• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

BREKET ORTODONTI

Penelitian In Vitro

TESIS

OLEH

ELLY SUSIANNA

047028003

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONTI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

Penelitian In Vitro

TESIS

Untuk memperoleh gelar Spesialis Ortodonti

dalam Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

OLEH

ELLY SUSIANNA

047028003

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONTI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

PERSETUJUAN TESIS

Judul Tesis : PERBEDAAN SHEAR BOND STRENGTH BAHAN ADHESIF KONVENSIONAL DENGAN

SELF-ETCHING PRIMER/ADHESIVE PADA BONDING BREKET ORTODONTI

Penelitian In Vitro

Nama Mahasiswa : Elly Susianna

Nomor Induk Mahasiswa : 047028003

Program Spesialis : Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti

Meyetujui

Komisi Pembimbing :

( Amalia Oeripto, drg., MS, Sp.Ort (K) ) ( Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort ) NIP : 19580828 198803 1 002 Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ketua Program PPDGS-1 Ortodonti

(4)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

Telah diuji

Pada Tanggal : 23 Juli 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Amalia Oeripto, drg., MS, Sp.Ort (K)

Anggota : - Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort

- Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K)

(5)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

PERNYATAAN

PERBEDAAN SHEAR BOND STRENGTH BAHAN ADHESIF KONVENSIONAL DENGAN SELF-ETCHING PRIMER/ADHESIVE

PADA BONDING BREKET ORTODONTI

Penelitian In Vitro

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2009

(6)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan karya ilmiah dalam bentuk tesis ini yang kami beri judul Perbedaan Shear Bond Strength

Bahan Adhesif Konvensional dengan Self-Etching Primer/Adhesive pada

Bonding Breket Ortodonti. Tulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Spesialis dalam Ilmu Ortodonti di Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan tulisan ini, penulis sangat banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan baik secara material maupun moril dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Yang terhormat Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A (K), yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti di Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan.

(7)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

Dokter Gigi Spesialis Ortodonti di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan.

Yang terhormat Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort selaku Ketua Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Yang terhormat Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti di Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Yang terhormat Amalia Oeripto, drg., MS, Sp.Ort (K) selaku pembimbing utama dan Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort selaku pembimbing anggota tesis saya, yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan bimbingan, semangat, motivasi dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas waktu dan bimbingan yang telah diberikan selama dalam penelitian dan penulisan tesis ini.

Yang terhormat Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG (K) selaku Konsultan terutama dalam metodologi penelitian yang telah memberikan banyak bimbingan dan petunjuk dalam penelitian ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas waktu dan bimbingan yang telah diberikan selama dalam penelitian ini.

(8)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

ilmu dan pengetahuan di bidang Ortodonti, baik secara teori dan keterampilan yang kiranya sangat bermanfaaat bagi penulis di kemudian hari.

Yang terhormat Dr. Harry Agusnar, M.Sc., M.Phil selaku Kepala Laboratorium Penelitian FMIPA USU atas izin, bantuan fasilitas dan bimbingan dalam pelaksanaan penelitian ini.

Yang tercinta kedua orang tua, Ayahanda Susanto dan Ibunda Jumarsi yang dengan segala daya upaya telah mengasuh, membesarkan dan membimbing dengan penuh kasih sayang, semenjak kecil hingga dewasa agar menjadi anak yang berbakti

kepada orang tua, agama, bangsa dan negara. Yang tercinta suami Tresnajaya Koeinata, drg dan anak-anak tercinta yang telah banyak memberikan

dukungan, dorongan dan semangat kepada penulis selama menjalani dan menyelesaikan pendidikan Spesialis ini.

Terima kasih pada teman sejawat Andreas, Iman, bu Arnita dan teman-teman peserta pendidikan Spesialis Ortodonti lain yang telah bersama-sama baik dalam suka maupun duka, saling membantu sehingga terjalin rasa persaudaraan yang erat, dengan harapan teman-teman dapat lebih giat lagi sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkahi kita semua.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam pelaksanaan dan penulisan tesis ini, namun demikian diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Ortodonti.

(9)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

dorongan, petunjuk yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Tuhan yang Maha Pengasih, Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Amin.

Medan, September 2009

Penulis

( Elly Susianna ) NIM : 047028003

(10)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

(11)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

3.6. Prosedur Penelitian... 32

3.7. Metode Analisis Data... 41

BAB 4. HASIL PENELITIAN... 42

4.1. Hasil Penelitian... 42

4.2. Analisis Hasil Penelitian... 44

BAB 5. PEMBAHASAN... 48

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 55

6.1. Kesimpulan... 55

6.2. Saran... 56

DAFTAR KEPUSTAKAAN... 57

LAMPIRAN... 61

(12)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Data hasil pengukuran shear bond strength (SBS) kelompok I,II

dan III... 44 Tabel 4.2. Uji ANOVA dan nilai rerata shear bond strength kelompok I, II

dan III…... 45 Tabel 4.3. Uji Post Hoc Tukey HSD antar kelompok... 47

(13)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Bagian-bagian Transbond Plus Self-Etching Primer... 14

Gambar 2.2. Rumus kimia asam fosfor dengan self-etching primer... 14

Gambar 2.3. Selama proses etsa asam, grup asam akan dinetralisir oleh reaksi dengan kalsium... 15

Gambar 2.4. Molekul primer penetrasi ke enamel rod terjadi secara bersamaan dengan etsa asam... 15

Gambar 2.5. Molekul primer mengalami polimerisasi membentuk network ketika dilakukan light cured... 15

Gambar 2.6. Gambaran enamel yang dietsa dengan a) 37% asam fosfor, b) Transbond Plus Self-Etching Primer... 16

Gambar 2.7. Diagram kerangka konsep... 21

Gambar 3.1. Alat-alat penelitian... 25

Gambar 3.2. Kaliper digital (Krisbow, United States)... 26

Gambar 3.3. Visible Dental Curing Light (Pekalux, Germany)... 26

(14)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

Gambar 3.5. Bahan-bahan penelitian... 28 Gambar 3.6. Diagram variabel penelitian... 29 Gambar 3.7. Persiapan sampel... 33 Gambar 3.8. Aplikasi bahan adhesif konvensional chemically-cured

Advantage No-Mix Direct Bond Adhesive... 36 Gambar 3.9. Aplikasi bahan adhesif konvensional light-cured Transbond XT. 37 Gambar 3.10. Aktifasi Transbond Plus Self-Etching Primer... 38 Gambar 3.11. Aplikasi Transbond Plus Self-Etching Primer... 39 Gambar 3.12. Pengikatan wire loop ke breket... 40 Gambar 3.13. Pengujian shear bond strength dengan Torsee Electronic

System Universal Testing Machine... 41

(15)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran

1. Alur Penelitian... 61 2. Jadwal Penelitian... 62 3. Hasil uji distribusi normalitas dan uji homogenitas varians data shear

bond strength... 63

4. Data hasil pengukuran shear bond strength (SBS) kelompok I, II, III... 64 5. Hasil uji statistik pengukuran shear bond strength bahan adhesif

konvensional dan self-etching primer/adhesive pada bonding breket

(16)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

ABSTRAK

Perlekatan breket ortodonti ke permukaan enamel merupakan suatu proses yang terdiri dari beberapa tahapan. Kebanyakan ortodontis menggunakan teknik konvensional total etch melalui tahap etsa asam fosfor pada permukaan enamel, pencucian, pengeringan, pengolesan primer dan penempatan breket dengan bahan resin komposit. Untuk simplikasi dan mengurangi waktu kerja, diperkenalkan bahan adhesif self-etching primer/adhesive yang menggabungkan etsa asam, primer dan agen bonding dalam satu kemasan. Berdasarkan polimerisasi, bahan adhesif dibagi dua yaitu secara chemically-cured dan light-cured.

