• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Total Suspended Solid (TSS) Dalam Air Sungai Deli Dan Pengaruhnya Terhadap Waktu Penyimpanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Total Suspended Solid (TSS) Dalam Air Sungai Deli Dan Pengaruhnya Terhadap Waktu Penyimpanan"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS)

DALAM AIR SUNGAI DELI

DAN PENGARUHNYA TERHADAP WAKTU PENYIMPANAN

KARYA ILMIAH

ZURRIYATIN THAYYIBAH

072401050

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENENTUAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS)

DALAM AIR SUNGAI DELI

DAN PENGARUHNYA TERHADAP WAKTU PENYIMPANAN

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

ZURRIYATIN THAYYIBAH

(3)

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DALAM AIR SUNGAI DELI DAN PENGARUHNYA TERHADAP WAKTU PENYIMPANAN

Nama : ZURRIYATIN THAYYIBAH Nomor Induk Mahasiswa : 072401050

Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di : Medan, Juli 2010

Disetujui oleh :

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua, Dosen Pembimbing

(5)

PERNYATAAN

PENENTUAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DALAM AIR SUNGAI DELI

DAN PENGARUHNYA TERHADAP WAKTU PENYIMPANAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2010

072 401 050

(6)

PENGHARGAAN

Syukur Alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik, serta shalawat beriring salam tak lupa penulis sampaikan kepada Junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan suri teladan yang baik kepada umat manusia.

Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk melengkapi persyaratan penyelesaian perkuliahan di jurusan Kimia Analis Program Diploma III Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tanpa petunjuk dan bimbingan dari Dosen serta bantuan dari pihak lain maka sulit bagi penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibunda tercinta Zuraidah yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini baik dukungan moril dan materil, ayahanda tercinta Iriansyah yang telah banyak mengajari penulis tentang kehidupan.

2. Adik-adik penulis, beserta seluruh keluarga yang senantiasa mendo’akan dan memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Sumatera Utara pada Program Diploma 3.

3. Bapak Drs. Darwin Yunus Nst, M.S selaku dosen pembimbing penulis yang telah menyediakan waktu dan pikiran dalam memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.

4. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS., selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Marpongahtun MSc selaku Ketua Jurusan Kimia Analis Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

6. Sahabat-sahabat penulis : Naja, Nena, Sofi, Rima, Kiki, dan Zhila yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

7. Teman-teman satu PKL : Nena (sekali lagi), dan Dian Ashari, yang telah bekerjasama saat PKL.

8. Semua teman-teman PAKA 07 yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah sama-sama menjalani masa perkuliahan dan masa-masa sibuk saat praktikum di lab.

9. Seluruh Staf dan Pegawai di UPT. BLH SU yang telah membuat suasana saat PKL menjadi tidak membosankan.

10. Seluruh staf Pengajar dan Pegawai di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

(7)

Medan, Juni 2010

(8)

ABSTRAK

(9)

DETERMINATION OF TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) IN RIVER OF DELI AND ITS INFLUENCE ON HOLDING TIME

ABSTRACT

(10)

DAFTAR ISI

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan Penelitian 3

1.4. Manfaat Penelitian 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Badan Air 5 2.1.1. Air Permukaan 5

2.1.2. Air Tanah 8

2.2. Pencemaran Air 9

2.2.1. Jenis, Pengaruh, dan Sumber Pencemaran Air 9 2.2.2. Pencemaran Air Sungai, Danau, dan Waduk 12

2.3. Kualitas Air Sungai 13

2.4. Total Suspended Solid (TSS) 14 2.4.1. Zat Padat dalam Air 14

2.4.2. Suspensi 15

2.4.3. Padatan Total, Terlarut, dan Tersuspensi 16 2.5. Instrumentasi Untuk Spektrofotometer 17 2.6. Teknologi Pembersihan Air 18 2.6.1. Cara Sederhana 18 2.6.2. Cara Saringan PAsir Lambat 19 2.6.3. Cara Koagulasi 19

2.6.4. Biofilter 20

BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat 22

3..1.2. Bahan 22

(11)

3.2.1. Penyediaan Sampel 22 3.2.2. Penentuan Kadar Total Suspended Solid 23 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil 24

4.1. Data Analisa Total Suspended Solid (TSS) 24 Dari Sampel Air Sungai Deli

(12)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 28

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi Padatan di Perairan Berdasarkan Ukuran 16 Diameter

Tabel 2.2. Kesesuaian Perairan untuk Kepentingan Perikanan 17 Berdasarkan Nilai Padatan Tersuspensi

(14)

ABSTRAK

(15)

DETERMINATION OF TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) IN RIVER OF DELI AND ITS INFLUENCE ON HOLDING TIME

ABSTRACT

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.268 juta km3

(Angel dan Wolseley, 1992). Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es,

cairan, dan salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah (ground

water), dan gunung es (glacier). Semua badan air di daratan dihubungkan dengan laut

dan atmosfer melalui siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinu.

Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang

lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 00C (320F) – 1000C, air

berwujud cair. Suhu 00C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 1000C

merupakan titik didih (boiling point) air.

2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai

penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi

panas ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu air yang lambat mencegah

(17)

mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup. Sifat ini

juga menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.

3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan

(evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan

energi panas dalam jumlah yang besar.

4. Air memerlukan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa

kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat sedikit,

sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga 35.000 mg/liter.

5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki

tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar-molekul cairan tersebut tinggi.

Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi

suatu bahan secara baik (higher wetting ability).

