• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERJANJIAN JASA KONSTRUKSI PEMBANGUNAN JALAN TEROWONGAN ANTARA PEMERINTAH DANPT WASKITA KARYA – PT RICKY KENCANA SUKSES MANDIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERJANJIAN JASA KONSTRUKSI PEMBANGUNAN JALAN TEROWONGAN ANTARA PEMERINTAH DANPT WASKITA KARYA – PT RICKY KENCANA SUKSES MANDIRI"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Dimas Pratama Siddarta

ABSTRAK

PERJANJIAN JASA KONSTRUKSI PEMBANGUNAN JALAN TEROWONGAN ANTARA PEMERINTAH DANPT WASKITA KARYA –

PT RICKY KENCANA SUKSES MANDIRI

Oleh

DIMAS PRATAMA SIDDARTA

Jasa Konstruksi merupakan salah satu kegiatan bidang ekonomi yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Terdapat dua pihak dalam layanan jasa konstruksi yang mengadakan suatu hubungan kerja berdasarkan hukum, yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa.Hubungan kerja antara pengguna jasa dan penyedia jasa berdasarkan atas hukum, serta dituangkan dalam bentuk kontrak kerja konstruksi. Pokok bahasan dalam penelitian ini untuk menganalisis, yaitu Pertama

bagaimanakah prosedur pelaksanaan perjanjian jasa kontruksi pembangunan jalan terowongan antara Pemerintah dengan PT Waskita Karya dan PT Ricky Kencana Sukses Mandiri, dan mengetahuibagaimana proses penyelesaian jasa konstruksi antara Pemerintah dengan PT Waskita Karya dan PT Ricky Kencana Sukses Mandiri jika terjadi wanprestasi antara para pihak dalam perjanjian jasa konstruksi pengerjaan pembangunan jalan terowongan.

Penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif, dengan pendekatan masalah yuridis normatif. Data yang digunakan adalah data sekunder. Pengolahan data dilakukan dengan identifikasi, penyuntingan, penyusunan dan penarikan kesimpulan.

(2)

Dimas Pratama Siddarta

ditetapkan oleh pemerintah. Kedua, masing-masing pihak telah sepakat untuk menyelesaikan pekerjaan pembangunan jalan terowongan meskipun suatu saat terjadi wanprestasi. Jika terjadi wanprestasi para pihak sebelumnya akan menyelesaikannya melalui musyawarah, namun jika tidak menemui titik temu maka akan diselesaikan melalui pengadilan.

(3)

PERJANJIAN JASA KONSTRUKSI PEMBANGUNAN JALAN TEROWONGAN ANTARA PEMERINTAH DAN PT WASKITA KARYA –

PT RICKY KENCANA SUKSES MANDIRI

Oleh

DIMAS PRATAMA SIDDARTA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Perdata

Fakultas Hukum Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)

PERJANJIAN JASA KONSTRUKSI PEMBANGUNAN JALAN TEROWONGAN ANTARA PEMERINTAH DAN PT WASKITA KARYA –

PT RICKY KENCANA SUKSES MANDIRI (Skripsi)

Oleh

DIMAS PRATAMA SIDDARTA

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

JUDUL DALAM...ii

HALAMAN PERSETUJUAN...iii

HALAMAN PENGESAHAN...iv

RIWAYAT HIDUP...v

MOTO ...vi

PERSEMBAHAN...vii

SANWACANA...viii

DAFTAR ISI...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ... 7

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perjanjian ... 10

B. Industri Jasa Konstruksi ... 22

C. Kerangka Pikir ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

(6)

C. Pendekatan Masalah ... 32

D. Data dan Sumber Data ... 32

E. Metode Pengumpulan Data... 33

F. Metode Pengolahan Data ... 34

G. Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prosedur pelaksanaan perjanjian jasa konstruksi pembangunan jalan terowongan antara Pemerintah dan PT Waskita Karya dengan PT Ricky Kencana Sukses Mandiri...37

B. Proses Penyelesaian Jasa Konstruksi Jika Terjadi Wanprestasi Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Jasa Konstruksi Pengerjaan Pembangunan Jalan Terowongan ... 56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

(7)

MOTO

“Jangan biarkan keadaan mengontrolmu. Kamulah yang mengontrol keadaan” (Jackie Chan)

“You get what you give” (Anonymous)

“Saya tidak sedih kalau anda telah membohongi saya, tapi saya justru sedih karena sejak saat itu saya tidak bisa percaya lagi kepada anda.”

(8)
(9)

PERSEMBAHAN

Skrispsi ini aku persembahkan untuk:

Kedua orang tuaku terhormat dan terkasih, Ibunda (Dra. Isti Purwaningsih) dan

Ayahanda (Drs. Indra, Ak) yang selalu mencintai, menyayangi, mendoakanku.

Terima kasih atas nasehat, kasih sayang yang tiada henti, dan doa yang selalu

terpanjatkanuntukku disetiap sujud Sholatnya serta kepercayaan bahwa aku pasti

bisa dan mampu menjadi apa yang kalian impikan.Semoga Allah membalas

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur

pada tanggal 21 Oktober 1991 dan merupakan anak tunggal dari

pasangan Bapak Drs. Indra, Ak dan Ibu Dra. Isti Purwaningsih.

Pendidikan yang telah diselesaikan adalah sebagai berikut:Taman

Kanak-kanak Dharma Wanita Sidoarjo Jawa Timur diselesaikan pada tahun 1998.

Penulis kemudian melanjutkan ke SD Kartika II-5 Bandar Lampung yang lulus

pada tahun 2004. Penulis lalu melanjutkan sekolah menengah pertama di SMP

Negeri 1 Bandar Lampung yang lulus pada tahun 2007. Dan penulis melanjutkan

sekolah menengah atas di SMA Negeri 9 Bandar Lampung yang lulus pada tahun

2010.

Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

(11)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamiin, segala puji syukur hanyalah milik Allah SWT,

Rabb seluruh alam yang telah memberikan Rahmat dan Taufik serta Hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung tepat waktu.

Tanpa adanya kemudahan yang diberikan oleh-Nya takkan mungkin dapat

terlaksana, oleh karenanya hamba senantiasa bersyukur atas segala yang telah

diberikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada sebaik-baik contoh

dan tauladan Baginda Nabi Muhammad SAW, Beliau yang telah memberikan

pencerahan kepada dunia.Penulis merasakan selama studi pada Fakultas Hukum

Universitas Lampung mendapatkantambahan pengetahuan ilmiah dan akademis

yang sangat berguna.

Penulisan ini tidak terlepas dari adanya bantuan, dan partisipasi dari berbagai

pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasihyang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung serta para Pembantu Dekan.

(12)

3. Ibu Aprilianti, S.H., M.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum Perdata.

4. Ibu Marindowati, S.H., M.H.,Pembimbing utamaskripsi yang telah banyak

mencurahkan waktu, ilmu, dan tenaga kepada penulis serta memberi

bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

5. Ibu Selvia Oktaviana, S.H., M.H.,Pembimbing kedua yang telah

memberikan banyak kesabaran, waktu, perhatian, ilmu, serta masukan dan

saranuntuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Hamzah, S.H., M.H., Pembahas utama skripsi penulis yang telah

mencurahkan ilmu dan memberikan kritikan serta saran yang sangat

berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Depri Liber Sonata, S.H., M.H., Pembahas kedua yang telah banyak

memberikan kritikan dan saran yang sangat membangun kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Naek Siregar, S.H., M.H.,Pembimbing Akademik yang telah

memberikan arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswi Fakultas

Hukum Universitas Lampung.

9. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang tidak bisa

disebutkan satu persatu namanya, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan

(13)

10. SahabatCUPSAgha, Leo, Andi, Nazar, Novan, Ijuf. You are my best

friends.Terima kasih atas kesabaran dan kebaikannya selama ini. Terima

kasih sekali lagi atas suka duka yang kita jalani ini semoga makin

mempererat tali persaudaraan dan pertemanan kita selama ini.

11. Sahabatku Dhanu Handriya dan Silva Diana Sari. Terima kasih telah banyak

membantu, mengajari, menasehati, memberikan motivasi dan dukungan

dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam mengerjakan skripsi ini. You

are my best friends too.

12. Teman-teman seperjuangan perdata 2010 : Itqoh Fathayu Haisimi, Ocktaria

Triranti, Romadhoni, Gilang, Kevin, Wana, Wisnu, Karila, Bismar, Taufan,

Rindi, Jul, Sari Kurnia, Bella Mutia, Frederica, Karila Trisye Hutami,

Dendri, Rizella,Oddy, Cristal dan teman-teman perdata lainnya yang tidak

bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kenangan manis yang tidak

akan terlupakan selama masa kuliah di Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

13. Teman-teman seangkatan yang selalu hadir dan selalu memberi cerita

menyenangkan selamaperkuliahan di Fakultas Hukum Universitas

Lampung: Vinda Fitria Ananda, Sudimantoro, Sarwo Edi, Ario Baskoro,

Budiarto,Fadillah Usman, Denny Maulana, Aldi Jamet, Imam Syafei, Alm.

Rojali, Antoni, Achmad Rifai, Begiyama, Aryo Adityo, Reki, Agung, Eric

Barcelona,serta teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu

(14)

14. Seluruh keluarga besarku, keluarga iqoh, keluarga silva, keluarga Cups,

Keluarga Oktayang ikut berpartisipasi membantudan mendukungku dalam

penulisan skripsi inipenulis ucapkan terima kasih.

15. Teman-teman, rekan, dan kerabat yang ikut berpartisipasi dalam penulisan

skripsi ini.

16. Semua pihak-pihak yang belum tertulis namanya yang saya yakin telah

banyak membatu dan berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi agama, masyarakat,

bangsa, dan negara, para mahasiswa, akademisi, serta pihak-pihak lain yang

membutuhkan terutama bagi penulis. Saran dan kritik yang bersifat membangun

akan selalu diharapkan. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih semoga Allah

SWT memberikan perlindungan dan kebaikan bagi kita semua.Aamiin Allahuma

Ya Rabbil’alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandar Lampung, Juli2014

Penulis

(15)
(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jasa Konstruksi merupakan salah satu kegiatan bidang ekonomi yang mempunyai

peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran, guna menunjang

terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Bidang jasa konstruksi diatur dengan

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999, yang diundangkan pada tanggal 7 Mei

1999 dan mulai berlaku satu tahun kemudian, yaitu pada tanggal 7 Mei 2000.

Undang-Undang Jasa Konstruksi merupakan salah satu bentuk produk pembangun

hukum nasional yang luar biasa karena substansi yang berkenaan dengan segala

aspek jasa konstruksi diatur secara lengkap dan detail, baik dalam

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 itu sendiri maupun dalam peraturan pemerintah

sebagai peraturan pelaksananya.1

Hukum jasa konstruksi merupakan bidang hukum yang berstatus perjanjian

khusus multidimensi. Perjanjian khusus multidimensi diartikan sebagai pedoman

atau dapat juga menjadi payung terhadap berbagai undang-undang yang terkait2.

Undang-undang yang terkait dimaksud mulai dari Undang-Undang Lingkungan

Hidup, Pertanahan, Tata Ruang, Pengangkutan Darat, Hak Kekayaan Intelektual,

1

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2010), hlm.586

(17)

2

Ketenagakerjaan, Peransuransian, Kelistrikam, Kesehatan, dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat sampai ke Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Di bawah

Undang-Undang Jasa Konstruksi tersebut berlaku pula berbagai jenis

undang-undang yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan berlakunya

Undang-Undang Jasa Konstruksi. Undang-Undang Jasa Konstruksi merupakan

sumber hukum berbagai aspek kehidupan manusia.3

Jasa Konstruksi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999

melingkupi tiga layanan jasa konstruksi, yaitu perencanaan pekerjaan konstruksi,

pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan pengawasan pekerjaan konstruksi. Usaha

jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi memberikan layanan jasa pelaksanaan yang

meliputi bidang pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan/atau tata

lingkungan. Lingkup layanan jasa pengawasan pekerjaan konstruksi dapat terdiri

atas jasa pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi, serta pengawasan

keyakinan mutu dan ketepatan waktu dalam proses pekerjaan dan hasil pekerjaan

konstruksi. Lingkup layanan jasa perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

secara terintegrasi dapat terdiri atas jasa rancang bangun; perencanaan,

pengadaan, dan pelaksanaan terima jadi atau penyelenggaraan pekerjaan terima

jadi.4

Bentuk usaha jasa konstruksi dapat berbentuk orang perseorangan atau badan

(18)

3

disamakan dengan Perseroan Terbatas (PT).5 Setiap perusahaan jasa konstruksi

harus memiliki izin usaha bidang jasa konstruksi yang dikeluarkan oleh

pemerintah daerah di tempat domisilinya dan berlaku untuk seluruh wilayah

Indonesia. Izin usaha diberikan kepada perusahaan jasa konstruksi yang telah

memiliki sertifikat klasifikasi dan kualifikasi dan tanda registrasi badan usaha

yang dikeluarkan oleh Lembaga Jasa Konstruksi.

Pada umumnya kegiatan konstruksi dimulai dari perencanaan yang dilakukan oleh

konsultan perencana dan kemudian dilaksanakan oleh kontraktor konstruksi yang

merupakan manajer proyek/kepala proyek. Para pihak tersebut bekerja didalam

kantor, sedangkan pelaksanaan dilapangan dilakukan oleh mandor proyek yang

mengawasi buruh bangunan, tukang dan ahli bangunan lainnya untuk

menyelesaikan fisik sebuah konstruksi. Transfer perintah tersebut dilakukan oleh

Pelaksana Lapangan. Dalam pelaksanaan bangunan ini, juga diawasi oleh

Konsultan Pengawas (Supervision Engineer).

Suatu konstruksi biasanya dilakukan sebuah perencanaan terpadu. Hal ini terkait

dengan metode penentuan besarnya biaya yang diperlukan, rancang bangun, dan

efek lain yang akan terjadi saat pelaksanaan konstruksi. Sebuah jadwal

perencanaan yang baik, akan menentukan suksesnya sebuah bangunan yang

terkait dengan pendanaan, dampak lingkungan, keamanan lingkungan,

ketersediaan material, logistik, ketidaknyamanan publik terkait dengan pekerjaan

konstruksi, persiapan dokumen tender, dan lain sebagainya.

5Ibid.,

(19)

4

Bentuk fisik disini adalah bangunan konstruksi yang melekat dengan tanah seperti

gedung, rumah, jalan, dermaga, bendungan, bendung dan lain sebagainya dan

tidak suatu bangunan konstruksi yang berpindah-pindah ataupun tergantung di

udara seperti konstruksi mobil, konstruksi kapal, konstruksi pesawat terbang dan

lain-lain. Sedangkan dalam UUJK disebut juga bahwa bentuk fisik lain ialah

dokumen lelang, spesifikasi teknis dan dokumen lain yang digunakan untuk

membangun konstruksi tersebut.