Tujuan penelitian in vitro ini untuk membandingkan shear bond strength perlekatan breket ke permukaan enamel gigi dari bahan adhesif konvensional yang

chemically-cured dan light-cured serta self-etching primer/adhesive.

Gigi premolar manusia yang telah diekstraksi sebanyak 48 dibagi secara random menjadi tiga kelompok dengan masing-masing kelompok 16 gigi, dan breket metal dilekatkan ke permukaan enamel sesuai instruksi pabrik. Kelompok I (kelompok kontrol) menggunakan Advantage 37% asam fosfor dan Advantage

No-Mix Direct Bond Adhesive. Kelompok II memakai Scotchbond 35% asam fosfor, Transbond XT primer dan Transbond XT Adhesive Paste. Kelompok III memakai Transbond Plus Self-Etching Primer dan Transbond XT Adhesive Paste. Uji shear bond strength dilakukan dengan alat Torsee Electronic System Universal Testing Machine.

Uji ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang sangat signifikan diantara ketiga kelompok (P<0,01). Kelompok II memiliki nilai rerata shear bond strength tertinggi (7,76 ± 1,17 MPa), diikuti kelompok I (6,94 ± 1,52 MPa) dan kelompok III (4,16 ± 0,86 MPa). Nilai rerata shear bond strength signifikan lebih tinggi pada kelompok I dibandingkan kelompok III dan kelompok II dibandingkan kelompok III (P<0,01). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok I dan kelompok II (P=0,151). Bahan adhesif konvensional light-cured Transbond XT dan Advantage

No-Mix Direct Bond Adhesive menunjukkan hasil perlekatan yang lebih baik

(17)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

ABSTRACT

The bonding of orthodontic brackets to enamel is a multistep process. Most orthodontists use a total etch conventional technique of etching tooth enamel with phosphoric acid, placing a primer on the etched, rinsed and dried surface, then bonding the bracket with an adhesive resin composite. To simplify bonding and decrease chair time, self-etching primer/adhesive has been introduced, that combines the etching, priming and resin bonding agent into a one step formulation. Based on the polymerization, material bonding can be divided into chemically-cured bonding material and light-cured bonding material.

The aim of this in vitro study was to compare the shear bond strength of orthodontic brackets bonded to enamel with a conventional chemically-cured bonding material, conventional light-cured bonding material, and self-etching primer/adhesive material.

Forty eight extracted human premolars were randomly divided into three groups of 16 each, and metal brackets were bonded according to the manufacturer’s instructions. In group I (control), the 37% phosphoric acid was used with chemically-cured Advantage No-Mix Direct Bond Adhesive. In group II, the Scotchbond 35% phosphoric acid plus Transbond XT primer was used with Transbond XT light-cured resin. In group III, Transbond Plus Self-Etching Primer was used with Transbond XT light-cured resin. Shear bond strength testing was performed with a Torsee Electronic System Universal Testing Machine.

(18)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak diperkenalkan teknik etsa asam oleh Buonocore pada tahun 1955 dan

bonding untuk breket ortodonti oleh Newman pada tahun 1965, banyak penelitian

lanjutan mengenai material bonding telah dilakukan untuk meningkatkan penatalaksanaan sistem bonding dalam perawatan ortodonti.Perawatan ortodonti alat cekat umumnya menggunakan resin komposit sebagai bahan perekat breket ke permukaan gigi secara langsung (direct bonding) melalui proses etsa asam enamel.1-10 Perlekatan breket ortodonti secara direct bonding diperoleh dari adhesi mikromekanik material berbahan dasar resin ke enamel yang dietsa.1,2,5

Sistem bonding konvensional breket ortodonti ke permukaan enamel gigi memberikan hasil perlekatan yang kuat dan memakai tiga bahan yang berbeda yaitu etsa enamel, larutan primer dan resin adhesif yang disebut teknik total etch. Prosedur

bonding sangat mengkonsumsi waktu karena melalui beberapa tahapan kerja mulai

(19)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

dan pembentukan white spot sekeliling breket.5,8-10 Adanya risiko kontaminasi selama prosedur bonding dapat mengakibatkan kegagalan bonding. Perkembangan bahan adhesif yang berkaitan dengan direct bonding dilakukan untuk menyederhanakan langkah prosedur klinis sistem bonding dan meminimalkan insiden kegagalan bonding selama perawatan ortodonti. 1,2,5 Untuk menyederhanakan tahapan kerja dan mengurangi waktu kerja bonding, dikembangkan produk material yang mengkombinasikan dua atau lebih tahapan kerja bonding. Generasi kelima sistem bonding dapat dibagi atas dua kategori untuk memudahkan aplikasi klinis yaitu kategori pertama mencakup etsa asam fosfor enamel dan satu botol primer dengan resin adhesif/agen bonding yang disebut sistem one-bottle adhesive. Kategori kedua mencakup self-etching primer yang menggabungkan etsa asam dan primer dalam satu botol, diikuti dengan resin adhesif/agen bonding. Produk ini merupakan material yang relatif baru dalam ortodonti, yang pada awalnya dikembangkan sebagai bahan bonding dentin dalam bidang restorative dentistry. Sistem self-etching

primer juga ditemukan efektif untuk bonding breket ke permukaan enamel 1,2,4,5,7,9-20 Perkembangan revolusioner bahan adhesif telah mengubah sistem bonding ortodonti. Pada proses simplifikasi selanjutnya yang disebut sistem bonding generasi keenam diperkenalkan suatu sistem adhesif yang menggabungkan proses etching,

priming dan agen bonding dalam satu kemasan self-etching primer/adhesive secara

light-cured. 1,2,4,5,7,9,11-16,20 Self-etching primer/adhesive akan melarutkan kalsium

(20)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

jelas dibandingkan proses etsa asam konvensional. Transbond Plus Self-Etching

Primer (TPSEP, 3M Unitek, Monrovia, Calif) merupakan bahan adhesif komposit

generasi keenam yang dikembangkan untuk bonding ortodonti. Material ini mudah digunakan tanpa melalui beberapa tahapan kerja, memberikan hasil bond strength yang memuaskan dan dapat menghemat waktu kerja sampai 65%.4,11,13,15,18,21-27

Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil yang kontraversi. Bishara et al (2001), Yamada et al (2002), Zeppieri et al (2003) menunjukkan shear

bond strength pada perlekatan breket antara bahan self-etching primer/adhesive lebih

rendah dibandingkan bahan konvensional yang memakai etsa asam, namun secara klinis kekuatan perlekatan breketnya masih dapat diterima. Keberhasilan bonding

breket secara klinis dilaporkan dapat dicapai apabila mempunyai shear bond strength serendah-rendahnya 6-8 MPa. 1,2,6,13,15,19 Beberapa penelitian lain menunjukkan

hasil shear bond strength pada bahan self-etching primer/adhesive sebanding dengan bahan konvensional etsa asam 2,4,5,9,11,15

