PENENTUAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS)
DALAM AIR SUNGAI DELI
DAN PENGARUHNYA TERHADAP WAKTU PENYIMPANAN
KARYA ILMIAH
ZURRIYATIN THAYYIBAH
072401050
PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENENTUAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS)
DALAM AIR SUNGAI DELI
DAN PENGARUHNYA TERHADAP WAKTU PENYIMPANAN
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
ZURRIYATIN THAYYIBAH
PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENENTUAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DALAM AIR SUNGAI DELI DAN PENGARUHNYA TERHADAP WAKTU PENYIMPANAN
Nama : ZURRIYATIN THAYYIBAH Nomor Induk Mahasiswa : 072401050
Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di : Medan, Juli 2010
Disetujui oleh :
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua, Dosen Pembimbing
PERNYATAAN
PENENTUAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DALAM AIR SUNGAI DELI
DAN PENGARUHNYA TERHADAP WAKTU PENYIMPANAN
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2010
072 401 050
PENGHARGAAN
Syukur Alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik, serta shalawat beriring salam tak lupa penulis sampaikan kepada Junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan suri teladan yang baik kepada umat manusia.
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk melengkapi persyaratan penyelesaian perkuliahan di jurusan Kimia Analis Program Diploma III Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa tanpa petunjuk dan bimbingan dari Dosen serta bantuan dari pihak lain maka sulit bagi penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibunda tercinta Zuraidah yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini baik dukungan moril dan materil, ayahanda tercinta Iriansyah yang telah banyak mengajari penulis tentang kehidupan.
2. Adik-adik penulis, beserta seluruh keluarga yang senantiasa mendo’akan dan memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Sumatera Utara pada Program Diploma 3.
3. Bapak Drs. Darwin Yunus Nst, M.S selaku dosen pembimbing penulis yang telah menyediakan waktu dan pikiran dalam memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.
4. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS., selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. Marpongahtun MSc selaku Ketua Jurusan Kimia Analis Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.
6. Sahabat-sahabat penulis : Naja, Nena, Sofi, Rima, Kiki, dan Zhila yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
7. Teman-teman satu PKL : Nena (sekali lagi), dan Dian Ashari, yang telah bekerjasama saat PKL.
8. Semua teman-teman PAKA 07 yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah sama-sama menjalani masa perkuliahan dan masa-masa sibuk saat praktikum di lab.
9. Seluruh Staf dan Pegawai di UPT. BLH SU yang telah membuat suasana saat PKL menjadi tidak membosankan.
10. Seluruh staf Pengajar dan Pegawai di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Medan, Juni 2010
ABSTRAK
DETERMINATION OF TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) IN RIVER OF DELI AND ITS INFLUENCE ON HOLDING TIME
ABSTRACT
DAFTAR ISI
1.2. Permasalahan 3
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.4. Manfaat Penelitian 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik Badan Air 5 2.1.1. Air Permukaan 5
2.1.2. Air Tanah 8
2.2. Pencemaran Air 9
2.2.1. Jenis, Pengaruh, dan Sumber Pencemaran Air 9 2.2.2. Pencemaran Air Sungai, Danau, dan Waduk 12
2.3. Kualitas Air Sungai 13
2.4. Total Suspended Solid (TSS) 14 2.4.1. Zat Padat dalam Air 14
2.4.2. Suspensi 15
2.4.3. Padatan Total, Terlarut, dan Tersuspensi 16 2.5. Instrumentasi Untuk Spektrofotometer 17 2.6. Teknologi Pembersihan Air 18 2.6.1. Cara Sederhana 18 2.6.2. Cara Saringan PAsir Lambat 19 2.6.3. Cara Koagulasi 19
2.6.4. Biofilter 20
BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat 22
3..1.2. Bahan 22
3.2.1. Penyediaan Sampel 22 3.2.2. Penentuan Kadar Total Suspended Solid 23 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil 24
4.1. Data Analisa Total Suspended Solid (TSS) 24 Dari Sampel Air Sungai Deli
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 28
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Klasifikasi Padatan di Perairan Berdasarkan Ukuran 16 Diameter
Tabel 2.2. Kesesuaian Perairan untuk Kepentingan Perikanan 17 Berdasarkan Nilai Padatan Tersuspensi
ABSTRAK
DETERMINATION OF TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) IN RIVER OF DELI AND ITS INFLUENCE ON HOLDING TIME
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.268 juta km3
(Angel dan Wolseley, 1992). Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es,
cairan, dan salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah (ground
water), dan gunung es (glacier). Semua badan air di daratan dihubungkan dengan laut
dan atmosfer melalui siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinu.
Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang
lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 00C (320F) – 1000C, air
berwujud cair. Suhu 00C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 1000C
merupakan titik didih (boiling point) air.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi
panas ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu air yang lambat mencegah
mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup. Sifat ini
juga menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.
3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan
(evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan
energi panas dalam jumlah yang besar.
4. Air memerlukan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa
kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat sedikit,
sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga 35.000 mg/liter.
5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki
tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar-molekul cairan tersebut tinggi.
Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi
suatu bahan secara baik (higher wetting ability).