6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang mereggang ketika membeku. Pada saat

membeku. Pada saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki nilai

densitas (massa/volume) yang lebih rendah daripada air. Dengan demikian, es

akan mengapung di air. Sifat ini mengakibatkan danau-danau di daerah yang

beriklim dingin hanya membeku pada bagian permukaan (bagian di bawah

permukaan masih berupa cairan) sehingga kehidupan organisme akuatik tetap

(18)

Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara

berlimpah-limpah. Namun, ketersediaan air memenuhi syarat bagi keperluan manusia relative

sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor.

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang

banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus

dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk

hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara

bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi

mendatang. Aspek penghemata dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan

pada segenap pengguna air.

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air

yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air

untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestic, dan

kegiatan lain berdampak negative terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan

penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan

bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh

(19)

Parameter-parameter fisika yang biasa digunakan untuk menentukan kualitas air

meliputi cahaya, suhu, kecerahan dan kekeruhan, warna, konduktivitas, padatan total,

padatan terlarut, padatan tersuspensi, dan salinitas (Effendi, 2003).

TSS (Total Suspended Solid) atau total padatang tersuspensi adalah padatang

yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan inorganic yang dapat

disaring dengan kertas millipore berporipori 0,45 µm. Materi yang tersuspensi

mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari

ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan

pertumbuhan bagi organisme prosedur.

1.2.Permasalahan

Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kadar Total

Suspended Solid (TSS) memenuhi baku mutu air dan apakah waktu analisa

mempengaruhi kadar TSS.

(20)

1. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar Total Suspended Solid (TSS)

dari air sungai Deli yang dilakukan secara spektrofotometri.

2. Untuk mengetahui pengaruh waktu penyimpanan terhadap kadar Total

Suspended Solid.

1.4.Manfaat Penelitian

- Untuk mengetahui apakah kadar TSS dari air sungai Deli telah memenuhi baku

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Badan Air

Badan air dicirikan oleh tiga komponen utama, yaitu komponen hidrologi,

komponen fisika-kimia, dan komponen biologi. Penilaian kualitas suatu badan air

harus mencakup ketiga komponen tersebut.

Air Permukaan

Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface water) dan air

tanah (ground water). Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk,

rawa dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah

yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheds atau drainage basins. Air

yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air disebut limpasan permukaan

(surface run off); dan air yang mengalir di sungai menuju laut disebut aliran air sungai

(river run off). Sekitar 69% air yang masuk ke sungai berasal dari hujan, pencairan

es/salju (terutama untuk wilayah ugahari), dan sisanya berasal dari air tanah. Wilayah

(22)

Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki kadar

bahan-bahan terlarut atua unsur hara yang sangat sedikit. Air hujan biasanya bersifat asam,

dengan nilai pH sekitar 4,2. Hal ini disebabkan air hujan melarutkan gas-gas yang

terdapat di atmosfer, misalnya gas karbondioksida (CO2), sulfur (S), dan nitrogen

oksida (NO2) yang dapat membentuk asam lemah (Novonty dan Olem, 1994). Setelah

jatuh ke permukaan bumi, air hujan mengalami kontak dengan tanah dan melarutkan

bahan-bahan yang terkandung di dalam tanah.

Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu badan

air tergenang (stading waters atau lentik) dan badan air mengalir (flowing waters atau

lotik).

1. Perairan Tergenang (Lentik)

Perairan tergenang meliputi danau, kolam, waduk (reservoir), rawa (wetland), dan

sebagainya. Perairan tergenang (lentik), khususnya danau, biasanya mengalami

stratifikasi secara vertical akibat perbedaan intensitas cahaya dan perbedaan suhu pada

kolom air yang terjadi secara vertical.

Berdasarkan intensitas cahaya yang masuk ke perairan, stratifikasi vertical kolom

(23)

a. Lapisan (zona) eufatik, yaitu lapisan yang masih mendapat cukup cahaya

matahari.

b. Lapisan kompensasi, yaitu lapisan dengan intensitas cahaya sebesar 1% dari

intensitas cahaya permukaan.

c. Lapisan profundal, yaitu lapisan di bawah lapisan kompensasi, dengan

intensitas cahaya sangat kecil atau bahkan tidak ada cahaya (afotik).

Berdasarkan perbedaan panas pada setiap kedalaman (dalam bentuk perbedaan

suhu), stratifikasi vertikal kolom air (thermal stratification) pada perairan tergenang

dibagi menjadi tiga.

a. Epilimnion, yaitu lapisan bagian atas perairan. Lapisan ini merupakan bagian

yang hangat, dengan suhu relative konstan atau perubahan suhu secara vertical

sangat kecil. Seluruh massa air pada mintakat ini tercampur dengan baik

karena adanya angin dan gelombang.

b. Termoklin atau metalimnion, yaitu lapisan di bawah epilimnion. Pada lapisan

ini, perubahan suhu dan panas secara vertikal relatif besar; setiap penambahan

kedalaman 1 m terjadi penurunan suhu air sekurang-kurangnya 10C.

c. Hipolimnion, yaitu lapisan di bawah lapisan metalimnion. Lapisan ini

(24)

vertikal relatif kecil. Massa air pada lapisan ini bersifat stagnan, tidak

mengalami pencampuran, dan memiliki densitas yang lebih besar. Di wilayah

tropis, perbedaan suhu air permukaan dengan suhu air bagian dasar hanya

sekitar 20C – 30C.

Tiupan angin dan perubahan musim yang mengakibatkan perubahan intensitas

cahaya matahari dan perubahan suhu dapat mengubah atau menghancurkan stratifikasi

vertikal kolom air. Fenomena perubahan stratifikasi vertikal ini dapat diamati dengan

jelas pada perairan tergenang yang terdapat di wilayah ugahari (temperate) yang

memiliki empat musim.