Berdasarkan polimerisasi, bahan adhesif dibagi dua yaitu secara

chemically-cured dan light-cured.28-34 Bahan adhesif konvensioanal

chemically-cured biasanya memerlukan pencampuran dua pasta adhesif untuk

(21)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

light untuk polimerisasinya dan memberikan waktu yang cukup bagi operator untuk

menempatkan breket yang adekuat. Bahan adhesif konvensional light-cured sama seperti chemically-cured masih memerlukan proses etsa asam enamel untuk mendapatkan kekuatan perlekatan breket. 28,30-32 Pemakaian produk bahan adhesif

light-cured untuk perlekatan breket ortodonti masih belum seluas seperti yang

dipakai dalam bidang restorative dentistry.29 Beberapa penelitian yang membandingkan kekuatan perlekatan breket jika dipakai bahan adhesif konvensional

chemically-cured dengan light-cured masih memberikan hasil yang

berlawanan.28,30,31 Di klinik masih banyak yang memakai bahan adhesif konvensional jenis chemically-cured. Adanya perkembangan bahan adhesif dari

chemically-cured ke light-cured dan perkembangan sistem bonding ortodonti

generasi kelima ke generasi keenam menarik untuk diteliti karena adanya perbedaan mekanisme polimerisasi chemically-cured dengan light-cured. Selain itu perbedaan mekanisme perlekatan bahan adhesif konvensional dengan self-etching

primer/adhesive untuk mendapatkan retensi mikromekanik akan mempengaruhi

kekuatan perlekatan breket ke permukaan enamel gigi.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

(22)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

2. Apakah ada perbedaan shear bond strength pada perlekatan breket jika dipakai bahan adhesif konvensional chemically-cured dengan self-etching primer/adhesive ?

3. Apakah ada perbedaan shear bond strength pada perlekatan breket jika dipakai bahan adhesif konvensional light-cured dengan self-etching primer/adhesive ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perbedaan shear bond strength pada perlekatan breket jika dipakai bahan adhesif konvensional chemically-cured dengan konvensional

light-cured.

2. Untuk mengetahui perbedaan shear bond strength pada perlekatan breket jika dipakai bahan adhesif konvensional chemically-cured dengan self-etching

primer/adhesive.

3. Untuk mengetahui perbedaan shear bond strength pada perlekatan breket jika dipakai bahan adhesif konvensional light-cured dengan self-etching primer/adhesive.

1.4. Hipotesis

1. Ada perbedaan shear bond strength pada perlekatan breket jika dipakai bahan adhesif konvensional chemically-cured dengan konvensional light cured.

(23)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

3. Ada perbedaan shear bond strength pada perlekatan breket jika dipakai bahan adhesif konvensional light-cured dengan self-etching primer/adhesive.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam :

1. Sebagai masukan dalam pemilihan bahan adhesif untuk perlekatan breket terutama di Klinik Ortodonti Rumah Sakit Gigi Mulut dan Pendidikan FKG USU.

(24)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Shear Bond Strength

Shear Strength adalah tekanan geser (shear stress) maksimum yang dapat

diterima atau ditahan suatu material sebelum lepas.33 Pengukuran bond strength secara in vitro penting dilakukan dalam perkembangan material bahan adhesif dan restoratif yang baru untuk melihat karakteristik kemampuan perlekatannya. Tujuan utamanya adalah untuk mengukur kekuatan pelepasan (debonding force) dibandingkan dengan area yang di-bonding. Pengukuran bond strength dapat dilakukan dengan uji tensile dan uji shear. Pengukuran tensile bond strength suatu material dilakukan dengan tarikan dengan arah pelepasan material tegak lurus dari permukaan enamel gigi.34,35 Pengukuran shear bond strength merupakan pengukuran yang paling umum dipakai di laboratorium untuk mengevaluasi sistem bonding ortodonti karena kekuatan shear merupakan kekuatan (force) yang paling banyak bekerja pada breket ortodonti selama perawatan. 35-39

Pada pengukuran shear bond strength, arah pelepasan breket harus sejajar dengan permukaan enamel gigi.34-39 Beberapa teknik dapat dipakai untuk mengukur

shear bond strength bahan pelekat breket ke permukaan enamel gigi antara lain

(25)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

dengan kawat (wire loop) sehingga breket bergerak meluncur sejajar dengan permukaan enamel gigi.35-39

2.2. Bahan Adhesif Chemically-cured dan Light-cured

Sejak diperkenalkan teknik etsa asam untuk bonding ortodonti oleh Newman (1965) maka perlekatan alat ortodonti dapat dilakukan secara langsung ke permukaan gigi. Evolusi teknik tersebut sangat dipengaruhi oleh perkembangan sistem adhesif yang digunakan dalam bidang restorative dentistry. Sistem bonding ortodonti umumnya menggunakan material komposit yang dilekatkan melalui

interlock mekanikal ke permukaan enamel yang telah dietsa. Material tersebut harus

mempunyai bond strength yang mendekati kekuatan klinis dan mudah sewaktu dilakukan pelepasan (debonding) sehingga meminimalkan kerusakan yang terjadi pada enamel. Akrilik resin yang paling banyak digunakan berbahan dasar resin

bisphenol A glycidyl dimetacrylate (Bis-GMA) yang dikembangkan oleh Bowen.

Bis-GMA membentuk polimer yang kuat dengan kekuatan perlekatan yang besar, absorpsi air lebih rendah dan shrinkage lebih sedikit. 31,32

Polimerisasi bahan adhesif konvensional dapat diaktifkan secara

(26)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

activator untuk membentuk radikal bebas (free radical). Sistem dua-pasta biasanya

mengandung benzoyl peroxide sebagai initiator dan tertiary amine sebagai activator. Bila kedua pasta dicampur maka tertiary amine akan bereaksi dengan benzoyl

peroxide membentuk radikal bebas yang akan memulai proses polimerisasi.28,30-34 Mekanisme autopolimerisasi terjadi dengan resin akan terkumpul ke arah sentral. Bahan adhesif chemically-cured juga akan mengalami shrinkage ke arah sentral karena initiator akan bercampur dengan seluruh material.33 Kerugian bahan adhesif

chemically-cured adalah waktu setting terbatas sehingga operator harus cepat

menempatkan breket yang tepat dan kemungkinan terjadi gelembung udara sewaktu pencampuran initiator dengan activator yang dapat mengurangi kekuatan perlekatan. 28,30-32

Sejak ditemukan resin Bis-GMA oleh Bowen, berbagai modifikasi sistem

bonding dikembangkan untuk meningkatkan penatalaksanaan pada penggunaan

klinis. Dewasa ini dikembangkan metode penyinaran untuk polimerisasi resin. Polimerisasi resin dengan sinar Ultraviolet (UV) pertama dikembangkan sebagai alternatif bahan adhesif konvensional chemically-cured. Sinar Ultraviolet (UV) mempunyai beberapa kerugian yaitu kedalaman sinar terbatas, bahaya radiasi UV menyebabkan kanker kulit, kerusakan mata dan erythema. 28,30-34