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang mereggang ketika membeku. Pada saat
membeku. Pada saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki nilai
densitas (massa/volume) yang lebih rendah daripada air. Dengan demikian, es
akan mengapung di air. Sifat ini mengakibatkan danau-danau di daerah yang
beriklim dingin hanya membeku pada bagian permukaan (bagian di bawah
permukaan masih berupa cairan) sehingga kehidupan organisme akuatik tetap
Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara
berlimpah-limpah. Namun, ketersediaan air memenuhi syarat bagi keperluan manusia relative
sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor.
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk
hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi
mendatang. Aspek penghemata dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan
pada segenap pengguna air.
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air
yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air
untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestic, dan
kegiatan lain berdampak negative terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan
penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan
bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh
Parameter-parameter fisika yang biasa digunakan untuk menentukan kualitas air
meliputi cahaya, suhu, kecerahan dan kekeruhan, warna, konduktivitas, padatan total,
padatan terlarut, padatan tersuspensi, dan salinitas (Effendi, 2003).
TSS (Total Suspended Solid) atau total padatang tersuspensi adalah padatang
yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan inorganic yang dapat
disaring dengan kertas millipore berporipori 0,45 µm. Materi yang tersuspensi
mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari
ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan
pertumbuhan bagi organisme prosedur.
1.2.Permasalahan
Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kadar Total
Suspended Solid (TSS) memenuhi baku mutu air dan apakah waktu analisa
mempengaruhi kadar TSS.
1. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar Total Suspended Solid (TSS)
dari air sungai Deli yang dilakukan secara spektrofotometri.
2. Untuk mengetahui pengaruh waktu penyimpanan terhadap kadar Total
Suspended Solid.
1.4.Manfaat Penelitian
- Untuk mengetahui apakah kadar TSS dari air sungai Deli telah memenuhi baku
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Badan Air
Badan air dicirikan oleh tiga komponen utama, yaitu komponen hidrologi,
komponen fisika-kimia, dan komponen biologi. Penilaian kualitas suatu badan air
harus mencakup ketiga komponen tersebut.
Air Permukaan
Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface water) dan air
tanah (ground water). Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk,
rawa dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah
yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheds atau drainage basins. Air
yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air disebut limpasan permukaan
(surface run off); dan air yang mengalir di sungai menuju laut disebut aliran air sungai
(river run off). Sekitar 69% air yang masuk ke sungai berasal dari hujan, pencairan
es/salju (terutama untuk wilayah ugahari), dan sisanya berasal dari air tanah. Wilayah
Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki kadar
bahan-bahan terlarut atua unsur hara yang sangat sedikit. Air hujan biasanya bersifat asam,
dengan nilai pH sekitar 4,2. Hal ini disebabkan air hujan melarutkan gas-gas yang
terdapat di atmosfer, misalnya gas karbondioksida (CO2), sulfur (S), dan nitrogen
oksida (NO2) yang dapat membentuk asam lemah (Novonty dan Olem, 1994). Setelah
jatuh ke permukaan bumi, air hujan mengalami kontak dengan tanah dan melarutkan
bahan-bahan yang terkandung di dalam tanah.
Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu badan
air tergenang (stading waters atau lentik) dan badan air mengalir (flowing waters atau
lotik).
1. Perairan Tergenang (Lentik)
Perairan tergenang meliputi danau, kolam, waduk (reservoir), rawa (wetland), dan
sebagainya. Perairan tergenang (lentik), khususnya danau, biasanya mengalami
stratifikasi secara vertical akibat perbedaan intensitas cahaya dan perbedaan suhu pada
kolom air yang terjadi secara vertical.
Berdasarkan intensitas cahaya yang masuk ke perairan, stratifikasi vertical kolom
a. Lapisan (zona) eufatik, yaitu lapisan yang masih mendapat cukup cahaya
matahari.
b. Lapisan kompensasi, yaitu lapisan dengan intensitas cahaya sebesar 1% dari
intensitas cahaya permukaan.
c. Lapisan profundal, yaitu lapisan di bawah lapisan kompensasi, dengan
intensitas cahaya sangat kecil atau bahkan tidak ada cahaya (afotik).
Berdasarkan perbedaan panas pada setiap kedalaman (dalam bentuk perbedaan
suhu), stratifikasi vertikal kolom air (thermal stratification) pada perairan tergenang
dibagi menjadi tiga.
a. Epilimnion, yaitu lapisan bagian atas perairan. Lapisan ini merupakan bagian
yang hangat, dengan suhu relative konstan atau perubahan suhu secara vertical
sangat kecil. Seluruh massa air pada mintakat ini tercampur dengan baik
karena adanya angin dan gelombang.
b. Termoklin atau metalimnion, yaitu lapisan di bawah epilimnion. Pada lapisan
ini, perubahan suhu dan panas secara vertikal relatif besar; setiap penambahan
kedalaman 1 m terjadi penurunan suhu air sekurang-kurangnya 10C.
c. Hipolimnion, yaitu lapisan di bawah lapisan metalimnion. Lapisan ini
vertikal relatif kecil. Massa air pada lapisan ini bersifat stagnan, tidak
mengalami pencampuran, dan memiliki densitas yang lebih besar. Di wilayah
tropis, perbedaan suhu air permukaan dengan suhu air bagian dasar hanya
sekitar 20C – 30C.