2. Perairan Mengalir (Lotik)

Salah satu contoh perairan mengalir adalah sungai. Sungai dicirikan oleh arus

yang searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1 – 1,0m/detik,

serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola drainase. Pada perairan sungai,

biasanya terjadi pencampuran massa air secara menyeluruh dan tidak terbentuk

stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan lentik. Kecepatan arus, erosi, dan

sedimentasi merupakan fenomena yang biasa terjadi di sungai sehingga kehidupan

flora dan fauna sangat dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut.

Klasifikasi perairan lentik sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan

(25)

kecepatan arus atau pergerakan air, jenis sedimen dasar, erosi, dan sedimentasi

(Haslam, 1995; Jeffries dan Mills, 1996). Kecepatan arus dan pergerakan air sangat

dipengaruhi oleh jenis bentang alam (landscape), jenis batuan dasar, dan curah hujan.

Semakin rumit bentang alam, semakin besar ukuran batuan dasar, dan semakin banyak

curah hujan, pergerakan air semakin kuat dan kecepatan arus semakin cepat.

Air Tanah (groundwater)

Air tanah (groundwater) merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah.

Air tanah ditemukan pada akifer. Pergerakan air tanah sangat lambat; kecepatan arus

berkisar antara 10-10- 10-3 m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari

lapisan tanah, dan pengisian kembali air (recharge). Karakteristik utama yang

membedakan air tanah dari air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan

waktu tinggal (residence time) yang sangat lama, dapat mencapai puluhan bahkan

ratusan tahun. Karena pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama

tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran.

Pada dasarnya, air tanah dapat berasal dari air hujan (presipitasi), baik melalui

proses infiltrasi secara langsung maupun secara tak langsung dari air sungai, danau,

rawa dan genangan air lainnya. Air yang terdapat di rawa-rawa (marshes) sering kali

dikategorikan sebagai peralihan antara air permukaan dan air tanah. Dinamika

(26)

inflitrasi air hujan, sungai, danau, dan rawa ke lapisan akifer; dan menghilangnya atau

keluarnya air tanah melalui spring (sumur), pancaran air tanah, serta aliran air tanah

memasuki sungai dan tempat-tempat lain yang merupakan tempat keluarnya air tanah.

2.2. Pencemaran Air

Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui, tetapi air akan

dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan

oleh manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat

tercemar. Menurut tujuan penggunaannya, kriterianya berbeda-beda. Air yang sangat

kotor untuk diminum mungkin cukup bersih untuk mencuci, untuk pembangkit tenaga

listrik, untuk pendingin mesin dan sebagainya. Air yang terlalu kotor untuk berenang

ternyata cukup baik untuk bersampan maupun memancing ikan dan sebagainya.

Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun lingkungan global,

dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah atau

daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air hujan, maka air

tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk dan pestisida pada

lahan pertanian akan terbawa air ke daerah sekitarnya sehingga mencemari air pada

permukaan lokasi yang bersangkutan. Pengolahan tanah yang kurang baik akan dapat

(27)

demikian banyak sekali penyebab terjadinya pencemaran air ini, yang akhirnya akan

bermuara ke lautan, menyebabkan pencemaran pantai dan laut sekitarnya.

2.2.1. Jenis, Pengaruh, dan Sumber Pencemaran Air

Jenis pencemaran air yang paling banyak ditemukan berturut-turut sebagai

berikut.

a. Pencemaran Mikroorganisme dalam Air

Berbagai kuman penyebab penyakit pada makhluk hidup seperti bakteri, virus,

protozoa dan parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk kedalam air tersebut

berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun buangan dari industri peternakan,

rumah sakit, tanah pertanian dan lain sebagainya. Pencemaran dari kuman penyakit ini

merupakan penyebab utama terjadinya penyakit pada orang yang terinfeksi. Penyakit

yang disebabkan oleh pencemaran air ini disebut Water-borne disease dan sering

ditemukan pada penyakit tifus, bakteri, kolera, dan disentri.

(28)

Penggunaan pupuk nitrogen dan fosfat dalam bidang pertanian telah dilakukan

sejak lama secara meluas. Pupuk kimia ini dapat menghasilkan produksi tanaman

pangan yang tinggi sehingga menggunakan petani. Tetapi di lain pihak, nitrat dan

fosfat dapat mencemari sungai, danau, dan lautan. Sebetulnya sumber pencemaran

nitrat ini tidak hanya berasal dari pupuk pertanian saja, karena di udara atmosfer bumi

mengandung 78% gas nitrogen. Pada waktu hujan dan terjadi kilat dan petir, di udara

akan terbentuk ammonia dan nitrogen (NH4-, NO3-) dan terbawa air hujan menuju

permukaan tanah. Nitrogen akan bersenyawa dengan komponen yang kompleks

lainnya.

c. Limbah Organik Menyebabkan Kurangnya Oksigen Terlarut

Penyebab utama berkurangnya kadar oksiden dalam air ialah limbah organic yang

terbuang dalam air. Limbah organic akan mengalami degradasi dan dekomposisi oleh

bakteri aerob (menggunakan oksiden dalam air), sehingga lama-kelamaan oksigen

yang terlarut dalam air akan sangat berkurang. Dalam kondisi berkurangnya oksigen

tersebut hanya spesies organism tertentu saja yang dapat hidup.