Untuk mengatasi keterbatasan sinar UV, diperkenalkan metode penyinaran

visible light. Unit visible light dengan filter biru akan menghasilkan sinar halogen

(27)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

konvensional light-cured yang pertama dalam bidang ortodonti dilaporkan oleh Tavas dan Watts (1979). Penggunaan bahan adhesif light-cured menjadi popular karena dapat mengontrol waktu kerja sehingga penempatan breket lebih akurat dan dapat membersihkan kelebihan bahan sebelum pengerasan. Pada teknik light-cured, material adhesif akan mengalami polimerisasi di bawah basis breket oleh penyinaran langsung dari setiap sisi breket yang berbeda dan oleh transillumination karena struktur gigi akan meneruskan visible light. Polimerisasi akan cepat terjadi ketika disinari visible light yang disebut “command set”.28-30 Bahan adhesif light-cured merupakan sistem pasta tunggal yang mengandung photosensitizer dan amine. Kedua komponen akan bereaksi ketika disinari dengan sinar halogen dengan panjang gelombang tertentu karena photosensitizer akan berinteraksi dengan amine membentuk radikal bebas yang memulai proses polimerisasi. Keton dan

camphoroquinone biasanya digunakan sebagai photosensitizer, sangat peka terhadap

sinar halogen dengan panjang gelombang 400-500 nm yang akan mengaktifkan reaksi polimerisasi.28,30-34 Mekanisme polimerisasi bahan adhesif light-cured sangat tergantung pada arah sinar dan akan bergerak ke arah sinar. 33

Beberapa penelitian menunjukkan hasil shear bond strength yang berlawanan antara bahan adhesif konvensional chemically-cured dengan light-cured. Toledano

et al (2002) melaporkan shear bond strength bahan adhesif light-cured signifikan

lebih rendah daripada bahan chemically-cured.28 Wang et al (1992) mendapatkan

bond strength bahan adhesif light-cured signifikan lebih kuat dari bahan

(28)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

signifikan shear bond strength pada perlekatan breket antara bahan chemically-cured dengan light-cured pada interval 10 menit, 60 menit dan 24 jam. 31

2.3. Bahan Bonding Ortodonti

Pada praktek ortodonti, prosedur yang umum dipakai untuk melekatkan breket ortodonti ke permukaan gigi secara direct bonding dicapai melalui adhesi mikromekanik dari material berbahan dasar resin ke permukaan enamel yang dietsa. Konvensional sistem bonding generasi keempat menggunakan tiga bahan yang berbeda yaitu etsa asam, larutan primer dan resin adhesif untuk melekatkan breket ke enamel gigi. Teknik ini juga dikenal sebagai teknik three-step total etch. Etsa asam kebanyakan menggunakan asam fosfor 30%-50% selama 15-30 detik, lalu dilakukan pencucian dan pengeringan. 1,7,8,27 Proses etsa asam akan melarutkan kalsium dari hidroksiapatit enamel, kemudian kalsium akan terbuang ketika gigi dilakukan pencucian sehingga menyebabkan terputusnya material interprismatik dalam enamel yang menghasilkan ketidakteraturan atau kekasaran mikroporositi dengan kedalaman berkisar 5 – 50 µm. Permukaan enamel menjadi lebih kasar dengan mikroporositi yang lebih menyeluruh. Pembentukan retensi mikromekanik diperoleh melalui ikatan fisik antara resin komposit dengan enamel yang dietsa berupa pembentukan resin

(29)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

kadang-kadang menimbulkan masalah risiko kontaminasi selama proses berlangsung dan sering dikatakan sebagai penyebab pembentukan white spot sekeliling breket ortodonti. Beberapa laporan penelitian menyatakan kerusakan enamel selama

debonding. 8-10,12,19,21

Perkembangan bahan adhesif ortodonti terutama ditujukan untuk menyederhanakan prosedur bonding dengan mengurangi jumlah tahapan kerja dan meminimalkan jumlah enamel yang hilang selama bonding dan debonding breket dengan tetap mempertahankan kekuatan perlekatan klinis. 1,2,5,10,16 Sistem bonding generasi kelima dikembangkan dengan tujuan simplikasi, yang pertama dikembangkan sistem one-bottle adhesive yang terdiri dari etsa asam fosfor dan satu botol kombinasi primer dengan resin adhesif/agen bonding. One-bottle adhesive masih merupakan bahan bonding konvensional menggunakan etsa asam fosfor yang melalui dua tahap kerja disebut two-step total etch. Yang kedua sistem two-step

self-etching primer yang mengkombinasikan etsa asam dan primer dalam satu botol

dan diikuti dengan resin adhesif/agen bonding.1,2,4,5,7,9-20 Sistem bonding baru yang digunakan dalam bidang restorative dentistry ini menggabungkan bahan

conditioning dan priming ke dalam single acidic primer yang digunakan bersamaan

(30)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

komponen resin adhesif kemudian akan menghasilkan “hybrid layer”. Sistem ini juga ditemukan efektif untuk bonding breket ke enamel. 12,14,16,20

2.4. Bahan Adhesif Self-Etching Primer/Adhesive

Penelitian Self-etching primer berkembang terus dengan ditemukannya sistem bonding yang mengkombinasikan self-etching primer dengan resin adhesif/agen bonding ke dalam satu kemasan one-step self-etching primer/adhesive yang disebut sistem bonding generasi keenam. 1,2,4,5,7,9,11-16,20,24 Pada akhir tahun 2000 Transbond Plus Self-Etching Primer dikembangkan oleh 3M Unitek (Monrovia, Calif, USA) untuk bahan bonding ortodonti yang menggabungkan etsa asam, primer dan resin adhesif/agen bonding dalam satu kemasan tanpa proses pencucian dan pengeringan. Transbond Plus Self-Etching Primer terdiri dari tiga

reservoir yaitu reservoir hitam, putih dan ungu (Gambar 2.1). 26 Transbond Plus

Self-Etching Primer berisi methacrylated phosphoric acid esters, air, phosphine

oxide, stabilizer, fluoride complex, parabenes dan mengandung camphoroquinone

sebagai photoinitiator dengan pH 1. Unsur aktifnya adalah methacrylated

phosphoric acid esters, dengan grup phosphate dan grup methacrylate digabungkan

menjadi satu molekul yang mengetsa dan priming secara bersamaan. Dengan demikian primer dapat penetrasi ke dalam seluruh kedalaman enamel yang dietsa untuk mendapatkan interlock mekanis yang baik.10,11,16,18,22

(31)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

Larutan cair awalnya akan mengetsa enamel segera setelah diaplikasikan tetapi kemudian berfungsi sebagai primer setelah dua rantai hidroksi bergabung dan hidrogen terlepas (Gambar 2.2). Karena tidak ada asam yang tertinggal pada enamel maka tidak diperlukan pencucian. 25

Gambar 2.1. Bagian-bagian Transbond Plus Self-Etching Primer. .26

Gambar 2.2. Rumus kimia asam fosfor dengan self-etching primer. 25

(32)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

etsa asam dan penetrasi primer ke enamel rod yang terbuka terjadi secara bersamaan (Gambar 2.4), sehingga kedalaman etsa dengan penetrasi primer adalah sama (Gambar 2.5). 18,22,26 Hanning et al (2002) menyatakan kedalaman demineralisasi enamel dan kedalaman penetrasi primer adalah sama karena kedua proses terjadi secara paralel sehingga menciptakan pola permukaan mikroretentif tiga dimensional yang disebut “nanoretentive interlocking”. 21