Tiupan angin dan perubahan musim yang mengakibatkan perubahan intensitas
cahaya matahari dan perubahan suhu dapat mengubah atau menghancurkan stratifikasi
vertikal kolom air. Fenomena perubahan stratifikasi vertikal ini dapat diamati dengan
jelas pada perairan tergenang yang terdapat di wilayah ugahari (temperate) yang
memiliki empat musim.
2. Perairan Mengalir (Lotik)
Salah satu contoh perairan mengalir adalah sungai. Sungai dicirikan oleh arus
yang searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1 – 1,0m/detik,
serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola drainase. Pada perairan sungai,
biasanya terjadi pencampuran massa air secara menyeluruh dan tidak terbentuk
stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan lentik. Kecepatan arus, erosi, dan
sedimentasi merupakan fenomena yang biasa terjadi di sungai sehingga kehidupan
flora dan fauna sangat dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut.
Klasifikasi perairan lentik sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan
kecepatan arus atau pergerakan air, jenis sedimen dasar, erosi, dan sedimentasi
(Haslam, 1995; Jeffries dan Mills, 1996). Kecepatan arus dan pergerakan air sangat
dipengaruhi oleh jenis bentang alam (landscape), jenis batuan dasar, dan curah hujan.
Semakin rumit bentang alam, semakin besar ukuran batuan dasar, dan semakin banyak
curah hujan, pergerakan air semakin kuat dan kecepatan arus semakin cepat.
Air Tanah (groundwater)
Air tanah (groundwater) merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah.
Air tanah ditemukan pada akifer. Pergerakan air tanah sangat lambat; kecepatan arus
berkisar antara 10-10- 10-3 m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari
lapisan tanah, dan pengisian kembali air (recharge). Karakteristik utama yang
membedakan air tanah dari air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan
waktu tinggal (residence time) yang sangat lama, dapat mencapai puluhan bahkan
ratusan tahun. Karena pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama
tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran.
Pada dasarnya, air tanah dapat berasal dari air hujan (presipitasi), baik melalui
proses infiltrasi secara langsung maupun secara tak langsung dari air sungai, danau,
rawa dan genangan air lainnya. Air yang terdapat di rawa-rawa (marshes) sering kali
dikategorikan sebagai peralihan antara air permukaan dan air tanah. Dinamika
inflitrasi air hujan, sungai, danau, dan rawa ke lapisan akifer; dan menghilangnya atau
keluarnya air tanah melalui spring (sumur), pancaran air tanah, serta aliran air tanah
memasuki sungai dan tempat-tempat lain yang merupakan tempat keluarnya air tanah.
2.2. Pencemaran Air
Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui, tetapi air akan
dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan
oleh manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat
tercemar. Menurut tujuan penggunaannya, kriterianya berbeda-beda. Air yang sangat
kotor untuk diminum mungkin cukup bersih untuk mencuci, untuk pembangkit tenaga
listrik, untuk pendingin mesin dan sebagainya. Air yang terlalu kotor untuk berenang
ternyata cukup baik untuk bersampan maupun memancing ikan dan sebagainya.
Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun lingkungan global,
dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah atau
daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air hujan, maka air
tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk dan pestisida pada
lahan pertanian akan terbawa air ke daerah sekitarnya sehingga mencemari air pada
permukaan lokasi yang bersangkutan. Pengolahan tanah yang kurang baik akan dapat
demikian banyak sekali penyebab terjadinya pencemaran air ini, yang akhirnya akan
bermuara ke lautan, menyebabkan pencemaran pantai dan laut sekitarnya.
2.2.1. Jenis, Pengaruh, dan Sumber Pencemaran Air
Jenis pencemaran air yang paling banyak ditemukan berturut-turut sebagai
berikut.
a. Pencemaran Mikroorganisme dalam Air
Berbagai kuman penyebab penyakit pada makhluk hidup seperti bakteri, virus,
protozoa dan parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk kedalam air tersebut
berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun buangan dari industri peternakan,
rumah sakit, tanah pertanian dan lain sebagainya. Pencemaran dari kuman penyakit ini
merupakan penyebab utama terjadinya penyakit pada orang yang terinfeksi. Penyakit
yang disebabkan oleh pencemaran air ini disebut Water-borne disease dan sering
ditemukan pada penyakit tifus, bakteri, kolera, dan disentri.
Penggunaan pupuk nitrogen dan fosfat dalam bidang pertanian telah dilakukan
sejak lama secara meluas. Pupuk kimia ini dapat menghasilkan produksi tanaman
pangan yang tinggi sehingga menggunakan petani. Tetapi di lain pihak, nitrat dan
fosfat dapat mencemari sungai, danau, dan lautan. Sebetulnya sumber pencemaran
nitrat ini tidak hanya berasal dari pupuk pertanian saja, karena di udara atmosfer bumi
mengandung 78% gas nitrogen. Pada waktu hujan dan terjadi kilat dan petir, di udara
akan terbentuk ammonia dan nitrogen (NH4-, NO3-) dan terbawa air hujan menuju
permukaan tanah. Nitrogen akan bersenyawa dengan komponen yang kompleks
lainnya.
c. Limbah Organik Menyebabkan Kurangnya Oksigen Terlarut
Penyebab utama berkurangnya kadar oksiden dalam air ialah limbah organic yang
terbuang dalam air. Limbah organic akan mengalami degradasi dan dekomposisi oleh
bakteri aerob (menggunakan oksiden dalam air), sehingga lama-kelamaan oksigen
yang terlarut dalam air akan sangat berkurang. Dalam kondisi berkurangnya oksigen
tersebut hanya spesies organism tertentu saja yang dapat hidup.
