• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Parasit Ikan Kerapu (Ephinephelus sp.) Pasca Terjadinya Harmfull Algal Blooms (HABs) di Pantai Ringgung Kabupaten Pesawaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Parasit Ikan Kerapu (Ephinephelus sp.) Pasca Terjadinya Harmfull Algal Blooms (HABs) di Pantai Ringgung Kabupaten Pesawaran"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI PARASIT IKAN KERAPU (Epinephelus sp) PASCA TERJADINYA Harmfull Algal Blooms (HABs) DI PANTAI RINGGUNG KABUPATEN

PESAWARAN (Skripsi)

Oleh

AJENG ANGRUM NINGSIH

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

PARASITES IDENTIFICATION OF GROUPER (Epinephelus sp.) AFTER HARMFULL ALGAL BLOOMS (HABs) ON THE RINGGUNG BAY,

PESAWARAN

By

Ajeng Angrum Ningsih

Groupers was one of fish commodity that have high value economic with a good opportunities for fish markets in Asia such as Hong Kong, China, Taiwan, Singapore and Malaysia. Ringgung beach was one of the grouper aquacultur center in Lampung. On October 2012 until March 2013 have been harmfull algal blooms (HABs) in Lampung Bay that caused fish mass death. Among the fish death there was grouper, size from seedlings until consumption size whose caused the financial loss. The purpose of the research was to identify the parasite grouper post- harmfull algal blooms (HABs) on the beach Ringgung Pesawaran District. Grouper samples (8-15 cm) were collected as much as 6 fish/weeks KJA in Ringgung Beach. The research was done on two stations, station one used KJA with high density and station two used KJA with low density. Investigation of parasite including outer part and inside of fish salinitas, suhu, DO, pH, NO2, NO3, and NH3 was the observe parameter.

Based on the grouper were infected by three kinds of parasites Pseudorhabdosynochus sp., Trichodina sp., and Haliotrema sp. The intensity of parasites on farms included in the category often. The highest prevalence of parasites from the location at weeks 4 and 6 was Pseudorhabdosynochus sp. (16.7%). This can be influenced by a change in water quality and the presence of harmfull algal blooms (HABs) that occurs in the week.

(3)

ABSTRAK

IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN KERAPU (Epinephelus sp.) PASCA TERJADINYA HARMFULL ALGAL BLOOMS (HABs) DI PANTAI

RINGGUNG KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

Ajeng Angrum Ningsih

Ikan kerapu merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dengan peluang baik untuk pasar ikan hidup di Asia seperti Hong Kong, Cina, Taiwan, Singapura dan Malaysia. Salah satu sentra budidaya ikan kerapu di Lampung adalah Pantai Ringgung. Pada Oktober 2012 hingga Maret 2013 terjadi harmfull algal blooms (HABs) di Teluk Lampung yang menyebabkan kematian massal ikan. Di antara jenis ikan yang mati tersebut adalah kerapu mulai dari ukuran bibit hingga ukuran konsumsi sehingga mengakibatkan kerugian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi parasit ikan kerapu pasca harmfull algal blooms (HABs) di Pantai Ringgung Kabupaten Pesawaran. Sampel ikan yang digunakan berukuran 8-15 cm sebanyak 6 ekor/minggu yang yang berasal dari KJA di Pantai Ringgung. Penelitian dilakukan pada 2 stasiun yaitu stasiun 1 yaitu KJA dengan kepadatan tinggi dan stasiun 2 yaitu KJA dengan kepadatan rendah. Pemeriksaan parasit meliputi organ luar dan dalam ikan. Parameter yang diamati yaitu salinitas, suhu, DO, pH, NO2, NO3 dan NH3. Hasil penelitian ditemukan tiga jenis parasit yang menginfeksi ikan kerapu yaitu Pseudorhabdosynochus sp., Trichodina sp., dan Haliotrema sp. Intensitas parasit pada lokasi budidaya termasuk dalam kategori often (sering). Sedangkan prevalensi parasit yang menginfeksi ikan kerapu pasca harmfull algal blooms (HABs) tertinggi terjadi pada minggu ke 4 dan ke 6 yaitu Pseudorhabdosynochus sp. (16,7 %). Hal tersebut dapat dipengaruhi adanya perubahan kualitas air dan adanya harmfull algal blooms (HABs) yang terjadi pada minggu tersebut.