Gambar 2.3. Selama proses etsa asam, grup asam akan dinetralisir oleh reaksi dengan kalsium. 26

Gambar 2.4. Molekul primer penetrasi ke enamel rod terjadi secara bersamaan dengan etsa asam. 26

(33)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

Tiga mekanisme yang bertindak untuk menghentikan proses etsa asam adalah :18,22,26

1. Grup phosphate akan dinetralisir karena asam membentuk kompleks dengan kalsium dari hidroksiapatit

2. Ketika pelarut menguap dari primer maka viskositasnya meningkat, memperlambat penyebaran grup asam ke permukaan enamel

3. Ketika primer dilakukan penyinaran maka monomer primer berpolimerisasi sehingga penyebaran grup asam ke permukaan enamel berhenti.

Hasil pola etsa Transbond Plus Self-Etching Primer hampir sama dengan etsa 37% asam fosfor dengan enamel rod yang terbuka (Gambar 2.6). 26 Namun penelitian Cal-Neto et al (2005) menunjukkan self-etching primer/adhesive memberikan hasil etsa yang lebih dangkal dan kurang jelas dibandingkan proses etsa asam konvensional. 10

(a) (b)

(34)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

Keuntungan satu tahapan kerja self-etching primer/adhesive adalah penetrasi etsa dan primer secara bersamaan akan memudahkan bonding, mengurangi kesalahan teknis, memperpendek prosedur klinis bonding, mengurangi lama kunjungan, menghilangkan kontaminasi silang etsa dengan primer dan mengurangi efek samping proses etsa asam.1,2,9,11-16,24,27 Menurut White, bahan self-etching

primer/adhesive mudah diaplikasikan, pasien merasa lebih nyaman dan mengurangi

waktu kerja sampai 65 %. 11,13

Reynolds menyatakan bond strength minimum yang adekuat untuk keperluan ortodonti klinis berkisar 6 – 8 MPa.1,2,6,13,15,19 Bishara et al (2001) membandingkan efek self-etching primer/adhesive Prompt L-Pop (ESPE Dental AG, Seefeld,

Germany) dengan sistem konvensional etsa asam 37% asam fosfor pada bonding

breket ortodonti dan mendapatkan hasil shear bond strength signifikan lebih rendah (7,1 ± 4,4 MPa), namun masih dapat diterima secara klinis dibandingkan dengan grup konvensional (10,4 ± 2,8 MPa).12 Arnold et al (2002) mendapatkan tidak ada perbedaan signifikan (P>0,05) shear bond strength antara tiga grup eksperimental yaitu Transbond Plus Self-Etching Primer yang dibiarkan 15 detik, 2 menit, dan 10 menit sebelum bonding breket (8,0 ± 1,3 MPa, 8,4 ± 1,5 MPa, 9,8 ± 3,7 MPa) dengan grup konvensional 35% etsa asam (9,7 ± 3,1 MPa ). 11 Dorminey et al (2003) juga mendapatkan tidak ada perbedaan (P = 0,34) shear bond strength antara

Transbond Plus Self-Etching Primer (11,9 ± 3,2 MPa ) dengan grup 34% asam

(35)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

tidak melakukan tahap pengeringan dengan angin setelah aplikasi Transbond Plus

Self-Etching Primer (8,2 ± 2,8 MPa).4 Vicente et al (2006) membandingkan shear

bond strength antara grup 37% asam fosfor, Transbond Plus Self-Etching Primer

dengan Non-Rinse Conditioner (NRC, Dentsply DeTrey) dan menjumpai tidak ada

perbedaan signifikan (P = 0,56) antara tiga grup (12,27 ± 5,01 MPa, 12,20 ± 4,27 MPa, 10,45 ± 4,09 MPa).5 Sebaliknya Buyukyilmaz et al (2003)

melaporkan penggunaan Transbond Plus Self-Etching Primer menghasilkan shear

bond strength yang signifikan lebih besar (16,0 ± 4,5 MPa) dibandingkan etsa

37% asam fosfor (13,1 ± 3,1 MPa). 22

2.5. Landasan Teori

Bahan adhesif merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kekuatan perlekatan breket ke permukaan enamel gigi. Pada penelitian ini akan digunakan tiga bahan adhesif yang berbeda yaitu bahan adhesif konvensional chemically-cured, konvensional light-cured, dan self-etching primer/adhesive.

Bahan adhesif konvensional chemically-cured masih menggunakan teknik

total etch melalui dua tahap aplikasi (two-step total etch) yang disebut one-bottle

adhesive yang terdiri dari etsa asam fosfor dan satu botol kombinasi primer dengan

(36)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

enamel tags, dengan kedalaman berkisar 5 – 50 µm pada permukaan enamel.

Permukaan enamel yang telah dietsa menunjukkan permukaan yang lebih kasar dan mikroporositi yang lebih menyeluruh dengan enamel tags yang lebih dalam. Retensi mikromekanik didapat dari pembentukan resin tags yang lebih dalam pada permukaan enamel. Polimerisasi bahan adhesif ini terjadi secara kimiawi (autopolimerisasi) setelah adanya pencampuran benzoyl peroxide dengan tertiary

amine sebagai initiator dan activator untuk membentuk radikal bebas. Pada saat

polimerisasi resin akan terkumpul di permukaan sentral.

Bahan adhesif konvensional light-cured juga menggunakan teknik two-step

total etch melalui dua tahap kerja yang disebut one-bottle adhesive yang terdiri dari

etsa asam fosfor dan satu botol kombinasi primer dengan resin adhesif/agen bonding. Hasil pola etsanya sama dengan bahan konvensional chemically-cured. Namum mekanisme polimerisasinya berbeda yaitu polimeriasi akan terjadi ketika disinari dengan visible light sinar halogen. Penyinaran sinar halogen mengakibatkan

photosensitizer yang akan berinteraksi dengan amine membentuk radikal bebas yang

memulai proses polimerisasi. Polimerisasi sistem light-cured akan bergerak ke arah sinar.

Bahan adhesif one-step self-etching primer/adhesive menggabungkan etsa asam, primer dan resin adhesif/agen bonding dalam satu kemasan, sehingga hanya terdiri dari satu tahap aplikasi. Asam fosfor dari methacrylated phosphoric acid

esters akan melarutkan kalsium dan melepaskannya dari hidroksiapatit. Namum

(37)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

digabungkan ke dalam network ketika primer berpolimerisasi sehingga asam akan dinetralisasi. Proses etsa asam dan penetrasi primer ke enamel tags yang terbuka terjadi secara bersamaan, sehingga kedalaman etsa dengan kedalaman penetrasi primer adalah sama. Akan tetapi hasil pola etsa pembentukan enamel tags lebih dangkal dan kurang jelas dibandingkan total etch sehingga pembentukan resin tags juga lebih dangkal. Polimerisasi bahan ini juga terjadi karena penyinaran dengan

visible light sinar halogen.