Bahan kimia inorganic seperti asam, garam dan bahan toksik logam seperti Pb,
Cd, Hg dalam kadar yang tinggi dapat menyebabkan air tidak enak untuk diminum. Di
samping dapat menyebabkan matinya kehidupan air seperti ikan dan organism
lainnya, pencemaran bahan tersebut juga dapat menurunkan produksi tanaman pangan
dan merusak peralatan yang dilalui air tersebut (karena bersifat korosif).
e. Pencemaran Bahan Kimia Organik
Bahan kimia organic seperti minyak, plastik, pestisida, larutan pembersih,
detergen dan masih banyak lagi bahan organik terlarut yang digunakan oleh manusia
dapat menyebabkan kematian pada ikan maupun organism air lainnya. Lebih dari 700
bahan kimia organic sitesis ditemukan dalam jumlah relative sedikit pada permukaan
air tanah untuk minum di Amerika, dan dapat menyebabkan gangguan pada ginjal,
gangguan kelahiran, dan beberapa macam bentuk kanker pada hewan percobaan di
laboratorium. Tetapi sampai sekarang belum diketahui apa akibatnya pada orang yang
mengkonsumsi air tersebut sehingga dapat menyebabkan keracunan kronis.
f. Sedimen dan Bahan Tersuspensi
Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir, lumpur, tanah, dan bahan kimia
menjadi penyebab polusi tertinggi di dalam air. Kebanyakan sungai dan daerah aliran
sungai selalu membawa endapan lumpur yang disebabkan erosi alamiah dari pinggir
sungai. Akan tetapi, kandungan sedimen yang terlarut pada hampir semua sungai
meningkat terus karena erosi dari tanah pertanian, kehutanan, konstruksi, dan
pertambangan. Partikel yang tersuspensi menyebabkan kekeruhan dalam air, sehingga
mengurangi kemampuan ikan dan organism air lainnya memperoleh makanan,
mengurangi tanaman air melakukan fotosintesis, pakan ikan menjadi tertutup lumpur,
insang ikan dan kerang tertutup oleh sedimen dan akan mengakumulasi bahan beracun
seperti pestisida dan senyawa logam. Bagian bawah sedimen akan merusak produksi
pakan ikan (plankton), merusak telur ikan dan membendung aliran sungai, danau,
selat, dan pelabuhan.
2.2.2. Pencemaran Air Sungai, Danau, dan Waduk
Secara alamiah, sungai dapat tercemar pada daerah permukaan air saja. Pada
sungai yang besar dengan arus air yang deras, sejumlah kecil bahan pencemaran akan
mengalami pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi sangat rendah. Hal
tersebut menyebabkan konsumsi oksigen terlarut yang diperlukan oleh kehidupan air
dan biodegradasi akan cepat diperbarui. Tetapi terkadang sebuah sungai mengalami
pencemaran yang berat sehingga air mengandung bahan pencemaran yang sangat
besar. Akibatnya, proses pengenceran dan biodegradasi akan sangat menurun jika arus
Hal ini juga mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut. Suhu yang tinggi dalam
air menyebabkan laju proses biodegradasi yang dilakukan oleh bakteri pengurai
aerobic menjadi naik dan dapat menguapkan bahan kimia ke udara.
Proses pelarutan dalam danau, waduk, muara, dan laut sering kurang efektif
daripada dalam sungai karena air dalam danau, waduk, dan laut banyak terdiri dari
lapisan-lapisan yang sedikit mengalami pencampuran. Tetapi lapisan tersebut
terkadang dapat bercampur karena pengaruh ombak dan arus air. Bentuk lapisan air
tersebut juga dapat mengurangi tingkat oksigen terlarut, terutama pada lapisan paling
bawah. Di samping itu, aliran air danau dan waduk sangat kecil sehingga sangat
mengurangi daya pengenceran dan penambahan kandungan oksigen terlarut.
2.3. Kualitas Air Sungai
Untuk mencegah terjadinya pencemaran air sungai, diperlukan suatu hukum atau
aturan dalam mengontrol kualitas air sungai. Di Amerika mulai tahun 1970-an, aturan
tersebut diberlakukan. Ternyata hasilnya dapat meningkatkan jumlah dan kualitas
sarana penanganan air limbah. Peraturan juga diberlakukan terhadap industri sehingga
dapat mengurangi pembuangan air kotor pada permukaan air sungai.
Sejak tahun 1972, usaha tersebut membuahkan hasil dengan menentukan garis
batas untuk mencegah kenaikan kadar polusi pada hampir semua air sungai dan aliran
dilakukan pada tahun 1985, ketentuan tersebut dipatuhi sepenuhnya oleh sekitar 73%
dari aliran sungai yang diperiksa, terutama untuk keperluan memancing ikan dan
berekreasi.