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 9 September 1990 sebagai puteri ketiga dari tiga bersaudara, dari Bapak Sri Wardoyo, S.Sos (Alm.) dan Ibu Diah Susilowati Ningsih, B.A. Penulis telah menyelesaikan jenjang pendidikan di TK Pertiwi tahun 1996, SDN 3 Taman Fajar tahun 2002, SMPN 1 Purbolinggo tahun 2005, dan SMAN 1 Purbolinggo tahun 2008.

Penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Perairan tahun 2008.

Selama menempuh studi penulis telah mengikuti Praktek Umum (PU) di Balai Pelestarian Perikanan Perairan Umum (BPPPU) Ciherang, Jawa Barat dengan judul “Pembenihan Ikan Komet (Carassius auratus)” pada tahun 2012. Penulis juga telah

(8)

Penulis pernah menjadi anggota Penelitian dan Pengembangan periode 2009/2010 dan sekertaris bidang kesekretariatan periode 2011/2012 di Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA).

Untuk menyelesaikan studi di Universitas Lampung, penulis melaksanakan penelitian

sebagai tugas akhir dengan judul “Identifikasi Parasit Ikan Kerapu (Epinephelus Sp) Pasca Harmfull Alga Blooms (HABs) Di Pantai Ringgung

(9)
(10)

“Man Jadda Wa Jadda”

(Barang siapa yang bersungguh-sungguh akan

mendapatkanya)

“ It Only Takes A Smile To Hide A Milion Tears “

Jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu,

sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar

( Al Baqarah : 153)

I am thankfull to all those who said NO to me, it’s

(11)

ALHAMDULILAH, dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT,

kupersembahkan karya kecilku ini kepada

Ayahanda (Alm.)

yang selalu menjadi motivasi hidup ku, yang akan selalu kurindukan (you’re my everything)

Ibunda

yang selalu mendoakan, yang selalu berusaha dan yang selalu memberi

semangat di setiap langkah hidupku

Mbakku, mamasku dan Oomku

yang senantiasa mendampingi, menyayangi dan mendoakanku

Teman hidupku yang akan mendampingiku nantinya

Almamater tercinta “Universitas Lampung”

teman teman seperjuangan dan satu angkatan

(12)

i SANWACANA

Alhamdulillaahirabbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi Parasit Ikan Kerapu (Epinephelus Sp) Pasca Terjadinya Harmfull Algal Blooms (HABs) Di Pantai Ringgung Kabupaten Pesawaran” dengan baik.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan dan Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan pemikiran, dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

3. Bapak Agus Setyawan, S.Pi., M.Si. selaku Pembimbing I atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi

4. Bapak Qadar Hasani, S. Pi., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik demi perbaikan skripsi.

5. Bapak Suparmono, S. Pi., M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis selama menjalani studi di Jurusan Budidaya Perairan

(13)

ii 7. Ibu Dini, Pak Aris, Ibu Sesil dan seluruh staf/karyawan Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Lampung atas bimbingan dan bantuannya.

8. Bapak (Alm.), ibu atas semua kasih sayang, motivasi dan tetes keringat yang selalu menjadi semangat dalam langkah kaki ku serta do’anya demi kelancaran, keselamatan dan kesuksesan penyusun,.

9. Kedua kakakku tersayang : Thiara Arum Sakoro Ningsih, Amd. Kep. (mb aya) dan Dimas Soko Wisnu, S.T (masnu) atas semua dukungan, motivasi, nasehat, kasih sayang dan do’anya demi kelancaran, keselamatan dan kesuksesan penyusun.

10. Pakde Budiono dan Bude Inung yang telah menjadi orang tua kedua penyusun selama ini.

11. Om Sulaman, Om Juremi, dan oom yang lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas semua dukungan dan motivasi selama ini.

12. Pak Prayit selaku petani tambak Ringgung yang telah membantu selama proses penelitian.

13. Teman penelitian Agus, Kak Ade dan Uus serta sahabatku Dinar, Nani, Susi, Manja, Rini, Dahlia dan eva atas kebersamaan dan semangat yang diberikan. 14. Teman-teman asrama kurnia (nuyul, napoy, nala, nia, eva), asrama aditya (mb

titin, mb vera, dudu ) dan krew edelweis ( mb dewi, mb lilin, nurul, yulia) atas kebersamaannya dan keceriaan yang diberikan.