Terdapat dua pihak dalam layanan jasa konstruksi yang mengadakan hubungan

kerja berdasarkan hukum, yakni pengguna jasa dan penyedia jasa. Pengguna jasa

adalah orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik

pekerjaa atau proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi. Penyedia jasa

adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan

layanan jasa konstruksi. Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, pihak penyedia

jasa dapat berfungsi sebagai penyedia jasa utama dari penyedia jasa lainnya.

Disisi lain muncul istilah pengguna jasa yaitu yang memberikan pekerjaan yang

bisa berbentuk orang perseorangan, badan usaha maupun instansi pemerintah.

Sehingga pengertian utuhnya dari Usaha Jasa Konstruksi adalah salah satu usaha

dalam sektor ekonomi yang berhubungan dengan suatu perencanaan atau

pelaksanaan dan atau pengawasan suatu kegiatan konstruksi untuk membentuk

suatu bangunan atau bentuk fisik lain yang dalam pelaksanaan penggunaan atau

pemanfaatan bangunan tersebut menyangkut kepentingan dan keselamatan

(20)

5

serta kelestarian lingkungan hidup.6Bentuk fisik disini adalah bangunan

konstruksi yang melekat dengan tanah seperti gedung, rumah, jalan, dermaga,

bendungan, dan lain sebagainya dan tidak suatu bangunan konstruksi yang

berpindah-pindah ataupun tergantung di udara seperti konstruksi mobil,

konstruksi kapal, konstruksi pesawat terbang, dan lain-lain. Sedangkan dalam

UUJK disebut juga bahwa bentuk fisik lain ialah dokumen lelang, spesifikasi

teknis dan dokumen lain yang digunakan untuk membangun konstruksi tersebut.

Hubungan kerja antara pengguna jasa dan penyedia jasa didasarkan atas hukum

dan dituangkan dalam bentuk kontrak kerja konstruksi. Kontrak kerja konstruksi

adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum atara pengguna

jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.7 Pengguna

jasa harus memiliki kemampuan membayar biaya pekerjaan konstruksi yang

didukung oleh dokumen pembuktian dari lembaga perbankan dan/atau lembaga

keuangan bukan bank.

Pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip

persaingan sehat melalui pemilihan penyedia jasa dengan cara pelelangan umum

atau terbatas. Pengikatan merupakan suatu proses yang ditempuh oleh pengguna

jasa dan penyedia jasa pada kedudukan yang sejajar dalam mencapai suatu

kesepakatan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi. Hak dan kewajiban harus

memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil pekerjaan konstruksi serta

kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan. Sebaliknya, hak

penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya

6

http://triantomedia.blogspot.com/2011/01/apa-itu-usaha-jasa-konstruksi.html diakses pada 6 Maret 2013 10:00

7

(21)

6

melaksanakan pekerjaan konstruksi, seperti halnya yang terdapat dalam

Undang-Undang Jasa Konstruksi Pasal 18 ayat 1 sampai ayat 4.

Menurut pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, suatu perjanjian tidak

hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan dalam perjanjian,

tetapi juga untuk “segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan

(diwajibkan) oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-undang”. Dengan demikian,

setiap perjanjian dilengkapi dengan aturan-aturan yang terdapat di dalam

undang-undang, dalam adat kebiasaan (di suatu tempat dan di suatu kalangan tertentu),

sedangkan kewajiban-kewajiban yang diharuskan oleh kepatutan (norma-norma

kepatutan) harus juga diindahkan.8

Di Indonesia terdapat beberapa perusahaan jasa konstruksi yang salah satunya

adalah PT Waskita Karya dan Ricky Kencana Sukses Mandiri. PT Waskita Karya

sendiri bergerak dibidang industri konstruksi yang menyediakan jasa pelaksanaan

konstruksi. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1960 Tentang

Penentuan Perusahaan Pemborongan Milik Belanda Yang Dikenakan

Nasionalisasi, Pemerintah Republik Indonesia menasionalisasikan semua

Perusahaan Belanda yang ada di Indonesia dan dibentuk perusahaan-perusahaan

Belanda tersebut. Perusahaan Negara Waskita Karya dibentuk berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1961 tentang Pendirian Perusahaan

Negara Waskita Karya tanggal 29 Maret 1961 untuk meneruskan kegiatan usaha

Perusahaan Belanda yang bernama NV. Volker Aaneming Maatschappij.

Kepemilikan PT Waskita Karya sepenuhnya dipegang oleh Pemerintah Republik

8

(22)

7

Indonesia9. Sedangkan Perusahaan Ricky Kencana Sukses Mandiri juga

merupakan perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi yang berada di

Palembang Sumatera Selatan10

Berdasarkan uraian di atas, penulis mengungkapkan karya tulis yang berbentuk

skripsi ini, yang berjudul “Perjanjian Jasa Konstruksi Pembangunan Jalan

Terowongan Antara Pemerintah dan PT Waskita Karya – Ricky Kencana Sukses

Mandiri”.

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup 1 Rumusan Masalah

a. Bagaimana prosedur pelaksanaan perjanjian jasa konstruksi

pembangunan jalan terowongan antara Pemerintah dan PT Waskita

Karya dengan PT Ricky Kencana Sukses Mandiri?

b. Bagaimana proses penyelesaian jasa konstruksi jika terjadi

wanprestasi antara para pihak dalam perjanjian jasa konstruksi

pengerjaan pembangunan jalan terowongan?

2. Ruang lingkup

a. Ruang lingkup keilmuan

Ruang lingkup kajian materi penelitian ini adalah hubungan hukum dan

tanggung jawab masing-masing pihak mengenai perjanjiaan jasa

9

http://www.bumn.go.id/waskita/tentang-kami/tentang-perusahaan/ diakses pada tanggal 18 Maret 19:20 WIB

10

(23)

8

konstruksi dalam pengerjaan proyek konstruksi. Bidang ilmu ini adalah

hukum keperdataan, khususnya hukum perjanjian.

b. Ruang lingkup objek kajian

Ruang lingkup objek kajian adalah mengkaji tentang hak dan kewajiban

oleh Pemerintah dan PT Waskita Karya serta PT Ricky Kencana Sukses

Mandiri serta persyaratan apa saja yang di berikan untuk sebuah

perjanjian konstruksi, selain itu juga akan dijelaskan mengenai

hubungan kontraktual antara kedua belah pihak serta penyelesaian

sengketa jika terjadi wanprestasi.

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui, mengkaji dan menganalisis pelaksanaan

perjanjian jasa konstruksi antara Penyedia Jasa dan Penerima Jasa.

b. Memaparkan hak dan kewajiban masing-masing pihak sesuai

dengan pasal-pasal yang tertera di dalam surat perjanjian

konstruksi.

c. Pentingnya Jasa Konstruksi dalam pembangunan Kota sehingga

diperlukannya bantuan dari berbagai pihak, dalam hal ini adalah

pihak Pemerintah, PT Waskita Karya, dan PT Ricky Kencana

(24)

9

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun

secara praktis. Adapun kegunaan penelitian ini diantaranya:

a. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menunjang

pengembangan ilmu pengetahuan dibidang hukum keperdataan

dalam lebih khususnya dalam lingkup hukum perjanjian, terutama

perjanjian jasa konstruksi. Serta memberi gambaran isi dari

perjanjian pengerjaan proyek jasa konstruksi tersebut.

b. Secara Praktis

1) Hasil penelitian ini diharapkan, dapat bermanfaat bagi Pemerintah,

PT Waskita Karya, dan PT Ricky Kencana Sukses Mandiri.

2) Memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan,

(25)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perjanjian

Perjanjian merupakan suatu perbuatan, yaitu perbuatan dimana satu orang atau

lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.11 Namun ketentuan

pasal ini kurang tepat, karena ada beberapa beberapa kelemahan yang perlu di

koreksi.Kelemahan – kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Hanya menyangkut sepihak saja. Hal ini dapatt diketahui dari rumusan kata

kerja “mengikatkan diri”, sifatnya hanya datang dari satu pihak saja,tidak dari

kedua belah pihak. Seharusnya rumusan itu ialah “saling mengikatkan diri”,

jadi ada konsesnsus antara dua pihak.

2. Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus. Dalam pengertian

“perbuatan” termasuk juga tindakan penyelenggaraan kepentingan

(zaakwaarneming), tindakan melawan hukum (onrechtmatige daad) yang

tidak mengandung suatu konsensus. Seharusnya dipakai istilah “persetujuan”.

3. Pengertian perjanjian terlalu luas. Pengertian perjanjian mencakup juga

perjanjian kawin yang diatur dalam bidang hukum keluarga. Padahal yang

11

(26)

11

dimaksud adalah hubungan antara debitur dan kreditur mengenai harta

kekayaan. Perjanjian yang diatur dalam buku III KUHPerdata sebenarnya

hanya meliputi perjanjian yang bersifat kebendaan, bukan bersifat

kepribadian (personal).

4. Tanpa menyebut tujuan. Dalam rumusan pasal itu tidak disebutkan tujuan

mengadakan perjanjian, sehingga pihak-pihak mengikatkan diri itu tidak jelas

untuk apa.12

Berdasarkan alasan-alasan diatas dapat diartikan sebuah perjanjian adalah suatu

persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk

melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan. Dalam definisi ini jelas

terdapat konsensus antara pihak-pihak, untuk melaksanakan sesuatu hal, mengenai

harta kekayaan dan yang dapat dinilai dengan uang.13

Suatu perjanjian juga dapat dikatakan sebagai suatu perbuatan untuk memperoleh

seperangkat hak dan kewajiban. Perbuatan hukum dalam sebuah perjanjian

merupakan perbuatan-perbuatan untuk melakukan sesuatu yang disebut hak dan

kewajiban yang kemudian disebut sebagai sebuah prestasi. Prestasi-prestasi itu

meliputi:

1. Menyerahkan Sesuatu

Melakukan Pembayaran harga barang pada perjanjian jual beli barang.

12

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung, Citra Aditya Bakti 2000), hlm.224.

13

(27)

12

2. Melakukan Sesuatu

Melakukan penyelesaian pembangunan jalan terowongan dalam perjanjian

pemborongan pekerjaan

3. Tidak Melakukan Sesuatu

Tidak bekerja di perusahaan lain selain tempat perusahaan tempat ia bekerja

dalam perjanjian kerja

Perjanjian setidaknya melibatkan dua pihak atau lebih untuk memberikan

kesepakatan mereka. Pihak yang berkewajiban memenuhi isi perjanjian disebut

Debitur sedangkan pihak lain yang berhak atas pemenuhan kewajiban disebut

Kreditur. Selain manusia pribadi perjanjian juga dapat dilakukan oleh badan

hukum, karena manusia pribadi dan badan hukum merupakan subjek hukum.

Tujuan dibuatnya perjanjian yaitu untuk mengatur hubungan hukum dan

melahirkan seperangkat hak dan kewajiban. Perjanjian mengikat pihak-pihak yang

terkait untuk memberikan kesepakatannya. Suatu perjanjian bertujuan untuk

mengatur hubungan-hubungan hukum namun sifatnya privat, yaitu hanya para

pihak yang menandatangani perjanjian itu saja yang dapat dihadirkan sebagai alat

bukti di pengadilan guna menyelesaikan sengketa. Perjanjian membuktikan bahwa

hubungan hukum para pihak merupakan sebuah fakta hukum, yang dengan fakta

itu kesalahpahaman dalam sengketa dapat diluruskan sebagaimana seharusnya

hubungan itu dilaksanakan dan siapa yang melanggar14.

Pada dasarnyahubungan kerjayaitu hubungan antara pekerja dan pengusaha, yang

terjadi setelah diadakan perjanjian oleh pekerja dengan pengusaha, di mana

14

(28)

13

pekerja menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada pengusaha dengan

menerima upah dan di mana pengusaha menyatakan kesanggupannya untuk

mempekerjakan pekerja dengan membayar upah. Perjanjian yang sedemikian itu

disebut perjanjian kerja. Berdasarkan pengertian tersebut jelaslah bahwahubungan

kerjasebagai bentuk hubungan hukum lahir atau tercipta setelah adanya perjanjian

kerja antara pekerja dengan pengusaha.15

Hubungan kerja adalah kegiatan-kegiatan pengerahan tenaga/jasa seseorang

secara teratur demi kepentingan orang lain yang memerintahnya

(pengusaha/majikan) sesuai dengan perjanjian kerja yang telah disepakati.16

Hubungan kerja juga adalah hubungan yang terjalin antara pengusaha dan

pekerjayang timbul dari perjanjian yang diadakan untuk jangka waktu tertentu

maupun tidak tertentu.17

Terdapat beberapa azas yang dapat ditemukan dalam Hukum Perjanjian, namun

ada dua diantaranya yang merupakan azas terpenting dan karenanya perlu untuk

diketahui, yaitu:

1. Azas Konsensualitas, yaitu bahwa suatu perjanjian dan perikatan yang timbul

telah lahir sejak detik tercapainya kesepakatan, selama para pihak dalam

perjanjian tidak menentukan lain. Azas ini sesuai dengan ketentuan pasal

1320 KUHPerdata mengenai syarat-syarat sanya perjanjian.

15

http://www.sarjanaku.com/2013/03/pengertian-hubungan-kerja-definisi.html diakses pada tanggal 1 April 2014 Pukul 13.30 WIB.

16

Hartono, Judiantoro, Segi Hukum Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), hlm. 10.

17

(29)

14

2. Azas Kebebasan Berkontrak, yaitu bahwa para pihak dalam suatu perjanjian

bebas untuk menentukan materi/isi dari perjanjian, sepanjang tidak

bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan kepatutan. Azas ini

tercermin jelas dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang menyatakan bahwa

semua perjanjian yang dibuat secara sah mengikat sebagai undang-undang

bagi mereka yang membuatnya.

Pada pelaksanaan suatu perjanjian, para pihak yaitu kreditur dan debitur harus

memenuhi syarat sahnya perjanjian agar suatu perjanjian itu sah dan mengikat

secara hukum. Sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 1320 KUHPerdata tentang

syarat sahnya suatu perjanjian, yaitu:

a. Kesepakatan mereka mengikatkan dirinya

Kedua belah pihak menemukan titik temu dan setuju mengenai hal-hal yang

pokok dalam isi perjanjian. Unsur kesepakatan:

1) Offerte (Penawaran) adalah pernyataan pihak yang menawarkan

2) Acceptasi (Penerimaan) adalah pernyataan yang menerima pernyataan

Kesepakatan pihak-pihak adalah kesesuaian kehendak antara pihak-pihak tentang

isi kontrak. Apa yang dikehendaki pihak yang satu, juga dikehendaki pihak yang

lainnya. Dengan kata lain, kesesuaian kehendak adalah persetujuan yang mengikat

pihak-pihak mengenai isi kontrak yang dibuat oleh mereka. Persetujuan yang

mengikat artinya sudah bersifat tetap tidak ada lagi tawar menawar mengenai isi

(30)

15

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan

perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan

menimbulkan akibat hukum.18 Orang-orang yang akan melakukan perjanjian

haruslah orang yang cakap dan wewenang melakukan perbuatan hukum

sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang. Orang yang cakap

menurut hukum adalah orang yang sudah dewasa yaitu berumur 21 Tahun

atau pernah menikah, belum berumur 21 Tahun tapi telah menikah dan tidak

berada di bawah pengampunan. Hal ini didasari oleh hukum pasal 330 jo.