Dari ketiga bahan adhesif di atas, menunjukkan adanya perbedaan mekanisme polimerisasi bahan adhesif chemically-cured dengan light-cured serta perbedaan proses etsa asam bahan adhesif konvensional dengan self-etching

primer/adhesive dalam pembentukan enamel tags dapat mempengaruhi shear bond

(38)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

2.6. Kerangka Konsep

BONDING BREKET KE PERMUKAAN GIGI

Polimerisasi antara photosensitizer dengan amine karena penyinaran visible light sinar halogen

Sistem konvensional

one- bottle adhesive

(two-step total etch) - 35% asam fosfor

- satu botol kombinasi primer dan agen bonding

Sistem

One-step self-etching primer/adhesive

- satu formulasi etsa asam, primer dan agen bonding - unsur aktif : methacrylated

phosphoric acid esters

Kalsium dimodifikasi dengan asam fosfor melarutkan kalsium dari

hidroksiapatit kalsium membentuk kompleks dengan grup terbentuk network ketika primer berpolimerisasi

Enamel tags lebih dalam Enamel tags lebih dalam Enamel tags lebih dangkal

Retensi mikromekanik melalui pembentukan

resin tags lebih dalam

Retensi mikromekanik melalui pembentukan resin tags lebih dalam

Retensi mikromekanik melalui ppembentukan resin tags lebih dangkal

Perbedaan besar Shear Bond Strength Autopolimeriasi antara benzoyl

peroxide dengan tertiary amine

Sistem konvensional

one- bottle adhesive

(two-step total etch) - 37% asam fosfor

- satu botol kombinasi primer dan agen bonding

(39)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

Gambar 2.7. Diagram kerangka konsep.

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Experimental Laboratorium Komparatif

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi penelitian

1. Klinik Ortodonti Rumah Sakit Gigi Mulut dan Pendidikan FKG USU 2. Laboratorium Terpadu FMIPA USU

3.2.2. Waktu penelitian

Maret 2009 – September 2009

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Gigi-gigi premolar manusia yang telah diekstraksi.

3.3.2. Sampel

(40)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

direndam dalam larutan saline (larutan NaCl 0,9 %). Setiap kelompok dipilih gigi-gigi yang memenuhi kriteria sebagai sampel secara random.

3.3.2.1. Kriteria penerimaan sampel. Gigi premolar manusia yang telah

diekstraksi dengan kriteria sebagai berikut :

a. Gigi premolar pertama dan kedua maksila dan mandibula b. Berasal dari pasien yang akan dilakukan perawatan ortodonti

c. Gigi premolar mempunyai permukaan enamel bukal yang utuh tanpa ada karies, restorasi, perawatan endodonti dan belum pernah dilakukan bonding bahan adhesif.

3.3.2.2. Besar sampel. Perhitungan besar sampel adalah sebagai berikut :

a. Standardisasi kekuatan bonding breket diambil dari penelitian Cehrell et al

(2005) yang menyatakan shear bond strength bahan adhesif konvensional adalah 10,5 ± 0,86 MPa.

b. Effect size = 1,05 MPa (10% X 10,5 MPa). c. Standardized effect size = effect size standard deviation

= 1,05 MPa

e. Dari tabel besar sampel yang membandingkan mean variabel continuous didapat besar sampel = 16.

= 1,22 0,86 MPa

(41)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

f. Pada penelitian ini diambil 48 sampel gigi yang dibagi dalam tiga kelompok perlakuan yaitu :

1. Kelompok I : Advantage No-Mix Direct Bond Adhesive kelompok kontrol.

2. Kelompok II : Scotchbond (35% asam fosfor) + Transbond XT Primer dengan Transbond XT.

3. Kelompok III : Transbond Plus Self-Etching Primer dengan Transbond XT.

3.4. Alat dan Bahan

3.4.1. Alat

Alat-alat yang dipakai pada penelitian ini adalah : a. Pipa PVC, gergaji, penggaris dan pensil

b. Tang Wire cutter (GAC, Bohemia), tang Bird Beak (RMO,Denver, Colorado) c. Needle holder (Smic, China), ligature director (GAC, Bohemia)

d. Torch dan air syringe

e. Cawan plastik, pipet dan spatula semen f. Scaler, plastis instrumen, sonde dan pinset g. Rubber cup dan disposable brush

h. Stop watch

i. Bracket holder dan bracket gauge j. Kaliper (Krisbow, United States)

k. Visible Dental Curing Light (Pekalux, Heraeus-Kulzer GmbH & Co, KG

(42)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

l. Alat uji geser Torsee Electronic System Universal Testing Machine (2tf

“Senstar”, SC-2-DE, Tokyo-Japan).

A

C D

B E F G H I

J

(43)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

Gambar 3.1. Alat-alat penelitian, A. Pipa PVC, B. Gergaji, C. Penggaris, D. Pensil, E. Tang Wire cutter, F. Tang Bird Beak, G. Needle holder, H. Ligature director, I. Torch, J. Stop watch, K. Cawan plastik, L. Pipet, M. Spatula semen, N. Scaler, O. Rubber cup, P. Disposable brush, Q. Bracket holder, R. Bracket gauge, S. Plastis instrumen, T.

Sonde, U. Pinset.

(44)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

Gambar 3.4. Alat uji geser Torsee Electronic System Universal Testing Machine (Tokyo-Japan).

3.4.2. Bahan

Bahan-bahan yang dipakai pada penelitian ini adalah : a. Gigi premolar manusia sebanyak 48 buah

b. Breket premolar Mini Edgewise Nickel-Lite Opti-mim slot 0,018 (Ortho

Organizers, United States) yang merupakan breket Metal Injection Molding

(MIM) sebanyak 48 buah

c. Bahan adhesif Advantage No-Mix Direct Bond Adhesive (Ortho Organizers,

United States)

d. Bahan etsa Scotchbond (3M Dental Products, Monrovia, Calif) e. Bahan adhesif Transbond XT Primer (3M Unitek, Monrovia, Calif)

f. Bahan adhesif Transbond Plus Self-Etching Primer (3M Unitek, Monrovia,Calif) g. Bahan resin komposit Transbond XT Light Cure Adhesive paste (3M

Unitek, Monrovia, Calif)

h. Pumice (Kemdent, Partson Swindo Wiltshire SN5 4HT, Germany)

i. Oral Flux Specific Dental Flux for Soldering (Dentsply-Sankin KK Japan)

i. Self curing acrylic (Pigeon Dental Resin Powder, Shanghai Pigeon Dental

MFG, Co.,Ltd, China)

(45)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

k. Air suling

l. Kawat stainless steel 0,017 X 0,025 inci (Ortho Organizers, United States) m. Kawat ligatur stainless steel 0,009 inci ( Class One Orthodontics, Austria).

A B C

(46)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

J K L M N

Gambar 3.5. Bahan-bahan penelitian, A. Gigi premolar sebanyak 48 buah, B. Breket premolar sebanyak 48 buah, C. Advantage No-Mix Direct Bond Adhesive, D. Scotchbond, E. Transbond XT Primer, F. Transbond XT Light Cure Adhesive paste, G. Transbond Plus Self-Etching Primer, H. Pumice, I. Oral Flux, J. Self curing acrylic, K. Larutan saline/NaCl 0,9%, L. Air suling, M. Kawat stainless steel 0,017 X 0,025 inci, N. Kawat ligatur stainless steel 0,009 inci

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel penelitian

Variabel bebas

Bahan adhesif :

- Konvensional chemically-cured - Konvensional light-cured - Self-etching primer/adhesive

Variabel tergantung

(47)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

Gambar 3.6. Diagram variabel penelitian.