(29)

Bahan kimia inorganic seperti asam, garam dan bahan toksik logam seperti Pb,

Cd, Hg dalam kadar yang tinggi dapat menyebabkan air tidak enak untuk diminum. Di

samping dapat menyebabkan matinya kehidupan air seperti ikan dan organism

lainnya, pencemaran bahan tersebut juga dapat menurunkan produksi tanaman pangan

dan merusak peralatan yang dilalui air tersebut (karena bersifat korosif).

e. Pencemaran Bahan Kimia Organik

Bahan kimia organic seperti minyak, plastik, pestisida, larutan pembersih,

detergen dan masih banyak lagi bahan organik terlarut yang digunakan oleh manusia

dapat menyebabkan kematian pada ikan maupun organism air lainnya. Lebih dari 700

bahan kimia organic sitesis ditemukan dalam jumlah relative sedikit pada permukaan

air tanah untuk minum di Amerika, dan dapat menyebabkan gangguan pada ginjal,

gangguan kelahiran, dan beberapa macam bentuk kanker pada hewan percobaan di

laboratorium. Tetapi sampai sekarang belum diketahui apa akibatnya pada orang yang

mengkonsumsi air tersebut sehingga dapat menyebabkan keracunan kronis.

f. Sedimen dan Bahan Tersuspensi

Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir, lumpur, tanah, dan bahan kimia

(30)

menjadi penyebab polusi tertinggi di dalam air. Kebanyakan sungai dan daerah aliran

sungai selalu membawa endapan lumpur yang disebabkan erosi alamiah dari pinggir

sungai. Akan tetapi, kandungan sedimen yang terlarut pada hampir semua sungai

meningkat terus karena erosi dari tanah pertanian, kehutanan, konstruksi, dan

pertambangan. Partikel yang tersuspensi menyebabkan kekeruhan dalam air, sehingga

mengurangi kemampuan ikan dan organism air lainnya memperoleh makanan,

mengurangi tanaman air melakukan fotosintesis, pakan ikan menjadi tertutup lumpur,

insang ikan dan kerang tertutup oleh sedimen dan akan mengakumulasi bahan beracun

seperti pestisida dan senyawa logam. Bagian bawah sedimen akan merusak produksi

pakan ikan (plankton), merusak telur ikan dan membendung aliran sungai, danau,

selat, dan pelabuhan.

2.2.2. Pencemaran Air Sungai, Danau, dan Waduk

Secara alamiah, sungai dapat tercemar pada daerah permukaan air saja. Pada

sungai yang besar dengan arus air yang deras, sejumlah kecil bahan pencemaran akan

mengalami pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi sangat rendah. Hal

tersebut menyebabkan konsumsi oksigen terlarut yang diperlukan oleh kehidupan air

dan biodegradasi akan cepat diperbarui. Tetapi terkadang sebuah sungai mengalami

pencemaran yang berat sehingga air mengandung bahan pencemaran yang sangat

besar. Akibatnya, proses pengenceran dan biodegradasi akan sangat menurun jika arus

(31)

Hal ini juga mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut. Suhu yang tinggi dalam

air menyebabkan laju proses biodegradasi yang dilakukan oleh bakteri pengurai

aerobic menjadi naik dan dapat menguapkan bahan kimia ke udara.

Proses pelarutan dalam danau, waduk, muara, dan laut sering kurang efektif

daripada dalam sungai karena air dalam danau, waduk, dan laut banyak terdiri dari

lapisan-lapisan yang sedikit mengalami pencampuran. Tetapi lapisan tersebut

terkadang dapat bercampur karena pengaruh ombak dan arus air. Bentuk lapisan air

tersebut juga dapat mengurangi tingkat oksigen terlarut, terutama pada lapisan paling

bawah. Di samping itu, aliran air danau dan waduk sangat kecil sehingga sangat

mengurangi daya pengenceran dan penambahan kandungan oksigen terlarut.

2.3. Kualitas Air Sungai

Untuk mencegah terjadinya pencemaran air sungai, diperlukan suatu hukum atau

aturan dalam mengontrol kualitas air sungai. Di Amerika mulai tahun 1970-an, aturan

tersebut diberlakukan. Ternyata hasilnya dapat meningkatkan jumlah dan kualitas

sarana penanganan air limbah. Peraturan juga diberlakukan terhadap industri sehingga

dapat mengurangi pembuangan air kotor pada permukaan air sungai.

Sejak tahun 1972, usaha tersebut membuahkan hasil dengan menentukan garis

batas untuk mencegah kenaikan kadar polusi pada hampir semua air sungai dan aliran

(32)

dilakukan pada tahun 1985, ketentuan tersebut dipatuhi sepenuhnya oleh sekitar 73%

dari aliran sungai yang diperiksa, terutama untuk keperluan memancing ikan dan

berekreasi.

Tetapi masih banyak yang dikerjakan untuk peningkatan kualitas air, terutama

sungai yang mengalir dari daerah pedesaan dan pertanian. Kontaminasi oleh nitrat,

fosfat, pestisida dan bahan kimia toksik lainnya ternyata masih meningkat pada

kebanyakan air sungai sejak tahun 1972 dan mencemari air minum serta menyebabkan

banyak ikan yang mati. Hal ini disebabkan mulai meningkatnya aktivitas pemupukan

pertanian, sehingga meningkatkan produksi tanaman yang dipacu oleh meningkatnya

kebutuhan akibat peningkatan jumlah penduduk.

Banyak kemajuan yang diperoleh dari beberapa negara maju disebabkan oleh

pengawasan yang ketat baik industri maupun perorangan terhadap pencemaran air.

Hasilnya cukup menggembirakan karena banyak mempengaruhi pengurangan sumber

pencemar dari dalam air (Darmono, 2001).