Tetapi masih banyak yang dikerjakan untuk peningkatan kualitas air, terutama
sungai yang mengalir dari daerah pedesaan dan pertanian. Kontaminasi oleh nitrat,
fosfat, pestisida dan bahan kimia toksik lainnya ternyata masih meningkat pada
kebanyakan air sungai sejak tahun 1972 dan mencemari air minum serta menyebabkan
banyak ikan yang mati. Hal ini disebabkan mulai meningkatnya aktivitas pemupukan
pertanian, sehingga meningkatkan produksi tanaman yang dipacu oleh meningkatnya
kebutuhan akibat peningkatan jumlah penduduk.
Banyak kemajuan yang diperoleh dari beberapa negara maju disebabkan oleh
pengawasan yang ketat baik industri maupun perorangan terhadap pencemaran air.
Hasilnya cukup menggembirakan karena banyak mempengaruhi pengurangan sumber
pencemar dari dalam air (Darmono, 2001).
2.4. Total Suspended Solid (TSS)
Dalam air alam ditemui dua kelompok zat, yaitu zat terlarut seperti garam dan
molekul organis, dan zat padat tersuspensi dan koloidal seperti tanah liat, kwarts.
Perbedaan pokok antara kedua zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter
partikel-partikel tersebut.
Perbedaan antara kedua kelompok zat yang ada dalam air alam cukup jelas dalam
praktek namun kadang-kadang batasan itu dapat dipastikan secara definitip. Dalam
kenyataan suatu molekul organis polimer tetap bersifat zat yang terlarut. Walaupun
panjangnya lebih dari 10 µm sedangkan beberapa jenis zat padat koloidal mempunyai
sifat dapat bereaksi seperti sifat-sifat zat-zat yang terlarut.
Analisa zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-komponen
air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan proses-proses
pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam bidang air buangan.
Zat padat yang berada dalam suspensi dapat dibedakan menurut ukurannya
sebagai: partikel tersuspensi koloidal (partikel koloid) dan partikel tersuspensi biasa
(partikel tersuspensi).
Dalam metode analisa zat padat, pengertian Zat Padat Total adalah semua zat-zat
yang tersisa sebagai residu dalam suatu bezena, bila sampel air dalam bezena tersebut
Padat Tersuspensi yang dapat bersifat organis dan inorganik seperti dijelaskan dalam
skema di bawah ini :
Zat Padat Tersuspensi sendiri dapat diklasifikasikan sekali lagi menjadi antara
lain zat padat terapung yang selalu bersifat organis dan zat padat terendap yang dapat
bersifat organis dan inorganic. Zat padat terendap adalah zat padat dalam suspensi
yang dalam keadaan tenang dapat mengendap setelah waktu tertentu karena pengaruh
gaya beratnya. Penentuan zat padat terendap ini dapat melalui volumnya, disebut
analisa Volum Lumpur (sludge volume), dan dapat melalui beratnya disebut analisa
Lumpur Kasar atau umumnya disebut Zat Padat Terendap (settleable solids) (Alaerts,
G., 1984).
2.4.2. Suspensi
Zat Padat Terlarut
Zat Padat Total Zat Padat Tersuspensi Organis
Dalam suatu suspensi, sekurang-kurangnya terdapat satu komponen partikelyang
relatif besar tersebut merata dalam komponen lainnya. Contohnya ialah pasir halus
yang tersuspensi dalam air, atau endapan dalam suatu campuran reaksi. Dalam contoh
tersebut, ukuran partikel yang tersuspensi cukup besar untuk dapat dilihat, baik
dengan mata telanjang maupun dengan mikroskop. Disamping itu, bila tidak terus
menerus diaduk, partikel dalam suspense akan mengendap akibat pengaruh gravitasi,
walaupun laju pengendapannya bergantung pada ukuran partikel. Pasir kasar akan
mengendap dengan cepat dalam air, sedangkan lumpur halus akan mengendap dengan
laju yang jauh lebih lambat.
Sifat fisis suspensi, seperti titik beku atau tekanan uap suspensi padatan dalam
cairan kurang dipengaruhi oleh partikel yang tersuspensi. Jadi, air berlumpur
membeku pada 00C seperti halnya air murni. Partikel tersuspensi terlalu besar, dan
jumlahnya terlalu kecil dibandingkan dengan jumlah molekul air dalam campuran
sehingga pengaruhnya tidak terukur (Brady, J.E. 1994).
2.4.3. Padatan Total, Terlarut, dan Tersuspensi
Padatan total (residu) adalah bahan yang tersisa setelah air ample mengalami
evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu (APHA, 1976). Residu dianggap
sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Selama penentuan
mengalami transformasi menjadi karbondioksida, sehingga karbondioksida dan
gas-gas lain yang menghilang pada saat pemanasan tidak tercakup dalma nilai padatan
total (Boyd, 1988). Padatan yang terdapat di perairan diklasifikasikan berdasarkan
ukuran diameter partikel, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel di bawah ini:
Tabel 2.1. Klasifikasi Padatang di Perairan Berdasarkan Ukuran Diameter
Klasifikasi Padatan Ukuran Diameter (µm) Ukuran Diameter (mm)
1. Padatan terlarut
2. Koloid
Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahan-bahan
tersuspensi (diameter > 1µm) yang tertahan pada saringan Millipore dengan diameter
pori 0,45 µm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang
terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air.