3.5.1.1. Variabel bebas. Bahan adhesif :

a. Konvensional chemically-cured : Advantage No-Mix Direct Bond Adhesive (Ortho

Organizers)

b. Konvensional light-cured : Scotchbond dan Transbond XT Primer (3M Unitek,

Monrovia, Calif).

Variabel tak terkendali

- Jangka waktu ekstraksi gigi

- Gigi berasal dari pasien dengan umur yang tidak diketahui

- Gigi berasal dari pasien dengan jenis kelamin yang tidak diketahui

- Variasi struktur anatomi gigi yang dipakai sebagai sampel

Variabel terkendali

- Gigi premolar yang diekstraksi untuk perawatan ortodonti

- Permukaan bukal gigi premolar - Luas permukaan bukal gigi premolar yang diberi perlakuan - Teknik pemakaian bahan adhesif - Teknik pemakaian resin komposit

ortodonti

- Lama dan jarak penyinaran dengan Dental Curing Light

- Lama perendaman sampel dalam air suling

- Penggunaan alat uji geser Universal

Testing Machine

- Perendaman gigi dalam larutan saline setelah gigi diekstraksi

(48)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

c. Self-etching primer/adhesive : Transbond Plus Self-Etching Primer (3M Unitek,

Monrovia, Calif).

3.5.1.2. Variabel tergantung : Kekuatan perlekatan breket ke pemukaan enamel

gigi dilihat dari pengukuran shear bond strength.

3.5.1.3. Variabel terkendali :

a. Gigi premolar yang diekstraksi untuk perawatan ortodonti. b. Permukaan bukal gigi premolar.

c. Luas permukaan bukal gigi premolar yang diberi perlakuan. d. Teknik pemakaian bahan adhesif.

e. Teknik pemakaian resin komposit ortodonti.

f. Jenis breket Mini Edgewise Nickel-Lite Opti-mim slot 0,018 (Ortho Organizers). g. Jenis pumice dan teknik pembersihan permukaan bukal gigi sebelum bonding

breket.

h. Lama dan jarak penyinaran dengan Dental Curing Light. i. Lama perendaman sampel dalam air suling.

j. Penggunaan alat uji geser Universal Testing Machine sesuai penelitian sebelumnya.

k. Perendaman gigi dalam larutan saline setelah gigi diekstraksi. l. Temperatur ruang penelitian.

3.5.1.4. Variabel tak terkendali :

(49)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

b. Gigi berasal dari pasien dengan umur yang tidak diketahui.

c. Gigi berasal dari pasien dengan jenis kelamin yang tidak diketahui. d. Variasi struktur anatomi gigi yang dipakai sebagai sampel.

3.5.2. Definisi operasional

3.5.2.1. Bahan adhesif adalah bahan yang bila diaplikasikan pada permukaan suatu

benda dapat melekat, dapat bertahan dari pemisahan dan dapat menyebarkan beban melalui perlekatannya. Bahan adhesif yang digunakan pada penelitian ini berasal dari generasi ke-5 sistem one-bottle adhesive yang chemically-cured dan light-cured (two-step total etch) serta generasi ke-6 dengan one-step self-etching primer/adhesive.

3.5.2.2. Bahan adhesif chemically-cured adalah bahan adhesif yang polimerisasinya

terjadi secara kimiawi (autopolimerisasi) ketika terjadi pencampuran

benzoyl peroxide dengan tertiary amine sebagai initiator dan activator

untuk membentuk radikal bebas.

3.5.2.3. Bahan adhesif light-cured adalah bahan adhesif yang polimerisasinya

terjadi ketika disinari dengan visible light sehingga photosensitizer akan berinteraksi dengan amine membentuk radikal bebas

3.5.2.4. Bahan adhesif sistem one-bottle adhesive terdiri dari etsa asam fosfor dan

(50)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

3.5.2.5. Bahan adhesif self-etching prime/adhesive adalah bahan adhesif yang

menggabungkan etsa asam, primer dan resin adhesif/agen bonding dalam satu kemasan.

3.5.2.6. Resin komposit Adhesive paste adalah bahan perekat breket ke permukaan

enamel gigi yang berisi komponen bisphenol A diglycidyl ether

dimethacrylate, bisphenol A BIS (2-hydroyethyl ether) dimethacrylate,

quartz dan filler silica.

3.5.2.7. Kekuatan geser perlekatan (shear bond strength) adalah perlekatan breket

ke permukaan enamel gigi diihat dari besar beban geser yang dapat diterima jaringan gigi dan breket yang melekat hingga kedua komponen terlepas. Besar beban dicatat dari alat uji geser Torsee Electronic System

Universal Testing Machine dalam satuan Kilogram Force (Kgf) dan

dikonversikan ke satuan Newton kemudian ke Megapascals (MPa) dengan menggunakan rumus :

Kekuatan perlekatan MPa = Gaya dalam Newton

Luas daerah permukaan breket (mm2)

3.6. Prosedur Penelitian

3.6.1. Persiapan sampel

(51)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

terdiri dari 16 gigi. Bagian akar gigi premolar tersebut ditanam ke dalam pipa PVC dengan menggunakan self curing acrylic tanpa mengenai mahkota gigi. Akrilik yang berlebih dibersihkan dengan scaler dan kemudian gigi-gigi premolar yang sudah ditanam tersebut direndam kembali dalam larutan saline (Gambar 3.7).13

A B C D

Gambar 3.7. Persiapan sampel, A. Seluruh 48 sampel direndam dalam larutan saline, B. Sampel dibagi menjadi tiga kelompok secara random, C. Akar gigi premolar ditanam ke dalam pipa PVC dengan self curing acrylic, D. Sampel direndam kembali dalam larutan saline.

3.6.2. Teknik aplikasi bahan adhesif pada sampel

Ketiga kelompok sampel diberi perlakuan sebagai berikut : 1. Kelompok I (kelompok kontrol) :

Aplikasi bahan adhesif konvensional chemically-cured Advantage No-Mix Direct

Bond Adhesive. Permukaan bukal gigi dibersihkan dan dipolis dengan pumice

(52)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

Paste pada basis breket dan breket ditempatkan pada permukaan enamel gigi

dengan tekanan ringan (Gambar 3.8). 2. Kelompok II :

Aplikasi bahan adhesif konvensional light-cured Transbond XT. Permukaan bukal gigi dibersihkan dan dipolis dengan pumice menggunakan rubber cup dan air selama 10 detik, kemudian dibilas dengan air dan dikeringkan dengan air

syringe. Permukaan enamel gigi dietsa dengan 35% asam fosfor (Scotchbond

acid gel) selama 15 detik, dibilas dengan air dan dikeringkan dengan air syringe

sesuai petunjuk pabrik. Selapis tipis Transbond XT Primer diaplikasikan pada permukaan enamel yang telah dietsa. Aplikasi Transbond XT Adhesive Paste pada basis breket premolar Mini Edgewise Nickel-Lite Opti-mim. Kemudian breket ditempatkan pada permukaan enamel gigi dengan tekanan ringan dan ke-empat sisi breket disinari dengan Dental Curing Light selama 10 detik tiap sisi dengan jarak penyinaran 1-5 mm dari permukaan breket (Gambar 3.9). 13 3. Kelompok III :