2.4. Total Suspended Solid (TSS)

(33)

Dalam air alam ditemui dua kelompok zat, yaitu zat terlarut seperti garam dan

molekul organis, dan zat padat tersuspensi dan koloidal seperti tanah liat, kwarts.

Perbedaan pokok antara kedua zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter

partikel-partikel tersebut.

Perbedaan antara kedua kelompok zat yang ada dalam air alam cukup jelas dalam

praktek namun kadang-kadang batasan itu dapat dipastikan secara definitip. Dalam

kenyataan suatu molekul organis polimer tetap bersifat zat yang terlarut. Walaupun

panjangnya lebih dari 10 µm sedangkan beberapa jenis zat padat koloidal mempunyai

sifat dapat bereaksi seperti sifat-sifat zat-zat yang terlarut.

Analisa zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-komponen

air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan proses-proses

pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam bidang air buangan.

Zat padat yang berada dalam suspensi dapat dibedakan menurut ukurannya

sebagai: partikel tersuspensi koloidal (partikel koloid) dan partikel tersuspensi biasa

(partikel tersuspensi).

Dalam metode analisa zat padat, pengertian Zat Padat Total adalah semua zat-zat

yang tersisa sebagai residu dalam suatu bezena, bila sampel air dalam bezena tersebut

(34)

Padat Tersuspensi yang dapat bersifat organis dan inorganik seperti dijelaskan dalam

skema di bawah ini :

Zat Padat Tersuspensi sendiri dapat diklasifikasikan sekali lagi menjadi antara

lain zat padat terapung yang selalu bersifat organis dan zat padat terendap yang dapat

bersifat organis dan inorganic. Zat padat terendap adalah zat padat dalam suspensi

yang dalam keadaan tenang dapat mengendap setelah waktu tertentu karena pengaruh

gaya beratnya. Penentuan zat padat terendap ini dapat melalui volumnya, disebut

analisa Volum Lumpur (sludge volume), dan dapat melalui beratnya disebut analisa

Lumpur Kasar atau umumnya disebut Zat Padat Terendap (settleable solids) (Alaerts,

G., 1984).

2.4.2. Suspensi

Zat Padat Terlarut

Zat Padat Total Zat Padat Tersuspensi Organis

(35)

Dalam suatu suspensi, sekurang-kurangnya terdapat satu komponen partikelyang

relatif besar tersebut merata dalam komponen lainnya. Contohnya ialah pasir halus

yang tersuspensi dalam air, atau endapan dalam suatu campuran reaksi. Dalam contoh

tersebut, ukuran partikel yang tersuspensi cukup besar untuk dapat dilihat, baik

dengan mata telanjang maupun dengan mikroskop. Disamping itu, bila tidak terus

menerus diaduk, partikel dalam suspense akan mengendap akibat pengaruh gravitasi,

walaupun laju pengendapannya bergantung pada ukuran partikel. Pasir kasar akan

mengendap dengan cepat dalam air, sedangkan lumpur halus akan mengendap dengan

laju yang jauh lebih lambat.

Sifat fisis suspensi, seperti titik beku atau tekanan uap suspensi padatan dalam

cairan kurang dipengaruhi oleh partikel yang tersuspensi. Jadi, air berlumpur

membeku pada 00C seperti halnya air murni. Partikel tersuspensi terlalu besar, dan

jumlahnya terlalu kecil dibandingkan dengan jumlah molekul air dalam campuran

sehingga pengaruhnya tidak terukur (Brady, J.E. 1994).

2.4.3. Padatan Total, Terlarut, dan Tersuspensi

Padatan total (residu) adalah bahan yang tersisa setelah air ฀ample mengalami

evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu (APHA, 1976). Residu dianggap

sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Selama penentuan

(36)

mengalami transformasi menjadi karbondioksida, sehingga karbondioksida dan

gas-gas lain yang menghilang pada saat pemanasan tidak tercakup dalma nilai padatan

total (Boyd, 1988). Padatan yang terdapat di perairan diklasifikasikan berdasarkan

ukuran diameter partikel, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel di bawah ini:

Tabel 2.1. Klasifikasi Padatang di Perairan Berdasarkan Ukuran Diameter

Klasifikasi Padatan Ukuran Diameter (µm) Ukuran Diameter (mm)

1. Padatan terlarut

2. Koloid

Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahan-bahan

tersuspensi (diameter > 1µm) yang tertahan pada saringan Millipore dengan diameter

pori 0,45 µm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang

terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air.

Rasio antara padatan terlarut dan kedalam rata-rata perairan merupakan salah satu

(37)

rata-rata ini dikenal sebagai Morphoedaphic Index (MEI). Kesesuaian perairan untuk

kepentingan perikanan berdasarkan nilai padatan tersuspensi ditunjukkan dalam tabel

di bawah ini:

Tabel 2.2. Kesesuaian Perairan untuk Kepentingan Perikanan Berdasarkan Nilai Padatan Tersuspensi (TSS)

Nilai TSS (mg/liter) Pengaruh Terhadap Kepentingan Perikanan

< 25

Kurang baik bagi kepentingan perikanan

Tidak baik bagi kepentingan perikanan

2.5. Instrumen Untuk Spektrofotometri

Sebuah spektrofotometer adalah suatu instrumentasi untuk mengukur transmitans

atau absorbans suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang; pengukuran terhadap

sederetan sampel pada suatu panjang gelombang tunggla dapat pula dilakukan.

(38)

sebagai: berkas-tunggal atau berkas-rangkap. Dalam praktik, instrumen berkas tunggal

biasanya dijalankan secara manual, dan instrumen berkas-rangkap umumnya

mencirikan perekaman automatic terhadap spektra absorpsi, namun dimungkinkan

untuk merekam suatu spektrum dengan instrument berkas-tunggal. Pengelompokkan

cara lain didasarkan pada daerah spektral, dan kita menyebut spektrofotometer

inframerah, ultraviolet, dan sebagainya (Underwood, 2001).

2.6. Teknologi Pembersihan Air

Pengolahan air baku (air alami) menjadi bersih dapat dilakukan dalam beberapa

cara.

2.6.1. Cara Sederhana

Di lingkungan pedesaan, air baku untuk rumah-tangga yang bersumber dari

sungai, kolam, danau ataupun mata-air, sudah cukup, bahkan kadang-kadang

berlimpah. Akan tetapi, air baku terutama yang berasal dari air sungai ataupun air

danau, kebanyakan sudah dikenai pencemar, khususnya pencemar domestik. Untuk

mengubah sifat fisik air yang tadinya mungkin keruh ataupun berwarna, banyak cara

yang telah dilakukan oleh penduduk setempat, mulai dari cara-cara yang sederhana

(39)

Cara yang sangat sederhana yang banyak dijumpai di pedesaan ialah air yang

terkumpul sebelum disalurkan ke jamban atau tempat lainnya yang memerlukan,

ditampung terlebih dahulu di dalam sebuah bak penampung. Penampungan

dimaksudkan agar bahan-bahan yang menyebabkan air tersebut keruh, misalnya oleh

lumpur dan sebagainya akan terendapkan terlebih dahulu di dalam bak tersebut.

Dengan begitu air yang dialirkan ke jamban, sudah jernih karena lumpurnya sudah

mengendap. Tentu saja bak penampungan ini tidak akan dibiarkan begitu untuk waktu

yang lama karena cepat atau lambat endapannya akan banyak serta kemungkinan akan

menyumbat saluran atau akan terbawa air lagi. Oleh karena itu, dalam waktu-waktu

tertentu endapannya harus dibuang/dikeluarkan.

2.6.2. Cara Saringan Pasir Lambat

Saringan pasir lambat dapat dibedakan dengan saringan pasir cepat dari:

a. Kecepatan penyaringan

b. Diameter efektif media pasir sebagai penyaring.

Kecepatan penyaringan di dalam saringan pasir lambat adalah 0,2-0,5 m3/m2/jam,

sedangkan pasir cepat: 5-7 jam, serta diameter efektif media pasirnya antara 0,15-0,35

mm dan pasir cepat 0,6-1,0 mm. Kecepatan penyaringan pada saringan pasir lambat

(40)

waktu minggu atau bulan (dibandingkan saringan pasir cepat dalam bilangan waktu

hari).

Dengan ukuran efektif media pasir yang sedemikian kecil bahan-bahan dalam

bentuk suspense, termasuk koloid dan bakteri akan tersangkut di lapisan atas saringan.

Pembersihan saringan dapat dilakukan dengan jalan mengeruk lapisan atas yang telah

kotor dan menggantikannya dengan lapisan pasir yang baru. Di dalam proses

penyaringan dengan saringan pasir lambat, parameter yang paling penting adalah

kecepatan penyaringan dan masa operasi saringan yang didefenisikan sebagai selang

waktu di antara dua periode pembersihan yang diperlukan.

2.6.3. Cara Koagulasi

Kekeruhan air yang banyak dijumpai pada air permukaan, seperti air sungai atau

air saluran irigasi, ada yang dapat dihilangkan dengan cara pengendapan dan

penyaringan secara langsung dan ada yang tidak dapat dihilangkan dengan kedua cara

tersebut. Kekeruhan yang tidak dapat dihilangkan dengan kedua cara tersebut

disebabkan oleh partikel-partikel koloid yang hanya dapat diendapkan dengan proses

koagulasi kimiawi.

Prinsip koagulasi kimiawi adalah destabilasi, agregasi, dan pengikatan

partikel-partikel koloid secara bersama. Proses ini menyangkut pembentukan flok yang

(41)

lebih besar agar mudah diendapkan dan disaring. Koagulasi kimia dapat dilakukan

dengan penambahan bahan kimia. Bahan kimia yang umum digunakan adalah

Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3, l8 H2O) yang juga dikenal dengan nama tawas. Bahan

ini paling banyak dipergunakan karena relatif murah dan mudah diperoleh di pasaran.

Sebelum melakukan penambahan tawas untuk proses koagulasi, terlebih dahulu

perlu diketahui dosis yang diperlukan karena karakteristik setiap jenis air tidak sama.

2.6.4. Biofilter

Kemampuan sekelompok mikroba seperti bakteri dan jamur dalam menguraikan

benda-benda organic dan anorganik yang terdapat di dalam air buangan, sudah

diketahui dan dimanfaatkan sejak lama. Kehadirannya secara alami, terlihat pada air

danau, selokan, sungai, lautan ataupun pada tempat-tempat lain yang berair, serta di

daratan yang lembab. Kehadiran secara buatan dari kelompok mikroba tersebut,

terdapat pada tempat atau bejana pengolah air buangan, seperti dalam bentuk kolam

oksidasi, kolam stabilisasi, trickling-filer.

Pada umumnya bentuk dan sifat kehidupan mikroba bebas, tidak terikat oleh

substrat ataupun oleh bagian dari jasad hidup lainnya. Akan tetapi ada sekelompok

mikroba lainnya, yang juga terdiri dari bakteria dan jamur yang hidup secara simbiosa

(42)

habitat air. Kehadirannya secara khas bergantung kepada akar. Kelompok mikroba

tersebut umumnya disebut mikroba rhizosfera.

Banyak jenis mikroba rhizosfera yang juga mempunyai kemampuan untuk

melakukan penguraian terhadap benda-benda organic ataupun anorganik yang terdapat

di dalam air buangan. Oleh karena itu, kehadirannya kemudian dimanfaatkan untuk

keperluan pengolahan buangan. Mikroba rhizosfera yang terdapat di dalam tanaman,

khususnya yang hidup di air, dapat dimanfaatkan sebagai pengolah buangan (Unus

(43)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan Alat

1. Gelas ukur 500 ml

2. Mesin blender

3. Spektrophotometer DR/2010

4. Botol aquadest

5. Kuvet 25 ml

6. Tissue

Bahan 1. Aquadest

2. Sampel

3. Air suling

(44)

Penyediaan Sampel

Sampel yang akan dianalisa berupa air sungai Deli. Sampel tersebut diambil

langsung dari Sungai Deli. Sampel diambil dengan cara memasukkan botol aqua

kedalam air sungai sampai botol tersebut terisi penuh kemudian botol diangkat dan

ditutup dengan rapat.

Penentuan Kadar Total Suspended Solid

1. Tekan power pada alat Spektrofotometer DR/2010

2. Tekan nomor program 630 enter, layar akan menunjukkan dial pada 810nm.

3. Putar panjang gelombang hingga pada layar menunjukkan 810 nm.

4. Tekan enter, layar akan menunjukkan mg/L SUSP. SOLIDS.

5. Tuangkan sampel yang akan dianalisa kedalam gelas ukur 500 ml

6. Dimasukkan sampel kedalam blender kemudian blender dengan kecepatan

tinggi selama 2 menit.

7. Tuangkan sampel yang telah diblender kedalam beaker 500 ml.

8. Pipet 25 ml sampel kedalam kuvet (sebagai sampel).

9. Pipet 25 ml aquadest kedalam kuvet (sebagai blanko).

10. Dimasukkan kuvet yang berisi blanko kedalam Spektrofotometer DR/2010,

kemudian tutup.

(45)

12. Diambel kuvet yang berisi blanko dari dalam alat Spektrofotometer DR/2010.

13. Dimasukkan kuvet yang berisi sampel kedalam alat Spektrofotometer

DR/2010, kemudian tutup.

(46)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari analisa Kadar Total Suspended Solid yang dilakukan selama 10 hari dari

mulai hari pengambilan sampel diperoleh hasil data sebagai berikut:

4.1. Data Analisa Total Suspended Solid (TSS) dari Sampel Air Sungai Deli

Tabel 4.1. Data Analisa Total Suspended Solid (TSS) dari Sampel Air Sungai Deli

Hari

Pembacaan Alat (mg/L) Hasil/Rata-rata

(mg/L) I II

1 50 51 50,5

2 48 49 48,5

3 45 45 45

4 43 43 43

5 41 41 41

(47)

7 38 38 38

8 37 36 36,5

9 36 35 35,5

(48)

4.2. Pembahasan

Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah

ruah. Namun, ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relative

sedikit karena dibatasi oleh beberapa faktor.

Siklus hidrologi air bergantung pada proses evaporasi dan presipitasi. Air yang

terdapat di permukaan bumi berubah menjadi uap air di lapisan air melalui proses

evaporasi (penguapan) air sungai, danau, laut, serta proses evapotranpirasi atau

penguapan oleh tanaman.

Pada beberapa negara maju, termasuk Indonesia telah ada peraturan pemerintah

yang mengatur tentang baku mutu bahan buangan yang diijinkan untuk dibuang

langsung ke dalam lingkungan. Dengan adanya peraturan tersebut, maka industri

tekstil termasuk industri kain boleh membuang limbah cairnya langsung ke

lingkungan dengan ketentuan bahwa kandungan bahan kimia atau bahan lainnya

dalam air buangannya tidak melebihi konsentrasi yang telah ditetapkan atau dengan

kata lain memenuhi persyaratan.

Sumber pencemaran dapat berupa suatu lokasi tertentu atau tak tentu. Sumber

(49)

industri. Pencemar yang berasal dari point source bersifat lokal dan efek yang

ditimbulkan berdasarkan karakteristik spasial kualitas air.

Bahan pencemar adalah bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam atau bahan

yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem sehingga

mengganggu peruntukan ekosistem tersebut (Effendi, 2003)

Kekeruhan erat sekali hubungannya dengan kadar zat tersuspensi karena

kekeruhan pada air memang disebabkan adanya zat-zat tersuspensi yang ada dalam air

tersebut. Zat tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat, misalnya

pasir halus, liat dan lumpur alami yang merupakan bahan-bahan anorganik atau dapat

pula berupa bahan-bahan organik yang melayang-layang dalam air. Bahan-bahan

organik yang merupakan zat tersuspensi terdiri dari berbagai jenis senyawa seperti

selulosa, lemak, protein yang melayang-layang dalam air atau dapat juga berupa

mikroorganisme seperti bakteri, algae, dan sebagainya. Bahan-bahan organik ini selain

berasal dari sumber-sumber alamiah juga berasal dari buangan kegiatan manusia

seperti kegiatan industri, pertanian, pertambangan atau kegiatan rumah tangga.