Rasio antara padatan terlarut dan kedalam rata-rata perairan merupakan salah satu
rata-rata ini dikenal sebagai Morphoedaphic Index (MEI). Kesesuaian perairan untuk
kepentingan perikanan berdasarkan nilai padatan tersuspensi ditunjukkan dalam tabel
di bawah ini:
Tabel 2.2. Kesesuaian Perairan untuk Kepentingan Perikanan Berdasarkan Nilai Padatan Tersuspensi (TSS)
Nilai TSS (mg/liter) Pengaruh Terhadap Kepentingan Perikanan
< 25
Kurang baik bagi kepentingan perikanan
Tidak baik bagi kepentingan perikanan
2.5. Instrumen Untuk Spektrofotometri
Sebuah spektrofotometer adalah suatu instrumentasi untuk mengukur transmitans
atau absorbans suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang; pengukuran terhadap
sederetan sampel pada suatu panjang gelombang tunggla dapat pula dilakukan.
sebagai: berkas-tunggal atau berkas-rangkap. Dalam praktik, instrumen berkas tunggal
biasanya dijalankan secara manual, dan instrumen berkas-rangkap umumnya
mencirikan perekaman automatic terhadap spektra absorpsi, namun dimungkinkan
untuk merekam suatu spektrum dengan instrument berkas-tunggal. Pengelompokkan
cara lain didasarkan pada daerah spektral, dan kita menyebut spektrofotometer
inframerah, ultraviolet, dan sebagainya (Underwood, 2001).
2.6. Teknologi Pembersihan Air
Pengolahan air baku (air alami) menjadi bersih dapat dilakukan dalam beberapa
cara.
2.6.1. Cara Sederhana
Di lingkungan pedesaan, air baku untuk rumah-tangga yang bersumber dari
sungai, kolam, danau ataupun mata-air, sudah cukup, bahkan kadang-kadang
berlimpah. Akan tetapi, air baku terutama yang berasal dari air sungai ataupun air
danau, kebanyakan sudah dikenai pencemar, khususnya pencemar domestik. Untuk
mengubah sifat fisik air yang tadinya mungkin keruh ataupun berwarna, banyak cara
yang telah dilakukan oleh penduduk setempat, mulai dari cara-cara yang sederhana
Cara yang sangat sederhana yang banyak dijumpai di pedesaan ialah air yang
terkumpul sebelum disalurkan ke jamban atau tempat lainnya yang memerlukan,
ditampung terlebih dahulu di dalam sebuah bak penampung. Penampungan
dimaksudkan agar bahan-bahan yang menyebabkan air tersebut keruh, misalnya oleh
lumpur dan sebagainya akan terendapkan terlebih dahulu di dalam bak tersebut.
Dengan begitu air yang dialirkan ke jamban, sudah jernih karena lumpurnya sudah
mengendap. Tentu saja bak penampungan ini tidak akan dibiarkan begitu untuk waktu
yang lama karena cepat atau lambat endapannya akan banyak serta kemungkinan akan
menyumbat saluran atau akan terbawa air lagi. Oleh karena itu, dalam waktu-waktu
tertentu endapannya harus dibuang/dikeluarkan.
2.6.2. Cara Saringan Pasir Lambat
Saringan pasir lambat dapat dibedakan dengan saringan pasir cepat dari:
a. Kecepatan penyaringan
b. Diameter efektif media pasir sebagai penyaring.
Kecepatan penyaringan di dalam saringan pasir lambat adalah 0,2-0,5 m3/m2/jam,
sedangkan pasir cepat: 5-7 jam, serta diameter efektif media pasirnya antara 0,15-0,35
mm dan pasir cepat 0,6-1,0 mm. Kecepatan penyaringan pada saringan pasir lambat
waktu minggu atau bulan (dibandingkan saringan pasir cepat dalam bilangan waktu
hari).
Dengan ukuran efektif media pasir yang sedemikian kecil bahan-bahan dalam
bentuk suspense, termasuk koloid dan bakteri akan tersangkut di lapisan atas saringan.
Pembersihan saringan dapat dilakukan dengan jalan mengeruk lapisan atas yang telah
kotor dan menggantikannya dengan lapisan pasir yang baru. Di dalam proses
penyaringan dengan saringan pasir lambat, parameter yang paling penting adalah
kecepatan penyaringan dan masa operasi saringan yang didefenisikan sebagai selang
waktu di antara dua periode pembersihan yang diperlukan.
2.6.3. Cara Koagulasi
Kekeruhan air yang banyak dijumpai pada air permukaan, seperti air sungai atau
air saluran irigasi, ada yang dapat dihilangkan dengan cara pengendapan dan
penyaringan secara langsung dan ada yang tidak dapat dihilangkan dengan kedua cara
tersebut. Kekeruhan yang tidak dapat dihilangkan dengan kedua cara tersebut
disebabkan oleh partikel-partikel koloid yang hanya dapat diendapkan dengan proses
koagulasi kimiawi.
Prinsip koagulasi kimiawi adalah destabilasi, agregasi, dan pengikatan
partikel-partikel koloid secara bersama. Proses ini menyangkut pembentukan flok yang
lebih besar agar mudah diendapkan dan disaring. Koagulasi kimia dapat dilakukan
dengan penambahan bahan kimia. Bahan kimia yang umum digunakan adalah
Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3, l8 H2O) yang juga dikenal dengan nama tawas. Bahan
ini paling banyak dipergunakan karena relatif murah dan mudah diperoleh di pasaran.