1330 KUH Perdata ditafsirkan secara terbalik.

Orang berarti pendukung hak dan kewajiban, yang juga disebut sebagai

subjek hukum. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa setiap

manusia baik warga negara maupun orang asing adalah pembawa hak (subjek

hukum) yang memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan perbuatan

hukum, namun perbuatan tersebut harus didukung oleh kecakapan dan

kewenangan hukum.19 Perbedaan antara kewenangan hukum dengan

kecakapan berbuat adalah bila kewenangan hukum maka subjek hukum

dalam hal pasif sedang pada kecakapan berbuat subjek hukumnya aktif.

Menurut Pasal 2 KUH Perdata menyebutkan anak yang ada dalam kandungan

seorang perempuan dianggap telah lahir, setiap kali kepentingan si anak

menghendakinya. Bila telah mati sewaktu dilahirkan, dia dianggap tidak

pernah ada. Namun Pasal 3 KUH Perdata menyatakan bahwa tiada suatu

18

Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, (Jakarta:Sinar Grafika, 2001), hlm.165

19

(31)

16

hukuman pun yang mengakibatkan kematian perdata, atau hilangnya segala

hak-hak kewargaan.20

c. Suatu pokok persoalan tertentu

Suatu pokok persoalan tertentu disini berbicara tentang objek perjanjian

(Pasal 1332 s/d 1334 KUHPerdata), didalam literatur disebutkan bahwa yang

menjadi objek perjanjian adalah prestasi. Prestasi adalah apa yang menjadi

kewajiban debitur dan apa yang menjadi hak kreditur.21 Objek yang

dikategorikan dalam Pasal tersebut adalah objek yang akan ada (kecuali

warisan), asalkan dapat ditentukan jenis dan dapat dihitung dan objek yang

dapat diperdagangkan (barang-barang yang dipergunakan untuk kepentingan

umum tidak dapat menjadi objek perjanjian).

d. Suatu sebab yang halal

Sebab yang dimaksud adalah perjanjian itu sendiri atau tujuan para pihak

mengadakan perjanjian itu halal tidak bertentangan dengan undang-undang,

ketertiban umum dan kesusilaan.

B. Perjanjian Pemborongan

1. Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Pemborongan

Perjanjian alih daya terdapat pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan kerja

tidak hanya melibatkan pengusaha dan pekerja, melainkan melibatkan tiga pihak

yaitu perusahaan penerima pekerjaan, perusahaan pemberi pekerjaan dan

pekerja/buruh.

20

Lihat Pasal 2 dan 3 Burgerlijk Wetboek

21

(32)

17

a. Perusahaan penerima pekerjaan

Di dalam melakukan alih daya, perusahaan penerima pekerjaan disebut juga

sebagai pemborong ataupun perusahaan penerima pemborongan pekerjaan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 Pasal 1 ayat 2 yang dimaksud dengan

perusahaan Penerima Pemborongan adalah perusahaan berbentuk badan

hukum yang memenuhi syarat untuk menerima pelaksanaan sebagian

pekerjaan dari perusahaan pemberi pekerjaan.22

Definisi mengenai pengertian perusahaan penerima pekerjaan harus berbadan

hukum, dan ketentuan mengenai keharusan bahwa hanya perusahaan yang

berbadan hukum yang dapat melakukan bisnis alih daya telah ditetapkan

dengan tegas oleh pembuat Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan, walaupun mengenai batasan perusahaan-perusahaan

berbadan hukum atau tidak dijelaskan batasannya dalam undang-undang ini.

Dengan tidak adanya batasan secara tegas tidak menentukan badan hukum

tertentu yang dapat melaksanakan bisnis alih daya, maka dapat diartikan

semua badan hukum di Indonesia dapat melakukan alih daya, yang terdiri dari

sebagai berikut:

(33)

18

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor

19 Tahun 2012 Pasal 1 ayat 3 yang dimaksud dengan Perusahaan Penyedia

Jasa adalah perusahaan yang berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas

(PT) yang memenuhi syarat untuk melaksanakan kegiatan jasa penunjang

perusahaan pemberi pekerjaan.

Menurut Zainal Asikin, banyak manfaat dengan adanya alih daya bagi

perusahaan apabila dilihat dari sebagai langkah strategis jangka panjang.

Pilihan alih daya oleh perusahaan merupakan suatu langkah untuk

menerapkan spesialisasi sehingga produk atau layanan yang diberikan

menjadi lebih bermutu dan efisien.

c. Pekerja/buruh

Pengertian pekerja/buruh dalam alih daya sebenarnya tidak berbeda jauh

dengan pengertian pekerja/buruh berdasarkan pengertian ketenagakerjaan

dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor 19 Tahun 2012 Pasal 1 ayat 6 menyebutkan pengertian pekerja/buruh

adalah setiap orang yang bekerja pada perusahaan penerima pemborongan

atau perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh yang menerima upah atau

imbalan dalam bentuk lain.

Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini perusahaan penyedia jasa adalah

pemerintah dan perusahaan penerima jasa adalah PT Waskita Karya dan PT Ricky

Kencana Sukses Mandiri. Pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi

dilakukan berdasarkan prinsip persaingan sehat melalui pemilihan penyedia jasa

(34)

19

ditetapkan hak dan kewajiban masing-masing pihak yang adil dan serasi yang

disertai dengan sanksi.

2. Hak dan Kewajiban Para Pihak

Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang atau badan

yang memiliki proyek dan memberikan proyek dan pekerjaan atau menyuruh

memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan membayar biasa pekerjaan

tersebut.

Adapun hak dan kewajiban pengguna jasa adalah sebagai berikut:

1. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).

2. Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang

telah dilakukan oleh penyedia jasa.

3. Menyediakan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan

oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.

4. Menyediakan lahan untuk pekerjaan.

5. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa

sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan.

6. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan

dengan jalan menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk

bertindak atas nama pemilik.

7. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).

8. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan

oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang

(35)

20

Penerima jasa atau biasa disebut kontraktor adalah orang atau badan yang

menerima pekerjaan dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan

biaya yang telah ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan peraturan dan

syarat-syarat yang telah ditetapkan.

Hak dan kewajiban penerima jasa adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan dan

syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan, dan syarat-syarat tambahan

yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa.

2. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsulttan

pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa.

3. Menyediakan alat keselamatan pekerjaan seperti yang diwajibkan

peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.

4. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan,

bulanan.

5. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan

sesuai dengan ketetepan yang berlaku.

3. Akibat dari Perjanjian

Setiap perbuatan hukum selalu menimbulkan akibat hukum, yaitu timbulnya

keadaan baru dan lenyapnya keadaan lama yang sudah ada, timbulnya status dan

fungsi hukum baru dan lenyapnya status dan fungsi hukum lama yang sudah

ada23. Akibat hukum suatu kontrak dapat berupa timbulnya kewajiban dan hak

yang baru dan hapusnya kewajiban dan hak yang lama yang sudah ada. Kontrak

23

(36)

21

sebagai perbuatan hukum dapat pula menimbulkan akibat tidak memenuhi syarat

undang-undang. Berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata, kontrak yang tidak

memenuhi syarat undang-undang dapat dibatalkan atau batal demi hukum.