15.Keluarga Besar Budidaya Perairan angkatan 2008 atas kebersamaanya.

Bandar Lampung, Desember 2014

(14)

DAFTAR ISI

C. Harmfull Algal Blooms (HABs)...9

D. Lingkungan dan Parasit ...10

E. Jenis-Jenis Parasit Pada Ikan Kerapu...12

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ... 20

B. Alat dan Bahan ... 20

C. Prosedur Penelitian ... 20

D. Analisis Data ... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Parasit yang Ditemukan... 23

B. Prevalansi dan Intensitas Parasit... 29

(15)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………... 38 B. Saran………...38 DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Parameter Kualitas Air di Pantai Ringgung……… ... 40

2. Perhitungan Regresi Pada Parasit Pseudorhabdosynochus sp….……… 41

3. Perhitungan Regresi Pada Parasit Trichodina sp………..…. 42

4. Perhitungan Regresi Pada Parasit Haliotrema sp……….………….….... 43

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan kerapu (Groupers) merupakan salah satu jenis ikan laut bernilai ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia. Ikan kerapu bernilai gizi tinggi dan telah dapat dibudidayakan secara komersial di beberapa negara tropis. Rasa dagingnya yang lezat membuat ikan kerapu punya nilai tinggi di pasar dunia. Tingginya harga komoditas juga karena ketersediaannya di alam mulai berkurang. Negara tujuan ekspor kerapu adalah Hongkong, Taiwan, China, Jepang, Korea Selatan, Vietnam, Thailand, Filipina, USA, Australia, Singapura, Malaysia dan Perancis (Anonim, 2011).

Ikan kerapu sebagai komoditas unggulan ekspor perikanan budidaya, mempunyai nilai ekonomis tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar. Ikan kerapu bebek ditingkat pembudidaya dipatok dengan harga Rp 350 ribu per kilogram, sedangkan ditingkat eksportir mencapai Rp 500 ribu per kilogram. Tingginya harga dan permintaan pasar yang banyak pada ikan kerapu mendorong para pelaku usaha untuk membudidayakan ikan kerapu.

(20)

2

2 kerapu, mulai dari ukuran benih hingga ukuran konsumsi atau hampir panen (Anonim, 2013).

Total kerugian akibat kematian masal tersebut diperkirakan mencapai Rp 5 milyar lebih (Arrazie., 2012). Awal Oktober 2012 di Teluk Lampung terjadi kematian massal ikan dengan gejala klinis yang muncul yaitu ikan tiba-tiba melayang-layang lalu mati mengambang. Kejadian kematian massal tersebut diduga disebabkan adanya harmfull algal blooms (HABs), yaitu fenomena serangan "blooming" plankton (Anonim, 2013).

Harmfull algal blooms (HABs) dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi

dimana tanaman sel satu berukuran kecil yang hidup di laut yang tumbuh dengan sangat cepat dan terakumulasi dalam suatu kumpulan di permukaan air laut. Fenomena tersebut diikuti dengan perubahan warna air laut yang disebabkan oleh ledakan fitoplankton yang tiba-tiba (blooming) dari salah satu jenis fitoplankton bersel tunggal kelompok dinoflagellata.

(21)

3

3 Adanya harmfull algal blooms (HABs) di perairan disebabkan oleh adanya fitoplankton. Fitoplankton diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu : (1) Fitoplankton yang mampu mengeluarkan zat racun spesifik sehingga mengakibatkan kematian ikan, meskipun densitas fitoplanktonnya rendah. (2) Fitoplankton yang tidak mengeluarkan zat beracun, namun karena jumlahnya (densitas) yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan terjadinya dampak negatif pada perairan, seperti penurunan kandungan oksigen terlarut karena proses pembusukan (anoxius) (Pasaribu, 2004). Dekomposisi mengakibatkan kondisi perairan yang cocok bagi kehidupan mikroba patogen yang terdiri dari bakteri, virus, jamur dan parasit berkembang-biak, setiap saat dapat menginfeksi ikan dan menjadi penyakit yang mematikan.