Aplikasi bahan adhesif Transbond Plus Self-Etching Primer. Aktifasi Transbond

Plus Self-Etching Primer dilakukan sesuai instruksi pabrik. Pencampuran isi

Transbond Plus Self-Etching Primer dilakukan dengan memegang bagian

aplikator di satu tangan sedangkan ibu jari dan jari telunjuk tangan lain menekan seluruh cairan dari dalam reservoir hitam ke reservoir putih. Persambungan

reservoir hitam dan reservoir putih dilipat untuk mencegah cairan mengalir

(53)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

reservoir ungu dan diaktifasi dengan gerakan melingkar memakai aplikator yang

ada di dalam reservoir ungu sampai berwarna kuning terang dan siap dipakai (Gambar 3.10).26 Transbond Plus Self-Etching Primer diaplikasikan pada permukaan enamel gigi dengan gerakan memutar (rubbing) selama 3-5 detik memakai aplikator dan dikeringkan dengan hembusan angin ringan selama 1-2 detik dari air syringe. Aplikasi Transbond XT Adhesive Paste pada basis breket premolar Mini Edgewise Nickel-Lite Opti-mim. Kemudian breket ditempatkan pada permukaan enamel gigi dengan tekanan ringan dan ke-empat sisi breket disinari dengan Dental Curing Light selama 10 detik tiap sisi dengan jarak penyinaran 1-5 mm dari permukaan breket (Gambar 3.11). 13

Setelah selesai prosedur bonding, sampel masing-masing kelompok direndam dalam air suling selama 24 jam sebelum dilakukan uji shear bond strength

(54)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

A B

C D

E

(55)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

Adhesive Paste pada basis breket dan breket ditempatkan pada permukaan enamel gigi dengan tekanan ringan.

A B

C D

E F

Gambar 3.9. Aplikasi bahan adhesif konvensional light-cured Transbond XT, A. Permukaan bukal gigi dibersihkan dengan pumice menggunakan rubber

(56)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

C. Aplikasi Transbond XT Primer pada permukaan enamel yang telah dietsa, D. Aplikasi Transbond XT Adhesive Paste pada basis breket, E. Breket ditempatkan pada permukaan enamel gigi dengan tekanan ringan, F. Ke-empat sisi breket disinari dengan Dental Curing Light selama 10 detik tiap sisi.

Gambar 3.10. Aktifasi Transbond Plus Self-Etching Primer, A. Pegang aplikator dengan satu tangan sedangkan ibu jari dan jari telunjuk tangan lain menekan seluruh cairan dari dalam reservoir hitam ke reservoir putih, B. Lipat sambungan reservoir hitam dan reservoir putih, C. Tekan isi cairan dari reservoir putih ke reservoir ungu, D. Isi cairan reservoir ungu diaktifasi dengan gerakan melingkar selama 5 detik memakai aplikator sampai berwarna kuning terang, E. Transbond Plus Self-Etching Primer siap dipakai. 26

A

E

A B C

(57)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

A B

C D

E

(58)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

Transbond Plus Self-Etching Primer pada permukaan enamel gigi dengan gerakan memutar (rubbing) dan dikeringkan dengan hembusan angin ringan, C. Aplikasi Transbond XT Adhesive Paste pada basis breket, D. Breket

ditempatkan pada permukaan enamel gigi dengan tekanan ringan, E. Ke-empat sisi breket disinari dengan Dental Curing Light selama 10 detik

tiap sisi.

3.6.3. Uji shear bond strength

Uji shear bond strength dilakukan di Laboratorium Penelitian FMIPA USU.

Debonding breket dilakukan dengan menggunakan alat Torsee Electronic System

Universal Testing Machine pada beban maksimal 200 Kgf dan kecepatan crosshead

2 mm/menit. Sampel dipasangkan pada alat tersebut dengan bantuan kawat stainless

steel 0,017 X 0,025 inci yang telah dibentuk sebelumnya (wire loop) dan diikat ke

breket dengan kawat ligatur stainless steel 0,009 inci (Gambar 3.12). Pengujian

shear bond strength dilakukan dengan alat Torsee Electronic System dalam arah

mesio-distal gigi dan sejajar dengan permukaan enamel gigi sehingga breket bergerak meluncur sejajar dengan permukaan enamel gigi sampai breket lepas.34-38 (Gambar 3.13). Nilai shear bond strength didapat dalam satuan Kgf dan dikonversikan ke satuan Newton kemudian ke Megapascals (Mpa) dengan cara dibagi dengan luas permukaan breket. 13 Luas rata-rata permukaan basis breket

(59)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

A B C

Gambar 3.12. Pengikatan wire loop ke breket, A. Wire loop yang siap dibentuk dan sampel gigi yang telah dilekatkan breket, B. Wire loop diikat ke breket dengan kawat ligatur, C. Sampel siap dilakukan uji shear bond strength.

(60)

Elly Susianna : Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti, 2009.

Gambar 3.13. Pengujian shear bond strength dengan Torsee Electronic System Universal Testing Machine, A. Sampel yang ditanam dalam pipa PVC dengan self curing acrylic dan diberi pegangan, B. Pengujian dilakukan dalam arah mesio-distal gigi.

3.7. Metode Analisis Data

Untuk melihat ada tidaknya perbedaan nilai shear bond strength pada masing-masing kelompok, data yang diperoleh dianalisa secara statistik menggunakan Analisa Varians satu arah (ANOVA) dan uji Post Hoc Tukey HSD

dengan program Statistical Program for Social Science (SPSS).

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini diperoleh load atau shear bond strength pada saat breket lepas dalam satuan satuan Kilogram force (Kgf) dan dikonversikan ke satuan

Newton kemudian ke Megapascals (Mpa). Semua hasil data shear bond strength

Gambar

Gambar 2.1. Bagian-bagian Transbond Plus Self-Etching Primer. .26
Gambar 2.4. Molekul primer penetrasi ke enamel rod                        asam.terjadi secara bersamaan dengan etsa  26
Gambar 2.6. Gambaran enamel yang dietsa dengan a) 37% asam fosfor,                                           b) Transbond Plus Self-Etching Primer
Gambar 3.1.  Alat-alat penelitian, A. Pipa PVC, B. Gergaji, C. Penggaris, D. Pensil, E
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahan pemutih gigi terhadap kekuatan geser perlekatan ( shear bond strength) bahan tambalan resin komposit dengan interval waktu yang berbeda antara.. prosedur pemutihan gigi

total-etch memiliki kekuatan tarik perlekatan yang lebih baik dibandingkan sistem adhesif self-etch pada restorasi klas I dengan menggunakan resin

Dengan diketahuinya pengaruh aplikasi bahan pemutih gigi terhadap kekuatan geser perlekatan ( shear bond strength) bahan tambalan resin komposit dan pengaruh interval waktu