Menurut ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata, kontrak yang memenuhi syarat

undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi kedua pihak, tidak dapat

dibatalkan secara sepihak, wajib dilaksanakan dengan itikad baik.24

4. Wanprestasi

Suatu perjanjian dapat terlaksana dengan baik apabila para pihak telah memenuhi

prestasinya masing-masing seperti yang telah diperjanjikan tanpa ada pihak yang

dirugikan. Tetapi adakalanya perjanjian tersebut tidak terlaksana dengan baik

karena adanya wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak atau debitur.25

Perkataan wanprestasi dalam bahasa inggris disebut breach of contract, yang

artinya tidak dilaksanakannya suatu prestasi. Adapun yang dimaksud wanprestasi

adalah suatu keadaan yang dikarenakan kelalaian atau kesalahannya, debitur tidak

dapat memenuhi prestasi seperti yang telah ditentukan dalam perjanjian dan bukan

dalam keadaan memaksa.26

Menurut pendapat Salim HS dalam bukunya Pengantar Hukum Perdata Tertulis,

wanprestasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan somasi. Wanprestasi

adalah suatu peristiwa atau keadaan, dimana penyedia jasa tidak memenuhi

24

Ibid.,

25

http://yogiikhwan.wordpress.com/2008/03/20/wanprestasi-sanksi-ganti-kerugian-dan-keadaan-memaksa/ diakses pada tanggal 28 Februari 2014, pukul 20:05

26

(37)

22

kewajiban prestasi perikatannya dengan baik dan penyedia jasa punya unsur salah

atasnya.27

Seorang penyedia jasa baru dikatakan wanprestasi apabila dia telah diberikan

somasi oleh penerima jasa atau juru sita. Somasi itu minimal telah dilakukan

sebanyak tiga kali oleh penerima jasa atau juru sita. Apabila somasi itu tidak

diindahkannya, maka penerima jasa berhak membawa persoalan itu ke

pengadilan. Pengadilan yang akan memutuskan apakah penyedia jasa wanprestasi

atau tidak. Istilah wanprestasi dalam perjanjian jasa konstruksi dapat berupa:28

1) Sama sekali tidak memenuhi prestasi

2) Prestasi yang dilakukan tidak sempurna

3) Terlambat memenuhi prestasi

4) Melakukan apa yang ada dalam perjajian dilarang untuk dilarang untuk

dilakukan.

C. Industri Jasa Konstruksi

Berdasarkan UU No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi yang dimaksud

dengan jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan

konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa

konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi. Sedangkan yang dimaksud dengan

Industri jasa konstruksi adalah industri yang mencakup semua pihak yang terkait

27

J.Satrio, Wanprestasi menurut KUH Perdata, Doktrin dan Yurisprudensi, (Bandung:PT Citra Aditya Bakti,2012), hlm.74

28

(38)

23

dengan proses konstruksi termasuk tenaga profesi, pelaksana konstruksi dan juga

para pemasok yang bersama-sama memenuhi kebutuhan pelaku dalam industri.

Jasa tersebut meliputi kegiatan studi, penyusunan rencana teknis/rancang bangun,

pelaksanaan dan pengawasan serta pemeliharaannya. Mengingat bahwa prasarana

dan sarana fisik merupakan merupakan landasan pertumbuhan sector-sektor dalam

pembangunannasional serta kenyataan bahwa jasa konstruksi berperan sebagai

penyedia lapangan kerja, maka jasa konstruksi penting dalam pembangunan

nasional.29

Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan

perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan

arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing-masing

beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.

Ruang lingkup pekerjaan konstruksi sendiri didefinisikan sebagai keseluruhan

atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta

pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal,

dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan

suatu bangunan atau bentuk fisik lain.

Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan

perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan

29

(39)

24

arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing-masing

beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.

1. Karakteristik Bisnis Jasa Konstruksi

Karakteristik jasa konstruksi adalah sangat spsesifik sekali karena sifatnya sangat

berbeda dengan jasa industri-industri yang lain. Sifat spesifik tersebut ditandai

oleh faktor-faktor:

a. Merupakan suatu bisnis dengan resiko yang sangat tinggi dan penuh dengan

ketidakpastian dengan laba yang rendah

b. Pasar sangat dikuasai oleh pembeli karena kepentingan pembeli sangat

dilindungi dengan adanya: konsultan pengawas, bank garansi, asuransi,

prosedur kompetisi dan adanya sangsi-sangsi penalti terhadap kontraktor.

Dilain pihak kepentingan kontraktor hamper tidak dilindungi sama sekali.

c. Harga jual atau nilai kontrak bersifat sangat konservatif atau terlindungi dari

kerusakan sedangkan biaya produksi mempunyai sifat yang sangat fluktuatif

atau biaya produksi tidak memiliki ketetapan harga.

d. Standar mutu dan jadwal waktu pelaksanaan ditetapkan oleh pembeli.

e. Proses konstruksi yang selalu berubah akibat dari lokasi dan hasil karya

perencanaan yang selalu berbeda karakteristiknya.

f. Reputasi dari kontraktor sangat mempengaruhi pengambilan keputusan dari

pembeli.

2. Stakeholder Industri Jasa Konstruksi Indonesia

Seiring perkembangan jasa industri jasa konstruksi Indonesia, maka stakeholder

(40)

25

dengan industry jasa konstruksi tersebut, saat ini terdapat beberapa stakeholder

yang memiliki kepentingan dengan sebuah industri tersebut. Beberapa stakeholder

yang dapat diidentifikasi secara langsung adalah:

a. Kementerian Pekerjaan Umum, yang merupakan regulator utama di sektor

industri jasa konstruksi. Berbagai regulasi sektor industri jasa konstruksi di

Indonesia dating dari kementerian ini.

b. Para pelaku usaha jasa konstruksi. Semua pelaku usaha yang jumlahnya

berada diatas 100.000 sebagaimana terlihat dalam daftar di atas. Secara

spesifik mereka terdiri dari perusahaan kontraktor jasa konstruksi dan

perusahaan konsultan jasa konstruksi.

c. Konsumen dari jasa konstruksi secara langsung.

d. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. Dalam hal ini mewakili konsumen

jasa konstruksi, seperti konsumen jalan tol.

e. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi, yang saat ini memiliki

kewenangan oleh Menteri untuk melakukan sertifikasi kompetensi dan badan

usaha.

3. Lembaga Pengembangan Jasa konstruksi

Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) kini secara de facto oleh

sebagian besar stakeholder industri jasa konstruksi dianggap sebagai lembaga jasa

konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 UU No. 18 Tahun 1999

(41)

26

Anggaran Dasar LPJK, Pasal 4 diketahui bahwa LPJK didirikan berdasarkan UU

No 18 Tahun 1999 yang dideklarasikan pembentukannya di Jakarta tanggal 19

Agustus 1999, dengan Pemerintah sebagai inisiator dan fasilitator.

Anggaran rumah tangga bahkan diperjelas bahwa deklarasi pembentukan

Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK), ditandatangani oleh Asosiasi

Perusahaan (AKAINDO, AKI, AKLI, APBI, APPAKSI, GAPENRI, GAPENSI,

INKINDO), Asosiasi Profesi (HAEI, HAKI, HAMKI, HATHI, HATTI, HPJI,

HDII, IAFBI, IAI, IALI, IAMPI, IAP, IASMI, KNIBB, PATI, PII), wakil

Pemerintah, wakil pakar, wakil perguruan tinggi dan diketahui oleh Menteri

Pekerjaan Umum30.

