam aksi mogok kerja secara prosedural terhadap kecemasan resiko kehilangan kerja. Selain untuk menambah khazanah keilmuan psikologi. Penelitian ingin memberikan manfaat untuk seluruh serikat atau organisasi buruh di kabupaten Mojokerto guna menambah data ilmiah terkait masalah hubungan industrial. Serikat buruh diharapkan mampu mengukur sejauh mana upaya advokasi dan dukungan sosial yang diberikan pada buruh guna menjalankan hak-haknya dan mendapatkan kesejahteraan yang layak.

Kecemasan

Kecemasan adalah suatu keadaan emosional dimana seseorang mengalami ketakutan yang tidak menyenangkan, atau suatu pertanda yang buruk akan terjadi. Kecemasan ditandai dengan kondisi gelisah, gugup, atau tegang yang tidak menyenangkan dalam menghadapi suatu situasi yang tidak pasti (Haber dan Runyon, 1984; Nevid, Rathus, dan Greene, 2005). Kondisi kecemasan awalnya dipicu oleh rangsangan yang tidak menyenangkan yang diterima oleh alat pengindraan yang berlanjut pada kondisi psikis hingga fisik seseorang (Daffidov, 1988). Pada awalnya kondisi tersebut tidak terlalu terlihat, namun seiring berjalannya waktu kecemasan akan semakin meningkat dikarenakan isu-isu spesifik seperti keluarga, masalah keuangan dan pekerjaan (Van De borne, 2006).

Kecemasan resiko kehilangan kerja merupakan kondisi dimana buruh merasakan ketakutan yang ditandai oleh keadaan gelisah, gugup dan tegang akibat konsekuensi tindakan (mogok kerja) yang berdampak pada situasi yang merugikan atau membahayakan, seperti pemutusan hubungan kerja yang dilakukan korporasi.kehilangan kerja akibat pemutusan hubungan kerja ini berdampak pada hilangnya penghasilan serta ketidakjelasan masa depan (Dwiyanti, 2002). Undang Undang Nomor 13 tahun 2003 menjelaskan bahwa pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara buruh dan pengusaha.Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) merupakan suatu hal yang sangat ditakuti oleh karyawan yang masih aktif dalam bekerja karena dengan tidak bekerja pendapatan akan terhenti yang dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup pada individu dan/atau keluarga yang bersangkutan (Gunawan, 2007). Kondisi inilah yang menyebabkan orang-orang yang bekerja selalu dihantui atau dibayang-bayangi oleh rasa takut, kekhawatiran, dan kecemasan yang dialaminya (Apriawal 2012 ).

Aspek Kecemasan

Harber dan Runyon (1984) mengemukakan empat dimensi kecemasan yaitu:

(17)

dari tingkat khawatir yang ringan, lalu panik, cemas, dan merasa akan terjadi malapetaka, kiamat, kematian. Saat individu mengalami kondisi ini ia tidak dapat berkonsentrasi, mengambil keputusan, dan mengalami kesulitan untuk tidur.

2. Aspek motorik yaitu perasaan tidak menyenangkan yang muncul dalam bentuk tingkah laku seperti meremas jari, menggeliat, menggigit bibir, menjentikkan kuku, dan gugup. 3. Aspek somatis yaitu perasaan tidak menyenangkan yang muncul dalam reaksi fisik

biologis seperti mulut terasa kering, kesulitan nafas, berdebar, tangan dan kaki dingin, pusing seperti hendak pingsan, banyak keringat, tekanan darah naik, otot tegang terutama kepala, leher, bahu, dan dada, serta sulit mencerna makanan.

4. Aspek afektif yaitu perasaan tidak menyenangkan yang muncul dalam bentuk emosi, perasaan tegang karena luapan emosi yang berlebihan seperti dihadapkan pada suatu teror. Luapan emosi ini biasanya berupa kegelisahan atau kekhawatiran bahwa ia dekat dengan bahaya padahal sebenarnya tidak terjadi apa-apa.

Faktor Penyebab Kecemasan

Sari dan Kuncoro (2006) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain keadaan pribadi individu, tingkat pendidikan, pengalaman yang tidak menyenangkan, dan dukungan sosial. Sedangkan menurut Nevid, Rathus, dan Greene (2005) kecemasan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:

1. Faktor sosial lingkungan meliputi pemaparan terhadap peristiwa yang mengancam atau traumatis, mengamati respon takut pada orang lain, dan kurangnya dukungan sosial. 2. Faktor biologis meliputi predisposisi genetis, ireguaritas dalam fungsi neurotransmiter,

dan abnormalitas dalam jalur otak yang memberi sinyal bahaya atau yang menghambat tingkah laku repetitif.

3. Faktor behavioral meliputi pemasangan stimuli aversif dan stimuli yang sebelumnya netral, kelegaan dari kecemasan karena melakukan ritual kompulsif atau menghindari stimuli fobik, dan kurangnya kesempatan untuk pemunahan karena penghindaran terhadap objek atau situasi yang ditakuti.

4. Faktor kognitif dan emosional meliputi konflik pdikologis yang tidak terselesaikan (Freudian atau teori psikodinamika), faktor-faktor kognitif seperti prediksi berlebihan tentang ketakutan, keyakinan-keyakinan yang self defeating atau irasional, sensivitas berlebih terhadap ancaman, sensivitas kecemasan, salah atribusi dari sinyal sinyal tubuh, dan self efficacy yang rendah.

Dukungan Sosial Serikat Buruh

(18)

maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.

Dari penjelasan diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dukungan sosial serikat buruh merupakan perhatian, penghargaan, bantuan baik dalam hal emosional, instrumental, serta informasi dari serikat buruh sebagai organisasi yang memperjuangkan kepentingan dan kesejahteraan buruh yang membentuk suatu persepsi bahwa buruh bernilai,diperhatikan,berharga dan dicintai oleh jaringan sosial (Sujagat, 2005)

Aspek Dukungan Sosial

Cohen dan Mc Kay (1984); Cohen dan Wills (1985) membedakan lima apek dukungan sosial antara lain:

1. Dukungan emosional. Aspek ini mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan ini menyediakan rasa nyaman, ketentraman hati, perasaan dicintai bagi seseorang yang mendapatkannya.

2. Dukungan penghargaan. Aspek ini terjadi lewat ungkapan penghargaan positif untuk individu bersangkutan, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif individu dengan orang-orang lain.

3. Dukungan instrumental. Aspek ini mencakup bantuan langsung yang dapat berupa jasa, waktu, dan uang.

4. Dukungan informatif. Aspek ini mencakup memberi nasihat, petunjukpetunjuk, saran-saran, informasi, dan umpan balik.

5. Dukungan jaringan sosial. Aspek ini mencakup perasaan keanggotaan dalam kelompok. Dukungan jaringan sosial merupakan perasaan keanggotaan dalam suatu kelompok, saling berbagi kesenangan dan aktivitas sosial.