Kekeruhan memang disebabkan karena adanya zat tersuspensi dalam air, namun

karena zat-zat tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat yang

bentuk dan berat jenisnya berbeda-beda maka kekeruhan tidak selalu sebanding

(50)

Tontowi (2007) telah membuktikan bahwa peningkatan total padatan terlarut

akan meningkatkan tingkat kekeruhan di Waduk Jati Luhur. Kenaikan kadar zat

tersuspensi dari 11 mg/L menjadi 50,5 mg/L atau mengalami kenaikan sebesar 390%,

sedangkan kekeruhan mengalami kenaikan dari 6,6 NTU menjadi 27,6 NTU atau

mengalami kenaikan sebesar 318%.

Dampak kekeruhan pada air minum terutama adalah dapat menimbulkan estetika

yang kurang baik. Orang menilai air minum pertama dari kekeruhannya. Air yang

keruh ditinjau dari estetikanya tidak layak untuk diminum. Selain dari segi estetika, air

yang keruh yang mengandung zat-zat tersuspensi dapat menyebabkan mikroorganisme

patogen hidup dan berkembang dengan baik, bahkan adanya bahan-bahan tersuspensi

tersebut dapat menyebabkan mikroorgnaisme lebih tahan terhadap proses desinfeksi.

Adanya kekeruhan akan menghambat proses masuknya sinar matahari ke dalam

perairan. Sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan proses fotosintesis tanaman

(fitoplankton) menjadi terhambat. Padahal seperti diketahui bersama, fotosinesis oleh

tanaman akan menghasilkan gas O2 yang banyak dibutuhkan oleh organisme di

lingkungan perairan.

Jika oksigen hanya sedikit dan maka bakteri aerobic akan cepat mati karena

suplay oksigennya sedikit dan bakteri anaerobik mulai tumbuh. Bakteri anaerobik

akan mendekompesisi dan menggunakan oksigen yang disimpan dalam

(51)

membentuk Hidrogen Sulfida (H2S), gas yang berbau busuk dan berbahaya, serta

beberapa produk lainnya.

Pada percobaan ini, kadar TSS semakin lama disimpan akan semakin rendah. Hal

ini disebabkan zat-zat tersuspensi yang ada di dalam sampel air sungai Deli banyak

yang larut, dan sebagian zat-zat tersuspensi dalam air sungai Deli lengket di dinding

wadah penyimpanan, sehingga menyebabkan kadar TSS semkain lama semakin

(52)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Kadar Total Suspended Solid (TSS) pada sampel sungai deli semakin lama

semakin menurun.

- Pengaruh waktu penyimpanan terhadap kadar TSS adalah semakin

menurunnya kadar TSS jika semakin lama dianalisa.

5.2. Saran

Warna dan sidik jari merupakan salah satu gangguan dalam analisa Total

Suspended Solid (TSS). Oleh karena itu, sampel air yang pekat atau berwarna

sebaiknya diencerkan terlebih dahulu, dan sidik jari pada kuvet dihilangkan dengna

tissue. Hal ini dimaksudkan agar absorbansi sampel air tersebut dapat dibaca oleh alat

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Angel, H. And Wolseley, P. 1992. The Family of Water Naturalist. London:

Bloomsbury Books.

Alaerts, G. 1989. Metode Penelitian Air. Indonesia: Penerbit Usaha Nasional.

Brady, J.E. 1994. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta:

Erlangga.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: UI-Press.

Efendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanasius.

Haslam. S.M. 1995. River Pollution and Ecological Perspective. Chichester, UK:

John Wiley and Sons.

Jeffries, M. and Mills, D. 1996. Freshwater Ecology, Principles, and Aplications.

Chichester, UK: John Wiley and Sons.

Novotny, V. and Olem, H. 1994. Water Quality, Prevention, Identification and

(54)

Suriawiria, U. 2005. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Bandung:

Gambar

Tabel 2.1. Klasifikasi Padatang di Perairan Berdasarkan Ukuran Diameter
Tabel 2.2. Kesesuaian Perairan untuk Kepentingan Perikanan Berdasarkan Nilai
Tabel 4.1. Data Analisa Total Suspended Solid (TSS) dari Sampel Air Sungai Deli

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “ Pengukuran Kadar Total Dissolve Solid (TDS) dan Total Susspended Solid (TSS) pada Air Laut di Perairan Teluk Lampung ” adalah salah satu syarat yang

skripsi ini dengan judul KEEFEKTIFAN PENAMBAHAN DOSIS TAWAS DALAM MENURUNKAN KADAR TSS (TOTAL SUSPENDES SOLID) PADA LIMBAH CAIR RUMAH MAKAN.. Pada kesempatan

Telah dilakukan analisa kadar minyak lemak dan kadar TSS(Total Suspended Solid) pada limbah dari beberapa pabrik kelapa sawit di Kabupaten Langkat. Analisa kadar

Analisa kadar minyak lemak dipisahkan secara ekstraksi dengan menggunakan alat soklet melalui dua tahap ekstraksi dan destilasi, kadar TSS ( Total Suspended Solid

Menyatakan bahwa dengan penggunaan aluminium sulfat (Al 2 (SO 4 ) 3 ) dapat menurunkan kadar TSS (Total Suspended Solid) yang terdapat dalam limbah cair dari stockpile

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwasannya kandungan partikel Total Suspended Solid (TSS) pada perairan Muara Sungai Kampar terendah pada stasiun 2 saat

Penurunan Kadar Total Suspended Solid (TSS) Limbah Cair Industri Pencucian Kendaraan Bermotor Dengan Menggunakan Pelepah Pisang; Kurnia Ardiansyah Akbar;

Hasil Analisa TSS dan TDS pada air sungai dengan menggunakan membran keramik menunjukkan bahwa membran keramik komposisi serbuk gergaji 5% mampu menurunkan konsentrasi TSS dan