4. Terowongan

Terowonganadalahsebuahtembusan di

bawahpermukaantanahataugunung.Terowonganumumnyatertutup di

seluruhsisikecuali di keduaujungnya yang

terbukapadalingkunganluar.Beberapaahlitekniksipilmendefinisikanterowonganseb

agaisebuahtembusan di bawahpermukaan yang memilikipanjang minimal 0.1 mil,

dan yang lebihpendekdariitulebihpantasdisebut underpass.31

Terowonganbiasadigunakanuntuklalulintaskendaraan

(umumnyamobilataukeretaapi) maupunparapejalan kaki ataupengendarasepeda.

Selainitu, ada pula terowongan yang berfungsimengalirkan air

untukmengurangibanjiratauuntukdikonsumsi,

terowonganuntuksaluranpembuangan, pembangkitlistrik, danterowongan yang

30

Materi Perkuliahan Hukum Jasa Konstruksi, Position Paper KPPU Terhadap perkembangan Industri Jasa Konstruksi, hlm.22.

31

(42)

27

menyalurkankabeltelekomunikasi. Di Inggris,

terowonganbawahtanahuntukpejalan kaki atautransportasiumumnyadisebut

subway. Istilahinidigunakanpadamasalalu, dansaatinilebihpopulerdisebut

Underground Rapid Transit System.Menurut Paulus P Raharjo (2004)

bahwaterowongantransportasibawahkotamerupakangruptersendiridiantaraterowon

ganlalulintas, dapatberupaterowongankeretaapimaupunterowonganjalanraya.32

5. Pemerintah

Istilah pemerintah digunakan sebagai sinonim untuk Negara, atau sebaliknya.

Dalam konteks kajian kontrak pemerintah pengertian pemerintah harus dipahami

dalam arti organisasi pemerintahan atau kumpulan dari kesatuan kesatuan

pemerintahan dan bukan dalam pengertian fungsi pemerintahan atau kegiatan

memerintah.33 Sedangkan didalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010

Tentang Pengadaan Barang dan Jasa tidak terdapat pengertian pemerintah namun

secara implisit dapat dilihat dalam pengertian pengadaan barang atau jasa,

pemerintah yaitu kegiatan untuk memperoleh barang atau jasa oleh lembaga atau

satuan kerja yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai

diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang atau jasa.34

32

http://www.scribd.com/doc/157554134/Pengertian-Terowongan diakses pada tanggal 3 April 20:45

33

Sogar Simamora, Hukum Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah di Indonesia, (Surabaya: Kantor Hukum “Wins and Partners”), hlm.51

34

(43)

28

Kerangka Pikir

Guna memperjelas dari pembahasan ini, maka penulis membuat kerangka pikir

sebagai berikut:

Keterangan:

Guna mempermudah menjelaskan permasalahan dari pembahasan yang akan

disampaikan mengenai perjanjian jasa konstruksi, maka diuraikan secara singkat

sebagai berikut:

Dinas Pekerjaan Umum Kota Palembang selaku pihak yang diberi kuasa untuk

mengelola pemungutan retribusi dan kekayaan daerah sesuai dengan Peraturan

Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi,

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2010.

(44)

29

pelelangan yaitu pelelangan yang dilalukan secara terbuka, ada juga pelelangan

terbatas yang untuk pekerjaan tertentu yang diyakini jumlah penyedia jasanya

terbatas dan dinyatakan telah lulus prakualifikasi, yang diumumkan secara luas

melalui media elektronik dan/atau media cetak.

Sebuah proyek juga bisa didapatkan secara pemilihan langsung dan penunjukan

langsung. Pengadaan jasa konstruksi tanpa melalui sebuah pelelangan dengan cara

melakukan negosiasi, baik dari segi teknis maupun harga, sehingga diperoleh

(45)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang merupakan penelitian hukum normatif. Penelitian ini dilakukan

dengan cara mengkaji dan mendeskripsikan dari bahan-bahan pustaka yang

berupa literatur dan perundang-undangan dan isi perjanjian yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan dibahas,35 dalam hal ini adalah berkaitan dengan

karaktersitik perjanjian, tanggung jawab para pihak dan hubungan hukumnya.

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif. Menurut

Abdulkadir Muhammad, penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan dan

bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan

hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu yang terjadi dalam

masyarakat.36Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara jelas

dan rinci dalam memaparkan karaktersitik perjanjian, apa saja hubungan hukum

dari adanya jasa hukum dan tanggungjawab masing-masing pihak yang terikat

dalam perjanjian jasa konstruksi.

35

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm.2

36Ibid.,

(46)

32

Untuk itu,penelitian ini akan menggambarkan bagaimana hubungan hukum serta

tanggungjawab masing-masing pihak yang tercantum dalam perjanjian kerjasama

bidang jasa konstruksi, serta penyelesaian perjanjian jasa konstruksi jika terjadi

wanprestasi.

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses penyelesaian masalah melalui tahap-tahap

yang telah ditentukan, sehingga mencapai tujuan penelitian. Penelitian ini

termasuk pendekatan hukum yuridis normatif yang menggunakan data sekunder

yang berasal dari berbagai peraturan perundang-undangan, buku-buku hukum

yang dalam ruang lingkup hukum perjanjian serta buku-buku tentang jasa

konstruksi. Selain menggunakan data dari buku-buku, penelitian ini menghimpun

data dan informasi berupa isi dari perjanjian yang telah mereka buat.

D. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

diperoleh dengan mempelajari dokumen perjanjian yang berhubungan dengan

permasalahan yang akan dibahas, serta mempelajari peraturan

perundang-undangan, dan buku-buku hukum. Data sekunder diperoleh dari bahan pustaka

yang terdiri dari:

1. Bahan Hukum Primer adalah bahan-bahan hukum yang mempunyai

kekuatan hukum mengikat seperti peraturan perundang-undangan, isi dari

perjanjian dan peraturan lain yang berhubungan dengan masalah yang

(47)

33

2. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan-bahan yang berhubungan dengan

bahan bacaan dari bahan hukum primer berupa Undang-undang Tentang

Jasa Konstruksi.

3. Bahan Hukum Tersier adalah merupakan bahan-bahan penunjang lain yang

ada keterkaitan dengan pokok-pokok rumusan permasalahan, memberikan

kejelasan terhadap apa isi informasi, dan penjelasan terhadap bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder, bukan apa yang ada dalam kajian bahan

hukum, namun dapat dijadikan bahan analisa terhadap penerapan kebijakan

hukum dilapangan, seperti penelitian, buletin, majalah, artikel-artikel di

internet dan bahan-bahan lainnya yang sifatnya seperti karya ilmiah

berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

E. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan diperoleh dengan menggunakan metode pengumpulan

data sebagai berikut:

1. Studi Pustaka, dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara

membaca, menelaah dan mengutip peraturan perundang-undangan,

buku-buku dan literatur yang berkaitan dengan masalah perjanjian jasa

konstruksi yang akan dibahas.

2. Studidokumen adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum

yang tidak dipublikasikan secara umum, tetapi dapat diketahui oleh pihak

tertentu. Pengkajian dan analisis informasi tertulis mengenai hukum yang

tidak dipublikasikan secara umum berupa dokumen yang berkaitan

(48)

34

3. Wawancara, dilakukan guna melengkapi data-data yang telah diperoleh

dari studi pustaka dan studi dokumen dengan cara berinteraksi langsung

dengan narasumber secara langsung. Wawancara dilakukan kepada PT

Waskita Karya dan PT Ricky Kencana Sukses Mandiri selaku Penyedia

Jasa Konstruksi.

F. Metode Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Identifikasi

Identifikasi data adalah mencari dan menetapkan data yang berhubungan

dengan proses dan segala isi dari perjanjian jasa konstruksi pembangunan jalan

terowongan antara Pemerintah dengan PT Waskita Karya dan PT Ricky

Kencana Sukses Mandiri denganmengidentifikasi segala literatur yang

berhubungan dengan penelitian ini.

2. Penyuntingan

Penyuntingan merupakan proses meneliti kembali data yang diperoleh dari

berbagai kepustakaan yang ada, menelaah isi perjanjian kerjasama bidang jasa

konstruksi tersebut. Hal tersebut sangat perlu untuk mengetahui apakah data

yang telah kita miliki sudah cukup dan dapat dilakukan untuk proses

selanjutnya. Dari data yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan

permasalahan yang ada dalam penulisan ini, editing dilakukan pada data yang

sudah terkumpul serta diseleksi terlebih dahulu dan diambil data yang

(49)

35

3. Penyusunan Data

Sistematisasi data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam data

tersebut dapat dianalisa menurut susunan yang benar dan tepat. Sehingga tidak

ada data yang dibutuhkan terlewatkan dan terbuang begitu saja.

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu langkah selanjutnya setelah data tersusun secara

sistematis, kemudian dilanjutkan dengan penarikan suatu kesimpulan yang

bersifat umum dari data yang bersifat khusus.

G. Analisis Data

Semua data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan

menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, logis dan

efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis

guna menjawab permasalahan yang ada dalam perumusan masalahkemudian

(50)

64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Terjadinya pengikatan hubungan kerja jasa konstruksi harus didasarkan pada

prinsip pemilihan yang sehat.Sebelum perjanjian ini dilaksanakan ada

persyaratan perjanjian jasa konstruksi pembangunan jalan terowongan yang

dilakukan oleh Pemerintah dengan PT Waskita Karya - PT Ricky Kencana

Sukses Mandiri adalah harus terpenuhinya syarat-syarat sahnya suatu

perjanjian menurut Pasal 1320 KUH Perdata

2. Di dalam suatu perjanjian telah dicantumkan kewajiban-kewajiban yang

harus dilaksanakan oleh kedua pihak. Kewajiban-kewajiban yang wajib

dilaksanakan oleh para pihak ini disebut sebagai suatu prestasi. Tidak

dilaksanakannya kewajiban-kewajiban salah satu pihak seperti apa yang telah

tercantum di dalam perjanjian dapat disebut sebagai wanprestasi. Wanprestasi

merupakan suatu keadaan dimana salah satu pihak tidak melaksanakan

kewajiban yang sudah tercantum dalam surat perjanjian. Suatu hal dapat

dikatakan wanprestasi apabila tidak memenuhi beberapa unsur dari prestasi,

(51)

65

a) Berbuat sesuatu

b) Tidak berbuat sesuatu

c) Menyerahkan sesuatu

Jika dalam suatu perjanjian telah dicantumkan bagaimana proses

penyelesaian jika terjadi wanprestasi maka penyelesaian perselisihan dapat

dilakukan dengan mudah proses penyelesaiannya. Penyelesaian yang

dilakukan oleh pihak penyedia jasa dengan pihak pengguna jasa dalam hal

penyelesaian wanprestasi biasanya dalam surat perjanjian ditentukan melalui

jalur pengadilan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis

memberikan saran atau pemikiran sebagai berikut:

1. PT Waskita Karya dan PT Ricky Kencana Sukses Mandiri diharapkan

mampu menghasilkan terowongan dengan sebaik-baiknya, sehingga tidak ada

kejanggalan antara biaya yang dianggarkan kepada pihak pemerintah dengan

biaya belanja yang dikeluarkan. Maka kedua hal tersebut harus sesuai

perhitungannya.

2. Pihak pemerintah diharapkan dapat bekerja sama dengan perusahaan yang

telah terbukti hasil kerjanya, sehingga biaya yang dikeluarkan akan sesuai

dengan hasil yang diharapkan.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk memberikan informasi

terhadap penelitian mengenai hukum jasa konstruksi khususnya tentang

(52)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Aloewic Tjepi F. 1996. Naskah Akademis Tentang Pemutusan Hubungan Kerja dan Penyelesaian Perselisihan Industrial. cetakan sebelas. Jakarta: BPHN

Muhammad,Abdulkadir.2010. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung. PT Citra Aditya Bakti

---2004. Hukum Dan Penelitian Hukum. Bandung. PTCitra Aditya Bakti ---2000. Hukum Perdata Indonesia. Bandung. PT Citra Aditya Bakti

Hartono, Judiantoro. 1992. Segi Hukum Penyelesaian Perselisihan Perburuhan. Jakarta: Rajawali Pers

HS,Salim. 2001. Pengantar Hukum Perdata Tertulis. Jakarta:Sinar Grafika

Pramono Nindyo. 2003. Hukum Komersil. Jakart. Pusat Penerbitan UT

Soeroso R. 1999. Perbandingan Hukum Perdata.Jakarta. Somar Grafika

Soekanto, Soerjono dan Sri mamudji. 2012. Penelitian Hukum normatif. Jakarta. Raja Grafindo Persada

Subekti R. 1995. Aneka Perjanjian. cetakan sepuluh. Bandung

(53)

Yohanes Sogar Simamora. 2009. Hukum Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah di Indonesia. Surabaya: Kantor Hukum Wins and Partners.

Materi Perkuliahan Hukum Jasa Konstruksi, Position paper KPPU terhadap

perkembangan industri Jasa Konstruksi

UNDANG-UNDANG

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultasi

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 beserta petunjuk teknisnya

(54)

INTERNET

http://www.legalakses.com/perjanjian/

http://fh.unsoed.ac.id

http://pangasean-siregar91.blogspot.com

http://www.hukumonline.com

http://yogiikhwan.wordpress.com

http://trinela.wordpress.com

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran guna memperluas wawasan serta peningkatan dan penerapan nilai-nilai pengetahuan dan kemampuan

ukti yang mendukung e"olusi prokariot menjadi eukariot adalah bah#a kloroplas dan mitokondria diduga merupakan e"olusi dari bakteri prokariot yang bergabung

Usaha tersebut terlihat dari berbagai penyelidikan yang dilakukan terkait penuntasan kasus-kasus berdimensi pelanggaran hak-hak kebebasan sipil dan politik, antara lain yang

HARI RABU TANGGAL 27 OKTOBER 2016 BUPATI BANGKA BERTEMU KELOMPOK PRO DI KEDIAMAN WARGA DESA DALIL, BUPATI BANGKA BERDISKUSI DAN MENJAWAB SEMUA POIN ALASAN PENOLAKAN DAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kapasitas dan energi adsorpsi pada arang aktif strobilus pinus dengan senyawa volatil yang berbeda pada kondisi

penelitian ini perawat kamar bedah dengan masa kerja kurang dari 6 tahun terdapat 22 orang. yang mengalami tingkat kelelahan kerja sedang 4 orang mengalami kelelahan kerja

Praktikan harus mempersiapkan diri melakukan tugas-tugas sebagai seorang guru yang dilaksanakan dalam Praktik Pengalaman Lapangan II (PPL II). Praktikan merasa bertambah

Bentuk pertanggungjawaban yang dapat diberikan oleh badan korporasi yang mengelola Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi yang dalam kegiatan eksplorasi yang dilakukannya