Sarason, Levine, dan Basham (1983) mengatakan bahwa individu dengan dukungan sosial tinggi memiliki pengalaman hidup yang lebih baik, harga diri yang lebih tinggi, serta pandangan hidup yang lebih positif dibandingkan dengan individu yang memiliki dukungan sosial yang lebih rendah. Coopersmith (1967) menyatakan bahwa ciri-ciri orang dengan harga diri tinggi menunjukkan perilaku-perilaku seperti mandiri, aktif, berani mengemukakan pendapat, dan percaya diri. Sedangkan seseorang dengan harga diri yang rendah menunjukkan perilaku seperti kurang percaya diri, cemas, pasif, serta menarik diri dari lingkungan.

Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kecemasan Resiko Kehilangan Kerja

(19)

oleh individu atau bantuan orang lain (Maramis, 2013). Sari dan Kuncoro (2006) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain keadaan pribadi individu, tingkat, pendidikan, pengalaman yang tidak menyenangkan, dan dukungan sosial.

Dukungan sosial dari orang terdekat berdampak baik terhadap kecemasan pemutusan hubungan kerja (Ariyanto, 2009). Sarafino (1994) berpendapat bahwa akan ada banyak efek dari dukungan sosial karena dukungan sosial secara positif dapat memulihkan kondisi fisik dan psikis seseorang, baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada kesejahteraan. Apabila serikat pekerja semakin berperan dalam meciptakan suasana kerja yang nyaman dan mampu meciptakan hubungan kerja yang harmonis antara pekerja dengan korporasi maka kesejahteraan pekerja juga akan baik (Eldy, Pradhanawati, dan Nugraha, 2014). Artinya Jika hubungan dukungan sosial serikat buruh pada mogok kerja buruh positif maka tingkat kecemasan buruh harusnya rendah begitupula sebaliknya. Sebab serikat buruh memiliki fungsi seperti pengorganisasian dan penjelasan kepada setiap buruh mulai dari pemetaan masalah, penetapan tujuan dari mogok kerja, upaya propaganda, pengajuan berkas, advokasi buruh hingga bertanggung jawab pada penentuan keberhasilan mogok kerja (Nugraha, 2015).

Hipotesa

Terdapat hubungan dukungan sosial serikat buruh dalam aksi mogok kerja prosedural terhadap kecemasan resiko kehilangan kerja.Semakin tinggi dukungan sosial serikat buruh dalam aksi mogok kerja, maka diikuti dengan rendahnya kecemasan resiko kehilangan kerja pada buruh, begitupula sebaliknya.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan kuantitatif korelational karena peneliti ingin melihat hubungan antara variabel yang satu dengan lainnya.

Subjek Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah buruh di PT Makmur Artha Cemerlang Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto yang berjumlah total keseluruhan 155 orang. Merujuk pada tabel penentuan jumlah sampel populasi milik Sugiono (2012) dengan taraf kesalahan 1% peneliti mementukan jumlah sampel sebanyak 154 orang. Metode sampling yang digunkan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dimana peneliti memilih responden berdasarkan kriteria dan syarat yang sudah ditentukan (Azwar, 2007). Peneliti menentukan kriteria yang menjadi subjek dengan karakteristik laki laki yang sudah berkeluarga dengan usia 18-45 Tahun, menjadi anggota dari serikat buruh serta minimal pernah melakukan aksi mogok kerja secara prosedural lima kali dalam karier perburuhannya dan aksi terakhir minimal dalam kurun waktu satu tahun belakangan.

Variabel dan Instrumen Penelitian

(20)

bernilai,diperhatikan,berharga dan dicintai oleh jaringan sosial (Sujagat, 2005), sedangkan variabel terikatnya adalah kecemasan terhadap resiko kehilangan kerja setelah melakukan aksi mogok kerja secara prosedural. Kecemasan resiko kehilangan kerja merupakan kondisi dimana buruh merasakan ketakutan yang ditandai oleh keadaan gelisah, gugup dan tegang akibat konsekuensi tindakan (mogok kerja) yang berdampak pada situasi yang merugikan atau membahayakan, seperti pemutusan hubungan kerja yang dilakukan korporasi.kehilangan kerja akibat pemutusan hubungan kerja ini berdampak pada hilangnya penghasilan serta ketidakjelasan masa depan (Dwiyanti, 2002). Alat yang digunakan untuk mengumpulan data dalam penelitian ini adalah skala psikologi. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecemasan kehilangan kerja dan skala dukungan serikat buruh yang akan dibuat sendiri oleh peneliti. Aspek-aspek kecemasan kehilangan kerja pasca melakukan aksi mogok kerja yang digunakan dalam skala ini terdiri dari empat aspek, yaitu aspek kognitif, somatis, motorik, dan afektif dengan menggunakan teori dari Harber dan Runyon (1984). Sedangkan aspek dukungan sosial serikat buruh yang digunakan dalam penelitian ini adalah dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif, dan dukungan jaringan sosial dengan menggunakan teori dari Cohen dan Mc kay (1984); Cohen dan Wills (1985).

Model skala yang digunakan untuk kedua skala adalah modifikasi dari model Likert, dengan 4 pilihan jawaban, yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tidak Sesuai). Penilaian terhadap item yang favorabel adalah SS = 4, S = 3, TS = 2, dan STS = 1. Sedangkan penilaian terhadap item yang unfavorable adalah SS = 1, S = 2, TS = 3, dan STS = 4.

Berdasarkan hasil uji coba (try out) yang dilakukan pada subjek sebanyak 50 orang buruh, menunjukkan bahwa item skala dukungan sosial serikat Buruh yang semula terdiri dari 40 butir menghasilkan 25 item yang valid dan 15 item tidak valid. Skala dukungan sosial serikat buruh ini secara keseluruhan memiliki nilai validitas berkisar antara 0,339-0,830 Sedangkan indeks reabilitas 0,915 hal ini digambarkan pada tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1. Try Out Skala Dukungan Sosial Serikat Buruh

Alat Ukur Jumlah Item Diujikan Jumlah Item Valid Indeks Validitas Indeks Reliabilitas Skala Dukungan

Sosial Serikat

Buruh 40 25 0,339-0,830 0,915

(21)

Tabel 2. Try Out Skala Kecemasan Kehilangan Kerja

Alat Ukur Jumlah Item Diujikan Jumlah Item Valid Indeks Validitas Indeks Reliabilitas Skala Kecemasan

Resiko

kehilangan kerja 40 14 0,388-0,682 0,840

Prosedur dan Analisa Data Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan analisa. Tahap persiapan diawali dengan mengkaji permasalahan penelitian beserta teori yang akan digunakan. Berikutnya, peneliti mempersiapkan instrumen penelitian berupa skala likert dukungan sosial serikat buruh dan skala likert Kecemasan resiko kehilangan kerja. Selanjutnya melakukan try out untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen penelitian pada tanggal 20 Desember 2015 - 4 Januari 2016.

Tahap pelaksanaan penelitian yaitu penyebarkan skala pada Buruh PT Makmur Artha Cemerlang Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto dengan jumlah sampel sebanyak 155 orang. Tahap ketiga yaitu analisa data dengan menggunakan SPSS melalui teknik statistik korelasi regresi linier sederhana guna mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel. Sekaligus memprediksikan berapa prosentase pengaruh dari variabel dukungan sosial serikat buruh terhadap variabel kecemasan resiko kehilangan kerja.

Berdasarkan perhitungan statistik yang digunakan untuk menganalisis data hubungan antara dukungan sosial serikat buruh dalam melakukan mogok dengan kecemasan resiko kehilangan kerja adalah Analisis Regresi Linear Sederhana. Tujuanya adalah untuk mengukur sejauh mana pengaruh hubungan variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Analisis ini dilakukan dengan bantuan program komputer Statistical Packages for Social Science (SPSS) Versi 20.0.

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada subjek sebanyak 155 Buruh PT Makmur Artha Cemerlang Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :

Tabel 3. Deskripsi Subjek Penelitian.

Variabel Frekuensi Porsentasi (%)

Usia

21 -29 Tahun 32 21 %

30 -38 Tahun 81 52 %

(22)

Tabel diatas menjelaskan deskripsi subjek penelitian. Jika berdasarkan usia, yaitu dari umur 21-29 tahun sebanyak 32 orang (21 %) , 30 – 38 tahun sebanyak 81 orang ( 52 %)dan 39 – 48 tahun sebanyak 42 orang (27 %).

Tabel 4. Perhitunga T-Score Dukungan Sosial Serikat Buruh.

Kategori Interval Frekuensi Presentase

Tinggi T-Score ≥ 50 76 49%

Rendah T-Score < 50 79 51%

Total 155 100%

Berdasarkan total jumlah dari 155 subjek penelitian, 76 (49%) menunjukkan tingginya dukungan sosial yang dirasakan oleh buruh dari serikat,sedangkan 79 (51%) menunjukkan buruh merasakan dukungan sosial rendah yang rendah dari serikat.Dari total subjek penelitian diketahui lebih banyak buruh yang sebenarnya merasakan dukungan sosial yang rendah dari keberadaan serikat buruh.

Grafik 1 . Perhitungan Mean Pada Aspek Dukungan Sosial.

Dari hasil analisis SPSS dapat diambil data nilai yang sering muncul dalam tiap aspek variable dukungan sosial serikat buruh .Pada aspek emosional menunjukkan angka 10,23, pada aspek penghargaan menunujukkan angka 12,28, pada aspek instrumental menunjukkan angka 20,28,pada aspek informatif menunjuka angka 20, 43 dan pada aspek jaringan sosial menunjukkan pada aspek 20,10.Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan skor paling tinggi pada variabel dukungan sosial ada pada aspek informatif dan emosional sebagai aspek yang paling rendah.

0 5 10 15 20 25

(23)

Tabel 5. Perhitungan T-Score Kecemasan Resiko Kehilangan Kerja

]Kategori Interval Frekuensi Presentase

Tinggi T-Score ≥ 50 83 53%

Rendah T-Score ≤ 50 72 47%

Total 155 100%

Berdasarkan total jumlah dari 155 subjek penelitian, 83 (53%) menunjukkan adanya kecemasan resiko kehilangan kerja yang tinggi, Sedangkan 72 (47%) buruh menunjukkan adanya kecemasan resiko kehilangan kerja rendah.Dari total subjek penelitian diketahui lebih banyak buruh yang sebenarnya mengalami kecemasan resiko kehilangan kerja.

Grafik 2. Perhitungan Mean Pada Aspek Kecemasan Resiko Kehilangan Kerja.

Dari hasil analisis SPSS dapat dialmbil data nilai yang sering muncul dalam tiap aspek variable kecemasan resiko kehilangan kerja.Pada aspek kognitif menunjukkan angka 9,44, motorik 13,35, somatis 17,66 dan afektif 9,25.Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa mean pada aspek somatis adalah yang paling tinggi, sedangkan yang paling rendah ada pada aspek afektif.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

(24)

Grafik 3. Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Sccater Plot.

Grafik diatas menunjukkan bahwa tidak ada pola tertentu karena titik meyebar tidak beraturan di atas dan di bawah sumbu 0 pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

Tabel 6 . Hasil Analisis Korelasi Product Moment Hubungan Dukungan Sosial Serikat Buruh Dalam Aksi Mogok Kerja Terhadap Kecemasan Kehilangan Kerja.

Koefisien

korelasi (r) Sig Keterangan Kesimpulan

-0.287 0,000 Sig < 0,01 Sangat Signifikan

(25)

DISKUSI

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan teknik analisis Product Moment dari Carl Pearson dengan menggunakan program SPSS 20 For Windows dapat diketahui nilai koefisien korelasi sebesar -0,287 dengan p = 0, 001 < 0,01 menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara dukungan sosial serikat buruh dengan kecemasan resiko kehilangan kerja. Hal ini menunjukkan semakin tinggi dukungan sosial semakin rendah kecemasan resiko kehilngan kerja bagi buruh dalam melakukan mogok kerja secara prosedural. Hasil Penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti. Dari hasil analisis SPSS dapat diambil nilai yang sering muncul dalam tiap aspek variable dukungan sosial Skor paling tinggi pada variabel dukungan sosial ada pada aspek informatif (20,43) dan emosional sebagai aspek yang paling rendah (10,23). Pada variable kecemasan resiko kehilangan kerja nilai yang sering muncul skor tertinggi ada pada aspek somatis dengan perolehan skor (17,66) adalah yang paling tinggi, sedangkan yang paling rendah ada pada aspek afektif. (9,25). Jika berdasarkan usia klasifikasi buruh yang mengsis skala berkisar antara umur 21-29 tahun sebanyak 32 orang (21%) , 30 – 38 tahun sebanyak 81 orang (52%) dan 39 – 48 tahun sebanyak 42 orang(42%).

(26)

Menurut King (dalam Marni dan Yuniawati 2015) dukungan sosial adalah informasi atau umpan balik dari orang lain yang menunjukkan seseorang dicintai, dan diperhatikan dihargai dan dihormati, dan dilibatkan dalam jaringan komunikasi dan kewajiban yang timbal balik. Sejalan dengan itu survey yangdilakukan di Nigeria menyebutkan bahwa hal yang sangat dibutuhkan untuk “bertahan” adalah dukungan informal yang solid dan sumber finansial yang adekuat (Asiyanbola, 2004). Bagi buruh sendiri keberadaan serikat buruh dirasa mampu memberikan dukungan sosial untuk melakukan mogok kerja buruh, dalam penelitian ini aspek dukungan sosial yang paling tinggi adalah aspek informatif.

Aspek informatif mencakup memberi nasihat, petunjuk- petunjuk, saran-saran, informasi, dan umpan balik. Menurut Sudjana (2002) tindakan represif dan sewenang wenang yang dlakukan korporasi lewat tangan otoritas negara belum lagi upaya pelemahan pelemahan gerakan buruh disini harus dilawan dengan pengetahuan.Pengetahuan yang membuat buruh memiliki kesadaran hukum dan pemahaman terkait politik upah buruh di indonesia, untuk itu penting bagi buruh mendapat informasi dan pendidikan berkala dari serikat buruh. Teori belajar Koneksionisme dari Thorndike ( Dalam, Sadiah 2009) menjelaskan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antaraperistiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). Stimulus adalah suatuperubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organismeuntuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.Pengetahuan dari aktivitas pendidikan buruh disini dapat diartikan sebagai stimulus yang menimbulkan perilaku reaktif (respon) berdasar hukum hukum mekanistik dimana terjadi perubahan perilaku dan tindakan yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret salah satunya mogok kerja.Hal ini didukung oleh pendapat Marx (dalam Tdjakusuma, 1958) yang menjelaskan serikat buruh tidak hanya menjadi pusat pengorganisasian kekuatan buruh,tetapi lebih lanjut diterangkan bahwa, serikat buruh menjadi sekolah kelas,sekolah solidaritas dan sekolah sosialisme yang dipersiapkan guna mewujudkan tatanan masyarakat baru. Senada dengan itu Lenin (1920) mengemukakan serikat buruh merupakan sekolah dimana buruh mendapatkan pendidikan ekonomi dan politik perburuhan, serta lahan praktikum guna menarik pelajaran di dalam organisasi.

Adanya dukungan informatif inilah yang membuat buruh sadar bahwa terjadi eksploitasi dan berani melakukan mogok sebab ada pemahaman yang telah terbangun terkait politik upah buruh, perundang- ungangan dan strategi pengorganisasian massa buruh, sehingga terjadi suatu aksi mogok kerja atau gerakan sosial. Baldridge dan Victor (1980) menghubungkan gerakan sosial dengan perilaku kolektif yaitu aksi yang dilakukan kelompok terorganisir untuk memformulasikan adanya perubahan sosial atau memperjuangkan ide ide perubahan. Dalam aspek perilaku kolektif, maka gerakan sosial dilihat sebagai reaksi psikologi atas situasi lingkungan sosial yang dianggap tidak adil oleh kelompok yang melakukan aksi protes dengan tujuan perubahan sosial.

(27)

menghasilkan pemikiran strategis yang bisa meninjau dan menilai hal-hal positif yang saat ini dimilikinya. Dukungan nyata merupakan dukungan yang paling efektif bila dihargai oleh penerimanya dengan tepat dan apabila hal itu didukung dengan perencanaan hidup yang telah berhasil dibuat maka akan semakin kecil kemungkinan terjadi kecemasan dalam menghadapi pensiun bagi pekerja atau pegawai yang menghadapinya (Neil, 2000).

Upaya pemogokan buruh tidak bisa lepas dari peran serikat buruh mulai dari pengorganisasian dan penjelasan kepada setiap buruh mulai dari pemetaan masalah, penetapan tujuan dari mogok kerja, upaya propaganda, pengajuan berkas, advokasi buruh hingga bertanggung jawab pada penentuan keberhasilan mogok kerja (Nugraha, 2015). Tambunan (2005) manfaat bersama berpengaruh positif terhadap keinginan bergabung dengan serikat pekerja,hal itu dibuktikan dari tindakan saling mendukung dan rasa solidaritas dari sesama pekerja. Fitriani (2008) menambahkan mengemukakan gambaran identitass kolektf, keyakinan Subjektif, dan kelompok partisipasi dalam aksi unjuk rasa buruh yang menyatakan bahwa subjek bangga dan tidak malu menjadi bagian dari kelompok buruh, hal ini dibuktikan dengan adanya rasa persaudaraan yang kuat ,rasa saling memiliki dan rela berkorban demi kepentingan buruh.Ikatan emtional dalm serikat buruh meningkatnya harga diri.

Penelitian yang dilakukan Qori’ah, Al-Musadieq, Prasetya (2015) menyebutkan bahwa serikat pekerja mampu memperjuangkan kesejahteraan dan menunjukkan fungsi sebagai penyalur aspirasi. Asmani dan mensah (2013) juga menjelaskan bahwa setiap pekerja berhak untuk membentuk atau berpartisipasi guna perlindungan hak hak ekonomi dan kepentingan sosial pekerja. Eldy,Pradhanawati, dan Nugraha (2014) peran serikat pekerja berpengaruh positif terhadap kesejahteraan buruh.Hal ini dibuktikan dengan mayoritas responden berpendapat bahwa peran serikat buruh baik, optimalnya perlindungan kepada buruh yang ada di bawah naungannya, mampu menyelesaikan perselisihan yang terjadi antara buruh dengan perusahaan maupun dengan sesama buruh.

SIMPULAN & IMPLIKASI

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan teknik analisis Product Moment dari Carl Pearson dengan menggunakan program SPSS 20 For Windows dapat diketahui nilai koefisien korelasi sebesar 0, 287 dengan p = 0, 001 < 0,01 menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara dukungan sosial serikat buruh dengan kecemasan resiko kehilangan kerja. Hal ini menunjukkan semakin tinggi dukungan sosial semakin rendah kecemasan resiko kehilngan kerja bagi buruh dalam melakukan mogok kerja secara prosedural.

Implikasi dari penelitian ini yaitu, Bagi Serikat Buruh diharapkan mampu dijadikan refrensi guna mengukur sejauh mana upaya advokasi dan dukungan sosial yang diberikan pada buruh agar dapat dijadikan landasan gerak untuk mengevaluasi dan merumuskan strategi perjuangan guna mengangkat serta mensejajarkan posisi tawar dan hak hak buruh sebagai kelas pekerja dalam dunia industrial agar mendapat kesejahteraan yang layak.

(28)

kelas intelektual dalam upaya penegakkan keadilan dan perlindungan hukum bagi gerakan buruh sehingga, terjalin sinergitas dan tindakan kolektif yang nyata guna melawan tindakan sewenang wenang seperti pemutusan hubungan kerja secara sepihak oleh korporasi atau pemilik modal.

REFRENSI

Apriawal, J. (2013). Resiliensi Pada Karyawan Yang Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). EMPATHY Jurnal Fakultas Psikologi, 1(1).

Ariyanto, I. (2009). Hubungan Antara Efikasi Diri dan Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Terhadap Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Asikin, Z., Wahab, A., Husni, L., & Asyhedie, Z. (2004). Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Asiyanbola, R. A. (2014). Social support/networks, urban condition and physical well being of the elderly in Africa: a preliminary survey in Ibadan, Nigeria. In A paper presented at the International Conference on “Rapid Ageing and the changing role of the elderly in African households”, Organized by the Union for African Population Studies UAPS/UEPA (Senegal), the HSRC in collaboration with the Department of Social Development (South Africa) (pp. 18-20).

Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baldrdge, J., Victor, S. (1980). A Critical Approach to power Conflict and Change, 2nd ed. New York; John Wiley and Son.

Bandura, A. (1993). Perceived Self-efficacy in Cognitive Development and Function - Dalam

Educational Psychologist, 28 (2), 1178.

Christina, Y. (2012). Kecemasan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Karyawan Mebel di Jepara Ditinjau dari Dukungan Sosial. (Skripsi) Fakultas psikologi, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang.

Cohen, S., & McKay, G. (1984). Social support, stress, and the buffering hypothesis: A theoretical analysis. In A. Baum, J. E. Singer, & S. E. Taylor (Eds.), Handbook of psychology and health, Volume IV. Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Cohen, S., & Wills, T. A. (1985). Stress, social support and the buffering hypothesis. Psychological Bulletin, 98, 310-357. Eastern Studies, Cornell University.

Coopersmith, S. (1967). The Antecedents of Self Esteem. San Francisco, California:W.H. Freemen and Co.

(29)

Eldy, Pradhanawati, & Nugraha ,(2014). Pengaruh Upah,Peran Serikat pekerja Terhadap kesejahteraan Pekerja melalui Unjuk rasa pada Serikat Pekerja Nasional PSP PT SAI APPAREAL Industries. Program Studi Administrasi Bisnis Universitas Diponegoro.

Fitriani, G. (2014). Studi Korelasi mengenai Kebutuhan Akan Rasa Aman yang terdapat pada Pegawai PT Chevron Pacific Indonesia yang tidak Bergabung dalam Serikat Pekerja dan Persepsi terhadap Serikat Pekerja. Program Study Sosiologi Universitas Airlangga

Friedman. (1998). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Gunawan, A. (2007). Skripsi Hubungan antara Kecemasan Terhadap isu PHK dengan motivasi kerja pada karyawan tetap dan kontrak PT UNITEX Tbk Bogor.Fakultas Psikologi.Universitas Islam Negeri Sarif Hidayatullah. Jakarta.

Haber, A., & Runyon, R.P. (1984). Psychology Of Adjustment. Illnois; The Dorsey Press. Hendrastomo, G. (2009). Menakar kesejahteran buruh diantara kepentingan negara dan

korporasi. Yogyakarta.

ILO (2015). World employment and social outlook: Trends 2015 / International Labour Office. – Geneva.

Indrodewo, L.D.A. (2012). Tesis : Tinjauan Yuridis Tentang Sahnya Mogok Kerja Yang Dilakukan Oleh Pekerja PT. German Center Indonesia Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta.

Komarudin. (2011). Hubungan level kecemasan dan akurasi passing dan akurasi passing dalam permainan sepak bola.Fakultas Ilmu keolah ragaan UNY, 1- 16 .

Komite Pusat Perhimpunan Rakyat Pekerja (KP PRP) (2012), Pernyataan Sikap Perhimpunan Rakyat Pekerja Nomor: 427/PS/KP-PRP/e/IX/12, Hentikan Represifitas Aparat Keamanan dan Preman terhadap Rakyat Pekerja!Mendukung Aksi Mogok Nasional: Jakarta.

Komite Pusat Perhimpunan Rakyat Pekerja (KP PRP) (2012), Pernyataan Sikap Perhimpunan Rakyat Pekerja Nomor: 427/PS/KP-PRP/e/IX/12, Hentikan Represifitas Aparat Keamanan dan Preman terhadap Rakyat Pekerja!Mendukung Aksi Mogok Nasional! : Jakarta.

Krisnawati, R. (2013). Kesejahteraan Subjective(subjective well being) buruh pabrik(study deskriptif pada buruh PT. Laksana Tekhnik makmur Kabupaten Bogor). Skripsi Jurusan Psikologi FIP UPI, Bandung.

(30)

Lenin, V.I. (1920). Der” Radikalismus,” die kinderkrantkheit des Komuni Kommunismus.

Franck.

Maimun. (2007). Hukum ketenaga kerjaan suatu pengantar. Jakarta: Pradnya Paramita. Maramis, F. (2013). Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia. Jakarta : PT . Raja

Grafindo Persada.

Marni, A., & Yuniawati, R. (2015). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penerimaan Diri Pada Lansia Di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta. EMPATHY Jurnal Fakultas Psikologi, 3(1), 1-7.

Nauly, M. & Sihombing, R. (2012). Hubungan dukungan-sosial yang diberikan isteri dengan konsep-diri suami yang kehilangan pekerjaan. Psikologia-online, 7(1), 41-47.

Neil, Niven (2000). Psikologi kesehatan: pengantar untuk perawat dan professional kesehatan yang lain. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Nevid, J.S., Rathus, S.A., & Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid 1. Terjemahan: Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta: Erlangga. Nugraha, E. P. (2015). Peranan Serikat Pekerja Dalam Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Industrial Melalui Upaya Mogok Kerja (Studi Di Komite Pusat Serikat Pekerja/Serikat Buruh Solidaritas Perjuangan Buruh Indonesia/SPBI Kabupaten Malang). Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum, 4(2).

Nugroho, K. (2006). Protes Sosial Buruh Sebagai Alternatif Perumusan Kebijakan Publik. Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik.

Nugroho, M.A.A., Dipo, M.I.L., & Wijoyo, S. (2014). Jaminan Hukum Mogok Kerja di Indonesia. Surakarta: Jurnal Serambi Hukum Universitas Islan Negeri Surakarta. Pimpinan Pusat Federasi Persatuan Pergerakan Buruh Indonesia (PP-FPPBI) (2014), Nomor

112/IV- Eks/PP-FPPBI/III/2015 Permohonan Bipartite I dan Klarifikasi: Mojokerto Pimpinan Pusat Federasi Persatuan Pergerakan Buruh Indonesia (PP-FPPBI) (2015)Nomor

:97/II- Eks/PP FPPBIIX/2013 Kronologis Kejadian Perselisihan Hak dan Perselisihan PHK antara Perusahaan Kecap,Petis, dan Saos RATU dengan Buruh Perusahaan RATU yang Tergabung dalam SBTK FPPBI Perusahaan Ratu: Mojokerto

Qori’ah, R.A., Al-Musadieq, M., & Prasetya, A. Pengaruh Fungsi Serikat Pekerja terhadap Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja (Studi pada Karyawan Tetap Bagian Produksi PT. Berlina Tbk. Pandaan). Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

Sadiyah, A. (2009). Implementasi Prinsip Belajar Law Of Exercise Perspektif Edward Lee Thorndike Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Kelas X-11 Pada Pembelajaran Al-Islam Di Sma Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Doctoral Dissertation, Uin Sunan Ampel Surabaya).

(31)

Sarafino, E.P. (1994). Health Psychology: Biopsychological Interaction. Kanada: John Wiley & Sons, Inc.

Sarason, I.G., Levine, H.M., Basham, R.B., & Saravino, B.R. (1983). Assesing social support: the social support questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology. 44 (1), 127-139.

Sarason, I.G., Levine, H.M., Basham, R.B., & Saravino, B.R. (1983). Assesing social support: the social support questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology. 44 (1), 127-139.

Sarason, I.G., Levine, H.M., Basham, R.B., & Saravino, B.R. (1983). Assesing social support: the social support questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology. 44 (1), 127-139.

Sari, E.D., & Kuncoro, J. (2006). Kecemasan dalam menghadapi masa pensiun ditinjau dari dukungan sosial pada pt semen gresik (persero) tbk. Jurnal Psikologi Proyeksi. 1 (1), 37-45.

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia.

Solidarity Center. (2010). Survey Pelanggaran Disektor Formal, hak-hak dasar buruh di Indonesia. Jakarta.

Special Action Programme to Combat Forced Labour (SAP-FL)2012 USA

Sudirja, S.P., Markeling, K.I., & Pujawan M.I. (2013). Mogok Kerja yang Mengakibatkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Massal Pada Hotel Patra Jasa Bali. Bali. Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Sudjana, E .(2005). Nasib dan Perjuangan buruh di Indonesia. Jakarta: Renaisan Sudjana, E. (2002). Buruh Menggugat Perspektif Islam. Jakarta: Sinar harapan. Sugiono. (2012). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Syahputra, G. (2010). Peranan serikat buruh dalam memperjuangkah hak dan politik (study kasus; serikat buruh medan independent. Universitas Sumatra Utara, Medan.) Tambunan, M. (2005). Faktor faktor yang mempengaruhi keinginan pekerja bergabung

dengan serikat pekerja.(Tesis) Program study magister Manajemen Universitas diponegoro Semarang

Tedjakusuma, I. (1958). Watak Politik Gerakan Serikat Buruh Indonesia.

Tedjasukmana, I., Djoen, O. H., & Tjandra, S. (2008). Watak politik gerakan serikat buruh Indonesia. Trade Union Rights Centre.

Tyagita, A. (2011). Prinsip Kebebasan Berserikat Dalam Serikat Buruh Sebagai Upaya Perlindungan & Penegakan Hak Normatif Pekerja. Yuridika, 26(1).

(32)

human and experimental diabetic nephropathy. Journal of Biological Chemistry, 281(40), 29606-29613.

Wyatt, T. & Wah, C.Y. (2001). Perception of QWL : a Study of Singaporean Employees Development. Management Memo. p.8‐17

(33)

Lampiran 1

Blue Print

& Butir Item

(34)

Blue Print

Butir Item

No Pernyataan

1 serikat buruh mampu melindungi dan memberikan rasa aman terhada buruh yang melakukan mogok kerja secara prosedural.

2 Serikat buruh mampu memberika dorongan dan penghargaan atas keberanian buruh dalam memperjuangkan hak dari pabrik tempat bekerja.

3 Serikat buruh mampu memberikan pendampingan dan advokasi kepada buruh yang bermasalah dengan pabrik.

4 Pendidikan politik yang dilakukan buruh berdampak postif bagi diri saya. 5 Serikat buruh memiliki jaringan solidaritas yang kuat di kota Mojokerto. 6 Serikat buruh tidak mampu berempati terhadap kondisi yang dialami buruh

yang diterpa masalah keuangan.

7 Serikat buruh tidak mampu memberikan dorongan terhadap buruh untuk

Indikator Nomor Item

Favorable Unfavorable Total

Dukungan

emosional. 1,11,21,31 6,16,26,36 8 Item

Dukungan

penghargaan. 2,12,22,32 7,17,27,37 8 Item

Dukungan

instrumental. 3,13,23,33 8,18,28,38 8 Item

Dukungan

informatif. 4,14,24,34 9,19,29,39 8 item

Dukungan jaringan

sosial. 5,15,25,35 10,20,30,40 8 Item

(35)

berani menyampaikan aspirasinya.

8 Advokasi yang dilakukan serikat buruh terkesan bagi saya setengah setengah. 9 Saran saran dari serikat buruh guna mengadapi diskriminasi didalam pabrik

tidak terlalu membantu saya.

10 Serikat buruh tidak menambah jaringan pertemanan saya diluar pabrik tempat saya bekerja.

11 Saya merasa tidak sendiri dalam memperjuangkan hak saya sebagai buruh sebab saya berserikat.

12 keberadaan saya dalam serikat buruh sangat dihargai meskipun banyak hal yang saya masih belum ketahui.

13 Serikat buruh siap dihubungi kapan saja sewaktu waktu buruh membutuhkan pertolongan dan dukungan.

14 Serikat buruh memberikan informasi tentang hal hal yang berkaitan dengan perjuangan buruh didalam atau luar negri.

15 Seluruh buruh akan ikut mogok jika serikat buru yang mengajak.

16 Saya tetap merasa cemas dalam melakukan aksi mogok kerja sebab serikat buruh tidak mampu menjamin keamanaan posisi

saya dipabrik.

17 Apa yang saya suarakan tidak terlalu diperhatikan serikat burh sebab jenjang pendidikan saya hanya SMA.

18 Saya merasa pendampingan serikat buruh sangat lemah posisinya dibandingkan para pemilik pabrik.

19 Pendidikan politik yang diberikan serikat buruh nyatanya tidak mampu meningkatkan nilai tawar buruh.

20 Serikat buruh tidak bisa dijadikan tempat untuk berkeluh kesah tentang kondisi saya.

21 serikat buruh memperhatikan dan meiliki kepedulian terhadap kesejahteraan buruh yang menjadi anggota serikat.

22 Serikat buruh mampu memahami gagasan saya untuk mensejahterakan nasib buruh.

23 Pengorganisasian yang dilakukan serikat buruh sangat membantu buruh dalam memperjuangkan haknya.

24 setiap ada informasi baru terkait perburuhan serikat buruh selalu menginfromasikannya terhadap saya.

(36)

26 Saya merasa tidak menjadi bagian dari serikat buruh yang ada dipabrik tempat saya bekerja.

27 Saya merasa tidak ada bedanya antara tergabung dalam serikat buruh dan tidak tergabung.

28 Ketika melakukan perundingan dengan pihak pabrik serikat buruh memiliki posisi tawar yang rendah sebab jumlah anggota yang mengenyam pendidikan perguruan tinggi sangat sedikit.

29 Pengetahuan tentang strategi perjuangan buruh hingga tokoh toktoh penggerak buruh yang diberikan oleh serikat buruh tidak berpengaruh terhadap semangat dalam menyuarakan keadilan untuk buruh.

30 Serikat buruh tidak mampu menggerakkan seluruh buruh dalam suatu pabrik ketika ada satu buruh yang di PHK sepihak.

31 Saya tidak cemas atas resiko PHK pada aksi mogok kerja secara prosedural sebab dukungan dari serikat buruh mampu mententramkan hati saya.

32 Dukungan dari serikat buruh membuat saya merasa menjadi pribadi yang lebih positif dan berguna untuk orang lain.

33 Uang Kas serikat buruh bisa dipinjam sewaktu waktu saya membutuhkan. 34 Serikat buruh memberikan Setiap informasi tentang perburuhan yang saya

butuhkan..

35 Aktivitas berbagi yang dilakukan serikat buruh sangat membantu kondisi saya. 36 Saya merasa tidak nyaman dengan serikat buruh yang melakukan advokasi

pada buruh diparik tempat saya bekerja

37 Saya merasa tidak ada penghargaan yang diberikan serikat buruh ketika saya berkontribusi untuk serikat.

38 Saya tidak yakin bantuan advokasi yang diberika serikat buruh mampu menolong saya dari ancaman PHK.

39 Tidak banyak hal yang saya ketahui tentang kondisi perburuhan meskipun saya terdaftar menjadi anggota serikat buruh.

(37)

Lampiran 2

Blue Print

& Butir Item

Kecemasan Resiko

(38)

Blue Print

Butir Item

Indikator Nomor Item

Favorable Unfavorable Total

Kognitif 1,9,17,25,33 5,13,21,29,37 10 Item Motorik. 2,10,18,26,34 6,14,22,30,38 10 Item Somatis. 3,11,19,27,35 7,15,23,31,39 10 Item Afektif. 4,12,20,28,36 8,16,24,32,40 10 item

Jumlah 20 20 40 Item

No. Pernyataan

1 Saya tetap bekerja dengan tenang , walaupun mendengar rencana PHK dari pabrik

2 Membayangkan sulitnya mencukupi kebutuhan sehari hari akibat di PHK, tubuh saya menggeliat tidak terkontrol

3 Kepala saya terasa pusing ketika ada pengumuman PHK dari pabrik. 4 Saya sulit tidur karena memikirkan PHK yang berdampak buruk pada

sumber penghasilan

5 mogok kerja yang saya lakukan berdampak buruk pada masa depan. 6 tidak ada reaksi berlebihan pada tubuh, meskipun status kerja saya rawan di

PHK

7 Saya mampu mengatur nafas ketika mengetahui teman sekerja di PHK akibat mogok kerja tanpa pesangon.

8 Saya tidur dengan nyenyak, meskipun beberapa hari sebelumnya beberapa buruh dipabrik tempat bekerja di PHK

9 Pekerjaan saya tidak sesuai target,saat mengetahui teman yang mogok kerja di PHK secara sepihak

10 Telapak tangan saya berkeringat ketika melakukan kesalahan yang beresiko pada PHK

11 Perut terasa mulas memikirkan resiko PHK yang mungkin terjadi pada diri saya sendiri

12 Kekhawatiran terhadap kondisi perekonomian keluarga muncul saat mendengar kata PHK

13 Saya mampu mengontrol kepanikan ketika pabrik menginformasikan akan ada yang di PHK.

(39)

15 Saya merasa tidak mengalami gangguan pernafasan mesikpun posisi sebagai buruh rawan akan PHK

16 Saya baik baik saja ketika teman sekerja membicarakan nama nama orang yang di PHK

17 Saya berfikir PHK bukan akhir dari segalanya

18 Mendengar kata PHK membuat seluruh badan saya terasa gemetar

19 Saya mampu mengontrol kepanikan ketika pabrik menginformasikan akan ada yang di PHK

20 Saya merasa gelisah memikirkan dampak buruk dari PHK 21 Mogok kerja yang sah tetap menjadi awal dari malapetaka. 22 Saya tidak khawatir atas dampak buruh PHK

23 Fisik saya baik baik saja mendengar PHK massal berdampak pada menurunnya pendapatan buruh

24 Saya merasa biasa saja melihat berita tentang buruh yang di PHK secara sepihak.

25 saya mampu bersikap tenang mesikipun posisi sebagai buruh rawan akan PHK

26 Bibir terasa kaku ketika membicarakan dampak dari PHK

27 Badan saya gemetar memikirkan penghasilan yang terhenti sebagai dampak buruk PHK

28 Harga kebutuhan yang semakin tinggi membuat saya khawatir jika sewaktu waktu di PHK

29 mendengar issue PHK saya teringat pada kelangsungan biaya pendidikan anak .

30 saya bebas berkata apa saja bergerak saat menyarakan tuntutan dalam mogok kerja

31 Ketika memikirkan dampak PHK saya merasa semua akan baik baik saja 32 Saya merasa biasa saja mengetahui berita teman sekerja yang di PHK

sepihak

33 saya merasa mudah untuk mencari kerja ditempat lain ketika terancam di PHK

34 Saya meremas-remas tangan mendengar terdapat buruh yang kesulitan menyekolahkan anak sebagai dampak PHK

35 Perut terasa mulas jika mengingat Posisi buruh yang rawan terkena PHK 36 Saya menghindar ketika kawan sesama buruh membicarakan tentang

dampak buruk di PHK.

37 Saya menjadi susah tidur saat mendengar adanya PHK di pabrik saya bekerja

38 Mengetahui dampak buruk PHK tidak membuat tubuh saya menggeliat 39 Otot otot tubuh saya tetap relaks meski teman sekerja kesulitan ekonomi

akibat PHK

(40)
(41)

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MALANG

FAKULTAS PSIKOLOGI

Jl. Raya Tlogomas no. 246 Tlp. 464318 Malang

Assalamualaikum

Saya Muhammad Ferdiansyah (NIM : 201130311259) adalah mahasiswa fakultas psikologi Universitas Muhammadyah Malang yang sedang dalam proses penyelesaian tugas akhir skripsi. Sehubungan dengan hal tersebut, saya meminta bantuan saudara/saudari untuk mengisi skala berikut.Besar harapan saya saudara/saudari mengisi dengan sebenar benarnya dan sungguh sungguh, sebab jawaban yang diberikan akan berpengaruh terhadap kualitas dari penelitian ini.Jawaban yang anda sampaikan bukan merupakan suatu test sehingga tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban adalah benar bila sesuai dengan keadaan diri anda sendiri . Jawaban anda merupakan rahasia pribadi anda dan saya menjamin kerahasiaan tersebut.Agar leluasa memberikan tanggapan maka silahkan anda menuliskan nama samaran atau inisial pada data pribadi yang tersedia.Atas kerjasamanya dalam pengisian skala ini saya ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya.

Dengan saya,

Muhammad Ferdiansyah Petunjuk Pengisian

1. Plihlah salah satu jawaban untuk menyatakan kesetujuan atau ketidak setujuan diri anda dengan setiap pernyataan didalam skala dengan cara memberi tanda ( x ) pada alternatif jawaban yang tersedia.

SS : Sangat Setuju. S : Setuju.

TS : Tidak Setuju.

STS : Sangat Tidak Setuju.

2. Pilihlah alternative jawaban sesuai dengan keadaan /kenyataan diri anda saat ini bukan apa yang seharusnya.

3. Diharapkan tidak ada satu nomorpun yang terlewatkan. Identitas

(42)

1 serikat memberikan rasa aman pada buruh yang melakukan mogok kerja.

2 Serikat mendorong keberanian dalam memperjuangkan hak dari pabrik .

3 Serikat memberikan pembelaan pada buruh yang bermasalah dengan pabrik.

4 Pendidikan politik yang dilakukan serikat berdampak positif bagi diri saya.

5 jaringan solidaritas serikat membuat pabrik berfikir dua kali melakukan PHK sepihak.

6 Serikat tidak mampu memahami kondisi yang saya alami saat diperlakukan tidak adil oleh pihak pabrik.

7 Serikat tidak memberikan dorongan terhadap buruh dalam menyampaikan aspirasinya.

8 Serikat tidak maksimal dalam melakukan pembelaan.

9 Saran dari serikat berguna mengadapi tindakan semena- mena dari pabrik.

10 Serikat bukan tempat yang cocok untuk berkeluh kesah tentang kondisi yang saya alami

11 Tergabung dalam serikat membut saya merasa tidak sendiri dalam memperjuangkan hak saya.

12 Gagasan saya sangat dihargai oleh pengurus dan anggota lainnya serikat.

13 Serikat buruh siap dihubungi kapan saja saya membutuhkan pertolongan dan dukungan.

14 Serikat buruh memberikanpetunjuk guna pelaksanaan mogok kerja yang kondusif.

15 Ajakan serikat untuk melakukan mogok kerja membuat buruh lebih berani

16 Kegelisahan terjadi saat buruh tidak mampu menjamin keamanaan posisi saya dipabrik

17 Jenjang pendidikan yang rendah membuat saya kurang diperhatikan serikat

18 Saya merasa pendampingan serikat buruh sangat lemah ketika dihadapkan dengan para pemilik pabrik.

19 Pendidikan politik yang diberikan serikat tidak mampu meningkatkan nilai tawar buruh.

20 Serikat bukan tempat yang cocok untuk berkeluh kesah tentang kondisi yang saya alami

21 serikat memiliki kepedulian pada kesejahteraan buruh yang menjadi anggota serikat.

22 Serikat memahami gagasan saya dalam perumusan tuntutan mogok kerja.

23 Pengorganisasian yang dilakukan serikat sangat membantu buruh dalam memperjuangkan haknya.

(43)

Skala II

1 Saya tetap bekerja dengan tenang , walaupun mendengar rencana PHK dari pabrik

2 Membayangkan sulitnya mencukupi kebutuhan sehari hari akibat di PHK, tubuh saya menggeliat tidak terkontrol

3 Kepala saya terasa pusing ketika ada pengumuman PHK dari pabrik.

4 Saya sulit tidur karena memikirkan PHK yang berdampak buruk pada sumber penghasilan

5 mogok kerja yang saya lakukan berdampak buruk pada masa depan.

25 Serikat mempengaruhi keterlibatan buruh pabrik lain bersolidaritas dalam mogok kerja.

26 Keterlibatan dalam serikat tidak menjamin perubahan apa apa pada saya.

27 Serikat tidak mempengaruhi semangat memperjuangkan hak buruh.

28 Perundingan yang gagal terjadi karena lemahnya pembelaan serikat.

29 Pendidikan advokasi serikat tidak mempengaruhi semangat memperjuangkan hak.

30 Serikat tidak mampu menggerakkan seluruh buruh dalam suatu pabrik ketika ada satu buruh yang di PHK sepihak.

31 serikat mampu menentramkan hati terhadap resiko PHK sepihak akibat mogok kerja.

32 Dukungan serikat membuat saya berani dalam melakukan mogok kerja.

33 Bantuan serikat membuat saya antusias dalam melakukan mogok kerja

34 Arahan dari serikat mempengaruhi tercapainya tuntutan mogok kerja.

35 Ketika ada buruh yang di PHK sepihak serikat mampu mengkondisikan seluruh buruh untuk mogok.

36 Ajakan mogok kerja serikat yang beresiko pada PHK membuat saya merasa tidak nyaman.

37 Kurangnya serikat memberikan penghargaan membuat saya tidak berani memperjuangkan hak saya sebagai buruh

38 Pembelaan yang diberikan serikat saat mogok kerja mampu menolong saya dari ancaman PHK

39 Keanggotaan di dalam serikat tidak mempengaruhi pengetahuan saya tentang perburuhan.

(44)

6 tidak ada reaksi berlebihan pada tubuh, meskipun status kerja saya rawan di PHK

7 Saya mampu mengatur nafas ketika mengetahui teman sekerja di PHK akibat mogok kerja tanpa pesangon.

8 Saya tidur dengan nyenyak, meskipun beberapa hari sebelumnya beberapa buruh dipabrik tempat bekerja di PHK

9 Pekerjaan saya tidak sesuai target,saat mengetahui teman yang mogok kerja di PHK secara sepihak

10 Telapak tangan saya berkeringat ketika melakukan kesalahan yang beresiko pada PHK

11 Perut terasa mulas memikirkan resiko PHK yang mungkin terjadi pada diri saya sendiri

12 Kekhawatiran terhadap kondisi perekonomian keluarga muncul saat mendengar kata PHK

13 Saya mampu mengontrol kepanikan ketika pabrik menginformasikan akan ada yang di PHK.

14 Telapak tangan saya tidak berkeringat saat mengetahui ada teman sekerja yang di PHK.

15 Saya merasa tidak mengalami gangguan pernafasan mesikpun posisi sebagai buruh rawan akan PHK

16 Saya baik baik saja ketika teman sekerja membicarakan nama nama orang yang di PHK

17 Saya berfikir PHK bukan akhir dari segalanya

18 Mendengar kata PHK membuat seluruh badan saya terasa gemetar 19 Saya mampu mengontrol kepanikan ketika pabrik

menginformasikan akan ada yang di PHK

20 Saya merasa gelisah memikirkan dampak buruk dari PHK 21 Mogok kerja yang sah tetap menjadi awal dari malapetaka. 22 Saya tidak khawatir atas dampak buruh PHK

23 Fisik saya baik baik saja mendengar PHK massal berdampak pada menurunnya pendapatan buruh

24 Saya merasa biasa saja melihat berita tentang buruh yang di PHK secara

Gambar

Tabel 1. Try Out Skala Dukungan Sosial Serikat Buruh ..............................................
Grafik 3. Uji Heteroskedastisitas Menggonakan Scater Plot ........................................
Tabel 2.  Try Out Skala Kecemasan Kehilangan Kerja
Grafik 1 .  Perhitungan Mean Pada Aspek Dukungan Sosial.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain dalam setiap proses komunikasi yang terjadi antara penutur dan lawan tutur terjadi juga apa yang disebut peristiwa tutur atau peristiwa bahasa (speech

(2) Pelaksanaan manajemen hubungan sekolah dan masyarakat (humas) meliputi kegiatan pemberdayaan komite sekolah, mewajibkan orang tua mengambil rapor anak sendiri,

Desa Cempaga banyak menghasilkan ketela pohon (singkong) sebagai bahan pangan sumber karbohidrat. Namun masalahnya keterbatasan kemampuan pengolahan, cita rasa dan

Pengumuman peserta yang lolos didanai dalam Program Bantuan Rektor untuk Kegiatan Kewirausahaan Mahasiswa Tahun 2020 akan dipublikasi melalui laman unud.ac.ac.id tanggal 2

Aplikasi Berbasis Web untuk Menampilkan Absensi dan Nilai Akhir Peserta Didik ini dikembangkan dengan menggunakan basis data MySQL sebagai media

Berdasarkan hasil wawancara dengan junior administrasi pelayanan pelanggan PLN Area Makassar Selatan, terdapat bebarapa kendala-kendala yang dihadapi dalam memberikan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tetang perkawinan, hanya mengatur tentang, Izin orang tua bagi orang yang akan melangsungkan perkawinan apabila belum mencapai umur

Keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh pengusaha kripiki singkong merupakan potensi yang dapat dikembangkan agar bisa lebih produktif. Berdasarkan penelitian di