Sebelum melakukan penambahan tawas untuk proses koagulasi, terlebih dahulu
perlu diketahui dosis yang diperlukan karena karakteristik setiap jenis air tidak sama.
2.6.4. Biofilter
Kemampuan sekelompok mikroba seperti bakteri dan jamur dalam menguraikan
benda-benda organic dan anorganik yang terdapat di dalam air buangan, sudah
diketahui dan dimanfaatkan sejak lama. Kehadirannya secara alami, terlihat pada air
danau, selokan, sungai, lautan ataupun pada tempat-tempat lain yang berair, serta di
daratan yang lembab. Kehadiran secara buatan dari kelompok mikroba tersebut,
terdapat pada tempat atau bejana pengolah air buangan, seperti dalam bentuk kolam
oksidasi, kolam stabilisasi, trickling-filer.
Pada umumnya bentuk dan sifat kehidupan mikroba bebas, tidak terikat oleh
substrat ataupun oleh bagian dari jasad hidup lainnya. Akan tetapi ada sekelompok
mikroba lainnya, yang juga terdiri dari bakteria dan jamur yang hidup secara simbiosa
habitat air. Kehadirannya secara khas bergantung kepada akar. Kelompok mikroba
tersebut umumnya disebut mikroba rhizosfera.
Banyak jenis mikroba rhizosfera yang juga mempunyai kemampuan untuk
melakukan penguraian terhadap benda-benda organic ataupun anorganik yang terdapat
di dalam air buangan. Oleh karena itu, kehadirannya kemudian dimanfaatkan untuk
keperluan pengolahan buangan. Mikroba rhizosfera yang terdapat di dalam tanaman,
khususnya yang hidup di air, dapat dimanfaatkan sebagai pengolah buangan (Unus
BAB 3
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan Alat
1. Gelas ukur 500 ml
2. Mesin blender
3. Spektrophotometer DR/2010
4. Botol aquadest
5. Kuvet 25 ml
6. Tissue
Bahan 1. Aquadest
2. Sampel
3. Air suling
Penyediaan Sampel
Sampel yang akan dianalisa berupa air sungai Deli. Sampel tersebut diambil
langsung dari Sungai Deli. Sampel diambil dengan cara memasukkan botol aqua
kedalam air sungai sampai botol tersebut terisi penuh kemudian botol diangkat dan
ditutup dengan rapat.
Penentuan Kadar Total Suspended Solid
1. Tekan power pada alat Spektrofotometer DR/2010
2. Tekan nomor program 630 enter, layar akan menunjukkan dial pada 810nm.
3. Putar panjang gelombang hingga pada layar menunjukkan 810 nm.
4. Tekan enter, layar akan menunjukkan mg/L SUSP. SOLIDS.
5. Tuangkan sampel yang akan dianalisa kedalam gelas ukur 500 ml
6. Dimasukkan sampel kedalam blender kemudian blender dengan kecepatan
tinggi selama 2 menit.
7. Tuangkan sampel yang telah diblender kedalam beaker 500 ml.
8. Pipet 25 ml sampel kedalam kuvet (sebagai sampel).
9. Pipet 25 ml aquadest kedalam kuvet (sebagai blanko).
10. Dimasukkan kuvet yang berisi blanko kedalam Spektrofotometer DR/2010,
kemudian tutup.
12. Diambel kuvet yang berisi blanko dari dalam alat Spektrofotometer DR/2010.
13. Dimasukkan kuvet yang berisi sampel kedalam alat Spektrofotometer
DR/2010, kemudian tutup.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari analisa Kadar Total Suspended Solid yang dilakukan selama 10 hari dari
mulai hari pengambilan sampel diperoleh hasil data sebagai berikut:
4.1. Data Analisa Total Suspended Solid (TSS) dari Sampel Air Sungai Deli
Tabel 4.1. Data Analisa Total Suspended Solid (TSS) dari Sampel Air Sungai Deli
Hari
Pembacaan Alat (mg/L) Hasil/Rata-rata
(mg/L) I II
1 50 51 50,5
2 48 49 48,5
3 45 45 45
4 43 43 43
5 41 41 41
7 38 38 38
8 37 36 36,5
9 36 35 35,5
4.2. Pembahasan
Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah
ruah. Namun, ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relative
sedikit karena dibatasi oleh beberapa faktor.
Siklus hidrologi air bergantung pada proses evaporasi dan presipitasi. Air yang
terdapat di permukaan bumi berubah menjadi uap air di lapisan air melalui proses
evaporasi (penguapan) air sungai, danau, laut, serta proses evapotranpirasi atau
penguapan oleh tanaman.
Pada beberapa negara maju, termasuk Indonesia telah ada peraturan pemerintah
yang mengatur tentang baku mutu bahan buangan yang diijinkan untuk dibuang
langsung ke dalam lingkungan. Dengan adanya peraturan tersebut, maka industri
tekstil termasuk industri kain boleh membuang limbah cairnya langsung ke
lingkungan dengan ketentuan bahwa kandungan bahan kimia atau bahan lainnya
dalam air buangannya tidak melebihi konsentrasi yang telah ditetapkan atau dengan
kata lain memenuhi persyaratan.