(22)

4

4 B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan mengidentifikasi parasit pada ikan kerapu pasca harmfull algal blooms (HABs)di Pantai Ringgung Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada pembudidaya dan masyarakat umum tentang jenis parasit pada ikan kerapu pasca harmfull algal blooms (HABs) sehingga bisa dilakukan upaya penanggulangan yang lebih efektif

dan efisien.

D. Perumusan Masalah

(23)

5

5 Salah satu sentra budidaya ikan kerapu di Lampung yaitu Pantai Ringgung. Banyaknya tambak akan disertai banyaknya limbah organik dari hasil buangan tambak, over feeding pakan ikan di keramba, ataupun pembuangan limbah yang banyak mengandung unsur N. Pada Oktober 2012 hingga Maret 2013 terjadi harmfull algal blooms (HABs) yang menyebabkan kematian massal ikan di Teluk Lampung. Di antara jenis ikan yang mati tersebut adalah kerapu, mulai dari ukuran bibit hingga ukuran konsumsi atau hampir panen sehingga mengakibatkan kerugian.

Adanya harmfull algal blooms (HABs) di permukaan air mengakibatkan kualitas air menjadi rendah yang diikuti rendahnya kosentrasi oksigen terlarut bahkan sampai batas nol dan menghasilkan senyawa beracun yang dapat mengakibatkan kematian fauna. Dekomposisi mengakibatkan kondisi perairan yang cocok bagi kehidupan mikroba patogen yang terdiri dari bakteri, virus, jamur dan parasit berkembang-biak, setiap saat dapat menginfeksi ikan dan menjadi penyakit yang mematikan.

(24)

6

6 Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran

Identifikasi Parasit pada Ikan Kerapu Pasca harmfull algal blooms (HABs).

Virus

Agent Penyakit Kematian Massal Ikan Kerapu harmfull algal blooms (HABs)

Limbah Organik

Jamur Bakteri

Parasit

Informasi tentang Siklus Hidup Parasit

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikan Kerapu

Dalam dunia internasional kerapu dikenal dengan nama “grouper” yang mempunyai sekitar 46 spesies yang tersebar di berbagai jenis habitat. Semua spesies tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tujuh genus, meskipun demikian hanya tiga genus yang sudah dibudidayakan dan menjadi jenis komersial yaitu genus Chromileptes, Plectropomus dan Ephinephelus. Klasifikasi dari ikan kerapu (Epinephelus sp.) menurut Saanin (1995) sebagai berikut:

Filum : Chordata Kelas : Pisces

Ordo : Perciformes Familia : Serranidae

Genus : Epinephelus

(26)

8

Gambar 2. Morfologi Ikan Kerapu

Ikan kerapu memiliki ciri-ciri yaitu berbadan kekar, berkepala besar dan bermulut lebar. Seluruh tubuhnya ditutupi oleh sisik-sisik kecil, pada pinggiran operculum bergerigi dan terdapat duri pada operculum tersebut. Dua sirip punggungnya yang pertama berbentuk duri-duri. Ikan kerapu dikenal sebagai predator atau piscivorous yaitu pemangsa jenis ikan-ikan kecil, plankton hewani (zooplankton), udang-udangan, invertebrata dan hewan-hewan kecil lainnya (Kordi, 2001).

B. Potensi kerapu

(27)

9

Ikan kerapu bebek ditingkat pembudidaya dipatok dengan harga Rp 350 ribu per kilogram, sedangkan ditingkat eksportir mencapai Rp 500 ribu per kilogram.

Menurut Pongasapan, dkk (2001) menyatakan bahwa budidaya ikan dengan sistem keramba jaring apung (KJA) mempunyai keunggulan diantaranya yaitu hemat lahan, tingkat produktivitas tinggi yaitu 350 – 400 Kg/m3/musim tanam, tidak memerlukan pengelolaan air yang khusus sehingga dapat menekan input biaya produksi, mudah dipantau, unit usaha dapat diatur sesuai kemampuan modal, pemanenan mudah.

C. Harmfull Algal Blooms (HABs)

Pada umumnya fenomena ledakan plankton ditandai dengan berubahnya warna air laut yang dikenal dengan sebutan red tide atau pasang merah. Namun dalam perkembangannya ternyata tidak selamanya ledakan plankton berwarna merah tetapi perairan berubah menjadi warna dari biru-hijau menjadi merah kecoklatan, hijau, atau kuning-hijau, tergantung pada pada pigmen yang dikandungnya (Nontji, 2006). Kasus ledakan plankton menjadi bencana bagi biota laut. Perairan dikatakan terjadi ledakan fitoplankton jika kelimpahan fitoplanktonnya mencapai 5 x 106 sel/l. Akibatnya eutrofikasi menjadi masalah bagi perairan yang dikenal dengan alga blooms.

Namun secara umum, kerugian secara ekonomi akibat dari harmfull algal blooms (HABs) adalah tangkapan nelayan yang menurun drastis, gagal panen para

(28)

10

1. Angin dan gelombang yang dapat mengangkat nutrient di dasar air naik ke permukaan, sehingga merangsang percepatan reproduksi fitoplankton.

2. Upwelling pada perairan dalam yang mengangkat nutrient yang tersimpan di dasar naik ke permukaan (yang kaya sinar matahari), sehingga memicu pertumbuhan fitoplankton.

3. Hujan lebat dan banjir yang dapat membawa nutrient dari sekitar perairan, masuk ke dalam badan perairan tertentu, karena pencucian permukaan tanah yang subur atau akibat erosi.

4. Pemakaian pupuk, baik pemberian pupuk organik maupun anorganik yang dimaksudkan untuk menyuburkan plankton dan pakan alami ikan kultur, kadang-kadang justru memicu blooming plankton. Dernikian pula pemberian pakan buatan yang berlebihan dan terakumulasi kemudian diurai oleh bakteri menjadi nutient bagi plankton.

5. Spora diam atau kista yang awalnya berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, kemudian karena perubahan kondisi yang mendukung dapat berkembang dan memicu blooming.

6. Limbah domestik dan pertanian berbentuk organik yang diurai oleh bakteri menjadi nutrient alga dapat mendorong pertumbuhan pesat bila didukung oleh faktor-faktor lainnya, seperti sinar matahari yang cukup, suhu, dan kurangnya predator.

D. Lingkungan Parasit

(29)

11

(inang/ikan) dan faktor-faktor lingkungan. Bermacam-macam faktor lingkungan dapat secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi/menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan faktor-faktor tersebut adalah kualitas air.

Kualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam pemeliharaan ikan kerapu macan, karena kualitas air tempat pemeliharaan ikan akan sangat mempengaruhi kerentanan ikan terinfeksi agen penyakit. Beberapa parameter kualitas air yang berpengaruh terhadap keberadaan penyakit bakterial dan parasit pada ikan kerapu macan antara lain:

1. Oksigen

(30)

12

2. Salinitas.

Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di perairan (Boyd, 1988). Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua karbonat di konversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi. Kisaran salinitas perairan laut antara 30-40 ppm. Tingkat salinitas yang terlampau rendah atau terlampau tinggi dapat mengakibatkan respon stres dari akut dan penyebab timbulnya serangan penyakit hingga kronis pada ikan budidaya. Menurut Sugianti (2005) penyebab penyakit ikan yaitu disebabkan oleh Protozoa, Helminthes (cacing), dan Crustacea (udang-udangan).

E. Jenis-Jenis Parasit Pada Ikan Kerapu 1. Protozoa

Protozoa adalah organisme unisellular (bersel satu) mikroskopik yang sangat kecil dan memiliki struktur yang kompleks yang digunakan untuk pergerakan, pelekatan, dan perlindungan. Parasit ini memiliki beberapa kelompok yang parasit pada ikan. Parasit ini dapat berkembang biak pada atau dalam tubuh inang. Golongan protozoa setidaknya memiliki 7 phylum yang merupakan parasit pada ikan, yaitu : Phylum Amoebozoa, Phylum Dinoflagellata, Phylum Parabasalia, Phylum Euglenozoa, Phylum Ciliophora, Phylum Apicomplexa, Phylum Microspora, Phylum Myxozoa (Gusrina, 2008).

(31)

13

muda lebih rentan terhadap serangan protozoa dibanding ikan-ikan dewasa. Protozoa pada ikan dapat ditemukan di sirip, kulit, insang, rongga mulut, hidung, system saraf, system skeletal, saluran pencernaan dan urat daging.

2. Platyhelminthes

a. Diplectanum sp.

Beberapa peneliti melaporkan bahwa parasit dari golongan Monogenea, Famili Diplectanidae telah menyebabkan penyakit pada kerapu. Hartono dkk., (2005) dalam Bunga (2008) melaporkan hasil pemeriksaan terhadap 234 sampel ikan groupers yang dibudidayakan pada keramba jaring apung di Lampung, 25 % telah terinfeksi oleh parasit Diplectanum sp.

Gambar 3. Parasit Diplectanum (sumber :Noble et al. 1989)

(32)

14

b. Dactylogyrus sp.

Dactylogyrus sp. merupakan hewan parasit yang termasuk cacing tingkat

rendah (Trematoda). Dactylogyrus sp. sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut. Klasifikasi Dactylogyrus sp. adalah:

Phylum : Platyhelminthes kelas : Trematoda

Ordo : Monogenea Famili : Dactylogyridae Genus : Dactylogyrus

Species : Dactylogyrus sp.

Gambar 4. Dactylogyrus sp.

(33)

15

infeksi pada ikan antara lain pernafasan ikan meningkat, dan produksi lendir berlebih (Gusrina, 2008). Parasit Dactylogyrus sp. mempunyai siklus hidup langsung yang melibatkan satu inang. Parasit ini merupakan ektoparasit pada insang ikan. Insang yang terserang berubah warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan. Penyerangan dimulai dengan cacing dewasa menempel pada insang atau bagian tubuh lainnya (Gusrina, 2008).

c. Trichodina sp.

Trichodina sp. adalah parasit patogen dari golongan ciliata yang biasa

menyerang ikan air tawar dan laut Pada ikan- ikan air tawar, parasit ini umumnya ditemukan di kulit, sedangkan pada ikan-ikan air laut di insang (Lom 1992). Serangan dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabkan hiperplasia pada sisik dan kerusakan struktur insang, yang pada akhirnya akan menyebabkan ikan mati.

Adapun klasifikasi dari parasit Trichodina sp. menurut Kabata (1985) adalah sebagai berikut:

Trichodina sp tubuhnya berbentuk datar seperti piring dengan dikelilingi

(34)

16

lingkaran tubuh bawah terdapat lingkaran pelekat (adhesive disk) untuk melekatkan dirinya ketubuh ikan atau benda-benda lainnya,

Gambar 5. Trichodina sp.

Pada dasarnya parasit ini bukan sebagai penyerang utama, tetapi ia menyerang pada ikan yang telah lebih dulu terkena parasit lain, misalnya karena luka, sakit, stress dan sebagainya, sehingga boleh dikatakan bahwa parasit ini sebagai infeksi sekunder, ikan yang terserang biasa dilihat dengan tanda-tanda antara lain terdapat bintik putih keabuan pada bagian tubuh yang terserang terutama kepala dan punggung, nafsu makan hilang hingga ikan menjadi kurus dan lemah, produksi lendir bertambah banyak sehingga ikan nampak mengkilat.

3. Crustacea

(35)

17

a. Argulus sp.

klasifikasi Argulus sp. menurut Poly (2008) adalah sebagai berikut:

Filum : Arthopoda Subfilum : Crutacea

kelas : Maxillopoda Ordo : Arguloida

Famili : Argulidae Genus : Argulus sp.

Gambar 6. Argulus sp.

(36)

18

utama pada Argulus sp. selain itu terdapat preoral dan probosis untuk melukai dan menghisap sari makanan dari inang. Argulus merupakan ancaman yang sangat serius bagi kesehatan ikan, karena dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Ikan yang terinfeksi biasanya terdapat bercak perdarahan dan kulit terjadi pembengkakan disekitar insang atau sirip.

(37)

19

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2013, di Keramba Jaring Apung Pantai Ringgung, Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, Lampung. Pada 2 stasiun yaitu stasiun pertama di perairan dengan jumlah KJA yang padat, stasiun kedua yaitu lokasi yang terdapat sedikit KJA. Kemudian sampel ikan diidentifikasi di Laboratorium parasit di Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu toples, peralatan aerasi, tali, penggaris, timbangan, pH meter, DO meter, thermometer, refraktometer, 2 buah nampan, alat bedah 1 set, pipet tetes, mikroskop, gelas objek, gelas penutup, jarum pentul, dan kamera.

2. Bahan

(38)

20 yaitu keramba jaring apungdengan kepadatan rendah. Penentuan stasiun penelitian berdasarkan kepadatan KJA yakni ditentukan 2 titik stasiun penelitian. Stasiun pertama di perairan dengan jumlah KJA yang padat, stasiun kedua adalah lokasi yang terdapat sedikit KJA. Sampel dimasukkan ke dalam toples dan diberi aerasi lalu dibawa ke laboratorium parasit di Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Lampung

2. Pemeriksaan Sampel dan Penghitungan Parasit

Prosedur pengamatan infeksi parasit dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) Kulit dari bagian kepala sampai ekor dikerok menggunakan scalpel bersih

sehingga diperoleh campuran mucus, sel epidermis dan parasit-parasit pada kulit. Material hasil kerokan kulit diusapkan di atas gelas objek. Larutan fisiologis diteteskan di atas usapan dengan pipet tetes hingga merata dan ditutup dengan gelas penutup. Usapan tidak boleh tebal untuk memudahkan mengidentifikasi parasit.

(39)

21

fisiologis dan ditutup dengan gelas penutup kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop perbesaran 40x dan 100x.

c) Pemeriksaan endoparasit dilakukan dengan membedah ikan dari bagian anus hingga ke bawah sirip dada. Selanjutnya usus dibuka dan isinya dikeluarkan lalu isi serta dinding organ usus diamati di bawah mikroskop. d) Untuk parasit yang telah ditemukan lalu diidentifikasi dan dihitung

jumlahnya. Identifikasi dilakukan dengan merujuk pada buku Kabata (1970) dan Hoffman (1971).

D. Analisis Data

Dari hasil pengamatan parasit meliputi jenis parasit, dan jumlah dari masing-masing parasit yang ditenukan pada masing-masing ikan, kemudian ditabulasi dan dihitung tingkat serangan ektoparasit (intensitas), dan prevalensi nya. Menurut Fernando et al, (1972) intensitas dan prevalensi serangan parasit terhadap ikan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah ikan yang terinfeksi

Prevalensi = X 100%

Jumlah sampel ikan yang diambil

Sedangkan intensitas parasit dihitung dengan menggunakan rumus berikut: Jumlah parasit yang ditemukan

Intensitas = X 100 %

Jumlah ikan yang terinfeksi

(40)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Parasit yang ditemukan pada ikan kerapu pasca red tide yaitu Pseudorhabdosynochus sp. , Trichodina sp., dan Haliotrema sp.

2. Dominasi parasit yang menginfeksi ikan kerapu pasca red tide yaitu Pseudorhabdosynochus sp..

3. Prevalensi parasit tertinggi terjadi pada minggu ke 4 dan minggu ke 6.

B. Saran

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Fenomena Langka Red Tide Terjadi di Indonesia. Diakses dari (http://bangka.tribunnews.com/2012/12/16/fenomena-langka-red-tide-terjadi-di-indonesia). 27 Maret 2013.

Arrazie Nurochman, 2012. Puluhan Ribuan Ikan di Teluk Lampung Mati Mendadak. Diakses darihttp://www.tempo.co/read/news/2012/12/21/058449595/Puluhan-Ribuan-Ikan-di-Teluk-Lampung-Mati-Mendadak. Tanggal 24 Februari 2013. Baker, D. G. 2007. Flynn’s Parasites of Laboratory Animals. 2nd Edition. Blackweel

Publishing. USA. 844 hal. University of Malaysia. CABl Publishing. 365 hal. Fernando, C. F. J.L Furtado, A. V Gussev, G. Honek and S.A. Kakonge. 1972.

Methods for the Study of Fresh Water Fish Parasites. University of Waterloo. Biologi Series: 1-76

Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 70 hal.

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 3. Diakses dari http://ftp.lipi.go.id/pub/Buku_Sekolah_Elektronik/SMK/Kelas%20XII/Kelas %20XII_smk_budidaya_ikan_gusrina.pdf.

Goldman CR. And Horne AJ.1983. Limnology. McGraw-Hill International Book Company. Tokyo. 464p.

Hassan, M. 2008. Parasites of Native and Exotic Freshwater Fishes in the South-West of South-Western Australia. Thesis. Murdoch University. Perth, South-Western Australia. 173 hal.

(42)

40

Kordi, G. 2001. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu di Tambak. Kanisius. Yogyakarta. Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in the Tropics. Taylor and

Francis. London and Philadelphia. 303 p.

Lom, J. and I. Dykova. 1992. Protozoan Parasites of Fishes. Developments in Aquaculture and Fisheries Science, 315 pp.

Makmur, Murdahayu. 2008. Pengaruh Upwelling Terhadap Ledakan Alga (Blooming Algae) Di Lingkungan Perairan Laut. Prosiding. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif. BATAN

Martinez, V. M.V. and E. F. M. Franco. 1998. Pseudorhabdosynochus cappurroi sp. n. (Monogenea: Diplectanidae) from the gills of Mycteroperca bonaci (Pisces: Serranidae) of the Yucatan Peninsula, Mexico. Journal of Folia Parasitologica, 45:221-224.

Pasaribu, A.P.H., 2004. Siaran Pers: "Red Tide" Sebabkan Ribuan Ikan Mati di Teluk Jakarta, Departemen Kelautan dan Perikanan RI, http://www.dkp.go.id. Akses tanggal 30 Juni 2014.

Prayitno, S. B Sarono. A, Widodo, Thalib. N. Hariyano. S, Noviani. W dan Wardani, S. 1996. Deskripsi Hama dan Penyakit pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Udang. Pusat Karantina Pertanian Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro.

Pongasapan,S.D. Rachmansyah dan Mangawe,G.A. 2001. Penelitian Budidaya Bandeng Intensif dalam Keramba Jaring Apung di Laut. Departemen Kelautan dan Perikanan

Poly, W.J. 2008. Global diversity of fishlike (crustacean: Branchiura: Argulidae) in Fresh water. Hydribiologia 595(1): 209-212.

Rimmer M.A., McBride S. and Williams K.C. 2004. Advances in grouper aquaculture. ACIAR Monograph No. 110. Australian Centre for International Agricultural Research: Canberra.

Nontji, A. 2006. Tiada Kehidupan Di Bumi Tanpa Keberadaan Plankton. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (pusat penelitian oseanografi). Jakarta.

Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Penerbit djambatan. Jakarta

(43)

41

Smith, S. and M. Schwarz. 2009. Commercial Fish & Shellfish Technology Fact Sheet Dealing with Trichodina and Trichodina-like species. College of Agriculture and Life Sciences. Virginia Polytechnic Institute and State University. 3 hal.

Sugiyono. 2005. Analisis Statistik Korelasi Linier Sederhana. Diakses dari www.usu.id [29 Desember 2013]

Sugianti, B. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional Dalam Pengendalian Penyakit Ikan. Makalah Pribadi Falsafah Sains Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian. Bogor.

Williams, H. and Jones, A. 1994. Parasitic Worms of Fish. Taylor and Francis Ltd, London. 593 hlm.

Gambar

Gambar
Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Morfologi Ikan Kerapu
Gambar 3. Parasit Diplectanum (sumber :Noble et al. 1989)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Almatsier (2011) yang dikutip oleh Marmi mengatakan, zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu karbohidrat, lemak, dan protein

Faktor lainnya yaitu paritas dimana pada ibu primigravida perineum masih utuh, vulva tertutup, hymen pervoratus, vagina sempit dengan rugae sehingga pada

Dimensi-dimensi Penelitian Kuantitatif yaitu Desain penelitian kuantitatif bersifat tetap (permanent), Hasil penelitian kuantitatif dirumuskan hanya berdasarkan data

Baik Kanada maupun Meksiko, yang mana merupakan importir terbesar nomer tiga untuk produk kertas sanitasi ke Amerika Serikat dengan nilai impor sebesar 13.5%, menikmati

Dalam bertindak untuk seorang klien atau majikan yang tergabung dalam suatu profesi, seorang anggota akan menghargai Kode Etik dari profesi tersebut dan secara sadar tidak akan

KEPUTUSAN KAJIAN DAN PERBINCANGAN 4.1 Latar Belakang Responden 4.2 Literasi Kewangan 4.3 Tingkah Laku Kewangan 4.4 Kompetensi Kewangan 4.5 Penilaian Ibu dan Bapa 4.6 Pengujian

Nilai koefisien determinasi (R 2 ) diperoleh sebesar 0,335 atau bila dipersentasekan, maka 33,5% variabel label halal memberikan pengaruh terhadap keputusan