Sumber pencemaran dapat berupa suatu lokasi tertentu atau tak tentu. Sumber
industri. Pencemar yang berasal dari point source bersifat lokal dan efek yang
ditimbulkan berdasarkan karakteristik spasial kualitas air.
Bahan pencemar adalah bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam atau bahan
yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem sehingga
mengganggu peruntukan ekosistem tersebut (Effendi, 2003)
Kekeruhan erat sekali hubungannya dengan kadar zat tersuspensi karena
kekeruhan pada air memang disebabkan adanya zat-zat tersuspensi yang ada dalam air
tersebut. Zat tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat, misalnya
pasir halus, liat dan lumpur alami yang merupakan bahan-bahan anorganik atau dapat
pula berupa bahan-bahan organik yang melayang-layang dalam air. Bahan-bahan
organik yang merupakan zat tersuspensi terdiri dari berbagai jenis senyawa seperti
selulosa, lemak, protein yang melayang-layang dalam air atau dapat juga berupa
mikroorganisme seperti bakteri, algae, dan sebagainya. Bahan-bahan organik ini selain
berasal dari sumber-sumber alamiah juga berasal dari buangan kegiatan manusia
seperti kegiatan industri, pertanian, pertambangan atau kegiatan rumah tangga.
Kekeruhan memang disebabkan karena adanya zat tersuspensi dalam air, namun
karena zat-zat tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat yang
bentuk dan berat jenisnya berbeda-beda maka kekeruhan tidak selalu sebanding
Tontowi (2007) telah membuktikan bahwa peningkatan total padatan terlarut
akan meningkatkan tingkat kekeruhan di Waduk Jati Luhur. Kenaikan kadar zat
tersuspensi dari 11 mg/L menjadi 50,5 mg/L atau mengalami kenaikan sebesar 390%,
sedangkan kekeruhan mengalami kenaikan dari 6,6 NTU menjadi 27,6 NTU atau
mengalami kenaikan sebesar 318%.
Dampak kekeruhan pada air minum terutama adalah dapat menimbulkan estetika
yang kurang baik. Orang menilai air minum pertama dari kekeruhannya. Air yang
keruh ditinjau dari estetikanya tidak layak untuk diminum. Selain dari segi estetika, air
yang keruh yang mengandung zat-zat tersuspensi dapat menyebabkan mikroorganisme
patogen hidup dan berkembang dengan baik, bahkan adanya bahan-bahan tersuspensi
tersebut dapat menyebabkan mikroorgnaisme lebih tahan terhadap proses desinfeksi.
Adanya kekeruhan akan menghambat proses masuknya sinar matahari ke dalam
perairan. Sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan proses fotosintesis tanaman
(fitoplankton) menjadi terhambat. Padahal seperti diketahui bersama, fotosinesis oleh
tanaman akan menghasilkan gas O2 yang banyak dibutuhkan oleh organisme di
lingkungan perairan.
Jika oksigen hanya sedikit dan maka bakteri aerobic akan cepat mati karena
suplay oksigennya sedikit dan bakteri anaerobik mulai tumbuh. Bakteri anaerobik
akan mendekompesisi dan menggunakan oksigen yang disimpan dalam
membentuk Hidrogen Sulfida (H2S), gas yang berbau busuk dan berbahaya, serta
beberapa produk lainnya.
Pada percobaan ini, kadar TSS semakin lama disimpan akan semakin rendah. Hal
ini disebabkan zat-zat tersuspensi yang ada di dalam sampel air sungai Deli banyak
yang larut, dan sebagian zat-zat tersuspensi dalam air sungai Deli lengket di dinding
wadah penyimpanan, sehingga menyebabkan kadar TSS semkain lama semakin
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
- Kadar Total Suspended Solid (TSS) pada sampel sungai deli semakin lama
semakin menurun.
- Pengaruh waktu penyimpanan terhadap kadar TSS adalah semakin
menurunnya kadar TSS jika semakin lama dianalisa.
5.2. Saran
Warna dan sidik jari merupakan salah satu gangguan dalam analisa Total
Suspended Solid (TSS). Oleh karena itu, sampel air yang pekat atau berwarna
sebaiknya diencerkan terlebih dahulu, dan sidik jari pada kuvet dihilangkan dengna
tissue. Hal ini dimaksudkan agar absorbansi sampel air tersebut dapat dibaca oleh alat
DAFTAR PUSTAKA
Angel, H. And Wolseley, P. 1992. The Family of Water Naturalist. London:
Bloomsbury Books.
Alaerts, G. 1989. Metode Penelitian Air. Indonesia: Penerbit Usaha Nasional.
Brady, J.E. 1994. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: UI-Press.
Efendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanasius.
Haslam. S.M. 1995. River Pollution and Ecological Perspective. Chichester, UK:
John Wiley and Sons.
Jeffries, M. and Mills, D. 1996. Freshwater Ecology, Principles, and Aplications.
Chichester, UK: John Wiley and Sons.
Novotny, V. and Olem, H. 1994. Water Quality, Prevention, Identification and
Suriawiria, U. 2005. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Bandung: